Anda di halaman 1dari 18

EKA WAHYUNI

PO.71.3.221.13.1.012
II.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D III
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan merupakan
bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan dan
minuman. Alat makan yang tidak dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organisme
atau bibit penyakit yang tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan
yang akan diletakkan di atasnya.
Angka kuman dan adanya bakteri coli pada permukaan alat makan yang telah dicuci
dapat diketahui dengan melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan
alat makan.
Uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
kebersihan alat tersebut. Sehingga melalui uji sanitasi alat tersebut, petugas inspeksi
dari dinas kesehatan dapat menetapkan apakan alat makan tersebut sudah layak
digunakan atau belum. (Anonim 2010)
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan
adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene
makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan
yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan
alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi
usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman. (Tiksundari 2013)
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang
akan disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan
tindakan pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian
pengolahan makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu
mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan
dengan pembersihan peralatan yang benar ).

B. TUJUAN
1. Agar dapat diketahui tingkat kebersihan dari alat makan dan alat masak
2. Agar dapat memantapkan petugas dalam melakukan pengawasan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MAKANAN
1. Pengertian Makanan
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan
obat obatan dan substansi substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar
dalam Pohan 2009: 18).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen
diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat,
cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan.
Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral
(Mukono, 2006 ).
Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi.
Makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan penyakit yang dikenal denganfood
borne dsease
2. Pengertian Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan
makanan agar tetap bersih, sehat dan aman (Mukono,2006).
Diperlukan penerapan sanitasi makanan untuk mencegah kontaminasi makanan
dengan zat zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
Usaha usaha sanitasi meliputi kegiatan kegiatan :
a. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan
b. Higiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan oleh karyawan yang
bersangkutan
c. Keamanan terhadap penyediaan air
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makan terhadap kontaminasi selama dalam proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/ perlengkapan.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang
dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan
bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang
tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik.,
temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan
susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya zat
zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat
obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat obat pertanian untuk
kemasan makanan dan lain lain (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena
adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi
makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan
tersebut (Mulia, 2005).
3. Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene sanitasi makanan merupakan bagian yang penting dalam proses
pengolahan makanan yang harus dilaksanakan dengan baik (Fathonah, 2005).
Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
4. Gangguan Kesehatan Akibat Makanan
Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan
menjadi keracunan makanan, dan penyakit bawaan makanan (Slamet dalam Mulia,
2005).Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari
tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada didalam panganan
akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat
berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor. Apabila racun tadi tidak dapat
diuraikan, dapat terjadi bioakomulasi didalam tubuh mahluk hidup melalui rantai
makanan (Mulia, 2005).
Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat terpisahkan secara
nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud dengan penyakit bawaan makanan
adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu
makanan yang terkontaminasi mikroba pathogen, kecuali keracunan (Mulia, 2005).
Peran makanan dalam penyebaran penyakit, adalah :
a. Makanan sebagai penyebab penyakit (agent)
Makanan sebagai penyebab penyakit bisa terjadi apabila dalam makanan tersebut
sudah mengandung bahan yang menjadi penyebab langsung suatu penyakit, misalnya
jamur beracun, ikan beracun dan adanya racun yang secara alamiah sudah
mengandung racun.
b. Makanan sebagai pembawa penyakit (Vehicle)
Makanan dapat sebagai pembawa penyakit apabila makanan tersebut tercemar oleh
bahan yang membahayakan kehidupan, misalnya mikroorganisme dan bahan kima
beracun. Semula makanan tidak berbahaya namun setelah terkontaminasi oleh
mikriorganisme atau bahan kimia beracun maka akhirnya makanan tersebut
berbahaya bagi kesehatan.
c. Makanan sebagai media
Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan waktu yang cukup serta
kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau kuman penyakit, maka
makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman untuk berkembang
biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan (Mukono, 2002).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan aspek hygiene makanan atau
minuman. Penyakit yang berhubungan dengan unsur makanan atau minuman lazim
disebut sebagai water and food borne disease. Penyakit yang ditularkan oleh mikro-
organisme yang ada pada makanan/minuman tersebut biasanya berupa penyakit
infeksi. Dibawah ini adalah mikroorganisme penyebab food and water borne disease
(Mukono, 2002).
Menurut Anwar dalam Pohan 2009 membagi food borne disease dalam 6
kategori yaitu :
1) Food Infection
Adalah penyakit yang disebabkan oleh makanan, karena didalam makanan terdapat
bakteri pathogen. Misalnya adalahan bakteri Shigella sp yang dapat menyebabkan
penyakit Basilary disentry, bakteri Coryne menyebabkan Haemolitic Infection,
Mycobakterium tuberculosa menyebabkan penyakit TBC, salmonella typosa
menyebabkan penyakit paratypus dan typus.
2) Parasitic infection
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh Karena didalam makanan terdapat parasit dari
pathogen. Contohnya adalah Entamoeba hystolitica menyababkan Amoeba dysentri,
Taenia saginata menyebabkan Taenasis (beef), dan Taenia solium menyebabkan
Taenasis (pork).
3) Food Intoxication
Yaitu penyakit yang disebabklan oleh makanan,karena dalam makanan terdapat toksin
(racun) yang berasal dari bakteri. Contoh antara lain : Clostridium botulium penyebab
Botulism, Enteri toxin mengakibatkan Clostridium Welchii Poisoning.
4) Physical
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh karena adanya pengaruh dari kegiatan sekitarnya
dan benda benda asing. Contohnya adalah : Ionozing Radiation yang menyebabkan
Radiation Poising.
5) Chemicals
Adalah penyakit keracunan yang disebabkan karena adanya zat kimia beracun pada
makanan. Contohnya Antonomy mengakibatkan Antonomy Poisoning, insectisida /
Rodentisida penyebab Arsenic Poisoning, pestisida mengakibatkan Lead Poisoning.
6) Poisoning of Plant and Animals
Adalah penyakit yang disebabkan adanya racun atau zat yang berasal dari makanan
itu sendiri, baik makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan maupun yang berasal
dari hewan. Contohnya : Ricin (Caster bean toxin) dapat mengakibatkan Caster bean
poisoning, Fungus of ryc menyebabkan Ergotion, Solonin menyebabkan Solonin leave
poisoning.

