Anda di halaman 1dari 13

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN JARAK DI KAWASAN TRANSMIGRASI

DISUSUN: HOTLIN SINURAT, SP

KEMENTERIAN TENAGAKERJA DAN TRANSMIGRASI RI BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INFORMASI


BALAI PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNIK PRODUKSI KETRANSMIGRASIAN

BENGKULU, 2010

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN JARAK DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI


Copyright@ Hotlin Sinurat, 2010

KATA SAMBUTAN
Budidaya Tanaman Jarak pagar termasuk budidaya yang tidak berliku-liku karena jarak pagar bukan termasuk jenis tanaman yang manja, dan memerlukan perlakuan khusus. Untuk itu dapat dikembangkan masyarakat desa khususnya transmigran karena merupakan tanaman berdaya guna, berhasil guna dan multi guna. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan membudidayakan tanaman jarak petani akan memperoleh penghasilan tambahan dari pada penghasilan yang berasal dari perkebunan lainnya. Pendapatan petani yang berasal dari tanaman jarak pagar adalah bonus. Dikatakan bonus disini karena tanaman jarak pagar nyaris tidak memerlukan modal yang berarti oleh karena tanaman jarak pagar yang merupakan tanaman tambahan/ tanaman pagar. Jarak pagar selain berpotensi sebagai bahan baku Biodisel juga merupakan bahan multi guna diantaranya dapat menjadi tanaman penghiijauan/reboisasi, menghijauakan tanah-tanah gersang, mengurangi bahkan dapat mengatasi bencana banjir.

Penulis : Hotlin Sinurat, SP Editor : Ir. Widaryanto

Desain dan layout ......... Penerbit ........... ISBN ................ Cetakan ........... Pencetak .........

Panduan ini berisikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman jarak, dan diharapkan dapat membantu wawasan petani dan dapat mengetahui teknik budidaya tanamn jarak. Jakarta, Februari 2010
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga Penyusunan Panduan Budidaya Tanaman Jarak ini dapat diselesaikan dengan baik. Panduan ini berisi tentang uraian tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Budidaya Jarak, sehingga dengan adanya panduan ini dapat membantu masyarakat untuk melaksanakkan dan mengetahui tahapan-tahapan budidaya tanaman jarak. Akhir kata Semoga Panduan Budidaya Jarak ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya transmigran yang tinggal di daerah transmigrasi .

Ir.Hari Respati,MSc NIP. 19570221 198303 1 001

Margasakti, Pebruari 2010 Penulis,

DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN .................................................................................................. .................................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................................. .................................................................................................. ii DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------iii BAB. I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------1 BAB. II SYARAT TUMBUH TANAMAN JARAK .................................................................................................. .................................................................................................. 4 BAB. III BUDIDAYA TANAMAN JARAK 5

BAB .IV PENUTUP 16 DAFTAR PUSTAKA 17

I.

PENDAHULUAN Tanaman jarak merupakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodisel adalah biji jarak pagar ( Jatropha curcas). Hal ini dikarenakan minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan sehingga pemanfaatannya sebagai biodisel tidak

akan mengganggu penyediaaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan ekspor CPO. Produktivitas tanaman jarak pagar menentukan tingkat ketersediaan bahan baku yang berpengaruh terhadap tingkat produksi biodisel. Disamping belum ditemukan varietas/ klon unggul, faktor yang menghambat upaya pencapaian produktivitas maksimum dari tanaman jarak pagar adalah belum optimumnya teknik budidaya yang dilakukan. Agar tanaman jarak pagar mempunyai produktivitas maksimum, diperlukan teknik budidaya yang benar. Mengingat pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan akan sarana tranportasi dan aktivitas industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan akan bahan bakar minyak ( BBM ) semakin meningkat sementara jumlah pasokan dan cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin berkurang dan disertai oleh kenaikan harga minyak bumi dunia yang meningkat tajam. Krisis BBM (bahan bakar minyak) fosil akhir-akhir ini mendorong pencararian sumber bahan bakar alternatif

