Anda di halaman 1dari 43

RINGKASAN TUGAS TEST AKHIR SEMESTER

SISTEM HUKUM INDONESIA

Disusun oleh :

NAMA : RICKY AGUSTINUS RUMAKETY


NPM : 12172201170010

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020
Pertemuan ke 10

1. Hukum pidana

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu
hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan
tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil
diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang
pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan
dengan UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor
8 tahun 1981.

Asas di dalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:

 Asas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah
tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan UU.
 Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak memihak, yaitu serangkaian proses
peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur,
dan adil (pasal 50 KUHAP).
 Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya kesempatan, bahkan wajib
memperoleh bantuan hukum guna pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).
 Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka untuk umum (pasal 64
KUHAP).
 Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian (pasal 66
KUHAP), kecuali diatur lain oleh UU.

2. Hukum perdata

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai
lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur
hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang
bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata
Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau
dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan asas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia
Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Prancis dengan beberapa penyesuaian.

Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian yaitu:

 Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum
yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain
ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan,
keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan.
 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak
dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).
Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku
dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang
hak tanggungan.
 Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain
tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-
undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan
suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang
(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, Khususnya Buku
III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
 Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata
dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai
peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).

3. Hukum tata negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar pendirian,
struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban)
antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara mengatur mengenai negara dalam
keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem
pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas. Hukum ini
membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

4. Hukum tata usaha (administrasi)

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu
hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.kesamaanya terletak dalam
hal kebijakan pemerintah,sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada
fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan
pemerintah,untuk hukum administrasi negara di mana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum
tata usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

5. Hukum Agraria

Pengertian Hukum Agraria istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latin agre
berarti tanah atau sebidang tanah . agrarius berarti persawahan, perladangan, pertanian. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanahan atau tanah pertanian juga urusan pemilikan
tanah, dalam bahasa inggris agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan usaha pertanian, sedang
dalam UUPA mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Hukum agraria dalam arti sempit yaitu
merupakan bagian dari hukum agrarian dalam arti luas yaitu hukum tanah atau hukum tentang tanah
yang mengatur mengenai permukan atau kulit bumi saja atau pertanian

Hukum agrarian adalah himpunan peraturan yang mengatur bagaimana seharusnya para pejabat
pemerintah menjalankan tugas dibidang keagrariaan.

 Azas-azas hukum agraria, Asas nasionalisme Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hanya
warga Negara Indonesia saja yang mempunyai hak milik atas tanah atau yang boleh mempunyai
hubungan dengan bumi dan ruang angkasa dengan tidak membedakan antara laki-laki dengan
wanita serta sesama warga Negara baik asli maupun keturunan.
 Asas dikuasai oleh Negara Yaitu bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya itu pada tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat (pasal 2 ayat 1 UUPA)
 Asas hukum adat yang disaneer Yaitu bahwa hukum adat yang dipakai sebagai dasar hukum
agrarian adalah hukum adat yang sudah dibersihkan dari segi-segi negatifnya
 Asas fungsi social Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa penggunaan tanah tidak boleh
bertentangan dengan hak-hak orang lain dan kepentingan umum, kesusilaan serta
keagamaan(pasal 6 UUPA)
 Asas kebangsaan atau (demokrasi) Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa stiap WNI baik asli
maupun keturunan berhak memilik hak atas tanah
 Asas non diskriminasi (tanpa pembedaan) Yaitu asas yang melandasi hukum Agraria
(UUPA).UUPA tidak membedakan antar sesame WNI baik asli maupun keturunanasing jadi asas
ini tidak membedakan-bedakan keturunan-keturunan anak artinya bahwa setiap WNI berhak
memilik hak atas tanah.
 Asas gotong royong Bahwa segala usaha bersama dalam lapangan agrarian didasarkan atas
kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau dalam
bentuk-bentuk gotong royong lainnya, Negara dapat bersama-sama dengan pihak lain
menyelenggarakan usaha bersama dalam lapangan agraria (pasal 12 UUPA)
 Asas unifikasi Hukum agraria disatukan dalam satu UU yang diberlakukan bagi seluruh WNI, ini
berarti hanya satu hukum agraria yang berlaku bagi seluruh WNI yaitu UUPA.
 Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings beginsel), Yaitu suatu asas yang memisahkan
antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau bangunan-bangunan yang ada
diatasnya. Asas ini merupakan kebalikan dari asas vertical (verticale scheidings beginsel ) atau
asas perlekatan yaitu suatu asas yang menyatakan segala apa yang melekat pada suatu benda atau
yang merupakan satu tubuh dengan kebendaan itu dianggap menjadi satu dengan benda iu artnya
dala sas ini tidak ada pemisahan antara pemilikan hak atas tanah dengan benda-benda atau
bangunan-bangunan yang ada diatasnya.
Hak-hak atas tanah, Hak milik

 Dasar hukum untuk pemilikan hak milik atas tanah yaitu pasal 20-27 UUPA
 Mempunyai sufat turun temurun
 Terkuat dan terpenuh
 Mempunyai fungsi social
 Dapat beralih atau dialihkan
 Dibatasi oleh ketentan sharing (batas maksimal) dan dibatasi oleh jumlah penduduk
 Batas waktu hak milik atas tanah adalah tidak ada batas waktu selama kepemilikan itu sah
berdasar hukum
 Subyek hukum hak milik atas tanah yaitu WNI asli atau keturunan, badan hukum tertentu

Hak guna bangunan, Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara dalam jangka waktu
tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 29 UUPA untuk perusahaan pertanian atau peternakan.

 Jangka waktu 25 tahun dan perusahaan yang memerlukan waktu yang cukup lama bisa diberikan
selama 35 tahun
 Hak yang harus didaftarkan
 Dapat beralih karena pewarisan
 Obyek HGU yaitu tanah negara menurut pasal 28 UUPA jo pasal 4 ayat 2, PP 40/96

Apa bila tanah yang dijadikan obyek HGU tersebut merupakan kawasan hutan yang dapat dikonversi
maka terhadap tanah tersebut perlu dimintakan dulu perlepasan kawasan hutan dari menteri kehutanan
(pasal 4 ayat 2 UUPA, PP 40/96).

Apabila tanah yang dijadikan obyek HGU adalah tanah yanh sah mempunyai hak maka hak tersebut harus
dilepaskan dulu (pasal 4 ayat 3, PP 40/96)

Dalam hal tanah yang dimohon terhadap tanaman dan atau bangunan milik orang lain yang
keberadaannya atas hak ayang ada maka pemilik tanaman atau bangunan tersebut harus mendapat ganti
rugi dari pemegang hak baru (pasal 4 ayat 4, PP 40/96) Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus , berkesinambungan dan teratur meliputi
pengumpulan , pengolahan, pembukuan dan pengujian serta pemeliharaan data fisik dan yuridis dalam
bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan satuan rumah susun termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas
satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Data fisik adalah keterangan atas letak,
batas, luas, dan keterangan atas bangunan. Persil adalah nomor pokok wajib pajak. Korsil adalah
klasifikasi atas tanah. Data yuridis adalah keterangan atas status hokum bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban lain yang membebaninya.

Dasar hukum pendaftaran tanah :

 UUPA pasal 19, 23, 32, dan pasal 38.


 PP No 10/1997 tentang pendaftaran tanah dan dig anti dengan PP No 24/1997
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 3 PP 24/1997 yaitu memberikan
kepastian hukum atas hak-hak atas tanah meliputi :

 Kepastian hokum atas obyek atas atas tanahnya yitu letak, batas dan luas.
 Kepastian hokum atas subyek haknya yaitu siapa yang menjadi pemiliknya (perorangan dan
badan hukum)
 Kepastian hokum atas jenis hak atas tanahnya (hak milik, HGU, HGB)
Tujuan pendaftaran tanah (pasal 3 PP 24 Tahun 1997)

 Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu
bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
 Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah
agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang mudah terdaftar.
 Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Tujuan wakaf (pasal 4 UU No. 41/2004) yaitu memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.
Fungsi wakaf (pasal 5) yaitu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

6. Hukum Islam

Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh, karena belum adanya dukungan
yang penuh dari segenap lapisan masyarakat secara demokratis baik melalui pemilu atau referendum
maupun amendemen terhadap UUD 1945 secara tegas dan konsisten. Aceh merupakan satu-satunya
provinsi yang banyak menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama, sesuai pasal 15 ayat 2
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu: Peradilan Syariah Islam di
Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama
sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus
dalam lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

7. Hukum Adat.

Pengertian Hukum Adat, Untuk mendapatkan gambaran apa yang dimaksud dengan hukum adat, maka
perlu kita telaah beberapa pendapat sebagai berikut :

1. Prof. Mr. B. Terhaar Bzn Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam
keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat.
Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-
istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat
hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan putusan
hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat.

2. Prof. Mr. Cornelis van Vollen Hoven Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku
masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dan belum dikodifikasikan.

3. Dr. Sukanto, S.H. Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang pada umumnya tidak dikitabkan,
tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi jadi mempunyai akibat hukum.

4. Mr. J.H.P. Bellefroit Hukum adat sebagai peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak
diundangkan oleh penguasa, tetapi tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan keyakinan
bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum.

5. Prof. M.M. Djojodigoeno, S.H.Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada
peraturan peraturan.

6. Prof. Dr. Hazairin Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah kaidah
kesusialaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam masyarakat itu.

7. Soeroyo Wignyodipuro, S.H. Hukum adat adalah suatu ompleks norma-norma yang bersumber
pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan peraturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagaian besar tidak tertulis,
senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat karena mempunyai akibat hukum ( sanksi ).
8. Prof. Dr. Soepomo, S.H. Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis,
meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi
ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan
tersebut mempunyai kekuatan hukum.

Dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas, maka terlihat unsure-unsur dari pada hukum adat sebagai
berikut :

 Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh masyaraka.


 Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis
 Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sacral
 Adanya keputusan kepala adat
 Adanya sanksi/ akibat hukum
 Tidak tertulis
 Ditaati dalam masyarakat
Teori Reception In Complexu, Teori ini dikemukakan oleh Mr. LCW Van Der Berg.

Menurut teori Reception in Coplexu :. Kalau suatu masyarakat itu memeluk adama tertentu maka hukum
adat masyarakat yang bersangkutan adlah hukum agama yang dipeluknya. Kalau ada hal-hal yang
menyimpang dari pada hukum agama yang bersangkutan, maka hal-hal itu dianggap sebagai
pengecualian. Terhadap teori ini hampir semua sarjana memberikan tanggapan dan kritikan antara lain :

Snouck Hurgronye : Ia menentang dengan keras terhadap teori ini, dengan mengatakan bahwa tidak
semua Hukum Agama diterima dalam hukum adat. Hukum agama hanya memberikan pengaruh pada
kehidupan manusia yang sifatnya sangat pribadi yang erat kaitannya dengan kepercayaan dan hidup batin,
bagian-bagian itu adalah hukum keluarga, hukum perkawinana, dan hukum waris.

Terhaar berpendapat : Membantah pendapat Snouck Hurgrunye, menurut Terhaar hukum waris bukan
berasal dari hukum agama, tapi merupakan hukum adat yang asli tidak dipengaruhi oleh hukum Islam,
sedangkan hukum waris disesuaikan dengan struktur dan susunan masyarakat.

Teori Reception in Comlexu ini sebenarnya bertentangan dengan kenyataan dalam masyarakat, karena
hukum adat terdiri atas hukum asli (Melayu Polenesia) dengan ditambah dari ketentuan-ketentuan dari
hukum Agama demikian dikatakan oleh Van Vollen Hoven.

