Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Higiene Sanitasi Kantin dan Tingkat Kepadatan Lalat dengan Keberadaan


Escherichia coli pada Jajanan

Nita Suryaningsih 1, Yuni Wijayanti 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: E.coli merupakan salah satu penyebab kejadian diare dan keracunan makanan. Di Jawa Tengah,
Diterima 6 Februari 2020 tahun 2017 KLB keracunan makanan menduduki peringkat pertama dan diare menduduki
Disetujui 1 Oktober 2020 peringkat ketiga. KLB keracunan pangan di lembaga pendidikan paling banyak terjadi di SD/MI
Dipublikasikan 12 (15 kejadian). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara higiene sanitasi
Oktober 2020 kantin dan tingkat kepadatan lalat dengan keberadaan E.coli pada jajanan di kantin Sekolah Dasar
________________ di Kecamatan Gunungpati. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional.
Keywords: Penelitian ini dilaksanakan pada Juli – Agustus 2019. Sampel penelitian ini berjumlah 30 sekolah
Hygiene, sanitation, yang dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil menunjukkan bahwa kondisi
canteen, E.coli penyimpanan makanan jadi (p=0,011), lokasi kantin (p=0,045), dan higiene penjamah (p=0,024)
____________________ berhubungan dengan keberadaan E. coli pada jajanan. Sedangkan kondisi tempat cuci tangan (p=
DOI: 0,314), tempat cuci peralatan (p=0,749), tempat penyimpanan bahan makanan (p=1,000),
https://doi.org/10.15294 penyimpanan peralatan (p=1,000), dan tingkat kepadatan lalat (p=0,094) tidak berhubungan
/higeia.v4iSpecial%202/ dengan keberadaan E. coli. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tempat
35493 penyimpanan makanan jadi, lokasi kantin dan higiene penjamah dengan keberadaan E.coli.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
E.coli is causes of diarrhea and food poisoning. In Central Java, food poisoning outbreaks was ranked first and
diarrhea was ranked third in 2017. Outbreaks of food poisoning in educational institutions occur mostly in
elemtary school (15 events). The purpose of this study was to determine the association between canteen hygiene
sanitation and flies density with E.coli contamination on snack at elementary school canteen in Gunungpati.
Type of research is analytic with cross sectional design. This research was conducted in July-August 2019. The
sample of this study was 30 schools selected using stratified random sampling. The results showed that the
storage condition of processed food (p=0.011), canteen location (p=0.045), and handler hygiene (p=0.024)
correlated with the presence of E.coli. The hand-washing area (p=0.314), the equipment washing area
(p=0.749), food storage area (p=1,000), storage equipment (p=1,000), and fly density (p=0.094) weren’t
related the presence of E.coli. The conclusion of this study is that there’s associated between the storage of
processed food, canteen location and handler hygiene with the presence of E.coli.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: nita7317@gmail.com

426
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

PENDAHULUAN sebesar 0,14%. Dinas Kesehatan Kota Semarang


mencatat jumlah penderita keracunan makanan
Escherichia coli merupakan indikator di Kota Semarang yang mengalami perubahan
untuk pencemaran air dan makanan oleh tinja. fluktuatif tiap tahunnya. Tahun 2015 jumlah
Keberadaan Escherichia coli dalam sumber air penderita keracunan makanan sebanyak 43
merupakan indikasi pasti terjadinya orang, tahun 2016 sebanyak 39 orang, dan
kontaminasi tinja manusia. Apabila makanan meningkat pada tahun 2017 sebanyak 121
yang tercemar Escherichia coli dikonsumsi, maka orang.
dapat menyebabkan diare dan nyeri yang Berdasarkan laporan BPOM terkait
terkadang disertai dengan demam serta muntah. tempat/lokasi KLB keracunan pangan, tempat
Berdasarkan hasil penelitian (Bonkoungou, tinggal menduduki urutan pertama, yaitu
2013) di Ouagadougou, Burkina Faso dengan sebanyak 25 kejadian (47,17%), disusul
subjek anak dibawah lima tahun menemukan lembaga pendidikan sebanyak 15 kejadian
E.coli patogen menduduki peringkat kedua (28,30%). KLB keracunan pangan di lembaga
terjadinya diare yaitu sebesar 24% setelah pendidikan paling banyak terjadi di SD/MI (9
Rotavirus sebesar 30% dan kemudian diikuti oleh kejadian) dan SMP/MTs (6 kejadian). KLB
Salmonella sp sebesar 9%, Shigella sp sebesar 6%, keracunan pangan di Sekolah Dasar pada
Adenovirus sebesar 5% dan Campylobacter sebesar umumnya disebabkan oleh pangan jajanan yang
2%. terkontaminasi bakteri pathogen.
Di Provinsi Jawa Tengah diare Kontaminasi pada makanan oleh bakteri
menduduki urutan ke tiga dalam KLB dengan Escherichia coli dapat disebabkan oleh kondisi
kejadian sebanyak 6 kali di 6 kecamatan 6 higiene dan sanitasi yang kurang pada tempat
desa/kelurahan. Selain itu, diare termasuk pengeloaan makanan. Peluang terjadinya
dalam 10 besar penyakit yang ada di puskesmas kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap
dan rumah sakit. Di Kota Semarang, kasus tahap pengolahan makanan. Pengelolaan
diare mengalami peningkatan dari tahun 2015 makanan yang tidak higienis dapat
hingga tahun 2017. Jumlah kasus diare tahun mengakibatkan adanya bahan bahan di dalam
2015 sebanyak 20% per 1000 penduduk, tahun makanan yang dapat menimbulkan gangguan
2016 sebanyak 21% per 1000 penduduk dan kesehatan pada konsumen. Hal ini sejalan
tahun 2017 sebanyak 26% per 1000 penduduk. dengan penelitian Afriyanti (2019) terkait
Total kasus diare tahun 2017 sebanyak 38.776 hubungan higiene penjamah makanan dengan
dengan jumlah kasus terbanyak pada kelompok cemaran bakteri E.coli, yang menyatakan bahwa
umur > 5 tahun sebanyak 25.578 kasus dan terdapat hubungan antara praktik higiene
terendah pada kelompok umur < 1 tahun pedagang (p value=0,040) dengan keberadaan
sejumlah 4.372 kasus. bakteri E. coli pada minuman yang dijual di
Selain penyebab nomor dua diare, E.coli kantin SD Kota Semarang. Penelitian lain dari
juga merupakan jenis bakteri yang kerap Riana (2018) juga menunjukkan bahwa terdapat
menyebabkan keracunan makanan. Di Provinsi hubungan signifikan antara pengetahuan,
Jawa Tengah kasus keracunan makanan juga tindakan higiene dan sanitasi lingkungan
menjadi KLB. Frekuensi tertinggi KLB pedagang dengan keamanan makanan indikator
keracunan makanan terjadi sebanyak 52 kali di MPN Coliform (berturut-turut ρ=0,022, ρ=0,005,
52 kecamatan 52 desa/kelurahan dengan ρ=0,000). Sikap tidak berhubungan secara
jumlah orang yang terpapar sebanyak 2.053 signifikan dengan keamanan makanan indikator
orang, sedangkan kasus KLB keracunan pangan MPN Coliform (ρ=0,088).
(case) yang dilaporkan sebanyak 1.447 orang Lalat merupakan salah satu vektor
sakit dan 2 orang meninggal dunia. Berdasarkan penular penyakit. Lalat dapat menyebarkan
data tersebut diketahui nilai Attack Rate (AR) kuman penyebab penyakit dari sampah ke orang
sebesar 70,48% dan Case Fatality Rate (CFR) atau makanan. Lalat dapat menularkan sekitar

