Anda di halaman 1dari 29

RESPONS HAMA ULAT DAUN (Plutella xylostella) TERHADAP

PESTISIDA NABATI TEMBAKAU PADA TANAMAN KUBIS


BUNGA (Brassica oleracea)

(Proposal Penelitian)

OLEH:

INAYAH
18110015

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Dan Masalah ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian........................................................................................ 3
1.3 Dasar Pengujian Hipotesis ......................................................................... 4
1.4 Hipotesis ..................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 Botani Tanaman Kubis Bunga ................................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh Kubis Bunga ..................................................................... 7
2.3 Ulat Daun (Plutella xylostella L.) .............................................................. 8
2.3.1 Klasifikasi Ulat Daun ..................................................................... 8
2.4 Pestisida Nabati Tembakau ........................................................................ 9
BAB III BAHAN DAN METODE ....................................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 12
3.4 Analisis Data..........................................................................................
3.5 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 13
3.5.1 Persiapan Tempat Penelitian dan Pembuatan Naungan ............... 13
3.5.2 Pembuatan Media Tanam............................................................. 13
3.5.3 Penanaman Bibit .......................................................................... 13
3.5.4 Persiapan Hama Ulat Daun.........................................................
3.5.5 Pembuatan Larutan Pestisida Tembakau.....................................
3.5.6 Pembuatan sungkup percobaan .................................................... 14
3.5.7 Pemeliharaan tanaman ................................................................. 14
3.5.8 Aplikasi Penyemprotan Pestisida ................................................. 14
3.5.9 Panen ............................................................................................ 15
3.6 Pengamatan............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
LAMPIRAN ...................................................................................................... 21
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Respons Hama Ulat Daun (Plutella xylostella) Terhadap Pestisida

Nabati Tembakau Pada Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea)”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A, selaku Ketua STIPER Dharma Wacana Metro

2. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A, selaku Wakil Ketua I STIPER Dharma Wacana
Metro sekaligus pembimbing 1, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
dalam penyusunan skripsi

3. Bapak Priyadi, SP,M.Si, selaku ketua jurusan Agroteknologi STIPER Dharma


Wacana Metro, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi

4. Ibu Nurleni Kurniawati, S.Pd,M.Si, selaku pembimbing II yang telah


memberikan ilmu, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

5. Rekan mahasiswa seperjuangan yang senantiasa membantu dalam penelitian

Semoga Skripsi ini bermanfaat dandapat menjadi acuan dalam pelaksanaan


penelitian lebih lanjut.

Metro, 03 november 2021

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kubis bunga (Brassica oleraceea var. botrytis L.) merupakan jenis tanaman

hortikultura yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae)

yang berasal dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan

Mediterania (Jaenudin dan Sugesa, 2019). Menurut Kindo(2018), Kubis bunga

merupakan sayuran yang dikonsumsi pada bagian krop bunga (curd). Setiap 100

gram curd kubis bunga mengandung 245 kalori; 88 air (g); 4 protein (g); 0,3

lemak (g); 6 karbohidrat (g); 1,5 serat (g); 150 kalsium (mg); 325 kalium (mg);

800 karotin (mg); 100 vitamin C (mg).

Badan Pusat statistik (2021), produksi tanaman kubis bunga pada provinsi

Lampung masih rendah yaitu 19% dari produksi di Indonesia. Menurut Hidayati

dkk(2013), rendahnya tingkat produktivitas kubis di Indonesia disebabkan oleh

beberapa masalah seperti serangan hama ulat daun (Plutella xylostella). Plutella

xylostella merupakan salah satu hama utama tanaman kubis bunga. Menurut

Ginting dkk(2017), hama tersebut dapat menyebabkan kerusakan hingga 90%,

sehingga kubis bunga tidak dapat membentuk krop. Ulat daun merupakan hama

yang menyerang kubis bunga sejak awal tumbuh sampai menjelang panen

sehingga menyebabkan kegagalan apabila tidak segera dikendalikan.

1
2

Pengendalian hama ulat daun pada tanaman kubis bunga dapat dilakukan dengan

menggunakan pestisida sintetis. Pestisida sintetis tidak baik digunakan dalam

jangka panjang. Rinda dkk(2016), menyatakan bahwa pengendalian hama dengan

menggunakan pestisida sintetis dapat menyebabkan terjadinya resurgensi dan

resistensi hama, terjadi ledakan hama (outbreak), terbunuhnya hama bukan

sasaran, terbunuhnya serangga musuh alami (parasitoid dan predator) bahkan

dapat menyebabkan keracunan bagi pengguna dan binatang peliharaan. Serta

menurut Iskarlia dan Rahmawati(2014), dampak lain adanya residu insektisida

sintetik misalnya dalam bidang ekonomi yaitu banyak negara yang menolak

ekspor karena tujuan ekspor atas produk-produk yang mengandung residu

pestisida. Efek residu dari penggunaan pestisida dapat mencemari tanah serta

dapat mematikan beberapa mikroorganisme perombak tanah, matinya serangga

dan binatang lain yang bermanfaat, sehingga menyebabkan terputusnya mata

rantai makanan bagi hewan pemakan serangga. Tujuan yang semula untuk

meningkatkan produktivitas tanaman, justru akan menjadi masalah bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu alternatif lain dalam pengendalian hama

dengan cara yang lebih aman, efektif, dan tidak meninggalkan residu, yaitu

penggunaan pestisida alami dari tembakau. Tembakau dapat digunakan sebagai

pestisida nabati karena mengandung 3,14% kadar nikotin (Alegantina, 2017).

Menurut Nugraha dan Agustiningsih(2015), Nikotin berperan sebagai racun

kontak bagi serangga dan pengendali jamur.

Dengan adanya pestisida alami ini, akan memberikan beberapa manfaat bagi para

petani. Diantaranya ramah lingkungan, bahan baku yang relatif mudah untuk

diperoleh merupakan salah satu keungulan yang dimiliki oleh pestisida alami.
3

Pembuatannya juga sangat sederhana serta memiliki nilai yang ekonomis.

Pestisida berbahan baku tembakau juga dapat dikembangkan secara komersial,

mengingat berlimpahnya limbah dari hasil tembakau.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Mendapatkan konsentrasi ekstrak tembakau terbaik dalam pengendalian ulat daun

pada tanaman kubis bunga.

1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis

Untuk menanggulangi serangan hama ulat daun (Plutella xylostella) pada tanaman

kubis bunga, maka diperlukan pemberian pestisida. Pestisida berbahan alami

sangat dianjurkan untuk mencapai pertanian ramah lingkungan. Pestisida nabati

memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu lebih ramah terhadap alam, residu

pestisida nabati tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang

disemprot lebih aman untuk dikonsumsi (Harianie dkk., 2020).

Tembakau dapat digunakan untuk bahan pembuatan pestisida nabati. Nikotin

yang terkandung pada tembakau merupakan racun saraf, racun kontak, racun

perut, fumigan dan dapat meresap dengan cepat ke dalam kulit (Basuki,

2019).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri dan Rauf(2011), pemberian 0,5

kg rendaman daun tembakau menunjukan bahwa produksi tertinggi pada tanaman

Kubis. Perlakuan limbah debu tembakau paling efektif menyebabkan mortalitas

tertinggi S.litura pada konsentrasi 60 g/L (Khairunnisa dkk., 2019). Berdasarkan


4

permasalahan di atas maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga.

Hasil penelitian Khairunnisa dkk(2019), diperoleh hasil perlakuan limbah debu

tembakau paling efektif menyebabkan mortalitas tertinggi S.litura pada

konsentrasi 60 g/L.

1.4 Hipotesis

Konsentrasi berbagai ekstrak tembakau dapat mengendalikan ulat daun pada

tanaman kubis bunga.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kubis Bunga

Tanaman kubis bunga tergolong tanaman hortikultura yang termasuk dalam

keluarga tanaman kubis-kubisan Cruciferae dengan nama latin Brassica oleraceea

var. botrytis L. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah massa bunganya

atau disebut dangan “Curd”. Massa bunga kubis bunga umumnya berwarna putih

bersih atau putih kekuning – kuningan (Kindo, 2018). Sistematika tanaman kubis

bunga adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji).

Sub divisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah).

Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua atau biji belah).

Ordo : Rhoeadales(Brassicales).

Famili : Cruciferae (Brassicaceae).

Genus : Brassica 6 xv

Spesies : Brassica oleraceae var. botrytis L.

Tanaman kubis bunga menyediakan mineral penting seperti kalsium, magnesium,

fosfor, kalium dan mangan tanpa kolesterol berbahaya. Merupakan sumber

protein, dan dengan jumlah lemak jenuh yang sangat rendah, daripada lemak

lemak tak jenuh dan asam omega-3 lemak esensial yang bermanfaat.

6
7

Kandunganserat dan gula alami kubis bunga lebih rendah jika dibandingkan

dengan brokoli (Sunarti, 2015).

Kubis bunga mempunyai batang agak pendek, daun berbentuk bujur telur atau

panjang dan bergerigi, tangkai bunga dan pangkal daun menebal, menghasilkan

massa bunga yang bewarna putih dan lunak. Daun kubis bunga umumnya lebih

panjang dan lebih sempit dibandingkan kubis krop. Daun-daun yang tumbuh

sebelum terbentuk massa bunga umumnya 5 berukuran kecil dan melengkung

untuk melindungi bunga(Aidah, 2020).

Biji kubis bunga berbentuk bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman.

Buah terbentuk seperti polong-polongan, tetapi ukurannya kecil, ramping dan

panjangnya sekitar 3-5 cm(Aidah, 2020). Massa bunga terdiri dari bakal bunga

yang belum mekar, tersusun lebih dari 5000 kuntum bunga dengan tangkai yang

pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau

putih kekuning-kuningan. Diameter massa bunga kubis bunga bisa mencapai lebih

dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5–1,3 kg, tergantung varietas dan

kecocokan tempat tanam(Aidah, 2020).

2.2. Syarat Tumbuh Kubis Bunga

Kubis tumbuh baik di dataran tinggi 1000 – 2000 m diatas permukaan laut.

Setelah adanya kultur atau varietas yang tahan panas, kubis dapat diusahakan pada

dataran rendah 100-200 m diatas permukaan laut.Keadaan iklim yang cocok untuk

tanaman kubis adalah daerah yang relatif lembab dan dingin. Perbedaan

karakteristik unsur iklim tersebut menyebabkan beberapa varietas kubis bunga

tumbuh baik di lingkungan dataran tinggi (800 m dpl) dan beberapa varietas
8

lainnya juga tumbuh pada lingkungan dataran rendah (0-200 m dpl)(B. P. T.

Pertanian, 2016). Menurut Tadulako(2015),pertumbuhan tanaman tidak hanya

dipengaruhi faktor internal (bahan) saja tetapi juga dipengaruhi faktor eksternal

(lingkungan) seperti iklim, tanah, pH tanah, intensitas cahaya matahari, dan OPT.

Hal ini mengindikasikan bahwa diperlukan cara budidaya yang tepat untuk

menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga . Selama pertumbuhan,

kubis bunga memerlukan udara yang dingin, air yang banyak, dan lembab. Jenis

tanah yang sesuai untuk tanaman kubis bunga yaitu tanah lepung berpasir yang

subur dan gembur. Sedangkan derajat keasaman pH tanah yang sesuai berkisar

antara 5,5-6,5.

2.3 Ulat Daun (Plutella xylostella L.)

2.3.1 Klasifikasi Ulat Daun

Hama ulat daun kubis bungaPlutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae)

merupakan salah satu jenis hama utama di pertanaman kubis bunga. Apabila tidak

ada tindakan pengendalian,kerusakan tanaman kubis bunga oleh hama ulat daun

dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya.

Menurut K. Pertanian(2020),klasifikasi dari Plutella xylostella L. yaitu:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Yponomeutidae

Genus : Plutella
9

Spesies : P. xylostella.

Plutella berukuran kecil (sekitar 0,33 inci ketika tumbuh penuh). Tubuh ulat daun

melebar di bagian tengah dan meruncing ke arah depan (anterior) dan belakang

(posterior) dengan dua proleg pada segmen terakhir (posterior) membentuk

huruf-V. Ketika terganggu, ulat daun bergerak cepat atau panik lalu menempel

pada garis sutra menuju daun. Larva sebagian besar memakan daun bagian luar

atau daun tua baik pada tanaman tua maupun titik-titik tumbuh tanaman muda.

Ulat daun juga memakan tangkai bunga dan kuncup bunga. Siklus hidup ulat daun

berlangsung 10 sampai 14 hari dan membentuk kokon pada daun atau tangkai

untuk pupasi. Telur ngengat atau ulat daun berukuran sangat kecil, agak bulat

telur, diletakkan secara tunggal pada sisi bawah daun. Kerusakan paling serius

terjadi pada saat hama ulat daun menyerang mahkota atau titik tumbuh pada

tanaman kubis bunga (Da-Lopez dan Djaelani, 2021).

2.4 Pestisida Nabati Tembakau

Tembakau biasanya di gunakan sebagai bahan dasar pembuatan rokok. Tembakau

mempunyai kandungan racun untuk syaraf biasa di gunakan sebagai bahan

pestisida. Kandungan yang membahayakan tersebut adalah zat alkaloid nikotin

(Agrotek.ID, 2019). Klasifikasi Tanaman Tembakau yaitu :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Viridiplantae

Infra Kingdom : Streptophyta

Super Divisi : Embryophyta


10

Divisi : Tracheophyta

Sub Divisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Super Ordo : Asteranae

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Nicotiana L

Spesies : Nicotiana tabacum L.

Tembakau atau Nicotiana tabacum adalah tanaman herba yang tumbuh sepanjang

tahun melalui budidaya. Tembakau tumbuh hingga ketinggian antara 1 sampai 2

meter. Jenis-jenis tembakau lainnya terdiri dari Nicotiana sylvestris, Nicotiana

tomentosiformis, dan Nicotiana otophora. Hampir setiap bagian dari tembakau,

mengandung nikotin, kecuali bijinya, tetapi konsentrasinya berbeda-beda

tergantung faktor spesies, jenis tanah, dan kondisi cuaca di mana tanaman tersebut

tumbuh. Konsentrasi nikotin meningkat seiring bertambahnya usia tembakau.

Kandungan nikotin pada bagian-bagian tumbuhan tembakau yaitu daun 64%,

batang 18%, akar 13%, bunga 5%(Rafiqua, 2020).

Tembakau dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati karena cara kerja dari

Pestisida tembakau tidak kalah cepat dengan pestisida kimia atau residu.

Kandungan racun syaraf dari tembakau ini bersifat antifedant atau menghambat

nafsu makan serangga (Naufal, 2019).

Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida alami antara lain mudah terurai

(biodegradable) di alam, sehingga lingkungan tidak tecemar (ramah lingkungan),


11

aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang, dapat membunuh

hama penyakit, dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman, bahan

yang digunakan murah serta mudah dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar

dan bisa dibuat sendiri, mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga

obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis atau kimiawi, dosis yang

digunakan tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan

pestisida sintesis, penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun sangat jarang

ditemukan tanaman mati serta tidak menimbulkan kekebalan pada serangga

(Administrator, 2014).

Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding

pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda,

selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar

(Administrator, 2014).
12

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

yang terletak di jl. Budi Utomo, Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota

Metro, Lat S -5‫ ﹾ‬9' 3" Long E 105‫ ﹾ‬18'". Penelitian ini dilakukan pada bulan

Juli – September 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini meliputi: Cangkul, Patok, pengayak atau

jaring-jaring, penggaris atau meteran, gelas ukur plastik, derigen, baskom,

saringan, corong, semprotan,tipex, gembur atau penyiram tanaman, timbangan

elektrik tipe Nagata LCS -3000, kalkulator,kamera atau hp, alat-alat tulis, gunting,

plastik kantong, label dan peralatan lainnya yang menunjang penelitian ini. Bahan

yang akan digunakan antara lain bibit kubis bunga, tanah top soil, pupuk kandang

kambing, polibag ukuran 10x10 cm, tembakau, dan bahan pendukung lainnya.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok Lengkap (RAKL) yang

disusun secara faktor tunggal, terdiri dari 1 faktor , yaitu pemberian pestisida

nabati tembakau (K) yang terdiri dari 6 perlakuan dimana setiap perlakuan

menggunakan konsentrasi pestisida tembakau yang berbeda-beda.

12
13

Yaitu k0 : Tanpa pestisida tembakau, k1 :5mL/L air, k2 :10mL/Lair, k3 : 15mL/L

air, k4 : 20mL/L air, k5 : 25mL/L air. Masing-masing perlakuan terdiri dari 4

ulangan, sehingga diperoleh 24 plot percobaan. Setiap plot percobaan terdiri dari 5

tanaman, sehingga diperoleh jumlah tanaman seluruhnya 120 tanaman.

3.4 Analisis Data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis ragam, sebelumnya

data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlett dan sifat ketidakaktifan dengan uji

Tuckey dan dilanjutkan dengan Uji OC (Ortogonal Contras).

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Persiapan Tempat Penelitian dan Pembuatan Naungan

Tempat penelitian dibersihkan dari gulma yang ada dan diberikan paranet 60%

ukuran 3 x 100 meter pada bagian atas tempat penelitian.

3.5.2 Pembuatan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk mengisi polybag terdiri dari pupuk kandang

kambing dan tanah top soil, dengan perbandingan volume 1:1 kemudian media

tanam dibersihkan dan diayak untuk memisahkan dari kotoran-kotoran, kayu,

batu, dedaunan, dan sampah lainnya. Pengisian media tanam kedalam polybag

dilakukan sedikit demi sedikit sambil diguncangkan perlahan-lahan agar tanah

tersebut padat dan tidak terjadi adanya rongga-rongga udara yang besar didalam

polybag. Pengisian media ini dilakukan ¾ dari volume polybag. Kemudian

disiram dengan air, apabila permukaan media turun maka diisi kembali hingga

permukaan media berada ¼ dari volume dibawah permukaan polybag.


14

3.5.3 Penanaman Bibit

Penanaman dilakukan dengan cara media tanam pupuk kandang kambing dan

tanah top soil yang sudah dibuat kemudian disiram dengan air jangan terlalu

basah, lalu buat lubang pada bagian tengah sedalam 3 cm, Setiap lubang ditanam

1 bibit kubis bunga . Kemudian jika dalam waktu 3-7 hari terdapat tanaman yang

layu atau mati segera dilakukan penyulaman, agar pertumbuhan seragam dengan

tanaman yang lainnya.

3.5.4 Persiapan Hama Ulat Daun

Hama ulat daun yang digunakan dalam penelitian adalah larva dengan kriteria :

tubuh melebar di bagian tengah dan meruncing membentuk huruf-V, berumur 10

sampai 14 hari. Ulat daun ditempatkan dalam satu wadah toples berukuran 1000

gram , didalam toples ini diletakkan beberapa daun kol sebagai pakan selama 7

hari masa karantina.

3.5.5 Pembuatan Larutan Pestisida Tembakau

Pembuatan pestisida dilakukan setiap kali melakukan penyemprotan sehingga

pestisida yang akan digunakan selalu dalam keadaan fresh. selain itu larutan

pestisida yang digunakan diberi tambahan deterjen yang berfungsi sebagai

pelekat. Adapun cara membuat larutan pestisida tembakau adalah sebagai berikut :

Siapkan 500 gram tembakau, 1 liter air dan 1 gram diterjen, kemudian masukkan

tembakau, air dan diterjen kedalam wadah atau toples kemudian aduk adukdan

ditutup rapat, diamkan selama (24 jam). Setelah didiamkan selama 24 jam

campuran disaring, ekstraksi pestisida dari tembakau sudah dapat digunakan


15

dengan perbandingan 1 : 10 ( ekstraksi tembakau : air) dan ekstraksi mampu

bertahan selama satu minggu.

3.5.6 Pembuatan Sungkup Percobaan

Uji mortalitas hama ulat daun dilakukan pada tanaman kubis bunga berumur 14

hst yang ditanam pada polybag yang diberi sungkup. Kerangka dibuat dari kayu

berbentuk segi panjang denga lebar 40cm x 40cm dan tinggi 70 cm x 70 cm. Dua

hari sebelum aplikasi pestisida nabati, di setiap tanaman kubis bunga disungkup

dimasukkan hama ulat daun sebanyak 10 ekor.

3.5.7 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pertama kali bibit dipindahkan ke polybag

yaitu penyiraman yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan seksama agar pertumbuhan dan

perkembangan tanaman dapat terjadi dengan optimal .

3.5.8 Aplikasi Penyemprotan Pestisida

Aplikasi dilakukan dengan menyemprotkan larutan pestisida menggunakan spayer

keseluruh bagian tanaman kubis bunga, dengan perbandingan 1 : 10 ( ekstraksi :

air ), penyemprotan dilakukan pada 3 hari sekali.

3.5.9 Panen

Pemanenan kubis bunga dilakukan saat tanaman berumur 50 hst. Pemanenan

dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal dan mampat .


16

3.6 Pengamatan

1. Mortalitas

Penghitungan persentase mortalitas menggunakan rumus sebagai berikut:

M 100%

Keterangan:
M = Persentase Mortalitas hama
a = Jumlah hama plutella yang mati
b = Jumlah hama plutella keseluruhan.

2. Kecepatan Kematian

Kecepatan kematian menggunakan rumus sebagai berikut:

V=

Keterangan:
V = Kecepatan kematian
T = Waktu pengamatan
N = Jumlah serangga yang mati
n = Jumlah serangga yang diujikan

3. Efikasi Pestisida Nabati Tembakau

Dilakukan untu mengetahui efektifitas atau kemanjuran Pestisida nabati

tembakau terhadap kematian hama ulat daun pada tanaman kubis bunga,

dengan rumus Abbott:

Efikasi = M 100%
17

Keterangan :
Ta = Jumlah hama ulat daun hidup dalam sungkup sesudah aplikasi dihari
terakhir
Tb = Jumlah hama ulat daun hidup dalam sungkup sebelum aplikasi
Ca = Jumlah hama ulat daun dalam sungkup kontrol sebelum aplikasi
Cb =Jumlah hama ulat daun hidup dalam sumgkup kontrol sesudah
aplikasi

4. Lethal Time 50 (LT50)

Lethal Time 50 (LT50) adalah waktu dalam hari yang diperlukan untuk

mematikan 50% hama uji dalam kondisi tertentu. Pengamatan dengan

menghitung dilakukan untuk mengetahui berapa waktu (jam) yang

dibutuhkan untuk mengakibatkan mematikan hama ulat daun sebanyak

50%.

5. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati setiap satu minggu sekali, dengan cara mengukur

tinggi tanaman (batang primer) dari permukaan tanah sampai dengan titik

tumbuh, diukur dengan pengaris dalam satuan centimeter (cm).

6. Jumlah Daun

Pengukuran jumlah daun tanaman kubis bunga dilakukan pada saat

tanaman berumur 7 hts, 14 hst, dan 21 hst, dan 28 hst. satuan yang

digunakan adalah (helai daun).

7. Bobot Brangkasan Kering

Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali sepanjang masa tanam dengan cara

mencabut tanaman dan dikering anginkan kemudian dikeringkan


18

menggunakan oven pada suhu 80 derajat dan ditimbang menggunakan

timbangan analitik hingga mencapai berat konstans. Pengukuran biomassa

atau bobot kering tanaman pada tanaman korban setiap 2 minggu sekali.

8. Jumlah Anakan

Jumlah anakan (batang) dihitung semua anakan yang baru muncul

dihitung pada umur 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35 hst, 42 hst dan 49 hst.
19

DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2014). Pestisida Nabati, Pembuatan dan Manfaat.


http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-47-
47/teknologi/332-pestisida-nabati-pembuatan-dan-manfaat13.Kamis, 13
Maret 2014 10:33
Agrotek.ID. (2019). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tembakau - Ilmu
Pertanian. https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-tembakau/
Aidah, S. N. (2020). Ensiklopedi Kubis - Google Books
Deskripsi,Filosofi,Manfaat,Budidaya,dan Peluang Bisnisnya(p. 65 hal).
https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Kubis/aKAMEAAAQB
AJ?hl=id&gbpv=1&dq=kubis+bunga&pg=PA7&printsec=frontcover
Alegantina, S. (2017). Penetapan Kadar Nikotin dan Karakteristik Ekstrak Daun
Tembakau ( Nicotiana tabacum L .) Determination of Nicotine Levels in
Tobacco Leaves and Characteristics of Tobacco Leaves Extract ( Nicotiana
tabacum L .). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan,
1(2), 113–119.
Badan Pusat statistik. (2021). Data Produksi Hortikultura Badan Pusat Statistik
Indonesia. Data Badan Pusat Statistik, 6.
https://www.bps.go.id/indicator/55/61/1/produksi-tanaman-sayuran.html
Basuki, K. (2019). Uji Efektifitas Insektisida Nabati Terhadap Mortalitas
Leptocorisa acuta Thunberg. (Hemiptera : Alydidae) pada Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) di Rumah Kaca The. ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-
0304 (Paper) Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari –
Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689–1699.
www.journal.uta45jakarta.ac.id
Corsini, E., Sokooti, M., Galli, C. L, Moretto, A, dan Colosio, C. (2013).
Pesticide induced immunotoxicity in humans: A comprehensive review of the
existing evidence.
Toxicology,307, 123–135. https://doi.org/10.1016/j.tox.2012.10.009

Da-Lopez, Y. F., dan Djaelani, A. K. (2021). Ulat Daun Kubis Plutella xylostella.
20

https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-studi/28-manajemen-
pertanian-lahan-kering/informasi-materi-kuliah-praktek1/138-ulat-daun-
kubis diakses tanggal 10 juni 2021.
Ginting, M. S., Pelealu, J. ., dan Pinaria, B. A. N. (2017). Efektivitas Beberapa
Insektisida Nabati Terhadap Hama Plutella xylostella Linn. (Lepidoptera;
Plutellidae) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) di Kabupaten
Minahasa.Agri-Sosioekonomi,13(3A),295.
https://doi.org/10.35791/agrsosek.13.3a.2017.18375
Harianie, L., Shinta, S., Biarrohmah, L., Rohmah, L. H., dan Maslahah, W.
(2020). Pendampingan Ibu-Ibu PKK Kecamatan Lowokwaru Malang melalui
Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati sebagai Pengendalian Hama Sayuran
Hidroponik. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat,5(1), 175–184.
https://doi.org/10.30653/002.202051.274
Hidayati, N. N., Yuliani, dan Kuswanti, N. (2013). Pengaruh Ekstrak Daun Suren
dan Daun Mahoni Terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat Daun (
Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis. LenteraBio., 2(1), 95–99.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio
Iskarlia, G. R., dan Rahmawati, L. (2014). Fungisida Nabati Dari Tanaman Serai
Wangi (Cymbopogon nardus) Untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur pada
Batang Karet (Hevea brasillensis Mueli, Arg). Polhasains Jurnal Sains Dan
Terapan Politeknik Hasnur Banjarmasin,3(April), 1–41.
Jaenudin, A., dan Sugesa, N. (2019). Pengaruh Pupuk Kandang dan Cendawan
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan, Serapan N dan Hasil Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.). Agroswagati Jurnal
Agronomi, 6(1). https://doi.org/10.33603/agroswagati.v6i1.1948
Khairunnisa, Aqilah, Yumna, Sholahuddin, Sholahuddin, Sulistyo, dan Ato.
(2019). Efektivitas Limbah Debu Tembakau sebagai Insektisida Nabati
terhadap Ulat Grayak. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi, 21(2), 34.
https://doi.org/10.20961/agsjpa.v21i2.28686
Kindo, S. S. (2018). Varietal Evaluation of Cauliflower [Brassica oleracea L.
var. botrytis] Under Agro-climatic Condition of Allahabad.International
Journal of Pure dan Applied Bioscience, 6(1), 672–677.
https://doi.org/10.18782/2320-7051.5119
Kristanto, S. P., Stjipto, danSoekarto. (2013). Pengendalian Hama Pada Tanaman
Kubis dengan Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian,
Agustus1(1), 7–9.
Naufal, K. (2019). Tak Hanya Rokok, Kini Tembakau Bisa Jadi Pestisida yang
Efektif.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/07/10/tak-hanya-
rokok-kini-tembakau-bisa-menjadi-pestisida-yang-efektif diakses tanggal 28
juni 2021.
Nugraha, S. P., dan Agustiningsih, W. R. (2015). Pelatihan Pemanfaatan Limbah
21

Tembakau Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida Nabati. Jurnal Inovasi


Dan Kewirausahaan, 4(1), 63–67.
Pertanian, B. P. T. (2016). Teknologi Aquaponik Pendukung Pengembangan
Urban Farming. http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/ diakses tanggal 7
juni 2021
Pertanian, K. (2020). OPT Sayur - Kubis - Ulat Daun.
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php/page/index/opt-sayur
kubis-ulat-daun/Sayur/Kubis diakses tanggal 7 juni 2021

Rafiqua, N. (2020). 6 Manfaat Tembakau Sebagai Tanaman Herbal, Tak Hanya


untuk Rokok Saja. https://www.sehatq.com/artikel/lebih-dari-sekadar-bahan-
baku-rokok-ini-manfaat-tembakau-yang-patut-diperhitungkan 21 (Mei) 2020
Rinda, K., Kusmana, K., Hasyim, A., dan Sutarya, R. (2016). Persilangan Cabai
Merah Tahan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum). Jurnal
Hortikultura, 24(3), 189. https://doi.org/10.21082/jhort.v24n3.2014.p189-
195
Sri, M., dan Rauf, A. W. (2011). Botani Terhadap Efektivitas Insektisida Dalam
Mengendalikan Serangan Hama Pada Tanaman. Buletin Pertanian
Perkotaan, 1, 18–26.
Sunarti. (2015). Pengamatan Hama dan Penyakit Penting Tanaman Kubis Bunga
Brassica oleracea var. botritys L. Dataran Rendah. AGROQUA, 13(2), 74–80.
Tadulako, U. (2015). Effect Of Different Planting Distance On Growth
Andproduction Of Cabbage ( Brassica oleracea l .) In The Middle Plain
BoboVillage Palolo District Sigi dan Produksi Kubis ( Brassica oleracea L .)
di Dataran.e-J. Agtotekbis 3(4) 491–497(Agustus).
Zulfahmi, M. G. A., Hadiastono, T., Martosudiro, M., dan Bedjo. (2015).
Pengaruh Konsentrasi Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus
(SlNPV) JTM 97 C terhadap Efektivitas Pengendalian Crocidolomia
binotalis Zell pada tanaman Kubis (Brassica oleraceae Var. Botrytis L).
Jurnal HPT, 3(April), 50–59.
22

Lampiran 1. Volume Semprot Pestisida

Volume semprot 1 ha = 600 l/ha

1 ha = 10.000 m2

Per Petak 1 m2 = = 60ml/m2

Jarak tanam kubis bunga = 25 cm x 40 cm

Populasi = = = 100.000 tan/ha

Volume Semprot per tanaman = = 6ml/tanaman

1 plot = 10 tanaman

Volume Semprot per plot = 6 ml x 10 tanaman = 60 ml/plot


23

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kubis Bunga Varietas. PM 126 F1


Nama varietas : PM 126 F1
Nama komoditas : Kubis bunga
Bentuk Tanaman : Tegak
Umur berbunga : 30-35 hari setelah tanam
Umur panen : 45-50 HST
Bentuk daun : Eliptik
Permukaan daun : Hijau kebiru-biruan
Bentuk bunga : Semi dome
Warna bunga : putih
Bobot tanaman : > 1000 gram
Kepadatan bunga : padat
Tekstur bunga : Renyah
Hasil panen : 18-25 ton/ha
Keterangan : Beradaptasi baik pada dataran rendah.
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2013)
24

Lampiran 3. Tata Letak Percobaan

U1 U2 U3 U4

100cm

k3 k1 k4 k2
50 cm
k0 k5 k2 k5

k1 k0 k3 k1

k5 k4 k1 k3

k4 k2 k5 k0

k2 k3 k0 k4

Keterangan :

Jarak antar ulangan 100 cm dan jarak antar plot 50 cm.

k0 : Tanpa pestisida k3: 15 ml/L

k1 : 5 ml/L k4 : 20 ml/L

k2 : 10 ml/L k5 : 25 ml/L
25

Lampiran 4. Denah Tanaman per Plot

X X1 X X3 X

X X X2 X X4

Keterangan :

: Tanaman Sampel

: Tanaman Bukan Sampel

1. Jumlah tanaman dalam satu perlakuan sebanyak 10 tanaman

2. X : Merupakan tanaman

3. X1 : Tanaman sampel 1

4. X2 : Tanaman sampel 2

5. X3 : Tanaman sampel 3

6. X4 : Tanaman sampel 4
26

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan

September Oktober November Desember


Nama Kegiatan
IV I II III IV I II III IV I II III IV
Persiapan alat dan
bahan
Pembersihan lahan
Persiapan media
tanam
Penempatan media
tanam
Penanaman
Pemyiraman
Penyulaman
Pengendalian gulma
Penyemprotan
pestisida
Pengamatan mortalitas
Pengamatan kecepatan
kematian
Pengamatan intensitas
serangan
Pengamatan tinggi
tanaman
Pengamatan jumlah
daun
brangkasan kering
Jumlah anakan

Anda mungkin juga menyukai