pa 5: BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
· Menurut Andi Hamzah sebagaimana dikutip oleh Soemardi dalam artikelnya yang berjudul
Hukum dan Penegakan Hukum (2007), perlindungan hukum dimaknai sebagai daya upaya yang
dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan
mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-
hak asasi yang ada.
· Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran
hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh
peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran
terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain.
Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum . Kepentingan setiap orang
akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh masyarakat ataupun
aparat penegak hukum .
Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan hal – hal
berikut ini :
b. Tegaknya Keadailan
· Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula dari
beberapa faktor, antara lain:
a. Hukumnya.
b. Penegak hukum
c. Masyarakat,
e. Kebudayaan,
· Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku. Dengan kata lain, pelanggaran
hukum merupakan pengingkaran terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh
peraturan atau hukum yang berlaku, misalnya kasus pembunuhan merupakan pengingkaran
terhadap kewajiban untuk menghormati hak hidup orang lain.
· Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial
diberikan oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang
paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat.
· Wujud dari partisipasi masyarakat adalah dengan menampilkan perilaku yang mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum. Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan
sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga
negara, secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya, pada
bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca terutama siswa sebagai generasi mudah.
2. Penulis berharap agar siswa lebih mudah memahami perlindungan dan penegakkan hukum.
3. Penulis menyadari bahwa masih banyak siswa yang belum memahami tentang perlindungan
dan penegakkan hukum maka dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian dari para guru terutama
para ahli hukum.
Sunting
Pada jaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu, terdapat beberapa lembaga peradilan yang
berlaku bagi orang-orang atau golongan yang berbeda, yaitu 1) pengadilan gubernemen, lembaga
peradilan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Hindia Belanda; 2) peradilan swapraja
(zelfbestuurrechtspraak), yaitu suatu peradilan yang diselenggarakan oleh sebuah Kerajaan, diatur
dalam suatu peraturan swapraja tahun 1938 (Zelffbestuursregelen 1938); 3) peradilan adat
(inheemse rechtspraak) diatur dalam Staatsblaad 1932-80 yang dalam pasal 1-nya menyebut tidak
kurang dari 13 (tiga belas) karesidenan yang ada peradilan adat; 4) peradilan agama
(godienstigerechtspraak) diatur dalam pasal 134 ayat (2) Indische Staatsregeling diatur lebih lanjut
dalam S. 1882-152, kemudian diubah dalam S. 1935-102 yang dalam pasal 3a RO (reglement op de
rechterlijke organisatie) disebut hakim-hakim perdamaian desa (dorpsrechter)[6].
Sunting
Pada jaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu, terdapat beberapa lembaga peradilan yang
berlaku bagi orang-orang atau golongan yang berbeda, yaitu 1) pengadilan gubernemen, lembaga
peradilan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Hindia Belanda; 2) peradilan swapraja
(zelfbestuurrechtspraak), yaitu suatu peradilan yang diselenggarakan oleh sebuah Kerajaan, diatur
dalam suatu peraturan swapraja tahun 1938 (Zelffbestuursregelen 1938); 3) peradilan adat
(inheemse rechtspraak) diatur dalam Staatsblaad 1932-80 yang dalam pasal 1-nya menyebut tidak
kurang dari 13 (tiga belas) karesidenan yang ada peradilan adat; 4) peradilan agama
(godienstigerechtspraak) diatur dalam pasal 134 ayat (2) Indische Staatsregeling diatur lebih lanjut
dalam S. 1882-152, kemudian diubah dalam S. 1935-102 yang dalam pasal 3a RO (reglement op de
rechterlijke organisatie) disebut hakim-hakim perdamaian desa (dorpsrechter)[6].
Hukum perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum.
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik yang
harmonis. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan
umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana),dan hukum perdata mengatur
hubungan antara politik dan pemilu, penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya
Politik, Tahapan Pemilu, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha
dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Sumber Hukum Acara perdata yang berlaku di Indonesia Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR
atau Reglemen Indonesia), merupakan sumber hukum acara perdata yang diwariskan oleh
pemerintahan Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah
terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di
kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan asas
konkordansi.
