Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memegang peranan

penting perekonomian nasional (Soekartawi, 1999).Tanaman Pangan merupakan salah

satu Sub Sektor pertanian yang sangat strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan

nasional, selain itu juga berperan dalam mewujudkan pembangunan wilayah,

pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku industri,

penghematan dan penerimaan devisa negara serta menjadi penarik bagi industri hulu

dan pendorong pertumbuhan bagi industri hilir (Kementrian Pertanian Indonesia 2016).

Ubi kayu adalah salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting

dalam menopang ketahanan pangan disuatu wilayah. Dikarenakan peranan ubi kayu

sebagai bahan pangan pengganti beras. Namun demikian dalam rangka untuk menopang

keamanan pangan suatu wilayah perlu kiranya sosialisasi diversifikasi pangan berbahan

ubi kayu atau singkong sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras atau jagung,

selain itu juga menumbuhkan kreatifitas untuk menciptakan bahan pangan pengganti

berbahan dasar ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif (Kementrian Pertanian

Indonesia 2016). Ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan

rendah, sementara itu produksinya sangat berpengaruh terhadap pasar dan permintaan
lumayan ubi kayu yang cukup tinggi. Ada beberapa daerah yang sangat sulit untuk

memperoleh beras, ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan makanan cadangan

makanan sehingga ubi kayu dapat digunakan masyarakat sebagai bahan makanan pokok

sebagai pengganti beras (Purwono dan Purnamawati, 2009). Data produksi ubi kayu di

Indonesia pada tahun 2015 menunjukkan terdapat empat provinsi tempat produksi ubi

kayu di Indonesia, yaitu : Provinsi Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa

Barat. Provinsi Lampung merupakan tempat produksi ubi kayu terbesar di Indonesia

(BPS, 2016).

Provinsi Lampung dalam Pembangunan Pertanian masih di dominasi oleh sektor

pertaian, maka Pemerintah Provinsi lampung terus berupaya untuk meningkatkan

ketahan pangan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat. Data luas panen, produksi,

dan produktivitas ubi kayu menurut Kabupaten/Kota provinsi Lampung, 2017 di

sajikan dalam tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung, 2017.

Ubi Kayu/Cassava
Kabupaten/Kota Luas Prodkusi Production Produktivitas Productivity
Regency/Munici Panen (ton) (Ku/ha)
pitality Harveste
d Area
(ha)

(1) (2) (3) (4)


Kabupaten/Regency
1.Lampung 159 3.722 234,07
Barat
2.Tanggamus 279 6.842 245,23
3.Lampung 4.267 97.268 227,97
Selatan
4.Lampung 42.994 1148.497 275,50
Timur
5.Lampung 53.805 1317.660 244,89
Tengah
6.Lampung 45.374 1279.623 282,02
Timur
7.Way kanan 10.088 295.811 293,23
8.Tulang 19.504 504.387 258,61
Bawang
9.Pesawaran 2.570 49.509 192,64
10.Pringsewu 168 3.852 229,30
11.Mesuji 732 18.948 258,85
12.Tulang 28.453 682.708 239,94
Bawang Barat
13.Pesisir Barat 161 3.589 222,93
Kota/Municipitaly
1.Bandar 65 1.661 255,49
Lampung
2. Metro 43 1.235 287,10
Lampung 208,662 5.451.312 261,25
Sumber : Luas panen dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab/Kota
melalui Laporan Statistik Pertanian (SP) padi. Produktivitas dari Survei
Ubinan.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa tahun 2017 Kabupaten Lampung Timur merupakan

pertanian ubi kayu dengan produktifitas yang cukup tinggi yakni dengan angka

1279.623 ton dengan luas lahan pertanian 45.374 ha. Budidaya pertanian ubi kayu

sudah berkembang di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. Ubi kayu

juga sudah menjadi komoditas utama di Kabupaten Lampung Timur tepatnya di

Kecamatan Metro Kibang. Produksi tanaman ubi kayu menurut kecamatan di sajikan

pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Luas Panen Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung

Timur, 2020.
Kecamatan Subdistric Luas Panen Produksi Produktivitas

Harvested Area Production (Kuintal/Hektar)

(hektar/hectare) (ton) Productivity

(quintal/hectare)
(1) (2) (3) (4)
1. Metro Kibang 304 7.261 238,84
2. Batanghari 132 1.721 130,40
3. Sekampung 45 1.032 229,39
4. Marga Tiga 6.706 184.115 274,55
5. Sekampung Udik 2.069 49.249 238,03
6. Jabung 616 12.493 202,80
7. Pasir Sakti 90 1.798 199,82
8. Waway Karya 804 16.463 204,77
9. Marga Sekampung 715 15.087 211,00
10. Labuhan 101 2.356 233,23

Maringgai
11. Mataram Baru 81 2.013 248,49
12. Bandar Sribawono 161 2.192 136,13
13. Melinting 188 2.086 110,00
14. Gunung Pelindung 795 21.258 267,40
15. Way Jepara 1.466 31.212 212,8,7690
16. Braja Selebah 280 6.256 223,50
17. Labuhan Ratu 1.191 25.154 211,20
18. Sukadana 3.672 96.355 262,40
19. Bumi Agung 1.895 35.001 184,70
20. Batanghari Nuban 1.332 35.788 268,76
21. Peklongan 350 9.416 269,02
22. Raman Utara 114 2.925 256,58
23. Purbolinggo 114 2.956 259,30
24. Way Bungur 544 14.170 260,57
Lampung Timur 23.764 578.337 239,27
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Lampung Timur

Berdasarkan tabel 2 Menurut Dinas Pertanian dan Pangan Lampung Timur, 2020

menunjukan dari 24 kecamatan di Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Metro

Kibang merupakan kecamatan dengan Produktivitas ubi kayu yang cukup tinggi yaitu

7.261ton/ha.
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh petani ubi kayu di Desa Margototo Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur dalam peningkatan pendapatan ubi kayu yang

sering di alami masyarakat mengalami harga tidak stabil saat terjadinya panen raya,

sehingga hasil dari pendapatan petani ubi kayu berkurang daikarenakan faktor harga

yang sangat rendah, sehingga resiko yang dihadapi petani ubi kayu sangat tinggi dan

menyebabkan perekonomian berkurang hasilnya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana upaya agar saat panen ubi kayu mendapatkan harga yang cukup stabil

sehingga mengurangi resiko terhadap pendapatan petani ubi kayu di Desa Margototo

Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini berttujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui Pendapatan budidaya ubi kayu.

2. Mengetahui prilaku petani terhadap resiko yang akan dihadapi dalam

berusahatani ubi kayu.

3. Mengetahui faktor faktor sosial ekonomi apa saja yang berpengaruh terhadap

pendapatan ubi kayu di Desa Margototo.

Anda mungkin juga menyukai