Anda di halaman 1dari 43

1

USUL PENELITIAN

UJI DAYA ANTAGONIS JAMUR ENDOFIT DARI TANAMAN


PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP JAMUR
Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST DAN
IDENTIFIKASINYA

OLEH :
REZKI ADI NUGROHO
NIM. 1506114628

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
USUL PENELITIAN

UJI DAYA ANTAGONIS JAMUR ENDOFIT DARI TANAMAN


PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP JAMUR
Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST DAN
IDENTIFIKASINYA

OLEH :
REZKI ADI NUGROHO
NIM. 1506114628

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk melaksanakan penelitian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
USUL PENELITIAN

UJI DAYA ANTAGONIS JAMUR ENDOFIT DARI TANAMAN


PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP JAMUR
Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST DAN
IDENTIFIKASINYA

OLEH :
REZKI ADI NUGROHO
NIM. 1506114628

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Muhammad Ali, M. Sc. Dr. Ir. Fifi Puspita, M.P.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Usul

Penelitian dengan judul “Uji Daya Antagonis Jamur Endofit dari Tanaman Padi

Gogo (Oryza sativa L.) terhadap Jamur Pyricularia Oryzae Penyebab Penyakit

Blast dan Identifikasinya.” Usul penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk melaksanakan penelitian di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Riau.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Muhammad Ali, M.Sc.

sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Fifi Puspita, M.P. sebagai dosen

pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada

penulis dalam penulisan usul penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada rekan-rekan yang ikut membantu, memberikan saran dan dorongan

dalam penulisan usul penelitian ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan usul penelitian

ini. Penulis berharap usul penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

dalam melaksanakan penelitian dan bagi pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, Desember 2021

Rezki Adi Nugroho


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.3 Hipotesis.......................................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5


2.1 Padi Gogo (Oryza sativa L.).........................................................................5
2.2 Penyakit Blas................................................................................................7
2.3 Jamur Endofit sebagai Agens Pengendali Hayati.........................................9

III. BAHAN DAN METODA...........................................................................11


3.1 Tempat dan Waktu.....................................................................................11
3.2 Bahan dan Alat...........................................................................................11
3.3 Metoda Penelitian.......................................................................................11
3.4 Pelaksanaan Penelitian...............................................................................15
3.5 Parameter Pengamatan...............................................................................21
3.6 Analisis Data..............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................29
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Uji antagonis jamur endofit tanaman padi gogo terhadap P. oryzae.


jamur endofit tanaman padi gogo (E), jamur P. oryzae (P), jari-jari
koloni patogen yang menjauhi (r1) dan mendekati (r2) jamur endofit
tanaman padi gogo.............................................................................................19

2. Uji aktivitas hiperparasitisme antara jamur endofit terhadap P.oryzae.


jamur endofit (E), jamur patogen P.oryzae (P), kaca objek (a),
potongan media PDA (b) ..................................................................................20

3. Pengukuran diameter koloni jamur endofit tanaman padi gogo........................24


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Nilai tingkat keparahan penyakit bibit mentimun pada uji
hipovirulensi.................................................................................................22
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian...............................................................29
2. Bahan dan Cara Pembuatan Media potato dextrose agar (PDA)....................30
3. Bagan Percobaan Uji Daya Antagonis Jamur Endofit berdasarkan
metoda rancangan acak lengkap (RAL)..........................................................31
4. Bagan Percobaan Uji Pertumbuhan Koloni Isolat Endofit berdasarkan
metoda rancangan acak lengkap (RAL)..........................................................32
5. Karakterisasi Morfologi Koloni Jamur............................................................33
6. Penentuan sampel tanaman pada petak sampel...............................................34
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang

mengandung karbohidrat tinggi. Padi menghasilkan beras yang dijadikan sebagai

makanan pokok bagi sebagian sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga

ketersediaannya harus diupayakan sepanjang tahun. Kebutuhan akan bahan

pangan beras yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk perlu diimbangi dengan peningkatan produksi padi agar tidak terjadi

defisit pangan.

Produksi padi di Provinsi Riau masih belum dapat memenuhi kebutuhan

beras masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau

(2020), produktivitas padi di Provinsi Riau pada tahun 2019 sebesar 3,65 ton/ha.

Angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan produktivitas

tahun 2018 yang sebesar 3,90 ton/ha. Jika dikonversikan menjadi beras,

produktivitas padi tahun 2018 setara dengan produksi 152.090 ton beras. Angka

ini tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat Riau pada tahun 2018 yang

mencapai 708.750 ton beras (Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau, 2019).

Upaya yang umum dilakukan untuk memenuhi kebutuhan beras di Riau adalah

dengan mendatangkan beras dari provinsi tetangga, seperti Sumatera Barat dan

Sumatera Utara. Upaya ekstensifikasi dengan penanaman padi gogo di lahan

kering dapat menjadi solusi lain untuk meningkatkan produksi padi sebagai

pengganti lahan sawah yang telah banyak terkonversi. Padi gogo mampu tumbuh

dan berproduksi pada tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah dan
kering. Padi gogo mampu beradaptasi menghadapi cekaman kekeringan dengan

sifat perakaran yang dalam. Beberapa kabupaten menjadi sentra pertanaman padi

gogo di Riau diantaranya Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi dan Indragiri

Hulu.

Karakteristik padi gogo yang mampu tumbuh pada tanah dengan tingkat

kesuburan rendah dan cekaman kekeringan menyebabkan produktivitasnya lebih

rendah dibandingkan padi sawah. beberapa hal lain yang menyebabkan

produktivitas padi gogo rendah antara lain teknis budidaya yang kurang baik,

pemilihan varietas yang kurang tepat dan gangguan penyakit blas. Salah satu

penyakit penting pada tanaman padi adalah penyakit blas yang disebabkan oleh

jamur Pyricularia oryzae. Soesanto (2008) menyatakan bahwa penyakit blas

merupakan permasalahan utama baik pada padi gogo maupun padi sawah.

