Anda di halaman 1dari 121

APLIKASI Paenibacillus polymyxa TERHADAP KERAGAAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa)


VARIETAS M70D

SKRIPSI

BAGUS TEGUH SETIAWAN


NPM. 14.41.0006

UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
2018
i

APLIKASI Paenibacillus polymyxa TERHADAP KERAGAAN


PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa)
VARIETAS M70D

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh


Ujian Strata satu (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

BAGUS TEGUH SETIAWAN


NPM. 14.41.0006

UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap Keragaan


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas
M70D
NAMA : Bagus Teguh Setiawan
NPM : 14.41.0006
FAKULTAS : Pertanian
JURUSAN : Agroteknologi

MENYETUJUI :

Telah dilaksanakan ujian skripsi pada tanggal 30 Agustus 2018 sebagai salah
satu syarat untuk menyandang gelar Sarjana Strata 1

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Praptiningsih. GA, MS Ir. Sri Rahayu, MP


NIDN : 0020055514 NIDN : 0710016001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap Keragaan


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas
M70D
NAMA : Bagus Teguh Setiawan
NPM : 14.41.0006
FAKULTAS : Pertanian
JURUSAN : Agroteknologi

Telah dipertahankan dihadapan dosen penguji pada tanggal 30 Agustus 2018


dan dinyatakan LULUS memenuhi persyaratan gelar :
SARJANA PETANIAN (SP)
Pada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2018

Menyetujui Penguji :

Dr. Ir. Wuye Ria Andayani, MP Ketua : …………………….

Prof. Dr. Ir. Praptiningsih G.A, MS Anggota : …………………….

Ir. Sri Rahayu, MP Anggota : …………………….

Mengetahui
Dekan

Ir. Ratna Mustika Wardhani, MP


NIP. 19620108 198903 2 001

iii
RINGKASAN

Bagus Teguh Setiawan, 14.41.0006. Aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap


Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas
M70D. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Praptiningsih GA, MS dan Ir. Sri
Rahayu, MP.

Pertanian di Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan padi lokal yang


disebabkan adanya gangguan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan Pyricularia grisea merupakan penyebab
penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) dan Blas yang dapat mempengaruhi
penurunan produksi padi. Paenibacillus polymyxa merupakan bakteri kelompok
dalam PGPB (Plant Growth Promoting Bacteria) dan salah satu agens hayati
bersifat antagonis dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit tanaman khususnya
HDB pada tanaman padi. Tujuan penelitian untuk mengetahui interaksi waktu
aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap keragaan pertumbuhan
dan hasil produksi padi. Penelitian menggunaakan rancangan Percobaan Fakorial
Rancangan Acak Kelompok yang diulang tiga kali. Faktor pertama Waktu Aplikasi
Paenibacillus polymyxa (W) terdiri dari 4 perlakuan, W1 = waktu aplikasi umur 7,
14, 21, dan 28 Hari Setelah Tanam, W2 = waktu Aplikasi umur 7 , 14, dan 21
Hari Setelah Tanam, W3 = waktu Aplikasi umur 7 dan 14 Hari Setelah Tanam,
W4 = waktu Aplikasi umur 7 Hari Setelah Tanam. Faktor kedua Konsentrasi
Paenibacillus polymyxa (K) terdiri 4 perlakuan, K0 = 0 ml/L (kontrol), K1 = 5 ml/L,
K2 = 10 ml/L, K3 = 15 ml/L. Parameter pengamatan meliputi : panjang tanaman,
jumlah anakan, intensitas penyakit, jumlah anakan produktif, jumlah malai, indeks
luas daun, jumlah bulir per malai, jumlah bulir bernas dan hampa, berat bulir per
rumpun, berat gabah kering giling, indeks panen, berat segar dan kering
brangkasan. Hasil penelitian terdapat interaksi antara perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi terhadap jumlah bulir hampa. perlakuan kombinasi P1K2 = waktu
aplikasi 7, 14, 28, 35 (HST) dan konsentrasi (10 ml/L) dapat menghambat intensitas
penyakit penyakit.

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bagus Teguh Setiawan, lahir di Pati tanggal 06 Juni 1996 dari pasangan

suami istri Bapak Kasmijan dan Ibu Daryanti. Penulis adalah anak pertama dari

dua bersaudara. Tempat tinggal peneliti di Desa Legundi RT. 10 RW. 01

Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi. Pendidikan yang telah ditempuh yaitu

SD Negeri Legundi 3 lulus tahun 2008, SMP Negeri 1 Karangjati lulus tahun

2011, SMA Negeri 1 Karangjati lulus tahun 2014. Setelah lulus SMA melanjutkan

ke Universitas Merdeka Madiun di Fakultas Pertanian, Program Studi

Agroteknologi dan mendapatkan gelar Sarjana Petanian pada tahun 2018.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Aplikasi Paenibacillus polymyxa Terhadap Keragaan Pertumbuhan Dan

Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas M70D”.

Kegiatan ini merupakan tugas akhir memenuhi sebagian syarat untuk

memperoleh gelar strata satu Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

Kendala dan hambatan cukup banyak dalam pelaksanaan penelitian untuk

penyusunan skripsi. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak maka penelitian

ini dapat berjalan dengan lancer sesuai rencana.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Ratna Mustika Wardhani, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Merdeka Madiun

2. Prof. Dr. Ir. Praptiningsih GA, MS. Selaku Dosen pembimbing pertama

yang telah memberikan bimbingan dan saran yang mendidik mulai dari

awal sampai penyusunan skripsi dapat terselesaikan.

3. Ir. Sri Rahayu, MP. Selaku Dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan dan saran yang mendidik mulai dari awal sampai

penyusunan skripsi dapat terselesaikan.

4. Bapak Warsino selaku pemilik lahan yang telah mengijinkan dan

membantu sehingga dapat terlaksana penelitian.

5. Kedua orang tua bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan peran

mulia berupa dukungan do’a, moril dan materil kepada penulis.

vi
6. Segenap Dosen, Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Merdeka

Madiun atas bimbingan dan bantuan dalam kegiatan penulisan ini.

7. Segenap rekan-rekan Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

yang telah member support dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Madiun, Juni 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
RINGKASAN iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Hipoesis 3
1.4 Manfaat 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Padi (Oryza sativa) 5
2.2 Padi Varietas M70D 7
2.3 Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Hawar Daun Bakteri (HDB)
dan Blas 8
2.4 Agens Hayati Paenibacillus polymyxa 9
2.5 Hubungan Waktu Aplikasi Dan Konsentrasi
Paenibacillus polymyxa 11

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu 13
3.2 Bahan dan Alat 13
3.3 Metode Penelitian 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian 15

viii
3.4.1 Persiapan Lahan 15
3.4.2 Persemaian 15
3.4.3 Penanaman 15
3.4.4 Penyiangan 16
3.4.5 Pengairan 16
3.4.6 Pemeliharaan 17
3.4.6.1 Pemupukan 17
3.4.6.2 Serangan Hama dan Penyakit 17
3.4.7 Pemanenan 17
3.5 Parameter Pengamatan 18
3.5.1 Panjang Tanaman 18
3.5.2 Jumlah Anakan 18
3.5.3 Intensitas Penyakit 18
3.5.4 Jumlah Anakan Produktif 19
3.5.5 Indeks Luas Daun 20
3.5.6 Jumlah Malai 20
3.5.7 Jumlah Bulir per Malai 20
3.5.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa 21
3.5.9 Berat Bulir per Rumpun 21
3.5.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG) 21
3.5.11 Indeks Panen 22
3.5.12 Berat Segar Brangkasan 22
3.5.13 Berat Kering Brangkasan 22
3.6 Analisis Data 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian 23
4.1.1 Panjang Tanaman 23
4.1.2 Jumlah Anakan 24
4.1.3 Intensitas Penyakit 26
4.1.4 Jumlah Anakan Produktif 29
4.1.5 Indeks Luas Daun 30
4.1.6 Jumlah Malai 31

ix
4.1.7 Jumlah Bulir per Malai32
4.1.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa33
4.1.9 Berat Bulir per Rumpun 35
4.1.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG) 36
4.1.11 Indeks Panen 37
4.1.12 Berat Segar Brangkasan 38
4.1.13 Berat Kering Brangkasan 39
4.2 Pembahasan 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Skor penilaian tingkat serangan penyakit HDB/Kresek
(Xanhomonas oryzae pv. oryzae) dan penyakit Blas
(Pyricularia grisea) 19
Tabel 2. Rata-rata panjang tanaman pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 23
Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 25
Tabel 4. Rata-rata intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae
pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 26
Tabel 5. Rata-rata intensitas penyakit Pyricularia grisea pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa
pada tanaman padi 28
Tabel 6. Rata-rata jumlah anakan prodktif pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa
pada tanaman padi 29
Tabel 7. Rata-rata Indeks Luas Daun pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 30
Tabel 8. Rata-rata jumlah malai pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 31
Tabel 9. Rata-rata jumlah bulir per malai pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 32
Tabel 10. Rata-rata jumlah bulir bernas pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 33
Tabel 11. Rata-rata jumlah bulir hampa pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 34
Tabel 12. Rata-rata berat bulir per rumpun pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 35
Tabel 13. Rata-rata gabah kering giling (GKG) pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 36
Tabel 14. Rata-rata indeks panen pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 37
Tabel 15. Rata-rata berat segar brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 38

xi
Tabel 16. Rata-rata berat kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Spesifikasi Padi Varietas M70D 51
Lampiran 2. Denah Penelitian 52
Lampiran 3. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 7 HST 53
Lampiran 4. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 14 HST 54
Lampiran 5. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 21 HST 55
Lampiran 6. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 28 HST 56
Lampiran 7. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 35 HST 57
Lampiran 8. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 10 HST 58
Lampiran 9. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 20 HST 59
Lampiran 10. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 30 HST 60
Lampiran 11. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 7 HST 61
Lampiran 12. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 14 HST 62
Lampiran 13. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 21 HST 63
Lampiran 14. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 28 HST 64
Lampiran 15. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 35 HST 65
Lampiran 16. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 7 HST 66
Lampiran 17. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 14 HST 67
Lampiran 18. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 21 HST 68

xiii
Lampiran 19. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 28 HST 69
Lampiran 20. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 35 HST 70
Lampiran 21. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Produktif 71
Lampiran 22. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Malai 72
Lampiran 23. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Indeks Luas Daun 73
Lampiran 24. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir
per Malai 74
Lampiran 25. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir Bernas 75
Lampiran 26. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir Hampa 76
Lampiran 27. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Bulir
per Rumpun 78
Lampiran 28. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Gabah Kering Giling
(GKG) 79
Lampiran 29. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Segar Brangkasan
80
Lampiran 30. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Kering Brangkasan
81
Lampiran 31. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Indeks Panen 82

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Proses dan hasil perbanyakan Paenibacillus polymyxa 83
Gambar 2. Penyemprotan persemaian dan pengolahan lahan 83
Gambar 3. Penanaman dengan sistem Jarwo 84
Gambar 4. Penyulaman dan pengukuran tanaman 84
Gambar 5. Umur padi umur 28 hari setelah tanam 84
Gambar 6. Fase Generatif pengisian bulir umur 45 hari setelah tanam 85
Gambar 7. Supervisi 85
Gambar 8. Padi menjelang panen umur 77 hari setelah tanam 86

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi hasil pertanian khususnya tanaman padi di Indonesia masih

terdapat kendala, salah satunya adalah adanya gangguan OPT (Organisme

Pengganggu Tanaman) berupa hama maupun penyakit. Gangguan OPT dapat

mengakibatkan tingginya gagal panen. Akibat dari gagal panen berimbas pada

belum terpenuhinya kebutuhan pagan sehari-hari penduduk sebesar 19.4 juta

(Eka, 2018).

HDB (Hawar Daun Bakteri) merupakan salah satu penyakit penting yang

dapat menurunkan produksi padi dan gagal panen. Penyakit HDB disebabkan oleh

bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,

2015). Upaya mengendalikan HDB yang dianggap efektif adalah penggunaan

varietas tahan dan penggunaan pupuk N dan K secara berimbang dengan

menghindari pemupukan N terlalu tinggi (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,

2015). Petani masih kehilangan hasil 20 % − 30 % meskipun telah menggunakan

varietas tahan. Oleh karena itu para peneliti tergerak untuk mengupayakan sarana

pengendalian yang efektif dan telah diperoleh yaitu agens antagonis Paenibacillus

polymyxa yang terbukti mampu mengatasi penyakit hawar daun bakteri

(Wibowo, 2015).

Paenibacillus polymyxa merupakan salah satu agens hayati bersifat

antagonis dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit tanaman khususnya

1
2

HDB pada tanaman padi. Aplikasi dosis 5 ml/L dan waktu aplikasi yang ideal

yaitu perendaman benih, aplikasi pada persemaian, 14, 28, dan 42 HST

(Hari Setelah Tanam) mampu menekan intensitas penyakit 80 % – 90 %

(Wibowo, 2015). Hasil penelitian Syahri (2015), menunjukan penggunaan paket

varietas tahan penyakit hawar daun bakteri dan agens hayati efektif dalam

mengendalikan penyakit kresek atau HDB.

Pengkajian yang dilakukan di Kec. Pilangkenceng pengaplikasian mulai

14 HST (Hari Setelah Tanam) kurang efektif, karena kemunculan penyakit sudah

terjadi pada umur 7 HST dengan intensitas penyakit kurang lebih 10 %.

Pendugaan sementara disebabkan penggunaan jenis varietas yang tidak tahan

penyakit kresek dan penggunaan varietas tahan yang tidak sesuai patotipe di

lapang. Oleh karena itu penggunaan varietas yang sesuai patotipe dan kombinasi

frekuensi waktu aplikasi dengan dosis yang berbeda bisa menjadi alternatif untuk

pengendalian. Varietas M70D merupakan salah satu varietas yang memiliki

ketahanan terhadap penyakit.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penting dilakukan kajian

penelitian untuk mengetahui pengaruh frekuensi waktu aplikasi dan ragam

konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap pertumbuhan dan hasil padi

varietas M70D tahan hawar daun bakteri patotipe IV dan VIII.


3

1.2 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui waktu aplikasi dan konsentrasi

yang tepat, serta mengetahui efektivitas Paenibacillus polymyxa terhadap penyakit

dan produktivitas padi varietas M70D.

1.3 Hipotesis

1. Terdapat interaksi antara waktu aplikasi (W) dan konsentrasi

Paenibacillus polymyxa (K) terhadap produktivitas padi varietas M70D.

2. Penggunaan waktu aplikasi beragam berpengaruh terhadap produktivitas

padi varietas M70D.

3. Pemberian konsentrasi Paenibacillus polymyxa berpengaruh terhadap

produktivitas padi varietas M70D.

1.4 Manfaat

a. Bagi Instansi

- Pengembangan keilmuan di bidang Agroteknologi

- Menambah referensi ilmiah kampus

b. Bagi Masyarakat / Petani

- Merekomendasi kepada petani tentang Paenibacillus polymyxa dan

varietas umur pendek M70D.

- Merekomendasi kepada petani tentang waktu dan konsentrasi

Paenibacillus polymyxa yang tepat untuk mengatasi penyakit.

- Diharapkan petani dapat melakukan penanaman varietas M70D umur

pendek sehingga petani dapat menghasilkan produksi 4 kali dalam

setahun
4

c. Bagi Mahasiswa

- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang agens hayati

Paenibacillus polymyxa dan varietas baru M70D di dataran tinggi.

- Memberi pengalaman bagi mahasiswa mengenai pertanian yang ada di

lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi (Oryza sativa)

Padi memiliki nama ilmiah yaitu Oryza sativa tergolong dalam keluarga

Graminae. Menurut Tjitrosoepomo. (2004), klasifikasi tanaman padi sebagai

berikut:

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Graminae

Genus : Oryza

Species : Oryza sativa L.

Tanaman padi terdapat 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian

generatif. Bagian vegetatif meliputi: akar, batang, dan daun. Bagian generatif

terdapat malai yang terdiri dari bulir-bulir bunga.

Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam

tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi termasuk

golongan akar serabut. Batang padi tersusun dari ruas-ruas dan antara ruas yang

satu dengan yang lain dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya

berongga berbentuk bulat. Pembentukan anakan padi sangat dipengaruhi

5
6

oleh unsur hara, sinar matahari, jarak tanam, dan teknik budidaya. Bentuk daun

padi terdapat sisik dan telinga daun (Fitri, 2009).

Malai tumbuh dari buku-buku paling atas terdapat sekumpulan bunga –

bunga padi. Panjang malai tergantung dari genetika (keturunan) varietas. Pada

waktu berbunga malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah terisi dan

menjadi buah. Bunga padi telanjang mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin

dua jenis dengan bakal buah di atas. Jumlah benang sari 6 buah, tangkai sari

pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kantung serbuk. Putik

mempunyai dua tangkai, dengan dua buah kepala yang berbentuk malai dengan

warna putih atau ungu. Bulir/gabah sebenarnya bukan biji melainkan buah padi

yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah terjadi setelah penyerbukan dan

pembuahan. Lemma dan palea lain membentuk sekam (kulit gabah)

(Sanur, 2009).

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah berhawa panas dan banyak

mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau

lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun

sekitar (1500 – 2000) mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi

23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara

(0 – 1500) m dpl (diatas permukaan laut). Tanah yang baik untuk pertumbuhan

tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan

lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang

cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya

antara (18 – 22) cm dan pH antara 4 – 7.


7

2.2 Padi Varietas M70D

Di Indonesia, berbagai varietas padi yang dibudidayakan petani

antara lain : IR 64, Ciherang, Mapan, Mekongga, Inpari-19 dll.

Menurut Tarmudji (2017), IR 64 varietas tahan rontok dan rebah. Bentuk gabah

varietas ini ramping memanjang. Ir 64 merupakan varietas yang tahan terhadap

serangan penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) dan virus kerdil rumput.

Ciherang merupakan varietas tanaman padi yang cocok ditanam di sawah irigasi

dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl dan tahan terhadap hawar daun

bakteri strain III serta rentan terhadap strain IV dan VIII. Varietas mekongga

merupakan padi yang baik ditanam disawah dataran rendah sampai ketinggian

500 m dpl, dengan bentuk gabah ramping panjang dan agak tahan terhadap hawar

daun bakteri strain IV. Inpari-19 merupakan varietas padi yang tahan akan hama

wereng batang coklat dan tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri

patotipe III. Varietas ini cocok ditanam dilahan irigasi dan tadah hujan dengan

ketinggian (0 ˗ 600) m dpl. Selain itu, tahan terhadap rebah dan memiliki bentuk

gabah panjang/ramping.

Padi M70D merupakan padi dengan umur masa panen yang singkat dan

jauh lebih singkat dari benih padi pada umumnya. Padi varietas ini memiliki

masa panen (70 – 85) HST (Hari Setelah Tanam), bahkan jika kondisi lahan

sangat produktif mampu panen dengan waktu (60 – 65) HST. Keungggulan lain

memiliki umur pendek varietas M70D memiliki potensi panen mencapai 8 t/ha

(Aqoma. 2017). Spesifikasi lengkap terdapat pada (Lampiran 1).


8

2.3 Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Hawar Daun Bakteri (HDB) dan
Blas

Tanaman padi sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama pada

bagian daun. Penyakit tersebut antara lain Penyakit Kresek / Hawar Daun Bakteri

(HDB) / Bacterial leaf blight (BLB), dan penyakit Blas. Penyebab penyakit

Kresek / Hawar Daun Bakteri (HDB) / Bacterial leaf blight (BLB) adalah

Xanthomonas oryzae pv oryzae, sedangkan penyakit Blas adalah

Pyricularia grisea.

Gejala penyakit Kresek / Hawar Daun Bakteri (HDB) / Bacterial leaf

blight (BLB), ada pada tanaman padi di persemaian, dicirikan warna menguning

pada tepi daun yang tidak mudah diamati. Gejala yang ditemukan pada fase

pertumbuhan anakan sampai fase pemasakan adalah gejala hawar (water soaked)

sampai berupa garis kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada

ujung daun kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan pinggir daun

berombak, selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna susu atau berupa

tetes embun pada daun muda di pagi hari. Pada stadia perkembangan gejala

penyakit lebih lanjut, luka berubah warna menjadi kuning memutih. Selanjutnya

pada daun yang terinfeksi parah, warna daun cenderung menjadi abu-abu disertai

dengan muncul jamur saprofit (Kadir et al., 2011).

Penyakit blas menjadi masalah yang cukup penting di sentra pertanaman

padi di Indonesia, Sudir et al (2014) melaporkan penyakit blas sudah menyebar di

hampir semua sentra produksi padi di Indonesia. Gejala penyakit blas yang parah

di bagian buku tanaman padi dapat menyebabkan batang patah dan kematian pada

bagian batang di atas buku yang terinfeksi (Taufik., 2011). Gejala awal berupa
9

bercak kecil berwarna hijau gelap keabu-abuan. Bercak cepat melebar pada

varietas rentan, khususnya bila cuaca lembab dan hangat (Yuliani dan Maryana

2014).

Penyakit blas leher malai pada varietas rentan dapat mengakibatkan

kehilangan hasil sampai 100 % (Suganda et al., 2016). Pada kondisi lingkungan

yang mendukung, varietas padi yang terinfeksi parah dengan tingkat intensitas

yang tinggi, baik oleh penyakit blas daun maupun blas leher malai, dapat

menyebabkan tanaman puso (Nasution dan Usyati 2015).

2.4 Agens Hayati Paenibacillus polymyxa

Bakteri Paenibacillus polymyxa ini dahulu di kenal dengan nama

Corynebacterium. Seiring dengan berkembangnya Laboratorium Polymerase

Chain Reaction (PCR), Pada Tahun 2013, BBPOPT (Balai Besar Peramalan

Organisme Penganggu Tanaman) bekerjasama dengan PT Genecraft Labs dan PT

Genetika Science dalam hal sequencing DNA, mendeteksi Corynebacterium

secara genetika dengan teknik PCR. Data hasil sequen kemudian diolah

menggunakan NCBI BLAST (National Center Of Bioteknology Information

Blast) secara online. Dari hasil sequen, teridentifikasi bahwa bakteri yang

selama ini diidentifikasi Corynebacterium adalah Paenibacillus polymyxa.

Hasil identifikasi ini telah memperkuat hasil identifikasi dari Balai Besar Biogen

Bogor pada tahun 2009.

Bakteri Corynebacterium sp. atau Paenibacillus polymyxa merupakan

bakteri antagonis yang secara morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi

cembung dengan warna coklat susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat
10

digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman

pangan maupun hortikultura (Retnowati et al., 2007).

Corynebacterium sp. atau Paenibacillus polymyxa adalah bakteri non-

patogen yang menguntungkan di bidang kesehatan dan lingkungan khususnya

pertanian. Bakteri ini penghasil antibiotik polimiksin. Antibiotik merupakan zat

yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap

kegiatan mikroorganisme lain. Hasil uji di Balai Besar Biogen, bakteri juga

mengandung hormone pengatur gibberellins (BBPOPT Jatisari., 2014). Selain

menjadi penghasil antibiotik Paenibacillus polymyxa juga menghasilkan hormon

pemacu pertumbuhan yang berasosiasi dengan spesies tanaman dan umumnya

terdapat diberbagai habitat disebut Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB).

(Bashan dan Holguin., 1998).

Bakteri dalam kelompok PGPB mampu menghasilkan macam-macam

hormon tumbuhan, yang paling utama adalah AIA (Asam Indol Asetat).

Tumbuhan tidak mungkin untuk mensintesis AIA dalam jumlah yang cukup untuk

pertumbuhan secara optimal. Maka dari itu diperlukan bantuan hormon pemacu

dari luar, meskipun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan respon tiap

tanamn terhadap AIA yang dihasilkan mikrob berbeda-beda tergantung spesies

tanaman dan konsentrai AIA yang dilepaskan (Patten dan Glick., 2002).

Bakteri yang dapat menghasilkan auksin antara lain Pseudomonas sp.,

Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp., Lactobacillus sp.,

Paenibacillus polymyxa, Enterobacter sp., Serratia marcescens, Klebsiella sp.,

Alcaligenes faecalis dan sianobakteria (Torres-Rubio et al. 2000; Leveau dan

Lindow., 2005).
11

2.5 Hubungan Waktu Aplikasi dan Konsentrasi Paenibacillus polymyxa

Paenibacillus polymyxa dikenal sebagai antibiotik berupa polimiksin

berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan pathogen. Kelebihan lain adalah sifat

antagonisme yang mampu bersaing hidup dengan bakteri pathogen dan menekan

populasi patogen dalam satu lingkup populasi, sehingga dalam satu ruang lingkup

di kuasai penuh oleh bakteri antagonis berfungsi sebagai perlindungan ketahanan

tanaman dari serangan penyakit (BBPOPT Jatisari., 2014).

Paenibacillus polymyxa adalah bakteri penghasil hormone tumbuhan

bukan hanya giberelin, namun juga penghasil AIA (Asam Indol Asetat). AIA

merupakan hormon auksin utama pada tumbuhan yang mengendalikan proses

fisiologi penting meliputi pembelahan dan perkembangan sel, diferensiasi

jaringan, serta respon terhadap cahaya dan gravitasi (Salisbury dan Ross., 1992).

Triny (2006), menyatakan penggunaan agens hayati dapat menekan massa

bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae dan selanjutnya gejala kresek pada

tanaman padi. Secara umum dapat menghambat timbulnya gejala awal serta

menekan penyebaran maupun intensitas penyakit dengan konsentrasi 5 ml/L,

dengan larutan semprot (500 – 600) L/ha.

Penggunaan Paenibacillus polymyxa untuk aplikasi penyemprotan pada

tanaman khususnya penyakit padi (kresek/HDB) secara umum dilakukan

penyemprotan pada umur 14, 28, dan 42 HST. Aplikasi dilakukan pada sore hari

mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah

rusaknya bakteri (Retnowati et al., 2007).


12

Frekuensi waktu aplikasi yang di anjurkan menunjukan hasil yang kurang

efektif khususnya di kawasan karesidenan Madiun. Hal ini berdasarkan

pengalaman petani yang menyatakan bahwa kemunculan penyakit sejak 7 HST

dengan intensitas penyakit mencapai kurang lebih 20 % dan kecepatan luasan

persebaran 25 % per hari. Oleh karena itu, dalam kajian ini ingin mempercepat

interval yaitu 1 minggu 1x mulai umur 7 HST sampai masa umur 28 HST dengan

kombinasi konsentrasi yang berbeda. Percepatan interval di harapkan lebih efektif

dalam mengatasi penyakit khususnya HDB / Kresek.


BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di RT 02 RW 03 Dusun Klisat, Desa Tambakrejo,

Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Daerah pacitan memiliki

ketinggian kurang lebih 50 m dpl, iklim tropis , suhu 24 ºC – 28 ºC dan curah

hujan tahunan 250 mm/th. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2018.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu lahan sawah, larutan Paenibacillus polymyxa

107 Cfu (hasil dari uji perbanyakan dengan menggunakan ekstrak kedelai), benih

padi varietas M70D, pupuk Ponska, pupuk cair KCL, air. Alat yang digunakan

yaitu traktor, pompa air / diesel, hand sprayer / tangki semprot, atajarwo, ember ,

meteran, ajir , ATK , plastik, alat penyiangan, timbangan, oven, Koran.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan percobaan faktorial disusun berdasarkan

Rancagan Acak Kelompok (RAK) terdiri dua faktor , diulang tiga kali.

1. Faktor perlakuan

Faktor 1 : frekuensi waktu Aplikasi (W)

W1. waktu aplikasi umur 7 , 14, 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST)

13
14

W2. waktu aplikasi umur 14, 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST).

W3. waktu aplikasi umur 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST).

W4. waktu aplikasi umur 28 Hari Setelah Tanam (HST).

Faktor 2 : konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K)

K0. konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) 0 ml/L (Kontrol).

K 1. konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) 5 ml/L.

K 2. konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) 10 ml/L.

K 3. konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) 15 ml/L.

2. Kombinasi perlakuan

W1K0 : Kontrol.

W1K1 : Waktu aplikasi 7, 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 0 ml/L.

W1K2 : Waktu aplikasi 7, 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 5 ml/L.

W1K3 : Waktu aplikasi 7, 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 10 ml/L.

W1K4 : Waktu aplikasi 7, 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 15 ml/L.

W2K0 : Kontrol.

W2K1 : Waktu aplikasi 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 5 ml/L.

W2K2 : Waktu aplikasi 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 10 ml/L.

W2K3 : Waktu aplikasi 14, 21, 28 HST : Konsentrasi 15 ml/L.

W3K0 : Kontrol

W3K1 : Waktu aplikasi 21, 28 HST : Konsentrasi 5 ml/L.

W3K2 : Waktu aplikasi 21, 28 HST : Konsentrasi 10 ml/L..

W3K3 : Waktu aplikasi 21, 28 HST : Konsentrasi 15 ml/L.

W4K0 : Kontrol
15

W4K1 : Waktu aplikasi 28 HST : Konsentrasi 5 ml/L.

W4K2 : Waktu aplikasi 28 HST : Konsentrasi 10 ml/L.

W4K3 : Waktu aplikasi 28 HST : Konsentrasi 15 ml/L.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pengolahan lahan dengan cara pembajakan

menggunakan traktor sebanyak 2x. Pertama pembalikan tanah dan kedua perataan

tanah, kemudian dilakukan pengairan secukupnya dan dibiarkan 1 hari sebelum

ditanami.

3.4.2 Persemaian

Persemaian dilakukan dengan cara yang sama dengan padi varietas pada

umumnya yaitu diakukan perendaman sebelum penyebaran benih untuk semai.

Pada persemaian varietas M70D dilakukan perendaman dengan larutan

Paenibacilus polymyxa konsntrasi 5 ml/L selama 1 jam. Setelah itu benih di

angkat dan di rendam (peram) dengan air biasa selama 24 jam sebelum di sebar di

lahan persemaian.

3.4.3 Penanaman

Padi varietas M70D memiliki umur panen yang pendek, sehingga

memiliki masa persemaian yang lebih pendek kurang lebih (12 – 14) HSS

(Hari Setelah Semai). Jumlah anakan padi tergolong banyak berkisar kurang lebih

20 sampai 40. Oleh karena itu, penanaman varietas M70D dilakukan setelah umur

semai 12 HSS dengan sistem penanaman Jarwo 2 : 1. Setiap lubang tanam di isi

4 tanaman.
16

3.4.4 Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan gulma pada tanaman padi bertujuan untuk

mengurangi tingkat kompetisi atau persaingan unsur hara, penetrasi sinar matahari

dan mengurangi hambatan produksi anakan. Penyiangan diperlukan khususnya

pada sitem lahan kering yang memungkinkan gulma lebih banyak dan cepat

tumbuh dari pada lahan basah. Penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada

umur (7, 21 dan 35) HST. Cara penyiangan dengan sistem manual mencabut

gulma dengan tangan.

3.4.5 Pengairan

Pengairan berperan penting untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan

tanaman tanaman padi. Kemampuan bertahan tanaman berdasarkan varietas yang

dimiliki tanaman itu sendiri. Fakta menunjukan bahwa banyak padi varietas tahan

kering atau tahan cekaman air rentan terhadap kekeringan khususnya pada daerah

pegunungan yang identik dengan kekurangan air. Padi varietas M70D merupakan

varietas baru yang mengklaim mampu bertahan di lahan dengan sistem pengairan

kering. Padi M70D di lokasi penelitian dilakukan pengairan 5 kali, 1 kali

pengairan selama (3 – 5) jam. Meskipun idealnya untuk di kawasan tersebut ialah

(7 – 8) kali pengairan.
17

3.4.6 Pemeliharaan

3.4.6.1 Pemupukan

Pemupukan menggunakan pupuk Ponska15:15:15 dengan pemberian dosis

sebanyak 200 kg/ha. Pupuk KCL sebanyak 300 L/ha dengan takaran konsentrasi

4 ml/L. Pemupukan dilakukan 2x pada umur (10 dan 25) HST, dimana dalam 1x

pemupukan ½ x dosis total. Hasilnya adalah setiap pemupukan dosis Ponska 100

kg/ha , dan KCL 150 L/ha.

3.4.6.2 Serangan Hama dan Penyakit

Pengendalian serangan di fokuskan ke Xanthomonas dan Pyricularia,

karena kedua hal tersebut merupakan sasaran utama dari faktor penggunaan

Paenibacillus polymyxa. Pengendalian hama dan penyakit yang tidak terduga atau

di luar faktor dilakukan dengan cara alami. Diantaranya pestisida nabati dari

bawang putih untuk pengendalian hama putih palsu (Cnaphalocrocis medinalis

Guenee), pestisida nabati dari daun Mimba untuk pengendalian belalang dan

wereng. Pengaplikasian untuk pestisida nabati masing – masing sebanyak 2 kali

dengan konsentrasi 15 ml/L, larutan (300 – 400) L/ha.

3.4.7 Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur 77 HST dengan cara pemangkasan

dengan meninggalkan sisa batang 20 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan

dilakukan secara mnyeluruh kecuali 5 sampel tanaman yang di amati di semua

masing-masing petak. kelima sampel pemanenan dilakukan dengan cara mencabut

sampai ke akar.
18

3.5 Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan dari fase vegetatif sampai fase generatif. Parameter

yang diamati diantaranya : tinggi tanaman, jumlah anakan, intensitas penyakit,

luas daun, jumlah malai, jumlah bulir per malai, jumlah bulir bernas dan bulir

hampa, berat bulir per rumpun, berat gabah kering giling, indeks panen, berat

brangkasan segar, dan berat brangkasan kering

3.5.1 Panjang Tanaman

Pengukuran panjang tanaman dilakukan dengan cara mengukur panjang

tanaman mulai dari permukaan tanah sampai bagian tanaman paling tinggi.

Pengukuran dilakukan sebelum aplikasi ke tanaman sampel pada (7, 14, 21, 28,

dan 35) HST dengan satuan cm.

3.5.2 Jumlah Anakan

Penghitungan anakan dilakukan dengan menghitung total jumlah tiap

rumpun dan dikurangi jumlah yang ditanam pada awal penanaman. Penghitungan

dilakukan setiap 10 hari dimulai pada umur (10 – 30) HST.

3.5.3 Intensitas Penyakit

Penghitungan tingkat intensitas penyakit dilakukan dengan cara mngamati

pada semua rumpun tanaman dalam satu petak. Pengamatan dimulai pada umur

(7 – 35) HST dengan interval 7 hari. Penilaian intensitas penyakit dilakukan atas

dasar adanya gejala serangan yang ditimbulkan pada permukaan daun dari setiap

rumpun dan dihitung dengan rumus sebagai berikut :


19

X 100%
NZ

Keterangan :
IP = Intensitas Penyakit (%).
ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala
kerusakan.
vi = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

Tabel 1. Skor penilaian tingkat serangan penyakit HDB/Kresek (Xanthomonas


oryzae pv. oryzae) dan penyakit Blas (Pyricularia grisea).
Skor Skala Kerusakan Reaksi

0 Tidak ada infeksi / gejala Sangat Tahan

1 Luas gejala pada permukaan daun > 1 % - ≤ 5 % Tahan

3 Luas gejala pada permukaan daun > 5 % - ≤ 25 % Agak Tahan

5 Luas gejala pada permukaan daun > 25 % - ≤ 50 % Agak Rentan

7 Luas gejala pada permukaan daun > 50 % - ≤ 75 % Rentan

9 Luas gejala pada permukaan daun > 75 % - ≤ 100 % Sangat Rentan

3.5.4 Jumlah Anakan Produktif

Anakan produktif merupakan anakan padi yang mampu menghasilkan

buah atau bulir padi. Penghitungan jumlah anakan produktif dilakukan sekali pada

masa padi menjelang panen dengan cara menjumlah total dalam satu rumpun

tanaman yang produksi di kurangi dengan jumlah tanaman pada awal tanam.
20

3.5.5 Indeks Luas Daun

Indeks luas daun dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu luas

daun. Luas daun dapat dihitung dengan rumus :

LD = p x l x FK ILD = LD / A

Keterangan :

LD = Luas daun ILD = Indeks Luas Daun

P = Panjang daun A = Luas kanopi

l = lebar daun

FK = Faktor koreksi = 0,910758

3.5.6 Jumlah Malai

Malai dalam satu rumpun memiliki jumlah yang berbeda-beda tergantung

dari varietas dan jumlah anakan produktif yang dihasilkan. Malai di hitung dengan

cara menjumlah total malai per satu rumpun tanaman, kalikan jumlah sampel dan

diambil rerata. Pengamatan dilakukan pada saat menjelang panen pada 5 sampel

tanaman atau rumpun per petak.

3.5.7 Jumlah Bulir per Malai

Bulir atau gabah dilakukan pengamatan setelah panen dengan cara

menghitung jumlah bulir setiap malai dalam satu rumpun kemudian dikalikan

dengan jumlah total malai yang ada dalam satu rumpun, kalikan jumlah sampel

dan diambil rerata. Pengamatan dilakukan pada 5 sampel tanaman atau rumpun.
21

3.5.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa

Jumlah bulir atau gabah terdapat bulir bernas dan hampa karena

disebabkan proses produksi yang kurang maksimal dan OPT (Organisme

Pengganggu Tanaman). Pengamatan dilakukan pada 5 sampel tanaman atau

rumpun per petak setelah perontokan gabah dengan cara

 Menghitung jumlah total gabah per rumpun.

 Menghitung jumlah gabah hampa per rumpun.

 Hasil gabah bernas = jumlah total gabah perumpun - jumlah gabah

hampa perumpun.

 Hasil akhir = jumlah gabah bernas + jumlah gabah hampa

per rumpun x total sampel.

3.5.9 Berat Bulir per Rumpun

Penghitungan berat bulir atau gabah dilakukan setelah penghitungan

jumlah bulir. Menimbang jumlah total bulir per rumpun atau sampel dan dikalikan

jumlah sampel di ambil rerata.

3.5.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG)

Berat gabah kering giling pengamatan dilakukan setelah gabah dijemur

dan benar-benar kering. Penghitungan dilakukan dengan cara menimbang total

hasil gabah tanaman dalam satu petak.


22

3.5.11 Indeks Panen

Indeks panen merupakan penghitungan bobot gabah kering isi dengan

bobot kering tanaman total, atau dihitung menggunakan rumus

Bobot gabah kering isi


INDEKS PANEN =
Bobot kering tanaman

Bobot kering total = Bobot gabah kering isi + Bobot kering tanaman.

3.5.12 Berat Segar Brangkasan

Berat brangkasan basah dilakukan terhadap sampel tanaman dengan cara

menimbang brangkasan keseluruhan yang masih segar saat setelah panen

(dicabut).

3.5.13 Berat Kering Brangkasan

Brangkasan kering penghitungan sama dengan brangkasan basah, untuk

brangkasan kering dilakukan setelah dijemur diterik matahari atau di oven sampai

benar-benar kering.

3.6 Analisis Data

Data hasil pengamatan dilakukan analisis ragam untuk mengetahui

signifikansi pengaruh dua faktor dengan SPSS 20, dilanjutkan uji Duncan untuk

mengetahui signifikansi perlakuan–perlakuan yang dicoba.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Panjang Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan Konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap panjang tanaman

padi pada semua umur pengamatan. (Lampiran 3 – 7). Perlakaun waktu aplikasi

tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman semua umur pengamatan,

namun perlakuan konsentrasi Paenibacillus polymyxa berpengaruh nyata terhadap

panjang tanaman pada pengamatan (7, 14, 28 dan 35) HST.

Tabel 2. Rata-rata panjang tanaman pada perlakuan waktu aplikasi dan


konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Rata-rata panjang tanaman (cm) pada umur
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
W1 24.56 a 35.95 a 44.45 a 58.64 a 68.95 a
W2 23.16 a 34.04 a 43.48 a 55.95 a 65.91 a
W3 22.64 a 33.79 a 42.83 a 55.69 a 66.49 a
W4 22.78 a 34.55 a 44.22 a 56.07 a 65.27 a
K0 22.17 a 32.74 a 42.63 a 54.45 a 65.17 a
K1 24.61 b 35.10 ab 44.11 a 57.35 ab 66.60 a
K2 22.76 ab 35.84 b 44.86 a 57.96 b 68.12 a
K3 23.61 ab 34.66 ab 43.39 a 56.57 ab 66.73 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa, namun panjang tanaman padi perlakuan

23
24

W1 (7 HST – 28 HST) mempunyai kecenderungan tertinggi untuk semua umur

pengamatan dan pada umur 35 HST mencapai 68.95 cm. Sedangkan

W3 (21 HST – 28 HST) cenderung terendah mulai 7 HST sampai 28 HST yang

mengalami kenaikan panjang tanaman pada 35 HST dan terendah adalah panjang

tanaman pada perlakuan W4 (28 HST) yaitu 65,27 cm. Pemberian konsentrasi

Paenibacillus polymyxa berpengaruh terhadap fluktuasi pertambahan panjang

tanaman dari pengamatan (7 – 35) HST. Pertambahan panjang tanaman paling

banyak pada K2 (10 ml/L) yaitu sebesar 45.36 cm dan terendah pada K 1 (5 ml/L)

meskipun secara statistik semua perlakuan konsentrasi yang diberikan pada

35 HST tidak berbeda nyata terhadap panjang tanaman.

4.1.2 Jumlah Anakan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah anakan padi

pada semua umur pengamatan. (Lampiran 8 – 10). Demikian pada

masing-masing faktor tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Rata-rata

jumlah anakan pada perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus

polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 3.


25

Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Rata-rata jumlah anakan pada umur
Perlakuan
10 HST 20 HST 30 HST
W1 4.67 a 13.25 a 21.00 a
W2 3.92 a 12.67 a 19.25 a
W3 4.04 a 12.42 a 19.33 a
W4 4.04 a 13.67 a 20.42 a
K0 3.67 a 12.33 a 18.92 a
K1 4.25 a 13.83 a 19.67 a
K2 4.50 a 12.83 a 20.33 a
K3 4.33 a 13.00 a 21.08 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 3 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan waktu

aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa. Akan tetapi masing-masing

perlakuan menunjukkan adanya fluktuasi penambahan jumlah anakan dari umur

pengamatan (10 – 30) HST. Perlakuan waktu aplikasi penambahan jumlah anakan

tertinggi pada W4 (7 HST – 28 HST) yaitu 16.38 dan teendah pada W3

(21 HST – 28 HST) yaitu 15.29. Fluktuasi penambahan tertinggi pada perlakuan

konsentrasi K3 (15 ml/L) yaitu 16.75, sedangkan terendah terdapat pada K0 (0

ml/L) yaitu 15.25. Rata-rata fluktuasi pertambahan jumlah anakan umur (10 –

30) HST cenderung sama dari dua perlakuan. pada perlakuan waktu aplikasi (W)

yaitu 15.83. Perlakuan konsentrasi (K) yaitu 15.81.


26

4.1.3 Intensitas Penyakit

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap intensitas penyakit

Xanthomonas oryzae pv. oryzae padi pada semua umur pengamatan

(Lampiran 11 – 15). Akan tetapi, terdapat pengaruh nyata waktu aplikasi

Paenibacillus polymyxa dengan intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv.

oryzae. pada umur pengamatan 21 HST. Sedangkan, konsentrasi Paenbacillus

polymyxa terdapat pengaruh nyata terhadap intensitas penyakit Xanthomonas

oryzae pv. oryzae pada umur pengamatan 21 HST dan 35 HST. Rata-rata

intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada perlakuan waktu aplikasi

dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 4

dibawah ini.

Tabel 4. Rata-rata intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada


perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada
tanaman padi
Rata-rata intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae
Perlakuan (%)
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
W1 0.00 a 0.00 a 9.26 a 11.49 a 12.01 a
W2 1.96 a 2.79 a 14.33 b 12.66 a 12.78 a
W3 0.00 a 0.96 a 11.33 ab 12.22 a 12.54 a
W4 0.00 a 0.68 a 12.92 b 11.62 a 12.78 a
K0 1.96 a 2.92 a 14.85 b 14.01 a 15.17 b
K1 0.00 a 0.00 a 11.08 a 10.90 a 12.79 ab
K2 0.00 a 0.68 a 10.60 a 12.10 a 10.98 a
K3 0.00 a 0.83 a 11.32 a 11.01 a 11.17 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
27

Rata-rata intensitas penyakit dari masing-masing perlakuan menunjukkan

peningkatan mulai umur 7 HST sampai 21 HST dengan intensitas penyakit

Xanthomonas oryzae pv. oryzae tertinggi pada umur 21 HST. Pemberian waktu

aplikasi 7 HST – 28 HST (W 1) dan waktu aplikasi 14 HST – 28 HST (W 3)

cenderung meningkat pada semua umur pengamatan, namun pada pengamatan

umur 35 HST perlakuan intensitas penyakit tertinggi pada W 2 dan W4 yaitu

12.78 %. Sedangkan, W1 dan W3 cenderung menurun pada umur pengamatan

35 HST dengan serangan terendah pada W1 yaitu 12.01 %. Faktor perlakuan

konsentrasi Paeibacillus polymyxa memberikan pengaruh nyata terhadap

intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada umur 21 HST dan

35 HST. Pemberian konsentrasi Paeibacillus polymyxa berpengaruh terhadap

fluktuasi kenaikan intensitas penyakit dari pengamatan (7 – 35) HST. Kenaikan

intensitas penyakit paling banyak pada pemberian Paenibacillus polymyxa

konsentrasi 0 ml/L (K0) yaitu 13.21 % dan terendah pada konsentrasi 10 ml/L (K2)

yaitu 10.98 %.

Intensitas penyakit Pyricularia grisea menunjukan hasil analisis ragam

bahwa tidak ada interaksi antara waktu aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus

polymyxa terhadap intensitas penyakit Pyricularia grisea padi pada semua umur

pengamatan (Lampiran 16 – 20). Akan tetapi, terdapat pengaruh nyata waktu

aplikasi Paenibacillus polymyxa dengan intensitas penyakit Pyricularia grisea

pada umur pengamatan 28 HST. Sedangkan, konsentrasi Paenbacillus polymyxa

tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas penyakit Pyricularia grisea pada

semua umur pengamatan. Rata-rata intensitas penyakit Pyricularia grisea pada


28

perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman

padi tersaji pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 5. Rata-rata intensitas penyakit Pyricularia grisea pada perlakuan waktu


aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Rata-rata intensitas penyakit Pyricularia grisea (%)
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
W1 0.00 a 0.00 a 0.48 a 1.43 a 5.06 a
W2 1.96 a 1.96 a 2.44 a 5.16 b 9.29 a
W3 0.00 a 0.48 a 0.48 a 3.54 ab 6.38 a
W4 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.96 a 8.91 a
K0 1.96 a 1.96 a 1.96 a 4.68 a 9.06 a
K1 0.00 a 0.00 a 0.96 a 1.91 a 7.44 a
K2 0.00 a 0.48 a 0.48 a 2.11 a 5.39 a
K3 0.00 a 0.00 a 0.00 a 2.39 a 7.75 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata pada intensitas

penyakit Pyricularia grisea terhadap waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa pada

umur pengamatan 28 HST. Rata-rata intensitas penyakit dari masing-masing

perlakuan menunjukkan peningkatan pada semua umur pengamatan. Intensitas

penyakit Pyiricularia grisea tertinggi dengan perlakuan waktu aplikasi

Paenibacillus polymyxa pengamatan umur 35 HST ditunjukkan pada W2

(14 HST – 28 HST) yaitu 9.29 % dan terendah pada W 1 (7 HST – 28 HST) yaitu

5.06 %. Pemberian konsentrasi Paenibacillus polymyxa menunjukkan intensitas

penyakit Pyricularia umur pengamatan 35 HST tertinggi pada K 0 (0 ml/L) yaitu

9.06 % dan terendah K2 (10 ml/L) yaitu 5.39 %.


29

4.1.4 Jumlah Anakan Produktif

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah anakan

produktif tanaman padi (Lampiran 21). Demikian pada masing- masing faktor

tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif. Rata-rata jumlah

anakan produktif pada perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus

polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah anakan produktif
W1 17.50 a
W2 17.25 a
W3 17.25 a
W4 18.50 a
K0 17.08 a
K1 17.42 a
K2 18.42 a
K3 17.58 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Berdasarkan Tabel 6 perlakuan waktu plikasi (W) dan konsentrasi (K)

Paenibacillus polymyxa tidak terdapat pengaruh nyata terhadap jumlah anakan

produktif tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan W4 (28 HST) yaitu 18.50 dan terendah pada perlakuan W3 (21

HST – 28 HST) yaitu 17.25. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi

pada perlakuan K2 (10 ml/L) 18.42 dan terendah pada perlakuan K0 (0 ml/L)

yaitu 17.08.
30

4.1.5 Indeks Luas Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap indeks luas daun

tanaman padi (Lampiran 23). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada

pengaruh nyata terhadap indeks luas daun. Rata-rata indeks luas daun pada

perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman

padi tersaji pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Rata-rata Indeks Luas Daun pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Indeks Luas Daun (cm2)
W1 0.021 a
W2 0.022 a
W3 0.020 a
W4 0.020 a
K0 0.021 a
K1 0.021 a
K2 0.020 a
K3 0.021 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap indeks luas daun

tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

W2 (14 HST – 28 HST) yaitu 0.022 cm2 dan terendah pada W4 (28 HST) yaitu

0.020 cm2. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi pada perlakuan K0

(0 ml/L) yaitu 0.021 cm2 dan terendah pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 0.020

cm2.
31

4.1.6 Jumlah Malai

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah malai

tanaman padi (Lampiran 22). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada

pengaruh nyata terhadap jumlah malai. Rata-rata jumlah malai pada perlakuan

waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji

pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Malai pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Malai
W1 17.50 a
W2 17.25 a
W3 17.25 a
W4 18.50 a
K0 17.08 a
K1 17.42 a
K2 18.42 a
K3 17.58 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah malai

tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan W4

(28 HST) yaitu 18.50 dan terendah pada W 2 (14 HST – 28 HST) dan W 3

(21 HST – 28 HST) yaitu 17.25. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa

tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 18.42 dan terendah pada perlakuan K 0

(0 ml/L) yaitu 17.08.


32

4.1.7 Jumlah Bulir per Malai

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir per

malai tanaman padi (Lampiran 24). Demikian pada masing- masing faktor tidak

ada pengaruh nyata terhadap jumlah malai. Rata-rata jumlah bulir per malai pada

perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman

padi tersaji pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Bulir Per Malai pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Per Malai
W1 58.92 a
W2 55.58 a
W3 56.83 a
W4 54.67 a
K0 56.25 a
K1 55.75 a
K2 57.67 a
K3 56.33 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir per

malai tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 58.92 dan terendah pada W4 (28 HST) yaitu 54.67.

Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L)

yaitu 57.67 dan terendah pada perlakuan K1 (5 ml/L) yaitu 55.75.


33

4.1.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa

Hasil analisis ragam menunjukkan (Lampiran 25) bahwa antara tidak ada

interaksi antara waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap

jumlah bulir bernas. Tetapi, terdapat interaksi antara waktu aplikasi dan

konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir hampa tanaman padi

(Lampiran 26). Pada jumlah bulir bernas tidak berpengaruh nyata antara waktu

aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa. Sedangkan, pada jumlah bulir

hampa juga tidak berpengaruh nyata antara waktu aplikasi dan konsentrasi

Paenibacillus polymyxa. Rata-rata jumlah bulir bernas pada perlakuan waktu

aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada

Tabel 8 dan rata-rata jumlah bulir hampa pada perlakuan waktu aplikasi dan

konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 10

dibawah ini.

Tabel 10.Rata-rata Jumlah Bulir Bernas pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Bernas
W1 905.33 a
W2 822.83 a
W3 831.33 a
W4 838.08 a
K0 821.83 a
K1 814.08 a
K2 918.50 a
K3 843.17 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
34

Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir

bernas tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 905.33 dan terendah pada W 2 (14 HST – 28 HST)

yaitu 822.83. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi pada perlakuan

K2 (10 ml/L) yaitu 918.50 bulir dan terendah pada perlakuan K 1 (5 ml/L) yaitu

814.08 bulir.

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Bulir Hampa pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Hampa
W1 121.42 a
W2 125.17 a
W3 132.75 a
W4 149.33 a
K0 125.50 a
K1 140.83 a
K2 124.50 a
K3 137.83 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir

hampa tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

W4 (28 HST) yaitu 149.33 dan terendah pada W3 (7 HST – 28 HST) yaitu 121.42.

Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi pada perlakuan K1 (5 ml/L)

yaitu 140.83 dan terendah pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 124.50.
35

4.1.9 Berat Bulir per Rumpun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap berat bulir per

rumpun tanaman padi (Lampiran 27). Akan tetapi, terdapat pengaruh nyata antara

waktu aplikasi terhadap berat bulir per rumpun tanaman padi. Sedangkan,

konsentrasi Paenibacillus polymyxa tidak ada pengaruh nyata terhadap berat bulir

per rumpun. Rata-rata berat bulir per rumpun pada perlakuan waktu aplikasi dan

konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 12

dibawah ini.

Tabel 12. Rata-rata Berat Bulir per Rumpun pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Berat Bulir Per Rumpun (gram)
W1 24.33 b
W2 21.67 ab
W3 19.83 a
W4 20.17 a
K0 20.17 a
K1 21.58 a
K2 23.08 a
K3 21.17 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata diantara perlakuan

waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap berat bulir per rumpun tanaman

padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan W1 (7

HST – 28 HST) yaitu 24.33 gram dan terendah pada W 3 (7 HST – 28 HST) yaitu

19.83 gram. Sedangkan, konsentrasi Paenibacillus polymyxa tidak berpengaruh

nyata terhadap berat bulir per rumpun. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa
36

tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 23.08 gram dan terendah pada perlakuan K 0

(0 ml/L) yaitu 20.17 gram.

4.1.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap gabah kering giling

tanaman padi (Lampiran 28). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada

pengaruh nyata terhadap gabah kering giling. Rata-rata gabah kering giling pada

perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman

padi tersaji pada Tabel 13 dibawah ini.

Tabel 13. Rata-rata Berat GKG pada perlakun waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Berat GKG (gram)
W1 938.25 a
W2 881.17 a
W3 841.58 a
W4 880. 08 a
K0 827.67 a
K1 834.92 a
K2 977.67 a
K3 880.33 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh nyata diantara

perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap gabah

kering giling tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 938.25 gram dan terendah pada W 3 (7

HST – 28 HST) yaitu 841.58 gram. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa


37

tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 977.67 gram dan terendah pada

perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 827.67 gram.

4.1.11 Indeks Panen

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap indeks panen

tanaman padi (Lampiran 31). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada

pengaruh nyata terhadap indeks panen. Rata-rata indeks panen pada perlakuan

waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji

pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Rata-rata Indeks Panen pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Indeks Panen
W1 0.953 a
W2 0.958 a
W3 0.956 a
W4 0.960 a
K0 0.960 a
K1 0.953 a
K2 0.954 a
K3 0.959 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh nyata diantara

perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap indeks

panen tanaman padi. Faktor waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa tertinggi

ditunjukkan pada perlakuan W4 (28 HST) yaitu 0.960 dan terendah pada W1

(7 HST – 28 HST) yaitu 0.953. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa


38

tertinggi pada perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 0.960 dan terendah pada perlakuan K1

(5 ml/L) yaitu 0.953.

4.1.12 Berat Segar Brangkasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap Berat Segar

Brangkasan tanaman padi (Lampiran 29). Demikian pada masing- masing faktor

tidak ada pengaruh nyata terhadap Berat Segar Brangkasan. Rata-rata Berat Segar

Brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa

pada tanaman padi tersaji pada Tabel 15 dibawah ini..

Tabel 15. Rata-rata Berat Segar Brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi

Perlakuan Rata-rata Berat Segar Brangkasan (gram)


W1 88.58 a
W2 79.17 a
W3 76.25 a
W4 76.17 a
K0 70.58 a
K1 81.42 a
K2 87.58 a
K3 80.58 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Tabel 15 menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh nyata diantara

perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa Berat Segar

Brangkasan tanaman padi. Faktor waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa

tertinggi ditunjukkan pada perlakuan W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 88.58 gram dan

terendah pada W4 (28 HST) yaitu 76.17 gram. Faktor konsentrasi Paenibacillus
39

polymyxa tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 87.58 gram dan terendah pada

perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 70.58 gram.

4.1.13 Berat Kering Brangkasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap berat kering

brangkasan tanaman padi (Lampiran 30). Perlakuan waktu aplikasi Paenibacillus

polymyxa tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering brangkasan, sedangkan

konsentrasi Paenibacillus polymyxa terdapat pengaruh nyata terhadap berat

kering brangkasan pada tanaman padi. Rata-rata berat kering brangkasan pada

perlakuan waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman

padi tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Berat Kering Brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi

Perlakuan Rata-rata Berat Kering Brangkasan (gram)


W1 40.08 a
W2 38.83 a
W3 37.42 a
W4 34.92 a
K0 33.17 a
K1 35.42 a
K2 37.58 a
K3 45.08 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.

Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat tidak berpengaruh nyata pada

waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa berat kering brangkasan tanaman padi.

Faktor waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan W1 (7 HST - 28 HST) yaitu 40.08 gram dan terendah pada W 3


40

(21 HST – 28 HST) yaitu 34.92 gram. sedangkan, konsentrasi Paenibacillus

polymyxa terdapat pengaruh nyata pada berat kering brangkasan tanaman padi.

Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa tertinggi pada perlakuan K3 (15 ml/L)

yaitu 45.08 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 33.17 gram.

4.2 Pembahasan

Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat interaksi antara waktu

aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap parameter jumlah bulir

hampa. Interaksi ditunjukan pada perlakuan kombinasi W4K1

(aplikasi 28 HST : konsentrasi 5 ml/L) (Lampiran 26). Namun, Tabel 11

menunjukkan tidak ada pengaruh nyata pada semua faktor perlakuan. Adanya

interaksi menunjukkan bahwa faktor konsentrasi bergantung pada waktu aplikasi

yang mampu memberikan pengaruh pada jumlah bulir hampa. Perlakuan

kombinasi W4K1 tidak mampu menekan tinggi jumlah bulir hampa dibandingkan

perlakuan kombinasi lain yang mampu menekan jumlah bulir hampa (Lampiran

26).

Jumlah bulir hampa rendah berdampak terhadap tinggi jumlah bulir

bernas. Hal ini diduga karena perlakuan konsentrasi rendah dan perlakuan waktu

aplikasi yang dilakukan 1 kali, sehigga mempengaruhi efektifitas Paenibacillus

polymyxa terhadap kesehatan dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Salah

satu penyakit yang berpengaruh pada bulir yaitu Pyricularia grisea. Hal ini

didukung pendapat Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2015),

Pyricularia grisea dapat menginfeksi semua fase tanaman padi mulai persemaian

sampai menjenlang panen, infeksinya dapat mencapai bagian gabah (bulir) dan

patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
41

Parameter pengamatan jumlah anakan, jumlah malai, jumlah bulir dan

berat bulir menunjukkan tidak terdapat interaksi antara waktu aplikasi (W) dan

konsntrasi (K) Paenibacillus polymyxa. Hal ini diduga karena ketersediaan air

dan faktor tanah. Kondisi kekurangan air disebabkan oleh kondisi topografi

lokasi. Tanah di dataran pegunungan tidak dapat menampung air permukaan

dalam waktu lama sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air.Topografi

lokasi menyebabkan unsur hara dalam tanah selalu berubah-ubah, tergantung

pada musim, pegelolaan tanah, dan pergilian tanaman. Tanah merupakan media

tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara

(Hanafiah, 2005). Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), semakin tinggi

ketersediaan hara, maka tanah tersebut makin subur dan sebaliknya.

Perlakuan waktu aplikasi (W) menunjukan terdapat pengaruh nyata pada

berat bulir per rumpun. Pengaruh yang ditunjukan pada perlakuan waktu aplikasi

W1 (7, 14, 21, dan 28 HST) menandakan bahwa aplikasi secara berkelanjutan

memberi dampak positif terhadap pengisian bulir sehingga menunjang berat

persatuan bulir. Pengisian bulir maksimal menunjang peningkatan atau

penurunan produksi hasil. Menurut Balai Besar Penelitian Tanamn Padi (2015)

Penurunan produksi hasil disebabkan oleh salah satu penyakit HDB (Hawar

Daun Bakteri). Sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan

pengendalian dengan agens hayati dalam kelompok PGPB (Plant Growth

Promoting Bacteria) secara berkelanjutan, salah satu PGPB yaitu

Paenibacillus polymyxa.

Perlakuan konsentrasi (K) Paenibacillus polymyxa menunjukkan terdapat

pengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman, intensitas penyakit, dan


42

berat kering brangkasan. Perameter panjang tanaman perlakuan K1 (5 ml/L)

menunjukkan pengaruh nyata pada umur 7 HST, perlakuan K 2 (10 ml/L) umur

14 HST dan 28 HST. Sedangkan, parameter berat kering brangkasan pengaruh

ditunjukan pada perlakuan konsentrasi K3 (15 ml/L). Hal ini diduga bahwa

pemberian konsentrasi Paenibacillus polymyxa membuat suplai hormone Asam

Indol Asetat (AIA) terhadap tanaman menjadi maksimal.Tanaman tidak

mensisntesis AIA dalam jumlah cukup untuk menunjang pertumbuhan optimal.

Oleh karena itu, diperlukan tambahan hormon dari luar seperti agens hayati

Paenibaillus polymyxa. Konsentrasi Paenibacillus polymyxxa mampu

memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan biomassa kering dengan

meningkatkan jumlah konsentrasi.

Paenibacillus polymyxa merupakan agens hayati yang mampu menekan

tingkat intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan

Pyricularia grisea. Pengaruh ditunjukkan pada intensitas penyakit

Xanthomonas oryzae pv. oryzae perlakuan K0 (kontrol) yaitu 15.17 %,

menunjukkan hasil aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap tanaman padi

varietas M70D yang memiliki ketahanan penyakit (Lampiran 1) dikatakan kurang

optimal dalam mengatasi serangan Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan

Pyricularia grisea ditunjukan tingkat serangan masuk kategori agak tahan. Hal

tersebut diduga karena dampak faktor perubahan iklim, dimana pemanasan

global yang terjadi telah mengubah kondisi iklim secara global, regional,

maupun lokal.
43

Pengaruh perubahan iklim berdampak langsung maupun tidak langsung

melalui serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), fluktuasi suhu dan

kelembaban udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan

dan perkembangan OPT (Iwantoro, 2008). Hal ini didukung pendapat Bashan

dan Holguin (1998), Paenibacillus polymyxa selain menjadi penghasil antibiotik

memiliki kelebihan menghasilkan hormon pemicu pertumbuhan yang berasosiasi

dengan spesies tanaman dan terdapat diberbagai habitat disebut Plant Growth-

Promoting Bacteria (PGPB). Pendapat Torres-Rubio et al. (2000); Leveau &

Lindow (2005), bakteri dapat menghasilkan auksin dan sitokonin antara lain

Pseudomonas sp., Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp.,

Lactobacillus sp., Paenibacillus polymyxa, Enterobacter sp.,

Serratia marcescens, Klebsiella sp., Alcaligenes faecalis dan sianobakteria.

Parameter pengamatan jumlah panjang tanaman, berat bulir per rumpun,

intensitas penyakit dan berat kering brangkasan menunjukan tidak terdapat

pengaruh nyata terhadap waktu aplikasi (W) dan konsentrasi (K)

Paenibacillus polymyxa. Hal ini diduga karena faktor intensitas cahaya matahari

rendah, pemupukan, perubahan iklim, dan ketersediaan air. Faktor tersebut

memiliki pengaruh berbeda pada masing-masing parameter pengamatan

Intensitas cahaya matahari rendah mempengaruhi proses fotosintesis berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman dan jumlah anakan.. Hasil penelitian Hasrizart

(2008), kemampuan tanaman dalam berfotosintesis akan berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan jumlah

anakan lebih banyak.


44

Faktor pemupukan dasar yang tidak dilakukan dan terlambat dalam

aplikasinya berdampak pada ketersediaan unsur hara pokok nitrogen (N),

Fosfor (P), dan kalium (K) yang memiliki masing-masing peran terhadap

pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen (N) dapat mempengaruhi tanaman

terhadap ILD (Indeks Luas Daun). Faktor tersebut juga memicu pembentukan

anakan lebih lama dan anakan yang terbentuk tidak produktif. Selain itu, jenis

pupuk ponska yang digunakan memiliki kandungan nitrogen rendah

dibandingkan pupuk urea. Hasil penelitian Yuniasari. (2017), menyatakan

meskipun jarak tanam lebar dan perolehan sinar matahari penuh namun

penggunaan unsur N yang kurang, daun tidak dapat tumbuh lebar. Didukung

pendapat Prasetya. (2002), nitrogen merupakan penyusun dari semua protein dan

asam nukleat., semakin banyak N diserap oleh tanaman, daun akan tumbuh lebih

besar sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Jumlah anakan dan anakan

prduktif didukung pendapat Ihsan (2012), penggunaan pupuk nitrogen (urea)

berlebih atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu

pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 HST), namun biasanya anakan yang

terbentuk tidak produktif.

Parameter jumlah malai menunjukan hasil yang sama dengan jumlah

anakan produktif, dimana varietas M70D jumlah setiap satu anakan produktif

menghasilkan satu malai. Ketersediaan air rendah maupun tinggi berdampak

pada pertumbuhan dan perkembangan maksimal tanaaman. Hal tersebut

berpengaruh pada berat brangkasan segar tanaman. Berat segar brangkasan tinggi

menunjukkan daya serap air dan nutrisi yang maksimal. Selain itu, berat segar

brangkasan menunjang hasil produksi GKG (Gabah Kering Giling).


45

Hasil penelitian Perdanatika. Suntoro dan Pardjanto. (2017), air merupakan

faktor utama berpengaruh terhadap berat segar brangkasan. Kecukupan unsur

hara berperan penting sebagai sumber energi dalam mempengaruhi biomassa dari

suatu tanaman (Rahmah et al., 2014). Faktor berat brangkasan kering menjadi

faktor utama mempengaruhi hasil indeks panen dan berat GKG (Gabah Kering

Giling). Mungara. dkk. (2013), indeks panen semakin tinggi maka tingkat

kehilangan hasil semakin rendah.

Indeks panen (Tabel 14) dan berat GKG (Gabah Kering Giling)

(Tabel 13) menunjukan hasil yang tidak linier. Hal ini karena, kondisi berat

kering brangkasan tinggi tidak diimbangi dengan hasil produksi tinggi. Produksi

GKG tinggi dapat menghasilkan indeks panen tinggi, tergantung pada berat

kering brangkasan. Indeks panen pada Tabel 14 menunjukan angka mendekati 1.

Angka tersebut menunjukkan rata-rata selisih antar perlakuan sebesar 0.01

dengan indeks tertinggi pada W4K0 (kontrol) sebesar 0.96. Penggunaan perlakuan

W4K0 (kontrol) hasil fotosintesis paling efisien dibandingkan dengan perlakuan

lain. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah populasi ada yang berkurang akibat

serangan penyakit. Pendapat Syafrudin et al. (2006), indeks panen yang tinggi

menunjukan bahwa proses fotosintesis cukup baik karena hasil fotosintat lebih

banyak terakumulasi pada biji.

Berat GKG cenderung tertinggi pada perlakuan W1 (7, 14, 21, dan

28) HST. Sedangkan faktor perlakuan K2 (10 ml/L). Hasil berbeda pada semua

perlakuan (Tabel 13) disebabkan oleh kehilangan hasil panen. Menurut Mungara.

dkk. (2013), kehilangan hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya

umur panen terlampau matang, kadar air rendah, alat dan cara panen.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada bab 4, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat interaksi antara perlakuan waktu aplikasi (W) dan

perlakuankonsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) terhadap parameter

jumlah bulir hampa.

2. Perlakuan waktu aplikasi (W) menunjukan adanya pengaruh nyata pada

parameter berat bulir per rumpun.

3. Perlakuan konsentrasi Paenibacillus polymyxa (K) menunjukkan pengaruh

nyata pada parameter panjang tanaman K1 (5 ml/L) umur 7 HST, perlakuan

K2 (10 ml/L) pada umur 14 HST dan 28 HST, parameter berat kering

brangkasan perlakuan K3 (15 ml/L). dan intensitas penyakit

Xhanthomonas oryzae pv. oryzae perlakuan K0 (kontrol).

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji lanjutan dengan rentang waktu aplikasi dan

konsentrasi yang lebih ditingkatkan sehingga dapat memperoleh pengaruh

yang lebih optimal terhadap produktifitas tanaman padi.

2. Perlu dilakukan uji lanjutan di lokasi berbeda sehingga dapat mengetahui

tigkat efektifitas Paenibacillus polymyxa dan produktifitas padi M70D

diberbagai kondisi lingkungan yang berbeda.

47
Daftar Pustaka

Aqoma, Benih Padi, 2017. Spesifikasi Benih Padi M70D. www.aqoma.com/jual-


beli-dan-bibit-padi-m70d-varietas-unggul-siap-kirim-seluruh-indonesia/
diakses 1 Januari 2018.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015. Pengendalian Penyakit Kresek dan
Hawar Daun Bakteri.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/
content/45-pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bekteri diakses
24 Oktober 2017.

Bashan Y, dan Holguin G. 1998. Proposal for the division of plant growth-
promoting rhizobacteria into two classifications: biocontrol-PGPB (plant
growth-promoting bacteria) and PGPB. Soil Biol Biochem 30:1225–1228.

BBPOPT Jatisari. 2014. Perubahan Nama Agensia Hayati Corynebacterium.


bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/artikelku/berita/124-paenibacillus
diakses 20 Oktober 2017.

Eka, A. Kompas.com, April 2018 19,4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat
Memenhuhi Kebutuhan Pangan.
http://ekonomi-kompas.com/read/2018/04/03/140000126/19-4-juta-orang-
indonesia-tidak-dapat-memenuhi-kebutuhan-pangan diakses 5 April 2018.

Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Bebrapa Padi Ladang (Oryza sativa L.).Skripsi
Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Hasrizart, I. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah


(Oryza sativa L) pada Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit yang Berbeda.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ihsan, N. SP. 2012. Mengenal Fase Pertumbuhan Padi.


www.google.com/amp/s/ceritanurmanadi.wordpress.com/2012/06/13/menge
nal-fase-pertumbuhan-padi/amp/?espv=1 diakses 26 Februari 2018.

Iwantoro, S. 2008. Climate Change Effects on Plant Disease: Genomes to


Ecosytems. Annu. Rev. Phytopatho. 44:489 – 509.

Kadir TS, Suryadi Y, Sudir, Machmud M. 2010. Penyakit bakteri padi dan cara
pengendaliannya, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Pengembangan
Bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, Bogor.

48
49

Leveau JHJ, Lindow SE. 2005. Utilization of the plant hormone indole-3-acetic
acid for growth by Pseudomonas putida strain 1290. Appl Environ
Microbiol 71:2365-2371.

Mungara, E. Indradewa, D. dan Rogomulyo, R. 2013. Analisis Pertumbuhan dan


Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) Pada Sitem Pertanian Konvensional,
Transisi Organik dan Organik. Vegtalika Vol. 2. No. 3.: 1 – 12.

Nasution A. dan N. Usyati. 2015. Observasi ketahanan varietas padi lokal


terhadap penyakit blas (Pyricularia grisea) di rumah kaca. Prosiding
Seminar Nasional Masyarakat BIODIV Indonesia 1(1):19–22.

Patten CL, dan Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas putida indoleacetic acid in
development of the host plant root system. Appl Environ Microbiol
68:3795-3801.

Predanatika, A. Suntoro. dan Pardjanto. 2017. Respon Petumbuhan Abu Sekam


Dan Dolomit Terhadap Pertumbuhan Kedelai Di Tanah Alfisol. Universitas
Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

Rahmah, Atikah., M.L., s.p. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar
Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Var. Saccharata) Buletin Anatomi
dan Fisiologi. Volume XXII, Nomor 1, Edisi Maret 2014.

Retnowati, Lilik, Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L, 2007, Perbanyakan


dan Cara Aplikasi Corynebacterium, BBOPT, Jatisari ; 1 – 2.

Rosmarkam dan Yuwono, 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius: Yogyakarta.

Salisbury FB, dan Ross CW. 1992. Plant Physiology. Ed ke-4. California: Worth
Publishing, Inc.

Sanur, 2009, Budidaya Tanaman, Morfologi Tanaman Padi,


http://hirupbagja.blogspot.com/2009/09/morfologi-tanaman-padi.html
diakses 14 Februari 2018.

Sudir, A. Nasution, Santoso, dan B. Nuryanto. 2014. Penyakit Blas Pyricularia


grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. IPTEK Tanaman
Pangan 9 (2): 85 – 96.

Suganda, T., E. Yulia, F. Widiantini, dan Hersanti. 2016. Intensitas penyakit


blas (Pyricularia oryzae Cav.) pada padi varietas Ciherang di lokasi
endemik dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Jurnal
Agrikultura 27(3):154–159.
50

Syafruddin, M. Rauf, R.Y Arvan dan M. Akil. 2006. Kebutuhan Pupuk N,


P, dan K Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Hapluslepts. J. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan. 25 (1):1-8.

Syahri, Utami R.S 2015. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Budidaya
Ramah Lingkungan di Daerah Endemis Penyakit Kresek Kabupaten OKU
Timur. (Abstrak).

Taufik, M. 2011. Evaluasi ketahanan padi gogo lokal terhadap penyakit blas
(Pyricularia oryzae) di lapang. Agriplus 21(1):68–74.

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.


van Steenis. 1992. Flora. Pradaya Pramita. Jakarta.

Torres-Rubio MG, Valencia-Plata SA, Bernal-Castillo J, Martinez-Nieto P. 2000.


Isolation of Enterobacteria, Azospirillum sp. and Pseudomonas sp.,
producers of indol-3-acetic acid and siderofor, from Colombian rice
rizosfer. Rev Latinoamericana de Microbiol 42:171-176.

Triny S. K. 2006. Pengelolaan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas


campestris pv. Orizae) dalam pengamanan produksi, Balai Penelitian
Tanaman Padi Sukamandi.

Wibowo, BS. 2015. Majalah Peramalan OPT Vol 14 No 2. Karawang Oktober


2015, BBOPT, Jatisari;26 – 30.

Tarmudji 2017. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan


Hortikultura, Madiun. (Komunikasi).

Yuliani, D. dan Y.E. Maryana. 2014. Integrasi teknologi pengendalian


penyakit blas pada tanaman padi di lahan sub-optimal. Prosiding Seminar
Nasional Lahan Sub Optimal. Palembang 22-27 September 2014. p.835–
845.

Yuniasari, A. Uji Varietas Pada Model Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan


Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L). Universitas Merdeka Madiun.
Madiun.
51

Lampiran 1. Spesifikasi Padi Varietas M70D

Nama Varietas : M70D

Tinggi Tanaman : ±95 cm

Daun Bendera : Tegak

Warna Gabah : Kuning Bersih

Bentuk Gabah : Oval (lonjong)

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur Nasi : Pulen

Berat Bulir : 0.025 gram

Jumlah Bulir per Malai : 150 – 170 Bulir

Potensi Hasil : 6 t/ha

Rata-rata Hasil : 6 – 7 t/ha

Umur Panen Musim Kemarau : 70 – 80 HST (Hari Setelah


Tanam)

Umur Panen Musim Penghujan : 75 – 85 HST (Hari Setelah


Tanam)

Ketahanan Terhadap Hama : Agak Tahan Terhadap Wereng


Batang Coklat ras 1, 2, dan 3
Ketahanan Terhadap Penyakit : 1. Agak Tahan HDB (Hawar
Daun
Bakteri) Patotipe IV dan VIII
2. Tahan Blas ras 33 dan ras 073
3. Agak Tahan Tungro ras Lanrang
52

Anjuran Tanam : Sesuai Di Tanam Pada


Dataran
Dengan Ketinggian 0 – 600 m dpl

Lampiran 2. Denah Penelitian

Denah disusun berdasarkan Rancangan Acak kelompok. Sitem


pertanaman menggunakan Sistem Jajar Legowo 2 : 1. Ukuran per -petak :
150 cm x 150 cm, jarak antar petak 40 cm, jarak antar blok 50 cm. Jumlah
tanaman total per petak 46 tanaman dan jumlah populasi 20 tanaman

a. Denah Penelitian
U

B T

W3K1 W2K0 W1K3 W4K2 W1K1 W2K2 W4K0 W1K2


b.BLOK 1
W4K3 W3K0 W3K3 W1K0 W2K3 W4K1 W2K1 W3K2

W3K2 W4K0 W3K0 W4K2 W2K3 W1K0 W1K2 W2K2


BLOK 2
W4K3 W1K3 W2K0 W2K1 W3K3 W4K1 W3K1 W1K1

W4K1 W3K0 W3K3 W2K2 W1K3 W1K1 W1K0 W4K3


BLOK 3
W3K1 W2K0 W1K2 W4K0 W2K1 W4K2 W2K3 W3K2
Sistem Jajar Legowo 2 : 1.

V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V
30 cm
V V V V V V V
25 cm
V V V V V V V
30 cm
V V V V V V V
25 cm
V V V V V V V
30 cm
V V V V V V V
53

Lampiran 3. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Tinggi Tanaman Umur


7 HST

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Tinggi_tanaman

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 139.111a 17 8.183 1.679 .104


Intercept 26027.973 1 26027.973 5341.291 .000
Kelompok 42.241 2 21.120 4.334 .022
Waktu_aplikasi 27.814 3 9.271 1.903 .150
Konsentrasi 40.500 3 13.500 2.770 .059
Waktu_aplikasi *
28.556 9 3.173 .651 .745
Konsentrasi
Error 146.189 30 4.873
Total 26313.273 48
Corrected Total 285.300 47

a. R Squared = .488 (Adjusted R Squared = .197)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Tinggi_tanaman
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 22.6400
W4 12 22.7833
W2 12 23.1583
W1 12 24.5633
Sig. .059

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
4.873.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman
54

Duncan

Konsentrasi N Subset

1 2

K0 12 22.1683
K2 12 22.7600 22.7600
K3 12 23.6100 23.6100
K1 12 24.6067
Sig. .141 .061

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 4.873.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 4. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Tinggi Tanaman Umur


14 HST

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Tinggi_tanaman

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 156.630a 17 9.214 1.207 .317


Intercept 57413.867 1 57413.867 7519.244 .000
Kelompok 2.765 2 1.382 .181 .835
Waktu_aplikasi 33.601 3 11.200 1.467 .243
Konsentrasi 62.828 3 20.943 2.743 .060
Waktu_aplikasi *
57.437 9 6.382 .836 .589
Konsentrasi
Error 229.068 30 7.636
Total 57799.565 48
Corrected Total 385.698 47

a. R Squared = .406 (Adjusted R Squared = .070)

Waktu aplikasi Konsentrasi


55

Tinggi_tanaman
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 33.7933
W2 12 34.0417
W4 12 34.5500
W1 12 35.9550
Sig. .089

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
7.636.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman
Duncan

Konsentrasi N Subset

1 2

K0 12 32.7433
K3 12 34.6583 34.6583
K1 12 35.0983 35.0983
K2 12 35.8400
Sig. .056 .332

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
7.636.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 5. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Tinggi Tanaman Umur


21 HST

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Tinggi_tanaman
56

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 94.045a 17 5.532 .607 .860


Intercept 91859.251 1 91859.251 10077.039 .000
Kelompok 15.878 2 7.939 .871 .429
Waktu_aplikasi 19.422 3 6.474 .710 .554
Konsentrasi 33.052 3 11.017 1.209 .324
Waktu_aplikasi *
25.694 9 2.855 .313 .964
Konsentrasi
Error 273.471 30 9.116
Total 92226.767 48
Corrected Total 367.516 47

a. R Squared = .256 (Adjusted R Squared = -.166)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Tinggi_tanaman
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 42.8350
W2 12 43.4817
W4 12 44.2183
W1 12 44.4500
Sig. .242

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
9.116.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 42.6283
K3 12 43.3867
K1 12 44.1083
K2 12 44.8617
57

Sig. .107

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 9.116.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = 0.05.

Lampiran 6. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Tinggi Tanaman Umur


28 HST

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Tinggi_tanaman

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 280.696a 17 16.512 1.313 .250


Intercept 153696.177 1 153696.177 12218.727 .000
Kelompok 21.970 2 10.985 .873 .428
Waktu_aplikasi 68.634 3 22.878 1.819 .165
Konsentrasi 84.382 3 28.127 2.236 .104
Waktu_aplikasi *
105.710 9 11.746 .934 .511
Konsentrasi
Error 377.362 30 12.579
Total 154354.236 48
Corrected Total 658.059 47

a. R Squared = .427 (Adjusted R Squared = .102)

Waktu aplikasi Konsentrasi


58

Tinggi_tanaman
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 55.6833
W2 12 55.9517
W4 12 56.0667
W1 12 58.6433
Sig. .070

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
12.579.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman
Duncan

Konsentrasi N Subset

1 2

K0 12 54.4550
K3 12 56.5717 56.5717
K1 12 57.3533 57.3533
K2 12 57.9650
Sig. .067 .372

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 12.579.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 7. Anilisis Ragam dan Uji Duncan 5% Tinggi Tanaman


Umur 35 HST

Tests of Between-Subjects Effects


59

Dependent Variable: Tinggi_tanaman

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 606.559a 17 35.680 1.865 .066


Intercept 213269.338 1 213269.338 11147.450 .000
Kelompok 188.199 2 94.100 4.919 .014
Waktu_aplikasi 93.257 3 31.086 1.625 .204
Konsentrasi 52.131 3 17.377 .908 .449
Waktu_aplikasi *
272.972 9 30.330 1.585 .165
Konsentrasi
Error 573.950 30 19.132
Total 214449.847 48
Corrected Total 1180.509 47

a. R Squared = .514 (Adjusted R Squared = .238)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Tinggi_tanaman_ke5
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W4 12 65.2717
W2 12 65.9083
W3 12 66.4950
W1 12 68.9517
Sig. .067
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
19.132.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman_ke5
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 65.1750
K1 12 66.6050
K3 12 66.7267
60

K2 12 68.1200
Sig. .142

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
19.132.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 8. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Anakan


Umur 10 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah_anakan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 19.688a 17 1.158 .923 .557


Intercept 841.687 1 841.687 671.113 .000
Kelompok .375 2 .187 .150 .862
Waktu_aplikasi 3.896 3 1.299 1.035 .391
Konsentrasi 4.729 3 1.576 1.257 .307
Waktu_aplikasi *
10.688 9 1.188 .947 .501
Konsentrasi
Error 37.625 30 1.254
Total 899.000 48
Corrected Total 57.312 47

a. R Squared = .344 (Adjusted R Squared = -.028)

Waktu aplikasi Konsentrasi


61

Jumlah_anakan
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W2 12 3.9167
W3 12 4.0833
W4 12 4.0833
W1 12 4.6667
Sig. .144

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
1.254.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Jumlah_anakan
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 3.6667
K1 12 4.2500
K3 12 4.3333
K2 12 4.5000
Sig. .105

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.254.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = 0.05.

Lampiran 9. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Anakan


Umur 20 HST

Tests of Between-Subjects Effects


62

Dependent Variable: Jumlah_anakan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 63.708a 17 3.748 .501 .932


Intercept 8112.000 1 8112.000 1085.016 .000
Kelompok 2.375 2 1.187 .159 .854
Waktu_aplikasi 11.500 3 3.833 .513 .677
Konsentrasi 14.000 3 4.667 .624 .605
Waktu_aplikasi *
35.833 9 3.981 .533 .839
Konsentrasi
Error 224.292 30 7.476
Total 8400.000 48
Corrected Total 288.000 47

a. R Squared = .221 (Adjusted R Squared = -.220)

Waktu aplikasi Konsentrasi

Jumlah_anakan
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 12.4167
W2 12 12.6667
W1 12 13.2500
W4 12 13.6667
Sig. .316

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
7.476.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Jumlah_anakan
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 12.3333
K2 12 12.8333
K3 12 13.0000
63

K1 12 13.8333
Sig. .230

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 7.476.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = 0.05.

Lampiran 10. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Anakan


Umur 30 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah_anakan_ke3

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 166.000a 17 9.765 .669 .807


Intercept 19200.000 1 19200.000 1315.068 .000
Kelompok 18.000 2 9.000 .616 .547
Waktu_aplikasi 26.167 3 8.722 .597 .622
Konsentrasi 30.833 3 10.278 .704 .557
Waktu_aplikasi *
91.000 9 10.111 .693 .710
Konsentrasi
Error 438.000 30 14.600
Total 19804.000 48
Corrected Total 604.000 47

a. R Squared = .275 (Adjusted R Squared = -.136)

Waktu aplikasi Konsentrasi


64

Jumlah_anakan
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W2 12 19.2500
W3 12 19.3333
W4 12 20.4167
W1 12 21.0000
Sig. .315

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
14.600.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Jumlah_anakan
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 18.9167
K1 12 19.6667
K2 12 20.3333
K3 12 21.0833
Sig. .215

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 14.600.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = 0.05.

Lampiran 11. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 7 HST
65

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: serangan

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 196.734a 17 11.573 1.000 .484


Intercept 11.573 1 11.573 1.000 .325
kelompok 23.145 2 11.573 1.000 .380
waktu_aplikasi 34.718 3 11.573 1.000 .406
konsentrasi 34.718 3 11.573 1.000 .406
waktu_aplikasi * konsentrasi 104.153 9 11.573 1.000 .461
Error 347.177 30 11.573
Total 555.483 48
Corrected Total 543.911 47

a. R Squared = .362 (Adjusted R Squared = .000)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Serangan Xo
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 .0000
W3 12 .0000
W4 12 .0000
W2 12 1.9641
Sig. .207
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
11.573.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Serangan Xo
Duncan

konsentrasi N Subset

K1 12 .0000
K2 12 .0000
K3 12 .0000
66

K0 12 1.9641
Sig. .207

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= 11.573.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 12. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 14 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: serangan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 256.311a 17 15.077 .840 .640


Intercept 58.959 1 58.959 3.284 .080
Kelompok 30.627 2 15.314 .853 .436
waktu_aplikasi 51.366 3 17.122 .954 .427
Konsentrasi 57.502 3 19.167 1.068 .378
waktu_aplikasi * konsentrasi 116.816 9 12.980 .723 .684
Error 538.658 30 17.955
Total 853.928 48
Corrected Total 794.969 47

a. R Squared = .322 (Adjusted R Squared = -.062)

Waktu aplikasi Konsentrasi


67

Serangan Xo
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 .0000
W4 12 .6772
W3 12 .9610
W2 12 2.7949
Sig. .150

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
17.955.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.
Serangan Xo
Duncan

konsentrasi N Subset

K1 12 .0000
K2 12 .6772
68

K3 12 .8309
K0 12 2.9251
Sig. .132

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
17.955.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 13. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 21 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: serangan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 466.876a 17 27.463 1.698 .100


Intercept 6870.450 1 6870.450 424.833 .000
Kelompok 10.323 2 5.162 .319 .729
waktu_aplikasi 170.727 3 56.909 3.519 .027
Konsentrasi 136.392 3 45.464 2.811 .056
waktu_aplikasi * konsentrasi 149.433 9 16.604 1.027 .442
Error 485.164 30 16.172
Total 7822.489 48
Corrected Total 952.039 47

a. R Squared = .490 (Adjusted R Squared = .202)

Waktu aplikasi Konsentrasi


69

Serangan Xo
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

1 2

W1 12 9.2630
W3 12 11.3355 11.3355
W4 12 12.9230
W2 12 14.3340
Sig. .217 .094

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 16.172.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.
Serangan Xo
Duncan

Konsentra N Subset
si 1 2

K2 12 10.6041
K1 12 11.0782
K3 12 11.3244
K0 12 14.8489
Sig. .683 1.000

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
16.172.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 14. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 28 HST

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: serangan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 311.948a 17 18.350 1.203 .319


70

Intercept 6910.883 1 6910.883 453.251 .000


kelompok 108.247 2 54.124 3.550 .041
waktu_aplikasi 10.662 3 3.554 .233 .873
konsentrasi 75.499 3 25.166 1.651 .199
waktu_aplikasi * konsentrasi 117.540 9 13.060 .857 .572
Error 457.421 30 15.247
Total 7680.252 48
Corrected Total 769.369 47

a. R Squared = .405 (Adjusted R Squared = .069)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Serangan Xo
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 11.4931
W4 12 11.6221
W3 12 12.2161
W2 12 12.6649
Sig. .510

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
15.247.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.
seranganXo
Duncan

Konsentrasi N Subset

K1 12 10.8697
K3 12 11.0158
K2 12 12.1019
K0 12 14.0087
Sig. .080
71

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
15.247.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 15. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 35 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: serangan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 555.297a 17 32.665 2.408 .017


Intercept 7532.087 1 7532.087 555.153 .000
Kelompok 224.791 2 112.396 8.284 .001
waktu_aplikasi 4.679 3 1.560 .115 .951
Konsentrasi 135.182 3 45.061 3.321 .033
waktu_aplikasi * konsentrasi 190.646 9 21.183 1.561 .172
Error 407.028 30 13.568
Total 8494.411 48
Corrected Total 962.325 47

a. R Squared = .577 (Adjusted R Squared = .337)

Waktu aplikasi Konsentrasi


Serangan Xo
Duncan
seranganXo
konsentrasi N Subset
Duncan
1 2
waktu_aplikasi N Subset
K2 12 10.9798
1
K3 12 11.1726
W1
K1 12 12
12.787512.0132
12.7875
W3
K0 12 12 12.5382
15.1669
W2
Sig. 12 .26612.7774.124
W4 12 12.7781
Sig. .648

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
13.568.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
72

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
13.568.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 16. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Pyricularia grisea umur 7 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SERANGAN

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 196.734a 17 11.573 1.000 .484


Intercept 11.573 1 11.573 1.000 .325
Kelompok 23.145 2 11.573 1.000 .380
waktu_aplikasi 34.718 3 11.573 1.000 .406
Konsentrasi 34.718 3 11.573 1.000 .406
waktu_aplikasi * konsentrasi 104.153 9 11.573 1.000 .461
Error 347.177 30 11.573
Total 555.483 48
Corrected Total 543.911 47

a. R Squared = .362 (Adjusted R Squared = .000)

Waktu aplikasi Konsentrasi


73

SERANGAN Py
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 .0000
W3 12 .0000
W4 12 .0000
W2 12 1.9641
Sig. .207

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
11.573.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
SERANGAN_Py
Duncan

konsentrasi N Subset

K1 12 .0000
K2 12 .0000
K3 12 .0000
74

K0 12 1.9641
Sig. .207

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = 11.573.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 17. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Pyricularia grisea umur 14 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SERANGAN

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 197.122a 17 11.595 .932 .549


Intercept 17.892 1 17.892 1.438 .240
Kelompok 18.883 2 9.441 .759 .477
waktu_aplikasi 31.141 3 10.380 .834 .486
Konsentrasi 31.141 3 10.380 .834 .486
waktu_aplikasi * konsentrasi 115.958 9 12.884 1.035 .436
Error 373.381 30 12.446
Total 588.395 48
Corrected Total 570.503 47

a. R Squared = .346 (Adjusted R Squared = -.025)

Waktu aplikasi Konsentrasi


75

SERANGAN_Py
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 .0000
W4 12 .0000
W3 12 .4781
W2 12 1.9641
Sig. .223

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
12.446.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
SERANGAN_Py
Duncan

konsentrasi N Subset

K1 12 .0000
K3 12 .0000
K2 12 .4781
K0 12 1.9641
Sig. .223

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= 12.446.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 18. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Pyricularia grisea umur 21 HST
76

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: SERANGAN

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 210.687a 17 12.393 .909 .571


Intercept 34.645 1 34.645 2.542 .121
Kelompok 27.259 2 13.630 1.000 .380
waktu_aplikasi 42.408 3 14.136 1.037 .390
Konsentrasi 25.359 3 8.453 .620 .607
waktu_aplikasi * konsentrasi 115.661 9 12.851 .943 .504
Error 408.886 30 13.630
Total 654.218 48
Corrected Total 619.573 47

a. R Squared = .340 (Adjusted R Squared = -.034)

Waktu aplikasi Konsentrasi


SERANGAN_Py
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W4 12 .0000
W3 12 .4781
W1 12 .4781
W2 12 2.4421
Sig. .149

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
13.630.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
SERANGAN_Py
Duncan

konsentrasi N Subset

K3 12 .0000
K2 12 .4781
K1 12 .9561
77

K0 12 1.9641
Sig. .244

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= 13.630.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 19. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Pyricularia grisea umur 28 HST
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: SERANGAN

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 427.607a 17 25.153 1.535 .148


Intercept 369.283 1 369.283 22.540 .000
Kelompok 3.613 2 1.806 .110 .896
waktu_aplikasi 136.586 3 45.529 2.779 .058
Konsentrasi 59.570 3 19.857 1.212 .322
waktu_aplikasi * konsentrasi 227.839 9 25.315 1.545 .178
Error 491.494 30 16.383
Total 1288.384 48
Corrected Total 919.102 47

a. R Squared = .465 (Adjusted R Squared = .162)

Waktu aplikasi Konsentrasi


78

SERANGAN_Py
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

1 2

W4 12 .9561
W1 12 1.4342
W3 12 3.5457 3.5457
W2 12 5.1588
Sig. .149 .337

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 16.383.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.
SERANGAN_Py
Duncan

Konsentra N Subset
si 1

K1 12 1.9123
K2 12 2.1115
K3 12 2.3904
K0 12 4.6807
Sig. .136

Means for groups in


homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = 16.383.
a. Uses Harmonic Mean
Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 20. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Intensitas Penyakit


Pyricularia grisea umur 35 HST
79

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: SERANGAN

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 731.647a 17 43.038 1.804 .077


Intercept 2636.906 1 2636.906 110.537 .000
Kelompok 144.079 2 72.040 3.020 .064
waktu_aplikasi 148.868 3 49.623 2.080 .124
Konsentrasi 83.243 3 27.748 1.163 .340
waktu_aplikasi * konsentrasi 355.457 9 39.495 1.656 .144
Error 715.665 30 23.856
Total 4084.217 48
Corrected Total 1447.312 47

a. R Squared = .506 (Adjusted R Squared = .225)

Waktu aplikasi
SERANGAN_Py
Duncan

waktu_aplikasi N Subset

W1 12 5.0586
W3 12 6.3797
W4 12 8.9146
W2 12 9.2945
Sig. .060

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
23.856.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
80

SERANGAN_Py
Duncan

konsentrasi N Subset

K2 12 5.3880
K1 12 7.4431
K3 12 7.7545
K0 12 9.0618
Sig. .101

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= 23.856.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 21. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Anakan


Produktif
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Anakan_Produktif

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 106.042a 17 6.238 1.966 .051


Intercept 14910.750 1 14910.750 4698.354 .000
Kelompok 28.125 2 14.062 4.431 .021
Waktu_aplikasi 12.750 3 4.250 1.339 .280
Konsentrasi 11.583 3 3.861 1.217 .321
Waktu_aplikasi *
53.583 9 5.954 1.876 .095
Konsentrasi
Error 95.208 30 3.174
Total 15112.000 48
Corrected Total 201.250 47

a. R Squared = .527 (Adjusted R Squared = .259)

Anakan_Produktif
Duncan
Waktu aplikasi
81

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 17.2500
W2 12 17.2500
W1 12 17.5000
W4 12 18.5000
Sig. .126

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
3.174.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
82

Anakan_Produktif
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 17.0833
K1 12 17.4167
K3 12 17.5833
K2 12 18.4167
Sig. .103

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
3.174.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 22. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Malai


83

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: jumlah_malai

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 106.042a 17 6.238 1.966 .051


Intercept 14910.750 1 14910.750 4698.354 .000
Kelompok 28.125 2 14.062 4.431 .021
Waktu_aplikasi 12.750 3 4.250 1.339 .280
Konsentrasi 11.583 3 3.861 1.217 .321
Waktu_aplikasi *
53.583 9 5.954 1.876 .095
Konsentrasi
Error 95.208 30 3.174
Total 15112.000 48
Corrected Total 201.250 47

a. R Squared = .527 (Adjusted R Squared = .259)

Konsentrasi

Waktu aplikasi
Jumlah_malai

Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 17.2500
W2 12 17.2500
W1 12 17.5000
W4 12 18.5000
Sig. .126

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
3.174.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
84

Jumlah_malai
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 17.0833
K1 12 17.4167
K3 12 17.5833
K2 12 18.4167
Sig. .103

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
3.174.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 23. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Indeks Luas Daun
85

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: ILD

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model .000a 17 1.230E-005 .987 .496


Intercept .021 1 .021 1702.097 .000
Kelompok 6.617E-005 2 3.308E-005 2.655 .087
Waktu_aplikasi 1.373E-005 3 4.576E-006 .367 .777
Konsentrasi 1.229E-006 3 4.097E-007 .033 .992
Waktu_aplikasi *
.000 9 1.422E-005 1.142 .366
Konsentrasi
Error .000 30 1.246E-005
Total .022 48
Corrected Total .001 47

a. R Squared = .359 (Adjusted R Squared = -.005)

Waktu aplikasi
ILD
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W4 12 .020250
W3 12 .020833
W1 12 .021333
W2 12 .021667
Sig. .379

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
1.25E-005.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
86

ILD
Duncan

Konsentrasi N Subset

K2 12 .020750
K1 12 .021083
K3 12 .021083
K0 12 .021167
Sig. .795

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
1.25E-005.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 24. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Bulir per
Malai
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah_bulir_malai

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 1003.875a 17 59.051 .724 .755


Intercept 153228.000 1 153228.000 1879.233 .000
Kelompok 195.875 2 97.937 1.201 .315
Waktu_aplikasi 121.833 3 40.611 .498 .686
Konsentrasi 24.167 3 8.056 .099 .960
Waktu_aplikasi *
662.000 9 73.556 .902 .536
Konsentrasi
Error 2446.125 30 81.538
Total 156678.000 48
Corrected Total 3450.000 47

a. R Squared = .291 (Adjusted R Squared = -.111)


87

Waktu aplikasi
Jumlah_bulir_malai
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W4 12 54.6667
W2 12 55.5833
W3 12 56.8333
W1 12 58.9167
Sig. .302

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
81.538.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
88

Jumlah_bulir_malai
Duncan

Konsentrasi N Subset

K1 12 55.7500
K0 12 56.2500
K3 12 56.3333
K2 12 57.6667
Sig. .641

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
81.538.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 25. Anaisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Bulir Bernas

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Jumlah_bulir_bernas

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 687611.604a 17 40447.741 1.831 .072


Intercept 34630717.521 1 34630717.521 1567.488 .000
Kelompok 143418.792 2 71709.396 3.246 .053
Waktu_aplikasi 51465.562 3 17155.187 .776 .516
Konsentrasi 81850.229 3 27283.410 1.235 .314
Waktu_aplikasi *
410877.021 9 45653.002 2.066 .066
Konsentrasi
Error 662793.875 30 22093.129
Total 35981123.000 48
Corrected Total 1350405.479 47

a. R Squared = .509 (Adjusted R Squared = .231)

Waktu aplikasi
Jumlah_bulir_bernas
89

Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W2 12 822.8333
W3 12 831.3333
W4 12 838.0833
W1 12 905.3333
Sig. .225

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
22093.129.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
90

Jumlah_bulir_bernas
Duncan

Konsentrasi N Subset

K1 12 814.0833
K0 12 821.8333
K3 12 843.1667
K2 12 918.5000
Sig. .125

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
22093.129.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 26. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Bulir


Hampa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah_bulir_hampa

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 54381.875a 17 3198.934 2.774 .007


Intercept 838465.333 1 838465.333 727.060 .000
Kelompok 8324.542 2 4162.271 3.609 .039
Waktu_aplikasi 5515.167 3 1838.389 1.594 .211
Konsentrasi 2525.333 3 841.778 .730 .542
Waktu_aplikasi *
38016.833 9 4224.093 3.663 .003
Konsentrasi
Error 34596.792 30 1153.226
Total 927444.000 48
Corrected Total 88978.667 47

a. R Squared = .611 (Adjusted R Squared = .391)

Jumlah_bulir_hampa
Duncan
Waktu Aplikasi
Waktu_aplikasi N Subset
91

W1 12 121.4167
W2 12 125.1667
W3 12 132.7500
W4 12 149.3333
Sig. .074

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
1153.226.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
92

Jumlah_bulir_hampa
Duncan

Konsentrasi N Subset

K2 12 124.5000
K0 12 125.5000
K3 12 137.8333
K1 12 140.8333
Sig. .292

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
1153.226.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Kombinasi perlakuan terhadap interaksi
Jumlah_bulir_hampa
Duncan

kombinasi N Subset

1 2

W2K1 3 95.3333
W4K3 3 96.6667
W1K0 3 110.0000
W2K2 3 110.3333
W1K1 3 117.3333
W1K2 3 118.3333
W3K1 3 120.3333
W3K2 3 125.3333
W4K0 3 126.3333
W3K0 3 131.6667
W2K0 3 134.0000
W1K3 3 140.0000
W4K2 3 144.0000
W3K3 3 153.6667
W2K3 3 161.0000
W4K1 3 230.3333
SIg. .056 1.000
93

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1153.226.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.

Grafik Interaksi
250

200
K0
Jumlah Bulir

150 K1
K2
K3
100

50

0
W1 W2 W3 W4

Lampiran 27. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Berat Bulir per
Rumpun
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat_kering_perumpun

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 581.458a 17 34.203 2.144 .033


Intercept 22188.000 1 22188.000 1390.976 .000
Kelompok 178.125 2 89.062 5.583 .009
Waktu_aplikasi 151.333 3 50.444 3.162 .039
Konsentrasi 52.833 3 17.611 1.104 .363
Waktu_aplikasi *
199.167 9 22.130 1.387 .238
Konsentrasi
Error 478.542 30 15.951
Total 23248.000 48
Corrected Total 1060.000 47

a. R Squared = .549 (Adjusted R Squared = .293)

Waktu aplikasi Waktu_aplikasi N Subset

Berat_kering_perumpun 1 2

Duncan W3 12 19.8333
94

W4 12 20.1667
W2 12 21.6667 21.6667
W1 12 24.3333
Sig. .298 .112

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 15.951.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
95

Berat_kering_perumpun
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 20.1667
K3 12 21.1667
K1 12 21.5833
K2 12 23.0833
Sig. .111

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
15.951.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 28. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Gabah Kering


Giling (GKG)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat_kering_petak

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 631524.354a 17 37148.491 .586 .876


Intercept 37194083.521 1 37194083.521 586.870 .000
Kelompok 63341.542 2 31670.771 .500 .612
Waktu_aplikasi 63199.729 3 21066.576 .332 .802
Konsentrasi 171725.562 3 57241.854 .903 .451
Waktu_aplikasi *
333257.521 9 37028.613 .584 .799
Konsentrasi
Error 1901311.125 30 63377.037
Total 39726919.000 48
Corrected Total 2532835.479 47

a. R Squared = .249 (Adjusted R Squared = -.176)

Waktu aplikasi
96

Berat_kering_petak
Duncan

Waktu_aplikasi N Subset

W3 12 841.5833
W4 12 860.0833
W2 12 881.1667
W1 12 938.2500
Sig. .399

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
63377.038.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
97

Berat_kering_petak
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 827.6667
K1 12 834.9167
K3 12 880.8333
K2 12 977.6667
Sig. .193

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
63377.038.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Lampiran 29. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Berat Segar
Brangkasan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat_segar_brangkasan

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 16194.042a 17 952.591 2.023 .045


Intercept 307520.083 1 307520.083 652.915 .000
Kelompok 10510.792 2 5255.396 11.158 .000
Waktu_aplikasi 1237.417 3 412.472 .876 .465
Konsentrasi 1782.250 3 594.083 1.261 .305
Waktu_aplikasi *
2663.583 9 295.954 .628 .764
Konsentrasi
Error 14129.875 30 470.996
Total 337844.000 48
Corrected Total 30323.917 47

a. R Squared = .534 (Adjusted R Squared = .270)

Duncan

Waktu_aplikasi N Subset
Waktu aplikasi
1
Berat_basah_brangkasan
98

W4 12 76.1667
W3 12 76.2500
W2 12 79.1667
W1 12 88.5833
Sig. .211

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
470.996.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
99

Berat_basah_brangkasan
Duncan

Konsentrasi N Subset

K0 12 70.5833
K3 12 80.5833
K1 12 81.4167
K2 12 87.5833
Sig. .088

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
470.996.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Lampiran 30. Analisi Ragam dan Uji Duncan 5% Berat Kering
Brangkasan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat_kering_brangkasan

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 2255.979a 17 132.705 2.169 .031


Intercept 68629.687 1 68629.687 1121.807 .000
Kelompok 614.000 2 307.000 5.018 .013
Waktu_aplikasi 176.896 3 58.965 .964 .423
Konsentrasi 962.896 3 320.965 5.246 .005
Waktu_aplikasi *
502.187 9 55.799 .912 .528
Konsentrasi
Error 1835.333 30 61.178
Total 72721.000 48
Corrected Total 4091.313 47

a. R Squared = .551 (Adjusted R Squared = .297)

1
Waktu aplikasi
W4 12 34.9167
Berat_kering_brangkasan
W3 12 37.4167
Duncan
W2 12 38.8333
Waktu_aplikasi N Subset
100

W1 12 40.0833
Sig. .149

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
61.178.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
101

Berat_kering_brangkasan
Duncan

Konsentrasi N Subset

1 2

K0 12 33.1667
K1 12 35.4167
K3 12 37.5833
K2 12 45.0833
Sig. .201 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 61.178.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.
b. Alpha = 0.05.

Lampiran 31. Analisi Ragam dan Uji Duncan 5% Indeks Panen


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Indeks_panen

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model .004a 17 .000 .849 .631


Intercept 43.934 1 43.934 171810.915 .000
Kelompok .001 2 .000 1.300 .288
Waktu_aplikasi .000 3 .000 .459 .713
Konsentrasi .000 3 .000 .461 .712
Waktu_aplikasi *
.002 9 .000 1.007 .456
Konsentrasi
Error .008 30 .000
Total 43.945 48
Corrected Total .011 47

a. R Squared = .325 (Adjusted R Squared = -.058)

Waktu aplikasi P1 12 .95267

Indeks_panen P3 12 .95633

Duncan P2 12 .95767

Waktu_aplikasi N Subset P4 12 .96017


Sig. .304
1
102

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= .000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.

Konsentrasi
Indeks_panen
Duncan

Konsentrasi N Subset

K1 12 .95350
K2 12 .95458
K3 12 .95892
K0 12 .95983
Sig. .385

Means for groups in homogeneous


subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
.000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
83

Dokumentasi

Gambar1. Proses dan hasil perbanyakan Paenibacillus polymyxa

Gambar 2. Penyemprotan persemaian dan pengolahan lahan


84

Gambar 3. Penanaman dengan sistem Jarwo

Gambar 4. Penyulaman dan pengkuran tanaman

Gambar 5. Umur Padi 28 Hari Setelah Tanam


85

Gambar 6. Fase Generatif pengisian bulir umur 45 Hari Seelah Tanam

Gambar 7. Supervisi
86

Gambar 8. Padi menjelang panen 77 Hari Setelah Tanam.

Anda mungkin juga menyukai