SKRIPSI
SKRIPSI
MENYETUJUI :
Telah dilaksanakan ujian skripsi pada tanggal 30 Agustus 2018 sebagai salah
satu syarat untuk menyandang gelar Sarjana Strata 1
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2018
Menyetujui Penguji :
Mengetahui
Dekan
iii
RINGKASAN
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bagus Teguh Setiawan, lahir di Pati tanggal 06 Juni 1996 dari pasangan
suami istri Bapak Kasmijan dan Ibu Daryanti. Penulis adalah anak pertama dari
SD Negeri Legundi 3 lulus tahun 2008, SMP Negeri 1 Karangjati lulus tahun
2011, SMA Negeri 1 Karangjati lulus tahun 2014. Setelah lulus SMA melanjutkan
v
KATA PENGANTAR
penyusunan skripsi. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak maka penelitian
2. Prof. Dr. Ir. Praptiningsih GA, MS. Selaku Dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan dan saran yang mendidik mulai dari
3. Ir. Sri Rahayu, MP. Selaku Dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan saran yang mendidik mulai dari awal sampai
5. Kedua orang tua bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan peran
vi
6. Segenap Dosen, Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Merdeka
yang telah member support dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
RINGKASAN iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Hipoesis 3
1.4 Manfaat 3
viii
3.4.1 Persiapan Lahan 15
3.4.2 Persemaian 15
3.4.3 Penanaman 15
3.4.4 Penyiangan 16
3.4.5 Pengairan 16
3.4.6 Pemeliharaan 17
3.4.6.1 Pemupukan 17
3.4.6.2 Serangan Hama dan Penyakit 17
3.4.7 Pemanenan 17
3.5 Parameter Pengamatan 18
3.5.1 Panjang Tanaman 18
3.5.2 Jumlah Anakan 18
3.5.3 Intensitas Penyakit 18
3.5.4 Jumlah Anakan Produktif 19
3.5.5 Indeks Luas Daun 20
3.5.6 Jumlah Malai 20
3.5.7 Jumlah Bulir per Malai 20
3.5.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa 21
3.5.9 Berat Bulir per Rumpun 21
3.5.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG) 21
3.5.11 Indeks Panen 22
3.5.12 Berat Segar Brangkasan 22
3.5.13 Berat Kering Brangkasan 22
3.6 Analisis Data 22
ix
4.1.7 Jumlah Bulir per Malai32
4.1.8 Jumlah Bulir Bernas dan Bulir Hampa33
4.1.9 Berat Bulir per Rumpun 35
4.1.10 Berat Gabah Kering Giling (GKG) 36
4.1.11 Indeks Panen 37
4.1.12 Berat Segar Brangkasan 38
4.1.13 Berat Kering Brangkasan 39
4.2 Pembahasan 40
DAFTAR PUSTAKA 48
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Skor penilaian tingkat serangan penyakit HDB/Kresek
(Xanhomonas oryzae pv. oryzae) dan penyakit Blas
(Pyricularia grisea) 19
Tabel 2. Rata-rata panjang tanaman pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 23
Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 25
Tabel 4. Rata-rata intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae
pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 26
Tabel 5. Rata-rata intensitas penyakit Pyricularia grisea pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa
pada tanaman padi 28
Tabel 6. Rata-rata jumlah anakan prodktif pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa
pada tanaman padi 29
Tabel 7. Rata-rata Indeks Luas Daun pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 30
Tabel 8. Rata-rata jumlah malai pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 31
Tabel 9. Rata-rata jumlah bulir per malai pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 32
Tabel 10. Rata-rata jumlah bulir bernas pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 33
Tabel 11. Rata-rata jumlah bulir hampa pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 34
Tabel 12. Rata-rata berat bulir per rumpun pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 35
Tabel 13. Rata-rata gabah kering giling (GKG) pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 36
Tabel 14. Rata-rata indeks panen pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 37
Tabel 15. Rata-rata berat segar brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 38
xi
Tabel 16. Rata-rata berat kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi 39
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Spesifikasi Padi Varietas M70D 51
Lampiran 2. Denah Penelitian 52
Lampiran 3. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 7 HST 53
Lampiran 4. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 14 HST 54
Lampiran 5. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 21 HST 55
Lampiran 6. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 28 HST 56
Lampiran 7. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Panjang Tanaman
Umur 35 HST 57
Lampiran 8. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 10 HST 58
Lampiran 9. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 20 HST 59
Lampiran 10. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Umur 30 HST 60
Lampiran 11. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 7 HST 61
Lampiran 12. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 14 HST 62
Lampiran 13. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 21 HST 63
Lampiran 14. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 28 HST 64
Lampiran 15. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Xanthomonas oryzae pv. oryzae umur 35 HST 65
Lampiran 16. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 7 HST 66
Lampiran 17. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 14 HST 67
Lampiran 18. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 21 HST 68
xiii
Lampiran 19. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 28 HST 69
Lampiran 20. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Intensitas Penyakit
Pyricularia grisea umur 35 HST 70
Lampiran 21. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Anakan
Produktif 71
Lampiran 22. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Malai 72
Lampiran 23. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Indeks Luas Daun 73
Lampiran 24. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir
per Malai 74
Lampiran 25. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir Bernas 75
Lampiran 26. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Jumlah Bulir Hampa 76
Lampiran 27. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Bulir
per Rumpun 78
Lampiran 28. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Gabah Kering Giling
(GKG) 79
Lampiran 29. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Segar Brangkasan
80
Lampiran 30. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Berat Kering Brangkasan
81
Lampiran 31. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5 % Indeks Panen 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses dan hasil perbanyakan Paenibacillus polymyxa 83
Gambar 2. Penyemprotan persemaian dan pengolahan lahan 83
Gambar 3. Penanaman dengan sistem Jarwo 84
Gambar 4. Penyulaman dan pengukuran tanaman 84
Gambar 5. Umur padi umur 28 hari setelah tanam 84
Gambar 6. Fase Generatif pengisian bulir umur 45 hari setelah tanam 85
Gambar 7. Supervisi 85
Gambar 8. Padi menjelang panen umur 77 hari setelah tanam 86
xv
BAB I
PENDAHULUAN
mengakibatkan tingginya gagal panen. Akibat dari gagal panen berimbas pada
(Eka, 2018).
