SKRIPSI
Oleh :
LUTHFI FIKRIYANDI
3173121021
2021
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb
Pertama dan paling utama puji syukur penulis haturkan kepada kehadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunianya
Sejatinya, dalam proses penelitian skiripsi ini tenryata tidak semudah yang
bantuan, dorongan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu. Dengan segala
Negeri Medan
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Sejarah.
ii
kemudahan yang telah beliau berikan kepada penulis mulai dari proses
skripsi ini.
6. Bapak Drs. Yushar dan Bapak Pristi Suhendro Lukitoyo selaku dosen
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Kota Medan.
9. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Pak Syufri Polem, Pak Bahril
Datuk dan Pak Mawardi yang telah bersedia menjadi informan dalam
10. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis, Papa Eka
paling dalam kepada penulis, juga tak lupa mendoakan penulis dalam
iii
lindungan dan limpahan berkah Allah SWT, diberikan kesehatan dan
11. Rekan seperjuangan penulis di kelas Reguler C 2017, yang tidak bisa
skripsinya masing-masing.
Meskipun hanya satu bulan dan lokasi KKN yang dekat dengan rumah
masing-masing.
tetap ingin bekerja meski rasa malas menyerang, dan tetap semangat
15. Terakhir, penulis berterima kasih kepada Kim Jisoo, Kim Jennie, Park
iv
mengerjakan skripsi lewat lagu-lagu berkesannya, dan membuat penulis
penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan
memberikan wawasan ilmu bagi saya pribadi dan semua pihak. Terimakasih banyak
untuk segala bentuk doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Daftar Isi
Abstrak..................................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
v
Daftar Isi...............................................................................................................vi
Daftar Tabel..........................................................................................................viii
Bab I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................................5
1.3 Batasan Masalah..............................................................................................5
1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.5 Tujuan Penelitian............................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................................6
Bab II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................8
2.1 Tinjauan Pustaka.............................................................................................8
2.2 Kerangka Konseptual.....................................................................................13
2.2.1 Sejarah Pendidikan...................................................................................13
2.2.2 Muhammadiyah........................................................................................15
2.2.3 Pendidikan Muhamamadiyah...................................................................19
2.2.4 Kota Medan..............................................................................................20
2.3 Kerangka Berfikir...........................................................................................22
Bab III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................25
3.1 Heuristik.........................................................................................................25
3.2 Kritik Sumber.................................................................................................27
3.3 Interpretasi Data.............................................................................................28
3.4 Historiografi...................................................................................................29
Bab IV HASIL PENELITIAN..........................................................................31
4.1 Gambaran Umum Wilayah Medan................................................................31
4.2 Sejarah Muhammadiyah................................................................................33
4.3 Muhammadiyah di Medan.............................................................................38
4.3.1 Perkembangan Muhammadiyah di Medan..............................................38
4.3.2 Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah di Medan...........................55
Bab V PENUTUP..............................................................................................66
5.1 Kesimpulan...................................................................................................66
5.2 Saran..............................................................................................................69
vi
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................71
Lampiran-Lampiran.............................................................................................72
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.1 Persebaran Kecamatan dan Kelurahan Kota Medan........................32
Tabel 4.2 Perkembangan Sekolah Milik Muhammadiyah...............................56
Tabel 4.3 Perkembangan Siswa Sekolah Muhammadiyah..............................57
Tabel 4.4 Data Amal Usaha Pendidikan Muhammadiyah...............................66
viii
BAB I
PENDAHULUAN
ibadah yang dijalankan oleh umat Islam pada saat itu. Dimana, praktek ibadah yang
perenungan K.H Ahmad Dahlan terhadap salah satu ayat di Al-Quran di surah Ali-
Imran ayat 103. K.H Ahmad Dahlan merenungkan kata-kata yang menyebutkan
pikir dari masa sebelumnya. Menurut Mulkhan (1990 : 2-4) berbagai peristiwa
perubahan pola pikir ikut mempengaruhi K.H Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi Muhammadiyah. Dimulai dari runtuhnya kota Baghdad pada abad ke-
13, yang mana mendorong umat Islam semangat dalam ber-ijtihad serta lahirnya
para filsuf seperti Al Kindi, Al Farabi hingga Ibnu Khaldun. Munculnnya pemikir-
1
pemikir Islam pada masa selanjutnya, ikut mempengaruhi K.H Ahmad Dahlan
seperti gerakan Wahabi di Arab, Jamaluddin al Afghani di Asia dan Afrika serta
beriringan dengan beberapa organisasi lain seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam
ditekankan sejak awal oleh K.H. Ahmad Dahlan, dimana K.H Ahmad Dahlan telah
Muhammadiyah sebagai organisasi non politik, bukan berarti beliau tidak anti-
(BU) sejak 1909, Jam’iyat al Khair pada 1910, dan Sarekat Islam (SI) dalam 1911.
Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan
2
swasta terbaik, yakni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Univeritas
Muhammadiyah Malang.
Medan. Berbagai amal usaha milik Muhammadiyah ini juga banyak terdapat di kota
Medan, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.Berdasarkan
data dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan, jumlah total dari amal
usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, memiliki 144 amal usaha yang terdiri
dari, TK (42), Madrasah Diniyyah (43), Sekolah Dasar (30), Sekolah Menengah
Pertama (18), Madrasah Tsanawiyyah (2), Sekolah Menengah Atas (4), Madrasah
Aliyah (1), dan Sekolah Menengah Kejuruan (4). Banyaknya keberadaan lembaga
pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah tersebut tentunya tidak lepas dari
Masuknya Muhammadiyah di kota Medan, tak lepas dari para perantau yang
berasal dari luar wilayah Sumatera Utara, yang mayoritas dari mereka ialah para
dilakukan oleh “pribumi” atau masyrakat asli kota Medan itu, melainkan
dilakukakan oleh para pendatang dari Minangkabau, Jawa dan Tapanuli yang
keinginan untuk mendirikan Muhammadiyah di kota Medan ini dimulai dari usulan
Mas Pono yang berasal dari Jawa dan berdiskusi dengan para perantau dari Minang.
Adanya semangat untuk mendiirkan Muhammadiyah di daerah ini sudah ada sejak
3
tahun 1926 di suatu rumah di kawasan Kampung Keling (Madras sekarang)
tepatnya di Jalan Nagapatam, atau dikenal sebagai Jalan Kediri saat ini.
berbagai pihak. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyrakat kota Medan pada saat
itu. Dimana, masyrakat pada masa itu sangat patuh terhadap keberadan Kesultanan
Deli pada saat itu. Praktek ibadah yang dijalankan oleh masyrakat menggunakan
madzhab Syafi’i. Menurut Dja’far (2017: 1-40) keberadaan Raja-raja Melayu pada
saat itu beragama Islam, bahkan acara-acara keagamaan ikut serta menjadi bagian
umumnya didirikan oleh para Sultan telah ikut berperan dalam mengukuhkan
tingkat penghormatan rakyat kepada mereka. Tak heran jika pengagungan dan
kultusisme terhadap raja-raja terasa kental dan tak terelakkan, sebagaimana doa-
doa khusus yang dimohonkan para khatib ketika berkhutbah untuk kebahagian dan
kesentosaan para raja dan keturunannya. Gambaran kondisi masyrakat inilah yang
dari pihak penguasa (dalam hal ini Sultan) tidak menyetujui adanya keberadaan
faham baru, hal ini menjadi tantangan awal bagi Muhammadiyah di kota Medan.
Awal mula Muhammadiyah berdiri di Medan, lebih banyak mengurus hal-hal yang
4
masih berhubungan dengan ibadah, seperti mengurusi permasalahan mengenai
Untuk membuat penelitian ini lebih jelas dan terfokus, peneliti telah
Agar dalam proses penelitian nantinya lebih terfokus, maka sesuai dengan
5
1.4 Rumusan Masalah
kota Medan?
4. Sebagai bahan kajian atau referensi serta dapat menjadi pertimbangan dalam
penelitian sejenis.
6
BAB II
7
KAJIAN PUSTAKA
buku, teori-teori ataupun konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu topik yang
akan diteliti sebagai dasar untuk melangkah pada tahap penelitian selanjutnya. Oleh
konsep yang berkaitan dengan sebuah penelitian. Dalam kajian pustaka ini, penulis
ini, penulis mencari beberapa literatur yang penulis anggap berkaitan dengan
Literartur pertama ialah ditulis olehNur Rizali dan Yuniar dalam Sejarah
Berdirinya Muhammdiyah tidak lepas dari tantangan yang harus dihadapi oleh
Muhammadiyah baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah. Selain itu,
di Sumatera Utara.Berbeda dengan buku ini, dalam penelitian penulis yang menjadi
8
perbedaan ialah, penulis akan lebih memfokuskan bagaimanaproses perkembangan
Muhammadiyah hanya dilingkungan wilayah kota Medan saja dari sejak berdirinya
pusat mengalami perubahan gaya kepemimpinan. Sebut saja pada masa awal-awal
Berbeda pada masa Orde Baru, lebih banyak menggunakan model sosial dan fukaha
legalitis. Berbeda lagi dengan masa Amin Rais yang menggunakan model birokratis
rasional. Bahkan pada masa sekarang lebih banyak dipegang oleh kaum intelektual.
Muhammadiyah dari segi sejarah dan perkembangannya. Dalam buku ini, Mujahid
9
Muhammadiyah mulai dari faktor eksternal dan internal hingga proses perizinan
Sumatera, tidak terlepas dari peran yang dimiliki oleh Haji Rasul, seorang tokoh
dan ulama asal Minangkabau yang bertemu dengan Ahmad Dahlan ketika
Adapun yang menjadi perbedaan sumber ini dengan penelitian ini ialah penulis
Medan.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Majlis Pustaka dan Informasi Pimpinan
dalam buku ini tentang bagaimana sejarah Muhammadiayah berdiri. Buku ini bisa
dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama buku ini menjelaskan bagaimana jejak
bagian ketiga buku ini membahs mengenai gerak jalan Muhammadiyah dalam
menyongsong abad kedua serta bagimana harapan-harapan dari berbagai tokoh dan
10
kader Muhammadiyah. Muhamadiyah disebut sebagai peletak dasar pendidikan
Islam modern. Disebut demikian karena pada masa Hindia Belanda, para kiai
banyak mengangap sekolah yang menggunakan kursi dan meja untuk belajar itu
tersebut dengan membuka sekolahnya sendiri lengkap dengan meja dan kursi serta
papan tulis. Adapun yang membedakan buku ini dengan penelitian penulis ialah, di
menatap masa depan, sedangkan dalam penelitian ini. penulis ingin menliti
Selain dari literatur buku, penulis juga mengambil literatur dari jurnal ilmiah
yang ditulis oleh Dja’far Sidik dengan judul Dimaika Organisasi Muhammadiyah
11
Jurnal lain yang ditulis oleh Isma dan Ponirin dengan judul Perkembangan
kegiatan yang bertujuan untuk menegakkan ajaran agama Islam. Adapun yang
membedakan jurnal ini dengan penelitian penulis ialah penulis ingin menjelaskan
Dalam jurnal yang ditulis oleh Ali yang berjudul Muhammadiyah dan Al-
berasal dari “luar”. Sementara AL Wasliyah juga menjadi salah satu organisasi
menjadi keunikan disini, meskipun kedua organisasi ini memiliki pemahaman yang
12
usaha organisasi tersebut yang mayoritas dibangun dari pendidikan. Adapun yang
sama dengan daerah lain. Muhammadiyah juga ikut andil dalam proses
penelitian ini sebagai bahan acuan dalam metode dan konsep tentang penelitian
kependidikan yang dikenal dalam sejarah secara kronologis di mulai dari zaman
individu dan masyrakat sejak zaman dulu sampai yang terkini. Aktivitas individu
dan masyrakat syang dilakukan sejak zaman dahulu adalah unutk menjadikan
mereka sebagai pribadi dan kelompok yang dapat bertahan hidup. Kegiatan-
13
kegiatan yang dilakukan untuk bertahan hidup adalah merupakan bentuk atau
Kata sejarah pendidikan terdiri dari dua kata, sejarah dan pendidikan.
Sejarah sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai asal-
usul (keturunan) atau silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau, merupakan suatu riwayat serta pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sementara itu,
pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
prasejarah sampai masa yang terkini baik yang bersifat informal, yakni pendidikan
14
Dalam penelitian ini, peneliti menghubungkan sejarah dengan
2.2.2 Muhammadiyah
menjunjung tema dakwah berupa “amar ma’ruf nahi munkar” yang berlandaskan
kepada kitab suci Al-Quran dan as-Sunnah/hadis nabi. Muhammadiyah berdiri pada
pada Surat Ali-Imran ayat 103, dimana pada ayat tersebut, perlunya seseorang atau
sekumpulan orang untuk mengajak kepada yang baik (ma’ruf) dan mencegah
15
Terdapat beberapa faktor yang melatar belakangi pendirian
Muhammadiyah, pada tahap ini dibedakan menjadi dua faktor, yakni faktor
subjektif dan objektif. Adapun yang objektif dibagi lagi menjadi yang bersifat
internal dan eksternal.Faktor subjektif yang sangat kuat yakni faktor utama dalam
berdiirnya organisasi ini ialah hasil pendalaman sang pendiri, KHA Dahlan
terhadap Al-Qur’an.
internal dan eksternal. Pertama, faktor internal. (1) ketidakmurnian ajaran agama
agama Hindu dan Budda dengan segala amalan dan tradisi yang ada di dalamnya.
lain menempel secara tidak disadari dalam tubuh umat Islam saat itu. (2) Lembaga
pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap
mengemban misi khalifatullah fil ardi. Sistem pondok pesantren sebanrnya sudah
banyak ditemukan pada masa kolonial Belanda. Sistem ini telah banyak
kontroubusinya bagi nusa dan bangsa sejak sebelu masa penjajahan Belanda hingga
saat ini.
lainnya, Belanda pun menganut sistem kolonialisme yang lama, yang biasa dikenal
dengan slogan Tiga G, yaitu Gold, Glory, dan Gospel. (2) Penetrasi Bangsa-bangsa
16
terutama Belanda, khususnya dalam aspek kebudayaan dan peradaban membawa
pengaruh buurk. Lewat pendidikan model Barat yang dikembangkan, dengan ciri-
serta kurang sekali memerhatikan moral, maka lahirlah suatu generasi baru bangsa
oleh KHA. Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang
dari gerakan pembahruan dalam Islam yang dimulai sejak tokoh pertamnya seperrti
Ibnu Taimiyah, ataupun tokoh lainnya seperti Muhammad bin Abdul Wahab,
Menurutnya, faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yang masing-masing disebut
dengan faktor teologis dan faktor sosiologis. Faktor teologis berupa perenungan
K.H Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 103. Sementara faktor
sosiologis dibagi lagi menjadi dua, yakni internal dan eksternal. Faktor internal
terutama Belanda ke Indonesia. (3) Pengaruh dari gerakan pembaruan dalam dunia
17
Islam.K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu mata rantai yangpanjang dari
gerakan pembaharuan dalam Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu
memfokuskan kepada bidang sosial, seperti kesehatan dan pendidikan. Pada zaman
dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Pada saat ini kita banyak melihat sekolah-
(PTM). Dalam data yang ada, pada tahun 2018 terdapat setidikitnya empat PTM
Yogyakarta (UMY).
mengurusi berbagai bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini bisa
18
kita perhatikan dengan keberadaan beberapa institusi pendidikan dan kesehatan
satu organisasi Islam yang ada di Indonesia selain Nahdatul Ulama dan organisasi
Islam lainnya. Muhammadiyah sendiri telah lama berdiri di Indonesia, yakni sejak
tahun 1912, dan merupakan salah satu organisasi Islam tertua yang terdapat di
wilayah di Indonesia, temasuk di kota Medan. Dalam penelitian ini, penulis akan
Mafidin (2012: 43-53) tujuan pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan adalah
atau "intelek ulama", yaitu sorang Muslim yang memiliki keteguhan iman dan Ilmu
yang luas, kuat jasmani dan rohani. Adapun tujuan pendidikan Muhammadiyah
mengacu pada tujuan Muhammadiyah yaitu: Pertama, Pada waktu pertama kali
19
Dalam penelitian ini, pendidikan Muhammadiyah akan ditinjau dari segi
atas, yakni sekolah keagamaan (Madrasah Aliyah) dan sekolah umum (SMA).
Dalam proses penelitian ini nantinya akan membahas mengenai seluk beluk
mengenai pendidikan Muhammadiyah di sekolah tersebut, mulai dari visi dan misi
Jakarta dan Surabaya. Medan sebagai kota metropolitan dan pintu gerbang
Indonesia dibagian barat saat inibisa dikatakan mampu berperan dalam lingkup
Dilihat dari sisi historis, kota Medan pada mulanya merupakan sebuah
perkampungan yang dibuka oleh Guru Patimpus yang lokasinya terletak di Tanah
Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli
20
pemerintahan Hindia Belanda. Saat itu, kota Medan dijadikan sebagai lokasi untuk
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan
Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van
Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara
Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk
pembungkus cerutu.1
loaksi penelitian dalam kurun waktu dari tahun 1927 hingga 1970. Tentunya,
kondisi masyrakat pada masa itu dan masa sekarang berbeda. Jika dilihat dari
menghormati keberadaan Raja-raja Melayu dalam hal ini ialah Kesultanan Deli.
bahwa, pergeseran dari desa ke kota terjadi bersamaan dengan perubahan sosial
pusat perlawanan tidak lagi di desa dengan pemimpin pedesaan sebagai penggerak,
tetapi di kota dengan kaum terpelajar dan kelas menengah. Pergerakan sosial yang
1
https://pemkomedan.go.id/hal-sejarah-kota-medan.html diakses pada 9/10/2020 11:16
21
berkembang di kota-kota mempunyai ciri-ciri yang berbeda pula dengan
budaya ketika budaya kota menggantikan budaya desa, setelah kota-kota banyak
dan budaya pedesaan. Kota dapat juga disebut kesatuan yang secara sah berdiri
Medan sesuai yang diinginkan, maka penulis membuat kerangka berfikir dalam
22
Sejarah Muhamadiyah
Perkembangan Pendidikan
Pendirian dan Perkembangan Muhammadiyah di kota
Muhammadiyah di kota Medan Medan
Keterangan :
dalam dakwah Islam yang berlandaskan kepada al-Quran dan as-Sunnah. Gerakan
Organisasi ini didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November
1912 di Yogyakarta.
gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya bergerak dalam bidang
agama saja, juga bergerak pada bidang sosial-budaya, ekonomi, dan pendidikan.
Diantara ketiga bidang tadi, bidang pendidikan sangat terasa hingga sekarang peran
dari organisasi ini bisa dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah hingga perguruan
tinggi yang menjamur dan bahkan banyak diantaranya menadi sekolah unggulan.
23
BAB III
24
METODOLOGI PENELITIAN
(2008:32) metode sejarah ialah proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau. Lebih lanjut lagi, Sjamsuddin menjelaskan
bahwa metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang
sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek
tahapan yaitu (1) pengumpulan sumber (heuristik); (2) kritik sumber ; (3)
3.1 Heuristik
mendapatkan data atau materi sejarah. Sumber sejarah menurut bahannya dapat
dibagi menjadi dua, tertulis dan tidak tertulis. Sumber tertulis dapat berbentuk
dokumen, artefak, arsip. Sedangkn sumber tidak tertulis dapat berupa data yang
Adapun dalam penelitian ini akan menggunakan sumber data dari data
primer dan sekunder. Untuk data primer, dalam penelitian ini akan menggunakan
sumber dari hasil wawancara langung dengan beberapa pengurus pimpinan daerah
Muhammadiyah Kota Medan. Sementara untuk data sekunder, dalam penelitian ini
25
akan menggunakan data dari buku, jurnal, ataupun literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini juga menggunakan sumber tertulis dari
buku, surat kabar, jurnal yang membahas mengenai kajian yang berkaitan dengan
penelitian ini, serta dari sumber lisan yang berasal dari beberapa pengurus
3.1.1 Wawancara
keterangan terhadap masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan
Medan. Informan yang akan dijadikan sebagai narasumber ialah anggota pimpinan
tema yang sama ataupun sejenis, ataupun tokoh Muhamamdiyah lainnya yang
mengetahui hal tersebut. Dalam hal ini wawancara yang digunakan adalah
3.1.2 Observasi
26
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa persitiwa, tempat,
Studi kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari data
dari sumber-sumber seperti buku-buku, arsip, jurnal, dan dokumen yang relevan
Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau
ketepatan (akurasi) dari sumber tersebut. Kebenaran sumber diuji dengan dua
tahapan, yaitu tahap pertama menguji keaslian sumber, apakah datanya sesuai
dengan fakta di lapangan, cara ini dilakukan melalui kritik eksternal. Kemudian
27
a. Kritik Eksternal
Adapun yang dimaksud dengan kritik eksternal ialah cara melakukan atau
pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Suatu penelitian atas asal-
usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk
mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada
suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu
atau tidak. Kritik eksternal ini dilakukan untuk menilai otentitas sumber sejarah.
b. Kritik Internal
kepada aspek dalam yaitu isi dari sumber kesaksian. Setelah fakta kesaksisan
ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran penulis untuk mengadakan evaluasi
membandingkan antara data yang diperoleh dengan cara field research dan literatur
28
atau buku-buku, arsip-arsip, serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
kemudian dirangkai agar menjadinarasi yang lebih tepat untuk dibaca. Menurut
Sjamsuddin (2012: 11) ada dua cara dalam melakukan penafsiran persitiwa sejarah
menekankan pada faktor keturunan dan lingkungan fisik. Adapun cara yang kedua
adalah cara penafsrian menurut kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia
dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini pelaku utama dalam suatu persitiwa
sejarah adalah peranan manusia itu sendiri baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3.4 Historiografi
gambaran masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Dalam historiografi ini
peneliti akan melakukan pemaparan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
akan dikumpulkan melalui heuristik dan data yang akan diverivikasi serta
29
dalam biografi dan berdasarkan jenis biografi yang nantinya hasil dari tahapan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
30
Kota Medan terletak antara 2°.27’-2°.47’ Lintang Utara dan 98°.35’-98°.44’
Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan
mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 23,0 °C-24,1 °C dan
suhu maksimum berkisar antara 30,6 °C-33,1 °C serta pada malam hari berkisar 26
°C-30,8 °C.
78%-82%. Sebagian wilayah di Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu
pantai Barat Belawan dan daerah pedalaman yang tergolong dataran tinggi, seperti
Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari
kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30'-3° 43' Lintang Utara dan 98° 35'-98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota
Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di
31
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi
Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151
Kelurahan, yakni :
1 Medan Tuntungan 9
2 Medan Johor 6
3 Medan Amplas 8
4 Medan Denai 5
5 Medan Area 12
6 Medan Kota 12
7 Medan Maimun 6
8 Medan Polonia 5
9 Medan Baru 6
10 Medan Selayang 6
11 Medan Sunggal 6
12 Medan Helvetia 7
13 Medan Petisah 7
14 Medan Barat 6
15 Medan Timur 11
16 Medan Perjuangan 9
17 Medan Tembung 7
18 Medan Deli 6
32
19 Medan Labuhan 7
20 Medan Marelan 4
21 Medan Belawan 6
Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang didasarkan dari Al-Quran surat Ali-Imran ayat
104.
disepakati. Usulan tersebut datang dari Muhammad Sangidu seorang ketib anom
Keraton Yogyakarta yang juga kerabat dari K.H Ahmad Dahlan (Mujahid,
dua segi, yaitu arti secara bahasa atau etimologis dan arti secara istilah atau
33
“Muhammad” yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Kemudian
seccara istilah dapat diartikan sebagai gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, didirikan oleh
K.H Ahmad Dahlan di kota Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah
menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya ‘Izzul Islam wal
Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai
besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab, yakni faktor subyektif da obyektif.
utama dan faktor penentu berdirinya Muhamamdiyah adalah hasil pendalaman K.H
membahas dan mengkaji kandungan isinya. Sikap seperti ini ditunjukkan oleh K.H
Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 : “Dan hendaklah ada di
antara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
34
Faktor kedua ialah faktor obyrktif. Ada beberapa sebab yang bersifat
faktor eksternal. Faktor obyektif yang bersifat internal diantaranya ialah (1)
sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia. Sebelum
agama Hindu dan Buddha dengan segala amalan dan tradisi yang ada didalamnya.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri adanya kenyataan berbagai pengaruh
kepercayaan lain menempel secara tidak sengaja ke tubuh ajaran Islam. (2)
Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi
yang siap mengemban misi selaku “Khalifah Allah di atas bumi”. Keberadaan
Namun dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman yang tidak pernah berhenti,
maka akan terasa bahwa muatan isi yang ada dalam sistem pondok pesantren saat
sistem pondok pesantren hanya mengajarkan pendidikan agama dalam arti sempit.
35
mengibarkan panji-panji “Three G” yaitu “Glory”, “Gold”, “Gospel”. (2) Penetrasi
yang paling pasti untuk mengurangi dan akhirnya mengalahkan pengaruh Islam di
Indonesia. (3) Pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia Islam. Gerakan
mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan dalam Islam yang dimulai
sejak Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Muhammad Abdul Wahab, Jamaluddin al-
permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar persyarkitan ini dapat
berjalan izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Dalam surat tersebut
juga dilampiri dengan rancangan statuten atau anggaran dasar. Dalam surat itu pula
36
jika kelak akan ada cabang-cabang baru di luar Yogyakarta maka mengajukan surat
Senada dengan apa yang disampaikan Pasha dan Darban, Dja;far juga
1917. Pada tahun tersebut sudah terdapat banyak permintaan untuk mendirikan
Yogyakarta saja. Perubahan tersebut pertama sekali dilakukan pada tahun 1920
Nederland; dan memajukan caa kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada
37
Sumatera Utara yang dikenal sekarang ini merupakan gabungan dari dua
Keresidenan Sumatera Timur terdiri atas beberapa daerah yang meliputi: Langkat,
Asahan, Tanjung Balai, Karo, dan Labuhan Batu sampai ke Bagan Siapi-api.
merupakan penduduk suku Melayu yang mereka dipimpin oleh raja-raja Melayu
“Secara detail sejarahnya saya cukup menegerti, tapi itu, alurnya memang
seperti itu, pertama kali Muhamamdiyah Kampung Keling, baru kemudian
Muhammadiyah Sumatera Timur dan terakhir Muhammadiyah Sumatera Utara.”
pendatang yang mayoritas berasal dari Minangkabau, Mandailing dan Jawa. Usaha
1925 ketika Mas Pono yang datang dari Yogyakarta bertemu dengan Djuin St.
Penghulu, St. Saidi Djamaris, Dt. Bungsu dan kawan-kawan yang merupakan
38
Mereka memiliki keinginan untuk mendirikan Muhamamdiyah, namun
karena mereka merupakan para pedagang kecil-kecilan, sehingga hal tersebut masih
yang sepaham dengan mereka. Usaha tersebut dilakukan ketika mereka melakukan
kegiatan shalat Dzuhur di Pasar Bundar Medan. Ketika berkumpul di Pasar Bundar
inilah awal pertemuan dari Djuin SutanPenghulu, Mas Pono, Sutan Maradjo, Kari
Suib dan sejumlah kawan-kawannya yang lain dari Tapanuli yang kemudian
pendekatan kepada H.R Muhammad Said yang pernah menjabat sebagai Vice
President Sarekat Islam Pematang Siantar, ia diharapkan sebagai tenaga baru bagi
perkumpulan ini dan ddiharapkan pula menjadi ketua Muhammadiyah jika kelak
nanti berdiri.
dari adanya kegiatan-kegiatan pengajian agama yang dihadiri oleh para pedagang-
pedagang kecil yang kebanyakan mereka terdiri dari para perantau. Pada malam
tanggal 25 November 1927, tepatnnya di Jalan Nagapatan No. 44 atau lebih dikenal
Minang seperti Djuin Sutan Penghulu, Sutan Maradjo dan kawan-kawannya beserta
Mas Pono memperhatikan betul-betul penjelasan dari H.R Muhammad Said. Dalam
perkumpulan pada malam hari inilah, para hadirin yang hadir pada saat itu
39
Meskipun usaha pendirian Muhammadiyah sudah dimulai sejak 25
November 1927, namun sesuai ketetapan dari surat yang dikeluarkan oleh
setelahnya, tepatnya pada tanggal 1 Juli 1928. Tahun inilah yang ditetapkan sebagai
Haji Syuib
kota Medan memiliki alasan khusus dibalik ditetapkannya H.R Muhamamd Said
40
sebagai ketua. Pelly (1994: 73) menyebutkan bahwa bukan kebetulan apabila para
“kaum muda”. H.R Muhammad Said sendiri merupakan seorang Sipirok yang
mengelola organisasi Islam, serta calon ketua harus memiliki hubungan baik
Muhammadiyah meminta izin kepada Sultan Deli yakni Tengku Otteman. Tengku
memberikan tanahnya untuk dijadikan tempat acara pasar malam. Acara tersebut
41
Dalam acara pasar malam ini juga dilakukan kegiatan penggalangan dana,
yang menghasilkan beberapa dana untuk dibelikan sebidang tanah dan dua pintu
193).
Pada masa awal beridirnya Muhamamdiyah, tentu tidak lepas dari adanya
permasalahan yang terjadi. Salah satu tantangan yang dihadapi yang bisa dikatakan
sebagai tantangan yang cukup utama ialah pada masa itu Indonesia pada umumnya
Hindia Belanda.
Hindia Belanda.
42
3. Gerakan Muhammadiyah adalah gerakan pembaharuan yang sudah
1926 telah direpotkan oleh pemeberontakan PKI yang terjadi di Jawa Barat dan
Sumatera Barat. Oleh karenanya, tidak heran apabila pemerintah Hindia Belanda
organisasi yang berkuatan hukum tetap, atau dikenal dengan istilah reobtspersoon.
tantangan yang diberikan oleh berbagai pihak. Namun, yang menjadi penekanan
disini ialah, tantangan yang dihadapi Muhamamdiyah bukan berasal dari Al-
Wasliyah, sebagai organisasi yang baru berdiri di Medan. Dapat dikatakan terdapat
perbedaan yang mencolok dari kedua organisasi ini, terutama dari pemahaman
43
dimana mereka menggunakan para Sultan sebagai kekuatan untuk menganggu
Sumatera Timur ialah dengan menggunakan politik adu domba, atau lebih dikenal
namun banyak kalangan yang terprovokasi dengan usaha yang dilakukan oleh
Melayu dianggap sebagai “Ulil Amri” namun dalam setiap memutuskan suatu
keputusan, mereka selalu berpihak kepada kaum tua yang juga sama-sama
perwakilan mereka, dan hanya mereka yang berhak menunjuk wakil. (Pelly,1994:
182).
44
Bentuk-bentuk dari tantangan yang diberikan oleh pejabat pemetrintahan
baru berdiri di daerah Medan. Tantangan serupa juga terjadi setelah masa
banyak datang dari kalangan Islam itu sendiri. Dan lebih banyak diakibatkan tidak
45
“Kalau secara umum, tidak ada yang menolak keberadaan Muhamamdiyah.
Tapi gini, dalam orang Islam sendiri, ada semacam pemahaman, Muhammadiyah
ini seperti tidak mengikuti alur utama Islam di Indonesia, alur seperti Ahluss Sunnah
Wal Jamaah, Muhammadiyah tidak ikut di dalam itu, memang Muhammadiyah itu
kan bisa dibilang sebagai ideologi, dulu Muhammadiyah memberantas tahayul,
bid’ah dan kurafat, kalau secara halusnya, Muhammadiyah itu kan tidak mau
mencampurkan agama dengan budaya, kan disitu kuncinya, perbedaan dengan yang
lain kan disitu. Kalau berbicara soal peringatan kematian itu kan jelas-jelas budaya
Budha dan Hindu, kenapa itu dulu diadaptasi oleh Wali Songo karena itu cara
berdakwah mereka, kemudian diadopsi dan diisi dengan dakwah, itu kan seperti
cara berdakwahnya Wali Songo. Namun sekarang, seolah-olah itu dipermanenkan
seperti dianggap dari Islam.”
Minangkabau di dalamnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri, mengingat para pedagang
Medan. Hal ini diakibatkan dengan adanya kesamaan pola pikir anntara
dengan pola pokir rasionalnya dengan memegang teguh pepatah mereka Alam
Takambang Jadi Guru. Maka, pola pikir rasional orang Minang tadi bertemu
46
dari Sumatera Barat. Isi dari kegiatan dakwah yang dilakukan oleh penceramah-
penceramah ini masih seputar konsep tauhid, penguatan pengamalan sesuai sunnah
Nabi Muhamamad tanpa dicampuri dengan ajaran-ajaran yang tak pernah dilakukan
oleh Nabi sebelumnya. Adapun perkara-perkara yang sangat sering dibahas ialah
masalah niat dalam ibadah, arah kiblat, masalah kenduri pada saat kematian atau
cabang Medan Kota pada tahun 1927, serta cabang Muhamamdiyah Glugur yang
keputusan yang penting, dimana dalam setiap karesidenan haruslah memiliki wakil
yang pertama.
Pada tahun 1939, tepat pada usia Muhamamdiyah Medan yang ke-12,
47
Muhamamdiyah ke-28. Kongres itu dihadiri oleh sekitar 7.000 orang yang diadakan
di Pusat Pasar Medan.. Rizali (2000: 131) menyebutkan bahwa pada saat itu
dan masuknya pemerintahan Jepang di Sumatera Timur termasuk kota Medan tahun
Jepang ingin memerintah secara langsung. Situasi yang terjadi ini, dimanfaatkan
menegakkan sholat Jumat selalu terhadang oleh berbagai ketetapan yang ada.
masjid yang ditetapkan oleh pihak Zelfbestuur sebagai badan yang mengurusi
persoalan agama.
Jumat pertama yang diadakan oleh Muhammadiyah. Kegiatan sholat Jumat tersebut
Muhamamdiyah. Pada saat itu pula didirikan masjid milik Muhamamdiyah pertama
48
Setidaknya terdapat alasan-alasan yang menyebabkan mudahnya gerak
yang berhubungan dengan agama. Kedua, terjadinya hubungan yang lebih harmonis
antar ulama, dimana tidak lagi terdapat jarak yang memisahkan antara ulama “kaum
tua” dan ulama “kaum muda”. Terciptanya hubungan yang baik ini juga diakibatkan
adanya kewajiban kepada seluruh rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang untuk
lumpuhnya kekuasaan Sultan dan raja-raja yang selama masa pemerintahan Hindia
Medan merupakan kota yang juga ikut disambangi oleh tentara Belanda
suatu barisan pertahanan demi menjaga kemerdekaan Indonsia di kota Medan. Pada
49
Usaha lain yang digerakkan oleh Muhamamdiyah dalam mempertahankan
faksi-faksi Islam lainnya dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 1947. Dalam konferensi
Medan tahun 1927, juga merupakan cikal bakal dari berdirinya Pimpinan Wilayah
Muhamamdiyah kota Medan sendiri baru dibentuk pada tahun 1967. Menurut H.M
Nur Rizali dalam Rifian (2016: 4) pada tahun 1967, telah dibentuk perwakilan
Daerah Tingkat II Medan. Kemudian, di akhir tahun 1967, nama itu kemudian
tahun 1967 dalam acara Musyawarah Daerah pertama. Kemudian pada tahun 1990,
Senada dengan Rifian, dalam wawancara dengan pak Bahril Datuk juga
50
“Baru pada tahun 60-an kemudian di reorganisasi Muhammadiyah kota
Medan, baru lah bertumbuhan cabang-cabang. Cabang paling tua itu yang di
Muhammadiyah medan kota jalan demak.”
Mukhtar
Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Medan pada tahun 1967 hingga 1990 telah
51
1. Periode 1965-1968 : Kapt. Mukhtar Kamal
dari Pimpinan Pusat. Istilah daerah disini ialah kesatuan dari cabang-cabang dalam
orang yang ditetapkan oleh pimpinan pusat, untuk satu masa jabatan dari calon-
kecamatan) di kota Medan sendiri sudah terjadi sejak periode awal berdirinya
kota Medan ialah cabang Medan Kota yang berdiri tahun 1927, kemudian diikuti
dengan berdirinya cabang Muhammadiyah Glugur pada tahun 1930. Disusul oleh
cabang Muhammadiyah Belawan yang didirikan pada tahun 1937. Kemudian pada
52
setidaknya telah berdiri empat cabang Muhamamdiyah di kota Medan. Empat
cabang tersebut ialah cabang Muhammadiyah Medan Baru yang di dirikan tahun
berdiri pada periode ini. Sepuluh cabang tersebut ialah cabang Muhammadiyah
Tegal Sari II pada tahun 1960, cabang Muhammadiyah Sidorame Timur pada tahun
1963, cabang Muhammadiyah Tegal Rejo tahun 1965, cabang Muhammadiyah Sei
Deli pada tahun 1965, cabang Muhammadiyah Sidorame Barat pada tahun 1966,
pada tahun 1967, cabang Muhammadiyah Kotamatsum pada tahun 1968, dan
yang berdiri, yakni cabang Muhammadiyah Bantan Selamat pada tahun 1976, dan
cabang Muhammadiyah Tegal Sari Mandala pada tahun 1980 Sementara, untuk
B-I pada tahun 1989, dan cabang Muhammadiyah Teladan I tahun 1990.
53
Pada tahun 1990 ini juga, Pimpinan Muhammadiyah kota Medan saat itu,
Gambar 4.1
sejak setelah masa kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950. Hal ini terjadi, karena
tertuju kepada pelurusan-pelurusan soal ibadah, bahkan hingga pada masa setelah
54
Cikal bakal dari beridirinya lembaga pendidikan milik Muhammadiyah
dapat dikatakan tidak langsung besar begitu saja. Berdirinya lembaga pendidikan
Muhammadiyah dapat dikatakan berasal dari adanya musholla atau masjid yang
bahwa :
pendidikan Muhammadiyah, maka dapat dikatakan bukan satu atau dua orang,
berdirinya amal usaha pendidikan itu dikarenakan adanya semangat dari anggota
Medan sendiri, telah mengelola sebanyak empat sekolah yang dikelola langsung
55
Dasar dan Menengah. Keempat sekolah tersebut ialah, SMA Muhammadiyah 1,
1 TK - 4 8 10
2 SD 11 19 25 26
3 Ibtidaiyah 10 18 20 28
4 SLTP - - 5 7
5 Tsanawiyah - 1 1 1
6 SLTA - - - 2
7 Aliyah - - 1 1
8 Pendidikan Guru - 1 1 1
Agama
9 SNAKMA - - - 1
JUMLAH 21 43 61 77
Muhammadiyah mulai dari pendidikan dasar, menegah, dan tinggi. Dari tabel
56
lembaga Ibtidaiyah dengan kenaikan jumlah amal usaha dari tahun 1970 ke 1980
5 Tsanawiyah - 19 78 116
6 SLTA - - - 282
7 Aliyah - - 75 85
Agama
9 SNAKMA - - - 238
yang memiliki jumlah siswa dengan jumlah yang cukup banyak ialah sekolah dasar
dengan jumlah pada tahun 9.254 pada tahun 1980, jumlah siswa di sekolah dasar
milik Muhammadiyah jauh lebih banyak dari sekolah Ibtidaiyah dengan jumlah
57
3.671 pada tahun 1980 walaupun jumlah sekolah yang dimiliki Ibtidaiyah jauh lebih
kota Medan sejak tahun 1950, lebih banyak membuka sekolah tingkat dasar, dan
tingkat menengah. Barulah, setelah tahun 1976, berdiri lembaga pendidikan milik
yang terletak di Jalan Sutrisno, namun lokasi sekolah dulu terkena imbas dari
Gambar 4.2
58
Berdirinya SMA Muhammadiyah 01 ini tidak lepas dari adanya kesadaran
dari warga persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri, bahwa mereka harus memiliki
sekolah tingkat atas sendiri. Hal ini sesuai dengan penuturan oleh pak Muwardi
memiliki sekolah tingkat atas. Pimpinan Muhamamdiyah pada saat itu, ND Pane
pendidikan melalui sekolah. ND Pane pada saat itu menyadari bahwa lembaga
Dari kedua tabel tersebut juga dapat kita lihat bahwa jumlah sekolah yang
sekolah yang dimiliki oleh Al-Washliyah sebanyak 87 sekolah pada tahun 1980,
terjadinya perluasan wilayah kota Medan pada tahun 1952, yang memasuki wilayah
59
kebanyakan dari mereka adalah pedagang, berbeda dengan komunitas-komunitas
Muhamamdiyah sendiri, merupakan siswa umum. Dalam artian, siswa yang masuk
simpatisan Muhammadiyah itu sendiri. Tetapi, dalam realitanya dapat dilihat bahwa
lebih banyak jumlah siswa yang masuk merupakan non anggota Muhammadiyah.
masuk ke sekolah-sekolah Muhammadiyah itu simpatisan atau tidak. Hal ini sesuai
“Di UMSU sendiri, tidak sampai 10% Muhammadiyah, saya kadang survey,
belum ada satu kelas yang menunjuk lebih lima orang yang muhamamdiyah.
Artinya, penerimaan masyrakat terhadap pendidikan gak masalah” (wawancara
pada tanggal 26 Maret 2021)
60
Selain membuka lembaga pendidikan pendidikan dasar dan menegah,
UMSU. UMSU sendiri didirikan pada tahun 1952 oleh beberapa tokoh
Thayeb, Diyah Karim, Kadirun Pasaribu, Dr. Darwis Datuk Batu Besar, dan Abdul
Muthi. Cikal bakal dari UMSU sendiri berasal dari berdirinya Fakultas Falsafah dan
pada tahun 1968 yang membawahi tiga fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan,
Fakultas Ilmu Agama Jurusan Dakwah dan Fakultas Syariah. (Kadri, 2015: 292).
Muhammadiyah kota Medan kebanyakan berasal dari dalam itu sendiri seperti
masalah dana, bukan dari luar seperti respon masyrakat terhadap adanya lembaga
pendidikan Muhamamdiyah.
dakwah, yang dimana lebih banyak menggunakan dana dari simpatisannya sendiri
atau dapat dikatakan swadaya, sehingga banyak menemukan masalah dalam materil
seperti pengadaan lahan untuk sekolah. Terkadang juga untuk menndirikan sekolah
Muhammadiyah pun masih mengandalkan bantuan seperti infaq dan wakaf dari
61
simpatisan Muhammadiyah itu sendiri. Hal-hal seperti ini juga yang menjadi alasan
“Sumber dana dari amal usaha itu sendiri, dalam artian sekolah, rumah sakit,
itu termasuk amal usaha, jadi sumber dana dari sekolah itu sendiri dari spp, uang
pembangunan dan dana yang tidak mengingkat, kemudian bantuan dari warga,
simpatisan, dan bantuan pemerintah. Banyaknya sumber dana swadaya, dari
anggota Muhammadiyah.”
milik negeri atau swasta walaupun biayanya jauh lebih mahal ketimbang sekolah-
sesuai dengan penuturan Muhardi dalam wawancara pada tanggal 29 Maret 2021 :
62
iitu, malah orangtua nya yang menawarkan bantuan untuk memajukan sekiolah.
Jadi bukan untuk memebsarkan dia.”
sejak di dirikan di Yogyakarta. Semangat tersebut juga yang dibawa oleh guru-guru
yang dibawa oleh guru-guru tadi juga diikuti dengan hal-hal yang menghambatnya.
2021) bahwa :
63
mencerdaskan orang tanpa harus dalam tanda kutip lah “memikirkan komersil”, nah
ini juga nanti jadi kekuatan, karena guru-guru itukan ibadah, tapi juga tidak bisa
ditutupi orang itu punya kebutuhan. Kekuatannya itu lah ruh semangat Ahamd
Dahlan. Dan itu lah romantika nya, banyak yang masuk ke sekolah Muhamamdiyah
itu dari menengah kebawah yang tidak mungkin dibebani oleh sekolah. Dan Muh
juga dilarang mengeuarkan siswa nya yang gk bayar. Tapi Alhamdulillah ya
berkembang, tapi mungkin berkembangnya trenya tidak terlalu, agak melandai.
Memang apabila dibandingkan dengan sekolah Muhammadiyah di Jawa, pasti
kalah”
atau Mandailing. Materi yang diajarkan juga cukup banyak, yakni mulai dari
ekstrakurikuler yang diadopsi dari sekolah-sekolah milik Belanda. Hal lain yang
yang mengajar berasal dari sekolah-sekolah Islam modern. (Ali, 2019: 59).
sebenarnya megikuti kurikulum yang diteteapkan oleh pemerintah dalam hal ini
64
Ismubaristik merupakan singkatan dari ke-Islaman, Kemuhammadiyahan, Bahasa
Hal ini sesuai dari perkataan Syufri Polem dalam wawancaranya (tanggal
16 Maret 2021) :
“Ciri khas nya itu lah, disebut Ismubaristik, yang mencangkup Al-Islam,
kemuhammadiyahan, bahasa arab, bahasa Inggris, teknoloogi informasi. Itu semua
terintegrasi dengan kurikulum pemerintah, ibaratnya jika ada 8 stadar pendidikan
pemerintah, maka ditambah satu yang telah disusun oleh dikdasmen PP Muh yang
dijadikan acuan sekolah yang termasuk perangkat sekolah.”
semakin pesat apabila dilihat dari data tahun 2015, Berikut adalah tabel persebaran
tahun 2015.
Muhamamdiyah
(SMP)
(SMK)
65
Madrasah Diniyyah Aliyah 41
(MDA)
Pondok Pesantren -
(PTM)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Para pencetus Muhamamdiyah kota Medan sebagian besar ialah para perantau dari
Minangkabau, Mandailing dan Jawa seperti Djuin St Penghulu, Mas Pono dan Kari
66
Suib. Usaha untuk mendirikan Muhammadiyah di kota Medan berlangsung sejak
tahun 1927, tepatnya di Jalan Kediri. Saat itu juga ditetapkan HR Muhammad Said
Muhammad Said tidak lepas dari kualitas beliau sebagai anggota Sarekat Islam
cara melaksanakan politik adu domba dengan mengiukut sertakan Sultan dan
ulama-ulama golongan “tua”. Kedua, tantangan dari kesultanan Deli yang berusaha
dari ulama-ulama “golongan tua” yang tidak setuju dengan pembaharuan yang
dalam tubuh Muhamamdiyah kota Medan. Hal ini terjadi karena para perantau
67
mereka untuk membahas mengengai masalah-masalah etnis, dan tentu saja ada
beridirnya provinsi Sumatera Utara pada tahun 1953. Pada tahun 1967, dibentuk
berkembang pada tahun 1950-an, mengingat pada masa sebelum kemerdekaan dan
amal usaha pendidikan milik Muhamamdiyah tidak lepas dari peran para pendiri di
ringkat ranting Muhamamdiyah, yang alurnya bermula dari beridirnya masjid dan
stretegi belajar dalam Muhamamdiyah lebih banyak disukai oleh masyrakat kota
Medan karena materi yang diajarkan lebih banyak dan memasukkan kegiatan-
68
kegiatan ekstrakurikuler. Adapun, yang menjadi faktor penghambat dalam
dasar ketimbang sekolah tingkat menengah dan atas, hal ini dapat dilihat dari
pendirian sekolah tingkat atas baru terjadi pada tahun 1976 dengan dibukanya SMA
tahun 1952 yang dikenal dengan Fakultas Falsafah dan Hukum Islam
sekolah-sekolah lain. Perbedaan ini dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan
Teknologi.
69
5.2 Saran
Medan (1927-1990). Pada bagian ini peneliti memberikan saran yang sekiranya
2. Penulis sangat berharap kepada lembaga terkait, dalam hal ini Pimpinan
70
DAFTAR PUSTAKA
Hugiono dan Poerwontana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta
71
Kadri, Muhammad. 2015. Muhammadiyah dan Perkembangannya di Sumatera
Utara 1927-2015. Medan: Harapan Cerdas
Pasha, Kamal dan Darban. 2002. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam
Perspektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Rifian. 2016. Menjaga dan Memelihara Amanah Umat. Medan: Majelis Wakaf
dan Kehartabendaan Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Medan.
72
Tahir, Gustia. 2010. Muhammadiyah (Gerakan Sosial dan Keagamaan). Jurnal
Adabiyah. 10(2): 160-170
https://pemkomedan.go.id/hal-sejarah-kota-medan.html
http://medan-kota.muhammadiyah.or.id/content-14-sdet-data-amal-usaha.html
73
INSTRUMEN WAWANCARA
Medan?
Muhammadiyah di Jawa?
berkumpul mereka?
Medan?
10. Apakah ada ciri khas dari pendidikan yang dijalankan oleh Muhammadiyah?
11. Bagaimana tanggapan bapak mengenai tidak semua siswa yang belajar di
sendiri?
74
DATA INFORMAN
75
DOKUMENTASI PENELITIAN
76
Gedung Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan
77
78
79