terbarukan. Sumber bahan bakar alternatif itu antara lain berupa tanaman. Bahan bakar dari tanaman yang dikembangkan sesuai blue print pengelolaan eneregi nasional adalah biodisel, bioetanol (gasohol) dan bio oil (Menristek, 2005 dalam buku Nurcholis, M dan Sri Sumarsih, 2007). Biodisel adalah bahan bakar untuk untuk mesin-mesin bahan bakar mesin-mesin diesel. Gasohol minyak tanah. Biodisel dapat dibuat dari minyak mentah kelapa sawit, minyak biji jarak, minyak kelapa dan tanaman-tanaman lainnya. Beberapa jenis tanaman yang potensial untuk menghasilkan biofuel (bahan bakar yang dibuat dari bahan tanaman adalah kelapa sawit, jarak pagar, tebu, jarak kepyar, ketela pohon) Akan tetapi untuk memilih jenis bahan baku biofuel diperlukan pertimbangan yang matang. Jarak Pagar merupakan pilihan tepat karena tanaman ini bukan merupakan bahan pangan dan mudah ditanam di berbagai lahan , termasuk lahan kritis juga tidak memerlukan biaya tinggi dan bijinya cepat dipanen. Selain itu Tanaman jarak merupakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai

bensin. Sementara bio-oil adalah pengganti minyak bakar atau

bahan baku biodisel adalah biji jarak pagar ( Jatropha curcas ). Hal ini dikarenakan minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan sehingga pemanfaatannya sebagai biodisel tidak akan mengganggu penyediaaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan ekspor CPO. Karena pertimbangan tanaman jarak merupakan tanaman yang dapat tumbuh berkembang dengan baik diberbagai lahan, maka lahan transmigran merupakan sasaran utama karena secara umum lahan transmigrasi terutama untuk lahan usaha cenderung tanah miring. Untuk itu pada kesempatan ini budidaya tanaman jarak difungsikan sebagai fungsi utamanya sebagai tanaman pagar, sesuai dengan namanya jadi tidak mengganggu fungsi lahan transmigrasi sebagai pekarangan dan lahan usaha, namun disamping itu masyarakat transmigran secara tidak langsung dapat menambah penghasilan Cuma-Cuma (bonus) dan memberikan sumbangan bahan baku biodisel kepada pemerintah. II.SYARAT TUMBUH TANAMAN JARAK 1. Kesesuaian Lahan Iklim

Jarak Pagar tumbuh : Curah hujan yang sesuai 625 mm/ tahun, namun dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan 300 2380 mm/ thn Kisaran suhu antara 20 26 C (Hambali, E. dkk. 2006) Temperatur tahunan rata-rata yang dibutuhkan tanaman jarak pagar adalah 20 28 C (Nur Alam Syah, A. 2005) Tanah Dapat tumbuh pada daerah dataran rendah rendah sampai ketinggian sekitar 500 meter dpl Dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur tanah dan jenis tanah, baik tanah berbatu, tanah berpasir maupun tanah berlempung atau tanh liat. Dapat juga beradaptasi pada tanah yang kurang subur atau tanah bergaram, memiliki draenase baik, tidak tergenang. pH tanah 5,0 6,5 (Hambali, E dkk. 2006) Jenis tanah yang baik bagi tanaman jarak pagar adalah mengandung pasir 60 90 % (Prihandana, R. dan Roi Hendroko, 2006) 2. Budidaya Tanaman Jarak

Persiapan Lahan Penebasan, dilakukan dengan cara menebas rumput dan memotong kayu-kayu yang terdapat dilahan yang akan digunakan . Bakar/ Pemandukan dilakukan setelah tebasan kering kemudian dilakukan pembakaran kemudian dilakukan pemandukan dengan cara mengumpulkan tunggul sisa-sisa tebasan yang belum terbakar lalu dibakar kembali. Pengajiran Pengajiran dilakukan setelah lahan bersih dan sesuai dengan rencana populasi yang diharapkan. Alternatif jarak tanam dan populasi sebagai berikut : 1) 3 m x 3 m (populasi 1.100 pohon/ ha); 2) 2 m x 3 m (populasi 1.600 pohon/ ha); 3) 2 m x 2 m (populasi 2.500 pohon/ ha); 4) 1.5 m x 2 m (populasi 3.300 pohon/ ha). Kemudian diikuti pembuatan lubang tanam, apabila berupa bibit dalam polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, sedangkan bahan tanaman setek bibit langsung ditanam ke dalam lubang tanam, yang dibuat dengan

tugal yang terbuat dari kayu bulat yang diameternya 20 cm yang ujung bawahnya diruncingkan 2. Penanaman Bahan tanaman yang akan ditanaman dapat berupa bibit dari biji/benih, setek, okulasi. Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman tercukupi. Ciri bibit siap tanam yang berasal dari : a. b. Biji : umur 2- 3 bulan, jumlah daun lebih dari 3 helai, tinggi bibit lebih dari 30 cm dan sehat. Stek, okulasi : setelah tumbuh tunas dan daun lebih dari 3 helai. Penanaman dapat dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman tercukupi. 3. Pemeliharaan Penyulaman Penyulaman bertujuan untuk menanam kembali tanaman yang mati , tidak tumbuh atau areal kosong terlewati tidak

tertanam. Penyulaman dilakukan sebaiknya pada umur 6 bulan dengan menggunakan bibit yang sama pada waktu penanaman awal. Penyiangan mengganggu Tujuannya: untuk membersihkan lahan dari gulma atau tanaman lain yang dapat merusak atau pertumbuhan karena dapat menjadi Pemangkasan Bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif, semakin banyak cabang maka biji yang dihasilkan juga semakin banyak pula Pemangkasan setelah pertama tanaman (pemangkasan pucuk) dilakukan pesaing penyerapan nutrisi. Untuk menjaga pertumbuhan agar cepat dan berproduksi optimal penyiangan perlu dilakukan sedini mungkib mulai pada saat tanaman jarak berumur 3-4 minggu. Pengendalian dilakukan secara periodik sampai tanaman berumur 4 bulan dan secara intensif sebaiknya dilakukan di sekitar tanaman dengan jarak satu meter dari batang tanaman. Pengendalian dapat dilakukan secara manual/ mekanis (membabat gulma menggunakan alat cangkul atau koret) dan kimia (herbisida)
-

Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk menaikkan tanah pada barisan-barisan tanam sehingga berbentuk gundukan, dengan demikian bagian yang rendah dapat diairi.

mencapai tinggi 40-60 cm atau tanaman sudah berumur 25-30 hari setelah tanam. Setiap tahun cabang yang muncul dibagian pangkal batang harus dipangkas . Penjarangan Perlu dilakukan untuk mengurangi terjadinya kompetisi diantara tanama, dilakukan terhadap tanaman yang agak rapat, dengan cara membuang salah satu tanaman disekitarnya.

Pemupukan Tujuannya untuk menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jenis dan dosisnya tergantung tingkat kesuburan tanah. Untuk saat ini belum ada dosis rekomendasi khusus, sebaai perkiraan dapat dilihat pada Tabel.1. Cara pemberian pupuk sebagai berikut : Buat parit kecil mengelilingi tanaman sejauh tajuk dengan kedalaman sekitar 3-5 cm dipadatkan Tabel 1. Perkiraan dosis pemupukan tanaman jarak pagar (grm/pho/thn) Tahun keUrea Sp-36 KCl Kiserit Masukkan pupuk ke dalam parit Tutup lubang parit dengan tanah dan -

1 2 3 4 5 dst

2 x 20 2 x 40 2 x 60 2 x 100 2 x 150

2 x 20 2 x 30 2 x 50 2 x 75 2x 100

2 x 20 2 x 30 2 x 40 2 x 60 2 x 80

2x5 2 x 10 2 x 15 2 x 20 2 x 25

Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Serangan hama dan penyakit di lapangan merupakan salah satu faktor pembatas untuk mendapatkan produksi optimal bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Adapun Jenis hama dan Penyakit antara lain : 1) Ulat tanah (Agrotis ipsilon) Menyerang bibit dan tanaman muda, gejalanya batang tanaman terpotong dekat permukaan tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Pengendalian dapat dilakukan secara mekanik (mengumpulkan larva dan mematikannya), penggunaan umpan beracun seperi campuran dedak,serbuk gergaji dengan insektisida yang ditaburkan disekeliling tanamanan, pembersihan lahan dari sisa gulma dan secara kimia (penyemprotan insektisida sistemik)

