Anda di halaman 1dari 149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

a. Nama : Gelora Yanti Br Tarigan


b. NIM : 1173111033
c. Tempat/Tanggal Lahir : Kuta Tengah, 02 Agustus 1998
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status : Mahasiswa
f. No. HP : 085831010447
g. Agama : Katolik
h. Alamat : Desa Kuta Tengah, Kecamatan Gunung
Meriah, Kabupaten Deli Serdang

II. DATA ORANG TUA

a. Nama Ayah : Robinson Tarigan (+)


b. Nama Ibu : Seri Mina Br Ginting
c. Pekerjaan Orangtua
Ayah : -
Ibu : Petani
d. Alamat : Desa Kuta Tengah, Kecamatan Gunung
Meriah, Kabupaten Deli Serdang

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

No. Jenjang Pendidikan Tahun

1. SD Negeri 102001 Gunung Meriah 2005 - 2011

2. SMP Negeri 1 Gunung Meriah 2011 - 2014

3. SMA Negeri 1 Gunung Meriah 2014 - 2017


ABSTRAK
GELORA YANTI BR TARIGAN (1173111033). PERSEPSI GURU
TENTANG MODEL MAKE A-MATCH DALAM PEMBELAJARAN
TEMATIK SD NEGERI SE-KECAMATAN GUNUNG MERIAH T.A
2020/2021. Skripsi Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2021.

Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu 1) Bagaimana Persepsi Guru


Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-
Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021?, 2) Apakah Guru SD Negeri Se-
Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021 sudah menerapkan Model Make
A-Match? Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui 1) Untuk mengetahui
Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match dalam Pembelajaran
Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 2) Untuk
mengetahui Apakah Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A
2020/2021 sudah menerapkan Model Make A-Match Dalam Pembelajaran
Tematik?
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Sampel penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh guru
kelas SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah yang terdiri dari 6 sekolah
sebanyak 36 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesinoner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dari perolehan skor dari
kuesioner yang disebarkan diperoleh nilai bahwa persepsi guru tentang model
Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung
Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” dengan rata-rata perolehan skor
jawaban kuesioner yaitu 4,2. 2) Berdasarkan indikator kognitif dapat disimpulkan
bahwa 26,18% sangat setuju dan 62,37% setuju artinya guru memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang model Make A-Match dalam pembelajaran
tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. 3)
Berdasarkan indikator afektif dapat disimpulkan bahwa 31,94% sangat setuju dan
55,36% setuju artinya guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai
model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan
Gunung Meriah T.A 2020/2021. 4) Berdasarkan indikator konatif dapat
disimpulkan bahwa 26,18% sangat setuju dan 63,88% setuju artinya guru
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menerapkan model pembelajaran
Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung
Meriah. Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi guru
memiliki persepsi yang baik tentang model pembelajaran Make A-Match dalam
proses pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021
dapat diterima.

Kata Kunci: Model Make A-Match, Pembelajaran Tematik

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat kasih dan rahmatnya yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang peneliti selesaikan ini berjudul “Persepsi Guru Tentang

Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-

Kecamatan Gunung Meriah T.A 2021/2021”

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, peneliti banyak menemukan

kendala, namun dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan tulus yang

diberikan, baik bersifat moril maupun material dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas

bantuan moril, material maupun doa dalam penulisan Skripsi ini, terkhusus

kepada:

1. Bapak Dr. Syamsul Gultom S.KM., M.Kes selaku Rektor Universitas

Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti

melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Yusnadi, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi., M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

ii
iii

4. Ibu Dr. Zuraidah Lubis, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Umum

Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan..

5. Ibu Kamtini, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ilmu Pendidikan.

6. Bapak Dr. Irsan, M.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra

Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan.

7. Ibu Elvi Mailani, S.Si., M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Pra

Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Drs. Arifin Siregar M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan kepada

peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Bapak Drs. Wesly Silalahi, M.Pd selaku Dosen pembimbing akademik

peneliti sekaligus Dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran

dan masukan dalam perbaikan skripsi peneliti, Bapak Drs. Daitin Tarigan,

M.Pd., selaku Dosen Penguji II dan Bapak Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd

selaku Dosen Penguji III yang juga telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

10. Ibu Lala Jelita Ananda, S.Pd., M.Pd selaku validator ahli materi dan Ibu

Masta Marselina Sembiring, S.Pd.,M.Pd selaku validator ahli tata bahasa

yang telah memberikan Ilmu dan bantuannya kepada peneliti dalam

penyusunan instrumen penelitian.


iv

11. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan, khususnya Jurusan

Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan yang telah menyumbangkan ilmu kepada

peneliti yang tentunya sangat berguna untuk masa depan peneliti.