Penyakit blas dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan anakan produktif

yang menyebabkan hampanya bulir, malai menjadi kecil bahkan dapat

menyebabkan seluruh tanaman mati sebelum berbunga. Berdasarkan data yang

dikemukakan oleh Rustam (2016), rata-rata luas serangan penyakit blas di

Provinsi Riau mencapai 323,1 ha/tahun, dengan rata-rata luas serangan berat

mencapai 5 ha/tahun. Berdasarkan laporan dari Direktorat Perlindungan Tanaman

Pangan (2019), luas serangan penyakit blas di provinsi Riau periode Januari

hingga Mei 2019 mencapai 126 ha, sehingga perlu upaya pengendalian.

Upaya pengendalian yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan

fungisida sintetis. Penggunaan fungisida sintetis dalam pengendalian dapat

menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan seperti terbunuhnya organisme

bukan sasaran, timbulnya ras jamur patogen yang resisten terhadap fungisida dan

2
meninggalkan residu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pengendalian yang lebih efektif

dan ramah lingkungan yaitu pengendalian dengan menggunakan agens hayati.

Agens hayati yang saat ini banyak diteliti dan dikembangkan salah satunya

adalah jamur endofit. Jamur endofit merupakan jamur yang hidup dalam jaringan

tanaman (Maheswari, 2006). Yulianti (2013) menyatakan bahwa kemampuan

jamur endofit dalam mengendalikan suatu patogen lebih baik jika dibandingkan

dengan agens hayati lainnya. Pemanfaatan jamur endofit dapat menjadi upaya

pengendalian yang efektif karena jamur ini berasal dari jaringan tanaman,

sehingga dapat lebih mudah beradaptasi pada tanaman. Keterikatan mikroba

endofit dengan inangnya memberikan keuntungan lebih bagi mikroba endofit

dibanding agensia hayati lainnya karena tidak harus bersaing dalam ekosistem

yang baru dan kompleks. Jamur endofit diharapkan mampu berasosiasi dengan

jaringan tanaman sehingga dapat menghambat pertumbuhan patogen.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa jamur endofit terbukti mampu

menekan pertumbuhan patogen. Tirtana et al. (2013) berhasil mengidentifikasi 28

isolat jamur endofit asal tanaman kentang yang terdiri dari 12 genus. Keseluruhan

isolat yang berhasil ditemukan memiliki kemampuan antagonis terhadap patogen

Phytophthora infestans penyebab penyakit hawar daun tanaman kentang dengan

persentase daya hambat sebesar 12% - 67%.

Hasil penelitian Manurung et al. (2014) menemukan jamur endofit jenis

Trichoderma sp. dan Aspergillus sp. yang dapat menghambat pertumbuhan

Cercospora oryzae penyebab penyakit bercak cokelat pada tanaman padi sebesar

3
67%. Trichoderma sp. dan Aspergillus sp. masing-masing didapatkan dari

jaringan akar dan daun tanaman padi.

Sucipto et al. (2015) berhasil menemukan empat isolat jamur endofit dari

padi sawah asal Bogor, Sukabumi dan Blitar. Keempat isolat tersebut mampu

menghambat pertumbuhan jamur P.oryzae secara in-vitro dengan daya hambat

sebesar 60,37%, 50,56%, 44,82%, dan 38,52%. Empat isolat jamur endofit

tersebut menunjukkan aktivitas antibiosis pada pengujian penghambatan P.oryzae

secara in-vitro.

Penelitian mengenai pengendalian P. oryzae penyebab penyakit blas pada

tanaman padi dengan menggunakan jamur endofit dari tanaman padi gogo di Riau

belum banyak dilaporkan. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian

dengan judul ” Uji Daya Antagonis Jamur Endofit dari Tanaman Padi Gogo

(Oryza sativa L.) terhadap Jamur Pyricularia Oryzae Penyebab Penyakit Blast

dan Identifikasinya”

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji daya antagonis dan

mendapatkan isolat jamur endofit dari tanaman padi gogo terbaik dalam

menghambat pertumbuhan patogen Pyricularia oryzae serta mengidentifikasinya

hingga tingkat genus.

1.3 Hipotesis

Jamur endofit asal tanaman padi gogo memiliki karakteristik morfologi

dan daya antagonis yang tinggi terhadap Pyricularia oryzae.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

I.

II.

2
2.1 Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Tanaman padi diklasifikasikan ke dalam divisi Angiospermae, kelas

Monocotyledonae, ordo Poales, famili Graminae, genus Oryza, dan spesies sativa

dengan nama ilmiah Oryza sativa L. Padi merupakan tanaman semusim. (Utama,

2015).

Pertumbuhan tanaman padi gogo dibagi dalam tiga fase, yaitu fase

vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial), fase

generatif/reproduktif (primordial sampai pembungaan) dan fase pematangan

(pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan

organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot,

dan luas daun. Lama fase reproduktif untuk kebanyakan varietas padi di daerah

tropis umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa

pertumbuhan ditentukan oleh lamanya fase vegetatif (Makarim dan Suhartatik,

2005).

Padi gogo mempunyai morfologi yang sama seperti padi pada umumnya.

Padi memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri atas dua macam, yaitu akar

seminal yang tumbuh dari akar primer radikula pada saat berkecambah dan akar
adventif yang tumbuh dari buku batang bagian terbawah. Batang padi berbentuk

bulat, berongga dan beruas-ruas yang dipisahkan oleh buku (Utama, 2015).

Daun padi gogo tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada

tiap buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus

ruas, telinga daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun

bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Satu

daun pada awal fase tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara

penuh, sedangkan pada fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih

lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas

(Makarim dan Suhartatik, 2005).

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai

terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder.

Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer yang

selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari

buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder. Gabah/bulir terdiri atas biji

yang terbungkus oleh sekam. Bobot gabah beragam dari 12-44 mg pada kadar air

0%, sedangkan bobot sekam rata-rata adalah 20% bobot gabah (Makarim dan

Suhartatik, 2005).

Menurut Purwono (2007), tanaman padi secara ekologi terbagi menjadi

dua yaitu padi irigasi dan padi non-irigasi. Padi gogo merupakan salah satu jenis

padi non-irigasi yang mampu tumbuh pada kondisi input yang terbatas salah

satunya adalah ketersediaan air. Kondisi tersebut menjadikan padi gogo dapat

tumbuh dan berkembang pada lahan kering.

