PO.71.3.221.13.1.012
II.A
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan merupakan
bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan dan
minuman. Alat makan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organisme
atau bibit penyakit yang tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan
yang akan diletakkan di atasnya.
Angka kuman dan adanya bakteri coli pada permukaan alat makan yang telah dicuci
dapat diketahui dengan melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan
alat makan.
Uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
kebersihan alat tersebut. Sehingga melalui uji sanitasi alat tersebut, petugas inspeksi
dari dinas kesehatan dapat menetapkan apakan alat makan tersebut sudah layak
digunakan atau belum. (Anonim 2010)
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan
adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene
makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan
yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan
alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi
usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman. (Tiksundari 2013)
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang
akan disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan
tindakan pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian
pengolahan makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu
mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan
dengan pembersihan peralatan yang benar ).
B. TUJUAN
1. Agar dapat diketahui tingkat kebersihan dari alat makan dan alat masak
2. Agar dapat memantapkan petugas dalam melakukan pengawasan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MAKANAN
1. Pengertian Makanan
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan
obat obatan dan substansi substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar
dalam Pohan 2009: 18).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen
diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat,
cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan.
Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral
(Mukono, 2006 ).
Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi.
Makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan penyakit yang dikenal denganfood
borne dsease
2. Pengertian Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan
makanan agar tetap bersih, sehat dan aman (Mukono,2006).
Diperlukan penerapan sanitasi makanan untuk mencegah kontaminasi makanan
dengan zat zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
Usaha usaha sanitasi meliputi kegiatan kegiatan :
a. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan
b. Higiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan oleh karyawan yang
bersangkutan
c. Keamanan terhadap penyediaan air
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makan terhadap kontaminasi selama dalam proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/ perlengkapan.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang
dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan
bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang
tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik.,
temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya zat
zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat
obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat obat pertanian untuk
kemasan makanan dan lain lain (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena
adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi
makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan
tersebut (Mulia, 2005).
3. Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene sanitasi makanan merupakan bagian yang penting dalam proses
pengolahan makanan yang harus dilaksanakan dengan baik (Fathonah, 2005).
Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
4. Gangguan Kesehatan Akibat Makanan
Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan
menjadi keracunan makanan, dan penyakit bawaan makanan (Slamet dalam Mulia,
2005).Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada didalam panganan
akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat
berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor. Apabila racun tadi tidak dapat
diuraikan, dapat terjadi bioakomulasi didalam tubuh mahluk hidup melalui rantai
makanan (Mulia, 2005).
Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat terpisahkan secara
nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud dengan penyakit bawaan makanan
adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu
makanan yang terkontaminasi mikroba pathogen, kecuali keracunan (Mulia, 2005).
Peran makanan dalam penyebaran penyakit, adalah :
a. Makanan sebagai penyebab penyakit (agent)
Makanan sebagai penyebab penyakit bisa terjadi apabila dalam makanan tersebut
sudah mengandung bahan yang menjadi penyebab langsung suatu penyakit, misalnya
jamur beracun, ikan beracun dan adanya racun yang secara alamiah sudah
mengandung racun.
b. Makanan sebagai pembawa penyakit (Vehicle)
Makanan dapat sebagai pembawa penyakit apabila makanan tersebut tercemar oleh
bahan yang membahayakan kehidupan, misalnya mikroorganisme dan bahan kima
beracun. Semula makanan tidak berbahaya namun setelah terkontaminasi oleh
mikriorganisme atau bahan kimia beracun maka akhirnya makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan.
c. Makanan sebagai media
Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan waktu yang cukup serta
kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau kuman penyakit, maka
makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman untuk berkembang
biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan (Mukono, 2002).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan aspek hygiene makanan atau
minuman. Penyakit yang berhubungan dengan unsur makanan atau minuman lazim
disebut sebagai water and food borne disease. Penyakit yang ditularkan oleh mikro-
organisme yang ada pada makanan/minuman tersebut biasanya berupa penyakit
infeksi. Dibawah ini adalah mikroorganisme penyebab food and water borne disease
(Mukono, 2002).