12. Seluruh Bapak/Ibu Staf, Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Medan atas kerjasama dan bantuannya kepada peneliti terutama

dalam urusan surat-menyurat.

13. Seluruh Bapak/Ibu Staff Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan dan

Seluruh Bapak/Ibu Staff Digital Library Universitas Negeri Medan atas

kerjasama dan bantuan kepada peneliti dalam menyediaakan buku-buku

untuk kepentingan dalam penyelesaikan Skripsi.

14. Ibu Masnauli Br Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 102001

Gunung Meriah, Ibu Meslina Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN.

102002 Gunung Paribuan, Bapak Juli Perangin-angin, S.Pd selaku Kepala

Sekolah SDN. 102003 Gunung Meriah, Bapak Amin, S.Pd selaku Kepala

Sekolah SDN. 106847 Ujung Meriah, Bapak Mekat Tarigan, S.Pd selaku

Kepala Sekolah SDN. 104289 Gunung Sinembah, dan Ibu Marianna

Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 108029 Huta Bayu yang telah

menerima dan mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di

setiap sekolah SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah dan seluruh guru

Kelas SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah yang telah membantu

peneliti selama kegiatan penelitian skripsi tersebut.


v

15. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua, Ayah tercinta Robinson Tarigan

(+) yang tidak sempat mendampingi putri kecilnya menyelesaikan

studinya dan Ibunda tercinta Serimina Br. Ginting yang telah memberikan

doa yang tulus, motivasi yang tiada hentinya serta selalu sabar dan ikhlas

serta dukungan baik materil maupun moril yang takkan bisa terbalaskan

sampai kapanpun, serta kasih sayang yang tiada hentinya agar peneliti

dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

16. Keluarga Abangku tersayang Alek Sius Tarigan dan Edaku Lusiana

Sijabat yang selalu memberikan doa,dukungan dan semangat bagi peneliti

untuk menyelesaikan studi.

17. Abangku Agustinus Tarigan yang selalu mendukung peneliti dalam setiap

usaha untuk menyelesaikan studi dan Permenku tercinta dan tersayang

Jenia Hileria Br Tarigan dan Venilisia Br Tarigan yang selalu memberikan

semangat kepada peneliti.

18. Keluarga besar UK-KMK ST. MARTINUS UNIMED yang telah

memberikan doa dan dukungan kepada peneliti.

19. Sahabat-sahabat teristimewa Bernawati Panjaitan S.Pd sekaligus teman

kos wisma lambok terbaik, Anisa Finina Ambarita, Fabiola Malau, Ebi

Sara Munte, Erahati Sinabutar, S.Pd dan Ainun Sidauruk. Terimakasih

telah menjadi teman seperjuangan, yang memberikan semangat, motivasi,

doa dan dukungannya kepada peneliti.

20. Sahabat-sahabat tersayang kos Wisma Lambok Pepriando Sitanggang,

S.Pd, Jeni Oktaviani Pardosi, S.Pd, Daniati Sianipar, S.Pd, adek Yohana

Putri Rosari Hutabarat, dan Adek Nadia Sidauruk. yang telah memberikan
vi

doa dan dukungan. Terimakasih telah menjadi penyemangat, teman

berjuang dan inspirasi bagi peneliti dalam menjalankan studi dan skripsi

ini.

21. Teman-teman satu bimbingan skripsi peneliti yang selalu memberikan

dukungan dalam proses pengerjaan skripsi.

22. Keluarga Besar Kelas D Reguler Prodi PGSD Stambuk 2017 yang telah

membantu dan menjadi teman selama menjalankan perkuliahan.

23. Seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

terimakasih atas doa, motivasi dan dukungannya.

Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin, namun peneliti menyadari

bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun peneliti terima dengan senang hati. Kiranya

Skripsi ini dapat bermanfaat untuk orang lain maupun bidang pendidikan. Akhir

kata peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, 30 Juni 2021


Peneliti

Gelora Yanti Br Tarigan


NIM. 1173111033
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................8

1.3 Batasan Masalah................................................................................................8

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................................8

1.5 Tujuan Penelitian ..............................................................................................9

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11

2.1 Kerangka Teori ................................................................................................11

2.1.1 Pengertian Persepsi.......................................................................................11

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi..................................................12

2.1.3 Pengertian Guru............................................................................................12

2.1.4 Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).................................13

2.1.5 Pengertian Belajar.........................................................................................15

2.1.6 Pengertian Pembelajaran ..............................................................................16

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran......................................18

vi
2.1.8 Pengertian Kurikulum 2013..........................................................................19

2.1.9 Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013............................20

2.1.10 Pengertian Pembelajaran Tematik ..............................................................22

2.1.11 Karakteristik Pembelajaran Tematik ..........................................................23

2.1.12 Tujuan Pembelajaran Tematik ...................................................................24

2.1.13 Pengertian Model Pembelajaran................................................................25

2.1.14 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif..............................................26

2.1.15 Model-Model Pembelajaran Kooperatif.....................................................27

2.1.16 Model Pembelajaran Make A-Match .........................................................28

2.1.17 Tujuan dan langkah–langkah Model Make A-Match..................................29

2.1.18 Kelebihan dan Kelemahan Model Make A Match......................................32

2.2 Penelitian Relevan ...........................................................................................33

2.3 Kerangka Berpikir ...........................................................................................35

2.4 Hipotesis Penelitian..........................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................38

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................38

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................38

3.2.1 Tempat Penelitian..........................................................................................38

3.2.2 Waktu Penelitian...........................................................................................39

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................39

3.3.1 Populasi.........................................................................................................39

3.3.2 Sampel...........................................................................................................40

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian.................................................................40

3.5 Variabel Penelitian...........................................................................................41

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data.......................................................42

vii
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................45

3.8 Jadwal Penelitian..............................................................................................47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................49

4.1.1 Hasil Penelitian.............................................................................................49

4.1.1 Pemaparan Data Nilai Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................49

4.1.2 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik..................................................................................55

4.1.3 Persentase Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik...................................................................................59

4.1.4Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Afektif..................................62

4.1.5 Persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran
tematik Berdasarkan Indikator Kognitif.......................................................64

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................................68

BAB V PENUTUP................................................................................................74

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................74

5.2 Saran ..............................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................76

viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi Penelitian.................................................................................39

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................43

Tabel 3.3 Persentase Perdikat Kategori.................................................................47

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian Pada Tahun 2021.......................................48

Tabel 4.1 Rekap Nilai Angket Guru .....................................................................49

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make A-Macth
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51

Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51

Tabel 4.4 Persentase Predikat Kategori..................................................................56

Tabel 4.5 Tabulasi Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................56

Tabel 4.6 Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik ......................................................................59

Tabel 4.7Persentase Indikator Afektif Persepsi Guru Tentang Model Make A-


Match Dalam Pembelajaran Tematik...........................................................62

Tabel 4.8 Distribusi Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-
Match Dalam Proses Pembelajaran Tematik................................................65

Tabel 4.9 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................67

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir..................................................................36

Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan.................................................58

Gambar 4.2 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Kognitif.......................................61

Gambar 4.3 Diagram Persepsi Guru Model Make A-Match Dalam Pembelajaran
Tematik Dengan Indikator Afektif...............................................................64

Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif........................................67

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Wawancara Awal Sebelum Penelitian ...............................................80

Lampiran 2 Angket Penelitian...............................................................................82

Lampiran 3 Rekapitulasi Data Persepsi Guru........................................................86

Lampiran 4 Daftar Nama Guru..............................................................................87

Lampiran 4 Fota Kegiatan......................................................................................88

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk dapat

mengembangakan semua potensi yang ada dalam dirinya. Menurut Wijaya dan

Amiruddin (2019:24) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani

dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk

mencapai kedewasaan serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu

melaksanakan hidupnya secara mandiri.” Dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat (1)

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan memiliki tujuan untuk

memajukan orang-orang dalam suatu bangsa. Tujuan pendidikan merupakan suatu

hal yang amat penting di dalam menjalankan pendidikan, karena tujuan

pendidikan adalah arah yang hendak dicapai atau di tuju pendidikan. Adapun

tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

1
mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tercapainya tujuan pendidikan sangat bergantung dengan kegiatan belajar

mengajar yang dilaksanakan di sekolah maupun kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan di luar sekolah.

Dengan pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia berkualitas

yang memiliki kedewasaan, baik kecerdasan intelektual, sosial maupun

kedewasaan moral sekaligus memiliki daya saing dalam menghadapi kemajuan

dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan itu, Ahmadi (2014:38)

menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia

dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka

mengembangkan segala potensi dirinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan ruhani

(pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan

positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang

berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya”.

Pendidikan tidak dapat terlepas dari sekolah. Sekolah merupakan lembaga

pendidikan formal yang di dalamnya terdapat guru, peserta didik, tujuan dan isi

pembelajaran, metode atau model serta sarana dan prasarana yang dapat

mendukung dan menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar.

Keberhasilan proses belajar mengajar juga didukung oleh adanya kurikulum.

Kurikulum sebagai pedoman harus seragam agar tidak terjadi perbedaan tujuan,

isi dan bahan pelajaran antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain

sehingga diberlakukan kurikulum yang sifatnya nasional. Kurikulum menjadi

bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga keberadaan kurikulum perlu

dipahami secara utuh oleh segenap pelaku pendidikan. Pentingnya kurikulum

2
dikarenakan acuan utama dalam menjalankan proses pendidikan yang ada di

sekolah. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013.

Diberlakukannya kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan yang

produktif, aktif, inovatif, dan efektif.

Kurikulum 2013 menjadi penyempurnaan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan tahun 2006. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1

ayat (19) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di SD

menggunakan pembelajaran tematik terpadu.

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang

menggunakan tema dalam pembelajaran yang materinya saling berkaitan atau

dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik

individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta

mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Menurut

Rusman (2015:139) bahwa “Pembelajaran Tematik terpadu adalah pembelajaran

yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata

pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Tema merupakan wadah atau

wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara

menyeluruh”. Selanjutnya menurut Rusman (2010:254) “Pembelajaran tematik

merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu

sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun

kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan

3
secara holistik, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri

atau karakteristik sebagaimana dijelaskan Sukami (dalam Prastowo 2019:14)

sebagai berikut; “pertama, pembelajaran berpusat pada siswa; kedua, menekankan

pembentukan pemahaman dan kebermaknaan; ketiga, belajar melalui pengalaman;

keempat, lebih mementingkan proses daripada hasil semata; dan kelima, sarat

dengan muatan keterkaitan”.

Dalam pembelajaran tematik guru harus dapat menerapkan model

pembelajaran yang tepat dan bervariasi agar proses pembelajaran dapat diterima

peserta didik dengan baik. Model pembelajaran merupakan suatu kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Joyce & Weil (dalam

Fathurrohman, 2015:30) mendefinisikan “Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran”. Namun pada kenyataannya,

dalam proses pembelajaran tematik masih banyak guru belum menerapkan model

pembelajaran bervariasi sehingga siswa cenderung bosan dalam mengikuti

pembelajaran serta masih banyak menerapkan metode ceramah yang hanya

menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan penugasan tanpa melihat apakah siswa

telah memahami materi pembelajaran, penggunaan metode ceramah juga

menyebabkan peserta didik menjadi pasif.

4
Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah

satu kepala sekolah SD Negeri 102003 Gunung Meriah, Kecamatan Gunung

Meriah pada Senin 01 Februari 2021, yaitu dengan Bapak Juli Perangin-angin,

S.Pd dan dari hasil pengamatan secara umum yang di lihat peneliti di SD Negeri

Se-kecamatan Gunung Meriah peneliti menemukan beberapa permasalahan yang

terjadi dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah

diantaranya; 1) Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ceramah

dalam pembelajaran, 2) Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan

guru, 3) dengan model pembelajaran ceramah peserta didik pasif dalam mengikuti

pembelajaran, 4) peserta didik mudah merasa bosan dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, 5) dan peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang

disampaikan guru.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

tematik, guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai

dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai.

Namun pada kenyataannya pelaksanaan memilih model pembelajaran masih

berpola pada paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru dan belum

berpusat pada siswa sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Tugas guru bukan

sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi dapat membantu siswa

dalam belajar. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

hendaklah guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan berbagai

bentuk kegiatan yang menarik dalam pembelajarannya, seperti memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengadakan diskusi kelompok guna untuk saling

berbagi informasi yang diketahui di dalam kelompok.

5
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menganggap perlu diadakan

suatu upaya penerapan model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran

tematik dapat tercapai dengan baik. Adapun model pembelajaran yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran kooperatif tipe Make

A-Match. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match adalah suatu

permainan dengan cara bekerjasama antara 2 anak atau lebih dengan sistem

mencari pasangan yang tepat dari soal dan jawaban yang ada, model pembelajaran

ini dapat memberikan pelajaran kepada anak agar dapat menyelesaikan suatu

permasalahan dengan cara bekerjasama dengan teman. Dengan adanya kerjasama

antar teman dapat mengembangkan motivasi belajar pada anak. Komalasari

(2010:85) menyatakan bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan

model pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan

atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam

batas waktu yang ditentukan”. Selanjutnya Miftahul Huda (2012:135)

menyatakan, “Model Pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu

pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara

aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep

mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”.

Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A-

Match siswa dapat bekerja dan saling bertukar pikiran di dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat Warsono (2017:164) yang mengatakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi

bermacam karakteristik dan latar belakang sosial siswa karena mampu

6
meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang

kecakapannya rata-rata maupun mereka yang tergolong lambat”.

Dalam hal ini untuk mengetahui manfaat model pembelajaran kooperatif

tipe Make A Match dalam pembelajaran tematik maka dibutuhkan persepsi guru

yang bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana tanggapan guru kelas tentang

manfaat penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam

proses pembelajaran tematik. Menurut Rakhmat (2011:50) “Persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. persepsi adalah suatu

proses yang didahului oleh proses indera, yaitu merupakan proses diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat indera”. Selanjutnya Menurut Karwono dan

Mularsih (2017:34) “Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup.

Setiap individu melihat dunia dengan caranya yang berbeda dengan yang lain”.

Persepsi guru yang diberikan merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa

yang diketahui dan dikaitkan dengan pengalaman guru terhadap proses

pembelajaran tematik yang telah dilakukan.

Untuk itu berdasarkan persepsi guru, peneliti mempunyai keinginan untuk

mengetahui tanggapan guru terhadap model pembelajaran kooperatif Tipe Make

A-Match dalam pembelajaran tematik di Sekolah Dasar dengan memberikan

angket atau kuesioner kepada guru dan menganalisis persepsi dari setiap guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terarik melakukan penelitian dengan

judul “Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran

Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.”

7
1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran ceramah dalam

pembelajaran

2. Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru

3. Dengan model pembelajaran ceramah peserta didik pasif dalam mengikuti

pembelajaran

4. Peserta didik mudah merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

5. Peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, penelitian ini

difokuskan untuk mengetahui persepsi guru hanya tentang model pembelajaran

Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A

2020/2021?

2. Apakah Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021

sudah menerapkan Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik?

8
1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A

2020/2021.

2. Apakah guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah pada T.A 2020/2021

sudah menerapkan Model Make A-Match.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021

ini diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

b. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi,

sumber pengetahuan, bahan kepustakaan atau bahan penelitian dalam dunia

pendidikan selanjutnya, yaitu persepsi guru tentang model Make A-Match yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.

a. Manfaat Praktis:

1. Bagi Siswa

Persepsi guru yang baik tentang penerapan model pembelajaran Make A-

Match memberikan peluang bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman

9
belajar yang menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya

terutama dalam menguasai materi pelajaran.

2. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran

tematik dengan menggunakan model Make A-Match dalam pembelajaran

tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah.

3. Bagi Sekolah

Sebagai tambahan wawasan dan sumbangan pemikiran yang berguna

untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan model

Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD.

5. Bagi Peneliti Lanjut

Sebagai bahan referensi dan perbandingan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang materi tersebut.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Persepsi

Kemauan seorang guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran

sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki guru tersebut terhadap model

pembelajaran yang akan digunakan. Persepsi adalah tanggapan ataupun penilaian

terhadap suatu objek yang diterima seseorang melalui alat indra. Menurut

Sukendar (2017:39) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah pandangan atau

penilaian terhadap stimulus yang diterima”. Selanjutnya menurut Murtiadi

(2015:28) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan”. Selanjutnya menurut Triatna (2015:34) “Persepsi merupakan sebuah

proses kognisi yang dapat menghasilkan informasi tentang lingkungan yang ada

disekitarnya. Persepsi juga diartikan sebagai suatu pandangan individu terhadap

lingkungannya yang dipengaruhi oleh kepribadian dan karakteristik yang dimiliki

seseorang dalam lingkungannya”. Selanjutnya menurut Widyastuti (2014:34)

mengemukakan bahwa “Persepsi adalah suatu proses membuat penilaian

(judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal

yang terdapat dalam lapangan penginderaan seseorang”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah pandangan ataupun penilaian seseorang terhadap objek, peristiwa,

