Anda di halaman 1dari 118

MODEL PEMBELAJARAN “PROJECT BASED LEARNING”

PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA SMP

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH

YOYLITA FAHIK
1601030012

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
Rabu
30 Juni 2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama Yoylita Fahik, NIM 1601030012, dengan judul Model
Pembelajaran “Project Based Learning” Pada Materi Bangun Ruang Sisi
Datar telah diseminarkan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Juni 2021.

Dewan Penguji
Nama Tanda Tangan Jabatan

Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc. Ketua/Pembimbing I


NIP. 19651231 199203 1 027

Dr. Damianus D. Samo Sekretaris/Pembimbing II


NIP. 19831231 201212 1 003

Patrisius Afrisno Udil, M.Pd Anggota


NIP. 19930911 201903 1 020

Mengesahkan Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Akademik
FKIP UNDANA Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan
Matematika

Dr. Moses K. Tokan, M.Si .


NIP. 19631231 199203 1 202 Dra. Juliana M. H. Nenohai, M.Pd
NIP. 19640702 199303 2 005

iii
MOTTO

The biggest change starts from our own mindset.

“SUCCES has no deadline”

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah Tritunggal Yang Maha Kudus serta Bunda Maria

2. Kedua orang tua, Bapak Camilus Yoseph Fahik dan Mama Mariana Beten

3. Kakak Roberth Fahik, Adik Selviana E. Fahik, dan Adik Yanuarius E.R Fahik

4. Keluarga Besar Fahik dan Beten

5. Sahabat Mean’16

6. Kelompok Studi Mahasiswa Matematika

7. Almamater Pendidikan Matematika, Universitas Nusa Cendana

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat anugerah dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Model Pembelajaran Project Based Learning

Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa SMP” dengan baik. Skripsi ini

disusun dengan mereview artikel-artikel tentang model pembelajaran Project

Based Learning untuk memahami konseptualisasi, fokus, implikasi dan

rekomendasi untuk pengajaran dan penelitian di masa depan yang berkaitan dengan

model pembelajaran Project Based Learning itu sendiri.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, M.Si, Ph. D., selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana.

2. Dr. Melkisedek Taneo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Nusa Cendana beserta seluruh staf pegawai yang telah

banyak membantu berbagai urusan administrasi semenjak awal kuliah hingga

berakhirnya masa kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Ibu Dra. Juliana M. H. Nenohai, M.Pd., selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Pendidikan Matematika untuk setiap bimbingan dan dukungan dalam proses

pendidikan.

vi
4. Bapak Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc., sebagai Pembimbing I yang dengan

kerelaan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Damianus D. Samo, sebagai Pembimbing II yang dengan kerelaan

dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Patrisius Afrisno Udil, M.Pd., sebagai penguji yang telah memberikan

masukan untuk skripsi ini.

7. Bapak Dr. Wara Sabon Dominikus, M.Sc sebagai dosen penasehat akademik

yang selalu memberikan nasehat, motivasi dan masukan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan.

9. Ibu Olga Carolien, S.Sos yang telah memberikan pelayanan non akademik

kepada penulis selama masa perkuliahan.

10. Keluarga Besar tercinta, terutama Bapak Camilus Yoseph Fahik, Mama

Mariana Beten, Kakak Roberth Fahik, Adik Selviana E. Fahik dan Adik

Yanuarius E.R Fahik yang telah memberikan cinta kasih seutuhnya dan setulus-

tulusnya dalam membimbing, mendoakan penulis dan memberikan perhatian

selama proses perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

11. “Keluarga Minus”, Susi Nona, Susi Cenda, Susi Eny, Susi Dian, Bu Nona, Bu

Elton, Bu Inor, Je, Resa, Sela, Nini, Arsel, Viona, Kevin dan dede Ceril yang

selalu memberikan nasehat, motivasi dan masukan kepada penulis.

vii
12. Teman-teman Mahasiswa Matematika Angkatan 2016 (Mean’16), BGTL

MeanTaAmpun & MeanTaLagi :

Ardi E Banamtuan, Helena L Ema, Adersi A. da Resureicao, Veti Y Obenay,

Leonardus P Sabetu, Jeanette E Maro, Merry C.P Pinto, Dwi Alendra I Selly,

Amanda F.L Teba, Ardian P Retang, Feri Irawan Jahapai, Denis C Maro, Desi

N Geledara, Dertty A Nomseo, Destri Natalia, Dimas L Dirjo, Elma Y Baitanu,

Febriani D Maima, Felia K.I Gege, Florianus M Rayoan, Gratiana I Nahak,

Yohanis P.T Kamuri, Christine H Betty, Ishak Tarru Happu, Adolfus Tefa,

Ivana M Silla, Yohanes Mpedok, Khesi Dena, Kornelis Uly, Paulina Seso,

Maria M Killa, Maria F.L Balawala, Meirlin Y Pandie, Midian T.M Nomeni,

Agnes I Hendrik, Melany Ledoh, Marianus D Humau, Monita J Lado,

Sadelmarunu Nenibel Sae, Maria E Lodang, Nur Aidah K.S, Nyorid A Letuna,

Rian A Dimu Ludji, Rinto A Penu, Roswita K Sula, Yohanes Sanca N

Amuntoda, Kaprasius M.T Elaman, Kefi Y.P Talan, Virgilia S Bria, Apolonia

H.B Laliehaq, Lodovikus A.N Ndetu, Familia Y Elu, Yohanes L Bole, Yori F

Ottu dan Yuanda o Lay, yang memberikan dukungan semangat dan

kekompakannya kepada penulis.

13. Programmer and Rosess : Mepin, Enet & Lendra, yang selalu kompak dan

saling membantu mulai dari pengerjaan revisi hingga persiapan menjelang ujian

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Kakak-kakak Mabes, Gemistik D’bes, Geometri, Fatikan’14, Metalika, serta

adik-adik Master’17 dan Simetri’18 untuk semua doa, dukungan dan semangat

yang diberikan.

viii
15. Keluarga besar Kelompok Studi Mahasiswa Matematika yang selalu

mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

16. Teman-teman KMK-BSB FKIP Undana, HIMTAB dan API Reinha Rosari

untuk semua doa dan dukungannya.

17. Sahabat tercinta Maria Heldiana Odje Due dan Juliana Giri untuk doa dan

dukungannya mulai dari masa sekolah sampai saat ini.

18. Sahabat sedari SMP, Mega Olhang, Delima Suri, Novi Nahak dan Alm.Mena

Araujo yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat mulai dari masa

sekolah hingga dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Squad Menthe Wailolong : Adina, Afa, Andre, Aldo, Ama Pador, Endo,

Har_mocko Ningsih, Nini, Rabi, Rizal, Yunda, serta keluarga besar di

Wailolong yang selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

20. Semua sahabat dan kenalan yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu yang

telah mendoakan dan memberikan dukungan yang tulus kepada penulis selama

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu kritik dan saran dari semua pihak dengan senang hati penulis terima demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kupang, Juni 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

ABSTRAK ............................................................................................................ xv

ABSTRACT .......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

BAB II METODE PENELITIAN ........................................................................ 6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 8

3.1 Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning (PjBL) ............. 8

a. Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek/ (PjBL) ................................... 8

x
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning

(PjBL) ................................................................................................. 10

c. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning

(PjBL) ................................................................................................. 13

d. Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based

Learning (PjBL) ................................................................................... 15

3.2 Ikhtisar Metode Penelitian ....................................................................... 18

3.3 Fokus Penelitian dan Hasil Penelitian dengan Menggunakan Model

Pemebelajaran Project Based Learning ................................................... 20

3.4 Implikasi dalam Penelitian Model Pembelajaran Project Based Learning

dan Rekomendasi untuk Pembelajaran dan Penelitian di Masa Depan ... 72

3.5 Pembahasan .............................................................................................. 74

3.6 Implikasi ................................................................................................... 77

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 87

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Artikel/Jurnal Berdasarkan Basis Data ................................................ 6

Tabel 3.1 Ikhtisar Metode Penelitian.................................................................... 18

Tabel 3.2 Jumlah Kelas VIII SMP N 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran

2017/2018.............................................................................................................. 23

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tahu Bakso .................................................................................... 38

Gambar 3.2 Sampokong .................................................................................... 38

Gambar 3.3 Enteng-Enteng Gepuk .................................................................... 38

Gambar 3.4 Kue Koci ........................................................................................ 38

Gambar 3.5 Icon AGAR (AR) .......................................................................... 39

Gambar 3.6 Kartu AR ........................................................................................ 39

Gambar 3.7 Metode Simulasi ............................................................................ 39

Gambar 3.8 Metode Kalkulasi ........................................................................... 39

Gambar 3.9 Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Arikunto,2013) ................... 63

Gambar 3.10 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan

Media Kartu Matematika ..................................................................................... 64

Gambar 3.11Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Prasiklus,Siklus 1,2 dan 3 ............... 64

Gambar 3.12 Presentase Hasil Belajar Prasiklus,Siklus 1, 2 dan 3 ..................... 65

Gambar 3.13 Rata-Rata Respon Siswa .............................................................. 65

Gambar 3.14 Diagram Ketuntasan Tiap Siklus ................................................. 69

Gambar 3.15 Diagram Keterampilan Proses Siswa Tiap Siklus ....................... 69

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Review Artikel........................................................................ 87

xiv
ABSTRAK

Model Pembelajaran “Project Based Learning” Pada Materi Bangun Ruang


Sisi Datar

Oleh
Yoylita Fahik (1601030012) ; Pembimbing I. Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc;
Pembimbing II. Dr. Damianus D. Samo

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik model project based


learning, mendeskripsikan fokus penelitian project based learning dalam pembelajaran
matematika siswa SMP serta menyajikan implikasi dan rekomendasi untuk pembelajaran
dan penelitian mendatang. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu review
article, yang dilakukan dengan menelusuri berbagai artikel dari jurnal nasional
maupun jurnal internasional.
Model pembelajaran adalah bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar. Model pembelajaran project based learning digunakan ketika pendidik
ingin mengkondisikan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik. Fokus
penelitian tentang model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui efektivitas
model pembelajaran project based learning terhadap kemampuan siswa pada
materi bangun ruang sisi datar. Beberapa peneliti menerapkan model pembelajaran
berbasis proyek pada materi bangun ruang sisi datar dengan berbantuan media
pembelajaran, adapun yang menerapkan tanpa media pembelajaran serta dengan
membandingkan model pembelajaran project based learning dengan model lain.
Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data diantaranya berupa
metode tes pengetahuan, dokumentasi, angket, lembar observasi dan wawancara
terhadap para peserta yang merupakan peserta didik. Berdasarkan ulasan artikel-
artikel mengenai model pembelajaran project based learning pada materi bangun
ruang sisi datar siswa SMP diperoleh informasi bahwa artikel yang diulas
menunjukkan adanya pengaruh penerapan model pembelajaran project based
learning terhadap kemampuan matematis siswa, diantaranya kemampuan berpikir
kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan penalaran, kemampuan
pengembangan kecerdasan spasial, kemampuan koneksi dan komunikasi
matematis, kemampuan peningkatan hasil belajar, kemampuan peningkatan
keterampilan proses dan kemampuan pemecahan masalah matematika, serta
peningkatan prestasi dan motivasi belajar siswa. Dalam penelitian terkait dengan
penggunaan model pembelajaran project based learning, diharapkan untuk peneliti
selanjutnya agar melakukan penelitian lebih luas pada semua materi bangun ruang
sisi datar untuk dapat melihat keefektifan model pembelajaran ini dengan tetap
memperhatikan pengalokasian waktu.

Kata Kunci: Project Based Learning, Bangun Ruang Sisi Datar

xv
ABSTRACT

Learning Model “Project Based Learning” on Materials Constructing Flat


Side Space

By
Yoylita Fahik (1601030012); 1st Supervisor. Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc; 2nd
Supervisor. Dr. Damianus D. Samo

This thesis aims to describe the characteristics of the project based learning
model, to describe the focus of project based learning research in mathematics
learning for junior high school students and to present implications and
recommendations for future learning and research. The method used in this writing
is article review, which is done by browsing various articles from national and
international journals.
The learning model is the most important part in the teaching and learning
process. The project-based learning model is used when educators want to condition
active learning that is student-centered. The focus of research on this learning model
is to determine the effectiveness of the project-based learning model on students'
abilities in the flat-sided building material. Some researchers apply the project-
based learning model to the flat-sided building material with the help of learning
media, while those who apply it without learning media and by comparing the
project-based learning model with other models. The methods used by researchers
in collecting data include knowledge test methods, documentation, questionnaires,
observation sheets and interviews with participants who are students. Based on a
review of articles regarding project based learning learning models on flat-sided
geometry for junior high school students, information was obtained that the articles
reviewed showed the effect of applying project based learning models on students'
mathematical abilities, including creative thinking skills, critical thinking skills,
reasoning abilities. , the ability to develop spatial intelligence, mathematical
connection and communication skills, the ability to improve learning outcomes, the
ability to improve process skills and mathematical problem solving abilities, as well
as increase student achievement and motivation. In research related to the use of
the project-based learning model, it is hoped that future researchers will conduct
more extensive research on all flat-sided building materials to be able to see the
effectiveness of this learning model while still paying attention to the allocation of
time.

Keywords: Project Based Learning, Build Flat Side Space

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Muhsetyo (2008) pembelajaran matematika adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian

kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi

tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika memiliki

beberapa tujuan yaitu : (1) meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya

kemampuan tingkat tinggi siswa, (2) membentuk kemampuan siswa dalam

menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) memperoleh hasil belajar

yang tinggi, (4) melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis karya ilmiah, dan (5) mengembangkan karakter siswa

(Kemendikbud, 2013).

Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu

solusinya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan

pembelajaran matematika yang bermakna. Untuk itu sangat penting untuk

menerapkan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk menentukan sendiri apa yang akan dikerjakannya. Salah satu

model pembelajaran yang dapat membuat siswa menentukan apa yang

dikerjakan adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project Based

Learning). Menurut Ardianti dan Pratiwi (2017) Project Based Learning

merupakan salah satu model pembelajaran dengan ciri khusus adanya kegiatan

1
merancang dan melakukan sebuah proyek di dalamnya. Model pembelajaran

ini merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek

dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi

pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata (Hanafiah &

Suhana, 2009). Nashriah (2014) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis

proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi dan praktek, tetapi

juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam

pembelajaran terhadap sebuah proyek nyata. Model ini memberikan

kesempatan pada siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan

dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab,

memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang

akan dilakukan (Riadi, 2017).

Menurut Wahyu, R (2018) karakteristik pembelajaran berbasis proyek

diantaranya (1) membuat keputusan tentang permasalahan yang diberikan, (2)

mendesain solusi atas permasalahan yang diajukan, (3) secara kolaboratif

bertanggung jawab mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, (4)

secara berkala melakukan refleksi atau aktivitas yang sudah dijalankan, (5)

produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, (6) situasi

pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Dalam proses

pembelajarannya, pengajar berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk

memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Pada kelas Project Based

Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaboratif dan penilaiannya

dilakukan secara autentik dimana sumber belajar bisa sangat berkembang.

2
Dimana prosesnya diawali dengan penentuan pertanyaan mendasar, menyusun

perencanaan proyek, menyusun jadwal, memantau siswa dan kemajuan proyek,

penilaian hasil, evaluasi pengalaman. Hal ini berbeda dengan kelas

konvensional yang terbiasa dengan situasi individual yang mana penilaiannya

lebih dominan pada aspek hasil daripada proses dan sumber belajar cenderung

stagnan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengulas lebih dalam

mengenai model pembelajaran Project Based Learning pada materi Bangun

Ruang Sisi Datar siswa SMP untuk dapat memberikan gambaran terkait

penerapan Project Based Learning dari berbagai tempat berbeda dengan

metode, subjek dan media yang berbeda pula serta menelusuri semua kelebihan

dan kekurangan penerapan model pembelajaran ini karena banyak penelitian

yang masih keliru dalam menerapkan model pembelajaran Project Based

Learning. Kemudian menyajikan implikasi dan rekomendasinya untuk

pengajaran dan penelitian di masa depan terkait model pembelajaran Project

Based Learning.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

review ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik model Project Based Learning?

2. Apa fokus penelitian dari model pembelajaran Project Based Learning

dalam pembelajaran matematika siswa SMP?

3
3. Bagaimana implikasi dan rekomendasi lanjutan terkait model pembelajaran

Project Based Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa SMP?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari review ini adalah :

1. Mendeskripsikan karakteristik model Project Based Learning.

2. Mendeskripsikan fokus penelitian Project Based Learning dalam

pembelajaran matematika siswa SMP.

3. Menyajikan implikasi penelitian tentang Project Based Learning pada

materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa SMP dan rekomendasinya untuk

pembelajaran dan penelitian mendatang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari review ini, antara lain:

1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang model

pembelajaran “Project Based Learning” pada materi Bangun Ruang Sisi

Datar.

2. Manfaat secara praktis

a) Bagi guru

Dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran “Project

Based Learning” yang diberikan untuk mengembangkan keterampilan

pemecahan masalah siswa

4
b) Bagi peneliti

Sebagai informasi bagi peneliti tentang model pembelajaran “Project

Based Learning” dan menjadi referensi untuk peneliti di masa depan.

c) Bagi mahasiswa

Dapat membantu mahasiswa matematika dalam upaya

mengembangkan kreativitasnya sehingga dapat menjadi bekal di masa

depan.

5
BAB II

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode review article.

Penelitian dilakukan dengan menelusuri berbagai pustaka acuan berupa buku, dan

artikel/jurnal. Basis data sumber pustaka yang digunakan akan diambil dari Google

Scholar dan DOAJ yang berisi referensi-referensi terkait dengan model

pembelajaran “Project Based Learning” dan pembelajaran bangun ruang sisi datar.

Pencarian terbatas pada artikel dalam bahasa Inggris atau Indonesia yang

diterbitkan dalam kurun waktu lima sampai sepuluh tahun terakhir.

Berikut beberapa pustaka yang menjadi acuan penulis dalan review ini,

bersumber dari artikel jurnal nasional dan internasional ditampilkan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.1 Artikel/Jurnal Berdasarkan Basis Data

Basis Data

No Nama Jurnal Google


DOAJ
Scholar

1 Doctoral Dissertation, Uin Walisongo 

2 Doctoral Dissertation, Uin Walisongo). 

Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol.


3 
1, No. 1)

6
JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 1(1),
4 
7-13

5 Doctoral dissertation, UNIMUS 

6 Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 1-10. 

7 Doctoral Dissertation 

8 Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang 

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika


9 
Indonesia, 7(2), 131-141

10 Doctoral dissertation, UIN Walisongo 

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika Dan


11 
Pembelajarannya, 3(2), 71-77

Alphamath: Journal of Mathematics Education, 5(1),


12 
33-39.

Prosedur review terhadap sumber pustaka rujukan, dimulai dengan

pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan referensi-referensi yang relevan

dengan kata kunci Project Based Learning dan pembelajaran bangun ruang sisi

datar, kemudian menganalisis temuan-temuan tersebut dan menyajikan implikasi

selanjutnya dari hasil review dalam kegiatan pembelajaran serta rekomendasi lebih

lanjut terkait penelitian di masa depan terkait Project Based Learning dan

pembelajaran bangun ruang sisi datar.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembelajaran Berbasis Proyek / Project Based Learning (PjBL)

a. Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning

(PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti

pembelajaran (permendikbud, 2014). Peserta didik menggunakan masalah

sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara

nyata. Project Based Learning merupakan cara belajar yang memberikan

kebebasan berpikir pada siswa yang berkaitan dengan isi atau bahan

pengajaran dan tujuan yang direncanakan (Daryanto, 2009). Adapun

menurut NYC Departement of Education (2009) model pembelajaran

Project Based Learning merupakan strategi pembelajaran dimana siswa

harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan

mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi.

Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang

dihadapinya merupakan tujuan dari Project Based Learning. Namun

kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa

dalam belajar bila menggunakan Project Based Learning. Siswa masih perlu

8
dibimbing dalam menyelesaikan tugas proyek. Bimbingan guru diperlukan

untuk mengarahkan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai

dengan alur pembelajaran. Melalui Project Based Learning, proses

inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding

question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang

mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Project Based

Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia

nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014).

Menurut Stoller, F (2006) model pembelajaran berbasis proyek merupakan

kegiatan belajar yang menitikberatkan proyek sebagai media dalam belajar.

Hal ini dimaksudkan agar tercapainya pengetahuan, keterampilan, serta

kompetensi sikap dimana siswa juga diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang

menghasilkan suatu produk melalui analisis dan keterampilan sampai

dengan proses mempresentasikan hasil produk berdasarkan pengalaman

nyata. Model pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mendalami

hubungan antara praktek dan informasi, tetapi juga sebagai motivasi agar

siswa memahami pembelajaran melalui proyek nyata (Nashriah, 2014).

Menurut Hanaswati (2015) model pembelajaran berbasis proyek yaitu suatu

proses pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi dan

keterampilan, agar target dari proses bisa berjalan dengan baik.

Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas bahwa pembelajaran

berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang mengaitkan

pembelajaran dengan masalah kehidupan sehari- hari yang dibuktikan

9
dengan proyek yang diselesaikan selama jangka waktu tertentu melalui

serangkaian aktivitas.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning

(PjBL)

Menurut Riadi (2017) model pembelajaran Project Based Learning

dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan berpikir siswa dengan

berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan mereka untuk

beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan minat

belajarnya. Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal

merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan

diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran

guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan

pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan

masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka mela

ksanakan proyek. Menurut Gora dan Sunarto (2010) model pembelajaran

Project Based Learning mempunyai beberapa karakteristik, yaitu sebagai

berikut:

1. Mengembangkan pertanyaan atau masalah yang berarti pembelajaran

harus mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

2. Memiliki hubungan dengan dunia nyata berarti bahwa pembelajaran

yang outentik dan siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada

dunia nyata.

10
3. Menekankan pada tanggung jawab siswa merupakan proses siswa

untuk mengakses informasi untuk menemukan solusi yang sedang

dihadapi.

4. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil

proyek yang dikerjakan siswa.

Menurut Sani (2014) model Project Based Learning (PjBL)

memiliki beberapa karakteristik diantaranya sebagai berikut: (1) Fokus pada

konsep penting dalam pembelajaran; (2) Investigasi konstruktif,

menginvestigasi ide dan pertanyaan penting; (3) Belajar berpusat pada

siswa; (4) Proses inkuiri; (5) Proyek bersifat realistik (6) terkait

permasalahan nyata/autentik; (7) menghasilkan produk. Menurut Sutirman

(2013) karakteristik pembelajaran berbasis proyek (Project Based

Learning) meliputi aspek isi, kegiatan, dan hasil. Dalam pembelajaran

berbasis proyek, aspek isi pembelajaran memiliki karakteristik: (1) masalah

disajikan dalam bentuk keutuhan yang kompleks; (2) siswa menemukan

hubungan antar ide secara interdisiplier; (3) siswa berjuang mengatasi

ambiguitas; dan (4) menjawab pertanyaan yang nyata dan menarik perhatian

siswa. Aspek kegiatan memiliki karakteristik: (1) siswa melakukan

investigasi selama periode tertentu; (2) siswa dihadapkan pada suatu

kesulitan, pencarian sumber dan pemecahan masalah; (3) siswa membuat

hubungan antar ide dan memperoleh keterampilan baru; (4) siswa

menggunakan perlengkapan alat sesungguhnya; dan (5) siswa menerima

feedback tentang gagasannya dari orang lain. Dan aspek kondisi memiliki

11
karakteristik: (1) siswa berperan sebagai masyarakat pencari dan melakukan

latihan kerjanya dalam konteks sosial; (2) siswa mempraktikkan perilaku

manajemen waktu dalam melaksanakan tugas secara individu maupun

kelompok; (3) siswa mengarahkan kerjanya sendiri dan melakukan kontrol

belajarnya; (4) siswa melakukan simulasi kerja profesional. Dan yang

terakhir aspek hasil memiliki karakteristik: (1) siswa menghasilkan produk

intelektual yang kompleks sebagai hasil belajarnya; (2) siswa terlibat dalam

penilaian diri; (3) siswa bertanggung jawab terhadap pilihannya dalam

mendemonstrasikan kompetensi mereka; dan (4) siswa memperagakan

kompetensi nyata mereka.

Menurut Thomas (2000) terdapat lima karakteristik dalam

pembelajaran berbasis proyek yaitu:

1. Projects are central, not peripheral to the curriculum.

Kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini

merupakan pusat strategi pembelajaran dimana siswa belajar konsep

utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu,

kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis

dari konsep yang sedang dipelajari melainkan menjadi sentral

kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Project are focused on questions or problems that “drive” student

to encounter (and struggle with) the central concepts and principles

of a discipline.

12
Kerja proyek berfokus pada suatu pertanyaan atau permasalahan

yang dapat mendorong siswa untuk berusaha memperoleh konsep

atau pengetahuan tertentu.

3. Project involve students in a constructive investigation.

Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk

mengkonstruk pengetahuannya sendiri untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, guru harus mampu

merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa

ingin tahu yang tinggi.

4. Project are student-driven to some significant degree.

Siswa dalam proses pembelajaran bebas menentukan pilihannya

sendiri, bekerja dengan supervisi yang minimal dan

bertanggungjawab. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator

dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.

5. Project are realistic, not school-like.

Pembelajaran harus dapat memberikan perasaan realistis kepada

siswa termasuk dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja

kolaborasi kerja produk, pelanggan maupun standar produknya.

Guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber

belajar siswa.

Berdasarkan beberapa aspek karakteristik di atas, pembelajaran

dengan model Project Based Learning (PjBL) menjadi model pembelajaran

yang dapat membangun kemandirian dan kreativitas siswa. Selain itu,

13
melalui pembelajaran berbasis proyek ini siswa dilatih untuk terbiasa

bertanggung jawab mewujudkan apa yang telah direncanakan sesuai minat

dan kemampuannya.

c. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning (PjBL)

Menurut Moursund (1997) beberapa keuntungan dari model

pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut:

1. Increased motivation

Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang

pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat

tekun, berusaha keras untuk mnyelesaikan proyek, siswa merasa lebih

bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran

sangat berkurang.

2. Increased problem-solving ability

Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar

pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil

memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

3. Improved library research skills

Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa

harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-

sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan

mendapatkan informasi akan meningkat.

14
4. Increased collaboration

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa

mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa pertukaran informasi online

adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.

5. Increased resource-management skills

Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik

memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam

mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-

sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Pengalaman yang dilakukan oleh Intel Corporation melalui Intel Teach

Program (2007) menunjukkan bahwa penerapan Project Based

Learning membawa keuntungan terutama bagi siswa, yaitu: (1)

meningkatkan frekuensi kehadiran, menumbuhkan kemandirian, dan

sikap positif terhadap belajar; (2) memberikan keuntungan akademik

yang sama atau lebih baik daripada dengan penggunaan model lain; (3)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

keterampilan kompleks; (4) memperluas akses belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman dan pendapat mengenai penerapan

pembelajaran berbasis proyek/Project Based Learning memiliki

kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan kemampuan siswa dalam

melakukan analisis dan sintesis tentang suatu konsep; (2) membiasakan

siswa untuk melakukan proses belajar dan bekerja secara sistematis; (3)

15
melatih siswa untuk melakukan proses berfikir secara kritis dalam

rangka memecahkan masalah yang nyata; (4) menumbuhkan

kemandirian siswa dalam belajar dan bekerja; dan (5) menumbuhkan

produktivitas siswa dalam menghasilkan karya hasil belajar.

d. Langkah- langkah Pembelajaran Berbasis Proyek/ Project Based Learning

(PjBL)

Menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) dalam

buku pedoman Metode Pembelajaran Berbasis Proyek dijelaskan bahwa

langkah-langkah Project Based Learning adalah:

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan

yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu

aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan

dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik

yang diangkat relevan untuk para siswa.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project).

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.

Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas

proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan

aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,

dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta

mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu

penyelesaian proyek.

16
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule).

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat

timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline

penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang

baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat era yang tidak

berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat

penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor Siswa dan Kemajuan Proyek (Monitor the Student and the

Progress of the Project).

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap

aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring

dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan

kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar

mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat

merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-

masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang

sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (evaluate the Experience)

17
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi

terhadap akivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi

dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta

didik diminta untuk mengungkapkan perasaaan dan pengalamannya

selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi

dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran.,

sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)

untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama

pembelajaran.

3.2 Ikhtisar Metode Penelitian

Untuk dapat melihat peran model pembelajaran Project Based Learning

dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Bangun Ruang Sisi

Datar, kita perlu melihat metode peneltian yang digunakan oleh peneliti dalam

artikel yang diulas. Terdapat sembilan artikel yang diulas merupakan penelitian

eksperimen, dua artikel dengan metode penelitian tindakan kelas dan satu

artikel dengan metode penelitian pengembangan. Berikut adalah uraian metode

yang digunakan pada artikel yang diulas.

Tabel 3.1 Ikhtisar Metode Penelitian

Jenis Penelitian Eksper


Jenis Peneliti
imen Jenis
Artikel an Pengemba Sumber Data
Kuanti- Kuali Gabu PTK
-ngan
tatif -tatif -ngan
Amarullah (2 √ Hasil tes kemampuan Berp
019) ikir Kreatif Pada Materi Po
kok Bangun Ruang Sisi Da
tar (Prisma dan Limas).
Ristiyani (201 √ Hasil tes kemampuan kone
9) ksi matematis siswa pada m

18
ateri bangun ruang sisi data
r.
Indratno, Jok √ hasil kemampuan berpikir kr
o, & Purnom itis siswa pada materi bangu
o (2018) n ruang sisi datar, hasil angk
et percaya diri, dan pengama
tan keaktifan siswa.
Muntaha (20 √ Hasil Tes Evaluasi Kemam
16) puan Penalaran Matematik
a dan komunikasi, data has
il observasi, angket, dokum
entasi dan wawancara.
Rahayu & Ha √ Hasil tes prestasi belajar, te
rtono s kemampuan berpikir kriti
(2016) s, dan angket motivasi bela
jar matematika SMP.
Ajarsari (201 √ Hasil tes THB siswa, hasil
7) observasi aktivitas siswa d
an hasil respon siswa.
Muwahiddah √ Hasil tes kemampuan pemec
(2020) ahan masalah materi bangun
ruang sisi datar
Safitri (2018) √ Hasil tes kemampuan komu
nikasi matematis peserta did
ik pada materi bangun ruang
sisi datar kelas VIII dan data
-data observasi dan dokume
ntasi.
Hidayah & S √ tes hasil belajar, lembar pen
ulistyaningru gamatan, lembar angket, dan
m (2018) perangkat pembelajaran (RP
P dan LKS).
Warsini (201 √ Hasil belajar matematika be
9) rupa tes uraian dan data obs
ervasi
Sucipta, Can √ Hasil tes kemampuan pemec
diasa & Suka ahan masalah matematika si
jaya (2018) swa terhadap tiga kelas sam
pel.
Daniel (2016) √ Hasil Tes
Kemampuan Berpikir Kritis
(TKBK).

Berdasarkan tabel ikhtisar metode penelitian, diperoleh informasi

bahwa sebagian besar artikel yang diulas merupakan penelitian eksperimen

19
dengan jenis pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Data tes

kemampuan matematis siswa diolah dengan berbagai teknik analisis data.

Untuk memperkuat hasil pengolahan data hasil tes, dilakukan pula analisis data

kualitatif yang berupa hasil observasi, catatan lapangan, angket dan

wawancara. Metode dokumentasi dilakukan untuk mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Sedangkan Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Menurut Muntaha

(2016) teknik wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang

proses penilaian maupun informasi terkait kendala dan hambatan selama proses

mengajar peserta didik yang diampu oleh guru dalam rangka meningkatkan

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa pada materi bangun

ruang sisi datar.

3.3 Fokus Perhatian dan Hasil Penelitian dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Project Based Learning

Sebagian besar penelitian tampaknya berfokus untuk mengetahui

efektivitas model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan

siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Peneliti menyadari bahwa

dibutuhkan langkah dan pembelajaran yang lebih inovatif dalam belajar

matematika untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

(Lampiran 1).

20
Beberapa peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis proyek

pada materi bangun ruang sisi datar dengan berbantuan media pembelajaran

Google Sketchup terhadap kemampuan berpikir kreatif, Augmented Reality

terhadap kemampuan analisis pemecahan masalah yang ditinjau dari

kecerdasan spasial, kartu matematika untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa, serta berbantuan Geogebra terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika (Amarullah, 2019; Muwahiddah, 2020;

Hidayah & sulistyaningrum, 2018; Sucipta, Candiasa & Sukajaya, 2018).

Adapun peneliti yang menerapkan model pembelajaran Project Based

Learning tanpa berbantuan media pembelajaran yang diterapkan pada

pembelajaran materi bangun ruang sisi datar siswa SMP terhadap berbagai

kemampuan siswa diantaranya kemampuan penalaran, koneksi dan

komunikasi matematis siswa (Ristiyani, 2019; Muntaha, 2016; Safitri, 2018),

kemampuan berpikir kritis (Indratno, Joko & Purnomo, 2018; Daniel, 2016)

dan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar matematika

(Warsini, 2020) serta peneliti yang melakukan penelitian dengan

membandingkan model pembelajaran Project Based Learning dengan model

lain seperti PBL yang ditinjau dari prestasi, kemampuan berpikir kritis, dan

motivasi belajar matematika siswa SMP dan membandingkan Project Based

Learning dengan media dan tanpa media (Rahayu & Hartono, 2016; Sucipta,

Candiasa & Sukajaya, 2018). Pada umumnya tujuan dari berbagai penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan dan mengetahui apakah penerapan

21
model pembelajaran Project Based Learning efektif untuk diterapkan pada

pembelajaran bangun ruang sisi datar siswa SMP.

Ada beberapa langkah pembelajaran Project Based Learning

diantaranya: (1) penentuan pertanyaan mendasar dimana guru memulai dengan

memberikan pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada peserta didik

(pertanyaan esensial); (2) mendesain perencanaan proyek yang dilakukan

secara kolaboratif oleh guru dan peserta didik; (3) menyusun jadwal dilakukan

secara kolaboratif, meliputi pembuatan timeline dan deadline. Guru diharapkan

membimbing peserta didik untuk merencanakan cara baru dan meminta siswa

membuat penjelasan tentang pemilihan suatu cara; (4) memonitor siswa dan

kemajuan proyek yang menjadi tanggungjawab dari guru dengan cara

memfasilitasi siswa pada setiap proses; (5) menguji hasil, dilakukan untuk

membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam

mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang

tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar

dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya; (6) mengevaluasi

pengalaman yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran untuk

memperbaiki kinerja selama proses demi memperoleh temuan baru untuk

menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran (The

George Lucas Educational Foundation, 2005).

Penelitian Amarullah (2019) yang dilatarbelakangi dari permasalahan

kurangnya inovasi siswa dalam belajar matematika, kesulitan siswa dalam

memvisualkan bangun ruang sisi datar dan kurangnya kreatifitas siswa dalam

22
pemecahan masalah soal matematika. Permasalahan yang peneliti temukan

bahwa banyak dari peserta didik belum bisa mengembangkan pemecahan soal.

Mereka cenderung pasif untuk bertanya dan hanya menerima informasi dari

guru, sehingga peneliti menyadari bahwa perlu adanya langkah pembelajaran

yang lebih invovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan

model pembelajaran Project Based Learning Berbantu Media Rancang Bangun

Google Sketchup terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada materi pokok

Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan Limas) dan merupa kan jenis penelitian

kuantitatif dengan metode eksperimen berupa desain post test-only control

group desaign (tanpa ada tes awal). Langkah pertama pada tahap pelaksanaan,

peneliti memberikan uji soal pre test yang telah di rancang sesuai dengan

indikator kreatifitas dan telah teruji kevalidannya. Subyek yang diambil oleh

peneliti adalah siswa kelas VIII SMP Karanganyar yang berjumlah 124 siswa

untuk 4 kelas yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Kelas VIII SMP N 1


Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2017/2018
Jumlah
No Kelas
Siswa
1. VIII A 32
2. VIII B 32
3. VIII C 30
4. VIII D 30
Jumlah 124
Sumber: Amarullah (2019)

23
Keempat kelas ini kemudian dipilih secara acak dalam penentuan kelas

eksperimen dan kontrol. Dari pengambilan acak tersebut ditetapkan kelas VIII

A sebagai kelas eksperimen dan VIII B sebagai kelas kontrol. Tahap

pembelajaran dua kelas yang menjadi sampel pada penelitian kali ini akan

diberi treatment yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk kelas eksperimen diberikan metode pembelajaran khusus, yakni

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning berbantu media

pembelajaran Google Sketchup. Model pembelajaran ini mempunyai

karakteristik tertentu ketika diterapkan dalam skema pembelajaran karena

menggunakan tugas proyek sebagai langkah proses belajar mengajarnya.

Dalam pelaksanannya, model pembelajaran ini mempunyai beberapa tahapan,

yaitu 1. Penentuan Proyek, 2. Perancangan, 3. Penyusunan jadwal, 4

Penyelesaian proyek 5. Penyusunan Laporan dan terkahir 6. Evaluasi tugas

Proyek (Hosnan, 2014). Pada tahap awal, siswa di berikan stimulus dan

pertanyaan seputar materi yang diajarkan. Siswa diarahkan untuk mencari

permasalahan kontekstual yang terkait dengan materi, hal ini bertujuan untuk

membiasakan siswa mengaitkan materi dengan hal-hal yang bersifat nyata.

Setelah mencari permasalahan, siswa dibimbing untuk mengerjakan tugas yang

dikemas secara proyek, hal ini bertujuan untuk membiasakan siswa

memecahkan masalah dengan beragam solusi dan konsep penyelesaian.

Dengan mengerjakan LKPD yang diberikan, siswa dilatih untuk mengerjakan

soal berbentuk proyek yang bertujuan untuk melatih karakter siswa supaya

mempunyai banyak gagasan. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil yang

24
telah dikerjakannya sebagai langkah mengimplementasikan ke bentuk

ungkapan. Setelah itu, siswa diberikan soal post test yang telah diuji

kualitasnya dan mengandung indikator kreatifitas. Indikator kreatifitas

meliputi: Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency), Keterampilan Berpikir

Lentur (Fleksibel), Keterampilan Berpikir Orisinil dan Keterampilan Berpikir

Terperinci (Munandar, 2009). Pada kelas kontrol, pembelajaran yang

dilakukan menggunakan model pembelajaran biasa atau lebih dikenal dengan

model konvensional. Pada pembelajaran di kelas kontrol ini, antusias dari para

siswa terlihat biasa saja, karena model ini sudah biasa mereka rasakan sehari-

hari. Selain kurang menarik perhatian siswa, faktor lain penyebab model

pembelajaran ini kurang mendapat perhatian sebagian besar siswa dikarenakan

dalam proses pembelajaran, peran guru sangat dominan dan siswa cenderung

kurang diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri. Akibatnya siswa pasif

ketika ditanya tentang materi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan diperoleh hasil, ada perbedaan secara signifikan antara

kemampuan berpikir siswa kelas eksperimen dengan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas kontrol. Dari simpulan di atas dinyatakan bahwa

permbelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

berbantu Media Rancang bangun Google Sketchup efektif terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Datar

(Prisma dan Limas) di SMP N 1 Karanganyar Demak. Proses pembelajaran

menggunakan media Google Sketchup dibutuhkan waktu yang lama sehingga

guru dalam menyusun rencana pembelajaran, alokasi waktunya harus

25
diperhitungkan dengan baik. Penerapan model pembelajaran Project Based

Learning berbantu Media Rancang Bangun Google Sketchup masih keliru

dimana masalah yang disajikan dalam penelitian ini adalah kurangnya inovasi

siswa dalam belajar matematika, kesulitan siswa dalam memvisualkan bangun

ruang sisi datar dan kurangnya kreatifitas siswa dalam pemecahan masalah soal

matematika namun solusinya tidak mengarah ke sana melainkan meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif. Adapun tahapan model pembelajaran Project

Based Learning tidak dijelaskan dengan baik. Selain itu, tidak ada produk yang

dihasilkan. Tugas proyek ditafsirkan sebagai tugas yang dikerjakan secara

berkelompok saja. Penelitian ini menunjukkan bahwa guru menggunakan

model ini untuk mencari rumus luas permukaan prisma dan limas sehingga

fokus pembelajarannya tidak pada keterampilan pemecahan masalah

melainkan keterampilan penguasaan konsep. Kegiatan pembelajaran juga tidak

jelas mengarah untuk KD dan IPK apa. Tidak ada penjelasan tentang

keterkaitan antara model pembelajaran Project Based Learning dan kreatifitas

serta tentang materi atau IPK yang diambil dengan kreatifitas..

Tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya, Sucipta, Candiasa &

Sukajaya (2018) juga melakukan penelitian berbasis proyek dengan berbantuan

Geogebra. Sejauh ini penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada

penguasaan keterampilan dasar (basic skills) atau masih jarang adanya

penekanan terhadap penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-

hari, berkomunikasi secara matematis dan bernalar secara matematis. Beberapa

siswa dalam upayanya memahamimateri berpotensi mengalami kesulitan untuk

26
memahami dan membayangkan isi dari materi tersebut. Hal ini akan

menghambat proses pembelajaran karena apabila siswa tersebut memerlukan

waktu lama untuk memahami materi maka proses pembelajaran sampai dengan

penyelesaian proyek pun akan memerlukan waktu yang lama pula.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu media yang menunjang model

tersebut. Salah satu media pembelajaran yang tepat dipadupadankan dengan

model ini yaitu GeoGebra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

peningkatan kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan GeoGebra. Jenis

penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain post test only control

group dengan populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

PGRI 2 Denpasar Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdistribusi ke dalam 11 kelas.

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling untuk

memperoleh tiga kelas sebagai sampel penelitian. Penelitian ini melibatkan

variabel bebas dan varibel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan pada kelas eksperimen

pertama serta model pembelajaran berbasis proyek berbantuan GeoGebra yang

diterapkan pada kelas eksperimen kedua. Sedangkan variabel terikat dalam

penelitian ini adalah variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas VIIII SMP PGRI 2 Denpasar. Data

pada penelitian ini adalah skor kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa yang dikumpulkan melalui tes berbentuk uraian. Setelah kelompok

sampel diberikan perlakuan, pada akhir penelitian siswa akan diberikan tes

27
kemampuan pemecahan masalah berbentuk tes essay selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis yang diajukan.

Pada kelas eksperimen pertama, siswa mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media GeoGebra. Pada kelas

ini siswa diberikan sebuah proyek yang berupa pembuatan jaring-jaring dan

bangun dari empat jenis bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan

limas. Proyek yang diberikan tidak semata-mata hanya membuat jaring-jaring

dan bangunnya namun terdapat informasi yang harus mereka temukan terlebih

dahulu agar bisa menyelesaikan proyek. Informasi tersebut adalah salah satu

panjang rusuk yang belum diketahui dari bangun ruang sisi datar tersebut.

Kelompok siswa yang mendapatkan proyek pembuatan jaring-jaring hanya

diberitahu luas permukaan dari bangun ruang sisi datar tersebut dan salah satu

panjang rusuknya sehingga siswa harus menemukan terlebih dahulu panjang

rusuk yang lain agar bisa membuat proyek tersebut. Secara tidak langsung

melalui proyek ini siswa akan mencari cara untuk memecahkan suatu masalah

dengan kata lain diperlukannya kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa untuk menyelesaikan proyek tersebut. Pemberian proyek ini membuat

siswa semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan membuat

pembelajaran lebih bermakna. Hal ini disebabkan karena siswa terjun langsung

dalam pembuatan proyek sehingga secara tidak langsung siswa akan mengasah

kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi selama

pembuatan proyek, serta dengan adanya interaksi antar siswa dalam kelompok

akan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena secara

28
bersama-sama siswa akan menerapkan pengetahuan yang mereka miliki

maupun pengetahuan baru yang mereka peroleh selama pembelajaran untuk

menyelesaikan proyek tersebut. Terkait penyelesaian proyek pada kelas

eksperimen pertama, seluruh kelompok difasilitasi dengan media GeoGebra

sesuai dengan materi yangmereka peroleh. Media GeoGebra sangat membantu

peserta didik dalam memahami konsep dari materi terkait proyek tersebut.

Antusias belajar siswa jauh lebih meningkat setelah difasilitasi dengan media,

selain rasa ingin tahu mereka semakin meningkat, dengan antusias dan rasa

ingin tahu yang besar dari siswa sangat membantu untuk kelancaran proses

pembelajaran sehingga siswa akan lebih memusatkan perhatiannya kepada

materi dan proyek yang harus diselesaikan maka siswa akan lebih mudah

memahami konsep dari materi tersebut dan siswa akan lebih mudah dalam

memahami suatu permasalahan dan menyelesaikannya. Hal ini disebabkan

karena melalui media GeoGebra siswa dapat melihat ilustrasi berupa gambar

tiga dimensi dari bangun ruang sisi datar tersebut sehingga siswa dengan

mudah dapat mengkontruksi pengetahuan mereka terkait bangun ruang sisi

datar.

Pada kelas eksperimen kedua, siswa mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran berbasis proyek. Pada kelas ini siswa diberikan sebuah

proyek yang sama dengan kelas eksperimen pertama hanya saja pada kelas

eksperimen kedua siswa tidak difasilitasi dengan mediasehingga siswa hanya

mengandalkan sumber lain seperti buku pegangan siswa yang telah mereka

miliki. Serupa dengan kelas eksperimen pertama, siswa pada kelas eksperimen

29
keduapun lebih menyukai proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran berbasis proyek. Hal ini disebabkan karena siswa secara langsung

mengerjakan proyek tersebut dalam kelompoknya sehingga siswa secara

bersama-sama dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka miliki maupun

pengetahuan baru guna menyelesaikan proyek, dengan adanya interaksi antar

siswa dalam kelompok membuat proses belajar lebih menyenangkan dan tidak

membosankan bagi siswa. Hanya saja siswa mengalami kesulitan di dalam

memahami konsep dari materi yang mereka peroleh, khususnya dalam

membayangkan beberapa unsur dan asal mula penurunan rumus dari bangun

ruang sisi datar. Karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep

dari materi tersebut sehingga siswa pun mengalami kesulitan pula dalam

menyelesaikan proyektersebut namun masih bisa teratasi melalui proses diskusi

kelompok dan bimbingan antar siswa dengan guru. Hanya saja terdapat

beberapa siswa yang memiliki karakter dimana apabila siswa mengalami

kesulitan maka antusias dari siswa tersebut dalam mengikuti pembelajaran

menurun sehingga sebagian besar siswa belum paham benar terkait materi

bangun ruang sisi datar jadi apabila siswa diberi permasalahan dengan sedikit

bentuk yang berbeda dari proyek yang diberikan, terdapat beberapa siswa dapat

menyelesaikannya dan sebagian besar siswa bingung bagaimana cara

menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun dengan di terapkan model

pembelajaran berbasis proyek ini siswa secara langsung menangani suatu

permasalahan yang teradapat dalam pembuatan proyek jadi siswa lebih terbiasa

30
dalam menghadapi persoalan non- routine atau dengan kata lain persoalan

terkait mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Pada kelas kontrol siswa tidak dibentuk kelompok seperti pada kelas

eksperimen pertama maupuneksperimen kedua. Pembelajaran yang diterapkam

disekolah yaitu model pembelajaran langsung dengan pendekatan scientific

namun tidak dibentuk dalam kelompok. Peran guru dalam pembelajaran ini

masih mendominasi khususnya pada penyampaian materi. Hal itu berdampak

pada partisipasi maupun keaktifan siswa di kelas, sehingga pembelajaran

terkesan kurang menyenangkan dan monoton. Selain itu, pada saat diskusi guru

yang lebih aktif memberikan penjelasan melalui contoh soal dan latihan-latihan

jadi siswa akan cenderung bergantung pada guru serta kurangnya interaksi antar

siswa menyebabkan siswa cenderung tidak mengkonstruksi pengetahuannya

guna mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika.

Selain pemaparan di atas, tahapan-tahapan dari pembelajaran berbasis

proyek dengan berbantuan media GeoGebra pula yang mendukung dampak

positif yang diberikan kepada siswa. Tahapan pada model pembelajaran

berbasis proyek tersebut dapat membantu siswa secara terstruktur untuk

memahami permasalahan yang ada dan dalam pembuatan proyek yang

diberikan. Tahapan awal pada model pembelajaran pembelajaran berbasis

proyek yakni dimulai dengan pertanyaan mendasar, pada penerapannya guru

mengajukan pertanyaan esensial guna memancing pengetahuan, tanggapan dan

ide peserta didik terkait materi yang berhubungan dengan proyek yang akan

dilaksanakan dan pada tahap ini pula guru mengenalkan media GeoGebra yang

31
akan dimanfaatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Media GeoGebra

tersebut memudahkan siswa dalam memahami materi khususnya pada materi

bangun ruang sisi datar secara visual, dimana pada materi ini siswa harus bisa

membayangkan bagaimana bangun ruang tersebut serta media ini pula

membantu siswa secara visual untuk memahami bagaimana cara mencari luas

permukaan danvolume dari bangun ruang sisi datar. Tahapan berikutnya adalah

mendesain perencanaan proyek, dimana dalam tahapan ini siswa secara

berkelompok merancang aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam

kelompok tersebut dan mengetahui alat serta bahan yang diperlukan dalam

pembuatan proyek. Adapun proyek yang diberikan kepada siswa adalah proyek

yang terkait dengan pemecahan suatu masalah yaitu untuk kelompok yang akan

membahas materi luas permukaan bangun ruang sisi datar akan membuat

jaring-jaring dari bangun ruang tersebut dengan menggunakan karton dimana

informasi yang dimiliki siswa sebagai dasar pembuatan jaring-jaring tersebut

yaitu hanyadiketahui luas permukaan dari bangun ruang tersebut dengan salah

satu panjang rusuknya tidakdiketahui, begitu pula dengan kelompok yang akan

membahas materi volume bangun ruang sisidatar akan membuat bangun ruang

tersebut dengan menggunakan karton dimana informasi yang dimiliki siswa

sebagai dasar pembuatan bangun ruang tersebut yaitu hanya diketahui volume

dengan salah satu panjang rusuknya tidak diketahui, sehingga siswa harus

melengkapi informasi yang diperlukan dengan mencari panjang rusuk yang

belum diketahui. Berkaitan dengan hal tersebut guru memberikan media

GeoGebra guna memudahkan siswa dalammengetahui kebenaran akan hasil

32
yang mereka peroleh dalam upaya melengkapi informasi untuk menyelesaikan

proyek. Media tersebut berfungsi untuk membantu siswa untuk mengetahui

kebenaran akan hasil perhitungan yang dilakukan siswa dalam menentukan

panjang rusuk yang belum diketahui dengan cara menggeser slider untuk

memperkirakan panjang rusuk yang belum diketahui, jika hasil dari luas

permukaan atau volume sesuai dengan informasi yang diketahui maka itulah

panjang rusuk yang belum diketahui. Tahapan yang ketiga dari pembelajaran

berbasis proyek yaitu memonitor siswa dan kemajuan proyek. Pada tahap ini

guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa

dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap prosesnya. Pada tahap inilah siswa

melaksanakan bimbingan atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

selama proses pembuatan proyek. Tahap yang keempat pada pembelajaran

Project Based Learning ini yaitu penilaian hasil. Pada tahap ini masing-masing

kelompok melaksanakan presentasi terkait materi yang dibahas pada kelompok

masing-masing yaitu terkait bagaimana asal mula rumus bangun ruang yang

telah diketahui pada buku sumber dan bagaimana cara menentukan panjang

rusuk yang belum diketahui sehinga bisa menghasilkan proyek yang telah

ditentukan serta membahas terkait soallatihan yang terdapat pada LKS, dengan

hal-hal yang dibahas seperti pemaparan tersebut siswaakan dapat memahami

terkait materi dan bagaimana cara menyelesaikan persoalan non-routinedengan

penyampaian yang dilakukan oleh teman sebayanya maka siswa lain sebagai

pendengar akan lebih mudah mencerna dengan cara penyampaian dari

kelompok pembahas, namun jika masih terdapat siswa yang kurang mengerti

33
maka guru akan meluruskan hal-hal yang masih membingungkan bagi siswa.

Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis proyek ini adalah mengevaluasi

pengalaman. Pada tahap akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan

refleksi terhadap aktifitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Guru

meminta tanggapan dari siswa terkait pembelajaran yang telah berlangsung

selama ini dengan cara meminta kesan dan pesan dari masing-masing

kelompok.

Dengan memberikan otonomi kepada siswa dalam menentukan

perencanaan sampai dengan pelaksanaan proyek yang berbasis masalah

merupakan keunggulan dari model ini, dimana siswa secara tidak langsung

mengembangkan pemikirannya dalam menanganisuatu masalah. Model ini pun

disertai dengan berbantuan media GeoGebra yang membuat siswa semakin

mudah memahami materi dengan visualisasi yang ada serta siswa pun lebih

tertarik mengikuti pelajaran dengan media yang disajikan. Pada penelitian ini,

masih terdapat kekeliruan. Solusi yang diberikan berupa pembuatan jaring-

jaring dimana lebih menekankan pada indikator pemahaman konsep yang tidak

sejalan dengan tujuan yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Tugas proyek, materi pembelajaran dan

media pembelajaran Geogebra yang peneliti terapkan lebih megarahkan siswa

dalam memahami konsep serta tidak ada proyek yang dihasilkan. Dari langkah

pembelajaran yang peneliti sajikan, terdapat kekeliruan antara tujuan penelitian

dan pelaksanaan pembelajaran. Tujuan untuk peningkatan kemampuan

pemecahan masalah, namun yang disajikan pada pembahasan semuanya

34
mengarah pada keterampilan pemahaman konsep. Peneliti sangat detail dalam

menjelaskan tahapan-tahapan model pembelajaran berbasis proyek ini, hanya

saja hanya saja peneliti keliru dalam menentukan indikator materi dimana

konsennya pada indikator pemahaman konsep matematika siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Muntaha (2016) terhadap kemampuan

penalaran dan komunikasi matematika materi bangun ruang sisi datar pada

siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Comal yang terdiri dari kelas VIII A

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII

C sebagai kelas uji coba yang termasuk penelitian eksperimen. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kurangnya keaktifan dan minat siswa terhadap materi

bangun ruang sisi datar, sehingga menyebabkan rendahnya pemahaman atau

penalaran siswa terhadap materi, selain itu komunikasi siswa pun mengalami

stagnan (tidak ada perkembangan) atau bahkan penurunan. Oleh karena itu,

upaya yang dilakukan untuk meningkatkannya yaitu menggunakan model

pembelajaran demonstrasi berbasis Project Based Learning. Tujuan dari

penelitian ini adalah 1) mengetahui kemampuan penalaran dan komunikasi

matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi

berbasis Project Based Learning dapat mencapai ketuntasan, 2) adanya

pengaruh antara minat dan keaktifan terhadap kemampuan penalaran dan

komunikasi matematika siswa, 3) mengetahui sejauh mana kemampuan

penalaran dan komunikasi siswa yang menggunakan model demonstrasi

berbasis Project Based Learning lebih baik dari pada model pembelajaran

konvensional. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode

35
wawancara, tes evaluasi kemampuan penalaran dan komunikasi, angket,

observasi dan dokumentasi. Model yang dirancang oleh peneliti yaitu model

pembelajaran demonstrasi, termasuk dalam model pembelajaran langsung.

Akan tetapi model pembelajaran demonstrasi ini digabungkan dengan

pembelajaran berbasis proyek, dimana guru menyelidiki ide-ide penting dan

bertanya, sehingga siswa menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki,

sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Widyantini, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan model

pembelajaran demonstrasi berbasis Project Based Learning mencapai

ketuntasan lebih dari 80% dengan kriteria ketuntasan minimal 76. Hasil uji

pengaruh menunjukkan adanya pengaruh antara keaktifan terhadap

kemampuan penalaran dan komunikasi, pengaruh minat terhadap kemampuan

penalaran dan komunikasi, dan pengaruh kedua-duanya yaitu minat dan

keaktifan terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi. Hasil uji banding

juga menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dan komunikasi matematika

siswa yang menggunakan model pembelajaran demonstrasi berbasis Project

Based Learning lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran

konvensional. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran efektif. Diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang

mengacu pada pembelajaran konsep, namun tidak semua materi dapat

digunakan dengan model ini. Dengan pembelajaran berbasis proyek ini

mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan

36
menciptakaan suasana belajar menjadi menyenangkan walau terkadang peserta

didik sukar melihat dengan jelas benda yang dipertunjukkan dalam model

demonstrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Muntaha ini baik adanya, dimana

dalam prosesnya siswa yang telah paham terkait konsep bangun ruang sisi datar

kemudian diberikan proyek untuk mendesain sebuah proyek dari apa yang

telah dipahami. Kekurangan dari penelitian ini, antara lain : penelitian ini tidak

mengarahkan siswa pada kemampuan pemecahan masalah. Dari silabus materi

bangun ruang sisi datar yang disajikan dalam penelitian, KD dan IPK materi

yang diakses oleh peneliti adalah KD pengetahuan bukan KD keterampilan

serta indikator pemahaman konsep bukan pada pemecahan masalah. Adapun

sintaks model pembelajaran berbasis proyek disajikan sesuai tahapan PjBL,

namun tugas yang diberikan terkait dengan unsur-unsur, jaring-jaring dan luas

serta volume bangun ruang sisi datar bukan merupakan KD keterampilan

melainkan pengetahuan.

Penelitian lain dilakukakan oleh Muwahiddah (2020) pada materi

geometri dengan mengambil permasalahan dalam pembelajaran matematika

yang tidak kunjung selesai yakni pembelajaran yang bersifat pasif,

rendahnya motivasi belajar siswa, rendahnya kemampuan siswa

memvisualisasi gambar geometri, lemahnya kemampuan pemecahan

masalah geometri siswa dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode

mix methods atau penelitian kombinasi dengan model squencial explanatory.

Penelitian dilakukan di SMP Islam Al-Madina Semarang pada siswa kelas

VIII dengan mengambil tiga kelas, yaitu dua kelas sebagai kelas eksperimen

37
dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Studi literatur ini akan membahas

tentang model Project Based Learning (PJBL) berbasis etnomatematika

berbantuan teknologi Augmented Reality (AR) untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah geometri. Pada penelitian ini

etnomatematika yang digunakan adalah benda atau makanan tradisional yang

ada di Kota Semarang. Benda atau makanan tradisional Semarang yang

merupakan produk etnomatematika akan digunakan sebagai bentuk-bentuk

alat peraga yang nyata dan dapat ditemukan di kehidupan siswa sehari-hari.

Sehingga selainmembantu siswa dalam memahami materi geometri, dapat

juga digunakan untuk memberikan pengetahuan dan pengenalan mengenai

benda dan makanan tradisional Semarang. Materi yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah materi geometri, khususnya pada materi bangun ruang

sisi datar. Akan dipilih beberapa benda dan makanan tradisional yang ada di

Semarang yang memiliki bentuk menyerupai bangun-bangun sisi datar pada

geometri. Adapun beberapa contoh etnomatematika di Semarang yang

dipakai, yaitu :

Gambar 3.1 Tahu Bakso Gambar 3.2 sampokong

38
Gambar 3.3 Enteng-enteng Gepuk Gambar 3.4 Kue Koci

Gambar etnomatematika yang dapat di jumpai di Semarang seperti

beberapa contoh gambar di atas memiliki bentuk yang menyerupai bangun-

bangun geometri yaitu: tahu bakso menyerupai bangun balok, bangun di

klenteng Sam Po Kong menyerupai bangun kubus, enteng-enteng gepuk

menyerupai prisma segitiga dan kue koci menyerupai bangun limas.

Makanan tradisional tersebut akan dijadikan objek siswa untuk

menyelesaikan tugas proyek yang diberikan.

Pada penelitian ini digunakan aplikasi AR yang sudah siap

digunakan dalam pembelajaran aplikasi tersebut adalah AGAR (Amazing

Geometry Augmented Reality).Pada aplikasi ini ada beberapa pilihan menu

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu metode observasi,

metode simulasi, dan metode kalkulasi. Cara pengoperasian aplikasi ini

dengan menggunakan kartu AR. Beberapa gambar dari aplikasi AGAR,

yaitu:

Gambar 3.5 Icon AGAR (AR) Gambar 3.6 Kartu

39
AR

Gambar 3.7 Metode Simulasi Gambar 3.8 Metode Kalkulasi

Pada metode observasi, kita dapat melihat unsur-unsur dan sifat-sifat

pada suatu bangun ruang. Pada metode simulasi, kita dapat melihat beberapa

bentuk jaring-jaring dari suatu bangun ruang dan metode kalkulasi dapat

menghitung luas permukaan dan volume dari suatu bangun ruang. Aplikasi

ini diharapkan dapat memperjelas visualisasipada bangun-bangun geometri.

Model pembelajaran Project Based Learning-etnomaatematika

berbantuan augmented reality merupakan penggabungan antara model

pembelajaran berbasis proyek dan benda ataupun makanan etnomatematika.

Kemudian media ini akan digunakan sebagai bantuan untuk dapat lebih

memahami materi geometri pada kehidupan nyata dan pada pembelajaran.

Tahapan yang digunakan dalam model pembelajaran PjBL-etnomatematika

berbantuan media AR menggunakan tahapan yang sama yaitu model

pembelajaran yang dikembangkan oleh Wati (2018) hanya ada perbedaan

dalam deskripsi kegiatan yang dilakukan. Berikut ini disajikan uraian

kegiatan pembelajaran sesuai dengan tahap model pembelajaran yang akan

dilaksanakan:

Fase 1: Menganalisis Masalah

40
Pada fase ini guru mengelompokkan siswa sebanyak empat sampai

lima siswa setiap kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat melakukan

diskusi dengan kelompoknya dan guru dapat melakukan pengamatan kerja

siswa menjadi lebih efektif. Pada fase ini siswa diminta melakukan

pengamatan mengenai bentuk-bentuk bangun atau makanan tradisional di

Semarang. Berdasarkan pengamatan tersebut kemudian siswa dapat

menganalisis masalah dari salah satu bangun atau makanan tradisional di

Semarang dengan cara membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.

Guna mengeksplor pengetahuan siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan

atau pernyataan yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Kemudian

siswa juga dapat menanyakan hal-hal yang kurang jelas dalam proses

penugasan proyek.

Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal

Pada tahap ini siswa membuat desain dan jadwal pengerjaan proyek

secara kolaboratif bersama kelompok maupun guru. Kegiatan yang

dilakukan dengan kelompok dalam tahap ini dapat berupa pemilihan bangun

atau makanan tradisional yang ingin diteliti dan menyusun jadwal untuk

melaksanakan penelitian dan persiapan sebelum penelitian. Kegiatan yang

dapat dilakukan dengan guru yaitu mendiskusikan aturan yang harus ditaati

dalam pelaksanaan proyek, antara lain: menentukan batas akhir

pengumpulan proyek, menentukan tahapan dalam pelaksanaan proyek

dengan media AR, menentukan tempat pelaksanaan proyek, hal yang harus

ditaati dan dilaporkan dalam pelaksanaan proyek, memberikan sanksi jika

41
ada siswa yang melanggar hal-hal yang disepakati.

Fase 3: Melaksanakan Penelitian

Penelitian dapat dilakukan pada jam pelajaran di sekolah secara

bersama- sama kemudian jika penelitian belum selesai dapat dilanjutkan di

luar jam pelajaran tersebut. Penelitian awal yang dilakukan siswa di jam

pelajaran bertujuan agar guru dapat mengontrol kegiatan siswa pada saat

melakukan proyek, sehingga guru dapat memberikan arahan jika ada siswa

yang mengalami kebingungan dalam pelaksanaan proyek. Pada tahap ini

guru dapat melakukan pengamatan dan penilaian atas kegiatan siswa dalam

penelitian.

Kegiatan dalam penelitian ini dapat berupa pengamatan pada bangun

atau makanan tradisional Semarang yang berbentuk bangun ruang sisi datar.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, siswa dapat mengetahui unsur-

unsur bangun ruang pada bangun atau makanan tradisional Semarang yang

telah dipilih. Kemudian siswa dapat menggambar dan menghitung semua

unsur, luas dan volume pada bangun atau makanan tradisional Semarang

yang dipilih secara manual dan dilakukan pengecekan dengan media AR.

Kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dibantu dengan media

pembelajaran AR dalam pelaksanaannya.

Fase 4: Menyusun Prototipe Produk

Setelah kegiatan penelitian selesai siswa memiliki data-data hasil

pengamatan terhadap bangun atau makanan tradisional Semarang yang telah

dipilih. Kemudian data-data yang telah dikumpulkan dapat segera dianalisis

42
dan dibuat laporan pengamatan mengenai nama, gambar, unsur - unsur, dan

menentukan luas serta volume dari benda yang diamati. Siswa dapat

memberikan laporannya melalui pengamatan secara manual dan

pengamatan yang dibantu dengan media pembelajaran AR.Kemudian siswa

dapat melihat keterkaitan antara pengamatan manual dengan pengamatan

dengan bantuan AR.

Fase 5: Menilai, Memperbaiki dan Menambahkan Prototipe

Setelah laporan atau portotipe telah dibuat bersama kelompoknya,

siswa dapat mengkonsultasikan prototipe kepada guru. Saat konsultasi

prototipe guru dapat memberikan kritik maupun saran mengenai prototipe

yang dibuat siswa. Hal ini bertujuan agar tidak ada kesalahan konsep saat

siswa mempublikasi atau mempresentasikan hasil proyek yang telah dibuat.

Fase 6: Publikasi Proyek

Setelah prototipe dari semua kelompok yang telah dikonsultasikan

kepada guru diperbaiki dan disetujui guru, maka masing-masing kelompok

dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil pengamatan atau proyek yang

telah dilakukan bersamateman kelompok.

Fase 7: Memberikan Tanggapan.

Setelah semua kelompok mempublikasikan hasil proyek. Masing-

masing siswadapat memberikan tanggapan atas hasil proyek kelompok lain.

Kemudian guru dapat memberikan tanggapan atas masing-masing

kelompok. Tanggapan tersebut dapat berupa kritik, saran, pertanyaan

maupun pembenaran jika ada hal yang kurang tepat.

43
Fase satu sampai fase enam merupakan fase praproyek. Pada fase-

fase ini kegiatan tidak hanya dapat dilakukan pada jam pelajaran namun

dapat juga dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru

merancang deskripsi proyek, menjelaskan skema penugasan, menyediakan

media, sumber belajar dan menyiapkan kondisi pembelajaran. Pada fase

ketujuh merupakan fase paska proyek. Pada fase ini guru bertugas untuk

memberikan penilaian, penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas hasil

kerja siswa. Prinsip PjBL yang menggunakan proyek sebagai cara

pengerjaannya dilakukan dengan tahapan: penentuan proyek, perencanaan

proyek, penyusunan pelaksanaan proyek, penyelesaian proyek, penyusunan

laporan dan presentasi serta evaluasi proses dan hasil proyek. Berdasarkan

tahapan PjBL, siswa dituntut untuk aktif mengerjakan tugasnya sendiri.

Penugasan proyek dengan PjBL menuntut siswa lebih bertanggung jawab

atas tugas yang mereka dapatkan karena mereka harus memahami proyek

yang mereka kerjakan sendiri dikarenakan mereka harus

mempresentasikan hasil akhirnya. Penggabungan PjBL-etnomatematika

menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik. Etnomatematika yang

merupakan budaya yang ada disekitar siswa akan dijadikan sebagai proyek

dalam penugasan pembelajaran. Penerapan etnomatematika sebagai sarana

untuk memotivasi peserta didik dalam belajar matematika mengakibatkan

pembelajaran akan menjadi lebih bermakna, dalam artian peserta didik

mengetahui manfaat belajar matematika dalam kehidupan nyata (Sirate,

2012; Mahendra, 2017). Etnomatematika yang digunakan biasanya

44
berbentuk bangunan di tempat wisata, hiasan budaya atau makanan daerah

khas Semarang. Bentuk-bentuk etnomatematika yang nyata terkadang

menyebabkan siswa bingung untuk memasangkan dengan bangun ruang sisi

datar pada matematika yang berbentuk gambar dua dimensi. Perbedaan

antara bentuk nyata dan gambar dua dimensi dapat dibantu dengan

penggunaan Augmented Reality (AR). Metode pada AR yang terdiri dari

metode observasi, metode simulasi dan metode kalkulasi yang dapat

membantu siswa untuk dapat mengilustrasi gambar dua dimensi menjadi

bangun tiga dimensi yang akan terlihat lebih nyata. Sehingga siswa dapat

membandingkan dengan bangun-bangun etnomatematika yang nyata.

Melalui metode observasi dan simulasi siswa dapat melihat unsur-unsur dan

jaring-jaring bangun yang dipilih dengan jelas, dan melalui metode kalkulasi

siswa dapat mengecek hasil perhitungan siswa secara manual dengan rumus

dibandingkan dengan hasil dengan aplikasi AR. Penggunaan media AR

dapat menarik siswa sehingga siswa merasa lebih mudah mempelajari

konsep-konsep geometri (Rohendi, et al, 2018). Pembelajaran yang dikemas

dengan model PjBL-etnomatematika dan media AR diharapkan dapat

meningkatkan kecerdasan spasial siswa karena dengan proyek benda-benda

etnomatematika yang nyata dengan dibantu aplikasi media AR siswa dapat

melihat dan mempelajari suatu objek bangun ruang yang ada dari segala sisi.

Keunggulan dari model PjBL-etnomatematika ditambah dengan bantuan

media AR yang dapat membantu siswa dalam mengilustrasi gambar dua

dimensi menjadi gambar yang terlihatnyata dan dapat bergerak. Media AR

45
membantu siswa dalam mencocokkan bangun- bangun yang nyata dengan

bangun-bangun yang ada dalam geometri. Unsur-unsur dalam geometri juga

dapat terlihat dengan jelas dengan menggunakan bantuan media AR. Jika

siswa dapat memahami bangun dan unsur-unsur geometri dengan baik,

diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa, sehingga siswa

dapat memahami soal - soal geometri dengan baik dan dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah geometri siswa. Menggunakan model

Project Based Learning-etnomatematika berbantuan augmented reality

dapat dijadikan pilihan strategi pembelajaran untuk mencapai dan

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri siswa, karena

tahapan model Project Based Learning-etnomatematika dapat menuntut

siswa aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya dan dengan benda

etnomatematika pembelajaran menjadi lebih bermakna dalam kehidupan

nyata ditambah dengan media augmented reality dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan motivasi belajar siswa, namun media augmented

reality ini hanya dapat digunakan untuk materi bangun ruang sisi datar dan

bangun ruang sisi lengkung saja.

Penelitian ini baik adanya, dimana peneliti mengarahkan siswa untuk

mencari masalah yang ada pada jajanan Semarang yang berbentuk bangun

ruang sisi datar dengan tahapan pembelajarannya sesuai dengan model

pembelajaran Project Based Learning sehingga diperoleh hasil yang efektif.

Peneliti mengakses KD keterampilan dalam penelitian ini dan digunakan

untuk memfasilitasi siswa melakukan kegiatan di luar sekolah untuk

46
mengaplikasikan ilmu. Peneliti juga menyajikan dengan baik terkait

hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan spasial.

Kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, yakni peneliti hanya sebatas

menerangkan bahwa siswa mengamati benda-benda dan makanan khas di

semarang yang berbentuk bangun ruang sisi datar tetapi topik dan

pertanyaan untuk pemecahan masalah tidak diterangkan dengan jelas.

Produk apa yang dilakukan juga tidak dijelaskan dengan baik.

Berbeda halnya dengan Ristiyani (2019) yang melakukan penelitian

terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada materi bangun ruang

yang dilatarbelakangi oleh adanya pemasalahan di kelas VIII MTs N

Brangsong yaitu pembelajaran yang dilakukan guru belum memunculkan

kemampuan koneksi matematis siswa. Penggunaan metode ceramah

ternyata kurang efektif dalam pembelajaran matematika dibuktikan dengan

nilai rata-rata yang masih rendah. Selain itu kemampuan koneksinya masih

rendah, hal ini bisa diketahui dengan pemberian soal bangun ruang sisi datar

yang berkaitan dengan hubungan antar konsep, misalnya berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari siswa masih kesulitan menghubungkannya dengan

matematika. Jenis penelitian yang diambil adalah kuantitatif dengan metode

eksperimen. Penelitian ini menempatkan subyek penelitian ke dalam dua

kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran

berbasis proyek dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran

konvensional. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian

47
ini adalah pembelajaran dengan model ceramah, guru menyampaikan materi

di depan kelas kemudian siswa mendengarkan dan memahami materi yang

disampaikan guru. Peneliti menggunakan desain quasi eksperimental yang

menggunakan pretest-posttest control group desaign. Peneliti menggunakan

nilai UTS sebagai nilai pre-test selanjutnya pada kelas eksperimen diberi

perlakuan yaitu menggunakan Project Based Learning (X) dan pada kelas

control menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini

dilaksankan pada semester genap tabun 2017/2018 yang berjumlah 318

siswa yang terbagi ke dalam 10 kelas. Pengumpulan datanya dilakukan

dengan metode dokumentasi dan tes. Peneliti melihat bahwa kondisi awal

pembelajaran dimana guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan

peserta didik dan kondisi peserta didik yang belum mampu mengaitkan

konsep antar konsep dalam satu materi, konsep dengan materi lain dalam

matematika serta peserta didik belum mampu mengintegrasikan

pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik hanya mengikuti penjelasan

guru dan selalu menunggu penyelesaian suatu masalah dari guru, kurangnya

semangat peserta didik dalam mengaitkan konsep dalam satu materi,

lemahnya peserta didik dalam mengaitkan konsep dengan materi lain dalam

matematika serta peserta didik kurang mampu dalam mengaitkan

matematika dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini peneliti

menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis peserta didik rendah.

Untuk itu, peneliti menyadari bahwa perlu solusi untuk dapat meningkatkan

kemampuan koneksi matematis siswa dengan pembelajaran berbasis proyek

48
dimana peserta didik aktif dan ikut terlibat dalam setiap proses

pembelajaran, dapat mengembangkan pemikiran dalam kemungkinan

jawaban dan pengetahuan yang dimiliki, memungkinkan peserta didik

mampu mengaitkan konsep dalam satu materi, memungkinkan peserta didik

mampu mengaitkan konsep dengan materi lain dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran berbasis proyek

adalah peserta didik dapat mengikuti penjelasan guru dan mengolah sendiri

penyelesaian dari suatu masalah yang diberikan oleh guru, peserta didik

semangat dalam mengikuti pembelajaran dan aktif mengikuti pembelajaran,

peserta didik mampu mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari

serta meningkatnya kemampuan koneksi matematis peserta didik. Penelitian

ini terdapat dua model pembelajaran yang digunakan sebagai perbandingan

untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Ada dua kelas, satu

kelas mennggunakan model pembelajaran konvensional dan yang satu

menggunakan Project Based Learning. Setelah melakukan pembelajaran

dengan kedua model pembelajaran tersebut maka dapat dilihat model

pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan

koneksi matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian model Pembelajaran

berbasis proyek efektif terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada

materi bangun ruang di MTs Negeri Brangsong tahun ajaran 2017/2018.

Ristiyani dalam menerapkan model pembelajaran Project Based

Learning dalam memberikan pertanyaan penuntun diambil dari

permasalahan nyata. Hanya saja masih ada kekeliruan dalam LKPD yang

49
disajikan, dimana guru memberikan LKPD yang berisi tentang rencana

proyek dan penemuan konsep rumus luas permukaan limas dan prisma.

Sedangkan pada pembelajaran dengan model Project Based Learning

berfokus pada pemecahan masalah dengan cara menggunakan pengetahuan

/ teori / konsep / rumus yang telah diketahui untuk memecahkan masalah

sehari-hari. Peneliti tidak menjelaskan keterkaitan antara model

pembelajaran project based learning dengan koneksi matematis siswa.

Tahapan pembelajaran juga tidak disajikan dengan baik serta kegiatan

pembelajaran yang disajikan tidak merujuk pada penemuan solusi dari

pertanyaan penuntun yang diajukan di awal pembelajaran.

Sama halnya dengan Safitri (2018) yang melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis

proyek terhadap kemampuan komunikasi matematis pada materi bangun

ruang sisi datar peserta didik kelas VIII MTs N 1 Jepara. Latar belakang

penelitian ini adalah karena permasalahan yang dihadapi peserta didik

berupa rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Salah

satu faktor penyebab dari permasalahan tersebut adalah pembelajaran yang

dimana guru hanya menjelaskan dan mencatat materi yang disampaikan

didepan kelas. Peserta didik hanya menerima materi tanpa bisa berfikir dan

menemukan sendiri permasalahan dari materi tersebut sehingga menjadikan

peserta didik pasif dan kurang aktif sehingga peserta didik sulit untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis yang dimilikinya.

Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa kemampuan komunikasi

50
matematis peserta didik masih terhitung kurang. Pembelajaran matematika

di dalam kelas VIII MTs Negeri 1 Jepara masih menggunakan pembelajaran

yang dimana guru hanya menjelaskan dan mencatat materi yang

disampaikan didepan kelas. Peserta didik hanya menerima materi tanpa bisa

berfikir dan menemukan sendiri permasalahan dari materi tersebut sehingga

menjadikan peserta didik pasif dan kurang aktif dan hanya menggunakan

satu alat indra yaitu penglihatan dan peserta didik diharuskan untuk berfikir

dengan hafalan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

dengan metode eksperimen. Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah

true experimental design jenis prestest-posttest control grup design. Dimana

terdapat dua kelompok yang dipilih dengan metode sampling purposive

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dalam menentukan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi

perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sedangkan

kelompok kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan pembelajaran

konvensional atau ceramaah. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII

A,B,C,D,I semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah 168

peserta didik. Sampel dalam penelitian adalah kelas VIII A dan VIII I dengan

teknik pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive, pengambilan

sampel dengan berbagai pertimbangan tertentu, pertimbangannya karena

berdasarkan kelas yang diajar oleh guru yang sama, keterbatasan waktu yang

digunakan dan kemampuan peserta didik kelas tersebut sama . Adapun kelas

yang digunakan sebagai sampel adalah kelas VIII A sebagai kelas

51
eksperimen dan kelas VIII I sebagai kelas kontrol. Tes digunakan untuk

memperoleh data nilai pretest dan posttest . Data pretest pada materi

sebelum materi bangun ruang sisi datar yang diberikan kepada seluruh kelas

VIII yang terdiri dari 11 kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Data nilai postest materi bangun ruang sisi datar peserta didik kelas

VIII A dan VIII I. Tes kemampuan komunikasi matematis ini diberikan

kepada dua kelompok sampel setelah menyelesaikan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran berbeda yaitu kelas eksperimen (VIII A) yang

mendapatkan perlakuan pembelajaran berbasis proyek dan kelas kontrol

(VIII I) yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas

model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan komunikasi

matematis pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII MTs N 1 Jepara,

diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis proyek lebih efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis

pada materi bangun ruang sisi datar di MTs N 1 Jepara tahun ajaran

2017/2018. Ditunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis peserta

didik dengan memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis proyek diperoleh rata rata awal= 32,17 dan rata rata akhir = 82,4

sehingga mengalami perbedaan. Sedangkan peserta didik yang memperoleh

pembelajaran dengan model konvensional diperoleh rata rata awal = 53,4

dan rata rata akhir = 60,5 sehingga mengalami perbedaan. Perbedaan

kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang memperoleh

52
pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dari

pada peserta didik yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dari

kesimpulan tersebut diperoleh bahwa model pembelajaran berbasis proyek

efektif terhadap komunikasi matematis pada materi bangun ruang sisi datar

kelas VIII MTs N 1 Jepara tahun ajaran 2017/2018. Adapun keterbatasan

dalam penelitian ini diantaranya keterbatasan waktu, tempat, kemampuan

dan materi sehingga ada kemungkinan perbedaan hasil penelitian apabila

model pembelajaran berbasis proyek diterapkaan pada materi lain. Safitri

dalam penelitiannya juga masih keliru dalam menerapkan model

pembelajaran Project Based Learning karena terlihat dari indikator yang

disajikan masih berfokus pada indikator pemahaman konsep. Indikator

kemampuan koneksi matematis siswa mengarah pada indikator pemahaman

konsep dimana siswa menyebutkan unsur-unsur kerajinan tangan berbentuk

bangun ruang sisi datar. Untuk KD dan Indikator pada materi yang

diaksespun masih berfokus pada pemahaman konsep. Peneliti juga tidak

menjelaskan keterkaitan antara komunikasi matematis dengan model

pembelajaran berbasis proyek ini. Dalam penyajian terkait dengan RPP,

peneliti menyajikan tidak dengan baik dan tidak terlihat adanya tahapan-

tahapan project based learning di dalamnya.

Berikutnya penelitian terhadap kemampuan berpikir kritis oleh

Indratno, Joko & Purnomo (2018) yang mana eksperimen dilakukan dengan

memberikan perlakuan dalam model pembelajaran. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui penerapan Project Based Learning efektif

53
dengan kriteria ketuntasan ada efek kepercayaan dan aktivitas serta ada

perbedaan rata-rata. Peneliti membagi kelas menjadi dua kelompok, yang

eksperimen diberi perlakuan khusus dengan menerapkan model

pembelajaran Project Based Learning sedangkan pada kelas kontrol

diberikan pembelajaraan secara ekspositori. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling, dengan sampel kelas VIII A, VIII B dan

VIII C. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, angket, tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa

kritis. Kemampuan berpikir dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek

mencapai ketuntasan baik secara individu maupun klasik. Kemampuan

berpikir kritis siswa rata-rata mencapai 85,26. Persentase ketuntasan 94%

atau sebanyak 29 siswa dari 31 siswa telah mencapai ketuntasan kemampuan

berpikir kritis. Pengaruh kepercayaan diri dan aktivitas terhadap kemampuan

berpikir kritis dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek

97,7%. Ada perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis antar kelas yang

menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dan untuk kelas yang

menerapkan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata kemampuan

berpikir kritis siswa kelas eksperimen adalah 85,26 dan kelas kontrol adalah

74,19. Diharapkan bahwa guru dapat menjadikan model pembelajaran

berbasis proyek sebagai alternatif belajar matematika yang dapat

meningkatkan rasa percaya diri, aktivitas, dan kritis memikirkan siswa

dalam materi lain. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan

berfikir kritis siswa yang menggunakan model Project Based Learning

54
mencapai ketuntasan baik secara individual maupun klasikal dan juga ada

pengaruh percaya diri dan komunikatif terhadap kemampuan berfikir kritis

dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.

Pembelajaran dengan model Project Based Learning dapat menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis karena siswa aktif dalam hal membuat keputusan,

merancang solusi, bertanggung jawab mencari dan mengelola informasi, dan

merefleksikan apa yang mereka lakukan sehingga kemampuan berpikir kritis

serta keaktifan siswa bertambah. Pada tahapan laporan, dimana pada tahapan

ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil yang telah dilakukan

sehingga siswa akan terbiasa percaya diri atas kemampuannya sendiri

sehingga sikap percaya diri siswa akan meningkat. Oleh karena itu, model

pembelajaran Project Based Learning akan menumbuhkan sikap percaya

diri, keaktifan dan kemampuan berpikir kritis. Walaupun demikian, ada

beberapa kekurangan dalam artikel yang disajikan ini, diantaranya solusi

yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian tidak dijelaskan secara

baik. Langkah pembelajaran Project Based Learning dan proyek apa yang

dilakukan tidak jelas. Tidak ada penjelasan terkait dengan materi atau IPK

yang diambil, tidak dijelaskan dengan baik tentang kegiatan pembelajaran

yang mengarah pada KD dan IPK apa serta keterkaitan antara model

pembelajaran Project Based Learning dan kemampuan berpikir kritis.

Dalam penelitian ini, tugas proyek hanya ditafsirkan sebatas pembelajaran

dengan teman sejawat. Peneliti menerangkan bahwa siswa yang belajar

dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

55
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan mengikuti setiap langkah-

langkah model pembelajaran yang diterapkan, namun peneliti tidak

menerangkan secara jelas apa saja yang dilakukan siswa dalam tahapan-

tahapan tersebut.

Begitupun dengan Daniel (2016) yang melakukan upaya peningkatan

kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas VIII SMP N 3 Soe yang

rendah. Hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika

di SMP N 3 Soe, kabupaten TTS provinsi NTT diketahui bahwa banyak

siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal geometri. Siswa hanya

mengerjakan soal dengan berfokus pada penggunaan rumus. Dari pekerjaan

siswa pada ulangan harian materi geometri yaitu bangun ruang sisi datar

siswa klas VIII tahun pelajaran 2013/2014 lalu, diketahui kesulitan tersebut

dikarenakan siswa masih belum terbiasa dan kurang kritis saat berhadapan

dengan soal-soal non rutin karena kemampuan matematika siswa masih

rendah. Dari fakta tersebut, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis melalui pembenahan dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Project

Based Learning yang disajikan dengan pendekatan scientific (saintifik).

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan kajian mengenai perbedaan

kemampuan berpikir kritis antara siswa pada kelas yang mendapat

pembelajaran model PjBL berpendekatan saintifik dengan siswa pada kelas

yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan model tersebut berdasarkan

kategori kemampuan awal siswa. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

56
mengikuti model quasi-experimental yang didesain dalam bentuk non-

equivalent (pre-test and post-test) control-group desaign. Desain penelitian

melibatkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kedua kelas diberi pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kelas

eksperimen dikenai treatment yakni pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan model PjBL berpendekatan saintifik sedangkan kelas kontrol

dilaksanakan seperti biasa tanpa model pembelajaran tersebut. Pada akhir

pembelajaran dilaksanakan post-test untuk mengetahui kemampuan berpikir

kritis siswa. Subjek yang diambil peneliti adalah seluruh siswa kelas VIII

SMP N 3 Soe dengan teknik pengumpulan data berupa Tes Kemampuan

Berpikir Kritis (TKBK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

brpikir kritis siswa pada kelas yang diajarkan model PjBL berpendekatan

saintifik lebih baik dari siswa yang diajarkan tanpa model tersebut pada

ketiga kategori yaitu kategori atas, menengah dan bawah. Perbedaan yang

paling tinggi terdapat pada kategori bawah sehingga model PjBL

berpendekatan saintifik paling efektif dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis untuk siswa pada kategori kemampuan awal yang rendah.

Sesuai dengan tujuan peneliti, model pembelajaran Project Based Learning

sangat baik untuk diterapkan. Namun masih terdapat kekurangan pada

penelitian ini. Daniel dalam menggunakan model pembelajaran Project

Based Learning tidak menyajikan dengan baik terkait dengan tahapan-

tahapan model pembelajaran ini. Proyek apa yang dilakukan dalam

penelitian juga tidak dijelaskan. Peneliti tidak menjelaskan keterkaitan

57
antara model pembelajaran Project Based Learning dengan kemampuan

berpikir kritis siswa serta materi apa yang menjadi fokus dari penelitian ini

juga tidak disajikan.

Berbeda dengan peneliti yang lain, Rahayu & Hartono (2016)

melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan

membandingkan keefektifan antara model PBL setting GI dan PjBL setting

GI ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan motivasi

belajar matematika siswa SMP. Peneliti melakukan penelitian ini untuk

mengetahui model manakah yang lebih efektif digunakan dari kedua model

yang akan menjadi fokus penelitiannya. Subyek yang diambil peneliti adalah

siswa kelas VIII SMP N 3 Pengadegan yang terdiri dari tiga kelas dengan

jumlah keseluruhan 84 siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan

model pembelajaran PBL setting GI pada kelompok eksperimen pertama,

berdasarkan kriteria keputusan pada t-test one sample efektif ditinjau dari

prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar

matematika. Hal ini disebabkan langkah-langkah atau sintak dalam

pembelajaran PBL setting GI yang telah ditentukan sudah terlaksana. Dalam

pembelajaran matematika dengan menerapkan model PBL setting GI, siswa

aktif terlibat dalam penyelidikan/investigasi dalam kerja kelompok untuk

menyelesaikan suatu masalah yang diberikan kemudian mereka mampu

mempresentasikan temuan mereka kepada anggota kelompok yang lain.

Kegiatan investigasi dan penyelesaian masalah dalam kelompok membantu

siswa belajar lebih mendalam dan mengarahkan siswa pada pemahaman

58
yang lebih luas, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat

tercapai. Hal ini menyebabkan model PBL setting GI efektif ditinjau dari

prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL setting GI dan PjBL setting GI

efektif ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan motivasi

belajar matematika, namun tidak ada perbedaan keefektifan antara model

PBL setting GI dan model PjBL setting GI ditinjau dari prestasi belajar,

kemampuan berpikir kritis, dan motivasi belajar matematika. sama halnya

dengan penelitian lain, hal penting yang harus diperhatikan yakni

krakteristik materi, alokasi waktu serta kebutuhan siswa akan model yang

akan diterapkan. Penelitian yang dilakukan ini sangat berpengaruh baik bagi

guru yang ingin memilih model pembelajaran yang efektif. Peneliti

menjelaskan secara baik terkait dengan perbedaan keefektian kedua model

pembelajaran, dimana keduanya sama-sama efektif tergantung dari

kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Kekurangan yang terdapat dalam

penelitian ini yaitu pada kegiatan pembelajaran menggunakan model PjBL

maupun PBL, peneliti tidak menerangkan seperti apa tahapan pembelajaran

yang telah dilakukan. Adapun materi dari soal yang diujikan tidak dijelaskan

sama sekali. Ada pernyataan dalam penelitian bahwa “dalam pembelajaran

PjBL setting GI siswa juga terlibat secara aktif dalam menggali

pengetahuan melalui kegiatan proyek dan penyelidikkan dalam kelompok,

kemudian mempresentasikan hasil proyek baik secara lisan maupun

tertulis”, namun tidak dijelaskan proyek seperti apa yang dilakukan.

59
Berikutnya penelitian oleh Ajarsari (2017) dikembangkan perangkat

pembelajaran pokok bahasan bangun ruang sisi datar berbasis Project Based

Learning untuk mengembangkan kecerdasan spasial siswa. Tujuan dari

penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan pengembangan perangkat

pembelajaran materi bangun ruang sisi datar berbasis Project Based

Learning dalam mengembangkan kecerdasan spasial siswa. 2) Untuk

mengetahui kevalidan, kepraktisan dan keefektifan hasil pengembangan

perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar berbasis Project

Based Learning dalam mengembangkan kecerdasan spasial siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan

RPP, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan Tes Hasil Belajar (THB).

Proses pengembangan perangkat pembelajaran ini beracuan pada model

Thiagarajan Sammel and Sammel yang dimodifikasikan diawali dengan

tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan

(develop) dan penyebaran (desseminate). Tahapan pada penelitian ini

adalah: 1) Tahap pendefinian ini merupakan tahapan mendefinisikan

kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan

materi. 2) Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran sehingga diperoleh prototype (contoh perangkat

pembelajaran) yang selanjutnya disebut perangkat pembelajaran draft 1.

Tahap ini dimulai setelah ditetapkan tujuan pembelajaran. Tahap

perancangan ini terdiri dari empat tahap, yaitu penyusunan tes, pemilihan

media, pemilihan format, dan perancangan awal pembelajaran. 3) Tahap

60
pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan draft 2, perancangan

perangkat pembelajaran matematika disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah

dibuat pada bab 2. Kemudian perangkat pembelajaran ini divalidasi dan

direvisi sehingga menghasilkan draft 2, dimana perangkat pembelajaran

telah siap untuk diujicobakan. Setelah diujicobakan, 4) Tahap penyebaran

merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas. Penyebaran perangkat final yakni

perangkat pembelajaran pada bangun ruang sisi datar berbasis Project Based

Learning untuk mengembangkan kecerdasan spasial. Untuk tempat uji coba

yang peneliti maksudkan adalah yang belum pernah diadakan penelitian

sejenis di sekolah tersebut serta kemampuan siswa di kelas VIII MTs N 8

Jember yang heterogen, mencakup siswa dengan kemampuan mudah,

sedang dan tinggi dengan sampel yang dipilih kelas VIII-B. Hasil penelitian

pengembangan yang dilakukan menghasilkan produk perangkat

pembelajaran pada bangun ruang sisi datar berbasis Project Based Learning

untuk mengembangkan kecerdasan spasial yang terdiri atas rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja peserta didik, dan tes hasil belajar

yang telah memenuhi tiga kriteria, yaitu valid, praktis dan efektif. Sehingga

dengan adanya perangkat pembelajaran ini, guru akan lebih melibatkan

siswa dalam memecahkan masalah dan mengkonstruksi rumus luas

permukaan dan volume balok kubus. Sehingga diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif mengatasi permasalahan yang sering dihadapi

guru maupun siswa. Kendala dalam proses penelitian ini terjadi pada saat

61
proses pembelajaran berlangsung. Dimana siswa terbiasa dengan proses

pembelajaran konvensional, pembelajaran terpusat pada guru dan berdiskusi

hanya dengan teman sebangku. Sehingga wajar apabila siswa merasa masih

sulit dalam menyesuaikan ketika diberikan model pembelajaran berbasis

proyek yang terdiri dari empat sampai lima siswa, suasana berdiskusi

kelompok menjadi sedikit ramai. Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan

bahwa perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan pendekatan

saintifik model Project Based Learning untuk mengembangkan kecerdasan

spasial ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan yang

dihadapi guru pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII karena telah

memenuhi tiga kriteria, yaitu valid, praktis dan efektif. Selanjutnya,

diperlukan uji coba pada sekolah lain yang berbeda kondisi untuk

mendapatkan perangkat yang lebih berkualitas. Dalam penelitian ini

mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaannya dan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan terbatas pada materi tertentu yaitu balok

dan kubus serta hanya ditinjau dari kecerdasan spasial siswa saja.

Kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini mencakup KD dan IPK yang

menjadi rujukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini tidak

dijelaskan. Permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan

kemampuan spasial tidak disajikan dengan jelas. Peneliti tidak menyajikan

hubungan antara model model Thiagarajan Sammel and Sammel yang

digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran dengan model

pembelajaran berbasis proyek.

62
Penelitian berikutnya oleh Hidayah & Sulistyaningrum (2018) yang

dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan respon siswa

kelas VIII-C SMP N 3 Plumpang. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak Bashori, S.Pd selaku guru matematika di kelas VIII SMP Negeri 3

Plumpang siswa seringkali merasa kesulitan mengoneksikan konsep

matematika, siswa kurang antusias untuk mengetahui pelajaran matematika

bahkan menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan

bagi mereka. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru matematika masih

menggunakan metode konvensional yang cenderung bersifat teacher

centered, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Akibatnya

hasil belajar matematika siswa rendah. Salah satu penyebabnya adalah

kurangnya motivasi dari orang tua supaya anaknya belajar sehingga hasil

belajar siswa sangatlah kurang khususnya di pelajaran matematika.

Seharusnya orang tua sebagai pendidik di rumah juga harus ikut

berpartisipasi supaya anaknya bisa termotivasi belajar dan hasil belajarnya

pun dapat meningkat. Tidak hanya gurunya yang memotivasi orang tua juga

berperan penting untuk memotivasi anaknya sehingga hasil belajarnya dapat

maksimal. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Sedangkan untuk media kartu

matematika merupakan kartu yang berisikan soal untuk tugas setiap

kelompok yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna arti

pelajaran yang di pelajari dengan mengaitkan tugas proyek yang akan

63
dikerjakan setiap kelompok tersebut. Jenis penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Peneliti bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

dan respon siswa karena hasil belajar dan respon siswa yang kurang

memuaskan di pelajaran matematika untuk tingkat SMP khususnya di kelas

VIII. Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 3 Plumpang dengan subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C SMP Negeri 3 Plumpang

tahun pelajaran 2017/2018 semester genap yang berjumlah 20 siswa, terdiri

dari 12 siswa laki-laki dan delapan siswa perempuan. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes hasil belajar, lembar

pengamatan, lembar angket, dan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).

Adapun alur langkah PTK pada setiap siklus yaitu mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan sampai refleksi dapat

disajikan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.9 Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Arikunto, 2013)

64
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan

Media Kartu Matematika disajikan dalam gambar tabel berikut:

Gambar 3.10 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis

Proyek dengan Media Kartu Matematika

Gambar 3.11 Nilai rata-rata hasil belajar prasiklus, siklus 1, siklus 2

dan siklus 3

65
Gambar 3.12 Presentase hasil belajar prasiklus, siklus 1, siklus 2 dan

siklus 3

Dapat dilihat bahwa pada prasiklus nilai rata-rata 67.2 dan persentase

ketuntasan 35%, pada siklus I nilai rata-rata kelas 57,2 dan persentase

ketuntasan 65%, pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 59,85 dan persentase

ketuntasan 70%, pada siklus III dengan nilai ratarata kelas 79.5 dan persentase

ketuntasan 85%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa selama pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan.

Gambar 3.13 Rata-rata respon siswa

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui respon siswa terhadap

penerapan pembelajaran kooperatif berbasis proyek dengan media kartu

66
matematika adalah 89% sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa

terhadap model pembelajaran berbasis proyek dengan media kartu matematika

adalah positif.

Kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini, dimana dalam

penelitian ini, peneliti masih keliru dalam menentukan materi pembelajaran

yang belum mengarah pada pemecahan masalah dimana siswa diminta

menemukan cara mencari luas permukaan dan volume bangun yang merupakan

indikator dari pemahaman konsep. Proyek direncanakan secara kolaboratif

oleh siswa dan guru setelah ada permasalahan yang dimunculkan dalam

pertanyaan esensial. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan terkait

dengan proyek yang akan dikerjakan oleh siswa. pernyataan “Guru

membagikan kartu matematika yang berisi soal tugas proyek untuk dikerjakan

setiap masing-masing kelompok” menunjukkan bahwa proyek hanya

direncanakan oleh guru. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,

namun peneliti tidak menyajikan terkait dengan KD dan IPK dari perangkat

pembelajaran yang digunakan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Warsini (2020) terhadap

keterampilan proses dan hasil belajar matematika, dilatarbelakangi oleh hasil

belajar matematika di SMP N 4 Sumbang masih rendah. Hal ini disebabkan

oleh faktor siswa kurang aktif, malas dan cepat bosan, walaupun guru sudah

berusaha membangkitkan minat belajar siswa, namun siswa masih kurang

bersemangat untuk mempelajari matematika. Oleh karena itu perlu dilakukan

upaya meningkatkan hasil belajar sehingga peneliti menerapkan model PjBL

67
(Project Based Learning) untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil

belajar matematika materi bangun ruang sisi datar. Tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran model PjBL dapat

meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar matematika materi bangun

ruang sisi datar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan

kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan kolaboratif dan secara

garis besar pelaksanaannya dilakukan dengan empat tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian

dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan

Juni 2017 yang melibatkan dua guru (teman sejawat) untuk membantu

mengambil data sebagai observer dalam pelaksanaan penelitian. Subyek

penelitian adalah 22 siswa kelas VIII C dengan keadaan siswa heterogen.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan rincian siklus I sebanyak

dua kali tatap muka, siklus II sebanyak dua kali tatap muka dan siklus III

sebanyak dua kali tatap muka. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada

kompetensi dasar menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok,

prisma dan limas dimana materi yang diberikan berbeda pada tiap siklusnya.

Materi yang diberikan pada siklus I yaitu menghitung luas permukaan kubus

dan balok dengan bantuan alat peraga benda-benda berbentuk kubus dan balok,

pada siklus II materi yang diberikan yaitu luas permukaan prisma dan limas

dengan bantuan alat peraga benda-benda berbentuk prisma dan limas,

sedangkan siklus III materi yang diberikan adalah menghitung volume kubus,

balok, prisma dan limas dengan bantuan benda-benda berbentuk kubus, balok,

68
prisma dan limas ditambah media komputer (power point). Pada siklus I,

pelaksanaan pembelajaran di kelas guru mengalami kesulitan dalam

pengelolaan kelas, dikarenakan banyak siswa yang masih kebingungan dengan

model pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut menjadi hambatan ketika

pembelajaran, karena menyebabkan siswa menjadi kurang konsentrasi di kelas.

Ketika guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum mereka

pahami, hanya sebagian siswa yang bertanya. Pada siklus II, kesadaran siswa

untuk mempelajari materi yang diberikan guru sudah terasa. Hal ini terlihat dari

kejujuran siswa ketika mengerjakan tes yang diberikan guru. Perhatian siswa

pada saat guru menerangkan juga sudah baik. Siswa menjadi aktif bertanya

kepada guru ketika mengalami kesulitan ataupun menjawab pertanyaan dari

guru. Keaktifan dan konsentrasi siswa dalam kelompok sudah tampak dan

siswa juga sudah percaya diri ketika mempresentasikan hasil diskusi

kelompok. Pada siklus III, kesadaran siswa untuk mempelajari materi yang

diberikan guru sudah terbiasa. Hal ini terlihat dari jawaban siswa ketika diberi

pertanyaan oleh guru, siswa juga banyak yang bertanya kepada guru ketika

mengalami kesulitan dan memiliki sikap percaya diri. Kerjasama dan interaksi

siswa dalam kelompok sudah baik, terlihat juga ketika mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka

dan menuliskannya pada papan tulis dengan menulis hasil diskusi kelompok di

papan tulis siswa dapat mengetahui berbagai alternatif jawaban dalam

memecahkan suatu masalah. Gambar berikut menunjukkan rata-rata hasil

belajar siswa siklus I sampai dengan siklus III.

69
Berdasarkan hasil nilai tes tiap siklus dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 3.14 Diagram ketuntasan tiap siklus

Dari penelitian yang telah dilakukan dengan penerapan model

pembelajaran TAI juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan proses

siswa kelas VIII C SMPN 4 Sumbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

siklus I siswa yang sangat terampil sebanyak 18 %, siklus II sebanyak 45 %

dan siklus III sebanyak 55 %.

Berdasarkan hasil pengamatan, grafik keterampilan proses siklus I

sampai dengan siklus III dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.15 Diagram Keterampilan Proses Siswa Tiap Siklus

70
Hasil pembahasan penelitian mulai dari pengamatan keterampilan

proses dan hasil tes belajar siswa, keduanya mengalami peningkatan. Dari

penelitian yang telah dilakukan, dengan penerapan model pembelajaran PjBL

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ekaputri yang mengatakan bahwa pembelajaran dengan model PjBL

mampu meningkatkan motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

dengan model PjBL dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar

siswa. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini

menyatakan bahwa pembelajaran model PjBL pada materi bangun ruang sisi

datar menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat diterima. Peneliti

selanjutnya diharapkan lebih teliti dan objektif dalam melakukan pengamatan

sehingga diperoleh hasil yang benar-benar mewakili kondisi siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Warsini ini disajikan dengan lengkap

terkait dengan KD dan IPK yang digunakan. Hanya saja, terdapat kekurangan

terkait konteks materi yang digunakan bukan merupakan fokus dari tugas

proyek yaitu pemecahan masalah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan

merujuk pada kegiatan pemahaman konsep matematika siswa. Pada tahapan

PjBL yang diterapkan, masalah yang dimunculkan dalam pertanyaan esensial

juga tidak jelas. Penjelasan terkait tahapan pembelajaran menggunakan model

PjBL pun tidak terlihat jelas dalam penelitian ini.

Keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning sangat efektif

71
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika,

meningkatkan kemampuan berfikir serta komunikasi siswa pada materi bangun

ruang sisi datar. Siswa juga menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam

berdiskusi. Kekurangan dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak

peneliti yang masih keliru dalam memahami konteks serta fokus dari model

pembelajaran berbasis proyek.

3.4 Implikasi dalam Penelitian Model Pembelajaran Project Based Learning

dan Rekomendasi untuk Pembelajaran dan Penelitian di Masa Depan

Model pembelajaran Project Based Learning merupakan salah satu

model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek yang

mengharuskan siswa bekerja secara aktif dan mandiri dalam menghasilkan

proyek karena model ini memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan

kreatifitasnya dalam merancang pembelajaran yang tidak terlepas dari

bimbingan dan kontrol dari guru.

Guru sebagai tenaga pendidik disarankan untuk mempertimbangkan

kembali model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran

seperti model pembelajaran berbasis proyek sehingga dapat memfasilitasi

siswa dalam mengembangkan kemampuan matematis siswa dalam hal ini

kemampuan berpikir kreatif, kritis dan kemampuan koneksi serta komunikasi

matematis siswa (Amarullah, 2019; Indratno, Joko & Purnomo, 2018; Daniel,

2016; Ristiyani, 2019; safitri, 2018) dan juga dapat meningkatkan kemampuan

72
pemecahan masalah (Muwahiddah, 2020; Sucipta, Candiasa & Sukajaya,

2018)

Dalam review yang dilakukan ini, beberapa peneliti menerapkan model

pembelajaran berbasis proyek pada materi bangun ruang sisi datar dengan

berbantuan media pembelajaran Google Sketchup, Augmented Reality, kartu

matematika, serta berbantuan Geogebra (Amarullah, 2019; Muwahiddah,

2020; Hidayah & sulistyaningrum, 2018; Sucipta, Candiasa & Sukajaya, 2018).

Media yang digunakan agar pembelajaran lebih aktif dan efektif serta dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, kemampuan analisis pemecahan

masalah, meningkatkan hasil belajar. Guru harus mampu untuk memanfaatkan

media yang ada untuk kelancaran dan kemudahan dalam proses pembelajaran.

Adapun peneliti yang menerapkan model pembelajaran Project Based

Learning tanpa berbantuan media pembelajaran (Ristiyani, 2019; Muntaha,

2016; Safitri, 2018; Indratno, Joko & Purnomo, 2018; Daniel, 2016; Warsini,

2020) serta peneliti yang melakukan penelitian dengan membandingkan model

pembelajaran Project Based Learning dengan model lain seperti PBL dan

membandingkan Project Based Learning dengan media dan tanpa media

(Rahayu & Hartono, 2016; Sucipta, Candiasa & Sukajaya, 2018).

Dalam penelitian terkait dengan penggunaan model pembelajaran

Project Based Learning, perlu dilakukan kajian lanjutan yang lebih mendalam.

Pada penelitian selanjutnya maka peneliti perlu memperhatikan KD yang akan

diakses dalam pembelajaran dimana KD yang harus diakses adalah KD

keterampilan yang berfokus pada aktivitas pemecahan masalah yang ada dalam

73
kehidupan sehari-hari. Selain itu, sangat penting untuk melakukan peneliitian

lebih luas pada semua materi bangun ruang sisi datar dengan tetap

memperhatikan pengalokasian waktu agar tetap terkontrol dengan baik.

3.5 Pembahasan

Berdasarkan ulasan artikel-artikel mengenai model pembelajaran

Project Based Learning pada materi bangun ruang sisi datar siswa SMP

diperoleh informasi bahwa artikel yang diulas menunjukkan adanya pengaruh

penerapan model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan

matematis siswa, diantaranya kemampuan berpikir kreatif, kemampuan

berpikir kritis, kemampuan penalaran, kemampuan pengembangan kecerdasan

spasial, kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, kemampuan

peningkatan hasil belajar, kemampuan peningkatan keterampilan proses dan

kemampuan pemecahan masalah matematika, serta peningkatan prestasi dan

motivasi belajar siswa.

Berbagai penelitian yang diulas mengenai model pembelajaran Project

Based Learning pada materi Bangun Ruang Sisi Datar menunjukkan bahwa

pentingnya menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai untuk

meningkatkan kemampuan matematis siswa. Pembelajaran tanpa menerapkan

model pembelajaran (pembelajaran konvensional) cenderung mengakibatkan

siswa menjadi malas, kurang aktif dan cepat bosan. Karena hal-hal tersebut

sehinga siswa kurang dapat berinovasi. Model pembelajaran Project Based

Learning tidak hanya mengajarkan siswa dalam memahami konten, tetapi juga

74
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik untuk berkembang di

masyarakat sehingga siswa mudah untuk menyelesaikan permasalahan terkait

bangun ruang sisi datar dalam kehidupan nyata. Penilaian kinerja dapat

dilakukan secara individual dengan memperhitungkan kualitas produk yang

dihasilkan, kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan dan kontribusi

selama proses pembelajaran berlangsung.

Berbagai penelitian yang diulas memiliki kesamaan fokus penelitian

yaitu untuk mengetahui keefektifan dari penerapan model pembelajaran

Project Based Learning pada materi bangun ruang sisi datar (Kubus, Balok,

Prisma dan Limas) yang dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

maupun dengan model pembelajaran lain.

Keseluruhan penelitian melakukan kajian langsung pada siswa dengan

menerapkan model ini pada proses pembelajaran untuk melihat pengaruh dari

model pembelajaran Project Based Learning ini. Warsini (2020) dalam

penelitiannya menerapkan model PjBL (Project Based Learning) untuk

meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar matematika materi bangun

ruang sisi datar. Penelitian dilakukan di jenjang sekolah Menengah Pertama

dengan penelitian dilakukan secara langsung di sekolah para peserta.

Para peneliti menggunakan berbagai metode dalam pengumpulan data,

mulai dari yang menggunakan satu metode (Daniel, 2016; Sucipta, Candiasa &

Sukajaya, 2018) hingga penelitian yang menggunakan lima metode

pengumpulan data (Muntaha, 2016). Metode yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data diantaranya berupa metode tes pengetahuan,

75
dokumentasi, angket, lembar observasi dan wawancara terhadap para peserta

yang merupakan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian.

Keseluruhan penelitian baik eksperimen, pengembangan maupun PTK,

pengumpulan datanya tidak terlepas dari metode tes. Tujuan diberikan tes

pengetahuan adalah untuk menilai capaian pemahaman siswa terhadap

kemampuan matematis siswa, untuk mengukur kemampuan peserta didik

berupa keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan bakat maupun

prestasi. Teknik tes ini dipakai untuk mendapatkan skor kemampuan siswa

yang menjadi sampel penelitian. Semakin baik nilai yang didapatkan, maka

semakin efektif model pembelajaran yang diterapkan. Angket digunakan untuk

mengetahui pendapat siswa mengenai minat belajar dengan menggunakan

pembelajaran demonstrasi berbasis Project Based Learning.

Wawancara dan observasi dilakukan untuk memperoleh informasi dari

lokasi penelitian dimana observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan

pembelajaran matematika di sekolah yang akan diteliti yang disertai dengan

wawancara untuk memperoleh informasi tentang proses penilaian maupun

informasi terkait kendala dan hambatan selama proses mengajar guru di

sekolah yang dituju. Hasil dari observasi dan wawancara dapat mendukung

data peneliti menilai sejauh mana model pembelajaran Project Based Learning

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan matematis siswa.

76
Berbagai hasil penelitian yang ada digunakan untuk menilai proses

pembelajaran yang sudah digunakan selama ini, peran guru dan teknik

pengajaran yang digunakan dengan hasil yang diperoleh peserta didik.

Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran

Project Based Learning masih memiliki banyak keterbatasan diantaranya

keterbatasan waktu, tempat, kemampuan, dan materi. Sehingga sangat

diharapkan bagi guru untuk dapat memilih dengan cermat materi yang sesuai

untuk model pembelajaran ini serta mampu mengalokasikan waktu dengan

sedetail mungkin.

3.6 Implikasi

Ulasan artikel ini mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis

proyek efektif untuk diterapkan pada materi bangun ruang sisi datar yang dapat

dilihat dari hasil penelitiannya. Sangat penting untuk diperhatikan setiap

tahapannya terlebih untuk pertanyaan esensial yang harus menumbuhkan rasa

ingin tahu yang mendalam dari peserta didik sehingga guru dapat

mengkondisikan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dimana

dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi peserta didik

yang kemudian menghantar peserta didik untuk menghasilkan sebuah karya

berdasarkan permasalahan nyata (kontekstual) yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Guru dituntut untuk dapat memahami kondisi lapangan agar guru

dapat dengan leluasa menuntun siswa dengan cara mengajukan permasalahan

yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,

77
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi serta

memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri bukannya

langsung memberikan jawaban. Guru harus mampu menentukan konteks

materi dan kesesuaian fokus pembelajaran serta harus mampu mengontrol

siswa dalam hal mengelola waktu dalam proses pembelajaran terlebih

pelaksanaan proyek. Model pembelajaran Project Based Learning menuntut

siswa dan guru untuk dapat pandai dalam mengelola waktu. Model ini juga

dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

Peneliti berikutnya diharapkan dapat berinovasi dengan memadukan

model pembelajaran Project Based Learning dengan menggunakan media

pembelajaran untuk diterapkan pada mata pelajaran yang mempunyai struktur

pemahaman yang cenderung sulit sebagai salah satu alternatif media

pembelajaran di kelas. Penerapan model ini juga harus disesuaikan dengan

karakteristik siswa maupun materi yang akan disampaikan. Melihat dari

adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian yang

diulas, Sucipta, Candiasa & Sukajaya (2018) menyarankan kepada peneliti

yang tertarik untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai model

pembelajaran berbasis proyek berbantuan Geogebra, disarankan untuk

melakukan penelitian terhadap pembelajaran ini dengan materi pembelajaran

selain selain materi yang terkait geometri untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran ini dalam pembelajaran matematika secara lebih mendalam.

78
BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan hasil ulasan artikel-artikel yang berkaitan dengan model

pembelajaran Project Based Learning dan implementasinya pada pembelajaran

bangun ruang sisi datar siswa SMP dapat disimpulkan bahwa agar pelaksanaan

pembelajaran berbasis proyek ini berhasil maka guru perlu untuk mempersiapkan

pertanyaan penting terkait suatu topik materi yang akan dipelajari, membuat

rencana proyek, membuat jadwal, memonitor pelaksanaan pembelajaran berbasis

proyek, melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran berbasis proyek. Dalam

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, proses pembelajaran

hendaknya lebih sering diadakan diskusi kelompok dan tanya jawab interaktif untuk

mengasah kemampuan koneksi matematis siswa. Guru diharapkan dapat

mengarahkan siswa dalam melakukan pemecahan masalah matematika yang ada

dalam kehidupan nyata khususnya materi bangun ruang sisi datar sehingga siswa

tidak hanya menghafalkan rumus dan dapat menyelesaikan soal dengan baik dan

benar sesuai dengan alur penyelesaiannya. Peran guru adalah menjaga situasi

pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan tetap tertarik dengan materi yang

diajarkan.

Model pembelajaran Project Based Learning efektif untuk diterapkan dalam

pembelajaran bangun ruang sisi datar karena materi pembelajarannya sesuai dengan

karakteristik yang diperlukan dalam pembelajaran dengan model ini. Penerapan

model pembelajaran Project Based Learning membantu siswa lebih memahami

79
materi yang dipelajari karena mereka dapat belajar dengan teman sejawatnya

melalui kegiatan proyek, mendesain kegiatan, mendiskusikan masalah yang

ditemui dan melaporkan ke teman yang lainnya. Pembelajaran dengan model

Project Based Learning dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Karena

siswa aktif dalam hal membuat keputusan, merancang solusi, bertanggung jawab

mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang mereka lakukan

sehingga kemampuan berpikir kritis serta keaktifan siswa bertambah. Pada tahapan

laporan, dimana pada tahapan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil yang

telah dilakukan sehingga siswa akan terbiasa percaya diri atas kemampuannya

sendiri sehingga sikap percaya diri siswa akan meningkat. Oleh karena itu, apabila

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning maka akan

menumbuhkan sikap percaya diri, keaktifan dan kemampuan berpikir kritis.

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meminimalisir kekurangan

dalam model pembelajaran Project Based Learning dengan cara mengelola waktu

dengan baik serta monitor yang baik dari guru agar tidak terjadi kegaduhan saat

pembelajaran. Diharapkan juga agar peneliti selanjutnya lebih teliti dalam memilih

materi pembelajaran yang berfokus pada indikator pemecahan masalah matematika.

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat memadukan model pembelajaran

Project Based Learning dengan materi yang sesuai guna memaksimalkan

pembelajaran. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menggunakan media

pembelajaran untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran agar apa yang

siswa ketahui dapat langsung diamati melalui percobaan dengan media

pembelajaran yang disediakan.

80
DAFTAR PUSTAKA

Amarullah. (2019). Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning


Berbantu Media Rancang Bangun Google Sketchup Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma Dan
Limas) Siswa Kelas VIII SMP N 1 Karanganyar Demak Tahun Ajaran
2017/2018. (Skripsi). Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri
Walisongo, Semarang.
Anjarsari. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada Bangun Ruang
Sisi Datar Berbasis Project Based Learning (Pjbl) Untuk Mengembangkan
Kecerdasan Spasial. (Tesis). Program Studi Magister Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Ardianti & Pratiwi. (2017). Implementasi Project Based Learning (PjBL)
berpendekatan Science Edutainment terhadap kreativitas peserta
didik. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2).
Arikunto. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto. (2013). Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daniel. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Implementasi Project
Based Learning (Pjbl) Berpendekatan Saintifik. Jurnal Pendidikan
Matematika Indonesia, 1(1), 7-13.
Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta:
Publisher.
Ekaputri. (2012). Penerapan metode Project Based Learning dengan strategi Team
Teaching untuk meningkatkan motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran produktif multimedia di SMK Kompetensi keahlian
multimedia. (Skripsi). Malang
Gora dan Sunarto. (2010). Pakematik Strategy Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.
Jakarta: Flex Media Komputindo.
Hanafiah & Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Hasnawati. (2015). Pendekatan Contextual Teaching And Learning
Hubungannya Dengan Hasil Belajar. Staf Pengajar FDBS Universitas
Negeri Yogyakarta.
Hidayah & Sulistyaningrum. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek Dengan Media Kartu Matematika Untuk Meningkatan Hasil Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika Dan
Pembelajarannya, 3(2), 71-77.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21 (Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia.
Indratno, Joko & Purnomo. (2018). Efektivitas Model Pembelajaran Project Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Materi Bangun Ruang
Kelas Viii. (Seminar Nasional Edusaintek). Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Jakarta: Kemendikbud

81
Kemendikbud. (2013). Model Pengembangan Berbasis Proyek (Project Based
Learning). Tersedia di: http//www.staff.uny.ac.id. Diakses tanggal 26
oktober 2020
Mahendra. (2017). “Project Based Learning Bermuatan Etnomatematika Dalam
Pembelajaran Matematika”, Jurnal Pendidikan Indonesia 6(1) : 106-114
Moursund. (1997). Project: Road a Head (Project-Based-Learning). Tersedia pada
http://www.iste.org/reseacrh/roadahead/pbl.html. Diakses tanggal 26
Oktober 2020.
Muhsetyo. (2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Munandar. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
CIpta.
Muntaha. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Demonstrasi Berbasis Project
Based Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi
Matematika Siswa Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas Viii”. (Skripsi).
Doctoral Dissertation, Unimus.
Muwahiddah. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri
Melalui Project Based Learning-Etnomatematika Berbantuan Augmented
Reality Apk Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial. (Tesis). Doctoral
Dissertation, Universitas Negeri Semarang
Nashriah. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Proyek Pada
Materi Sistem Koloid. (Skripsi). Doctoral Dissertation, Pascasarjana.
NYC Department Of Education. (2009). Project-Based Learning. Inspiring Middle
School Students To Engage In Deep And Active Learning. New York.
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh
Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Rahayu & Hartono. (2016). Keefektifan Model Pbl Dan Pjbl Ditinjau Dari Prestasi,
Kemampuan Berpikir Kritis, Dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP.
Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1),1-10.
Riadi. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning/PjBL). (Online). Tersedia di:
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/model-pembelajaran-berbasis-
proyek.html. Diakses tanggal 26 Oktober 2020.
Ristiyani. (2019). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Pada Materi Bangun Ruang Kelas
Viii Mts Negeri Brangsong Tahun Ajaran 2017/2018. (Skripsi). Pendidikan
Matematika, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Rohendi. (2018). ”The Use of Geometry Learning Media Based on Augmented
Reality for Junior High School Students”. Prosiding IOP.
Safitri. (2018). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas Viii Mts Negeri 1 Jepara Pada
Materi Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2017/2018. (Skripsi).
Doctoral Dissertation, Uin Walisongo.
Sani. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Bumi Aksara.

82
Sirate. (2012). Implementasi Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika
pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar. Lentera Pendidikan, 15(1) : 41-45
Sucipta, Candiasa & Sukajaya. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Proyek Berbantuan Geogebra Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP PGRI 2
Denpasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika
Indonesia, 7(2), 131-141.
Stoller, F. (2006). Establishing a theoretical foundation for project-based learning
in second and foreign language contexts. In Beckett, G., H. & P. C. Miller
(Eds.), Project-Based Second and Foreign Language education: past,
present, and future (pp. 19-40). Greenwich, Connecticut: Information Age
Publishing.
Strategi Belajar Matematika. (Online). Tersedia di :
https://strategibelajarmatematika.wordpress.com/model-model-
pembelajaran/. Diakses tanggal 27 Oktober 2020.
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu
The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project
Based Learning. [Online]. Tersedia di: http//www.edutopia.org.modules/
PBL/whatpbl.php.2005. Diakses tanggal 12 oktober 2020.
Thomas. (2000). A Review Of Research On Project Based Learning. California:
The Autodesk Foundation.
Wahyu, R. (2017). Implementasi model project based learning (pjbl) ditinjau dari
penerapan kurikulum 2013. Jurnal Tecnoscienza, 1(1), 49-62.
Warsini. (2020). Penerapan Model Pjbl Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas Viii
C Smp Negeri 4 Sumbang Semester 2 Tahun Pelajaran
2016/2017. Alphamath: Journal Of Mathematics Education, 5(1), 33-39.
Wati. (2018).”Model Pembelajaran Project Based Learning Berbasis Potensi
Lokal Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan”. JTP2PS,
Vol.03:39-47. (Sma/Smk Di Malang)
Widyantini. (2014).Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran
Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:
PPPTK

83
L

84
Lampiran 1: Tabel review Artikel

Jumlah Artikel: 12

Rekomendasi
Setting Metode
NO Referensi Fokus Penelitian Implikasi Penerapan untuk penelitian
Penelitian (Sumber Data)
lanjutan
1. Muhammad Ajib Untuk mengetahui 124 siswa Jenis penelitian Penelitian ini mengungkapkan Disarankan bagi
Amarullah keefektifan model kelas VIII kuantitatif bahwa penggunaan media peneliti selanjutnya
(2019), pembelajaran SMP N 1 dengan metode pembelajaran visual tiga dimensi yang ingin
“Efektifitas Project Based Karanganyar eksperimen sketchup lebih efektif daripada melakukan
Model Learning Berbantu yang terbagi metode ceramah (konvensional). penelitian sejenis,
Pembelajaran Media Rancang ke dalam Sumber data Artinya, penggunaan media sebaiknya
Project Based Bangun Google empat kelas diperoleh dari pembelajaran visual tiga dimensi mempertimbangkan
Learning Sketchup terhadap yang metode (sketchup) dapat diterapkan pada alokasi waktunya
Berbantu Media Kemampuan kemudian dokumentasi mata pelajaran yang mempunyai dengan baik, dan
Rancang Bangun Berpikir Kreatif diambil dua dan tes berupa struktur pemahaman yang model
Google Scetchup Pada Materi Pokok kelas sampel soal uraian cenderung sulit sebagai salah satu pembelajaran
Terhadap Bangun Ruang Sisi secara acak. berjumlah 5 alternatif media pembelajaran di sebaiknya
Kemampuan Datar (Prisma dan soal. kelas. disesuaikan dengan
Berpikir Kreatif Limas). karakteristik siswa
Pada Materi maupun materi
Pokok Bangun yang disampaikan

87
Ruang Sisi Datar (
Prisma dan
Limas) Siswa
Kelas VIII SMP
N 1 Karanganyar
Demak Tahun
Ajaran
2017/2018”
2. Untuk mengetahui 318 siswa Jenis penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa Disarankan untuk
Lenny Ristiyani
efektifitas model yang terbagi kuantitatif dengan menerapkan model menyusun
(2019),
pembelajaran dalam 10 dengan proyek. pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran,
“Efektivitas
berbasis proyek kelas, kemampuan koneksi matematis aloksi waktu harus
Model
terhadap kemudian Sumber data siswa meningkat. Model diperhitungkan
Pembelajaran
kemampuan diambil dua dilakukan Pembelajaran berbasis proyek lebih dengan baik,
Berbasis Proyek
koneksi matematis kelas sampel dengan metode efektif terhadap kemampuan disesuaikan dengan
Terhadap
siswa pada materi secara acak dokumentasi koneksi matematis siswa pada karakteristik materi
Kemampuan
bangun ruang kelas sebagai kelas sebelum materi bangun ruang (prisma dan dan hendaknya
Koneksi
VIII tahun ajaran kontrol dan penelitian limas) di mts Negeri Brangsong lebih sering
Matematis Siswa
2017/2018. kelas berupa daftar tahun ajaran 2017/2018. Dperoleh diadakna diskusi
Pada Materi
eksperimen. nama dan nilai isimpulkan juga bahwa rata-rata dan tanya jawab
Bangun Ruang
pelajaran kemampuan koneksi matematis interaktif untuk
Kelas VIII MTs
matematika mengasah
Negeri Brangsong

88
Tahun Ajaran kelas VIII dan antara kelas eksperimen dan kelas kemampuan
2017/2018” metode tes kontrol berbeda secara nyata. koneksi matematis
kemampuan siswa.
koneksi
matematis siswa
berjumlah 8
soal.
3. Indratno, Joko & Untuk mengetahui 31 siswa yang Penelitian ini Ketuntasan kemampuan berpikir Diharapkan guru
Purnomo (2018), penerapan model terbagi ke merupakan kritis dapat dicapai siswa, dapat menjadikan
“efektivitas Pembelajaran dalam tiga penelitian dikarenakan adanya penerapan model Project
Model Berbasis Proyek kelas yaitu kuantitatif, model pembelajaran Project Based Based Learning
Pembelajaran secara efektif VIII A, B dan eksperimen Learning. Penerapan model sebagai alternatif
Project Based dengan kriteria C pembelajaran Project Based pembelajaran
Learning ketuntasan tercapai, Sumber data Learning membantu siswa lebih matematika yang
Terhadap terdapat pengaruh dieroleh dati memahami materi yang dipelajari dapat meningkatkan
Kemampuan kepercayaan diri hasil karena mereka dapat belajar dengan rasa percaya diri,
Berpikir Kritis dan aktivitas, serta wawancara, teman sejawatnya melalui kegiatan aktivitas, dan
Materi Bangun terdapat perbedaan observasi, proyek, mendesain kegiatan, berpikir kritis siswa
Ruang Kelas rata-rata. angket, tes mendiskusikan masalah yang pada materi lain
VIII” evaluasi. ditemui dan melaporkan ke teman
yang lainnya. Siswa yang belajar
dengan menggunakan model

89
pembelajaran Project Based
Learning mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik dan
mengikuti setiap langkah-langkah
model pembelajaran yang iterapkan.
Hal tersebut dapat menunjukan
bahawa siswa memberi respon
positif dan kemauan untuk
mengikuti pembelajaran dengan
Project Based Learning.
Pembelajaran dengan model Project
Based Learning dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Karena siswa aktif dalam hal
membuat keputusan, merancang
solusi, bertanggung jawab mencari
dan mengelola informasi, dan
merefleksikan apa yang mereka
lakukan sehingga kemampuan
berpikir kritis serta keaktifan siswa
bertambah. Oleh karena itu, apabila
model pembelajaran Project Based

90
Learning akan menumbuhkan sikap
percaya diri, keaktifan dan
kemampuan berpikir kritis.
4. Untuk mengetahui Siswa kelas Jenis penelitian Pembelajaran model PjBL Dalam
Farida Daniel
perbedaan VIII SMP N 3 ini adalah berpendekatan saintifik mendorong implementasinya
(2017),
kemampuan Soe, dengan kuantitatif siswa lebih aktif dan lebih model ini akan
“Kemampuan
berpikir kritis pada dua kelas model quasi memahami konsep ketika lebih baik jika
Berpikir Kritis
kedua kelas sampel sampel yaitu eksperimen. melakukan proyek dibandingkan guru lebih kreatif
Siswa Pada
berdasarkan satu kelas langsung menerima defenisi dan merancang kerangka
Implementasi
kategori kontrol dan Sumber data rumus sehingga ketika berhadapan proyek yang tepat,
Project Based
kemampuan awal satu kelas berupa Tes dengan soalsoal geometri non rutin sesuai dengan tujuan
Learning (PjBL)
yaitu kategori atas, eksperimen Kemampuan yang sifatnya menantang mereka pembelajaran yang
Berpendekatan
menengah dan Berpikir Kritis jauh lebih siap dan kritis dalam akan dicapai serta
Saintifik”
bawah. (TKBK) menyelesaikannya. pada penelitian didukung oleh
berbentuk essay ini terdapat perbedaan antara fasilitas yang
test. kemampuan berpikir kritis pada memadai dan juga
kelas yang diajarkan dengan model alokasi waktu yang
PjBL berpendekatan saintifik tepat. Guru juga
dengan kelas yang tidak hendaknya
menggunakan model tersebut memotivasi siswa
berdasarkan kategori kemampuan untuk mempunyai
awal siswa. Kemampuan berpikir karakter kerja keras

91
kritis siswa pada kelas yang dalam kehidupannya
diajarkan dengan model PjBL serta membimbing
berpendekatan saintifik lebih baik siswa agar
dari kelas yang diajarkan tanpa terampil dalam
menggunakan model pembelajaran mempersiapkan
tersebut baik pada kategori atas, proses pembelajaran.
bawah dan menengah.
5. Muntaha (2016), Penelitian ini Populasi Merupakan jenis Hasil penelitian menunjukkan Disarankan agar
“Efektivitas difokuskan untuk: seluruh siswa penelitian bahwa siswa yang menggunakan guru
Model 1. mengetahui kelas VIII di eksperimen model pembelajaran demonstrasi memperhatikan
Pembelajaran kemampuan SMP dengan metode berbasis project based learning karakteristik materi
Demonstrasi penalaran dan Muhammadiy penelitian yang mencapai ketuntasan 96%, lebih dari agar sesuai dengan
Berbasis Project komunikasi ah 2 Comal. digunakan untuk 80% dengan kriteria ketuntasan model yang
Based Learning matematika siswa Sampel terdiri mengumpulkan minimal 76. Hasil uji pengaruh diterapkan.
Terhadap dengan dari kelas VIII data yaitu menunjukkan adanya pengaruh
Kemampuan menggunakan A (kelas wawancara, tes antara keaktifan terhadap
Penalaran dan model eksperimen), evaluasi kemampuan penalaran dan
Komunikasi pembelajaran kelas VIII B kemampuan komunikasi sebesar 83%, pengaruh
Matematika Siswa demonstrasi (kelas penalaran dan minat terhadap kemampuan
Materi Bangun berbasis project kontrol), dan komunikasi, penalaran dan komunikasi sebesar
Ruang Sisi Datar based learning kelas VIII C angket, 71,4%, dan pengaruh kedua-duanya
Kelas VIII” yaitu minat dan keaktifan terhadap

92
dapat mencapai (kelas observasi dan kemampuan penalaran dan
ketuntasan ujicoba). dokumentasi. komunikasi sebesar 86,7%. Hasil uji
2. adanya pengaruh banding juga menunjukkan bahwa
antara minat dan kemampuan penalaran dan
keaktifan terhadap komunikasi matematika siswa yang
kemampuan menggunakan model pembelajaran
penalaran dan demonstrasi berbasis project based
komunikasi learning lebih baik dari pada
matematika siswa menggunakan model pembelajaran
3. mengetahui sejauh konvensional. Berdasarkan ketiga
mana kemampuan indikator tersebut, maka penelitian
penalaran dan ini menunjukkan bahwa
komunikasi siswa pembelajaran efektif.
yang
menggunakan
model demonstrasi
berbasis project
based learning
lebih baik dari
pada model
pembelajaran
konvensional.

93
6. Rahayu& Hartono Untuk Populasi Penelitian ini Faktor yang menjadi penyebab Disarankan bagi
(2016), mendeskripsikan penelitian ini merupakan efektifnya kedua model para peneliti
“Keefektifan dan adalah seluruh penelitian pembelajaran tersebut ditinjau dari selanjutnya yang
Model PBL dan membandingkan siswa kelas eksperimen aspek prestasi belajar, kemampuan akan melakukan
PjBL Ditinjau keefektifan antara VIII semu dengan berpikir kritis dan motivasi belajar penelitian sejenis
dari Prestasi, model SMPN 3 pretest-posttest matematika adalah karena kedua supaya
Kemampuan PBL setting GI dan Pengadegan nonequivalent model memiliki kelebihan dan ciri mempertimbangkan
Berpikir Kritis, pjbl setting GI Kabupaten group design. khas masing-masing. Selain itu, karakteristik materi,
dan Motivasi ditinjau dari Purbalingga, karakteristik materi geometri cocok serta kebutuhan
Belajar prestasi belajar, sedangkan Instrumen yang jika diterapkan pada model siswa akan model
Matematika Siswa kemampuan sampel yang digunakan pembelajaran PBL setting GI pembelajaran yang
SMP” berpikir kritis, dan diperoleh berupa tes maupun PjBL setting GI. akan diterapkan.
motivasi belajar melalui prestasi belajar Hasil penelitian menunjukkan
matematika siswa pemilihan (25 soal PG), tes bahwa model PBL setting GI dan
SMP. secara acak kemampuan pjbl setting GI efektif dan tidak ada
yaitu siswa berpikir kritis (5 perbedaan keefektifan antara kedua
kelas VIII C soal uraian), dan model pembelajaran ditinjau dari
dan VIII B angket motivasi prestasi belajar, kemampuan
belajar berpikir kritis dan motivasi belajar
matematika (30 matematika.
pernyataan).

94
7. Elly Ajarsari 1. Untuk Siswa kelas Penelitian ini Hasil penelitian pengembangan Disarankan agar
(2017), mendeskripsikan VIII mts merupakan yang dilakukan menghasilkan peneliti selanjutnya,
“Pengembangan pengembangan Negeri 8 penelitian produk perangkat pembelajaran diperlukan uji coba
Perangkat perangkat Jember pengembangan pada bangun ruang sisi datar pada sekolah lain
Pembelajaran pembelajaran Bangun pada yang berbasis Project Based Learning yang berbeda
Bangun Ruang materi Bangun materi Ruang menghasilkan untuk mengembangkan kecerdasan kondisi untuk
Sisi Datar Ruang Sisi Datar Sisi Datar RPP, Lembar spasial yang terdiri atas rencana mendapatkan
Berbasis Project berbasis Project kelas VIII Kerja Peserta pelaksanaan pembelajaran, lembar perangkat yang
Based Learning Based Learning Didik (LKPD), kerja peserta didik, dan tes hasil lebih berkualitas.
(PjBL) Untuk dalam dan Tes Hasil belajar dan telah memenuhi tiga
Mengembangkan mengembangkan Belajar (THB). kriteria, yaitu valid, praktis dan
Kecerdasan kecerdasan efektif. Sehingga dengan adanya
Spasial” spasial siswa perangkat pembelajaran ini, guru
2. untuk mengetahui akan lebih melibatkan siswa dalam
kevalidan, memecahkan masalah dan
kepraktisan dan mengkonstruksi rumus luas
keefektifan hasil permukaan dan volume balok kubus.
pengembangan
perangkat
pembelajaran
materi Bangun
Ruang Sisi Datar

95
berbasis Project
Based Learning
dalam
mengembangkan
kecerdasan
spasial siswa
8. Ulil Muwahiddah Untuk: Siswa kelas Penelitian ini Pada penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
(2020), “Analisis 1. Menganalisis VIII dengan menggunakan selanjutnya,
bahwa:
Kemampuan pembelajaran mengambil metode mix hendaknya guru
Pemecahan menggunakan tiga kelas, methods atau 1. pembelajaran menggunakan lebih menekankan
Masalah Geometri model project yaitu dua kelas penelitian model project based learning- pencapaian pada
Melalui based learning- sebagai kelas kombinasi etnomatematika efektif terhadap tahap melaksanakan
ProjectBased etnomatematika eksperimen dengan model kemampuan pemecahan masalah pemecahan masalah
Learning- efektif terhadap dan satu kelas squensial geometri ditinjau dari kecerdasan karena tahap
Etnomatematika kemampuan sebagai kelas explanatory. spasial siswa, tersebut merupakan
Berbantuan pemecahan kontrol. tahap yang
Augmented masalah geometri 2. pembelajaran menggunakan memiliki skor rata-
Reality Apk ditinjau dari model project based learning- rata terendah pada
Ditinjau dari kecerdasan etnomatematika berbantuan kelas yang
Kecerdasan spasial siswa augmented reality efektif terhadap mendapat

Spasial” 2. Menganalisis kemampuan pemecahan masalah pembelajaran


pembelajaran geometri ditinjau dari kecerdasan dengan model
spasial siswa

96
menggunakan project based
3. rataan kemampuan pemecahan
model project learning-
masalah geometri pada
based learning- etnomatematika
pembelajaran discovery learning,
etnomatematika berbantuan
pembelajaran model project based
berbantuan augmented reality.
learning-etnomatematika dan
augmented reality
pembelajaran model project based
efektif terhadap
learning-etnomatematika
kemampuan
berbantuan augmented reality
pemecahan
berbeda.
masalah geometri
ditinjau dari 4. siswa dengan kecerdasan spasial
kecerdasan tinggi memiliki skor rata-rata
spasial siswa, tertinggi pada tahap memahami
3. Menganalisis masalah, sedangkan skor rata-rata
perbedaan terendah pada tahap
kemampuan melaksanakan pemecahan
pemecahan masalah dan memeriksa kembali
masalah geometri hasil yang diperoleh, kedua tahap
pada ini memiliki skor rata-rata yang
pembelajaran sama
discovery
learning,

97
pembelajaran
model project
based learning-
etnomatematika
dan pembelajaran
model project
based learning-
etnomatematika
berbantuan
augmented reality
4. Mendeskripsikan
kemampuan
pemecahan
masalah geometri
siswa ditinjau
dari kecerdasan
spasial pada
model
pembelajaran
project based
learning-
etnomatematika

98
berbantuan
augmented reality
9. Sucipta, Candiasa Untuk Seluruh siswa Desain penelitian Diperoleh temuan bahwa Disarankan untuk
& Sukajaya mendeskripsikan Kelas VIII yang digunakan kemampuan pemecahan masalah guru yang ingin
(2018), “Pengaruh peningkatan SMP PGRI 2 adalah post-test matematika siswa yang mengikuti meningkatkan
Model kemampuan Denpasar only control pembelajaran berbasis proyek kemampuan
Pembelajaran pemecahan masalah Tahun Ajaran group. berbantuan GeoGebra lebih baik pemecahan masalah
Berbasis Proyek matematika siswa 2016/2017 dibandingkan siswa yang mengikuti matematika siswa.
Berbantuan yang dibelajarkan yang pembelajaran dengan model Untuk peneliti
Geoggebra dengan model terdistribusi ke berbasis proyek saja dengan siswa selanjutnya
terhadap pembelajaran dalam 11 kelas yang mengikuti pembelajaran disarankan untuk
Kemampuan berbasis proyek sebanyak 584 dengan model 5M. Selanjutnya melakukan
Pemecahan berbantuan siswa. Yang ditemukan bahwa kemampuan penelitian terhadap
Masalah geogebra. kemudian pemecahan masalah matematika pembelajaran ini
Matematika Pada diambil tiga siswa yang mengikuti pembelajaran dengan materi
Materi Bangun kelas sebagai dengan model pembelajaran pembelajaranselain
Ruang Sisi Datar sampel. berbasis proyek lebih baik materi yang terkait
Kelas VIII SMP dibandingkan siswa yang mengikuti dengan geometri
PGRI 2 pembelajaran dengan model 5M. untuk mengetahui
Denpasar” Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh
model pembelajaran berbasis proyek pembelajaran ini
berbantuan GeoGebra lebih baik dalampembelajaran

99
dari model pembelajaran berbasis matematika secara
proyek saja dan model pembelajaran lebih mendalam
5M guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa.
10. Aulia Safitri Untuk mengatasi Diperoleh Penelitian ini Perbedaan kemampuan komunikasi Disarankan agar
(2018), permasalahan yang kelas VIII A merupakan matematis peserta didik yang perlu adanya
“Efektivitas dihadapi peserta sebagai kelas penelitian memperoleh pembelajaran dengan perencanaan proses
Pembelajaran didik, berupa eksperimen kuantitatif model pembelajaran berbasis dan evaluasi serta
Berbasis Proyek rendahnya dan VIII I dengan jenis proyek lebih tinggi dari pada dibutuhkan
Terhadap kemampuan sebagai kelas penelitian peserta didik yang memperoleh perhitungan yang
Kemampuan komunikasi kontrol eksperimen, pembelajaran konvensional. baik dalam
Komunikasi matematis peserta desain pengalokasian
Matematis Peserta didik. penelitiannya waktu
Didik Kelas VIII Prestest- pembelajarannya.
MTs Negeri 1 Posttest Control
Jepara Pada Grup Design
Materi Bangun
Ruang Sisi Datar
Tahun Pelajaran
2017/2018”

100
11. Hidayah, & Untuk Subjek dalam Instrumen yang Dari hasil penelitian ini disimpulkan Disarankan bagi
Sulistyaningrum meningkatkan hasil penelitian ini digunakan bahwa penerapan model peneliti yang lain,
(2018), belajar matematika adalah siswa dalam penelitian pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan
“Penerapan siswa dengan kelas VIII-C ini adalah tes dengan media kartu matematika penelitian lebih
Model menerapkan model SMPN 3 hasil belajar dapat meningkatkan hasil belajar lanjut pada pokok
Pembelajaran pembelajaran Plumpang. matematika dan matematika siswa SMP dan respon bahasan lain
Berbasis Proyek berbasis proyek respon siswa siswa terhadap penerapan model sehingga dapat
Dengan Media dengan media kartu pembelajaran berbasis proyek memperkuat
Kartu Matematika matematika. dengan media kartu matematika kesimpulan yang
Untuk adalah positif. diteliti.
Meningkatkan
Hasil Belajar
Matematika
Siswa”
12. Theresia Warsini Untuk mengetahui Subjek Merupakan Hasil penelitian telah mampu Disarankan
(2020), apakah penelitian penelitian menjawab perumusan masalah, sebaiknya guru
“Penerapan pembelajaran adalah siswa tindakan kelas. mencapai tujuan penelitian dan mengembangkan
Model PjBL model PjBL dapat kelas VIII C Instrumen membuktikan hipotesis penelitian model
Untuk meningkatkan SMP N 4 penelitian yaitu penerapan pembelajaran pembelajaran pjbl
Meningkatkan keterampilan proses Sumbang adalah tes uraian modelPjBL dapat meningkatkan pada materi yang
Keterampilan dan hasil belajar sebanyak 22 dan lembar keterampilan proses dan hasil akan disampaikan
Proses dan Hasil matematika materi siswa observasi. belajar matematika materi bangun berikutnya agar

101
Belajar bangun ruang sisi ruang sisi datar siswa kelas VIII C dapat meningkatkan
Matematika datar. SMP N 4 Sumbang tahun pelajaran hasil belajar siswa.
Materi Bangun 2016/2017. Sedangkan siswa
ruang Sisi Datar disarankan untuk
Kelas VIII C SMP meningkatkan
Negeri 4 keterampilan proses
Sumbang pada saat
Semester 2 Tahun pembelajaran dan
Pelajaran lebih
2016/2017” mempersiapkan diri
sebelum proses
pembelajaran
dimulai.

102
NOTULENSI SKRIPSI

Nama : Yoylita Fahik


NIM : 1601030012
Judul Skripsi : Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Materi Bangun
Ruang Sisi Datar
Tempat : Laboratorium Pendidikan Matematika
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Juni 2021
No Nama Dosen Komentar/Saran Keterangan
1. Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc Perbaiki kesalahan Diterima dan telah
penulisan diperbaiki
2. Dr. Damianus D. Samo, M.Pd Perbaiki penulisan daftar Diterima dan telah
pustaka diperbaiki
Berdasarkan hasil review Dijawab dan diterima
yang telah dilakukan, apa
konsep PjBL yang kamu
ketahui?
Gambarkan yang kamu Dijawab dan diterima
ketahui tentang PjBL
Berikan contoh desain Dijawab dan diterima
PjBL dalam pembelajaran
Jelaskan hubungan Dijawab dan diterima
pendekatan saitifik dan
model pembelajaran PjBL
Sumbangsi hasil review ini Dijawab dan diterima
untuk anda apa?
3. Patrisius A. Udil, M.Pd Perbaiki penulisan daftar Diterima dan telah
pustaka diperbaiki
Apa urgensi dari penelitian Dijawab dan diterima
ini?

103
Jelskan maksud dari Dijawab dan diterima
“Penelitian PjBL yang
masih keliru”
Sebutkan salah satu
kekurangan dari penerapan
model pembelajaran PjBL
dan apa solusi yang bisa
diberikan untuk mengatasi
kekurangan tersebut?
Coba jelaskan tahapan Dijawab dan diterima
pembelajaran yang benar
terkait dengan materi
bangun ruang sisi datar

Mengetahui:

Dosen Pembimbing I :

Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc


NIP. 19651231 199203 1 003

Dosen Pembimbing II :

Dr. Damianus D. Samo, M.Pd


NIP. 19831231 201212 1 003

Dosen Penguji :

Patrisius Afrisno Udil, M.Pd.


NIP. 19930911 201903 1 020

104

Anda mungkin juga menyukai