6
Utama (2015) menyatakan bahwa tanaman padi gogo dapat hidup baik di

daerah dengan ketinggian 0-1000 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu 15-
7
30°C. Curah hujan yang dikehendaki antara1500-2000 mm/tahun. Padi gogo dapat

tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang

dibutuhkan padi gogo bervariasi dari 5,5-8,0.

Menurut Sudarma (2013), pertumbuhan tanaman padi gogo seringkali

terhambat yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah

gangguan penyakit. Salah satu penyakit penting pada tanaman padi gogo adalah

penyakit blas.

2.2 Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan oleh Pyricularia oryzae (Cooke) Sacc. Jamur ini

termasuk ke dalam divisi Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo

Magnoporthales, famili Magnoporthaceae, genus Pyricularia dan spesies oryzae.

Jamur P. oryzae dapat menyerang tanaman padi pada bagian daun dan leher

malai. (Santoso dan Nasution, 2008).

Jamur P. oryzae mempunyai konidia berbentuk bulat, lonjong, hialin dan

bersekat dua. Serangan jamur P. oryzae dapat menyebabkan bercak pada daun

padi, buku batang, leher malai, cabang malai, dan bulir padi. Bentuk khas dari

bercak blas daun adalah belah ketupat dengan ujung meruncing. Bercak yang

telah berkembang, bagian tepinya berwarna cokelat dengan tengah berwarna abu-

abu dengan ukuran bercak mencapai panjang 1 cm - 1,5 cm dan lebar 0,3 cm – 0,5

cm. Di sekeliling bercak terdapat halo area berwarna kuning pucat. Infeksi pada

7
buku batang menyebabkan bercak berwarna cokelat atau hitam dan menyebabkan

patah. Infeksi P.oryzae pada malai akan menyebabkan leher malai membusuk dan
8
bulir menjadi hampa. Apabila busuk leher terjadi pada awal pertumbuhan bulir

akan menyebabkan malai mati secara prematur, putih dan kosong secara

menyeluruh, sedangkan apabila gejala serangan terjadi setelah pembentukan bulir

akan menyebabkan pengisian bulir tidak sempurna dan kualitas biji menjadi

rendah. Serangan P. oryzae pada malai menyebabkan leher malai membusuk dan

bulir padi menjadi hampa, bercak daun yang terjadi pada malai padi (panicle)

biasanya berwarna coklat dan serangan lebih lanjut dapat berwarna hitam. Pada

varietas tahan serangan, bercak pada daun ataupun malai akan berukuran kecil dan

tidak berkembang (Sudir et al., 2014).

Santoso dan Nasution (2008) mengemukakan bahwa perkembangan

penyakit blas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti

kelembaban udara, suhu udara, embun, teknik budidaya dan varietas tanaman padi

yang digunakan. Jamur P.oryzae memerlukan waktu sekitar 8-10 jam untuk

menginfeksi tanaman. Suhu optimum adalah sekitar 26oC hingga 28oC.

Penyebaran spora dapat melalui bantuan angin ataupun percikan air, embun dan

titik air hujan. Selain oleh angin dan air, spora P. oryzae mampu bertahan pada

sisa jerami dan gabah terinfeksi. Spora masih dapat bertahan hingga satu tahun

dalam keadaan kering dan suhu kamar. Miselia mampu bertahan hingga lebih dari

3 tahun.

Menurut Semangun. (2008), faktor teknik budidaya juga dapat

mempengaruhi perkembangan penyakit blas. Populasi tanaman yang lebih banyak

dan penggunaan pupuk Nitrogen yang berlebihan akan memperparah gejala

8
serangan penyakit blas. Nitrogen yang berlebihan akan menyebabkan sel-sel

tanaman menjadi sukulen sehingga mudah terinfeksi P. oryzae. Faktor lain yang

mendukung perkembangan penyakit blas adalah sifat jamur P. oryzae yang dapat
9
dengan cepat membentuk ras baru sehingga suatu varietas yang tadinya tahan

terhadap penyakit blas dapat menjadi rentan terhadap penyakit blas setelah

ditanam dalam dua musim tanam atau lebih.

Penyakit blas bisa sangat merugikan apabila tidak dikendalikan. Beberapa

upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit blas antara lain

melakukan pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, penggunaan

fungisida sintetis dan pengendalian hayati dengan menggunakan jamur endofit.

2.3 Jamur Endofit sebagai Agens Pengendali Hayati

Jamur endofit adalah jamur yang hidup dalam jaringan tumbuhan seperti

akar, batang, daun dan biji tanpa menimbulkan gejala penyakit atau kerusakan

apapun pada tumbuhan inangnya. Jamur endofit mampu menghasilkan

mikotoksin, enzim, antibiotik serta metabolit sekunder lainnya (Suciatmih et al.,

2011).

Soesanto (2008) menyatakan bahwa jamur endofit mampu hidup sebagai

mikoparasit dan bersifat antagonis yang dapat melakukan penetrasi ke miselium

dan spora jamur patogen. Jamur endofit juga dapat menghasilkan berbagai

senyawa antibiotik. Senyawa antibiotik dapat menghambat pertumbuhan jamur

patogen di dalam jaringan tanaman. Selain senyawa antibiotik, jamur endofit

mampu menciptakan kondisi kompetisi ruang tumbuh dan nutrisi dalam

menghambat pertumbuhan jamur patogen.

9
Jamur endofit melindungi tanaman dari serangan patogen melalui

beberapa mekanisme, seperti: kompetisi, induksi resistensi, antagonisme dan

mikoparasit. Jamur endofit dapat menginduksi respon metabolisme tanaman

inang, sehingga menjadi resisten terhadap patogen tanaman. Yulianti (2013)

menyatakan bahwa interaksi antara jamur endofit dan akar mampu menginduksi

ketahanan tanaman terhadap patogen yang berada pada bagian atas tanaman.

Jamur ini mampu mempengaruhi fisiologis tanaman seperti tahan terhadap stres

air (kekeringan).

Hasil penelitian Sucipto et al. (2015) menunjukkan bahwa 4 isolat jamur

endofit mampu menekan penyakit blas pada varietas Kencana Bali pada

percobaan di rumah kaca dengan tingkat penekanan antara 30–70%. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan jamur endofit memiliki potensi dalam

pengendalian penyakit tanaman. Hasil penelitian lain dari Mujahid (2018)

menemukan 16 isolat jamur endofit yang berhasil diisolasi dari akar tanaman padi

sawah yang mempunyai kemampuan antagonis berbeda-beda berkisar antara 20%

hingga 62%.

Hasil penelitian Waruwu et al. (2016) menunjukkan bahwa jamur endofit

yang diperoleh dari organ daun, batang dan akar tanaman padi mampu

menghambat pertumbuhan patogen Fusarium pada tanaman padi. Isolat jamur

endofit mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sebesar 35,7-67 % pada 7

hari setelah inokulasi. Sebelas isolat jamur endofit diantaranya mempunyai daya

antagonis lebih dari 50%.

10
11
III. BAHAN DAN METODA

3
3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian akan dilaksanakan selama empat

bulan mulai dari Desember 2021 hingga Maret 2022 (Lampiran 1).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah jaringan daun tanaman padi gogo

yang terserang P. oryzae, jaringan tanaman padi gogo varietas lokal Gading yang

sehat (batang, daun dan pelepah), alkohol 70%, spiritus, air, aquades, potato

dextrose agar/PDA (bahan dan cara pembuatan dapat dilihat pada lampiran 2),

Natrium hipoklorit 5,25 %, kertas HVS, kertas tisu, kapas, plastik wrap,

aluminium foil, kertas saring Whattman, kertas label, dan benih mentimun.

Alat-alat yang digunakan antara lain gunting, autoclave, oven, kulkas,

jarum ose, cork borer, handsprayer, cawan petri, gelas piala 1000 ml, gelas ukur,

erlenmeyer 500 ml, pipet tetes, batang pengaduk, spatula, Laminar Air Flow

Cabinet, pinset, bunsen, korek api, mistar, kompor gas, neraca analitik, kaca

objek, kaca penutup, mikroskop binokular, kamera, buku dan alat tulis.

3.3 Metoda Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metoda eksploratif, observatif dan

eksperimen meliputi tahapan antara lain : isolasi dan identifikasi jamur endofit
dari padi gogo, uji hipovirulensi isolat jamur endofit padi gogo, uji

hiperparasitisme, dan karakterisasi isolat jamur endofit padi gogo yang memiliki

kemampuan antagonis tinggi dengan metoda observatif, serta uji antagonis isolat

jamur endofit dari tanaman padi gogo dan uji pertumbuhan koloni isolat jamur

endofit padi gogo dengan metoda eksperimen.

3.3.1 Isolasi dan purifikasi jamur endofit asal padi gogo dan jamur patogen

Isolasi jamur endofit dan jamur patogen dilakukan dengan menggunakan

teknik penanaman langsung yang dilakukan oleh Sucipto et al. (2015). Purifikasi

dilakukan dengan menggunakan teknik propagasi koloni yang dilakukan oleh

Sucipto et al. (2015).

3.3.2 Uji antagonis jamur endofit asal padi gogo terhadap Pyricularia

oryzae

Uji antagonis jamur endofit asal padi gogo dilakukan berdasarkan

modifikasi dari teknik yang dilakukan oleh Tapwal et al. (2015). Uji antagonis

dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan 10

perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 30 unit

percobaan. Bagan percobaan terlampir pada Lampiran 3.

13
Perlakuan yang digunakan adalah isolat jamur endofit (E), yaitu:

E1 : Isolat endofit 1

E2 : Isolat endofit 2

E3 : Isolat endofit 3

E4 : Isolat endofit 4

E5 : Isolat endofit 5

E6 : Isolat endofit 6

E7 : Isolat endofit 7

E8 : Isolat endofit 8

E9 : Isolat endofit 9

E10: Isolat endofit 10

Model linearnya adalah sebagai berikut:

Yij = μ + Ei + Ɛij

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan dari aplikasi jamur endofit pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum
Ei= Pengaruh jamur endofit pada perlakuan ke-i
Ɛij= Pengaruh galat pada jamur endofit padi gogo ke-i dan ulangan ke-j

3.3.3 Uji hipovirulensi

Uji hipovirulensi dilakukan berdasarkan teknik yang dilakukan oleh

Worosuryani (2006).

14
3.3.4 Uji hiperparasitisme

Uji hiperparasitisme dilakukan dengan menggunakan teknik slide culture

berdasarkan metoda yang dilakukan oleh Kurnia et al. (2014). Uji

hiperparasitisme dilakukan terhadap isolat jamur endofit dengan daya antagonis

lebih dari 50%.

3.3.5 Uji pertumbuhan isolat endofit asal padi gogo

Uji pertumbuhan isolat endofit asal padi gogo disusun dengan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 isolat jamur

endofit yang berdaya antagonis tinggi dengan 4 ulangan, sehingga didapat 24 unit

percobaan. Bagan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Perlakuan yang diuji

adalah 6 isolat yang memiliki daya antagonis tinggi (T) , yaitu :

T1 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 1

T2 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 2

T3 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 3

T4 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 4

T5 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 5

T6 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi 6

Model linearnya adalah sebagai berikut:

Yij = μ + Ti + Ɛij

Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan dari aplikasi jamur endofit berdaya antagonis tinggi pada
perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum
τi= Pengaruh jamur endofit berdaya antagonis tinggi pada perlakuan ke-i
Ɛij= Pengaruh galat pada jamur endofit berdaya antagonis tinggi padi gogo ke-i
dan ulangan ke-j

15
3.3.6 Identifikasi isolat jamur endofit

Identifikasi dilakukan terhadap isolat jamur endofit yang memiliki daya

antagonis tinggi. Identifikasi dilakukan berdasarkan buku Barnet dan Hunter

(1998) dan Watanabe (2002) (Lampiran 5).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan lokasi sampel

Padi gogo yang dijadikan sampel adalah padi gogo lokal Gading yang

berasal dari Desa Talang Parit, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri

Hulu. Lokasi sampel tanaman ditentukan menggunakan metoda purposive

sampling berdasarkan adanya indikasi gangguan penyakit blas pada lahan

pertanaman padi gogo seluas 1 ha. Tanaman yang digunakan sebagai sampel

adalah tanaman padi yang berumur 3 bulan.