B. HIGIENE DAN SANITASI


1. Pengertian Higiene
Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta
berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan
(Ensiklopedia Indonesia dalam Fathonah, 2005). Higiene juga mencakup upaya
perawatan kesehatan dini, termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene mencakup
perlunya perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan makanan
agar terhindar dari sakit, baik yang disebabkan oleh penyakit pada umumnya, penyakit
akibat kecelakaan ataupun penyakit akibat prosedur kerja yang tidak memadai
(Fathonah, 2005 : 1).
Apabila ditinjau dari kesehatan lingkungan, higiene adalah usaha kesehatan
yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena factor lingkungan. Pengertian tersebut termasuk
pula upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehtan manusia.,
sedemikian rupa sehingga berbagai factor lingkungan yang tidak menguntungkan tidak
sampai menimbulkan penyakit (Fathonah, 2005).
2. Pengertian Sanitasi
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor faktor lingkungan yang berkaitan dengan
rantai perpindahan penyakit tersebut (Fathonah, 2005: 1).
3. Pemeriksaan Higiene Sanitasi
Menurut Permenkes RI No. 1096 : Pemeriksaan higiene sanitasi dilakukan untuk
menilai kelaikan persyaratan teknis fisik yaitu bangunan, peralatan dan ketenagaan
serta persyaratan makanan dari cemaran kimia dan bakteriologis. Nilai pemeriksaan
ini dituangkan di dalam berita acara kelaikan fisik dan berita acara pemeriksaan
sampel/specimen.
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Cemaran kimia pada makanan negative
b. Angka kuman E.coli pada makanan 0/gr contoh makanan
c. Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)
d. Tidak diperoleh adanya carrier (pembawa kuman patogen) pada penjamah makanan
yang diperiksa (usap dubur/rectal swab)