427
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
penyakit pada manusia atau hewan. adalah sampel penelitian dan waktu penelitian
Diantaranya adalah tipoid, kolera, disentri, serta variabel. Pada penelitian ini, sampel
antraks, diare. Salah satu penyebab diare adalah penelitian adalah sekolah dasar/sederajat yang
tercemarnya makanan dan minuman oleh ada di Kecamatan Gunungpati pada tahun
bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat dianggap 2019. Sedangkan variable yang membedakan
mengganggu karena kesukaannya hinggap di dengan penelitian sebelumnya adalah tingkat
tempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti kepadatan lalat yang dihubungkan dengan
sampah. Jika makanan yang dihinggapi lalat Keberadaan E.coli.
tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri,
protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus METODE
yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat
dan bila dimakan oleh manusia, maka dapat Penelitian ini menggunakan jenis
menyebabkan penyakit diare (Andriani, 2007). penelitian analitik observasional dengan
Hasil penelitian Susanna (2010) rancangan penelitian cross sectional. Variabel
memperlihatkan ada hubungan yang bermakna bebas dalam penelitian ini adalah kondisi
antara tidak tersedianya tempat sampah di tempat cuci tangan, kondisi tempat cuci
tempat penjualan (ρ= 0,02) dan makanan yang peralatan, kondisi tempat penyimpanan bahan
disajikan dalam kondisi tidak tertutup (ρ makanan, kondisi tempat penyimpanan
=0,0094) dengan kontaminasi E. coli pada makanan jadi (matang), kondisi tempat
makanan. penyimpanan peralatan, lokasi kantin, tingkat
Pada tahun 2016, cakupan TTU di kepadatan lalat, dan higiene penjamah
Sekolah Dasar yang memenuhi syarat kesehatan makanan. Variabel terikat penelitian adalah
sebesar 91,3%, namun pada tahun 2017 turun keberadaan E.coli pada jajanan di kantin SD.
menjadi 83,3%. Penurunan juga terjadi di Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Puskesmas Gunungpati, dimana tahun 2016 Juli - Agustus 2019. Populasi pada penelitian ini
cakupan TTU sebesar 94% dan tahun 2017 yaitu seluruh SD/MI yang memiliki kantin
turun menjadi 91%. Berdasarkan data dari yang berada di Kecamatan Gunungpati yang
puskesmas Gunungpati tahun 2018 terkait berjumlah 41 sekolah. Sedangkan jumlah
jumlah kantin sehat, bahwa dari 31 kantin sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
sekolah dasar, hanya 6 (19%) saja yang sekolah berdasarkan perhitungan rumus solvin.
kantinnya memenuhi standar kantin sehat. Pemilihan sampel sekolah menggunakan teknik
Sekolah Dasar menjadi tempat rentan purposive sampling, dengan kriteria inklusi: a)
untuk KLB keracunan pangan di lembaga kantin yang memiliki tempat pengolahan dan
pendidikan. Pengawasan terhadap sanitasi penyajian makanan, b) kantin sekolah yang
tempat umum perlu dilakukan, hal ini bertujuan memiliki fasilitas sanitasi dasar, dan kriteria
untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang eksklusi: a) sekolah dasar yang hanya menjual
memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat makanan kemasan (snack), b) sekolah yang tidak
pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya bersedia menajdi responden penelitian.
penularan penyakit serta tidak menjadi sarang Sementara, untuk sampel jajanan yang diambil
vektor penyakit yang dapat menimbulkan dari setiap kantin untuk diuji di laboratorium,
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan. diambil satu sampel jajanan untuk tiap sekolah
Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan menggunakan teknik purposive sampling,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan kriteria inklusi: a) jajanan yang dijual di
hubungan antara higiene sanitasi kantin dan kantin sekolah dasar, b) jajanan yang sering
tingkat kepadatan lalat dengan keberadaan E.coli terjadi kontak dengan penjamah makanan dan
pada jajanan kantin sekolah dasar di Kecamatan kriteria eksklusi: a) makanan ringan atau snack
Gunungpati Kota Semarang. Perbedaan kemasan, b) jajanan dalam keadaan panas.