3.4.2 Penentuan petak sampel

Penentuan petak sampel dilakukan dengan metoda purposive sampling

berdasarkan keberadaan tanaman sehat diantara tanaman sakit. Petak sampel

ditentukan seluas 5% dari total luas pertanaman padi gogo.

3.4.3 Pengambilan sampel tanaman

Pengambilan sampel tanaman untuk mencari jamur endofit dilakukan

dengan menentukan lima titik sampel secara diagonal (Lampiran 6). Dalam satu

titik sampel terdiri dari tiga tanaman yang berbeda. Bagian tanaman yang diambil

adalah bagian batang, helai daun dan pelepah daun, sehingga didapat 45 unit

16
sampel dengan rincian : 15 sampel batang, 15 sampel pelepah daun dan 15 sampe

helai daun. Pengambilan sampel tanaman untuk mengisolasi jamur patogen

dilakukan dengan mengambil bagian daun yang menunjukkan gejala gangguan

penyakit blas. Masing-masing unit sampel lalu dimasukkan ke dalam kantung

plastik yang telah disemprotkan dengan aquades untuk selanjutnya dibawa ke

Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.4.4 Isolasi dan purifikasi jamur endofit dari jaringan tanaman padi gogo

Proses isolasi diawali dengan mencuci sampel batang, pelepah daun dan

helai daun dengan air mengalir lalu dipotong sepanjang 1 cm dan dipotong secara

melintang untuk sampel batang. Potongan sampel selanjutnya disterilisasi dengan

merendamnya di dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5 % selama 5 menit dan

alkohol 70% selama 1 menit. Larutan Natrium hipoklorit 0,5% diperoleh dengan

melarutkan Natrium hipoklorit 5,25% sebanyak 5 ml ke dalam 45 ml aquades.

Potongan bagian tanaman kemudian dibilas dengan aquades steril sebanyak 2 kali.

Potongan sampel tersebut selanjutnya disusun pada media PDA sebanyak 5

potongan dalam 1 cawan petri dan diinkubasi selama 3-7 hari di dalam inkubator

pada suhu kamar.

Purifikasi jamur endofit dilakukan dengan memisahkan dan

menumbuhkan koloni jamur endofit yang terlihat berbeda secara makroskopis

pada media PDA steril untuk memperoleh biakan murni. Masing-masing miselia

dari koloni jamur endofit yang terlihat berbeda diambil dan ditumbuhkan kembali

pada media PDA steril didalam cawan petri dengan menggunakan cork borer dan

jarum ose. Selanjutnya, biakan diinkubasi selama 5-7 hari di dalam inkubator

pada suhu kamar.

17
3.4.5 Isolasi dan purifikasi jamur Pyricularia oryzae

Isolasi jamur P. oryzae dilakukan dengan cara memotong daun bergejala

penyakit blas sepanjang 1 cm lalu disterilisasi dengan merendam potongan daun

dengan Natrium hipoklorit 0,5% selama 2 menit dan alkohol 70% selama 1 menit.

Potongan bagian tanaman tersebut kemudian dibilas dengan cara merendamnya di

dalam aquades steril sebanyak 2 kali selama 2 menit. Potongan bagian tanaman

selanjutnya disusun pada media PDA sebanyak 5 potongan dalam 1 cawan petri

dan diinkubasi selama 7 hari di dalam inkubator pada suhu kamar.

Purifikasi jamur P. oryzae dilakukan dengan memisahkan dan

menumbuhkan koloni jamur P. oryzae pada media PDA steril untuk memperoleh

biakan murni. Miselia jamur P. oryzae diambil dan ditumbuhkan kembali pada

media PDA steril yang berada didalam cawan petri dengan menggunakan jarum

ose dan diinkubasi selama 5-7 hari di dalam inkubator pada suhu kamar.

3.4.6 Uji patogenisitas jamur Pyricularia oryzae

Penyiapan inokulum blas menggunakan modifikasi metode Hayashi et al.

(2009) yang dilakukan oleh Varissa dan Hannum (2021). P. oryzae ditumbuhkan

pada media potato dextrose agar (PDA) selama 7 sampai 10 hari. Setelah 7 hari,

dilakukan proses penggosokan miselium udara menggunakan kuas dan aquades

steril. Kultur diinkubasi selama 3 sampai 4 hari dalam wadah yang ditutup dengan

plastik transparan untuk menghindari kontaminasi dalam keadaan cawan petri

terbuka. Konidia dipanen dengan cara menuangkan 20 mL aquades steril pada

kultur dan dilakukan penggosokan secara lembut dan perlahan menggunakan kuas

steril. Suspensi inokulum yang dihasilkan selanjutnya disaring menggunakan kain

kasa steril. Jumlah spora diamati dan dihitung menggunakan haemocytometer.

18
Kerapatan spora yang digunakan adalah ± 3 × 10 5 konidia.ml-1. Hasil pengamatan

kemudian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

t
C= x 106
(n x 0,25)

Keterangan :

C = kerapatan spora.ml-1
t = jumlah spora yang diamati dalam kotak sampel
n = jumlah kotak sampel yang diamati
Prosedur inokulasi P. oryzae untuk uji patogenisitas menggunakan metode

Hayashi et al. (2009). P.oryzae diinokulasi ke tanaman padi gogo yang berumur ±

45 hari sebanyak 10 tanaman dengan menyemprotkan inokulum konidia sebanyak

10 ml per tanaman. Penyemprotan dilakukan pada semua bagian tanaman padi.

Tanaman selanjutnya diinkubasi dalam ruang atau kamar gelap selama 1×24 jam

dengan kelembaban udara berkisar antara 70% hingga 90% dan suhu 25°C sampai

30°C untuk mempercepat proses penetrasi cendawan ke tanaman. Tanaman

selanjutnya dipindahkan keluar ruangan. Pengamatan gejala penyakit blas pada

tanaman padi dilakukan pada hari ke 7 setelah inokulasi.

3.4.7 Uji antagonis jamur endofit tanaman padi gogo terhadap Pyricularia

oryzae

Uji antagonis dilakukan dengan metoda dual culture dimana masing-

masing isolat jamur endofit dan P. oryzae berdiameter 5 mm yang dipotong

dengan cork borer diletakkan pada medium PDA dalam satu cawan petri yang

sama dengan jarak 4 cm (Gambar 1). Uji antagonis dilakukan dengan mengukur

jari-jari koloni jamur P. oryzae yang menjauhi dan mendekati jamur endofit.

19
Persentase penghambatan jamur endofit terhadap P. oryzae dihitung pada saat

kedua koloni jamur berkontak.

3 cm 3 cm
P E

r1 r2

Gambar 1. Uji antagonis jamur endofit tanaman padi gogo terhadap P. oryzae.
jamur endofit tanaman padi gogo (E), jamur P. oryzae (P), jari-jari koloni patogen
yang menjauhi (r1) dan mendekati (r2) jamur endofit tanaman padi gogo

3.4.8 Uji hipovirulensi

Uji hipovirulensi dilakukan terhadap isolat jamur endofit dengan daya

antagonis lebih dari 50% berdasarkan metoda yang dilakukan oleh Worosuryani

(2006), dengan menggunakan benih mentimun yang ditumbuhkan pada test tube

dan diinokulasi dengan jamur endofit pada bagian hipokotilnya. Benih mentimun

direndam dengan air hangat (±450C) selama 30 menit. Benih mentimun

didesinfeksi dengan cara direndam dengan alkohol 70% selama 1 menit,

kemudian direndam kembali dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5% selama 30

detik. Benih kemudian dibilas dengan aqudes steril sebanyak 3 kali. Benih

selanjutnya dikecambahkan dalam cawan petri yang telah dialasi dengan kertas

saring dan telah dilembabkan dengan aquades, lalu diinkubasikan selama 2 hari

pada suhu kamar. Bibit yang tumbuh dalam cawan petri dipindahkan pada test

tube berisi media agar 2% dan kembali diinkubasikan pada suhu kamar. Biakan

20
jamur endofit yang telah berumur 3 hari dipotong dengan menggunakan cork

borer berdiameter 5mm, lalu diambil menggunakan jarum ose dan diletakkan di

bagian tengah hipokotil bibit mentimun berumur 2 hari. Pengamatan dilakukan

selama 14 hari.

3.4.9 Uji hiperparasitisme

Uji hiperparasitisme dilakukan dilakukan terhadap isolat jamur endofit

dengan daya antagonis lebih dari 50% dengan menggunakan teknik slide culture.

Kaca objek diletakkan di bagian tengah cawan petri yang telah berisi media PDA

steril. Jamur endofit asal padi gogo dan patogen P.oryzae dipotong dengan cork

borer berdiameter 5 mm, lalu diletakkan pada bagian pinggir kaca objek berjarak

4 cm (Gambar 2). Isolat jamur kemudian diinkubasi selama 7 hari pada suhu

kamar dalam inkubator. Potongan PDA pada kaca objek yang telah terdapat hifa

jamur endofit asal padi gogo dan jamur patogen diamati dengan menggunakan

mikroskop binokuler.

a
A
E P

Gambar 2. Uji aktivitas hiperparasitisme antara jamur endofit terhadap P.oryzae.


jamur endofit (E), jamur patogen P.oryzae (P), kaca objek (a), potongan media
PDA (b)

21
3.4.10 Uji pertumbuhan koloni isolat jamur endofit padi gogo

Uji pertumbuhan koloni dilakukan terhadap isolat jamur endofit dengan

daya antagonis lebih dari 50% dengan cara menumbuhkan kembali isolat jamur

endofit yang memiliki daya antagonis tinggi pada media PDA steril. Koloni isolat

jamur endofit dipotong dengan cork borer bediameter 5 mm dibagian pinggir

koloni jamur dan diletakkan pada PDA steril selanjutnya diinkubasi selama 5-7

hari. Pertumbuhan isolat diamati setiap hari hingga salah satu miselium isolat

jamur endofit telah memenuhi cawan petri.

3.4.11 Identifikasi jamur endofit

Identifikasi jamur endofit dan P. oryzae dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis terhadap isolat jamur endofit dengan daya antagonis lebih dari 50%

berdasarkan referensi buku identifikasi Watanabe (2002). Pengamatan secara

makroskopis dilakukan dengan mengamati warna dan bentuk permukaan koloni

serta tekstur. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan terlebih dahulu

membuat preparat jamur. Preparat jamur dibuat dengan mengambil miselia jamur

menggunakan jarum steril dan diletakkan pada kaca objek steril. Preparat tersebut

ditetesi dengan aquades steril dan ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan

dilakukan terhadap bentuk dan warna konidia, bentuk dan warna konidiofor, serta

warna dan bentuk percabangan hifa dengan menggunakan mikroskop binokuler.

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 Indeks keparahan penyakit

Indeks keparahan penyakit ditentukan dengan melakukan uji hipovirulensi.

Uji hipovirulensi dilakukan dengan mengamati gejala pada bibit mentimun yang

22
muncul 14 hari setelah inokulasi. Bibit yang tidak menimbulkan gejala atau yang

memiliki nilai DSI < 2 dapat digunakan sebagai agens hayati. Indeks keparahan

peyakit dihitung berdasarkan rumus berikut :

∑N
DSI=
Z

Keterangan :
DSI = Disease Severity Index (Indeks Keparahan Penyakit)
∑ N = Nilai tingkat keparahan masing-masing bibit
Z = Jumlah bibit yang diamati

Nilai tingkat keparahan penyakit dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Nilai tingkat keparahan penyakit bibit mentimun pada uji hipovirulensi

Skala keparahan penyakit Keterangan

Sehat, tidak ada infeksi pada hipokotil


0
Satu atau dua bercak coklat muda berukuran
1 <0,25cm
Bercak coklat muda berukuran <0,5 cm dan
2 areakebasahan<10% pada hipokotil
Bercak coklat muda sampai tua berukuran 0,25-
3 0,5->1,0 cmdan kemudian bergabung dengan
bercak lainnya dan daerah kebasahan
10%<x<100% pada hipokotil (daun belum layu
dan hipokotil masih putih)
Bercak hitam pada hipokotil, daun layu dan
4 bibitmati

3.5.2 Daya antagonis jamur endofit tanaman padi gogo terhadap

Pyricularia oryzae

Pengamatan daya antagonis dilakukan dengan cara mengukur jari-jari

koloni patogen yang menjauhi dan mendekati jamur endofit. Daya antagonis

23
jamur endofit terhadap P. oryzae pada hari ke-7 setelah inkubasi dengan rumus

sebagai berikut :

r 1 -r 2
P= x 100%
r1

Keterangan :
P = persentase daya hambat
r1 = jari-jari koloni P. oryzae yang menjauhi jamur endofit
r2 = jari-jari koloni P. oryzae yang mendekati jamur endofit

3.5.3 Tipe hiperparasitisme

Pengamatan tipe hiperparasitisme jamur endofit tanaman padi gogo berdaya

antagonis lebih dari 50% terhadap jamur P. oryzae dilakukan dengan mengamati

kedua ujung miselium jamur yang bertemu . Pengamatan dilakukan dengan cara

kaca objek di bagian tengah cawan petri yang telah berisi media PDA steril

diangkat, lalu ditetesi dengan aquades steril dan ditutup dengan kaca penutup.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan

perbesaran 40x.

3.5.4 Diameter dan kecepatan pertumbuhan koloni jamur endofit tanaman

padi gogo

Pengamatan diameter dan kecepatan pertumbuhan koloni jamur endofit

tanaman padi dilakukan dengan mengukur diameter isolat jamur endofit yang

ditanam pada medium PDA. Diameter koloni jamur endofit diukur setiap hari

dengan membuat garis vertikal dan horizintal yang berpotongan tepat pada titik

tengah dibagian bawah cawan petri. Garis vertikal dan horizontal pada bagian

bawah petri dibuat untuk memudahkan pengukuran (Gambar 3).

24
d1

d2

Gambar 3. Pengukuran diameter koloni jamur endofit tanaman padi gogo

Diameter koloni dihitung dengan rumus sebagai berikut :

d1+d2
D=
2

Keterangan :
D= diameter rata-rata
d1= diameter vertikal
d2= diameter horizontal

Kecepatan pertumbuhan koloni jamur endofit didapatkan dengan

mengukur pertumbuhan harian, lalu dihitung rata-rata kecepatan

pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan dihitung berdasarkan rumus sebagai

berikut :

V = D(n+1) - Dn
V = Kecepatan pertumbuhan jamur endofit tanaman padi
Dn = Diameter rata-rata jamur hari ke- n
Dn+1 = Diameter rata-rata jamur hari ke- n+1

25
3.5.5 Karakteristik morfologi jamur endofit tanaman padi gogo

Pengamatan karakter morfologi isolat jamur endofit tanaman padi gogo

dilakukan terhadap isolat yang memiliki daya antagonis lebih dari 50%.

Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Karakteristik

makroskopis diamati secara visual meliputi warna dan bentuk permukaan koloni,

sedangkan karakteristik mikroskopis diamati dengan menggunakan mikroskop

binokuler hingga pembesaran 400x. Karakteristik mikroskopis yang diamati

meliputi hifa, konidia, dan konidiofor.

Pengamatan karakteristik jamur endofit yang memiliki daya antagonis

tinggi dilakukan terhadap isolat yang telah diinkubasi selama 7 hari pada media

PDA steril. Hasil pengamatan disesuaikan dengan buku pedoman Pictorial Atlas

of Soil and Seed Fungi (Watanabe, 2002) dan Illustrated Genera of Imperfect

Fungi (Barnett dan Hunter, 1972).

3.6 Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif

dan sidik ragam. Data yang akan dianalisis secara deskriptif meliputi indeks

keparahan penyakit, tipe hiperparasitisme dan karakteristik morfologi koloni

isolat jamur endofit tanaman padi gogo berdaya antagonis tinggi. Data disajikan

dalam bentuk tabel dan gambar.

Data yang akan dianalisis secara statistik sidik ragam yaitu daya antagonis

jamur endofit padi gogo terhadap patogen P. oryzae serta diameter koloni dan

kecepatan pertumbuhan isolat jamur endofit yang berdaya antagonis tinggi. Untuk

membandingkan rata-rata antar masing-masing perlakuan dilakukan uji lanjut

dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.

26
4 DAFTAR PUSTAKA

Barnett, H.L. dan B.B. Hunter.1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th
Edition. APS Press. St. Paul.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Tanaman Padi.


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2020. Provinsi Riau dalam Angka 2020.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru.

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau. 2019. Buku Statistik Pangan Tahun 2019.
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau. Pekanbaru.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2019. Laporan Serangan OPT dan


DPI Periode Periode 21 Juni 2019. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.

Hayashi, N., N. Kobayasi, C.M.V. Cruz dan Y. Fukuta. 2009. Protocol For The
Sampling of Disease Speciment and Evaluation of Blast Disease in Rice.
JIRCAS Working Report. Japan International Research Center for
Agricultural Science dalam Riska, V. dan S. Hannum. 2021. Analisis
Ketahanan Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav.) pada Padi (Oryza
sativa L.) di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.

Kurnia, T. A., M. I. Pinem dan S. Oemry. 2014. Penggunaan Jamur Endofit untuk
Mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp. capsici dan Alternaria solani
secara In-vitro. Jurnal Online Agroteknologi 2(4) : 1596-1606.

Maheswari, R. 2006. What is an endophytic fungus. Current Science. (90): 1309.

Makarim, A. K., dan E. Suhartatik. 2005. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukabumi.

Manurung, I.R., M. I. Pinem dan L. Lubis. 2014. Uji Antagonisme Jamur Endofit
Terhadap Cercospora oryzae Miyake dan Culvularia lunata (Wakk)
Boed. Dari Tanaman Padi di Laboratorium. Jurnal Online
Agroekoteknologi 2(4): 1563-1571

Mujahid, A., L. Sulistyowati dan S. Djauhari. 2018. Keanekaragaman Jamur


Endofit Akar Tanaman Padi (Oryza sativa) dan Uji Antagonismenya
terhadap Jamur Curvularia lunata (Wakk). Skripsi. Jurusan
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul.Penebar Swadaya. Jakarta.