Memang diakui sulit mengdiskripsikan bidang-bidang hukum adat yang dipengaruhi oleh hukum agama
hal ini disebabkan :
 Bidang-bidang yang dipengaruhi oleh hukum agama sangat bervariasi dan tidak sama terhadap
suatu masyarakat.
 Tebal dan tipisnya bidang yang dipengaruhi hukum agama juga bervariasi.
 Hukum adat ini bersifat lokal.
 Dalam suatu masyarakat terdiri atas warga-warga masyarakat yang agamanya berlainan.
 Perbandingan Antara Adat Dengan Hukum Adat

Perbedaan antara adat dengan hukum adat yaitu :

 Dari Terhaar ;
Suatu adat akan menjadi hukum adat, apabila ada keputusan dari kepala adat dan apabila tidak ada
keputusan maka itu tetap merupakan tingkah laku/ adat.
 Van Vollen Hoven :
Suatu kebiasaan/ adat akan menjadi hukum adat, apabila kebiasaan itu diberi sanksi.
 Van Dijk :
Perbedaan antara hukum adat dengan adat terletak pada sumber dan bentuknya. Hukum Adat bersumber
dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan tidak tertulis dan ada juga yang tertulis, sedangkan adat
bersumber dari masyarakat sendiri dan tidak tertulis.
 Pendapat L. Pospisil :
Untuk membedakan antara adat dengan hukm adat maka harus dilihat dari atribut-atribut hukumnya
yaitu :
a. Atribut authority, yaitu adanya keputusan dari penguasa masyarakat dan mereka yang
berpengaruh dalam masyarakat.
b. Intention of Universal Application : Bahwa putusan-putusan kepala adat mempunyai jangka
waktu panjang dan harus dianggap berlaku juga dikemudian hari terhadap suatu peristiwa yang
sama.
c. Obligation (rumusan hak dan kewajiban) : Yaitu dan rumusan hak-hak dan kewajiban dari kedua
belah pihak yang masih hidup. Dan apabila salah satu pihak sudah meninggal dunia missal nenek
moyangnya, maka hanyalah putusan yang merumuskan mengeani kewajiban saja yang bersifat
keagamaan.
d. Adanya sanksi/ imbalan : Putusan dari pihak yang berkuasa harus dikuatkan dengan
sanksi/imbalan yang berupa sanksi jasmani maupun sanksi rohani berupa rasa takut, rasa malu,
rasa benci dn sebagainya.
e. Adat/ kebiasaan mencakup aspek yang sangat luas sedangkan hukum adat hanyalah sebagian
kecil yang telah diputuskan untuk menjadi hukum adat.
f. Hukum adat mempunyai nilai-nilai yang dianggap sakral/suci sedangkan adat tidak mempunyai
nilai/ biasa.

Asas-Asas Hukum Internasional Asas-asas yang ada dalam menjalin hubungan antar bangsa:

1. Asas Teritorial

Merupakan asas yang berdasar pada kekuasaan suatu Negara atas daerah atau wilayahnya. Suatu Negara
bisa melaksanakan hukum bagi setiap orang ataupun barang yang berada di wilayahnya. Tetapi, untuk
setiap orang atau barang yang berada di luar wilayahnya akan diberlakukan hukum asing atau hukum
penuh skala internasional. Artinya hukum dari suatu wilayah maka hanya berlaku dalam wilayah tersebut,
sedangkan jika berada di luar wilayah akan diberlakukan hukum yang berbeda, dalam hal ini berarti
adalah Hukum Internasional.

2. Asas Kebangsaan

Merupakan asas diberlakukan oleh Negara untuk setiap warga negaranya. Artinya bagi setiap Warga
Negara, dimanapun keberadaannya seperti di negara asing, akan tetap mendapatkan perlakuan hukum
yang berlaku di negara asalnya.

Misalkan seseorang melakukan tindakan pidana ataupun kriminal di negara asing, maka akan tetap
dikenakan hukum dari negara dimana dia berasal.Karena asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial.

3. Asas Kepentingan Umum

Merupakan asas yang didasarkan pada kewenangan negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi hukum tersebut tidak terikat pada batas-batas
wilayah suatu negara.

asas asas hukum internasional Dalam pelaksanaan hukum Internasional sebagai bagian dari hubungan
internasional, dikenal ada beberapa asas hukum, antara lain:

PACTA SUNT SERVANDA: asas hukum yang menyatakan bahwa setiap perjanjian menjadi hukum
yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian. Ini terdapat pada pasal 26 Konvensi WINA
tahun 1969.
EQUALITY RIGHTS: yaitu negara yang memiliki hubungan atau yang saling mengadakan hubungan itu
memiliki kedudukan yang sama di bawah hukum.

RECIPROSITAS /Asas Timbal Balik: tindakan yang dapat dibalas setimpal oleh suatu negara terhadap
negara lain, baik tindakan yang memiliki sifat negatif atau pun posistif.

COURTESY: Artinya yaitu setiap negara yang bersangkutan haruslah saling menghormati dan saling
menjaga kehormatan negaranya satu sama lain.

REBUS SIC STANTIBUS: Asas yang berfungsi untuk memutuskan suatu perjanjian secara sepihak jika
terdapat perubahan yang mendasar/fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian
internasional yang telah disepakati. Bentuk Hukum Internasional, Ada beberapa bentuk perwujudan atau
pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia tertentu mengenai hukum ini, yaitu:

Hukum Internasional Regional Bentuk ini hanya berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya.

Contohnya adalah Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, yaitu konsep landasan kontinen
(Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of
the sea) yang pada awalnya tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum.
Hukum Internasional Khusus, Hukum Internasional dalam bentuk kaidah yang khusus berlaku untuk
negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa tentang HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan.

8. Hukum laut

Pengertian Hukum laut Nasional ,Internasional dan Sejarah Perkembangannya

A. pengertian hukum laut

 Hukum laut menurut dr. wirjono prodjodikoro SH aialah meliputi segala peraturan hokum yang
ada hubungan dengan laut.
 Hukum laut menurut Mr. w. L. P. A molengraaff, Mr. H. F. A vollmar dan Mr. F.G scheltema
adalah peraturan-peraturan hokum yang ada hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan
keistimewa mengenai pengangkutan orang atau barang dengan kapal laut.

B. Sejarah hukum laut secara nasional

Negara Indonesia merupakan salah satu anggota pada konferensi kodifikasi yang diselenggarakan
oleh volkenbond dalam tahun 1930 di den Haag ternyata bahwa dari 37 negara peserta hanya terdapat 9
negara yang mempertahankan 3 mil limit sedangkan sebagian besar Negara peserta menggangap 3 mil itu
tidak cukup lebar kegagalan untuk mencapai kata sepakat tentang lebar laut teritorial yang unform inilah
yang menyebabkan kandasnya usaha liga bangsa-bangsa untuk mengadakan kodifikasi hokum laut
mengenai penguasaan laut.

Suatu keberatan besar bagi bangsa Indonesia karna cara tersebut kurang atau sama sekali tidak
memperhatikan sifat khusus dari pada inndonesia sebagai suatu Negara kepulauan (archipelago). Menurut
cara pengukuran laut territorial yang klassik yaitu dihitung dari base-line yang berupa garis air rendah
secara teoritis setiap dari tiga ribu (3000) pulau di Indonesia itu mempunyai laut teritorialnya sendiri,
dapatlah dibayangkan bahwa keadaan demikian sangat menyukarkan pelaksanaan tugas pengawasan laut
dengan sempurna karena susunan daerah yang harus diawasi. Demikian ruwet kantong-kntong berupa laut
bebas di tengah-tengah dan diantara bagian darat (pulau) dari wilayah Negara Indonesia ini menempatkan
petugas dalam keadaan yang sulit karena mereka harus memperhatikan setiap waktu

Berdasarkan pertimbangan–pertimbangan diatas perlu dicari pemecahan persoalan yang berpokok


pada pendirian, bahwa kepulauan Indonesia itu merupakan satu kesatuan (unit) dan bahwa lautan diantara
pulau-pulau kita itu merupakan satu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari bagian darat (pulau-pulau)
Negara kita. Perkataan “tanah air” dalam bahasa Indonesia cukup menjadi bukti bahwa pendirian itu
secara atau tidak sudah meresap pada pikiran rakyat itu. Berdasarkan pendirian ini maka lautan territorial
harus terletak sepanjang garis yang menghubungkan titik ujung terluar dari pada kepulauan Indonesia.

Keputusan mahkamah internasioanal tahun 1951, Cara penentuan laut territorial di sekeliling kepulauan
Indonesia menurut cara yang kita perbincangkan sekarang mau tidak mau akan mengambil sebagai suatu
garis dasar (base line) suatu garis lurus yang menghubungkan titik yang terluar dari pada kepulauan
Indonesia. Cara penarikan “straight base line from point to point” ini mendapat pengakuan dalam hokum
internasional dengan keputusan mahkamah dalam anglo Norwegia Fisheries case pada tanggal 18
desember 1951. cara penenetuan base-line yang di tetap kan dalam royalnorwegia degree dari tanggal 12
juli ini di benarkan oleh mahkamah yang menyatakan “that the base- lines fixed by the said degree were
not contary to international law .

Sangat menarik adalah sebab yang mendorong mahkamah internasional untuk mengambil keputusan
itu katanya disebabkan oleh “ geographical realities “ dan juga di pengaruhi oleh economic interes
”.walaupun keadaan gegrafis Indonesia berlainan yakni garis-garis yang menghubungkan titik ujung akan
jauh lebih panjang dari pada garis terpanjang yang diketengahkan dalam pertikaian antara inggris dan
norwegia itu (44 mil). Namun kadaan Indonesia sebagai suatu pulau cukup unik untuk dapat
membenarkan cara penentuan garis pangkal ( base line) yang serupa. Yang penting dalam Anglo
Norwegia Fisheries case ini adalah bahwa suatu cara penarikan garis pangkal yang lain dari pada cara
yang klasik (yaitu menurut garis air rendah) telah mendapat pengakuan dari Mahkamah ineternasional.
Jadi, yang kita lakukan adalah peninjauan kembali dari pada base line (garis pangkal) yang disesuaikan
dengan keadaan Indonesia sebagai suatu kepulauan. Selanjutnya pendirian delagasi ditentukan pula oleh
deklarasi pemerintah pada tanggal 13 desember 1957 mengenai wilayah perairan Indonesia harus
diusahakan dan diperjuangkan oleh delegasi supaya konferensi di jenewa menerima tambahan satu artikel
yang mengatur soal laut teritorial di sekitar kepulauan sebagai suatu kesatuan (unit). Sebagi konsekuensi
dari pada deklarasi pemerintah Ri tanggal 13 desember 1957 harus pula diperjuangkan agar konperensi
jangan sampai menentukan suatu limit maximum bagi panjangnya “straight base-line from point to
point”. Demikian pila sesuai dengan deklarasi pemerintah tanggal 13 desember 1957 harus diperjuangkan
agar laut territorial dapat ditentukan menjadi 12 mil.

C. Sejarah perkembangna hokum laut internasional

Semenjak berakhirnya perang dunia ke II, hokum laut merupakan cabang hokum internasional telah
mengalami perubahan-perubahan yang mendalam dan bahkan dapat dikatakan telah mengalami revolusi
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Bila dulu hukum laut pada pokoknya hanya mengurus
kegiatan-kegiatan diatas permukaan laut. Tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada dasar laut
dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya. Hokum laut yang dulunya bersifat un dimensional
sekarang telah berubah menjadi plu dimensional yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hokum
laut dimasa lalu.

Memang konferensi PBB 1 tentang hokum laut tahun 1958 di jenewa, UNITED NATIONS
CONFERENCE ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) berhasil mengeluarkan konvensi, namun
masih banyak lagi masalah hokum yang belum diselesaikan sedangkan ilmu pengetahuaan dan teknologi
berkembang dengan pesat. Konvensi-konvensi pada tahun 1958 bukan saja belum mengatur semua
persoalan tetapi ketentuan –ketentuan yang adapun dalam waktu yang pendek tidak lagi memadai dan
telah ditinggalkan perkembangan teknologi. Disamping itu Negara-negara yang lahir susudah tahun 1958
yang jumlahnya sedikit dan yang tidak ikut merumuskan konvensi-konvensi tersebut menuntut agar
dibuatnya ketentuan-ketentuan baru dan merubah ketentuan yang tidak sesuai.

