Nama Anggota :
ABSTRAK
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Artikel ini berisi penelitian yang dilakukan dengan cara literatur review
mengenai ulasan dan rangkuman dari beberapa sumber pustaka (artikel,
buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) maupun dari pemikiran penulis.
Merangkumkan menjadi kajian lepas atau literature review, penggelompokan
(kategorikan) semua penelitian yang mirip dan dapat pula membandingkan secara
bersama contohnya maklumat yang sama atau berbeda tentang foodborne disease
terhadap cemaran Staphylococcus aureus pada daging ayam.
PEMBAHASAN
A. Foodborne disease
Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease),
biasanya bersifat toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agens penyakit
yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Kadang-kadang penyakit ini disebut “keracunan makanan” (food poisoning)
walaupun istilah ini tidak tepat. Penyakit yang ditularkan melalui makanan
mencakup lingkup penyakit yang etiologinya bersifat kimiawi maupun
biologis, termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa penyakit
parasit.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) yang
segera terjadi setelah mengkonsumsi makanan, umumnya disebut dengan
keracunan. Makanan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh
bakteri patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama
penyimpanan, sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat
membahayakan manusia. Pada kasus foodborne disease mikroorganisme
masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh
manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam
makanan meliputi:
1. Faktor intrinsik, merupakan sifat fisik, kimia dan struktur yang
dimiliki oleh bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi dan pH
bagi mikroba.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada penanganan dan
penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas di
atmosfer.
3. Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu
sendiri.
4. Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat
pengolahan bahan pangan, misalnya pemanasan, pendinginan, radiasi,
dan penambahan pengawet
Suhu °
Aktivitas air
Karakteristik C pH (aw) Atmosfer
Optimum untuk
37 6-7 0.98 Aerobik
pertumbuhan
Rentang (range)
0.83 - >0.99
pertumbuhan (di (aerobik) Anaerobik-
7-48 4-10
bawah 0.90 - >0.99 aerobik
kondisi optimum) (anaerobik)
Aerobik (5-
20%
Optimum untuk
40-45 7-8 0.98 dissolved
produksi toksin oxygen)
0.87 - >0.99
Rentang produksi
4.5-9.6 Anaerobik-
10-48 (aerobik)
toksin (di bawah
(aerobik) aerobik
0.92 - >0.99
kondisi optimum)
(anaerobik)
Penelitian berikut dilaksanakan dengan metode literatur review
dengan mengambil data dari sumber internet dengan membandingkan
kualitas daging ayam di beberapa tempat. Berdasarkan referensi, pasar yang
mempunyai kriteria yang paling baik dari aspek higiene adalah Pasar
Modern. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa jumlah S.
aureus pada daging ayam berturut-turut dari yang tertinggi adalah Pasar
Modern 1116.0 + 1461.0 cfu/gram, Pasar Bukit 618.2 + 1045.8 cfu/gram
dan Pasar Jombang 433.3 + 665.8 cfu/gram, dengan rataan yaitu 802.5 +
1194.2 cfu/gram. Dibandingkan dengan batas maksimum cemaran mikroba
(BMCM) yang ditetapkan dalam SNI Nomor 7388 Tahun 2009, maka
sampel daging ayam yang tidak memenuhi BMCM paling tinggi diperoleh
dari Pasar Modern (80.0%), kemudian diikuti Pasar Bukit (54.5%) dan Pasar
Jombang (66.7%). Tingginya jumlah S. aureus ini berkaitan dengan praktik
higiene personal dan tidak adanya penerapan rantai dingin dari rumah
potong unggas sampai di pasar. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat
keberadaan S. aureus pada daging ayam yang dapat menghasilkan toksin
yang tahan panas dapat berisiko menyebabkan keracunan makanan pada
konsumen.
Jumlah
sampel
Jumlah Jumlah dari % positif
Produk terkontaminas
sampel S. aureus cfu/g terhadap SE
i
(%)
Daging
babi 135 57.7 TD 34.6
mentah
Daging
139 2.8 TD 7.8
mentah
Susu
714 7.9 TD 31.8
mentah
Daging
1090 30 <100 TD
sapi
Daging
50 6 >10 TD
kalkun
Udang
46 23.9 >3 26
beku
Karkas
1155 28.7 <10 TD
daging sapi
SE = Staphylococcal enterotoxin
TD = tidak dapat ditentukan
SARAN
Palupi, K. T., Adiningsih, M. W., Sunartatie, T., Afifi, U., & Purnawarman, T.
(2010).Pengujian staphylococus aureus pada daging ayam beku yang
dilalulintaskan melalui pelabuhan penyeberangan merak.Hemera
Zoa, 2(1).Diakses:http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/view/4622
https://www.academia.edu/11041773/FOOD_BORNE_DISEASE diakses 9
Oktober 2018
https://www.academia.edu/8646187/Bahaya2018bahaya_penyakit_yang_disebabk
an_makanan_foodborne_illness_ diakses 9 Oktober 2018