428
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Teknik pengambilan data dilakukan Kecamatan Gunungpati memiliki 51 Sekolah


dengan observasi dan wawancara untuk Dasar dan sederajatnya yang terletak di masing-
mengetahui higiene penjamah dan higiene masing kelurahan.
sanitasi kantin di sekolah dasar, pengambilan Karakteristik responden menunjukkan
sampel jajanan kantin, pengukuran tingkat bahwa responden terbanyak adalah berjenis
kepadatan lalat, dan pemeriksaan keberadaan kelamin perempuan 24 (80%) dengan usia
E.coli oleh laboratorium kesehatan. Sumber data berada di rentang 30-50 tahun yaitu sebayak 22
yang digunakan dalam penelitian ini adalah (73%). Rata-rata responden sudah berjualan
data primer yang diperoleh dengan wawancara selama 5-10 tahun sebanyak 14 (47%) dan
menggunakan kuesioner terhadap penjaga pendidikan terakhir pedagang umumnya
kantin terhadap perilaku higiene penjamahnya, SD/Sederajat sebanyak 12 (40%).
melakukan observasi langsung dengan Hasil analisis univariat (Tabel 2)
instrumen lembar observasi terhadap kondisi menunjukkan bahwa hampir semua higiene
sanitasi kantin dan perilaku higiene sanitasi kantin di sekolah belum memenuhi
penjamahnya, serta uji laboratorium terhadap persyaratan. Seperti kondisi tempat cuci tangan
kandungan bakteri Eschericia coli pada jajanan sebanyak 21 kantin (70%) yang belum
yang dijual di kantin sekolah dasar di wilayah memenuhi persyaratan, kondisi tempat cuci
Kecamatan Gunungpati. Pengujian bakteri peralatan sebanyak 16 kantin (53,3%) yang
E.coli dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan belum memenuhi persyaratan, kondisi tempat
Kota Semarang. penyimpanan bahan makanan sebanyak 13
Teknik analisis data yang digunakan kantin (43,3%) yang belum memenuhi
yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat persyaratan, kondisi tempat penyimpanan
untuk mendeskripsikan frekuensi tiap-tiap makanan jadi (matang) sebanyak 20 kantin
variabel, sementara analisis bivariat digunakan (66,7%) yang belum memenuhi persyaratan,
untuk mencari hubungan antar variabel. kondisi tempat penyimpanan peralatan
Analisis menggunakan uji statistik chi square. sebanyak 15 kantin (50%) yang belum
Jika tidak memenuhi syarat untuk uji chi-square memenuhi persyaratan, lokasi kantin sebanyak
maka digunakan uji Fisher. 22 kantin yang jaraknya kurang dari 20 meter.
Untuk higiene penjamah, sekolah yang memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN higiene penjamah makanan yang buruk ada 21
(70%) sementara yang memiliki higiene
Kecamatan Gunungpati merupakan penjamah yang baik sebanyak 9 (30%). Untuk
kecamatan yang berada di bagian selatan Kota tingkat kepadatan lalat, sebanyak 25 sekolah
Semarang. Luas wilayah keseluruhan sebesar tingkat (83,3%) memiliki tingkat kepadatan lalat
5.399,085 Ha yang terbagi atas 16 kelurahan. kategori rendah. Berdasarkan hasil pengujian di

Tabel 1. Data Karakteristik Responden


Karakteristik Kategori Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 6 20
Responden Perempuan 24 80
Usia responden <30 tahun 2 7
30-50 tahun 22 73
>50 tahun 6 20
Lama Bekerja <5 tahun 6 20
5-10 tahun 14 47
>10 tahun 10 33
Pendidikan Terakhir SD/Sederajat 12 40
SMP/Sederajat 7 23
SMA/Sederajat 7 23
Perguruan Tinggi 4 13

429
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Tabel 2. Hasil analisis univariat


Variabel Kategori Frekuensi Presentase (%)
Kondisi Tempat Cuci Tangan Tidak memenuhi 21 70
Memenuhi 9 30
Kondisi Tempat Cuci Peralatan Tidak memenuhi 16 53,3
Memenuhi 14 46,7
Kondisi Tempat Penyimpanan Bahan Tidak memenuhi 13 43,3
Makanan Memenuhi 17 56,7
Kondisi Tempat Penyimpanan Tidak memenuhi 20 66,7
Makanan Jadi (Matang) Memenuhi 10 33,3
Kondisi Tempat Penyimpanan Tidak memenuhi 15 50
Peralatan Memenuhi 15 50
Lokasi Kantin Tidak memenuhi 22 73,3
Memenuhi 8 26,7
Higiene Penjamah Makanan Tidak memenuhi 21 70
Memenuhi 9 30
Tingkat Kepadatan Lalat Rendah 25 83,3
Sedang 5 16,7

