Anda di halaman 1dari 22

BUDIDAYA TANAMAN PANGAN UTAMA: PADI (Oryza sativa)

VARIETAS INVARI DI LAHAN CIMENCRANG DENGAN SITEM


JAJAR LEGOWO
PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Budidaya Tanaman Pangan
Utama

Oleh:

Rizal Nurul Hidayat (1167060060)

Rizky Alhidayatullah (1167060061)

Santi Nurbaeti (1167060062)

Septiana Dewi (1167060063)

Tiara Saniah (1167060072)

Zahara Mawaddah (1167060083)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul
“BUDIDAYA TANAMAN PANGAN UTAMA: PADI (Oryza sativa) VARIETAS INVARI
DI LAHAN CIMENCRANG DENGAN SITEM JAJAR LEGOWO” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas matakuliah Praktikum Budidaya
Tanaman Pangan Utama.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan proposal ini. Penulis berharap dengan adanya proposal ini mampu
menambah informasi bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk proposal selanjutnya lebih baik lagi.

Bandung, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 2
2.1 Morfologi Tanaman Padi ............................................................................................................. 2
2.2. Teknis Budidaya Tanaman Padi .................................................................................................. 2
2.3 Sistem Jajar Legowo ..................................................................................................................... 4
2.4 Teknik pengairan .......................................................................................................................... 4
2.5 Varietas Unggul ............................................................................................................................ 5
BAB III METODOLOGI ..................................................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 6
3.2 Cara Kerja ..................................................................................................................................... 6
3.3 Alat dan Bahan.............................................................................................................................. 6
3.4 Tata Letak Tanaman ..................................................................................................................... 7
3.5 Hasil Pengamatan........................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.6. Analisa Usaha Tani ...................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia merupakan penduduk yang sebagian besar menjadikan beras
sebagai makanan pokok. Budidaya tanaman padi juga menjadi mata pencaharian penduduk
indonesia sekitar 20 juta rumah di pedesaan, sehingga cukup menyerap tenaga kerja dan dari
sisi ketahanan nasional fungsinya menjadi amat penting dan stategis (Balitpa, 2009 dalam
Armaeni 2013). Ketersediaan beras di Indonesia saat ini semakin menurun yang diakibatkan
oleh laju pertumbuhan penduduk indonesia yang semakin meningkat dan lahan pertanian
yang semakin sempit akibat ahli fungsi lahan pertanian ke non-pertanian.
Alih fungsi lahan ini sangat terlihat di daerah perkotaan yang semakin banyaknya
pembangunan gedung-gedung dan rumah-rumah yang menghilangkan fungsi pertanian.
Akibatnya kebutuhan pangan di Indonesia tidak dapat terpenuhi karena hasil produksi
pertanian mengalami gangguan dan penurunan. Kendala-kendala tersebut sudah menjadi
masalah dalam produksi hasil tanaman padi seharusnya mendapat perhatian dan penyelesaian
secara cepat dan tepat. Beberapa penyelesaian yang dapat dikembangkan untuk menangani
masalah dalam hal produksi padi diantaranya adalah pengaturan sistem tanam, penggunaan
bibit bervarietas unggul, umur pindah tanam yang tepat.
Pengaturan sistem tanam yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman pagi salah
satunya adalah sistem jajar legowo. Dimana sistem ini merupakan sistem bercocok tanam
padi dengan pengaturan jarak tanam yang lebih khusus dibandingkan dengan jarak tanam
sistem yang lain. Penggunaan bibit padi juga sangat berpengaruh pada hasil panen ada
berbagai varietas yang dapat digunakan salah satunya bibit invari. Umur pindah tanam padi
yang tepat untuk mengantisipasi pertumbuhan akar yang terlalu banyak dapat berpengaruh
pada pertumbuhan maupun hasil tanaman padi, oleh karena itu budidaya tanaman padi ini
harus berjalan sesuai prosedur.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Padi


Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia
(Marlina,2012). Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong),
biasanya tinggi 1-1,5 meter. Pada tiap-tiap buku batang padi terdapat daun di sekitar, yang
berbentuk pita dan berpelepah. Pelepah pada padi membalut sekeliling seluruh bagian batang.
Pada waktu memungkinkan untuk berbunga pada tiap-tiap batang keluar bunga. Bunga
tanaman padi yaitu bunga majemuk dan terdapat 2 helai kelopak dan 2 helai sekam mahkota.
Sebutir padi berisi sebutir biji yang mana bisaanya disebut beras. Buah padi mempunyai
selaput.

2.2. Teknis Budidaya Tanaman Padi


Budidaya padi secara umum dilakukan dengan tujuan mendapatkan produksi dan
kualitas sebaik mungkin dengan mengoptimalkan serta mengefisienkan sumberdaya yang
tersedia. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan varietas tanaman yang
mempunyai produktifitas tinggi dan beberapa keunggulan komparatif lainnya. Banyak pula
upaya pengembangan teknologi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan
sebagai media dan pendukung pertumbuhan tanaman. Beberapa bentuk teknologi budidaya
padi yang telah dilakukan antara lain teknologi budidaya padi organik atau lebih sering
disebut budidaya padi metode jajar legowo.
Teknik budidaya yang baik untuk pertumbuhan tanaman sangat diperlukan
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari
awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam
proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik,
terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan
penyakit yang sering kali menurunkan produksi (Arafah, 2010).

1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah keadaan tanah yang akan digunakan dengan
alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh
tanaman. Pengolahan tanah sawah pada padi 16 tadah hujan diantaranya dengan
pembersihan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.

2
2. Persemaian
Persemaian untuk luas lahan 5x5 M membutuhkan bibit padi sebanyak 320 bibit.
Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari
areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat
bedengan sepanjang 500 cm dan lebar 500 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan
SP-36 masing-masing 10 g m -2 . Benih disemai dengan kerapatan 75 g m2 . Membuat
persemaian merupakan langkah awal bertanam padi tadah hujan. Pembuatan persemaian
memerlukan suatu persiapan yang 8 sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan
menentukan pertumbuhan padi tadah hujan, oleh karena itu persemaian harus benar-benar
mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai (Arafah, 2010).

3. Jarak Tanam
Jarak tanam pada padi tadah hujan varietas unggul sisitem jajar legowo memerlukan
jarak tanam 40 (2 x25) cm.

4. Penyiapan bibit
Bibit dipersemaian yang telah berumur 17-25 hari (tergantung jenis padinnya, genjah
/ dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Bibit yang berumur 25
kurang baik untuk di jadikan bibit.

5. Penanaman
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 (25x25)cm, tergantung pada
varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak
tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit
ditanam pada kedalaman 3-4 cm.

6. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman padi tadah hujan meliputi penyulaman, penyiangan,
pengairan dan pemupukan.

7. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat
penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan/produksi, pupuk yang sering
digunakan oleh petani adalah pupuk alam (organik), pupuk buatan (anorganik). Panen Padi

3
perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah
berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi siap
panen 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih
terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Lahan sawah tadah
hujan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) pengairan tergantung pada turunnya air hujan;
2) kandungan unsur hara rendah maka tingkat kesuburan tanah juga rendah;
3) bahan organik relatif rendah dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang;
4) produktivitas rendah (3,0 - 3,5 ton/hektar)
(Arafah, 2009).

2.3 Sistem Jajar Legowo


Sistem jajar legowo memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
 Rumpun tanaman yang berada pada bagian pinggir lebih banyak
 Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong mas atau
untuk mina padi
 Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah
 Pada tahap awal areal pertanaman lebih terang sehingga kurang disenangi tikus
 Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.

2.4 Teknik pengairan


Teknik pengairan yang digunakan yaitu teknik pengairan berselang. Pemberian air
berselang (intermittent) adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang
secara bergantian. Tujuan pengairan berselang adalah:
 Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi, lebih luas
 Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat
berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang
lebih banyak
 Mencegah timbulnya keracunan besi
 Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan
akar
 Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah) yang bermanfaat
 Mengurangi kerebahan

4
 Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan
gabah)
 Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
 Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
 Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng
coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama
tikus.

Pemberian airnya yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah diairi dengan
tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air. Pada hari ke-4
lahan sawah diari kembali dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini dilakukan terus sampai fase
anakan maksimal. Mulai fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah
digenangi terus. Sejak 10 -15 hari sebelum panen sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada
tanah berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi, pengairan bergilir
dapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-sawah yang sulit dikeringkan (drainase
jelek), pengairan berselang tidak perlu dipraktekkan.

2.5 Varietas Unggul


Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan kualitas baik serta rasa
nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan
penyakit. Saat ini telah tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan
kondisi wilayah, mempunyai produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai
Contohnya varietas unggul baru yang dapat dikembangkan di Provinsi Aceh antara lain
varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang, Cigeulis, Ciliwung, Cibogo, dan
Bondoyudo. Dan masih banyak varietas unggul di Indonesia, masing-masing tiap daerahnya
pun berbeda.

5
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh mahasiswa Agroteknologi dilaksanakan
pada bulan Febuari sampai dengan selesai. Yang berlokasi di lahan sawah UIN Sunan
Gunung Djati (Kampus 2).

3.2 Cara Kerja

3.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk budidaya tanaman padi adalah traktor, cangkul, tali rapia,
patok, meteran, arit, dsb. Bahan yang digunakan untuk budidaya tanaman padi adalah benih
padi varietas infari, pupuk,

6
3.4 Tata Letak Tanaman
Tata letak tanaman kita gambarkan dikertas milimeter block

3.5. Analisa Usaha Tani


Investasi

No Peralatan Harga
1 Pembukaan lahan sawah Rp. 410.000
2 Pembibitan tanaman padi Rp. 93.000
3 Traktor Rp. 250.000
4 Cangkul Rp. 160.000
5 Garpu Rp. 150.000
6 Mesin pompa air Rp. 200.000
7 Sprayer Rp. 300.000
8 Sabit Rp. 150.000
9 Ember Rp. 20.000
10 Sorongan Rp. 15.000
11 Tali rapia Rp. 12.000
12 Timbangan Rp. 100.000
13 Mesin perontok padi Rp. 150.000
Jumlah Investasi Rp. 2.010.000

7
Biaya Oprasonal per Bulan

No Biaya Tetap Banyak Barang Jumlah Harga


1 Penyusutan pembukaan lahan sawah 1/25 x 410.000 Rp. 16.000
2 Penyusutan bibit tanaman padi 1/320 x 93.000 Rp. 3.440
3 Penyusutan tali rapia 1/2 x 12.000 Rp. 6000
4 Penyusutan cangkul 1/12 x 160.000 Rp. 13.000
5 Penyusutan garpu 1/12 x 150.000 Rp. 12.500
6 Penyusutan mesin pompa air 1/12 x 200.000 Rp. 16.600
7 Penyusutan sprayer 1/12 x 300.000 Rp. 25.000
8 Penyusutan sabit 1/12 x 150.000 Rp. 12.500
9 Penyusutan ember 1/12 x 20.000 Rp. 1.600
10 Penyusutan sorongan 1/12 x 15.000 Rp. 1.250
11 Penyusutan timbangan 1/12 x100.000 Rp. 8.300
12 Upah pekerja Rp. 360.000 Rp. 360.000
13 Total Biaya Tetap Rp. 4.76.190

Biaya Varabel

Pupuk tambahan Rp. 25.000 x 30 = Rp.750.000


Tali rapia Rp. 12.000 x 1 = Rp.12000
Pupuk kandang Rp. 20.000 x 30 = Rp. 600.000
Pestisida Rp. 35.000 x 30 = Rp. 1.050.000
Obat-obatan lainnya Rp. 15.000 x 30 = Rp. 450.000
Karung Rp. 2.500 x 15 = Rp. 37.500
Biaya transportasi Rp. 20.000 x 30 = Rp. 600.000
Perontok padi Rp. 150.000 x 1 = Rp. 150.000
BBM Rp. 10.000 x 10 = Rp. 100.000
Total Biaya Variabel Rp. 3.749.500

Total Biaya Operasional


 Biaya tetap + Biaya Variabel = Rp. 4.225.690
 Pendapatan per panen 100 kg x Rp. 12.000 = Rp. 12.000.000
a. Keuntungan per satu kali panen
 Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp. 12.000.000 – 4.225.690 = Rp. 7.774.310
b. Biaya Awal
 Investasi + Biaya Variabel
Rp.2.010.000 + 3.749.500 = Rp. 5.759.500
c. Keuntungan Bersih
 Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Awal
Rp. 12.000.000 – 5.759.500 = Rp. 6.240.500

8
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila melakukan budidaya tanaman padi
sangat menguntungkan dimana modal keseluruhan Rp. 5.759.500 dengan kentungan bersih
dari 100 kg/25m adalah Rp 6.240.500.

9
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Pengamatan Utama

Tanggal Tanaman Parameter


pengamatan Tinggi tanaman Jumlah rumpun Jumlah malai
T1 39 12 -
12 April 2019 T2 33 12 -
(25 HST) T3 42 9 -
T4 40 10 -
T5 30 15 -
T1 46 14 -
26 April 2019 T2 53 23 -
(39 HST) T3 56 21 -
T4 58 26 -
T5 56 21 -
T1 65 32 -
3 Mei 2019 (46 T2 68 33 -
HST) T3 83 37 -
T4 65 31 -
T5 64 35 -
T1 83 45 -
16 Mei 2019 (59 T2 88 46 1
HST) T3 105 50 -
T4 97 43 1
T5 95 47 3

4.1.2. Pengamatan Penunjang

Tanggal Pengamatan Hama Penyakit

12 April 2019 KEONG -

26 April 2019 KEONG -

3 Mei 2019 KEONG -

16 Mei 2019 KEONG -

10
4.2. Pembahasan
4.2.1. Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman padi setelah 8 minggu setelah tanam
menunjukan hasil yang maksimal, pertumbuhan tinggi tanaman ini dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik, faktor lingkungan,sistem tanam dan jarak tanam yang diterapkan. Pada
tanaman T3 menghasilkan nilai trtinggi tanaman yaitu 105 cm hal ini sesuai dengan
pernyataan Nursanti (2009) dalam Suharso (2014) jarak tanam dalam baris yang semakin
rapat akan semakin meningkatkan tinggi tanaman padi. Pertambahan tinggi tanaman ini
disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang
diterima menjadi menurun. Semakin rapat jarak tanam yang dipakai maka pertumbuhan
tinggi tanaman akan semakin cepat karena tanaman saling berusaha mencari sinar matahari
yang lebih banyak.

Suprihatno et.al (2008) menambahkan bahwa tinggi rendahnya batang tanaman


dipengaruhi sifat varietas. Berdasarkan karakteristik tinggi tanaman varietas yang memiliki
tinggi tanaman pendek dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor iklim ataupun
faktor lainnya. Semakin tinggi tanaman semakin tinggi pula kecendrungan untuk rebah.
Varietas yang mempunyai batang pendek akan lebih banyak menyerap sinar matahari
dibandingkan dengan pennyerapan sinar matahari oleh varietas yang tinggi. Dengan batang
yang panjang, intensitas sinar matahari yang menembus kanopi (tajuk) pertanaman ke bagian
bawah pertanaman di atas permukaan tanah akan jauh berkurang.Pengaruh intensitas cahaya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan
proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya
penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang
tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum).
Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya
penuh.

Dengan diterapkannya sistem tanam legowo yang menambah kemungkinan barisan


tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir (bordereffect), sinar matahari dapat
dimanfaatkan lebihbanyak untuk proses fotosintesis, intensitas cahaya yang cukup selama
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan komponen-komponen hasil dan pengisian gabah. Efektivitas penyerapan
haralebih tinggi sehingga tanaman padi bisa tumbuhdengan optimal pada kondisi lahan
tersebut.Pada lahan yang lebih terbuka karena adanya lorong pada baris tanaman, serangan

11
hama dapat berkurang dan dengan terciptanya kelembapan lebih rendah, perkembangan
penyakit juga dapat berkurang.

4.2.2. Jumlah Rumpun

Hasil pertumbuhan jumlah rumpun pada pengamatan umur 25 hst, 39 hst, 46 hst dan
59 hst, semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena jarak tanam yang digunakan karena
semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka akan menghasilkan jumlah rumpun yang
lebih banyak. Pernyataan ini sesuai dengan Husnah (2010) jumlah rumpun akan maksimal
apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan yang
menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di tambahkan
oleh Hata (2010) mengatakan bahwa jumlah rumpun maksimum juga ditentukan oleh jarak
tanam, sebab jarak tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman
itu sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat sedikit
dibanding dengan jarak tanam yang rapat.

Lakitan (2008) menyatakan bahwa jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan tanaman untuk dapat tumbuh dengan lebih baik,
jika jumlah unsur hara kurang tersedia maka pertumbuhan akan terhambat, tetapi apabila
jumlah unsur hara yang tersedia lebih tinggi dari pada angka kebutuhan unsur hara oleh
tanaman maka dapat dikatakan sebagai kondisi konsumsi mewah. Suatu tumbuhan dikatakan
deficient (kekurangan) unsur hara tertentu jika pertumbuhan terhambat, yakni hanya 80 %
dari pertumbuhan yang maksimum.

4.2.3. Jumlah Malai

Pertumbuhan malai per rumpun dapat dipengaruhi oleh jarak tanam yang diterapkan
apabila jarak tanam yang diterapkan semakin rapat maka akan mengakibatkan persaingan
antar rumpun tanaman dalam memperebutkan unsur hara, cahaya, dan ruang untuk tumbuh
dan akan mempengaruhi jumlah anakan yang tumbuh sehingga mempengaruhi pertumbuhan
anakan produktif, karena jumlah anakan yang tumbuh berkaitan dengan jumlah anakan
produktif tanaman padi. Menurut Wagiyana dkk (2009), jumlah anakan produktif ditentukan
oleh jumlah anakan yang tumbuh sebelum mencapai fase primordial, namun kemungkinan
ada peluang bahwa anakan yang membentuk malai terakhir bisa saja tidak akan menghasilkan
malai yang bulir-bulirnya terisi penuh semuanya, sehingga berpeluang menghasilkan gabah
hampa laju fotosintesa pada tajuk sangat dibatasi oleh ketersediaan CO2 di sekitar daun. Oleh

12
karena itu apabila jumlah tanaman lebih banyak dalam satu rumpun maka posisi daun akan
berhimpitan sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan terhadap penggunaan CO2 di
daerah sekitar daun.

4.2.4. Hama dan Penyakit

1. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan jenis siput air tawar yang
dapat hidup di dua tempat, hewan ini sudah berada sejak lama dikenal oleh petani sebagai
hama dan sangat merugikan bagi petani karena keberadaannya yang sangat banyak. Ketika
memasuki musim tanam padi tiba maka keberadaannya akan melimpah, keong mas ini
memilki telur berwarna merah yang sering diletakan diatas permukaan air dan ada pula yang
di letakan pada batang padi. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas ini bukan hanya
turunnya hasil produksi saja tetapi akan bertambahnya biaya pengendalian yang dikeluarkan
oleh petani, selain itu ada penambahan biaya kembali untuk menyulam tanaman padi
sehingga akan mengurangi keuntungan petani.

Siklus hidup keong mas tergantung kepada curah hujan, temperatur, ketersediaan air
dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur tinggi dan jumlah makan yang cukup,
siklus hidupnya akan pendek namun akan berproduksi sepanjang tahun. Jika jumlah
makanannya kurang maka siklus hidupnya akan panjang dan berproduksi sepanjang tahun
untuk di daerah tropis (Hylton Scott, 1958 dalam Cazzaniga, 2006). Serangan keong mas
berkaitan dengan kemampuan reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasinya cepat dan
makannya yang rakus sehingga keberadaan keong mas ini akan lebih banyak dibandngkan
dengan siput atau keong lokal. Mulut keong mas berada berada diantara tentakel bibir dan
memiliki radula, yaitu ldah yang dilengkapi dengan beberapa baris duri yang tiap baris terdri
dari tujuh lapis duri. Radula memarut jaringan tanaman pada pembatasan permukaan air
sehngga tanaman patah dan kemudian dimakan (Marwoto, 1997).

Tanaman padi rentan terhadap seranga keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk
padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi tebar langsung, tingkat kerusakan
tanaman padi sangat bergantung pada populasi ukuran keong dan umur tanaman. Tiga ekor
keong mas per m2 tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Dari hasil peneltian
didapatkan bahwa pada padi varietas ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar dengan
pengujian keong mas berukuran 2,0 dan 2,5 selama 13 hari, mulai dari hari pertama sudah

13
menyebabkan kerusakan berat pada tanaman, dan pada hari ketiga kerusakan tanaman sudah
mencapai lebh dari 97% (Hendarsih dan Kurniawati, 2005).

Dengan adanya keong mas disekitar areal sawah hendaknya kita melakukan
pengendalian hama keong tersebut, dengan tujuan untuk mengantisipasi kerusakan tanaman
dan kekurangan hasl panen. Ada beberapa cara untuk pengendalian hama keong tersebut
diantaranya adalah dengan menggunakan cara mekanik dan kimia, dengan cara mekanik kita
dapat mengambilnya secara langsung ataupun dengan mengunakan alat. Selain dengan
menggunakan cara mekanik, pengendalian keong mas ini dapat dilakukan dengan cara kimia
yaitu dengan menggunakan pestisida. Namun dari hasil penelitan didapatkan data bahwa
penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72%
pengendali hayati. Oleh karena itu dibutuhkan pengganti pestisida yang ramah lingkungan,
salah satu alternatifnya adalah dengan mengunakan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida
nabati adalah salah satu yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri
sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungs sebagai alat pertahanan alami terhadap
pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tanaman tersebut akan aman aman bagi
lingkungan karena akan cepat terurai dtanah (biodegradable) dan tidak akan membahayakan
hewan, manusia dan serangga non sasaran (Dishut,2009).

2. Wereng Batang Coklat (WBC)

14
DAFTAR PUSTAKA
Armaeni, Dwi, Mahendra,. 2013. Budidaya Padi (Oryza Sativa) Dalam Wadah Dengan
Berbagai Jenis Pupuk Pada Sistem Tanam Berbeda. Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 2,
Desember 2013. (199-210).
Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluh Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Tanaman Padi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
padi gogo. Petunjuk Teknis Lapang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
padi sawah irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. 40 hal
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani, clan N. Suharta. 2000. Kriteria
kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian.PUSLITTANNAK, Badan LITBANG
Pertanian, DEPTAN. Bogor.
Hatta, M. 2012. Uji jarak tanam sistem legowo terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas padi pada metode SRI. Jurnal Agrista 16(2): 87 – 93.
Husnah, Y. 2010. Pengaruh penggunaan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah (Oryza sativa L) varietas IR dengan metode SRI (System of rice
intensification). Jurnal SAGU 9 (1): 21-27
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 205 hal.
Suharso. 2014. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Macam Varietas Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Saintis, Vol. 6, No. 1
Suprihatno et al. 2008 (Eds). Hasilhasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar
Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. Hal
19-39
Wangiyana, W., Laiwan, Z., dan Sanisah. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Varietas
Ciherang dengan Teknik Budidaya “SRI (system of rice intensification)” pada Berbagai
Umur dan Jumlah Bibit per Lubang Tanam. Crop Agro Vol. 2 No. 1. Hal 70-78.

15
LAMPIRAN
Lampiran 1: Deskripsi tanaman.

Lampiran 2: Perhitungan kebutuhan pupuk

Rekomendasi pupuk
 Urea = 250 kg/ha
 SP-36 = 200 kg/ha
 KCl = 0,25 kg/ha

Kebutuhan pupuk
 Urea = 250/10.000 x x/25 = 0.625/25 ml
 SP-36 = 200/10.000 x x/25 = 0.5/25 m2
 KCl = 100/10/000 x x/25 = 0.25/25 m2

Lampiran 3: Rencana Kegiatan.

NO Hari/Tanggal Kegiatan Alat dan Bahan Keterangan


1. Jumat, 22 Pembersihan lahan, perendaman Arit, cangkul, 6 orang
februari 2019 benih dan penyemaian benih karung
dalam karung
2. Jumat, 28 Pengolahan lahan Traktor, cangkul 6 orang
februari 2019

3. Jumat, 1 maret Pembagian lahan (5 m x 5 m) Tali rapia, 6 orang


2019 meteranm
cangkul
4. Jumat, 8 maret Pemupukan awal Pupuk organik, 6 orang
2019 cangkul

5. Jumat, 15 maret Penebaran bibit padi 320 bibit padi, 6 orang


2019 cangkul

6. Jumat, 22 maret Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang


2019 pengairan) pompa air dan
selang
7. Jumat, 29 maret Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
8. Jumat, 5 april Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) dan pemupukan ke pompa air dan
dua selang
9. Jumat, 12 april Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
10. Jumat, 19 april Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019. pengairan) pompa air dan
selang

16
11. Jumat, 26 april Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019. pengairan) pompa air dan
selang
12. Jumat, 3 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
13. Jumat, 10 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan) pompa air dan
selang
14. Jumat, 17 mei Pemeliharaan (penyiangan dan Arit, cangkul, 6 orang
2019 pengairan), pemupukan dan pompa air dan
identifikasi hama penyakit selang
15. Jumat, 24 mei pemanenan Arit, gebotan. 6 orang
2019

Kalender Tanaman

FEBRUARI
M T W T F S S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28

MARET
M T W T F S S
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

APRIL
M T W T F S S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
17
APRIL
M T W T F S S
22 23 24 25 26 27 28
29 30

MEI
M T W T F S S
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

Ket: Pengolahan lahan

Pemupukan awal

Penyebaran benih

Penyulaman

Pengecekan lahan

Penyiangan

Pemupukan tambahan

Pengendalian hama

Penyiraman dan pengecekan lahan

Perkiraan panen

Lampiran 4: Absensi.

NO
Nama Hadir Ttd Kegiatan

18
19

Anda mungkin juga menyukai