SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat menempuh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
Oleh
RIFQI BAWANI
150510140017
UNVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2018
LEMBAR PENGESAHAN
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta karunia-
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Ir. H. Sudarjat, M.P., Ketua Komisi Pembimbing atas bimbingan, saran,
2. Endah Yulia, SP., M.Sc., Ph.D., Anggota Komisi Pembimbing atas dorongan,
4. Dr. Ir. Maya Damayani, M.S., sebagai dosen wali dan Komisi
kepada Abi dan Umi yang telah banyak memberi kasih sayang, dukungan baik
moril maupun materil, nasehat, dan terutama doa serta Devita yang senantiasa
iv
memberi dorongan, motivasi serta waktunya sehingga penyusunan skripsi ini
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
karunia-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Bab Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 5
1.6 Hipotesis .................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1 Tanaman Buah Naga .................................................................................. 9
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Buah Naga ............................. 9
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga ............................................ 12
2.2 Penyakit pada Tanaman Buah Naga ........................................................ 12
BAB III BAHAN DAN METODE ........................................................................18
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ................................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ....................................................................... 18
3.3 Metode Penelitian .................................................................................... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ........................................................ 19
3.4.1 Pengamatan Kejadian Penyakit dan Intensitas Penyakit ............... 19
3.4.2 Pengumpulan Spesimen Tanaman Sakit ........................................ 20
3.5 Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium .................................................. 20
vi
3.5.1 Penyiapan Media Isolasi Patogen .................................................. 20
3.5.2 Isolasi Patogen ............................................................................... 21
3.5.3 Identifikasi Patogen ....................................................................... 22
3.5.4 Uji Postulat Koch ........................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................24
4.1 Kondisi Pertanaman Buah Naga pada Lahan Pengamatan ...................... 24
4.2 Kejadian Penyakit dan Intensitas Penyakit pada Tanaman Buah Naga ... 25
4.3 Penyakit Penting pada Pertanaman Buah Naga di Desa Cintaratu .......... 27
4.3.1 Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloesporioides).................. 27
4.3.2 Penyakit Kudis (Pestalotiopsis sp.) ............................................... 30
4.3.3 Penyakit Nekrosis Batang (Curvularia lunata) ............................. 31
4.3.4 Penyakit Kanker Batang (Neoscytalidium dimidiatum)................. 32
4.3.5 Penyakit Busuk Lunak Batang (Xanthomonas campestris) ........... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................38
5.1 Simpulan .................................................................................................. 38
5.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39
LAMPIRAN ...........................................................................................................43
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................47
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
13. Gejala kudis dan karakteristik morfologi Pestaliopsis
spp. (a) gejala penyakit permukaan menjadi rusak dan
kasar (b) bentuk dan warna koloni (c)(d) gejala awal pada 38
tusukan seperti kudis (e) konidia memiliki 3 buah
apendiks pada ujung sel..................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat termasuk salah satunya adalah tanaman buah naga (Hylocereus sp.).
Buah naga atau yang sering disebut “Dragon Fruit” ini merupakan salah satu buah
tahunan yang dewasa ini cukup populer di kalangan masyarakat dan juga
memiliki nilai jual yang sangat tinggi (Syukur, 2015). Dilaporkan bahwa buah
naga ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan
buah lain sehingga hal ini dapat juga menjadi peluang usaha bagi investor untuk
melakukan pembudidayaan buah naga dengan skala yang cukup besar (Sari,
2016).
Buah yang termasuk ke dalam kelompok kaktus atau family Cactaceae ini
sangat digemari karena memiliki rasa yang manis dan segar serta memiliki nilai
gizi yang cukup tinggi dan berbagai khasiat obat yang bermanfaat bagi kesehatan
tubuh (Handayani & Rahmawati, 2012). Buah naga merah dilaporkan memiliki
kalsium, fosfor dan magnesium (Cahyono, 2009 dalam Ramadhan dkk., 2015).