laboratorium, jajanan yang dijual di kantin yang sekolah, hanya 9 (30%) saja yang dilengkapi
dinyatakan postif bakteri E.coli sebanyak 13 sabun. Sedangkan untuk fasilitas alat pengering
(43,3%). hanya 1 (3%) sekolah. Alat pengering yang
Hasil analisis bivariat ditujukan pada digunakan di sekolah berupa handuk kecil/kain
Tabel 3, untuk mengetahui hubungan antar lap. Kondisi ini seringkali dapat memperburuk
variabel. Hasil analisis bivariat untuk variabel keadaan yaitu tangan bisa menjadi kotor ulang
kondisi tempat cuci tangan tidak berhubungan karena kain lap yang kemungkinan sudah kotor.
dengan keberadaan bakteri E. coli pada jajanan Pengering udara panas, kertas tisu atau tisu
yang dijual di kantin sekolah dasar di gulungan (yang dapat terbagi menjadi bagian
Kecamatan Gunungpati dengan nilai p value = yang bersih untuk tiap perorangan) lebih
0,314 (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan higienis daripada handuk/lap biasa, karena
penelitian (Wakhyuning, 2018) yang mengurangi risiko perpindahan bakteri yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan berbahaya dari orang satu ke orang yang lain
antara fasilitas sanitasi tempat cuci tangan (Kusmiyati, 2013).
dengan kandungan E.coli pada makanan jajanan Kondisi tempat cuci tangan tidak
anak sekolah dengan p value = 0,456. berhubungan dengan keberadaan E.coli mungkin
Berdasarkan hasil observasi, hampir disebabkan karena baik siswa maupun
seluruh sekolah di wilayah Kecamatan penjamah makanan belum melakukan praktek
Gunungpati mempunyai tempat cuci tangan cuci tangan dengan baik meskipun untuk fasiltas
dan sudah menggunakan air yang mengalir. cuci tangan sudah tersedia. Kebiasaan mencuci
Tempat cuci tangan untuk pedagang bercampur tangan dengan sabun sebelum menjamah
dengan tempat mencuci peralatan. Sementara makanan dan setelah dari toilet harus tetap
untuk tempat cuci tangan bagi siswa sebagai diperhatikan. Mencuci tangan sebelum
konsumen, hanya berupa kran yang terletak di menjamah makanan dianggap efektif dalam
depan masing-masing kelas atau dipusatkan di mengurangi risiko kontaminasi bakteri patogen.
satu tempat yang juga digunakan untuk Dalam penelitian Burton (2011) mencuci tangan
berwudlu. menggunakan air dan sabun dapat menurunkan
Fasilitas cuci tangan yang baik adalah angka keberadaan bakteri sebanyak 8% dan
yang dilengkapi dengan sabun dan atau alat dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
pengering. Untuk fasilitas cuci tangan yang ada Hasil analisis bivariat variabel kondisi
di sekolah dasar seperti sabun dan alat tempat cuci peralatan menunjukkan tidak
pengering masih belum memenuhi. Dari 30 berhubungan dengan keberadaan bakteri E. coli

430
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Tabel 3. Hasil analisis bivariat


Keberadaan E.coli PR
Jumlah
Variabel Kategori Positif Negatif (95% p value
n % n % N % CI)
Kondisi Tempat Cuci Tidak 0,492
8 38,1 13 61,9 21 100
Tangan Memenuhi (0,101- 0,314
Memenuhi 5 55,6 4 44,4 9 100 2,396)
Kondisi Tempat Cuci Tidak 0,600
6 37,5 10 62,5 16 100
Peralatan Memenuhi (0,140- 0,749
Memenuhi 7 50 7 50 14 100 2,575)
Kondisi Tempat Tidak 1,224
6 46,2 7 53,8 13 100
Penyimpanan Bahan Memenuhi (0,285- 1,000
Makanan Memenuhi 7 41,2 10 58,8 17 100 5,255)
Kondisi Tempat Tidak 13,500
12 60 8 40 20 100
Penyimpanan Makanan Memenuhi (1,421- 0,011
Jadi (Matang) Memenuhi 1 10 9 90 10 100 128,259)
Kondisi Tempat Tidak 1,312
7 46,7 8 53,3 21 100
Penyimpanan Peralatan Memenuhi (0,309- 1,000
Memenuhi 6 40 9 60 9 100 5,583)
Lokasi Kantin Tidak 0,156
7 31,8 15 68,2 22 100
Memenuhi (0,025- 0,045
Memenuhi 6 75 2 25 8 100 0,974)
Higiene Penjamah Tidak 10,667
12 57,1 9 42,9 21 100
Makanan Memenuhi (1,123- 0,024
Memenuhi 1 11,1 8 88,9 9 100 101,340)
Tingkat Kepadatan Sedang 4 80 1 20 5 100 7,111
Lalat (0,686- 0,094
Rendah 9 36 16 64 25 100
73,714)

dengan nilai p value= 0,749 (p>0,05). Penelitian Pentingnya pencucian peralatan makan
ini sejalan dengan penelitian Hakim (2012) yang karena alat makan berupa piring, gelas, sendok
menunjukkan tidak adanya hubungan kualitas maupun perlatan masak seperti wajan dan panci
sanitasi peralatan makanan dengan kontaminasi dapat menularkan penyakit jika tidak dicuci
bakteri E. coli pada makanan, p value = 0,857. bersih. Makanan sisa dapat menjadi sumber
Berdasarkan hasil observasi tempat cuci kuman sehingga peralatan makan harus dicuci
peralatan di kantin sekolah dasar wilayah dengan detergen untuk menghilangkan lemak
Kecamatan Gunungpati, menunjukkan bahwa dan kuman di peralatan. Hasil observasi
dari 24 kantin yang memiliki fasilitas cuci menunjukkan bahwa semua pedagang sudah
peralatan di sekolah, 19 (79%) diantaranya menggunakan detergen untuk mencuci
sudah menggunakan air mengalir untuk peralatan. Detergen yang digunakan juga sudah
mencuci peralatan. Sedangkan sisanya 5 (21%) sesuai yaitu detergen khusus untuk cuci
menggunakan ember untuk mencuci peralatan. peralatan makan/minum.
Para pedagang mengaku mereka menggunakan Kondisi tempat cuci peralatan tidak
ember karena di kantin tidak disedaikan keran berhubungan dengan keberadaan E.coli mungkin
air. Jadi para pedagang mengambil air dari disebabkan karena sumber air bersih yang
kamar mandi/tempat cuci tangan dan digunakan untuk mencuci peralatan sudah baik.
menampungnya di ember untuk mencuci Keseluruhan SD di Gunungpati sudah
peralatan. Standarnya, jika menggunakan ember menggunakan sumber air terlindungi.
maka jumlah minimal ember adalah tiga, Kebanyakan SD sudah menggunakan seperti
sehingga ada bak untuk mengguyur, menyabun, sumur artesis sebagai sumber air bersih.
dan membilas. Namun para pedagang hanya Hasil analisis bivariat menunjukkan
menggunakan dua ember. bahwa kondisi tempat penyimpanan bahan