Demikian untuk menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang ada dengan perkembangan-


perkembangan yang terjadi dan menampung masalah-masalah yang dating kemudian. Majelis umum PBB
tahun 1976 membentuk suatu badan yang bernama UNETED NATIONS seabed committee, siding-
sidang komite ini kemudian dilanjutkan dengan konferennsi hokum laut III (UNCLOS) yang siding
pertamanya diadakan di new York bulan September tahun 1973 dan yang 9 tahun kemudian berakhir
dengan penandatanganan konvensi PBB tentang hokum laut pada tanggal 10 desember 1982 di montage
bay , jamaica Pada masa kuno, kebutuhan pengaturan di bidang hukum laut “internasional” mulai muncul
ketika bangsa-bangsa mulai memanfaatkan laut sebagai sarana transportasi. Perkembangan Hukum Laut
Internasional pada masa modern dianggap dimulai pada abad XVII melalui karya Hugo Grotius yang
berjudul “Mare Liberum.”

“Mare Liberum” merupakan tulisan yang dibuat oleh Grotius untuk mendukung klaim VOC
terhadap perairan Hindia Belanda yang sebelumnya diklaim oleh Portugis dengan konsep “Mare
Clausum.” Namun sebagian pemegang saham kurang setuju dengan penggunaan kekerasan tanpa
kewenangan yang menyertai perampasan “Santa Catarina”. Setelah muncul kontroversi, VOC meminta
Hugo Grotius untuk menyusun argumentasi mendukung perampasan Santa Catarina. Grotius
membenarkan perampasan terhadap kapal Portugis berdasarkan konsep “Mare Liberum” : Laut adalah
wilayah yang bebas dipergunakan oleh bangsa manapun, tidak bisa dimonopoli oleh suatu negara.

 Monopoli Portugis di lautan Hindia bertentangan dengan “prinsip keadilan alamiah.”


 Konsep “Mare Liberum” kemudian ditentang oleh Inggris yang saat itu sedang bersaing dengan
Belanda untuk menguasai lautan. Inggris kembali menegaskan konsep “Mare Clausum.”
 Menurut konsep “Mare Clausum”, laut adalah wilayah yang dapat dimiliki sebagaimana wilayah
darat.
 Dalam praktik, negara-negara mengambil jalan tengah: ada bagian laut yang bisa dimiliki dan ada
bagian laut lepas.
 Salah satu gagasan tentang kepemilikan laut didasarkan pada kemampuan penguasaan efektif
oleh negara pantai berdasarkan jangkauan tembakan meriam (ketika itu) dari darat, yakni selebar
3 mil.
 Sejak saat itu, negara-negara mulai mengembangkan Hukum Internasional Kebiasaan di dalam
pemanfaatan laut.
Upaya kodifikasi:

 International Law Association (1873)


 Institute of International Law (1873)
 Harvard Law School
 Liga Bangsa-bangsa / LBB (1930)
 PBB à International Law Commission : UNCLOS 1958, UNCLOS 1960, UNCLOS 1982.
Perkembangan norma Hukum Laut Internasional:
 Zonal development: menentukan wilayah-wilayah laut dan mengatur hak dan kewajiban negara di
dalamnya.
 Functional development: mengatur hak dan kewajiban negara dalam memanfaatkan laut.
 Functional development muncul sebagai “perluasan” dari fungsi dasar laut, yaitu pelayaran
(navigation) dan penangkapan ikan (fisheries).
PELAYARAN Kasus Torrey Canyon:

 Sebagai akibat konflik Timur Tengah yang mengganggu lalu-lintas laut di Terusan Suez, Inggris
mengoperasikan tanker ukuran super besar (supertanker) untuk mengangkut minyak dalam
jumlah banyak dari Timur Tengah ke Eropa.
 Pada tahun 1967 sebuah supertanker yang bernama Torrey Canyon 120.000 ton minyak mentah
kandas di lepas pantai Inggris dan menimbulkan polusi berat: 270 km2 wilayah laut tercemar
minyak, 15.000 burung laut mati, ikan pada radius 75 mil mati.
 Peristiwa Torrey Canyon memunculkan kebutuhan pengaturan:
 Pemanfaatan pelabuhan laut dalam sebagai tempat labuh supertanker;
 Penanganan dan pertanggungjawaban polusi laut.
Pertemuan ke 11

Sitem Hukum Di Indonesia adalah Salah satu mamfaat dari memahami perbandingan sistem hukum
adalah kita bisa memahami sistem hukum negara sendiri, minimal sistem hukum Indonesia, sistem-sistem
hukum apa saja yang berlaku dalam masyarakat, bagaimana historis terjadinya sistem hukum itu dapat
eksis atau bahkan lenyap, dengan kata lain adanya interaksi antar sistem hukum yang menimbulkan
sistem hukum yang lebih kongkret dan pasti akan menjadi sistem yang akan berlaku dan diterima oleh
masyarakat. Akibat penjajahan kolonial Belanda 350 tahun menyebabkan mayoritas umat Islam di
Indonesia memakai sistem hukum positif barat. Pemberlakuan hukum positif Barat di Negara-negara
Islam tidak terlepas dari kolonialisme, termasuk Indonesia.

1. Periode Pemerintah Kolonial

 Hukum Adat Versus Hukum Barat

Menurut Vollenhoven hukum adat adalah hukum non statutair yang sebagian besar adalah hukum
kebiasaan dan sebagian hukum Islam. Hukum adat itu pun melingkupi hukum yang berdasarkan
keputusan-keputusan hakim yang berisi asas-asas hukum dalam lingkungan, dimana ia memutuskan
perkara. Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, karena ia menjelma perasan hukum yang nyata dari
rakyat. Sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan
berkembang seperti hidupnya sendiri.

Awal terjadinya pergeseran hukum adat pada saat penggagasan di berlakunya sistem hukum kodifikasi
Barat, secara efektif berlaku sejak tahun 1848. Pada era kabinet Kuyper yang memegang kekuasaan pada
tahun 1901, pada tanggal 15 september 1904 mengusulkan suatu rencana undang-undang yang
maksudnya bukan untuk mempertahankan hukum adat yang tak tertulis dan juga bukan untuk
mengkodifikasi hukum adat akan tetapi untuk menggantikan hukum adat dengan hukum Eropa.

Lebih lanjut Soepomo menjelaskan bahwa untuk menjamin kepentingan-kepentingan dari 300.000 orang
kristen di Indonesia, pemerintah Belanda menghendaki supaya seluruh penduduk dari daerah-daerah yang
di perintahkan secara langsung yang pada waktu itu 30.000.000 komunitas kristen saat itu tunduk pada
unifikasi hukum Barat.

Dalam hubungan ini Macauli melukiskan kodifikasi bagi India pada tahun 1833, uniformity went you can
have it’s divercity went you must have it’s but ia all caces: cartainty). Dengan demikian pem “Barat” an
terhadap sistem hukum adat semakin menjadi keharusan dengan asumsi bahwa Timur selalu meniru
istitusi-institusi sosial dari Barat. Berikut ini pendapat Mr. Cowan: ”suatu hal yang sewajarnya bahwa
unifikasi harus didasarkan kepada hukum Barat karena menurut anggapannya kita selalu mengetahui
dunia Timur, menerima institut-institut sosial baru dari Barat, belum pernah terjadi sebelumnya, sedang
hukum perdata harus mengikuti institut-institut sosial

2. Periode Pasca Kemerdekaan

 Era Soekarno

Indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945 namun kemerdekaan di bidang lainnya seperti ekonomi
politik dan pengaruh asing lainnya masih menjadi persoalan yang tidak mudah untuk lepas secara
menyeluruh hal ini sebagai mana di tegaskan oleh Bung Karno dalam pidatonya dalam Konfrensi Asia
Tenggara di Washington:

“Semenjak Kemerdekaan politik di Indonesia menjadi suatu kenyataan maka timbullah masalah lain yang
sama penting dan sukarnya, yakni masalah pembinaan masyarakat indonesia yang sampai beberapa tahun
yang lalu hampir seluruhnya dikendalikan oleh kekuasaan asing dalam kehidupan ekonomi sosial dan
politiknya”... dengan tamatnya masa kolonial itu kami dihadapkan kepada masalah mengubah dan
pembarui indonesia, yang berarti: meruntuhkan tata terttib masyarakat yang lampau dan menciptakan
ukuran-ukuran baru berdasarkan kebutuhan-kebutuhan nasional dari bangsa Indonesia, disesuaikan
dengan syarat-syarat hidup modern”.

Rezim Soekarno politik pembangunan hukum termasuk menentukan sistem hukum ala Indonesia dengan
memperhatikan kebutuhan internasionalisme modern, tetap menyandarkan pada sistem konstitusi yang
mengalami beberapa kali penggantian (UUD 1945) UU Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
Undang-Undang Dasar Sementara.

 Era Soeharto (1966-1998)

Rezim Soeharto yang memiliki nuansa pembangunan ekonomi yang lebih terbuka khusus nya investasi
besar-besaran bermitra dengan dunia sistem kapitalisme Barat. Sebagai bukti atas itu pemerintah
mengundangkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Pemerintah
mengklaim sebuah karya bangsa dengan di berlakukanya KUHAP produk Indonesia, walaupun sebenar
nya lebih tepat sebagai “Copy” dari KUHAP Belanda. Ketidak populeran dan kurang membumi nya
sistem hukum pribumi dalam hal ini hukum adat dan hukum Islam di sebabkan berbagai faktor, di antara
nya:

 Tidak ada nya jaminan kepastian hukum;


 Nilai-nilai moral yang di sampaikan hukum adat, maupun islam daya mengikat nya lemah;
 Berbeda-beda nya aliran-aliran (mazhab) pemahaman hukum islam;
 Kebutuhan perangkat hukum positif yang terjamin kepastian dan penerapan nya (legally
enforceable);
 Kebutuhan pembangunan yang melibatkan investor asing yang sudah berhukum pada sistem
hukum positif (sekuler)
Era Soeharto adalah era pembangunan, khusus nya mengedepankan pembangunan fisik tanpa
mengedepankan pertimbangan moral dan etika. Salah satu kebutuhan untuk melakukan bisnis adalah
kepastian atau certainty. Legal transplan atau pencangkokan hukum merupakan salah satu metodde untuk
mensosialisasikan pola-pola yang diadopsi dari luar seperti Amerika.

Pasca Soeharto ( 1998-sekarang)

Dalam era pembangunan pasca Soeharto di warnai suatu suasana transisi dari era otoriter dan era
reformatif. Suatu langkah yang fenomenal pada zaman Habiebie telah di undangkan lebuh dari tiga puluh
Undang-undang dalam kurung waktu kurang dari dua tahun, termasuk memerdekakan Timor-Timur. Pada
periode tersebut bermunculan instrument-instrumen hukum yang berasal dari sistem hukum Amerika,
sebagai contoh gugata class action, penyelesaian sengketa alternatif dan arbitrase dan munculnya berbagai
lembaga quasi yudisial, seperti komisi bentukan pemerintah.
Bagaimana nasibnya hukum adat juga termasuk hukum Islam yang sebelum zaman kolonial merupakan
sistem hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pemandangan menunjukkan
bahwa kedua sistem tersebut semakin tercabut dari akar budaya masyarakat dan tidak berdaya menahan
derasnya keperkasaan sistem hukum Barat.

3. Hukum Islam dan Pemeluknya di Indonesia

Pembahasan hukum Islam perlu mendapatkan pembahasan secara memadai. Hal ini menjadi penting
mengingat mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, sistem hukum yang dewasa ini berlaku
didominasi sistem civil law. Selain itu, eksistensi hukum adat masih memiliki nuansa yang signifikan.

Komposisi antar ketiga elemen tersebut di Indonesia sangat tampak dalam kurikulum fakultas hukum
seluruh Indonesia. Tidak dapat di pungkiri sistem hukum warisan kolonial menempati porsi yang
dominan, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Subtansi hukum Islam dan hukum adat tidak lebih sebagai mata
kuliah komplementer. Dengan kata lain, realitas hukum dan realitas empiris komunitas yang di aturnya
terdapat kesenjangan yang serius. Bahkan, pemuka-pemuka Islam di Indonesia banyak yang mempelajari
dan mendalami Islam atau pengetahuan lainnya dari Negara non-Muslim, seperti Amerika, Eropa
termasuk di Belanda yang telah menjajah kita. Bukan tidak mungkin, proses brain washing dan culture
adjustmen dialami para pemuka, pemimpin umat islam dengan mindset barat.

Umat Islam berhukum pada sistem hukum non-Islam serta mengambil sikap yang bervariasi
terhadap sistem hukum positif di Indonesia:

 Ummat Islam berhukum pada sistem Hukum Barat (BW, KUHP, KUHAP dan hukum positif
lainnya diluar itu).
 Ummat Islam berhukum pada sistem hukum Islam (selektif)
 Ummat Islam berhukum pada sebagian hukum Islam dan sebagian hukum Barat serta hukum
Adat.

4. Benturan Antar Sistem Hukum

Dalam konteks pluralitas masyarakat Indonesia, sangat di mungkinkan coalition of norm atau benturaan
norma sebagai berikut:

 Kontrasi antara hukum Islam dengan hukum positif.


 Kontraksi antara hukum Islam dengan adat atau urf.
 Kontraksi antara hukum positif dengan hukum adat.

Sebagai contoh terjadinya kontradiksi anatar hukum Islam dengan hukum positif bahwa jika seseorang
yang terikat pernikahan melakukan zina, menurut syariat Islam harus dirajam atau dilempar dengan batu
sampai mati dan apabila pelaku zina belum terikat pernikahan di hukum dengan cambuk seratus kali.
Penerapan hukum tersebut tidak bisa dibenarkan menurut hukum positif. Contoh lain perbedaan
konstruksi hukum mengenai zina antara konsep Islam dengan KUHP sebagai hukum positif. Zina
menurut hukum Islam pelakunya tidak mensyaratkan terikat oleh perkawinan sedangkan KUHP
sebaliknya yakni salah satu pelaku atau keduanya terikat perkawinan.
Pertemuan ke 12

1. Demoralisasi dan Inefektivitas Hukum Positif

Pendewaan terhadap hukum positif yang kering dengan muatan religi, moral, dan akhlak akan
menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Dengan ruh kapitalisme, dan sekularisme,
pertimbangan moral semakin dianggap tidak relevan. Sistem hukum positif Barat menjadi sistem tunggal
memarjinalkan eksistensi sistem hukum lainnya.

Hal lain yang krusial adalah efektivitas hukum agama yang sandarannya dikembalikan keimanan setiap
individu, bahkan nilai-nilai dan pesan moral agama hanya sebatas urusan ritual religius yang bersifat
vertical. Hal ini diperparah dengan ketidakefektifan hukum positif di Indonesia mengakibatkan keadaan
semakin terpuruknya supermasi moral.

2. Reformulasi Hukum Islam

Berbicara hubungan dan masyarakat akan menjadi penting dalam “memasyarakatkan hukum“ dan
“menghukumi masyarakat”. Dalam diskursus ilmu hukum baik dalam hukum positif maupun hukum
Islam para ahli hukum terbelah menjadi dua kutub, yaitu pertama, hukum harus tetap atau bersifat
permanen. Masyarakatlah yang harus berprilaku menyesuaikan dengan apa yang telah digariskan dan
dikehendaki oleh hukum. Dalam hal ini hukum bersifat normative, kaku atau rigid dan menafikan
dinamika perkembangan masyarakat. Sedangkan kedua, hukum haruslah kreatif melakukan model-model
atau pilihan rasional untuk memperoleh efek hukum yang diterapkan. Fenomena dan realitas sosial
berubah bahkan yang tetap atau permanent itu adalah perubahan itu sendiri. Pemahaman kedua ini telah
diintrodusir oleh Rescoe Pound (1870-1964) yang juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum
Harvard Law School di Amerika .

Dalam tataran praktik, hukum berproses, berinteraksi dengan faktor atau variable lainnya sehingga
tidaklah mungkin hanya satu paham saja secara mutlak, baik paham normative atau legal positivisme.
Sungguh tepat apa yang disampaikan oleh steven vago bahwa “laws maintain the statusquo but also
provide for necessary changes”. Bagaimana hanya dengan hukum Islam di Indonesia, menurut H.Ahmad
Imam Mawardi bahwa :

“Dalam kontek Indonesia, pemikiran hukum Islam sepertinya lebih banyak di dominasi oleh aliran yang
anti perubahan, at least pada masa sebelum tahun 1989. Perubahan yang yang dimaksud adalah gantungan
kepada teks fiqih klasik yang begitu kuat dan sempitnya peluang meniptakan syarah interpretative
ketimbang syarrah normative, serta minimnya socio-relegios response terhadap kasus-kasus hukum yang
banyak terjadi menjadi bukti ketidak berdayaan pemilihan hukum Islam”

Lebih jauh beliau mengajukan sejumlah pilihan dan langkah-langkah yang harus seger dilakukan oleh
para ahli hukum Islam di Indonesia. Bahkan, secara tegas dinyatakan reformasi hukum Islam merupakan
suatu keharusan dalam rangka perbaikan hukum Islam yang mengarah kepada terwujudnya kemaslahatan
umum.

Dalam hukum Islam, ternyata memiliki beberapa kesamaaan dalam beberapa hal : Hukum Islam
merupakaan hukum yang terkodifikasi ; ( mushaf usman) Hukum Islam yang dibuat yang diluar al-quran
dan al-sunnah dibuat oleh law maker yang terkemuka (mujtahid) Hukum Islam mengakui eksistensi adat
(urf) yang sesuai syara’ Ijma para sahabat merupakan hukum berasal dari penguasa (khalifah) Sedangkan
sejumlah perbedan antara kedua sistem tersebut adalah :

 Sumbernya Hukum Romawi merupakan hukum yang murni merupakan buatan manusia,
sedangkan hukum Islam masih terjaga kemurniannya sebagai wahyu Allah.
 Penyebarannya Hukum Romawi menyebar ke seluruh dunia berawal dari universitas Bologna di
Italia, dan setelah itu menebar ke seluruh eropa dan seluruh bekas jajahannya (melalui
imperealisme); hukum islam penyebarannya melalui perniagaaannya oleh para pedagang.
 Metode Islam menyebar melalui perdagangan, hukum sipil diterapkan dan disebarkan melalui
kolonialisme.

3. Hukum Islam dan Tertib Social (Sosial Order)

Betapa tidak berdayanya pilar hukum positif dalam melakukan kriminalisasi terhadap dunia mistik
primitive sekaligus dunia maya super modern yang kita namakan cyber rime. Dua perbuatan menyimpang
yang secara substansinya sama, tetapi merupakan keluaran hasil olah rasa dan olah pikir manusia yang
berbeda. Dalam model untuk membangun masyarakat agar tidak menjurus dan terjerumus pada dunia
kriminal atau berkubang dengan dosa. Berikut ini pemikir Islam terkemuka dari Mesir Yusuf Qordhawi
menjelaskan :

‘Islam bukanlah hukum dan perundang-undangan belaka, tetapi Islam adalah akidah yang menafsirkan
kehidupan, ibadah yang mendidik jiwa, akhlak yang membersihkan persepsi, nilai-nilai yang mengangkat
martabat manusia dan etika yang memperindah kehidupan.

Ayat-ayat yang secara substansial merupakan norma hukum jumlahnya tidak sampai sepersepuluh dari al-
quran. Sebelum sampai pada keputusan untuk penggunaan norma-norma hukumnya, Islam menyiapkan
perangkat lainnya, karena ia bukan sebuah sistem yang kering seperti kandungan hukum yang ada, tetapi
jauh lebih dari itu merupakan syari’at, dakwah, pengarahan (taujih) pembinaan (tarbiyah), sekaligus
ancaman (tarhib). Dengan penanaman benih-benih nilai keimanan pada setiap hati manusia akan
mencetak manusia yang baru, yang memberinya tujuan, menganugrahinya dorongan dan rambu-rambu,
memberinya balasan atas seluruh amalnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Lebih jauh Yusuf
Qardhawi menegaskan bahwa :“Penjatuhan sanksi hukum hanya ditujukan kepada individu-indvidu yang
melanggar ketentuan-NYA da sudah barang tentu prosentasi golongan ini tidak sampai separuh dari
komunitas masyarakat, meraka hanya dalm jumlah kecil dan tidak termasuk dalam basis sosial “

4. Revitalisasi Nilai-Nilai Agama

Adanya kemandulan fungsi hukum positif, revitalisasi penanaman nilai-nilai agama, akan semakin
penting. Apakah arti sebuah bangsa yang religius apabila nilai-nilai agama hanya bergema sebatas
dinding tempat ibadah, rumah ibadah secara ritual tanpa mampu menunjukkan kontribusi positif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara secara konstektual. Suburnya praktik korupsi dan ketidak
profesionalan me-manage Negara mengindekasikan fenomena yang lebih burukdari Negara sekuler
sekalipun. Negara-negara eropa jauh lebih bersih dan tertib dari praktik-praktik kotor aparat Negara,
padahal kata-kata agama, tuhan, moral dan alam ghaib sudah lagi bukan merupakan pembicaraan yang
popular.

Pertemuan ke 13
1. Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) muncul dari keyakinan manusia itu sendiri bahwasanya semua manusia
selaku makhluk ciptaan Tuhan sam serta sederajat. Manusia dilahirkan lepas dan memiliki martabat juga
hak-hak yang sama. Bagi dasar itulah manusia mesti diperlakukan secara sama setimpal dan beradab.
Ham bersifat universal, artinya berlaku bagi semua manusia tanpa membeda-bedakannya berdasarkan
atas ras, keyakinan, suku, dan bangsa (etnis). Berbicara tentang Hak Asasi Manusia (HAM), cakupannya
sangatlah luas, baik ham yang bersifat individual (perseorangan) maupun HAM yang bersifat komunal
atau kolektif (masyarakat). Upaya penegakannya juga sudah berlangsung berabad-abad, walaupun di
berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, secara eksplisit baru terlihat sejak berakhirnya perang Dunia
II, dan semakin intensif sejak akhir abad ke-20. Sudah banyak juga dokumen yang dihasilkan tentang hal
itu, yang dari waktu ke waktu terus bertambah. Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang sudah
dipunyai oleh seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Hak Asasi Manusia dapat berlaku secara
universal. Dasar-dasar HAM yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat atau
Declaration of Indefendence of USA serta tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti yang
terdapat pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1, serta pasal 30 ayat 1. 1 Menurut
Syarbaini Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang melekat pada diri manusia. Tanpa hak-
hak itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.2 Menurut Pasal 1 ayat (1) undang- undang
Nomor 39 Tahun 1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang maha esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihorrnati, dijunjung
tinggi dan di lindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia

Menurut Teaching Human Right yang diterbitkan oleh perserikatan BangsaBangsa (PBB), Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia. Menurut John Locke HAM merupakan suatu hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan yang bersifat kodrati. Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia menurut
kodratnya dan tidak dapat dipisahkan hakikatnya, sehingga sifatnya adalah suci. Menurut pemakalah Hak
Asasi Manusia ialah hak setiap orang yang sangat mendasar bagi kehidupan dan penghidupannya, selaras
dengan harkat, martabat, dan wibawanya sebagai manusia yang terhormat.

2. Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia yang diuraikan di atas mempunyai ruang lingkup yang luas dan mencakup berbagai
aspek kehidupan. Hal ini itu diungkapkan sebagai berikut.

 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak
miliknya.
 Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hokum sebagai manusia pribadi dimana saja ia
berada.
 Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
 Setiap orang tidak boleh diganggu yang merupakan hak yang berkaitan dengan kehidupan pribadi
di dalam tempat kediamannya.
 Setiap orang berhak atas kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan komunikasi melalui sarana
elektronik tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah sesuai
dengan undang-undang.
 Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam,
tidak manusiawi, penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.
 Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditekan, disiksa, dikucilkan, di asingkan, atau dibuang secara
sewenang-wenang.
 Setiap orang berhak hidup dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman dan
tenteram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam undangundang.
Berdasarkan ruang lingkup hak asasi manusia tersebut, dapat diketahui dan dipahami bahwa Negara
republik Indonesia yang berdasar atas hukum, amat dihormati dan dijunjung tinggi hak asasi manusia
sehingga dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 diungkapkan: (1)
meningkatkan pemahaman dan penyandaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan
penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan, dan (2) menyelesaikan berbagai proses
peradilan terhadap pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.

3. Lataer belakang sejarah perkembangan HAM

Sejarah Hak Asasi Manusia dimulai dari gagasan hak asasi manusia. Gagasan hak asasi manusia muncul
sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan penguasa yang memerintah secara otoriter. Munculnya
penguasa yang otoriter mendorong orang yang tertekan hak asasinya untuk berjuang menyatakan
keberadaannya sebagai makhluk bermartabat.

HAM di Indonesia

HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa HAM adalah menjadi
jaminan filsafat yang kuat banyak sekali peristiwaperistiwa atau kasus-kasus dilakukan pemerintah yang
sangat melanggar HAM, beberapa contoh peristiwa atau kejadian dari pelanggaran HAM yang dilakukan
yaitu pada tahun 1965 dimana penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral Angkatan Darat dan
penangkapan, penahanan dan pembantaian komunis Indonesia. Kembali ke maslah HAM di Indonesia,
mengapa pelanggaran HAM di Indonesia masih saja terjadi dari tahun ke tahun dan juga sampai saat ini
masih sering terjadi pelanggaran HAM itu, apakah pemerintah terlalu tegas menindak oknum atau
institusi yang menentang kekuasaannya ataukah memang masyarakat kita yang terlalu anarkis sehingga
pemerintah terpaksa melakukan tindakan atau kebijaka-kebijakan dari pemerintah yang memberatkan
rakyat, karena biasanya rakyat bertindak dikarenakan hal tersebut. Tidak akan ada suatu masyarakat
menyerang atau menuntut ke pemerintahannya jika tidak ada hal dasar yang melatarbelakanginya.

Macam-macam hak asasi manusia (HAM) yaitu sebagai berikut:

 Hak asasi pribadi (Personal Rights) yaitu hak yang mencakup kebebasan dalam menyatakan
pendapat, kebebasan dalam memeluka agama, kebebesan dalam bergerak, kebebasan aktif pada
setiap organisasi atau sebagainya. Contoh Hak Asasi Pribadi yang pertama hak kebebasan
menyampaikan pendapat. Yang kedua hak kebebasan untuk menjalankan peribadatan serta
daalam memeluk agama. Yang ketiga hak kebebasan untuk bepergian, yang keemapat hak
kebebasan untuk memilih serta aktif dalam suatu organisasi.
 Hak asasi ekonomi (property rights) yaitu hak dalam membeli memiliki serta menjual dan dalam
memanfaatkan sesuatu. Contoh hak asasi ekonomi: yang pertama hak asasi ekonomi dalam
kebebasan membeli. Yang kedua hak asasi ekonomi untuk kebebasan dalam mengadakan serta
melakukan perjanjian atau kontrak. Yang ketiga hak asasi ekonomi untuk kebebasan memiliki
sesuatu. Yang keempat hak asasi ekonomi tentang kebebasan mempunyai pekerjaan yng layak.
 Hak asasi politik (politik rights) yaitu hak ikut serta di dalam pemerintahan, hak untuk dipilih
contohnya mencalonkan diri menjadi presiden, serta memilih dalam pemilu, contoh memilih
presiden dan wakil persiden, hak untuk mendirikan partai politik, dan lain-lain.

Ciri-ciri khusus Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa cirri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak
yang lainnya. Berikut cirri-ciri khusus hak asasi manusia.

 Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan


 Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak sipil, politik,
hak ekonomi, sosial, dan budaya.
 Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat manusia itu lahir.
 Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis kelamin, atau
perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari berbagai ide hak asasi yang
mendasar.

4. Pelanggaran HAM
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum.

Menurut Frederich Julius Stahl, salah satu unsur yang dimiliki oleh negara hukum adalah pemenuhan
hak-hak dasar warga (basic right) berupa perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Instrumen pokok
dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar warga tersebut adalah kekuasaan kehakiman dan badan-badan
lain yang merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan.

Hak Asasi Manusia di Indonesia telah diatur secara tegas pada konstitusi negara yang selanjutnya diatur
dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999. Meski telah ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur HAM, namun persoalan pelanggaran HAM masih saja terjadi. Penyebabnya dari berbagai
faktor, salah satunya lemahnya penegakan hukum.

Penegakan hukum yang lemah terlihat dari hukum hanya diartikan secara tertulis dalam undang-undang,
tanpa melihat keadilan dan kemanfaatan. Bahkan aparat penegak hukum terkadang kurang memahami
tugasnya sebagai penyelenggara negara yang melindungi dan memberikan jaminan HAM kepada warga
masyarakat.

Menurut UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, telah dijelaskan mengenai pengertian
pelanggaran HAM.

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut
HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku. Pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam dua bentuk yaitu diskriminasi dan
penyiksaan.

Jenis pelanggaran HAM

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pelanggaran HAM berat dan
ringan. Berikut ini penjelasannya:

 Pelanggaran HAM berat. Pelanggaran HAM yang bersifat non-derogable rights, yang hakya tidak
dapat dikurangkan dalam keadaan apa pun termasuk pelanggaran HAM berat. Hak-hak tersebut
meliputi hak untuk hidup, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari perbudakan, hak bebas dari
penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang), hak bebas dari pemidanaan yang berlaku
surut, hak sebagai subyek hukum dan hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama. Negara-
negara pihak yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak dalam jenis ini, sering akan
mendapat kecaman sebagai negara yang melakukan pelanggaran serius HAM (gross violation of
human rights).
 Pelanggaran HAM yang bersifat berat menurut UU RI No. 16 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
 Pelanggaran HAM ringan Pelanggaran yang derogable bersifat hak-haknya boleh dikurangi atau
dibatasi pemenuhannya oleh negara-negara pihak. Hak dan kebebasan termasuk dalam jenis ini
adalah hak atas berkumpul secara damai, hak atas kebebasan berserikat, hak berpendapat dan
berekspresi.

5. Persamaan Kedudukan Hak dan Kewajiban Warga Indonesia Menurut UUD

Pada dasaranya manusia memiliki keinginan untuk berperilaku sesuaidengan keinginan mereka masing-
masing. Namun, kenyataanya setiap orang terikat dalam keterbatasan serta tanggung jawab terhadap
keluarga, masyarakat, lingkungan, serta negara.

Begitu pulan dengan diri kita, yang memiliki berbagai peran yaitu sebagai anak, orang tua, pelajar, guru,
dan lain sebagainya,yang mana dari masing-masing ini memiliki tanggung jawab, hak, serta
kewajibannya masing-masing.

Persamaan Kedudukan Warga Negara, Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia, Hak dan Kewajiban
warga Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945, Hak Warga Negara Indonesia Menurut Undang-
Undang, Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut Undang-Undang, Pembukaan UUD 1945 pada
alinea keempat, Pada pasal-pasal yang termuat dalam Batang Tubuh UUD 1945, Hak dan Kewajiban
Warga Negara Indonesia dalam Kehidupan berbangsa dan Bernegara Persamaan Kedudukan Warga
Negara

Di dalam negara Indonesia mempunyai karakter yang berbeda dengan negara lain yang beranekaragam,
baik itu dari suku, budaya, agama, kelompok, serta adat istiadat. Dari keragaman terebut diharapkan setia
warga negara memiliki rasa toleransi dengan perbedaan tersebut, agar terciptanya keadaan masyrakat
yang aman, tentram, serta damai.

Oleh sebab itu, seharusnya negara harusnya berlaku bijak dengan mengunakan asas persamaan derajat,
harkat, dan martabat bagi seluruh lapisan masyarakat, sehingga mampu terciptanya rasa keadailan serta
adanya persamaan derajat untuk setiap warga negara.

Dalam kita menjalani kehidupan berbangsa serta bernegara, setiap warga negara mempunyai ikatan
khusus dengan negaranya, sehingga akan meminimalisir adanya tindakan kesewenang-wenangan
pemerintah terhadap warga negara.

Begitu juga antara warga negara dengan warga negara yang lain yang memiliki ikatan khusus dan ada
hukum yang mengaturnya. Oleh sebab itu, dalam UUD 1945 juga mengatur permasalahan tentang
persamaan kedudukan antar warga negara.

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Sebelum adanya hak serta kewajiban yang secara sah diakui, setiap warga negara dijadikan alat sebagai
untuk mencapai tujuan penyelengggara negara atau pihak yang berkuasa. Oleh karena itu, perlu adanya
perjuangan dari rakyat untuk mendapatkan kebebasan, hak serta kewajibannya. Hak-hak dasar tersebut
antara lain hak di dalam bagian ekonomi, budaya, hukum, politik, sosial, pendidikan, serta kebebasan
rohani serta kebebasan secara pribadi.

Indonesia merupakan negara demokrasi, sehingga meyakini asas tersebut. Kebebasan, hak, serta
kewajiban setiap warga negara Indonesia ataupun warga negara asing telah mendapat jaminan dari
Negara Republik Indonesia. Namun, tidak boleh melebihi batas kewajaran dalam pengertian bahwa harus
mengerti kebutuhan rakyat banyak, batasan dalam keselamatan negara, batasan dalam kepribadian
bangsa, batasan dalam kesusilaan, dan batasan dalam pertanggungjawaban terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Persamaan atas kedudukan warga negara Indonesia dilandaskan oeh UUD 1945 serta kebdayaan
dalam bangsa dan negara Indonesia. Dengan kultur masyarakat setempat, persamaan terhadap kedudukan
tersebut telah timbul, dimana pada awalnya mempunyai kesamaan, semisal sikap ramah tamah, gotong
royong, adanya kerelaan berkorban untuk orang lain, dan lain sebaganya.

Hak dan Kewajiban warga Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945

Hak serta kewajiban muncul karena adanya persamaan dalam kedudukan antar warga negara Indonesia
dalam kita berbangsa serta bernegara. Hak merupakan sebuah kebutuhan seseorang agar dapat mealukan
sesuatu secara bebas namun diatur oleh sebuh hukum. Dari penjelasan diatas dapat dibedakan antar
pengertian hak asasi manusia dengan hak warga negara.

Hak asasi manusia ialah hak yang sudah ada atau sudah melekat semenjak ia lahir dan dijamin oleh
negara, hak asasi manusia bersifat universal yang tidak diatur oleh negara, namun termuat dalam
konstitusi.
Hak warga negara ialah hak yang yang ditetapkan pada konstitusi negara sehingga hak yang dimiliki oleh
seorang warga negara hanya bisa dipergunakan di negara yang bersangkutan. Seperti, hak antara warga
negara Indonesia dengan Singapura berbeda.

Kewajiban ialah sebuah pemisah yang disebebkan adanya interaksi antara sesama individu atau manusia,
manusia dengan golongan (masyarakat), ataupun manusia dengan negara. Seperti, negara memiliki
kewajiban untuk memberi jaminan kepada setiap warga negara untuk memeluk agama.

Kewajiban seorang warga negara adalah sebuah hak negara. Contohnya, setiap warga negara memiliki
kewajiban untuk membela tanah air Indonesia.

Hak serta kewajiban setiap warga negara Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1 yang
berbunyi “…segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum serta pemerintah itu dengan tidakada kecualinya”.

Pasal ini menjelaskan bahwa dalam memperoleh persamaan kedudukan dalam sebuah hukum serta
pemerintahan ialah hak bagi setiap warga negara Indonesia. Namun ada pula kewajiban bagi setiap warga
negara Indonesia ialah menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak membeda-bedakannya.

Hak serta kewajiban setiap warga negara indonesia yang termuat dalam UUD 1945 ialah sebagai berikut
ini:

 Hak Warga Negara Indonesia Menurut Undang-Undang

Dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa seluruh warga negara indonesia memiliki hak untuk
memperoleh kemerdekaan, kesejahteraan serta pendidikan. Kemudia di dalam Batang Tubuh UUD 1945
juga berisikan sebagai berikut:

Pasal 27 ayat (1), yang berbunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Bermakna bahwa setiap warga negara sebagai apapun itu dalam jabatannya, harus mau menjunjung tinggi
hukum serta pemerintahan tanpa terkecuali dan tidak membeda-bedakan.

Pasal 27 ayat (2), yang berbunyi: “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Dalam pasal ini menjelaskan mengenai hak bagi setiap warga negara dalam
mendapat pekerjaan dan penghidupan yang semestinya.

Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Pasal ini menjelaskan tentang hak bagi setiap warga negara untuk membela
negaranya.

Pasal 28A sampai dengan 28 ayat 1-2, menjelaskan tentang hak asasi manusia. Pasal-pasal tersebut
berbunyi:

Pasal 28A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup serta kehidupannya.
Pasal 28B: Setiap orang berhak membentuk keluarga serta melnajutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, serta berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan serta diskriminasi

Pasal 28C: Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya. Berhak
mendapatkan pendidikan serta memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan serta teknologi, seni, serta
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya serta demi kesejahteraan umat manusia

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, serta negaranya.

Pasal 28D: Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan, perlindungan, serta kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum

Setiap orang berhak untuk bekerja sama mendapatkan imbalan serta perlakuan yang adil serta layak
dalam hubungan kerja

Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan

Setiap orang berhak atas status kewarganegaraaan

Pasal 28E:

Setiap orang bebas memeluk agama serta beribadah menurut agamannya, memilih pendidikan serta
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara,
serta meninggalkannya, serta berhak kembali.

Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran serta sikap sesuai dengan
hati nuraninya.

Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pendapat

Pasal 28F: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi serta memperoleh informasi untuk mencari,
memperoleh, menyimpan, mengolah, serta menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.”

Pasal 28G:

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, serta harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman serta perlindungan dari ancaman ketakutan
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Setiap orang berhak bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
serta berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28H:
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir serta batin, bertempat tinggal, serta mendapatkan lingkungan
hidup yang baik serta sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan serta perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
serta manfaat yang sama guna mencapai persamaan serta keadilan

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat

Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi serta hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapa pun.

Pasal 28I:

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran, serta hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, serta hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut ialah hak asasi manusia yang tidak bisa dikurangi dalam
keadaan apa pun.

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun serta berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Pasal 30 ayat (1) yang membahas mengenai hak dalam pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat
(1) berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak serta wajib ikut serta dalam usaha pertahanan serta
keamanan negara”.

Pasal 31 ayat (1) membehas tentang hak dalam pendidikan. Pasal ini berbunyi: “Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan”.

Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut Undang-Undang

Kewajiban setiap warga negara yang termuat dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 23 A tentang kewajiban membayar pajak. Pasal tersebut berbunyi: “pajak serta pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

Pasal 27 ayat (1) membahas tentang kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal tersebut
berbunyi: “Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum serta pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum serta pemerintahan itu dengan tidak adakecualinya”.

Pasal 27 ayat (3) membahas tentang kewajiban untuk membela negara. Pasal tersebut berbunyi: “Setiap
warga negara berhak serta wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

Pasal 28J (1-2), membahas tentang keajiban dalam menghormati setiap hak asasi manusia.

Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa serta bernegara.
Dalam menjalankan hak serta kebebasannya , setiap orang tunduk kepada kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghirmatan atas hak serta kebebasan orang lain serta memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangn moral, nilai-nilai agama, keamanan, serta ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

Pasal 30 ayat (1) membahas tentang kewajiban setiap warga negara dalam mempertahankan dan menjaga
keamanan negara.pasal tersebut berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak serta wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan serta keamanan negara”.

Pasal 31 ayat (2) membahas tentang kewajiban dalam mengikuti pendidikan, pasal tersebut
berbunyi:”setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar serta pemerintah wajib membiayainya”.

Namuan disisi lain, negara yang memiliki kewenangan dalam melakukan penyelengaraan negara juga
mempunyai kewajiban kepada warga negaranya. Kewajiban negara kepada warga negaranya tersebut
termuat dalam UUD 1945, yaitu sebagai berikut:

Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat

Bunyi dari pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat ialah:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negaa Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.

Pada pasal-pasal yang termuat dalam Batang Tubuh UUD 1945

Dalam pasal ini akan dijelaskan mengenai kewajiban pemerintah terhadap warga negara, pasal-pasal
tersebut antara lain:

Pasal 23 ayat (1), membahas tentang keuangan. Pasal tersebut berbunyi: “Anggaran pendapatan serta
belanja negara sebagai wujud dari pengeolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-
Undang serta dilaksanakan”.

Pasal 22 E ayat (1), membahas tentang pemilu. Pasal tersebut berbunyi: “Pemilu Umum dilaksanakan
secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, setiap lima tahun”.

Pasal 29 ayat (1) dan (2),membahas tentang kewajiban pemerintah terhadap warga negara mengenai
agama, dan kepercayaan. Pasal tersebut berbunyi:

Ayat (1): “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”


Ayat (2): “Negara menjamin kecerdasan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
serta untuk beribadat menurut agama serta kepercayaan itu”.

Pasal 31 ayat 3-5, membahas tentang pendidikan. Pasal tersebut berbunyi:

Pemerintah mengusahakan serta menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan serta ketakwaan serta akhalak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-Undang.

Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebtuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan serta teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
serta persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Pasal 32 ayat 1 dan 2, membahas tentang kebudayaan. Pasal tersebut berbunyi:

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara serta mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Negara menghormati serta memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional

Pasal 33 ayat 1-5, membahas tentang perekonomian yang disarankan untuk kemakmuran rakyat. Pasal
tersebut berbunyi:

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan

Cabang-cabang produksi yang terpenting bagi negara serta yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara

Bumi serta air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara serta dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip


kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang

Pasal 34 ayat 1-4, membahas tentang jaminan terhadap keadilan sosial. Pasal tersebut berbunyi:

Fakir miskin serta anak terlantar dipelihara oleh negara

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat serta memberdayakan masyarakat
yang lemah serta tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaa.

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum yang layak
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang

Pasal 34 ayat 1-4, membahas tentang jaminan terhadap keadilan sosial. Pasal tersebut berbunyi:

Fakir miskin serta anak terlantar dipelihara oleh negara

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat serta memberdayakan masyarakat
yang lemah serta tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaa.

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan umum yang layak

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia dalam Kehidupan berbangsa dan Bernegara

Hukum tentang hak serta kewajiban sebagai warga negara yang termuat dalam UUD 1945 yang bersifat
singkat serta secara garis besar.

Hukum yang lengkap dan terperinci termuat dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya, hak
kewajiban warga negara Indonesia dalam hal pendidikan yang dimuat dalam UU No. 20 Tahun 2003.
Dibawah ini merupakan hak dalam berbagai hal kehidupan bernegara:

Hak serta kewajiban warga negara Indonesia dalam aspek hukum Mempunyai hak di dalam sebuah
pengadilan dalam mengajukan kasasi, grasi, serta banding. Mempunyai hak agar mendapat pendampingan
dari pembela (pengacara) dalam kegiatan pemeriksaan di kepolisian serta pengadilan Mempunyai hak
agar memperoleh informasi dalam aspek hukum Mempunyai hak agar dapat ikut secara aktif dalam
menegakkan keadilan dalam aspek hukum Dan kewajiban setiap warga negara Indonesia ialah patuh
terhadap hukum, meskipun itu didalam ataupun di luar pengadilan Hak serta kewajiban warga negara
Indonesia dalam aspek Pemerintahan Hak dalam memperoleh informasi dari Pemerintah Hak agar
mampu ikut berperan secara aktif di dalam pemerintahan Dan kewajiban setiap warga negara Indonesia
ialah patuh terhadap semua aturan yang dibuat oleh pemerintah.
Pertemuan ke 14

1. Kebijakan publik di bidang kesejahteraan sosial

Kebijakan publik yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat dapat diartikan sebagai suatu sistem
kebijakan pemerintah yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang
dirancang untuk membantu dan mendorong individu-individu dan kelompok-kelompok dalam
masyarakat agar dapat mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang maksimal (memuaskan). Dengan
maksud agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberikan kesempatan kepada
individu-individu untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya. Untuk
itu perlu di identifikasi tiga elemen pokok, yaitu: (1) sejauhmana masalah-masalah sosial ini diatur;
(2) sejauhmana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan; (3) sejauhmana kesempatan dan peluang untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat dapat disediakan atau di fasilitasi. Dengan demikian, esensi dari
kebijakan publik untuk kesejahteraan rakyat, tidak lain tertumpu dan bertumpu pada sila kelima
Pancasila sebagai landasan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu: Keadilan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun

Agus Suryono, Kebijakan Publik untuk Kesejahteraan Rakyat 102 keadilan sosial adalah memberikan
hak-hak (sosial) kepada mereka-mereka yang memang punya hak (baik hak individu, maupun hak
publik) sesuai dengan asas keseimbangan dan muderasi (proporsional). Ada dua bentuk keadilan,
yaitu: (a) keadilan yang berbasis aturan hukum, nilai, dan norma-norma (yang seharusnya, Al-
adalah), misal: konsep sama rata sama rasa dan konsep equity; dan (b) keadilan yang berbasis
pertimbangan ekonomi (kemampuan manajemen, Al-Kitsu), yaitu mengupayakan distribusinya
menjadi rata agar sama-sama merasakan dan dirasakan. Oleh karena itu, dalam konteks ini diperlukan
peran dan fungsi negara/state sebagai analog lembaga legal-formal yang dipercaya oleh rakyat untuk
mengelola lahan kebun rakyat yang menghasilkan dan membagikan kembali hak-hak rakyatnya untuk
kesejahteraan rakyat. Adapun tugas pemerintah analog dengan Satuan Pengamanan (Satpam) yang
berkewajiban melindungi dan menjaga kebun rakyat dari segala ancaman, tantangan, hambantan, dan
gangguan baik yang datangnya dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Jika hal ini dapat dilakukan,
maka kebijakan publik untuk kesejahteraan rakyat merefleksikan bahwa Negara atau pemerintahan
yang ada telah melaksanakan asas pemerintahan yang demokratis, yaitu: dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk (kesejahteraan) rakyat.

2. Lembaga dan instrumental kebijakan

Definisi Instrumen Kebijakan

Kebijakan publik mendasar merupakan upaya yang dilandasi pemikiran rasional untuk mencapai suatu
tujuan ideal diantaranya adalah untuk mendapatkan keadilan, efesiensi, keamanan, kebebasan, serta
tujuan-tujuan dari suatu komunitas itu sendiri (Stone dalam Eddi W, Hessel Nogi S. Tangkilisan,
2004:47). Keadilan dalam konteks ini diartikan sebagai memperlakukan seolah-olah seperti sama,
sedangkan efesiensi diartikan usaha mendapatkan output terbanyak dari sejumlah input tertentu.
Keamanan diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan sepanjang tidak
mengganggu individu lain.