Buah naga memiliki cukup banyak khasiat bagi kesehatan diantaranya sebagai
1
2
disebutkan di atas, maka upaya intensif budidaya buah naga sudah banyak
masih tergolong cukup rendah. Dilaporkan juga pada beberapa tempat penanaman
buah naga sering sekali terjadi penurunan kesehatan tanaman maupun hasil panen
permasalahan yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman buah naga adalah
2017). Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu munculnya penyakit pada
tanaman diantaranya adalah kondisi cuaca, kondisi lingkungan yang kurang unsur
oomycetes, bakteri dan virus. Penyakit busuk batang atau busuk kuning
dilaporkan disebabkan oleh bakteri, jamur dan oomycetes yaitu Xanthomonas sp.,
sp., Phytophthora sp (Barthana dkk., 2013; Downer, 2018; Isnaini dkk., 2009,
Wibowo dkk., 2011). Penyakit jamur utama lainnya adalah penyakit antraknosa
Helminthosporium sp.) (Oeurn et al., 2015; Oeurn et al., 2016), kanker batang
(Oeurn et al., 2015), bercak hitam kelabu (Phomopsis sp.) (Oeurn et al., 2015),
dan kudis (Pestalotiopsis sp.) (Wibowo dkk., 2011). Penyakit virus disebutkan
lain Malang, Delanggu, Kulonprogo, dan DI Yogyakarta (Purba, 2007 dalam Sari,
terutama karena penyakit busuk batang, kanker batang dan antraknosa. Dilaporkan
naga pada saat ini di seluruh dunia (Riska et al., 2016). Patogen yang berasosiasi
dengan penyakit kanker batang tersebut adalah Neoscytalidium sp., Alternaria sp.,
sedikitnya ada lima titik perkebunan buah naga dengan luasan paling sedikit dua
hektar (Distan Jabar, 2016). Sementara itu, daerah Pangandaran memiliki potensi
untuk menjadi sentra buah naga karena kecocokan suhu, iklim dan kondisi
tanahnya untuk pertanaman buah naga. Hal ini juga sejalan dengan adanya
4
(Sudarjat dkk., 2017). Akan tetapi, seperti di lokasi penanaman buah naga lainnya
Sejauh ini belum ada kajian kejadian penyakit pada tanaman buah naga di wilayah
patogen penyebab penyakit pada pertanaman buah naga di daerah tersebut penting
untuk dilakukan untuk mendukung manajemen penyakit yang tepat dan mencegah
timbulnya kerusakan tanaman maupun kehilangan hasil buah naga yang tinggi.
Kabupaten Pangandaran.
5
Parigi, Kabupaten Pangandaran yang dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk
mengendalikan penyakit pada pertanaman buah naga secara efektif dan efisien.
memahami bahwa tanaman buah naga merupakan jenis tanaman kaktus yang akan
tumbuh baik pada suhu tinggi serta beberapa petani ada yang sudah mencoba
menanam buah naga yang umumnya ditanam di areal sekitar pemukiman mereka
penyakit. Hal ini terutama ketika keadaan lingkungan yang sangat mendukung
melemahkan tanaman inang (Kamil, 2008). Secara umum tanaman buah naga ini
memiliki sifat yang toleran terhadap penyakit. Penyakit pada tanaman buah naga
6
umumnya terjadi berkaitan dengan keadaan cuaca yang tidak cocok maupun
tanaman ataupun keberadaan patogen pada tanaman buah naga masih relatif
rendah.
laporkan di Indonesia atapun di negara lain yaitu penyakit busuk batang atau
busuk buah, antraknosa, kanker batang, dan bercak cokelat yang merupakan
penyakit-penyakit yang paling umum ditemukan (Isnaini dkk., 2009; Kamil, 2008;
Riska et al., 2016; Syafnidarti, 2013; Swastika dkk., 2012; Wibowo, 2011).
dapat mencapai 50% sementara busuk batang atau kanker batang dan busuk lunak
Gejala penyakit busuk pada batang tanaman buah naga dapat berupa busuk
lunak atau busuk kuning yaitu terjadinya terjadinya busuk pada jaringan tanaman
pada batang sehingga menjadi berwarna kuning, lunak dan berbau busuk
(Downer, 2018; Kamil, 2008; Wibowo dkk., 2011). Pada serangan berat, bagian
batang yang berdaging akan busuk secara keseluruhan sehingga tinggal pembuluh
batang utama yang ada. Gejala lanjut bagian yang busuk ini akan mengering.
Patogen yang ditemukan berasosiasi dengan gejala ini adalah dari golongan jamur
7
dan bakteri. Gejala awal penyakit busuk kuning adalah berupa busuk berwarna
cokelat bisa lunak dan bisa juga tidak lunak yang kemudian busuk ini akan
Pestalotiopsis sp., dan Sclerotium sp. (Barthana dkk., 2013). Bakteri penyebab
bercak atau luka gejala penyakit antraknosa dapat menjadi tempat masuk/infeksi
bakteri.
rolfsii terjadi pada pangkal batang. Pangkal batang akan berwarna kuning
kemudian berubah menjadi berwarna coklat dan gejala lanjut terjadi pembusukan
sp. menurut Swastika dkk. (2012) adalah terdapat bercak konsentrik berwarna
cokelat kemerahan yang biasanya berbentuk bulat dan agak cekung. Bercak yang
berkembang akan menunjukkan warna putih yang merupakan miselium jamur dan
antraknosa yang luas. Penyakit antraknosa merupakan penyakit utama yang sering
tanaman buah naga di beberapa negara (Masratul et al., 2015; Masratul et al.,
2013). Kejadian penyakit kanker batang pada pertanaman buah naga dapat
penyakit ini adalah jamur Neoscytalidium dimidiatum. Gejala awal penyakit ini
berwarna cokelat tua dengan piknidia dalam jumlah yang banyak tersebar di
seluruh permukaan bercak atau kanker yang terbentuk. Ketika penyakit semakin
berkembang maka batang yang terinfeksi menjadi busuk dan seperti terbakar.
1.6 Hipotesis
sebagai berikut:
1. Beberapa penyakit seperti antraknosa, kanker batang, dan busuk batang akan
Kabupaten Pangandaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kaktus atau Famili Cactaceae. Secara umum buah naga dikelompokkan ke dalam
empat genus utama yaitu Stenocereus (Britton & Rose), Cereus (Mill),
Selenicereus (A. Berger Riccob) dan Hylocereus (Britton & Rose) dengan genus
Klasifikasi botani tanaman buah naga secara lengkap menurut Britton &
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Cactoideae
9
10
udara (aerial roots) yang tumbuh pada sepanjang sulur yang memiliki segmen-
segmen. Akar udara ini akan menempel pada penyangga tanaman dan berperan
juga di dalam memperoleh nutrisi tanaman dari bahan organik yang ada pada
Batang pada buah naga bersifat sukulen atau banyak mengandung air dan
memiliki tiga sisi (three sided) atau kadang-kadang memiliki 4 atau 5 sisi
McMahon (2003) (Gambar 1). Batang ini disebut sulur yang mengandung air
dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa serta berfungsi
2009). Sepanjang tepi sulur terdapat duri-duri yang sangat pendek yang
disebutkan sebagai modifikasi daun pada kelompok tanaman kaktus. Sulur ini
akan tumbuh dan menghasilkan sulur cabang secara terus menerus sehingga
diperlukan pengaturan sulur cabang supaya tanaman dapat tumbuh dalam kondisi
ideal. Disebutkan bahwa pengaturan sulur cabang yang baik adalah menggunakan
prinsip 1-3-3 yang artinya satu sulur utama, tiga sulur cabang pertama, dan tiga
sulur cabang kedua dimana apabila terbentuk tunas cabang lagi maka dilakukan
Bunga akan muncul di sepanjang sulur pada bagian punggung sisi batang
yang berduri (Gambar 1a). Bunga yang terbentuk berukuran besar, wangi, dengan
mahkota bunga berwarna krem pada bagian luar dan putih pada bagian dalam
serta benang sari yang berwarna kuning McMahon (2003). Bunga akan mekar
pada sore hari dan berakhir mekar pada pagi hari sehingga bunga hanya bertahan
satu malam. Bunga ini sangat indah dan memiliki sebutan sebagai moon flower
11
atau queen of the night. Benang sari dan putik memiliki perbedaan ketinggian
a b
c d
Gambar 1. Tanaman buah naga. (a) Batang atau sulur dan sulur buah naga. (b)
Bunga. (c) Buah naga putih. (c) Buah naga merah (Sumber:
https://crfg.org/wp-content/uploads/Pitaya-Presentation.pdf, 2018;
Syukur, 2015)
Buah buah naga berukuran besar berbentuk lonjong dan memiliki sirip
dengan berat antara 150-600 g yang biasanya terletak pada ujung cabang atau
batang (McMahon, 2003; Syukur, 2015). Warna kulit buah biasanya merah muda
terang, merah hati ataupun merah terang dengan sisik berwarna hijau (Gambar
1c). Daging buah berwarna putih atau merah dengan banyak biji kecil berwarna
Tanaman buah naga tumbuh baik di iklim tropis dengan suhu rata-rata 21-
29oC (McMahon, 2003). Tanaman ini juga dapat berproduksi secara vegetatif dan
tumbuh baik dengan suhu rata-rata 38-40oC, namun akan gagal menumbuhkan
bungannya pada suhu tersebut (Jaya, 2010). Tanaman buah naga tumbuh optimal
dengan rata-rata hujan 340-3500 mm per tahun pada ketinggian sampai 2750 m
dpl (Bellec et al., 2006). Buah naga lebih menyukai kelembaban udara rendah,
karena apabila kelembaban tinggi maka pertumbuhan cabang akan kurang subur
serta mudah patah, meskipun masih dapat tumbuh dengan kelembaban udara
dalam budidaya tanaman ini beberapa kendala dihadapi oleh petani yang salah
tersebut disebabkan oleh beberapa patogen seperti jamur, bakteri dan virus.
13
ditandai dengan adanya bercak bulat berwarna cokelat yang kemudian bercaknya
melebar dan dikelilingi halo berwarna coklat dan kuning (Gambar 2) (Faidah
dkk., 2017). Jamur ini menyerang sulur dan buah pada awal terbentuknya buah
a b
Gambar 2. Penyakit antraknosa pada tanaman buah naga. (a) Gejala bercak pada
batang. (b) Konidia jamur (Sumber: Downer, 2018)
Pada tanaman buah naga, gejala awal penyakit layu fusarium biasanya
berwarna putih keabu-abuan (Gambar 3a). Gejala lanjut batang atau cabang
mengalami busuk kering, menjadi layu dan jika dibelah akan tampak bahwa
bagian kayu dari batang berwarna cokelat (Gambar 3b) (Faidah dkk., 2017).
14
a b
Gambar 3. Penyakit layu fusarium pada tanaman buah naga. (a) Gejala awal
berupa goresan pada batang. (b) Gejala lanjut dengan batang yang
mengalami busuk kering (Sumber: Faidah dkk., 2017)
Pertanaman buah naga yang terserang penyakit busuk pangkal batang akan
berubah menjadi berwarna cokelat (Gambar 4). Gejala lanjutan yang terjadi yaitu
Penyakit bercak oranye menyerang pada saat buah sudah muncul. Infeksi
awal dari jamur penyebab penyakit ini yaitu terjadi akibat adanya serangan
serangga yang menggigit permukaan kulit buah. Gigitan tersebut menjadi pintu
masuk bagi patogen ke dalam permukaan kulit buah. Gejala awal bercak seperti
karat berwarna oranye pada permukaan kulit buah (Gambar 5). Pada gejala lanjut
penyakit ini terjadi pembusukan dengan warna kecoklatan (Faidah dkk., 2017).
a b
Gambar 5. Penyakit bercak oranye pada buah naga. (a) Gejala awal berupa bercak
seperti karat. (b) Gejala lanjut buah akan mengalami pembusukan
(Sumber: Faidah dkk., 2017; Octaviani, 2012)
Sulur yang terserang busuk lunak batang akan terlihat gejala busuk berair
berwarna cokelat (Gambar 6). Jaringan pada sulur berwarna kuning diikuti
dengan lunaknya jaringan dan bau busuk. Gejala lanjut menunjukkan busuk yang
menyeluruh sehingga memisahkan bagian sulur dari cabang dari sulur utama
(Kamil, 2008).
16
Penyakit busuk kuning batang menyerang pada batang tanaman buah naga.
Gejala awal yang terjadi yaitu busuk dan berubah warna menjadi kuning (Gambar
7) (Wibowo dkk., 2017). Pada gejala lanjut seluruh batang akan berbau busuk.
Penyakit kanker batang ini menyerang tanaman buah naga pada bagian
sulurnya. Gejala awal yang terjadi yaitu terlihat nekrotik cekung berwarna coklat
muda atau cokelat tua seperti terbakar dan biasanya terdapat di bagian pinggir
sulur (Gambar 8) (Masratul et al., 2015). Pada gejala lanjut menunjukkan bagian
Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018 sampai dengan
Oktober 2018.
kantung kertas, kantung plastik (ziplock), kontainer plastik, media agar, akuades,
larutan lugol, larutan gentian violet, larutan safranin, alkohol 70% dan 95% serta
label. Alat yang dibutuhkan adalah kamera, alat tulis, gunting dahan, pisau, botol
Schott, Petri dish, mikroskop, mortar, spreader, object glass, cover glass, dan buku
identifikasi.
dan observasi di lapangan yaitu mengamati jenis penyakit yang terdapat pada
secara langsung pada gejala penyakit yang terdapat pada tanaman contoh.
18
19
skoring yang dilakukan khusus untuk tanaman buah naga tidak ada pada jurnal
(n x v)
I = ----------- x 100%
NxV
Keterangan : I = Intensitas penyakit
n= Jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan
v = Nilai skoring dalam setiap kategori serangan
N= Jumlah tanaman sampel
V= Skoring tertinggi yang ditetapkan
20
dikumpulkan dari pertanaman buah naga. Hampir semua tanaman buah naga di
titik pengamatan dan pengambilan sampel ditentukan pada 5 titik dari luas areal
pertanaman buah naga, kemudian pada masing-masing titik diambil secara acak
10% tanaman sampel dari total tanaman dengan menggunakan metode diagonal
(Lampiran 1).
Media isolasi patogen yang digunakan adalah Potato Dextose Agar (PDA)
dan Nutrient Agar (NA). Media PDA dipersiapkan dengan mengupas kentang
sebanyak 200 g dan kemudian dicuci bersih. Setelah itu, kentang dipotong-potong
kecil sekitar 2 x 2 cm dan direbus dalam 1 liter akuades hingga lunak. Air rebusan
kentang kemudian disaring dan ditambahkan akuades agar tetap memiliki volume
dilarutkan dalam 1 liter akuades. Media ini kemudian dituangkan ke dalam botol
antara bagian yang sehat dan yang bergejala. Potongan-potongan kecil tersebut
direndam pada larutan sodium hypoklorit 1% selama lima menit. Jaringan yang
sudah disterilkan ini dibilas sebanyak tiga kali dengan menggunakan akuades
steril. Setelah itu, potongan tersebut diletakkan pada media tumbuh PDA dan
diinkubasikan pada suhu ruang (± 28oC) selama 3-6 hari. Miselium yang tumbuh
kemudian dipindahkan ke media PDA yang baru sebagai biakan murni yang
yang bergejala penyakit, kemudian digerus menggunakan mortar dan diberi air
tingkat pengenceran 10-1 hingga 10-3 dan hasil akhir pengenceran diteteskan dan
diinkubasikan pada suhu ruang selama 3-6 hari. Koloni tunggal dari beberapa
22
jenis bakteri yang muncul kemudian dimurnikan sebagai isolat murni pada media
NA yang terpisah dan digunakan dalam proses identifikasi dan uji Postulat Koch.
Pengamatan makroskopis dilakukan pada sampel material tanaman sakit atau pada
dilakukan untuk melihat bagian tubuh jamur seperti hifa, konidia atau lainnya
serta melihat massa bakteri yang terdapat pada bagian yang diamati di bawah
digunakan adalah Barnett & Hunter (1972) untuk identifikasi jamur dan Goto
koloni dan tekstur miselium biakan murni jamur dalam media PDA sedangkan
mengamati morfologi atau bentuk hifa dan spora atau konidia jamur dan bagian
menggunakan uji fisiologis yaitu uji Gram. Apabila koloni bakteri berwarna
merah berarti bakteri yang didapat adalah bakteri gram negatif, sedangkan apabila
koloni berwarna ungu berarti bakteri tersebut adalah bakteri gram positif.
23
Uji Postulat Koch dilakukan untuk melihat gejala penyakit yang muncul
pada tanaman sehat yang diinokulasi patogen yang sudah diisolasi. Pada
penelitian ini, uiji Postulat Koch dilakukan di laboratorium pada bagian sulur
tanaman buah naga yang sehat. Sulur tanaman buah naga yang diambil dari
lapangan dicuci bersih dan dipotong dengan ukuran 7 cm dengan jumlah potongan
bagian sulur yang telah steril dilukai dengan menggunakan jarum steril untuk
cara menempelkan plug agar biakan murni jamur (Ø 5mm) atau meneteskan ±0,15
permukaan luka pada sulur. Inokulasi bakteri dilakukan dengan cara pencelupan
ujung potongan sulur pada suspensi bakteri. Pada inokulasi jamur, plug agar
biakan murni ditutup dengan kapas steril yang lembab dan diwrap selama 24 jam
disimpan di dalam kontainer plastik berpenutup yang dilapisi kertas saring steril
dan lembab pada bagian bawahnya. Kontainer plastik ini ditempatkan pada suhu
Desa Cintaratu menjadi salah satu dari beberapa desa yang mulai intensif
menanam buah naga karena adanya program agrowisata dari pemerintah daerah.
Lahan pertanaman buah naga milik petani ini merupakan lahan percobaan karena
sebelumnya lahan tersebut ditanami tanaman padi. Petani pemilik lahan sudah
memiliki pengalaman menanam buah naga di tempat lain yang lokasinya tidak
jauh dari lahan percobaan tersebut dengan hasil yang cukup baik. Namun
demikian, tanaman buah naga yang ada di lahan percobaan atau tempat penelitian
ini menunjukkan kondisi tanaman yang kurang sehat dengan adanya berbagai
a b
Gambar 9. Kondisi kesehatan tanaman buah naga di lokasi penelitian. (a)
Tanaman dengan gejala penyakit kudis. (b) Tanaman dengan gejala
penyakit antraknosa. (c) Tanaman dengan gejala penyakit kanker
batang.
24
25
Lahan pertanaman buah naga dibatasi dan dikelilingi oleh tanaman padi
dan kolam ikan. Bagian barat dibatasi kolam ikan sedangkan utara, timur dan
selatan berbatasan dengan tanaman padi (Gambar 10). Jumlah tanaman yang ada
penggunaan pestisida.
a b
Gambar 10. Kondisi lahan dan pertanaman buah naga di lokasi penelitian. (a)
Pertanaman buah naga yang berbatasan dengan tanaman padi di
bagian utara, selatan dan timur. (b) Pertanaman berbatasan dengan
kolam ikan di bagian barat.
4.2 Kejadian Penyakit dan Intensitas Penyakit pada Tanaman Buah Naga
Penyakit pada buah naga dengan berbagai gejala ditemukan pada semua
titik sampel yang diamati dan pada semua tanaman yang disampling. Dengan
demikian, kejadian penyakit (disease incidence) pada tanaman buah naga di lokasi
gejala yang signifikan) pada tanaman buah naga yang ditemukan yaitu antraknosa,
kudis, nekrosis batang, kanker batang dan busuk lunak (Tabel 1).
Dua penyakit yang dominan adalah penyakit antraknosa dan dan penyakit
penyakit tertinggi sebesar 53,6% (Tabel 1). Dengan demikan, penyakit kanker
26
batang ini berpotensi menjadi penyakit yang paling merugikan pada tanaman buah
naga di lokasi penelitian. Kejadian penyakit kanker batang pada buah naga di
sebesar 50%. Dengan intensitas penyakit sebesar itu, penyakit antraknosa ini
dilaporkan sebagai penyakit yang paling umum ditemukan pada tanaman buah
kejadian penyakit antraknosa dapat mencapai 52% dan intensitas penyakit sebesar
47%.
lunak batang juga menjadi penyakit penting di lahan percobaan ini dengan
intensitas penyakit sebesar 32,1%. Penyakit ini dapat berpotensi merusak terutama
pengairan yang berlebihan atau pada musim hujan sehingga kelembaban udara
Tabel 1. Intensitas penyakit tiap titik sampel pada pertanaman buah naga di Desa
Cintaratu
pertanaman buah naga ini. Demikian juga dengan keadaan sanitasi yang kurang
baik, penggunaan bibit buah naga yang tidak sehat, serta kondisi lahan yang
awalnya merupakan tanah sawah yang digenangi dapat menjadi faktor-faktor yang
tanaman ini telah mengakibatkan penurunan produktivitas buah naga yang sangat
tinggi meskipun sampai saat ini belum ada data besaran kerugian yang
ditimbulkan oleh penyakit tanaman yang ada pada buah naga di desa Cintaratu.
Dari hasil pengamatan maupun laporan kejadian jenis penyakit yang sangat
dikeluhkan oleh petani yaitu penyakit kanker batang maka dapat dipastikan bahwa
penyakit kanker batang adalah penyakit utama yang berpotensi paling merugikan.
pertanaman buah naga di Desa Cintaratu. Sebagian besar penyakit ini disebabkan
oleh jamur patogen meskipun gejala penyakit bakteri juga cukup signifikan.
ditandai dengan adanya bercak cokelat kehitaman yang berbentuk bulat dan agak
cekung serta dikelilingi halo berwarna kuning kecokelatan (Gambar 11a). Hasil
isolasi dan identifikasi ditemukan bahwa penyebab penyakit antraknosa pada buah
jamur C.gloeosporioides awalnya berwarna putih dan setelah agak tua menjadi
putih kelabu serta agak tebal bagian tengahnya (Gambar 11b). Bentuk konidianya
lonjong, bersel satu dan hialin (Gambar 11e). Inokulasi patogen pada tanaman
sehat sesuai prosedur Postulat Koch menghasilkan gejala awal yaitu berupa
bercak cokelat berbentuk bulat yang kemudian bercak tersebut menjadi seperti
melekuk dan berwarna kuning (Gambar 11c dan 11d). Penyakit antraknosa ini
a b c d
kehilangan hasil yang tinggi terutama ketika infeksi terjadi pada buah karena
secara kualitas buah menjadi tidak baik untuk konsumsi (Masratul et al., 2015).
Gambar 12.
Gambar 12. Dua spesies Colletotrichum yang menyerang tanaman buah naga.
Gambar A-E merupakan C. gloeosporoides dan gambar F-G adalah C.
truncatum (Sumber: Masratul et al., 2015)
kemungkinan dapat ditemukan juga pada buah naga pada penelitian ini. Kedua
spesies Colletotrichum ini sudah dilaporkan meyerang semua jenis buah naga
(Guo et al., 2014; Masyahit et al., 2009; Safnidarti dkk., 2013; Takahashi et al.,
2008).
30
sulurnya menjadi rusak dan kasar (Gambar 13a). Hasil identifikasi didapatkan
bahwa penyebab penyakit kudis ini adalah Pestalotiopsis sp. Pada media
koloni (Gambar 13b). Konidia Pestalotiopsis sp. ini memiliki lima sel dan sel
tanaman sehat menghasilkan gejala berupa kudis meskipun hanya sedikit yang
terbentuk sekitar luka inokulasi (Gambar 13c dan 13d). Gejala penyakit ini
a b c d
e
Gambar 13. Penyakit kudis dan karakteristik morfologi Pestalotiopsis sp. (a)
Gejala penyakit berupa permukaan sulur yang rusak dan kasar. (b)
Koloni Pestalotiopsis sp. (c, d). Gejala hasil inokulasi. (e) Konidium
Pestalotiopsis sp. memiliki 3 buah apendiks pada ujung sel.
31
terluka (Wibowo dkk., 2011). Disebutkan bahwa jamur ini merupakan parasit
lemah yang berarti umumnya bukan patogen utama dan menginfeksi inang jika
Penyakit nekrosis batang menyerang sulur tanaman buah naga. Sulur yang
bergejala penyakit ini terlihat spot berbentuk bulat kecil berwarna merah oranye
dan nekrosis (Gambar 14a). Hasil perkembangbiakan pada media PDA, jamur ini
memiliki koloni berwarna abu-abu agak kehitaman dan berbulu (Gambar 14b).
Konidia Curvularia lunata memiliki 3-5 sel dan berbentuk silinder atau agak
melengkung dengan sel tengahnya yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih
gelap (Gambar 14e). Inokulasi patogen pada tanaman sehat menghasilkan gejala
spot berwarna oranye (Gambar 14c dan 14d). Gejala penyakit ini juga tidak
mencapai 41% dan intensitas penyakit sebesar 25% (Masratul et al., 2015). Gejala
pada tanaman buah naga adalah berupa bercak nekrotik berukuran kecil berbentuk
bulat dengan warna pink atau coklat muda. Pada perkembangan selanjutnya
d
a b c d
e
Gambar 14. Penyakit nekrosis batang dan karakteristik morfologi C. Lunata. (a)
Gejala penyakit berupa bercak kecil berwarna merah oranye. (b)
Koloni C. lunata. (c, d) Gejala hasil inokulasi. (e) Konidium jamur
memiliki ukuran cukup besar dan berwarna lebih gelap pada bagian
tengah sel.
Selain gejala nekrosis batang ditemukan juga gejala kanker batang pada
sulur tanaman buah naga. Sulur yang menunjukkan gejala penyakit terlihat
nekrotik cekung berwarna coklat muda atau coklat tua seperti terbakar dan
biasanya terdapat di bagian pinggir sulur (Gambar 15a). Hasil isolasi media PDA,
dan berbulu (hairy) (Gambar 15b). Konidia jamur ini memiliki satu sel, hialin,
berbentuk silinder agak melengkung dan membentuk jajaran seperti rantai pada
sehat menghasilkan gejala nekrotik cekung agak melebar dan terlihat seperti
terbakar (Gambar 15c dan 15d). Gejala penyakit ini dijumpai juga hampir di
a b c d
tanaman buah naga di Asia yang apabila tidak dikendalikan berpotensi akan
menghancurkan pertanaman buah naga (Fullerton et al., 2018). Penyakit ini telah
34
Malaysia and China terutama ketika petani memperoleh bibit tanaman secara
menentukan bahwa penyakit kanker batang buah naga ini disebabkan oleh jamur
berupa bercak kecil berbentuk bulat dan agak melekuk dengan warna bercak
oranye dan memiliki banyak badan buah jamur atau piknidium pada permukaan
bercak dan batang yang membusuk. Jamur N. dimidiatum juga dapat menginfeksi
buah naga dan mengakibatkan penyakit busuk coklat bagian dalam buah naga
Gambar 16. Gejala penyakit busuk coklat daging buah naga akibat infeksi jamur
N. dimidiatum (Sumber: Yi et al., 2015)
35
Penyakit busuk lunak menyerang sulur tanaman buah naga. Sulur tanaman
yang bergejala penyakit ini terlihat busuk dan jaringan melunak (Gambar 17a).
yaitu bulat, cembung, berwarna kuning agak keputihan, mengkilat dan berlendir
(Gambar 17b). Dengan uji Gram sederhana didapatkan warna bakteri tersebut
yaitu merah yang merupakan ciri bakteri gram negatif (Gambar 17f). Hasil
a b c d e
f
Gambar 17. Penyakit busuk lunak dan karakteristik morfologi X. Campestris. (a)
Gejala berupa jaringan batang yang busuk dan lunak. (b) Koloni
bakteri. (c) Perlakuan kontrol tanpa inokulasi bakteri. (d,e) Hasil
inokulasi yang menunjukkan lendir pada bagian batang yang
diinokulasi. (f) Hasil uji Gram yang memerikan warna merah pada sel
bakteri.
36
Hasil uji Postulat Koch tidak memberikan gejala khas infeksi bakteri pada
tanaman buah naga. Namun demikian, pada bagian batang yang diinokulasi isolat
bakteri dihasilkan material seperti lendir pada bagian luka bekas tusukan maupun
pada ujung luka batang yang dicelup ke suspensi bakteri (Gambar 17d dan 17e).
Hal ini berbeda dengan pada perlakuan kontrol dimana material tersebut tidak
2).
Tabel 2. Ciri koloni bakteri hasil isolasi dari batang buah naga yang menunjukkan
gejala penyakit busuk lunak
Bentuk koloni
bulat
Permukaan
cembung
Warna koloni
kuning
Berlendir
Mengkilat
Gejala busuk pada batang dilaporkan dapat disebabkan oleh jamur maupun
bakteri patogen. Masratul et al. (2015) menyebutkan bahwa busuk batang buah
naga disebabkan oleh infeksi jamur Fusarium proliferatum dengan gejala awal
berupa bercak bulat melekuk berwarna cokelat dengan miselium berwarna putih
37
utama pada tanaman buah naga dengan gejala awal terjadinya jaringan berwarna
kuning pada bagian batang yang ketika infeksi berlanjut maka batang menjadi
busuk dan berair (Riska et al., 2016). Patogen jamur yang diisolasi dari batang
yang busuk tersebut diantaranya adalah Fusarium sp. Gejala pada batang berupa
busuk yang berwarna kuning ini menjadikan penyakit busuk akibat Fusarium sp.
ada yang menyebut sebagai penyakit busuk kuning (Barthana dkk., 2013).
Jaringan batang buah naga yang busuk akibat infeksi jamur bisa tidak menjadi
lunak dan warnanya cokelat sehingga ada yang menyebutnya juga sebagai busuk
Penyakit busuk pada batang buah naga yang disebabkan oleh bakteri
disebut dengan penyakit busuk lunak. Downer (2018) dan Kamil (2008)
itu, di Jawa Tengah penyakit busuk batang karena bakteri ini dilaporkan
disebabkan oleh bakteri Erwinia sp. dengan gejala busuk lunak berwarna kuning
(Wibowo dkk., 2011). Busuk lunak akibat infeksi bakteri X. campestris umumnya
5.1 Simpulan
1. Beberapa penyakit penting pada buah naga seperti antraknosa, kudis, nekrotik
5.2 Saran
batang berasal.
Cintaratu.
38
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, N.G. 2005. Plant Pathology. 5th ed. Academic Press. San Diego.
Andoko, A., dan H. Nurrasyid. 2012. 5 Jurus Sukses Hasilkan Buah Naga
Kualitas Prima. AgroMedia Pustaka. Solo.
Barnett, H.L. and B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi.
Burgess Publishing Company. Minnesota.
Barthana, D., N. Nasir, dan Jumjunidang. 2013. Deskripsi gejala dan tingkat
serangan penyakit busuk kuning pada batang tanaman buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus, L.) di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 2(3): 222-228.
Bellec, F.L., F. Vaillant, and E. Imbert. 2006. Pitahaya (Hylocereus spp.): A new
crop, a market with future. Fruits. 61 (4): 237-250.
Bradbury, J.F. 1984. Genus 11. Xanthomonas Dowson 1939,187. In Bergey 's
Manual of Systematic Bacteriology, vol. 1 , pp. 199-2 10. Edited by N. R.
Krieg & J. G. Holt. Baltimore: Williams & Wilkins.
Distan Jabar. 2016. November Siap Panen Buah Naga. Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Propinsi Jawa Barat. Tersedia online pada
http://distan.jabarprov.go.id/distan/blog/detail/560-november-siap-panen-
buah-naga. (Diakses 16 November 2018)
Downer, J. 2018. Pitahaya Diseases. UCCE Ventura County. Adapted from
Presenta on by Gary Bender. Farm Advisor Emeritus – UCCE San Diego
County.
Faidah, F., F. Puspita, dan M. Ali. 2017. Identifikasi penyakit yang disebabkan
oleh jamur dan intensitas serangannya pada tanaman buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus) di Kabupaten Siak Sri Indrapura. JOM Faperta
UR. 4 (1): 1-14.
Fullerton, R.A., P.A. Sutherland, R. S. Rebstock, N. T. Hieu, N. N. A. Thu, D. T.
Linh, N. T. K. Thanh, and N. V. Hoa. The life cycle of dragon fruit canker
caused by Neoscytalidium dimidiatum and implications for control.
Proceeding Dragon Fruit Regional Network Initiation Workshop. April
2018. Taiwan. Pp. 71-80.
Goto, M. 1992. Fundamentals of Bacterial Plant Pathology. Academic Press. San
Diego.
Gunasena, H.P.M., D.K.N.G. Pushpakumara, and M. Kariyawasam. 2007. Dragon
fruit Hylocerus undatus Haw. Britton and Rose. In Underutilized fruit trees
in Sri Lanka (D.K.N.G., Pushpakumara, H.P.M. Gunasena, and V.P.
Singh, Eds.). World Agroforestry Centre, South Asia Office. New Delhi.
Pp. 110-142.
Guo, L.W. , Y.X. Wu, H.H. Ho, Y.Y. Su, Z.C. Mao, P.F. He, and Y.Q. He. 2014.
First report of dragon fruit (Hylocereus undatus) anthracnose caused
by Colletotrichum truncatum in China. Journal of Phytopathology. 162:
272-275.
Handayani, P. A., dan A. Rahmawati. 2012. Pemanfaatan kulit buah naga (dragon
fruit) sebagai pewarna alami makanan pengganti pewarna sintetis. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan. 1 (2): 19-24.
39
40
Areal Pertanaman
Area Area
1 2
Area
5
Area Area
4 3
43
44
Gejala Kudis
RIWAYAT HIDUP
Rifqi Bawani lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 27 November 1995 dan
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Chafsul dan Evilda.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Muhammadiyah
Wirobrajan 3 Yogyakarta pada tahun 2008, tingkat menengah pertama SMP
Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun 2011 dan tingkat menengah atas SMAN 6
Cirebon tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Program Studi Agroteknologi melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis
memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu hama dan penyakit tumbuhan.
Oleh karena itu, penulis mengambil konsentrasi di bidang Penyakit Tumbuhan
Departemen Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan.
47