Menurut Anwar dalam Pohan 2009 membagi food borne disease dalam 6
kategori yaitu :
1) Food Infection
Adalah penyakit yang disebabkan oleh makanan, karena didalam makanan terdapat
bakteri pathogen. Misalnya adalahan bakteri Shigella sp yang dapat menyebabkan
penyakit Basilary disentry, bakteri Coryne menyebabkan Haemolitic Infection,
Mycobakterium tuberculosa menyebabkan penyakit TBC, salmonella typosa
menyebabkan penyakit paratypus dan typus.
2) Parasitic infection
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh Karena didalam makanan terdapat parasit dari
pathogen. Contohnya adalah Entamoeba hystolitica menyababkan Amoeba dysentri,
Taenia saginata menyebabkan Taenasis (beef), dan Taenia solium menyebabkan
Taenasis (pork).
3) Food Intoxication
Yaitu penyakit yang disebabklan oleh makanan,karena dalam makanan terdapat toksin
(racun) yang berasal dari bakteri. Contoh antara lain : Clostridium botulium penyebab
Botulism, Enteri toxin mengakibatkan Clostridium Welchii Poisoning.
4) Physical
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh karena adanya pengaruh dari kegiatan sekitarnya
dan benda benda asing. Contohnya adalah : Ionozing Radiation yang menyebabkan
Radiation Poising.
5) Chemicals
Adalah penyakit keracunan yang disebabkan karena adanya zat kimia beracun pada
makanan. Contohnya Antonomy mengakibatkan Antonomy Poisoning, insectisida /
Rodentisida penyebab Arsenic Poisoning, pestisida mengakibatkan Lead Poisoning.
6) Poisoning of Plant and Animals
Adalah penyakit yang disebabkan adanya racun atau zat yang berasal dari makanan
itu sendiri, baik makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan maupun yang berasal
dari hewan. Contohnya : Ricin (Caster bean toxin) dapat mengakibatkan Caster bean
poisoning, Fungus of ryc menyebabkan Ergotion, Solonin menyebabkan Solonin leave
poisoning.
Erlemeyer
Gelas ukur
Batang pengaduk
Timbangan analitik
Oven
Autoclave
Kompor
Lidi
Kapas
Koran
Kertas cokelat
b. Bahan
NaCL 0,09%
Pepton
Nutrient Agar
Aquadest
Telur
Rak tabung
Lampu spritus
Lidi kapas
Kertas jendela
Termos
Korek api
Label
Gunting
b. Bahan
Pepton 9 ml
Alcohol
Sampel alat (sendok, piring, dan mangkok)
3. Pemeriksaan di Laboratorium
a. alat
Pipet ukur
Petridish
Lampu spritus
Tabung reaksi
Rak tabung
Lampu spritus
Balp
Incubator
Label
Coloni counter
b. bahan
NaCL 0.09%
Pepton
Natrium agar
Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet Ukur
Beacker Glass
Tabung Durham
Incubator
Lampu Spritus
Balp
b. Bahan
Aquades
Sampel Air (sumur, pam, minum)
BGLB
EMB Agar
TSL
SSL
Beacker glss
Batang pengaduk
Alu
Spoit
Alcohol
Timbangan
b. Bahan
Reagen Pb 1
Reagen Pb 2
Aquades
Sampel
6. Pemeriksaan Arsen (As)
a. Alat
Beacker glass
Batang pengaduk
Alu
Spoit
Timbangan
b. Bahan
Alcohol
Reagen as 1
Reagen as 2
Aquades
Sampel
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan bahan dan pensterilan alat pemeriksaan
a) Tentukan terlebih dahulu kebutuhan nutrient agar, pepton dan NaCL 0,09% untuk
semua kelompok
b) Siapkan alat dan bahan
c) Timbang 3 kertas timbang terlebih dahulu untuk wadah penimbangan bahan
d) Kemudian timbang masing-masing kebutuhan bahan sesuai kebutuhan
e) Setelah itu, taruhlah bahan di dalam erlemenyer
f) Tambahkan aquadest kedalam bahan sesuai kebutuhan
g) Aduk bahan sampai tercampur / terlarut betul dengan aquadest
h) Khusus untuk nutrient agar, harus didihkan terlebih dahulu diatas kompor hingga
warna nutrient agar seperti bening minyak goreng
i) Kemudian masukkan pepton 5 ml ke dalam tabung reaksi dan 9 ml NaCL 0,09% ke
dalam tabung reaksi yang berbeda dan ditutup dengan kapas
j) Setelah itu, di lanjutkan dengan pembuatan lidi kapas dengan cara memisahkan
putih telur dengan kuningnya, kemudian lidi di olesi putih telur dengan tujuan kapas
menempel pada lidi dan dibungkus dengan kertas coklat.
k) Setelah pembuatan bahan telah selesai semua , maka semua bahan dimasukkan ke
dalam autoclave 121C selama 45 menit.
l) Dan memasukkan pula alat pemeriksaan (pipet ukur, petridish, lidi kapas) kedalam
oven 105C selama 2 jam.
2. Pengusapan sampel
a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan lidi kapas, pepton, kertas jendela, lampu spritus, korek api, alcohol ke
dalam termos
c) Sebelum pengusapan di mulai, ingat disini harus memakai prinsip steril
d) Nyalakan lampu spritus
e) Tangan dipakaikan alcohol dan tempat disterilkan terlebih dahulu
f) Plumbir tabung reaksi yang berisi pepton
g) Celupkan lidi kapas kedalam tabung reaksi dan keluarkan kembali tetapi diperas
terlebih dahulu
h) Kemudian masing-masing lidi kapas diusapkan ke setiap jenis sampel dengan cara 1x
pengusapan dengan standar kertas jendela
i) Setelah itu, masukkan kembali lidi kapas ke dalam tabung reaksi dengan cara di
patahkan dan diplumbir terlebih dahulu sebelum dan sesudah ditutup kapas.
j) Membawa peralatan kembali ke laboratorium untuk pemeriksaan selanjutnya.
3. Pemeriksaan dilaboratorium
a) Siapkan alat dan bahan
b) Nyalakan lampu spritus
c) Tangan dipakaikan alcohol dan tempat disterilkan terlebih dahulu
d) Ambil 1 ml pepton, masukkan kedalam NaCL1 dan di isap lepas kemudian di
pindahkan ke petridish P1 dan jangan lupa diplumbir
e) Ambil lagi 1 ml NaCL1 dan dipindahkan ke NaCL2 dan di isap lepas kemudian di
pindahkan ke petridish P2 dan jangan lupa diplumbir
f) Lakukan pemindahan pepton dan NaCL untuk setiap jenis sampel
g) Jangan lupa masukkan NaCL 1 ml ke petridish untuk kontrol
h) Setelah semua telah selesai, tambahkan 15 ml nutrient agar kedalam petridish 12
i) Tunggulah hingga mendingin dan mengeras, petridish dibalik dan dieramkan ke
dalam incubator dengan suhu 37C selama 1 X 24 jam
j) Keesokan harinya, dilakukan pembacaan dan dimasukkan kedalam rumus sebagai
berikut:
Rumus : (10-1 C) X 10 + (10-2 C) X 100
2
Keterangan : C = Kontrol
P1 = Kode pengenceran 1
P2 = Kode pengenceran 2
4. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
a. Tes Perkiraan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Semua tabung-tabung media disusun rapi dalam rak tabung, dan diberi tabnda yang
sesuai agar bisa membedakan antara yang satu dengan yang lain. Jangan lupa tanda
yang sesuai dengan kode contoh dan porsi contoh yang dipilih, serta tanggal
pemeriksaan.
3. Sampel dicampur atau dikocok sebanyak 25 kali.
4. Memasukkan sampel masing-masing 10 mL TSL kedalam 3 tabung, 1 mL SSL
kedalam 3 tabung, 0,1 mL sampel. Pengisian tabung dilakukan secara aseptic.
5. Diincubasi pada suhu 350C 0,50C selama 2x24 jam.
6. Pembentukan gas diamati setiap 24 jam.
7. Mengamati semua tabung, bila terbentuk gas dan asam berarti hasilnya positif.
Adanya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri coliform, asam
dilihat dari perubahan warna ungu menjadi kuning dan gas dapat dilihat dalam tabung
Durham berupa gelembung udara.
8. Banyaknya kandungan bakteri coliform dapat dilihat dengan menghitung tabung
yang menunjukkan reaksi positif dan lihat tabel MPN/JPT (Most Probable
Number/Jumlah
9. Perkiraan Terdekat). Bila inkubasi 1 X 24 jam negatif, inkubasi lanjutkan 2 X 24 jam.
10. Langkah-langkah tersebut di atas disebut Presumtive Test atau uji kiraan.
b. Tes Penegasan
1. Semua tabung yang menunjukkan peragian positif pada tes perkiraan dipindahkan 1-
2 mata ose kemedia BGLB
2. Dieramkan pada suhu 350C selama 2x24 jam
3. Pembentukan gas dalam waktu 2x24 jam, dinyatakan sebagai tes penegasan positif,
pemeriksaan dilanjutkan kepemeriksaan lengkap
4. Bila dalam 2x24 jam tidak terbentuk gas, tes penegasan dinyatakan negative dan tidak
dilanjutkan ke tes lengkap.
c. Tes Lengkap (Complete Test)
1. Semua tabung yang menunjukkan peragisan positif dalam test penegasan digeserkan
diatas EMB Agar
2. Di eramkan pada suhu 350C selama 2x24 jam
3. Dicari koloni yang tersangka, dipindahkan ke lactose dan agar miring
4. Dieramkan pada suhu 350C selama 24 - 48 jam.
5. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
a. Timbang sampel sebanyak 10 gr
b. Lalu haluskan menggunakan alu
c. Tambahkan aquades 50 ml lalu aduk
d. Masukkan 5 ml sampel ke tabung menggunakan spoit
e. Tetesi 3x reagen pb 1
f. Masukkan kertas trip ke dalam tabung
g. Tunggu 1 menit
h. Celupkan pada aquades selama 1 detik
i. Lalu angin-anginkan selama 2 menit
j. Bandingkan dengan standar
6. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
a. Timbang sampel sebanyak 10 gr
b. Lalu haluskan menggunakan alu
c. Tambahkan aquades 50 ml lalu aduk
d. Masukkan 5 ml sampel ke tabung menggunakan spoit
e. Tambahkan 1 sdk as 1
f. Masukkan kertas trip ke dalam tabung
g. Tunggu selama 20 menit lalu di goyang
h. Angkat kertas lalu celupkan ke dalam aquades selama 1 detik
i. Lalu anging-anginkan dan bandingkan dengan standar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pengusapan Alat Makan
Kontrol =5
a. Sendok
101 = 23
102 = 108
Rumus =
=
=
=
= 5240 koloni/cm2
b. Mangkok
101 = 23
102 = 22
Rumus =
=
= 940 koloni/cm2
c. Piring
101 = 27
102 =0
Rumus =
=
= 110 koloni/cm2
2. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
Tabung 10 ml = 2 tabung positif
Tabung 1 ml = 0 tabung positif
Tabung 0,1 ml = 0 tabung positif
Berdasarkan tabel perkiraan terdekat jumlah kuman golongan coli untuk
kombinasi porsi 9 yaitu 9 per 100 ml .
3. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan timbal (Pb) pada makanan jalangkoteyang telah
dilakukan, maka di dapat hasil yaitu 0.
4. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan arsen (As) pada makanan jalangkoteyang telah
dilakukan, maka di dapat hasil yaitu 0.
B. PEMBAHASAN
1. Pengusapan Alat Makan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat dianalisa bahwa
pengusapan alat makan seperti sendok, piring dan mangkok tidak memenuhi syarat hal
tersebut dikarenakan jumlah kuman pada peralatan melebihi ambang batas yang
dimana Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan tidak boleh mengandung bakteri lebih
dari 0 koloni/cm2. Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan
yang diteliti dapat dikatakan tidak sehat dan tidak layak untuk digunakan oleh
masyarakat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya hasil pemeriksaan alat
makan pada warung bakso tersebut yaitu :
a. Bahan pencuci
Bahan tidak bersih yang digunakan mencuci piring dapat mengkontaminasi peralatan
makan seperti spons dan detergen/sabun pencuci piring yang tidak sesuai.
b. Kualitas air pencuci
Pada saat pencucian air yang digunakan tidak memenuhi kualitas secara fisik, kimia
dan mikrobiologi dapat mempengaruhi saat pencucian, misalnya secara biologi masih
mengandung ecoli maka peralatan makan tersebut dapat terkontaminasi.
c. Cara pencucian
Pada saat pencucian seharusnya air yang digunakan yaitu air yang mengalir akan tetapi
kebanyakan masyarakat masih mencuci dengan wadah seperti ember/baskom yang
digunakan berkali-kali sehingga pencucian yang dilakukan kurang bersih sehingga
kuman dengan mudah dapat tumbuh dan berkembang.
d. Adanya sumber pencemaran kuman dan arah angin
Sumber pencemar dapat berasal dari seseorang apabila tidak memiliki personal hygiene
dengan baik sehingga dapat mengkontaminasi peralatan makan selain itu arah angin
juga dapat berpengaruh jikalau seseorang tersebut mengalami infulensa/batuk saat
melakukan pencucian.
e. Kondisi ruang penyimpanan, debu di udara dan kelembaban ruangan
Tempat penyimpanan peralatan makan yang sudah dicuci dapat terkontaminasi oleh
debu yang beterbangan disekitar dapur dan apabila kondisi sanitasi dapur kurang
bersih dan rapi makan vector akan datang dengan sendirinya.
f. Adanya sinar matahari langsung yang masuk ke dalam ruang penirisan/
penyimpanan
Apabila penyimpanan ditempatkan dekat dengan jendela atau sinar matahari langsung
masuk ke dalam ruangan maka peralatan makan tersebut maka bakteri/kuman dapat
tumbuh pada peralatan makan
g. Kondisi rak penyimpanan.
Kondisi rak penyimpan yang tidak sesuai atau tidak di tata dengan rapi/dibiarkan
menumpuk tanpa pemisahan setiap jenis peralatan makan maka dapat terjadi
kontaminasi ataupun tumbuhnya kuman.
Adapun faktor lain yang memungkinkan dapat menyebabkan keberadaan
kuman (bakteri) pada alat makan warung bakso tersebut yaitu dapat pula dipengaruhi
dari ketidaktelitian praktikan pada saat melalukan percobaan, termasuk pelaksanaan
praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja, dalam hal ini adalah kesalahan cara
pengambilan sampel serta banyak berbicara pada saat melakukan praktikum.
Akibat kontaminasi bakteri terhadap alat makan akan mempengaruhi
kesehatan meskipun pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan makanan.
Akan tetapi, persyaratan higiene dan sanitasi makanan salah satunya ditentukan oleh
peralatan makanan. Hasil identifikasi kontaminasi bakteri patogen pada alat
makanan dan minuman menunjukkan bahwa penyebab kontaminasi didominasi
oleh bakteri Bacillus cereus. Bakteri lain yang ditemukan dalam jumlah terbatas
adalah E.coli, Staphilococcus aureus dan Jamur (Melatiwati, 2010).
2. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat dianalisa bahwa air
pada tabung 10 ml yang menghasilkan 2 positif tidak memenuhi standar hal tersebut
dikarenakan pada air bersih tidak boleh terdapat bakteri karena apabila dikonsumsi
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang mengkonsumsinya.
Selain itu air bersih belum tentu dapat di minum karena tidak selamanya air bersih
terbebas dari kuman ataupun bakteri sehingga pemilik warung makan harus terlebih
dahulu memasak air tersebut pada suhu 100C agar kuman dapat mati dan bisa
digunakan untuk mengolah makanan yang menggunakan air. Apabila air yang
digunakan tidak memenuhi syarat baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
maka dapat menimbulkan suatu penyakit seperti diare dll.
3. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan pb dan as yang dilakukan didapatkan hasil 0 hal
tersebut dikarenakan tidak adanya pencemaran terhadap jalangkote. Dalam proses
pembuatannya baik pada saat pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan hingga penyajian semua dilakukan dalam
keadaan yang baik dan bersih. Logam berat tersebut tidak terdapat pada makanan
dikarenakan bahan baku jalangkote seperti wortel, kentang, tepung, toge dll tidak
rentan terhadap pb dan as karena biasanya logam tersebut ditemukan pada makanan
yang berasal dari laut seperti ikan dan makan yang dipasarkan di pinggir jalan (PKL)
selain itu tempat pengolahan/rumah makan tersebut jauh dari kegiatan industry
sehingga tidak tercemar, begitupun dengan kondisi sanitasi rumah makan cukup
bersih.
4. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan pb dan as yang dilakukan didapatkan hasil 0 hal
tersebut dikarenakan tidak adanya pencemaran terhadap kuah rawon. Dalam proses
pembuatannya baik pada saat pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan hingga penyajian semua dilakukan dalam
keadaan yang baik dan bersih. Logam berat tersebut tidak terdapat pada makanan
dikarenakan bahan baku kuah rawon seperti air, bawang goreng, daun bawang dll
tidak terhadap pb dan As selain itu tempat pengolahan/rumah makan tersebut jauh
dari kegiatan industry sehingga tidak tercemar, begitupun dengan kondisi sanitasi
rumah makan cukup bersih.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kebersihan alat makan dan alat masak yang telah diperiksa menunjukkan
angka kuman yang melebihi ambang batas sehingga tidak memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan
2. Dalam hal pengawasan, petugas belum melaksanakan tugas dengan baik karena
peralatan makan pada warung tersebut belum memenuhi persyaratan.
B. SARAN
Sebaiknya setiap petugas pengawas makanan lebih memperhatikan sanitasi setiap
rumah makan agar sesuai dengan standar dan untuk para pemilik rumah makan
sebaiknya memperhatikan kebersihan setiap bagian-bagian dari usahanya seperti pada
saat pengolahan makanan, kebersihan dapur dan personal hygiene agar makanan dan
peralatan selalu dalam keadaan bersih dan steril sehingga terhindar dari bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Laporan Usap Alat Makanan. http://blogkesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/12/laporan-usap-alat-makanan.html. Diakses pada tanggal
10 Mei 2015
Anonim.
2012. PDF. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6
&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAF&url=http%3A%2F%2Feprints.ung.ac.id%2F5
145%2F5%2F2012-1-13201-811408025-bab2-
15082012122053.pdf&ei=_TVPVduSNNGRuATTpoGIBQ&usg=AFQjCNFQJiYRvSk
vdipP4_p0OVqLem8QJQ&sig2=gP2km0RJIKzroKcj63Uc9Q&bvm=bv.92885102,d.c2
E
Tiksundari. 2013. Makalah sanitasi makanan.http://tiksundari.blogspot.com/2013/05/contoh-
makalah-sanitasi-peralatan.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015