Anda di halaman 1dari 2

VEKTOR

Pengelolaan makanan pada warung makan adalah sesuatu hal yang perlu di
perhatikan sanitasinya yang sesuai dengan standar kesehatan. Makanan dapat menjadi
media penularan penyakit (Mundiatun, 2018). Yang mana penularan penyakit itu dapat
melalui media makanan yang disebabkan oleh vektor seperti lalat.
Warung makan merupakan tempat yang menyediakan makanan dan minuman
yang siap dijual untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Warung makan biasanya berada di
pinggir jalan atau tempat umum lainnya. Faktor yang dapat menimbulkan bahaya
kesehatan di warung makanan adalah kebersihannya, kondisi fasilitas penyimpanannya,
serta pengolahan dan memasak yang tidak memadai terutama jika persiapan dilakukan
pada tempat penjualan yang memungkinkan dapat diakses oleh hewan pengerat,
serangga, dan hama lainnya. Vektor yang sering muncul pada warung makan adalah
lalat, karena lalat dapat menjadi sumber pencemar serta kehadiran dan perilaku lalat di
lingkungan manusia dapat menimbulkan kesan kotor (Mundiatun, 2018).
Lalat merupakan salah satu vektor penular penyakit yang tersebar merata di
dunia. Penyakit yang timbulkan oleh lalat adalah diare. Berdasarkan penelitian dari
Rudianto & Azizah (2005), dalam jurnal kesehatan lingkungan menunjukkan hasil
penelitian bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan lalat maka semakin tinggi angka
kejadian diare. Menurut Depkes RI (1992) lalat amat menarik pada makanan yang
dimakan manusia sehari-hari dan lalat hanya makan dalam bentuk/cair makanan yang
basah, sedang makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dalu, baru diisap.
Pada ceceran makanan berasal dari sisa makanan yang menempel pada peralatan
memasak dan wadah makanan. Sehingga sisa makanan yang masih terdapat ditempat
makanan akan dibuang disekitar tempat pencucian peralatan. Hal tersebut dapat
mengundang datangnya lalat karena menurut Depkes RI (1992) tempat yang disenangi
lalat adalah tempat yang basah, benda-benda organik, sampah basah. Selain itu jika cara
menyajikan makanan dengan tidak tertutup, maka mudah untuk dihinggapi lalat. Rata-
rata pada warung makan menjual makanannya yang mengandung karbohidrat dan
protein. Protein dibutuhkan lalat untuk bertelur, maka apabila sanitasi tidak diperhatikan
dengan baik maka dapat menimbulkan datangnya lalat.
Tempat berkembangbiak lalat betina meletakkan telurnya pada bahan organik
yang busuk, proses fermentasi atau bahan organik dari hewan atau sayuran yang
membusuk. Misalnya kotoran, sampah dan limbah dari pengolahan makanan dan
saluran pembuangan limbah. Tumpukan kotoran hewan adalah salah satu tempat
berkembang biak yang paling utama bagi lalat. Sampah dan limbah yang terkait dengan
persiapan, memasak dan menyajikan makanan di rumah dan di tempat-tempat umum,
dan dengan penanganan, penyimpanan, dan penjualan makanan, termasuk sampah buah
dan sampah sayur di pasar.
Maka dari itu perlu adanya pengendalian lalat yang sesuai dengan persyaratan
tentang peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus yang memenuhi syarat
kesehatan pada rumah makan yaitu tempat penyimpanan air bersih harus tertutup
sehingga dapat menahan masuknya serangga seperti lalat dan nyamuk. Setiap lubang
pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga (kawat
kassa berukuran 32 mata per inchi), serta persilangan pipa dan dinding harus rapat
sehingga tidak dapat dimasuki serangga (Kepmenkes RI, 2003). Sedangkan menurut
Depkes RI (2001) menjelaskan bahwa penggunaan kawat kassa dan kipas angin elektrik
pada tempat makan akan mencegah masuknya lalat.

SUMBER
Mundiatun, D. (2018). Sanitasi Lingkungan (Pendidikan Lingkungan Hidup).
Yogyakarta: Gava Media.
Rudianto, H., Azizah, R. (2005). Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan Ke Tpa
Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat Dan
Kejadian Diare (Studi Di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan).
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2): 152-159
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Kepmenkes RI Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI, 1992, Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat, Dirjen PPM & PL,
Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. (2001). Pedoman Teknis Tentang Pemberantasan Lalat. Ditjen PPM &
PL.Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai