Anda di halaman 1dari 94

PENGUNGKAPAN DIRI MELALUI INSTAGRAM

(STUDI PADA PENGGUNA AKTIF INSTA STORY DI


KOTA PALU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Jurnalistik

MUH RENALDY PUTRA


B 501 14 027

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HALAMAN PERSUTUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Pengungkapan Diri Melalui Instagram (Studi Pada


Pengguna Aktif Insta Story Di Kota Palu)
Nama : Muh. Renaldy Putra
Stambuk : B 501 14 027

Disetujui untuk diseminarkan didepan dewan penguji

Pembimbing

Dr. Achmad Herman, S.Sos., M.Si


NIP. 19760213 200312 1 004

Mengetahui

Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Andi Akifah, S.Sos, M.ICTM


NIP. 197811042003122002

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disetujui oleh tim pelaksana seminar Sarjana Strata Satu
(S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, untuk memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam bidang Ilmu Sosial, pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Setelah dipertanggung jawabkan
dalam ujian skripsi tanggal

Nama : Muh. Renaldy Putra

Stambuk : B 501 14 027

Judul Skripsi : Pengungkapan Diri Melalui Instagram ( Studi Pada Pengguna


Aktif Insta Story Di Kota Palu )

TIM PELAKSANA SEMINAR

No. Nama Jabatan Tanda Tangan


Dr. Achmad Herman, S.Sos., M.Si
1. Ketua/Pembimbing
NIP. 19760213 200312 1 004
Dyah Fitria Kartika Sari, S.I.Kom., M.I.Kom
2. Sekretaris
NIP. 19900905 201903 2 017
Muhammad Isa Yusaputra, S.Sos., M.Si
3. Penguji
NIP. 19720424 200312 1 003

Palu, September 2021

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Hj. Fadhliah, S.Sos., M.Si


NIP. 19720113 200801 2 007

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu

wa Ta'ala, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengungkapan Diri Melalui Instagram

(Studi Pada Pengguna Aktif Insta Story Di Kota Palu)”, tujuan penelitian

skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam

rangka memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. Shalawat dan salam juga

dihaturkan atas junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa

sallam.

Teristimewa skripsi ini peneliti persembahkan kepada Ibu tercinta Dewi

Asnita dan Ayah tercinta Agussalim Djabbar terima kasih atas segala doa,

cinta, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Studi dengan baik. Penghargaan dan terima kasih yang

setulus- tulusnya kepada kakak dan adik saya yang selalu memberikan motivasi

dan semangat kepada peneliti.

Melalui Kesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terima kasih

khususnya kepada Bapak Dr. Achmad Herman.S.Sos.,M.Si, selaku pembimbing

peneliti, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, terima kasih

iii
atas segala masukan dan saran serta motivasi yang diberikan kepada peneliti sejak

awal penelitian sampai dengan terselesainya Skripsi ini.

Pada kesempatan ini tidak lupa peneliti juga menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Mahfudz, M.P selaku Rektor Universitas Tadulako.

2. Prof. Dr. Muhammad Khairil, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Tadulako, dan juga Dosen Wali Akademik

3. Andi Akifah, S.Sos, M.ICTM selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako.

4. Muhammad Isa Yusaputra, S.Sos, M.Si selaku Penguji, terima kasih atas

segala masukan dan saran dalam penelitian skripsi ini.

5. Dyah Fitria Kartika Sari, S.I.Kom., M.I.Kom selaku Sekretaris Tim

Penguji, terima kasih atas segala masukan dan saran dalam penelitian skripsi

ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako, terima

kasih atas segala Ilmu yang telah diberikan.

7. Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako.

8. Khusus untuk Sahabat Peneliti yang telah banyak membantu peneliti dalam

pengumpulan data informan

iv
9. Semua informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

melakukan wawancara guna melengkapi data yang dibutuhkan peneliti

selama penelitian berlangsung.

10. Semua teman-teman peneliti Program Studi Ilmu komunikasi angkatan

2014, terima kasih atas segala dukungan, motivasi, dan kebersamaannya

selama ini.

11. Teman-teman Tongkrongan terima kasih atas segala pengertian dan

dukungannya selama ini.

12. Sanggar Seni Kaktus terima kasih atas segala pengertian dan dukungannya

selama ini.

13. Teman-teman Magang, terima kasih atas kerja sama tim yang baik selama

magang di Media Online Sulawesi Today Palu.

14. Teman-teman KKN Angkatan 84 terima kasih atas semua kerja sama tim

yang baik selama satu bulan di Desa Lende .Kecamatan Sirenja Kabupaten

Donggala

15. Semua teman-teman yang banyak membantu peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Pendiri google Larry Page dan Sergey Brin Terima kasih telah mendirikan

google yang selama ini sangat membantu peneliti di bangku perkuliahan

sampai saat ini.

v
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan dapat menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palu, September 2021

Muh Renaldy Putra

vi
ABSTRAK

Muh Renaldy Putra B 501 14 027 “Pengungkapan Diri Melalui Instagram


(Studi Pada Pengguna Aktif Insta Story Di Kota Palu)” dibawah bimbingan
oleh Achmad Herman Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Tadulako
Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui pengungkapan diri melalui
instagram pada pengguna aktif instagram Story. Tipe penelitian yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini bersifat deskriptif dasar penelitian ini menggunakan
paradigma konstruktivis. Tinjauan teori mengacu tentang self Disclosure yang
meliputi Ukuran atau jumlah, Valensi, Kecermatan dan kejujuran, tujuan dan
maksud, keintiman dengan subjek atau informan berjumlah tiga orang yang
dipilih melalui purpossive sampling. Adapun jenis data menggunakan data primer
dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara mendalam secara terfokus. Analisis data ditempuh melalui reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menjelaskan tentang self disclosure pada pengguna
aktif instagram story, terkhusus yang memiliki followers 1K. Dikatakan
pengungkapan diri bahwa para informan aktif dalam mengupload story setidaknya
sampai 3 kali sehari, pengungkapan diri melalui instagram story menunjukan hal
positif yang mencitrakan diri mereka terlihat baik. Terkait masalah kecermatan
dan kejujuran, informan tidak terlalu jujur ketika melakukan update story hal
tersebut karena untuk menjaga privasi. bahwa tujuan mereka mengungkapkan diri
bukan hanya sebagai media mencurahkan isi hati, ada juga untuk memperlihatkan
rutinitas pekerjaanya sehingga menarik perhatian atas apa yang mereka lakukan dalam
media sosial instagram story.

Kata kunci : media sosial, pengungkapan diri, Instagram story

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................6
1.4.1 Manfaat Akademis ................................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis .....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 New Media .....................................................................................................7


2.1.1 Definisi New Media ..............................................................................7
2.1.2 Karakteristik New Media ......................................................................10
2.2 Media Sosial ...................................................................................................11
2.2.1 Definisi Media Sosial ............................................................................11
2.2.2 Klasifikasi Media Sosial .......................................................................16
2.2.3 Karakteristik Media Sosial ....................................................................18
2.3 Tinjauan Umum Tentang Instagram ..............................................................21
2.3.1 Pengertian Instagram.............................................................................21
2.3.2 Sejarah Instagram .................................................................................21
2.3.3 Fitur-Fitur Instagram .............................................................................27
2.3.4 Instagram Story .....................................................................................30
2.4 Self Disclosure ...............................................................................................31
2.4.1 Definisi Self Disclosure.........................................................................31

viii
2.4.2 Dimensi Self Disclosure ........................................................................32
2.4.3 Fungsi Self Disclosure...........................................................................33
2.4.4 Manfaat Self Disclosure ........................................................................34
2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure ............................35
2.5 Kerangka Pikir ...............................................................................................37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe dan Dasar Penelitian ..............................................................................38


3.1.1 Tipe Penelitian ...................................................................................38
3.1.2 Dasar Penelitian .................................................................................38
3.2 Definisi Operasional Konsep .........................................................................39
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................................40
3.4 Subjek Dan Objek Penelitian .........................................................................40
3.4.1 Subjek Penelitian................................................................................40
3.4.2 Objek Penelitian .................................................................................41
3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................................41
3.5.1 Jenis Data ...........................................................................................41
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................42
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................................43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Singkat Objek Penelitian ...............................................................45


4.1.1 Instagram ............................................................................................45
4.1.2 Instagram Story ..................................................................................48
4.2 Hasil dan Pembahasan ....................................................................................50
4.2.1 Motif Pengungkapan Diri Melalui Instagram Pada Pengguna Aktif
Insta Story di Kota Palu ........................................................................50

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. ..73


5.2 Saran ............................................................................................................ ..74

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................................

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir........................................................................................37


Gambar 3.1 Gambar Model Interaktif ........................................................................44
Gambar 4.1 Logo Aplikasi Media Sosial Intagram ...................................................47
Gambar 4.2 Memulai Insta Story ...............................................................................50
Gambar 4.3 Story Informan Nafisa Larasati ..............................................................52
Gambar 4.4 Story Informan Tiwi ...............................................................................53
Gambar 4.5 Story Informan Fajar Ashary .................................................................54
Gambar 4.6 Story Informan Nafisa larasati................................................................56
Gambar 4.7 Story Informan Tiwi ...............................................................................57
Gambar 4.8 Story Informan Fajar Ashary ..................................................................58
Gambar 4.9 Story Informan Nafisa larasati................................................................60
Gambar 4.10 Story Informan Tiwi .............................................................................61
Gambar 4.11 Story Informan Fajar Ashary ................................................................62
Gambar 4.12 Story Informan Nafisa larasati..............................................................64
Gambar 4.13 Story Informan Tiwi .............................................................................65
Gambar 4.14 Story Informan Fajar Ashary ................................................................66
Gambar 4.15 Story Informan Nafisa larasati..............................................................67
Gambar 4.16 Story Informan Tiwi .............................................................................68
Gambar 4.17 Story Informan Fajar Ashary ................................................................69

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan ...........................................................................................41

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dan interaksi sosial adalah dua hal yang terikat. Dalam menjalin

interaksi sosial dengan orang lain, individu tentu akan menyampaikan berbagai

macam informasi, salah satunya menyampaikan informasi mengenai dirinya, hal

tersebut berhubungan dengan self disclosure (pengungkapan diri). self disclosure

dapat terjadi, jika seseorang dapat membuka dirinya dan berbagai informasi

mengenai dirinya kepada orang lain. Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai

topik informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang

sesuai dan terdapat dalam diri seseorang yang bersangkutan. Pengungkapan diri

adalah aspek intimacy, yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan

orang yang bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan

yang paling dalam dari diri, self disclosure atau pengungkapan diri seseorang

dapat menentukan tahap interpersonal individu dengan individu lainnya. Tahap

hubungan tersebut dapat dilihat dari tingkat keluasan dan kedalaman topik

pembicaraan. Terdapat individu yang menginformasikan segala hal mengenai

dirinya kepada siapapun, sehingga dapat disebut dengan over disclosure. Dan ada

pula individu yang menutup dirinya, ia jarang membicarakan dirinya kepada

siapapun atau yang biasa disebut under disclosure (Dasrun, 2012:106).

Pengungkapan diri tak terkecuali terjadi pada sosial media. Media sosial

merupakan saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya

(internet). Dari hasil survei globalwebindex pengguna internet di Indonesia dalam

1
rentang usia 16-64 tahun, menunjukkan bahwa ada beberapa platform media

sosial yang aktif digunakan oleh masyarakat Indonesia. Platform terbagi dalam

dua kategori media sosial, yaitu media jejaring sosial dan massenger. Youtube

menempati peringkat pertama dengan persentase penggunaan sebesar 43%, di

peringakat ke dua facebook dengan persentase 41%, kemudian whatsapp dengan

persentase penggunaan sebesar 40% dan pada peringkat ke empat instagram

dengan persentase penggunaan sebesar 38%. https://databoks.kata.co.id. Melihat

instagram termasuk sosial media yang cukup digemari, pada bulan agustus 2017,

instagram membuat inovasi terbaru, yaitu menciptakan fitur instagram story.

Instagram story adalah sebuah fitur yang terdapat dalam aplikasi instagram yang

memungkinkan pengguna mengambil foto atau video, menerapkan filter digital

dan membagikannya namun publikasi ini hanya bertahan 24 jam.

Adanya Instagram story, membuat lebih dari 90% pengguna instagram

membagikan informasi mengenai dirinya melalui instagram story, seperti aktivitas

yang sedang dilakukan hingga curhatan yang terkadang bersifat pribadi. Dengan

adanya instagram story, seseorang dapat dengan bebas berbagi momen-momen

aktivitas mereka. Dalam instagram story biasanya seseorang mengabadikan video

atau foto outfit of the day dan selfie mereka. Selain foto, berbagai informasi juga

tak jarang mereka bagikan lewat instagram story dan yang banyak terjadi saat ini

adalah curahan hati yang tak segan mereka mereka bagikan kedalam instagram

story. Sebagai salah satu media komunikasi, media sosial tidak hanya

dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan inspirasi, tapi juga ekspresi diri (self

2
expression ),”pencitraan diri” (personal branding), dan ajang “curhat” bahkan

keluh-kesah, salah satunya pada media sosial instagram.

Pada zaman milenial, sosial media sangat melekat pada diri individu,

sosial media dan individu adalah dua hal yang sepertinya tidak dapat dipisahkan.

Mereka selalu menggunakan sosial media, baik hanya untuk berkomunikasi

hingga membagikan cerita mereka kedunia maya. Sering kali yang terjadi saat ini,

seseorang lebih nyaman mengungkapkan dirinya pada sosial media. Mereka

tertarik melakukan curahan hati pada sosial media. Baik itu mengenai hal yang

bersifat umum hingga yang besifat pribadi. Pada umumnya, seseorang akan lebih

nyaman dan percaya mengungkapkan dirinya dan curahan hatinya pada orang

yang sudah ia percaya dan dekat dengannya. Namun, yang terjadi saat ini adalah

seseorang tak segan membagikan masalahnya di sosial media. Kebanyakan

masyarakat memang kerap melampiaskan emosinya lewat media sosial, baik

sedang bahagia, sedih, kecewa, atau bahkan marah. Mereka sangat meyakini

bahwa melampiaskan emosi lewat media sosial dapat menjadi salah satu cara

efektif untuk meredakan atau sekedar menyalurkan perasaan hatinya.

Terlebih karena saat ini sedang viral story template, yaitu pertanyaan-

pertanyaan dengan tema-tema yang berbeda untuk mendeskripsikan seperti apa

dirinya. Pada zaman milenial ini, dengan adanya template story menjadikan sosial

media menjadi buku diary secara online. Story template menjadi trend di dunia

instagram karena tema-temanya yang menarik, salah satunya tema mengenai fact

about me. Dalam template ini seseorang akan diberikan pilihan jawaban, dan

3
memilih diantara pilihan jawaban tersebut, manakah yang sesuai dengan

penggambaran mengenai dirinya.

Seperti yang diungkapkan oleh Vera dalam laman CNN, ”remaja

umumnya merasa media sosial sebagai ruang lingkup pribadinya karena mereka

masuk dari gawai milik mereka sendiri dan mengakses dari lingkungan pribadi

mereka sendiri. Akibatnya mereka merasa bebas mengunggah apa pun tanpa

menyadari resikonya.” https://www.cnnindonesia.com. Meskipun pengungkapan

diri dapat dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan hubungan, ia juga

mengandung resiko (Darlega, 1984). Mengungkapkan informasi personal akan

membuat kita berada dalam kondisi rawan. Terkadang seseorang akan

memanfaatkan informasi yang kita berikan pada mereka untuk meyakiti kita atau

untuk mengontrol perilaku kita.

Berdasarkan penelitian terdahulu, penlitian ini disusun berdasarkan

referensi. Dari skripsi Dwi Syahnaz Hazisah dengan judul ”Pengaruh Instagram

Stories terhadap eksistensi Diri di Kalangan Siswa-siswi SMAN 1 Makassar”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

instagram stories terhadap eksistensi diri dikalangan siswa-siswi SMAN I

Makassar, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siswa-siswi

dalam memanfaatkan instagram stories. Penelitian ini menemukan hasil, bahwa

tidak ada pengaruh antara instagram stories dengan eksistensi diri siswa-siswi

SMAN I Makassar, meskipun tidak ada pengaruh antara instagram stories dengan

eksistensi diri siswa-siswi SMAN 1 Makassar, tetapi terdapat hubungan namun

lemah antara variable X (instagram stories) dengan variable Y (eksistensi diri).

4
Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya terdapat pada penelitian yang

sama-sama meneliti sebuah media sosial, yaitu instagram story. Perbedaan dari

kedua penelitian ini terdapat pada fokus penelitian. Penelitian terdahulu

membahas mengenai pengaruh instagram story terhadap eksistensi diri, sedangkan

penelitian saya berfokus pada self disclosure yang ditunjukkan melalui instagram

story.

Melihat fenomena-fenomena yang terjadi mengenai pengungkapan diri pada

sosial media, peneliti tertarik untuk meneliti self disclosure yang terjadi di

instagram melalui fitur instagram story. Karena, Instagram termasuk kedalam

sosial media yang bersifat terbuka, dimana seseorang dengan sangat mudah

menggali informasi dari instagram. Dengan judul “Pengungkapan Diri Melalui

Instagram (Studi Pada Pengguna aktif Instagram story Di Kota Palu)”.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian yaitu: Bagaimana

Pengungkapan Diri Melalui Instagram Pada Pengguna aktif Instagram Story di

Kota Palu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

tujuan penelitian yaitu: Untuk Mengetahui Pengungkapan Diri Melalui Instagram

Pada Pengguna aktif Instagram Story di Kota Palu.

5
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitan ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kajian ilmu

komunikasi, khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan self disclosure

pada Media Sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian dapat memberikan sumbangsih yang positif bagi

pengguna Instagram di Kota Palu. Khususnya pada pengguna aktif Instagram

Story.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 New Media

2.1.1 Definisi New Media

Istilah “media baru” (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan

telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin

berkembang dan beragam. New media merupakan media yang menawarkan

digitisation, convergece, interactivitydan develoment of network terkait

penambahan pesan dan penyampaian pesannya. Kemampuan menawarkan

interaktivitas memungkinkan pengguna dari new media memiliki pilihan

informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi

yang dihasilkan serta melakukan pilihan-pilihan yang diingingkannya.

Kemampuan menawarkan suatu interactivity inilah merupakan konsep sentral

pemahaman tentang new media, menurut Flew (Mc Quail, 2011: 89).

New media atau media online didefinisikan sebagai produk dari

komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer

digital (Creeber dan Martin, 2009: 65). Definisi lain media online adalah media

yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat

konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu

(Lievrouw, 2011: 89). New media merupakan media yang menggunakan internet,

media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan

dapat berfungsi secara privat maupun secara public (Mondry, 2008: 13).

7
Sedangkan menurut Denis McQuail (2011: 43) ciri utama media baru

adalah (1) adanya saling keterhubungan; (2) aksesnya terhadap khalayak individu

sebagai penerima maupun pengirim pesan, (3) interaktivitasnya, (4) kegunaan

yang beragam sebagai karakter yeng terbuka, (5) dan sifatnya yang ada di mana-

mana.

Perkembangan media baru (internet dan hadirnya media siber) merupakan

salah satu pijakan untuk melihat hubungan baru antara media dan khlayak. Sebab

selama ini di kursus tentang media dan khalayak, khususnya terhadap media

tradisional, menepatkan khalayak dalam posisi pasif, sekadar menerima terpaan

media dan tidak memiliki kebebasan untuk memproduksi informasi, bahkan

khalayak menjadi objek yang di indentifikasi oleh media atau sebagai “audience-

as-object” (Nasrullah, 2014: 61).

Sebelum kemunculan media baru, pendefinisian khalayak aktif sudah

menjadi perhatian, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dave Morley

(Nasrullah, 2014: 61-62) dengan mengambil skema enconding/deconding Stuart

Hall, menegaskan bahwa interaksi khalayak tidak lagi audince-media tetapi

memposisikan khalayak untuk menegosiasikan serta menjadi pembanding

(oppositional readings) dari sekedar menjadi khalayak saja sebagai penerima

akhir dari alur komunikasi sehingga khalayak dalam konteks ini tidak di

dertiminasi oleh media serta membangun kehadiran khalayak tanpa perlu media

atau bahkan teks itu sendiri. Sebagaimana diulas oleh Richard Hunter (Nasrullah,

2017: 1) bahwa dengan worlg without secrecs kehadiran media baru (new

8
media/cybermedia) menjadikan informasi sebagai sesuatu yang mudah dicari dan

terbuka.

Martin Lister dalam bukunya New Media: A Critical Introduction (2009:

13) menyatakan bahwa terminologi media baru mengacu pada perubahan skala

besar dalam produksi media, distribusi media dan penggunaan media yang

bersifat teknologis, tekstual, konvensional dan budaya. Sedangkan dalam

perspektif budaya siber (syberculture), internet merupakan ruang di mana kultur

yang terjadi itu diproduksi, di distributorkan, dan dikonsumsi.

Sebagaimana sifat dasar perspektif ini yang mengaburkan batasan ruang

(space), geografis (place) maupun demografis (entites). Di ruang siber

memberikan semacam perlawanan dari suatu kemapanan strukturasi kelas sosial,

termasuk juga hubungan antara media dan khalayak yang dipahami selama ini

(Nasrullah, 2014: 62).

Menjadi lebih unik lagi, posisi khalayak tidak lagi terpisah antara menjadi

konsumen atau produsen. Di internet, menurut Casaero, khalayak bisa menjadi

keduanya, sebagai konsumen sekaligus produsen, dikenal dengan istilah prosumer

atau produsage. Informasi bisa menjadi material baru, bisa pula diproduksi ulang

dengan menyeleksi atau memanipulasinya sehingga menjadi komoditas informasi

yang benar-benar baru. Inilah mengapa menurut Casaero dalam kerja konsumsi

terdapat “work in progess”, konsep yang menjelaskan adanya upaya ketika

khalayak mengonsumsi dan memproduksi ulang informasi yang dikonsumsinya

(Nasrullah, 2014: 63).

9
2.1.2 Karakteristik New Media

Martin Lister (2009: 13-14) menyatakan bahwa media baru memiliki

beberapa karakteristik, yaitu digital, interaktif, hipertekstual, virtual, jaringan, dan

simulasi.

a. Digital

Media baru mengacu media yang bersifat digital dimana semua data

diproses dan disimpan dalam bentuk angka dan keluarannya di simpan

dalam bentuk cakram digital. Terdapat beberapa implikasi dari digitalisasi

media yaitu dematerialisasi atau teks terpisah dari bentuk fisik, tidak

memerlukan ruangan yang luas untuk menyimpan data karena data

dikompres menjadi ukuran yang lebih kecil, data mudah diakses dengan

kecepatan yang tinggi serta mudahnya data dimanipulasi.

b. Interaktif

Merupakan kelebihan atau ciri utama dari media baru. Karakteristik ini

memungkinkan pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan

memungkinkan pengguna dapat terlibat secara langsung dalam perubahan

gambar ataupun teks yang mereka akses.

c. Hiperteks

Teks yang mampu menghubungkan dengan teks lain di luar teks yang ada.

Hiperteks ini memungkinkan pengguna dapat membaca teks tidak secara

berurutan seperti media lama melainkan dapat memulai dari mana pun

yang diinginkan.

10
d. Jaringan

Karakteristik ini berkaitan dengan ketersediaan konten berbagi melalui

internet. Karakteristik ini melibatkan konsumsi. Sebuah contoh, ketika kita

akan mengkonsumsi suatu teks media, maka kita akan memiliki sejumlah

besar teks yang sangat berbeda dari yang tersedia dalam berbagai cara.

e. Virtual

Karakteristik ini berkaitan dengan upaya mewujudkan sebuah dunia virtual

yang diciptakan oleh keterlibatan dalam lingkungan yang dibangun dengan

grafis komputer dan video digital.

f. Simulasi

Simulasi tidak berbeda jauh dengan virtual. Karakter ini terkait dengan

penciptaan dunia buatan yang dilakukan melalui model tertentu.

2.2 Media Sosial

2.2.1 Definisi Media Sosial

Sebelum mendefinisikan media sosial, sebaiknya penulis mengartikan

terlebih dahulu media itu sendiri. Media adalah instrumen dalam komunikasi,

seperti surat kabar atau radio, jadi media sosial dapat diartikan sebagai instrumen

sosial dalam berkomunikasi. Mengingat istilah Web 2.0, media sosial tidak hanya

merupakan jaringan yang hanya memberikan informasi saja, akan tetapi juga

interaksi dengan anda ketika terjadi pertukaran informasi. Kata lainnya, media

sosial merupakan jalan dua arah yang memberikan kesempatan untuk

mendapatkan informasi.

11
Menurut pengertiannya media sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari

elemen-elemen individu, kelompok atau organisasi yang terhubung dan terjadi

interaksi satu sama lain dengan menggunakan perantara teknologi informasi

(Abugaza, 2013: 16). Sedangkan menurut Mandibergh bahwa media sosial adalah

media yang mewadahinkerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten

(user-generated content) (Nasrullah, 2017: 11).

Definisi lain menyatakan bahwa media sosial adalah fitur berbasis website

yang dapat membentuk jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi

dalam sebuah komunitas. Pada sosial media kita dapat melakukan berbagai bentuk

pertukaran, kolaborasi dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan visual maupun

audiovisual, contohnya Twitter, Facebook, Blog, Foursquare dan lainnya

(Puntoadi, 2011:1).

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari

teknologi-teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang

untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah

jaringan secara online, sehingga dapat menyebarkan konten mereka sendiri. Post

di blog atau video youtube dapat diproduksi dan dapat dilihat secara langsung

oleh jutaan orang secara gratis (Zarella, 2010: 2-3).

Kehadiran situs jejaring sosial (social networking site) atau sering disebut

dengan media sosial (social media) seperti Facebook, Twitter, dan skype

merupakan media yang digunakan untuk mempublikasikan konten seperti profil,

aktivitas atau bahkan pendapat pengguna sebagai media yang memberikan ruang

12
bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial diruang siber (Nasrullah,

2014: 36-37).

Istilah media sosial pertama muncul dan diperkenalkan oleh Professor J.A

Barnes pada tahun 1954, namun baru pada tahun 1995 media sosial sebagai satu

kesatuan yang utuh muncul dengan tampilan classmatess.com yang berfokus pada

hubungan antara mantan teman sekolah, dan sixdegrees. Kemudian dua model

media sosial berbeda lahir sekitar tahun 1999 yang berbasiskan kepercayaan yang

dikembangkan oleh epinions.com, dan yang berbasiskan pertemanan seperti yang

dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian dipakai beberapa situs UK

regional diantara 1999 dan 2000 (Abugaza, 2013: 16).

Inovasi berikutnya muncul, media sosial tidak lagi hanya masalah

hubungan pertemanan namun memberikan pengguna kontrol yang lebih akan

isinya dan hubungannya (Abugaza, 2013: 17). Mulailah mengenal Friendster,

MySpace, Youtube, Facebook, Twitter yang semuanya tampil dengan sebuah

revolusi pada media sosial yang kita kenal dan memberi warna pada kehidupan

manusia saat ini.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Andreas Kaplan dan Michael

Haeinlein telah menegaskan bahwa sosial media adalah sebuah kelompok yang

berbasis internet yang membangun diatas dasar ideologi dan teknologi web 2.0

dan yang memungkinkan penciptaan serta pertukaran user-integreted content.

Teknologi web 2.0 sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali Craig Cline dari

Media Live untuk menghasilkan ide konferensi dimana mereka menjadi host.

13
Akhirnya pada bulan Oktober 2004 )’Reilly Media, Battele dan Media Live

melakukan koferensi web 2.0 yang sering digunakan adalah istilah semantic web.

Teknologi internet berbasis web 2.0 adalah satu pengklasifikasian “wajah

baru dari web” dimana karakteristik pertukaran data adalah many-to-many atau

istilah dengan pembaca lainnya, sebelumnya pertukaran data yang terjadi adalah

one-to-many dikenal dengan teknologi web 1.0 pembaca tidak bisa berinteraksi

dengan pembuat berita. Dengan berkembangnya teknologi internet “generasi

kedua” ini, telah membuat perubahan besar dalam dunia teknologi informasi dan

mempengaruhi kehidupan umat manusia, terjadinya pertukaran informasi dengan

cepat, informasi bisa bersumber dari mana saja, baik perorangan maupun

lembaga, atau dengan istilah lain semua orang sudah bisa membuat berita sendiri

(Abugaza, 2013: 17-18).

Selain itu, media sosial merupakan suatu media yang dapat diakses dan

dipergunakan oleh banyak orang, dan tidak hanya digunakan saja akan tetapi

dapat juga dipakai semaksimal mungkin dengan adanya kelebihan untuk

memberikan respons terhadap apa yang mereka akses melalui internet (Abugaza,

2013: 20).

Media sosial menjadi bermanfaat dan saluran komunikasi semakin penting

karena meningkatnya penggunaan media sosial sebagai situs berita dan informasi

oleh banyak orang, penggunaan terus menerus dan ketergantungan terhadap media

sosial di kalangan masyarakat. Penyebaran informasi dan berita melalui media

sosial dan jejaring sosial, memperluas audience media massa, referensi ke situs

berita utama yang seringkali datang dari media sosial (misalnya, dalam

14
percakapan online dan link posting), peningkatan penggunaan media sosial untuk

komunikasi publik yang diawali oleh pelanggan, karyawan, warga, termasuk

komentar tentang brand, produk, dan layanan, (http://www.isentia.co.id).

Michael Hauben, Bapak Netizen dunia (Abugaza: 2013: 102-103), suatu

kali pernah menyatakan bahwa kehadiran jaringan internet akan semakin

memperkuat alam demokrasi di dunia. Apa yang dikatakan Michael itu terbukti

sekarang. Internet telah membuka mata masyarakat dunia tentang kejadian-

kejadian di berbagai belahan dunia tanpa batas karena itu, tidak salah bila

menyebut media sosial adalah pilar kelima demokrasi.

Selain itu, definisi media sosial yang dikemukakan oleh Boyd (Nasrullah,

2017:11) bahwa media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang

memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi,

berkomunikasi, dan kasus tertentu saling berkolaborasi ataui bermain. Media

sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UGC) di mana konten

dihasilkan pengguna, buka oleh editor sebagaimana institusi media massa.

Adapun menurut Van Dijk bahwa media sosial adalah platfrom media

yang memfokuskan pada eksitensi pengguna yang memfasilatasi mereka dalam

beraktivitas maupun berkolaborasi karena itu media sosial dapat dilihat dari

medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus

sebagai sebuah ikatan sosial (Nasrullah, 2017: 11). Namun Nasrullah menjelaskan

dalam bukunya berjudul Media Sosial (2017: 12 ), bahwa media sosial adalah

medium internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya

15
maupun interaksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain,

dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

2.2.2 Klasifikasi Media Sosial

BerdasarkanKarjaluotu (2008: 4), media sosial di klasifikasikan ada 6

macam yaitu :

1. Blog (blogs or web blogs), yaitu sebuah website yang dapat digunakan

untuk memasang tukisan, baik untuk satu orang atau kelompok dan juga

menyediakan ruang sehingga pembaca tulisan dapat memberi komentar.

Banyak macam-macam blog di dunia dan blog menjadi populer karena

menyediakan perspektif yang utuh dan asli mengenai topik-topik tertentu.

2. Forum (forums), yaitu sebuah situs dimana beberapa pengguna (users)

dapat meyusun topik dan mengomentari topik yang dibuat. Semua orang

yang mengunjungi situs tersebut dapat memberikan komentar. Selain itu,

biasanya forum ini dijadikan rujukan bagi mereka yang tertarik pada suatu

topik.

3. Komunitas konten (content communities), yaitu situs yang memungkinkan

pengguna (user) untuk memasang atau menyebarluaskan konten. Konten

yang dipasang dan disebarkan biasanya berupa video atau foto untuk

voting, sehingga pengunjung dapat ikut menetukan relevansi konten yang

akan dipasang dan disebarkan.

4. Dunia virtual (virtual worlds), merupakan situs yang menyediakan dunia

virtual bagi para pengunjungnya. Yaitu dunia yang seolah-olah nyata,

16
dikarenakan pengunjung bisa saling berinteraksi dengan pengunjung

lainnya, namun pada dasarnya dunia tersebut hanya ada di dalam internet.

5. Wikis, yaitu penghasil data-data atau dokumen-dokumen. Dalam situs ini,

pengunjung yang telah diterima sebagai pengguna (users) resmi dapat

mengganti atau menambah konten yang ada dalam situs dengan sumber

yang lebih baik.

6. Jejaring Sosial (social networks). Yaitu komunitas virtual yang

memungkinkan pengguna (users) untuk berkoneksi dengan pengguna

(users) yang lainnya. Beberapa situs jejaring sosial dibuat untuk

memperluaas jaringan kelompok (contohnya Facebook, Twitter dan

Instagram), sementara yang lainnya dibuat berdasarkan wilayah tertentu

saja (contohnya Linkedln).

Terdapat ratusan situs jejaring sosial di berbagai belahan dunia yang

sengaja dibuat untuk menghubungkan orang-orang dalam berinteraksi satu sama

lain. Berikut adalah daftar beberapa diantaranya (Rahman, 2017: 23-24) :

a. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang aplikatif. Facebook

menyajikan gambaran akan hal-hal yang menarik, adanya pemberitahuan

baru atau notifikasi, ruang untuk ngobrol langsung (chatting), unggah

foto/video, dan mengirimkan pesan kepada pengguna lainnya, di saat

pengguna lain tersebut sedang di luar jaringan (offline).

b. Twitter merupakan situs media sosial yang saat ini menduduki peringkat

pertama dengan menduduki sistem satu arah dengan menekan tombol

17
follow, kita dapat melihat pembaharuan (update) status dari mereka yang

kita ikuti.

c. Instagram merupakan aplikasi aplikasi yang digunakan untuk jepret foto,

mengelola foto, mengedit foto, memberi efek filter pada foto dan membagi

foto tersebut ke semua orang. Namun sekarang Instagram tak hanya

membagi foto saja, aplikasi ini juga dapat digunakan untuk mengunggah

video selama 15 detik.

d. Myscape merupakan situs sosial yang berkonsentrasikan layananya di

bidang musik. Kehadiran Myscape tahun 2003 memunculkan tampilan

foto, profil, grup, chatting dan layanan unggah (upload) foto/video.

Myscape juga menyediakan layanan pemasangan genre musik khusus pada

halaman profil.

e. FlickR adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menampilkan

foto/video. Pengunjung situs dapat melihat foto-foto/video yang bari di

unggah oleh pengguna-pengguna lain dari seluruh belahan dunia melalui

situs tersebut.

2.2.3 Karakteristik Media Sosial

Kehadiran dan perkembangan teknologi khususnya internet membawa

arus baru bagi lanskap media kontemporer (Abugaza, 2013: 155). Kehadiran

media sosial setidaknya memerdekakan nalar kita akan arti kemerdekaan

berpendapat, menguatkan akan arti penting pilihan sesuai kebutuhan dan itu hanya

terintegrasi ketidak ada feedback dari objek yang disasar oleh media itu sendiri.

18
Dalam hal itu yang menjelaskan perbedaan secara subtansi media sosial dengan

media mainstream.

New media (social media) memiliki sejumlah ciri (Abugaza, 2013: 155-

156) yang membedakannya dari media lama. Pertama, ada variasi yang besar

dalam kontennya, bagi dari segi keluasan (jumlah topik) maupun dari segi

kedalamannya (jumlah informasi dari topik tersebut). Media lama memiliki

keterbatasan konten karena ada pertimbangan ruang dan waktu. Media baru tidak

punya keterbatasan semacam itu. Kedua, media baru memberi kontrol yang lebih

besar kepada pengguna (user) atas informasi apa yang diterimanya. Dalam model

broadcast, media menetukan informasi apa yang ditransmisikan dan orang yang

hanya punya sedikit sumber informasi alternatif. Dalam model media baru, orang

lebih punya banyak kemampuan untuk memilih sendiri sumbernya dan menggali

lebih dalam jika mereka merasa butuh.

Media sosial memiliki keistimewaan yang tidak terdapat pada media

konvensional, yaitu: (1) Audience juga bisa menjadi penyampai informasi, (2)

dapat saling berinteraksi satu sama lain, (3) Audience bisa langsung

berkomunikasi dengan narasumber berita. Bahkan dalam perkembangannya,

audience atau pengguna media sosial mampu menghimpun kekuatan tersendiri

dengan membentuk gerakan-gerakan yang mendukung atau menolak suatu isu,

sesuai dengan opini mereka. Gerakan ini tidak dapat diremehkan sebab dalam

jumlah yang besar, mereka mampu menggiring opini publik, menarik perhatian

media massa, menjadi suatu power tersendiri yang diperhitungkan, terlebih lagi

19
jika di dalamnya terdapat figur-figur publik yang kompeten di bidangnya

(Magdalena, 2010: 29).

Sedangkan menurut Sulianta (2015: 7) menuliskan beberapa karakteristik

yang dijumpai dalam media sosial modern yaitu :

a. Transparansi : keterbukaan informasi karena konten media sosial ditujukan

untuk dikonsumsi publik atau sekelompok orang.

b. Dialog dan komunikasi : terjalin hubungan dan komunikasi interaktif

menggunakan ragam fitur.

c. Jejaring relasi : hubungan antara pengguna layaknya jaring-jaring yang

terhubung satu sama lain dan semakin kompleks mereka menjalin

komunikasi dan terus membangun pertemanan. Komunitas jejaring sosial

memiliki peranan kuat yang akan mempengaruhi audiencenya (influencer).

d. Multi opini : setiap orang dengan mudahnya berargumen dan

mengutarakan pendapatnya.

e. Multi form : informasi disajikan dalam ragam konten dan ragam channel,

wujudnya dapat berupa: sosial media relase, video news relase, portel

web, dan elemen lainnya.

f. Kekuatan promosi online : media sosial dipandang sebagai tool yang

memunculkan peluang-peluang guna mewujudkan visi dan misi organisasi.

20
2.3 Tinjauan Umum tentang Instagram

2.3.1 Pengertian Instagram

Instagram berasal dari kata “instan” atau “insta”, seperti kamera Polaroid

yang dulu lebih dikenal dengan “foto instan” (Pengertian instagram, 2012, dalam

http://.id.wikipedia.org./wiki/instagram, diakses pada tanggal 04 Januari 2016).

Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan dalam tampilannya.

Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana cara kerja

telegram adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat.

Begitu pula dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan

jaringan internet, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan

cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal dari kata “instan-telegram” (Putri,

2013:14).

Menurut Bambang, Instagram adalah sebuah aplikasi dari Smartphone

yang khusus untuk media sosial yang merupakan salah satu dari media digital

yang mempunyai fungsi hampir sama dengan twitter, namun perbedaannya

terletak pada pengambilan foto dalam bentuk atau tempat untuk berbagi informasi

terhadap penggunanya. Instagram juga dapat memberikan inspirasi bagi

penggunanya dan juga dapat meningkatkan kreatifitas, karena Instagram

mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah, lebih artistik dan

menjadi lebih bagus (Atmoko, 2012:10).

2.3.2 Sejarah Instagram

Welcome To Instagram, inilah kalimat pembuka yang ditulis oleh

KevinSystrom dan Mike Krieger di blog resminya pada 6 Oktober 2010, yang

21
menandai lahirnya aplikasi photo sharing revolusioner Instagram. Di startup yang

didirikannya yaitu perusahaan Burbn, inc. Kevin Systrom dan Mike Krieger

bekerja keras untuk mewujudkan layanan jejaring sosial berbasis fotografi sesuai

impiannya. Steve Jobs pendiri (Apple), Bill Gates pendiri (Microsoft), Mark

Zuckerberg pendiri (Facebook), Matt Mullenweg pendiri (Wordpress), google dan

sebagainya adalah para inovator teknologi kelas dunia yang telah

mengembangkan produk revolusioner sejak usia muda (Atmoko, 2012:10).

Kevin adalah sarjana lulusan Stanfrod University pada tahun 2006 dengan

jurusan Management Science & Engineering. Kevin mulai mengenal startup sejak

magang di Odeo yang kemudian bernama Twitter. Dua tahun setelah itu, kevin

bekerja di google yang mengerjakan gmail, google reader, dan lainnya termasuk

tim Corporate Development. Setelah keluar dari google, Kevin bekerja di

perusahaan Nextstop, ditempatkan di bagian pemasaran dan melakukan banyak

hal mengenai engineering. Di perusahaan ini, Kevin menuangkan ide-idenya

dengan belajar bagaimana membuat program, salah satu ide yang paling menarik

perhatiannya adalah mengombinasikan elemen FourSquare (Check in) dengan

elemen Mafia Wars. Kemudian lahirlah nama Burn. Kevin kemudian membangun

sebuah prototipe dari ide HTML dan menyerahkannya kepada beberapa teman.

Dalam waktu dua minggu Mike Krieger masuk ke dalam tim Burn, Mike

merupakan alumni dari Standford University dengan jurusan Symbolic Systems

dengan fokus pada Human Computer Interaction. Selama masa kuliah, Mike

magang di Microsoft untuk tim Power Point dan Foxmarks (Xmarks) sebagai

Softwere developer.

22
Burbn,Inc. merupakan teknologi starup yang hanya berfokus pada

pengembangan aplikasi untuk telepon genggam berbasis HTML5 yang digunakan

untuk check in lokasi, mendapatkan poin untuk hang out dengan teman, posting

foto, dan update status. Pada mulanya Burbn, inc. Memiliki fokus yang terlalu

banyak di dalam HTML5 Mobile (Hiper text markup languange 5), namun kedua

CEO (Chief Executive Officer). Kevin Systrom dan Mike Krieger sekarang hanya

memfokuskan pada satu hal saja (Lubis, 2014:51). Dan membuat sebuah versi

prototipe pertama dari Burbn, yang berfokus pada foto saja. Namun di dalamnya

masih banyak kendala dan belum sempurna, sehingga Kevin dan Mike

memutuskan untuk kembali menciptakan versi asli Burn. Versi Burbn yang sudah

final adalah aplikasi yang dapat digunakan didalam iphone, yang dimana isinya

terlalu banyak fitur-fitur.

Sulit bagi Kevin Systrom dan Mike Krieger untuk mengurangi fitur-fitur

yang ada dan memulai lagi dari awal, namun Kevin dan Mike hanya

memfokuskan pada bagian foto, komentar dan juga kemampuan untuk menyukai

sebuah foto, itulah yang akhirnya yang menjadi awal mula munculnya media

sosial Instagram. Karena passion Kevin di bidang fotografi, ternyata tren

pengguna Burn lebih banyak memanfaatkan fitur photo sharing dibandingkan fitur

lainnya. Akhirnya yang tersisa adalah sebuah prototipe aplikasi photo sharing

(Atmoko, 2012:7).

Instagram membutuhkan proses sekitar satu minggu untuk mencari nama

baru yang sesuai dengan semangat dari aplikasi tersebut. Kevin dan Mike

mengombinasikan aspek “right here right now” dengan ide merekam sesuatu

23
dalam kehidupan pengguna. Karakteristik lain yang dibutuhkan adalah nama

tersebut harus dieja dengan mudah oleh semua orang. Maka, ditemukanlah nama

Instagram. Kevin dan Mike selama delapan minggu melakukan perbaikan Burn

untuk bertransformasi menjadi Instagram (IG) yang hanya fokus ke layanan

berbagai foto, dan menganalisis kelebihan dan kekurangannya, dari analisis

tersebut, ada tiga hal yang menjadi dasar Kevin dan Mike mengembangkan

aplikasi ini. Pertama, foto mobile terlihat kurang memuaskan.

Meskipun jumlah megapiksel pada kamera ponsel terus naik, kebanyakan

foto mobile tidak memiliki mood dan tone, Instagram berupaya untuk

mengubahnya dengan cara sederhana untuk foto menggunakan beberapa preset

filter hanya dengan satu klik. Salah satu yang dijadikan ciri khas adalah membuat

efek filter, pembuatan filter ini merupakan kombinasi dari banyak metode yang

berbeda. Kedua, kesulitan untuk berbagai kesemua teman-teman, IG (Instagram)

kemudian membuat cara yang sangat sederhana untuk berbagai foto tidak hanya

dengan pengikutnya dalam komunitas Instagram, tetapi juga dengan Facebook,

Twitter, Flickr, dan Tumblr. Semuanya hanya dengan satu klik. Ketiga, butuh

waktu yang sangat lama untuk upload foto dan melihatnya pun sangat lambat,

Instagram berupaya membuat pengalaman mengunggah, berbagi, dan melihat foto

sehalus dan secepat mungkin dengan perangkat iphone terbaru atau yang lama

sekalipun.

Karakteristik berikutnya adalah menciptakan format tampilan foto. Foto

persegi dipilih karena sangat baik ketika ditampilkan dalam format feed. Saat

pembuatan aplikasi ini, Kevin dan Mike berfokus hanya di iphone. Peluncuran

24
Instagram pertama kali berlangsung sukses karena tidak menggunakan iklan,

hanya mengandalkan viral marketing yang berhasil menjaring 25 ribu pengguna di

hari pertama. Di masa-masa awal ini, Kevin dan Mike hanya menggunakan kotak

kecil di pengelolaan data center untuk menyimpan foto-foto dari pengguna.

Dalam waktu seminggu saja, penggunanya telah berjumlah 100 ribu orang. Maka

dengan cepat pula Kevin dan Mike melakukan upgrade. Seluruh situs Instagram

dipindah ke layanan berbasis Cloud Amazon yang lebih kredibel. Dalam waktu

singkat buzz di jejaring sosial terutama twitter membuat aplikasi ini semakin

populer karena berada di trending topic dalam waktu yang cukup lama. Dalam

waktu sekitar 2,5 bulan pengguna Instagram dengan cepat telah meningkat

menjadi satu juta orang.

Selama lebih dari setahun, Instagram hadir secara ekslusif di platform IOS.

Kini Instagram mendapatkan kedudukan istimewa dari Apple, App Store telah

beberapa kali memberikan apresiasi kepada Instagram, seperti masuk dalam

featured app, top free app untuk kategori fotografi, dan puncaknya adalah

diberikannya penghargaan sebagai App Of The Year 2011. App Store adalah

layanan katalog aplikasi digital yang disedikan oleh Apple untuk perangkat IOS

yang terdiri dari iphone, ipad touch dan ipad.

Instagram menjadi layanan photo sharing yang handal dengan sejuta

pengguna. Kevin dan Mike mulai menempatkan ke platform lain yaitu Android,

karena platform buatan google ini relatif baru namun sekarang menjadi terbesar di

dunia. Masuk ke platform buatan google berarti menjangkau lebih banyak lagi

pengguna di seluruh dunia. Pada tanggal 3 April 2012 menjadi hari bersejarah

25
bagi Instagram karena telah sukses berada platform di android. Jumlah pengguna

Instagram sebelumnya berjumlah 30 juta bertambah 1 juta hanya dalam 12 jam

dan terus meningkat. Hal ini yang membuat nilai harga Instagram sebagai layanan

photo sharing dan Burbn sebagai perusahaan semakin tinggi. Pada tanggal 1 mei

2012 jumlah pengguna menjadi 50 juta dan terus bertambah 5 juta tiap

minggunya. Hanya berselang 9 hari setelah booming kehadirannya di android,

perusahaan ini diakuisi oleh facebook (Atmoko, 2012: 12).

Instagram banyak penggunanya karena kemudahan dan kecepatannya

dalam berbagai foto yang diambil bergaya retro yang menarik. Pengguna dapat

memanfaatkan 17 filter foto yang mengubah warna dan memberi kesan foto yang

berbeda. Instagram memberikan cara baru berkomunikasi di jejaring sosial

melalui foto. Konsep jejaring sosial dengan “follow”, “like” foto dan “popular”

yang menjadikan Instagram semakin banyak penggunanya. Pengguna Smartphone

menjadi lebih gemar memotret. Namun tujuan dibuatnya Instagram bukanlah

hanya sebuah aplikasi foto, melainkan sebuah cara baru berkomunikasi lewat

gambar dan merupakan komunikasi yang berbeda. Karena aplikasi pengolah foto

adalah sebuah alat (Atmoko, 2012, 13).

Instagram resmi lahir dan dirilis untuk platform IOS pada tanggal 6

Oktober 2010. Sebanyak 25 ribu pengguna berhasil terjaring untuk mendaftar di

hari pertama. Pada tanggal 13 Oktober 2010 pengguna mencapai 100 ribu, pada

tanggal 21 Desember 2010 Instagram mencapai 1 juta pengguna, kemudian

Instagram mengeluarkan fitur hashtag atau tagar pada tanggal 27 Januari 2011

agar memudahkan pengguna untuk menemukan foto dan pengguna lainnya,

26
pengguna bertambah menjadi 1,75 juta pada tanggal 02 Februari 2011 dan foto-

foto Instagram mendapatkan like sebanyak 78 juta dan tanggal 15 Februari

mencapai 2 juta. Pada tanggal 12 juli dalam waktu 8 bulan telah berhasil memiliki

5 juta pengguna dan 100 juta foto yang diunggah di Instagram. Dibandingkan

dengan Flickr yang perlu waktu 2 tahun untuk mencapai rekor ini. Instagram

merilis versi 2.0 pada tanggal 20 September 2011 dengan fitur yang live filter,

instan tilt shift dan resolusi tinggi.

2.3.3 Fitur-Fitur Instagram

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan mengambil gambar atau

foto yang menerapkan filter digital untuk mengubah tampilan efek foto, dan

membagikannya ke berbagai layanan media sosial, termasuk milik Instagram

sendiri. Instagram memiliki lima menu utama yang semuanya terletak dibagian

bawah (Atmoko, 2012:28) yaitu sebagai berikut :

a. Home Page

Home page adalah halaman utama yang menampilkan (timeline) foto-foto

terbaru dari sesama pengguna yang telah diikuti. Cara melihat foto yaitu

hanya dengan menggeser layar dari bawah ke atas seperti saat scroll mouse

di komputer. Kurang lebih 30 foto terbaru dimuat saat pengguna

mengakses aplikasi, Instagram hanya membatasi foto-foto terbaru.

b. Comments

Sebagai layanan jejaring sosial Instagram menyediakan fitur komentar,

fotofoto yang ada di Instagram dapat dikomentar di kolom komentar.

Caranya tekan ikon bertanda balon komentar di bawah foto, kemudian

27
ditulis kesan-kesan mengenai foto pada kotak yang disediakan setelah itu

tekan tombol send.

c. Explore

Explore merupakan tampilan dari foto-foto populer yang paling banyak

disukai para pengguna Instagram. Instagram menggunakan algoritma

rahasia untuk menentukan foto mana yang dimasukkan ke dalam explore

feed.

d. Profil

Profil pengguna dapat mengetahui secara detail mengenai informasi

pengguna, baik itu dari pengguna maupun sesama pengguna yang lainnya.

Halaman profil bisa diakses melalui ikon kartu nama di menu utama

bagian paling kanan. Fitur ini menampilkan jumlah foto yang telah

diupload, jumlah follower dan jumlah following.

e. News Feed

News feed merupakn Fitur yang menampilkan notifikasi terhadap berbagai

aktivitas yang dilakukan oleh pengguna Instagram. News feed memiliki

dua jenis tab yaitu “Following” dan “News”. Tab “following”

menampilkan aktivitas terbaru pada user yang telah pengguna follow,

maka tab “news” menampilkan notifikasi terbaru terhadap aktivitas para

pengguna Instagram terhadap foto pengguna, memberikan komentar atau

follow maka pemberitahuan tersebut akan muncul di tab ini.

Menurut Atmoko, ada beberapa bagian yang sebaiknya diisi agar foto yang

di unggah lebih mempunyai makna informasi, bagian-bagian tersebut yaitu :

28
1. Judul

Judul atau caption foto bersifat untuk memperkuat karakter atau pesan

yang ingin disampaikan pada pengguna tersebut.

2. Hashtag

Hashtag adalah sysmbol bertanda pagar (#), fitur pagar ini sangatlah

penting karena sangat memudahkan pengguna untuk menemukan foto-foto

di Instagram dengan hashtag tertentu.

3. Lokasi

Fitur lokasi adalah fitur yang menampilkan lokasi dimana pengguna

pengambilannya. Meski Instagram disebut layanan photo sharing, tetapi

Instagram juga merupakan jejaring sosial. Karena pengguna bisa

berinteraksi dengan sesama pengguna. Ada beberapa aktivitas yang dapat

dilakukan di Instagram, yaitu sebagai berikut :

a. Follow

follow adalah pengikut, dari pengguna Instagram pengguna satu agar

mengikuti atau berteman dengan pengguna lain yang menggunakan

Instagram.

b. Like

Like adalah suatu ikon dimana pengguna dapat menyukai gambar ataupun

foto pada Instagram, dengan cara menekan tombol like dibagian bawah

caption yang bersebelahan dengan komentar. Kedua, dengan double tap

(mengetuk dua kali) pada foto yang disukai.

29
c. Komentar

Komentar adalah aktivitas dalam memberikan pikirannya melalui katakata,

pengguna bebas memberikan komentar apapun terhadap foto, baik itu

saran, pujian atau kritikan.

d. Mentions

Fitur ini adalah untuk menambah pengguna lain, caranya dengan

menambah tanda arroba (@) dan memasukan akun instagram dari

pengguna tersebut.

2.3.4 Instagram Story

Instagram story adalah sebuah fitur yang terdapat dalam aplikasi

instagram berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto,

mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai

layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri, namun tidak akan

muncul di halaman profile dan akan terhapus dalam waktu 24 jam.

Dalam instagram story terdapat fungsi yang memungkinkan penggunanya

berbagi lokasi, stiker serta video live. Dalam instagram story (Instastory) ini,

pengguna instagram dapat melihat story siapapun tanpa harus mem-follow akun

tersebut terlebih dahulu, terkecuali untuk pengguna akun private. Karena bersifat

temporer, fitur instagram story ini tepat bagi seseorang yang ingin mengabadikan

momen terbaiknya dalam satu hari dan menampilkan outfit of the day-nya tanpa

harus mempostingnya. Menariknya, fitur instagram story dapat menampilkan

informasi mengenai siapa saja orang yang telah melihat instagram story milikmu.

30
2.4 Self Disclosure

2.4.1 Definisi Self Disclosure


Secara bahasa, self berarti diri sendiri, dan disclosure dari kata closure

yang diartikan sebagai penutupan, pengakhiran, sehingga disclosure berarti

terbuka atau keterbukaan. Menurut Leary, McDonald dan Tangney (2003) dalam

(Agus, 2013:46) self adalah: “Kelengkapan psikologis yang memungkinkan

refleksi diri berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua

jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang

memungkinkan seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri.”

(DeVito, 1997:40) menjelaskan self disclosure sebagai salah satu tipe

komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberitahu

kepada orang lain. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi

yang diutarakan tersebut harus informasi yang biasanya disimpan atau

dirahasiakan dan informasi tersebut harus diceritakan kepada orang lain baik

secara tertulis dan lisan.

Definisi lain mengenai self disclosure menurut Johnson (1981) dalam

(Supratiknya, 1995:14), menjelaskan bahwa:

“Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau

tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan

informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami

tanggapan kita di masa kini tersebut”

31
2.4.2 Dimensi Self Disclousure

Menurut (Devito, 1997:40) dimensi dalam self disclosure ini dibagi

menjadi 5 bagian:

a. Ukuran atau jumlah self disclosure

Ukuran self disclosure didapat dari frekuensi seseorang melakukan self

disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu

yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan tersebut. Dalam hal ini

self disclosure yang dilakukan akan sangat tidak terbatas oleh waktu, di

mana seseorang dapat kapan saja terhubung dengan aktivitas internet dan

melakukan self disclosure pada media sosial saat seseorang merasa hal

atau kejadian yang dialaminya patut untuk diungkapkan.

b. Valensi Self Disclosure

Valensi merupakan kualitas positif dan negatif dari self disclosure.

Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan

(positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif),

kualitas ini akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang

yang mengungkapkan diri maupun pada pendengarnya.

c. Kecermatan dan Kejujuran

Kecermatan atau ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana

individu mengetahui atau mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self

disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara

total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau berbohong.Dalam hal ini,

32
mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan konsep diri (self-

concept) seseorang.

d. Tujuan dan Maksud

Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan,

sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.

Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang

berpikir secara spontan, melibatkan emotional yang kadang kurang

terkontrol.

e. Keintiman

Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau hal

dianggap sebagai feriferal atau impersonal atau hal-hal yang terletak antara

feriferal atau impersonal.

2.4.3 Fungsi Self Disclosure

Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut (Derlega &

Grzelak, 1979:254) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu:

1. Ekspresi

kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang

semua itu dari dada kita.” Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita

mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.

2. Penjernihan diri

Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi kepada seorang

teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat melihat duduk

persoalannya dengan lebih baik.

33
3. Keabsahan Sosial

Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang

mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan

pandangan kita.

4. Kendali Sosial

Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang diri

kita sebagai peranti kendali sosial.

5. Perkembangan hubungan

Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang

paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin

meningkatkan keakraban.

2.4.4 Manfaat Self Disclosure

Membahas mengenai self disclosure, maka harus juga mengetahui manfaat

dari self disclosure itu sendiri. Menurut (Devito, 2011:67-69) manfaat dari

melakukan self disclosure adalah:

a. Pengetahuan diri

Salah satu manfaat dari pengungkapan diri adalah kita mendapatkan

perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai perilaku kita sendiri.

b. Kemampuan mengatasi kesulitan

Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa kita akan lebih mampu

menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah,

yakni melalui pengungkapan diri. Dengan mengungkapkan perasaan dan

34
menerima dukungan, bukan penolakan, kita menjadi lebih siap untuk

mengatasi perasaan bersalah dan mungkin mengurangi dan bahkan

menghilangkannya.

c. Efisiensi komunikasi

Seseorang memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh

kita memahami orang lain secara individual.

d. Kedalaman hubungan

Dengan pengungkapan diri, kita memberitahu orang lain bahwa kita

mempercayai mereka, menghargai, dan cukup peduli akan mereka dan

akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka.

2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure


Tidak semua individu mampu melakukan self disclosure begitu saja,

karena tingkat kepribadian yang dimiliki seseorang cenderung berbeda-beda.

Untuk itu, (Devito, 2011:65-67) mengemukakan ada delapan faktor yang

mempengaruhi self disclosure:

a. Besaran kelompok

Besaran kelompok atau ukuran audience, maksimal 4 orang.

Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada

kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan

lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapkan diri. Bila ada lebih

dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena

tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.

35
b. Perasaan menyukai

Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan

kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai.

c. Efek diadik

Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang

melakukan pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat

seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya memperkuat perilaku

pengungkapan diri.

d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri

dari pada orang yang kurang kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan

pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai

bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada

umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa

lebih nyaman dalam berkomunikasi.

f. Topik

Kecenderungan memilih topik pembicaraan, seseorang lebih cenderung

membuka diri tentang topik pekerjaan atau hobi dari pada tentang

kehidupan seks atau situasi keuangan. Umumnya, makin pribadi dan

makin negatif suatu topik, makin kecil kita mengungkapkannya.

36
2.5 Kerangka Berpikir

Fenomena self disclosure

Self disclosure
(DeVito, 1997:40)
a. Ukuran atau jumlah
b. Valensi
c. Kecermatan dan Kejujuran
d. Tujuan
e. Keintiman

Pengguna aktif instagram


story dikota palu

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Menurut Sekaran (Yusdaniar, 2011: 28) bahwa kerangka pikir merupakan

model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai fakor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pikir adalah sebuah konsep

penelitian yang dibuat berdasarkan pola pikir peneliti sendiri dengan maksud

dapat mempermudah langkah peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan

kerangka pikir diatas, maka peneliti melihat Fenomena Self Disclosure yang

terjadi di Kota Palu. Kemudian, penulis ingin mengetahui bagaimana

pengungkapan diri dikalangan pengguna aktif Instagram Story di Kota Palu.

37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe dan Dasar Penelitian

3.1.1 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif. Tipe

ini digunakan untuk memberikan gambaran dan menguraikan tentang keseluruhan

objek yang diteliti sesuai dengan data diperoleh. Jenis riset ini bertujuan membuat

deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat populasi

atau objek tertentu (Kriyantono, 2008: 69).

3.1.2 Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma

konstuktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan

antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu

sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui

pengamatan langsung dan terperinci terhadap perilaku sosial yang bersangkutan

menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003).

Pendekatan ini bertujuan untuk melihat bagaimana self disclosure yang ditunjukkan

oleh beberapa pengguna aktif Insta story di Kota Palu.

38
3.2 Definisi Operasional Konsep

Menurut (Devito, 1997:40) dimensi dalam self disclosure ini dibagi menjadi 5

bagian:

a. Ukuran atau jumlah self disclosure

Melalui pesan-pesan singkat yang diposting menggunakan media sosial

instagram story, menampilkan kegiatan keseharian para individu dimana

aktivitas yang akan terlihat adalah pengungnkapan diri individu ketika merasa

hal yang dialaminya patut untuk diungkapkan.

b. Valensi Self Disclosure

Dilihat dari kualitas positif maupun negatif dalam mengungkapkan diri

kepada khalayak, akan terlihat bisa menyenangkan individu dimana proses

pengungkapan diri akan berdampak baik dan tidak menyenangkan pada

khalayak.

c. Kecermatan dan Kejujuran

Dalam hal ini peneliti akan melihat sejauh mana individu mengetahui dan

mengenal dirinya sendiri. Pengungkapan diri bergantung pada konsep diri

seseorang ketika individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hal

kejujuran.

d. Tujuan dan Maksud

Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan,

sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.

39
Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang berpikir

secara spontan, melibatkan emotional yang kadang kurang terkontrol.

e. Keintiman

Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau hal

dianggap sebagai feriferal atau impersonal atau hal-hal yang terletak antara

feriferal atau impersonal.

3.3 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut dilakukan.

Penelitian ini menggunakan media sosial instagram dengan melihat beberapa

pengguna aktif akun Instagram melalui Instagram Story.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

3.4.1 Subjek Penelitian

Tehnik penentuan informan secara Purpossive yaitu dengan cara menentukan

informan berdasarkan keperluan peneliti dan dipilih dengan sengaja berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat

generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak

dikenal adanya populasi atau sampel (Suyanto, 2005: 171). Adapun kriteria informan

sebagai berikut :

1. Aktif menggunakan instargram

2. Minimal 3 kali sehari melakukan story

3. Followers berjumlah 1 K

4. Bertempat tinggal di Kota Palu

40
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti telah memperoleh beberapa

pengguna aktif instagram yang rutin melakukan kegiatan Story. Peneliti memilih dari

latar belakang yang berbeda sebagai informan.

Tabel 3.1 Tabel Informan

Jenis Akun
Nama Usia Alamat
No Kelamin Instagram
Jl.Abd. rahman @Larassin
1 Nafisa Larasati 24 P
saleh tjenae
Rezkia Pratiwi Jl. R.E @tiwirum
2 21 P
Rumambi Martadinata ambi_
@fajarash
3 Moh Fajar Ashari 25 L Jl. Jati Lorong 1
ary

3.4.2 Objek penelitian

Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin
diketahui apa yang terjadi didalamnya. Objek pada penelitian ini adalah
Pengungkapan Diri Melalui Instagram ( Study Pada Pengguna Aktif Instagram Story
di Kota Palu )

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Jenis Data
Untuk menunjang penelitian ini, maka penulis menggunakan dua jenis data

yaitu :

1. Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumber dan

diolah sendiri oleh peneliti untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2008: 138). Data

41
primer yang digunkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung melalui observasi dan wawancara.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang sudah tersedia.

Data sekunder dalam penelitian ini bersumber pada dokumen, buku-buku,

literatur, majalah-majalah dan foto-foto yang berhubungan dengan penelitian

ini sebagai pelengkap data primer.

3.5.2 Teknik Pengumpulan data

Menurut Bungin (2004: 42), bahwa metode pengumpulan data adalah dengan

cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir

penelitian mampu menyajikan informasi yang valied dan reliabe”. Adapun aspek

dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yang terdiri dari observasi dan

wawancara mendalam. Berikut ini penjelasan tiga aspek tersebut yaitu :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi partisipatif.

Artinya, peneliti mengamati secara langsung proses self disclosure yang

terjadi di akun instagram pada pengguna aktif Insta Story di Kota Palu.

Namun, disini peneliti tergolong kedalam partisipatif pasif, karena peneliti

hanya melihat serta mengamati proses self disclosure yang dilakukan tanpa

ikut terlibat di dalamnya.

2. Wawancara Mendalam (Depth Interview)

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan

42
maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin,

2004: 110). Wawancara mendalam (in-depth interview) dengan para informan

kunci menggunakan pedoman wawancara (Interviewguide) yang berupa daftar

pertanyaan, maupun wawancara bebas dan mendalam untuk memperoleh

informasi yang akurat.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini bertujuan untuk melengkapi dokumen-dokumen yang

dapat mendukung peneliti berupa file-file berbentuk surat, agenda, catatan

harian, profil lembaga dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Self

Disclosure pada pengguna Instagram (Insta Story).

3.6 Teknik Analisis data

Keseluruhan tahap penganalisaan data penelitian ini berpedoman pada

langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman (1992: 16-20). Langkah-langkah analisis tersebut terdiri dari tiga alur

kegiatan secara bersamaan, yaitu : (1) reduksi data (data reduction, (2) penyajian data

(data display), dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion

drawing/verification).

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data adalah proses penyeleksian data kasar sehingga data-data

menjadi sederhana dan terpusat. Proses reduksi ini berlangsung dari awal

hingga proses akhir kegiatan penelitian laporan lengkap hasil penelitian.

43
2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data merupakan proses yang dilakukan setelah mereduksi data.

Menyajikan data dalam bentuk singkat sehingga mudah bagi peneliti untuk

memahami situasi yang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Langkah ketiga dari analisis kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara.

Namun berubah bila bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan untuk mengumpulkan data, kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kridibel.

Pengumpulan Data Reduksi Data

Penyajian data Penarikan


Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 3.1. Model Interaktif. Sumber : Miles dan Huberman (1992: 43)

44
BAB IV

HASIL DAN PEMABAHASAN

4.1 Deskripsi Singkat Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah sebuah media sosial

Instagram, yaitu suatu aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna (user)

mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan

jejaring sosial, termasuk di akun Instagram pribadi pengguna tersebut. Pengguna

media sosial Instagram makin kesini makin dimanjakan dengan beragam fitur-fitur

baru didalamnya seperti Instagram-Stories, Instagram Live, Instagram TV, dan

beragam fitur-fitur yang ada disetiap komponen Instagram tersebut, yang mana itu

menandakan semakin banyak ragam cara para pengguna untuk melakukan self-

disclosure (pengungkapan diri) di media sosial Instagram. Sebelum memasuki

pembahasan, terlebih dahulu akan dijelaskan awal mula media sosial Instagram.

4.1.1 Instagram

Instagram adalah suatu aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

penggunanya untuk mengambil foto, menggunakan efek digital, dan memungkinkan

untuk membagikannya ke media sosial lainnya, termasuk milik Instagram sendiri.

Keunikan yang dimiliki Instagram adalah kemampuannya untuk menjadikan foto

seperti hasil dari kamera Kodak Instamatic dan polaroid. Ini yang membedakannya

dengan rasio aspek 4:3 yang umum digunakan oleh kamera pada peranti bergerak

(Husna, 2016).

45
Mulanya, Kevin dan Mike menciptakan aplikasi mobile web bernama Burbn.

Fitur yang tersedia di Burbn ini adalah check-in lokasi, pengguna akan mendapatkan

poin setiap kali mereka check-in saat bergaul dengan teman, fitur unggah foto, dan

masih banyak lagi. Mengingat fitur diaplikasi Burbn terlalu banyak, Kevin dan Mike

akhirnya membuat aplikasi baru yang lebih simpel, yaitu Instagram. Instagram

mulanya hanya memiliki 3 fitur, seperti unggah foto, like (menyukai), dan memberi

komentar. Nama Instagram sendiri diambil dari kata “insta” yang berasal dari kata

instan. Kata “instan” juga diambil dari melihat cara kerja kamera yang instan pada

kamera polaroid. Itulah mengapa awalnya lambang dari Instagram mirip seperti

bentuk kamera Polaroid. Sedangkan kata “gram” itu dikutip dari kata “telegram”

yang mampu mengirimkan informasi secara cepat.

Burbn Inc company yang didirikan pada tahun 2010 merupakan perusahaan

teknologi yang berbasis start up, yang artinya hanya fokus kepada pengembangan

teknologi pada gadget atau telepon genggam. Sebelumnya, perusahaan ini bergerak

di HTML 5 peranti bergerak, sampai akhirnya Kevin Systrom dan Mike Krieger

selaku CEO memutuskan untuk fokus pada satu hal saja. Versi pertama dari aplikasi

Burbn saat itu tidak berjalan dengan baik karena terlalu banyak fitur-fitur

didalamnya. Kevin dan Mike pun merasa kesusahan untuk mengurangi fitur-fitur

tersebut. Terlepas itu juga masih banyak kekurangan dan beberapa hal yang belum

sempurna. Final project dari Burbn hanya dapat diakses lewat iPhone pada saat itu.

Hingga akhirnya pada 6 Oktober 2010 Kevin dan Mike mendapatkan ide untuk

membuat aplikasi yang hanya memiliki sedikit fitur, seperti mengunggah foto, suka,

46
dan komentar, dan itu adalah Instagram. Hanya membutuhkan koneksi internet, para

pengguna Instagram sudah bisa untuk mengirimkan informasi secara cepat.

Atmoko (dalam Permata, 2017) menjelaskan bahwa aplikasi Instagram

memiliki lima menu utama yang terletak dibagian bawah, yaitu sebagai berikut:

1. Home Page : merupakan halaman utama yang menampilkan linimasa foto-

foto terkini sesama pengguna yang telah diikuti.

2. Search : fitur pengguna untuk mencari foto-foto yang sedang popular atau

mencari pengguna-pengguna Instagram lain.

3. Camera : menu ini membuat pengguna bisa memotret dan mengunggah

foto atau video ke Instagram dengan berbagai efek yang tersedia dan

mengunggah foto yang sudah ada pada memori penyimpan handphone.

4. News Feed : fitur ini berfungsi untuk menampilkan notifikasi terhadap

berbagai aktivitas yang terjadi oleh akun pengguna Instagram.

5. Profile : halaman ini dapat membuat kita mengetahui secara detail

mengenai informasi pengguna, maupun informasi pengguna lain.

Gambar 4.1
Logo Aplikasi Media Sosial Instagram
(Sumber: Pixabay.com)

47
Selang waktu, Instagram mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Akhirnya pada 9 April 2012, Instagram diakuisisi oleh Facebook dengan nilai jual

mencapai hampir $1 Miliar dalam bentuk tunai dan saham. Instagram awalnya hanya

dapat diunduh dari App Store sebelum akhirnya hadir juga di Play Store karena

melihat banyaknya minat dari masyarakat pengguna Android. Kurun waktu satu

tahun, Instagram memiliki sepuluh 10 juta pengguna di dunia.

Aplikasi atau media sosial Instagram dapat digunakan pada perangkat seperti

iPhone, iPad, iPod-Touch maupun smartphone bertipe Android dan Windows Phone.

Awal kemunculannya dan diresmikan ke publik pada 6 Oktober 2010. Aplikasi

rancangan Kevin Systorm dan Mike Kriege ini pada hari pertamanya berhasil

mendatangkan pengguna hingga 25.000 orang. Setelah delapan tahun, Instagram

berhasil mendatangkan pengguna hingga 600 juta orang lebih.

4.1.2 Instagram story

Instagram story adalah sebuah fitur yang terdapat dalam aplikasi instagram

berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil

video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring

sosial, termasuk milik Instagram sendiri, namun tidak akan muncul di halaman

profile dan akan terhapus dalam waktu 24 jam.

Untuk mendorong pengguna agar membuat dan menshare content lebih banyak

lagi pada platform, Instagram telah mengumumkan Instagram Stories, sebuah fitur

yang memungkinkan pengguna mengirim foto dan video yang menghilang setelah 24

jam. Fitur ini seperti Snapchat Stories, fitur Snapchat yang diperkenalkan pada 2013

48
dan menjadi bagian penting dari pertumbuhan perusahaan. Seperti Snapchat, foto dan

video yang dishare dalam Instagram bersifat sementara dan tidak dapat dilihat setelah

24 jam. Content yang dishare ke stories juga tidak akan muncul pada profil grid

Anda atau dalam Instagram feed.

Instagram Stories muncul pada bar bagian atas feed Anda, dan semua akun

Instagram dapat menshare stories mulai dari teman-teman Anda sampai akun popular

favorit Anda. Untuk melihat story seseorang, Anda tinggal tap pada foto profil

mereka. Story mereka akan muncul secara full-screen, dan kemudian akan muncul

semua content yang mereka post dalam 24 jam terakhir.

Untuk membuat story di Instagram, Anda harus tap icon + pada sudut kiri atas

layar atau Anda dapat swap ke kiri dari layar home Instagram. Saat kamera story

terbuka Anda dapat mengambil foto atau merekam video, seperti yang Anda lakukan

biasanya pada Instagram. Setelah merekam video atau mengambil foto, Anda dapat

menggunakan berbagai filter dan juga menambahkan teks dan gambar untuk content

Anda.

Begitu story Anda diposting, Anda juga dapat melihat beberapa basic

analytics, yang menunjukkan berapa kali postingan dalam story Anda telah dilihat

dan siapa yang melihatnya. Cara untuk mengeceknya, swipe layar ke arah atas. Story

Anda mengikuti pengaturan privasi dari akun Anda. Jika Anda mengatur akun

Instagram Anda ke private, story Anda hanya dapat terlihat oleh follower Anda.

Anda juga dapat memilih untuk menampilkan bagian tertentu dari story Anda dengan

49
mempostingnya di profil Anda sehingga akan muncul dalam feed. Untuk melakukan

hal ini, tekan tombol upload.

Gambar 4.2
Cara memulai Instagram story
(Sumber : merchant.id)

4.2 Hasil Dan Pembahasan

4.2.1 Bagaimana Motif Pengungkapan Diri Melalui Instagram Pada Pengguna

aktif Insta Story di Kota Palu

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang ada saat

ini, semakin pula memberikan kemudahan bagi seseorang untuk mendapatkan dan

berbagi informasi. banyak individu yang dengan mudahnya mengakses apa yang

dibutuhkannya. Selain itu, pada era post-modern ini teknologi informasi dan

komunikasi kian pesat berkembang sehingga melahirkan berbagai macam aplikasi

instant messaging dan model web atau yang biasa juga disebut media sosial, dimana

50
media sosial ini berguna sebagai sarana komunikasi antar pengguna internet yang

memungkinkan pula seseorang untuk mengekspresikan diri.

Kehadiran media sosial di kalangan saat ini menjadikan ruang privat seorang

individu berubah menjadi ruang publik. Tanpa disadari atau disadari telah terjadi

pergeseran, yang mengakibatkan perubahan pada cara berinteraksi antar individu,

seperti tak segan dan tak memiliki batasan untuk membagikan segala hal tentang

dirinya kepada publik.

Melakukan pengungkapan diri tidak begitu saja dapat dibagikan dengan

mudah, terlebih jika itu bersifat pribadi. Maka, tentunya pengungkapan diri tentu

disertai dengan alasan pendukung atau tujuan mengapa seseorang melakukan hal

tersebut. Segala sesuatu yang ditulis dan dibagikan pada sosial media merupakan

suatu bentuk kesengajaan untuk maksud dan tujuan yang telah dipikirkan terlebih

dulu oleh penggunannya.

a. Ukuran atau Frekuensi Self Disclosure


Pengungkapan diri (self disclosure) merupakan sebuah aktivitas atau proses

berbagi informasi dengan orang lain. Informasinya menyangkut pengalaman pribadi,

perasaan, rencana masa depan, impian dan lain – lain. Dalam kehidupan sehari – hari

pengungkapan diri (self disclosure) tidak hanya terjadi dalam komunikasi dan

interaksi secara langsung, namun juga dapat terjadi pada media perantara yakni media

sosial, seperti yang dilakukan individu melalui media sosial Instagram.

Tujuan yang paling sering diutarakan oleh para informan adalah untuk

melepaskan emosi. Dengan melakukan keterbukaan, informan dapat melepaskan

51
sesuatu yang mengganjal pada dirinya, sehingga dapat memberikan ketenangan pada

dirinya. Seperti halnya penjelasan salah satu informan bernama Nafisa Larasati yang

merupakan masyarakat sekaligus pegawai, yang mengatakan bahwa

“Saya menggunakan Instagram, sangat sering. Karena biasanya setiap hari


harus update story biasanya setiap hari minimal 3 story, hal itu seperti
menjadi kebiasaan yang sering saya lakukan” ( Wawancara, 30/06/2021,
19:00 WITA )

Hasil wawancara diatas bahwa informan melakukan update story instagram

sangat sering. Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.3

Gambar 4.3
Story Instagram Informan
( Sumber : @larassintjenae )

52
Hal yang sama dikatakan oleh salah satu informan yang merupakan

mahasiswa yang ada di Kota Palu, bernama Reskiah Pratiwi Rumambi

“Sangat sering, pokoknya sehari pasti harus bikin story karena seperti sudah
kecanduan. Kalau tidak update story rasanya ada yang kurang”
(Wawancara, 20/07/2021, 19:00 WITA)
Melihat penjelasan salah satu informan bahwa penggunaan Instagram

menurut dia adalah hal penting dan update story yang merupakan hal wajib dia

lakukan untuk menunjukan aktivitasnya. Sebagaimana story instagram informan

pada gambar 4.4

Gambar 4.4
Story Instagram Informan
( Sumber : @tiwirumambi_ )

53
Informan bernama Moh. Fajar Ashary mengatakan bahwa :

“Saya tidak sering menggunkan Instagram, saya menggunakannya ketika


kalau lagi mau saja. ( Wawancara, 21/07/2021, 19:00 WITA )
Hasil wawancara diatas bahwa informan melakukan update story instagram

tidak sering karena informan menganggap bahwa menggunakan instagram story

bukan sebagai prioritas. Sebagaimanai story instagram informan pada gambar 4.5

Gambar 4.5
Story Instagram Informan
( Sumber : @fajarashary )

54
Hasil dari tingkatan frekuensi (intensitas), jumlah, dan lama waktu dalam

proses pengungkapan diri, seorang individu dipengaruhi oleh perasaan serta situasi

mereka dalam beraktifitas sehari – hari. Hal ini dapat dilihat dari lama akses

seseorang menggunakan media sosial. Dalam pembuatan instastory seseorang tidak

memerlukan waktu yang cukup lama. Bahkan seseorang dapat menumpuk beberapa

story yang sama dengan waktu yang berbeda. Jadi jumlah story seseorang dapat

bervariasi berantung dengan keadaan atau peristiwa yang dialaminya saat itu.

b. Valensi

Valensi atau pesan – pesan yang di ungkapkan cenderung sebagai ungkapan

positif atau negatif. Dengan kata lain ungkapan positif merupakan sebuah ungkapan

yang disukai oleh orang lain dan dirinya sendiri, dan sebaliknya ungkapan negatif

adalah sebuah ungkapan yang tidak disukai oleh orang lain dan belum tentu disukai

oleh dirinya sendiri. Kualitas ungkapan dapat ditemukan dan dinilai melalui sebuah

status story yang diunggah oleh si pemilik akun.

Pada story yang diunggah oleh para narasumber, pada umumnya peneliti

melihat banyak ungkapan yang positif walaupun tidak menutup kemungkinan ada

ungkapan yang dirasa positif oleh uploader (pengunggah) akan tetapi dianggap

sebuah ungkapan yang negatif oleh lainnya yang melihat. Berikut hasil wawancara

dari informan terkait kecenderungan sebuah ungkapan yang sering mereka upload di

Instagram instastory.

55
Salah satu informan bernama Nafisa Larasati yang merupakan masyarakat

sekaligus pegawai, yang mengatakan bahwa

’’Saat melakukan story pasti isinya dengan hal-hal yang positiflah , Jadi kalo
lagi buat story kadang diulang sampe yang paling bagus baru diupload,
karena saya menganggap kurang enak saja untuk dilihat pengikut”
(Wawancara, 30/06/2021, 19:00 WITA)

Melihat jawaban dari informan diatas bahwa ternyata dia selalu memposting

hal-hal positif dan sebelum melakukan postingan ataupun update story dia pasti

mengulang sampai yang paling bagus. Sebagaimana story instagram informan pada

gambar 4.6

Gambar 4.6
Story Instagram Informan
( Sumber : @larassintjenae )

56
Hal yang sama disampaikan oleh informan bernama Reskiah Pratiwi

Rumambi :

“Yah positif lah, masa mau upload unsur negatif, seperti apa yang saya suka
pasti saya posting, apalagi ketika lagi kumpul dengan teman-teman”
(Wawancara, 20/07/2021, 19:00 WITA)

Penjelasan informan diatas bahwa ternyata dia memanfaatkan Instagram

untuk memperlihatkan aktivitas kesehariannya. Sebagaimana story instagram

informan pada gambar 4.7

Gambar 4.7
Story Instagram Informan
( Sumber : @tiwirumambi_ )

57
Informan bernama Fajar Ashary, dia mengatakan bahwa :

“Saya melakukan postingan-postingan hanya untuk kepentingan mau


menunjukkan kata-kata motivasi biar teman-teman yang baca atau liat
storyku itu merasa semangat. (Wawancara, 21/07/2021, 19:00 WITA)

Melihat hasil wawancara diatas bahwa informan memanfaatkan postingan

story untuk menunjukan kata-kata motivasi yang bertujuan unyuk membangkitkan

semangat para pengikut akun instagramnya yang melihat postingan. Sebagaimana

story instagram informan pada gambar 4.8

Gambar 4.8
Story Instagram Informan
( Sumber : @fajarashary )

58
Melihat hasil dari ketiga pemaparan informan tersebut, peneliti menemukan

kesesuaian dengan motivasi yang dikemukakan oleh Devito (2011) dalam

pengungkapan diri. Motivasi pertama adalah pengungkapan diri haruslah didorong

oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan, terhadap orang lain yang terlibat, dan

terhadap diri sendiri. Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif bagi

semua pihak yang terlibat. Kedua adalah Kepatutan pengungkapan diri,

pengungkapan diri haruslah sesuai dengan lingkungan (konteks) dan hubungan

antara pembicara dan pendengar. Umumnya semakin bersifat pribadi pengungkapan

diri itu, makin dekat hubungan yang diputuskan.

Dapat disimpulkan bahwa dalam pengungkapan diri mereka melalui

Instagram instastory para individu terkesan hanya ingin menunjukkan segala hal

positif untuk mencitrakan diri mereka sebagai seseorang yang terlihat baik, ceria,

menghibur. Maka individu hanya akan mengungkapkan segala hal tentang diri

mereka atas dasar kesadaran diri bahwa yang mereka upload tidak akan menyakiti

atau melukai orang lain.

c. Kecermatan dan Kejujuran

Aspek dimensi berikutnya adalah kejujuran dan kecermatan. Kecermatan atau

ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana individu mengetahui atau

mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self disclosure akan berbeda tergantung pada

kejujuran. Individu dapat secara total jujur atau dapat melebih – lebihkan, atau

bahkan berbohong. Dari wawancara dengan narasumber terkait tingkatan kejujuran

mereka dalam proses pengungkapan diri mereka di dalam Instagram instastory.

59
Informan bernama Nafisa Larasati yang merupakan masyarakat sekaligus

pegawai, yang mengatakan bahwa

“Kadang tidak jujur, terlalu banyak berpura-pura ketika lagi galau tapi
berpura-pura terlihat baik-baik saja. Karena tidak semua privasi saya, harus
saya bagikan di media sosial khususnya instagram.” ( Wawancara,
30/06/2021, 19:00 WITA )

Melihat jawaban informan diatas bahwa postingan update story di isnstagram

mengenai kecermatan dan kejujuran, informan menggunakan instagram story kadang

tidak terlalu jujur, karena postingan-postingan yang informan bagikan tidak sesuai

keadaan, informan menganggap tidak semua privasi harus dibagikan ke media sosial.

Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.9

Gambar 4.9
Story Instagram Informan
( Sumber : @larrasintjenae )

60
Informan bernama Reskiah Pratiwi rumambi dia mengatakan bahwa :

“ Untuk postingan-postingan story saya di instagram kebanyakan adalah hal-


hal yang jujur, saya takutnya nnti kalau baposting yang tidak enak dibaca
atau dilihat orang- orang nanti akan menimbulkan pandangan lain sama
saya.” ( Wawancara, 20/07/2021, 19:00 WITA )

Melihat jawaban informan diatas mengenai kecermatan dan kejujuran

penggunaan media sosial instagram bahwa informan menganggap kejujuran

postingan story adalah hal yang penting dan itu sangat berpengaruh terhadap semua

yang akan melihatnya. Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.10

Gambar 4.10
Story Instagram Informan
( Sumber : @tiwirumambi_ )

61
Hal yang sama diungkapkan oleh informan Fajar Ashary yang mengatakan

bahwa :

“Harus jujurlah karena postingan story saya kebanyakan kata-kata motivasi


untuk penyemangat hidup dan biasanya juga tentang bagaimana biar tidak
galau lagi” ( Wawancara, 21/07/2021, 19:00 WITA )

Melihat penjelasan informan diatas bahwa kecermatan dan kejujuran

merupakan hal terpenting ketika melakukan update story, karena menurut informan

kata-kata motivasi merupakan hal yang tidak bisa dibohongi dan penuh ketelitian

ketika membuat dan mempostingnya. Sebagaimana story instagram informan pada

gambar 4.11

Gambar 4.11
Story Instagram Informan
( Sumber : @fajarashary )

62
Pada ungkapan yang disampaikan oleh para informan terkait masalah

kecermatan dan kejujuran, salah satu informan yang tidak terlalu jujur ketika

melakukan update story hal tersebut karena untuk menjaga privasi, atau keterbatasan

akan informasi yang tidak ingin dikonsumsi oleh sesama pengguna jejaring media

sosial Instagram. Namun ada juga yang blak – blakan dengan kondisi yang

sebenarnya, Karena dalam sebuah ungkapan yang mereka sampaikan melalui media

sosial Instagram instastory ini ada sesuatu yang ingin mereka tuju seperti mencari

simpati dan perhatian

d. Tujuan dan Maksud

Tujuan atau maksud seperti yang diungkapkan oleh Devito dikutip dari

Ningsih (2011) bahwa Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk

diungkapkan, sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self

disclosure. Hasil wawancara menunjukkan bahwa tujuan dan maksud individu

mengungkapkan diri mereka melalui media sosial Instagram instastory adalah

sebagai tempat untuk mencari relasi, menuangkan perasaan, mencari materi,

ketenaran dan sebagainya. Karena seorang individu memiliki motif dan tujuan

mengapa mereka harus menuangkan perasaan mereka dalam media sosial. Seperti

yang diungkapkan oleh informan Nafisa Larasati yang merupakan masyarakat

sekaligus pegawai, yang mengatakan bahwa

“Kepuasan tersendiri, apalagi ketika update story tentang aktivitas saya.


Biasanya juga abadikan momen yang galau, pasti pada banyak yang kepo
dan DM Instagram langsung rame” (Wawancara, 30/06/2021, 19:00 WITA)

63
Melihat penjelasan informan bahwa tujuan dan maksud dari setiap update

story di instagram ternyata untuk kepuasan tersendiri. Sebagaimana story instagram

informan pada gambar 4.12

Gambar 4.12
Story Instagram Informan
( Sumber : @larassintjenae )

Lain hal dengan informan Reskiah Pratiwi Rumambi yang mengatakan

bahwa :

“Saya menggunakan instagram untuk memperlihatkan segala aktivitas sehari-


hari saya, selain itu juga untuk menarik penonton story saya biar rame dan
banyak yang komen bertanya-tanya tentang postinganku. (20/07/2021,
19:00 WITA )

64
Penjelasan informan diatas bahwa tujuan dan maksud dalam menggunakan

update story instagram selain untuk memperlihatkan aktivitas keseharianya,

informan juga menarik perhatian penonton storynya . Sebagaimana story instagram

informan pada gambar 4.13

Gambar 4.13
Story Instagram Informan
( Sumber : @tiwirumambi_ )

Salah satu informan Fajar Ashary mengatakan bahwa :

“Tujuan saya update story di instagram tidak lain sebatas memperlihatkan


kalau saya itu bijak dimata teman-teman dan pengikut saya di instagram.
Biar pengikut diinstagram juga senangi saya” ( Wawancara, 21/07/2021,
19:00 WITA )

Melihat penjelasan informan diatas bahwa tujuan informan hanya untuk

kepentingan memperlihatkan bahwa dirinya terlihat bijak dimata teman-teman dan

pengikutnya diakun media sosial instagram. Sebagaimana story instagram informan

pada gambar 4.14

65
Gambar 4.14
Story Instagram Informan
( Sumber : @fajarashary )
Melihat dari pemaparan para informan dapat dilihat bahwa tujuan mereka

mengungkapkan diri bukan hanya sebagai media mencurahkan isi hati, ada juga

untuk mencari perhatian dan bahkan terlihat bijak atas apa yang mereka lakukan

dalam media sosial instastory atas apa yang mereka lakukan dalam media sosial

instastory. Rasa senang yang dirasakan oleh mereka dan semakin membuat mereka

aktif dalam media sosial tersebut.

e. Keintiman

Dalam dimensi keintiman, keintiman secara bahasa memiliki arti keakraban

atau kemesraan. Pada konsep self disclosure, individu dapat menyikapkan hal – hal

yang bersifat intim dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari orang – orang yang

mendukung ungkapannya atau bahkan teman-teman terdekatnya. Jika melihat media

Instagram instastory peneliti hampir tidak menemukan ungkapan keintiman, karena

66
media Instagram bisa dikatakan para follower atau pengikut belum tentu adalah

orang – orang yang mereka kenal. Informan Nafisa Larasati yang merupakan

masyarakat sekaligus pegawai, yang mengatakan bahwa.

“Karena whatsapp kan yang liat cuma kontak kita saja dan yang liat story
whatsapp pastinya cuma beberapa orang saja tidak semuanya dan kalo
penting pasti lewat chat private. Nah kalo Instagram kan banyak yang liat
bisa sampe ratusan orang, makanya saya lebih suka posting apapun di
Instagram termasuk story” ( Wawancara, 30/06/2021, 19:00 WITA )

Melihat penjelasan informan bahwa informan hanya melakukan chat yang

lebih intim melalui whatsapp atau media lainnya yang mereka rasa lebih aman.

Informan lebih sering menggunakan instagram untuk Pengungkapan diri (self

disclosure), karena informan menganggap bahwa postingan story instagram lebih banyak

yang melihat dibandingkan dengan aplikasi lainnya walaupun akan hilang dalam waktu 24

jam. Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.15

Gambar 4.15
Story Instagram Informan
( Sumber : @larassintjenae )

67
Salah satu informan bernama Reskiah Pratiwi Rumambi yang mengatakan bahwa :

“Saya tidak perlu mengenal semua orang yang mengikuti saya, semakin
banyak yang liat story saya semakin bagus, karena menurut saya tidak perlu
saya tau semua tentang pengikut saya diinstagram” (Wawancara,
20/07/2021, 19:00 WITA)

Melihat penjelasan informan bahwa keintiman dalam penggunaan media sosial

instagram sangat terbuka dan tidak terbatas bagi orang-orang yang menjadi followers,

informan menganggap bahwa semakin banyak viewers maka informan akan merasa senang .

Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.16

Gambar 4.16
Story Instagram Informan
( Sumber : @tiwirumambi_ )

68
Berbeda dengan informan Fajar Ashary yang mengatakan bahwa :

“Segala aktivitas bisa dilihat oleh siapa pun, dan juga saya kan hanya niat
bagikan kata-kata motivasi. Jika lebih privasi saya menggunakan media
lainnya yang lebih aman dan terbatas seperti, whatsapp, atau chat pribadi” (
Wawancara, 21/07/2021, 19:00 WITA )

Melihat penjelasan informan di atas bahwa keintiman dalam penggunaan

media sosial instagram lebih terbuka ke siapa saja. Karena informan hanya

menggunakan intagram untuk memperlihatkan postinganya kepada viewers

instagramnya. Berbeda hal dengan yang bersifat pribadi lebih sering menggunakan

aplikasi lainnya. Sebagaimana story instagram informan pada gambar 4.17

Gambar 4.17
Story Instagram Informan
( Sumber : @fajarashary )

69
Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa media sosial Instagram

instastory tidak dijadikan tempat untuk menunjukkan sebuah keintiman yang

mendalam, karena dari seluruh jumlah pengikutnya belum tentu dikenal oleh si

pemilik akun. Akan tetapi jika informasi tersebut dapat memberi batas untuk diketahui

orang lain, seseorang akan sangat berani untuk menunjukkan hal – hal keintiman.

Mereka hanya melakukan chat yang lebih intim melalui direct message atau media

lain yang mereka rasa lebih aman.

Untuk itu peneliti meyakini bahwa dimensi self diesclosure pada informan

pengguna media sosial Instagram instastory karena sudah menjadi kebiasaan sesuai

dengan keadaan atau kondisi pada saat itu. Ada informan juga tidak jujur akan

sebuah kondisi yang dihadapinya. Dalam dimensi keintiman individu lebih memilih

media lain yang lebih aman karena di instastory mereka tidak mengenal semua para

pengikutnya walaupun story yang mereka upload akan hilang dalam waktu 24 jam.

(DeVito, 1997:40) menjelaskan self disclosure sebagai salah satu tipe

komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberitahu kepada

orang lain. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi yang

diutarakan tersebut harus informasi yang biasanya disimpan atau dirahasiakan dan

informasi tersebut harus diceritakan kepada orang lain baik secara tertulis dan lisan.

Bahwa self disclosure pada pengguna aktif instagram story di Kota Palu yang

menjadi fenomena tersendiri sehingga peneliti tertarik menjadikan objek penelitian

yang menggambarkan keseharian informan seperti yang telah peneliti jelaskan.

Hasil dari penelitian tentang ukuran atau jumlah self disclosure, bahwa para

informan menggunakan update story instagram sangat sering, sehingga setiap

70
harinya informan bisa update story sampai 3 kali sehari. Sehingga dapat dilihat

bahwa penggunaan instastory sudah menjadi kebiasaan dan dipengaruhi oleh

perasaan serta situasi mereka dalam beraktifitas sehari – hari. Hal ini dapat dilihat

dari lama akses seseorang menggunakan media sosial. Dalam pembuatan instastory

seseorang tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Bahkan seseorang dapat

menumpuk beberapa story yang sama dengan waktu yang berbeda. Jadi jumlah story

seseorang dapat bervariasi berantung dengan keadaan atau peristiwa yang dialaminya

saat itu.

Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan (positif),

atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif), kualitas ini akan

menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang yang mengungkapkan diri

maupun pada pendengarnya. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengungkapan diri

mereka melalui Instagram instastory para individu terkesan hanya ingin

menunjukkan segala hal positif untuk mencitrakan diri mereka sebagai seseorang

yang terlihat baik, ceria, menghibur bahkan menjadi sosok figure yang harus diikuti.

Maka individu hanya akan mengungkapkan segala hal tentang diri mereka atas dasar

kesadaran dri bahwa yang mereka upload tidak akan menyakiti atau melukai orang

lain.

Individu dapat secara total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau

berbohong.Dalam hal ini, mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan

konsep diri (self-concept) seseorang. Terkait masalah kecermatan dan kejujuran,

salah satu informan yang tidak terlalu jujur ketika melakukan update story hal

tersebut karena untuk menjaga privasi, atau keterbatasan akan informasi yang tidak

71
ingin dikonsumsi oleh sesama pengguna jejaring media sosial Instagram. Namun ada

juga yang blak – blakan dengan kondisi yang sebenarnya, Karena dalam sebuah

ungkapan yang mereka sampaikan melalui media sosial Instagram instastory ini ada

sesuatu yang ingin mereka tuju seperti mencari simpati, perhatian, atapun pekerjaan,

sehingga kecermatan dan kejujuran adalah hal sangat penting karena akan

berpengaruh terhadap followers dan orang-orang yang akan endors produk.

Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan,

sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure. Melihat

dari pemaparan para informan dapat dilihat bahwa tujuan mereka mengungkapkan

diri bukan hanya sebagai media mencurahkan isi hati, ada juga untuk kepentingan alasan

memperlihatkan pekerjaan dan mendapatkan sebuah imbalan atas apa yang mereka

lakukan dalam media sosial instastory. Rasa senang yang dirasakan oleh mereka

akan sebuah imbalan, semakin membuat mereka aktif dalam media sosial tersebut.

Dimensi self disclosure pada informan pengguna media sosial Instagram instastory

dengan waktu yang tidak menentu sesuai dengan keadaan atau kondisi pada saat itu.

Informan juga tidak jujur akan sebuah kondisi yang dihadapinya, informan

cenderung hanya mengunggah sebuah story yang bersifat pencitraan atau bahkan

tuntutan dari orang lain untuk mengunggahnya. Dalam dimensi keintiman individu

lebih memilih media lain yang lebih aman karena di instastory mereka tidak

mengenal semua para pengikutnya walaupun story yang mereka upload akan hilang

dalam waktu 24 jam.

72
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam menjalin interaksi sosial dengan orang lain pengungkapan diri tak

terkecuali terjadi pada sosial media, individu tentu akan menyampaikan berbagai

macam informasi, salah satunya menyampaikan informasi mengenai dirinya, hal

tersebut berhubungan dengan self disclosure (pengungkapan diri). self disclosure

dapat terjadi, jika seseorang dapat membuka dirinya dan berbagai informasi

mengenai dirinya kepada orang lain. Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai

topik informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang

sesuai dan terdapat dalam diri seseorang yang bersangkutan. Dalam upaya

mengungkapkan diri, seseorang individu lebih cenderung bertujuan untuk

meluapkan emosinya sehingga beban yang mengganjal pada dirinya menjadi

sedikit berkurang dan merasa tenang. Penggunaan instagram story juga membuat

individu merasa percaya diri akan sesuatu yang mereka perbuat, maka dari itu

penggunaan instagram story sudah menjadi kewajiban bagi mereka dalam

mengungkapkan kesehariannya. Adapun pengungkapan diri individu bersifat

positif agar tidak menjadi hal yang dianggap merugikan bagi orang lain.

Kejujuran dalam pengungkapan diri bukan menjadi tolak ukur individu dalam

melakukan postingan atau mengunggah foto pada instagram story, karena individu

menganggap ada hal privasi yang tidak perlu diungkapkan melalu instagram story.

Individu juga bertujuan menjalin relasi, ketenaran dan bahkan bisa menghasilkan

keuntungan pribadi dalam pengungkapan diri melalui instagram story, terlepas

dari pengungkapan diri pada individu yang aktif melakukan story pada media

73
sosial instagram tidak terlihat keintiman, dimana individu yang dimaksud terbatas

dalam pengungkapan dirinya.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan hasil serta kesimpulan yang telah peneliti

paparkan di atas, maka penulis memutuskan untuk memberikan beberapa saran

antara lain:

1. Sebagai pengguna media sosial diharapkan dapat memanfaatkan media

dengan bijak dan hati-hati dan memikirkan dampak yang terjadi bila

menyalahgunakannya, instagram stories salah satu fitur dari media yang

penggunanya sangat banyak, jadi bila terlalu berlebihan dalam melakukan

keterbukaan, bisa berdampak fatal.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian dan bahan masukan positif bagi

para peneliti selanjutnya. Kemudian penelitian ini bisa dijadikan sebagai

penelitian lanjutan yakni mengenai self disclosure pada media instagram

stories

Demikianlah kesimpulan dan saran-saran yang dapat peneliti kemukakan

sebagai penutup uraian dalam penulisan skripsi ini. Tentunya banyak kekurangan

dan kelemahannya, oleh karenanya dimohonkan pengertianya.

74
Daftar Pustaka

A. Buku Teks

Atmoko Dwi, Bambang. 2012. Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta:

Media Kita

Abugaza, Anwar. 2013. Social Media Politica: Gerak Massa Tanpa Lembaga.

Jakarta: PT. Tali Writing dan Publishing House

Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tangerang Selatan:

Karisma Publishing Group

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Lister, Martin. 2009. New Media: A Critical Introduction. London & New York:

Routledge

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta:

Salemba Humanika

Mondry. 2008. Teori dan praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta :

Kencana..

Puntoadi, Danis. 2011. Menciptakan Penjualan Melalui Social Media. Jakarta (ID) :

PT Elex Komputindo

Ruslan,Rosady. 2008. Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta :

PT Rajagrafindo Persada.
Supratiknya, A. 1995. Tinjauan Psikologi Komunikasi antarpribadi. Yogyakarta:

Kanisius.

Sulianta, Feri. 2015. Keajaiban Media Sosial. Jakarta, Elex Media Kompetindo.

Zarella, D. 2010. The Social Media Marketing Book. Sebastopol: ”Reilly media, Inc.

B. Buku Metodologi

Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Bungin, Burhan, 2004 : Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Bumi Aksara.

Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

Kriyantono, Rakhmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh

Prsktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana

Miles dan Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif. (diterjemahkan Ole: Tjetjep

Rohedi Rosidi). Jakarta: Universitas Indonesia.

C. Sumber Lain

Hazisah Syahnaz Dwi. 2017. Pengaruh Instagram Stories Terhadap Eksistensi Diri Di

Kalangan Siswa-Siswi Sman 1 Makassar. Makasar, Universitas Hasanudin.

https://www.cnnindonesia.com diakses 5 September 2020, pukul 20:00 Wita.

(http//www.insentia.co.id) diakses 5 September 2020, pukul 21:00 Wita.


LAMPIRAN
DATA INFORMAN

1. Nafisa Larasati ( 24 Tahun )

Beralamat di Jl. Abd. Rahman Saleh dan bekerja di kantor PU Kota Palu, Laras

sendiri merupakan salah satu alumni Universitas Tadulako lalu kemudian melanjutkan

studi di Pasca Sarjana UNTAD. Laras juga merupakan informan kedua memiliki

followers 6.552 di akun Instagramnya. Sebagai mana profil informan.

Profil Instagram Nafisa Larasati


( Sumber: @larassintjanae )

2. Rezkiah Pratiwi Rumambi ( 21 Tahun )

Rezkiah Pratiwi Rumambi yang akrab disapa Tiwi salah seorang warga Kota Palu

yang tinggal dijalan R.E Martadinata Tondo, sebagai salah satu informan saya. Tiwi aktif

menggunakan Instagram sejak Tahun 2015. Tiwi juga merupakan mahasiswa di

Universitas Tadulako angkatan 2016. Sebagai mana profil informan.

Profil Instagram Rezkiah Pratiwi Rumambi


( Sumber: @tiwirumambi_ )
3. Moh. Fajar Ashary ( 25 Tahun )

Informan ketiga yaitu salah seorang Mahasiswa Universitas Tadulako angkatan

2016 aktif menggunakan Instagram sejak 2015. Fajar beralamatkan di Jl. Jati Kelurahan

Nunu, Seabagai mana profil informan.

Profil Instagram Moh. Fajar Ashary


( Sumber : @fajarashary )
PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Akun Instagram :
Pekerjaan :
Umur :
Tanggal wawancara :

II. Pertanyaan

1. Seberapa sering menggunakan instagram ?

2. Apakah setiap kejadian yang dialami harus diupdate ke insta story ?

3. Apakah setiap story mengandung hal-hal yang positif atau negatif ?

4. Ketika update story hal positif maupun hal negatif, siapa yang menjadi target story
tersebut ?

5. Apa pernah ketika update story melebih-lebihkan mengungkapan diri tapi sebenarnya
itu tidak terjadi ?

6. Apa yang diharapkan dari setiap uptade story ?

7. Apakah pernah update story hanya untuk orang tertentu saja?


DOKUMENTASI DAN IZIN PENELITIAN DAN WAWANCARA INFORMAN

1. Wawancara Informan : Nafisa Larasati ( 24 Tahun )

Tanggal dan Jam : 30/06/2021, 19:00 WITA

2. Wawancara Informan : Rezkiah Pratiwi Rumambi (21 Tahun)

Tanggal dan Jam : 20/07/2021, 19:00 WITA


3. Wawancara Informan : Moh. Fajar Ashary (25 Tahun)

Tanggal : 21/07/2021, 19:00 WITA

Anda mungkin juga menyukai