431
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

makanan tidak berhubungan dengan tempat penyimpanan selalu dibersihkan. Selain


keberadaan bakteri E. coli pada jajanan yang itu, penyimpanan bahan makanan
dijual di kantin sekolah dasar di Kecamatan memperhatikan prinsip First In First Out (FIFO)
Gunungpati dengan nilai p value= 1,000 dan First Expired First Out (FEFO) yaitu bahan
(p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan makanan yang disimpan terlebih dahulu dan
penelitian Kurniasih ( 2015) yang menunjukkan yang mendekati masa kadaluarsa
bahwa tidak ada hubungan antara kualitas dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
sanitasi bahan makanan dengan kontaminasi Hasil analisis bivariat menunjukkan
E.coli pada makanan dimana p value = 1,000. bahwa kondisi tempat penyimpanan makanan
Tidak adanya hubungan ini terlihat dari jadi/matang berhubungan dengan keberadaan
sebagian besar penyimpanan bahan makanan bakteri E. coli pada jajanan yang dijual di kantin
yang telah memenuhi syarat (56,7%). sekolah dasar di Kecamatan Gunungpati
Keberadaan tempat penyimpanan bahan dengan nilai p value = 0,011 (p<0,05). Hasil ini
makanan merupakan salah satu aspek dari penelitian ini sejalan dengan penelitian
higiene sanitasi kantin. Bahan makanan perlu Yunaenah (2009) yang menunjukkan adanya
disimpan pada tempat yang tertutup dan hubungan signifikan antara kualitas sanitasi
terhindar dari debu, vektor penyakit maupun penyajian makanan dengan kontaminasi E. coli
sumber tercemar lainnya. Penyimpanan bahan pada makanan dimana p value = 0,003.
makanan di tempat terbuka dapat berpotensi Penyajian makanan di lingkungan kantin
menyebabkan kontaminasi. sekolah dasar di wilayah Kecamatan
Berdasarkan observasi peneliti di Gunungpati pada umumnya tidak memenuhi
lapangan, diduga faktor yang mengakibatkan syarat. Berdasarkan hasil observasi diketahui
tidak adanya hubungan signifikan antara kondisi tempat penyajian makanan yang kurang
penyimpanan bahan makanan dengan memenuhi syarat sebanyak 20 kantin (66,7%).
kontaminasi mikroba dikarenakan sebanyak Dari 30 kantin yang diobservasi hanya 5 kantin
80% pedagang sudah menempatkan bahan (17%) yang menyajikan makanannya di etalase
makanan terpisah dengan makanan jadi kaca. Kebanyakan para penjual menyajikan
sehingga menurunkan risiko terjadinya makanannya di atas nampan atau wadah-wadah
kontaminasi silang dari bahan makanan ke plastik dalam keadaan terbuka. Jika terdapat
makanan jadi. Dari hasil observasi juga penutup, penutupnya hanya menggunakan
diketahui sebanyak 37% penjual menyimpanan kertas koran, kardus bahkan plastik sehingga
bahan makanan di lemari pendingin/kulkas makanan tidak tertutup dengan baik.
yang ada di kantin sekolah. Sisanya penjual Penyajian makanan merupakan
menyimpan bahan makanan di meja yang rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
terpisah dengan tempat penyajian makanan. Makanan yang dijual adalah makanan yang siap
Penjual mengaku tidak menyimpan santap dengan memperhatikan prinsip
terlalu lama bahan makanan mentah yang penyajian yaitu makanan jajanan yang dijajakan
mudah membusuk seperti sayur, daging, dan harus dalam keadaan terbungkus atau tertutup.
buah. Untuk bahan makanan yang mudah Pembungkus dan atau tutup makanan jajanan
membusuk, penjual biasanya hanya membeli yang digunakan harus dalam keadaan bersih
sesuai dengan kebutuhan hari itu saja. Sehingga dan tidak mencemari makanan.
bahan makanan yang dibeli langsung dimasak Penyajian makanan di lingkungan kantin
semua. Jika masih ada sisa, maka akan dibawa sekolah dasar di wilayah Kecamatan
pulang, kemudian disimpan di lemari pendingin Gunungpati pada umumnya tidak memenuhi
yang ada di rumah. syarat. Berdasarkan hasil observasi diketahui
Kondisi tempat penyimpanan bahan kondisi tempat penyajian makanan yang kurang
makanan tidak berhubungan dengan memenuhi syarat sebanyak 20 kantin (66,7%).
keberadaan E.coli mungkin disebabkan karena Dari 30 kantin yang diobservasi hanya 5 kantin

432
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

(17%) yang menyajikan makanannya di etalase terbuka, tidak tertutup. Selain itu untuk
kaca. Kebanyakan para penjual menyajikan peralatan makan seperti mangkok yang
makanannya di atas nampan atau wadah-wadah disimpan di atas meja, tidak disimpan secara
plastik dalam keadaan terbuka. Jika terdapat terbalik. Hal ini bisa memungkinkan terjadinya
penutup, penutupnya hanya menggunakan kontaminasi oleh debu, kotoran maupun
kertas koran, kardus bahkan plastik sehingga binatang vektor. Berdasarkan hasil observasi
makanan tidak tertutup dengan baik. sebanyak 97% tempat penyimpanan peralatan
Berdasarkan hasil observasi dimana masih belum terhindar oleh binatang vektor.
sebanyak 22 makanan yang disajikan (73%) Wadah dan peralatan masak sangat
belum terhindar dari kontaminasi vektor penting untuk dijaga kebersihannya. Jika wadah
penyakit. Makanan yang disimpan dalam yang digunakan sebagai tempat penyajian
keadaan tidak tertutup dapat mengundang makanan kotor, maka akan banyak mikroba
binatang yang dapat mengkontaminasi yang dapat mengkontaminasi makanan.
makanan. Binatang/serangga ini biasanya akan Membersihkan peralatan makan juga sangat
membawa berbagai penyakit. Lalat merupakan penting untuk diperhatikan, contohnya apabila
salah satu vektor penular penyakit khususnya wadah atau peralatan sudah dicuci
penyakit saluran pencernaan dalam hal ini menggunakan sabun yang bersih, penjamah
adalah diare karena lalat mempunyai kebiasaan makanan tidak perlu lagi membersihkan
hidup di tempat kotor dan tertarik bau busuk menggunakan lap, hal ini dapat menyebabkan
seperti sampah basah (Atmiati, 2012). Pada lap menjadi basah akibat digunakan untuk
waktu mencari makan di tempat yang kotor, mengeringkan perlatan. Lap yang basah sangat
semua bagian tubuh lalat seperti badan, sayap, riskan terhadap kontaminasi bakteri, sehingga
dan kaki akan dipenuhi oleh bibit penyakit. lebih baik peralatan yang telah dicuci bersih
Beberapa jenis bakteri yang dapat dibawa oleh langsung dikeringkan di rak pengering
lalat diantaranya adalah Salmonella, Shigella, (Dakwani, 2019).
Escheriscia coli, dan Staphylococcus. Walaupun hasil penelitian ini tidak
Hasil analisis bivariat menunjukkan ditemukannya hubungan yang bermakna antara
bahwa kondisi tempat penyimpanan peralatan kondisi tempat penyimpanan perlatan dengan
tidak berhubungan dengan keberadaan bakteri keberadaan E.coli, tetapi kondisi tempat
E. coli pada jajanan yang dijual di kantin sekolah penyimpanan perlatan harus tetap diperhatikan.
dasar di Kecamatan Gunungpati dengan nilai p Penyimpanan peralatan pada tempat yang
value = 1,000 (p>0,05). Penelitian ini sejalan lembab dan berkarat dengan keadaan basah
dengan penelitian Fadhila (2015) yang akan menimbulkan kontaminasi terhadap
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peralatan makan tersebut. Meskipun tempat
kondisi penyimpanan peralatan dengan jumlah penyimpanan dalam kondisi baik yakni tidak
kuman pada alat makan dimana p value = 0,473. lembab dan tidak berkarat namun tidak lantas
Kondisi tempat penyimpanan peralatan menyebabkan jumlah kuman menjadi sedikit,
di lingkungan kantin sekolah dasar di wilayah hal ini bisa saja disebabkan oleh aktivitas
Kecamatan Gunungpati pada umumnya sudah pengeringan peralatan dengan menggunakan lap
dalam kondisi bersih (57%) meskipun dalam yang dilakukan sebelum menyimpan peralatan
penataan alat-alat makan dan masak masih makan pada tempat tertentu. Kontaminasi yang
belum rapi. Penyimpanan peralatan yang telah terjadi sebelum penyimpanan
disimpan dalam rak sebanyak 43%, sisanya menyebabkan bakteri tetap tumbuh.
disimpan di atas meja. Meskipun tempat Hasil analisis bivariat menunjukkan
penyimpanan peralatan sudah dalam kondisi bahwa lokasi kantin berhubungan dengan
bersih namun tidak lantas menyebabkan tidak keberadaan bakteri pada jajanan yang dijual di
terjadi kontaminasi. Hal ini disebabkan karena kantin sekolah dasar di Kecamatan Gunungpati
sebagian besar rak digunakan adalah rak dengan nilai p value = 0,045 (p<0,05). Penelitian

433
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

sejalan dengan penelitian Yuniatun (2017) yang makanan belum pernah mengikuti kursus
menunjukkan adanya hubungan antara sanitasi higiene penjamah makanan yang
dan lokasi tempat berjualan dengan kualitas diselenggarakan oleh instansi terkait.
mikrobiologis pada makanan gado-gado di Faktor yang paling penting menentukan
Kecamatan Tembalang dengan p value = 0,028. prevalensi penyakit bawaan makanan adalah
Berdasarkan Kepmenkes No.1429 tahun kurangnya pengetahuan penjamah makanan
2006, jarak minimal lokasi kantin dengan TPS dan ketidakpedulian terhadap pengelolaan
adalah 20 meter. Dari 30 sekolah ada 22 makanan yang aman. Pendekatan terpadu
(73,3%) sekolah yang jarak kantin dengan TPS dalam pencegahan penyakit bawaan makanan
dengan kantin kurang dari 20 meter. Lokasi adalah melalui pendidikan dan pelatihan bagi
kantin dan TPS yang berdekatan para penjamah makanan dalam hal keamanan
memungkinkan lalat berterbangan di sekitar makanan. Hal ini diperkuat juga dengan
tempat berjualan. penelitian Kusuma (2017) bahwa terjadi
Penanganan sampah di TPS yang belum peningkatan pengetahuan sebanyak 22% setelah
memadai memungkinkan adanya lalat. TPS diberikan penyuluhan tentang higiene
sekolah yang ada di lingkungan Kecamatan perorangan.
Gunungpati belum adanya pemisahan antara Selain tidak mengikuti kursus higiene
sampah organik dan sampah anorganik. sanitasi makanan, pengelola kantin juga jarang
Meskipun ada sekolah yang sudah dibedakan memeriksakan kesehatan secara rutin 6 bulan
antara TPS sampah organik dan TPS sampah sekali. Dari 30 responden, hanya 7 responden
anorganik, namun dalam pelaksanaanya tetap (23%) saja yang memeriksakan kesehatan secara
dijadikan satu. Kondisi TPS juga tidak rutin. Sisanya 23 responden (77%) hanya
dilengkapi dengan penutup. Penempatan memeriksakan diri ketika merasa sakit saja. Jadi
sampah organik (sampah basah) dan sampah mereka pergi ke layanan kesehatan kapan saja
anorganik (sampah kering) yang tidak dipisah, jika dirasa perlu tanpa menunggu 6 bulan sekali
tidak adanya pentutup dapat menyebabkan bau atau harus rutin periksa.
yang mengundang lalat dan berisiko Dari segi pakaian, sebanyak 53%
mengakibatkan kontaminasi pada makanan. responden tidak menggunakan celemek dan
Hasil analisis bivariat menunjukkan penutup kepala saat berjualan. Meskipun
bahwa higiene penjamah berhubungan dengan penggunaan celemek dan tutup kepala tidak
keberadaan bakteri E. coli pada jajanan yang secara langsung mempengaruhi cemaran E.coli
dijual di kantin sekolah dasar di Kecamatan namun bisa digunakan untuk mengurangi risiko
Gunungpati dengan nilai p value = 0,024 timbulnya pencemaran fisika, kimia, dan biologi
(p<0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian terhadap makanan. Penutup kepala membantu
Afriyanti (2019) terkait hubungan higiene menecegah masuknya rambut ke dalam
penjamah makanan dengan cemaran bakteri E. makanan, membantu menyerap keringat di
coli, yang menyatakan bahwa terdapat dahi, mencegah kontaminasi bakteri
hubungan antara praktik higiene pedagang (p Staphylococci, menjaga rambut bebas dari
value =0,040) dengan keberadaan bakteri E. coli kotoran dapur dan mencegah terjeratnya rambut
pada minuman yang dijual di kantin SD. dari mesin, terutama yang rambutnya panjang.
Higiene penjamah makanan meliputi Dari segi penggunaan alat bantu,
semua hal yang berkaitan dengan pedagang sebanyak 83% pedagang tidak menggunakan
kantin sekolah dasar mulai dari kondisi fisik alat bantu saat menjamah makanan. Alat bantu
tubuh, pemeriksaan kesehatan secara rutin, dapat berupa sendok, garpu dan penjepit
keikutsertaan dalam pelatihan penjamah makanan dapat juga menggunakan sarung
makanan dan kebersihan diri serta perilaku pada tangan saat menjamah makanan agar tidak
saat mengolah makanan. Berdasarkan hasil memindahkan bakteri pada tangan ke makanan
observasi, hampir keseluruhan penjamah yang dijamah. Penggunaan alat atau alas tangan

434
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

dalam mengambil makanan sangat diperlukan air di SPAL. Pada saat musim kemarau, kondisi
untuk selalu berusaha menjaga kebersihan TPS yang mayoritas adalah sampah plastik
makanan. Karena jika tidak menggunakan alat menjadi tetap kering dan tidak basah. Lalat
atau alas tangan dalam mengambil makanan, sangat tertarik pada bau-bauan yang busuk,
tangan yang sudah terkontaminasi dengan tumpukan sampah yang basah, sayuran, serta
pencemaran dapat masuk ke dalam makanan sisa-sisa potongan pada penjualan daging.
melalui kulit, jari-jari dan kuku yang tidak Lalat tertarik pada bau-bauan busuk, serta
bersih (Ramadani, 2017). bau dari makanan ataupun minuman yang
Dari segi kebersihan tangan, sebagian merangsang. Bau busuk berasal dari sampah
besar penjamah makanan mengaku selalu baik sampah organik maupun sampah
mencuci tangan menggunakan sabun sebelum anorganik yang penempatannya tidak terpisah.
menyentuh makanan. Berdasarkan observasi, Penempatan sampah basah dan kering yang
pedagang tidak selalu mencuci sebelum tidak dipisah ditambah tidak adanya pentutup
menyentuh makanan. Hal ini dirasa repot oleh (menggunakan tempat sampah terbuka) dapat
pedagang karena pedagang harus melayani menyebabkan bau yang mengundang lalat dan
banyak siswa saat istirahat tiba. Pedagang berisiko mengakibatkan kontaminasi pada
menerima uang dan melayani pembeli secara makanan. Selain itu penyimpanan bahan
bergantian dalam keadaan ramai sehingga tidak makanan dan penyajian makanan yang tidak
selalu saat bisa melakuan cuci tangan. Untuk tertutup bisa mengundang datangnya lalat untuk
kebersihan kuku, 80% pedagang sudah baik. hinggap di makanan tersebut.
Kuku tidak panjang dan tidak menggunakan Meskipun tingkat kepadatan lalat 83,3%
kutek. Untuk penggunaan perhiasan, hanya dalam kategori rendah bukan berarti keberadaan
43% pedagang yang menggunakan perhisan lalat tidak berbahaya. Lalat sering membawa
berupa gelang dan cincin berukir. Tangan jasad renik yang menyebabkan penyakit, pada
merupakan media yang penting dalam bagian mulutnya, daerah pencernaannya,
penularan suatu penyakit karena bisa menjadi pahanya, kakinya, atau rambutnya. Lalat
tempat berkumpulnya mikroorganisme di kulit tertarik kepada kotoran sama seperti kepada
dan kuku, termasuk bakteri E.coli. makanan, yang akhirnya dapat merusak sanitasi
Hasil analisis bivariat menunjukkan makanan. Karena lalat memakan kotoran
bahwa tingkat kepadatan lalat tidak manusia, bangkai binatang, dan sisa makanan
berhubungan dengan keberadaan bakteri E. coli manusia, semua ini mungkin berisi jasad renik
pada jajanan yang dijual di kantin sekolah dasar yang dapat menimbulkan penyakit pencernaan
di Kecamatan Gunungpati dengan nilai p value pada manusia. Lalat terbang dengan
= 0,094 (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan mengantarkan bakteri dari satu tempat ke
penelitian Atmiati (2012) yang menunjukkan tempat yang lain dengan hinggap di atas
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat permukaan yang kotor, kemudian hinggap di
kepadatan lalat dengan kontaminasi E.coli pada makanan sehingga bakteri pindah ke makanan.
makanan dimana p value = 0,245. Tidak adanya
hubungan ini terlihat dari sebagian besar tingkat PENUTUP
kepadatan lalat di kantin sekolah dasar di
lingkungan Kecamatan Gunungpati dalam Hasil menunjukkan bahwa kondisi
kategori rendah (83,3%). penyimpanan makanan jadi, lokasi kantin, dan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli- higiene penjamah berhubungan dengan
Agustus, dimana pada waktu itu sedang terjadi keberadaan E. coli pada jajanan. Sedangkan
musim kemarau. Pada saat musim kemarau kondisi tempat cuci tangan, tempat cuci
tidak terjadi hujan, sehingga tidak ada genangan peralatan, tempat penyimpanan bahan
air di lingkungan kantin/sekolah seperti di makanan, penyimpanan peralatan, dan tingkat
tempat pembuangan sampah maupun genangan

435
Nita, S., Yuni, W. / Higiene Sanitasi Kantin / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

kepadatan lalat tidak berhubungan dengan pada Nasi Kucing yang Dijual di Wilayah
keberadaan E. coli. Tembalang Semarang Tahun 2012. Jurnal
Saran untuk peneliti selanjutya adalah Kesehatan Masyarakat, 1(2): 861-870.
Kurniasih, R. P., Nurjazuli, & D, Y. H. 2015.
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
Hubungan Higiene dan Sanitasi Makanan
jenis rancangan penelitian, variabel, dan uji
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli
laboratorium yang berbeda untuk mengetahui dalam Makanan di Warung Makan sekitar
faktor lain yang berhubungan dengan Terminal Borobudur Magelang. Jurnal
keberadaan bakteri Escherichia coli pada jajanan Kesehatan Masayrakat. Jurnal Kesehatan
di kantin sekolah dasar karena penelitian ini Masyarakat, 3(1): 549–558.
hanya mengambil sampel makanan yang sudah Kusmiyati, Sinaga, E. R., & Wanti. 2013. Kebiasaan
jadi siap dijajakan ke siswa, tidak dilakukan cuci Tangan, Kondisi fasilitas Cuci Tangan
pemeriksaan terhadap kandungan bakteri dari dan Keberadaan E.coli pada Tangan
Penjamah Makanan di Rumah Makan dalam
setiap bahan makanan tersebut maupun uji
Wilayah Kerja Puskesmas Pebobo Kupang
swab pada tangan penjamah makanan dan
Tahun 2012. Jurnal Info Kesehatan, 11(2): 417–
peralatan yang dimana bisa menjadi sumber 427.
kontaminasi E.coli. Kusuma, H. S., Pasanda, A., Nugraheni, K., &
Nissa, C. 2017. Perubahan Pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA Penjamah Makanan Hotel Setelah
Penyuluhan Higiene Perorangan. Jurnal Gizi
Afriyanti, L. N. 2019. Keberadaan Escherichia coli Indonesia, 6(1): 71–75.
pada Makanan di Kantin Sekolah Dasar. Ramadani, E. Rahmi, Nirmala, F., & H, A. M. 2017.
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan di
Development), 3(3): 417–429. Kantin Sekolah Dasar di Kecamatan Buke
Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.
Penyakit Tanaman Liar dan Penggunaan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
Pestisida. Pusdiknas Depkes RI: Proyek 2(6): 1–12.
Pembangunan Pendidikan Sanitasi Pusat. Riana, A., & Sri, S. 2018. Hubungan Kontaminasi
Atmiati, W. D. 2012. Faktor-Faktor yang Coliform dan Skor Perilaku Higiene Sanitasi
Berhubungan dengan Keberadaan Bakteri pada Pedagang Jajanan di Kantin Sekolah
Escherichia coli pada Jajanan Es Buah yang dan Pedagang Keliling. Media Gizi Indonesia,
Dijual di Sekitar Pusat Kota Temanggung. 13(1): 27–32.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jurnal Susanna, D., Indrawani, Y. M., & Zakianis. 2010.
Kesehatan Masyarakat, 1(2):1047-1053. Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada
Bonkoungou, I. J. O., Haukka, K., Österblad, M., Makanan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang
Hakanen, A. J., Traoré, A. S., Barro, N., & Jalan Margonda Depok, Jawa Barat. Jurnal
Siitonen, A. 2013. Bacterial and viral etiology Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(3): 110-115.
of childhood diarrhea in Ouagadougou, Wakhyuning, S. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan
Burkina Faso. BMC Pediatrics, 13(1). dengan Kandungan Bakteri E. coli pada Makanan
Dakwani, T. 2019. Higiene Sanitasi tempat Jajanan Anak Sekolah di Kantin SD Kecamatan
Pengelolaan Makanan (TPM) di Gudang 100 Tegal Barat Kota Tegal. Skripsi: Universitas
pada pelabuhan Laut tanjung Perak Surabaya Muhammadiyah Semarang.
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Yunaenah. 2009. Kontaminasi E. coli pada Maknaan
11(1): 69–74. Jajanan di Kantin Sekolah dasar Wilayah Jakarta
Fadhila, M. F., Wahyuningsih, N. E., & D, Y. H. Pusat Tahun 2009. Tesis: Universitas
2015. Hubungan Higiene Sanitasi dengan Indonesia.
Kualitas Bakteriologis pada Alat makan Yuniatun, T., Purwantisari, S., & Yuliawati, S. 2017.
Pedagang di Wilayah Sekitar Kampus Undip Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kualitas
Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3): Mikrobiologis pada Makanan Gado-Gado di
769–776. Kecamatan tembalang Kota Semarang. Jurnal
Hakim, A. R. 2012. Hubungan Kondisi Higiene dan Kesehatan Masyarakat, 5(4): 491–499.
Sanitasi dengan Keberadaan Escherichia coli

436

Anda mungkin juga menyukai