INSTRUMEN KEBIJAKAN

Peraturan perundangan; Kewenangan membuat peraturan perundanganadalah sumberdaya unik bagi


pemerintah

Layanan umum (public services); Pemerintah = organisasi penyelenggara layanan umum paling besar.
Catatan: terkadang swasta & Ornop lebih efektif, efisien Dana; Ideal: 45% untuk kesra. Di Indonesia:
69% untuk aparat. Pajak; “The government giveth and the government take away”. Pembebasan pajak
(tax holiday) & pajak progresif sebagai instrumen distribusi. Imbauan (suasion); Atas nama kepentingan
umum, pemerintah punya posisi

Pendapat Para Ahli

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6) dalam perspektif mereka
mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan
pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan.
(Heinz Eulau , Kenneth Prewitt, Leo Agustino 2006:6)

Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
terutama dimana terdapat hambatan – hambatan dan kemungkinan – kemungkinan dimana kebijakan
tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang diamaksud. (Carl
Friedrich, Leo Agustino 2006:7)

Bridgman dan Davis, 2005 dalam Edi Suharto (2007:3) menerangkan kebijakan publik pada umumnya
mengandung pengertian mengenai ‘whatever government choose to do or not to do’. Artinya, kebijakan
publik adalah ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan’. (Bridgman
dan Davis, dalam Edi Suharto 2007:3)

Hogwood dan Gunn, 1990 Edi Suharto (2007:4) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat
tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil – hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna
‘kebijakan’ hanyalah milik atau dominan pemerintah saja. Organisasi – organisasi non-pemerintah,
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial (Misalnya Karang Taruna, Pendidikan
Kesejahtraan Keluarga/PKK) dan lembaga – lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan – kebijakan
pula. (Hogwood dan Gunn, Edi Suharto 2007:4)

Bridgeman dan Davis, 2004 dalam Edi Suharto (2007:5) menerangkan bahwa kebijakan publik
setidaknya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan
tindakan yang legal atau sah secara hukum(authoritative choice), dan sebagai hipotesis (hypothesis).

Siti Kurnia Rahayu mengutip pengertian kebijakan negara yang dikemukakan oleh Harol D. Lasswell dan
Abraham Kaplan sebagai a projected program of goals, values and practices. Juga sebagai sebuah
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. (Lauddin Marsuni, 2006)
Apa itu Instrumen Kebijakan Publik

Instrumen adalah metode dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan sosial. Untuk
1 tujuan kebijakan bisa dilakukan beberapa upaya/instrumen. Kirschen menyimpulakn bahwa ada 64 jenis
instrument tidak ada upaya sistematis yang amde untuk mengklasifikasikan mereka atau untuk berteori
tentang asal-usul mereka atau efek. (bdkpalembang.kemenag.go.id, subsidi-sebagai-instrumen-kebijakan-
publik, 2014)

Sebutkan macam-macam instrumen kebijakan publik

Intrumen Sukarela

Instrumen sukarela merupakan alat penting untuk melaksanakan kedua kebijakan ekonomi dan social.
Dan penggunaannya juga mungkin increasig karena penyebaran privatisasi dalam beberapa tahun
terakhir. Mereka lebih disukai masyarakat inmany karena-efisiensi biaya mereka, konsisten dengan
norma-norma budaya kebebasan individu, dan dukungan untuk ikatan keluarga dan masyarakat. Fitur
karakteristik instrumen sukarela adalah bahwa mereka tidak membawa atau sedikit keterlibatan oleh
pemerintah; tugas yang diinginkan adalah bukan dilakukan atas dasar sukarela. Ini adalah organisasi non-
pemerintah yang beroperasi atas dasar sukarela, di bahwa anggota mereka tidak dipaksa untuk melakukan
tugas oleh pemerintah. Jika mereka melakukan sesuatu yang melayani tujuan-tujuan kebijakan publik, itu
adalah untuk alasan kepentingan pribadi, etchics, atau kepuasan emosional.

Keluarga dan Masyarakat

Instrumen pertama yang sukarela mengatur governmet bisa mengandalkan pada untuk menerapkan
kebijakan adalah keluarga dan masyarakat. Dalam semua realtives socities, teman, dan tetangga
menyediakan berbagai barang dan jasa, dan pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk
memperluas peran mereka dengan cara yang berfungsi golas kebijakannya.

Keuntungan utama untuk mempromosikan keluarga dan masyarakat sebagai instrumen kebijakan publik
adalah bahwa hal itu tidak dikenakan biaya apa pun pemerintah, kecuali jika memilih untuk memberikan
hibah atau subsidi untuk upaya ini. Dalam keadaan banyak, seperti dalam kasus keluarga atau kepedulian
masyarakat bagi penyandang cacat jangka panjang dibandingkan dengan perawatan mereka di lembaga-
lembaga publik, alternatif untuk kembali instrumen ini sulit untuk dibayangkan. Selain itu, fungsi mereka
menikmati dukungan politik luas dalam socities kebanyakan. Dan kelemahannya misalnya umumnya
instrumen lemah untuk mengatasi problrms ekonomi yang kompleks. Efisiensi skala mungkin juga
menjamin penyediaan terpusat oleh pemerintah, bukan penyisihan atas desentralisasi oleh keluarga atau
komunitas. Ketergantungan pada jenis instrumen untuk memecahkan masalah publik juga mungkin tidak
adil karena banyak indvidul tidak punya siapa-siapa, atau siapa pun dengan sumber daya finansial terdiri
atau komitmen emosional, untuk menjaga mereka. (https://rusdimsaleh.blogspot.com/2013/02/instrumen-
kebijakan.htm)

Organisasi Sukarela

Organisasi sukarela melibatkan kegiatan yang memang sukarela misalnya menyediakan layanan
pematauan, pendidikan, dan makanan untuk penampungan miskin dan sementara bagi perempuan dan
anak-anak yang melarikan diri adalah contoh utama organisasi tersebut. Di Amerika, negara menyediakan
40 persen dari total pengeluaran oleh organisasi-organisasi sukarela, yang merupakan sumber dana lebih
besar dari sumbangan swasta.

organisasi sukarela, dalam teori, sebuah cara yang efisien memberikan layanan yang paling ekonomis dan
sosial. Jika yang layak akan abviously biaya-efisien untuk menyediakan jaminan sosial atau pematauan
dan pelayanan pendidikan atau membangun bendungan dan jalan pada upaya dasar sukarela individuas.
Mereka juga menawarkan fleksibilitas dan kecepatan respon dan kesempatan untuk experimantation yang
akan sulit dalam organisasi pemerintah. Mereka sering lebih cepat dari pemerintah dalam memberikan
bantuan kepada korban bencana alam, misalnya. Selain itu, pertemuan kebutuhan sosial dengan cara ini
mengurangi kebutuhan untuk tindakan pemerintah, yang menarik bagi mereka yang percaya bahwa
intervensi negara secara inheren bertentangan dengan kebebasan politik. Masalah Kontemporer ekonomi
dan sosial simpy terlalu luas untuk ditangani berdasarkan upaya sukarela saja, kebanyakan orang tidak
memiliki waktu maupun sumber daya yang dibutuhkan untuk berkontribusi dengan aktivitas tersebut,
bahkan jika mereka ingin melakukannya. Karena itu tidak mungkin untuk bekerja di luar di mana para
anggota mereka menemukan kepuasan dalam mereka agama, etika, atau alasan politik.

Pasar

Pasar adalah instrumen sangat dianjurkan dalam keadaan tertentu. Ini adalah cara yang efektif dan efisien
dalam menyediakan barang yang paling pribadi dan dapat memastikan bahwa sumber daya hanya
dikhususkan kepada barang-barang dan jasa yang dihargai oleh masyarakat, seperti tercermin dalam
kesediaan individu untuk membayar. Karena sebagian besar barang dan jasa yang dicari oleh penduduk
adalah bersifat pribadi, pemerintah dalam masyarakat kapitalis mengandalkan ekstensif atas instrumen
pasar. . Pasar juga merupakan instrumen yang sangat tidak adil, karena memenuhi kebutuhan hanya
mereka dengan kemampuan untuk membayar. Jadi dalam sistem murni berbasis pasar dari penyediaan
layanan kesehatan, misalnya, orang kaya dengan uang dapat memiliki keinginan untuk bedah kosmetik
terpenuhi, sementara orang miskin dari menderita gagal ginjal tidak dapat menerima pengobatan penting.

Sejauh ini yang paling penting, dan perdebatan, instrumen sukarela adalah pasar.Interaksi sukarela antara
konsumen dan produsen, dengan mantan mencari untuk membeli sebanyak yang mereka dapat dengan
keterbatasan dana yang mereka miliki dan yang kedua mencari keuntungan setinggi mungkin, biasanya
dapat diharapkan memberikan hasil yang memuaskan keduanya. Secara teori paling tidak, sementara
motif utama di bagian kedua belah pihak adalah kepentingan diri sendiri, masyarakat sebagai keseluruhan
keuntungan dari interaksi mereka karena apapun yang diinginkan oleh masyarakat disediakan dengan
harga serendah mungkin. (https://rusdimsaleh.blogspot.com/2013/02/instrumen-kebijakan.htm)

Wajib Instrument

instrumen wajib, juga disebut instrumen direktif, memaksa atau mengarahkan tindakan individu dan
perusahaan sasaran, yang pergi dengan kebijaksanaan sedikit atau tidak ada dalam merancang tanggapan.
Pemerintah, dalam pelaksanaan kewenangan kedaulatannya, dapat memerintahkan warga subjek untuk
melakukan kegiatan tertentu, dapat mendirikan perusahaan pemerintah dikendalikan untuk melakukan
setiap fungsi yang dipilihnya, atau langsung menyediakan barang dan jasa yang bersangkutan melalui
birokrasi.
Peraturan

Peraturan adalah resep oleh pemerintah yang harus dipenuhi oleh sasaran yang dimaksudkan; kegagalan
untuk melakukannya biasanya melibatkan hukuman. Beberapa peraturan dalam hukum sebenarnya dan
melibatkan polisi dan sistem peradilan dalam penegakan hukum mereka. Kebanyakan peraturan,
bagaimanapun, adalah fatwa administrasi dibuat menurut ketentuan perundang-undangan memungkinkan
dan dikelola atas secara terus menerus oleh departemen pemerintah. Beberapa peraturan dalam hukum
sebenarnya dan melibatkan polisi dan sistem peradilan dalam penegakan hukum mereka. Kebanyakan
peraturan, bagaimanapun, adalah peraturan administrasi dibuat menurut ketentuan perundang-undangan
memungkinkan dan dikelola atas secara terus menerus oleh departemen pemerintah atau agen pemerintah
khusus yang otonom dari kontrol pemerintah dalam sehari ke hari operasi. Peraturan mengambil berbagai
bentuk dan mencakup aturan, standar, izin, larangan, perintah hukum, dan perintah eksekutif.

Perusahaan Umum

Perusahaan publik juga dikenal sebagai badan usaha milik negara (BUMN), dimana aturan yang telah
dibuat khusus sehingga untuk menutup semua kegiatan, seperti yang akan menjadi arahan internal
pengelolaan organisasi yang dikendalikan oleh pemerintah. Kelemahan perusahaan publik tidak kurang
signifikan. Pertama, pemerintah sering menemukan mereka kontrol sulit karena manajer dapat
mengadopsi mengukur berbagai penghindaran. Kedua, perusahaan-perusahaan publik dapat tidak efisien
dalam kegiatan usaha karena kerugian lanjutan tidak mengarah pada kebangkrutan.

Bukannya membangun lapisan regulasi, misalnya, mungkin diinginkan untuk mendirikan sebuah
perusahaan yang melakukan hal yang sama tanpa perlu proses rumit dan ketentuan peraturan pengawasan
legislatif hadir. Akhirnya, keuntungan dari perusahaan publik mungkin bertambah untuk dana publik,
yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Arah Penyisihan

Banyak dari apa yang dilakukan pemerintah lakukan adalah berpikir alat ini : pertahanan nasional,
hubungan diplomatik, kepolisian, firefigthing, jaminan sosial, pendidikan, managemen tanah umum,
pemeliharaan taman dan jalan, dan sensus dan survey geologi antara lain . Kita cenderung untuk
melupakan instrumen dasar dan paling banyak digunakan: penyisihan langsung. Daripada menunggu
kinerja sektor swasta dari tugas, atau mendapatkan itu dilakukan berpikir perusahaan publik semi otonom,
pemerintah langsung melakukan tugas tersebut, memberikan barang dan jasa secara langsung oleh
pegawai pemerintah. (https://rusdimsaleh.blogspot.com/2013/02/instrumen-kebijakan.htm)

Campuran Instrumen

Instrumen Campuran menggabungkan fitur dari kedua instrumen sukarela dan wajib. Keterlibatan
berkisar dari minimal hanya menyebarkan informasi secara maksimal, punitively perpajakan suatu
kegiatan yang tidak diinginkan. (https://rusdimsaleh.blogspot.com/2013/02/instrumen-kebijakan.htm)

Informasi dan Seruan

Informasi ini sering bersifat umum, dimaksudkan untuk membuat penduduk lebih luas sehingga mereka
dapat membuat pilihan informasi. Misalnya, informasi tentang pariwisata, program, dan statistik ekonomi
dan sosial disebarkan oleh pemerintah, meninggalkan ke populasi untuk menarik kesimpulan dan
tanggapan yang sesuai. Seruan, atau bujukan seperti yang juga disebut, melibatkan kegiatan pemerintah
hanya sedikit lebih dari penyebaran informasi. Ini memerlukan upaya bersama untuk mengubah
preferensi subyek dan tindakan, bukan hanya memberitahu mereka tentang situasi dengan harapan untuk
mengubah perilaku mereka dengan cara yang diinginkan.

Subsidi

Subsidi merujuk pada segala bentuk tranfers keuangan kepada individu, perusahaan, dan organisasi di
bawah arahan pemerintah. Pemerintah menemukan insentif pajak menarik karena mereka tersembunyi
dalam ketentuan pajak dan melarikan diri pemberitahuan, yang membuat kelanjutan relatif mudah. Selain
itu, di sebagian besar negara mereka tidak memerlukan persetujuan anggaran, karena tidak ada banyak
sebenarnya dihabiskan, melainkan pendapatan yang hilang, yang tidak memerlukan persetujuan parlemen.
Instrument kebijakan lainnya tidak secara teknis dianggap sebagai subsidi mungkin melibatkan beberapa
komponen subsidi. Jadi peraturan yang membatasi jumlah barang atau jasa tertentu yang diproduksi atau
dijual juga melibatkan subsidi kepada produsen karena mereka sering dapat artifisial menaikkan harga.

Lelang Hak Kekayaan

Lelang hak milik busur instrumen campuran sangat menarik. Pasar dibuat dengan menetapkan kuantitas
tetap hak dapat dialihkan untuk mengkonsumsi sumber daya yang ditunjuk, yang memiliki efek
menciptakan kelangkaan buatan, dan memungkinkan mekanisme untuk bekerja.sumber daya bisa air atau
udara untuk pembuangan limbah, stok ikan, atau apa saja yang tidak akan langka kecuali dibuat begitu
oleh pemerintah mati.

Keuntungan menggunakan lelang hak adalah diat itu membatasi penggunaan mati bahan lingkungan yang
berbahaya namun tetap membuatnya tersedia untuk alternatif widi-out diosc. Tentu saja, mati sama bisa
dilakukan. Peraturan dirough, tetapi pemerintah mati dien harus menentukan siapa yang harus diizinkan
untuk menggunakan jumlah terbatas mati tersedia, sulit karena ‘dari mati biaya informasi yang tinggi
yang terlibat

Pajak dan Retribusi

pajak adalah pembayaran wajib yang ditentukan secara hukum kepada pemerintah oleh seseorang atau
perusahaan. Tujuan utama dari pajak biasanya untuk meningkatkan pendapatan untuk membiayai
governmcnt tentang pengeluaran. . Dengan mengenakan pajak layanan, baik, atau kegiatan, pemerintah
secara tidak langsung menghambat konsumsi atau kinerja.Banyak kebijakan pemerintah ‘tujuan untuk
mengurangi merokok, minum, dan perjudian karena efek sakit dicir, misalnya, sebagian dapat dicapai
dirough pajak sangat tinggi pada rokok, alkohol, dan pendapatan judi. Upaya untuk mengurangi biaya
dapat mendorong sebuah mencari (lebih murah) diat alternatif akan mengurangi aktivitas dikenakan
biaya. Retribusi yang paling sering digunakan untuk mengontrol eksternalitas negatif. contoh Aa dari
daerah mati pengendalian pencemaran adalah bahwa dari retribusi tentang polusi, yang dikenal sebagai
beban buangan.

Diantara keuntungan dari pajak dan retribusi sebagai instrumen kebijakan adalah sebagai berikut.
Pertama, mereka mudah untuk mendirikan karena mereka memungkinkan individu dan perusahaan untuk
secara bertahap mencari alternatif untuk membayar biaya untuk mengurangi biaya. Kedua, pajak dan
retribusi memberikan insentif keuangan terus mengurangi Kegiatan mati yang tidak diinginkan. Karena
mengurangi biaya perusahaan membayar mati akan memungkinkan mereka untuk mengurangi harga atau
meningkatkan keuntungan, itu adalah diberi kepentingan pribadi untuk meminimalkan aktivitas target
mati. Ketiga, retribusi mempromosikan inovasi dengan membuatnya dalam kepentingan perusahaan mati
‘untuk mencari alternatif lebih murah. Keempat, diey adalah instrumen fleksibel, karena pemerintah mati
terus menyesuaikan tarif sampai tercapai suatu titik dimana jumlah yang diinginkan mati aktivitas target
mati terjadi.

3. Kebijakan sosial dan masalah sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang merupakan ketetapan Pemerintah
yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak. Kebijakan sosial juga adalah ketetapan yang dirancang secara kolektif
untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi preventif), mengatasi masalah sosial (fungsi kuratif)
dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban Negara (state
obligation) dalam memenuhi hak warga negaranya. Dalam hal lainnya, kebijakan sosial dapat dikatakan
sebagai sebuah aspek sosial, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan bidang kesejahteraan sosial. Kebijakan
sosial adalah prinsip-prinsip, prosedur, dan tata cara dari Undang-undang yang telah ada, sebagai panduan
administrasi dan regulasi pada lembaga yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan sosial memiliki sejumlah dimensi, yaitu :

 Sebagai suatu proses, kebijakan sosial dipandang sebagai dinamika perumusan kebijakan dalam
kaitannya dengan variabel-variabel sosio-politik dan teknik-metodologi. Kebijakan sosial
merupakan suatu proses tahapan atau pengembangan rencana tindak (plan action).
 Sebagai suatu produk, kebijakan sosial dipandang sebagai hasil akhir dari proses perumusan
kebijakan atau perencanaan sosial.
 Sebagai suatu kinerja atau performance atau pencapaian tujuan, kebijakan sosial merupakan
deskripsi atau evaluasi terhadap hasil-hasil implementasi produk kebijakan sosial.
Kebijakan sosial hadir sebagai cara untuk memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial
bagi semua golongan masyarakat yang mempermudah dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
menanggapi perubahan sosial. Kebijakan sosial senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan sosial.
Tujuan sosial ini mengandung dua pengertian yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan
memenuhi kebutuhan sosial.

Masalah sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi
yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992). Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang
dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan. Yang ternasuk masalah-masalah sosial
antara lain:

Kemiskinan

Yang dimaksud dengan kemiskinan adalah keadaan ketika terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan
yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain-lain.

Ketelantaran Yang dimaksud dengan ketelantaran adalah :

 Pengabaian/penelantaran anak-anak dan orang lanjut usia karena berbagai sebab.


 Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dan sosial secara wajar yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sosial ekonomi, dan pengabaian terhadap tugas dan tanggung jawab.

Kebencanaan Yang dimaksud dengan kebencanaan adalah keadaan atau hal yang berhubungan dengan
bencana.

 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
 Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Keterpencilan Yang dimaksud dengan keterpencilan adalah :

 Isolasi alam yang berakibat pada ketertinggalan yang dialami oleh Komunitas Adat Terpencil.
 Kondisi kehidupan komunitas sosial budaya lokal yang tinggal pada lokasi yang terisolir secara
geografis dan sulit terjangkau serta belum ada kontak (interaksi) dengan dunia luar.

Indonesia merupakan Negara dengan beragam suku bangsa, budaya, dan adat istiadat. Suku bangsa di
Indonesia tersebar luas dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Papua), mulai yang tinggal di wilayah
perkotaan, perdesaan, pegunungan, dan pesisir pantai, semuanya membentuk suatu komunitas yang khas
baik secara sosial budaya maupun ekonomi. Salah satu yang menjadi menarik adalah mereka yang masuk
dalam kategori Komunitas Adat Terpencil (KAT), hal ini karena mereka memiliki kekhasan secara sosial
dan budaya.
Penyandang Disabilitas

 Yang dimaksud dengan penyandang disabilitas adalah seseorang yang mengalami kelainan fisik
atau mental sebagai akibat dari bawaan sejak lahir maupun lingkungan (kecelakaan), sehingga
menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak.
 Disabilitas tidak hanya persoalan individu, tetapi menjadi persoalan sosial apabila menyebabkan
penyandang disabilitas mengalami hambatan untuk berpartisipasi secara setara dengan orang lain.
Korban Penyalahgunaan Napza

Yang dimaksud dengan korban penyalahgunaan Napza adalah seorang pria atau wanita, terutama yang
berusia antara 5 sampai 60 tahun bahkan lebih, yang pernah menyalahgunakan narkotika, psikotropika,
atau zat adiktif lainnya, termasuk minuman keras pada taraf coba-coba atau sampai mengalami
ketergantungan/kecanduan, sesudah dinyatakan bebas dari ketergantungan fisik oleh dokter yang
berwenang, berasal dari keluarga, baik yang mampu maupun yang kurang mampu.

Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi, dan Diskriminasi

Yang dimaksud dengan korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi adalah orang (individu,
keluarga atau kelompok) yang mengalami tindak kekerasan, baik dalam bentuk penelantaran, perlakuan
salah, eksploitasi, diskriminasi, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya, maupun orang yang berada dalam
situasi yang membahayakan dirinya sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu. Penyelenggaraan
perlindungan dilakukan pada korban tindak kekerasan yang terjadi terhadap perempuan, laki-laki, anak,
dan lanjut usia maupun pekerja migran dapat terjadi di ranah publik dan ranah privat seperti di dalam
rumah tangga.

Pengangguran

Yang dimaksud dengan pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.

4. Peraturan perundangan-undangan di bidang kesejahteraan sosial

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban
negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak
mampu.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat yang seluas luasnya, baik
perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga
kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan.

Sebab permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga
negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh
pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan
fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Kesejahteraan Sosial diatur dengan Undang-Undang. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal 16
Januari 2009. UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mulai berlaku sejak diundangkan
pada tanggal 16 Januari 2009 oleh Menkumham Andi Mattalatta dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12. Dan Penjelasan Atas UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967 agar seluruh
rakyat Indoensia mengetahuinya.

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Status, Mencabut

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mencabut Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1974 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

Pertimbangan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah:

 Bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia;
 Bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak
atas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara
menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara terencana, terarah,
dan berkelanjutan;
 Bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kesejahteraan
Sosial sudah tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sehingga perlu diganti;
 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
membentuk Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial;

Dasar Hukum

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah Pasal 18A,
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penjelasan Umum UU Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila kelima
Pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara
yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan
sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi
sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai