Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Budidaya Tanaman Pangan
Utama
Oleh:
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
BANDUNG
2018 M/1440 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul
“BUDIDAYA TANAMAN PANGAN UTAMA: PADI (Oryza sativa) VARIETAS INVARI
DI LAHAN CIMENCRANG DENGAN SITEM JAJAR LEGOWO” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas matakuliah Praktikum Budidaya
Tanaman Pangan Utama.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan proposal ini. Penulis berharap dengan adanya proposal ini mampu
menambah informasi bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk proposal selanjutnya lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia merupakan penduduk yang sebagian besar menjadikan beras
sebagai makanan pokok. Budidaya tanaman padi juga menjadi mata pencaharian penduduk
indonesia sekitar 20 juta rumah di pedesaan, sehingga cukup menyerap tenaga kerja dan dari
sisi ketahanan nasional fungsinya menjadi amat penting dan stategis (Balitpa, 2009 dalam
Armaeni 2013). Ketersediaan beras di Indonesia saat ini semakin menurun yang diakibatkan
oleh laju pertumbuhan penduduk indonesia yang semakin meningkat dan lahan pertanian
yang semakin sempit akibat ahli fungsi lahan pertanian ke non-pertanian.
Alih fungsi lahan ini sangat terlihat di daerah perkotaan yang semakin banyaknya
pembangunan gedung-gedung dan rumah-rumah yang menghilangkan fungsi pertanian.
Akibatnya kebutuhan pangan di Indonesia tidak dapat terpenuhi karena hasil produksi
pertanian mengalami gangguan dan penurunan. Kendala-kendala tersebut sudah menjadi
masalah dalam produksi hasil tanaman padi seharusnya mendapat perhatian dan penyelesaian
secara cepat dan tepat. Beberapa penyelesaian yang dapat dikembangkan untuk menangani
masalah dalam hal produksi padi diantaranya adalah pengaturan sistem tanam, penggunaan
bibit bervarietas unggul, umur pindah tanam yang tepat.
Pengaturan sistem tanam yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman pagi salah
satunya adalah sistem jajar legowo. Dimana sistem ini merupakan sistem bercocok tanam
padi dengan pengaturan jarak tanam yang lebih khusus dibandingkan dengan jarak tanam
sistem yang lain. Penggunaan bibit padi juga sangat berpengaruh pada hasil panen ada
berbagai varietas yang dapat digunakan salah satunya bibit invari. Umur pindah tanam padi
yang tepat untuk mengantisipasi pertumbuhan akar yang terlalu banyak dapat berpengaruh
pada pertumbuhan maupun hasil tanaman padi, oleh karena itu budidaya tanaman padi ini
harus berjalan sesuai prosedur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang akan digunakan dengan
alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh
tanaman. Pengolahan tanah sawah pada padi 16 tadah hujan diantaranya dengan
pembersihan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.
2
2. Persemaian
Persemaian untuk luas lahan 5x5 M membutuhkan bibit padi sebanyak 320 bibit.
Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari
areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat
bedengan sepanjang 500 cm dan lebar 500 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan
SP-36 masing-masing 10 g m -2 . Benih disemai dengan kerapatan 75 g m2 . Membuat
persemaian merupakan langkah awal bertanam padi tadah hujan. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang 8 sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan
menentukan pertumbuhan padi tadah hujan, oleh karena itu persemaian harus benar-benar
mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai (Arafah, 2010).
3. Jarak Tanam
Jarak tanam pada padi tadah hujan varietas unggul sisitem jajar legowo memerlukan
jarak tanam 40 (2 x25) cm.
4. Penyiapan bibit
Bibit dipersemaian yang telah berumur 17-25 hari (tergantung jenis padinnya, genjah
/ dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Bibit yang berumur 25
kurang baik untuk di jadikan bibit.
5. Penanaman
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 (25x25)cm, tergantung pada
varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak
tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit
ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman padi tadah hujan meliputi penyulaman, penyiangan,
pengairan dan pemupukan.
7. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat
penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan/produksi, pupuk yang sering
digunakan oleh petani adalah pupuk alam (organik), pupuk buatan (anorganik). Panen Padi
3
perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah
berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi siap
panen 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih
terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Lahan sawah tadah
hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) pengairan tergantung pada turunnya air hujan;
2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat kesuburan tanah juga rendah;
3) bahan organik relatif rendah dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang;
4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton/hektar)
(Arafah, 2009).
4
Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah)
Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng
coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama
tikus.
Pemberian airnya yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan
tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4
lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase
anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah
digenangi terus. Sejak 10 -15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada
tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir
dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase
jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.
5
BAB III
METODOLOGI
6
3.4 Tata Letak Tanaman
Tata letak tanaman kita gambarkan dikertas milimeter block
No Peralatan Harga
1 Pembukaan lahan sawah Rp. 410.000
2 Pembibitan tanaman padi Rp. 93.000
3 Traktor Rp. 250.000
4 Cangkul Rp. 160.000
5 Garpu Rp. 150.000
6 Mesin pompa air Rp. 200.000
7 Sprayer Rp. 300.000
8 Sabit Rp. 150.000
9 Ember Rp. 20.000
10 Sorongan Rp. 15.000
11 Tali rapia Rp. 12.000
12 Timbangan Rp. 100.000
13 Mesin perontok padi Rp. 150.000
Jumlah Investasi Rp. 2.010.000
7
Biaya Oprasonal per Bulan
Biaya Varabel
8
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila melakukan budidaya tanaman padi
sangat menguntungkan dimana modal keseluruhan Rp. 5.759.500 dengan kentungan bersih
dari 100 kg/25m adalah Rp 6.240.500.
9
BAB IV
10
4.2. Pembahasan
4.2.1. Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman padi setelah 8 minggu setelah tanam
menunjukan hasil yang maksimal, pertumbuhan tinggi tanaman ini dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik, faktor lingkungan,sistem tanam dan jarak tanam yang diterapkan. Pada
tanaman T3 menghasilkan nilai trtinggi tanaman yaitu 105 cm hal ini sesuai dengan
pernyataan Nursanti (2009) dalam Suharso (2014) jarak tanam dalam baris yang semakin
rapat akan semakin meningkatkan tinggi tanaman padi. Pertambahan tinggi tanaman ini
disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang
diterima menjadi menurun. Semakin rapat jarak tanam yang dipakai maka pertumbuhan
tinggi tanaman akan semakin cepat karena tanaman saling berusaha mencari sinar matahari
yang lebih banyak.
11
hama dapat berkurang dan dengan terciptanya kelembapan lebih rendah, perkembangan
penyakit juga dapat berkurang.
Hasil pertumbuhan jumlah rumpun pada pengamatan umur 25 hst, 39 hst, 46 hst dan
59 hst, semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena jarak tanam yang digunakan karena
semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka akan menghasilkan jumlah rumpun yang
lebih banyak. Pernyataan ini sesuai dengan Husnah (2010) jumlah rumpun akan maksimal
apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan yang
menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di tambahkan
oleh Hata (2010) mengatakan bahwa jumlah rumpun maksimum juga ditentukan oleh jarak
tanam, sebab jarak tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman
itu sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat sedikit
dibanding dengan jarak tanam yang rapat.
Lakitan (2008) menyatakan bahwa jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan tanaman untuk dapat tumbuh dengan lebih baik,
jika jumlah unsur hara kurang tersedia maka pertumbuhan akan terhambat, tetapi apabila
jumlah unsur hara yang tersedia lebih tinggi dari pada angka kebutuhan unsur hara oleh
tanaman maka dapat dikatakan sebagai kondisi konsumsi mewah. Suatu tumbuhan dikatakan
deficient (kekurangan) unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni hanya 80 %
dari pertumbuhan yang maksimum.
Pertumbuhan malai per rumpun dapat dipengaruhi oleh jarak tanam yang diterapkan
apabila jarak tanam yang diterapkan semakin rapat maka akan mengakibatkan persaingan
antar rumpun tanaman dalam memperebutkan unsur hara, cahaya, dan ruang untuk tumbuh
dan akan mempengaruhi jumlah anakan yang tumbuh sehingga mempengaruhi pertumbuhan
anakan produktif, karena jumlah anakan yang tumbuh berkaitan dengan jumlah anakan
produktif tanaman padi. Menurut Wagiyana dkk (2009), jumlah anakan produktif ditentukan
oleh jumlah anakan yang tumbuh sebelum mencapai fase primordial, namun kemungkinan
ada peluang bahwa anakan yang membentuk malai terakhir bisa saja tidak akan menghasilkan
malai yang bulir-bulirnya terisi penuh semuanya, sehingga berpeluang menghasilkan gabah
hampa laju fotosintesa pada tajuk sangat dibatasi oleh ketersediaan CO2 di sekitar daun. Oleh
12
karena itu apabila jumlah tanaman lebih banyak dalam satu rumpun maka posisi daun akan
berhimpitan sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan terhadap penggunaan CO2 di
daerah sekitar daun.
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan jenis siput air tawar yang
dapat hidup di dua tempat, hewan ini sudah berada sejak lama dikenal oleh petani sebagai
hama dan sangat merugikan bagi petani karena keberadaannya yang sangat banyak. Ketika
memasuki musim tanam padi tiba maka keberadaannya akan melimpah, keong mas ini
memilki telur berwarna merah yang sering diletakan diatas permukaan air dan ada pula yang
di letakan pada batang padi. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas ini bukan hanya
turunnya hasil produksi saja tetapi akan bertambahnya biaya pengendalian yang dikeluarkan
oleh petani, selain itu ada penambahan biaya kembali untuk menyulam tanaman padi
sehingga akan mengurangi keuntungan petani.
Siklus hidup keong mas tergantung kepada curah hujan, temperatur, ketersediaan air
dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan jumlah makan yang cukup,
siklus hidupnya akan pendek namun akan berproduksi sepanjang tahun. Jika jumlah
makanannya kurang maka siklus hidupnya akan panjang dan berproduksi sepanjang tahun
untuk di daerah tropis (Hylton Scott, 1958 dalam Cazzaniga, 2006). Serangan keong mas
berkaitan dengan kemampuan reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasinya cepat dan
makannya yang rakus sehingga keberadaan keong mas ini akan lebih banyak dibandngkan
dengan siput atau keong lokal. Mulut keong mas berada berada diantara tentakel bibir dan
memiliki radula, yaitu ldah yang dilengkapi dengan beberapa baris duri yang tiap baris terdri
dari tujuh lapis duri. Radula memarut jaringan tanaman pada pembatasan permukaan air
sehngga tanaman patah dan kemudian dimakan (Marwoto, 1997).
Tanaman padi rentan terhadap seranga keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk
padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi tebar langsung, tingkat kerusakan
tanaman padi sangat bergantung pada populasi ukuran keong dan umur tanaman. Tiga ekor
keong mas per m2 tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Dari hasil peneltian
didapatkan bahwa pada padi varietas ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar dengan
pengujian keong mas berukuran 2,0 dan 2,5 selama 13 hari, mulai dari hari pertama sudah
13
menyebabkan kerusakan berat pada tanaman, dan pada hari ketiga kerusakan tanaman sudah
mencapai lebh dari 97% (Hendarsih dan Kurniawati, 2005).
Dengan adanya keong mas disekitar areal sawah hendaknya kita melakukan
pengendalian hama keong tersebut, dengan tujuan untuk mengantisipasi kerusakan tanaman
dan kekurangan hasl panen. Ada beberapa cara untuk pengendalian hama keong tersebut
diantaranya adalah dengan menggunakan cara mekanik dan kimia, dengan cara mekanik kita
dapat mengambilnya secara langsung ataupun dengan mengunakan alat. Selain dengan
menggunakan cara mekanik, pengendalian keong mas ini dapat dilakukan dengan cara kimia
yaitu dengan menggunakan pestisida. Namun dari hasil penelitan didapatkan data bahwa
penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72%
pengendali hayati. Oleh karena itu dibutuhkan pengganti pestisida yang ramah lingkungan,
salah satu alternatifnya adalah dengan mengunakan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida
nabati adalah salah satu yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri
sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungs sebagai alat pertahanan alami terhadap
pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tanaman tersebut akan aman aman bagi
lingkungan karena akan cepat terurai dtanah (biodegradable) dan tidak akan membahayakan
hewan, manusia dan serangga non sasaran (Dishut,2009).
14
DAFTAR PUSTAKA
Armaeni, Dwi, Mahendra,. 2013. Budidaya Padi (Oryza Sativa) Dalam Wadah Dengan
Berbagai Jenis Pupuk Pada Sistem Tanam Berbeda. Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 2,
Desember 2013. (199-210).
Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluh Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Tanaman Padi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
padi gogo. Petunjuk Teknis Lapang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
padi sawah irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. 40 hal
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani, clan N. Suharta. 2000. Kriteria
kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian.PUSLITTANNAK, Badan LITBANG
Pertanian, DEPTAN. Bogor.
Hatta, M. 2012. Uji jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas padi pada metode SRI. Jurnal Agrista 16(2): 87 – 93.
Husnah, Y. 2010. Pengaruh penggunaan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah (Oryza sativa L) varietas IR dengan metode SRI (System of rice
intensification). Jurnal SAGU 9 (1): 21-27
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 205 hal.
Suharso. 2014. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Macam Varietas Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Saintis, Vol. 6, No. 1
Suprihatno et al. 2008 (Eds). Hasilhasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar
Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. Hal
19-39
Wangiyana, W., Laiwan, Z., dan Sanisah. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Varietas
Ciherang dengan Teknik Budidaya “SRI (system of rice intensification)” pada Berbagai
Umur dan Jumlah Bibit per Lubang Tanam. Crop Agro Vol. 2 No. 1. Hal 70-78.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1: Deskripsi tanaman.
Rekomendasi pupuk
Urea = 250 kg/ha
SP-36 = 200 kg/ha
KCl = 0,25 kg/ha
Kebutuhan pupuk
Urea = 250/10.000 x x/25 = 0.625/25 ml
SP-36 = 200/10.000 x x/25 = 0.5/25 m2
KCl = 100/10/000 x x/25 = 0.25/25 m2
16
11. Jumat, 26 april Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019. pengairan) pompa air dan
selang
12. Jumat, 3 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
13. Jumat, 10 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
14. Jumat, 17 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan), pemupukan dan pompa air dan
identifikasi hama penyakit selang
15. Jumat, 24 mei pemanenan Arit, gebotan. 6 orang
2019
Kalender Tanaman
FEBRUARI
M T W T F S S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28
MARET
M T W T F S S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
APRIL
M T W T F S S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
17
APRIL
M T W T F S S
22 23 24 25 26 27 28
29 30
MEI
M T W T F S S
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31
Pemupukan awal
Penyebaran benih
Penyulaman
Pengecekan lahan
Penyiangan
Pemupukan tambahan
Pengendalian hama
Perkiraan panen
Lampiran 4: Absensi.
NO
Nama Hadir Ttd Kegiatan
18
19