Anda di halaman 1dari 34

UJI KEEFEKTIFAN EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN

BINAHONG (Anredera cordifolia ( Ten .) Steenis) TERHADAP PATOGEN


Bipolaris oryzae (Breda de Haan) PENYEBAB PENYAKIT BERCAK
COKLAT PADA PADI (Oryzae sativa).

USULAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat melaksanakan Penelitian


pada Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Elga Sari

150510150141

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

JATINANGOR

2018

1
KATA PENGANTAR

Jatinangor, April 2018

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Uji Keefektifan Ekstrak Metanol Daun Tanaman


Binahong (Anredera Cordifolia ( Ten .) Steenis)
Terhadap Patogen Bipolaris oryzae (Breda De Haan)
Penyebab Penyakit Bercak Coklat Pada Padi (Oryzae
Sativa).

Nama Mahasiswa : Elga Sari

NPM Mahasiswa : 150510150141

Program Studi : Agroteknologi

Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Jatinangor, Desember 2017


Menyetujui

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Endah Yulia, SP., MSc., PhD Dr. H. Sudarjat, Ir., MP.


NIP.19720703 199703 2002 NIP.19600930 198603 1001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi

Nono Carsono, S.P., M.Sc., Ph.D.

NIP. 19721010 199703 1 006

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................7
BAB I.......................................................................................................................8
PENDAHULUAN...................................................................................................8
1.1 Latar Belakang.......................................................................................8
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................12
1.5 Kerangka Pemikiran............................................................................12
1.6 Hipotesis..............................................................................................15
BAB II....................................................................................................................16
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................16
2.1 Botani Tanaman Padi...........................................................................16
2.2 Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Padi.......................................16
2.2.1 Taksonomi Jamur Bipolaris oryzae..................................................17
2.2.2 Biologi Jamur Bipolaris oryzae........................................................18
2.2.3 Gejala Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Padi...........................19
2.3 Pestisida Nabati...................................................................................20
2.4 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)...................22
BAB III..................................................................................................................24
BAHAN DAN METODE PENELITIAN..............................................................24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................24
3.2 Alat dan Bahan Penelitian...................................................................24
3.3 Metode Penelitian................................................................................24
3.4 Rancangan Perlakuan...........................................................................25
3.5 Persiapan Penelitian.............................................................................25
3.5.1 Sterilisasi Peralatan...........................................................................25
3.5.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) dan Water Agar...26

4
3.5.3 Persiapan Patogen Bipolaris oryzae.................................................26
3.5.4 Persiapan Ekstraksi Daun Binahong.................................................27
3.6 Pelaksanaan Penelitian.........................................................................27
3.6.1 Uji Penghambatan Ekstrak Metanol Daun Binahong terhadap
Pertumbuhan Koloni Jamur B. oryzae..............................................27
3.6.2 Uji Penghambatan Perkecambahan Konidia B. oryzae....................28
3.7 Analisis Data........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

5
DAFTAR TABEL

Table 1 Perlakuan Uji Keefektifan Ekstrak Metanol Daun Binahong...................23


Table 2 Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL).......................................28

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penyakit bercak coklat pada tanaman padi..........................................19

Gambar 2 Jamur Bipolaris oryzae. (a) Konidiofor B. oryzae yang baru terbentuk.

(c) Konidium (Sumber: Marin-Felix et al., 2017).................................20

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan

morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya

memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan

membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif

(Wirawan et al., 2014).

Selain itu, padi juga termasuk tanaman pangan yang menjadi makanan

pokok bagi setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas

utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan

jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan

pangan penduduk (Anggraini et al., 2013).

Menurut (Badan Pusat Statistik, 2002), mencatat bahwa Produktivitas padi

selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang fluktuatif.

Produktivitas padi pada tahun 2016 mengalami penurunan dibanding pada tahun

2015, dimana pada tahun 2015 produktivitasnya sebesar 5,341 ton/ha sedangkan

pada tahun 2016 yang tercatat sebesar 5,236 ton/ha dan pada tahun 2017 terjadi

penurunan kembali menjadi 5,155 ton/ha. Faktor penyebab rendahnya

produktivitas tanaman padi salah satunya karena adanya gangguan dari Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu OPT yang menyebabkan menurunnya

produktivitas budidaya tanaman padi salah satunya adalah penyakit (Imrosi et al.,

2012).

8
Penyakit dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian

alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit yang

menyerang tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara

tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang, dan

adanya jasad patogen (jasad penyakit) (Kartika et al., 2016).

Salah satu penyakit yang menyebabkan menurunnya produktivitas pada

tanaman padi adalah bercak coklat yang disebabkan oleh jamur Bipolaris oryzae.

Penyakit bercak daun coklat tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan

di Afrika. Di Indonesia, penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi

terutama di tanah-tanah marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara

tertentu (Widodo, 2011). Di India dilaporkan bahwa pada tahun 1942 bercak

coklat merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya paceklik yang berat

di Benggala. Diberitakan bahwa pada tahun 1942 dan 1943 kehilangan produksi

mencapai 50-91% (Semangun, 2008).

Beberapa daerah padi gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung

Kidul, Jawa Barat bagian selatan dan Lampung merupakan daerah endemik

penyakit ini. Jamur B. oryzae menginfeksi daun, baik melalui stomata maupun

menembus langsung dinding sel epidermis setelah membentuk apresoria. Konidia

lebih banyak dihasilkan oleh bercak yang sudah berkembang (besar) kemudian

konidia dihembuskan oleh angin dan menimbulkan infeksi sekender. (Widodo,

2011).

Jamur B. oryzae menginfeksi koleoptil sehingga menyebabkan

bintik/blighting dan menginfeksi daun sehingga membentuk gejala bercak

9
berbentuk oval, berwarna coklat tua sampai coklat keunguan yang dapat

mengganggu fotosintesis sehingga akhirnya mematikan daun secara keseluruhan.

Penyakit bercak coklat ini pernah mengakibatkan terjadinya bencana pada tahun

1942 di India berupa kehilangan hasil hingga 50-90% yang menyebabkan sekitar

2 juta orang mati kelaparan (Aryal et al., 2016)

Sistem pengendalian hama terpadu (PHT) telah ditetapkan sebagai landasan

nasional perlindungan tanaman dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995.

Tindakan PHT menekankan cara-cara pengendalian nonkimia seperti penanaman

varietas tahan, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian fisik-mekanis, dan

pemanfaatan musuh alami, sedangkan insektisida digunakan sebagai alternatif

terakhir jika cara-cara nonkimia tidak memberikan hasil yang optimal (Abizar and

Prijono, 2010).

Pada umumnya, dalam menanggulangi suatu patogen dapat dilakukan

dengan beberapa pengendalian seperti contohnya pengendalian fisik, mekanik,

biologi, maupun kimia. Dalam pengendalian, biasanya petani lebih sering

menggunakan pengendalian secara kimiawi karena diduga lebih efektif dalam

menekan penyakit yang menyerang pertanaman. Pengendalian kimia bisa

dilakukan dengan menggunakan bahan bahan kimia yang ramah lingkungan salah

satu alternatif pengendalian patogen tanaman adalah penggunaan ekstrak

tumbuhan sebagai pestisida nabati. Salah satu contoh pestisida nabati yang

digunakan dalam menekan penyebaran penyakit Bipolaris oryzae salah satunya

Tanaman Binahong karena Binahong mengandung senyawa alkaloid, polifenol,

flavonoid, saponin, dan antrakuinon (Kumalasari and Sulistyani, 2011)

10
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis), merupakan

tanaman dari famili Basellaceae yang berasal dari kawasan brasil. Tanaman ini

sudah banyak digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat di berbagai

negara. Binahong mengandung berbagai macam zat aktif, diantaranya saponins,

terpenoid, steroid, glycosides dan alkaloid (Astuti, 2011).

Binahong merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai tanaman obat

berbagai penyakit. Binahong berasal dari dataran China dengan nama asalnya

adalah Dheng san chi (Saputera et al., 1988) Beberapa daerah diIndonesia sudah

mengetahui manfaat dari Tanaman Binahong terutama di Jawa Timur dan Jawa

Tengah yang telah banyak memanfaatkan binahong sebagai alternatif tanaman

Obat-obatan untuk beberapa khasiat (Lidinilla, 2014).

Tanaman binahong merupakan salah satu tanaman yang biasa digunakan

sebagai tanaman obat dapat menyembuhkan berbagai penyakit, pada tanaman ini

memiliki daun binahong yang memiliki kandungan antibakteri dan antimikroba.

Ekstrak etil asetat dari batang binahong mengandung asam fenolik, Alkaloid,

polifenol, flavonoid, karoten, dan saponin (Kurniasih et al., 2015). Selain itu,

flavonoid juga berfungsi sebagai anti alergi, anti karsinogenik, anti hipertensi, anti

artritis, dan efek anti mikroba. Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder

yang banyak ditemukan di alam dan mempunyai keaktifan fisiologis tertentu.

Senyawa saponin merupakan larutan berbuih yang diklasifikasikan berdasarkan

struktur aglikon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Saponin terbukti

mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

Efektifitas ekstrak daun tanaman ini dapat dipengaruhi pula oleh senyawa

pelarutnya, karena setiap jenis pelarut dapat melarutkan bahan yang berbeda

11
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis pelarut yang tepat

untuk mengendalikan patogen. Etanol adalah salah satu jenis pelarut yang dapat

digunakan untuk melakukan ekstraksi bahan aktif tanaman termasuk juga untuk

estraksi bahan aktif pada tanaman binahong (Miladiyah and Prabowo, 2012).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, identifikasi masalah yang dapat

dikemumkaan adalah bagaimana esktrak etanol daun binahong dapat digunakan

untuk menekan dan mengendalikan pertumbuhan koloni patogen B. oryzae pada

tanaman padi serta menghambat perkecambahan konidia jamur B. oryzae, dan

berapa konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun Binahong untuk menekan dan

mengendalikan patogen B. oryzae tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan ekstrak Metanol

untuk mengendalikan patogen Bipolaris oryzae serta konsentrasi yang efektif

untuk mengendalikannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang keefektifan

Ekstrak Daun Binahong untuk mengendalikan Patogen penyebab penyakit Bercak

Coklat pada Tanaman Padi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian yang lain menyampaikan bahwa Ekstrak air daun binahong

pada konsentrasi yang rendah (6,25%) mampu menghambat pertumbuhan

miselium jamur C. capsici dengan penghambatan sebesar 66,88% dibandingkan

12
dengan keefektifan ekstrak yang lebih rendah pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Pada konsentrasi rendah ini juga ekstrak air daun binahong dapat menghambat

perkecambahan konidia jamur C. capsici dengan presentase penghambatan

sebesar5,63% dengan kecenderungan tidak terjadi penghambatan perkecambahan

konidia pada konsentrasi yang lebih tinggi yang diuji (Yulia et al., 2016a).

Kemampuan tanaman binahong sebagai bahan antimikroba ini diperkirakan

karena kandungan senyawa bioaktif di dalam tanaman binahong. Tanaman

binahong dilaporkan memiliki kandungan seyawa aktif seperti saponin alkaloid,

terpenoid dan flavonoid (Astuti, 2011).

Beberapa penelitian ekstrak metanol tanaman dilaporkan efektif di dalam

mengendalikan patogen tanaman. Ekstrak metanol daun salam pada konsentrasi 2-

5% dan daun jeruk purut pada semua konsentrasi 1-5% secara in vitro efektif

menghambat perkecambahan atau pertumbuhan konidia jamur Fusarium

oxyxporum (Noveriza, 2010). Sementara Ekstrak daun sirih dengan pelarut etanol

terbukti dapat menekan pertumbuhan patogen Xanthomonas oryzae dengan

terbentuknya zona bening atau zona penghambatan yang besar (Amrulloh, 2008).

Penelitian lain menyebutkan bahwa penggunaan ekstrak gulma anting-anting

(Achalypha indica L.) memiliki potensi sebagai antifungal beberapa patogen padi

seperti Rhizoctonia solani, Cercospora oryzae, Sclerotium oryzae, dan

Pyricularia oryzae secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak anting-

anting menunjukkan semakin tinggi aktivitas penghambatannya dengan hambatan

tertinggi pada konsentrasi ekstrak 25% terhadap R. solani sebesar 62,70 mm

(Imrosi et al., 2012).

13
Ekstrak air daun binahong diketahui mampu menekan pertumbuhan koloni

jamur F.o.l dengan penekanan sebesar 38,67% serta menekan perkecambahan

konidia jamur F.o.l dengan penekanan sebesar 43,44% pada konsentrasi efektif

6,25% tetapi tidak signifikan menekan infeksi jamur F.o.l pada benih tomat

(Widiantini, Yulia & Riska, 2016).

Kandungan dari Tanaman Binahong dapat pula bermanfaat untuk kesehatan

manusia. Ekstrak etil asetat daun binahong (Anredera scandens (L.)Moq.)

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Shigella flexneri penyebab penyakit

shigellosis (Wardhani and Sulistyani, 2012). Selain itu ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dapat menghambat pertumbuhan Salmonella

typhi penyebab penyakit Tifus dengan daya hambat berkonsentrasi 40% (Saputera

et al., 1988). Dan Ekstrak etanol batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore)

Steen) mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans dengan KBM

(Kadar Bunuh Minimum) sebesar 86% (Kumalasari and Sulistyani, 2011).

Pada beberapa penelitian pula menyebutkan bahwa perasan daun binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) steenis) dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia coli secara in vitro. Dan meningkatnya konsentrasi perasan daun

binahong (Anredera cordifolia (Tenore) steenis) meningkatkan daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro (Darsana et al.,

2012).

Beberapa orang dalam penelitiannya melakukan upaya untuk mempermudah

penggunaan daun binahong adalah dengan dibuat menjadi suatu sediaan topikal

berupa salep. Salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

14
Steenis)efektifmenyembuhkan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureuspada

kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan konsentrasi 10% (Zulfa et al.,).

Kemampuan ekstrak tanaman dalam menghambat patogen tergantung dari

pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi dan pemilihan pelarut ini umumnya

disesuaikan dengan metabolit sekunder yang diinginkan (Gurjar et al., 2012).

Menurut (Wardhana et al., 2005) Pelarut organik seperti metanol adalah pelarut

yang bersifat polar sehingga akan dapat melarutkan senyawa bioaktif tanaman

yang umumnya bersifat polar juga. Bahan tanaman pestisida nabati yang

diektraksi menggunakan pelarut organik umumnya lebih efektif di dalam

mengendalikan patogen atau hama sasaran ketika dibandingkan dengan pelarut air

dan efektif dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang dapat disimpulkan

adalah :

1. Ekstrak daun binahong mampu menekan pertumbuhan koloni dan

menghambat perkecambahan konidia jamur B. oryzae.

2. Dosis ekstrak daun binahong akan efektif dalam menekan pertumbuhan

dan perkecambahan konidia jamur B. oryzae dalam konsentrasi yang

rendah yaitu sebesar 0,125%

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Padi

Menurut sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman padi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monokotil

Ordo : Graminae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L

Tanaman padi mempunyai akar serabut, setelah 5-6 hari akar serabut akan

tumbuh, warna akar serabut yang masih muda berwarna putih sedangkan akar

yang sudah tua berwarna coklat. Akar yang tumbuh dari ruas batang yang

terendah adalah akar tajuk. Akar rambut merupakan bagian yang tumbuh dari akar

serabut yang berumur pendek yang panjangnya sama dengan akar serabut, akar ini

merupakan saluran pada kulit akar yang berada pada kulit luar yang berfungsi

menghisap air maupun zat-zat makanan.

2.2 Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Padi

Bercak coklat (brown spot) umum terdapat pada tanaman padi di Indonesia

dan dibeberapa wilayah baik tropik maupun daerah yang beriklim sedang

(Semangun, 2008). Penyakit ini dilaporkan terjadi hampir pada setiap negara

16
seperti Jepang, Cina, Burma, Srilanka, Bangladesh, Iran, Afrika, Amerika Selatan

Rusia, Amerika Utara, Filiphina, Arab Saudi, Australia, Malaya, dan Thailand

(Sunder et al., 2014).

Penyakit bercak coklat pada tanaman padi ini diuraikan oleh van Breda de

Haan di Jawa pada tahun 1900, serta patogen penyebab penyakit bercak coklat

pada umumnya biasa disebut dengan Helminthosporium oryzae (Semangun,

2008). Spesies Helminthosporium dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan

koloni, konidiofor, konidia, jenis perkecambahan konidia dan jenis struktur hilum

yaitu Bipolaris, Drechslera, Exserohilum (Motlagh and Kaviani, 2008).

2.2.1 Taksonomi Jamur Bipolaris oryzae

Penyakit bercak daun coklat disebabkan oleh jamur Bipolaris oryzae

tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia,

penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah

marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara tertentu (Semangun, 2008).

Beberapa daerah padi gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung Kidul,

Jawa Barat bagian selatan dan Lampung merupakan daerah endemik penyakit ini.

Klasifikasi dari Jamur Bipolaris oryzae adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Dothideomycetes

Ordo : Pleosporales

Family : Pleosporaceae

Genus : Bipolaris

Spesies : Bipolaris oryzae

17
Sumber (Parda et al., 2012)

2.2.2 Biologi Jamur Bipolaris oryzae

Jamur B. oryzae membentuk miselium berwarna coklat kelabu sampai

coklat tua di dalam biakan murni maupun jaringan tanaman yang sakit dan juga

didalam biakan murni. Konidiofor berwarna coklat muda sampai coklat kehijauan

dengan warna diujung lebih muda, panjang dan lebar bervariasi tergantung

lingkungannya Konidiofor menjadi tempat melekatnya konidium dengan adanya

bengkokan seperti lutut (Gambar 1a). Jamur dapat menembus glumes dan

meninggalkan kehitaman atau bintik-bintik pada endosperm. Infeksi berat dari

biji-bijian dilaporkan dapat mencegah perkecambahan dan menyebabkan busuk

benih. Konidium berwarna coklat yang berbentuk kumparan, kebanyakan

berbentuk bengkok dan berdinding tebal dengan ukuran bervariasi yang

tergantung dengan faktor lingkungan dan ras fisiologi jamur (Gambar 1b).

Konidium mempunyai hilum yang khas, kecil, sering menonjol, berpapil, dan

dinding sel lebih tipis (Semangun, 2008). Konodium memiliki hilum yang khas,

kecil, berkecambah dari kedua sel ujungnya yang mempunya dinding sel paling

tipis dibanding sel-sel yang lebih tengah.

a b

Gambar 1 Jamur Bipolaris oryzae. (a) Konidiofor B. oryzae yang baru terbentuk.
(c) Konidium (Sumber: Marin-Felix et al., 2017)

18
2.2.3 Gejala Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Padi

Jamur B. oryzae merupakan penyakit tular benih dan dapat bertahan hidup

pada jerami padi yang terinfeksi. Penyebaran penyakit ini melalui spora di udara

dan dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Infeksi bibit akan terjadi ketika benih

ditabur dengan kondisi temperatur lingkungan rendah (Aryal et al., 2016).

Penyakit ini dapat menyerang pada saat persemaian dan dapat

mengakibatkan tanaman mati karena busuk pada koleoptil, batang dan akar.

Serangan juga dapat terjadi pada daun dan bulir, apabila bulir padi terserang maka

mutunya akan menurun. Parasit yang terbawa oleh biji dapat menyerang biji-

bijian yang akan dan sedang tumbuh (Semangun, 2008).

Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah adanya bercak berwarna

coklat tua pada daun dengan tepi berwarna coklat tua dan bagian tengahnya

berwarna abu-abu atau keputihan dan terkadang bercak memiliki halo

kekuningan, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada

permukaan daun, pada pelepah atau pada gabah. Serangan berat pada daun dapat

mengakibatkan daun mongering (Semangun, 2008). Gejala awal penyakit

biasanya terdapat bintik kecil melingkar dan berwarna coklat tua atau keunguan.

Bintik hitam atau coklat tua meyebabkan bulir berubah warna dan keriput pada

glumes (Sunder et al., 2014).

19
Gambar 2 Gejala Penyakit Bercak Coklat pada Tanaman Padi

2.3 Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan, mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengendalikan

serangga hama. Sejarah telah mencatat bahwa pemanfaatan pestisida nabati

sebenarnya sudah dipraktikkan sejak tiga abad yang lalu. Pada tahun 1690, petani

di Perancis menggunakan perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama

kepik pada buah persik. Pada tahun 1800, bubuk tanaman pirethrum digunakan

untuk mengendalikan kutu daun (Saenong, 2017). Penggunaan pestisida nabati

selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, juga lebih murah dibandingkan

dengan pestisida kimia (Jayashree et al., 2014).

Tumbuhan merupakan gudang berbagai senyawa kimia yang kaya akan

kandungan bahan aktif, antara lain produk metabolit sekunder (secondary

metabolic products). Kelompok senyawa ini berperan penting dalam proses

berinteraksi atau berkompetisi. Produk metabolit sekunder dapat dimanfaatkan

sebagai bahan aktif pestisida nabati (Suhartini et al., 2017).

Pestisida nabati merupakan alternatif penting dalam meminimalkan

penggunaan pestisida sintetis dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki

20
tanaman seperti kandungan senyawa kimia yang dapat bersifat antimikroba yang

dapat menghambat perkembangan patogen ataupun OPT lainnya (Prakash et al.,

2008).

Pestisida nabati dapat dibuat dari bagian tumbuhan seperti daun, biji, buah

maupun akar. Pengaruh pestisida nabati terhadap jasad sasaran tergantung pada

bahan tumbuhan yang digunakan. Satu spesies tumbuhan yang sama namun

berbeda tempat asalnya akan menghasikan pengaruh yang berbeda pula. Hal

tersebut dikarenakan senyawa bioaktif atau senyawa racun pada tumbuhan

tergantung pada kondisi lingkungan tumbuh, umur tanaman dan tumbuhan

tersebut (Setiawati et al., 2008).

Pestisida nabati merupakan ekstrak tanaman yang berisi bahan kimia alami

dan memiliki senyawa metabolit sekunder serta dapat digunakan sebagai bahan

alternatif formulasi pestisida sintetis untuk mengendalikan OPT dengan menekan

pertumbuhan dan menghambat perkembangan penyakit tanaman lain (Gurjar et

al., 2012).

Tumbuhan diketahui mampu mensintesis senyawa bioaktif pada jaringan

tanaman yang dikenal sebagai metabolit sekuder (Saenong, 2017). Golongan

senyawa tersebut memiliki pengaruh sebagai antimikroba dan dapat melindungi

tanaman dari organisme penyebab penyakit. Senyawa tersebut juga memilki

peranan penting bagi tumbuhan dalam berkompetisi termasuk melindungi diri

(Gurjar et al., 2012).

Pestisida nabati tidak hanya memiliki satu jenis bahan aktif (single active

ingredients) melainkan pestisida nabati memiliki beberapa jenis bahan aktif (multiple

21
active ingredients) (Kardinan, 2011). Beberapa senyawa metabolit sekunder yang

memiliki sifat antimikroba yaitu alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin.

Alkaloid memilki karakteristik tidak berwarna, beracun, dan memilki rasa

pahit (Enyiukwu et al., 2014). Lebih lanjut lagi disebutkan bahwa alkaloid dan

turunannya merupakan senyawa aktif yang dapat ditemukan pada tumbuhan dan

memiliki fungsi penting bagi bidang kesehatan sebagai obat. Menurut (Saxena et al.,

2013) alkaloid melindungi tumbuhan dengan allelopati yang dikeluarkannya sehingga

tumbuhan dapat bertahan terhadap serangan mikroorganisme patogen dan serangga.

Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan

dan radikal bebas. Selain itu, flavonoid memiliki sifat antimikroba terhadap

berbagai mikroorganisme (Enyiukwu et al., 2014).

Saponin merupakan metabolit sekunder yang terdapat pada sel-sel tumbuhan

sebagai prekursor tidak aktif dan dapat diubah menjadi antibiotik biologis oleh enzim

pada tanaman yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan pathogen

(Figen Mert-Türk, 2006). Menurut Saxena et al. (2013) saponin diketahui berperan

sebagai antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri serta

melindungi tanaman dari serangan hama. Pada tanaman, saponin dapat diperoleh dari

akar dan daun tanaman (Astuti, 2011).

2.4 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

Anredera cordifolia banyak di temukan di Indonesia dan dikenal sebagai

binahong. Binahong merupakan tanaman merambat yang berasal dari Amerika

Selatan, tepatnya Paraguay sampai Brazil Selatan dan Argentina Utara

22
23
BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018 sampai dengan November

2018. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Departemen

Hama dan penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya Petri dish, timbangan,

pinset, jarum ose, jarum jara, pisau, tissue, gelas ukur, labu Erlenmeyer, Beaker

glass, bunsen, blender, Laminar Air Flow (LAF), autoclave, microwave, saringan

milipore 0,2 µm, kertas saring, kain muslin, kertas saring Whatman No. 1,

penggaris, bor gabus 5 mm, botol Schott, dan batang pengaduk.

Bahan yang digunakan antara lain daun binahong, aquades steril, Tanaman

padi yang terserang Bercak coklat, Potato Dextrose Agar (PDA) (Komposisi: 200

g kentang, dextrose 20 g, agar 20 g dan akuades 1 liter), water agar (WA)

(Komposisi: 30 g agar dan 1 liter akuades), spirtus, dan alkohol 70%.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan akan menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan pengujian keefektifan ekstrak binahong terhadap

pertumbuhan koloni dan perkecambahan konidia jamur B. oryzae secara in vitro

pada konsentrasi yang diuji 5 konsentrasi 2%, 1%, 0,5%, 0,25% dan 0,125%

ekstrak metanol daun binahong sehingga akan terdapat 5 perlakuan yang akan

24
diulang sebanyak 5 kali. Rancangan percobaan ini terdiri dari beberapa perlakuan

yang merupakan konsentrasi ekstrak binahong yang akan diuji dengan jumlah

ulangan yang akan ditentukan.

3.4 Rancangan Perlakuan

Perlakuan pada penelitian ini menggunakan lima konsentrasi ekstrak

metanol daun binahong dan kontrol. Berikut adalah rancangan percobaan

perlakuan yang akan dilakukan:

Table 1 Perlakuan Uji Keefektifan Ekstrak Metanol Daun Binahong

Kode
Perlakuan
Perlakuan
A Kontrol (perlakuan tanpa ekstrak)
B 0,125% ekstrak metanol daun binahong
C 0,25% ekstrak metanol daun binahong
D 0,5% ekstrak metanol daun binahong
E 1% ekstrak metanol daun binahong
F 1,5% ekstrak metanol daun binahong

3.5 Persiapan Penelitian

3.5.1 Sterilisasi Peralatan

Peralatan yang akan digunakan akan disterilisasi untuk menghindari

terjadinya kontaminan. Alat-alat yang akan digunakan akan dicuci menggunakan

sabun dan dibilas dengan air bersih. Alat-alat tersebut kemudian akan disterilisasi

dengan menggunakan autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC dan tekanan

1 atm.

25
3.5.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) dan Water Agar

Media PDA akan dipersiapkan dengan mengupas kentang sebanyak 200 g

dan kemudian akan dicuci bersih. Setelah itu, kentang akan dipotong-potong kecil

sekitar 2 x 2 cm dan direbus dalam 1 liter akuades hingga lunak. Air rebusan

kentang kemudian disaring dan ditambahkan akuades supaya tetap memiliki

volume 1 liter. Air rebusan dipanaskan lagi dan ditambahkan 20 g agar dan 20 g

dextrose hingga air mendidih. Media ini kemudian akan dituangkan ke dalam

botol Schott untuk disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit dengan

temperature 121oC dan tekanan 1 atmosfir. Selanjutnya media didinginkan hingga

menjadi padat dan disimpan di lemari pendingin sampai digunakan.

Media Water Agar (WA) akan dipersiapkan dengan mencampurkan 30 g

agar dan 1 liter akuades. Kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam botol

Schott dan disterilisasi pada suhu 121°C selama ± 15 menit.

3.5.3 Persiapan Patogen Bipolaris oryzae

Jamur B. oryzae akan diisolasi dari daun tanaman padi yang menunjukkan

gejala. Bercak gejala penyakit bercak coklat ini akan dipotong di antara bagian

yang sehat dan yang bergejala (Agrios, 2005). Potongan-potongan kecil tersebut

akan dicelupkan selama 15 detik ke dalam larutan alkohol 70% yang kemudian

direndam pada larutan sodium hypoklorit 1% selama lima menit. Jaringan yang

sudah disterilkan ini akan dibilas sebanyak tiga kali dengan menggunakan

akuades steril dan kemudian dikeringkan dengan menempatkannya pada kertas

saring steril. Setelah itu, potongan daun tersebut akan diletakkan pada media

tumbuh PDA dan diinkubasikan pada suhu ruang (± 28oC). Miselium yang

tumbuh kemudian akan dipindahkan ke media PDA yang baru sebagai biakan

26
murni. Pengerjaan akan dilakukan di dalam laminar air flow. Jamur B. oryzae

yang sudah ditumbuhkan pada cawan Petri ini kemudian akan diinkubasikan pada

suhu kamar sampai digunakan di dalam percobaan.

3.5.4 Persiapan Ekstraksi Daun Binahong

Daun tanaman binahong akan dikumpulkan dan dicuci bersih. Daun

binahong yang telah bersih kemudian dikeringudarakan selama beberapa hari

untuk mengurangi kadar air daun. Daun tanaman yang sudah kering kemudian

akan diblender dan diayak hingga membentuk serbuk. Setelah itu, serbuk daun

binahong sebanyak 100 g akan dimaserasi dengan menggunakan pelarut metanol

teknis (1 liter) selama 2 x 24 jam. Bobot perbandingan yang digunakan adalah

1:10 (w/v) untuk perbandingan bobot bahan dan pelarut. Setelah dilakukan

maserasi/perendaman tersebut, selanjutnya akan dilakukan penyaringan dengan

menggunakan kertas saring yang diletakkan pada corong. Hasil penyaringan ini

akan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 55-60oC dan penghampaan

pada tekanan 580-600 mmHG sehingga diperoleh ekstrak metanol daun binahong

pekat. Ekstrak metanol pekat yang dihasilkan akan disiapkan dalam 5 konsentrasi

uji yaitu 1,5%, 1%, 0,5%, 0,25% dan 0,125%.

3.6 Pelaksanaan Penelitian

3.6.1 Uji Penghambatan Ekstrak Metanol Daun Binahong terhadap

Pertumbuhan Koloni Jamur B. oryzae

Metode yang akan digunakan untuk penghambatan adalah metode poison

food (Widiantini et al., 2016) . Penyiapan konsentrasi ekstrak metanol daun

binahong akan dilakukan dengan cara menimbang ekstrak kasar masing-masing

27
sebanyak 2,4 g, 1,2 g, 0,6 g, 0,3 g, dan 0,15 g dan dimasukkan langsung ke dalam

120 ml PDA steril (± 50oC) untuk membuat konsentrasi uji 2%, 1%, 0,5%, 0,25%

dan 0,125% (Hubert et al., 2015) . Patogen B. oryzae yang telah dimurnikan akan

dipotong dengan menggunakan pembor gabus yang berukuran 5 mm kemudian

diletakkan di tengah cawan Petri perlakuan. Pengamatan akan dilakukan pada

interval waktu 24 jam sampai perlakuan kontrol mencapai diameter maksimal

(pertumbuhan jamur memenuhi permukaan cawan Petri). Pengukuran diameter

koloni jamur akan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengamatan akan

dilakukan pada penghambatan pertumbuhan koloni jamur B. oryzae. Persentase

penghambatan akan dihitung dengan menggunakan rumus:

C+T
I= x 100%
C

Keterangan :

I = Persen penghambatan (%)

C = Diameter koloni patogen pada kontrol (cm)

T = Diameter koloni patogen yang diberi perlakuan (cm)

3.6.2 Uji Penghambatan Perkecambahan Konidia B. oryzae

Pengujian akan dilakukan dengan menyiapkan suspensi konidia B. oryzae

menggunakan akuades steril hingga mendapatkan suspensi konidia dengan

kerapatan 1x105 konidia/ml. kemudian akan dilakukan pencampuran dengan

perbandingan 1 : 1 suspensi spora 1x105 konidia/ml dengan 3% water agar pada

suhu 45oC (Yulia et al., 2016) . Hasil pencampuran kemudian akan dituangkan ke

dalam cawan Petri sebanyak 10 ml. Setelah kering kemudian agar-spora akan

dipotong dengan ukuran diameter 5 mm menggunakan pengebor gabus, kemudian

28
potongan agar-spora akan ditempatkan pada gelas objek steril. Ekstrak metanol

daun binahong diaplikasikan pada permukaan agar-spora dengan volume 10 μl.

Pada kontrol, sebagai pengganti perlakuan digunakan akuades steril. Gelas objek

dengan perlakuan agar-spora akan disimpan pada wadah steril dan diinkubasi

pada suhu ruang. Perkecambahan konidia akan diamati dengan menggunakan

mikroskop cahaya pada perbesaran 400x.

3.7 Analisis Data

Analisis data percobaan yang dilakukan berdasarkan model linier dari

Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut:

Yij=μ+ τi+ ∑ ij

Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

τ = Pengaruh perlakuan ke-i

∑ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke I dan ulangan ke-j

Table 2 Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Sumber
Db JK KT F hitung
Keragaman
Perlakuan t–1 ∑γ 2 JK perlakuan KT perlakuan
−FK
r t−1 KT galat
Galat t (r – 1) JKtotal-JKperlakuan JK galat
t (r −1)
Total tr – 1 2
Σ γ −FK

29
Analisis data statistik dalam percobaan ini akan menggunakan program

PPSS versi 17. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan ANOVA dan

Uji Lanjut Duncan pada taraf nyata 5% untuk membandingkan perlakuan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abizar, M., And D. Prijono. 2010. Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Dan Biji
Tephrosia Vogelii J. D. Hooker (Leguminosae) Dan Ekstrak Buah Piper
Cubeba L. (Piperaceae) Terhadap Larva Crocidolomia Pavonana (F.)
(Lepidoptera : Crambidae). J. Hpt Trop. 10(1): 1–12. Doi:
10.5994/Jei.10.1.39.
Amrulloh, I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) Sebagai
Antimikroba Terhadap Bakteri Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Dan Jamur
Fusarium Oxysporum.
Anggraini, F., A. Suryanto, And N. Aini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit
Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L .) Varietas Inpari 13 Cropping
System And Seedling Age On Paddy ( Oryza Sativa L .) Inpary 13 Variety. J.
Produksi Tanam. 1(2): 52–60.
Aryal, L., G. Bhattarai, G. Subedi, B. Subedi, And G.K. Sah. 2016. Response Of
Rice Varieties To Brown Spot Disease Of Rice At Paklihawa , Rupandehi.
Glob. J. Biol. Agric. Heal. Sci. 5(2): 50–54.
Astuti, S.M. 2011. Determination Of Saponin Compound From Anredera
Cordifolia ( Ten ) Steenis Plant ( Binahong ) To Potential Treatment For
Several Diseases. 3(4): 224–232. Doi: 10.5539/Jas.V3n4p224.
Badan Pusat Statistik. 2015. (21): 5–6.
Darsana, I.G.O., I.N.K. Besung, And H. Mahatmi. 2012. Potensi Daun Binahong (
Anredera Cordifolia ( Tenore ) Steenis ) Dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Escherichia Coli Secara In Vitro. Indones. Med. Veterinus 1(3): 337–
351.
Enyiukwu, D.N., A.N. Awurum, C.C. Ononuju, And J.A. Nwaneri. 2014.
Significance Of Characterization Of Secondary Metabolites From Extracts
Of Higher Plants In Plant Disease Management. Ijaar 2: 8–28.
Figen Mert-Türk. 2006. Saponins Versus Plant Fungal Pathogens. J. Cell Mol.
Biol. (5): 13–17. Http://Jcmb.Halic.Edu.Tr/Pdf/5-1/Saponins.Pdf.
Gurjar, M.S., S. Ali, M. Akhtar, And K.S. Singh. 2012. Efficacy Of Plant Extracts
In Plant Disease Management. 3(3): 425–433.

31
Hubert, J., R.B. Mabagala, And D.P. Mamiro. 2015. Efficacy Of Selected Plant
Extracts Against Pyricularia Grisea , Causal Agent Of Rice Blast Disease.
Plant Extr. Against Pyricularia Grisea 3(2): 602–611.
Imrosi, A.N., P.A. Mihardjo, And M. Hoesain. 2012. In Vitro Utilization Of
Anting-Anting ( Acalypha Indica L .) Extract As Antifungal To Several Rice
Pathogens. X: 1–4.
Jayashree, S., J. Rathinamala, And P. Lakshmanaperumalsamy. 2014. Anti-
Termite Properties Of Root And Leaf Powder Of Vetiver Grass. J. Environ.
Biol. 35: 193–196.
Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Pengemb.
Inov. Pertan. 4(4): 262–278. File:///C:/Users/Muti/Appdata/Local/Mendeley
Ltd./Mendeley Desktop/Downloaded/Menuju, Pertanian - 2011 - Kearifan
Lokal Dalam Pengendalian Hama.Pdf.
Kartika, G.R.A., S. Andayani, And Soelistyowati. 2016. Potensi Ekstrak Daun
Binahong (Anredera Cordifolia) Sebagai Penghambat Bakteri Vibrio
Harveyi. J. Mar. Aquat. Sci. 2(July): 49–53.
Kumalasari, E., And N. Sulistyani. 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol
Steen .) Terhadap Candida Albicans Serta Skrining Fitokimia Antifungal
Activity Of Ethanol Extract Of Binahong Stem ( Anredera Cordifolia
( Tenore ) Steen ) Against Candida Albicans And The Phytochemical
Screening. J. Ilm. Kefarmasian 1(2): 51–62.
Kurniasih, N., M. Kusumiyati, Nurhasanah, R.P. Sari, And R. Wafdan. 2015.
Potensi Daun Sirsak ( Annona Muricata Linn ), Daun Binahong ( Anredera
Cordifolia ( Ten ) Steenis ), Dan Daun Benalu Mangga ( Dendrophthoe
Pentandra ) Sebagai Antioksidan Pencegah. Ix(1).
Lidinilla, N.G. 2014. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Miladiyah, I., And B.R. Prabowo. 2012. Ethanolic Extract Of Anredera Cordifolia
( Ten .) Steenis Leaves Improved Wound Healing In Guinea Pigs. 31(1): 4–
11.
Motlagh, M., And B. Kaviani. 2008. Characterization Of New Bipolaris Spp.: The
Causal Agent Of Rice Brown Spot Disease In The North Of Iran. Int. J.

32
Agricuture … 10: 638–642.
Http://Fspublishers.Org/Ijab/Past-Issues/Ijabvol_10_No_6/8.Pdf.
Noveriza, R. 2010. Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Salam ( Eugenia
Polyantha ) Dan Daun Jeruk Purut ( Cytrus Histrix ) Sebagai Antijamur Pada
Pertumbuhan Fusarium Oxysporum. 16(February 2008): 6–11.
Parda, M., E.M. Arroz, And I. Epidemiológica. 2012. Bipolaris Oryzae.
Saenong, M.S. 2017. Tumbuhan Indonesia Potensial Sebagai Insektisida Nabati
Untuk Mengendalikan Hama Kumbang Bubuk Jagung (Sitophilus Spp.). J.
Penelit. Dan Pengemb. Pertan. 35(3): 131. Doi:
10.21082/Jp3.V35n3.2016.P131-142.
Saputera, S.A., M. Fifendy, And V. Fitriani. 1988. Pengaruh Ekstrak Daun
Binahong.
Saxena, M., J. Saxena, R. Nema, D. Singh, And A. Gupta. 2013. Phytochemistry
Of Medicinal Plants. J. Pharmacogn. Phytochem. 1(6): 13–14. Doi:
10.1007/978-1-4614-3912-7_4.
Setiawati, W., R. Murtiningsih, N. Gunaeni, And T. Rubiati. 2008. Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati Dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt).
Suhartini, I. Suryadarma, And Budiwari. 2017. Pemanfaatan Pestisida Nabati
Pada Pengendalian Hama Plutella Xylostella Tanaman Sawi ( Brassica
Juncea L .) Menuju Pertanian Ramah Lingkungan. J Sains Dasar 6(1): 36–43.
Sunder, S., R.A.M. Singh, And R. Agarwal. 2014. Brown Spot Of Rice : An
Overview. Indian Phytopathol. 67(3): 201–215.
Wardhana, A.H., A. Husein, And J. Manurung. 2005. Efektifitas Ekstrak Biji
Srikaya ( Annona Squamosa L ) Dengan Pelarut Air , Metanol Dan Heksan
Terhadap Mortalitas Larva Caplak Boophilus Microplus Secara In Vitro. :
134–142.
Wardhani, L.K., And N. Sulistyani. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil
Asetat Daun Binahong ( Anredera Scandens ( L .) Moq .) Terhadap Shigella
Flexneri Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis Antibacterial Activity Test
Of Ethyl Acetate Extract Of Binahong Leaf ( A Nredera Scandens ( L. Ilm.
Kefarmasian 2: 1–16.

33
Widiantini, F., A. Purnama, And E. Yulia. 2016a. Keefektifan Oligochitosan
Dalam Menekan Pertumbuhan Jamur Patogen Rigidoporus Lignosus
[( Klotzsch ) Imazeki ] Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman
Cengkeh Secara In Vitro. 27(1): 59–64.
Widiantini, F., E. Yulia, And Riska. 2016b. Uji Keefektifan Ekstrak Air Daun
Binahong ( Anredera Cordifolia ( Ten .) Steenis ) Terhadap Patogen
Penyebab Penyakit Layu Fusarium ( Fusarium Oxysporum Schlecht . F . Sp .
Lycopersici ( Sacc .) Sy N D . Et Hans . ) Pada Tomat Efectiveness Of Leaf
Water E. : 1–8.
Widodo, M. 2011. Cyber Extension - Kementerian Pertanian - Pusat Penyuluhan
Pertanian, Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm Pertanian.
Http://Cybex.Pertanian.Go.Id/Materipenyuluhan/Detail/8707.
Wirawan, K.A., I.K.B. Susrusa, And I. Ambarawati. 2014. Analisis Produktivitas
Tanaman Padi Di Kabupaten Badung Provinsi Bali Rice Productivity
Analysis In Badung Bali Province Pendahuluan. 2(1): 76–90.
Yulia, E., F. Widiantini, And A. Purnama. 2016a. Keefektifan Ekstrak Air Daun
Binahong ( Anredera Cordifolia ( Ten .) Steenis ) Dalam Menekan
Pertumbuhan Koloni Dan Perkecambahan Konidia Jamur Colletotrichum
Capsici Penyebab Penyakit Antraknos Pada Cabai. 27(1): 16–22.
Yulia, E., F. Widiantini, A. Purnama, D. Hama, F. Pertanian, U. Padjadjaran, And
J.R.B. Km. 2016b. Uji Keefektifan Ekstrak Air Daun Binahong ( Anredera
Cordifolia ( Ten .) Steenis ) Terhadap Patogen Penyebab Penyakit Antraknos
( Colletotrichum Spp .) Pada Cabai The Effectiveness Of Water Extract Of
Binahong Leaf ( Anredera Cordifolia ( Ten .) Steenis ). : 1–6.
Zulfa, E., T.B. Prasetyo, And M. Murukmihadi. Formulasi Salep Ekstrak Etanolik
Daun Binahong ( Anrederacordifolia ( Ten .) Steenis ) Dengan Variasi Basis
Salep. : 41–48.

34

Anda mungkin juga menyukai