Disusun Oleh :
RODENIUS SINAGA
19/21236/BP
Dosen Pembimbing:
Dra. Suprih Wijayani, M.Si
Ir. Wiwin Dyah Ully Parwati, MP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
RODENIUS SINAGA
19/21236/BP
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2022
2
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh
RODENIUS SINAGA
19/21236/BP
Mengetahui
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..2
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….......….
3
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................6
A. Latar Belakang........................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................11
A. Kelapa sawit.........................................................................................................11
B. Pupuk Hayati........................................................................................................12
C. Air.........................................................................................................................16
D. Hipotesis...............................................................................................................18
III. METODE PENELITIAN..................................................................................................19
LAMPIRAN........................................................................................................................27
A. Lampiran 1...........................................................................................................27
B. Lampiran 2...........................................................................................................28
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produktivitas crude palm oil dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia baru
Dengan seiring berjalannya waktu luas perkebunan kelapa sawit akan terus
bibit-bibit dengan kualitas yang baik. Proses pembibitan dibagi menjadi dua
kecil (baby bag) sampai umur tanaman tiga bulan. Proses yang kedua disebut
main-nursery yaitu masa peralihan kecambah kelapa sawit akan ditanam pada
Kemudian dilakukan perawatan sampai usia tanaman kurang lebih satu tahun.
kebutuhan akan bibit kelapa sawit, dibutuhkan pembibitan skala besar sebagai
suplai pengadaan bibit kelapa sawit unggul, berkualitas dan berproduksi tinggi
5
setelah ditanam di lapang. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang jagur
yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Selain pemupukan, sifat media
pertumbuhan bibit.
Pupuk hayati adalah kombinasi antara pupuk mikroba dan pupuk organik.
Pupuk ini terbuat dari bahan-bahan alami seperti pupuk kandang, kompos dan
kascing serta diperkaya dengan mikroba hidup yang memiliki peranan positif
mikroba yang sering digunakan untuk pupuk hayati dan sudah banyak tersedia
penyakit yang ditularkan melalui perakaran (Nurul et al., 2020) serta untuk
pertumbuhan tanaman akan lebih baik dan hasil produksi dapat ditingkatkan.
6
Pupuk organik hayati mampu meningkatkan efisiensi serapan hara,
kualitas tanaman oleh mikroba. Oleh sebab itu penelitian tentang pemanfaatan
Salah satu kegiatan dalam pembibitan yaitu ketersediaan air yang terbatas
Produktivitas tanaman ditentukan oleh kualitas bibit dan tindakan kultur teknis
yang normal, sehat, dan berukuran besar agar performanya baik ketika
B. Rumusan Masalah
7
Pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus dengan dosis yang
Salah satu solusi adalah penggunaan pupuk Feng Shou yang diperkaya
perakaran sehingga diharapkan ketika bibit kelapa sawit memiliki akar yang
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
8
3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara macam pupuk hayati dan
nursery
D. Manfaat Penelitian
menjadi salah satu opsi pilihan bagi para petani kelapa sawit di tengah
tingginya harga pupuk saat ini dan juga memberikan informasi tentang
nursery.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umumnya diusahakan
Latin, Afrika, serta beberapa wilayah daerah dengan skala yang lebih kecil.
asli Amerika Selatan, termasuk species Elaeis oleifera dan Elaeis odora,
Afrika. Asal Elaeis guineensis jacq berdasarkan hasil deskripsi para ahli
(Pahan,2013)
sumber devisa bagi negara yang sangat potensial karena mampu menempati
urutan teratas dari sektor perkebunan. Indonesia selama 5 tahun terakhir ini
luas area sebesar 2,77%-55% per tahun, walaupun dalam masa tersebut yaitu
2013)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dalam maupun luar tanaman kelapa
10
sawit antara lain faktor dalam yaitu ; akar, batang, daun, dan buah sedangkan
faktor luar adalah faktor lingkungan yang meliputi iklim, curah, hujan,
topografi, suhu, kelembaban jenis tanah, dan pH. Tanaman kelapa sawit
yakni 5-7 jam/ hari, dengan pH yang optimum bagi pertumbuhan bibit kelapa
B. Pupuk Hayati
menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur hara tersebut dapat
unsur fosfat terikat yang berada di dalam tanah sebagai senyawa organik atau
batuan mineral. Unsur fosfat yang sudah hancur akan lebih mudah diserap
yang diperoleh kedua belah pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan hara
11
Pupuk hayati pelarut fospat merupakan pupuk yang mengandung bakteri
akar dan sisa tanaman. Melalui proses ini bakteri mengkonversi energi dalam
bahan organik tanah menjadi bentuk yang bermanfaat untuk organisme tanah
lain dalam rantai makanan tanah. Bakteri ini dapat merombak pemcemar
tanah, dapat menahan unsur hara di dalam selnya. Aktivitas bakteri pelarut
posfat akan tinggi pada suhu 30oC – 40oC (bakteri mesophiles) , kadar garam
tanah < 0,85% dengan kondisi aerasi tanah baik dan reaksi tanah yang
Hairiyah,2007).
atau tanah (Fenca .2006) Pupuk hayati Feng Shou merupakan pupuk Hayati
dengan formula terbaru dari Tiens. Feng Shou mengandung beragam jenis
Fosfat (P), dan senyawa Kalium (K). Jenis-jenis mikroba Feng Shou adalah
mikroba pilihan unggul dengan teknologi yang lebih canggih dan dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan pupuk lain, yang memberikan hasil
12
Umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa
serbuk, dapat digunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan
memiliki masa kadaluarsa yang relatif pendek, yaitu 6 sampai 12 bulan. Pupuk
inokulan antara lain gambut, lignite, arang, zeolit, bentonite (Danapriatna &
Simarmata, 2011)
tanaman dan daun tanaman. Nitrogen juga berperan dalam membentuk asam
mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati Feng Shou adalah 1,52 x 105
Cfu/ml Azotobacter sp, 9 x 107 Cfu/ml Pseudomonas sp dan 2,5 x 104 Cfu/ml
13
dengan pupuk anorganik (chemical fertilizers), pupuk hayati dapat berfungsi
pemacu tumbuh (PGPR), dan agen hayati yang dapat menekan pertumbuhan
mensubstitusi pupuk kimia sintetik hingga 100%. Pupuk hayati peluruh bahan
peran pupuk sintetik yang saat ini umum digunakan dalam berbagai budidaya
bermanfaat yang diisolasi dari perakaran kelapa sawit dan memiliki daya
adaptasi serta asosiasi yang tinggi dengan tanaman. Produk ini mengandung
bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri penghasil indole
14
ramah lingkungan yaitu by product (limbah) tanaman kelapa sawit dan
C. Air
terutama untuk tanaman yang masih muda. Kebutuhan air kelapa sawit
mm/hari. Ketersediaan air dalam tanah dapat dikelola dengan baik melalui
turgor bagi sel adalah membantu sel dalam menjaga bentuk dan dan membuka
serta menutupnya stomata pada tanaman. Proses turgor ini juga membantu sel
dalam melakukan pembelahan dan pembesaran sel. Serta hal ini tidak terlepas
dari sifat genetis masing-masing varietas kelapa sawit yang ber mesokarp
tebal yang mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap kebutuhan air yang
15
varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih
dari 7 - 8 mm pada hari itu. Air untuk menyiram bibit harus bersih. Cara
menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak
rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2
liter / polybag / hari atau disesuaikan dengan umur bibit. Jangan sampai lupa
menyiram bibit, karena jika terlambat, bibit bisa layu dan akhirnya mati.
dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2500 -
3000 mm pertahun yang turun merata sepanjang tahun. Hal yang paling
penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah distribusi hujan yang
kondisi tanah didalam polybag, umur bibit dan keadaan cuaca sebagai
patokan, diperlukan rata - rata 2 liter perbibit (pagi 1 liter dan siang 1 liter).
Kalau turun hujan lebih besar 8 mm per hari, dan kelembaban tanah dalam
16
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Zainuddin (2016).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian air dengan volume 150 ml
dan 200 ml/bibit/hari memberikan hasil lebih baik dari pada pemberian air
dengan volume 100 ml/hari/bibit kekurangan air (defisit air). Air digunakan
daun.
pertumbuhan bibit kelapa sawit. Volume penyiraman 150 ml/hari sudah cukup
D. Hipotesis
1. Pemberian macam pupuk hayati pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan
2. Diduga volume air siraman 200 ml/ hari/ polybag pada pertumbuhan bibit
17
3. Diduga ada interaksi antara macam pupuk hayati dan pengurangan volume
4.
18
III. METODE PENELITIAN
2. Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa sawit, baby bag, pupuk hayati.
C. Rancangan Penelitian
Design). Faktor Pertama adalah macam pupuk hayati (M) yang terdiri atas 3
aras yaitu :
K1 = 150 ml /polybag/hari
19
K2 = 100 ml /polybag/hari
K3 = 50 ml /polybag/hari
sidik ragam (Anova) pada jenjang 5 %. Apabila terdapat beda nyata, dilakukan
D. Parameter
diantaranya :
perkembangan bibit.
20
5. Panjang akar bibit kelapa sawit (cm)
timbangan digital.
dalam tanaman.
E. Pelaksanaan Penelitian
21
Untuk persiapan areal penelitian dibersihkan dari dedaunan atau
dengan naungan plastik dan paranet untuk mencegah bibit kelapa sawit
2. Pembuatan naungan
ukuran panjang 4 meter dan lebar 3 meter, tinggi naungan sebelah barat ±
cm x 20 cm. Babybag yang telah diisi oleh media kemudian disusun sesuai
perlakuan
layout masing-masing.
22
Bahan tanam yang digunakan adalah bibit kelapa sawit varietas D x P
Medan.
6. Penanaman kecambah
dengan tanah.
1. Penyiraman
penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari baik pagi dan sore setiap kali
50 ml /polybag/hari.
2. Penyulaman
bibit kelapa sawit terserang oleh hama penyakit (rusak) atau mati dan
3. Pemupukan
23
Bahan pemupukan dilakukan menggunakan pupuk hayati (Feng Shou,
pupuk dengan dosis dan jangka waktu yang berbeda .Untuk jenis pupuk
umur satu minggu setelah kecambah ditanam dan pupuk Feng Shou
dilakukan dengan cara mulai dari setelah bibit ditanam sampai 2 minggu
sebelum panen.
4. Penyiangan
5. Pengendalian hama
mekanis yaitu, dengan cara mengutip hama pada bibit kelapa sawit namun
dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. R., Rusmarini, U. K., & Setyawati, E. R. (2017). Pengaruh Macam Zat
Pemacu Pertumbuhan Dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Awal
Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery. Jurnal Agromast, 2(1).
Ariyanti, M., Rosniawaty, S., & Utami, H. A. (2018). Pertumbuhan bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Pemberian Kompos Blotong Disertai
Dengan Frekuensi Penyiraman Yang Berbeda Di Pembibitan Utama.
Kultivasi, 17(3), 723–731.
Fnca, B., Project, B., Forum, G., & Cooperation, N. (2006). Biofertilizer Manual.
Japan Atomic Industrial Forum (JAIF). https://doi.org/ISBN4-88911-301-0
C0550
Nurul, M., Nur, W., Abdal, A. M., Makassar, N., Barat, S., & Hasanuddin, U.
(2020). Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) pada Pembibitan Awal. 6(1), 37–46.
Pertama, F. P., Ginting, C., & Gunawan, S. (2017). Pengaruh Dosis Solid
25
Decanter pada Media Tanam Tanah Pasiran dan Volume Penyiraman pada
Pertumbuhan Bibit Pre Nursery Kelapa Sawit. Jurnal Agromast, 2(1).
Simarmata, T., & Hamdani, J. S. (2003). Efek kombinasi jenis pupuk organik
dengan bionutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe (Zingiber
officinale Rosc.) pada inceptisols di Garut. Bionatura, 5(1).
Sukmawan, Y., Riniarti, D., Utoyo, B., & Rifai, A. (2020). Efisiensi air pada
pembibitan utama kelapa sawit melalui aplikasi mulsa organik dan
pengaturan volume penyiraman. Jurnal Pertanian Presisi (Journal of
Precision Agriculture), 3(2), 141-154.
26
LAMPIRAN
A. Lampiran 1
Matrix Perlakuan
Volume air penyiraman
PERLAKUAN
K0 K1 K2 K3
27
B. Lampiran 2
ULANGAN I ULANGAN II ULANGAN III
K2 K1 KO K3 K3 KO K1 K2 K2 K1 KO K3
H1 H3 H2 H3 H2 H3 H1 H2 H3 H2 H1 H3
H2 H2 H1 H2 H1 H1 H3 H3 H1 H3 H2 H2
H3 H1 H3 H1 H3 H2 H2 H1 H2 H1 H3 H1
K1H K2H K3H K0H K3H K0H K1H K2H K2H K1H K0H K3H
1 3 2 1 2 3 1 2 3 2 1 3
K1H K2H K3H K0H K3H K0H K1H K2H K2H K1H K0H K3H
2 2 1 3 1 1 3 3 1 3 2 2
K1H K2H K3H K0H K3H K0H K1H K2H K2H K1H K0H K3H
3 1 3 2 3 2 2 1 2 1 3 1
Layout Penelitian
28