HDB (Hawar Daun Bakteri) merupakan salah satu penyakit penting yang
dapat menurunkan produksi padi dan gagal panen. Penyakit HDB disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
varietas tahan. Oleh karena itu para peneliti tergerak untuk mengupayakan sarana
pengendalian yang efektif dan telah diperoleh yaitu agens antagonis Paenibacillus
(Wibowo, 2015).
1
2
HDB pada tanaman padi. Aplikasi dosis 5 ml/L dan waktu aplikasi yang ideal
yaitu perendaman benih, aplikasi pada persemaian, 14, 28, dan 42 HST
varietas tahan penyakit hawar daun bakteri dan agens hayati efektif dalam
14 HST (Hari Setelah Tanam) kurang efektif, karena kemunculan penyakit sudah
penyakit kresek dan penggunaan varietas tahan yang tidak sesuai patotipe di
lapang. Oleh karena itu penggunaan varietas yang sesuai patotipe dan kombinasi
frekuensi waktu aplikasi dengan dosis yang berbeda bisa menjadi alternatif untuk
1.2 Tujuan
1.3 Hipotesis
1.4 Manfaat
a. Bagi Instansi
setahun
4
c. Bagi Mahasiswa
lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Padi memiliki nama ilmiah yaitu Oryza sativa tergolong dalam keluarga
berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Graminae
Genus : Oryza
generatif. Bagian vegetatif meliputi: akar, batang, dan daun. Bagian generatif
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam
tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi termasuk
golongan akar serabut. Batang padi tersusun dari ruas-ruas dan antara ruas yang
satu dengan yang lain dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
5
6
oleh unsur hara, sinar matahari, jarak tanam, dan teknik budidaya. Bentuk daun
bunga padi. Panjang malai tergantung dari genetika (keturunan) varietas. Pada
waktu berbunga malai berdiri tegak kemudian terkulai bila butir telah terisi dan
dua jenis dengan bakal buah di atas. Jumlah benang sari 6 buah, tangkai sari
pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kantung serbuk. Putik
mempunyai dua tangkai, dengan dua buah kepala yang berbentuk malai dengan
warna putih atau ungu. Bulir/gabah sebenarnya bukan biji melainkan buah padi
yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah terjadi setelah penyerbukan dan
(Sanur, 2009).
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar (1500 – 2000) mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara
(0 – 1500) m dpl (diatas permukaan laut). Tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang
cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya
Menurut Tarmudji (2017), IR 64 varietas tahan rontok dan rebah. Bentuk gabah
serangan penyakit HDB (Hawar Daun Bakteri) dan virus kerdil rumput.
Ciherang merupakan varietas tanaman padi yang cocok ditanam di sawah irigasi
dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl dan tahan terhadap hawar daun
bakteri strain III serta rentan terhadap strain IV dan VIII. Varietas mekongga
merupakan padi yang baik ditanam disawah dataran rendah sampai ketinggian
500 m dpl, dengan bentuk gabah ramping panjang dan agak tahan terhadap hawar
daun bakteri strain IV. Inpari-19 merupakan varietas padi yang tahan akan hama
wereng batang coklat dan tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
patotipe III. Varietas ini cocok ditanam dilahan irigasi dan tadah hujan dengan
ketinggian (0 ˗ 600) m dpl. Selain itu, tahan terhadap rebah dan memiliki bentuk
gabah panjang/ramping.
Padi M70D merupakan padi dengan umur masa panen yang singkat dan
jauh lebih singkat dari benih padi pada umumnya. Padi varietas ini memiliki
masa panen (70 – 85) HST (Hari Setelah Tanam), bahkan jika kondisi lahan
sangat produktif mampu panen dengan waktu (60 – 65) HST. Keungggulan lain
memiliki umur pendek varietas M70D memiliki potensi panen mencapai 8 t/ha
2.3 Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Hawar Daun Bakteri (HDB) dan
Blas
bagian daun. Penyakit tersebut antara lain Penyakit Kresek / Hawar Daun Bakteri
(HDB) / Bacterial leaf blight (BLB), dan penyakit Blas. Penyebab penyakit
Kresek / Hawar Daun Bakteri (HDB) / Bacterial leaf blight (BLB) adalah
Pyricularia grisea.
blight (BLB), ada pada tanaman padi di persemaian, dicirikan warna menguning
pada tepi daun yang tidak mudah diamati. Gejala yang ditemukan pada fase
pertumbuhan anakan sampai fase pemasakan adalah gejala hawar (water soaked)
sampai berupa garis kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada
berombak, selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna susu atau berupa
tetes embun pada daun muda di pagi hari. Pada stadia perkembangan gejala
penyakit lebih lanjut, luka berubah warna menjadi kuning memutih. Selanjutnya
pada daun yang terinfeksi parah, warna daun cenderung menjadi abu-abu disertai
hampir semua sentra produksi padi di Indonesia. Gejala penyakit blas yang parah
di bagian buku tanaman padi dapat menyebabkan batang patah dan kematian pada
bagian batang di atas buku yang terinfeksi (Taufik., 2011). Gejala awal berupa
9
bercak kecil berwarna hijau gelap keabu-abuan. Bercak cepat melebar pada
varietas rentan, khususnya bila cuaca lembab dan hangat (Yuliani dan Maryana
2014).
kehilangan hasil sampai 100 % (Suganda et al., 2016). Pada kondisi lingkungan
yang mendukung, varietas padi yang terinfeksi parah dengan tingkat intensitas
yang tinggi, baik oleh penyakit blas daun maupun blas leher malai, dapat
Chain Reaction (PCR), Pada Tahun 2013, BBPOPT (Balai Besar Peramalan
secara genetika dengan teknik PCR. Data hasil sequen kemudian diolah
Blast) secara online. Dari hasil sequen, teridentifikasi bahwa bakteri yang
Hasil identifikasi ini telah memperkuat hasil identifikasi dari Balai Besar Biogen
bakteri antagonis yang secara morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi
cembung dengan warna coklat susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat
10
kegiatan mikroorganisme lain. Hasil uji di Balai Besar Biogen, bakteri juga
hormon tumbuhan, yang paling utama adalah AIA (Asam Indol Asetat).
Tumbuhan tidak mungkin untuk mensintesis AIA dalam jumlah yang cukup untuk
pertumbuhan secara optimal. Maka dari itu diperlukan bantuan hormon pemacu
dari luar, meskipun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan respon tiap
tanaman dan konsentrai AIA yang dilepaskan (Patten dan Glick., 2002).
Lindow., 2005).
11
antagonisme yang mampu bersaing hidup dengan bakteri pathogen dan menekan
populasi patogen dalam satu lingkup populasi, sehingga dalam satu ruang lingkup
bukan hanya giberelin, namun juga penghasil AIA (Asam Indol Asetat). AIA
jaringan, serta respon terhadap cahaya dan gravitasi (Salisbury dan Ross., 1992).
bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae dan selanjutnya gejala kresek pada
tanaman padi. Secara umum dapat menghambat timbulnya gejala awal serta
penyemprotan pada umur 14, 28, dan 42 HST. Aplikasi dilakukan pada sore hari
mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah
persebaran 25 % per hari. Oleh karena itu, dalam kajian ini ingin mempercepat
interval yaitu 1 minggu 1x mulai umur 7 HST sampai masa umur 28 HST dengan
hujan tahunan 250 mm/th. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2018.
107 Cfu (hasil dari uji perbanyakan dengan menggunakan ekstrak kedelai), benih
padi varietas M70D, pupuk Ponska, pupuk cair KCL, air. Alat yang digunakan
yaitu traktor, pompa air / diesel, hand sprayer / tangki semprot, atajarwo, ember ,
Rancagan Acak Kelompok (RAK) terdiri dua faktor , diulang tiga kali.
1. Faktor perlakuan
W1. waktu aplikasi umur 7 , 14, 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST)
13
14
W2. waktu aplikasi umur 14, 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST).
W3. waktu aplikasi umur 21, dan 28 Hari Setelah Tanam (HST).
2. Kombinasi perlakuan
W1K0 : Kontrol.
W2K0 : Kontrol.
W3K0 : Kontrol
W4K0 : Kontrol
15
menggunakan traktor sebanyak 2x. Pertama pembalikan tanah dan kedua perataan
ditanami.
3.4.2 Persemaian
Persemaian dilakukan dengan cara yang sama dengan padi varietas pada
angkat dan di rendam (peram) dengan air biasa selama 24 jam sebelum di sebar di
lahan persemaian.
3.4.3 Penanaman
memiliki masa persemaian yang lebih pendek kurang lebih (12 – 14) HSS
(Hari Setelah Semai). Jumlah anakan padi tergolong banyak berkisar kurang lebih
20 sampai 40. Oleh karena itu, penanaman varietas M70D dilakukan setelah umur
semai 12 HSS dengan sistem penanaman Jarwo 2 : 1. Setiap lubang tanam di isi
4 tanaman.
16
3.4.4 Penyiangan
mengurangi tingkat kompetisi atau persaingan unsur hara, penetrasi sinar matahari
pada sitem lahan kering yang memungkinkan gulma lebih banyak dan cepat
tumbuh dari pada lahan basah. Penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada
umur (7, 21 dan 35) HST. Cara penyiangan dengan sistem manual mencabut
3.4.5 Pengairan
dimiliki tanaman itu sendiri. Fakta menunjukan bahwa banyak padi varietas tahan
kering atau tahan cekaman air rentan terhadap kekeringan khususnya pada daerah
pegunungan yang identik dengan kekurangan air. Padi varietas M70D merupakan
varietas baru yang mengklaim mampu bertahan di lahan dengan sistem pengairan
(7 – 8) kali pengairan.
17
3.4.6 Pemeliharaan
3.4.6.1 Pemupukan
sebanyak 200 kg/ha. Pupuk KCL sebanyak 300 L/ha dengan takaran konsentrasi
4 ml/L. Pemupukan dilakukan 2x pada umur (10 dan 25) HST, dimana dalam 1x
pemupukan ½ x dosis total. Hasilnya adalah setiap pemupukan dosis Ponska 100
karena kedua hal tersebut merupakan sasaran utama dari faktor penggunaan
Paenibacillus polymyxa. Pengendalian hama dan penyakit yang tidak terduga atau
di luar faktor dilakukan dengan cara alami. Diantaranya pestisida nabati dari
Guenee), pestisida nabati dari daun Mimba untuk pengendalian belalang dan
3.4.7 Pemanenan
sampai ke akar.
18
luas daun, jumlah malai, jumlah bulir per malai, jumlah bulir bernas dan bulir
hampa, berat bulir per rumpun, berat gabah kering giling, indeks panen, berat
tanaman mulai dari permukaan tanah sampai bagian tanaman paling tinggi.
Pengukuran dilakukan sebelum aplikasi ke tanaman sampel pada (7, 14, 21, 28,
rumpun dan dikurangi jumlah yang ditanam pada awal penanaman. Penghitungan
pada semua rumpun tanaman dalam satu petak. Pengamatan dimulai pada umur
(7 – 35) HST dengan interval 7 hari. Penilaian intensitas penyakit dilakukan atas
dasar adanya gejala serangan yang ditimbulkan pada permukaan daun dari setiap
X 100%
NZ
Keterangan :
IP = Intensitas Penyakit (%).
ni = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala
kerusakan.
vi = Nilai skala kerusakan dari tiap kategori serangan
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
buah atau bulir padi. Penghitungan jumlah anakan produktif dilakukan sekali pada
masa padi menjelang panen dengan cara menjumlah total dalam satu rumpun
tanaman yang produksi di kurangi dengan jumlah tanaman pada awal tanam.
20
Indeks luas daun dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu luas
LD = p x l x FK ILD = LD / A
Keterangan :
l = lebar daun
dari varietas dan jumlah anakan produktif yang dihasilkan. Malai di hitung dengan
cara menjumlah total malai per satu rumpun tanaman, kalikan jumlah sampel dan
diambil rerata. Pengamatan dilakukan pada saat menjelang panen pada 5 sampel
menghitung jumlah bulir setiap malai dalam satu rumpun kemudian dikalikan
dengan jumlah total malai yang ada dalam satu rumpun, kalikan jumlah sampel
dan diambil rerata. Pengamatan dilakukan pada 5 sampel tanaman atau rumpun.
21
Jumlah bulir atau gabah terdapat bulir bernas dan hampa karena
hampa perumpun.
jumlah bulir. Menimbang jumlah total bulir per rumpun atau sampel dan dikalikan
Bobot kering total = Bobot gabah kering isi + Bobot kering tanaman.
(dicabut).
brangkasan kering dilakukan setelah dijemur diterik matahari atau di oven sampai
benar-benar kering.
signifikansi pengaruh dua faktor dengan SPSS 20, dilanjutkan uji Duncan untuk
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
padi pada semua umur pengamatan. (Lampiran 3 – 7). Perlakaun waktu aplikasi
23
24
W3 (21 HST – 28 HST) cenderung terendah mulai 7 HST sampai 28 HST yang
mengalami kenaikan panjang tanaman pada 35 HST dan terendah adalah panjang
tanaman pada perlakuan W4 (28 HST) yaitu 65,27 cm. Pemberian konsentrasi
banyak pada K2 (10 ml/L) yaitu sebesar 45.36 cm dan terendah pada K 1 (5 ml/L)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
masing-masing faktor tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Rata-rata
Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Rata-rata jumlah anakan pada umur
Perlakuan
10 HST 20 HST 30 HST
W1 4.67 a 13.25 a 21.00 a
W2 3.92 a 12.67 a 19.25 a
W3 4.04 a 12.42 a 19.33 a
W4 4.04 a 13.67 a 20.42 a
K0 3.67 a 12.33 a 18.92 a
K1 4.25 a 13.83 a 19.67 a
K2 4.50 a 12.83 a 20.33 a
K3 4.33 a 13.00 a 21.08 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
pengamatan (10 – 30) HST. Perlakuan waktu aplikasi penambahan jumlah anakan
(21 HST – 28 HST) yaitu 15.29. Fluktuasi penambahan tertinggi pada perlakuan
ml/L) yaitu 15.25. Rata-rata fluktuasi pertambahan jumlah anakan umur (10 –
30) HST cenderung sama dari dua perlakuan. pada perlakuan waktu aplikasi (W)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
oryzae pv. oryzae pada umur pengamatan 21 HST dan 35 HST. Rata-rata
intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada perlakuan waktu aplikasi
dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada Tabel 4
dibawah ini.
Xanthomonas oryzae pv. oryzae tertinggi pada umur 21 HST. Pemberian waktu
intensitas penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae pada umur 21 HST dan
konsentrasi 0 ml/L (K0) yaitu 13.21 % dan terendah pada konsentrasi 10 ml/L (K2)
yaitu 10.98 %.
bahwa tidak ada interaksi antara waktu aplikasi dengan konsentrasi Paenibacillus
polymyxa terhadap intensitas penyakit Pyricularia grisea padi pada semua umur
(14 HST – 28 HST) yaitu 9.29 % dan terendah pada W 1 (7 HST – 28 HST) yaitu
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
produktif tanaman padi (Lampiran 21). Demikian pada masing- masing faktor
tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif. Rata-rata jumlah
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah anakan produktif
W1 17.50 a
W2 17.25 a
W3 17.25 a
W4 18.50 a
K0 17.08 a
K1 17.42 a
K2 18.42 a
K3 17.58 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
perlakuan W4 (28 HST) yaitu 18.50 dan terendah pada perlakuan W3 (21
pada perlakuan K2 (10 ml/L) 18.42 dan terendah pada perlakuan K0 (0 ml/L)
yaitu 17.08.
30
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
tanaman padi (Lampiran 23). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada
pengaruh nyata terhadap indeks luas daun. Rata-rata indeks luas daun pada
Tabel 7. Rata-rata Indeks Luas Daun pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Indeks Luas Daun (cm2)
W1 0.021 a
W2 0.022 a
W3 0.020 a
W4 0.020 a
K0 0.021 a
K1 0.021 a
K2 0.020 a
K3 0.021 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap indeks luas daun
W2 (14 HST – 28 HST) yaitu 0.022 cm2 dan terendah pada W4 (28 HST) yaitu
(0 ml/L) yaitu 0.021 cm2 dan terendah pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 0.020
cm2.
31
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
tanaman padi (Lampiran 22). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada
pengaruh nyata terhadap jumlah malai. Rata-rata jumlah malai pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Malai pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Malai
W1 17.50 a
W2 17.25 a
W3 17.25 a
W4 18.50 a
K0 17.08 a
K1 17.42 a
K2 18.42 a
K3 17.58 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
(28 HST) yaitu 18.50 dan terendah pada W 2 (14 HST – 28 HST) dan W 3
tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 18.42 dan terendah pada perlakuan K 0
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
malai tanaman padi (Lampiran 24). Demikian pada masing- masing faktor tidak
ada pengaruh nyata terhadap jumlah malai. Rata-rata jumlah bulir per malai pada
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Bulir Per Malai pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Per Malai
W1 58.92 a
W2 55.58 a
W3 56.83 a
W4 54.67 a
K0 56.25 a
K1 55.75 a
K2 57.67 a
K3 56.33 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
waktu aplikasi dan konsentrasi Paenibacillus polymyxa terhadap jumlah bulir per
malai tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 58.92 dan terendah pada W4 (28 HST) yaitu 54.67.
Hasil analisis ragam menunjukkan (Lampiran 25) bahwa antara tidak ada
jumlah bulir bernas. Tetapi, terdapat interaksi antara waktu aplikasi dan
(Lampiran 26). Pada jumlah bulir bernas tidak berpengaruh nyata antara waktu
hampa juga tidak berpengaruh nyata antara waktu aplikasi dan konsentrasi
aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji pada
Tabel 8 dan rata-rata jumlah bulir hampa pada perlakuan waktu aplikasi dan
dibawah ini.
Tabel 10.Rata-rata Jumlah Bulir Bernas pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Bernas
W1 905.33 a
W2 822.83 a
W3 831.33 a
W4 838.08 a
K0 821.83 a
K1 814.08 a
K2 918.50 a
K3 843.17 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
34
bernas tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 905.33 dan terendah pada W 2 (14 HST – 28 HST)
K2 (10 ml/L) yaitu 918.50 bulir dan terendah pada perlakuan K 1 (5 ml/L) yaitu
814.08 bulir.
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Bulir Hampa pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bulir Hampa
W1 121.42 a
W2 125.17 a
W3 132.75 a
W4 149.33 a
K0 125.50 a
K1 140.83 a
K2 124.50 a
K3 137.83 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
hampa tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
W4 (28 HST) yaitu 149.33 dan terendah pada W3 (7 HST – 28 HST) yaitu 121.42.
yaitu 140.83 dan terendah pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 124.50.
35
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
rumpun tanaman padi (Lampiran 27). Akan tetapi, terdapat pengaruh nyata antara
waktu aplikasi terhadap berat bulir per rumpun tanaman padi. Sedangkan,
konsentrasi Paenibacillus polymyxa tidak ada pengaruh nyata terhadap berat bulir
per rumpun. Rata-rata berat bulir per rumpun pada perlakuan waktu aplikasi dan
dibawah ini.
Tabel 12. Rata-rata Berat Bulir per Rumpun pada perlakun waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Berat Bulir Per Rumpun (gram)
W1 24.33 b
W2 21.67 ab
W3 19.83 a
W4 20.17 a
K0 20.17 a
K1 21.58 a
K2 23.08 a
K3 21.17 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
waktu aplikasi Paenibacillus polymyxa terhadap berat bulir per rumpun tanaman
HST – 28 HST) yaitu 24.33 gram dan terendah pada W 3 (7 HST – 28 HST) yaitu
nyata terhadap berat bulir per rumpun. Faktor konsentrasi Paenibacillus polymyxa
36
tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 23.08 gram dan terendah pada perlakuan K 0
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
tanaman padi (Lampiran 28). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada
pengaruh nyata terhadap gabah kering giling. Rata-rata gabah kering giling pada
Tabel 13. Rata-rata Berat GKG pada perlakun waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Berat GKG (gram)
W1 938.25 a
W2 881.17 a
W3 841.58 a
W4 880. 08 a
K0 827.67 a
K1 834.92 a
K2 977.67 a
K3 880.33 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
kering giling tanaman padi. Faktor waktu aplikasi tertinggi ditunjukkan pada
tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) yaitu 977.67 gram dan terendah pada
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
tanaman padi (Lampiran 31). Demikian pada masing- masing faktor tidak ada
pengaruh nyata terhadap indeks panen. Rata-rata indeks panen pada perlakuan
waktu aplikasi dan konsetrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi tersaji
Tabel 14. Rata-rata Indeks Panen pada perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi
Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
Perlakuan Rata-rata Indeks Panen
W1 0.953 a
W2 0.958 a
W3 0.956 a
W4 0.960 a
K0 0.960 a
K1 0.953 a
K2 0.954 a
K3 0.959 a
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
- HST : hari setelah tanam
ditunjukkan pada perlakuan W4 (28 HST) yaitu 0.960 dan terendah pada W1
tertinggi pada perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 0.960 dan terendah pada perlakuan K1
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
Brangkasan tanaman padi (Lampiran 29). Demikian pada masing- masing faktor
tidak ada pengaruh nyata terhadap Berat Segar Brangkasan. Rata-rata Berat Segar
Tabel 15. Rata-rata Berat Segar Brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan W1 (7 HST – 28 HST) yaitu 88.58 gram dan
terendah pada W4 (28 HST) yaitu 76.17 gram. Faktor konsentrasi Paenibacillus
39
polymyxa tertinggi pada perlakuan K2 (10 ml/L) 87.58 gram dan terendah pada
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara waktu
kering brangkasan pada tanaman padi. Rata-rata berat kering brangkasan pada
Tabel 16. Rata-rata Berat Kering Brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi Paenibacillus polymyxa pada tanaman padi
polymyxa terdapat pengaruh nyata pada berat kering brangkasan tanaman padi.
yaitu 45.08 gram dan terendah pada perlakuan K0 (0 ml/L) yaitu 33.17 gram.
4.2 Pembahasan
menunjukkan tidak ada pengaruh nyata pada semua faktor perlakuan. Adanya
kombinasi W4K1 tidak mampu menekan tinggi jumlah bulir hampa dibandingkan
perlakuan kombinasi lain yang mampu menekan jumlah bulir hampa (Lampiran
26).
bernas. Hal ini diduga karena perlakuan konsentrasi rendah dan perlakuan waktu
satu penyakit yang berpengaruh pada bulir yaitu Pyricularia grisea. Hal ini
Pyricularia grisea dapat menginfeksi semua fase tanaman padi mulai persemaian
sampai menjenlang panen, infeksinya dapat mencapai bagian gabah (bulir) dan
patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
41
berat bulir menunjukkan tidak terdapat interaksi antara waktu aplikasi (W) dan
konsntrasi (K) Paenibacillus polymyxa. Hal ini diduga karena ketersediaan air
dan faktor tanah. Kondisi kekurangan air disebabkan oleh kondisi topografi
pada musim, pegelolaan tanah, dan pergilian tanaman. Tanah merupakan media
berat bulir per rumpun. Pengaruh yang ditunjukan pada perlakuan waktu aplikasi
W1 (7, 14, 21, dan 28 HST) menandakan bahwa aplikasi secara berkelanjutan
penurunan produksi hasil. Menurut Balai Besar Penelitian Tanamn Padi (2015)
Penurunan produksi hasil disebabkan oleh salah satu penyakit HDB (Hawar
Paenibacillus polymyxa.
menunjukkan pengaruh nyata pada umur 7 HST, perlakuan K 2 (10 ml/L) umur
ditunjukan pada perlakuan konsentrasi K3 (15 ml/L). Hal ini diduga bahwa
Oleh karena itu, diperlukan tambahan hormon dari luar seperti agens hayati
Pyricularia grisea ditunjukan tingkat serangan masuk kategori agak tahan. Hal
global yang terjadi telah mengubah kondisi iklim secara global, regional,
maupun lokal.
43
dan perkembangan OPT (Iwantoro, 2008). Hal ini didukung pendapat Bashan
dengan spesies tanaman dan terdapat diberbagai habitat disebut Plant Growth-
Lindow (2005), bakteri dapat menghasilkan auksin dan sitokonin antara lain
Paenibacillus polymyxa. Hal ini diduga karena faktor intensitas cahaya matahari
Fosfor (P), dan kalium (K) yang memiliki masing-masing peran terhadap
terhadap ILD (Indeks Luas Daun). Faktor tersebut juga memicu pembentukan
anakan lebih lama dan anakan yang terbentuk tidak produktif. Selain itu, jenis
meskipun jarak tanam lebar dan perolehan sinar matahari penuh namun
penggunaan unsur N yang kurang, daun tidak dapat tumbuh lebar. Didukung
pendapat Prasetya. (2002), nitrogen merupakan penyusun dari semua protein dan
asam nukleat., semakin banyak N diserap oleh tanaman, daun akan tumbuh lebih
besar sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Jumlah anakan dan anakan
pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 HST), namun biasanya anakan yang
anakan produktif, dimana varietas M70D jumlah setiap satu anakan produktif
berpengaruh pada berat brangkasan segar tanaman. Berat segar brangkasan tinggi
menunjukkan daya serap air dan nutrisi yang maksimal. Selain itu, berat segar
hara berperan penting sebagai sumber energi dalam mempengaruhi biomassa dari
suatu tanaman (Rahmah et al., 2014). Faktor berat brangkasan kering menjadi
faktor utama mempengaruhi hasil indeks panen dan berat GKG (Gabah Kering
Giling). Mungara. dkk. (2013), indeks panen semakin tinggi maka tingkat
Indeks panen (Tabel 14) dan berat GKG (Gabah Kering Giling)
(Tabel 13) menunjukan hasil yang tidak linier. Hal ini karena, kondisi berat
kering brangkasan tinggi tidak diimbangi dengan hasil produksi tinggi. Produksi
GKG tinggi dapat menghasilkan indeks panen tinggi, tergantung pada berat
dengan indeks tertinggi pada W4K0 (kontrol) sebesar 0.96. Penggunaan perlakuan
lain. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah populasi ada yang berkurang akibat
serangan penyakit. Pendapat Syafrudin et al. (2006), indeks panen yang tinggi
menunjukan bahwa proses fotosintesis cukup baik karena hasil fotosintat lebih
Berat GKG cenderung tertinggi pada perlakuan W1 (7, 14, 21, dan
28) HST. Sedangkan faktor perlakuan K2 (10 ml/L). Hasil berbeda pada semua
perlakuan (Tabel 13) disebabkan oleh kehilangan hasil panen. Menurut Mungara.
dkk. (2013), kehilangan hasil panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
umur panen terlampau matang, kadar air rendah, alat dan cara panen.
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa:
K2 (10 ml/L) pada umur 14 HST dan 28 HST, parameter berat kering
5.2 Saran
47
Daftar Pustaka
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015. Pengendalian Penyakit Kresek dan
Hawar Daun Bakteri.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/
content/45-pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bekteri diakses
24 Oktober 2017.
Bashan Y, dan Holguin G. 1998. Proposal for the division of plant growth-
promoting rhizobacteria into two classifications: biocontrol-PGPB (plant
growth-promoting bacteria) and PGPB. Soil Biol Biochem 30:1225–1228.
Eka, A. Kompas.com, April 2018 19,4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat
Memenhuhi Kebutuhan Pangan.
http://ekonomi-kompas.com/read/2018/04/03/140000126/19-4-juta-orang-
indonesia-tidak-dapat-memenuhi-kebutuhan-pangan diakses 5 April 2018.
Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Bebrapa Padi Ladang (Oryza sativa L.).Skripsi
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kadir TS, Suryadi Y, Sudir, Machmud M. 2010. Penyakit bakteri padi dan cara
pengendaliannya, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Pengembangan
Bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian, Bogor.
48
49
Leveau JHJ, Lindow SE. 2005. Utilization of the plant hormone indole-3-acetic
acid for growth by Pseudomonas putida strain 1290. Appl Environ
Microbiol 71:2365-2371.
Patten CL, dan Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas putida indoleacetic acid in
development of the host plant root system. Appl Environ Microbiol
68:3795-3801.
Rahmah, Atikah., M.L., s.p. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar
Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Var. Saccharata) Buletin Anatomi
dan Fisiologi. Volume XXII, Nomor 1, Edisi Maret 2014.
Salisbury FB, dan Ross CW. 1992. Plant Physiology. Ed ke-4. California: Worth
Publishing, Inc.
Syahri, Utami R.S 2015. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Padi pada Budidaya
Ramah Lingkungan di Daerah Endemis Penyakit Kresek Kabupaten OKU
Timur. (Abstrak).
Taufik, M. 2011. Evaluasi ketahanan padi gogo lokal terhadap penyakit blas
(Pyricularia oryzae) di lapang. Agriplus 21(1):68–74.
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
a. Denah Penelitian
U
B T
V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V 25 cm V
30 cm
V V V V V V V
25 cm
V V V V V V V
30 cm
V V V V V V V
25 cm
V V V V V V V
30 cm
V V V V V V V
53
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 22.6400
W4 12 22.7833
W2 12 23.1583
W1 12 24.5633
Sig. .059
Duncan
Konsentrasi N Subset
1 2
K0 12 22.1683
K2 12 22.7600 22.7600
K3 12 23.6100 23.6100
K1 12 24.6067
Sig. .141 .061
Tinggi_tanaman
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 33.7933
W2 12 34.0417
W4 12 34.5500
W1 12 35.9550
Sig. .089
Konsentrasi N Subset
1 2
K0 12 32.7433
K3 12 34.6583 34.6583
K1 12 35.0983 35.0983
K2 12 35.8400
Sig. .056 .332
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 42.8350
W2 12 43.4817
W4 12 44.2183
W1 12 44.4500
Sig. .242
Konsentrasi N Subset
K0 12 42.6283
K3 12 43.3867
K1 12 44.1083
K2 12 44.8617
57
Sig. .107
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 55.6833
W2 12 55.9517
W4 12 56.0667
W1 12 58.6433
Sig. .070
Konsentrasi N Subset
1 2
K0 12 54.4550
K3 12 56.5717 56.5717
K1 12 57.3533 57.3533
K2 12 57.9650
Sig. .067 .372
Waktu_aplikasi N Subset
W4 12 65.2717
W2 12 65.9083
W3 12 66.4950
W1 12 68.9517
Sig. .067
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
19.132.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Tinggi_tanaman_ke5
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 65.1750
K1 12 66.6050
K3 12 66.7267
60
K2 12 68.1200
Sig. .142
Jumlah_anakan
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W2 12 3.9167
W3 12 4.0833
W4 12 4.0833
W1 12 4.6667
Sig. .144
Konsentrasi N Subset
K0 12 3.6667
K1 12 4.2500
K3 12 4.3333
K2 12 4.5000
Sig. .105
b. Alpha = 0.05.
Jumlah_anakan
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 12.4167
W2 12 12.6667
W1 12 13.2500
W4 12 13.6667
Sig. .316
Konsentrasi N Subset
K0 12 12.3333
K2 12 12.8333
K3 12 13.0000
63
K1 12 13.8333
Sig. .230
b. Alpha = 0.05.
Jumlah_anakan
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W2 12 19.2500
W3 12 19.3333
W4 12 20.4167
W1 12 21.0000
Sig. .315
Konsentrasi N Subset
K0 12 18.9167
K1 12 19.6667
K2 12 20.3333
K3 12 21.0833
Sig. .215
b. Alpha = 0.05.
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 .0000
W3 12 .0000
W4 12 .0000
W2 12 1.9641
Sig. .207
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
11.573.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
12.000.
b. Alpha = 0.05.
Serangan Xo
Duncan
konsentrasi N Subset
K1 12 .0000
K2 12 .0000
K3 12 .0000
66
K0 12 1.9641
Sig. .207
Serangan Xo
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 .0000
W4 12 .6772
W3 12 .9610
W2 12 2.7949
Sig. .150
konsentrasi N Subset
K1 12 .0000
K2 12 .6772
68
K3 12 .8309
K0 12 2.9251
Sig. .132
Serangan Xo
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
1 2
W1 12 9.2630
W3 12 11.3355 11.3355
W4 12 12.9230
W2 12 14.3340
Sig. .217 .094
Konsentra N Subset
si 1 2
K2 12 10.6041
K1 12 11.0782
K3 12 11.3244
K0 12 14.8489
Sig. .683 1.000
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 11.4931
W4 12 11.6221
W3 12 12.2161
W2 12 12.6649
Sig. .510
Konsentrasi N Subset
K1 12 10.8697
K3 12 11.0158
K2 12 12.1019
K0 12 14.0087
Sig. .080
71
SERANGAN Py
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 .0000
W3 12 .0000
W4 12 .0000
W2 12 1.9641
Sig. .207
konsentrasi N Subset
K1 12 .0000
K2 12 .0000
K3 12 .0000
74
K0 12 1.9641
Sig. .207
SERANGAN_Py
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 .0000
W4 12 .0000
W3 12 .4781
W2 12 1.9641
Sig. .223
konsentrasi N Subset
K1 12 .0000
K3 12 .0000
K2 12 .4781
K0 12 1.9641
Sig. .223
waktu_aplikasi N Subset
W4 12 .0000
W3 12 .4781
W1 12 .4781
W2 12 2.4421
Sig. .149
konsentrasi N Subset
K3 12 .0000
K2 12 .4781
K1 12 .9561
77
K0 12 1.9641
Sig. .244
SERANGAN_Py
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
1 2
W4 12 .9561
W1 12 1.4342
W3 12 3.5457 3.5457
W2 12 5.1588
Sig. .149 .337
Konsentra N Subset
si 1
K1 12 1.9123
K2 12 2.1115
K3 12 2.3904
K0 12 4.6807
Sig. .136
Waktu aplikasi
SERANGAN_Py
Duncan
waktu_aplikasi N Subset
W1 12 5.0586
W3 12 6.3797
W4 12 8.9146
W2 12 9.2945
Sig. .060
Konsentrasi
80
SERANGAN_Py
Duncan
konsentrasi N Subset
K2 12 5.3880
K1 12 7.4431
K3 12 7.7545
K0 12 9.0618
Sig. .101
Anakan_Produktif
Duncan
Waktu aplikasi
81
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 17.2500
W2 12 17.2500
W1 12 17.5000
W4 12 18.5000
Sig. .126
Konsentrasi
82
Anakan_Produktif
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 17.0833
K1 12 17.4167
K3 12 17.5833
K2 12 18.4167
Sig. .103
Konsentrasi
Waktu aplikasi
Jumlah_malai
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 17.2500
W2 12 17.2500
W1 12 17.5000
W4 12 18.5000
Sig. .126
Jumlah_malai
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 17.0833
K1 12 17.4167
K3 12 17.5833
K2 12 18.4167
Sig. .103
Lampiran 23. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Indeks Luas Daun
85
Waktu aplikasi
ILD
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W4 12 .020250
W3 12 .020833
W1 12 .021333
W2 12 .021667
Sig. .379
Konsentrasi
86
ILD
Duncan
Konsentrasi N Subset
K2 12 .020750
K1 12 .021083
K3 12 .021083
K0 12 .021167
Sig. .795
Lampiran 24. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Bulir per
Malai
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah_bulir_malai
Waktu aplikasi
Jumlah_bulir_malai
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W4 12 54.6667
W2 12 55.5833
W3 12 56.8333
W1 12 58.9167
Sig. .302
Konsentrasi
88
Jumlah_bulir_malai
Duncan
Konsentrasi N Subset
K1 12 55.7500
K0 12 56.2500
K3 12 56.3333
K2 12 57.6667
Sig. .641
Lampiran 25. Anaisis Ragam dan Uji Duncan 5% Jumlah Bulir Bernas
Waktu aplikasi
Jumlah_bulir_bernas
89
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W2 12 822.8333
W3 12 831.3333
W4 12 838.0833
W1 12 905.3333
Sig. .225
Konsentrasi
90
Jumlah_bulir_bernas
Duncan
Konsentrasi N Subset
K1 12 814.0833
K0 12 821.8333
K3 12 843.1667
K2 12 918.5000
Sig. .125
Jumlah_bulir_hampa
Duncan
Waktu Aplikasi
Waktu_aplikasi N Subset
91
W1 12 121.4167
W2 12 125.1667
W3 12 132.7500
W4 12 149.3333
Sig. .074
Konsentrasi
92
Jumlah_bulir_hampa
Duncan
Konsentrasi N Subset
K2 12 124.5000
K0 12 125.5000
K3 12 137.8333
K1 12 140.8333
Sig. .292
kombinasi N Subset
1 2
W2K1 3 95.3333
W4K3 3 96.6667
W1K0 3 110.0000
W2K2 3 110.3333
W1K1 3 117.3333
W1K2 3 118.3333
W3K1 3 120.3333
W3K2 3 125.3333
W4K0 3 126.3333
W3K0 3 131.6667
W2K0 3 134.0000
W1K3 3 140.0000
W4K2 3 144.0000
W3K3 3 153.6667
W2K3 3 161.0000
W4K1 3 230.3333
SIg. .056 1.000
93
Grafik Interaksi
250
200
K0
Jumlah Bulir
150 K1
K2
K3
100
50
0
W1 W2 W3 W4
Lampiran 27. Analisis Ragam dan Uji Duncan 5% Berat Bulir per
Rumpun
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat_kering_perumpun
Berat_kering_perumpun 1 2
Duncan W3 12 19.8333
94
W4 12 20.1667
W2 12 21.6667 21.6667
W1 12 24.3333
Sig. .298 .112
Konsentrasi
95
Berat_kering_perumpun
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 20.1667
K3 12 21.1667
K1 12 21.5833
K2 12 23.0833
Sig. .111
Waktu aplikasi
96
Berat_kering_petak
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
W3 12 841.5833
W4 12 860.0833
W2 12 881.1667
W1 12 938.2500
Sig. .399
Konsentrasi
97
Berat_kering_petak
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 827.6667
K1 12 834.9167
K3 12 880.8333
K2 12 977.6667
Sig. .193
Duncan
Waktu_aplikasi N Subset
Waktu aplikasi
1
Berat_basah_brangkasan
98
W4 12 76.1667
W3 12 76.2500
W2 12 79.1667
W1 12 88.5833
Sig. .211
Konsentrasi
99
Berat_basah_brangkasan
Duncan
Konsentrasi N Subset
K0 12 70.5833
K3 12 80.5833
K1 12 81.4167
K2 12 87.5833
Sig. .088
1
Waktu aplikasi
W4 12 34.9167
Berat_kering_brangkasan
W3 12 37.4167
Duncan
W2 12 38.8333
Waktu_aplikasi N Subset
100
W1 12 40.0833
Sig. .149
Konsentrasi
101
Berat_kering_brangkasan
Duncan
Konsentrasi N Subset
1 2
K0 12 33.1667
K1 12 35.4167
K3 12 37.5833
K2 12 45.0833
Sig. .201 1.000
Indeks_panen P3 12 .95633
Duncan P2 12 .95767
Konsentrasi
Indeks_panen
Duncan
Konsentrasi N Subset
K1 12 .95350
K2 12 .95458
K3 12 .95892
K0 12 .95983
Sig. .385
Dokumentasi
Gambar 7. Supervisi
86