C. HUBUNGAN SANITASI RUMAH MAKAN DENGAN PENYAKIT


Sanitasi tempat umum merupakan prioritas dalam penanganannya, hal tersebut
disebabkan karena tempat umum merupakan tempat yang mempunyai impotensi
untuk penyebaran penyakit. Oleh sebab itu memerlukan penatalaksanaan yang spesifik
agar tidak menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat (Mukono, 2002:41)
Rumah makan atau restoran merupakan salah satu tempat yang banyak dikunjungi
oleh masyarakat umum dengan demikian memerlukan perhatian khusus dibidang
sanitasi. Sanitasi yang tidak memerlukan persyaratan akan menimbulkan masalah
kesehatan, dianataranya adalah water and food borne disease dan munculnya vektor
penyakit. Hal ini dapat kita lihat dari adanya kejadian-kejadian/ wabah penyakit perut
yang justru disebabkan oleh kelalaian
dari pengusahan restoran yang kurang mengerti masalah kebersihan dalam
penyelenggaraan makanan dan minuman. (Mukono,2002:41)
Sanitasi rumah makan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit khususnya
penyakit water and food borne disease. Dipandang dari aspek kesehatan lingkungan
tempat pengelolaan makanan yang tidak terjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungannya akan berpengaruh pada kesehatan konsumen. Yang perlu diketahui
dalam pengelolaan makanan adalah diterapkannya kaidah dari prinsip hygiene dan
sanitasi makanan yang merupakan hal penting didalam kebersihan pengelolaan
makananan. Unsur penting yang perlu diikuti oleh para pengelola adalah pengetahuan
tentang penyehatan makanan (Mukono, 2002).
Pengelolaan makanan yang higienis ditentukan oleh beberapa factor anatara lain :
1. Faktor lingkungan (environmental sanitation) :
a. Bangunan dan lokasi
b. Peralatan untuk proses pengelolaan
c. Perabotan kerja
d. Fasilitas sanitasi
2. Faktor manusia (personal hygiene) :
a. Keadaan fisik tubuh dan pakaian yang dipakai
b. Pengetahuan yang dimiliki
c. Sikap atau pandangan hidup
d. Perilaku atau tindakan yang biasa dikerjakan
3. Faktor makanan (food hygiene) :
a. Pemilihan bahan baku makanan
b. Penyimpanan bahan makanan
c. Pengelolaan makanan
d. Penyimpanan makanan jadi
e. Pengangkutan makanan
f. Penyajian makanan (Mukono, 2002).
Usaha Pencegahan Rumah Makan/ Restoran tetap sehat :
1) Rumah makan/restoran harus mempunyai bank sampel untuk menyimpan sampel
makanan dalam lemari es selama 24 jam sebagai upaya kewaspadaan dini bila terjadi
keracunan makanan sehingga dapat dilacak untuk konfirmasi.
2) Melakukan pemeriksaan berkala tiap semester (tiap 6 bulan), meliputi ;
a) Pemeriksaan kesehatan penjamah termaksuk rectal swab
b) Sampel makanan
c) Sampel air
d) Usap alat makan dan alat masak (Mukono, 2002).
Kegiatan tersebut untuk mengetahui kualitas/tingkat pelaksanaan penyehatan
makanan secara laboratories dan sekaligus dapat berfungsi sebagai langkah
pencegahan.
Air adalah salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam
kehidupan sehari hari air diperlukan untuk mandi, mencuci, membersihkan dan
dalam proses pengolahan makanan (Fathonah, 2005: 71).
Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung dalam masyarakat
disebut penyakit bawaan air atau water borne disease. Penyakit ini hanya dapat
menyebar apabila mikroba penyebabnya masuk kedalam air yang digunakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya (Sarudji, 2010).
D. PERALATAN MAKAN
1. Pengertian Peralatan Makan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Peralatan adalah
segala macam alat yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan.
Perlindungan terhadap peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik
adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah di cuci dan aman digunakan. Peralatan
utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak atau pecah selain dapat menimbulkan
kecelakaan (melukai tangan ) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak
dapat tercuci dengan sempurna (Depkes RI
dalam Pohan, 2009 : 23).
Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merek atau cat pada permukaan
tempat makanan tidak boleh di gunakan. (Pohan, 2009:23)
2. Pengawasan Peralatan Makan
Permukaan peralatan makan seringkali menjadi sumber kontaminasi pada
bahan pangan yang diolah jika tidak dibersihkan dengan baik. Bahan yang digunakan
untuk membuat wadah atau peralatan dapat berupa stainless steel, plastik, kaca,
keramik, kayu bahkan batu (Fadila, 2001).
Sanitasi yang diperlukan umumnya meliputi pencucian dan perlakuan sanitasi
menggunakan sanitaiser. Pencucian terutama dilakukan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan sisa- sisa bahan yang diolah, sedangkan perlakuan sanitasi
menggunakan sanitaiser ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau seluruh
mikroorganisme yang terdapat pada permukaan wadah atau peralatan pengolahan
tersebut (Fadila, 2001).
Selain air, dalam pencucian biasanya menggunakan deterjen untuk
mengemulsifikasi lemak dan melarutkan mineral serta komponen- komponen larut
lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan harus memenuhi persyaratan
tidak bersifat korosif dan mudah dibersihkan dari permukaan (Fadila,2001).
Dalam proses sanitasi, sanitaiser yang sering digunakan adalah uap panas, air
panas, halogen (khlorin atau iodine). Jenis sanitaiser, konsentrasi yang digunakan, suhu
dan metode yang diterapkan bervariasi tergantung dari jenis wadah dan alat yang
dibersihkan maupun jenis mikroorganisme yang akan dibasmi (Fadila, 2001).
Untuk mengetahui kesempurnaan perlakuan sanitasi terhadap suatu wadah atau
peralatan pengolahan maka permukaan dari peralatan tersebut diuji secara
mikrobiologis. Tergantung dari bentuk wadah atau peralatan yang akan diuji, terutama
beberapa metode uji, misalnya untuk botol atau wadah yang permukaannya cekung
diterapkan metode bilas sedangkan peralatan pengolahan dengan permukaan relative
datar digunakan metode usap atau swap (Fadila, 2001).
3. Persyaratan Peralatan Makan
Adapun persyaratan peralatan makan menurut permenkes No. 304 tahun 1989
yaitu :
a. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
beracun yang melebihi ambang batas sehinga membahayakan kesehatan antara lain:
1) Timah (Pb)
2) Arsenikum (As)
3) Tembaga (Cu)
4) Seng (Zn)
5) Cadmium (Cd)
6) Antimon (Sb)
b. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap
makanan
c. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata
halus dan mudah dibersihkan.
d. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh
mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung
E. coli per cm2 permukaan air.
f. Cara pencucian alat harus memenuhi ketentuan:
1) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergen air dingin, air panas,
sampai bersih.
2) Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5 ppm
air panas 80 C selama 2 menit.
g. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan: Peralatan yang sudah
didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan
bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.
h. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan:
1) Semua peraalatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih.
2) Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
3) Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
4) Laci-laci penyimpanan peralatan peralatan terpelihara kebersihannya. Ruang
penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dan sumber pengotoran/kontaminasi
dari binatang perusak (Depkes RI, 1989).
4. Sarana Tempat Pencucian Peralatan
Persyaratan Tempat mencuci peralatan menurut Permenkes No 309 tahun 1989
yaitu :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
b. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu 40 derajat
Celcius - 80 derajat Celcius dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2kg/cm2). Tempat
pencuci peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.
c. Bak pencucian sedikitnya terdiri dan 3 (tiga) bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun membilas.
Bahan makanan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat dapur yang
kotor. Oleh karena itu, pencucian alat dapur seharusnya mendapatkan perhatian yang
sungguh sungguh (Widyati & Yuliarsih, 2002).
Pencucian perlengkapan dapur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
manual dan machine (Widyati & Yuliarsih, 2002).
a. Pencucian dengan cara manual adalah sebagai berikut :
1) Pertama, menggunakan bak cuci yang terdiri dari dua bak. Bak pertama digunakan
untuk merendam alat dapur yang kotorannya telah disingkirkan, didalam air panas
bertemperatur sekitar 40-50 c dengan campuran sabun atau detergen.
2) Bak yang kedua digunakan untuk membilas dengan menggunakan air yang panas
sekali dengan temperature 770 C-820C.
3) Untuk mencapai hasil yang baik diperlukan pembilasan sebanyak dua kali, kemudian
diletakkan pada rak rak hingga kering. Jadi, sebaiknya tidak dikeringkan dengan
menggunakan kain pengering tersebut karena mengandung bakteri bakteri yang
disebabkan penggunaan kain tersebut berkali- kali.
4) Cara yang terbaik adalah pengeringan dengan menggunakan kertas pengering yang
hanya dapat digunakan sekali untuk setiap pemakaian.
5) Bak cuci sebaiknya terbuat dari stainless steel serta dilengkapi dengan keran air
panas dan dingin. Selain dengan bak cuci dapat juga digunakan mesin pencuci (washing
machine), yang alatnya didesain khusus untuk alat dapur.
b. Pencucian dengan washing machine adalah sebagai berikut :
1) Alat alat kotor yang sudah dibersihkan dari sisa makanan dimasukkan kedalam
kotak mesin cuci, lalu di tutup dan dinyalakan mesinnya.
2) Secara otomatis alat tersebut akan menyemburkan air panas yang sudah
mengandung sabun untuk beberapa saat, lalu pembilasan dan terakhir pengeringan.
3) Alat pencuci piring dan gelas yang digunakan untuk penyelenggaraan makanan bagi
orang banyak biasanya menggunakan alat pencuci yang menggunakan alat pencuci
yang memakai conveyor (ban berjalan). Dengan perincian sebagai berikut :
a) Bak terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bak pertama untuk membersihkan dan
mencuci, bak kedua untuk pembilasan awal, dan bak ketiga untuk pembilasan terakhir.
b) Cara penggunaannya ialah sisa-sisa makanan yang terdapat di piring dibuang,
kemudian piring diletakkan pada rak plastic khusus untuk piring, rak plastik khusus
untuk piring, rak plastic berbentuk segi empat dan tahan panas dan bila dicuci berupa
gelas maka bibir gelas menghadap ke atas.
c) Rak tersebut diletakkan di conveyor dan secara otomatis rak akan berjalan ke arah
mesin pencuci dan pintu masuk ke alat-alat tersebut ditutup dengan sejenis tirai yang
terbelah-belah. Hindari pekerja dari semburan dari bak yang satu ke bak yang lainnya
sehingga tidak bercampur yang mengakibatkan kotornya piring-piring dan gelas yang
sedang dibilas.
d) Rak-rak ini berjalan menuju bak pertama. Pada bak pertama ini akan menyembur
air yang mengandung detergen dari arah nilon yang bergerak secara otomatis dengan
tujuan untuk membantu membersihkan sisa-sisa kotoran yang tertinggal di piring.
Temperatur air berkisar 66 0C 82oC, lalu rak berjalan ke arah bak kedua untuk
pembilasan awal dan temperature berkisar 66 0C 82oC serta pada bak ini air pembilas
diberi klorin sebanyak 40 ppm sebagai desinfektan.
e) Terahir rak berjalan menuju bak ketiga untuk pembilasan kedua serta pengeringan.
Proses pencucian berlangsung cepat sekali berkisar antara 40-45 detik
f) Bersih atau tidaknya hasil cucian bergantung pada ketepatan temperatur air yang
digunakan pada masing-masing bak, tekanan air keluar yang digunakan untuk
menyemprot piring dan gelas, danjenis detergen yang dipakai.
5. Teknik Pencucian Peralatan Makan
Menurut Departemen Kesehatan RI 2006, tehnik pencucian yang benar akan
memberikan hasil pencucian yang aman dan sehat. Tahap tahap pencucian yang perlu
di ikuti agar hasil pencucian sehat dan aman adalah sebagai berikut :
a. Scraping (membuang sisa kotoran), membersihkan sisa kotoran dengan sisa sisa
makanan yang terdapat pada peralatan yang akan di cuci, seperti sisa makanan di atas
piring, gelas, sendok dll. Kotoran tersebut di kumpulkan di tempat sampah (kantong
plastik) selanjutnya di ikat dan dibuang di tempat sampah yang kedap air (drum/tong
plastic yang tertutup). Penanganan sampah yang rapi perlu diperhatikan untuk
mencegah pengotoran pada pencucian yang berakibat tersumbatnya suluran limbah.
b. Flusing (merendam dengan air), yaitu mengguyur air pada peralatan yang akan dicuci
sehingga terendam seluruh permukaan peralatan. Sebelum peralatan yang dicuci telah
dibersihkan dari sisa makanan dan ditempatkan pada bak yang tersedia, sehingga
perendaman dapat berlangsung sempurna. Perendaman peralatan dapat juga
dilakukan tidak dalam bak, tetapti kurang efektif, karena tidak tidak seluruh bagian
alat dapat terendam dengan sempurna. Perendaman di maksud untuk member
kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras
(karena sudah lama) sehingga mudah untuk dibersihkan atau terlepas dari permukaan
alat.
c. Washing (mencuci dengan detergen), yaitu mencuci peralatan dengan cara
menggosok atau melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atu detergen. Detergen
yang baik yaitu terdiri dari detergen cair ayau bubuk, karena detergen sangat mudah
larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada
tahap ini digunakan sabun, tapas atau zat pembuang bau (abu gosok, arang atau air
jeruk nipis)
d. Rinsing (membilas dengan air), yaitu memcuci peralatan yang telah digosok getergen
sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini penggunaan air
harus banyak, mengalir dan selalu diganti. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas
dengan cara menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak licin. Bila
mana masih terasa licin berarti pada peralatan tersebut masih menempel sisa-sisa
detergen dan kemungkinan mengandung bau amis atau anyir.
e. Sanitizing/Disinfection (membebashamakan), yaitu tidak untuk tidak untuk
membebashamakan peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci
perlu dijamin aman dari mikroba dengan cara sanitasi atau yang dikenal dengan istilah
desinfeksi.
Cara desinfeksi yang umum dilakukan yaitu :
1) Dengan rendaman air panas 1000C selama 2 menit
2) Dengan larutan klor aktif (50 ppm)
3) Dengan udara panas (oven)
4) Dengan sinar ultraviolet (sinar matahari pagi jam 9 sampai jam 11) atau peralatan
elektrik yang menghasilkan sinar ultraviolet.
5) Dengan uap panas (stem) yang biasanya terdapat pada mesin cuci piring (dishwashing
machine)
f. Toweling (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan dengan
menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk menghilangkan sisa sisa
kotoran yang mungkin masih menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda
detergen, noda klor, dan sebagainya. Sebenarnya kalau proses pencucian berlangsung
dengan baik, noda noda itu tidak boleh terjadi. Noda bisa terjadi pada mesin-mesin
pencuci. Prinsip menggunakan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya tidak
boleh digunakan, karena akan terjadi pencemaran sekunder (rekomendasi). Towelling
dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus steril serta sering
diganti. Penggunaan lap yang paling baik adalah yang sekali dipakai /single use (Depkes
RI dalam Pohan,2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. JENIS PRAKTIKUM
Jenis praktikum kali ini yaitu Pengambilan Contoh Usap Alat Makan,
Pemeriksaan Kuman Golongan Coli serta Pemeriksaan Timbal (Pb) dan Arsen (Ar)
pada makanan di lesehan damai jl. Perintis kemerdekaan

