Anda di halaman 1dari 112

STRATEGI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN

POLRES LAMPUNG TENGAH DALAM MENGAMANKAN


LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLSEK
TERBANGGI BESAR

SKRIPSI

Oleh

IDALIA
NPM. 171210058

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(STISIPOL) DHARMA WACANA METRO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : STRATEGI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN


POLRES LAMPUNG TENGAH DALAM
MENGAMANKAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM
POLSEK TERBANGGI BESAR
Nama : IDALIA
NPM : 171210058
Jurusan : Ilmu Administrasi
Program Studi : Administrasi Publik

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Agus Budiharto, M.AP Yuditya Wardhana. E, S.AN., M.Si

2. Ketua Jurusan

Yuditya Wardhana. E, S.AN., M.Si


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Administrasi


Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL)
Dharma Wacana Metro

Pada Hari : Selasa


Tanggal : 6 April 2021
Waktu : Pukul 11.00 Wib. s/d selesai
Tempat : Ruang Seminar/Ujian
STISIPOL Dharma Wacana Metro

1. Tim Penguji

Penguji Utama : Drs. Daud Husni, M.IP ( )

Ketua Penguji : Drs. Agus Budiharto, M.AP ( )

Anggota Penguji : Yuditya Wardhana. E, S.AN., M.Si ( )

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Dharma Wacana Metro

Sudarman Mersa, S.Sos., M.IP


ABSTRAK

STRATEGI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN POLRES


LAMPUNG TENGAH DALAM MENGAMANKAN LALU LINTAS DI
WILAYAH HUKUM POLSEK TERBANGGI BESAR
Oleh
IDALIA
NPM. 171210058
Jalan lintas Sumatra khususnya di wilayah Kabupaten Lampung Tengah,
merupakan jalan raya yang arus lalu lintasnya tergolong padat. Di sinilah sering
terjadi kecelakaan lalu lintas baik roda dua maupun roda empat. Untuk
meminimalisasi terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalur ini sangat diperlukan
kesigapan dan kinerja maksimal dan strategi dari Polisi lalu lintas dan Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah, sehingga dapat mengantisipasi
dan mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalahnya:
Bagaimanakah strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung
Tengah dalam mengamankan lalu lintas di Kabupaten Lampung Tengah? Metode
pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif.
Dari hasil pembahasan yang dilakukan dapat dikesimpulan: 1) Kerjasama
Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah dalam minimalisir
kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar, telah berjalan
dengan mengadakan kegiatan Get Strong Point maju pada titik-titik pelanggaran
dan rawan kemacetan lalu lintas. yang menjadi salah satu penyebab kemacetan
dan kecelakaan lalu lintas. 2) Strategi Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres
Lampung Tengah untuk mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas dalam rangkan
kegiatan pengawalan pejabat, dilakukan dengan selalu berkoordinasi dengan tim
pengawalan yang merupakan personel Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah
melalui pesawat Hendy Talky (HT) untuk mengetahui di kilo meter mana yang
ada kecelakaan lalu lintas atau rawan macet sehingga Sat Pol PP dan Polisi dapat
segera memecah arus lalu lintas agar kegiatan pengawalan pejabat dapat berjalan
lancar. 3) Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
menciptakan stabilitas lalu lintas agar berjalan dengan baik dilakukan dengan
melakukan pengawasan melekat kepada personel yang ditempatkan di wilayah
hukum Polsek Terbanggi Besar. 4) Strategi yang dilakukan Sat Pol PP dan Polses
Lampung Tengah untuk menghadapi perubahan lingkungan saat ada kunjungan
pejabat, namun terjadi kecelakaan lalu lintas, Satuan Polisi Pamong Praja dan
Polses Lampung Tengah harus memberikan informasi kepada masyarakat
pengguna jalan dan mengamankan korban dan memberikan garis Polisi di TKP,
sehingga TKP tidak tercampur dengan masyarakat pengguna jalan sehingga TKP
masih tetap steril dengan bantuan penjagaan dari Satuan Polisi Pamong Praja.

Kata Kunci: Srategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Dalam
Mengamankan Lalu Lintas
PERNYATAAN

ORISINILITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan

oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,

kecuali yang secara penulis kutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam lembar

kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan unsur PLAGIASI,

saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh

(Strata 1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).

Metro, 6 Maret 2021


Mahasiswa,

Nama : IDALIA
NPM : 171210058
Prodi : Administrasi Publik
RIWAYAT HIDUP

Idalia, dilahirkan di Komering Agung pada tanggal 6 Oktober 1999,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari hasil pernikahan pasangan

suami istri dari Ayahanda Hipni dengan Ibunda Nurhayati.

Pendidikan yang pernah ditempuh dan ditamatkan antara lain adalah:

1. SD Negeri Komering Agung tamat Tahun 2011

2. SMA Negeri 2 Gunung Sugih tamat Tahun 2014

3. SMA Negeri 1 Gunung Sugih tamat Tahun 2017

4. Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Dharma

Wacana Metro, Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi

Publik Tahun Akademik 2017/2018.


PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Emak dan Abahku, yang telah mengasuh dan membesarkanku dengan penuh

kasih sayang sejak aku kecil hingga dewasa

2. Adiku Taufik Sanjaya dan Arthalita Aulia, yang selalmu memberikan

dorongan motivasi dan dukungan semangat untuk keberhasilan studiku

3. Orang spesial disampingku Angga Candra Saputra, yang telah mensport dalam

menyelesaikan studi

4. Keluarga besar dan saudara-saudaraku, yang selalu memberikan motivasi,

dorongan dan dukungan semangat dari awal perkuliahan sampai selesainya

studiku

5. Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu baik materiil maupun

moril demi terwujudnya cita-citaku

6. Almamaterku, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL)

Dharma Wacana Metro.


MOTTO

Jangan menatap masa lalu yang kelam tapi tataplah masa depan,
walau kemungkinan kebahagiaan akan ada di masa mendatang

(Penulis)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia, yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Sarjana, Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Publik di

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro.

Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak mendapatkan bantuan,

dorongan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Sudarman Mersa, S.Sos., M.IP, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro.

2. Bapak Sutiyo, S.Sos., M.IP, selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro.

3. Bapak Sigit Setioko, SE., MM selaku Pembantu Ketua II Bidang

Kepegawaian dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dharma Wacana Metro.

4. Ibu Ari Gusnita, S.AN., M.Si, selaku Pembantu Ketua III Bidang

Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro.

5. Bapak Drs. Agus Budiharto, M.AP, selaku Pembantu Ketua IV Bidang

Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro, sekaligus sebagai dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi.


6. Bapak Yuditya Wardhana. E, S.AN., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro, sekaligussebagai dosen pembimbing II dalam penyusunan skripsi

7. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi

Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma

Wacana Metro yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan

pengalaman selama penulis menempuh studi.

8. Kepala Satuan Pilisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah, yang telah

banyak membantu dan memberikan kemudahan selama penulis melakukan

penelitian.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah mudah-mudahan Allah SWT dapat membalas budi baik

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Amin.

Metro, 6 Maret 2021


Penulis

IDALIA
NPM. 171210058
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ....................................................... v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii

M O T T O........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1

1.2 Perumusan masalah ................................................................................ 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Strategi ....................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Strategi ...................................................................... 9

2.1.2 Jenis-Jenis Strategi .................................................................... 11


2.2 Tinjauan tentang Satuan Polisi Pamong Praja .................................... 15

2.3 Tinjauan tentang Kepolisian ................................................................ 18

2.4 Tinjauan tentang Mengamankan Lalu Lintas ....................................... 19

2.4.1 Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengamankan


Lalu Lintas ................................................................................ 19

2.4.2 Tugas Polisi Dalam Mengamankan Lalu Lintas ....................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 35

3.2 Fokus Penelitian .................................................................................. 36

3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................. 37

3.4 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 37

3.5 Informan ............................................................................................. 38

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39

3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 41

3.8 Keabsahan Data .................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................................. 47

4.2 Identitas Informan ............................................................................... 68

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 68

4.3.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 68

4.3.2 Pembahasan .............................................................................. 82

4.3.3 Keabsahan Data ........................................................................ 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 92


5.1 Saran ................................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 96
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing

2. Berita Acara Seminar

3. Surat Izin Penelitian dari STISIPOL Dharma Wacana Metro

4. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Lampung Tengah

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Lampung Tengah

6. Lampiran Hasil Penelitian


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Jumlah Pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lampung Tengah ................................................................................. 50

Tabel 2. Identitas Informan ............................................................................... 51


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Adanya rasa aman dan tertib dalam kehidupan bermasyarakat akan dapat

menciptakan kehidupan yang harmonis di kalangan masyarakat dan yang tidak

kalah pentingnya akan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari. Sebaliknya apabila kondisi masyarakat

dihadapkan pada kondisi tidak aman akan mengganggu tatanan kehidupan

bermasyarakat yang pada gilirannya pemenuhan taraf hidup akan terganggu pula

dan suasana kehidupan mencekam/penuh ketakutan seperti yang terjadi di

beberapa daerah tertentu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang harus dibayar mahal dengan korban jiwa, harta dan berbagai fasilitas sarana

dan prasarana.

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik

Indonesia di dalam Pasal 18, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya

saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keragaman daerah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan daerah dalam rangka


meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu

memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan

daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.

Prinsip otonomi seluas-luasnya yang dimaksud dalam undang-undang

adalah daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing

daerah. Sebagai realisasi atas undang-undang pemerintahan daerah, maka

pemerintah daerah meresponnya dengan cara membuat berbagai regulasi atau

peraturan untuk mendukung pelaksanaan otonomi di daerahnya. Peraturan yang

dibuat oleh pemerintah daerah merupakan salah satu penyangga atas pelaksanaan

otonomi daerah. Pada prakteknya tidak ada artinya suatu regulasi dibuat tanpa

didukung oleh pelaksanaan yang baik. Untuk mewujudkan pelaksanaan undang-

undang dan peraturan daerah yang telah dibuat, maka pemerintah daerah

khususnya memerlukan suatu perangkat pelaksanaan baik berupa organisasi

maupun sumber daya manusia.

Kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah dalam terminologi otonomi

tersebut memungkinkan dibuatnya berbagai perangkat-perangkat berupa aparatur

daerah yang berfungsi sebagai pendukung dari pelaksanaan pemerintahan di

daerahnya. Salah satu aparatur yang bertugas sebagai pendukung dari pelaksanaan

pemerintahan daerah adalah Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan ini merupakan

perangkat pemerintah daerah yang bertugas membantu kepala daerah dalam

pelaksanaan jalannya pemerintahan dan sebagai garda atau barisan terdepan dalam
bidang ketenteraman dan ketertiban umum, seperti yang disebutkan pada Pasal

255 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah,

menjelaskan: “Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan

Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta

menyelenggarakan perlindungan masyarakat”.

Berkaitan dengan eksistensi Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakan

hukum sebagai perangkat pemerintah daerah, kontribusi satuan Polisi Pamong

Praja sangat diperlukan guna mendukung suksesnya pelaksanaan otonomi daerah

dalam penegakan peraturan daerah menciptakan pemerintahan yang baik. Dengan

demikian aparat Polisi Pamong Praja merupakan garis depan dalam menjamin

kepastian pelaksanaan peraturan daerah dan upaya menegakkannya di tengah-

tengah masyarakat, sekaligus membantu dalam menindak segala bentuk

penyelewengan dan penegakan hukum.

Lingkup fungsi dan tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam pembinaan

ketentraman dan ketertiban umum pada dasarnya cukup luas, sehingga dituntut

kesiapan aparat baik jumlah anggota, kualitas personil termasuk kejujuran dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Satuan Polisi Pamong Praja sebagai lembaga

dalam pemerintahan sipil harus tampil sebagai pamong masyarakat yang mampu

menggalang dan dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam

menciptakan dan memelihara ketentraman dan ketertiban sehingga dapat

menciptakan iklim yang lebih kondusif di daerah.

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja merupakan bagian dari proses

penegakan hukum sebagai perangkat pemerintah daerah yang diperlukan guna


mendukung suksesnya pelaksanaan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan tugasnya,

kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sering tumpang tindih dan berbenturan

dengan penegak hukum yang lain terutama polisi. Kondisi ini menghasilkan friksi

antara kewenangan Kepolisian sebagai aparat sentralistik dengan Satuan Polisi

Pamong Praja yang merupakan aparat pemerintah deraha yang otonom meskipun

kehadiran Satuan Polisi Pamong Praja sendiri dapat memberikan kontribusi dalam

membantu kepolisian untuk bertugas di lapangan. Satuan Polisi Pamong Praja

juga bisa menjalankan fungsi yudisial yaitu Satuan Polisi Pamong Praja yang

memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara umum kewenangan yang dimiliki oleh Satuan Polisi Pamong Praja

dan Polri dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat memiliki

kesamaan dimana secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup

dua hal yaitu pemeliharaan keamanan dan ketertiban dan penegakan hukum.

Polri di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, merupakan sebagai alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian dalam undang-undang

tersebut juga disebutkan mempunyai tujuan untuk mewujudkan keamanan dalam

negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan


kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia.

Peranan Polisi Lalu Lintas adalah merupakan fungsi Kepolisian yang

bersifat preventif, yang memerlukan keterampilan dan keahlian khusus yang telah

dikembangkan lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi

Polisi Lalu Lintas yang perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan

masyarakat. Perumusan dan pengembangan fungsi Polisi Lalu Lintas meliputi

pelaksanaan tugas Polisi umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan

pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli, pengendalian massa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standar

Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja Bab IV menjelaskan tentang

Pengawalan Pejabat dan Orang-Orang Penting dan menjelaskan tentang Patroli

yang harus dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja. Oleh sebab itu, Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah melakukan koordinasi dengan

Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah untuk melakukan pengamanan lalu

lintas di Kabupaten Lampung Tengah.

Faktor kurangnya peranan dari Polisi Lalu Lintas dan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah yang menjaga di setiap persimpangan

jalan baik itu perempatan maupun pertigaan, juga dapat menjadi penyebab

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena kurangnya pengawasan dan pengaturan

di persimpangan jalan akan menyebabkan kendaraan bermotor saling tidak mau

mengalah dalam melintas di persimpangan tersebut. Akibat dari tidak mau saling

mengalah ini akan menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Selain itu kurang strategi
Polisi Lalu Lintas dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam melakukan penjagaan

dan kegiatan patroli, juga menyebabkan masyarakat banyak yang melanggar

aturan lalu lintas, seperti melanggar tanda larangan untuk lewat, tanda larangan

parker dan tanda larangan untuk berjalan (lampu pengatur jalan), sehingga arus

lalu lintas tidak teratur karena kendaraan saling mendahului dan mengakibatkan

sering terjadinya kemacetan pada arus lalu lintas.

Jalan lintas Sumatra khususnya di wilayah Kabupaten Lampung Tengah,

merupakan jalan raya yang arus lalu lintasnya tergolong padat. Di sinilah sering

terjadi kecelakaan lalu lintas baik roda dua maupun roda empat. Untuk

meminimalisasi terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalur ini sangat diperlukan

kesigapan dan kinerja maksimal dan strategi dari Polisi lalu lintas dan Satuan

Polisi Pamong Praja yang ada di Kabupaetn Lampung Tengah, sehingga dapat

mengantisipasi dan mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas dengan

melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli.

Keterbatasan jumlah personel Polisi Lalu Lintas dan Satuan Polisi Pamong

Praja, menyebabkan kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli yang

dilakukan oleh personel Polisi Lalu Lintas Polres Lampung Tengah dan Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah kurang maksimal, sehingga

kegiatan pengaturan lalu lintas hanya terjadi di perempatan jalan menuju Pemda

Lampung Tengah, perempatan jalan masjid Bandarjaya Kecamatan Terbanggi

Besar, perempatan Polsek Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar, perempatan

Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar, dan pertigaan di depan Polres Lampung

Tengah yang hanya dilakukan pada pukul 6.30 Wib sampai pukul 8.00 Wib.
Sedangkan penjagaan lalu lintas lebih sering dilakukan di perempatan Polsek

Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar. Ketika personel Polisi Lalu Lintas

Polres Lampung Tengah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah melakukan patroli, maka di beberapa titik rawan kecelakaan tidak ada

Polisi Lalu Lintas dan Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan pengaturan

dan penjagaan. Belum lagi jika ada Gubernur atau Menteri yang akan berkunjung

ke Kabupaten Lampung Tengah, karena sebagian Polisi Lalu Lintas dan Satuan

Polisi Pamong Praja harus melakukan pengawalan dan penjagaan, maka kegiatan

pengaturan lalu lintas hanya dipusatkan pada wilayah yang akan mendapatkan

kunjungan Gubernur atau Menteri, sehingga wilayah yang rawan kecelakaan tidak

terjaga dan tidak ada pengaturan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dirumuskan

masalahnya adalah: Bagaimanakan strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan

Polres Lampung Tengah dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum

Polsek Terbanggi Besar?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah

dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.


1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan pengembangan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Publik yang berkaitan dengan

strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah dalam

mengamankan lalu lintas.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi

Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah dalam menerapkan

strategi mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan suatu penelaahan dari berbagai macam teori-

teori yang digunakan dalam melaksanakan suatu penelitian, sehingga sering kali

tinjauan pustaka disebut juga dengan landasan teori yang merupakan kumpulan

dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel sebagai dasar dalam

memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan.

2.1 Tinjauan tentang Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Pengertian strategi menurut pendapat Nawawi (2012:147) disebutkan

bahwa:

Dari sudut etimologis berartipenggunaan kata “strategik” dalam


manajemen sebuah organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik
utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen yang terarah ada tujuan strategi organisasi. Strategi juga
dapat diartikan sebagai salah satu cara pemikiran sebuah organisasi
bagaimana organisasi tersebut dapat mempertahankan eksistensi
kedepannya serta mencapai tujuan organisasi yang telah dirancang dalam
jenjang yang berkelanjutan.

Selanjutnya pengertian strategi menurut pendapat Assauri (2016:3)

dikemukakan:

Strategi merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai, upaya untuk


mengkomunikasikan apa saja yang akan dikerjakan, oleh siapa yang
mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, serta kepada siapa saja
hal-hal tersebut pula dikomunikasikan, dan juga perlu dipahami mengapa
hasil kinerja tersebut perlu dinilai. Dan juga strategi merupakan suatu
pernyataan yang mengarahkan bagaimana masing-masing individu dapat
bekerja sama dalam suatu organisasi, dalam upaya pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi tersebut. Dengan penekanan upaya kerja sama itu, maka
strategi haruslah dapat menggambarkan arah keputusan yang tepat atau
cocok, dan hal ini penting sebagai dasar arah pencapaian suatu maksud
dan tujuanorganisasi.

Kemudian pengertian strategi menurut pendapat Akdon (2011:12)

dijelaskan:

Pada dasarnya yang dimaksud strategi bagi suatu manajemen organisasi


adalah rencana berskala besar yang berorientasi pada jangka panjang yang
jauh ke masa depan serta menetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan ada
optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang bersangkutan.
Pada dasarnya strategi juga dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah di rencankan
sebelumnya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

strategi adalah rencana yang dirumuskan secara sistematik oleh sebuah organisasi

baik publik maupun swasta yang dijadikan sebagai langkah-langkah terarah dan

berorientasi pada jangka panjang agar tujuan dalam organisasi tersebut dapat

tercapai.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka strategi organisasi dapat

didefinisikan sebagai berikut:

1. Alat bagi organisasi untuk mencapaitujuan-tujuannya

2. Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh organisasisebagai hasil

pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan dan kelemahaninternal

serta peluang dan ancamaneksternal

3. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan keputusan dan tindakan

yang dipilihorganisasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Strategi

Jenis-jenis strategi menurut Wechsler dan Backoff dalam Heene (2010:62)

dikemukakan bahwa:

Terbuka peluang untuk mengidentifikasi dalil-dalil yang memungkinkan


kategorisasi penerapan strategi organisasi publik ke dalam empat corak
persilangan, yaitu:
1. Strategi Ekspansi
2. Strategi Transformasi
3. Strategi Isolasi
4. Strategi Politisasi

Mengenai ciri-ciri spesifik dari keempat jenis strategi publik yang telah

teridentifikasikan oleh Wechler dan Backoff dalam dapat diilustrasikan seperti

berikut:

1. Strategi Ekspansi

Di dalam strategi ekspansi penerapan strategi terutama sekali ditujukan

bagi peningkatan status, kapasitas serta sarana-sarana yang berdampak

mampumemberi sentuhan warna masa depan keorganisasian yang selaras zaman.

2. Strategi Transformasi

Pada strategi ini ditandai oleh adanya kebutuhan dari organisasi untuk

memenuhi tekanan internal ataupun eksternal, yang ada pada prinsipnya dilakukan

demi terjadinya perubahan fundamental. Oleh karenanya, penerapan strategi pada

organisasi cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh strategi yang mendompleng

belakangan dari pihak eksternal dibandingkan dengan aspirasinya sendiri.

3. Strategi Isolasi

Strategi isolasi yang memiliki ciri adanya penolakan aktif terhadap

tekanan eksternal yang tengah dihadapi oleh organisasi. Strategi ini berupaya
untuk mengakomodasi tekanan eksternal dengan aspirasi-aspirasinya sendiri,

dengan catatan keinginan untuk tetap bisa mandiri secara organisatoris akan

senantiasa diprioritaskan.

4. Strategi Politisasi

Dalam strategi politisasi mengenal dua perwujudan. Pada perwujudan

yang pertama, strategi organisasi ditujukan untuk menciptakan terbentuknya

keseimbangan kekuatan yang baru di dalam suatu lingkungan politik terhadap

strategi yang dimunculkan dari organisasi tersebut. Sedangkan perwujudan yang

kedua ini paling negatif, organisasi publik tak lain hanya merupakan suatu

instrumen partai politik. Prioritas strateginya disesuaikan dengan prioritas tujuan

partai politik dan kemudian berikutnya barulah bagi tujuan kepentingan publik.

(Heene, 2010:63)

Miles dan Snow dalam Amirullah (2015:179) mengklasifikasikan:

“Organisasi berdasarkan tingkat sejauh mana mereka mengubah produk atau

pasarnya kedalam salah satu dari empat jenis strategi: defender, prospector,

analyzer dan reactors”. Adapun empat jenis strategi tersebut dapat diuraikan

secara singkat sebagai berikut:

1. Strategi Defender

Pada strategi ini perusahaan mencari stabilitas dengan memproduksi hanya

sejumlah produk terbatas yang ditujukan pada suatu segmen dari seluruh pasar

yang potensial. Strategi ini bertujuan untuk melokalisir dan memelihara cara yang

aman dalam bidang produk yang relatif stabil.


2. Strategi Prospector

Strategi prospector merupakan strategi organisasi kebalikannya dari

defender. Kekuatan strategi ini adalah menemukan dan mengeksploitasi produk

barudan peluang pasar. Pada jenis strategi prospector ini perusahaan memiliki

liniproduk luas dan berfokus pada inovasi produk dan peluang- peluang pasar.

3. Strategi Analyzers

Jenis strategi ini cenderung mempunyai keuntungan lebih kecil dari

produk dan jasa yang dijual dibandingkan dengan prospectors, akan tetapi lebih

efisien, analyzers mencari fleksibilitas maupun stabilitas.

4. Strategi Reactors

Pada umumnya reaktor memberi tanggapan secara tidak benar, berprestasi

buruk dan mengakibatkan mereka segan mengikatkan diri secara agresif pada

strategi tertentu untuk masa datang. Organisasi tidak mempunyai sejumlah

mekanisme tanggapan yang dapat digunakannya untuk menghadapi perubahan

lingkungan, reaktor merupakan strategi sisa karena ketidak konsistenan dan tidak

stabil yang timbul jika salah satu dari ketiga strategi lainnya dikejar secara tidak

benar.

Menurut Kooten dalam Salusu (2016:104-105) disebutkan: “Jenis-jenis

strategi meliputi corporate strategy (strategi organisasi), program strategy

(strategi program), resources support strategy (strategi pendukung sumber daya)

serta institusional strategy (strategi kelembagaan)”. Adapun jenis-jenis strategi

menurut Kooten dalam Salusu, dapat diuraikan secara singkat sevagai berikut:
1. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan

inisiatif strategi baru. Pembatasan ini diperlukan untuk mengetahui apa yang

dilakukan dan untuk siapa.

2. Program Strategy (strategi program)

Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari

suatu program tertentu kira-kira apa dampaknya apabila suatu program tertentu

dilancarkan atau diperkenalkan (apa dampaknya bagi sasaran organisasi).

3. Resources Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)

Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan

sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja

organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan dan sebagainya.

4. Institusional Strategy (strategi kelembagaan)

Fokus dari strategi kelembagaan adalah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.

Berdasarkan beberapa jenis strategi di atas, yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah strategi dari Kooten dalam Salusu (2016:104-105) yaitu:

corporate strategy (strategi organisasi), program strategy (strategi program),

resources support strategy (strategi pendukung sumber daya) serta institusional

strategy (strategi kelembagaan), dimana fokus dari jenis strategi ini adalah

berkaitan dengan hasil yang dicapai dari suatu strategi yang akan dilakukan oleh

Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah untuk mengamankan

lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.


2.2 Tinjauan tentang Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,

Pasal 1 ayat (1) dan (2) menyebutkan:

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1) Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah
perangkat daerah yang dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah
dan Peraturan Kepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat.
2) Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Pol PP adalah anggota
Satpol PP sebagai aparat Pemerintah Daerah yang diduduki oleh
pegawai negeri sipil dan diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam penegakan
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman serta pelindungan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,

Pasal 5 menyebutkan:

Satpol PP mempunyai tugas:


a. Menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
b. Menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman dan
c. Menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi

Pamong Praja, Pasal 6 menyebutkan:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Satpol


PP mempunyai fungsi:
a. Penyusunan program penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat
b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta penyelenggaraan
perlindungan masyarakat
c. Pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan ketenteraman serta
penyelenggaraan perlindungan masyarakat dengan instansi terkait
d. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum atas
pelaksanaan Perda dan Perkada dan
e. Pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang diberikan oleh kepala
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang

Polisi Pamong Praja, Pasal 7 menyebutkan:

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5 dan Pasal 6, Satpol PP berwenang:
a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran
atas Perda dan/atau Perkada
b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
c. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas
Perda dan/atau Perkada dan melakukan tindakan administratif terhadap
warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada.

Berdasarkan uraian dari pasal-pasal di atas, maka dapat diketahui bahwa

Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat daerah yang dibentuk untuk

menegakkan peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, menyelenggarakan

ketertiban umum dan ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan

masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas mempunyai

fungsi; penyusunan program penegakan Perda dan Perkada, pelaksanaan

kebijakan penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketenteraman serta melakukan pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau

badan hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada. Selain itu Satuan Polisi

Pamong Praja juga memiliki wewenang untuk melakukan tindakan penertiban

nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada dan melakukan tindakan

penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada dan melakukan


tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum

yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,

Pasal 10 menyebutkan:

1) Penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada oleh Satpol PP


dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur dan kode
etik.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar operasional prosedur dan
kode etik diatur dalam Peraturan Menteri.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,

Pasal 11 menyebutkan:

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat meliputi


kegiatan:
a. Deteksi dan cegah dini
b. Pembinaan dan penyuluhan
c. Patroli
d. Pengamanan
e. Pengawalan
f. Penertiban dan
g. Penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan

Polisi Pamong Praja pada Pasal 10 dan Pasal 11 di atas, maka dapat diketahui

bahwa Satuan Polisi Pamong Praja dalam penyelenggaraan penegakan Perda dan

Perkada dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur dan kode etik,

sehingga penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang

meliputi kegiatan; deteksi dan cegah dini, pembinaan dan penyuluhan, patroli,

pengamanan, pengawalan penertiban dan penanganan unjuk rasa dan kerusuhan

massa tidak menyimpang dari apa yang telah digariskan oleh peraturan

perundang-undangan.
2.3 Tinjauan tentang Kepolisian

Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Polisi merupakan

personil atau bagian dari kesatuan Polisi Republik Indonesia (POLRI), juga dapat

melaksanakan peranannya sesuai dengan kedudukannya. Momokelana (2014:24)

menerangkan:

Istilah polisi secara formil adalah mencakup penjelasan tentang organisasi


dan kedudukan dari instansi kepolisian. Sedangkan pengertian polisi
dalam arti material adalah memberikan jawaban terhadap persoalan tugas
dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya dan gangguan ketertiban
umum dan keamanan dalam rangka kewenangan kepolisian.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai suatu lembaga mempunyai

peranan dan fungsi tertentu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada pasal 13 disebutkan bahwa

Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai fungsi:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.


b. Menegakkan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.

Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai fungsi, tugas dan peran

yang secara umum telah digariskan melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang secara spesifik

menggariskan dua peran dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu aspek

preventif dan aspek represif.

Dalam kaitannya dengan aspek preventif, terlihat peran kepolisian selaku

pengayom yang memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat

serta selaku pembina masyarakat ke arah terwujudnya tertib dan tegaknya hukum
demi terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri serta melaksanakan tugas lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam aspek respresif, peran

Kepolisian dituntut untuk melakukan penyelidikan, penangkapan, penyidikan

dalam rangka penegakan hukum. Salah satu aspek baik preventif maupun represif

adalah dalam hal tindak kriminilitas dalam hal pencurian kendaraan bermotor.

2.4 Tinjauan tentang Mengamankan Lalu Lintas

2.4.1 Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengamankan Lalu Lintas

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,

Pasal 11 menyebutkan:

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat meliputi


kegiatan:
a. Deteksi dan cegah dini
b. Pembinaan dan penyuluhan
c. Patroli
d. Pengamanan
e. Pengawalan
f. Penertiban dan
g. Penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa

Tugas Satuan Polisi Pamong Praja dalam mengamankan lalu lintas yang

akan dibahas dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 16

Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja, Pasal 11 huruf c dan huruf e, yaitu:

a. Patroli

Pengertian patroli menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja

Bab VI menjelaskan tentang Patroli, sebagai berikut:


1. Ruang Lingkup:

a. Tempat tempat atau lokasi yang dianggap rawan

b. Antar batas wilayah

c. Tempat keramaian/hiburan

2. Ketentuan dalam pelaksanaan:

a. Umum:

Beberapa persyaratan panting yang harus dimiliki oleh setiap petugas

patroli:

1) Setiap petugas harus memiliki kewibawan yang tercermin dalam jiwa

pengabdian yang penuh etika dengan rasa tanggung jawab.

2) Dalam melaksanakan tugas harus dapat menarik rasa simpati

masyarakat.

3) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat tanpa

mengenyampingkan tugas pokok yang dilaksanakan.

4) Setiap petugas harus memahami tugas pokoknya, peka terhadap situasi

lingkungan dan arif dalam menangani suatu peristiwa serta dapat

melaporkannya dengan benar.

5) Petugas patroli harus memiliki sifat tertentu antara lain:

(a) Ulet dan tahan uji.

(b) Memiliki sifat ingin tahu.

(c) Memiliki pengetahuan tentang tugasnya dan diharapkan dapat

menjawab semua pertanyaan yang datang dari masyarakat.

(d) Menyadari bahwa tugas adalah dari pemerintah.


(e) Mampu memahami serta menampung apa yang merupakan

keinginan/aspirasi masyarakat.

(f) Ramah, sopan dan santun serta menghargai setiap orang.

6) Perlunya dibuat pos-pos Satuan Polisi Pamong Praja untuk

melaksanakan kegiatannya ditempat keramaian seperti pasar.

b. Khusus:

Beberapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki setiap petugas patroli:

1) Pengetahuan tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja.

2) Pengetahuan dasar hukum dari suatu tindakan atau kegiatan yang ada

Peraturan daerahnya.

3) Pengetahuan dan penguasaan tentang suatu daerah/wilayah, misalnya:

a) Letak dan wilayah tersebut.

b) Gedung-gedung pemerintah dan instansi-instansi vital.

c) Jalan-jalan lorong dan gang-gang.

d) Jenis usaha masyarakat, pekerjaan dan keadaan ekonomi

masyarakat.

e) Pejabat-pejabat pemerintah dan orang-orang penting.

f) Keadaan lingkungan.

g) Pengetahuan tentang sumber-sumber penyebab dari segala macam

bentuk gangguan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

c. Petunjuk dalam patrol:

1) Sebelum petugas berangkat patroli wajib memeriksa semua

kelengkapan sesuai ketentuan petunjuk yang diberikan pimpinan.


2) Untuk Patroli berjalan kaki:

a) Tugas patroli dimulai sejak keluar dari kantor.

b) Dilakukan minimal 2 (dua) orang.

c) Patroli pada siang hari sebaiknya di daerah pasar dan pertokoan

yang dianggap rawan.

d) Usahakan untuk mengenal daerah patroli.

e) Dalam melaksanakan patroli perhatian harus ditujukan kepada hal-

hal yang menyangkut dengan Peraturan Pemerintah Daerah serta

dicatat untuk dilaporkan kepada pimpinan.

f) Dalam hal tertentu diwajibkan untuk bertindak segera, yaitu:

(1) Dalam hal pelanggaran K3 (Ketertiban, Kebersihan dan

Keindahan).

(2) Terjadinya kebakaran.

(3) Bencana alam.

g) Walaupun setiap patroli dituntut/diharuskan untuk berani

mengambil prakarsa sendiri dalam melaksanakan tugasnya, akan

tetapi tindakannya itu harus didasarkan kepada norma-norma dan

peraturan yang berlaku.

3) Untuk Patroli dengan kendaraan bermotor:

a) Ketentuan dan petunjuk untuk patroli berjalan kaki berlaku pula

bagi patroli dengan kendaraan bermotor.

b) Patroli kendaraan bermotor dilakukan dengan:

(1) Berkendaraan sepeda motor.


(2) Berkendaraan mobil.

c) Persiapan sebelum berangkat patroli wajib memeriksa kelengkapan

kendaraan sebagai berikut:

(1) Bensin, oli.

(2) Ban roda.

(3) Perkakas kendaraan termasuk dongkrak/ kunci roda dll.

(4) Rem, air accu dll.

(5) Perlengkapan perorangan sesuai ketentuan.

d) Beberapa ketentuan tentang patroli dengan kendaraan bermotor

terhadap peraturan Ialu lintas:

(1) Beri contoh yang baik kepada pemakai jalan yang lainnya.

(2) Taati peraturan lalu lintas.

(3) Jalankan kendaraan dengan kecepatan yang semestinya.

(4) Jangan membunyikan klakson/sirine jika tidak sangat perlu.

(5) Jangan menggunakan sorotan-sorotan lampu yang berlebihan

pada malam hari.

3. Bentuk dan cara:

a. Bentuk-bentuk patroli:

Tugas patroli dapat dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut:

1) Patroli Pengawasan yaitu melakukan pengawasan dan pengamatan

suatu daerah tertentu dalam jangka waktu 24 Jam.

2) Patroli khusus dalam rangka pelaksanaan tugas yang bersifat represif.


b. Cara patroli

Sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah, sasaran yang ada serta tugas dan

tujuan, maka cara-cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas

Patroli adalah:

1) Patroli berjalan kaki.

Patroli ini dilaksanakan pada tempat-tempat yang tidak dimungkinkan

dilalui oleh kendaraan bermotor. Patroli berjalan kaki ini lebih

memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat dalam

rangka sosialisasi dan pelayanan masyarakat.

2) Patroli bersepeda motor.

Patroli ini diperlukan untuk mengamati dan mengawasi suatu wilayah

serta memberi bantuan kepada patroli berjalan kaki dalam wilayah

yang lebih luas.

3) Patroli kendaraan roda empat atau lebih.

Patroli ini diperlukan untuk mengamati dan mengawasi suatu wilayah

serta memberi bantuan kepada patroli bersepeda motor dalam wilayah

yang lebih luas dan perlu tenaga operasional yang lebih banyak.

4. Pelaksanaan:

a. Perencanaan patroli.

Perencanaan tugas patroli harus dibuat dengan memperhatikan:

1) Keseimbangan antara cara dan sarana dengan sasarannya.

2) Terlaksananya kerjasama Polisi Pamong Praja dengan masyarakat

sehingga pelaksanaannya dapat mencapai daya guna dan hasil guna.


3) Sebab dan akibat yang timbul, yang memungkinkan Satuan Polisi

Pamong Praja harus bertindak sebaiknya dapat diketahui terlebih

dahulu. Terjadinya pelanggaran yang dapat menimbulkan gangguan

terhadap ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat merupakan

akibat dari suatu sebab. Karena itu setiap perencanaan, tugas patroli

harus didasarkan kepada perkiraan keadaan.

4) Perencanaan tugas patroli harus disesuaikan dengan tugas pokok

Satuan Polisi Pamong Praja dan peraturan yang berlaku serta

mengemban misi untuk mensosialisasikan berbagai peraturan

perundangan yang ada, kepada masyarakat dalam meningkatkan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

5) Hal-hal mendasar lainnya yang harus diperhatikan dalam perencanaan

patroli adalah sebagai berikut:

a) Untuk setiap tugas patroli harus dibuat Surat Perintah yang ditanda

tangani oleh Kepala Satuan, dimana dicantumkan jumlah dan nama

serta pangkat berikut NIP personil patroli yang akan

diberangkatkan.

b) Untuk tugas-tugas khusus diberikan ketentuan tentang tugas pokok

yang harus dilakukan, disamping itu diadakan pembatasan terhadap

personil patroli untuk menjaga disiplin.

c) Setelah kembali dari patroli, kepala patroli harus melapor kepada

kepala satuan dalam waktu 24 jam dan menyerahkan laporan

tertulis berisi semua yang menyangkut penugasannya.


d) Ketentuan perlengkapan dan alat komunikasi harus disesuaikan

dengan situasi dan kondisi daerah serta sifat dan tujuan penugasan

patroli.

b. Pelaksanaan bentuk-bentuk patroli:

1) Patroli:

a) Patroli biasanya dilaksanakan dalam kota.

b) Penugasan patroli cukup dicantumkan dalam jadwal patroli pada

buku mutasi.

c) Tugas patroli harus dilakukan dengan seksama dan teliti, setiap

tugas patroli harus senantiasa memperhatikan, apa yang harus

didengar dan dilihat, supaya dapat mengambil kesimpulan apa

yang harus dilakukan atau dilaporkan kepada pimpinan.

d) Setiap kejadian harus dicatat di buku.

e) Tugas Patroli dapat dilakukan dengan sistem sebagai berikut:

(1) Patroli blok, yaitu patroli yang dilakukan dengan berjalan kaki

terhadap suatu tempat yang dianggap merupakan tempat yang

rawan tehadap ketertiban umum.

(2) Patroli kawasan, yaitu patroli yang dilakukan dengan

kendaraan bermotor karena daerahnya lebih luas, misalnya satu

kecamatan, bertujuan melakukan pengecekan terhadap segala

sesuatu yang berhubungan dengan ketertiban umum.

(3) Patroli kabupaten dan Kota, yaitu pengawasan terhadap

kabupaten dan kota menyangkut ketertiban umum dan


ketenteraman masyarakat serta penegakan peraturan daerah,

Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya yang ada

di seluruh wilayah kabupaten dan kota.

2) Patroli pengawasan:

a) Patroli pengawasan adalah penugasan patroli yang bersifat inspeksi

dan diselenggarakan menurut kebutuhan untuk memantau keadaan

daerah atau beberapa tempat yang menurut perkiraan akan

timbulnya gangguan terhadap ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat serta upaya penegakan Peraturan daerah yang ada.

b) Tugas dari patroli adalah:

(1) Pemeliharaan, Pengawasan, Penertiban Ketertiban Umum dan

Ketenteraman Masyarakat dan Penegakan Peraturan Daerah.

(2) Melaksanakan pembinaan masyarakat.

(3) Penerangan pada masyarakat tentang hal-hal yang mengenai

tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja.

(4) Mensosialisasikan kebijakan pemerintah yang terkait dengan

tugas Polisi Pamong Praja serta menampung saran-saran dari

masyarakat yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah.

b. Pengawalan

Pengertian pengawalan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja

Bab IV menjelaskan tentang Pengawalan Pejabat dan Orang-Orang Penting,

sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup:

Pengawalan terhadap para pejabat dan orang-orang penting dilakukan dengan

cara:

a. Pengawalan dengan sepeda motor

b. Pengawalan dengan kendaraan mobil

2. Pelaksanaan:

a. Pengawalan dengan sepeda motor

1) Persiapan:

a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL)

b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan:

(1) Perlengkapan Perorangan, helm, pentungan, borgol dan dapat

diperlengkapi dengan senjata api (bagi yang mempunyai izin).

(2) Kendaraan Khusus dilengkapi peralatan yang dibutuhkan.

(3) Pengemudi diutamakan memiliki kopetensi pendidikan

pengemudi/memiliki SIM

c) Menyusun jadwal, daftar petugas dan Surat Perintah Pengawalan

2) Pelaksanaan

a) Dua sepeda motor dalam keadaan siap bergerak pada posisi

berjajar, dan pengawal berdiri di samping sepeda motor.

b) Pejabat/VIP sudah berada di dalam kendaraan dan siap menerima

laporan kesiapan dari pengawal.

c) Komandan Operasi menuju ke ajudan menyampaikan laporan siap

melakukan pengawalan.
d) Sepeda motor berjajar dengan sepeda motor lainnya berangkat

menuju tujuan.

e) Selama perjalanan lampu dinyalakan dan sirine hidup.

f) Tiba di tujuan:

(1) Sebelum berhenti berikan tanda/isyarat pelan.

(2) Berhenti dan parkir ditempat yang aman.

g) Selesai acara akan kembali ke kantor:

(1) Sepeda motor telah siap.

(2) Komandan ooperasi laporan ke ajudan pengawalan, selanjutnya

pengawalan sama dengan waktu perjalanan menuju tujuan.

h) Tiba di kantor:

Setelah sepeda motor di parkir, Komandan Operasi laporan kepada

ajudan bahwa pengawalan telah selesai dilaksanakan.

3) Laporan hasil kegiatan:

a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia (Format B).

b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

b. Pengawalan dengan kendaraan mobil:

1) Persiapan:

a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL).

b) Menyiapkan perlengkapan

c) Menyusun jadwal, daftar petugas dan Surat Perintah Pengawalan.


2) Pelaksanaan:

a) Pengemudi lapor kepada Komandan Operasi tentang kesiapan

kendaraan.

b) Komandan Operasi menyiapkan regunya 6 (enam) orang untuk

naik ke kendaraan dan siap melakukan pengawalan.

c) Komandan Operasi menuju ke ajudan dan melaporkan kesiapannya

untuk melakukan pengawalan.

d) Komandan Operasi naik ke kendaraan duduk bersebelahan dengan

pengemudi, dan memerintahkan pengemudi untuk menjalankan

kendaraan.

e) Selama perjalanan lampu dinyalakan dan sirine hidup.

f) Tiba ditujuan:

(1) Sebelum berhenti berikan tanda/isyarat pelan.

(2) Berhenti dan parkir ditempat yang aman. Anggota Operasi

turun dan menyebar melakukan pengawalan.

g) Selesai acara akan kembali ke Kantor:

(1) Kendaraan dan Anggota Operasi telah siap.

(2) Komandan operasi laporan ke ajudan pengawalan, selanjutnya

pengawalan sama dengan waktu perjalanan menuju tujuan.

h) Tiba di Kantor:

Setelah kendaraan berhenti, seluruh Anggota Operasi turun,

Komandan Operasi laporan kepada ajudan bahwa pengawalan

telah selesai dilaksanakan.


3) Laporan Hasil Kegiatan:

a) Membuat laporan tertulis sesuai format yang tersedia (Format B).

b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memerlukan

tindak segera.

2.4.1 Tugas Polisi Dalam Mengamankan Lalu Lintas

Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Polisi merupakan

personil atau bagian dari kesatuan Polisi Republik Indonesia (POLRI), juga dapat

melaksanakan peranannya sesuai dengan kedudukannya. Momokelana (2014:24)

menerangkan:

Pengertian Polisi Lalu Lintas menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (2002:12) dinyatakan: “Polisi

lalu lintas adalah pegawai negeri yang bertugas memelihara keamanan dan

ketertiban serta bertugas memelihara keselamatan dan keamanan lalu lintas”.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

diinterpretasikan bahwa yang dimaksud dengan kinerja polisi lalu lintas adalah

sikap dan perilaku individu atau kelompok yang menunjukkan kepuasan serta

ketenangan dalam melaksanakan pekerjaannya dalam memelihara keselamatan

dan keamanan lalu lintas.

Pengaturan lalu lintas merupakan tindakan awal yang perlu dilaksanakan

sedini mungkin oleh Polisi sebelum lalu lintas berubah atau meningkat menjadi

kurang teratur. Peran Polisi dalam mengatur lalu lintas adalah memberitahukan

pemakai jalan tentang bagaimana dan dimana mereka dapat bergerak atau berhenti
terutama pada saat ada kemacetan atau keadaan darurat lainnya. (Lubis,

2002:139).

Peranan Polisi Lalu Lintas sebagaimana dikemukakan oleh Markas Besar

Polri (2012:4) adalah:

a. Memberikan pelayanan masyarakat


b. Melaksanakan Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas
c. Melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli
d. Melaksanakan tindakan pertama di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
kecelakaan lalu lintas
e. Melaksanakan tugas-tugas Kepolisian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa peranan Polisi

Lalu Lintas adalah untuk mengendalikan arus lalu lintas supaya dapat berjalan

dengan tertib dan lancar serta mengatasi kemacetan dan kepadatan lalu lintas di

jalan umum dan sebagai usaha mempengaruhi pemakai jalan untuk patuh dan taat

terhadap peraturan-peraturan lalu lintas. Selain itu peranan Polisi Lalu Lintas

adalah melakukan pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan dan

melakukan patroli lalu lintas serta melakukan tindakan pertama di tempat kejadian

kecelakaan lalu lintas dan melaksanakan kewenangan Kepolisian Umum di

tempat tugasnya.

a. Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan lalu lintas diartikan sebagai pemberitahuan kepada pemakai

jalan, bagaimana dan dimana mereka dapat atau tidak dapat bergerak atau berhenti

terutama pada waktu ada kemacetan atau keadaan darurat, dalam arti luas

pengaturan lalu lintas meliputi semua aktivitas. Pengertian pengaturan lalu lintas

menurut Markas Besar Polri (2012:3) disebutkan bahwa:


Pengaturan lalu lintas adalah suatu kegiatan pemberitahuan kepada
pemakai jalan, bagaimana dan dimana mereka dapat bergerak atau
berhenti, terutama pada waktu ada kemacetan atau keadaan darurat, dalam
arti luas pengaturan lalu lintas meliputi semua aktivitas dari Polisi dalam
mengatur lalu lintas di jalan umum.

b. Pelaksanaan Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan lalu lintas di wilayah hukum Polres Lampung Tengah

dilaksanakan di tempat-tempat rawan akan pelanggaran, kemacetan dan

kecelakaan.

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengaturan lalu lintas.

a) Kelengkapan petugas dalam melaksanakan penjagaan lalu lintas harus

disertai dengan manshet dan peluit, khusus pada malam hari ditambah

dengan perlengkapan rompi yang dapat memantulkan cahaya dan senter

dengan sinar warna merah.

b) Diupayakan setiap kelompok pengatur lalu lintas dilengkapi dengan tilang

dan BAP singkat

c) Menempatkan posisi kendaraan yang dipergunakan sebagai sarana

mobilitas pada tempat yang aman sehingga tidak mengganggu pemakai

jalan yang lain dan dapat dijadikan taladan.

d) Apabila pelaksanaan penjagaan dilaksanakan oleh beberapa orang (lebih

dari 2 orang) diupayakan tidak mengelompok.

2. Cara mengambil posisi

a) Sikap Dasar mulai mengatur lalu lintas dalam keadaan sikap sempurna

b) Mengambil posisi sedemikian rupa sehingga mudah melakukan gerakan

mengatur lalu lintas (gerakan tangan)


c) berusaha mengatur posisi ketinggian supaya mudah melihat dan dilihat

oleh pemakai jalan

d) memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan petugas. (Markas Besar

Polri, 2012:7-8)

b. Penjagaan Lalu Lintas

Penjagaan Lalu Lintas adalah suatu kegiatan pengawasan lalu lintas pada

tempat-tempat yang diadakan sesuai dengan kebutuhan terutama bersifat

pencegahan, perlindungan, pelayanan terhadap penguna jalan, bila menemukan

adanya pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas segera mengambil

tindakan represif sesuai prosedur yang berlaku. (Markas Besar Polri, 2012:8)

c. Pengawalan lalu lintas

Pengawalan Lalu Lintas adalah suatu kegiatan penyelenggaraan

pengamanan bergerak di jalan dalam rangka melindungi keselamatan jiwa

manusia, harta benda, kegiatan VVIP/VIP/Protokol kenegaraan maupun

permintaan masyarakat secara terus-menerus selama perjalanan dari suatu tempat

ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor sehingga kegiatan dapat

berjalan aman, tertib dan lancar. (Markas Besar Polri, 2012:9)


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang akan dipergunakan untuk

melaksanakan kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, yang mana cara-cara yang dipergunakan tersebut bersifat operasional

dari kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang untuk merealisasikan tujuan.

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan. Menurut

Fathoni (2011:96) mengemukakan:

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan di lapangan


atau lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk
menyelidiki gejala-gejala objektif sebagai terjadi di lokasi tersebut yang
dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan bersifat deskriptif kualitatif.

Pengertian penetian deskriptif menurut Sugiyono (2014:11) mengemukakan:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan mengetahui nilai


variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan
variabel yang lain.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Sugiyono (2011:15) menjelaskan bahwa:

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik
pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan uraian diatas penelitian deskriptif kualitatif dalam penulisan

usulan penelitian ini adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara

sistematis dan akurat. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan atau

menguraikan hasil wawancara dengan perbandingan pustaka yang ada.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian sangat membantu peneliti agar tidak terjebak oleh

melimpahnya volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan

dengan masalah penelitian. Fokus memberikan batas dalam studi dan batasan

dalam pengumpulan data, sehingga pembatasan peneliti akan fokus memahami

masalah yang menjadi tujuan penelitian. Penelitian mengenai strategi Satuan

Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah dalam mengamankan lalu

lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar, difokuskan pada teori dari

Kooten dalam Salusu (2016:104-105), yaitu:

1. Corporate strategy (strategi organisasi), yaitu melokalisir dan memelihara

cara yang aman dalam bidang lalu lintas yang relatif stabil

2. Program strategy (strategi program), yaitu mengeksploitasi dan inovasi lalu

lintas

3. Resources support strategy (strategi pendukung sumber daya), yaitu mencari

fleksibilitas maupun stabilitas lalu lintas

4. Institusional strategy (strategi kelembagaan), yaitu mekanisme yang dapat

digunakannya untuk menghadapi perubahan lingkungan


3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lampung Tengah. Peneliti beralasan memilih lokasi penelitian di Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah didasarkan atas masih terdapat

strategi yang dalam pelaksanaannya masih kurang terjadi koordinasi antara Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten dan Polres Lampung Tengah. Pertimbangan

dalam melakukan penelitian ini karena data yang diperlukan dalam penelitian

cukup tersedia di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

sehingga hasil yang didapatkan bisa efektif dan efisien dalam segi waktu, biaya,

dan tenaga. Alasan lain yang menarik bagi peneliti adalah untuk mengetahui

strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah dalam

mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data adalah segala informasi yang diolah untuk kegiatan penelitian

sehingga dapat disajikan sebagai dasar pegambilan keputusan, jadi sesuatu yang

dapat disajikan sebagai dasar pengambilan keputusan disebut sebagai data.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Data

merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta yang disajikan sebagai bahan

untuk menyusun informasi. Penulis menggunakan dua sumber data penelitian,

yaitu yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkap, yaitu:

a. Data Primer.

Sumber data primer yaitu sumber data yang di dapat dari sumber pertama

baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuensioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sugiyono (2011:137) menyebutkan

bahwa: “Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data”. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

utama atau sumber asli yang terdiri dari beberapa orang yang berprofesi sebagai

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah, yang diperoleh

dari hasil wawancara.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang sudah tersedia sehingga

tinggal mencari dan mengumpulkannya, data sekunder dapat diperoleh dengan

lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia. Sumber sekunder adalah sumber

penunjang. Sugiyono (2011:137) menyebutkan: “Sumber sekunder adalah sumber

data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui

media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan”.

Sumber data sekunder berupa buku yang berkaitan dengan penelitian diantaranya

tentang strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah

dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.

Artinya bahwa penelitian ini berusaha menguak fenomena secara apa

adanya dan banyak menganalisis data-data primer yang berasal dari sumber hidup

(orang), sedangkan sumber-sumber tertulis hanya sebagai pelengkap atau data

pendukung.

3.5 Informan

Informan penelitian adalah implementor dari kebijakan yang memahami

informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
objek penelitian. Adapun yang dijadikan informan penelitian adalah Sekretaris 1

orang, Kepala Bidang Ketertiban Umum 1 orang, Kasi Operasional dan

Pengendalian 1 orang, pegawai Satuan Polisi Pamong Praja 1 orang, anggota

Polisi regu patroli 1 orang dan anggota Polisi regu pengawalan 1 orang, sehingga

berjumlah 6 orang.

Alasan penulis dalam menentukan informan di atas adalah karena

informan atau nara sumber yang dipilih dianggap mengetahui dengan jelas tentang

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga data yang didapat

benar-benar data yang diketahui oleh informan secara jelas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik Studi Lapangan (Field Research), yaitu metode

pengumpulan data di mana datanya dikumpulkan secara langsung melalui

penelitian dan pengamatan terhadap objek yang dimaksud, dengan cara sebagai

berikut:

3.6.1 Metode Wawancara

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai metode pokok.

Pengertian metode wawancara menurut Effendi dan Tukiran (2012:137)

menyebutkan kegunaan wawancara adalah:

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam


proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut
ialah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar
pertanyaan dan situasi wawancara.
Dalam kegiatan penelitian ini metode wawancara akan digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang strategi Satuan Polisi Pamong Praja

dengan Polres Lampung Tengah dalam mengamankan lalu lintas di wilayah

hukum Polsek Terbanggi Besar.

3.6.2 Metode Observasi

Pengertian observasi menurut Jalaluddin (2009:246) menjelaskan

pengertian observasi adalah:

Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana penyelidik


mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek
yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi yang
sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan.

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengadakan

pencatatan dan pengamatan secara langsung mengenai strategi Satuan Polisi

Pamong Praja dengan Polres Lampung Tengah dalam mengamankan lalu lintas di

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.

3.6.3 Metode Dokumentasi

Pengertian metode dokumentasi menurut pendapat Faisal (2011:133)

menyebutkan:

Istilah metode dokumentasi disebut juga metode dokumenter, karena


sumber-sumber yang kebanyakan dipakai dalam penyelidikan ini adalah
dokumen atau dengan kata lain suatu metode dapat disebut dokumentasi
atau dokumenter bila penyelidikan ditunjukkan pada penguraian atau
penjelasan dari apa yang sudah lalu mengenai sumber-sumber dokumen.
Teknik dokumen adalah suatu teknik pengumpulan data melalui bahan-

bahan tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian. Dokumentasi sendiri

merupakan catatan yang sistematis sebagai sumber data, baik berbentuk tulisan,

grafik dan lain-lain tentang jumlah pegawai, keadaan pegawai dan lain-lain.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:247-252) sebagai berikut:

3.7.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Pengertian reduksi data menurut pendapat Sugiyono (2011:247)

dijelaskan:

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok dan


memfokuskan keada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah terkumpul akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan
penmgumpulan data selanjutnya.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa, sehingga

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi secara sederhana dan dapat

dijelaskan. Melalui reduksi data, tidak perlu mengartikannya secara kuantitatif.

Data kuantitatif dapat disederhanakan dan ditranformasikan dalam aneka macam

melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian yang singkat.
3.7.2 Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:249)

menyebutkan:

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk


uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersiifat naratif.

Penyajian data tersebut digunakan untuk menggabungkan informasi yang

tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian maka akan

dapat dipahami apa yang terjadi dan menentukan apakah dapat menarik

kesimpulan yang benar ataukah lebih jauh menganalisa menurut pemahaman yang

didapat dari penyajian data tersebut.

3.7.3 Verifikasi/Kesimpulan

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:252) mengemukakan:

“Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya”. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni merupakan validitasnya.

Dari permulaan pengumpulan data seorang penganalisis kualitatif mulai mencari

arti benda-benda, mencatat ketentuan, pola-pola penjelasan alur sebab akibat dari

populasi. Kesimpulan akan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi

dilakukan sebagai tinjauan pada catatan lapangan. Peneliti yang berkompeten

akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan

skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan.


Proses kegiatan analisis data yang akan dilakukan sebagaimana tertuang

dalam skema di bawah ini.

Gambar 1. Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi/
Kesimpulan
(Sumber: Sugiyono, 2011:247)

Diagram gambar analisis data di atas, dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Setelah peneliti memasukan lapangan penelitian kegiatan yang dilakukan

adalah mengumpulkan data penelitian yang kemudian dicatat secara teliti dan

rinci untuk kepentingan selanjutnya.

b. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dirangkum dengan memilah

hal-hal yang pokok dan memfokuskan keada hal-hal yang penting untuk dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah terkumpul akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan

penmgumpulan data selanjutnya.

c. Penyajian Data

Setelah data dirangkum, maka langkah selanjutnya adalah membuat

uraian singkat untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.


d. Verifikasi/Kesimpulan

Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan awal masih

bersifat sementara dan masih akan beruba bila ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahapan pengumpulan data selanjutnya.

3.8 Keabsahan Data

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Sugiyono (2011:267) bahwa:

“Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti”. Ada beberapa teknik

yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas data, yaitu:

1. Teknik triangulasi antar sumber data, teknik pengumpulan data, dan

pengumpulan data yang dalam hal terakhir ini peneliti akan berupaya

mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari warga di

lokasi-lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan.

2. Pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang telah ditulis oleh

peneliti dalam laporan penelitian.

3. Akan mendiskusikan dan menyeminarkan dengan tema sejawat di jurusan

tempat penelitian belajar, termasuk koreksi di bawah para pembimbing.

4. Perpanjangan waktu penelitian. Cara ini akan ditempuh selain untuk

memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa konsistensi

tindakan para informan.


Penelitian ini menggunakan tiga macam triangulasi, yang pertama,

triangulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan

dokumen serta arsip yang memuat catatan berkaitan dengan data yang dimaksud.

Kedua, triangulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari

wawancara, observasi dan dokumen. Ketiga, triangulasi waktu pengumpulan data

merupakan kapan dilaksanakannya triangulasi atau metode pengumpulan data.

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi, Sugiyono

(2011:273) menjelaskan: “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu”.

Lebih jelasnya Sugiyono (2011:274) menjelaskan triangulasi dalam

pengujian kredibilitas sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh

untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang

dipimpin, ke atasan yang menguasai dan ke teman kerja yang merupakan

kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan

seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda dan mana spesifik dari tiga sumber data

tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga

sumber data tersebut.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya

data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi. Bila dengan tiga

teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda, maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

semua benar, karena sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Triangulasi waktu

Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum

banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,

maka dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan kepastian datanya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung


Tengah

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja dalam konstalasi pemerintahan

Republik Indonesia khususnya dalam membantu kepala daerah, mempunyai peran

yang sangat penting. Istilah Polisi Pamong Praja itu sendiri dengan segala

aktifitasnya dalam penyelenggaraan pemerintahan umum telah ada sejak lama.

Satuan Polisi Pamong Praja sebenarnya telah ada sejak lama dan telah

beberapa kali mengalami pergantian nama yaitu:

a. Berdasarkan perintah nomor 1 Tahun 1948 Tanggal 30 Oktober 1948 dari

jabatan Praja Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama Detasemen Polisi

Pamong Praja Penjaga Kepanewon dan selanjutnya perintah Nomor 2 Tahun

1948 Tanggal 10 Nopember 1948 diberi nama Polisi Pamong Praja. Kemudian

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP/32/2/21

Tanggal 3 Maret 1950 yang berlaku mulai 1 Januari 1951 dibentuk Kesatuan

Polisi Pamong Praja untuk tiap-tiap Kapanewon di daerah Yogyakarta.

b. Menurut Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor

10 Tahun 1962 Tanggal 11 Juli 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja

diubah menjadi Pagar Baya.


c. Menurut Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Nomor

1 Tahun 1963 Tanggal 11 Pebruari 1963 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja

diubah menjadi Pagar Praja.

d. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan di Daerah ditetapkan sebutan namanya menjadi Satuan Polisi

Pamong Praja.

e. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang telah diganti

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa Polisi

Pamong Praja adalah perangkat pemerintahan daerah.

Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan

membantu kepala daerah dibidang tugas pembinaan ketentraman ketertiban dan

penegakan Peraturan Daerah serta keputusan kepala daerah, berarti lebih lengkap

dan mantap penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di

daerah Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk dalam rangka “Covernment Security

Approach” yang hakekatnya berbeda dengan keberadaan Pertahanan Sipil

(Hansip) yang dibentuk dalam rangka perwujudan sistem “Hamkamrata”.

Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja tidak dapat disamakan dengan

keberadaan Polisi Khusus (Polisi Kehutanan, Polisi Kereta Api, Bea Cukai,

Imigrasi dan Satpam). Polisi Khusus (POLSUS) dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 372 Tahun 1952, bertugas melakukan tugas kepolisian terbatas

pada pejabat/alat atau organ/badan sipil pemerintah yang oleh atau kuasa undang-

undang diberi kewenangan melaksanakan tugas kepolisian dalam menegakan

suatu ketentuan perundang-undangan.


Berdasarkan sejarah Satuan Polisi Pamong Praja tersebut dapat dilihat,

bahwa pembentukannya tidak dibentuk secara sekaligus, melainkan secara

bertahap selama 10 tahun (1950-1960) Satuan Polisi Pamong Praja terdapat hanya

di Kapanewon atau kecamatan di daerah Jawa dan Madura. Sedangkan di luar

pulau Jawa dan Madura berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri

dan Otonomi Daerah Nomor 7 Tahun 1960 Tanggal 30 November 1960.

Pertimbangan dibentuknya Satuan Polisi Pamong Praja di daerah-daerah di

luar pulau Jawa dan Madura antara lain sebagai berikut:

a. Guna memungkinkan para pejabat Pamong Praja khususnya di kecamatan-

kecamatan dan juga di daerah kabupaten/kota.

b. Saran dan pendapat terhadap pembentukan Polisi Pamong Praja di daerah

propinsi di luar pulau Jawa dan Madura adalah datang dari:

1. Menteri Keamanan/Pertahanan dalam suratnya tanggal 12 Nopember 1959

Nomor: KP.I/1135/39

2. Kepala Staf Penguasa Perang Tertinggi tanggal 15 April 1961 Nomor:

0643/PEPERTI/1961

Bertitik tolak dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:

UP.32/2/21 Tanggal 31 Maret 1950 tentang Pembentukan Satuan Polisi Pamong

Praja di Yogyakarta menjadi dasar ditetapkannya tanggal 3 Maret 1950 menjadi

hari jadi Satuan Polisi Pamong Praja.

Adapun pejabat yang pernah menjabat sebagai Kepala Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dari pertama hingga penelitian ini

dilakukan, antara lain adalah:


1. Mayor A. Sujadi, periode 2002 – 2004

2. Drs. Khohar Ayub, periode 2004 – 2006

3. Wildan, SE, periode 2006 – 2009

4. Drs. Usman Nahrawi, periode 2009 – 2012

5. Imam Saputra, SH, periode 2012 – 2014

6. Hi. Barmawi, S.Sos., MM, periode 2014 – 2017

7. Endon Nariman Agus Djaya, periode Januari 2017 – Juni 2017

8. Letkol Tri Widarbo, periode Juli 2017 – Juni 2019

9. Rosidi, S.Sos., MM, periode 2019 sampai sekarang

4.1.2 Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

Keadaan pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung


Tengah

No Golongan Jumlah
1 Golongan IV 4
2 Golongan III 21
3 Golongan II 45
4 Golongan I 0
5 Tenaga Kontrak 318
Jumlah Pegawai 380
Sumber: Dokumentasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,
2021

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Lampung Tengah

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan organisasi yang berada di

lingkungan Kabupaten/Kota dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)


berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017 tentang

Rincian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Satuan Polisi Pamong Praja.

Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja termuat dalam Pasal 5

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, yang menyebutkan:

(1) Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja terdiri dari:


a. Kepala Satuan
b. Sekretariat terdiri dari:
1. Subbag Umum dan Kepegawaian
2. Subbag Keuangan
3. Subbag Perencanaan
c. Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah terdiri
dari:
1. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan
2. Seksi Penegakan
3. Seksi Penyelidikan dan Penyidikan
d. Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat terdiri
dari:
1. Seksi Operasi dan Pengendalian
2. Seksi Patroli dan Pangawalan
3. Seksi Kerja Sama
e. Bidang Sumber Daya Aparatur terdiri dari :
1. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia
2. Seksi Pelatihan
3. Seksi Teknis Fungsional
f. Bidang Perlindungan Masyarakat terdiri dari :
1. Seksi Satuan Perlindungan Masyarakat
2. Seksi Bina Potensi Masyarakat
3. Seksi Monitoring dan Evaluasi
g. Unit Pelaksana Teknis
h. Kelompok Jabatan Fungsional
(2) Bagan Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 6

menjelaskan:

Kepala Satuan mempunyai tugas memimpin, mengatur, membina,


memotivasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas dibidang administrasi,
keuangan, teknis penegakan peraturan daerah, peraturan bupati dan produk
hukum daerah lainnya, pembinaan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat serta perlindungan masyarakat dan pemadam kebakaran.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 7

menyebutkan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Kepala


Satuan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat, penegakan Peraturan Daerah, Peraturan
Kepala Daerah serta produk hukum lainnya
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat di daerah
c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah dan produk hukum lainnya
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketertiban
umum dan kententraman masyarakat serta penegakan Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati dan produk hukum daerah lainnya dengan
aparat Kepolisian Negara, PPNS dan/atau aparatur lainnya
e. Pelaksanaan kebijakan pembinaan perlindungan masyarakat
f. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati
Peraturan Daerah dan produk hukum daerah lainnya
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 8

menjelaskan:

(1) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam melaksanakan


tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Satuan.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Satuan Polisi Pamong Praja dibidang
penataan administrasi kesekretariatan, penatausahaan dan pengelolaan
keuangan, penyusunan dan laporan program kegiatan, kepegawaian,
rumah tangga dan perlengkapan serta kehumasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 9

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2),


Sekretariat menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian internal kegiatan,
kesekretariatan di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja
b. Pengelolaan kesekretariatan, keuangan, kepegawaian, umum,
kehumasan dan rumah tangga kantor serta penyusunan program
c. Penyiapan data/informasi pendokumentasian seluruh aktifitas satuan
pengolahan perpustakaan, kearsipan dan pelayanan di bidang
kehumasan dengan media massa
d. Pengelolaan kesekretariatan, kelembagaan, ketatalaksanaan, keuangan,
administrasi kepegawaian, urusan rumah tangga kantor dan
perlengkapan
e. Penyusunan dan pengendalian serta realisasi rencana Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)
f. Pengolahan naskah dinas, kearsipan, pembinaan kepada arsiparis,
perpustakaan dan pranata komputer
g. Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 10

menjelaskan:

(1) Subbagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Subbagian


yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Sekretaris.
(2) Subbagian Umum dan Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas melaksanakan pelayanan surat menyurat, tata
naskah Dinas, kearsipan, pelayanan rumah tangga, keprotokolan serta
pelayanan umum dan menyiapkan bahan penyusunan rencana
kebutuhan pegawai, pengembangan pegawai, mutasi, promosi, tata
usaha kepegawaian, pengembangan dan pembinaan organisasi, tata
laksana serta menghimpun peraturan perundang- undangan bidang
ketentraman dan ketertiban umum serta peraturan terkait lainnya.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 11

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat


(2), Subbagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan
kearsipan serta penyedian alat tulis kantor
b. Penyiapan bahan dan pelaksanaan tata naskah dinas dan perpustakaan
c. Penyiapan bahan dan pelaksanaan rumah tangga, keprotokolan dan
kehumasan
d. Pelaksanaan administrasi perlengkapan dan barang inventaris
e. Penyiapan bahan dan pelaksanaan pelayanan teknis administrasi
kepada semua sub satuan kerja dilingkungan Satuan Polisi Pamong
Praja.
f. Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan
yang baru dibidang ketentraman dan ketertiban umum.
g. Penyiapan bahan dan pelaksanaan menyusun rencana kebutuhan
formasi pegawai, pengembangan dan penyeleseian proses mutasi
pegawai
h. Pelaksanaan pelayanan administrasi kepegawaian
i. Penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan
j. Pelaksanaan usulan pengangkatan dan pemberhentian
penanggungjawab kegiatan/pelaksana kegiatan/atasan langsung
bendaharawan/PUMK lingkup Satuan Polisi Pamong Praja
k. Pelaksanaan bimbingan teknis sumber daya manusia
l. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan kegiatan Subbagian Umum
dan Kepegawaian
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 12

menjelaskan:

(1) Subbagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Subbagian yang dalam


melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(2) Subbagian Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, bahan
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Satuan, pembukuan,
perhitungan anggaran dan verifikasi serta perbendaharaan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 13

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat


(2), Subbagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana belanja administrasi umum dan belanja operasi
dan pemeliharaan
b. Pengadministrasian dan pembukuan keuangan belanja administrasi
umum dan belanja operasi dan pemeliharaan
c. Penyusunan pembuatan daftar gaji dan pembayaran
d. Pelaksanaan administrasi perbendaharaan belanja administrasi umum
dan belanja operasi dan pemeliharaan
e. Pelaksanaan koordinasi dengan unit organisasi terkait
f. Pelaksanaan dan penyiapan bahan administrasi dan pembukuan
keuangan satuan, pertanggungjawaban keuangan, pembinaan
administrasi keuangan dan evaluasi/laporan kegiatan Subbagian
Keuangan
g. Pelaksanaaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 14

menjelaskan:

(1) Subbagian Perencanaan dipimpin oleh oleh Kepala Subbagian yang


dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(2) Subbagian Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas melaksanakan mengumpulkan, mengolah, menguji,
menyusun rencana kerja, anggaran, evaluasi kinerja serta penyajian
data dan informasi di bidang ketentraman dan ketertiban umum,
melaksanakan penyusunan program kegiatan dan anggaran,
monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan dan menyajikan
data statistik.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 15

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat


(2), Subbagian Perencanaan menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan, penyusunan, koordinasi pengawasan/monitoring,
evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup kesekretariatan
b. Penyusunan rencana kerja dan anggaran di lingkungan Satuan Polisi
PamongPraja
c. Pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan rencana kerja
dan anggaran kepada Bidang dan Seksi lain
d. Penyusunan dan pengkoordinasian dokumen perencanaan dan laporan
terkait dengan realisasi kinerja, fisik dan keuangan serta manajemen
aset
e. Penyusunan laporan perencanaan dan pelaksanaan program dan
kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja
f. Pemantauan, pengawasan dan evaluasi terhadap perkembangan dan
capaian target-target pelaksanaan program dan kegiatan
g. Penyusunan rencana umum program tahunan, program jangka
menengah dan program jangka panjang
h. Penyiapan bahan dan penyusunan Rencana Strategi Satuan Perangkat
Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Tahunan
i. Pelaksanaan inventarisasi dan pengolahan data dan informasi terkait
dengan penyusunan program dan kegiatan
j. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan
k. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 16

menjelaskan:

(1) Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah dipimpin


oleh Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Kepala Satuan.
(2) Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas merencanakan
dan melaksanakan operasional kegiatan penegakan perundang-
undangan daerah serta mengkoordinir satuan pelaksana.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 17

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat


(2), Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja dalam rangka pelaksanaan program dan
kegiatan bidang Penegakan Perundang-undangan Daerah berdasarkan
program kerja yang telah ditetapkan
b. Pelaksanaan sosialisasi Peraturan Daerah/Peraturan Daerah yang
memuat Sanksi
c. Pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah/Peraturan Kepala Daerah
melalui pemberlakuan sanksi secara pro-yustisi
d. Pelaksanaan fasilitasi administrasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) penegak Peraturan Daerah di Kabupaten Lampung Tengah
e. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) penegak Perda di Kabupaten
Lampung Tengah
f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan supervisi pelaksanaan
kewenangan PPNS penegak Perda di Kabupaten Lampung Tengah
g. Pelaksanaan kegiatan penindakan preventif non-yustisial terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah
h. Pelaksanaan teknis penerimaan laporan pengaduan masyarakat terkait
pelanggaran Peraturan Daerah
i. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan pengawasan
j. Pelaksanaan teknis penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati
k. Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
l. Pelaksanaan kebijakan teknis pemberian sanksi/penindakan hukum
terhadap orang dan badan hukum yang melakukan pelanggaran
Peraturan Daerah serta menyiapkan administrasi penuntutan
m. Pelaksanaan monitoring pelaksanaan kegiatan advokasi dan pelaporan
n. Penyusunan prosedur dan teknis operasional lapangan berdasarkan
ketentuan Perundang-undangan
o. Pengarahan, pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat dan badan
hukum
p. Peningkatan kemampuan personil terhadap proses penyelidikan dan
penyidikan
q. Pelaksanan tugas lain yang di berikan oleh pimpinan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 18

menjelaskan:

(1) Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan dipimpin oleh Kepala


Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang.
(2) Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tugas melakukan pembinaan, pengawasan
dan penyuluhan terhadap pegawai negeri sipil, masyarakat dan badan
hukum dalam upaya penegakan peraturan daerah.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 19

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat


(2), Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan menyelenggarakan
fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi pembinaan terhadap pegawai, masyarakat dan
badan hukum dalam rangka upaya peningkatan kepatuhan terhadap
peraturan daerah
b. Penyusunan rencana kerja pembinaan, pengawasan dan penyuluhan
serta kode etik profesi Satuan Polisi Pamong Praja
c. Pemantauan pelaksanaan peraturan daerah, peraturan bupati dan
produk hukum daerah lainnya
d. Penyuluhan secara berkala dalam usaha peningkatan kepatuhan
masyarakat, badan hukum dan pegawai terhadap peraturan daerah
e. Pengumpulan dan pengolahan data serta informasi yang berhubungan
dengan penegakan peraturan daerah
f. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam
memenuhi kebutuhan pembinaan, pengawasan dan penyuluhan
g. Penyusunan laporan kegiatan Seksi Pembinaan, Pengawasan dan
Penyuluhan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 20

menjelaskan:
(1) Seksi Penegakan dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(2) Seksi Penegakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas menyelenggarakan kesekretariatan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) dan penegakan pelanggaran peraturan daerah, peraturan
Bupati dan produk hukum daerah lainnya serta gangguan ketentraman
dan ketertiban umum.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 21

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat


(2), Seksi Penegakan menyelenggarakan fungsi:
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta informasi yang berhubungan
dengan bidang penegakan peraturan daerah
b. Pelaksanaan inventarisir dan kompulasi data Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) Kabupaten Lampung Tengah
c. Pembagian tugas kesekretariatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS)
d. Pelaksanaan menindak lanjuti laporan atau pengaduan dari perorangan
dan atau badan hukum berkaitan dengan dugaan pelanggaran
Perundang-undangan sesuai dengan kewenangan
e. Penyiapan bahan perumusan pola tindak dalam penanganan laporan
atau pengaduan
f. Pelaksanaan penyelidikan dan pengumpulan informasi atas laporan
dan pengaduan yang masuk
g. Pengkoordinasikan dengan aparat penegak hukum dalam penganan
sengketa- sengketa yang penyeleseainnya melalui lintas sektor
h. Penyediaan personil bagi penunjang pemeriksaan pelaku pelanggaran
peraturan Perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya
i. Penyusunan laporan kegiatan Seksi Penegakan
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 22

menjelaskan:

(1) Seksi Penyelidikan dan Penyidikan dipimpin oleh Kepala Seksi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang.
(2) Seksi Penyelidikan dan Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas melakukan penyelidikan dan penyidikan indikasi
pelanggaran peraturan daerah, peraturan bupati dan produk hukum
daerah lainnya serta gangguan ketentraman dan ketertiban umum.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 23

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat


(2), Seksi Penyelidikan dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja dan anggaran serta teknis dan jadwal
kegiatan Seksi Penyelidikan dan Penyidikan
b. Penyelenggaraan penerimaan laporan dari petugas atau warga
masyarakat terkait indikasi pelanggaran peraturan daerah
c. Pelaksanaan kegiatan penyelidikan dan penyidikan untuk
menindaklanjuti laporan indikasi pelanggaran peraturan
daerah/peraturan kepala daerah
d. Pelaksanaan kegiatan preventif non-yustisi terhadap pelanggaran
peraturan daerah/peraturan kepala daerah
e. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan
anggota Polisi Pamong Praja terhadap proses penyelidikan dan
penyidikan
f. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dalam
rangka tugas penyelidikan dan penyidikan atas pelanggaran peraturan
daerah dan peraturan pelaksanaanya
g. Penyiapan bahan bagi PPNS dalam rangka penyelidikan dan
penyidikan
h. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Penyelidikan dan
Penyidikan
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 24

menjelaskan:

(1) Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat dipimpin


oleh Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Kepala Satuan
(2) Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas merencanakan dan
melaksanakan operasional kegiatan pencapaian ketertiban umum,
ketentraman masyarakat, pembinaan disiplin pegawai negeri sipil dan
personil Satuan Polisi Pamong Praja serta pelaksanaan kerja sama
antar lembaga.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 25

menjelaskan:
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(2), Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat lingkup kabupaten
b. Pengkoordinasian pelaksanaan urusan-urusan pengendalian
operasional dan pengusulan personil yang akan diperbantukan pada
tugas lain
c. Penyusunan rencana kerja dalam rangka pengamanan untuk
pencapaian ketertiban dan ketentraman masyarakat
d. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi program dengan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, lembaga-lembaga instansi vertikal
maupun horizontal dalam upaya pemenuhan ketertiban dan
ketentraman masyarakat
e. Pembinaan disiplin pegawai negeri sipil dan personil Satuan Polisi
Pamong Praja
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 26

menjelaskan:

(1) Seksi Operasi dan Pengendalian dipimpin oleh Kepala Seksi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang.
(2) Seksi Operasi dan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas melaksanakan penanganan, penanggulangan dan
pencegahan terhadap gangguan ketertiban dan keamanan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 27

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat


(2), Seksi Operasi dan Pengendalian menyelenggarakan fungsi:
a. Pengumpulan dan pengolahan data serta informasi yang berhubungan
dengan bidang ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan dalam rangka memelihara ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat yang berkaitan dengan upaya
prepentif
c. Pelaksanaan dan penyiapan bahan dalam rangka membantu bidang
penegakan peraturan daerah dalam memantau kelancaran dan
pengamanan pelaksanaan peraturan daerah, peraturan Bupati dan
produk hukum daerah lainnya
d. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pengamanan terhadap pejabat dan
aset daerah
e. Pelaksanaan dan penyiapan bahan merumuskan pedoman prosedur
tetap organisasi Satuan Polisi Pamong Praja
f. Pelaksanakan dan penyiapan bahan prosedur tetap operasional
pelaksanaan penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa
g. Pelaksanaan dan penyiapan bahan perumusan prosedur operasional
penyeleseian kasus pelanggaran ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat dan peraturan perundang-undangan
h. Pelaksanaan dan penyiapan laporan kegiatan Seksi Operasional dan
Pengendalian
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 28

menjelaskan:

(1) Seksi Patroli dan Pengawalan dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(2) Seksi Patroli dan Pengawalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan, pengawasan daerah
objek vital dan Pengawalan terhadap pejabat daerah dan tamu VIP.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 29

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat


(2), Seksi Patroli dan Pengawalan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan dan penyiapan bahan program dalam rangka pengawasan
obyek vital Pemerintah Provinsi Lampung
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan prosedur pengamanan Pejabat
Daerah dan tamu VIP
c. Pelaksanaan dan pengkoordinir patroli dalam menciptakan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat
d. Pelaksanaan dan penyiapan laporan Kegiatan Seksi Patroli dan
Pengawalan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 30

menjelaskan:

(1) Seksi Kerjasama dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam


melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(2) Seksi Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkornisasi baik secara
vertikal maupun horizontal dengan memperhatikan hierarki birokrasi
dan kode etik profesi.
(3)
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 31

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat


(2), Seksi Kerjasama menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan dalam rangka peyusunan pedoman, pembinaan,
koordinasidan konsultasi serta kerjasama pengamanan dengan intansi
terkait
b. Penyiapan bahan dalam rangka peyusunan pedoman pelaksanaan
kerjasama dengan instansi terkait dalam penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat
c. Penyiapan bahan fasilitas yang berkaitan dengan kerjasama dalam
rangka peyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyrakat
d. Pelaksanaan kegiatan upacara baik yang melibatkan lintas instansi
maupun upacara pernikahan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan upacara
kematian pejabat dan mantan pejabat
e. Penyiapan laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Kerjasama
f. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh atasan. Bagian Kelima

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 32

menjelaskan:

(1) Bidang Sumber Daya Aparatur dipimpin oleh Kepala Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
(2) Bidang Sumber Daya Aparatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Satuan dibidang
pelatihan dasar dan teknis fungsional meliputi perencanaan kebutuhan
dan pengembangan kemampuaan sumber daya aparatur.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 33

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat


(2), Bidang Sumber Daya Aparatur menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja dalam rangka pelaksanaan program dan
kegiatan Bidang Sumberdaya Aparatur berdasarkan program kerja
yang telah ditetapkan Kepala Satuan
b. Perencanaan dan pengawasan kegiatan pelaksanaan teknis Jabatan
Fungsional Polisi Pamong Praja
c. Perencanaan dan penyusunan konsep kegiatan pemeliharaan dan
peningkatan disiplin aparatur
d. Perencanaan, pengaturan dan pengawasan penyusunan rencana
pengadaan dan Pemeliharaan sarana prasarana terkait dengan peralatan
teknis operasi lapangan
e. Perencanaan pengaturan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan diklat
dasar, diklat teknis, bimbingan teknis dan kegiatan peningkatan
kemampuan personil baik berupa fisik maupun non fisik
f. Pengkoordinasian pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 34

menjelaskan:

(1) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia dipimpin oleh Kepala


Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang.
(2) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Sumber
Daya Aparatur dalam meningkatkan kwalitas dan kwantitas aparatur.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 35

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat


(2), Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan
fungsi:
a. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusunan Rencana Kerja
Pelatihan, Pendidikan dan Pengembangan
b. Penyiapan bahan pelatihan, pendidikan dan pengembangan
c. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusunan kebijakan, Pedoman
dan petunjuk teknis Pelatihan, Pendidikan dan Pengembangan
d. Pelaksanaan dan penyiapan bahan laporan kegiatan Seksi
Pengembangan Sumber Daya Manusia
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 36

menjelaskan:

(1) Seksi Pelatihan dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(2) Seksi Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Sumber Daya Aparatur dalam
meningkatkan kemampuan dan keahlian aparatur.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 37

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat


(2), Seksi Pelatihan menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja pelatihan
dasar
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pendidikan dasar/diklat kepada
aparatur Satuan Polisi Pamong Praja
c. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusun kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis pelatihan
d. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pembinaan fisik, mental dan
spiritual personal Satuan Polisi Pamong Praja
e. Pelaksanaan dan penyiapan bahan laporan kegiatan Seksi Pelatihan
Dasar
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 38

menjelaskan:

(1) Seksi Teknis Fungsional dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
(2) Seksi Teknis Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas merencanakan kegiatan dan melaksanakan kebijakan
dalam rangka peningkatan kemampuan Polisi Pamong Praja (Pol PP)
melalui pelatihan teknis fungsional.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 39

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat


(2), Seksi Teknis Fungsional menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan Pol
PP melalui pelatihan teknis fungsional
b. Penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan kerjasama dengan intansi
terkait dalam peningkatan kemampuan Polisi Pamong Praja Pol PP
melalui pelatihan- pelatihan teknis fungsional
c. Penyusunan rencana kegiatan terkait dengan pelatihan teknis
fungsional
d. Penyiapan laporan pelaksanaan kegiatan Seksi Teknis Fungsional
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 40

menjelaskan:

(1) Bidang Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Bidang yang


dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
(2) Bidang Perlindungan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
dalam penyiapan dan pengolahan data, perumusan kebijakan fasilitasi
pelaksanaan kesiagaan dan penanggulangan dalam menghadapi
gangguan, ancaman, perlindungan masyarakat, bahaya dan bencana
serta membina potensi masyarakat.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 41

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat


(2), Bidang Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a. Pengumpulan dan pengolah data serta informasi dalam rangka
pelaksanaa perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman,
keselamatan dan ketertiban.
b. Pengkoordinasi pelaksanaan perencanaan dan perlindungan
masyarakat
c. Penjabaran system perlindungan masyarakat dan ketahanan sipil dalam
rangka sishankamrata
d. Pengembangan dan penjabaran kebijakan standarisasi dan pedoman,
kesiapsagaan, penyelamatan, rehabilitasi, rekontruksi dalam rangka
perlindungan masyarakat
e. Penjabaran kebijakan standarisasi dan pedoman peningkatan
kemampuan, pengarahan dan pembinaan satuan perlindungan
masyarakat
f. Pengkajian dan pengevaluasi data dan informasi dalam rangka
pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman,
keselamatan dan ketertiban
g. Pengkoordinasian pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan
bencana kebakaran
h. Penganalisaan data dan informasi dalam rangka perumusan kebijakan,
fasilitasi dan komunikasi pelaksanaan peningkatan sumber daya
manusia satuan perlindungan masyarakat
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 42

menjelaskan:

(1) Seksi Satuan Perlindungan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Seksi


yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang.
(2) Seksi Satuan Perlindungan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan bahan
kebijakan teknis, koordinasi, fasilitasi dan pembinaan teknis
pelaksanaan dan pengembangan perlindungan masyarakat.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 43

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat


(2), Seksi Satuan Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan dan penyiapan bahan perencanaan program kegiatan
bidang perlindungan dan ketahanan masyarakat
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
perlindungan dan ketahanan masyarakat
c. Pelaksanaan dan penghimpunan data perlindungan masyarakat,
perlawanan rakyat dan keamanan rakyat serta tingkat kriminalitas
d. Pelaksankan dan penyiapan bahan dalam rangka perencanaan dan
pelaksanaan pengadaan sarana dan fasilitas personil perlindungan
masyarakat
e. Pelaksanaan dan penyiapan laporan kegiatan Seksi Satuan
Perlindungan Masyarakat
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 44

menjelaskan:

(1) Seksi Bina Potensi Masyarakat dipimpin oleh Kepala Seksi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang.
(2) Seksi Bina Potensi Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat
untuk merumuskan dan menyusun kurikulum program latihan dalam
menggali potensi masyarakat.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 45

menjelaskan:
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat
(2), Seksi Bina Potensi Masyarakat menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan dan penyiapan bahan perumusan dan penyusun kurikulum
program latihan perlindungan kepada masyarakat
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja Seksi
Bina Potensi Masyarakat
c. Pelaksanaan dan penyiapan bahan dalam rangka menginventaris dan
menyelenggarakan pelatihan bagi anggota Satuan Linmas
d. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pemelihara data dan arsip tentang
satuan Linmas dan potensi linmas di masyarakat
e. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pelaksanaan sosialisasi keamanan
lingkungan dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat dalam
keamanan lingkungan
f. Pelaksanaan dan penyiapan bahan pengupayaan aktifnya kembali
Hansip desa
g. Pelaksanaan dan penyiapan laporan kegiatan Seksi Bina Potensi
Masyarakat
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 46

menjelaskan:

(1) Seksi Monitoring dan Evaluasi dipimpin oleh Kepala Seksi yang
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang.
(2) Seksi Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat
untuk merumuskan dan menyusun kurikulum program latihan dalam
menggali potensi masyarakat.

Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017, Pasal 47

menjelaskan:

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat


(2), Seksi Monitoring dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan dan menyiapkan bahan perencanaan program monitoring
dan evaluasi
b. Pelaksanaan dan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja
c. Pelaksanaan dan penyiapan bahan dalam rangka inventarisasi data dan
informasi, evaluasi kelinmasan
d. Pelaksanaan dan penyiapan rencana pengolahan data dan informasi
e. Pelaksanaan dan penyiapan laporan kegiatan Seksi Monitoring dan
Evaluasi
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
4.1.4 Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung
Tengah

Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 50 Tahun 2017

tentang Rincian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Satuan Polisi Pamong Praja

dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Identitas Informan

Dalam penelitian ini yang dimaksud informan adalah nara sumber yang

dianggap mengetahui tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Untuk

lebih jelasnya mengenai identitas informan penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 2. Identitas Informan

No Nama Umur Keterangan


1 Mas Yusada, SE.,MM 56 Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja
2 Prawito, SE., MM 54 Kepala Bidang Ketertiban Umum
3 Fauzi Syarif 47 Kasi Operasional dan Pengendalian
4 Andika Pratama 28 Pegawai Polisi Pamong Praja
5 Ipda Bayu Ogora S, S.Pi 35 Anggota Polisi regu pengawalan
6 Bripka Esha 27 Anggota Polisi regu pengawalan
Sumber: Hasil Penelitian

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa orang

informan, maka untuk mengetahui strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan

Polres Lampung Tengah dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum

Polsek Terbanggi Besar, dikemukakan petikan wawancara sebagai berikut:


1. Corporate strategy (strategi organisasi)

Adapun pertanyaan mengenai Corporate strategy (strategi organisasi),

yaitu melokalisir dan memelihara cara yang aman dalam bidang lalu lintas yang

relatif stabil adalah sebagai berikut:

a. Menurut saudara bagaimana strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

dalam melokalisir dan memelihara cara yang aman dalam bidang lalu lintas

agar kecelakaan lalu lintas dapat diminimalkan?

b. Strategi apa yang digunakan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah agar lalu

lintas relatif stabil untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas?

c. Apakah strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam melokalisir

untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas berjalan lancar?

Berdasarkan pertanyaan mengenai penilaian atas perencanaan di atas,

maka penulis membuat jawaban informan dalam bentuk narasi sebagai berikut:

Petikan hasil wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Mas Yusada,

SE.,MM, sebagai Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Strategi Sat Pol PP dengan melakukan sosialisasi mengenai aturan lalu


lintas dan Sat Pol PP bekerjasama dengan Polres Lampung Tengah untuk
menjaga perempatan-perempatan yang padat dan rawan kecelakaan lalu
lintas untuk melokalisir dan memelihara bidang lalu lintas agar kecelakaan
lalu lintas dapat diminimalkan. Strategi yang digunakan Sat Pol PP dan
Polres Lampung Tengah dengan menjaga perempatan-perempatan yang
padat dan ramai arus lalu lintas untuk meminimalisir kecelakaan lalu
lintas. Sejauh ini strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
melokalisir untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas cukup berjalan
lancar dan kecelakaan lalu lintas dapat ditekan”. (Wawancara tanggal 5
Februari 2021)
Hasil petikan wawancara yang hampir serupa juga dikemukakan oleh

Prawito, SE., MM, sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban

Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

mengatakan sebagai berikut:

”Sebetulnya tugas dari pengamanan adalah wewenang Polres Lampung


Tengah, hanya saja kami dengan Polres Lampung Tengah ada kerjasama
dalam pengamanan lalulinta, inti dari kerjasama itu adalah untuk
meminimalisis kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan beberapa
orang anggota untuk membantu dalam diminimalkan kecelakaan di jalan
raya. Strategi Sat Pol PP dengan menempatkan personel di titik-titik yang
macet agar lalu lintas lancar dan dapat meminimalisir kecelakaan lalu
lintas. Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dengan
menempatkan personelnya pada daerah yang ramai dan rawan kecelakaan
untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas agar aarus lalu lintas dapat
berjalan lancar”. (Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Petikan wawancara yang senada juga dikemukakan oleh Fauzi Syarif,

sebagai Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam melokalisir dan
memelihara cara yang aman dengan melakukan pengamanan lalu lintas
setiap harinya. Dengan menjaga titik-titik rawan kecelakaan lalu lintas dan
mengatur perlintasan lalu lintas agar lalu lintas relatif stabil untuk
meminimalisir kecelakaan lalu lintas. Dengan cara melakukan pengaturan
lalu lintas dengan buka tutup jalur lalu lintas agas lalu lintas berjalan
lancar”. (Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Selanjutnya petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Andika

Pratama, sebagai pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam melokalisir


silakukan dengan melakukan penjagaan dan mengatur arus lalu lintas agar
arus lalu lintas menjadi lancar dan kecelakaan lalu lintas dapat
diminimalkan. Strateginya yaitu kita melakukan pengaturan lalu lintas
siperaimpangan jalan supaya arus lalu lintas stabil sehingga dapat
meminimalisir kecelakaan lalu lintas. Kita dalam melokalisir untuk
meminimalisir kecelakaan lalu lintas supaya berjalan lancar biasanya kita
lakukan buka tutup lajur jalan sehingga kemacetan bisa diurai”.
(Wawancara tanggal 8 Februari 2021)

Kemudian petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Ipda Bayu

Ogora S, Psi, sebagai anggota Polisi Regu Patroli Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Selama ini strategi yang sudah dilakukan Polres Lampung Tengah untuk
meminimalisir kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan personel pada
titik rawan kecelakaan lalu lintas dan rawan kemacetan baik pada jam
rawan pagi maupun rawan sore dan melakukan patroli rutin ke daerah
rawan, karena salah satu penyebab kemacetan adalah pelanggaran lalu
lintas dan melakukan survei pada sport yang rawan kecelakaan lalu lintas
dan menghimbau pengguna jalan agar berhati-hari dalam berkendaraan.
Kalau di kepolisian dalam hal ini unit lalu lintas kita akan menempatkan
personel dan melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan
kecelakaan lalu lintas. Strategi yang Polres Lampung Tengah
meminimalisir kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan personel pada
titik rawan agar aarus lalu lintas berjalan lancar”. (Wawancara tanggal 14
Februari 2021)

Sedangkan petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Bripka

Esha, sebagai anggota Polisi Regu Pengawalan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Kerjasama kita dengan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
untuk minimalisir kecelakaan lalu lintas dan kemacetan dan laka lantas
selama ini telah berjalan dengan Get Strong Point maju bersama pada titik-
titik pelanggaran dan rawan kemacetan mulai dari Demang Sepulau Raya
sampai Terbanggi Besar. Strategi kita kalaupun terjadi kemacetan anggota
selalu siap dan kita sebara dititik-titik rawan kemacetan dan kita lakukan
rekayasa lalu lintas. Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah
dalam melokalisir untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas agar
berjalan lancar adalah dengan merekayasa lalu lintas dengan memberikan
jalan aternatif”. (Wawancara tanggal 14 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,
maka dapat diketahui bahwa kerjasama Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres

Lampung Tengah dalam untuk minimalisir kecelakaan lalu lintas dan kemacetan

dan laka lantas selama ini telah berjalan dengan Get Strong Point maju bersama

pada titik-titik pelanggaran dan rawan kemacetan mulai dari Demang Sepulau

Raya sampai Terbanggi Besar dengan menempatkan personel pada titik rawan

kecelakaan lalu lintas dan rawan kemacetan baik pada jam rawan pagi maupun

rawan sore dan melakukan patroli rutin ke daerah rawan, karena salah satu

penyebab kemacetan adalah pelanggaran lalu lintas dan melakukan survei pada

sport yang rawan kecelakaan lalu lintas dan menghimbau pengguna jalan agar

berhati-hari dalam berkendaraan. Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres

Lampung Tengah unit lalu lintas akan menempatkan personel dan melakukan

pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan kecelakaan lalu lintas. Strategi

yang Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah dalam

meminimalisir kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan personel pada titik

rawan agar aarus lalu lintas berjalan lancar.

2. Program strategy (strategi program)

Adapun pertanyaan mengenai Program strategy (strategi program), yaitu

mengeksploitasi dan inovasi lalu lintas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam

mengeksploitasi keamanan lalu lintas?

b. Bagaimana Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas

apabila terjadi kemacetan atau ada kegiatan pengawalan pejabat?


c. Apakah strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu

lintas saat terjadi kemacetan atau ada kegiatan pengawalan pejabat tidak

terjadi kemacetan yang panjang?

Berdasarkan pertanyaan mengenai penilaian atas perencanaan di atas,

maka penulis membuat jawaban informan dalam bentuk narasi sebagai berikut:

Petikan hasil wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Mas Yusada,

SE.,MM, sebagai Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam mengeksploitasi


keamanan lalu lintas dengan menempatkan personelnya di perempatan-
perempatan terutama yang tidak ada lampu merahnya yang kita atur agar
tidak terjadi kemacetan. Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
inovasi lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan pada kegiatan pengawalan
pejabat kita akan mengalihkan arus lalu lintas ke jalan aternatif.
Inovasinya tentunya kita pelajari akan kemana pejabat itu dan jalan-jalan
mana saja yang rawan kemacetan agar kegiatan pengawalan pejabat tidak
terjadi kemacetan yang panjang”. (Wawancara tanggal 5 Februari 2021)

Hasil petikan wawancara yang hampir serupa juga dikemukakan oleh

Prawito, SE., MM, sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban

Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

mengatakan sebagai berikut:

”Keamanan lalu lintas itu sekarang ini memang cukup padat walaupun
sudah ada tol, sehingga strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah
adalah menempatkan persenol ditempat-tempat yang rawan kecelakaan
lalu lintas. Kalau ada pengawalan penjabat kita utamakan dulu kendaraan
penjabat, sedangkan kendaraan lain kita alihkan ke jalan laian, dan
kalaupun masih macet maka kita akan menghentikan saju jalur agar
kendaraan pejabat berjalan lancar. Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung
Tengah dalam inovasi lalu lintas saat terjadi kemacetan atau ada kegiatan
pengawalan pejabat dengan mengalihkan kendraan ke jalan aternatif agar
tidak terjadi kemacetan yang panjang”. (Wawancara tanggal 7 Februari
2021)
Petikan wawancara yang senada juga dikemukakan oleh Fauzi Syarif,

sebagai Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam mengeksploitasi


keamanan lalu lintas dengan memanfaatkan jalan alternatif untuk
memecah alus lalu lintas. Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah akan
mengurai lalu lintas ke jalan alternatif sehingga tidak ada kemacetan dan
kegiatan pengawalan pejabat berjalan lancar. Strategi Sat Pol PP dan
Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat terjadi kemacetan
bisa dengan membuka tutut satu jalun dan mengalihkan kendaraan ke jalur
alternatif untuk menghindari terjadinya kemacetan yang panjang.
(Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Selanjutnya petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Andika

Pratama, sebagai pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Strategi dalam mengeksploitasi keamanan lalu lintas kita lakukan dengan


menyisir jalur yang akan dilewati supaya lancar. Kita dalam inovasi lalu
lintas terjadi kemacetan pada kegiatan pengawalan pejabat, kita akan
menstop jalan dan kita alihkan kejalan yang lain. Ya, strateginya kita
bekerjasama dan melakukan komunikasi antara Sat Pol PP dan Polres
Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat terjadi kemacetan sehingga
dalam kegiatan pengawalan pejabat tidak terjadi kemacetan yang
panjang”. (Wawancara tanggal 8 Februari 2021)

Kemudian petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Ipda Bayu

Ogora S, Psi, sebagai anggota Polisi Regu Patroli Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Kalau di kepolisian dalam hal ini bidang lalu lintas ada pengawasan yang
namanya pengawasan melekat pada personel yang ditempatkan pada titik-
titik rawan dan selalu kita awasi agar berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas apabila
terjadi kemacetan pada kegiatan pengawalan pejabat kita akan mengurai
arus lalu lintas ke jalan alternatif. Yang jelas pertama kita siapkan 91
pengawalan pasti ada stu mobil yang kita siapkan untuk mengawal iring-
iringan pejabat yang cukup panjang, yang kedua kita siapkan personil pada
titik-titik persimpangan yang kira-kira bakal terjadi cros dan itu pasti
terjadi kemacetan”. (Wawancara tanggal 14 Februari 2021)

Sedangkan petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Bripka

Esha, sebagai anggota Polisi Regu Pengawalan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

”Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam mengeksploitasi


keamanan lalu lintas dengan memahami titik-titik mana saja yang rawan
akan kemacetan lalu lintas. Kalau untuk kegiatan kemacetan dalam
rangkan kegiatan pejabat kita selalu berkoordinasi dengan tim pengawalan
melalui pesawat HT bahawa di kilo meter sekian ada kecelakaan lalu lintas
atau rawan macet sehingga kita bisa memecah arus sehingga kegiatan
pengawalan pejabat dapat berjalan lancar. Strategi Sat Pol PP dan Polres
Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat terjadi kemacetan saat ada
kegiatan pengawalan pejabat dilakukan upaya rekayasa lalu lintas agar
tidak terjadi kemacetan yang panjang”. (Wawancara tanggal 14 Februari
2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

dalam mengeksploitasi keamanan lalu lintas dengan memahami titik-titik mana

saja yang rawan akan kemacetan lalu lintas harus dilakukan pengawasan secara

melekat. Strategi untuk kegiatan kemacetan dalam rangkan kegiatan pejabat selalu

berkoordinasi dengan tim pengawalan melalui pesawat HT bahawa di kilo meter

sekian ada kecelakaan lalu lintas atau rawan macet sehingga kita bisa memecah

arus sehingga kegiatan pengawalan pejabat dapat berjalan lancar. Strategi Sat Pol

PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat terjadi kemacetan

saat ada kegiatan pengawalan pejabat dilakukan upaya rekayasa lalu lintas agar

tidak terjadi kemacetan yang panjang pada jalan yang dilewati oleh pejabat.
3. Resources support strategy (strategi pendukung sumber daya)

Adapun pertanyaan mengenai Resources support strategy (strategi

pendukung sumber daya), yaitu mencari fleksibilitas maupun stabilitas lalu lintas

adalah sebagai berikut:

a. Apakah Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah bersikap fleksibel dalam

mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar?

b. Strategi apa yang diterapkan oleh Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

agar kondisi lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar tetap stabil?

c. Apakah strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah di

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar dalam menciptakan stabilitas lalu

lintas berjalan dengan baik dan tiak ada kendala?

Berdasarkan pertanyaan mengenai penilaian atas perencanaan di atas,

maka penulis membuat jawaban informan dalam bentuk narasi sebagai berikut:

Petikan hasil wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Mas Yusada,

SE.,MM, sebagai Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Ya, betul fleksibel karena fungsi kita hanya membantu dalam


mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar agar
berjalan lancar. Strategi selalu membe rikan arahan kepada pengguna jalan
dan menempatkan anggota Sat Pol PP pada jam-jam padat. Sejauh ini
strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
menciptakan stabilitas lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi
Besar berjalan dengan baik dan tidak ada kendala” (Wawancara tanggal 5
Februari 2021)

Hasil petikan wawancara yang hampir serupa juga dikemukakan oleh

Prawito, SE., MM, sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban
Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

mengatakan sebagai berikut:

“Betul, jadi kita fleksibel jadi kalau yang prinsip Polres Lampung Tengah
yang mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar.
Kita mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif agar kondisi lalu
lintas bisa berjalan lancar dan tetap stabil. Strategi yang diterapkan dengan
menerapkan personel pada titik-titik rawan agar lalu lintas berjalan dengan
baik dan tidak ada kendala bagi pengguna jalan”. (Wawancara tanggal 7
Februari 2021)

Petikan wawancara yang senada juga dikemukakan oleh Fauzi Syarif,

sebagai Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Ya, kami harus bersikap fleksibel dalam mengamankan lalu lintas di


wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar. Tetap melakukan pengamanan
lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar agar tetap stabil.
Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dalam menciptakan stabilitas lalu
lintas dengan menempatkan persobel dipersimpangan jalan untuk
mengatur dan menjaga arus lalu lintas agarberjalan dengan baik dan tidak
ada kendala”. (Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Selanjutnya petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Andika

Pratama, sebagai pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Ya, Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah selalu bersikap fleksibel
dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi
Besar. Strategi yang diterapkan agar kondisi lalu lintas di wilayah hukum
Polsek Terbanggi Besar tetap stabil dengan menjaga persimpangan jalan
yang ramai dan mengatur lalu lintas disana. Sejauh ini strategi yang
diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah di wilayah hukum
Polsek Terbanggi Besar dalam menciptakan stabilitas lalu lintas berjalan
dengan baik dan tiak ada kendala”. (Wawancara tanggal 8 Februari 2021)

Kemudian petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Ipda Bayu

Ogora S, Psi, sebagai anggota Polisi Regu Patroli Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:


“Kalau dalam pengaturan lalu lintas kita harus bersikap fleksibel kita liat
insentitas jumlah kendaraan yang lewat, kita liat juga jarak aman
kendaraan pada saat kita memberhentikan atau memperlambat kendaraan,
kita juga liat ramai atau tidak lalu lintas, tapi waktu kita harus menegakkan
hukum aturan lalu lintas dijalan kita tetap berpedoman pada aturan. Yang
jelas pengawasan melekat tetap dilakukan kepada personel yang kita
tempatkan sesuai perintah pimpinan. Yang jelas tetap dilakukan
pengawasan sebagaimana diperintahkan oleh Kapolres agar usaha dalam
menciptakan stabilitas lalu lintas berjalan dengan baik dan tidak ada
kendala”. (Wawancara tanggal 14 Februari 2021)

Sedangkan petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Bripka

Esha, sebagai anggota Polisi Regu Pengawalan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Tentu kita bersikap fleksibel dalam mengamankan lalu lintas di wilayah


hukum Polsek Terbanggi Besar yang ada kemacetan. Strategi kita sesuai
dengan program Kapolri kita harus responsif apabila kejadian kita harus
segera merespon apabila ada kemacetan agar tidak berlangsung lama.
Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam
menciptakan stabilitas lalu lintas agar berjalan dengan baik dengan
melakukan penjagaan pada titik-titik rawan kemacetan”. (Wawancara
tanggal 14 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa dalam pengaturan lalu lintas Sat Pol PP dan Polres

Lampung Tengah harus bersikap fleksibel dan melihat insentitas jumlah

kendaraan yang lewat, melihat juga jarak aman kendaraan pada saat akan

memberhentikan atau memperlambat arus kendaraan, juga harus melihat ramai

atau tidak arus lalu lintas dan sewaktu menegakkan hukum aturan lalu lintas

dijalan sesuai berpedoman pada aturan. Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan

Polres Lampung Tengah dalam menciptakan stabilitas lalu lintas agar berjalan
dengan baik dan tidak ada kendala dengan melakukan pengawasan melekat

kepada personel yang ditempatkan sesuai perintah pimpinan.

4. Institusional strategy (strategi kelembagaan)

Adapun pertanyaan mengenai Institusional strategy (strategi

kelembagaan), yaitu mekanisme yang dapat digunakannya untuk menghadapi

perubahan lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah apabila saat

mengamankan lalu lintas kekurangan personel?

b. Strategi apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah untuk

menghadapi perubahan lingkungan jika ada kecelakaan lalu lintas sehingga

jalan macet dan kendaraan menumnpuk?

c. Strategi apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah untuk

menghadapi perubahan lingkungan saat ada kunjungan pejabat, namun terjadi

kecelakaan lalu lintas?

Berdasarkan pertanyaan mengenai penilaian atas perencanaan di atas,

maka penulis membuat jawaban informan dalam bentuk narasi sebagai berikut:

Petikan hasil wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Mas Yusada,

SE.,MM, sebagai Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Apabila kekurangan personel maka kita akan menarik anggota kita yang
berada ditempat lain untuk menutupi kekukarangan tersebut untuk
mengamankan lalu lintas. Strategi yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres
Lampung Tengah untuk menghadapi perubahan lingkungan kalau ada
kecelakaan lalu lintas agar jalan tidak macet dan kendaraan menumpuk
kita akan mengalihkan ke jalan ataernatif. Strategi yang dilakukan Sat Pol
PP dan Polres Lampung Tengah untuk menghadapi perubahan lingkungan
saat ada kunjungan pejabat apabila ada kecelakaan kita segera melakukan
evakuasi kecelakaan lalu lintas dan melakukan rekayasa lalu lintas agar
jalan kembali normal”. (Wawancara tanggal 5 Februari 2021)

Hasil petikan wawancara yang hampir serupa juga dikemukakan oleh

Prawito, SE., MM, sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketertiban

Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

mengatakan sebagai berikut:

“Untuk kekurangan personil kita akan meminta bantuan dari Dinas


Perhubungan, karena mereka juga ada kepentingan pada pengaturan jalan.
Strategi yang dilakukan untuk menghadapi perubahan lingkungan jika ada
kecelakaan lalu lintas kita dengan Polres Lampung Tengah akan mengurai
kendaraan ke jalan yang lain agar yang dilalui pejabat tidak macet dan
kendaraan menumpuk. Sementara yang kita lakukan adalah mengamankan
yang kecelakaan dulu dan kendaraan yang bukan rombongan dari pejabat
kita alihkan ke jalan alternatif”. (Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Petikan wawancara yang senada juga dikemukakan oleh Fauzi Syarif,

sebagai Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Dengan menugaskan anggota Sat Pol PP yang ada di daerah lain untuk
diminta bantuannya dalam mengamankan lalu lintas untuk mengatasi
kekurangan personel. Strategi yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres
Lampung Tengah untuk menghadapi perubahan lingkungan dengan
melakukan pemindahan arus ke jalan alternatif sehingga arus lalu lintas
tidak macet dan kendaraan tidak menumpuk. Dengan memberikan
pengamanan terhadap tempat terjadinya kecelakaan dan melakukan
evakuasi korban sehingga kunjungan pejabat tidak terganggu dan lalu
lintas berjalan lancar”. (Wawancara tanggal 7 Februari 2021)

Selanjutnya petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Andika

Pratama, sebagai pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Kita apabila saat mengamankan lalu lintas kekurangan personel akan


meminta bantuan dari Dinas Perhubungan. Kita akan menyelamatkan yang
kecelakaan dulu dan membagi tugas kepada anggota yang lain untuk
mengatur lalu lintas sehingga jalan tidak macet dan kendaraan tidak
menumpuk. Tetap kita akan menolong yang kecelakaan dan anggota yang
lain terus melakukan pengawalan supaya kunjungan pejabat tetap berjalan
lancar meskipun terjadi kecelakaan lalu lintas”. (Wawancara tanggal 8
Februari 2021)

Kemudian petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Ipda Bayu

Ogora S, Psi, sebagai anggota Polisi Regu Patroli Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Kalau pada saat kegiatan ramai, kegiatan yang membutuhkan jumlah


personel yang besar, biasanya Polres mengeluarkan surat perintah kepada
Satker lain dilibatkan dalam pengamanan. Kalau ada kecelakaan yang jelas
personel harus segera mendatangi TKP lantas, apabila kendaraan
mengalami kecelakaan hurus segera kita evakuasi sehingga lalu lintas
tetap berjalan. Kita segera persiapkan jalur aternatif, sebelum pejabat
lewat,ada iring-iringan sehingga kalau ada kecelakaan pejabat bisa tetap
lewat dan kita kawal sampai tempat tujuan”. (Wawancara tanggal 14
Februari 2021)

Sedangkan petikan wawancara sebagaimana dikemukakan oleh Bripka

Esha, sebagai anggota Polisi Regu Pengawalan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

“Kalaupun kita dalam mengurai kemaacetan lalu lintas sudah cukup, tapi
ada kecelakaan saat mengamankan lalu lintas dan kekurangan personel
kita berkoordinasi dengan Kasat, baru akan diploting berapa personel yang
harus diterjunkan. Strategi untuk laka lantas kalaupun ada laka lantas kita
harus memberikan informasi kepada masyarakat dan mengamankan
korban dan membikin status guo artinta di TKP kalau bisa tidak tercampur
dengan masyarakat yang lainnya sehingga masih tetap steril jadi dengan
Sat Pol PP paling tidak bisa membantu di TKP. Strategi kita untuk
meminimalisir segala bentuk kemacetan dan kecelakaan lalu lintas bila ada
pejabat yang mau lewat kita sudah ada dititik-titik kemacetan bersama Sat
Pol PP sebelum pejabat lewat kita benar-benar sudah redi agar tidak ada
kendaraan yang menyerobot lewat atau kendaraan liar yang bisa
menimbulkan kemacetan”. (Wawancara tanggal 14 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,
maka dapat diketahui bahwa pada saat kegiatan ramai dan kegiatan yang

membutuhkan jumlah personel yang besar, biasanya Polres mengeluarkan surat

perintah kepada satuan kerja lain dilibatkan dalam pengamanan. Apabila ada

kecelakaan personel Sat Pol PP dan Unit Lalu Lintas Polres Lampung Tengah

harus segera mendatangi TKP lantas, apabila kendaraan mengalami kecelakaan

hurus segera dievakuasi sehingga lalu lintas tetap berjalan. Sat Pol PP dan Unit

Lalu Lintas Polres Lampung Tengah segera persiapkan jalur aternatif, sebelum

pejabat lewat, ada iring-iringan sehingga kalau ada kecelakaan pejabat bisa tetap

lewat dan kita kawal sampai tempat tujuan.

4.3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa

informan mengenai strategi Satuan Polisi Pamong Praja dengan Polres Lampung

Tengah dalam mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi

Besar, maka dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut:

1. Corporate strategy (strategi organisasi)

Menurut Kooten dalam Salusu (2016:104) disebutkan: “Jenis-jenis strategi

diantaranya corporate strategy (strategi organisasi)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa kerjasama Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres

Lampung Tengah dalam untuk minimalisir kecelakaan lalu lintas dan kemacetan

dan laka lantas selama ini telah berjalan dengan Get Strong Point maju bersama
pada titik-titik pelanggaran dan rawan kemacetan mulai dari Demang Sepulau

Raya sampai Terbanggi Besar dengan menempatkan personel pada titik rawan

kecelakaan lalu lintas dan rawan kemacetan baik pada jam rawan pagi maupun

rawan sore dan melakukan patroli rutin ke daerah rawan, karena salah satu

penyebab kemacetan adalah pelanggaran lalu lintas dan melakukan survei pada

sport yang rawan kecelakaan lalu lintas dan menghimbau pengguna jalan agar

berhati-hari dalam berkendaraan. Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres

Lampung Tengah unit lalu lintas akan menempatkan personel dan melakukan

pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan kecelakaan lalu lintas. Strategi

yang Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah dalam

meminimalisir kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan personel pada titik

rawan agar arus lalu lintas berjalan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan di Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, maka dapat diketahui bahwa kerjasama Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung

Tengah dalam untuk minimalisir kecelakaan lalu lintas dan kemacetan serta

Kecelakaan laka lantas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar Kabupaten

Lampung Tengah, telah berjalan dengan mengadakan kegiatan Get Strong Point

maju bersama antara Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah pada titik-titik pelanggaran dan

rawan kemacetan mulai dari depan Rumah Sakit Demang Sepulau Raya sampai

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar dengan menempatkan personel Satuan


Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota Polisi Regu Patroli

dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polses) Lampung Tengah pada titik rawan

kecelakaan lalu lintas dan rawan kemacetan, baik pada jam rawan lalu lintas di

pagi maupun jam rawan lalu lintas pada sore dan melakukan patroli rutin ke

daerah-daerah yang menjadi tempat rawan arus lalu lintas yang menjadi salah satu

penyebab kemacetan dan kecelakaan lalu lintas dan melakukan survei pada

tempat-tempat yang rawan kecelakaan lalu lintas dan memberikan himbauan

masyarakat yang menjadi pengguna jalan agar lebih berhati-hari dalam

berkendaraan dan tidak melaju dengan kecepatan tinggi. Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota Polisi Regu Patroli dan

Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah akan menempatkan

personelnya dan melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat yang rawan

kecelakaan lalu lintas. Strategi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung

Tengah dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah dalam meminimalisir

kecelakaan lalu lintas dengan menempatkan personelnya pada titik rawan

kecelakaan lalu lintas agar arus lalu lintas berjalan lancar dan tidak ada kendala.

2. Program strategy (strategi program)

Menurut Kooten dalam Salusu (2016:104) disebutkan: “Jenis-jenis strategi

diantaranya program strategy (strategi program)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah
dalam mengeksploitasi keamanan lalu lintas dengan memahami titik-titik mana

saja yang rawan akan kemacetan lalu lintas harus dilakukan pengawasan secara

melekat. Strategi untuk kegiatan kemacetan dalam rangkan kegiatan pejabat kita

selalu berkoordinasi dengan tim pengawalan melalui pesawat HT bahwa di kilo

meter sekian ada kecelakaan lalu lintas atau rawan macet sehingga kita bisa

memecah arus sehingga kegiatan pengawalan pejabat dapat berjalan lancar.

Strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat

terjadi kemacetan saat ada kegiatan pengawalan pejabat dilakukan upaya rekayasa

lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan yang panjang pada jalan yang dilewati oleh

pejabat.

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan di Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, maka dapat diketahui bahwa Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polses) Lampung Tengah

dalam mengeksploitasi keamanan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi

Besar Kabupaten Lampung Tengah dilakukan dengan memahami mana saja yang

menjadi titik-titik rawan kecelakaan lalu lintas dan akan menimbulkan kemacetan

arus lalu lintas, agar bisa dilakukan pengawasan secara melekat. Strategi Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah untuk mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas dalam rangkan

kegiatan pengawalan pejabat, dilakukan dengan selalu berkoordinasi dengan tim

pengawalan yang merupakan personel Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah melalui


pesawat Hendy Talky (HT) untuk mengetahui di kilo meter mana yang ada

kecelakaan lalu lintas atau rawan macet sehingga Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah

dapat segera memecah arus lalu lintas agar kegiatan pengawalan pejabat dapat

berjalan lancar. Strategi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas saat

terjadi kemacetan pada saat ada kegiatan pengawalan pejabat yang melewati

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah dilakukan

melalui upaya rekayasa lalu lintas dengan menggunakan jalan alternatif agar tidak

terjadi kemacetan lalu lintas yang panjang pada jalan yang dilewati oleh

rombongan pejabat yang melintasi wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah.

3. Resources support strategy (strategi pendukung sumber daya)

Menurut Kooten dalam Salusu (2016:104-105) disebutkan: “Jenis-jenis

strategi diantaranya resources support strategy (strategi pendukung sumber

daya)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa dalam pengaturan lalu lintas Sat Pol PP dan Polres

Lampung Tengah harus bersikap fleksibel dan melihat insentitas jumlah

kendaraan yang lewat, melihat juga jarak aman kendaraan pada saat akan

memberhentikan atau memperlambat arus kendaraan, juga harus melihat ramai


atau tidak arus lalu lintas dan sewaktu menegakkan hukum aturan lalu lintas

dijalan sesuai berpedoman pada aturan. Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan

Polres Lampung Tengah dalam menciptakan stabilitas lalu lintas agar berjalan

dengan baik dan tidak ada kendala dengan melakukan pengawasan melekat

kepada personel yang ditempatkan sesuai perintah pimpinan.

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan di Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, maka dapat diketahui bahwa dalam pengaturan lalu lintas di

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar, harus bersikap fleksibel dan melihat

insentitas jumlah kendaraan yang lewat di wilayah hukum Polsek Terbanggi

Besar, juga harus melihat jarak aman kendaraan yang melintas pada saat akan

memberhentikan atau memperlambat arus kendaraan, selain itu juga harus melihat

ramai atau tidak arus lalu lintas yang sedang terjadi dan sewaktu menegakkan

hukum aturan lalu lintas dijalan harus berpedoman kepada aturan yang berlaku.

Strategi yang diterapkan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

dan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah dalam menciptakan stabilitas

lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah agar berjalan dengan baik dan tidak ada kendala dilakukan dengan

melakukan pengawasan melekat kepada personel yang ditempatkan di wilayah

hukum Polsek Terbanggi Besar, sesuai perintah pimpinan baik dari Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah maupun Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah agar upaya mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah berjalan dengan baik.


4. Institusional strategy (strategi kelembagaan)

Menurut Kooten dalam Salusu (2016:104-105) disebutkan: “Jenis-jenis

strategi diantaranya institusional strategy (strategi kelembagaan)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan yang merupakan

pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan anggota

Polisi Regu Patroli dan Pengawalan Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah,

maka dapat diketahui bahwa pada saat kegiatan ramai dan kegiatan yang

membutuhkan jumlah personel yang besar, biasanya Polres mengeluarkan surat

perintah kepada satuan kerja lain dilibatkan dalam pengamanan. Apabila ada

kecelakaan personel Sat Pol PP dan Unit Lalu Lintas Polres Lampung Tengah

harus segera mendatangi TKP lantas, apabila kendaraan mengalami kecelakaan

hurus segera dievakuasi sehingga lalu lintas tetap berjalan. Sat Pol PP dan Unit

Lalu Lintas Polres Lampung Tengah segera persiapkan jalur aternatif, sebelum

pejabat lewat, ada iring-iringan sehingga kalau ada kecelakaan pejabat bisa tetap

lewat dan kita kawal sampai tempat tujuan.

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan di Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah, maka dapat diketahui bahwa pada saat kegiatan ramai dan

kegiatan yang membutuhkan jumlah personel yang besar, biasanya Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah akan meminta bantuan kepada Dinas

Perhubungan Kabupaten Lampung Tengah dan Kepala Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah mengeluarkan surat perintah kepada Satuan Kerja lain di

Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah untuk dilibatkan dalam kegiatan


pengamanan lalu lintas agar tidak mengalami kemacetan dan meminimalisir

kecelakaan lalu lintas. Apabila ada kecelakaan personel Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu Lintas Kepolisian Resort

(Polres) Lampung Tengah harus segera mendatangi Tempat Kejadian Perkara

(TKP) kecelakaan lalu lintas untuk menolong korban kecelakaan dan apabila

kendaraan bermotor mengalami kecelakaan lalu lintas, maka Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah harus segera melakukan dievakuasi sehingga arus lalu lintas

tetap dapat berjalan dengan lancar. Strategi yang diterapkan Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah apabila ada pengawalan pejabat segera mempersiapkan jalur

aternatif, sebelum pejabat lewat dan ada iring-iringan kendaraan pengawal yang

bertugas memperlanjar perjalanan sehingga kalau ada kecelakaan lalu lintas,

pejabat tetap bisa tetap lewat dengan dikawal Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah sampai tempat tujuan. Strategi yang dilakukan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian

Resort (Polses) Lampung Tengah untuk menghadapi perubahan lingkungan saat

ada kunjungan pejabat, namun terjadi kecelakaan lalu lintas, Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian

Resort (Polses) Lampung Tengah harus memberikan informasi kepada masyarakat

pengguna jalan dan mengamankan korban dan memberikan garis Polisi di TKP,

sehingga TKP tidak tercampur dengan masyarakat pengguna jalan dan masyarakat
yang menyaksikan kecelakaan lalu lintas sehingga TKP masih tetap steril dengan

bantuan penjagaan dari Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

yang membantu di TKP. Strategi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian Resort (Polres) Lampung

Tengah untuk meminimalisir segala bentuk kemacetan lalu lintas dan kecelakaan

lalu lintas apabila ada pejabat yang mau lewat kita sudah ada dititik-titik

kemacetan bersama Sat Pol PP sebelum pejabat lewat di wilayah hukum Polsek

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah dan Unit Lalu lintas Kepolisian Resort (Polres)

Lampung Tengah harus benar-benar sudah redi (Stand by) agar tidak ada

kendaraan yang menyerobot lewat yang bisa menimbulkan kemacetan lalu lintas

saat ada kunjungan pejabat.

4.3.3 Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data yang telah dilakukan dalam

penelitian, maka dilakukan uji keabsahan data dengan melakukan cross cek

apakah jawaban yang diberikan oleh informan memiliki keajegan atau tidak

dengan menggunakan Keabsahan Konstruk (Construct validity) dengan

menggunakan Trianggulasi metode sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai

keabsahan. Adapun hasil cross cek yang diperoleh sebagai berikut:

Mas Yusada, SE.,MM, sebagai Sekretaris Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan bahwa data hasil wawancara yang

dibuat peneliti sudah sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh informan saat

dilakukan wawancara.
Prawito, SE., MM, sebagai Kepala Bidang Ketertiban Umum dan

Ketertiban Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

mengatakan bahwa data hasil wawancara yang dibuat peneliti sudah sesuai

dengan apa yang telah diuraikan oleh informan saat dilakukan wawancara.

Fauzi Syarif, sebagai Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan sebagai berikut:

Andika Pratama, sebagai pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lampung Tengah, mengatakan bahwa data hasil wawancara yang dibuat peneliti

sudah sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh informan saat dilakukan

wawancara.

Ipda Bayu Ogora S, Psi, sebagai anggota Polisi Regu Patroli Kepolisian

Resort (Polres) Lampung Tengah, mengatakan bahwa data hasil wawancara yang

dibuat peneliti sudah sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh informan saat

dilakukan wawancara.

Bripka Esha, sebagai anggota Polisi Regu Pengawalan Kepolisian Resort

(Polres) Lampung Tengah, mengatakan bahwa data hasil wawancara yang dibuat

peneliti sudah sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh informan saat

dilakukan wawancara.

Berdasarkan hasil cross cek yang dilakukan dengan informan dengan

melakukan wawancara kembali, maka dapat diketahui bahwa jawaban yang

diberikan oleh informan penelitian dapat memberikan keajegan karena jawaban

yang diberikan informan sama dengan jawaban sebelumnya, sehingga dapat

dikatakan bahwa data yang diberikan oleh informan memiliki keabsahan data.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerjasama Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah dalam

minimalisir kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar,

telah berjalan dengan mengadakan kegiatan Get Strong Point maju pada titik-

titik pelanggaran dan rawan kemacetan lalu lintas. yang menjadi salah satu

penyebab kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

2. Strategi Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Lampung Tengah untuk

mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas dalam rangkan kegiatan

pengawalan pejabat, dilakukan dengan selalu berkoordinasi dengan tim

pengawalan yang merupakan personel Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

melalui pesawat Hendy Talky (HT) untuk mengetahui di kilo meter mana yang

ada kecelakaan lalu lintas atau rawan macet sehingga Sat Pol PP dan Polisi

dapat segera memecah arus lalu lintas agar kegiatan pengawalan pejabat dapat

berjalan lancar.

3. Strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam

menciptakan stabilitas lalu lintas agar berjalan dengan baik dilakukan dengan

melakukan pengawasan melekat kepada personel yang ditempatkan di wilayah

hukum Polsek Terbanggi Besar.


4. Strategi yang dilakukan Sat Pol PP dan Polses Lampung Tengah untuk

menghadapi perubahan lingkungan saat ada kunjungan pejabat, namun terjadi

kecelakaan lalu lintas, Satuan Polisi Pamong Praja dan Polses Lampung

Tengah harus memberikan informasi kepada masyarakat pengguna jalan dan

mengamankan korban dan memberikan garis Polisi di TKP, sehingga TKP

tidak tercampur dengan masyarakat pengguna jalan sehingga TKP masih tetap

steril dengan bantuan penjagaan dari Satuan Polisi Pamong Praja.

5.2 Saran

Dengan selesainya kegiatan penelitian ini, maka penulis ingin

mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Lampung Tengah, diharapkan

agar dapat meningkatkan kinerja anggotanya sehingga senantiasa melakukan

pengaturan, penjagaan, dan patroli untuk memantau titik-titik rawan

kemacetan dan kecelakaan yang dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan

lalu lintas.

2. Kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah,

diharapkan agar dapat meningkatkan kinerja anggota regu Patroli untuk

memantau titik-titik rawan kemacetan dan kecelakaan yang dapat

meminimalkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

3. Kepada personel Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah

dan Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Lampung Tengah, diharapkan terus

meningkatkan kerjasama dan menjalin hubungan yang harmonis yang telah

berjalan dengan mengadakan kegiatan Get Strong Point maju bersama antara
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lampung Tengah dan Kepolisian

Resort (Polres) Lampung Tengah dalam menjaga titik-titik pelanggaran dan

rawan kemacetan lalu lintas.


DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2011, Strategic Management For Educational Management, Alfa Beta,


Bandung

Amirullah, 2015, Pengantar Manajemen, Mitra Wacana Media, Jakarta

Assauri, S. 2016, Manajemen Operasi Produksi, Grafido Persada, Jakarta

Effendi, Sofian dan Tukiran, 2014, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta

Faisal, Sanafiah, 2011, Format-Format Penelitian Sosial, Raja Grafindo, Jakarta

Fathoni, Abdurrahman, 2011, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan


Skripsi, Rineka Cipta, Jakarta

Heene, Aime dkk, 2010, Manajemen Strategik Keorganisasian Publik, Refika


Aditama, Bandung

Jalaluddin, Rahmat, 2009, Metode Penelitian Kuantitatifi, Remaja Rosda Karya,


Bandung

Nawawi, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Salusu, J, 2016, Pengambilan Keputusan Stratejik, Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfa Beta,
Bandung

________, 2014, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung

Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, www.hukumonline

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia, www.hukumonline

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah,


www.hukumonline

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standar


Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja, www.hukumonline

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Polisi Pamong Praja,


www.hukumonline
PANDUAN WAWANCARA

1. Menurut saudara bagaimana strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

dalam melokalisir dan memelihara cara yang aman dalam bidang lalu lintas

agar kecelakaan lalu lintas dapat diminimalkan?

2. Strategi apa yang digunakan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah agar lalu

lintas relatif stabil untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas?

3. Apakah strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam melokalisir

untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas berjalan lancar?

4. Bagaimana strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam

mengeksploitasi keamanan lalu lintas?

5. Bagaimana Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu lintas

apabila terjadi kemacetan atau ada kegiatan pengawalan pejabat?

6. Apakah strategi Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah dalam inovasi lalu

lintas saat terjadi kemacetan atau ada kegiatan pengawalan pejabat tidak

terjadi kemacetan yang panjang?

7. Apakah Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah bersikap fleksibel dalam

mengamankan lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar?

8. Strategi apa yang diterapkan oleh Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah

agar kondisi lalu lintas di wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar tetap stabil?

9. Apakah strategi yang diterapkan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah di

wilayah hukum Polsek Terbanggi Besar dalam menciptakan stabilitas lalu

lintas berjalan dengan baik dan tiak ada kendala?


10. Apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah apabila saat

mengamankan lalu lintas kekurangan personel?

11. Strategi apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah untuk

menghadapi perubahan lingkungan jika ada kecelakaan lalu lintas sehingga

jalan macet dan kendaraan menumnpuk?

12. Strategi apa yang dilakukan Sat Pol PP dan Polres Lampung Tengah untuk

menghadapi perubahan lingkungan saat ada kunjungan pejabat, namun terjadi

kecelakaan lalu lintas?

Anda mungkin juga menyukai