2) Lundi (uret) merusak akar tanaman muda dan dapat mematikan tanaman. Pengendaliannya dengan sanitasi lingkungan dan penggunaan insektisida sistemik jika terjadi serangan berat. 3) Penggerek batang menggerek tanaman ruas rebah. batang sehingga menyebabkan dengan Pengendaliannya

menyerang sedang

pada

saat

pembungaan Pengendaliannya

sehingga dengan

menimbulkan kerusakan berat pada kapsul buah yang berkembang. insektisida. 6) Ulat penggerek pucuk jarak menyerang tanaman memasuki pembungaan juga menggerek buah jarak. Pengendaliannya mengumpulkan pucuk dan biji yang terserang dan memusnahkannya ; dengan insektisida 7) Bercak pada bibit menyerang tanaman muda/ bibit yang baru di pindah ke lapangan ke vberupa batang bercak-bercak yang dapat melingkar kemudian meluas menyebabkan daun busuk dan akan menyebar menyebabkan tanaman mati. Pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik dapat mengurangi keusakan tanaman 8) Bercak Alternaria menyerang pada awal pembungaan (tunas-tunas dapat mati), menyerang akhir fase pembungaan (tidak terjadi

pemeliharaan tanaman yang baik, memangkas daun yang terserang dan membakarnya, penyemprotan insektisida. 4) Ulat daun jarak menyerang dan mampu menghabiskan daun jarak dalam wakltu singkat, serangan berat dapat dapat berpengaruh terhadap kwantitas dan kwalitas biji jarak.Pengendaliannya; mengambil larva-larva yang lebih tua dan memusnahkannya, jarak tanam yang lebar, meusnahkan daun-daun yang terserang dan penyemprotan insektisida. 5) Kepik Hijau

pembentukan kapsul buah). Pencegahannya Perlakuan terhadap biji, bibit yang sehat dan fungisida Kaptan 9) SumberKarat menyerang daun, serangan berat dapat mengeringkan daun. Pengendalian penyemprotan tepung belerang fungisida. 10) Bercak daun cercospora menyerang daun tampak hitam kecil atau titik coklat yang dikelilingi cicin berwarna hijau pucat menyebabkan fungisida, dll. 4. Panen dan Pasca Panen A. Panen Ciri Panen : biji masak 90 hari setelah pembungaan warnanya biji hitam biji berwarna kuning Jika 60-70 % setiap tandan sudah masak kerusakan berat. dan Pencegahannya

Cara Panen Panen dilakukan dengan memotong tandan menggunakan pisau atau gunting yang tajam Atau ujungnya B. Pasca Panen Setelah panen tandan buah dikeringkan dibawah sinar matahari (kurang lebih 2-3 hari) atau menggunakan alat pengering ( suhu antara 40-50 C ) sampi biji terlepas sendiri. Biji dan kulit buah dipisahkan Keringkan sampai benar-benar kering sehingga dapat disimpan (bawah 8%) Biji yang telah dipanen harus disimpan dalam wadah yag rapat agar peningkatan kadar air biji tidak terjadi, sehingga dapat mencegah kerusakan biji. Buah yang sudah dipanen harus segera diolah (jangan terlalu lama disimpan), menurunkan mutu minyak dengan cara memetik dengan menggunakan galah yang diberi kantong di bagian

menggunakan varietas tahan penyakit dan aplikasi

Cara Penyimpanan Biji Jarak: Pilih biji jarak yang kering dengan ciri bulat lonjong, bernas, berukuran seragam, bersih, tidak berjamur dan berwarna hitam kusam dengan permukaan cangkang yang kasar dapat digunakan sebagai benih. Masukkan biji kedalam kantong kering atau dapat menggunakan kantong steril. Jaga kadar air biji agar tetap dibawah 8 % Apabila perlu, berikan antioksidan sintetik Untuk mencegah penyakit paska panen berikan bubuk daun seperti Vitax negundo 5% Simpan ditmpat yang kering dan sejuk Jika disimpan dalam waktu yang lama, lakukan pemeriksaan secara periodik untuk mengantisipasi kemungkinan tumbuhnya jamur yang merusak biji PENUTUP Demikian Petunjuk Teknis ini disusun sebagai pedoman kerja atau kerangka acuan dalam melaksanakanan Budidaya tanaman Jarak Pagar, semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2002. Laporan Rencana Induk Pendirian Taman Teknologi Pertanian di Provinsi Bengkulu. Balitbangda Propinsi Bengkulu.

Hendroko, R. dkk. 2006. Meraup Untung dari Jarak Pagar. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hendroko, R dan Rama Prihandana. 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Purnama, W. Dkk. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya, Jakarta Sumarsih, S dan Mohammad,N. 2007. Jarak Pagar dan Pembuatan Biodisel. Kanisius, Yogyakarta Syah, A.N.A. 2005. Bio Diesel Jarak Pagar Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. PT.Agroamedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai