Anda di halaman 1dari 11

2.1.3.

Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika personal hygiene kurang adalah (Wartonah,2003):

1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguankesehatan

yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihanperorangan dengan baik,

adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguanintegritas kulit, gangguan

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telingadan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial.
Higiene sanitasi diperlukan dalam kehidupan sehari – hari, karena hygiene

sanitasi makanan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang,dimana dengan cara

menjaga kebersihan dan kesehatan dari makan yang dikonsumsi serta dari

lingkungan sekitar dapat berdampak di dalam tubuh kita. Pengabaian hygiene

sanitasi dalam pengolahan makan dapat berdampak buruk seperti keracunan

bahkan sampai kematian bagi individu sendiri. Kasus keracunan makanan dan

penyakit infeksi karena makanan cenderung meningkat. Hasil laporan tahunan

BPOM Kota Samarinda tahun 2011 dari 268 kasus keracunan yang disebabkan

karena keracunan makanan dan minuman sebanyak 107 kasus (39,92%).

(Ningsih,Riyan,2014) Keracunan tersebut dipicu karena minimnya pengetahuan

tentang sanitasi higiena dalam pengolahan makanan sehingga tidak dapat

menerapkan perilaku hygiene pada makanan yang akan diolahataupun makan

yang sudah jadi.

Sumber-sumber Kontaminasi Makanan

Di dalam pengolahan makanan harus diperhatikan juga faktor

sumberkontaminasi makanan dengan tujuan agar seseorang dapat

memperlakukanmakanan dengan baik agar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak

iinginkankeran makan tersebut telah tercemar karena terkontaminasi. Beberapa

jenis bakteri yang sering menimbulkan penyakit antara lainDi dalam perjalananma

kanan dapat terjadi kontaminasi makananan oleh berbagai jenisorganism, baik

pantogen maupun nonpantogen. (Siti Fathonah,2005 ) di dalam jurnal kesehatan

juga disebutkan bahwaanak-anak sering menjadi korban penyakit tersebut. Salah


satu penyebabnyaadalah karena tidak memperhatikan kebersihan perorangan

danlingkungannya dalam proses pengelolaan makanan. Sekitar 80% penyakit

yang tertular melalui makanan disebabkan oleh bakteri pathogen.(Riyan Ningsih,

2014 ).

Adapaun sumber-sumber kontaminasi makanan .

1). Mikroorganisme Secara Ilmiah Ada di dalam Makanan

Bahan makakanan baik nabati maupun hewani akan membswamikroflora

yang secara alamiah telah ada selama hidupnya danmikro flora tersebut akan

berttahan di dalam produk makanan.Terutama perlakuan pada daging hewan pada

proses penjagalan dan pemotongan, mikroorganisme dapat menyebar

ke dalam permukaandaging. Oleh karena itu pada proses eviserasi ( pengeluaran

organdalam ) dan proses pengemasan dagging harus dijaga kebersihannyauntuk

meminimalkan kontaminsai daging.

2) Lingkungan Tercemar

Pencemaran lingkungan akibat limbah dari hewan atau manusia

padasaluran air dapat menjadikan ancaman yang serius terhadap keamanan

makanan. Salah satu terjadinya penyemaran air dapatdisebabkan pencemaran air

oleh tinja, dimana dapaat memasukan berbagai jenis bakteri pantogen, virus,

protozoa yang ditularkan pada manusia jika air yang digunakakn untuk minum

dan menyiapkanmakanan. Air tercemar merupakan sumber infeksi utama dan

akan merintangi berbagai upaya yang dilakukan untuk mempratekan hygiene

personal dan hygiene makanan yang baik serta mengakibatkan penularan

penyakit. (Siti Fathonah, 2005)


3) Hama dan Binatang Peliharaan

Berbagai jenis ham dan hewan peliharaan dapat membawa penyakitdi

saluran pencemaran manusia. Unggas dapat mrupakan

sumber sthapyloccus aureus dan dari unggas tersebut dapat menimbulkan virus

H5NI yang memtikan dimana virus tersebut dapat juga terbawadan ditularkan

oleh lalat. Selain unggas hama lainnya juga

dapat berperan dalam pengokontaminasian pangan seperti kecoa, tikus (hewan

pengerat ) dan hewan peliharaan yang tidak terawatt dengan baik.

4) Penjamah Makanan

Penanganan makan dapat memasukan dan menyebarkanmikroorganisme

pantogen. Penjamah makanan dapt membawamikroorganisme pantogen tanpa

mengalami efek yang serius padadirinya. Sekitar 20-50 % orang sehat dapat

membawa staphyloccusaerus pada kulit, hidung, tenggorokan dan lesi kulit yang

terinfeksi. penjamah makanan dapat pula sebagai carrier penyakit infeksi, seperti

demam typoid, virus hepatitis A dan virus penyebab diare. (Siti Fathonah, 2005)

5) Perlengkapan, Peralatan Masak dan Pratek di Dapur

Perlengkapan dan peralatan masak yang digunkaan dalam

penyiapanmakanan dapat menjadi sumber kontaminasi. Pisau dan talenan

yangdigunkann untuk memotong bahan mentah seperti daging mentahdapat

mengkontaminasi makanan apabila digunaakn kembali tanpadibersihkan dengan

benar, terutama untuk makanan matang atau siap santap.


2.7. Hal-hal yang dapat membahayakan makanan bagi tubuh manusia

a. Zat-zat kimia yang bersifat racun. Biasanya karena kelalaian, misalnya

menempatkan racun tikus atau insektisida dengan bahan-bahan dapur.

b. Bakteri-bakteri patogen dan bibit penyakit lainnya, misalnya :

1. Dipindahkan lalat dan feses.

2. Sayuran yang dicuci dengan air yang telah terkontaminasi.

3. Minum dari susu sapi yang berpenyakit TBC.

4. Makan daging dari hewan yang sakit.

c. Parasit-parasit yang berasal dari hewan.

1. Taenia saginata dari sapi

2. Taenia solium dari babi

3. Taenia echino dari ternak

4. Diphylobothrium matum dari ikan.

d. Tumbuh-tumbuhan yang beracun, misalnya

1. Keracunan jamur

2. Keracunan ketela pohon

3. Keracunan oleh radioaktif

4. Keracunan bahan makanan


2.8. Gangguan Kesehatan akibat Makanan Gangguan kesehatan yang

dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi keracunan

makanan dan penyakit bawaan makanan. (Slamet dalam Mulia, 2005).

2.8.1. Keracunan Makanan (Food Poisoning) Keracunan makanan

(food poisoning) adalah penyakit mendadak, yang berjangkit dalam

waktu 4-12 jam setelah makan-makanan yang tercemar penyebab

keracunan. Ditandai dengan keluhan saluran cerna yang bersifat

mendadak, berupa mual, muntah, nyeri perut, berak encer, menggigil,

pusing (gejala gastro enteritis). Batas waktu timbulnya gejala berkisar

antara 2-72 jam (masa inkubasi). (Widya, 1995).

Keracunan Pangan adalah seseorang yang menderita sakit dengan

gejala dan tanda keracunan yang disebabkan karena mengonsumsi

pangan yang diduga mengandung cemaran biologis atau kimia.

(Depkes RI, 2013). Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun

asli yang berasal dari tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh

racun yang di dalam panganan akibat kontaminasi. Makanan dapat

terkontaminasi oleh racun yang dapat berasal dari tanah, udara,

manusia dan vektor. (Mulia, 2005). Racun dapat berasal dari bahan

makanan, cara pengolahan, penyimpanan, dan penyajian, maka

pencegahan keracunan harus pula dimulai dari bahan baku sampai

pada penyajian makanan. Kualitas bahan baku yang aman kadang-

kadang dapat tampak dari warna, konsistensi, kebersihan, kesegaran,

bau atau bila tidak tampak dapat diperiksa dengan menggunakan


standar kualitas bahan makanan. (Soemirat,2002). Kelompok bakteri

yang dapat menyebabkan keracunan makanan pada manusia adalah

sebagai berikut :

1. Keracunan makanan karena bakteri salmonella disebabkan oleh hal-

hal berikut ini ;

a. Banyaknya bakteri yang berkembang dalam jumlah yang banyak

karena pendinginan yang kurang sempurna sehingga bakteri dapat

aktif.

b. Makanan disimpan pada suhu kamar, dimana suhu tersebut

merupakan suhu yang paling tepat bagi berkembangnya bakteri.

c. Makanan yang diolah tidak cukup matang sehingga bakteri yang

tahan panas belum mati. Universitas Sumatera Utara

d. Makanan yang sudah disimpan dan didinginkan tidak cukup panas

waktu dihangatkan.

e. Alat-alat dapur yang kurang bersih dalam pencuciannya.

f. Kontaminasi dari tenaga pengolah yang kurang memperhatikan

higiene.

g. Bahan mentah yang terkontaminasi. Biasanya orang yang

keracunan makanan karena bakteri salmonela gejalanya antara lain

sakit perut, diare, menggigil, muntah, demam, mual dan tidak enak

badan, Masa inkubasi 6-72 jam. Makanan yang tepat untuk

berkembangnya bakteri ini ialah daging, unggas, kerang-kerangan,

sayur mentah, telur, susu, dan hasil olahannya.


2. Keracunan makanan oleh bakteri staphylococcus aureus

disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut .

a. Toksin yang dihasilkan bakteri tersebut.

b. Bakteri ini berkembang dengan baik kalau suhu pendinginannya

tidak sesuai dengan jenis makanan atau bahan makanan yang

disimpan.

c. Kontaminasi makanan yang telah matang.

d. Kontaminasi dari tenaga pengolah yang terkena infeksi.

e. Makanan disimpan pada suhu kamar.

f. Proses fermentasi pada makanan. Gejala orang keracunan karena

bakteri ini ialah mual, muntah, sakit perut, diare dan lesu, masa

inkubasi 1-8 jam dan makanan yang tepat untuk tumbuhnya

Universitas Sumatera Utara bakteri ini ialah daging dan hasil

olahannya, susu dan hasil olahannya, kue-kue yang dicampur dengan

krim.

3. Keracunan yang diakibatkan karena clostridium welchii disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Terdapatnya bakteri clostridium welchii dalam jumlah yang banyak

pada makanan.

b. Bakteri berkembang dengan baik karena suhu pendinginan yang

tidak sesuai dengan makanan yang disimpan sehingga bakteri menjadi

aktif.
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar. d. Makanan sisa yang

disajikan kembali, tapi pemanasannya tidak sempurna. Makanan yang

dicemarinya, antara lain daging, dan unggas yang telah dimasak,

Gejala yang terkena keracunan bakteri ini ialah sakit perut dan diare

dan Masa inkubasi 8-22 jam.

4. Keracunan karena bakteri clostridium botulinum, biasanya

disebabkan oleh halhal sebagai berikut.

a. Pada waktu pengalengan bahan makanan asam tidak memenuhi

syarat.

b. Ikan asap yang dikemas dengan sistem vakum tidak sempurna.

c. Makanan yang tercemar ialah bahan makanan dengan sistem vakum

yang tidak sempurna. Gejala keracunan ini adalah pusing, kunang-

kunang, kerongkongan kering, kalau menelan sakit, kalau berbicara

dan bernafas sakit, lemas dan sembelit. Masa inkubasi 2 jam – 8 hari.

5. Keracunan karena infeksi bacillus sereus disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut:

a. Masuknya bakteri Basillus cereus dalam saluran pencernaan dan

tumbuh.

b. Pendinginan makanan yang tidak sempurna.

c. Memasak makanan yang terlalu awal dari waktu penyajian dan

tidak disimpan secara tepat. d. Makanan yang tidak habis dan

disajikan kembali, tetapi pemanasannya tidak sempurna. Makanan


yang tercemar ialah nasi kukus dan nasi goreng dan Gejalagejalanya

ialah mual, muntah, dan diare.

6. Keracunan karena infeksi Escheria colli disebabkan oleh bakteri

E.colli. hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Pendinginan yang tidak sempurna.

b. Waktu memasak yang tidak cukup matang.

c. Alat-alat kurang bersih.

d. Higiene dari tenaga pengolah yang kurang bersih. Gejala-gejala

orang yang terkena infeksi ini adalah sakit perut, diare, muntah.

Demam, menggigil, pusing dan otot-otot pegal dan masa inkubasi 8-

48 jam.

7. Keracunan karena infeksi vibrio parahaemolytieus disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut.

a. Makanan yang tidak matang waktu mengolahnya.

b. Temperatur pendingin yang tidak sesuai dengan makanan yang

disimpan. Universitas Sumatera Utara

c. Kontaminasi silang.

d. Alat-alat yang kotor.

e. Menggunakan air laut untuk memasak.

Makanan yang dicemarinya adalah makanan laut yang mentah dan

kerangkerangan, gejala-gejala yang timbul adalah sakit perut, diare,

mual, muntah, demam, menggigil, dan pusing dan Masa inkubasi 2-48

jam. Bakteri-bakteri tersebut umumnya hidup ditanah, tubuh manusia


seperti usus, hidung, tenggorokan, kulit, luka. Pada binatang seperti

serangga dan burung. Penyebarannya dapat melalui manusia seperti

pada waktu batuk, bersin, memegang makanan dengan tangan, bulu

binatang yang jatuh ke makanan, melalui alat-alat pengolahan,

handuk, dan serbet yang tidak bersih. Untuk pencegahan preventif

diperlukan standar higienis pekerja yang tinggi, alatalat yang bersih,

dan penanganan makanan yang baik (Retno dan Yuliarsih, 2002).

Anda mungkin juga menyukai