B. WAKTU DAN LOKASI PRAKTIKUM


Hari, tanggal : Senin Rabu, 4 6 Mei 2015
Pukul : 13.00 WITA - selesai
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan
Lingkungan (POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Pembuatan Bahan dan Pensterilan Alat Pemeriksaan
a. Alat

Erlemeyer
Gelas ukur
Batang pengaduk
Timbangan analitik
Oven
Autoclave
Kompor
Lidi
Kapas
Koran
Kertas cokelat

b. Bahan

NaCL 0,09%
Pepton
Nutrient Agar
Aquadest
Telur

2. Pengusapan Alat Sampel


a. Alat

Rak tabung
Lampu spritus
Lidi kapas
Kertas jendela
Termos
Korek api
Label
Gunting

b. Bahan

Pepton 9 ml
Alcohol
Sampel alat (sendok, piring, dan mangkok)

3. Pemeriksaan di Laboratorium
a. alat

Pipet ukur
Petridish
Lampu spritus
Tabung reaksi
Rak tabung
Lampu spritus
Balp
Incubator
Label
Coloni counter

b. bahan

NaCL 0.09%
Pepton
Natrium agar

4. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli


a. Alat

Tabung reaksi
Gelas ukur
Pipet Ukur
Beacker Glass
Tabung Durham
Incubator
Lampu Spritus
Balp

