Anda di halaman 1dari 92

1

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

SKRIPSI

Disusun Oleh:
INTAN PRADITYA
NPM: 1470200012
Program Studi: Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
MEI 2020
2

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Muhammadiyah Bengkulu Untuk MemenuhiSalah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Disusun Oleh:
INTAN PRADITYA
NPM: 1470200012
Program Studi: Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
MEI 2020
PENGESAHAN PEMBIMBING
i
3

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

SKRIPSI

Disusun Oleh:
INTAN PRADITYA
NPM: 1470200012
Program Stdi: Ilmu Komunikasi

Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing

Fitria Yuliani. S,ikom,M.A

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Drs. Juim Thaap, M.AP


NIP. 195811121986031004
ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI


ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
4

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

SKRIPSI

Disusun Oleh:
INTAN PRADITYA
NPM: 1470200012
Program Studi: Ilmu Komunikasi

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan didepan Tim Penguji pada hari ….
Tanggal …Mei 2020 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji
1. ………………… (……………………)
2. …………………. (……………………)

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Drs. Juim Thaap, M.AP


NIP. 195811121986031004

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS
5

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Intan Praditya
NPM : 1470200012
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik
Alamat Rumah : Jln Iskandar Baksir Batu Lambang Bengkulu Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
“Analisis Penggunaan Film “Nussa Dan Rara” Sebagai Media Pembelajaran
Agama Islam (Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil,
Kota Bengkulu)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan plagiat dari skripsi orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut
predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan bilamana diperlukan.

Bengkulu, Mei 2020


Pembuat Pernyataan,

Intan Praditya

iv
MOTTO
6

“Kesuksesan itu bukanlah akhir segalanya, tetapi hanya sebuah


pencapaian”

“Teruntuk kamu yang selalu bertanya, kapan skripsi mu selesai?


Lulus tak tepat waktu bukanlah sebuah kejahatan”

Mitra Aditia

v
PERSEMBAHAN
7

Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan


kesempatan memberikan kemudahan sehingga karya sederhana ini
dapat terselesaikan. Segala syukur atas karunia-Mu menghadirkan
mereka yang selalu memberi semangat dan doa disaat aku tertatih.
Skripsi ini Saya persembahkan kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi :
 Kedua orang tua ku tercinta Papa Drs.Gunadi Yunir Mm dan
Mama Elva Gustiana yang selalu memberi kasih sayang, do’a,
nasehat, dan cinta kasih yang tiada terhingga. Selalu memberi
dukungan dan semangat di setiap langkah hidupku untuk
menggapai cita-cita dan kesuksesan hingga saat ini.
 Saudara ku tercinta adik pertama Mianti Fadilla dan adik kedua
ku M.Bintang Dipa Anugerah yang senantiasa memberi doa,
dukungan, dan semangat hingga saat ini.
 Keluarga besar orang tua ku, teruntuk Bunda Septi Yuliana dan
Bucik Lidya Apriana yang selalu memberikan dukungan
sehingga karya sederhana ini dapat di selesaikan.
 Dosen Pembimbing ku Ibu Fitria Yuliani yang dengan sabar
memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
 Sahabat-sahabatku Edo,Abel, Azy, Vera, Indah, Noni, Laras,
Shella, Ayu, Sherly yang membantu menemaniku di saat-saat
kesusahan dan kesedihan dalam perjuangan Skripsi ini.
 Terima kasih Kepada teman-teman seperjuangan keluarga besar
Ilmu Komunikasi angkatan 2014
 Kepada diriku sendiri yang selalu kuat dan sabar dalam
mengadapi Revisi.
 Almamater Universitas Muhammadiyah Bengkulu

CURRICULUM
vi VITAE
8

Nama : Intan Praditya


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Manna, 27 Juli 1996
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Iskandar Baksir, Bengkulu Selatan
Telp/Hp : 082371440026
Alamat Email : intanpraditya5@yahoo.com
Nama Ayah : Drs. Gunadi Yunir Mm
Nama Ibu : Elva Gustiana
Pekerjaan Orang Tua : Swasta

Pendidikan Formal
 Sekolah Dasar : SDN 8 Bengkulu Selatan
 SLTP : SMPN 1 Bengkulu Selatan
 SMU : SMAN 2 Bengkulu Selatan
 Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Bengkulu

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa


vii
dan Rara” SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
9

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

Oleh: Intan Praditya


Email: intanpraditya5@yahoo.com

Dosen Pembimbing: Fitria Yuliani, S.Ikom, M.A.

ABSTRAK
Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam memberikan
pembelajaran tidak lepas dari metode komunikasi yang dimiliki guru. Diperlukan
metode komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan anak. tujuan
yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai untuk mengetahui
proses penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama
Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif.
Peneltian ini telah dilaksanakan selama 1 bulan, tempat penelitian ini yaitu di SD
Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu.
Informan penelitian ini yaitu Guru Pendidikan Agama Islam dan wali murid di kelas
2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu
sebanyak 1 orang. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui teknik sebagai
Observasi dan wawancara mendalam.
Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa film Nusa telah mewakili materi
yang diajarkan sehingga film Nusa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
yang bersifat permanen apabila disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dapat
meningkatkan daya tarik anak terhadap pembelajaran. Kesimpulan penelitian yaitu
guru dapat menggunakan film animasi nusa dan rara sebagai media pembelajaran
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Guru tidak menemukn hambatan
yang besar apada saat memutar film animasi. Guru merasa terbantu dengan adanya
film animasi nusa dan rara, anak dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
agama dan memahami nilai-nilai agama islam. Rata-rata siswa/siswi mengetahui
dan menyukai film animasi Nussa dan Rara mereka mendapat pengajaran atau ilmu
yang bermanfaat dari film tersebut. Ini dibuktikan dengan alasan yang mereka
berikan karena menyukai film itu.
Kata Kunci: Film, Media Pembelajaran

viii
10

ANALYSIS OF THE USE “Nussa dan Rara” FILM AS A LEARNING


MEDIA OF ISLAMIC RELIGION
(Study on Integrated Islamic Elementary School, Rinjani 2 Street Jembatan
Kecil, Bengkulu City)

By: Intan Praditya


Email : intanpraditya5@yahoo.com

Supervisor: Fitria Yuliani, S.Ikom, M.A.

ABSTRACT

The learning process applied by the teacher in providing learning is


inseparable from the communication methods that the teacher had. Communication
methods that are appropriate to the child's needs and environment are needed. The
aim of the writer in this study is to find out the process of using the film "Nussa
and Rara" as a media for learning Islam.
This research uses a qualitative method with a descriptive design. This
research has been carried out for 1 month, the place of this research is at the
Integrated Islamic Elementary School, Rinjani 2 street Jembatan Kecil, Singaran
Pati, Bengkulu City. The informants of this study are Islamic Education Teachers
and parent of students in grade 2 Integrated Islamic Elementary School, Rinjani 2
street Jembatan Kecil, Singaran Pati, Bengkulu City as many as 1 person. The data
in this study were collected through techniques as observation and in-depth
interviews.
The results of the interview can be concluded that the Nusa film has
represented the material taught so that the Nusa film can be used as a learning
media that is permanent if it is adapted to the learning material and can increase the
attractiveness of children towards learning. The conclusion of the research is that
the teacher can use the animation film Nusa and Rara as learning media adapted to
the material to be taught. The teacher does not find any major obstacles when
playing an animated film. The teacher feels helped by the animated film nusa and
rara, children can be motivated in participating in religious learning and
understanding Islamic religious values. The average student knows and likes the
animated film Nussa and Rara that they get useful teaching or knowledge from the
film. This is evidenced by the reasons they gave because they liked the film.

Keywords: Film, Learning Media

ix
11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat dan rahmat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Skripsi ini berjudul Analisis Penggunaan Film “Nussa Dan
Rara” Sebagai Media Pembelajaran Agama Islam (Studi Pada Sd Islam
Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu).
Penulis menyadari bahwa tidak mudah menyelesaikan skripsi ini. Oleh
sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang telah memberikan izin
menempuh perkuliahan di UMB.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMB yang telah membimbing dalam
menyelesaikan perkuliahan di UMB
3. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dukungan terhadap penelitian ini
sehingga dapat menjadi sebuah skripsi.
4. Dewan Penguji yang telah memberikan saran dan nasehat yang membangun
demi kebaikan kripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMB yang telah ikut
berpartisipasi dalam mendukung perkuliahan penulis.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa keada penulis
sehingga penulis dapat sampai ke titik akhir perkuliahan.
7. Keluarga besar yang telah memberikan insirasi kepada penulis sehingga penulis
termotivasi dalam menyelesaikan perkuliahan ini.
Segala daya upaya telah penulis curahkan dalam pembuatan skripsi ini akan
tetapi penulis sangat mengharpkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penelitian ini.
Penulis

x
12

DAFTAR ISI

Halama Judul......................................................................................... i
Halaman Pengesahan Pembimbing..................................................... ii
Halama Pengesahan Tim Penguji........................................................ iii
Halaman Pernyataan Orisinalitas....................................................... iv
Halaman Motto...................................................................................... v
Halaman Persembahan......................................................................... vi
Curriculum Vitae.................................................................................. vii
Abstrak................................................................................................... viii
Abstract.................................................................................................. ix
Kata Pengantar...................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................ xi
Daftar Tabel........................................................................................... xiii
Daftar Gambar...................................................................................... xiv

Bab I. Pendahuluan............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian............................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian........................................................... 7

Bab II. Tinjauan Pustaka.................................................................... 8


I.1. Penelitian Terdahulu........................................................ 8
I.2. Tinjauan Teori................................................................. 9
I.2.1. Teori Komunikasi Harold Lasswell.................... 9
I.2.2. Komunikasi Massa............................................... 12
I.2.3. Film...................................................................... 21
I.2.4. Film Kartun (Film Animasi)................................ 23
I.2.5. Media Pembelajaran............................................ 26
I.3. Kerangka Pemikiran........................................................ 39

Bab III. Metode Penelitian................................................................... 41


3.1. Jenis Penelitian................................................................ 41
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................... 43
3.3. Informan Penelitian......................................................... 43
3.4. Sumber Data.................................................................... 44
3.5. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 45
3.6. Teknik Analisis Data....................................................... 46

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan......................................... 48


4.1. Deskripsi SD Islam Terpadu Rabbani.............................. 48
4.2. Hasil Penelitian................................................................ 51
4.3. Pembahasan..................................................................... 59

Bab V. Penutup......................................................................................
xi 64
13

1.1. Kesimpulan................................................................... 64
1.2. Saran.............................................................................. 65

Daftar Pustaka
Lampiran

xii
14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SD Islam Terpadu Generasi Rabbani.............. 49

xiii
15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran........................................................... 39

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang saling

membutuhkan orang lain. Manusia senantiasa ingin berhubungan

dengan manusia lainnya, ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya dan

peristiwa yang terjadi, dengan rasa ingin tahu tersebut memaksa manusia

untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan aspek terpenting namun

juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi

oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang

sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali (Morissan, 2013).

Menurut D Lawrence Kincaid mendefinisikan bahwa komunikasi

adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi satu sama lainnya, yang pada

gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Efendy,

2016).

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, dengan

berkomunikasi melakukan suatu hubungan, kerena manusia adalah makhluk

sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling

membutuhkan. Hubungan individu yang satu sama lainnya dapat

dilakukan dengan berkomunikasi. Melalui komunikasi, manusia

mencoaba mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi itu

pula manusia melaksankan kewajibannya (Tasmora, 2017).

1
2

Faktor komunikasi itu sangat mendukung dalam proses

perkembangan dunia pendidikan baik di dalam ruangan kelas maupun di

lingkungan sekolah, dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka

akan menimbulkan hasil yang positif. Komunikasi yang baik antara guru

dan siswa maka akan tercapainya proses belajar mengajar yang efektif,

dengan demikian diperlukan konsepsi pola komunikasi antara guru dan

siswa agar terwujud proses belajar mengajar yang efektif.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

menghadapi kemelut arus globalisasi seperti sekarang ini, bahkan bisa

dikatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor kebutuhan

primer bagi umat manusia dalam menghadapi tantangan zaman yang

semakin ketat dan semakin berat. Tanpa pendidikan mungkin manusia

sekarang tidak akan berbeda dengan pendahulunya yaitu pada masa

purbakala, (Ahmadi, 2011).

Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu

kegiatan melaksanakan kurikulum satu lembaga pendidikan agar dapat

mempengaruhi para siswa menuju pada pembahasan-pembahasan tingkah

laku baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut

siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui

proses pengajaran.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan

manusia, baik dalam ekonomi sosial budaya maupun pendidikan. Oleh


3

karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan IPTEK

tersebut perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan

dengan faktor-faktor pengajaran di sekolah salah satu faktor tersebut adalah

media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh calon guru

sehingga mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran secara baik.

Penggunaan metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu pengajaran

sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan

taraf tercapai tidaknya tujuan pembelajaran (Sudjana, 2012). Sarana dan

alat pendidikan sebagai salah satu faktor dalam pendidikan memiliki

peran yang penting untuk keberhasilan proses belajar mengajar. Keberadaan

media akan lebih membantu tercapainya tujuan secara efektif dan efisien

para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang telah

disediakan oleh sekolah dan tidak tertutup bahwa alat-alat tersebut

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah satu proses

komunikasi, proses komunikasi ini harus diwujudkan melalui kegiatan

penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan

peserta didik. Pesan atau informasi pendidikan dapat berupa

pengetahuan, keahlian, pengalaman dan sebagainya.Melalui komunikasi

pesan dimungkinkan bisa diserap oleh semua orang. Demikian halnya

dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana dalam proses mengajar

yang membantu proses komunikasi yang disebut media (Rihani, 2015).


4

Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi

pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran

(Arsyad, 2014).

Perkembangannya media pengajaran mengikuti perkembangan

teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses

belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis kemudian

lahir teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan

mekanis dan elektronik untuk tujuan pembelajaran.

Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi

dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat

keras selama proses belajar seperti mesin proyektor, film, tipe recorder dan

proyektor visual yang lebar (Ibid, 2015).

SD Islam Terpadu Kota Bengkulu merupakan salah satu sekolah yang

memiliki konsep penggabungan kurikulum Pendidikan Nasional dengan

kurikulum Islamik. Para siswa selain belajar pelajaran umum seperti

Matematika, Bahasa Indonesia, PKn dan pelajaranlainnya seperti di sekolah

negeri, juga belajar ilmu agama yaitu ilmu agama Islam. Pelajaran yang

terkait dengan agama ini diantaranya yaitu mengaji, hafalan doa, hafalan
5

hadist, sholat jamaah wajib dan sunnah, sejarah Islam, fiqih dan lainnya.

Termasuk juga pembentukan aklhak, tingkah laku dan kebiasan Islami.

SD Islam Terpadu Kota Bengkulu memiliki banyak prestasi

dibandingkan SD Islami lainnya. Selain itu SD Islam Terpadu Kota

Bengkulu memiliki kelas khusus Tahfidz yang memiliki target hafalan

minimal 5 juz. Sedangkan SD Islami lainnya seperti SD Hidayatullah belum

memiliki target hafalan bagi peserta didiknya. Guru di SD Islam Terpadu

Kota Bengkulu merupakan tenaga ahli yang berpendidikan SI dan SII dengan

predikat Al-Hafizah (30 Juz dan 10 Juz). SD Islam Terpadu Kota Bengkulu

juga memiliki 9 kategori jaminan setelah lulus yaitu mimiliki kesadaran

sholat 5 waktu, hafal 2 juz Al-Quran, mampu membaca Al-Quran dengan

baik dan benar, Hafal 40 Hadist pendek, Hafal Dzikir dan Doa sesudah

sholat, Senang membaca dan belajar, nilai 5 bidang studi tuntas, mampu

berkomunikasi dengan bahasa arab dan bahasa inggris sederhana serta

kemampuan berkomunikasi dengan baik.

Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam memberikan

pembelajaran tidak lepas dari metode komunikasi yang dimiliki guru. Anak

pada zaman sekarang merupakan anak yang melek akan teknologi sehingga

diperlukan metode komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

lingkungan anak. Demikian halnya dengan media pembelajaran yang

digunakan untuk memberikan pembelajaran Agama Islam, harus sesuai

dengan zaman dan lingkungan siswa saat ini.


6

Salah satu media yang digunakan oleh guru kelas 1 dan 2 di SD Islam

Terpadu Kota Bengkulu yaitu media audio visual berupa penampilan film

animasi yang bersifat Islami. Hal ini dilakukan guru karena mengingat

bahwa siswa pada zaman sekarang sudah mengenal gadget dan dapat melihat

video animasi kapanpun. Adapun film animasi Islami yang dipergunakan

guru yaitu film “Nussa dan Rara”, yang kemudian disesuaikan dengan materi

pembelajaran. Hal ini mengundang pro dan kontra antara guru lainnya dan

wali murid. Secara teoritis, tujuan guru menggunakan film ini sebagai media

pembelajaran yaitu untuk membangkitkan semangat anak melalui media

yang disukai anak sehingg anak tertarik untuk mencontoh dan memahami

materi pembelajaran melalui film tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan

menunjukkan bahwa beberapa wali murid berpendapat bahwa dengan adanya

pemutaran film tersebut semakin menjadi alasan anak untuk menggunakan

gadget terutama handphone. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “ Analisis Penggunaan Film “Nussa dan Rara”

Sebagai Media Pembelajaran Agama Islam (Studi Pada SD Islam Terpadu,

Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan film “Nussa

dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu,

Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu.


7

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai untuk mengetahui proses

penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama

Islam di SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati,

Kota Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara

akademis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Dapat menambah kepustakaan terkait dengan penggunaan media

audio visual berupa film animasi dalam pembelajaran agama Islam .

b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

oleh lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.

b. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik untuk

menggunakan media audio visual berupa film animasi dalam

pelajaran agama Islam.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian serupa yang pernah di teliti oleh peneliti lainnya adalah

sebagai berikut:

a. Skripsi yang ditulis oleh Yuni Aprianti (2016) yang berjudul

“Persepsi Orang Tua Siswa Terhadap Penggunaan Film Kartun Adit

Sopo Jarwo Sebagai Media Tambahan Pembelajaran PKn (Studi Pada

Anak SD Kemayoran Pagi”. Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi

penulis adalah sama-sama menggunakan media Film Kartun sebagai

media pembelajaran. Sedangkan perbedaannya yakni Penulis

menggunakan metode kualitiatif sedangkan skripsi Yuni Aprianti

menggunakan metode deskripsif. Skripsi Yuni Aprianti mengkaji

tentang persepsi orang tua terhadap penggunaan film kartun Adit &

Sopo Jarwo sedangkan skripsi penulis mengkaji tentang dampak

atau hasil yang ditimbulkan dengan menggunakan media film kartun

Nusa. Hasil penelitian Yuni Aprianti menunjukkan bahwa 76% orang

tua siswa memiliki persepsi yang positif terhadap penggunaan media

film kartun. Hal ini menunjukkan bahwa 76% orang tua siswa

mendukung penggunaan media film kartun Adit & Sopo Jarwo

sebagai media tambahan dalam pembelajaran PKn.

b. Skripsi yang di tulis oleh Khalikul Bahri tahun 2017 dengan judul

“Dampak Film Kartun Terhadap Tingkah Laku Anak (Studi Pada

8
9

Anak di Gampong Seukum Bambong Kecapatan Delima Kabupaten

Pisie). Persamaan dengan peneliti ini yaitu sama-sama menggunakan

film kartun sebagai factor utama subjek penelitian. Perbedaannya yaitu

tempat penelitian, pada penelitian ini sekolah dasar merupakan tempat

penelitian sedangkan pada penelitian Khalikul Bahri dilakukan di

sebuah kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film kartun

sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak di Gampong Seukum

Bambong Kecapatan Delima Kabupaten Pisie dengan mencontoh

tongkah laku film kartun yang dicontohnya.

2.2. Tinjauan Teori

2.2.1. Teori Komunikasi Harold Lasswell

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi

(pesan,ide,gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi

saling mempengaruhi antara keduanya. Pada umumnya komunikasi

dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah

pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh

keduanya, komunikasi masih bisa dilakukan mengunakan gerak- gerik

badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan

kepala atau mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi

nonverbal. perkembangan terakhir dimana dunia informasi menjhadi

sangat penting dalam aspek kehidupan maka metode, fasilitas dan

perangkatnyapun sudah berkembang maju sehingga sekarang dunia


10

seakan tidak ada batas lagi, manusia dapat berhubungan satu sama

lain dengan begitu mudah dan cepatnya.

Teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori komunikasi

awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk

menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says

What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa

Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek

Apa). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang

disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber)

melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidaklangsung

dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai

dengan yang diingikan komunikator. Berikut adalah 5 unsur who, says

what, in which channel, to whom, with what effect (Effendy, 2016).

1. Who (siapa/sumber)

Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku

utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi

dan yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu,kelompok,

organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. Pihak tersebut

bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara

sebagai komunikator.

2. Says what (pesan)

Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan

kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau


11

isi informasi. Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikankepada

penerima (komunikan),dari sumber (komunikator) atau isi informasi.

Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili

perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada tiga komponen pesan

yaitu makna, simbol dan bentuk organisasi pesan.

3. In which channel (saluran/media)

Saluran/media adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan dari

komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara

langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalu media

cetak/elektronik).

4. To whom (siapa/penerima)

Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu,

organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber. Hal

tersebut dapat disebut tujuan (destination), pendengar (listener),

khalayak (audience), komunikan, penafsir, penyandi balik (decoder).

5. With what effect (dampak/efek)

Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh

menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan

bertambahnya pengetahuan.

Paradigma komunikasi Lasswell mengisyaratkan bahwa komunikasi

harus memiliki efek, yakni terjadinya perubahan perilaku audience, adalah

(Effendy, 2016):
12

1. Terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan (kognitif)

2. Terjadinya perubahan pada tingkat emosi/perasaan (afektif)

3. Terjadinya perubahan pada tingkat tingkah laku (psikomotor)

2.2.2. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi Masa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass

communication sebagai pendekatan dari mass media communication.

Komunikasi massa salah satu jenis komunikasi, selain

komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi

kelompok dan komunikasi organisasi. Artinya, komunikasi yang

menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated.

Istilah mass comunication atau communications diartikan sebagai

salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari

media of mass comunications.

Herbert Blumer adalah yang pertama mendefinisikan massa

secara formal sebagai jenis baru dari bentukan sosial dalam

masyarakat modern, dan membandingkannya dengan bentuk lain,

terutama kelompok, kerumunan dan public. Istilah massa mengambil

beberapa cirri dari khalayak baru film dan radio yang tidak dicakup

oleh ketiga konsep tersebut (Denis, 2011). Komunikasi massa adalah

proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan

berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi


13

kepada khalayak luas. Media massa adalah media komunikasi dan

informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal

dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin, 2006).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan

oleh Bitter yaitu komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang

(mass communication is messages communicated through a mass

medium to a large number of people). Dapat diketahui dari definisi

tersebut bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan

media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada

khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang

dihadiri oleh ribuan, bahkan oleh puluhan ribu orang, jika tidak

menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran

dan televisi yang dikenal sebagai media elektronik. Surat kabar dan

majalah yang disebut media cetak serta media film sebagai media

komunikas massa adalah film bioskop (Ardianto, 2009).

Para ahli komunkasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan

dengan komunikasi massa (mass communications) adalah komunkasi

melalui media massa. Jelasnya merupakan singkatan dari

komunikasi media massa (mass communication). Namun demikian

pakar keilmuan lain berpendapat bahwa pengertian komunikasi


14

massa tidak identik dengan pengertian ahli komunikasi Mereka lebih

cenderung melihat dan mendefinisikan dari perspektif disiplin

keilmuannya (Effendy, 2012).

Komunikasi massa, dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya,

terbagi atas media komunikasi massa cetak (printed mass media),

komunikasi massa elektronik auditif (electronic mass media), dan

media komunikasi massa audiovisual (television and media on line

internet). Media komunikasi massa cetak menunjuk kepada surat

kabar, tabloid, majalah. Media komunikasi massa elektronik auditif

menunjuk kepada radio siaran (broadcasting). Sedangkan media

komunikasi massa elektronik audiovisual menunjuk kepada

televise siaran dan media on line internet (Sumadiria, 2014).

Dalam komunikasi massa, ada tiga dimensi efek (Suryanto,

2015) yaitu kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi

peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Efek ini

bersifat informatif, ulangan dan pengalaman. Misalnya saja adalah

bagaimana seseorang mendapat informasi atau gambaran dari

media tentang tempat yang belum pernah dikunjungi, terhadap

seringnya seseorang melihat objek sehingga akan menjadikan

pengalaman terhadap rangkaian peristiwa yang terjadi. Efek afektif

berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Efek ini lebih

melibatkan tentang perasaan atau faktor psikologis seseorang,

seperti intensitas dan sikap. Intensitas adalah keadaan tingkat atau


15

ukuran intens Intens disini merupakan sesuatu yang hebat atau sangat

tinggi yakni terhadap seringnya seseorang dalam menerima rangsang.

Sikap juga akan timbul terhadap perhatian yang mendalam pada

objek yang dilihat, misalnya setelah mendapatkan informasi melalui

media massa, seseorang menjadi senang, marah, sedih, iba, terharu,

gembira, sebal, dan lain sebagainya sesuai dengan informasi yang

diberitakan. Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat

untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.

b. Fungsi Komunikasi Massa

Pada teori komunikasi telah disepakati para ahli komunkasi

bahwa tujuan komunikasi antara lan untuk mengubah sikap, mengubah

opini, mengubah perilaku bahkan secara ekstrim mengubah

masyarakat. Sedangkan fungsi komunikasi adalah menginformasikan,

mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Oleh karenanya fungsi

komunikasi massa tidaklah terlalu berbeda dengan fungsi komunikasi

pada umumnya, seperti fungsi komunikasi menurut Effendy (2012)

sebagai berikut :

1) Informasi

Pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, penyebaran berita,

data, gambar, fakta dan pesan opini serta komentar yang

dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas

terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil

keputusan yang tepat.


16

2) Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak aktif sebagai anggota masyarakat yang

aktif.

3) Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun

jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan

keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok

berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4) Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar saling menukar fakta yang

diperlukan untuk memungknkan persetujuan atau menyelesaikan

perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-

bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan

agar masyarakat lebih melibatkan diri.

5) Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan

intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta

kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6) Memajukan kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud

melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan


17

dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi

dan mendorong kreatifitas serta kebutuuhan estetikanya.

7) Hiburan

Penyebarluasan simbol, sinyal, suara dan citra (image) dari

drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musi, komedi, olahraga,

permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan

kelompok dan individu.

8) Integrasi

Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan

memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat

saling kenal dan mengerti serta mengharga kondisi, pandangan dan

keinginan orang lain

c. Televisi Sebagai Komunikasi Massa

Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi”

(vision) yang berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya,

televisi siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang

dimiliki oleh komunikasi massa yaitu berlangsung satu arah. Dengan

demikian televisi merupakan media audio-visual, yang disebut juga

media pandang dengar, atau sambil dengar langsung pula dapat

dilihat. Oleh karena itu, penanganan produksi siaran televisi jauh

lebih rumit dan kompleks, dan biaya produksinya pun jauh lebih besar

dibanding dengan media radio karena media televisi bersifat

realistis yaitu menggambarkan apa yang nyata (Kusnawan, 2014).


18

Televisi merupakan gabungan dari media dengan gambar yang

bisa bersifat informative, hiburan, pendidikan atau bahkan

gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana

tertentu yaitu pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa

kesengajaan untu menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-

olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang

disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas

terdengar secara audio dan terlihat secara visual (Kuswadi, 2016).

Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah

memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling

berkomunikasi hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media

(channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan.

Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu

bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya

dalam jumlah yang sangat banyak. Karenannya media penyiaran

memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi

pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa (Morissan,

2018).

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisi yang menjadi media

komunikasi massa paling populer. Pada hakekatnya, media televisi

lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya

elecctrische telescope sebagai perwujudan gagasan dari seorang

mahasiswa di Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov,


19

untuk mengirim gambar melalui udara dan satu tempat ke tempat

lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov

diakui sebagai “bapak” televise (Kuswadi, 2016).

Saat ini bisa dikatakan bahwa televisilah yang menjadi media

komunikasi massa paling populer. Studi tentang televisi pun

banyak dilakukan. Karakteristik televisi yang memiliki jangkaun siar

luas dan dapat memberikan efek yang besar pula menjadi daya tarik

tersendiri untuk diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Milly

Buonanno: The thing that brought many to study television in the

first place, namely a popular reach, commercial scale, political

power, and cultural significance that made The Tube a metonym of

society as a whole, has passed.

Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi

antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah

sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat

periodik. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga

penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan

melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta

pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat

“transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang

disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat

didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan


20

hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang

bergerak (Audiovisual).

Untuk di Indonesia sendiri, televisi sebagai media

komunikasi massa mengalami perkembangan yang dinamis. Televisi

mulai masuk di Indonesia (Jakarta) pada tahun 1962, bertepatan

dengan “The 4th Asian Games”. Ketika itu Indonesia menjadi

penyelenggara. Peresmian pesta olahraga tersebut bersamaan dengan

peresmian penyiaran televisi oleh Presiden Soekarno, tanggal 24

Agustus 1962. Televisi yang pertama muncul adalah TVRI dengan

jam siar antara 30-60 menit sehari (Ishadi, 2018).

Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat seiring

dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah sejak

tanggal 24 Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri

Penerangan nomor 111 tahun 1990 yang mengatur tata cara

penyiaran di Indonesia. Hal ini terbukti dengan bermunculannya

televisi-televisi swasta. Pada saat itu pemerintah mengijinkan lima

saluran televisi swasta yakni RCTI, SCTV, MNC, ANTV, dan

Indosiar, mandiri untuk beroperasi secara nasional (Ishadi, 2018).

Dan saat ini tercatat sudah ada 10 stasiun televisi swasta

nasional yang telah mengudara yakni RCTI, SCTV, MNC,

ANTV, lndosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, dan

TV One. Ini masih ditambah dengan puluhan tv lokal dan tv kabel

lainnya. Hal ini membuktikan bahwa televisi memang sudah menjadi


21

“barang penting” di Indonesia dan bisa menjadi media komunikasi

massa yang paling efektif.

2.2.3. Film

a. Pengertian Film

Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksi ke layar pada

kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan

terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Film

hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar yang

mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama (Sudjana,

2015).

Menurut undang-undang perfilman no.8 tahun 1992, film

diartikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita video, piringan video,

dan / atau bahan hasil temuan teknologi lainnya dalam segala bentuk,

jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi.

b. Jenis-Jenis Film

Marcel Danesi (2014) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis

atau tiga kategori utama dalam film yaitu film fitur, film

dokumenter, dan film animasi (film kartun).

1) Film Fitur (Feature Film)

Film fitur adalah sebuah karya fiksi, strukturnya selalu berupa narsi,

yang diproduksi dalam tiga tahap. Tahap produksi yang dimaksud


22

adalah tahap pra-produksi, tahap produksi dan tahap editing

(post-produktion)

2) Film Dokumenter

Film dokumenter merupakan sebuah film nonfiksi yang

menggambarkan situasi kehidupan nyata terhadap individu yang

seringkali menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam

suatu situs apa adanya (tanpa persiapan), secara langsung pada

kamera atau pewawancara.

3) Film Animasi (Film Kartun)

Film animasi merupakan teknik penggunaan untuk menciptakan ilusi

gerakan dari serangkaian gambar dua dimensi atau tiga dimensi.

c. Unsur-Unsur Film

Film dibentuk oleh dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif

dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk film.

M
asing-masing unsur tidak dapat membentuk film jika berdiri

sendiri-sendiri. Bisa dikatakan bahwa, unsur naratif adalah bahan atau

materi yang diolah (Pratista, 2018). Pengertian naratif adalah suatu

rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh

logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan

waktu (Pratista, 2018). Hubungan kausalitas tersebut membuat naratif

tidak bisa lepas dari batasan ruang (latar cerita) dan waktu (urutan,
23

durasi, frekuensi). Sedangkan unsur sinematik adalah cara atau gaya

untuk mengolahnya (Pratista, 2018).

Jika naratif adalah pembentuk cerita, maka unsur sinematik adalah

semua aspek teknis dalam produksi sebuah film. Dengan kata lain, jika

naratif adalah nyawa sebuah film, maka unsur sinematik adalah tubuh

fisiknya. Akan tetapi bukan berarti sinematik kalah penting dari

naratif, karena unsur sinematik inilah yang membuat sebuah cerita

menjadi sebuah karya audio visual berupa film (Pratista, 2018).

2.2.4. Film Kartun (Film Animasi)

a. Pengertian Film Kartun (Film Animasi)

Film kartun pertama kali diperkenalkan oleh Emile Cold dari

Perancis pada tahun 1908. Sekarang pemutaran film kartun banyak

didominasi oleh tokoh-tokoh buatan seniman Amerika Serikat Walt

Disney, baik kisah-kisah singkat Mickey Mouse dan Donald Duck

maupun feature panjang diantaranya Snow White (Ardianto, 2015).

Film kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar

yang telah dilukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis.

Rangkaian lukisan setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka

lukisan-lukisan itu menjadi hidup Menurut bahasa, kata animasi diambil

dari bahasa latin “Anima” yang berarti jiwa, hidup, nyawa semangat.

Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak karena


24

kemampuan otak untuk selalu menyimpan atau mengingat gambar yang

terlihat sebelumnya (Cinea, 2014).

Animasi pada dasarnya adalah suatu cara untuk

mentransformasikan objek lebiih lanjut, animasi bisa dikerjakan secara

interaktif, pergerakan objek akan selalu mengikuti perintah yang

diberikan oleh pemakai lewat piranti interaktif. Model animasi seperti ini

dilaksanakan pada kebanyakan program-program yang sifatnya

permainan (games). Sedangkan animasi yang bersifat non interaktif,

pergerakan objek tidak lagi dikendalikan oleh pemakai, melainkan sudah

ditentukan langsung oleh orang yang membuatnya melalui program-

program pembuat film animasi.

b. Jenis-Jenis Animasi

Secara garis besar, animasi computer dibagi menjadi dua kategori,

yaitu Computer Assisted Animation, animasi pada kategori ini biasanya

menunjuk pada system animasi 2 dimensi, yaitu

mengkomputerisasi proses animasi tradisional yang menggunakan

gambaran tangan. Computer digunakan untuk pewarnaan, penerapan

virtual kamera dan penataan data yang digunakan dalam sebuah animasi.

Computer Generated Animation, pada kategori ini biasanya digunakan

untuk animasi 3 dimensi dengan program 3D seperti 3D Studio

Max, Maya, Autocad dll. Dilihat dari tehnik pembuatannya animasi yang

ada saat ini dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:

1) Stop-motion animation
25

Stop-motion animation sering pula disebut claymation karena

dalam perkembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan clay

(tanah liat) sebagai objek yang digerakkan .Tehnik stop-

motion animation merupakan animasi yang dihasilkan dari

penggambilan gambar berupa obyek (boneka atau yang lainnya) yang

digerakkan setahap demi setahap. Dalam pengerjaannya teknik

ini memiliki tingkat kesulitan dan memerlukan kesabaran yang

tinggi. Wallace and Gromit dan Chicken Run , karya

Nick Parks, merupakan salah satu contoh karya stop

motion animation. Contoh lainnya adalah Celebrity Deadmatch di

MTV yang menyajikan adegan perkelahian antara berbagai selebriti

dunia.

2) Animasi Tradisional (Traditional animation)

Tradisional animasi adalah tehnik animasi yang paling umum dikenal

sampai saat ini. Dinamakan tradisional karena tehnik animasi inilah

yang digunakan pada saat animasi pertama kali dikembangkan

Tradisional animasi juga sering disebut cel animation karena

tehnik pengerjaannya dilakukan pada celluloid transparent yang

sekilas mirip sekali dengan transparansi OHP yang sering kita

gunakan. Pada pembuatan animasi tradisional, setiap tahap gerakan

digambar satu persatu di atas cel. Dengan berkembangnya teknologi

komputer, pembuatan animasi tradisional ini telah dikerjakan

dengan menggunakan komputer. Dewasa ini teknik pembuatan


26

animasi tradisional yang dibuat dengan menggunakan komputer

lebih dikenal dengan istilah animasi 2 Dimensi.

3) Animasi Komputer

Sesuai dengan namanya, animasi ini secara keseluruhan dikerjakan

dengan menggunakan komputer. Dari pembuatan karakter, mengatur

gerakkan “pemain” dan kamera, pemberian suara, serta special

effeknya semuanya di kerjakan dengan komputer. Dengan animasi

komputer, hal-hal yang awalnya tidak mungkin digambarkan dengan

animasi menjadi mungkin dan lebih mudah. Sebagai contoh

perjalanan wahana ruang angkasa ke suatu planet dapat

digambarkan secara jelas, atau proses terjadinya tsunami.

Perkembangan teknologi komputer saat ini, memungkinkan orang

dengan mudah membuat animasi. Animasi yang dihasilkan

tergantung keahlian yang dimiliki dan software yang digunakan

2.2.5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran.Media ada yang tinggal dimanfaatkan

oleh Guru (by utilization) dalam kegiatan pembelajarannya, artinya media

tersebut dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan guru tinggal

menggunakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, begitu juga


27

media yang sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga

termasuk yang dapat langsung digunakan.Selain itu, kita juga dapat

merancang dan membuat media sendiri (by desain) sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa.Media merupakan alat yang harus ada

apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media

merupakan alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang

pasti ingin pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan

dengan hasil yang memuaskan.Media merupakan wahana penyalur

informasi belajar atau penyalur pesan (Rusman, 2012).

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari

bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara

harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a

source) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan

media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed

materials). komputer dan instruktur. Contoh media tersebut bisa

dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan

(message) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam hal ini

terlihat adanya hubungan antara media dengan pesan dan metode

(methods).

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan.Dengan demikian media merupakan wahan penyalur informasi

belajar atau penyalur pesan.Media merupakan wahana penyalur informasi

belajar atau penyalur pesan. National Education Association (NEA) atau


28

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Amerika mendefinisikan:

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan/ informasi.

Media salah satu alat komunikasi dalam penyampaian pesan

tentunya sangat bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses

pembelajaran, media yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut

disebut sebagai media pembelajaran. Jadi televisi, film, foto, rekaman

audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya

adalah media komunikasi apabila media itu membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud

pembelajaran maka media itu disebut media pembelajaran .

Media pembelajaran ini salah satu komponen proses belajar

mengajar yang memiliki peranan sangat penting dalam menunjang

keberhasilan proses. Penggunaan media pembelajaran juga dapat

memberikan rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar

dikuatkan oleh pendapat Miarso bahwa: “ Media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali”.

Media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan

yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran, media pembelajaran

merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran.Media


29

pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang dengar termasuk teknologi perangkat keras.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Keefektifan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor

metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya

saling berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh

terhjadap jenis media yang digunakan. Dalam arti bahwa harus ada

kesesuaian diantara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.

Walaupun ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

media, seperti konteks pembelajaran, karakteristik belajar, dan tugas atau

respon yang diharapkan dari murid (Arsyad, 2012). Dengan demikian,

penataan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi

oleh peran media yang digunakan.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan

keinginan dan minat baru, meningkatrkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis terhadap

siswa. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran

akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan

penyampaian informasi pesan dan isi pembelajaran pada saau itu.

Kehadiran media dalam pembelajaran juga dapat membantu peningkatan

pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya,

memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal


30

ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam

kegiatan belajar mengajar.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Asyar Arsyad (2012) mengemukakan bahwa manfaat media

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses

hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan

motivasi belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interaksi ang lebih langsung antara siswa dan lingkunganya, dan

kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai denga

kemampuan dan minatnya.

3) Median pembelajaran dapat mengatasi keterbaasan indera, ruang,

dan waktu.

4) Media pembelajaan dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,

masyarakat, dan lingkunganya misalnya melalui karyawisata,

kunjungan kemusium atau kebun binatang (Azhar, 2012).

d. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran


31

Media Pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu

harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya yang antara lain:

1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai

bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya

sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan

bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu

dibutuhkan.

2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar

yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi

dalam proses belajar mengajar

3) Guru hundaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari

suatu medinga pengajaran yang digunakan.

4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan

suatu media pengajaran

5) Penggunan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis

bukan sembarang menggunakanya.

6) Jika sekiranya suatu pokok bahasa memerlukan lebih dari macam

media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang digunakan

dan meperlancar proses beajar mengajar dan juga dapat merangsang

siswa dalam belajar (Usman, 2012)

e. Jenis-Jenis Media Pembelajaran


32

Media Pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk (dalam

Arsyad, 2012) adalah sebagai berikut.

1) Media berbasis manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk

mengirim dan mengkomunikasikan peran atau informasi

2) Media berbasis cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal

adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau latihan, jurnal,

majalah, dan lembar lepas.

3) Media berbasis visual

Media berbasis visual (image) dalam hal ini memegang peranan yang

sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat

memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat

pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan

antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

4) Media berbasis audiovisual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan

pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan

penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah

penulisan naskah dan storyboadr yang memerlukan persiapan yang

banyak, rancangan dan penelitian.


33

5) Media berbasis computer

Komputer memilih fungsi yang berbeda-beda dalam bidang

pendidikan dan latihan komputer berperan sebagai manajer dalam

proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managed

Instruction (CMI). Modus ini dikenal sebagai Computer Assisted

Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan, akan

tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran.

Jenis-jenis media menurut Bretz (dalam Widyastuti dan

Nurhidayati, 2010) mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok

yaitu.

1) Media audio, seperti: siaran berita bahasa daerah dalam radio,

sandiwara bahasa daerah dalam radio, tape recorder beserta pita audio

berbahasa daerah.

2) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri

3) Media visual diam, seperti: foto, slide, gambar

4) Media visual gerak, seperti: film bisu, movie maker tanpa suara,

video tanpa suara

5) Media audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara

6) Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, slide rangkai

suara.

7) Media audio visual gerak, seperti: film dokumenter tentang

kesenian Jawa atau seni pertunjukan tradisional, video kethoprak,

video wayang, video campursari.


34

Henich (dalam Widyastuti dan Nurhidayati, 2010)

mengklasifikasikan media secara lebih sederhana, yaitu:

1) media yang tidak diproyeksikan

2) media yang diproyeksikan

3) media audio

4) media video

5) media berbasis computer

6) multimedia kit.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas mengenai jenis-jenis media

pengajaran maka dapat disimpulkan bahwa media dapat dikategorikan

menjadi tujuh jenis media yaitu media audio, media visual, media audio

visual dan multimedia.

f. Film Animasi Nussa Sebagai Media Pembelajaran

Kartun Nussa dan Rara digagas oleh pemuda Indonesia bernama

Mario Irwinsyah, berkolaborasi dengan 4 Stripe Production. Lantas

digarap oleh studio animasi The Little Giantz. Kartun ini pertama kali

muncul pada November 2018 lalu. Kartun Nussa dan Rara ini bisa

dinikmati di channel YouTubenya @Nussa Official.

Ceritanya berkisar mengenai kehidupan sehari-hari bocah laki-laki

bernama Nussa dan adik kecil perempuannya bernama Rara. Nussa dan

Rara diceritakan tinggal bersama ibunya yang mereka panggil dengan

sebutan 'Umma'. Kartun ini memiliki pesan moral dan nilai edukasi yang

tinggi di setiap episodenya. Nussa dan Rara adalah adik beradik yang
35

selalu saling mengingatkan dalam kebaikan. Selain itu dalam setiap

episodenya, terdapat berbagai kandungan ajaran agama Islam.

Kartun Nussa dan Rara dalam satu episodenya, hanya memiliki

panjang durasi sekitar 3 sampai 5 menit saja. Sampai saat ini Nussa dan

Rara terus memunculkan episode-episode barunya melalui chanel

YouTubenya setiap hari Jumat diwaktu Subuh atau pukul 04.30 WIB.

Hingga saat ini channel YouTube Nussa Rara sudah memiliki 2 juta lebih

subcriber.

Kartun hasil karya anak Indonesia ini patut diacungi jempol. Di balik

ketenarannya, ada beberapa fakta menarik mengenai kartun Islam Nussa

dan Rara sebagao berikut:

1) Muncul karena kegelisahan orangtua.

Kartun Nussa dan Rara ini adalah animasi seri baru yang disuguhkan

untuk anak-anak. Munculnya kartun Nussa dan Rara ini didasari

karena kegelisahan orangtua yang melihat banyak tayangan televisi

yang sudah sedikit menyuguhkan tayangan yang mendidik untuk

anak-anak. Muncul kekhawatiran keluarga muda, khususnya dalam

mendidik anak-anak usia 0-8 tahun saat ini. Orangtua mau tidak mau

haru berhadap dengan gencarnya media sosial.

2) Hits hanya dalam 2 bulan

Kartun Nussa dan Rara muncul pada November 2018 ini berhasil

mencuri perhatian dunia maya hanya dalam waktu 2 bulan saja,

tepatnya Desember di penghujung 2018. Nussa Rara berhasil


36

memunculkan respons positif dari berbagai kalangan. Banyak dari

penonton yang tidak sabar menanti episode selanjutnya dari Nussa dan

Rara keluar.

3) Dipopulerkan oleh ustaz kondang Tanah Air.

Sebagai salah satu kartun Islam Tanah Air, Nussa dan Rara juga

menyita perhatian beberapa ustaz kondang Tanah Air. Diantaranya

adalah ustaz Felix Siauw dan ustaz Abdul Somad. Kedua ustaz

kondang ini ikut beperan dalam mensukseskan kartun Nussa dan Rara,

salah satunya melalui akun Instagram pribadi mereka.

4) Proyek animasi hanya 4 bulan saja

Dikutip dari akun Instagram uztaz Felix Siauw, penggarapan kartun

Nussa dan Rara ini bisa dibilang sangat singkat. Menurut para

animator, biasanya membutuhkan waktu minimal 1 sampai 2 tahun.

Kartun Nussa dan Rara mendapatkan jalan kemudahan dari Allah

Subhanahu Wa Ta'ala.

5) Episode pertama diputar saat peringatan Maulid Nabi Muhammad

Nussa dan Rara adalah kartun Islam yang kemunculan perdanya

bertepatan pada hari Maulid Nabi Muhammad, yaitu pada 20

November 2018 pukul 13.00 WIB. Hal ini merupakan salah satu

waktu yang diyakini paling tepat mengenai kemunculan kartun Nussa

dan Rara ini.

6) Animasi 3D Tanah Air ditonton lebih dari 22 juta dalam 3 bulan


37

Kemunculan episode pertama kartun Nussa dan Rara berjudul NUSSA

: TIDUR SENDIRI, GAK TAKUT! ini sudah ditonton lebih dari 22

juta kali dan 398 ribu penyuka. Hanya dalam waktu kurang lebih 3

bulan, kartun ini termasuk kartun yang bisa dibilang sukses.

7) Kartun Nussa dan Rara ini termasuk kategori animasi 3D. Pada proses

pengerjaannya, pada tahap awal animasi ini dibuat secara manual.

Sketsa model akan dilakukan dengan proses scan. Kemudian

penggarapan dilakukan oleh komputer.

8) Pemeran Muzzaki Ramdhan dan Aysha Ocean Fajar

Animasi Tidur Sendiri, Gak Takut! ini menceritakan tentang adab-

adab yang dilakukan sebelum tidur. Malam itu, Rarra tidur sendiri dan

Ia ketakutan lalu berteriak memanggil Ibunya, Sang ibu pun akhirnya

meminta Nussa menemani Rarra. Nussa mengajari Rarra bagaimana

sebelum tidur agar tidak takut, harus membaca basmalah, berdoa

sebelum tidur, membaca ayat kursi dan juga surah tiga Qul. Animasi

yang berdurasi 3 menit 29 detik telah ditonton lebih dari 6.000.000

kali dan sempat menjadi trending youtube nomor tiga. Banyak sekali

selebritis Indonesia yang mengapresiasi karya ini terutama selebriti

yang memiliki anak-anak kecil.

Film animasi asli Indonesia yang ini diproduksi oleh rumah produksi

The Little Giantz (TLG) ini telah disokong sejumlah ustadz serta para

aktor muda seperti Felix Siauw, Mario Irwinsyah dan lain-lain. Mario,

aktor muda yang sempat menghebohkan saat dirinya rela melepaskan label
38

artis untuk menjadi salah satu protokoler pada acara dialog dan dakwah

akbar Zakir Naik di Stadion Patriot Bekasi silam bahkan mengantarkan

peluncuran film animasi ini di Youtube.

Dibalik animasi yang sangat keren ini, tentu saja terdapat orang-

orang hebat yang menciptakan Nussa dan Rara. Suara Nussa di dubbing

oleh Muzzaki Ramdhan, sedangkan karakter Rarra diisi oleh Aysha Ocean

Fajar. Muzzaki Ramdhan adalaah aktor cilik yang sudah pernah bermain di

beberapa film Indonesia, salah satunya film The Returning. Sedangkan

Aysha Ocean Fajar adalah gadis kecil berumur 4 tahun yang lahir di

Dubai.

Kisah kedua anak menggemaskan ini hanya di unggah melalui

youtube dan instagram, dan belum memasuki dunia televisi. Akan tetapi,

tidak menjadi masalah yang begitu besar mengingat banyaknya anak

zaman millennial yang lebih suka menonton Youtube. Pada tahun 2018,

Indonesia diwarnai dengan berbagai inovasi dan gebrakan terbaru film

film bangsa yang menggugah masyarakat. Buktinya, sepanjang tahun 2018

Indonesia banyak dipenuhi oleh berbagai macam kreasi film pendek yang

diunggah pada situs youtube. Akan tetapi Indonesia masih kekurangan

produksi film animasi khusus anak anak. Meskipun telah banyak yang

mencoba untuk membuatnya, film animasi tersebut tidak banyak sampai

diangkat di layar lebar. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bangsa

Indonesia untuk mengangkat kembali film animasi agar anak anak tidak

terjerumus menonton tontonan yang belum sesuai umur dengan mereka.


39

Kehadiran Nussa Official mampu menjawab tantangan itu semua.

Nussa Official hadir sebagai edukasi bagi anak anak yang disajikan

melalui tampilan animasi. Konten yang disajikan pun selalu mengajarkan

nilai nilai kebaikan islami dari hal terkecil misalnya selalu membaca

Basmallah tiap mengawali kegiatan.

Karakter Nussa digambarkan sebagai seorang anak laki laki yang

memakai gamis lengkap dengan kopiah putihnya. Yang mengejutkan,

ternyata Nussa merupakan anak penyandang disabilitas. Kita dapat melihat

ini pada kaki kiri Nussa yang menggunakan sebuah kaki palsu. Tapi,

meskipun Nussa adalah penyandang disabilitas, beliau tetap semangat

menjalani kehidupannya loh (ini yang harus diteladani dari Nussa).

Sedangkan Rara, adik dari Nussa, digambarkan sebagai seorang anak

perempuan berumur lima tahun yang memakai pakaian muslimah lengkap

dengan kerudungnya. Rara tampak polos dan selalu ceria.

2.3. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pendidikan Agama Islam di kelas 2 SD Islam Terpadu

Penggunaan media film “nussa” dalam


penyampaian pesan-pesan Agama Islam

Teori Komunikasi Harold Lasswell


(Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect)

Film “Nusa” sebagai Media Pembelajaraan Agama


Islam di kelas 2 SD Islam Terpadu
40

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Sumber : Olahan Peneliti
Berdasarakan kerangka pemikiran di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini

memfokuskan pada pembelajaran Agama Islam di kelas 2 SD Islam Terpadu.

Pembelajaran Agama Islam yang diteliti memiliki bentuk komunikasi yang

berbeda yaitu menggunakan media film kartun “Nussa dan Rara” dalam

penyampaian pesan-pesan Agama Islam. Hal ini diharapkan anak-anak dapat

menyerap pembelajaran lebih cepat dengan adanya tontonan yang mereka sukai.

Selanjutnya dengan menggunakan teori komunikasi Harold Lasswell yaitu Who,

Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect memberikan

beberapa pertanyaan kepada guru dan orang tua siswa mengenai penggunaan

media film kartun “Nussa dan Rara” dalam penyampaian pesan-pesan Agama

Islam. Kemudian hasil wawancara terhadap guru dan orang tua siswa dipaparkan

sebagai hasil deskripsi penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media

pembelajaran Agama Islam.


41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain

deskriptif, sebagaimana diungkapkan Mulyana yang dikutip dari bukunya

Metodologi Penelitian Kualitatif, metode penelitian kualitatif dalam arti

tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka,

atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan

bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya,

alih-alih mengubah menjadi kesimpulan kualitatif.(Mulyana, 2013).

Furchan (2017),menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui

penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan

apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Maka penelitian

kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses berpikir

induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung

dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta

memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan

konteks penelitian.
42

Metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian dengan metode kuantitatif, seorang peneliti

harus menjaga jarak terhadap masalah yang sedang ditelitinya. Misalnya,


41
ketika menyebarkan angket/kuesioner atau mewancarai, seorang peneliti

kuantitatif betul-betul mengandalkan instrument penelitiannya yang sudah

diuji validitas dan reabilitasnya.

Sementara dalam penelitian dengan metode kualitatif, justru seorang

peneliti menjadi instrumen kunci. Apalagi teknik pengumpulan data yang

digunakannya adalah observasi partisipasi, peneliti terlibat sepenuhnya

dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan

sumber informasi penelitian.

Sebagai peneliti ilmu komunikasi dengan metode kualitatif, dalam

analisis datanya tidak menggunakan bantuan ilmu statistika, tetapi

menggunakan rumus 5 W + 1H (Who, What, When, Where, Why, dan

How). Selain what (data dan fakta yang dihasilkan dari penelitian),

How (bagaimana proses data itu berlansung), who (siapa saja yang bisa

menjadi informan kunci dalam penelitian), where (dimana sumber

informasi penelitian itu bisa digali atau ditemukan), dan when

(kapan sumber informasi bisa ditemukan); yang paling penting dicermati

dalam analisis penelitian kualitatif adalah why (analisis lebih

dalam atau Metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode

penelitian kuantitatif. Dalam penelitian dengan metode kuantitatif, seorang

peneliti harus menjaga jarak terhadap masalah yang sedang ditelitinya.


43

Misalnya, ketika menyebarkan angket/kuesioner atau mewancarai,

seorang peneliti kuantitatif betul-betul mengandalkan instrument

penelitiannya yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Peneltian ini telah dilaksanakan selama 1 bulan setelah dilakukan

seminar proposal dan perbaikan pada tahun 2019.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini yaitu di SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2

Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu.

3.3. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan pada penelitian ini yaitu dengan teknik

purposive sampling, yang berarti informan ditentukan berdasarkan syarat,

tujuan dan kepentingan dalam penelitian ini. Adapun syarat informan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Termasuk komponen yang berkaitan dengan murid kelas 2 SD Islam

Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota

Bengkulu.

b. Berhubungan langsung dengan murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan

Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu yaitu dalam

hal ini guru Pendidikan Agama Islam dan wali murid kelas 2 SD Islam

Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota

Bengkulu.
44

c. Berperan aktif terhadap perkembangan anak di skeolah.

d. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Guru Pendidikan Agama Islam di kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan

Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu sebanyak 1

orang.

b. Wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil,

Singaran Pati, Kota Bengkulu yang berperan aktif dan bersedia

menjadi informan berjumlah 3 orang.

3.4. Sumber Data

Berdasarkan sumbernya jenis data dibagi menjadi dua yaitu data

primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari sumber yang diteliti, diamati atau dicatat untuk pertama

kali. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki, 2017. Adapun jenis-jenis

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer: Jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti

adalah tentang penggunaan media film kartun Nussa sebagai media

pembelajaran agama islam yang penjelasannya diperoleh langsung dari

lokasi penelitian dengan cara wawancara dan dokumentasi.


45

b. Sumber Data Sekunder: Merupakan data yang dihimpun oleh peneliti

sebagai data tambahan atau pelengkap seperti: buku-buku referensi,

buku-buku komunikasi, buku-buku penelitian, serta situs-situs lain

yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Kata Observasi memiliki arti pengamatan, pengawasan, peninjauan,

penyelidikan, dan riset. Observasi adalah kegiatan kegiatan

mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau

informasi yang sesuai dengan konteks penelitian. Teknik observasi

diharapkan dapat menjelaskan atau menggambarkan secara luas dan

rinci tentang masalah yang dihadapi (Hikmat, 2017). Observasi yang

dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan terhadap

penggunaan film kartun sebagai media pembelajaran agama islam.

Observasi dilakukan langsung pada lokasi penelitian yaitu pada siswa

kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran

Pati, Kota Bengkulu.

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)


46

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian,

kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam

kehidupan informan. Wawancara pada penelitian dilakukan pada dua

jenis informan yaitu:

1) Wawancara terhadap guru Pandidikan agama Islam kelas 2 SD

Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota

Bengkulu yaitu berupa pertanyaan mengenai penggunaan film

“Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama Islam,

faktor-faktor pendukung dan penghambat penggunaan film “Nussa

dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama Islam serta hasil

penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran

Agama Islam terhadap siswa di SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2

Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu.

2) Wawancara terhadap wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan

Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, hanya

membahas tentang hasil penggunaan film “Nussa dan Rara”

sebagai media pembelajaran Agama Islam terhadap siswa di SD

Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota

Bengkulu.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-

tahap sebagai berikut:


47

a. Reduksi Data (Data reduction)

Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan

terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian,

selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.

b. Pengumpulan Data (Data collection)

Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-

narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna

sesuai dengan masalah penelitian.

c. Penyajian Data (Data Display)

Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang

telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ verification)

Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah

disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas

masalah penelitian.

e. Evaluasi

Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang

didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan

untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan

sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan

sebenarnya dari fokus penelitian.


48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi SD Islam Terpadu Rabbani

Sekolah SD Islam Terpadu Rabbani yang sekarang menjadi SD Islam

Terpadu Generasi Rabbani (SD IT Generasi Rabbani) dirancang sebagai

model sekolah yang menggabungkan keseimbangan antara pendidikan

itelektual dan pendidikan spiritual berdasarkan kurikulum Diknas, Depag dan

kurikulum Yayasan Generasi Rabbani Bengkulu yang nantinya diharapkan

akan menghasilkan generasi Rabbani yaitu generasi pemimpin Indonesia

yang memiliki keikhlasan, kecerdasan yang baik dan berakhlak Islami serta

berorientas pada masa depan yaitu dunia dan akhirat. Insyah Allah SD IT

Generasi Rabbani akan mewujudkan model pendidikan Islam dengan ciri

khas Generasi Rabbani “Al-Quran Unggulanku dan mengedepankan cinta,

keikhlasan serta kasih saying dalam meraih prestasi Generasi Rabbani.

SD Islam Terpadu Generasi Rabbani berdiri di tanah dengan luas

400.000m2 dengan jumlah ruang kelas sebanyak 20 kelas, ruang laboratorium

1 ruangan dan perpustaaan 1 ruangan.. Jumlah keseluruhan siswa di SD Islam

Terpadu Generasi Rabbani yaitu sebanyak 519 orang siswa yang terdiri dari

siswa laki-laki 227 orang dan siswa perempuan 242 orang. Adapaun jumlah

siswa berdasarkan kelas yaitu sebagai berikut.


49

Tabel 4.1
48
Jumlah Siswa SD Islam Terpadu Generasi Rabbani

Jumlah Siswa
Kelas
Laki-laki Perempuan Total
1 54 41 95
2 51 52 103
3 51 31 82
4 36 36 72
5 46 36 82
6 39 46 85
Jumlah 227 242 519

Guru SD Islam Terpadu Generasi Rabbani berjumlah 43 orang yang

berstatus Guru Tetap Yayasan (GTY) sebanyak 40 orang dan Guru Honorer

sebanyak 3 orang. Keseluruahan guru memiliki ijazah S1. SD Islam Terpadu

Generasi Rabbani memiliki 16 orang Ustadz dan 27 orang Ustadzah. Guru

SD Islam Terpadu Generasi Rabbani merupakan guru yang masih produktif

flam brkarya. Hal ini dapat dilihat dari usia mereka yang masih dibawah 35

tahun yaitu sebanyak 35 orang dan 4 orang lagi berusia di atas 8 tahun.

Adapun visi dari SD Islam Terpadu Generasi Rabbani adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Generasi Rabbani yang Cerdas, Berakhlak Islami,

Sejahtera, Mandiri serta Menguasai Teknologi yang Berwawasan

Lingkungan.”

Sedangkan misi SD Islam Terpadu Generasi Rabbani adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan generasi unggul dengan mengembangkan poteni di bidang

imtaq, menguasai teknologi berwawasan lingkungan.


50

2. Melaksanakan pembinaan tahsin dan tahfidz quran secara optimal.

3. Membentuk generasi kreatif, inovatif dan berkahlak mulia sesuai dengan

dasar keislaman yang berwawasan lingkungan.

4. Melaksanakan pembinaan profesinalisme guru.

5. Menerapkan manajemen partisipatif serta menggalang peran masyarakat

sebagai wujud citra sekolah dan lingkungan sebagai mitra terpercaya

masyarakat.

SD Islam Terpadu Generasi Rabbani memiliki jaminan kualitas siswa

yang dalam bidang imtaq adalah sebagai berikut:

1. Sholat dengan kesadaran

2. Hafal 2 juz Al Quran (juz 29-30)

3. Mampu membaca Al Quran dengan baik dan benar

4. Hafal 40 hadist pendek

5. Hafal dzikir dan doa sesudah sholat

6. Berakhlak Islami

7. Mampu berkomunikasi bahasa arab sederhana

Adapun jaminan kualitas siswa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

adalah sebagai berikut:

1. Senang membaca

2. Nilai 5 bidang studi utama tuntas

3. Kemampuan berkomunikasi dengan baik

4. Bersih, rapi, disiplin dan mandiri

5. Menguasai teknologi, informasi dan komunikasi sederhana


51

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 1 orang guru agama Islam dan 3

orang wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil,

Singaran Pati, Kota Bengkulu didapatkan hasil sebagai berikut:

4.2.1. Proses penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media


pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ustadz Ramadan, S.Pd selaku

guru kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran

Pati, Kota Bengkulu tentang film Nusa dan Rara yang mewakili materi

yang diajarkan.

“Ya, sudah mewakili pada materi yang sedang diajarkan.” (Hasil


wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam
Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15
Januari 2020).

Selanjutnya wawancara mengenai film Nusa dapat membantu

memecahkan masalah yang didapati pada saat proses belajar mengajar.

“Dengan adanya film Nusa dan Rara anak jadi tertarik belajar sehingga
anak mudah menyerap pembelajaran yang sedang diajarkan oleh sebab itu
dapat menjadi solusi bagi anak yang kurang berminat pada pembelajaran
agama Islam.” (Hasil wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku
guru kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran
Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Guru memperkenalkan film Nusa dan Rara dengan memperkenalkan

karakter tokoh pemain dalam film Nusa dan Rara terlebih dahulu.

“Saya memperkenalkan film nusa dengan memperkenalkan karakter tokoh


yang ada dalam film Nusa dan Rara terlebih dahulu.” (Hasil wawancara
dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam Terpadu,
52

Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari


2020).
Selain itu guru juga memiliki beberapa teknik dalam mrenggabungkan

materi pebelajaran dengan film Nusa dan Rara.

“Saya memperkenalkan film nusa pada awalnya dengan memutarkan


episode yang berdurasi sedikit terlebih dahulu sebagai pemicu daya tarik
anak. Kemudian baru setelah anak tertarik diputarkan kembali episode
yang durasinya lama. Episode yang dipilih merupakan episode yang
memiliki keterkaitan dengan materi pembelajaran.” (Hasil wawancara
dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam Terpadu,
Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari
2020).

Guru juga mendapatkan menfaat dengan menggunakan film Nusa dan

Raras ebagai media pembelajaran.

“Hal ini bermanfaat dalam pemahaman pembelajaran agama islam


terutama anak dapat mengingat hafalan doa-doa pendek. (Hasil wawancara
dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam Terpadu,
Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari
2020).

Hasil wawancara dengan Ustadz Ramadan tentang kerugian dalam

mengunakan film Nusa dan Rara sebagai media pembelajaran menunjukkan

bahwa tidak ada kerugian yang dirasakan oleh guru.

“Sejauh ini tidak ada kerugian ynag didapatkan dari pemutaran film
nusa ini. (Hasil wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru
kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati,
Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Penggunaan film Nusa dan Rara sebagai media pembelajaran memiliki

dampak bahwa anak akan meminta film animasi lainnya sebagai media

pembelajaran. Hal ni perlu diatasi dikarenakan tidak semua film animasi

dapat dijadikan media pembelajaran.

“Saya hanya memutarkan film nusa yang sesuai dengan materi


pembelajaran yang sedang berlangsung. Saya menjelaskan bahwa belum
53

adanya episode yang sesuai dengan materi lainnya. (Hasil wawancara


dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam Terpadu,
Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari
2020).

4.2.2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat penggunaan film “Nussa


dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama Islam di SD Islam
Terpadu

Hasil wawancara dengan ustadz Ramadan tentang kemudahan yang di

dapatkan dengan menggunakan film Nusa sebagai media pembelajaran yaitu

guru dapat lebih dekat dengan siswa sehinnga dapat berkomunikasi dengan

baik tentang pembelajaran.

“Kemudahan yang saya dapatkan yaitu anak tidak hanya menyukai


pembelajaran agama Islam, anak juga lebih dekat dengan saya dan juga anak
dapat berkomunikasi dengan teman sebaya mengenai pembelajaran agama
Islam dan berlomba-lomba dalam menonotn film nusa terbaru.” (Hasil
wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam
Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15
Januari 2020).

Selanjutnya hasil wawancara tentang apa saja factor pendukung yang

ustadz terima dalam menjadikan film Nusa sebagai media pembelajaran yaitu

berupa antusias siswa dalam membantu menyiapkan penayangan film dan dari

wali murid juga memberikan rekomendasi beberapa episode yang baik untuk

dijadikan media pembelajaran.

“Kalau dari siswa dukungan yang saya terima yaitu siswa bersedia membantu
proses penyiapan kelas dalam penayangan film Nusa dan Rara, wali murid
juga memberikan rekomendasi episode yang sesuai dengan materi. (Hasil
wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam
Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15
Januari 2020).
54

Selain dari siswa ternyata dukungan juga didapatkan dari pihak

sekolah. Sekolah menyiapkan fasilitas agar penayangan film dapat berjalan

lancer.

“Saya sangat berterima kasih kepada sekolah yang telah mendukung dengan
adanya peralatan yang lengkap berupa laptop dan sound system untuk
memutar film sehingga film animasi dapat dilihat dengan jelas oleh siswa.
(Hasil wawancara dengan Ustadz Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD
Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota
Bengkulu, 15 Januari 2020).

Sedangkan hasil wawancara tentang factor penghambat dari segi

peserta didik pada saat penggunaan film Nusa sebagai media pembelajaran

yaitu ada beberapa siswa yang ikut bercerita pada saat film ditayangkan.

“Faktor penghambat dari peserta didik yaitu apabila peserta didik telah
menontonnya berulang kali maka peserta didik tersebut juga ikut bercerita
pada saat film sedang diputarkan.” (Hasil wawancara dengan Ustadz
Ramadan, S.Pd selaku guru kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2
Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Hasil wawancara mengenai factor penghambat dari pihak sekolah

menunjukkan bahwa tidak adanya penghambat dari sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Guru

(Ustadz Ramadan, S.Pd) film Nusa telah mewakili materi yang ibu ajarkan

sehingga film Nusa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang bersifat

permanen apabila disesuaikan dengan materi pembelajaran yang sedang

dipelajari. Film Nusa dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapati

pada saat proses belajar mengajar dengan meningkatkan daya tarik anak dalam

menonton. Setiap anak sangat menyukai tontonan animasi sehingga

pemeblajaran agama yang ada di film nusa dapat langsung dengan mudah di

serap anak. Guru memperkenalkan film nusa pada awalnya dengan


55

memutarkan episode yang berdurasi sedikit terlebih dahulu sebagai pemicu

daya tarik anak. Kemudian baru setelah anak tertarik diputarkan kembali

episode yang durasinya lama. Hal ini bermanfaat dalam pemahaman

pembelajaran agama islam terutama anak dapat mengingat hafalan doa-doa

pendek. Sejauh ini tidak ada kerugian ynag didapatkan dari pemutaran film

nusa ini. Saya hanya memutarkan film nusa yang sesuai dengan materi

pembelajaran yang sedang berlangsung.

Kemudahan yang guru dapatkan yaitu anak tidak hanya menyukai

pembelajaran agama Islam, anak juga lebih dekat dengan saya dan juga anak

dapat berkomunikasi dengan teman sebaya mengenai pembelajaran agama

Islam dan berlomba-lomba dalam menonotn film nusa terbaru. Guru sangat

berterima kasih kepada sekolah yang telah mendukung dengan adanya

peralatan yang lengkap berupa in focus untuk memutar film sehingga film

animasi dapat dilihat dengan jelas oleh siswa. Factor penghambat dari peserta

didik yaitu apabila peserta didik telah menontonnya berulang kali maka

peserta didik tersebut juga ikut bercerita apda saat film sedang diputarkan.

Hasil yang saya harapkan sudah tercapai dengan bukti anak dapat menghafal

doa-doa yang ada di film nusa tersebut.

Hasil wawancara dengan wali murid menunjukkan bahwa anak

bercerita mengenai pemutaran film Nusa di sekolah dan anak menyukainya

dibandingkan film anmasi lainnya.

“Ya, Ezzah menyukai film animas Nusa dan Rara yang di putar di sekolah,
namun ia lebih sering menonton film kartun berjudul “Spongebob
Squarepants” di televisi.” (Hasil wawancara dengan Ibunda dari Ezzah
56

selaku wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil,
Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Selanjutnya wawancara mengenai tanggapan anak terhadap pemutaran

film Nusa di sekolah yaitu anak menyukainya dan anak mengulanginya di

rumah menggunakan youtube.

“ia mengetahuinya, bahkan menyukainya, dengan alasan film tersebut


mengajarkan sifat yang baik buat kita, seperti mengambil air wudhu
sebelum tidur yang dijelaskan pada episode 1 film tersebut. ia juga
mengenal aplikasi media sosial bernama youtube yang biasa ia gunakan
untuk menonton video music dan animasi lainnya. (Hasil wawancara dengan
Ibunda dari Fadilah selaku wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan
Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Selanjutnya wawancara dengan wali murid lainnya tentang tanggapan

ibu/bapak terhadap anak yang suka menonton film film Nusa di rumah, yaitu

orang tua merasa tenang karena mengetahui apa yang ditonton anaknya.

“Saya merasa tenang karna tontonan anak menjadi terarah dengan adaya
pemutaran film Nusa dan Rara di sekolah.” (Hasil wawancara dengan
Ibunda dari Sakinah selaku wali murid kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan
Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15 Januari 2020).

Kemudian hasil wawancara tentang anak mengulangi menonton film

Nusa di rumah yaitu sebagaian besar anak mengulanginya dirumah dan

banyak episode yang telah di tonton anak yaitu berkisar 3 episode,

“Ezzah tidak sering menontonnya, dan baru menonton 3 episode.” (Hasil


wawancara dengan Ibunda dari Ezzah selaku wali murid kelas 2 SD Islam
Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15
Januari 2020).

Setelah menonton film Nusa dan Rara disekolah dan dirumah

didapatkan dampak perubahan tingkah laku anak.

“Ezzah sering menyebutkan kalo di film Nusa harus begini bu,,kemudian


Ezzah juga sering mengulangi kebiasaan yang dilakukan Rara. (Hasil
wawancara dengan Ibunda dari Ezzah selaku wali murid kelas 2 SD Islam
57

Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu, 15


Januari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali murid dan murid

SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota

Bengkulu yang bernama Ezzah diketahui bahwa Ezzah menyukai film

animasi, namun ia lebih sering menonton film kartun berjudul

“Spongebob Squarepants” di televisi. Meskipun demikian, Ezzah sudah

tahu salah satu produk teknologi komunikasi yang disebut sebagai

smartphone, dan bisa menggunakannya bahkan sering. Aplikasi

smartphone yang sering digunakan oleh Ezzah salah satunya bermain

game, namun ia juga mengenal aplikasi media sosial bernama youtube

yang biasa ia gunakan untuk menonton video musik. Saat ditanya

mengenai film animasi Nussa dan Rara yang ada di youtube, siswi ini

mengatakan ia mengetahuinya, bahkan menyukainya, dengan alasan film

tersebut mengajarkan sifat yang baik buat kita, seperti mengambil air

wudhu sebelum tidur yang dijelaskan pada episode 1 film tersebut.

Namun, Ezzah tidak sering menontonnya, dan baru menonton 3 episode.

Di sisi lain, Ezzah mengatakan mendapat manfaat yang baik setelah

menonton film tersebut, dan untuk mengenai pesan-pesan yang

mengandung unsur ajaran islam di akhir film, Ezza mengatakan

sebelumnya tidak tahu mengenai hal itu.

Selanjutnya orang tua Fadila menyatakan bahwa Fadilla menyukai

film animasi, namun ia lebih sering menonton film berjudul “Upin dan
58

Ipin” di televisi. Meskipun demikian, Fadilla sudah tahu salah satu produk

teknologi komunikasi yang disebut sebagai smartphone, dan bisa

menggunakannya bahkan sering. Aplikasi smartphone yang sering

digunakan oleh Fadilla salah satunya bermain game dan menonton video

film kartun lainnya, namun ia juga mengenal aplikasi media sosial

bernama youtube yang biasa ia gunakan untuk menonton video musik.

Saat ditanya mengenai film animasi Nussa dan Rara yang ada di

youtube, siswi ini mengatakan ia mengetahuinya, bahkan

menyukainya, dengan alasan mendapat pengajaran yang baik melalui

film tersebut, seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan yang

dijelaskan pada episode 5 film tersebut. Namun, Fadilla tidak sering

menontonnya, dan baru menonton sekitar 3 episode. Di sisi lain, Fadilla

mengatakan mendapat pengajaran yang baik setelah menonton film

tersebut, dan untuk mengenai pesan-pesan yang mengandung unsur

ajaran islam di akhir film, Fadilla mengatakan sebelumnya sudah tahu

mengenai hal itu.

Sama halnya dengan orang tua Sakinah menyatakan bahwa Sakinah

menyukai film animasi, namun ia lebih sering menonton film

berjudul “Upin dan Ipin” di televisi. Meskipun demikian, Sakinah

sudah tahu salah satu produk teknologi komunikasi yang disebut sebagai

smartphone, dan bisa menggunakannya bahkan sering. Aplikasi

smartphone yang sering digunakan oleh Sakinah salah satunya bermain

game dan menonton video film kartun lainnya, namun ia juga mengenal
59

aplikasi media sosial bernama youtube yang biasa ia gunakan untuk

menonton video musik. Saat ditanya mengenai film animasi Nussa dan

Rara yang ada di youtube, siswi ini mengatakan ia mengetahuinya,

bahkan menyukainya, dengan alasan filmnya bermanfaat, seperti makan

tidak boleh berdiri yang dijelaskan pada episode 2 film tersebut.

Namun, Sakinah tidak sering menontonnya, dan baru menonton

sekitar 2 episode. Di sisi lain, Sakinah mengatakan mendapat

pengajaran yang baik setelah menonton film tersebut, dan untuk

mengenai pesan-pesan yang mengandung unsur ajaran islam di akhir

film, Sakinah mengatakan sebelumnya sudah tahu mengenai hal itu.

4.2. Pembahasan

Sesuai dengan hasil penelitian, setelah film Nusa dan Rara dijadikans

ebagai media pembelajaran, anak-anak memiliki perilaku yang cenderung

mencontoh isi dari film tersebut. Seperti halnya mengucap salam ketika

masuk kelas dan beberapa anak yang belum mampu membaca doa sebelum

belajar tampak semangat berdoa dan melafazkan doa sebelum belajar.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa guru belum dapat

menjadikan film nusa dan rara sebagai media permanen dikarenakan tidak

semua materi pembelajaran agama kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani

2 Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu dapat ditemui pada film

animasi nusa dan rara. Dukungan dari pihak sekolah dan wali murid sangat

membantu dalam kelangsungan penggunaan media nusa dan rara. Meskipun

belum dapat dijadikan media permanen namun film nusa dan rara telah
60

berhasil menarik perhatian siswa kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2

Jembatan Kecil, Singaran Pati, Kota Bengkulu dalam menghafal doa-doa

pendek serta prilaku islami. Sesuai dengan Paradigma komunikasi Lasswell

mengisyaratkan bahwa komunikasi harus memiliki efek, yakni terjadinya

perubahan perilaku audience, (Effendy, 2016) yaitu terjadinya perubahan

pada tingkat pengetahuan (kognitif), terjadinya perubahan pada tingkat

emosi/perasaan (afektif) dan terjadinya perubahan pada tingkat tingkah laku

(psikomotor).

Sesuai dengan teori komunikasi Harold Lasswell merupakan teori

komunikasi awal (1948) yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk

menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who, Says

What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan

Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Dalam

penelitian ini yang menjadi “who” yaitu guru yang mengajar di kelas dan

“say what” yaitu apa yang disampaikan guru atau materi yang sedang

disampaikan guru, selanjutnya “in which channel” yaitu melalui media

film Nusa dan Rara, kemudian “to whom” yaitu untuk anak didik kelas 2

dan yang terakhir “with what effect” yaitu berdampak anak didik dapat

memahami pemeblajaran yang diberikan guru dan dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari seperti doa-doa yang sesuai dengan film Nusa

dan Rara tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan

yang disampaikan kepada komunikan (penerima) dari komunikator

(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara


61

langsung/tidaklangsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada

komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator atau guru.

Ternyata film animasi Nussa dan Rara ini memiliki kelebihan,

terutama dalam menambah pengetahuan melalui media online dengan cara

yang menyenangkan dan sesuai dengan dunia mereka di kalangan pelajar

SD. Berdasarkan wawancara terhadap orang tua menunjjukkan bahwa

anaknya, mengaku menyukai film animasi Nussa dan Rara yang di

publish di aplikasi youtube. Meskipun rata-rata dari mereka belum

memiliki smartphone sendiri dan jarang menggunakannya, namun

mereka sudah mengetahui teknologi komunikasi tersebut, dan mengetahui

salah satu aplikasi media sosial bernama youtube. Hal ini juga yang

menjadi alasan kenapa mereka lebih sering menonton televisi daripada

bermain smartphone.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali murid dan murid

kelas 2 SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Singaran Pati,

Kota Bengkulu diketahui bahwa anaknya menikmati film Nussa dan Rara.

Bahkan rata-rata dari mereka sangat antusias dan terbawa suasana saat

menontonnya, hal ini terlihat dari berbagai ekspresi yang mereka

tunjukkan, ada yang tertawa saat film tersebut menampilkan adegan lucu,

dan ada yang ikut bernyanyi saat salah satu episode menampilkan

sebuah lagu yang berkaitan dengan judul. Namun, rata-rata dari mereka

tidak terlalu sering menonton film tersebut sehingga baru melihat

beberapa episode saja, bahkan 1 dari 23 pelajar tidak terlalu menyukai


62

film tersebut. Rata-rata dari mereka mendapatkan pengajaran tentang

Islam melalui film tersebut, terutama bagi mereka yang belum

mengetahui sama sekali mengenai kegiatan atau kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan sesuai ajaran Islam. Hal ini dikarenakan, film Nussa dan

Rara selalu menayangkan adegan mengenai aktivitas sehari-hari yang

dilakukan berdasarkan ajaran Islam.

Hal ini menunjukan bahwa mMedia merupakan alat yang harus ada

apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan

alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin

pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil

yang memuaskan.Media merupakan wahana penyalur informasi belajar

atau penyalur pesan (Rusman, 2012).

Penyajian film yang dilakukan dengan cara menyenangkan dan sesuai

dengan dunia mereka, membuat para pelajar SD mudah memahami dan

mengerti tentang apa yang disampaikan film tersebut. Tidak hanya

mengaku jika film tersebut mengandung bayak hal yang bermanfaat dan

pengajaran yang baik, beberapa diantaranya merasa jika film tersebut

mengingatkan dan mengajarkan mereka mendekatkan diri pada ALLAH

SWT.
63

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di tarik

kesimpulan bahwa guru dapat menggunakan film animasi nusa dan rara

sebagai:

1. Media pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

Guru tidak menemukn hambatan yang besar apada saat memutar film

animasi.

2. Salah satu motivasi dalam menyukai pelajaran Agama Islam. Guru

merasa terbantu dengan adanya film animasi nussa dan rara, anak dapat

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran agama dan memahami nilai-

nilai agama islam.

3. Media untuk mendapatkan pembelajaran adan ilmu agama Islam. Rata-

rata siswa/siswi di SD yang di teliti oleh peneliti, pada umumnya

mengetahui dan menyukai film animasi Nussa dan Rara di channel

youtube. Walaupun mereka tidak terlalu sering menonton film Nussa

dan Rara, namun, mereka mengatakan mendapat pengajaran atau ilmu


64

yang bermanfaat dari film tersebut. Ini dibuktikan dengan alasan

yang mereka berikan karena menyukai film itu.

4. Penyemangat siswa dalam memupuk rasa ingin tahu terhadap

pemebaljaran agama Islam. Rata-rata dari mereka yang belum mengetahui

mengenai pesan-pesan bermanfaat yang mengandung ajaran Islam di

akhir durasi film tersebut, menjadi


63 tahu mengenai ajaran Islam yang
selama ini belum mereka ketahui. Tidak hanya melalui pesan-

pesannya, setiap episode Nussa dan Rara selalu mengajarkan sesuatu

hal mengenai kebiasaan atau kegiatan sehari-hari berdasarkan ajaran

Islam, hal ini juga yang menambah pengetahuan mereka dari yang

belum tahu, menjadi tahu tentang kebiasaan atau kegiatan sehari-hari

yang dilakukan sesuai ajaran Islam.

5.2. Saran

Adapun beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu:

a. Agar para orang tua, senantiasa memperhatikan tayangan yang baik


untuk di tonton bagi anaknya.
b. Agar para orang tua, senantiasa mengontrol penggunaan smartphone
pada anak.
c. Agar para guru, mampu menggunakan media tambahan
untuk memperkenalkan ajaran Islam pada proses belajar di kelas.
d. Agar para siswa/siswi memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi, seperti smartphone ke arah yang lebih positif antara lain
menggunakannya sebagai media belajar untuk menambah ilmu yang
bermanfaat
65

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Komala, Lukiati. (2009). Komunikasi Massa :


Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta


Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka
Cipta

Arsyad (2012), Media Pembelajaran, (Jakarta:Grafindo Persada

Arsyad Azhar, (2014) Media pembelajaran, (jakarta: PT Raja Gravindo Persada)

Asnawir & Bsyiruddin Usman (2012), Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat


Prees)

Burhan Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenadamedia Group

Cinea. (2014). The Making Of Animation. Bandung : PT. Magindo Tunggal


Sejahtera

Danesi, Marcel. (2011). Message, Signs, and Meanings. Toronto : Canadian


Scholar Press Inc

Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. (2012). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. (2016). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakary
66

Haris Sumadiria, (2014) Sosiologi Komunikasi Massa (Bandung : Simbiosa


Rekatama Media,

Ishadi SK. (2018). Dunia Penyiaran Prospek dan Taniangan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Kusnawan, Aep. (2014). Komunikasi Penyiaran Islam : Mengembangkan Tabligh


Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Film dan Media Digital.
Bandung : Benang Merah Press

Kuswadi, Wawan. (2016). Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media


Televisi.Jakarta : Rineka Cipta

Marzuki. (2012). Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama


Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta : Ombak

McQuali, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuali. Jakarta :


Salemba Humanika

Morissan. (2013). Jurnalistik Televisi Mutaithir. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Nana Sudjana, (2015) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung :


Sinar

Pratista, Himawan. (2018). Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka

Rusman (2012), Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung:


Alfabeta, 2012)
67

PANDUAN WAWANCARA

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

II. Proses penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran
Agama Islam di SD Islam Terpadu (Pertanyaan untuk Guru)

1. Apakah menurut ibu film Nusa telah mewakili materi yang ibu ajarkan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Apakah film Nusa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
bersifat permanen?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Jelaskan bagaimana filn Nusa dapat membantu memecahkan masalah yang
dihadapati padas aat proses belajar mengajar?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. Jelaskan bagaimana cara ibu memperkenalkan film Nusa sebagai media
pembelajaran?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
5. Jelaskan teknik-teknik atau cara ibu menggabungkan materi pembelajaran
dengan film Nusa?
68

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
6. Jelaskan manfaat yang telah ibu rasakann dengan menggunakan film Nusa
sebagai media pembelajaran dalam hal proses pembelajaran?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

7. Apakah ada kerugian atau kekurangan dalam pemanfaatan film Nusa pada
proses pembelajaran?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
8. Apakah ibu hanya menggunakan film Nusa pada materi tertentu saja?
Jelaskan bagaimana cara ibu untuk mengatasi permintaan anak akan film
animasi lainnya pada materi yag lain?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

III. Faktor-faktor pendukung dan penghambat penggunaan film “Nussa dan Rara”
sebagai media pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu (Pertanyaan
untuk Guru)

1. Jelaskan kemudahan yang ibu dapatkan dengan menggunakan film Nusa


sebagai media pembelajaran?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Apa saja factor pendukung yang ibu terima dalam menjadikan film Nusa
sebagai media pembelajaran?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Jelaskan dukungan yang diberikan pihak sekolah baik fasilitas maupun
dukungan dari kepala sekolah serta guru?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. Jelaskan factor penghambat dari segi peserta didik pada saat penggunaan
film Nusa sebagai media pembelajaran?
69

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
5. Jelaskan factor penghambat dari sekolah?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Pertanyaan Untuk Wali Murid:


1. Apakah anak bercerita mengenai pemutaran film Nusa di sekolah dan
apakah anak menyukainya dibandingkan film anmasi lainnya?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Bagaimana tanggapan anak terhadap pemutaran film Nusa di sekolah dan
apakah anak mengulanginya di rumah serta menggunakan apa anak
memutarnya kembali?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap anak yang suka menonton film
film Nusa di rumah?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4. Apakah anak mengulangi menonton film Nusa di rumah berapa banyak
episode yang telah di tonton anak?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
5. Bagaimana tingkah laku anak setelah menonton film Nusa terkait ajaran
agama islam?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
70

HASIL WAWANCARA

ANALISIS PENGGUNAAN FILM “Nussa dan Rara” SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM

(Studi Pada SD Islam Terpadu, Jalan Rinjani 2 Jembatan Kecil, Kota Bengkulu)

Proses penggunaan film “Nussa dan Rara” sebagai media pembelajaran Agama
Islam di SD Islam Terpadu (Pertanyaan untuk Guru)
Wawancara terhadap ustadz Ramadhan,S.Pd

1. Apakah menurut ustadz, film Nusa telah mewakili materi yang ustadz
ajarkan?
Ya, sudah mewakili pada materi yang sedang diajarkan.

2. Apakah film Nusa dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang


bersifat permanen?
Apabila materinya tetap sama maka bagi saya bias dijadikan media
pembelajaran yang permanen.

3. Jelaskan bagaimana film Nusa dapat membantu memecahkan masalah


yang dihadapati pada saat proses belajar mengajar?
Dengan adanya film Nusa dan Rara anak jadi tertarik belajar
sehingga anak mudah menyerap pembelajaran yang sedang diajarkan
oleh sebab itu dapat menjadi solusi bagi anak yang kurang berminat
pada pembelajaran agama Islam.

4. Jelaskan bagaimana cara ustadz memperkenalkan film Nusa sebagai


media pembelajaran?
71

Saya memperkenalkan film nusa dengan memperkenalkan karakter


tokoh yang ada dalam film Nusa dan Rara terlebih dahulu

5. Jelaskan teknik-teknik atau cara ustadz menggabungkan materi


pembelajaran dengan film Nusa?
Saya memperkenalkan film nusa pada awalnya dengan memutarkan
episode yang berdurasi sedikit terlebih dahulu sebagai pemicu daya
tarik anak. Kemudian baru setelah anak tertarik diputarkan kembali
episode yang durasinya lama. Episode yang dipilih merupakan
episode yang memiliki keterkaitan dengan materi pembelajaran.

6. Jelaskan manfaat yang telah ustadz rasakann dengan menggunakan


film Nusa sebagai media pembelajaran dalam hal proses
pembelajaran?
Hal ini bermanfaat dalam pemahaman pembelajaran agama islam
terutama anak dapat mengingat hafalan doa-doa pendek.

7. Apakah ada kerugian atau kekurangan dalam pemanfaatan film Nusa


pada proses pembelajaran?
Sejauh ini tidak ada kerugian ynag didapatkan dari pemutaran film
nusa ini.

8. Apakah uatadz hanya menggunakan film Nusa pada materi tertentu


saja? Jelaskan bagaimana cara ustadz untuk mengatasi permintaan
anak akan film animasi lainnya pada materi yag lain?
Saya hanya memutarkan film nusa yang sesuai dengan materi
pembelajaran yang sedang berlangsung. Saya menjelaskan bahwa
belum adanya episode yang sesuai dengan materi lainnya.

Faktor-faktor pendukung dan penghambat penggunaan film “Nussa dan Rara”


sebagai media pembelajaran Agama Islam di SD Islam Terpadu (Pertanyaan
untuk Guru)

1. Jelaskan kemudahan yang ustadz dapatkan dengan menggunakan film


Nusa sebagai media pembelajaran?
Kemudahan yang saya dapatkan yaitu anak tidak hanya menyukai
pembelajaran agama Islam, anak juga lebih dekat dengan saya dan
juga anak dapat berkomunikasi dengan teman sebaya mengenai
pembelajaran agama Islam dan berlomba-lomba dalam menonotn film
nusa terbaru

2. Apa saja factor pendukung yang ustadz terima dalam menjadikan film
Nusa sebagai media pembelajaran?
Kalau dari siswa dukungan yang saya terima yaitu siswa bersedia
membantu proses penyiapan kelas dalam penayangan film Nusa dan
72

Rara, wali murid juga memberikan rekomendasi episode yang sesuai


dengan materi

3. Jelaskan dukungan yang diberikan pihak sekolah baik fasilitas maupun


dukungan dari kepala sekolah serta guru?
Saya sangat berterima kasih kepada sekolah yang telah mendukung
dengan adanya peralatan yang lengkap berupa laptop dan sound
system untuk memutar film sehingga film animasi dapat dilihat
dengan jelas oleh siswa.

4. Jelaskan factor penghambat dari segi peserta didik pada saat


penggunaan film Nusa sebagai media pembelajaran?
Factor penghambat dari peserta didik yaitu apabila peserta didik telah
menontonnya berulang kali maka peserta didik tersebut juga ikut
bercerita apda saat film sedang diputarkan

5. Jelaskan factor penghambat dari sekolah?


Tidak ada yang menghambat dari sekolah

Pertanyaan Untuk Wali Murid:


Wawancara terhadap Orang tua Ezzah

1. Apakah anak bercerita mengenai pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak menyukainya dibandingkan film anmasi lainnya?
Ya, Ezzah menyukai film animas Nusa dan Rara yang di putar di
sekolah, namun ia lebih sering menonton film kartun berjudul
“Spongebob Squarepants” di televisi.

2. Bagaimana tanggapan anak terhadap pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak mengulanginya di rumah serta menggunakan apa anak
memutarnya kembali?
ia mengetahuinya, bahkan menyukainya, dengan alasan film tersebut
mengajarkan sifat yang baik buat kita, seperti mengambil air wudhu
sebelum tidur yang dijelaskan pada episode 1 film tersebut. ia juga
mengenal aplikasi media sosial bernama youtube yang biasa ia
gunakan untuk menonton video music dan animasi lainnya

3. Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap anak yang suka menonton film


film Nusa di rumah?
Saya merasa tenang karna tontonan anak menjadi terarah dengan adaya
pemutaran film Nusa dan Rara di sekolah

4. Apakah anak mengulangi menonton film Nusa di rumah berapa banyak


episode yang telah di tonton anak?
73

Ezzah tidak sering menontonnya, dan baru menonton 3 episode

5. Bagaimana tingkah laku anak setelah menonton film Nusa terkait ajaran
agama islam?
Ezzah sering menyebutkan kalo di film Nusa harus begini bu,,kemudian
Ezzah juga sering mengulangi kebiasaan yang dilakukan Rara.

Wawancara terhadap orang tua Fadilla

1. Apakah anak bercerita mengenai pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak menyukainya dibandingkan film anmasi lainnya?
Ya, Fadilla menyukai film animasi, namun ia lebih sering menonton
film berjudul “Upin dan Ipin” di televisi.

2. Bagaimana tanggapan anak terhadap pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak mengulanginya di rumah serta menggunakan apa anak
memutarnya kembali?
ia mengetahuinya, bahkan menyukainya, dengan alasan film tersebut
mengajarkan sifat yang baik buat kita, seperti seperti tidak boleh
membuang sampah sembarangan yang dijelaskan pada episode 5 film
tersebut. Ia memutar menggunaakan youtube

3. Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap anak yang suka menonton film


film Nusa di rumah?
Sebaiknya ditingkatkan lagi dengan materi-materi lainnya sehingga anak
tidak bosan

4. Apakah anak mengulangi menonton film Nusa di rumah berapa banyak


episode yang telah di tonton anak?
Ya dia mengulangnya dirumah, baru 3 episode

5. Bagaimana tingkah laku anak setelah menonton film Nusa terkait ajaran
agama islam?
Dia sering melantunkan doa-doa pendek yang diputar pada film tersebut

Wawancara terhadap orang tua Sakinah

2. Apakah anak bercerita mengenai pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak menyukainya dibandingkan film anmasi lainnya?
Ya, Sakinah menyukai film animasi Nusa dan Rara tapi katanya lebih
suka Upin Ipin karna lebih panjang ceritanya.
74

3. Bagaimana tanggapan anak terhadap pemutaran film Nusa di sekolah dan


apakah anak mengulanginya di rumah serta menggunakan apa anak
memutarnya kembali?
ia mengetahuinya, bahkan menyukainya, dengan alasan film tersebut
mengajarkan seperti makan tidak boleh berdiri yang dijelaskan pada
episode 2 film tersebut yang ditonton menggunaakan youtube

4. Bagaimana tanggapan ibu/bapak terhadap anak yang suka menonton film


film Nusa di rumah?
Sebaiknya dilakukan dengan pengawasan yang baik dan diberikan
pemahaman lainnya supaya anak tidak ketergantungan gedget

5. Apakah anak mengulangi menonton film Nusa di rumah berapa banyak


episode yang telah di tonton anak?
Ya dia mengulangnya dirumah, baru 2 episode

6. Bagaimana tingkah laku anak setelah menonton film Nusa terkait ajaran
agama islam?
Dia sering memutar ulang dan ikut bercerita tentang film Nusa dan Rara
75

DOKUMENTASI PENELITIAN
76
77

viii

Anda mungkin juga menyukai