Rustam, R. 2016. Keragaan Produksi dan Organisme Pengganggu Tanaman Padi,


Jagung, dan Kedelai di Provinsi Riau. Jurnal Agroteknologi Tropika 5
(1): 39-54.

Santoso dan A. Nasution. 2008. Pengendalian penyakit blas dan penyakit


cendawan lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukabumi..

Semangun, Haryono. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di


Indonesia.Gadjah Mada University Press.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. Raja


Grafindo. Jakarta

Suciatmih, Yuliar dan D. Supriyati. 2011. Isolasi, Identifikasi, dan Skrining Jamur
Endofit Penghasil Agen Biokontrol dari Tanaman di Lahan Pertanian dan
Hutan Penunjang Gunung Salak. Jurnal Teknik Lingkungan 12 (2) : 171-
186.
Sucipto, I., A. Munif., Y. Suryadi dan E. T. Tondo. 2015. Eksplorasi cendawan
endofit asal padi sawah sebagai agens pengendali penyakit blas pada padi
sawah. Jurnal Fitopatologi. 11(6): 211–218.

Sudarma, I. M. 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Sudir, A. Nasution, Santoso dan B. Nuryanto. 2014. Penyakit Blas Pyricularia


grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. Jurnal Iptek
Tanaman Pangan 9 (2) 2014 : 85-96

Tapwal, A., G. Thakur, S. Chandra and T. Tyagi. 2015. In-vitro evaluation of


Trichoderma species against seed borne pathogens. IJCBS Researc
Paper. India

Tirtana, Z.Y.G., L. Sulistiyowati dan A. Cholil. 2013. Eksplorasi Jamur Endofit


pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) serta potensi
Antagonismenya terhadap Phytophtora infestans (Mont.) de Barry
penyebab Penyakit Hawar Daun Secara In-vitro.Jurnal HPT 1 (3) : 93-
101.

Utama, Z.H. 2015. Budidaya Padi di Lahan Majinal : Kiat Meningkatkan


Produksi Padi. Penerbit Andi. Yogyakarta

Waruwu, A.A.S., B.P.W. Sukarno dan A. Munif. Metabolit Cendawan Endofit


Padi sebagai Alternatif Pengendalian Cendawan Patogen Terbawa
Benih Padi. Jurnal Fitopatologi Indonesia 12 (2) : 53-61.

28
Watanabe, S. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi. CRC Press. Florida

Worosuryani, C., A. Priyatmojo dan A. Wibowo. 2006. Uji Kemampuan Jamur


yang diisolasi dari Lahan Pasir Sebagai PGPF (Plant Growth
Promoting Fungi). Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Yulianti, T. 2013. Pemanfaatan endofit sebagai agensia pengendali hayati hama


dan penyakit tanaman. Buletin tanaman tembakau, serat dan minyak
industri. 5 (1): 40-49.

29
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke -


4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengambilan sampel

2 Sterilisasi Alat dan


Pembuatan PDA

3 Isolasi sampel tanaman

4 Purifikasi isolat endofit


dan patogen

5 Uji antagonis

6 Uji hipovirulensi

7 Uji hiperparasitisme

8 Uji diameter dan


Kecepatan Tumbuh
Koloni

9 Identifikasi dan
Karakterisasi jamur
endofit

10 Analisis data

11 Penulisan skripsi
Lampiran 2. Bahan dan Cara Pembuatan Media potato dextrose agar (PDA)

Bahan :
1. Kentang 200 g
2. Dextrose 20 g
3. Agar 20 g
4. Aquades 1 L
5. Kapas
6. Plastik wrap
7. Amoxicillin
8. Aluminium foil
Cara kerja :
1. Kentang dikupas kemudian dipotong dengan ukuran 2x2 cm
2. Potongan kentang dimasukkan pada gelas piala yang sudah berisi 500 ml
aquades dan direbus untuk mendapatkan ekstraknya dengan cara
disaring.
3. Dextrose dan amoxilin kemudian ditambahkan dan diaduk hingga merata.
4. Agar dan aquades ditambahkan hingga volume menjadi 1 L diaduk
sampai merata dan direbus kembali.
5. Media yang diperoleh dimasukkan kedalam Erlenmeyer, ditutup dengan
aluminium foil dan disterilisasi dalam autoclave.

Sumber: Pato et al. (2015)

31
Lampiran 3. Bagan Percobaan Uji Daya Antagonis Jamur Endofit

berdasarkan metoda rancangan acak lengkap (RAL)

E2U1 E9U1 E3U3 E5U1 E4U1

E10U3 E3U1 E7U3 E2U3 E1U2

E7U2 E3U2 E10U2 E8U2 E6U2

E5U3 E8U3 E6U1 E4U2 E6U3

E9U2 E10U1 E2U2 E5U2 E7U3

E1U1 E4U3 E1U3 E9U3 E8U1

Keterangan :
1. E1,E2,E3,E4,E5,E6,E7,E8,E9,E10 : Jamur endofit asal padi gogo (Perlakuan)
2. U1, U2, U3 : Ulangan

32
3. A dan B : Jarak antar perlakuan (3cm)

Lampiran 4. Bagan Percobaan Uji Pertumbuhan Koloni Isolat Endofit

berdasarkan metoda rancangan acak lengkap (RAL)

A
T2U1 T3U2 T4U3 T4U2

T4U1 T5U3 T3U4 T6U2

T2U2 T1U2 T6U4 T3U1

T5U2 T4U4 T3U3 T1U3

T1U4 T6U1 T1U1 T5U1

T6U3 T2U3 T5U4 T2U4

Keterangan :
1. T1,T2,T3,T4,T5,T6 : Isolat endofit berdaya antagonis tinggi (Perlakuan)
2. U1, U2, U3, U4 : Ulangan

33
3. A dan B : Jarak antar perlakuan (3cm)

Lampiran 5. Karakterisasi Morfologi Koloni Jamur

34
Lampiran 6. Penentuan sampel tanaman pada petak sampel

B
Keterangan :

A : Panjang lahan (23 m)

B : Lebar lahan (23 m)

: Titik sampel tanaman

35

Anda mungkin juga menyukai