Secara yuridis formal, KUHPerdata terdiri dari 4 (empat) buku, yaitu buku I mengatur tentang orang
(van Perrsonen) mulai pasal 1 s/d 498, buku II mengatur tentang benda (van Zaken) mulai pasal 499
s/d 1232, buku III mengatur tentang perikatan (van Verbintenissen) mulai pasal 1233 s/d 1864, dan
buku IV mengatur tentang pembuktian dan kadaluwarsa (van Bewijs en Verjaring) mulai pasal 1865
s/d 1993.[7]
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Prancis dengan beberapa
penyesuaian.
Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum
yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain
ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan,
keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1 tahun
1974 tentang perkawinan.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang
tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud
yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak
bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik,
telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian
(walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis
perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan
yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus
untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan.
Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian
khusus dari KUHPer.
Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya
batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal
yang berkaitan dengan pembuktian.
Hukum Islam
Hukum Islam di Indonesia umumnya hanya mengatur aspek-aspek hukum perdata di Indonesia,
seperti pernikahan Islam, pembagian warisan, dan lain-lain. Provinsi Aceh merupakan satu-satunya
provinsi yang menerapkan hukum pidana Islam dalam Pengadilan Agama setempat, sesuai pasal 15
ayat 2 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004.
Sunting
Advokat
Sunting
Sejak berlakunya UU nomor 18 tahun 2003 tentang advokat, sebutan bagi seseorang yang berprofesi
memberikan bantuan hukum secara swasta - yang semula terdiri dari berbagai sebutan, seperti
advokat, pengacara, konsultan hukum, penasihat hukum - adalah advokat.
Sunting
Kedua istilah ini sebenarnya bermakna sama, walaupun ada beberapa pendapat yang menyatakan
berbeda. Sebelum berlakunya UU nomor 18 tahun 2003, istilah untuk pembela keadilan plat hitam
ini sangat beragam, mulai dari istilah pengacara, penasihat hukum, konsultan hukum, advokat dan
lainnya.
Pengacara sesuai dengan kata-kata secara harfiah dapat diartikan sebagai orang yang beracara, yang
berarti individu, baik yang tergabung dalam suatu kantor secara bersama-sama atau secara
individual yang menjalankan profesi sebagai penegak hukum plat hitam di pengadilan.
Sementara advokat dapat bergerak dalam pengadilan, maupun bertindak sebagai konsultan dalam
masalah hukum, baik pidana maupun perdata. Sejak diundangkannya UU nomor 18 tahun 2003,
maka istilah-istilah tersebut distandardisasi menjadi advokat saja.
Dahulu yang membedakan keduanya yaitu:
Advokat adalah seseorang yang memegang izin ber"acara" di Pengadilan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman serta mempunyai wilayah untuk "beracara" di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Pengacara Praktik adalah seseorang yang memegang izin praktik / beracara berdasarkan Surat
Keputusan Pengadilan Tinggi setempat di mana wilayah beracaranya adalah "hanya" diwilayah
Pengadilan Tinggi yang mengeluarkan izin praktik tersebut.
Setelah UU No. 18 th 2003 berlaku maka yang berwenang untuk mengangkat seseorang menjadi
Advokat adalah Organisasi Advokat.(Pengacara dan Pengacara Praktik/pokrol dst setelah UU No. 18
tahun 2003 dihapus)
Konsultan hukum
Sunting
Konsultan hukum atau dalam bahasa Inggris counselor at law atau legal consultant adalah orang
yang berprofesi memberikan pelayanan jasa hukum dalam bentuk konsultasi, dalam sistem hukum
yang berlaku di negara masing-masing. Untuk di Indonesia, sejak UU nomor 18 tahun 2003 berlaku,
semua istilah mengenai konsultan hukum, pengacara, penasihat hukum dan lainnya yang berada
dalam ruang lingkup pemberian jasa hukum telah distandardisasi menjadi advokat.
Sunting
Dua institusi publik yang berperan aktif dalam menegakkan hukum publik di Indonesia adalah
kejaksaan dan kepolisian. Kepolisian atau polisi berperan untuk menerima, menyelidiki, menyidik
suatu tindak pidana yang terjadi dalam ruang lingkup wilayahnya.
Apabila ditemukan unsur-unsur tindak pidana, baik khusus maupun umum, atau tertentu, maka
pelaku (tersangka) akan diminta keterangan, dan apabila perlu akan ditahan. Dalam masa
penahanan, tersangka akan diminta keterangannya mengenai tindak pidana yang diduga terjadi.
Selain tersangka, maka polisi juga memeriksa saksi-saksi dan alat bukti yang berhubungan erat
dengan tindak pidana yang disangkakan. Keterangan tersebut terhimpun dalam berita acara
pemeriksaan (BAP) yang apabila dinyatakan P21 atau lengkap, akan dikirimkan ke kejaksaan untuk
dipersiapkan masa persidangannya di pengadilan.
Kejaksaan akan menjalankan fungsi pengecekan BAP dan analisis bukti-bukti serta saksi untuk
diajukan ke pengadilan. Apabila kejaksaan berpendapat bahwa bukti atau saksi kurang mendukung,
maka kejaksaan akan mengembalikan berkas tersebut ke kepolisian, untuk dilengkapi. Setelah
lengkap, maka kejaksaan akan melakukan proses penuntutan perkara. Pada tahap ini, pelaku
(tersangka) telah berubah statusnya menjadi terdakwa, yang akan disidang dalam pengadilan.
Apabila telah dijatuhkan putusan, maka status terdakwa berubah menjadi terpidana.
Oleh karena itu putusan harus mencerminkan nilai keadilan dan kepastian hukum. Kepastian hukum
juga erat kaitannya dengan hukum materil dan hukum formil termasuk dan yang tidak kalah
pentingnya adalah proses pembuktian. Putusan itu sendiri merupakan akhir dari proses pemeriksaan
perkara dan merupakan ukuran dari keprofesionalan seorang hakim untuk mengkonstatir,
mengkualifisir dan mengkonstituir suatu perkara.[8]
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun makalah
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw. yang
telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi syafa'at diyaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat mengenai
pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan hukum dalam menjamin dan keadilan baik bagi
penyusun sendiri maupun bagi para pembaca.Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari guru pembimbing dan teman-teman
sekalian akan kami terima dengan senang hati.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
menjalankan hukum dikehidupan bermasyarakat dan bernegara
HomepageUN
Apapun itu, penegakan hukum tak dimungkiri menjadi sangat penting untuk ditaati dan dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa menciptakan keamanan, ketentraman, dan
ketertiban dalam kehidupan masyarakat maupun negara. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
perlu ada upaya dalam melakukan proses perlindungan dan penegakan hukum. Ini berlaku pula di
Indonesia.
Perlindungan hukum adalah segala upaya yang dilakukan penegak hukum untuk melindungi hak-hak
dari subjek hukum agar hak-hak tersebut tidak dilanggar. Dimana, penegakan hukum ini dijalankan
sebagai upaya untuk menjalankan ketentuan hukum yang berlaku.
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung berbagai
unsur-unsur yaitu adanya perlindungan pemerintah terhadap warganya, jaminan kepastian hukum,
dan berkaitan dengan hak-hak warga negara. Disamping itu, perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia juga penting bagi kehidupan bernegara, hal ini guna merealisasikan tegaknya supremasi
hukum, tegaknya keadilan, dan mewujudkan perdamaian.
Tegaknya supremasi hukum, dengan tegaknya supremasi hukum maka hukum memiliki kekuasaan
yang besar dalam mengatur tindakan manusia.
Tegaknya keadilan, hukum memberikan keadilan untuk melindungi hak setiap warga negara tanpa
memandang ras, agama, status, maupun jabatan subyek hukum. Selama subyek hukum berhak maka
hukum akan tetap melindungi hak tersebut.
Mewujudkan perdamaian, dengan tegaknya hukum maka keadilan dalam memastikan hak-hak
setiap subjek hukum akan tewujud. Dengan demikian perdamaian akan terwujud.
Untuk mewujudkan penegakan hukum di Indonesia yang adil maka peran lembaga penegak hukum
menjadi sangat penting. Bahkan, hal tersebut telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dalam hal ini, lembaga yang dimaksud yaitu Kepolisian Republik Indonesia (Polri),
Kejaksaan RI, Advokat, Hakim, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kepolisian RI (Polri)
Sesuai dengan UU No.2 tahun 2002 pasal 13 Polri memiliki tugas untuk memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Kejaksaan RI
Peran kejaksaan RI diatur diatur dalam UU No.16 tahun 2004 pasal 30 yaitu untuk melakukan
penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuataan hukum tetap, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana,
pengawasan dan keputusan pidana bersyarat. Selain itu, peran kejaksaan juga melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.
Advokat
Peran advokat atau pengacara dalam perlindungan dan penegakan hukum adalah memberi bantuan
hukum kepada subyek hukum seperti membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkisan,
sangkalan, mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya, dan sebagainya.
Hakim
Peran hakim dalam perlindungan dan penegakan hukum adalah menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak dalam siding sesuai
ketentuan perundang-undangan.
KPK
Peran KPK dalam perlindungan dan penegakan hukum antara lain melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi. Selain itu, melakukan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi.
Dinamika pelanggaran hukum meliputi tentang contoh perilaku yang melanggar hukum dan
sanksinya yang bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari serta bagaimana cara berpartisipasi dalam
penegakan dan perlindungan hukum. Ada beberapa contoh perilaku pelanggaran hukum yaitu :
Dalam berlalu lintas, pelanggaran yang sering dilakukan adalah tidak memakai helm dan melanggar
rambu lalu lintas, padahal peraturan tersebut dibuat untuk keselamatan di jalan raya. Sanksi yang
biasa diterima pelanggar adalah berupa penilangan dari pihak kepolisian hingga dipenjarakan.
Pelanggaran yang dilakukan seperti mencuri, membunuh, dan mengedarkan narkoba. Dimana,
sanksi yang akan diterima pelanggar hukum pidana adalah hukuman sesuai perundangan yang
berlaku seperti dipenjarakan.
Kelas Pintar: Kelas Pintar adalah salah satu partner Kemendikbud yang menyediakan sistem
pendukung edukasi di era digital yang menggunakan teknologi terkini untuk membantu murid dan
guru dalam menciptakan praktik belajar mengajar terbaik.
Related Post
Tentang Kami
Extramarks Indonesia
[09.00, 19/9/2022] ꪀ ievel: PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN
KEDAMAIAN
Sebagai sebuah negara hukum, Indonesia wajib melakukan pelaksanaan hukum. Pelaksanaan hukum
tersebut diterapkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan atau disebut sebagai
penegakan hukum.
Dalam penegakan hukum inilah peranan para lembaga penegak hukum sangat dibutuhkan. Hukum
tidak bisa tegak dengan sendirinya. Oleh sebab itu, peranan para lembaga penegak hukum
dibutuhkan untuk menegakkan suatu aturan hukum. Dijelaskan beberapa lembaga penegak hukum
yang ada di Indonesia beserta perannya, sebagai berikut:
Polisi merupakan salah satu instrumen hukum yang bertugas menjaga ketertiban umum,
memelihara keamanan, dan mengayomi masyarakat.
Sebagai lembaga penegak hukum, tugas utama polisi adalah memelihara keamanan dalam negeri.
Polisi merupakan garda terdepan dalam proses penegakan hukum di Indonesia, sebelum jaksa dan
hakim. Lebih lanjut, polisi berperan sebaga penyidik dalam hal penegakan hukum yang berkaitan
dengan tindak pidana.
Ketentuan tentang kepolisian telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Adapun wewenang kepolisian sebagai
berikut:
-Melarang setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyelidikan.
-Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.
-Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
Kejaksaan merupakan salah satu lembaga penegak hukum yang bertugas melakukan penuntutan.
Penuntutan adalah tindakan jaksa untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang
berwenang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
Pelaku pelanggaran pidana yang akan dituntut adalah orang yang benar-benar bersalah dan telah
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang disangkakan dengan didukung barang bukti yang cukup
dan didukung minimal dua orang saksi.
Dalam proses penegakan hukum, kejaksaan dituntut untuk menegakkan supremasi hukum,
perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN).
Ketentuan tentang kejaksaan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Wewenang kejaksaan dikelompokkan dalam tiga
bidang, yaitu:
A.Bidang pidana
-Melakukan penuntutan
-Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap.
-Melengkapi berkas perkara tertentu serta melakukan pemeriksaan tambahan sebelum akhirnya
dilimpahkan ke pengadilan.
Dalam bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak, baik
di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa hakim bertugas dalam ranah peradilan. Dalam
proses penegakan hukum, hakim memiliki wewenang untuk mengadili. Mengadili merupakan
serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum
berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak.
Dalam proses penyelenggaraan peradilan, hakim diberi kekuasaan yang merdeka. Artinya, hakim
tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara. Ketentuan
tentang hakim telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman. Hakim sendiri diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:
4. Peran Advokat
Advokat merupakan orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Jasa hukum yang diberikan advokat berupa konslutasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, membela, mendampingi, serta melakukan tindakan hukum.
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa tugas utama seorang advokat dalam proses
penegakan hukum adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sedang mencari
keadilan. Termasuk di dalamnya terdapat usaha memberdayakan masyarakat agar menyadari hak-
hak fundamental mereka di depan hukum.
Ketentuan tentang advokat telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat.
KPK merupakan lembaga negara independen yang bertugas melakukan pemberantasan korupsi
secara profesional, intensif, dan berkesinambungan.
Bersifat independen artinya KPK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan mana pun. Korupsi, dijelaskan tugas KPK dalam hal penegakan hukum tindak pidana
korupsi, yaitu:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut, KPK berpedoman pada lima asas, yaitu kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. Ketentuan tentang KPK telah
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsekuensi dari ditetapkannya Indonesia sebagai negara hukum adalah bahwa dalam segala
kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada hukum. Untuk menjaga dan mengawasi hukum
berjalan dengan efektif maka dibentuklah lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk
mencari keadilan dan mendapatkan perlakuan yang semestinya di depan hukum. Nah, berkaitan
dengan hal tersebut, tugas warga negara adalah menampilkan sikap positif terhadap proses
perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia.
Bayangkan apa yang akan terjadi apabila di keluarga tidak ada aturan, di sekolah tidak ada tata
tertib, di lingkungan masyarakat tidak ada norma-norma sosial, di negara tidak ada undang-undang.
Atau, apa yang akan terjadi apabila setiap pelanggaran dibiarkan begitu saja, pelakunya tidak
diberikan teguran atau sanksi lainnya.
Ketika hukum tidak dipatuhi atau dilaksanakan, akan terjadi adalah kekacauan di semua bidang
kehidupan. Setiap orang akan berbuat seenaknya atau menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuannya, sehingga keamanan, ketenteraman, dan ketertiban sulit terwujud. Supaya hal-hal yang
dikemukakan tadi tidak terjadi, harus diupayakan dilakukannya proses perlindungan dan penegakan
hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam makalah
tentang Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
4.Apa peran lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia
ini adalah sebagai berikut:
[18.59, 24/9/2022] ꪀ ievel: bebas, aku y gpp, tapi lang dikirim saiki
[19.00, 24/9/2022] rosi: Aq sng bagian daftar pustaka lak ngenteni kbeh nk ws lengkap??
[19.01, 24/9/2022] ꪀ ievel: gausah gwe yws, daftar pustaka tak benakno aku gpp
PENDAHULUAN :(vara)
*-
*-
*-
PEMBAHASAN :
A (fauzan)
B (naufal)
C (nievel)
D (pranata)
PENUTUP (rio)
KESIMPULAN (rio)
SARAN (rio)
a. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam diri pada pelaku pelanggaran hukum
tersebut.
· Perangkat hukum yang tidak tegas dan dan jelas sehingga menimbulkan ketidakpastian
a. Lingkungan keluarga
· Bangun kesiaangan
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat
· Melakukan perjudian
Pasal 10 kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sanksi yaang dimaksud yaitu :
b) Hukuman Penjara
c) Hukuman Kurungan
1. Putusan Condemnatoiry, yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan
2. Putusan Declaratoir, yakni putusan yang amarnya menciptakna suatu keadaan yang sah menurut
hukum
c. Sanksi Administrasi/Administratif
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakkat
TUGAS DARING
Kelas XII
Daring ke – 6
1. Pelanggaran hukum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan ekternal, berikan
penjelasan masing-masing?
5. Jelaskan hasil pemahaman kalian dan hasil penjelasan tersebut dikirim melalui WA