Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN MAGANG

“PEMBINGKAIAN FEATURE BISNIS KULINER PADA SKHU POS


KUPANG DI TENGAH PANDEMI COVID-19”

MAGANG DI POS KUPANG BIRO MAUMERE


PERIODE OKTOBER S/D DESEMBER 2020

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT


MERAIH GELAR SARJANA ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI JURNALISTIK

OLEH :

NAMA : MEYLINDA PUTRI YANI MUKIN


NIM : 052170026

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NUSA NIPA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan kegiatan yang disusun oleh :


Nama Mahasiswa : Meylinda Putri Yani Mukin
NIM : 052170026
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Tempat : SKHU Pos Kupang Biro Maumere
Waktu : Oktober – Desember 2020
Bentuk Kegiatan : Magang Kampus Merdeka-Merdeka Belajar

Telah disetujui untuk diujikan pada tanggal :

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Lapangan

Mayelus D. Bastian, S.Sos.,M.A Mayelus D. Bastian, S.Sos.,M.A


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang yang disusun oleh :


Nama : Meylinda Putri Yani mukin
NIM : 052170026
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul Laporan : Pembingkaian Feature Kuliner Pada SKHU Pos Kupang
di Tengah Pandemi Covid-19.

Telah diuji di depan Dewan Penguji pada tanggal

Penguji I Penguji II

Nama Dosen Penguji Nama Dosen Penguji


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mayelus D. Bastian, S.Sos.,M.A Lodowik N. Kedoh, S.Ikom,M.Ikom


NIDN. 0811058401

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial

Dr. Jonas K.G.D. Gobang, S.Fil.,M.A


NIDN. 0808047502
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT
penulis panjatkan karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hanya
kepada-Nya penulis berserah diri memohon hidayah dan pertologan-Nya sehingga
terselesaikannya penulisan laporan magang di SKHU Pos Kupang Biro Maumere.
Selanjutnya sholawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, seterusya kepada semua keluarga, sahabat dan segenap pengikut beliau
sampai hari kiamat.
Tulisan “Pembingkaian Feature Bisnis Kuliner Pada SKHU POS
KUPANG di Tengah Pandemi Covid-19” ini adalah laporan magang yang
disusun dan diajukan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Jurnalistik pada Program Studi Ilmu
Komunikasi. Magang ini telah dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari tanggal
05 Oktober – 05 Desember 2020.
Melalui kesempatan baik ini, penulis mengucapkan limpah terima kasih
atas segala bantuan dan dukungan baik itu berupa moril ataupun materi yang
diberikan selama penyusunan dan penulisan laporan magang ini. Untuk itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis.
2. Bapak Dr. Angelinus Vincentius, M.Si selaku Rektor Universitas Nusa
Nipa Indonesia.
3. Bapak Dr. Jonas K.G.D. Gobang, S.Fil.,M.A selaku Dekan Fakultas
Ilmu-Ilmu Sosial.
4. Bapak Mayelus Dori Bastian, S.Sos.,M.A selaku Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi dan Dosen Pembimbing Lapangan sekaligus Dosen
Pembimbing I yang selalu senantiasa membimbing, mengarahkan serta
memberikan motivasi selama magang hingga penyusunan laporan
magang ini.
5. Ibu Intan Mustafa, S.Ikom.,M.Ikom selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu senantiasa membimbing dan mengarahkan serta
memberikan motivasi dalam segala hal.
6. Bapak Lodowik N. Kedoh, S.Ikom.,M.Ikom selaku Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan serta motivasi
kepada penulis selama penyusunan laporan magang ini.
7. Para Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan kepada
penulis selama menjalankan kuliah di Universitas Nusa Nipa Indonesia
dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap
Karyawan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial yang senantiasa membantu.
8. Bapak Aris Ninu selaku Kepala Biro Pos Kupang Maumere dan
Supervisor Magang yang telah membimbing, mengarahkan serta
membantu penulis selama menjalankan magang di Pos Kupang Biro
Maumere.
9. Orang Tua tercinta, Bapak Ludgerus Maryanto Mukin dan Ibu Ninik
Arlina, Adik Dimas Pangestu Mukin, Adik Elisabeth N. Kuki, Adik
Retno Widya N. Mukin, dan Adik Bayu Satrio W. Mukin yang selalu
senantiasa memberikan dukungan, doa, nasihat, dan motivasi kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
10. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan serta
dorongan moril dan materiil kepada penulis dalam menyelesaikan
laporan magang ini.
11. Ibu Rini Kartini, S.Sos.,M.MedKom tercinta yang telah mendukung,
membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dari awal
kuliah hingga saat ini.
12. Teman-teman seperjuangan Magang Kampus Merdeka - Merdeka
Belajar yang selalu memberi motivasi dan meluangkan waktu untuk
membantu penulis selama penyusunan laporan magang ini.
13. Sahabat-sahabat Fransiska I. Sari, Farid, Ritzan Diaz, Icha Royda,
Mariani L. Marlina, Marlinda Oferus, Bayu Haryanto, Frid Juliano,
Ano Bewat, Tomi Buko, Lucky, Merlin Bruno, Abbas, Riki Saryanto,
Andreas Parera, Kak Jack yang selalu memberikan doa dan dukungan
bagi penulis.
14. Sahabat Sang Pemimpi tercinta, Sofiana Sonya, Sofia Apriliani P.
Sukalumba, Yohana Yuniati Anggraini, dan Novia F. Farida Ladapase
yang telah memberikan motivasi setiap saat.
15. Sahabat Dream Team, Mey Dara, Tika Wangge, dan Andra Bae yang
selalu membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
16. Sahabat Karolina Karmadina, Katarina Naru, Maria D. Bara yang
selalu ada selama penulis mengerjakan laporan magang ini.
17. Teman-teman LPM NIPA MEDIA yang telah memberikan dukungan,
bantuan, saran, dan motivasi kepada penulis.
18. Kru Maumere Tv yang selalu membantu dan memberikan motivasi
bagi penulis selama penyusunan laporan magang ini.
19. Teman-teman seperjuangan ILKOM 17 khususnya teman-teman
Journalist Class yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan
motivasi selama proses perkuliahan hingga terselesaikannya laporan
magang ini.
Penulis panjatkan do’a kepada ALLAH SWT semoga segala bantuan,
pengorbanan dan jasa baik yang diberikan kepada penulis secara langsung
maupun tidak langsung serta amal shaleh dari beliau-beliau mendapat balasan dari
ALLAH SWT.
Akhirnya, jika dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekhilafan
baik teknik maupun strategi serta materi-materi yang disajikan, penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan
magang ini. Terima kasih penulis haturkan kepada para pembaca, semoga tulisan
ini bermanfaat nantinya.
Amin yaa rabbal alamin

Maumere, 15 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada awal 2020 telah
menerbitkan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Universitas
Nusa Nipa Indonesia yang berada di daratan Flores merupakan salah satu
perguruan tinggi swasta terpilih yang menerapkan kebijakan Merdeka Belajar-
Kampus Merdeka. Dengan adanya program magang dari kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan ini diharapkan mampu memberikan pengalaman
kepada mahasiswa di setiap program studi. Kebijakan program magang ini juga
telah diterapkan oleh mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas
Nusa Nipa Indonesia yakni jurusan Public Relations dan Jurnalistik. Melalui
program magang tersebut, mahasiswa jurnalistik bisa langsung belajar di tempat
kerja (experiential learning) seperti teknik liputan secara langsung di lapangan,
mengemas informasi, membuat berita, belajar manajemen sebuah media, dan
sebagainya.
Selama magang mahasiswa jurnalistik juga akan mendapatkan hard skills
(keterampilan, complex problem solving, analytical skills, dan lain-lain) serta soft
skills (etika profesi/kerja, komunikasi, kerjasama, dan lain-lain). Sehingga dengan
adanya kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh sebuah perusahaan media dapat
membantu melahirkan lulusan mahasiswa jurnalistik yang berkualitas, memiliki
keterampilan, kemampuan, kreatifitas, rasional, independen, kritis, dan
berwawasan luas.
Penulis menjadi bagian dari kelompok magang yang ditempatkan di SKHU
Pos Kupang Biro Maumere yang berlokasi di Jl. Gelora, Kelurahan Madawat,
Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. SKHU Pos Kupang
Biro Maumere telah menjadi mitra kampus dan telah dinilai sebagai tempat
belajar yang tepat untuk mahasiswa jurnalistik yang akan melaksanakan kegiatan
magang. SKHU Pos Kupang adalah media di NTT yang paling lama dan masih
bertahan hingga saat ini. Sehingga mahasiswa yang melaksanakan kegiatan
magang di SKHU Pos Kupang bisa belajar dan mengasah kemampuan mereka
dengan bimbingan supervisor yang telah dipercayakan oleh pihak kampus.
Dengan begitu mahasiswa jurnalistik bisa memiliki pengalaman kerja dalam
bidang media sebelum memasuki dunia kerja nyata.
Pos Kupang telah menoreh begitu banyak sejarah. Pada tahun 1995, Pos
Kupang tergabung dan menjadi anak cabang dari Kompas Gramedia. Pos Kupang
sebagai salah satu produk PT. Timor Media Grafika hingga saat ini menjadi
pilihan masyarakat NTT dalam memperoleh informasi. Untuk dapat terus
berkompetisi sebagai sumber informasi masyarakat, media cetak pun melakukan
inovasi dengan cara berkonvergensi. Hal ini juga telah dilakukan oleh media Pos
Kupang. Melihat perkembangan teknologi komunikasi, media baru, dan kebiasaan
masyarakat sekarang dalam memperoleh informasi maka media Pos Kupang telah
melakukan konvergensi dengan menciptakan media online yaitu POS-
KUPANG.com. Tidak hanya media cetak saja namun Pos Kupang juga telah
memiliki media online yang bisa diakses dan dibaca oleh masyarakat kapan saja.
Meskipun begitu, posisi media cetak Pos Kupang masih tetap stabil di tengah
perkembangan media online.
Saat ini, dunia khususnya Indonesia sedang dilanda wabah COVID-19,
sebuah wabah yang menyebabkan kelumpuhan dalam berbagai aspek. Oleh
karena itu pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa kebijakan guna
mengentaskan permasalahan pandemi COVID-19 seperti physical distancing,
social distancing hingga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar.
Sejak diakui secara resmi masuk di Indonesia pada Maret 2020 lalu,
pemerintah berusaha mengatasi penyebaran wabah itu dengan melakukan
sejumlah pembatasan wilayah dan hal ini berdampak bagi ekonomi masyarakat
Indonesia. Pandemi COVID-19 berimbas besar pada kelangsungan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami oleh
UMKM pun menjadi ancaman besar bagi perekonomian nasional, mengingat
UMKM merupakan penggerak ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja
terbesar dalam beberapa dekade terakhir. UMKM yang merupakan penopang
produksi nasional tengah menghadapi goncangan dari sisi penawaran dan
permintaan, hal itu dapat berimplikasi pada penurunan kesejahteraan masyarakat.
Dilansir dari laman website http://lipi.co.id, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI
telah melakukan Survei Kajian Cepat Dampak Pandemi COVID-19 terhadap
Kinerja UMKM Indonesia. Survei Kajian Cepat Dampak Pandemi COVID-19
terhadap Kinerja UMKM Indonesia yang dilaksanakan secara daring melibatkan
679 valid responden dengan mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha. Data
survei menunjukkan bahwa selama pandemi 94,69% usaha mengalami penurunan
penjualan. Salah satunya adalah pelaku usaha dalam bidang kuliner yang juga
merasakan dampak dari pandemi COVID-19.
Selama pandemi, penghasilan sebagian besar pelaku usaha mengalami
penurunan. Para pelaku usaha di bidang kuliner harus bisa berpikir kreatif dan
melakukan transformasi agar tetap bertahan di tengah pandemi seperti yang terjadi
saat ini. Sebanyak 4.157 UMKM / UKM yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur juga telah merasakan dampak dari COVID-19. Ditinjau dari laman website
ANTARA NEWS.com (https://www.antara.com), koordinasi antara Bank
Indonesia (BI) dengan Dinas Koperasi Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi,
ribuan UMKM di wilayah NTT yang terdampak COVID-19 mengalami
penurunan pendapatan hingga 75 %. Di Kabupaten Sikka terdapat 150 pelaku
UMKM yang tergabung di Asosiasi Pelaku UMKM dan Ekraft Sikka
(AKUSIKKA) yang masih produktif selama pandemi. Selain itu para pelaku
usaha lainnya juga masih tetap produktif berjualan meskipun pendapatan mereka
menurun. Di samping itu, ada beberapa kebijakan dan peraturan yang diterapkan
oleh pemerintah daerah selama pandemi yang juga menjadi kendala bagi sebagian
pelaku usaha di bidang kuliner yang berjualan pada sore hingga malam hari,
seperti diberlakukannya jam malam, tidak boleh ada kerumunan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, para pelaku usaha kuliner harus bisa mencari peluang dan cermat
dalam mengelola usaha kuliner mereka selama masa pandemi.
Berdasarkan informasi yang terdapat di laman https://covid-19.bps.go.id,
survei yang dilaksanakan pada Juli 2020 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan
bahwa pemanfaatan internet dan teknologi (TI) menjadi salah satu cara bagi
pelaku usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatan. Hal ini pula
yang dilakukan oleh para pelaku usaha kuliner di Kabupaten Sikka. Mulai dari
merubah waktu jualan, menggunakan medsos sebagai media promosi dagangan
mereka hingga membuka jasa delievery. Di tengah situasi pandemi seperti saat
ini, kebijakan dari pemerintah sendiri sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha.
Media massa memiliki peran strategis untuk memberikan informasi secara luas
terkait keberadaan dan persoalan pelaku UMKM/UKM di sisi lain juga sebagai
media untuk mempromosikan usaha para pelaku UMKM/UKM.
Isu COVID-19 saat ini mampu mewarnai perwajahan media di tahun 2020.
Berbagai media di Indonesia turut mengawal perkembangan pandemi tersebut
dengan beragam pemberitaan sehingga dalam waktu yang singkat mampu mencuri
perhatian banyak publik khususnya pembaca. Di sisi lain sejarah dibentuknya
media massa khususnya surat kabar sendiri adalah untuk memenuhi keingintahuan
khalayak akan semua peristiwa yang terjadi di sekelilingnya tanpa harus melihat
langsung ke lapangan. Setidaknya saat ini media massa masih berpengaruh besar
terhadap publik. Kita dapat mengetahui beragam macam hal, baik itu hal yang
sangat penting atau sebatas hiburan dari media massa. Bahkan publik juga bisa
dipengaruhi oleh media massa itu sendiri.
Di samping itu, banyaknya pelaku usaha dalam bidang kuliner yang
melakukan transformasi untuk meningkatkan penghasilan selama masa pandemi
menjadi topik yang ramai di perbincangkan oleh kalangan media massa. Masing-
masing media massa (cetak ataupun elektronik) mempunyai caranya sendiri dalam
mengemas dan memproduksi berita bisnis kuliner dari para usaha. Untuk
mengimbangi berita-berita berat (hard news) yang ada pada media tersebut,
media massa menyajikan artikel / berita ringan salah satunya adalah feature.
Kehadiran feature pada rubrik surat kabar bertujuan untuk mengimbangi berita
yang sifatnya berat dengan tulisan-tulisan monoton yang membuat perhatian dan
pikiran pembaca terkuras.
Wartawan harus bisa menyajikan informasi terkait bisnis kuliner yang
dijalankan oleh para pelaku usaha dengan gaya bahasa yang renyah dan menarik.
Pada umumnya untuk menyajikan informasi dengan gaya bahasa yang ringan,
renyah, khas, dan menarik, wartawan mengolah informasi tersebut menjadi soft
news. Menyajikan informasi tersebut dalam bentuk Feature mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para pembaca karena selain memberikan informasi tetapi juga
memberikan edukasi dan hiburan. Feature bertujuan untuk menghibur pembaca
setelah membaca artikel berita lainnya dalam surat kabar yang bersifat serius dan
monoton. Jika dalam penulisan hard news yang diutamakan ialah peletakan fakta
sebanyak dan seruntut mungkin maka dalam penulisan feature perlu ada teknik
“mengisahkan sebuah cerita”. Wartawan menulis beritanya seperti layaknya
berkisah menggunakan kata-kata yang mampu menghidupkan imajinasi dan emosi
pembacanya namun tetap berpegang teguh terhadap fakta.
Selama tiga bulan magang di SKHU Pos Kupang Biro Maumere, penulis
ditugaskan untuk meliput dan menulis berita yang sifatnya ringan dan kreatif,
salah satunya adalah memproduksi feature bisnis kuliner di tengah pandemi
COVID-19. Bisnis kuliner para pelaku usaha selama pandemi menjadi topik yang
menarik bagi media SKHU Pos Kupang. Media cetak ataupun online Pos Kupang
tidak hanya memberikan informasi kepada publik terkait perkembangan bisnis
para pelaku usaha di tengah pandemi tetapi juga menjadi media yang secara tidak
langsung juga mempromosikan usaha kuliner dari para pelaku usaha yang diliput
oleh media Pos Kupang. Surat Kabar Harian Umum (SKHU) Pos Kupang selama
ini juga dikenal dengan produksi berita straight news atau biasa disebut dengan
hard news. Oleh karena itu sebelum memproduksi feature bisnis kuliner, penulis
harus membingkai dan menyeleksi sebuah informasi dengan perspektif atau cara
pandang penulis sendiri, namun tetap berpegang teguh pada visi, misi, kaidah-
kaidah, dan kebijakan yang diterapkan oleh media SKHU Pos Kupang. Perspektif
atau cara pandang penulis dalam mengolah informasi bisnis kuliner menjadi
feature inilah yang akan mempengaruhi pembaca dan memberikan makna
tersendiri bagi pembaca. Penulis menyadari sulitnya memproduksi feature yang
harus lebih melihat peristiwa secara mendalam dan mencari sesuatu yang berbeda
dan menarik untuk dibahas. Wartawan yang menulis feature bisnis kuliner harus
bisa mengolah informasi tersebut. Terlebih lagi, pandemi virus COVID-19 masih
menjadi ancaman bagi masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, pekerjaan wartawan
memiliki resiko yang tinggi. Wartawan yang seharusnya bertemu langsung
dengan narasumber sekarang hanya diganti melalui perantara teknologi. Selain itu,
penelusuran data dan informasi di lapangan juga terhambat oleh situasi. Hal ini
menjadi tantangan baru para wartawan kedepannya begitu pula wartawan dalam
menulis berita feature.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan
mengkaji tentang “Pembingkaian Feature Bisnis Kuliner Pada SKHU POS
KUPANG di Tengah Pandemi Covid-19”

1.2. Tujuan dan Manfaat

1.2.1. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah sebagai berikut.
1. Menerapkan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM)
yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 sebagai salah satu
syarat kelulusan dalam menempuh program pendidikan S1 di
Universitas Nusa Nipa, Program Studi Ilmu Komunikasi, Jurusan
Jurnalistik.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pembingkaian feature bisnis
kuliner pada SKHU Pos Kupang di tengah pandemi COVID-19.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan antara media, bisnis
kuliner, dan perkembangan usaha para pelaku usaha di tengah pandemi
COVID-19.
1.2.2. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh mahasiswa magang di Surat Kabar Harian
Pos Kupang diantaranya adalah mendapatkan pengalaman dan memperoleh
pengetahuan mengenai kerja junalistik di salah satu surat kabar lokal dalam
jaringan nasional. Adapun manfaat laporan magang penulis tentang
pembingkaian feature bisnis kuliner pada SKHU Pos Kupang di tengah pandemi
COVID-19 sebagai berikut :
1.2.2.1. Manfaat Akademis
1. Untuk penelitian berikutnya, hasil dari kegiatan magang ini bisa
dijadikan sebagai contoh dan referensi khususnya bagi mahasiswa
Universitas Nusa Nipa Indonesia dalam hal ini mahasiswa
program studi Ilmu Komunikasi peminatan Jurnalistik.
2. Untuk menambah wawasan mahasiswa program studi Ilmu
Komunikasi mengenai pembingkaian feature bisnis kuliner pada
SKHU Pos Kupang di tengah pandemi COVID-19.
3. Memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan teori dan ilmu
yang didapat selama perkuliahan ke dalam kegiatan magang.

1.2.2.2. Manfaat Praktis


1. Melalui magang ini Universitas Nusa Nipa Indonesia khususnya
mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi dan SKHU Pos
Kupang bisa menjalin hubungan kerja sama sekaligus menjadi
mitra kerja.
2. Universitas Nusa Nipa Indonesia dalam hal ini mahasiswa
program studi Ilmu Komunikasi bisa lebih dikenal di dunia
industri media.
3. SKHU Pos Kupang juga akan lebih dikenal oleh kalangan
akademis dan dunia pendidikan.
4. Hasil dari kegiatan magang ini bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada pembaca mengenai pembingkaian feature bisnis
kuliner pada SKHU Pos Kupang di tengah pandemi COVID-19.
5. Hasil dari laporan magang bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada pelaku usaha bisnis kuliner di Kabupaten Sikka
tentang hubungan dan peran media terhadap perkembangan bisnis
usaha dalam bidang kuliner di Kabupaten Sikka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Massa


2.1.1. Definisi Komunikasi Massa
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari
bahasa latin: communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2006:9).
Menurut Carl I. Hovland dalam karyanya yang berjudul Social
Communication memunculkan istilah science of communication yang
didefenisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan
cara setepat-tepatnya asas-asas pentransmisian informasi serta pembentukan
opini dan sikap (Effendy, 2003:13). Sedangkan menurut Fisher (Arifin,
2003:20), komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat atau
sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi.
Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang dibuat
oleh Harold Lasswell.
Menurut Lasswell (Mulyana, 2005:62) komunikasi adalah “who says
what in which channel to whom with what effect” dan jika dipilah-pilahkan akan
terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu siapa yang
mengatakan (communicator), apa yang dikatakan (message), media apa yang
digunakan (channel), kepada siapa pesan disampaikan (communicant/receiver),
akibat yang terjadi (effect).
Wilbur Schram menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of
Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.
Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga


dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyampaikan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada
saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Pengertian komunikasi massa merujuk, kepada pendapat Tan dan Wright,
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan
efek tertentu.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Ardianto, 2004:3) yaitu komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa.
Menurut Mulyana (2005:75) komunikasi massa (mass communication)
adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar,
majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.
Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, khalayak
yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh
penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton
televisi, namun ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar. Dan yang kedua
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar
yang bersifat audio atau visual.
Komunikasi massa menjadi lebih logis jika didefenisikan menurut
bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, tabloid, film, dan
pita (Ardianto, 2004:6). Menurut Gebner, komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri
(Ardianto, 2004:4). Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa
itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap, misalanya harian, mingguan, dwi mingguan, atau
bulanan.
Menurut Joseph R. Dominick, komunikasi massa adalah suatu proses di
mana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin
untuk memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar,
heterogen, dan tersebar. Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi
massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick (Nurudin, 2004:12)
disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan
yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit itu disebarkan kepada
massa/penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Luas di sini berarti
lebih besar daripada sekadar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik
sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu
sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari
berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang
berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.
Menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan
perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri (Severin dan
Tankard, 2007:4) diantaranya yaitu komunikasi massa yang diarahkan kepada
audience yang relatif besar, heterogen dan anonim, pesan-pesan yang disebarkan
secara umum sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin
anggota audience secara serempak dan sifatnya sementara, dan komunikator
cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang
mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-
alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat
mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan
masyarakat. (Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam
Karlinah.2000).
2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Menurut Elvinaro, dkk terdapat delapan karakteristik komunikasi massa
(Elvinaro,Lukiati,Siti,2004:7) diantaranya sebagai berikut:
1. Komunikator Terlembagakan Karakteristik
Pada komunikasi massa pemberi pesan atau komunikator harus
dilakukan oleh lembaga/ organisasi yang cukup kompleks.
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesannya dapat berupa fakta,
peristiwa atau opini. Ini disebabkan karena komunikasi massa bersifat
terbuka dan ditujukan untuk masyarakat luas.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator (pemberi pesan) tidak mengenal
komunikannya (penerima pesan) karena proses komunikasi tidak secara
langsung tatap muka, melainkan menggunakan media massa.
Komunikator melakukan pengelompokan komunikan yang anonim
seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
ekonomi, budaya, agama, dan lain-lain.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Komunikasi massa dengan daya penyebaran pesannya yang cukup luas
dan bahkan tidak terbatas memiliki kelebihan, yaitu mampu memberikan
informasi yang seragam dalam waktu bersamaan kepada komunikannya.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi
dan hubungan (Mulyana, 2009: 99). Sedangkan dalam konteks
komunikasi massa, komunikator tidak harus mengenal dulu
komunikannya seperti pada komunikasi antarpersona. Yang paling
penting adalah bagaimana pesan tersebut disusun secara sistematis dan
mudah dipahami.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan aktif juga
menerima pesan. Namun, keduannya tidak dapat melakukan dialog
sebagaimana komunikasi interpersona berarti komunikasi massa bersifat
satu arah.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang dapat mengoptimalkan
seluruh alat indra, komunikasi massa terbilang cukup terbatas.
Penggunaan alat indra tergantung pada jenis media massa.
8. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung
Umpan balik (feedback) adalah faktor penting dalam proses komunikasi
antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Namun,
komunikasi massa memiliki umpan balik yang tertunda (delayed). Hal
tersebut dikarenakan prosesnya yang tidak secara langsung bertatap
muka antara komunikator dan komunikan. Feedback dari komunikan
dapat dilakukan menggunakan pesawat telepon, email, sms, dll (itu
dikatakan tertunda atau tidak langsung).
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah yang
artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media
kepada komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya
bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain
yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam
komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang
lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya
mempunyai karakteristik tertentu seperti berikut (Ardianto, 2004:36-42) :
1. Komunikator dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan
karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang
terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal,
dan didistribusikan kepada massa.
2. Pesan sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu
bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang.
Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu
sama lainnya.
3. Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media
massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk
memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan
serentak (instananeous).
4. Khalayak khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa
atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak
serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi
media untuk memperhatikan khalayak.
5. Filter dan regulator komunikasi massa dalam komunikasi massa pesan
yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa
(khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan
menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan
tersebut akan difilter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.
6. Gatekeeper (penjaga gawang) dalam proses perjalanannya sebuah
pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut
terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu
kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber
kepada penerima.
Menurut Severin dan Tankard yang dikutip Suprapto dalam bukunya
“Pengantar Teori Komunikasi” (2006:13-14) berdasarkan sifat-sifat komponen,
komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :
1. Berlangsung satu arah, bila dibandingkan dengan komunikasi antar
personal yang berlangsung dua arah, dalam komunikasi massa
feedback baru akan diperoleh setelah komunikasi berlangsung.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga informasi yang
disampaikan melalui media massa yang merupakan produk bersama.
Seorang komunikator dalam media massa bertindak atas nama
lembaga dan nyaris tak memiliki kebebasan individual.
3. Pesan-pesan bersifat umum, pesan-pesan yang disampaikan melalui
media massa pada umumnya bersifat umum (untuk orang banyak).
4. Melahirkan keserempakan, bagaimana kekuatan sebuah radio siaran
melalui acara tertentu memaksa pendengarnya untuk secara
serempak mendengarkan acara tersebut.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, kemajemukan
audience komunikasi massa menyebabkan pelaksana komunikasi
massa harus benar-benar mempersiapkan semua ide atau informasi
yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan.
2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip
Ardianto, dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004:15-
18) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Surveillance (pengawasan)
Pengawasan mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita
dan informasi dari media massa. Media mengambil tempat para
pengawal yang mempekerjakan pengawasan.
2. Interpretation (penafsiran)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga
informasi beserta penafsiran mengenai suatu peristiwa tertentu. Tujuan
penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk
memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam
komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.
3. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai)
Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara di
mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa
menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca,
mendengar, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana
khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting.

5. Entertainment (hiburan)
Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat
berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi
dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
Sedangkan Menurut Nurudin dalam bukunya “Pengantar Ilmu
Kommunikasi Massa” (2007:63) terdapat 10 fungsi komunikasi massa yaitu :
1. Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang
terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk
mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan.
Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian
dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang
dimaksud adalah adanya kejadian yang benar-benar terjadi di
masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut dapat
diringkas menjadi 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, + How).
2. Hiburan Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang
paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain.
Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media
hiburan. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan
(untuk melepas lelah). Oleh karena itu, jangan heran jika jam-jam
prime time (pukul 19.00 sampai 21.00) akan disajikan acara-acara
hiburan, entah sinetron, kuis, atau acara jenaka lainnya. Sangat sulit
untuk diterima penonton seandainya pada jam prime time televisi
menyiarkan acara Dialog Politik. Jelas acara itu akan menimbulkan
penolakan masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan media cetak.
Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling
atas, tetapi informasi. Namun media cetak juga harus memungsikan
hiburan. Fungsi komunikasi massa sebagai hiburan adalah: bagi
masyarakat: sebagai pelepasan lelah bagi kelompok-kelompok massa.
Individu: pelepasan lelah. Sub kelompok tertentu (misal kelompok
politik) : memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan.
Sedangkan disfungsi dari fungsi media massa sebagai hiburan adalah:
bagi masyarakat: mengalihkan publik menghindarkan aksi sosial.
Individu: meningkatkan kepastian, memperendah cita rasa,
memungkinkan pelarian/pengasingan diri. Kebudayaan: memperlemah
estetik budaya pop.
3. Persuasi Menurut saya pribadi Persuasi adalah sebuah usaha untuk
membuat yakin atau usaha untuk membujuk orang agar melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu mempercayai sesuatu atau tidak
mempercayai sesuatu. Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah
pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk
tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi
jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi.
Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi
yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari
berbagai macam bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap,
kepercayaan, atau nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan,
atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan
sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai
tertentu.
4. Transmisi Budaya Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi
komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit
dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir
dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada
penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua
tingkatan, kontemporer dan historis. Di dalam tingkatan kontemporer,
media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu
memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini
merupakan faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari
media massa, mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin
perubahan. Sementara itu, secara historis umat manusia telah dapat
melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk
membimbingnya ke masa depan.
5. Mendorong Kohesi Sosial Kohesi yang dimaksud di sini adalah
penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk
bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk
memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik
bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti
pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa
itu mendorong kohesi sosial. Akan tetapi, ketika media massa
mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, sebenarnya di
sisi lain media juga memiliki peluang untuk menciptakan disintegrasi
sosial. Jadi, sebenarnya peluang untuk menciptakan integrasi dan
disintegrasi sama besarnya.
6. Pengawasan Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi
pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran
informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi
pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakni warning or beware
surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance
atau pengawasan instrumental. Fungsi peringatan dapat dilihat dari
pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang laut yang
mengganas, angin rebut disertai hujan lebat, dan sebagainya. Fungsi
pengawasan peringatan juga meliputi informasi tentang suatu wabah
penyakit yang mulai menyebar akan adanya serangan militer yang
dilakukan Negara lain. Sementara itu, fungsi pengawasan yang kedua
yaitu pengawasan instrumental. Aktualisasi dari fungsi ini adalah
penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat. Harga kebutuhan
sehari-hari merupakan informasi penting yang sangat dibutuhkan
masyarakat.
7. Korelasi Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang
menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media
massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat.
Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi juga termasuk
menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah
laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Salah satu bagian
terpenting dalam menjalankan fungsi korelasi yang termasuk
interpretasi bila dilihat dari Tajuk Rencana atau Hoofd Artikel
(Belanda), Leader Writer (Inggris) sebuah surat kabar, meskipun tajuk
rencana juga memiliki fungsi persuasi. Tajuk yang biasanya ditulis
oleh redaktur senior itu bagi Djafar H. Assegaff (1983) mempunyai 4
fungsi sebagai berikut :
1. Menjelaskan berita
2. Mengisi latar belakang
3. Meramalkan masa depan
4. Meneruskan suatu penilaian moral Dengan demikian, tajuk
rencana mempunyai fungsi untuk interpretasi kejadian-kejadian
yang ada dalam masyarakat.
8. Pewarisan sosial dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang
pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal
yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan,
nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Ada juga yang mengatakan fungsi pewarisan sosial ini
dengan transmisi budaya, Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)
dua diantara ilmuwan komunikasi yang mengatakan itu, tetapi fungsi
ini sama dengan pewarisan sosial. Sebab, yang namanya budaya
meliputi tiga hal, yakni ide atau gagasan, aktivitas, dan bendabenda
hasil kegiatan. Ide yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya termasuk kebudayaan. Bagi Black dan Whitney transmisi
budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, media juga berperan untuk
selalu memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan
masyarakat secara terus menerus.
9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Hal yang dilupakan oleh
banyak orang adalah bahwa komunikasi massa bisa menjadi sebuah
alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi
massa berperan memberikan informasi, tetapi informasi ynag
diungkapkannya ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk
melawan kemapanan. Memang diakui bahwa komunikasi massa juga
bisa berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi juga bisa
sebaliknya.
10. Menggugat Hubungan Trikotomi Hubungan trikotomi adalah
hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak. Dalam kajian
komunikasi hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan
masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah mencapai kata
sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak.
Hubungan trikotomi tersebut tidak demokratis. Disinilah komunikasi
massa melalui media massa memiliki tugas pentig untuk mengubah
hubungan trikotomi yang tidak adil tersebut. Media massa melalui
berita-berita yang berbobot, mengungkapkan peristiwa yang
bertendensi politik tinggi, tetapi mampu mengungkapkan, mengkritik
kebobrokkan pemerintah yang korup dan tidak adil manifestasi dari
fungsi tersebut.

2.2. Media Massa


2.2.1. Pengertian Media Massa
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai
pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio,
televisi, dan surat kabar”. Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak,
sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau
perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok
atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah
perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya  satu
sama lain (Soehadi, 1978:38). Media Massa adalah sarana komunikasi massa
dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang
banyak (publik) secara serentak.
Media massa adalah hal yang paling tepat dan cepat untuk mendapatkan
menyampaikan informasi-informasi kepada khalayak. Media massa ada di mana-
mana, dalam berbagai bentuk dan dapat diakses kapan saja. Media massa
menurut Warner J. Severin dan W. Tankard. JR dalam bukunya yang berjudul
Teori Komunikasi: Sejarah, Metode & Terapan adalah komunikasi massa yang
diarahkan relatif besar, heterogen dan anonim.
2.2.2. Karakteristik Media Massa
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik
tertentu. Karakteristik media massa menurut Cangara (2006) antara lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai
pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan
waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan
jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan
simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak
orang dalam waktu yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat
kabar, dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan
dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku
bangsa.
Menurut Djafar H. Assegaf (1991), media massa memiliki lima ciri
sebagai berikut :
1. Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana
komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung
kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan  tanggapan yang
tertunda (delay feedback).
2. Media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang
luas, bervariasi. Ini menunjukka bahwa pesan yang ada dalam media
massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi
khalayak atau para komunikannya.
3. Media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak.
Komunikan dalam media massa berjumlah besar dan menyebar di
mana-mana, serta tidak pernah bertemu dan  berhubungan secara
personal.
4. Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek
rata-rata.  Pesan yang disajikan dengan bahasa yang umum sehingga
dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan dari
kalangan bawah sampai kalangan atas.
5. Media massa diselenggrakan oleh lembaga masyarakat atau
organisasi yang terstruktur. Penyelenggara atau pengelola media
massa adalah lembaga masyarakat/organisasi yang teratur dan peka
terhadap permasalahan kemasyarakatan.
2.2.3. Fungsi Media Massa
Adapun fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick
yang dikutip oleh Denis Mc Quail didalam bukunya sebagai berikut :
1. Surveillance (pengawasan)
1. Warning Before Surveillance (pengawasan dan peringatan),
fungsi yang terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang sesuatu yang berupa ancaman, seperti bahaya tsunami,
banjir, gempa, kenaikan harga, dan lain lain.
2. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental),
penyebaran/penyampaian informasi yang memiliki kegunaan
atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti resep masakan, produk-produk baru, dan lain-lain.
2. Interpretation (penafsiran)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga
memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting,
contohnya seperti tajuk rencana (editorial) berisi komentar dan opini
yang dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan di halaman
lain.
3. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan
dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission Of Values (penyebaran nilai-nilai)
Fungsi sosialisasi adalah cara dimana individu mengadopsi perilaku
dan nilai kelompok.
5. Intertainment (hiburan)
Banyak dijumpai pada media televisi dan radio. Surat kabar pula
merupakan sebuah penyampain yang strategis dalam pemberitaan
serta pembangunan opini publik. Karena surat kabar merupakan
sarana yang cukup efektif dalam usaha untuk dapat mencerdaskan
masyarakat.
2.2.4. Efek Media Massa
Menurut M Chaffe yang dikutip oleh Elvinaro Ardiano mengatakan
bahwa media massa mempunyai efek yang berkaitan dengan perubahan sikap,
perasaan dan prilaku komunikasinya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan
bahwa media massa mempunyai efek kognitif, efek efektif dan efek konatif
/behavioral.
1. Efek kognitif adalah akibat yang ditimbulkan pada diri komunikan
yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan
dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya.
2. Efek efektif yaitu tujuan dari media massa bukan sekedar memberi
khalayak tentang sesuatu tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan
dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan
sebagainya. Media massa agar dapat membuat suasana atau menarik
emosional khalayak dalam menyampaikan pesannya.
3. Efek konatif/behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan, atau kegiatan. Banyak sekali
khalayak yang terpengaruh oleh pesan media yang disampaikannya,
seperti masyarakat pedesaan yang takut datang ke Ibu Kota Jakarta,
karena mereka menganggap di Jakarta itu sering terjadi konflik, ini
diakibatkan karena yang disajikan oleh media berita yang berunsur
kekerasan (Elvinaro Ardiano dan Lukiati Komala Erdinaya, 2007 :
Komunikasi Massa).

2.2.5. Jenis-Jenis Media Massa


2.2.5.1. Media Cetak
Media massa dibagi menjadi dua yaitu cetak dan elektronik, media cetak
yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio
televisi, film dan internet. Media massa terdiri dari beberapa bentuk sebagai
berikut (Elvinaro Ardianto, dkk : 2007)
1. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Yang berfungsi sebagai informasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar,
yaitu keingintahuan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Dalam masa kekuasaan Caesar, Roma sudah memiliki sebuah surat
kabar. Acta diurna (kegiatan sehari-hari), yang dituliskan dalam
sebuah batu tulis, ditempatkan di dinding setelah setiap pertemuan
senat. Sirkulasinya tunggal dan tidak ada pengukuran yang akurat
untuk mengukur jumlah pembacanya (Stanley J Barran : 2012)
Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita,
informasi, dan pendidikan yang terbit secara kontinu yang biasanya
harian. Ada juga yang berpendapat bahwa surat kabar adalah salah satu
bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal tiap
halaman terdiri dari 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman,
16 halaman, dan ada yang lebih dari jumlah itu. Surat kabar adalah
merupakan alat komunikasi massa dan tumbuhlah industri media
massa pres, dimana perkembangannya mengikuti perkembangan
masyarakat serta perkembangan tekhnologi (Edwi Arief Sosiawan).
Karakteristik merupakan ciri spesifik.Dari karakteristik lahir
sebuah identitas. Menurut Sumadiria (2008:35), terdapat lima ciri
spesifik surat kabar, yaitu :
1. Periodesitas, artinya pers harus terbit secara teratur, periodik,
misalnya setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, satu
bulan sekali, atau tiga bulan sekali. Pers yang terbit tiap hari
pun harus tetap konsisten dengan pilihannya, apakah terbit
pada pagi hari atau pada sore hari.Sekali pagi hari seterusnya
harus pagi hari. Begitu juga sebaliknya, sekali sore hari
seterusnya harus sore hari, kecuali kalau asa perubahan haluan
yang diputuskan melalui rapat paripurna manajemen.Pers yang
tidak terbit secara periodic bisaanya sedang menghadapi
masalah manajemen, seperti konflik internal, krisis finansial,
atau kehabisan modal.
2. Publisitas, berarti pers ditujukan kepada khalayak sasaran
umum yang sangat heterogen menunjuk pada dua dimensi,
yakni gedimensi geografis dan psikologis. Geografis menunjuk
pada data administrasi kependudukan, seperti jenis kelamin,
kelompok usia, suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, status
perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan atau profesi perolehan
pendapat. Sedangkan psikologis menunjuk pada karakter, sifat
kepribadian, kebisaaan serta adat istiadat. Karena ditujukan
untuk khalayak umum yang sangat heterogen seperti itu, maka
dalam mengemas setiap pesannya, pers harus tunduk dan
menggunakan kaidah bahasa jurnalistik diantaranya,
sederhana, menarik, singkat, jelas, lugas, jernih,
mengutamakan kalimat aktif, dan sejauh mungkin menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis.
3. Aktualitas, berarti informasi apapun yang disuguhkan mesia
pers harus mengandung unsur kebaruan, menunjuj kepada
peristiea yang benar-benar baru terjadi atau yang sedang
tejadi.Secara etimologis, aktualisasi (aktuality) mengandung
arti kini dan keadaan sebenarnya. Secara teknis jurnalistik,
aktualitas mengandung tiga dinesi yakni kalender, waktu, dan
masalah. Aktualitas kalender, berate merujuk kepada berbagai
peristiwa yang sudah tercantum atau terjadwal dalam kalender,
baik kalender umum masehi yang memuat penanggalan dari 1
Januari samapai 31 Desember, maupun kalender khusus seperti
kalender akademik, kalender pemerintahan, kalender ormas,
kalender sosial budaya dan pariwisata.
4. Universalitas, berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari
sumbernya dan keanekaragaman materi isinya.Dilihat dari
sumbernya, berbagai peristiwa yang dilaporkan pers berasal
dari empat penjuru mata angin. Dari Utara, Selatan, Barat,
Timur. Dilihat dari materi isinya, sajian pers terdiri atas aneka
macam yang mencakup tiga kelompok besar, yakni kelompok
berita (news), kelompok opini (views), dan kelompok iklan
(advertising).
5. Objektifitas merupakan nilai etika moral yang harus dipegang
teguh oleh durat kabar dalam menjalankan profesi
jurnalistiknya.Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat
dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak mengganggu
perasaan dan pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus
dapat menyajikan hal-hal yang faktual apa adanya, sehingga
kebenaran isi berita yang disampaikan tidak menimbulkan
tanda tanya dari pembaca. Dengan demikian, karena
karakteristik surat kabar inilah tampaknya mengapa pers tetap
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat,
sekaligus menempati peringkat keempat dalam urutan
kekuasaan sosial yang ikut menentukan arah mobilitasnya.
Revolusi teknologi komunikasi dan informasi secara perlahan
memberikan dimensi baru bagi perkembangan pers di manapun
berada, termasuk di Indonesia. Internet dengan kemampuan
menjangkau seluruh belahan dunia tanpa batasan (cyberspace), secara
perlahan dan pasti, diadopsi media massa di tanah air untuk
mendukung kegiatan jurnalistiknya. Dengan sifatnya yang global,
perangkat teknologi komunikasi dan informasi membawa implikasi
dalam perkembangan bentuk media pers.

2. Radio
Radio merupakan media komunikasi massa yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara berupa program yang
teratur dan berkesinambungan.
3. Televisi
Televisi merupakan media komunikasi massa audiovisual dengan
sifat daya rangsang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, daya
jangkauan berdasarkan penyampaian pesan lebih singkat
4. Film
Film merupakan pertunjukan cerita yang menyajikan cerita
mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang
diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Film
adalah salah satu yang masuk dalam kelompok atau kategori drama.
2.2.5.2. Media Online
Hkh,g

Anda mungkin juga menyukai