b. Bahan

Aquades
Sampel Air (sumur, pam, minum)
BGLB
EMB Agar
TSL
SSL

5. Pemeriksaan Timbal (Pb)


a. Alat

Beacker glss
Batang pengaduk
Alu
Spoit
Alcohol
Timbangan

b. Bahan

Reagen Pb 1
Reagen Pb 2
Aquades
Sampel
6. Pemeriksaan Arsen (As)
a. Alat

Beacker glass
Batang pengaduk
Alu
Spoit
Timbangan

b. Bahan

Alcohol
Reagen as 1
Reagen as 2
Aquades
Sampel

D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan bahan dan pensterilan alat pemeriksaan
a) Tentukan terlebih dahulu kebutuhan nutrient agar, pepton dan NaCL 0,09% untuk
semua kelompok
b) Siapkan alat dan bahan
c) Timbang 3 kertas timbang terlebih dahulu untuk wadah penimbangan bahan
d) Kemudian timbang masing-masing kebutuhan bahan sesuai kebutuhan
e) Setelah itu, taruhlah bahan di dalam erlemenyer
f) Tambahkan aquadest kedalam bahan sesuai kebutuhan
g) Aduk bahan sampai tercampur / terlarut betul dengan aquadest
h) Khusus untuk nutrient agar, harus didihkan terlebih dahulu diatas kompor hingga
warna nutrient agar seperti bening minyak goreng
i) Kemudian masukkan pepton 5 ml ke dalam tabung reaksi dan 9 ml NaCL 0,09% ke
dalam tabung reaksi yang berbeda dan ditutup dengan kapas
j) Setelah itu, di lanjutkan dengan pembuatan lidi kapas dengan cara memisahkan
putih telur dengan kuningnya, kemudian lidi di olesi putih telur dengan tujuan kapas
menempel pada lidi dan dibungkus dengan kertas coklat.
k) Setelah pembuatan bahan telah selesai semua , maka semua bahan dimasukkan ke
dalam autoclave 121C selama 45 menit.
l) Dan memasukkan pula alat pemeriksaan (pipet ukur, petridish, lidi kapas) kedalam
oven 105C selama 2 jam.
2. Pengusapan sampel
a) Siapkan alat dan bahan
b) Masukkan lidi kapas, pepton, kertas jendela, lampu spritus, korek api, alcohol ke
dalam termos
c) Sebelum pengusapan di mulai, ingat disini harus memakai prinsip steril
d) Nyalakan lampu spritus
e) Tangan dipakaikan alcohol dan tempat disterilkan terlebih dahulu
f) Plumbir tabung reaksi yang berisi pepton
g) Celupkan lidi kapas kedalam tabung reaksi dan keluarkan kembali tetapi diperas
terlebih dahulu
h) Kemudian masing-masing lidi kapas diusapkan ke setiap jenis sampel dengan cara 1x
pengusapan dengan standar kertas jendela
i) Setelah itu, masukkan kembali lidi kapas ke dalam tabung reaksi dengan cara di
patahkan dan diplumbir terlebih dahulu sebelum dan sesudah ditutup kapas.
j) Membawa peralatan kembali ke laboratorium untuk pemeriksaan selanjutnya.
3. Pemeriksaan dilaboratorium
a) Siapkan alat dan bahan
b) Nyalakan lampu spritus
c) Tangan dipakaikan alcohol dan tempat disterilkan terlebih dahulu
d) Ambil 1 ml pepton, masukkan kedalam NaCL1 dan di isap lepas kemudian di
pindahkan ke petridish P1 dan jangan lupa diplumbir
e) Ambil lagi 1 ml NaCL1 dan dipindahkan ke NaCL2 dan di isap lepas kemudian di
pindahkan ke petridish P2 dan jangan lupa diplumbir
f) Lakukan pemindahan pepton dan NaCL untuk setiap jenis sampel
g) Jangan lupa masukkan NaCL 1 ml ke petridish untuk kontrol
h) Setelah semua telah selesai, tambahkan 15 ml nutrient agar kedalam petridish 12
i) Tunggulah hingga mendingin dan mengeras, petridish dibalik dan dieramkan ke
dalam incubator dengan suhu 37C selama 1 X 24 jam
j) Keesokan harinya, dilakukan pembacaan dan dimasukkan kedalam rumus sebagai
berikut:
Rumus : (10-1 C) X 10 + (10-2 C) X 100
2
Keterangan : C = Kontrol
P1 = Kode pengenceran 1
P2 = Kode pengenceran 2
4. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
a. Tes Perkiraan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Semua tabung-tabung media disusun rapi dalam rak tabung, dan diberi tabnda yang
sesuai agar bisa membedakan antara yang satu dengan yang lain. Jangan lupa tanda
yang sesuai dengan kode contoh dan porsi contoh yang dipilih, serta tanggal
pemeriksaan.
3. Sampel dicampur atau dikocok sebanyak 25 kali.
4. Memasukkan sampel masing-masing 10 mL TSL kedalam 3 tabung, 1 mL SSL
kedalam 3 tabung, 0,1 mL sampel. Pengisian tabung dilakukan secara aseptic.
5. Diincubasi pada suhu 350C 0,50C selama 2x24 jam.
6. Pembentukan gas diamati setiap 24 jam.
7. Mengamati semua tabung, bila terbentuk gas dan asam berarti hasilnya positif.
Adanya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri coliform, asam
dilihat dari perubahan warna ungu menjadi kuning dan gas dapat dilihat dalam tabung
Durham berupa gelembung udara.
8. Banyaknya kandungan bakteri coliform dapat dilihat dengan menghitung tabung
yang menunjukkan reaksi positif dan lihat tabel MPN/JPT (Most Probable
Number/Jumlah
9. Perkiraan Terdekat). Bila inkubasi 1 X 24 jam negatif, inkubasi lanjutkan 2 X 24 jam.
10. Langkah-langkah tersebut di atas disebut Presumtive Test atau uji kiraan.
b. Tes Penegasan
1. Semua tabung yang menunjukkan peragian positif pada tes perkiraan dipindahkan 1-
2 mata ose kemedia BGLB
2. Dieramkan pada suhu 350C selama 2x24 jam
3. Pembentukan gas dalam waktu 2x24 jam, dinyatakan sebagai tes penegasan positif,
pemeriksaan dilanjutkan kepemeriksaan lengkap
4. Bila dalam 2x24 jam tidak terbentuk gas, tes penegasan dinyatakan negative dan tidak
dilanjutkan ke tes lengkap.
c. Tes Lengkap (Complete Test)
1. Semua tabung yang menunjukkan peragisan positif dalam test penegasan digeserkan
diatas EMB Agar
2. Di eramkan pada suhu 350C selama 2x24 jam
3. Dicari koloni yang tersangka, dipindahkan ke lactose dan agar miring
4. Dieramkan pada suhu 350C selama 24 - 48 jam.
5. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
a. Timbang sampel sebanyak 10 gr
b. Lalu haluskan menggunakan alu
c. Tambahkan aquades 50 ml lalu aduk
d. Masukkan 5 ml sampel ke tabung menggunakan spoit
e. Tetesi 3x reagen pb 1
f. Masukkan kertas trip ke dalam tabung
g. Tunggu 1 menit
h. Celupkan pada aquades selama 1 detik
i. Lalu angin-anginkan selama 2 menit
j. Bandingkan dengan standar
6. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
a. Timbang sampel sebanyak 10 gr
b. Lalu haluskan menggunakan alu
c. Tambahkan aquades 50 ml lalu aduk
d. Masukkan 5 ml sampel ke tabung menggunakan spoit
e. Tambahkan 1 sdk as 1
f. Masukkan kertas trip ke dalam tabung
g. Tunggu selama 20 menit lalu di goyang
h. Angkat kertas lalu celupkan ke dalam aquades selama 1 detik
i. Lalu anging-anginkan dan bandingkan dengan standar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pengusapan Alat Makan
Kontrol =5
a. Sendok
101 = 23
102 = 108

Rumus =

=
=

=
= 5240 koloni/cm2
b. Mangkok
101 = 23
102 = 22

Rumus =

=
= 940 koloni/cm2
c. Piring
101 = 27
102 =0

Rumus =

=
= 110 koloni/cm2
2. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
Tabung 10 ml = 2 tabung positif
Tabung 1 ml = 0 tabung positif
Tabung 0,1 ml = 0 tabung positif
Berdasarkan tabel perkiraan terdekat jumlah kuman golongan coli untuk
kombinasi porsi 9 yaitu 9 per 100 ml .
3. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan timbal (Pb) pada makanan jalangkoteyang telah
dilakukan, maka di dapat hasil yaitu 0.
4. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan arsen (As) pada makanan jalangkoteyang telah
dilakukan, maka di dapat hasil yaitu 0.

B. PEMBAHASAN
1. Pengusapan Alat Makan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat dianalisa bahwa
pengusapan alat makan seperti sendok, piring dan mangkok tidak memenuhi syarat hal
tersebut dikarenakan jumlah kuman pada peralatan melebihi ambang batas yang
dimana Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011, bahwa alat makan tidak boleh mengandung bakteri lebih
dari 0 koloni/cm2. Maka dapat dilihat bahwa sampel alat makan
yang diteliti dapat dikatakan tidak sehat dan tidak layak untuk digunakan oleh
masyarakat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya hasil pemeriksaan alat
makan pada warung bakso tersebut yaitu :
a. Bahan pencuci
Bahan tidak bersih yang digunakan mencuci piring dapat mengkontaminasi peralatan
makan seperti spons dan detergen/sabun pencuci piring yang tidak sesuai.
b. Kualitas air pencuci
Pada saat pencucian air yang digunakan tidak memenuhi kualitas secara fisik, kimia
dan mikrobiologi dapat mempengaruhi saat pencucian, misalnya secara biologi masih
mengandung ecoli maka peralatan makan tersebut dapat terkontaminasi.
c. Cara pencucian
Pada saat pencucian seharusnya air yang digunakan yaitu air yang mengalir akan tetapi
kebanyakan masyarakat masih mencuci dengan wadah seperti ember/baskom yang
digunakan berkali-kali sehingga pencucian yang dilakukan kurang bersih sehingga
kuman dengan mudah dapat tumbuh dan berkembang.
d. Adanya sumber pencemaran kuman dan arah angin
Sumber pencemar dapat berasal dari seseorang apabila tidak memiliki personal hygiene
dengan baik sehingga dapat mengkontaminasi peralatan makan selain itu arah angin
juga dapat berpengaruh jikalau seseorang tersebut mengalami infulensa/batuk saat
melakukan pencucian.
e. Kondisi ruang penyimpanan, debu di udara dan kelembaban ruangan
Tempat penyimpanan peralatan makan yang sudah dicuci dapat terkontaminasi oleh
debu yang beterbangan disekitar dapur dan apabila kondisi sanitasi dapur kurang
bersih dan rapi makan vector akan datang dengan sendirinya.
f. Adanya sinar matahari langsung yang masuk ke dalam ruang penirisan/
penyimpanan
Apabila penyimpanan ditempatkan dekat dengan jendela atau sinar matahari langsung
masuk ke dalam ruangan maka peralatan makan tersebut maka bakteri/kuman dapat
tumbuh pada peralatan makan
g. Kondisi rak penyimpanan.
Kondisi rak penyimpan yang tidak sesuai atau tidak di tata dengan rapi/dibiarkan
menumpuk tanpa pemisahan setiap jenis peralatan makan maka dapat terjadi
kontaminasi ataupun tumbuhnya kuman.
Adapun faktor lain yang memungkinkan dapat menyebabkan keberadaan
kuman (bakteri) pada alat makan warung bakso tersebut yaitu dapat pula dipengaruhi
dari ketidaktelitian praktikan pada saat melalukan percobaan, termasuk pelaksanaan
praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja, dalam hal ini adalah kesalahan cara
pengambilan sampel serta banyak berbicara pada saat melakukan praktikum.
Akibat kontaminasi bakteri terhadap alat makan akan mempengaruhi
kesehatan meskipun pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan makanan.
Akan tetapi, persyaratan higiene dan sanitasi makanan salah satunya ditentukan oleh
peralatan makanan. Hasil identifikasi kontaminasi bakteri patogen pada alat
makanan dan minuman menunjukkan bahwa penyebab kontaminasi didominasi
oleh bakteri Bacillus cereus. Bakteri lain yang ditemukan dalam jumlah terbatas
adalah E.coli, Staphilococcus aureus dan Jamur (Melatiwati, 2010).
2. Pemeriksaan Kuman Golongan Coli
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat dianalisa bahwa air
pada tabung 10 ml yang menghasilkan 2 positif tidak memenuhi standar hal tersebut
dikarenakan pada air bersih tidak boleh terdapat bakteri karena apabila dikonsumsi
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang mengkonsumsinya.
Selain itu air bersih belum tentu dapat di minum karena tidak selamanya air bersih
terbebas dari kuman ataupun bakteri sehingga pemilik warung makan harus terlebih
dahulu memasak air tersebut pada suhu 100C agar kuman dapat mati dan bisa
digunakan untuk mengolah makanan yang menggunakan air. Apabila air yang
digunakan tidak memenuhi syarat baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif
maka dapat menimbulkan suatu penyakit seperti diare dll.
3. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan pb dan as yang dilakukan didapatkan hasil 0 hal
tersebut dikarenakan tidak adanya pencemaran terhadap jalangkote. Dalam proses
pembuatannya baik pada saat pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan hingga penyajian semua dilakukan dalam
keadaan yang baik dan bersih. Logam berat tersebut tidak terdapat pada makanan
dikarenakan bahan baku jalangkote seperti wortel, kentang, tepung, toge dll tidak
rentan terhadap pb dan as karena biasanya logam tersebut ditemukan pada makanan
yang berasal dari laut seperti ikan dan makan yang dipasarkan di pinggir jalan (PKL)
selain itu tempat pengolahan/rumah makan tersebut jauh dari kegiatan industry
sehingga tidak tercemar, begitupun dengan kondisi sanitasi rumah makan cukup
bersih.
4. Pemeriksaan Arsen (As) pada Makanan Jalangkote
Berdasarkan pemeriksaan pb dan as yang dilakukan didapatkan hasil 0 hal
tersebut dikarenakan tidak adanya pencemaran terhadap kuah rawon. Dalam proses
pembuatannya baik pada saat pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan hingga penyajian semua dilakukan dalam
keadaan yang baik dan bersih. Logam berat tersebut tidak terdapat pada makanan
dikarenakan bahan baku kuah rawon seperti air, bawang goreng, daun bawang dll
tidak terhadap pb dan As selain itu tempat pengolahan/rumah makan tersebut jauh
dari kegiatan industry sehingga tidak tercemar, begitupun dengan kondisi sanitasi
rumah makan cukup bersih.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kebersihan alat makan dan alat masak yang telah diperiksa menunjukkan
angka kuman yang melebihi ambang batas sehingga tidak memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan
2. Dalam hal pengawasan, petugas belum melaksanakan tugas dengan baik karena
peralatan makan pada warung tersebut belum memenuhi persyaratan.

B. SARAN
Sebaiknya setiap petugas pengawas makanan lebih memperhatikan sanitasi setiap
rumah makan agar sesuai dengan standar dan untuk para pemilik rumah makan
sebaiknya memperhatikan kebersihan setiap bagian-bagian dari usahanya seperti pada
saat pengolahan makanan, kebersihan dapur dan personal hygiene agar makanan dan
peralatan selalu dalam keadaan bersih dan steril sehingga terhindar dari bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Laporan Usap Alat Makanan. http://blogkesmas-
unsoed.blogspot.com/2010/12/laporan-usap-alat-makanan.html. Diakses pada tanggal
10 Mei 2015
Anonim.
2012. PDF. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6
&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAF&url=http%3A%2F%2Feprints.ung.ac.id%2F5
145%2F5%2F2012-1-13201-811408025-bab2-
15082012122053.pdf&ei=_TVPVduSNNGRuATTpoGIBQ&usg=AFQjCNFQJiYRvSk
vdipP4_p0OVqLem8QJQ&sig2=gP2km0RJIKzroKcj63Uc9Q&bvm=bv.92885102,d.c2
E
Tiksundari. 2013. Makalah sanitasi makanan.http://tiksundari.blogspot.com/2013/05/contoh-
makalah-sanitasi-peralatan.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai