Anda di halaman 1dari 78

IMPELEMENTASI 

PENDIDIKAN  KARAKTER DALAM
MEMBANGUN KEDISIPLIN SISWA SEKOLAH DI KELAS IV SDN
SONKIKO AMABI OEFETO TIMUR KABUPATEN KUPANG

SKRIPSI

OLEH

ANA MARIA N. BRANDAO X. BAROS


NIM: 1922412272

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKLUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
KUPANG
2021
IMPELEMENTASI PENDIDIKAN  KARAKTER DALAM
MEMBANGUN KEDISIPLIN SISWA SEKOLAH DI KELAS IV
SDN SONKIKO AMABI OEFETO TIMUR KABUPATEN
KUPANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Kupang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program sarjana
Pendidikan Guru sekolah Dasar

OLEH

ANA M. NOVIYANTI B. X. BAROS


NIM : 1922412272

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
KUPANG
2021
LEMBAR PERSETUJIAN

Skripsi ini telah disetujui


Tanggal,……………….2021

Pembimbing I Pembimbing II

Uslan,S.Pd., M.Si Julhidayat Muhsam, S.Pd., M. Pd


NIDN.08101108201 INDN. 0830049301

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua program studi PGSD

Nurdiyah Lestari, S.Pd., M.Pd Uslan, S.Pd., M.Si


NIDN. 0822097201 NIDN. 0810108201
PERSETUJUAN

Nama : Ana Maria N. Brandao X. Baros


Nim : 1922412272
Judu : Impelementasi Pendidikan  Karakter Dalam Membangun
Kedisiplin Siswa Sekolah Di Kelas IV SDN Sonkiko
Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang.

Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji

Kupang, Juli 2021


Pembimbing I

Uslan S.Pd,. M.Si

Kupang, Juli 2021


Pembimbing II

Julhidayat Muhsam S.Pd,. M.Pd


LEMBARAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Progam Studi Pendidikan Guru


Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Kupang dan Diterima Memenuhi Persyatratan Memperoleh Gelar
Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pada Tanggal :……………..

Mengesahkan:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Kupang

Dekan,

Nurdiyah Lestari, S.Pd.,M.Pd

Dewan Penguji: Tanda Tangan

1. Bpk. Uslan. S.Pd,. M.SiDrs. Kenedi, S.Pd. 1……………

2. Bpk. Julhidayat Muhsam, S.Pd.,M.Pd. 2…………….

3. Bpk. Drs. Kenedi, S.Pd 3……………..

4. Bpk. Suryadin Hasyadah, S.Pd,. M.Pd 4…………….

5. Bpk. Muhamad R Letasado, S.Pd.,M.Pd. 5……………


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ana Maria N. B. Ximenes Baros
Tempat Tanggal Lahir : Suai, 28 November 1998
Nim : 1922412272
Fakultas : Keguruan dan Ilmu pendidikan
Progam Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dengan ini menyatakan dengan sebenar- benarnya bahwa:
1. Skripsi dengan judul ‘’ Impelementasi Pendidikan  Karakter Dalam
Membangun Kedisiplin Siswa Sekolah Di Kelas IV SDN Sonkiko
Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang’’ adalah hasil karya saya, dan
dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan
tinggi, dan tidak terdapat karya ilmiah atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali
secara tertulis dikutip dalam naska ini disebutkan dalam sumber kutipan
atau daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini terdapat unsur- unsur plagiasi,
saya bersedia skripsi ini digugurkan gelar akdemik yang telah saya peroleh
dibatalkan, serta diproses dengan ketentuan yang berlaku.
3. Skripsi ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas
royalty non eksklusif.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar - benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mesti.
Kupang, Juli 2021
Yang Menyatakan

Ana M. N. B. Ximenes Baros


NIM : 1922412123
MOTO

“ KEHIDUPANMU AKAN MENJADI LEBIH CEMERLANG DARI PADA


SIANG HARI, KEGELAPAN AKAN MENJADI TERANG SEPERTI PAGI
HARI.”
(FILIPI 4:19)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas segalah rahmat dan juga
kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segalah
kekurangan. Segalah syukur kuucapkan kepadaMu Ya Tuhan, karena sudah
menghadirkan orang-orang berarti di sekeliling saya yang senantiasa memberik
semangat dan doa, sehingga skripsi saya ini bisa dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini di persembahkan untuk orang-orang yang tercinta.
1. Terima kasih banyak untukmu malaikat pelindungku Ayah, Ibu dan
semua keluarga tercintaku, yang selalu memerikan semangat, nasehat,
motivasi, untuk saya dan selalu memberikan banyak masukan sehingga
diri ini bisah meraih suatu kebanggaan.
2. Terima kasih juga buat orang-orang yang secara tidak langsung
membantuku untuk menyelesaikan tugas akhitku.
3. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Kupang

KATA PENGANTAR
Segala sesuatu yang di rai oleh kita tidak seindah karunia yang Tuhan
berikan untuk kita, keberhasilah yang kita rai hari ini akan selalu menjadi hal
istimewa untuk hari –hari hidup kita ke depannya. Puji dan syukur kehadirat
Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas berkatNya yang dilimpahkan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul
“Impelementasi Pendidikan  Karakter Dalam Membangun Kedisiplin Siswa
Sekolah Di Kelas IV SDN Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang”.
Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan maupun penyususnan
skripsi ini tidak akan memperoleh hasil yang menggembirakan, jika tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materi, maka sepantasnya pada
kesempatan ini penulis dengan ketulusan hati menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Zainur Wula, M.Si. Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang yang
telah menerima penulis untuk belajar di kampus Universitas
Muhammadiyah Kupang.
2. Ibu Nirdiyah Lestari, S.Pd.,M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kupang.
3. Bapak Uslan, S.Pd.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar dan selaku dosen Pembimbing I Universitas
Muhammadiyah Kupang.
4. Bapak Julhidayat Muhsam, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini, yang telah iklas membimbing penulis tanpa mengenal waktu
dan tempat untuk menerima kehadiran penulis berkonsultasi dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Kupang yang sudah mendidik
kami seperti anak kandungnya sendiri.
6. Bapak dan Ibunda tercinta karena atas segala cinta, ketulusan, kasih
sayang dan doa yang telah diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kakak dan adik tercinta karena atas segala cinta, ketulusan, kasih sayang
dan doa yang telah diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Kekasih tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi saya dalam
menyusun skripsi ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
9. Teman-teman Ella, Densi, Akris, seperjuangan yang selalu membantu dan
memberikan semangat untuk berjuang bersama dalam meraih kesuksesan
bersama.
10. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Kupang. Dengan ini
penulis harapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Kupang,……………2021
Penulis

Ana Maria N. Brandao X. Baros


Nim,1922412123

ABSTRAK

Ana M. N. Brandao X. Baros. 2021. Impelementasi Pendidikan  Karakter Dalam


Membangun Kedisiplin Siswa Sekolah Di Kelas IV SDN Sonkiko
Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang. Skripsi. Kupang : Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FKIP, Universitas Muhammadiyah
Kupang. Pembimbing : (I) Uslan S.Pd,. M.Si, (II) Julhidayat Muhsam
S.Pd,. M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pendidikan karakter disiplin. Dan mengetahui perilaku disiplin siswa SDN Sonkiko
Amabi Oafeto Timur Kabupaten Kupang. Penelitian ini merupakan penelitian untuk
mengetahui, jumlah sampel penelitian sebanyak 16 siswa yang ditentukan berdasarkan
perhitungan. Teknik pengambilan sampel mengunakan purposive sampling yang berarti
sampel tersebut di temtukan dengan pertimbangan tertentu yang terdiri dari siswa kelas
VA dan VB. Pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam perencanaan, kepala sekolah dan guru
telah membuat program sekolah pembiasaan dan budaya sekolah yang berkaitan dengan
nilai disiplin. Pelaksanaan program sekolah merupakan pembiasaan dan budaya sekolah
yang berkaitan dengan nilai disiplin dengan 1) menekankan pada siswa untuk mematuhi
peraturan sekolah yang berlaku. 2) menekankan pada siswa untuk melaksanakan piket
sesuai jadwal. 3) siswa dan guru selalu bekersa sama dalam melakukan aktifitas ekstra
dan non ekstra di sekolah. 4) kepala sekoah dan guru juga selalu prosesional dalam
melaksanakan ademisterasi sekolah sesuai dengan perinta dari atasan. Berdasarkan hasil
yang dimiliki siswa menunjukan nilai disiplin siswa “ cukup” (66,7%). Dari nilai disiplin
tersebut, nilai disiplin merupakan nilai hasil karakter yang paling rendah yakni masing-
masing pada hasil 66,7%, untuk di perlukan upaya dalam meningkatkan nilai disiplin di
SDN Sonkiko Amabi Oafeto Timur.

Kata Kunci : pendidikan karakter, Disiplin siswa.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LAMPIRAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEBAHAN .............................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II. TUJUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Landasan Teori ............................................................................... 7
2.2 Hasil Penelitiaan Yang Releva ....................................................... 26
2.3 Karangka Pemikiran ...................................................................... 29
BAB III Metode Penelitian .......................................................................... 31
3.1 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ....................................... 31
3.2 Jenis Dan Desain Penelitian .......................................................... 31
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 34
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 35
3.5 Prosedur Penelitian ........................................................................ 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
3.7 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.8 Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 40
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 40
4.2 Pembahasan .................................................................................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 55
5.1 Simpulan ............................................................................................. 55
5.2 Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perangkat Instrumen Pembelajaran .............................................. 41


Tabel 4.2 Validasi Perangkat Wawancara ..................................................... 41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Disiplin Siswa .............................................. 45
Tabel 4.4. Distribusi Kategori Nilai Perilaku Karakter Disiplin .................... 46
Tabel 4.5 Distribusi Nilai Karakter Disiplil .................................................. 47
Tabel 4.6 Nilai Karakter Disiplin .................................................................. 49
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Disteribusi Frekuensi Disiplin .............................................. 45


Gambar 2. Diagram Karakter Disiplin. ................................................................... 46
Gambar 3. Kategori Nilai Karakter Disiplin ........................................................... 48
Gambar 4 Nilai Karakter Disiplin .......................................................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara KepalaSekolah..........................................................42
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru..........................................................................42
Lampiran 3. Dokumentasi.................................................................................................43
Lampiran 4. Hasil Wawancara Kepala Sekolah..............................................................43
Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru ...............................................................................44
Lampiran 6. Validasi........................................................................................................61
Lampiran 7. Surat Penelitian............................................................................................69
Lampiran 8. Riwayat Hidup.............................................................................................74
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian............................................................................. 75
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan

di Indonesia. Perhatian pemerintah terhada pendidikan karakter bukanlah suatu

hal yang baru, melainkan menepatkan pendidikan pada proporsi yang

sesungguhnya, sebab kedepan bangsa Indonesia akan dipegang oleh generasi yang

kini masih berada di jenjang pendidikan. Dalam menyukseskan pebdidikan

karakter di sekolah adalah menumbukan karakter peserta didik. Disiplin diri

peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan

mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan

suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi kegiatan pembalajaran,

sehingga mereka mentaati peraturan yang diterapkan. Degradasi moral merupakan

penurunan sikap atau perilaku positif (Jahroh & Sutarna, 2016). Impelementasi

pendidikan karakter disiplin yang tepat dalam kegiatan pembelajaran disekolah

dasar diharapkan mampu mengatasi masalah degradasi moral.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Warsito dan Samino (2014) menemukan

bahwa pembiasaan merupakan salah satu hal yang dapat ditempuh dalam

mengimplementasikan kurikulum  pendidikan karakter. Arinya apabila nilai-nilai

karakter diharapkan dapat terinternalisasi dengan baik, maka perlu dilakukan

pembiasaan secara konsisten dan kontinyu di dalam kesehariannya.

Wujud implementasi pendidikan karakter kemandirian yang lainnya adalah

melalui kegiatan yang terinegrasi di dalam pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang pada dasarnya bermuatan aktivitas siswa dikelas hendaknya


2

memuat nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan, dalam hal ini termasuk nilai

karakter kemandirian

Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan dari pengajaran atau

pendidikan. hal itu cenderung sukses ketika seorang guru menggunakan prosedur

disiplin yang efektif guna membantu siswa untuk mengubah perilaku yang tak

terduga. Ketika seseorang memiliki disiplin diri yang memadai dan mendapat

banyak permasalahan maka dapat diselesaikan dengan cepat. Sebaliknya jika

memiliki disiplin diri yang rendah maka bukti permasalahan yang kecil akan

menjadi pegunungan.

Sekolah memegang peran penting dalam pendidikan karakter, di samping

keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Terlebih pada jenjang pendidikan

sekolah dasar, sekolah dasar merupakan tempat peserta didik pada tahap belaja

melalui mengamati, menirukan dan mulai belajar menyelesaikan masalahnya

sendiri. Hal ini membuat kepalah sekolah dan guru SD harus mampu memberi

perhatian yang lebih terhadap pendidikan karakter siswanya. Guru sebagai salah

satu factor pendukung terlaksananya pendidikan karakter disiplin diharapkan tidak

hanya mampu membuka pemikiran siswa dengan pengetahuan-pengetahuan baru,

namun juga harus mampu membuka, memupuk nilai-nilai dalam upaya

membangun karakter yang positif bagi siswa. Pemerintah turut mendukung

adanya pendidikan karakter disiplin di Indonesia, hal ini dibukti dengan adanya

perpres No.87 tahun 2017 yang mengetahui tentang penguatan pendidikan

karakter di Indonesia.

Penelitian evaluasi program pendidikan karakter juga dilakukan (Jaelani

dan Asvio 2019) di SDN 22 Pulau Rimau. Program pendidikan karakter di


3

SD tersebut dinilai baik dari adanya pengintegrasian kurukulum dengan

pendidikan karakter. Kurang maksimalnya pelaksanaan program pendidikan

karakter dilihat dari kurangnya kesiapan sekolah untuk memnafaatkan saran

dan prasarana sekolah. Sebagian besar dari tenaga pendidik juga belum

memiliki pemahaman pendidikan karakter diadakan oleh Dinas Pendidikan

Kecamatan Rimau juga dirasa oleh sekolah kurang maksimal. (Syamsani

2019) juga melakukan penelitian evaluasi program pengetahuan pendidikan

karakter SDN No. 39 Centre Palleko Kecamatan Polongbangkeng Utara,

Kabupaten Takalar mendapat hasil bahwa keseluruhan dari pelaksanaan

program pendidikan karakter yang di mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan hasilnya sudah baik. Terbutki dari perubahan sikap peserta

didik yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang dan mana yang

salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)

tentang hal mana yang baik untuk peserta didik paham akan (kognitif) tentang

mana yang benar dan mana yang salah, mampu merasakan (afektif) dan nilai yang

baik dan bias melakukan (pisikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter

yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral

knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral

feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan

pada kebiasaan atau habitatau kebiasaan yang terus-menerus diperkaitkan dan

dilakukan.

Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan

Impelementasi Pendidikan Karakter Melalui disiplin Sekolah di Kelas IV SDN


4

Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang yang akan di selengarakan beberapa

bulan yang akan dating.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: Impelementasi Pendidikan Karakter Melalui

disiplin Sekolah Di Kelas IV SDN Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang.

Proses pendidikan karakter disiplin tidak dilakukan dalam waktu singkat dan

hasilnya tidak dapat langsung dilihat mudah. Pendidikan karakter disiplin

berkaitan dengan periode waktu panjang, sehingga pendidikan karakter disiplin

tidak dapat dilakukan dengan suatu kegiatan. Pendidikan karakter disiplin

memerlukan suatu konsistensi dan berkelanjutan. Di sinilah pentingnya

pendidikan karakter disiplin harus terintegerasi dalam kehidupan sekolah, baik

dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan di luar kelas yang masih dalam

konteks persekolahan. Pendidikan karakter disiplin sekolah sangat dipengaruhi

oleh prilaku guru, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didiknya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah pokok

yang ada sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pendidikan karakter disiplin dalam membangun kedisiplinan

kelas IV SDN Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang dalam kegiatan

pembelajaran?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter disiplin

dalam membangun kedisiplinan melalui sekolah yang di terapkan di SDN

Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang?


5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui hasil pendidikan karakter dalam membangun kedisiplin melalui

sekolah di SDN Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang.

2. Mengetahui apa saja faktor pendukung karakter dalam membangun

kemandirian dan disiplin melalui sekolah yang diterapkan di SDN Sonkiko

Amabi Oefeto Timur Kab Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan memiliki beberapa manfaat, baik

manfaat toritis maupun manfaat secara praktis kepada semua pihak yang terkait:

1.4.1 Manfaat toretis di antaranya yaitu:

a. Memberikan informasi pada semua pihak tentang implementasi pendidikan

berkarakter dalam membangun disiplin peserta didik diterapkan di sekolah

SDN Sonkiko Amabi Oefeto Timur Kab Kupang.

b. Menambah pengetahuan mengenai implementasi pendidikan karakter dalam

membangun disiplin pada sekolah.

c. Memperkuat tori-tori tentang nilai-nilai karakter melalui hasil

penelitianyang rill di lapangan.

1.4.2 Hasil penelitian ini direncang untuk memberikan manfaat secara praktis kepada

semua pihak dalam dunia pendidikan.

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini akan meningkatkan pemahamansiswa melalui konsep

untuk mengembangkan pendidikan karakter dalam membangun disiplin

melalui sekolah dan lingkungan tempat dimana perseta didik berada.


6

b. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui

pendidan karakter dalam membangun kedisiplinan santri, serta dapat

dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya di SDN Sonkiko Amabi

Oefeto Timur Kab Kpang.

c. Bagi peneliti

Bagi peneliti dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan pengetahuan

terkait dengan peran pendidikan karakter dalam membangun kedisiplinan

sandiri.
7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Kajian teori berisitentang definisi dan konsep mengenaiteoriyang berkaitan

dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut yakni pengertian karakter, pengertian

pendidikan karakter, nilai-nilai karakter, karakteristik anak usia sekolah dasar,

pendidikan karakter di sekolah, dan peran komponen sekolah dalam pendidikan

karakter. Kajian teori diuraikansebagai berikut:

2.1.1 Pengertian Karakter

Karakter merupakan budi pekerti individu atau kepribadian khusus yang

membedakan dengan individu lain (Kurniasih dan Sani, 2017).Karakter dimaknai

sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang yang terbentuk karena

pengaruh hereditas dan lingkungan yang diwujudkan melalui sikap dan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari (Samani dan Hariyanto, 2018). Karakter merupakan

sifat alami seseorang dalam merespon situasi yang diwujudkan dalam tindakan

nyata melalui perilaku dan meskipun karakter tiap individu berbeda,tetapi

karakteristik umum yang menjadi stereotip masyarakat suatu bangsa, dapat

didentifikasi sebagai karakter suatu bangsa (Mulyasa, 2014).

Secara umum masyarakat menilai bahwa manusia yang memiliki karakter

baik adalah manusia yang memiliki kepribadian yang baik, seperti jujur, suka

menolong, rendah hati, dan cinta damai. Sedangkan manusia yang berkarakter

buruk adalah manusia yang memiliki kepribadian tidak baik, seperti suka

berbohong, curang, rakus, dan tidak menghargai orang lain. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan sifat alami yang ada pada diri seseorang
8

yang bersifat unik dan berbeda dengan orang lain yang terbentuk karena pengaruh

hereditas maupun lingkungan yang diwujudkan dengan perilaku.

2.1.2 Pengertian Pendidikan Karakter

Samani dan Hariyanto (2018) menjelaskan bahwa “pendidikan karakter

adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa”.

Kesuma, dkk (2018) mendefinisikan “pendidikan karakter sebagai pembelajaran

yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh

yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Pendidikan

karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi

pengetahuan, kesadaran, dan tindakan kepada warga sekolah melalui metode

pembiasaan, keteladanan, dan pengajaran (Kurniasih dan Sani, 2017).

Di Indonesia, pendidikan karakter dilaksanakan atas pertimbangan dalam

rangka mewujudkan karakter bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai

karakter bangsa. Usaha untuk mewujudkan hal tersebut dibuktikan dengan

adanyaPeraturanPresiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentangPenguatan

Pendidikan Karakter. Perpres inimenyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK) merupakan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan

pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah

hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan

kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).


9

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pendidikan karakter disiplin adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada peserta didik yang dilaksanakan melalui metode pembiasaan, keteladanan,

dan pengajaran dengan tujuan menguatkan dan mengembangkan perilaku peserta

didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter.

2.1.3 Nilai-nilai Karakter

“Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu” (Kesuma, dkk, 2018). Sesuatu

ang mengandung nilai yang diwujudkan melalui sikap dan perilaku dapat disebut

sebagai karakter. Jadi, suatu karakter melekat dengan nilai dari sikap dan perilaku

tersebut. Di Indonesia, nilai karakter yang berkembang berasal dari budaya dan

adat istiadat bangsa yang diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila.

Kemendiknas (2010) menjabarkan 18 (delapan belas) nilai yang

dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kurniasih dan

Sani,2017). Nilai-nilai tersebut yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Religius yaitu sikap dan

perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama

lain. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan


10

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan

upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya. Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri adalah

sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap, dan

bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Rasa

ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Semangat kebangsaan merupakan cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormatkeberhasilan orang lain. Bersahabat/komunikatif merupakan tindakan

yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan

orang lain. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
11

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar membaca

merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan

yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,

dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam terutama

akan dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal

(Samani dan Hariyanto, 2018). Nilai-nilai tersebut adalah jujur, tanggung jawab,

cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif, dan gotong royong. Yang dimaksud

dalam nilai jujur yaitu menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang

sudah terjadi. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung jawab

merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam Grand Design Pendidikan Karakter, terdapat nilai-nilai yang

dikatakan dan dilakukan berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya

(amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating). Tanggung jawab

artinya melakukan tugas dengan sepenuh hati, bekerja dengan etos kerja yang

tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best), mampu

mengontrol diri dan mengatasi stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan

dan keputusan yang diambil.

Cerdas artinya berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh

perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik,
12

bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan

lingkungan. Sehat dan bersih artinya menghargai ketertiban, keteraturan,

kedisiplinan, terampil, menjaga diri dan lingkungan, dan menerapkan pola hidup

seimbang. Peduli artinya memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak

santun, toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau

mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, tidak

mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat dalam

kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia, dan cinta

damai dalam menghadapi persoalan. Kreatif artinya mampu menyelesaikan

masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat

dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin

terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru. Gotong

royong artinya mau bekerja sama dengan baik, berprinsip bahwa tujuan akan lebih

mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama-sama, tidak memperhitungkan

tenaga untuk saling berbagi dengan sesama, mau mengembangkan potensi diri

untuk dipakai saling berbagi agar mendapatkan hasil yang terbaik, dan tidak

egoistis.

Sedangkan menurut Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Pasal 3, nilai-nilai yang

diterapkan dalam PPK meliputi religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab. Dari beberapa pendapat para

ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter yang dirumuskan


13

merupakan nilai-nilai yang berasal dari budaya dan adat istiadat bangsa yang

dapat diterima oleh masyarakat. Nilai-nilai yang dicetuskan merupakan nilai-nilai

yang positif dan tidak merugikan orang lain. Nilai-nilai karakter tersebut dapat

dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

2.1.4 Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan bukan hanya mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

peserta didiksaja, tetapi juga mengarah pada pengembangan karakter peserta

didik. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik sesuai

dengan standar kompetensi lulusan setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014).

Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan, yaitu pertama,

menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting,

kedua, mengoreksi perilaku pesertadidik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

dikembangkan oleh sekolah, dan ketiga, membangun koneksi bersama dengan

keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter

(Kesuma, dkk, 2018). Heritage Foundation merumuskan ada Sembilan karakter

dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu; 1)cinta kepada Allah dan

semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab, disiplin, danmandiri; 3) jujur; 4)

hormat dan santun; 5) kasih sayang, peduli, dan kerjasama; 6) percaya diri,

kreatif, kerja keras dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8)

baik dan rendah hati;serta9) toleransi, cinta damai dan persatuan (Mulyasa, 2014).

Sedangkan mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun

2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), PPK memiliki tujuan sebagai
14

berikut,1) membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas

Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik

guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; 2) mengembangkan

platform pendidikan nasional yang meletakan pendidikan karakter sebagai jiwa

utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan

pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan

informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan 3)

merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga

kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam

mengimplementasikan PPK.

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu untuk

menerapkan nilai-nilai karakter yang dianggap penting dan meningkatkan mutu

proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta

didik. Hal tersebut juga dimaksudkan sebagai bekal bagi peserta didik dalam

menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.

2.1.5 Karakter Anak Usia Sekolah Dasar

“Karakteristik dan perilaku yang diperoleh peserta didik sebelum

mengikuti pembelajaran baru umumnya akan mempengaruhi kesiapan belajar dan

cara-cara mereka belajar” (Rifa’i dan Anni, 2015).Sebelum melaksanakan

pembelajaran, guru harus dapat mengetahui karakteristik dan perilaku peserta

didiknya agar dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai.Khususnya

pada peserta didik ditingkat sekolah dasar.

Peserta didik usia sekolah dasar secara umum berada pada tahap

perkembangan akhir masa anak-anak atau berusia 6 sampai 11 tahun. Rifa’i dan
15

Anni (2015) menjelaskan karakteristik perkembangan peserta didik pada tahap

akhir masa anak-anak. Karakteristik perkembangan yang dimaksud yaitu,

pertama, peserta didik pada tahap masa anak-anak berada pada usia yang

menyulitkan. Masa di mana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak

dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau anggota keluarga lain. Kedua,

masa akhir anak-anak adalah masa usia tidak rapi. Masa dimana anak cenderung

tidak memperdulikan, ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan.

Ketiga, usia bertengkar. Masa dimana banyak terjadi pertengkaran antarkeluarga

dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Keempat,

masa usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan penting tertentu. Kelima, periode kritis dalam dorongan berprestasi.

Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses

atau sangat sukses. Keenam, usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama

anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok

terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Ketujuh,

usia penyesuaian diri. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri dengan standar yang

disetujui kelompok bermainnya.

Peserta didik usia sekolah dasar mengalami perkembangan yang pesat baik

dari segi fisik maupun psikisnya. Desmita (2016) menjelaskan bahwa secara

umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek

perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

Perkembangan fisik anak usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan


16

fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan

pubertas. Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada

panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama

karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ

tubuh. Sedangkan perkembangan motorik anak usia sekolah dasar sudah lebih

halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring bertambahnya berat

dan kekuatan badan anak. Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat,

sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang, melompat, menangkap,

melempar, dan berlari dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat. Anak juga

semakin mampu menjaga keseimbangan badannya, seperti membongkok,

melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olahraga berkembang

pesat.

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik

yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis

yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan

lingkungannya. Perkembangan kognitif ini berkaitan dengan perubahan

aktifitas mental yang berhubungan dengan pemikiran, ingatan, persepsi,

kemampuan berbahasa, dan pengolahan informasi. Piaget (dalam Rifa’i dan Anni,

2015) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar masuk

dalam tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah

mampumengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda

konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada

situasi konkrit. Kemampuan untuk menggolong-golongkan juga sudah ada namun


17

belum bisa memecahkan masalah abstrak. Pemikiran anak pada tahap

praoperasional hanya berfokus pada tinggi atau lebarnya tempat, namun untuk

pemikiran anak pada tahap ini sudah mengkoordinasikan ke dua dimensi tadi,

yaitu mengklasifikasikan atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda

dan memahami hubungannya.

Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan peserta

didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam

proses perkembangan psikososial, peserta didik diharapkan dapat menempatkan

dirinya pada suatu lingkungan sosial tanpa kehilangan jati dirinya. Perkembangan

ini berkaitan dengan perubahan emosi dan kepribadian peserta didik terhadap

orang lain.

Selain ketiga aspek perkembangan di atas, perkembangan peserta didik usia

sekolah dasar juga dapat dilihat dari perkembangan konsep diri, hubungan

interpersonal, dan moral spiritual. Desmita (2016) menyatakan bahwa “seiring

dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial, anak

usia sekolah dasar juga mengalami perubahan dalam pandangan terhadap dirinya

sendiri”. McDevitt dan Ormrod (2002) memberikan gambaran tentang perubahan-

perubahan konsep diri anak usia sekolah (6-10 tahun). Gambaran tersebut adalah

sebagai berikut: Pada awal-awal masuk sekolah dasar, terjadi penurunan dalam

konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh tuntutan baru dalam

akademik dan perubahan sosial yang muncul di sekolah. Sekolah dasar banyak

memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya

dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual lebih realistis.


18

Anak-anak usia sekolah dasar juga sering memfokuskan perhatian pada bidang-

bidang di mana mereka lebih unggul dan kurang perhatiannya pada bidang-bidang

yang memberi kesukaran pada dirinya.

Desmita (2016) menjelaskan bahwa masa usia sekolah dipandang sebagai

masa untuk pertama kalinya anak memulai kehidupan sosial yang sesungguhnya.

Terjadi perubahan hubungan anak dengan orangtua. Perubahan tersebut di

antaranya disebabkan karena peningkatan penggunaan waktu anak untuk bersama

teman-teman sebayanya. Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas

yang menyita waktu anak usia sekolah dasar. Interaksi teman sebaya terjadi dalam

grup atau kelompok. Anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai

anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bermain bersama teman-

temannya. Pembentukan kelompok teman sebaya dan status dalam kelompok

untuk mengetahui anak-anak yang cenderung populer.

Piaget (Desmita, 2016) menyimpulkan bahwa “pemikiran anak-anak

tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous

morality dan autonomous morality”. Tahap heteronomous morality terjadi pada

anak usia sekitar 6 hingga 9 tahun. Anak pada masa ini yakin akan keadilan

immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan segera

dijatuhkan. Dan tahap autonomous morality terjadi pada anak usia sekitar 9

sampai 12 tahun. Pada tahap ini anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan

hukum-hukum merupakan ciptaan manusia dan dalam menerapkan suatu

hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta

akibat-akibatnya. Desmita (2016) juga menjabarkan bahwa menurut teori


19

perkembangan spiritual Fowler, anak usia sekolah dasar masuk dalam tahap

mythic-literal faith. Tahap mythic-literal faith terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun.

Pada tahap ini, sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya, anak secara

sistematis mulai mengambil makna tradisi masyarakatnya. Sebagai anak yang

tengah berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret, maka anak

usia sekolah dasar akan memikirkan segala sesuatunya secara gambaran Tuhan

seperti seorang pribadi yang memiliki sifat-sifat seperti manusia.

Pada setiap tahap perkembangan, ada yang dinamakan tugas-tugas

perkembangan. Havigurst (Rifa’i dan Anni, 2015) menjelaskan bahwa “tugas

perkembangan merupakan tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode

tertentu dari kehidupan individu”. Tugas-tugas perkembangan pada tahap akhir

masa anak-anak menurut Havighurst yaitu, 1) belajar keterampilan fisik yang

diperlukan untuk bermain; 2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri

sebagai makhluk yang sedang tumbuh; 3) belajar menyesuaikan diri dengan

teman sebaya; 4) mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita;

5) mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung;

6) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari- hari; 7) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan

nilai; 8) mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga; dan 9)

mencapai kebebasan pribadi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa guru

harus dapat memahami karakteristik peserta didiknya sebelum melaksanakan

pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat memahami bagaimana


20

caranya menghadapi peserta didik dengan segala karakteristik dan perilakunya.

Juga agar guru dapat menerapkan model, strategi, atau metode yang sesuai

dengan peserta didik yang akan diajar.

2.1.6 Peran Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter

“Karakteristik dan perilaku yang diperoleh peserta didik sebelum

mengikuti pembelajaran baru umumnya akan mempengaruhi kesiapan belajar dan

cara-cara mereka belajar” (Rifa’i dan Anni, 2015). Sebelum melaksanakan

pembelajaran, guru harus dapat mengetahui karakteristik dan perilaku peserta

didiknya agar dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Khususnya

pada peserta didik ditingkat sekolah dasar.

Peserta didik usia sekolah dasar secara umum berada pada tahap

perkembangan akhir masa anak-anak atau berusia 6 sampai 11 tahun. Rifa’i dan

Anni (2015) menjelaskan karakteristik perkembangan peserta didik pada tahap

akhir masa anak-anak. Karakteristik perkembangan yang dimaksud yaitu,

pertama, peserta didik pada tahap masa anak-anak berada pada usia yang

menyulitkan. Masa di mana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak

dipengaruhi teman sebaya daripada orang tua atau anggota keluarga lain. Kedua,

masa akhir anak-anak adalah masa usia tidak rapi. Masa dimana anak cenderung

tidak memperdulikan, ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan.

Ketiga, usia bertengkar. Masa dimana banyak terjadi pertengkaran antarkeluarga

dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Keempat,

masa usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh


21

keterampilan penting tertentu. Kelima, periode kritis dalam dorongan berprestasi.

Masa dimanaanak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses

atau sangat sukses. Keenam, usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama

anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok

terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Ketujuh,

usia penyesuaian diri. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri dengan standar yang

disetujui kelompok bermainnya.

Peserta didik usia sekolah dasar mengalami perkembangan yang pesat baik

dari segi fisik maupun psikisnya. Desmita (2016) menjelaskan bahwa secara

umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek

perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

Perkembangan fisik anak usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan

fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan

pubertas. Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada

panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama

karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ

tubuh. Sedangkan perkembangan motorik anak usia sekolah dasar sudah lebih

halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring bertambahnya berat

dan kekuatan badan anak. Otot-otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat,

sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang, melompat, menangkap,

melempar, dan berlari dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat. Anak juga

semakin mampu menjaga keseimbangan badannya, seperti membongkok,

melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olahraga berkembang

pesat. Perkembangankognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik


22

yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis

yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan

lingkungannya. Perkembangan kognitif ini berkaitan dengan perubahan aktifitas

mental yang berhubungan dengan pemikiran, ingatan, persepsi, kemampuan

berbahasa, dan pengolahan informasi. Piaget (dalam Rifa’i dan Anni,2015)

menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar masuk dalam

tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu

mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit.

Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi

konkrit. Kemampuan untuk menggolong-golongkan juga sudah ada namun belum

bisa memecahkan masalah abstrak. Pemikiran anak pada tahap praoperasional

hanya berfokus pada tinggi atau lebarnya tempat, namun untuk pemikiran anak

pada tahap ini sudah mengkoordinasikan ke dua dimensi tadi, yaitu

mengklasifikasikan atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda dan

memahami hubungannya.

Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan peserta

didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam

proses perkembangan psikososial, peserta didik diharapkan dapat menempatkan

dirinya pada suatu lingkungan sosial tanpa kehilangan jati dirinya. Perkembangan

ini berkaitan dengan perubahan emosi dan kepribadian peserta didik terhadap

orang lain.

Selain ketiga aspek perkembangan di atas, perkembangan peserta didik usia

sekolah dasar juga dapat dilihat dari perkembangan konsep diri, hubungan

interpersonal, dan moral spiritual. Desmita (2016) menyatakan bahwa “seiring


23

dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial, anak

usia sekolah dasar juga mengalami perubahan dalam pandangan terhadap dirinya

sendiri”. McDevitt dan Ormrod (2002) memberikan gambaran tentang perubahan-

perubahan konsep diri anak usia sekolah (6-10 tahun). Gambaran tersebut adalah

sebagai berikut: Pada awal-awal asuk sekolah dasar, terjadi penurunan dalam

konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh tuntutan baru dalam

akademik dan perubahan sosial yang muncul di sekolah. Sekolah dasar banyak

memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya

dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual lebih realistis.

Anak-anak usia sekolah dasar juga sering memfokuskan perhatian pada bidang-

bidang di mana mereka lebih unggul dan kurang perhatiannya pada bidang-bidang

yang memberi kesukaran pada dirinya.

Desmita (2016) menjelaskan bahwa masa usia sekolah dipandang sebagai

masa untuk pertama kalinya anak memulai kehidupan sosial yang sesungguhnya.

Terjadi perubahan hubungan anak dengan orang tua. Perubahan tersebut di

antaranya disebabkan karena peningkatan penggunaan waktu anak untuk bersama

teman-teman sebayanya. Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas

yang menyita waktu anak usia sekolah dasar. Interaksi teman sebaya terjadi dalam

grup atau kelompok. Anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai

anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bermain bersama teman-

temannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa guru

harus dapat memahami karakteristik peserta didiknya sebelum melaksanakan

pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat memahami bagaimana


24

caranya menghadapi peserta didik dengan segala karakteristik dan perilakunya.

Juga agar guru dapat menerapkan model, strategi, atau metode yang sesuai

dengan peserta didik yang akan diajar. Tri-pusat pendidikan sangat berperan

penting dalam menyukseskan pendidikan karakter. Kurniawan (2015) dalam

Jurnal Pedagogia Volume 4 Nomor 1 yang berjudul “Tri-Pusat Pendidikan

Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar” menyatakan bahwa

peran tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak sekolah dasar

sangat besar, karena dalam pembentukan karakter anak sekolah dasar,

diperlukan kerjasama antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat. Kerjasama yang dimaksud yaitu dalam hal konsistensi

penanaman nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dengan adanya konsistensi tersebut, karakter yang diharapkan dapat tertanam

dengan baik sehingga terbentuk karakter yang baik.

Di lingkungan sekolah, peran guru, kepala sekolah, dan komite sekolah juga

tidak kalah penting dalam menyukseskan pendidikan karakter. Mulyasa (2014)

menjelaskan bahwa peran dari masing-masing komponen sekolah adalah sebagai

berikut: 1) Guru. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya

terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan

berhasil-tidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh.

Tugas guru yang paling utama dalam pendidikan karakter di sekolah adalah

bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang berkarakter, menyenangkan,

agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga tumbuh

minat dan karakter baiknya. Dalam implementasi pendidikan karakter, kualitas


25

guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses

guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian peserta didik secara

aktif, khususnya mental, dan sosial dalam proses pendidikan karakter di sekolah.

Sementara itu, dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila pendidikan karakter

yang dilaksanakan mampu mengadakan perubahan karakter pada sebagian besar

peserta didik ke arah yang lebih baik; 2) Kepala sekolah.

Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam implementasi

pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakan,

dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan karakter yang ada.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong perwujudan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-

program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah juga

harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan

perencanaan dan evaluasi pendidikan karakter, pengembangan kurikulum,

pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan,

pelayanan peserta didik, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan penciptaan

iklim sekolah; 3) Komite sekolah. Dalam implementasi pendidikan karakter,

komite sekolah berperan sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam

penentuan pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter di sekolah, pendukung

(supporting agency) yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan karakter, pengontrol (controlling agency) dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran mutu

pendidikan karakter dan mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan

masyarakat, dan sekolah, dalam implementasi pendidikan karakter.


26

Jadi dapat disimpulkan bahwa semua komponen sekolah sangat berperan

dalam menyukseskan pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan

tersampaikan dengan baik apabila semua komponen sekolah menjalankan

perannya masing- masing dengan baik. Dengan masing-masing peran tersebut,

penyelenggaraan pendidikan karakter akan lebih efektif dan sampai kepada

peserta didik. Karena pada dasarnya pendidikan karakter tidak bisa berjalan

sendiri tanpa bantuan komponen di sekitarnya seperti diri peserta didik itu sendiri,

orang lain, dan lingkungan.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini dijelaskan penulis

sebagai berikut.

Peneliti pertama oleh Sukman Kartika Abidin, (2015) dengan judul studi

implementasi pendidikan karakter berbasis kultur sekolah Pada Sekolah

Dasar di Kecamatan Mijen Kota Semarang. Pendidikan ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Perbedaan penelitian Sukman Kartika Abidin

dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang inggin diteliti

hasilnya. Jika penelitian Sukman Kartika Abidin meneliti tentang keterampilan

menjaga guru terimplementasi dalam pendidikan karakter, sedangkan peneliti

meneliti tentang bagaimana pendidikan karakter dalam budaya sekolahnya.

Penelitian yang kedua oleh Wahyu Sri Wilujeng, (2016) dengan judul

implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di SD Ummu

Aiman Lawang. Pendidikan ini menggunakaan pendidikan kualitatif deskriotif,

perbedaan penelitian Wahyu Sei Wilujeng dengan penelitian ini adalah penelitian
27

Wahyu Sri Wilujeng hanya meneliti pendidikan karakter di focus keagamaan saja

yang di terapkan sekolah tersebut. Sedangkan penelitian ini meneliti semua

kegiatan pendidikan karakter yang terapkan di sekolah SDIT Al-Hijrah Lau

Dendang.

Penelitian ketigaol eh Anandani, Tegeh, dan Sukmana (2018) dari

Universitas Pendidikan Ganesha dalam Jurnal Jurusan Teknologi Pendidikan

Volume 9 Nomor 2 yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Berorientasi Pendidikan Karakter di SD Negeri 2 Banjar Bali”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) Rancang bangun multimedia pembelajaran berorientasi

pendidikan karakter dengan model ADDIE meliputi lima tahapan sebagai berikut:

tahap analisis, tahap perancangan, tahap pengembangan, tahap implementasi, dan

tahap evaluasi. (2) Multimedia pembelajaran berorientasi pendidikan karakter

yang dikembangkan valid dengan: (a) hasil reviewahli isi mata pelajaran

menunjukkan produk berpredikat sangat baik (97,96%), (b) hasil review ahli

media menunjukkan produk berpredikat sangat baik (92,5%), (c) hasil review ahli

desain pembelajaran menunjukkan produk berpredikat sangat baik (94,54%), (d)

hasil uji perorangan menunjukkan produk berpredikat sangat baik (90.41%). Hasil

uji kelompok kecil menunjukkan produk berpredikat sangat baik.

Peneliti keempat Aminah (2018) dari Universitas Negeri Yogyakarta dalam

Jurnal Profesi Keguruan Volume 4 Nomor 2 yang berjudul “Peran Bimbingan dan

Konseling dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian

menyatakan bahwa pendidikan karakter telah di canangkan dalam sistem

pendidikan di Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya belum menunjukkan


28

hasil yang signifikan. Beberapa karakter yang tercantum dalam nilai-nilai

karakter yang perlu dikembangkan masihdalam kategori cukup, kurang dan

sangat kurang. Pelayanan bimbingan dan konseling di anggap cukup efektif untuk

membantu pesreta didik dalam mengembangkan aspek-aspek kognitif, afektif dan

psikomotor pada siswa sekolah dasar. Oleh karenaitu, bimbingan dan konseling di

nilai mampu berperan secara positif dan aktif dalam menanamkan pendidikan

karakter di sekolah dasar.

Berikut adalah literature map yang relefan dengan penelitian yang

dilakukan.

implementasi pendidikan implementasi pendidikan “Pengembangan


karakter berbasis kultur karakter melalui kegiatan Multimedia Pembelajaran
sekolah Pada Sekolah Dasar keagamaan di SD Ummu Berorientasi Pendidikan
di Kecamatan Mijen Kota Aiman Lawang. (Wahyu Karakter di SD Negeri 2
Semarang. (Sukman Sri Wilujeng, 2016) Banjar Bali.’’
Kartika Abidin, 2015) Anandani, Tegeh, dan
Sukmana (2018)

“Peran Bimbingan dan Konseling dalam


Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”.
(Aminah, 2018)

Literature Map Penelitian-penelitian Relevan


2.3 Karangka Pemikiran

Sebagai seorang pendidik, bertugas mengajar dan menanamkan karakter

budaya sikappeserta didiknya. Untuk melakukan tugasnya tersebut, diperlakukan

dengan mengunakan berbagai kemampuan serta keperibadian yang baik sebagai

seorang guru.
29

Impelementasi pendidikan karakter budaya sekolah termasuk salah satu

pelajaran yang akan di bawakan oleh guru untuk peserta didik kelas VI kususnya,

dengan materi tersebut guru akan menjelaskan kepada mereka mengenai karakter

budaya sekolah yang ada kepada mereka.

Karna karakter budaya sekolah sangat penting dan bermanfaat untuk

kehidupan generasi mendatang

Masalah yang terjadi

Siswa kurang bias Rendahnya karakter


menerapkan aturansekolah budaya sekolah pada siswa

Tindakan yang dilakukan

Guru memberikan
pemahaman mengenai
karakter budaya sekolah

Dampak dari tindakan

Siswa lebih bias Pendidikan karakter


menerapkan kerakter budaya sekolah tertanam
sekolah pada siswa

Bagan Karangka Pemikiran

BAB 3 METODE PENELITIAN


30

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian dan waktu penelitianini berada di SDN Sonkiko

Amabi Oefeto Timur Kab kupang. Pemilihan sekolah SDN Sonkiko ini sebagi

salah satu sekolah yang akan saya ambil untuk penelitian judul proposal,

waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan 4 bulan mendatang, pada tahun

pelajaran 2021 semester ganjil.

3.2 Jenis Dan Desain Penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitianyang di gunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis

dekriptif. Penelitian ini berupaya mendefenisikan atau mengambarka apa yang

diteliti mengenai pendidikan karakter berbasis local wisdom pada SDN Sonkiko

Amabi Oefeto Timur Kab Kupang peneliti akan melakukan tindakan langsung 4

bulan ke lokasi untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Peneliti harus

memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti sehingga

menghasilkan data defektif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dan perilaku

yang diamati.

Penelitian kualitatif menunjukan pada diri dan karakter yang bermakna

dalam secara utuh objek terhadap suatu gejala untuk memper oleh kebenaran.

Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah secara partisipatif dan

peneliti sendiri berperan sebagai instrument kunci yang harus mempersiapkan diri

untuk bertisipasi secara utuh.

b. Desain Penelitian
31

Desain penelitian adalah karangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan riset permasalahan (Malhotra, 2007). Desain penelitian

memberikan produser untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk

menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian.

Langkah pertama yang dilakukan penelitian ini adalah dengan melakukan

observasi untuk mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang menjadi perhatian

sekolah. Hal tersebut kemudian dijadikan acuan dalam membentuk kisi-kisi

instrument kuesioner. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan gambar alur

desain penelitian.

Observasi

Membuat instrument
penelitian

Instrument nilai-nilai Apabila impelementasi


Wawancara Kuisione
pendidikan karakter baik maka perilaku siswa
Dokumentasi + r
di sekolah (rencana baik
pelaksanaan)

Data yang diperoleh akan


diolah dan disajikan dalam
bentuk deskriptif dengan
pendekatankuantitatif.

Tahap awal penelitian adalah melakukan observasi, setelah observasi

langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian berupa angka siswa


32

pada pedoman wawancara lebilanjut akan dilakukan peneliti lebih dalam tentang

impelementasi nilai yang berkarakter di SDN Sonkiko dan perilaku karakter

peserta didik yang merupakan wujud dari impelementasi nilai yang berkarakter

dalam diri siswa yang berusaha dikembangkan oleh sekolah. Impelementasi nilai

yang berkarakter tersebut meliputi proses perencanaan, dan pelaksanaan untuk

mengetahui tahap impelementasi nilai yang berkarakter tersebut peneliti harus

wawancara dan mengumpulkan dokumentasi. Penelitian ini difokuskan pada nilai

karakter yakni nilai disiplin. Nilai tersebut merupakan nilai yang menjadi prioritas

di SDN Sonkiko.

Dimensi karakter yang diukur terdiri dari nilai karakter disiplin. Pengukuran

karakter dilakukan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang

perilaku aku dan kebiasaan siswa sehari-hari.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi

sekolah, pedoman wawancara dan kunsioner. Pedoman observasi sekolah

digunakan sebagai acuan dalam membuat instrument penelitian. Pedoman

wawancara digunakan untuk mengetahaui impelementasi nilai yang berkarakter

disiplin di SDN Sonkiko. Pedoman wawancara tersebut ditunjukan kepada

sekolah, dan perwakilan guru. Sedangkan instrumen pendidikan berupa kuesioner

digunakan untuk mengetahaui gambaran prilaku nilai karakter siswa disiplin.

Data-data yang diperoleh tersebut, kemudian akan diolah dan disajikan dalam

bentuk deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi
33

Populasi adalah sekumpulan orang, kajian atau benda, yang dijadikan untuk

suatu objek penelitian (Darmawan, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas IV A dan IV B dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

Tabel populasi siswa SDN Sonkiko


No Kelas Jumlah siswa
1. IV A-IVB 16
Total populasi 16
2. Sampul

Menrut Sugiyono (2010), Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak

mungking mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat

mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Penentuan jumlah anggota sempel yang sering disebut dengan ukuran

sampel digunakan tabel Isaac dan Michael (2010). Tabel Isaac dan Michael dalam

melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi sampel

yang diperoleh mempunyai kepercayaan 11% terhadap populasi. Sesuai dengan

tabel di atas, maka dengan populasi sebanyak 11 orang dapat di ambil sampel 10

orang (perhitungan populasi dan sampel pada lampiran 1). Jumlah populasi dan

sampel penelitian dapat disajikan pada tabel 2.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas IV sebanyak 16 orang, yang terdiri dari 2 rombel. Yang di gabung dalam 1

kelas.

Alasannya adalah, siswa kelas IV A-B fokus untuk melakukan penelitian.

Oleh karenanya, secara otomatis para siswa tersebut juga lebih tanggap dan

mudah untuk diajak berkomunikasi.


34

3.4 Variabal Penlitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk dari segalah

hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh

informasi tentang hal tersebut untuk ditarik kesimpulanya ( Sugiyono, 2013).

Variabel adalah objek penelitian atau megetahui apa yang terjadi titik

penelitian suatu penelitian. Seingga variabel merupakan suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variabel

terentu yang diteiapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesipulanya

(Suharsimi Arikunto, 2013).

Variabel penelitian untuk peneliti adalah untuk mengetahui tentang apa

yang akan di bahaskan untuk suatu objek, peneliti bertujuan untuk

mengetahui tanggapan suatu objek terhadap objek tertentu. Maka, pada

peneliti ini tidak menggunakan konsep hubungan antara variabel. Hal ini

dikarenakan tidak adanya perbandingan anatar variabel satu dengan variabel

lainnya.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan dalam

teknik pengumpulan data yang akan di gunakan adalah interview, observasi dan

dokumentasi. Teknik ini digunakan peneliti karena suatu fenomena itu dimengerti

maknanya secara baik apabila peneliti melakukan interaksi dengan subyek

melalui wawancara mendalam dan diobservasikan pada latar dimana fenomena


35

tersebut berlangsung. Dan disamping itu untuk melengkapi data yang diperlukan

dokumentasi.

Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara (kepala sekolah

dan guru). Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara (kepala

sekolah dan guru), dan angket yang berisi seperangkat pertanyaan yang harus

dijawab dan diisi oleh responden (siswa), instrumen penelitian yang digunakan,

berupa angket tertutup berisi daftar pertanyaan dengan beberapa alternative

jawaban yang didasarkan pada skala Likert. Berikut merupakan tabel instrumen

angket.

Instrumen Angket
No Nilai Karakter Indikator
1. Disiplin (Tindakan yang menunjukkan Mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah)
perilaku tertib dan patuh pada berbagai di rumah
ketentuan dan peraturan)  Memakai seragam sekolah sesuai
peraturan yang telah ditentukan
dengan rapi dan bersih
 Melaksanakan tugas piket sesuai
jadwal
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Menurut Arikunto (2009: 180), skala Likert adalah skala yang disusun dalam

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh respons yang menunjukkan tingkatan.

Pertanyaan
Positif Nilai Negatif Nilai
Konsisten (KS) 5 Tidak Pernah 1 Dari
Hampir selalu (HS) 4 Jarang 2
Kadang-kadang (KK) 3 Kadang- kadang 3 tabel di
Jarang (JR) 2 Hampir selalu 4
Tidak pernah (TP) 1 Konsistem 5 atas

dapat diketahui bahwa pertanyaan positif akan bernilai 5 jika KS, 4 jika HS, 3 jika

KK, 2 jika JR, dan 1 jika TP. Sementara itu, nilai untuk pertanyaan negatif akan

bernilai 1 jika TP, 2 jika JR, 3 jika KK, 4 jika HS, dan 5 jika KS.
36

Selain kuesioner, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman

observasi dan pedoman wawancara. Berikut ini merupakan pedoman observasi

sekolah yang digunakan saat proses penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data, maka dapat juga dikatakan sebagai teknik pengumpulan data. Untuk

menunjang keberhasilan dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan

unsur penting yang harus diperhatikan, sehingga peneliti mendapatkan data yang

lengkap dan akurat sesuai dengan subyek penelitian yaitu proses implementasi

pendidikan karakter di SD Negri Sonkiko Kupang Timur penulis dapat melakukan

penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data.

Beberapa teknik penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data pada

penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam (Sugiyono, 2011). Sementara itu, menurut Djam’an Satori dan

Aan Komariah (2011), wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan

atau tanya jawab.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam tentang proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter.

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari terwawancara.


37

Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui secara garis

besar tahapan proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDN

Sonkiko Kupang Timur meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Responden atau informan dalam wawancara ini adalah kepala sekolah, Waka

Kurikulum, dan seorang guru kelas yang ditunjuk oleh kepala sekolah SDN

Sonkiko Kupang Timur. Guna menghindari pokok pembahasan yang meluas,

maka dibuatlah pedoman wawancara untuk masing-masing responden.

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

member seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Metode

ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tindakan siswa

berkenaan dengan implementasi pendidikan karakter disiplin di SDN Sonkiko

Kupang Timur. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada siswa untuk

mengetahui dan mengukur perilaku nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan

peduli/tanggung jawab pada siswa sebagai suatu reaksi atau wujud dari

internalisasi nilai-nilai karakter dalam diri siswa yang muncul dari upaya sekolah

dalam poses implementasi pendidikan karakter. Dalam penelitian ini diberikan

kuesioner dengan skala Likert kepada responden (siswa). Angket respon siswa

digunakan untuk memperoleh data respon siswa terhadap pengembangan bahan

ajar dengan pendekatan strategi pembelajaran konflik kongitif setelah berakhirnya

proses pembelajaran.

c. Dokumentasi

Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011) studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan


38

penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah

kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Menurut Suharsimi (Arikunto, 2010)

metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya. Untuk memperoleh data dokumentasi, peneliti

mengambil dari dokumen dokumen berupa contoh silabus dan RPP yang memuat

nilai-nilai karakter dan foto kondisi lingkungan SDN Sonkiko Kupang Timur.

Dokumen tersebut digunakan untuk memperole data-data yang keberadaannya

menunjang penelitian.

d. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati kondisi lingkungan serta kesesuaian

aktivitas siswa, guru, dan karyawan di sekolah dengan data atau keterangan yang

diberikan oleh narasumber mengenai implementasi pendidikan karakter disiplin di

SDN Sonkiko Kupang Timur. Kegiatan observasi lebih menitikberatkan pada

pengamatan kesesuaian perilaku siswa, dalam membiasakan perilaku/budaya

berkarakter yang telah disebutkan saat kegiatan wawancara dan kondisi

lingkungan atau ketersediaan sarana prasarana sekolah dlam mendukung

implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kupang Timur.

3.7 Instrumen pengumpulan Data


39

Penelitian ini dilakukan di SD Negri Sonkiko pada tahun pelajaran 2021.

Adapun instrumen penelitian adalah siswa kelas IV SD Negri Sonkiko dengan

jumlah 16 orang siswa.

Instrument penelitian diartikan sebagai alat yang digunakan untuk

memperoleh dan menginteprasikan informasi dari subjek penelitian, yang

digunakan mencapai tujuan penelitian. Instrument penelitian mempunyai peranan

yang vital dan penting dalam penelitian, karena tercapainnya tujuan penelitian

dipengaruhi oleh kualitas perencanaan instrument penelitian yang akan

digunakan. Oleh karna itu dalam pembuatan instrument penelitian tersebut dahulu

dilakukan dengan mengdefenisikan masing-masing variable berdasarkan pada

kajian teori, kemudian menjabarkan dalam bentuk indicator dan dijabarkan

kembali dalam bentuk butir-butir pernyataan.

Instrument dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara (kepala sekolah

dan guru), dan angket yang berisi seperangkant pernyataan yang harus dijawab

dan diisi oleh responden (siswa). Dalam penelitian ini menggunakan pengecekan

keabsahan data yaitu:

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan agar proses penyusunan data dapat ditafsirkan

secara mendalam. Analisis data merujuk tentang pengujian secara sistematis

tentang suatu hal yang berguna untuk menentukan bagian-bagiannya. Secara

umum data yang diperoleh akan diolah dengan bantuan.

Peneliti menggunakan analisis tentang data yang diperoleh agar diketahui

maknanya. Untuk data kuantitatif yang diperoleh dari kuisioner yakni diawali
40

dengan pengolahan data skala Likert, data kuantitatif tadi dapat dianalisis dengan

menghitung rata-rata jawaban berdasarkan scoring setiap jawaban dari responden

yang kemudian data tersebut dipresentasikan.

BAB lV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


41

4.1.1 Penyajian Data

Pra Penelitian dilaksanakan di Desa Oeniko Kecamatan amabi Oafeto

Timur Kabupaten Kupang, khususnya di SDN Sonkiko Amabi Oafeto Timur.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV SDN Sonkiko Tahun

Pelajaran 2020/2021. Penelitian ini menggunakan 1 kelas dengan jumlah siswa

16 orang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 juni sampai 25 juni 2021,

dengan rincian peneliti melakukan penelitian sebanyak dua kali proses

wawancara. Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari dokumentasi

dan wawancara. Dokumentasi digunakan untuk mengamati kondisi sekolah yakni

struktur oragnisasi guru, keadaan siswa serta proses pembelajaran.

Berkaitan dengan wawancara, pertanyaan yang diberikan untuk melihat

hasil wawancara pertanyaan dan jawaban, antara kepsek dan wali kelas mengenai

karakter disiplin yang berjumlah soal 10 pertanyaan. Selanjutnya sebelum

instrumen diberikan kepada Kepsek Dan Walikelas terlebih dahulu dilakukan

validasi oleh dua validator yakni oleh Dosen PGSD UMK dan Guru kelas IV

SDN Sonkiko, untuk menguji kelayakan dan kevalidan dari instrumen. Setelah

itu, pertanyaan tersebut diberikan kepada Kepsek dan Wali kelas IV.

4.1.2 Hasil Analisis Data

Hasil penelitian ini di peroleh dari beberapa data yang telah di analisis yakni

hasil validasi perangkat dan instrumen, total hasil validasi perangkat.

a) Hasil Validasi Perangkat Dan Instrumen Pembelajaran


42

Perangkat pembelajaran ini telah di validasi oleh dua validator, berikut

nama-nama validator yang disajikan dalam tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Nama-nama Validator Perangkat dan Instrumen Pembelajaran

No Nama Jabatan Keterangan


1 Abd Syahril Muh, S.Pd.,M.Pd. Dosen PGSD UMK Validator I

2 Roslin Sinlae, S.Pd Guru Kelas 5 Validator II


SDN Sonkiko
Sumber: Hasil validasi 2021 (dokumentasi pribadi).

Berdasarkan hasil validasi perangkat dan instrument oleh validator I tidak

ada revisi dan layak di gunakan, sedangkan hasil validator II tidak ada revisi pada

semua perangkat dan instrument pembelajaran. Demikian hasil analisis perangkat

dan instrumen pembelajaran yang disajikan dalam tabel 4.1 di atas.

b) Hasil validasi instrumen

Rekapitulasi hasil validasi perangkat dan instrumen pembelajaran

ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil validasi perangkat Wawancara

Validator Rata-
No Perangkat wawancara Kriteria
VI V II rata
1 Wawancara 6,24% 6,24% 6,24% Sangat Valid
2 Observasi 4,8% 4,8% 4,8% Sangat Valid

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dijelaskan bahwa secara keseluruhan hasil

validasi perangkat oleh validator I dan validator II bahwa telah memenuhi kriteria

ke valid dan serta layak digunakan dalam penelitian.


43

N Nara
o Sumber Pertanyaan Penelitian Hasil wawancara
1 Kepala 1. Apa yang sudah bapak 1. berdasarkan hasil wawancara yang
Sekolah lakukan untuk di sampaikan oleh kepala mengenai
meningkatkan mutu mutu pendidikan karakter yang
pendidikan Karakter? diterapkan dalam mengembangkan
perestadi belajar siswa sangat baik,
dan terkadan ada banyak kendala
yang harus di hadapi oleh mereka
karna tempat tinggal merka sauh
dari lokasih sekolah.
2. Dalam kemampuan 2. Dengan perencanaan kurukulum
membimbing guru, selalu ada kesepakatan bersama
apakah bapak melakukan kepalah sekolah dan guru-guru
perencannaan untuk menjalangkan penerapan
pendidikan karakter yang akan dilakukan bersama
progam pembelajaran? peserta didik.
3. Dalam mengembangkan 3. Dalam pengembangan guru baik
tenaga kependidikan non guru kelas mau pun guru mata
guru, apakah bapak pelajaran selalu memberikan
memberikan kesempatan kesempatan untuk mengerjakan
kepada mereka untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan
mengikuti pendidikan kurikumul dan di lakukan evaluasi
Karakter Disiplin secara bersama
teratur?
4. Apakah Bapak sebagai 4. Dalam mengembangkan visi dan
pemimpin di sekolah misi sesudah berdirinya sekolah,
dapat mengembangkan selalu ada peningkatan dari tahun
visi serta melaksanakan ke tahun hingga tahun 2015-2017
misi dengan baik? sudah terakderitasi B dan untuk
sementara masih berusahalagi
untuk akderitasi A. akan tetapi
masih banyak kekurangan yaitu
kekurangan standar PTK.
5. Dalam merumuskan 5. Dalam merumuskan kebijakan visi
kebijakan sekolah dan misi sekolah yang sudah ada,
apakah sesuai dengan masih ada lagi program yaitu
visi dan misi jangka panjang, jangka mengenah
dan jangka pendek dalam program
tahunan, dan sering melakukan
evaluasi diri untuk melakukan
perbaikan di tahun berikut pada
setiap tahun pelajaran.
44

6. Apakah yang bapak 6. Untuk peningkatan karakter baru


lakukan sebagai manajer dilaksanakan 2 tahun kemarin dan
dan administrator baru ada peningkatan walaupun
sekolah ketika guru dan tidak sampai 100% tetapi ada
pendidik tidak menaati perubahan yaitu baik pola pikir
peraturan? peserta didik maupun orang tua.
7. Untuk peraturan yang di sepakati
bersama mengenai disiplin
maupun aturan- aturan yang di
perintahkan tingkat atas seringkai
kita lakukan, ada tahapan
pembinaan untuk guru-guru dan
adapun yang mengabaikan aturan-
aturan tersebut akan ada teguran
lisan dan teguran tertulis.
Guru 1. Bagaimana kerja sama 1. Kerja sama antara kepala sekolah
kepala sekolah dan guru dan guru – guru pada saat
dalam meningkatkan mengerjakan adimisterasi sekolah
mutu pendidikan sangat baik, terkadan saling
pendidikan karakter membantu dalam segi mengerjakan
disiplin ? adimisterasi sekolah yang di
butuhkan.
2. Faktor apa yang 2. Factor yang mempengaruhi mutu
mempengaruhi mutu pendidikan karakter salah satunya
pendidikan karakter yaitu factor lingkungan dan factor
disiplin sebagai guru? bawahan peserta didik dari rumah,
sedangkan karakter guru sendiri
yaitu bawaan dari sebelumnya,
kemudaian factor yang mendukung
di lingkungan sekolah, orang tua
dan peserta didik.
3. Bagaimana upaya kepala 3. Ada aturan - aturan tertentu yang di
sekolah dan guru dalam buat yaitu sebelum BDR berjalan
meningkatkan mutu kalo ada peserta didik yan tidak
pendidikan karkter mengikutu kegiatan belajar
disiplin di sekolah? mengajar di sekolah mereka di
berikan sangsi membayar uang
alpa satu hari Rp. 5000, dengan
adanya sangsi tersebut peserta
didik disiplin dalam kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan untuk
sekarang ini sulit untuk peserta
didik mengikuti proses belajar
mengajar karna peserta didik sudah
45

melakukan kegiatan BDR sehingga


peserta didik jarang disiplin.
4. Apakah dalam 4. Adapun hambatan dari guru
pelaksanaan maupun siswa, untuk sekarang ini
pembelajaran ada kehadiran peserta didik, pelajaran
hambatan? mau berjalan masih ada beberapa
peserta didik yang tidak hadir
mereka harus ulang lagi dari awal,
Sedangkan hambatan dari peserta
didik yaitu kembali pada peribadi
peserta didik dendiri.
5. Langkah -langkah apa 5. Mutu pendidikan disiplin di
saja yang dilakukan oleh sekolah yang di lakukan bentuk
bapak/ibu dalam guru kecil dengan teman yaitu
melaksanakan mutu ketika ada teman yang tidak bisah
pendidikan kedisiplinan? teman yang lain membantu, bentuk
kamu belajar dan ada juga yang
melakukan belajar dirumah secara
kelompok.
6. Ada perbedaan pelajaran dari tahun
kemarin dan tahun ini sangant beda
sekali, perbedaan itu mulai
Nampak pada saat muncul corona
dan harus belajar mandiri.
Sedangkan dulu pelajaran masih
normal pesreta didik datang
sekolah tepat waktu.

Tabel 4.3 Frekuensi Hasil Disiplin siswa


No Interval Ferekuensi Presentase
1. 14.2 - 15.3 7 20.63%
2. 13 - 14.1 4 58.73%
3. 11.8 - 12.9 3 7.94%
4. 10.6 - 11.7 2 4.76%
5. 9.4 - 10.5 1 4.76%
Jumlah 16
Analisis Data Perimer
Sumber : Hasil analisis data penlitian 2021 (dokumntasi pribadi).

Sesuai dengan tabel 4.3 di atas, dapat dideskripsikan berkaitan dengan

pembagian data hasil disiplin siswa disajikan pada grafik histogram 1 di bawini.
46

Gambar 1. Diagram Ferekuensi Disiplin

Berdasarkan tabel dan gambar 1, mayoritas frekuensi nilai karakter disiplin

kelas terletak pada interval 60-68.1 sebanyak 14 siswa atau 58,73% dan paling

sedikit terletak pada interval 33-41.1 sebanyak 2 siswa atau 3,17%.

Berdasarkan analisis data perbutir pernyataan dapat diperoleh data tentang

perilaku karakter apa saja yang paling sering dan paling jarang dilakukan siswa

sebagaimana disajikan pada gambar berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Kategorisasi Nilai Perilaku Karakter Disiplin

Ferekuensi
No Kategori Skor % Ferekuensi
1. Baik 14.9 77,8% 11

2. Cukup 11.5 50,8% 3

3. Rendah/Kurang 31,7% 2
Total 100.00 16
Hasil analisis data penelitian 2021

Sesuai dengan tabel 4.4 di atas, dapat dideskripsikan berkaitan dengan

pembagian data hasil disiplin siswa disajikan pada grafik di bawah ini.
47

Gambar 2. Presentase Butir Pernyataan Perilaku Disiplin siswa SDN


Sonkiko
Gambar 2 memaparkan data tentang perilaku disiplin siswa SDN Sonkiko.

Nilai persentase paling tinggi terdapat pada diageam batang 2 sebesar 77,8%.

Butir pernyataan tersebut adalah memakai seragam sekolah sesuai peraturan yang

telah ditentukan dengan rapi dan bersih. Sedangkan butir pernyataan yang

persentasenya rendah adalah diagram batang 1 yakni 31,7%. Butir pernyataan

tersebut adalah mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) di rumah. Persentase tersebut

mengindikasikan bahwa nilai kedisiplinan di SDN Sonkiko perlu ditingkatkan

lagi. Butir diagram batang 3 yakni 50,8% pernyataan ini bisa menjadi bahan

pertimbangan guru untuk lebih meningkatkan minat nilai kedisiplinan siswa

terutama siswa dalam hal mengerjakan PR di tumah agar lebih mudah. Penentuan

kecenderungan nilai karakter disiplin berdasarkan nilai mean empirik nilai

karakter disiplin.

Baik = ≥ Mi + 1SDi

= ≥ 14.9

Cukup = Mi – 1SDisampai dengan < Mi + 1SDi

= 11.5 sampai dengan < 14.9


48

Kurang = < Mi – 1SDi

= < 11.5

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi

kecenderungan, adapun distribusi kecenderungan nilai karakter disiplin dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Kategorisasi Nilai Karakter Disiplin

Ferekuensi
No Kategori Skor % Ferekuensi
1. Baik 14.9 66,7% 11

2. Cukup 11.5 20,6% 3

3. Rendah/Kurang 12.7% 2
Total 100.00 16
Hasil analisis data penelitian 2021

Berdasarkan tabel gambar 3 karakter disiplin siswa

Berdasarkan gambar 3, nilai karakter disiplin siswa pada kategori baik

sebanyak 11 siswa atau 66,7%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 20,6% dan

kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 12,7%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan perilaku nilai karakter disiplin siswa SDN Sonkiko Kabupaten

Kupang adalah cukup. Hasil presentase kategorisasi tersebut bisa menjadi bahan
49

evaluasi sekolah untuk lebih meningkatkan nilai karakter disiplin pada peserta

didiknya terutama kedisiplinan dalam mengerjakan PR.

Tabel 4. Nilai Karakter Disiplin


Ferekuensi
No Kategori Skor % Ferekuensi
1. Baik 14.9 66,7% 11

2. Cukup 11.5 20,6% 3

3. Rendah/Kurang 12.7% 2
Total 100.00 16

Perilaku siswa dalam menerapkan nilai disiplin siswa pada kategori baik

sebanyak 11 siswa atau 66,7%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 20,7% dan

kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 12,7%. Demikian kecendrungan nilai

karakter siswa SDN Sonkiko Kabupaten Kupang dalam kategori cukup.

Nilai karakter disiplin dalam diagram batang

Perbandingan kategori Impelementasi Nilai Karakter disiplin

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perilaku siswa dalam

menerapkan nilai karakter sebagian besar dalam kategori cukup. Nilai karakter

yang paling menonjol adalah nilai karakter disiplin. Hasil presentase kategorisasi
50

tersebut bisa menjadi bahan evaluasi sekolah untuk mempertahankan dan lebih

meningkatkan disiplin pada peserta didiknya.

4.1.3 Kendala Yang Dihadapi

Dalam proses implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Amabi

Oafeto Timor tidak terlepas dari adanya kendala. Kepala SDN Sonkiko

Kabupaten Kupang mengungkapkan mengenai kendala dan upaya mengatasi

kendala dalam proses implementasi pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:

“Kendala dalam menanamkan pendidikan karakter yaitu kondisi masyarakat yang

masih seperti ini, sehingga pihak orang tua pun belum seutuhnya membersamai

anak seperti yang diharapkan oleh sekolah. Contohnya adalah bila pihak sekolah

sudah mengajarkan, menanamkan,serta membiasakan kegiatan pembelajaran dan

ibadah sehari-hari secara rutin namun dirumah, anak-anak tersebut dibebaskan

dan tidak diberikan pengasuhan yang setidaknya seimbang dengan pengasuhan

yang kami berikan di lingkungan sekolah, ya sama saja. Jadi pengasuhan kami di

sekolah akan kembali menjadi nol karena keawaman orang tua yang mungkin

kurang memberikan contoh baik di rumah. Untuk mengatasi kendala tersebut,

pihak sekolah mengadakan kegiatan belajar menjajar di sekolah seperti biasa

walaupun belajar hanya 2 – 4 jam saja, mengkomunikasikan kondisi anak secara

rutin dan jika ada hal-hal yang harus segera diselesaikan” (hasil wawancara

Kepala Sekolah pada hari kamis tanggal 17 juni 2021 pukul 08.30 WIB).

Hasi wawancara di atas menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam

proses implementas pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten Kupang

yaitu pihak orang tua pun belum seutuhnya membersamai anak seperti yang
51

diharapkan oleh sekolah. Namun pihak sekolah mengupayakan solusi untuk

mengatasi kendala tersebut yaitu mengadakan kegiatan belajar di sekolah secara

rutin walaupun belajar hanya beberapa jam saja, mengkomunikasikan kondisi

anak secara rutin jika ada hal yang harus di selesaikan.

Hasil wawancara tersebut tidak berbeda jauh dengan keterangan guru Kelas

SDN Sonkiko Kabupeten Kupang yang mengemukakan bahwa: “kendala dalam

proses implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten Kupang

yaitu: 1) adanya orang tua yang tidak peduli terhadap kondisi siswa dan proses

pembelajaran di sekolah, 2) pembiasaan di rumah yang tidak sejalan dengan

pembiasaan di sekolah, 3) lingkungan pergaulan yang tidak mendukung, Namun

pihak sekolah juga tetap berusaha mengatasi kendala tersebut yaitu: 1) dengan

mengadakan dewan kelas secara rutin, 2) komunikasi wali kelas kepada orang tua

yang intensif atas masalah yang dialami sekolah, 3) adanya pendampingan secara

agama (mentoring) dan akademik (pendamping akademik), 4) tausiyah secara

rutin, 5) kedekatan guru maple dengan siswa untuk menggali masalah siswa”

(hasil wawancara Wali kelas pada hari senin tanggal 02 juni 2021 pukul 08.00

WIB).

Keterangan tersebut juga dikuatkan dengan keterangan guru SDN Sonkiko

Kabipaten Kupang pada hasil wawancara mengemukakan kendala dalam proses

implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabopate Kupang yaitu

pembiasaan di rumah yang tidak sejalan dengan pembiasaan di sekolah dan

lingkungan pergaulan yang tidak mendukung. Solusi yang diupayakan pihak

sekolah dalam mengatasi kendala tersebut yaitu psikolog sekolah alam. Upaya
52

untuk mengatasi hambatan tersebut dengan menyeragamkan sikap guru dalam

menangai siswa dan dengan orang tua, adanya pertemuan antara wali kelas/pihak

sekolah dengan orang tua siswa secara rutin seperti sebulan atau dua bulan sekali.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kendala proses

implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten Kupang antara

lain: a) pihak orang tua belum seutuhnya membersamai anak seperti yang

diharapkan oleh sekolah, b) pembiasaan di rumah yang tidak sejalan dengan

pembiasaan di sekolah, c) lingkungan pergaulan yang tidak mendukung. Namun

SDN Sonkiko Kabupaten Kupang juga melakukan upaya untuk mengatasi

kendala dalam proses implementasi pendidikan karakter meliputi: a) mengadakan

kegiatan belajar menjagar secara rutin, b) mengadakan dewan kelas secara rutin,

c) komunikasi wali kelas kepada orang tua secara intensif atas masalah siswa

yang di alami sekolah, d) adanya pendampingan secara agama (mentoring) dan

akademik (pendamping akademik), e) kedekatan guru dengan siswa untuk

menggali masalah siswa.

4.2 Pembahasan

Sekolah merupakan salah satu institusi yang turut berperan dalam

menanamkan pendidikan karakter. Dalam menanamkan pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen (stakeholders) dilibatkan termasuk komponen

komponen pendidikan yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,

kualitas hubungan, penanganan dan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

sekolah, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh

elemen di lingkungan sekolah dalam hal ini termasuk guru. Yang paling penting
53

dalam menanamkan pendidikan karakter yaitu untuk kegiatan pembelajaran

dilakukan dengan memupuk peran aktif siswa dan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu, lingkungan yang nyaman dan

menyenangkan mutlak diciptakan agar karakter anak dapat dibentuk. SDN

Sonkiko Kabupaten Kupang merupakan salah satu satunya pendidikan di Kupang

memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan generasi berkarakter Agama.

Hal ini diawali dari rumusan visi SDN Sonkiko Kabupaten Kupang yaitu

“menjadi sekolah beragama, unggul, dan berkarakter” dan misinya yaitu

menjadikan lembaga pendidikan SDN Sonkiko sebagai sekolah yang unggul,

mampu menanamkan nilai ketauhi dan karakter agama kepada anak didiknya.

Berdasarkan hasil penelitian Menurut Barnawai (2012) menunjukkan

bahwa proses implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten

Kupang dilaksanakan mulai dari awal ketika siswa memasuki pintu gerbang

sekolah. SDN Sonkiko tampak memiliki komitmen yang tinggi dalam

menanamkan dan mengembangkan nilai karakter. Dalam tahap perencanan, guru

berpedoman pada bahan ajar yang berisi mengenai nilai karakter yang harus

ditanamkan pada siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran agama.

Dimensi nilai karakter yang menjadi prioritas di SDN Sonkiko Kabupaten

Kupang yaitu nilai karakter disiplin. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada

seluruh elemen sekolah agar dapat didukung dan berjalan sesuai tujuan sekolah.

Kemudian untuk menguatkan nilai karakter tersebut, pihak sekolah juga membuat

tata tertib dan peraturan yang telah disepakati bersama.


54

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tampak menekankan nilai karakter

disiplin. Dalam proses implementasi pendidikan karakter diperlukan kerjasama

dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga dan masyarakat agar berjalan

sesuai dengan tujuan. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu menjalin komunikasi

yang baik dengan berbagai pihak sebagai sarana sharing dan evaluasi untuk

mendiskusikan permasalahan dan kendala yang terjadi saat proses pelaksanaan

serta solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses

implementasi pendidikan karakter.

Kendala proses implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko

Kabupaten Kupang antara lain: a) pihak orang tua belum seutuhnya membersamai

anak seperti yang diharapkan oleh sekolah, b) pembiasaan di rumah yang tidak

sejalan dengan pembiasaan di sekolah, c) lingkungan pergaulan yang tidak

mendukung. Namun SDN Sonkiko Kabupaten Kupang juga melakukan upaya

untuk mengatasi kendala dalam proses implementasi pendidikan karakter

meliputi: a) mengadakan kegiatan belajar mengajar secara rutin, b) mengadakan

dewan kelas secara rutin, c) komunikasi wali kelas kepada orang tua secara

intensif atas masalah siswa yang di alami sekolah, d) adanya pendampingan

secara agama (mentoring) dan akademik (pendamping akademik), e) kedekatan

guru dengan siswa untuk menggali masalah siswa.

Pendidikan karakter sangat penting bagi anak bangsa sebagaimana yang

dikemukakan oleh Barnawai & M. Arifin (2012) bahwa pendidikan karakter

adalah salah satu penyaring efek negatif globalisasi. Pendidikan karakter

merupakan pendidikan yang mengajarkan hakikat dalam ketiga ranah cipta, rasa,
55

dan karsa. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mendukung

perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Pendapat tersebut juga dikuatkan

dengan pendapat T. Ramli (2003) bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan perilaku, moral atau pendidikan akhlak. Tujuannya

adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi pribadi yang baik, jika di

masyarakat menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan bernegara

menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian, proses impelementasi

pendidikan karakter perlu adanya kerjasama sebagai pihak agar dapat berjalan

sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Bedasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses Implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten Kupang

mencakup tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Perencanaan merupakan tahap awal dalam melaksanakan pendidikan karakter,

guru berpedoman pada buku bahan ajar yang berisi mengenai nilai karakter

yang harus ditanamkan pada siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran

agama. Selanjutnya dilakukan sosialisai kepada seluruh elemen sekolah dan

untuk menguatkan nilai karakter tersebut, pihak sekolah juga membuat tata

tertib dan peraturan yang telah disepakati bersama.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tampak menekankan nilai

karakter disiplin. Nilai karakter disiplin dilakukan guru dengan menyisipkan

nasehat kepada siswa untuk disiplin waktu, saat mengerjakan PR di rumah,

siswa diminta untuk mengerjakan RP dengan baik. Siswa diwajibkan

mengerjakan tugas yang di berikan guru. Selain itu, siswa di ajarkan untuk

mematuhi peraturan sekolah termasuk memakai seragam dengan rapi dan

bersih serta melaksanakan tugas piket sesuai jadwal.


57

2. Perilaku siswa SDN Sonkiko Kabupaten Kupang dalam menerapkan nilai

karakter sebagian besar pada kategori cukup sebanyak 16 orang (20,6%),

Sisanya pada kategori baik sebanyak 11 orang (66,7%), dan pada kategori

kurang sebanyak 3 orang (12,7%). Perilaku siswa dalam menerapkan nilai

karakter dapat dijelaskan sebagai berikut; nilai disiplin siswa sebagian besar

pada kategori cukup sebanyak 16 siswa atau 20,6%.

3. Kendala yang dihadapi dalam implementasi nilai pendidikan karakter di SDN

Sonkiko Kabupaten Kupang, yaitu; pihak orang tua belum seutuhnya

membersamai anak seperti yang diharapkan oleh sekolah, pembiasaan di

rumah yang tidak sejalan dengan pembiasaan di sekolah, dan lingkungan

pergaulan yang tidak mendukung. Namun SDN Sonkio Kabupaten Kupang

juga melakukan upaya untuk mengatasi kendala tersebut, solusi yang

diupayakan sekolah diantaranya; mengadakan kegiatan belajar secara rutin,

mengadakan dewan kelas secara rutin, komunikasi wali kelas kepada orang

tua secara intensif atas masalah siswa yang dialami sekolah, adanya

pendampingan secara agama (mentoring) dan akademik (pendamping

akademik), adanya dao secara rutin, dan menjalin kedekatan antara guru

dengan siswa untuk menggali masalah siswa.

5.1.1 Keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya namun

tidak terlepas dari kelemahan dan keterbatasan yang ada:


58

1. Penelitian ini belum dapat mengungkap secara menyeluruh tentang

implementasi nilai-nilai karakter di SDN Sonkiko Kabupaten Kupang, untuk

cakupan secara detail dan mendalam.

2. Penelitian ini tidak meneliti keseluruhan elemen sekolah yang terdiri dari

kepala sekolah, guru, serta siswa secara detail dan satu persatu. Dalam

penelitian ini subyek yang diteliti dibatasi pada kepala sekolah, wali kelas

yang ditunjuk sekolah dan siswa kelas VA putra dan kelas VB putri.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat peneliti

berikan dalam implementasi pendidikan karakter di SDN Sonkiko Kabupaten

Kupang.

1. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan membentuk siswa yang memiliki

sikap dan perilaku serta karakter yang baik perlu dipertahankan dan

ditingkatkan lagi khususnya dalam hal melaksanakan doa, mengerjakan PR di

rumah dalam nilai disiplin. Hal ini dikarenaka perilaku tersebut memiliki

persentase yang rendah.

2. Komitmen, komunikasi dan kebersamaan dengan berbagai pihak perlu

ditingkatkan lagi dalam proses implementasi nilai karakter siswa SDN

Sonkiko Kabupaten Kupang khususnya antara guru dan orang tua agar

penanaman nilai karakter di lingkungan keluarga sejalan dengan proses

implementasi pendidikan karakter di sekolah.


59

3. Kegiatan apel motivasi di pagi hari yang dilakukan pihak sekolah dapat

dimanfaatkan untuk perbaikan dalam menanamkan nilai karakter pada

kegiatan pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Tenri Faradiban. “Karakter Disiplin, Penghargaan, dan Tanggung Jawab


dalam Kegiatan Ekstrakurikuler”. Fakultas Psikologi. Universitas
Indonesia, (2018).
Anna , Akhsanus Sulukiyah, “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter
Kedisiplinan Pada Kelas Iv Disekolah Dasar Negri Gondang Wetan 1
Kabupaten Pasuruan”. Skripsi: Universitas Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, (2016).
Arismantoro.”Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building: Bagaimana
Mendidik Anak Berkarakter”. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008. Basri,
Drs. Hasab. ”Filsafat Pendidikan Islam”. Bandung: Pustaka setia.
(2017).
Dimas. A, Haidar., Fajar. S, Hutama., dan Sunardi. “Analyzig The Presentation
Of Geometry Material Based On Bruner's Theory In Mathematics
Textbooks.” Al-jabar : Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 10. No. 2
Desember, (2019).
F. S. Hutama. “Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Nilai Budaya Using
untuk Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan Indonesia, (Vol. 5,
No. 2, 2016).
60

Heni, Zuhriyah. “Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni


Koesoema dan Ibu Miskawaih.” Tesis Pascasarjana IAIN Sunan
Ampel, (2007).
M. Muslich. Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan
Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,(2010).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2016, Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta, (2016.)

S. Adisusilo. Pembelajaran Nilai-nilai Karakter Kontrutivisme dan VCT sebagai


Inovasi Pendekatan Aktif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, (2012).
S. E. Darmayanti dan U. B. Wibowo.”Evaluasi Program Pendidikan Karakter
di Sekolah Dasar Kabupaten Kulon Progo” Jurnal Prima Edukasia, Vol.
2, No. 4. 2014.
Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategi dan Langkah
Praktis. Jakarta : Erlangga, (2011).
Sri, Haryati. “Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013,” Jurnal Pendidikan
UTM (2017).
Tatang Muthar “Analisis Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Aspek Nilai Karakter
Bangsa," Mimbar Sekolah Dasar, Vol. 1. No. 2. Oktober,(2014).
Y Mardiati “Peran Guru dalam Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa,”
Prosiding Seminar Nasional FKIP Universitas Jember,(2012)
Kurniawan, S. (2013). Pendidikan karakter: konsep dan Impelementasiny
secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi
dan Masyarakat.Yokyakarta Ar Ruzz Media.
Kemendiknas. (2011). Panduan Pendidikan Karakter (berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan rintisan).Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional Badan  Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukan.
Lickona, T. (2013). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Khotimah, D. N., Budiman, M. A., & Subekti, E. (2019). Analisis Progeram
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SDN Karanganyar Gunung
01 Semarang dan Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-hari Siswa. In
Seminar Pendidikan Nasional (Vol. 1, No. 1, pp. 157-162).
61

Kurniwan, Y., & Sudrajat, A. (2017). Peran Teman Sebaya Dalam


Pembentukkan Karakter SiswaMTs (Madrasah Tsanawiyah). Social:
Jurnal Ilmu-ilmu Sosial.

Wardani, K. (2010). Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Menurut Konsep


Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. In Proceeding of The 4th
International Conference on Teacher Education: Join Conference UPI &
UPSI (pp. 8-10).

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Wawancara Kepala sekolah SDN Sonkiko Foto Pada Saat Perkenalan Di Dalam Kelas.
62

Wawancara guru kelas IVA SDN Sonkiko Foto pada saat mencerikakan Pengalaman

Foto bersama guru – guru SDN Sonkiko foto bersama kelas IVA SDN Sonkiko

Foto Pada saat Perkenalan di Ruangan SDN Sonkiko Kelas IVA


63

Foto Pada saat siswa Kelas IVA sementara berdoa

Anda mungkin juga menyukai