11
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari hasil pengalaman yang ditangkap

oleh alat indra orang tersebut.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi yang dimiliki seseorang terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Adapun menurut Kulsum (2014:102) “Faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi, antara lain: 1) objek yang dipersepsikan, 2) alat

indera, termasuk saraf dan pusat susunan syaraf, dan 3) perhatian”. Selanjutnya

Menurut Bimo Walgito dalam Asrori (2020:52) bahwa persepsi mengandung tiga

Indikator sebagai berikut:

Persepsi mengandung tiga Indikator yang membentuk struktur


sikap, yaitu: 1) Indikator kognitif (Indikator perseptual), yaitu Indikator yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsi terhadap objek
sikap. 2) Indikator afektif (Indikator emosional), yaitu indikator yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Indikator ini menunjukkan arah sikap yakni
positif atau negatif. 3) Indikator konatif (Indikator perilaku atau action
component) merupakan Indikator yang berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak atau berperilaku terhadap objek
sikap. Indikator ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.
Berdasarkan pemaparan diatas di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

mengandung Indikator kognitif, Indikator afektif, dan juga Indikator konatif yang

merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku.

2.1.3 Pengertian Guru

.Guru merupakan pelaku kegiatan mengajar di sekolah. Menurut Buchari

(2018:107) “Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan.

Guru merupakan pelaksana proses belajar-mengajar di sekolah, dan keberhasilan

12
pengajarannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan pada umumnya”.

Selanjutnya menurut U Shabbir (2015:221) “Guru adalah suatu sebutan bagi

jabatan, posisi dan profesi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang

pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis”.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

mengatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan guru adalah profesi yang

melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah, dan keberhasilan

pengajarannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

2.1.4 Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, sehingga

peran guru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Sardiman

(2016:144-146) menyebutkan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar antara

lain: 1)Informator; 2)Organisator; 3)Motivator; 4)Pengarah/director; 5)Inisiator;

6)Transmitter; 7)Fasilitator; 8)Mediator; dan 9)Evaluator. Maka dari itu guru

hendaknya berinovasi dalam menciptakan proses pembelajaran termasuk dengan

menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Selanjutnya menurut Mally

Maeliah (2012:173) Peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Guru Sebagai Demonstrator. Melalui peranannya sebagai demonstrator,


lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

13
14

materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya


dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2)
Guru Sebagai Pengelola kelas. Dalam peranannya sebagai pengelola kelas
(learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. 3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator. Guru sebagai
Mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. 4) Guru
Sebagai Evaluator. Pada dunia pendidikan, bahwa setiap jenis pendidikan
atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh
pendidik.
Dari pendapat diatas penulis dapat menyipulkan peran guru dalam proses

belajar mengajar yaitu sebagai demostrator, sebagai pengelola kelas, sebagai

mediator, sebagai falisitator, sebagai informator, guru sebagai motivator,sebagai

dan evaluator.

2.1.5 Pengertian Belajar

Untuk memperoleh pengetahuan yang baru hendaknya kita memiliki

keinginan untuk terus belajar. Belajar merupakan cara kita untuk dapat menambah

pengetahuan, mengembangkan diri dan memajukan cara berpikir. Untuk itu

hendaknya dalam diri kita selalu timbul rasa kebutuhan untuk terus belajar.

Menurut Rasyad dalam Sagala (2013:49) “Hendaknya timbul rasa kebutuhan akan

belajar dalam diri, bahwa belajar itu perlu dan harus dilakukan untuk memperoleh

sesuatu dengan memahami bagian dan hubungan antar bagian sehingga terjadi

proses penguraian (analysis) dan pemaduan (sintesis)”. Kemudian menurut M.

Thobroni (2015:15) “Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan

secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup”.

Dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk


15

berhubungan dengan manusia lainnya dan juga dirinya sendiri. Belajar merupakan

kegiatan yang dilaksanakan manusia sepanjang hayatnya untuk dapat

mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemudian menurut

Hamalik (2016:27) “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,

yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama

tentang pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan

secara otomatis dan seterusnya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak

disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan

pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap

berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru

diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu

dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Menurut Sagala (2013:53) “Dapat

dipahami bahwa perbuatan hasil belajar mungkin dapat dimanifestasikan dalam

wujud 1) pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip

hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan

sebagainya, 2) penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, perilaku

psikomotorik, dan 3) perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik”. Menurut

Rusman (2017:76) menjelaskan bahwa “Belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku

individu”. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui

kegiatan belajar. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak
16

dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah

membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk

kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi-potensi tersebut tidak

akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia

lain.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

perubahan perilaku yang dilakukan dengan berbagai cara dan berlangsung

sepanjang hayatnya.

2.1.6 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bagian yang penting dari sistem pendidikan.

Bahkan tanpa pembelajaran tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Pembelajaran

sangat erat hubungannya dengan proses belajar yang dilaksanakan di sekolah.

Terdapat berbagai pandangan para ahli mengenai pembelajaran. Menurut Winkel

dalam Sobry (2013:31) ”Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan

memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian

kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik”.

Selanjutnya menurut Faryadi (2017:2) mendefinisikan pembelajaran sebagai

berikut:

Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku manusia karena


adanya pengalaman atau masukan informasi. Hal ini dapat dianggap
sebagai hasil. Selain itu juga dipandang sebagai suatu proses yang terlihat.
Aspek pembelajaran yang paling penting adalah perubahan.
Pembelajaran juga dicapai melalui eksperimen-eksperimen individu yang
17

memungkinkan pengetahuan masa lalu berintegrasi dengan pengetahuan


saat ini untuk memunculkan pengetahuan baru.
Sedangkan menurut Saefuddin dan Berdiati (2014:8) “Pembelajaran dapat

dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui

rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan

mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang

sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan

pengetahuan baru”. Selanjutnya menurut Smith dalam Faryadi (2017:2)

“Pembelajaran dikaji lebih lanjut sebagai berikut:

1)Pembelajaran sebagai peningkatan kualitatif dalam pengetahuan.


Pembelajaran adalah memperoleh informasi atau mengetahui banyak.
2)Pembelajaran sebagai menghafal. Pembelajaran adalah menyimpan
informasi yang dapat direproduksi. 3)Pembelajaran sebagai memperoleh
fakta, keterampilan, dan metode yang dapat disimpan dan digunakan bila
diperlukan. 4)Pembelajaran sebagai proses memahami atau menggali
makna. Pembelajaran menghubungkan bagian-bagian pokok persoalan
satu dengan yang lain dan dengan dunia nyata. 5)Pembelajaran sebagai
mengartikan dan mengerti realitas dengan cara yang berbeda.
Pembelajaran memahami dunia dengan menafsirkan kembali
pengetahuan.
Selanjutnya menurut Rusman (2017:1) “Pembelajaran merupakan suatu

sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan

yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi”.

Sedangkan menurut Isnu Hidayat (2019:15) bahwa “Pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang dirancang oleh pendidik dengan memanfaatkan media dan

lingkungan belajar sekitar. Sementara itu, Hausstatter dan Nordkvelle dalam Huda

(2013:5-6) mengemukakan bahwa Pembelajaran adalah pengetahuan konseptual

yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda

seperti berikut : 1)Pembelajaran bersifat psikologis. Pembelajaran dideskripsikan

dengan merujuk pada apa yang terjadi dalam diri manusia secara psikologis.
18

Ketika pola pribadinya stabil, maka pembelajaran dapat dikatakan

berhasil. 2)Pembelajaran merupakan proses interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya, yang artinya proses psikologis tidak terlalu banyak

disentuh di sini. 3)Pembelajaran merupakan produk dalam lingkungan

eksperiental seseorang, terkait dengan bagaimana ia merespon lingkungan

tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan pengajaran, di mana seseorang akan

belajar dari apa yang diajarkan kepadanya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang pendidik terdiri dari

berbagai komponen seperti tujuan, materi, metode dan evaluasi yang dapat

mendukung proses belajar peserta didik di kelas.

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Menurut Idayanti dalam artikel Kompasiana pada tanggal 24 Juni 2015

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran antara lain yaitu:

1)Faktor Guru. Guru adalah faktor utama dalam proses pembelajaran.


Berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran bergantung pada bagaimana
cara seorang guru membelajarkan sebuah materi terhadap siswa-siswanya.
2)Faktor Siswa, meliputi a) kondisi fisik, yaitu siswa yang sakit tidak
mungkin mengikuti pelajaran sebaik ia mengikuti pelajaran ketika ia
sedang dalam keadaan sehat. b) kondisi psikis, yaitu anak terlahir dengan
anugrah kemampuan yang berbeda-beda. Maka dari itu, tugas guru adalah
membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka. 3)Faktor tujuan,
meliputi: a)Kejelasan visi-misi sekolah, tujuan pembelajaran di sekolah
tersebut, b)Urgensi, yaitu Faktor pentingnya kelas peminatan atau
penjurusan, c)Tingkat Kesulitan, d)Kesesuaian Materi, Meliputi:
Kejelasan materi, Kemenarikan (media, strategi), Sistematika
pembelajaran materi, Jenis materi (menjelaskan sesuai koteks), Faktor
instrumen (kelengkapan, kuantitas, kualitas, kesesuaian), 4) Faktor
Lingkungan, meliputi a)Lingkungan Fisik yaitu Sekolah yang baik
seharusnya dijauhkan dari kebisingan dan polusi dan b)Lingkungan sosial,
yaitu Tata letak sekolah juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak di depan
pasar, mall, tempat karaoke, atau tempat hiburan yang lain”
19

2.1.8 Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru diterapkan pada pendidikan

di negara Indonesia. Perubahan kurikulum 2006 (KTSP) ke kurikulum 2013 ini

cukup relevan dengan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya masih rendah

dan tertinggal dengan negara-negara tetangga terdekat. Kurikulum 2013 ini telah

dikembangkan dan diimplementasikan secara sistematis dan terarah dengan

orientasi dan tujuan perubahannya jelas. Menurut Hamalik (2018:16-17) tafsiran

dari kurikulum yaitu:

1) Kurikulum memuat isi dan materi pembelajaran. Kurikulum ialah


sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. 2) Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. 3) Kurikulum sebagai
pengalaman belajar. Pengertian kurikulum yaitu lebih menekankan bahwa
kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar.
Selanjutnya ditambahkan Andi Prastowo (2017:5) Kurikulum 2013 adalah

terjadinya peningkatan dan keseimbangan antar kompetensi sikap (attitude),

keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Sehingga dengan adanya

perubahan kurikulum ini diharapkan akan membawa angin segar bagi dunia

pendidikan Indonesia yang dimulai sejak dini di SD. Menurut Mailani E (2018)

“Kurikulum 2013 di SD juga menuntut pembelajaran untuk sampai pada tahap

metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu memprediksi, mendesain, dan

memperkirakan”. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kurikulum 2013 akan

menciptakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi.

2.1.9 Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013


20

Setiap kurikulum memiliki karakteristik masing-masing, demikian halnya

Kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Menurut Zaini (2015:22)

Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013 sebagai berikut:

1)Standar Kompetensi Lulusan meliputi a) Standar Kompetensi Lulusan


(SKL) yang berjenjang. SKL yang dirumuskan dalam kurikulum 2013
ditata secara berjenjang b) Pendidikan karakter yang terintegrasi.
Pengintegrasian total pendidikan karakter tanpa mengubah “aliran”
kurikulum yang dianut sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yaitu sejak tahun 2004. c) Mengakomodasikan semua
aliran filsafat. Pengembangan Kurikulum 2013 tidak hanya didasarkan
pada satu paham filsafat tertentu saja, tetapi didasarkan pada banyak aliran
filsafat yaitu esensialisme, perenialisme, rekronstruksi social,
progresivisme dan humanis. d) Mengembangkan kemampuan menalar,
mengkomunikasikan dan mencipta Kurikulum 2013 akan dianggap
berhasil jika lulusannya memiliki kemampuan dalam
menalar/menganalisis, mengkomunikasikan dan mencipta. 2) Isi dan
Struktur Kurikulum. Kurikulum 2013 yang terkait dengan Standar Isi
mengurangi jumlah mata pelajaran tetapi menambah jumlah jam
pelajaran untuk setiap mata pelajaran. a) Proporsi kompetensi. untuk tiap
jenjang pembahasan tentang rambu-rambu ketercapaian kompetensi yang
terdiri dari empat ranah sikap, yaitu ranah sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan (Yani, 2013) dalam kurikulum 2013 masih
sangat terbatas. b) Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam dan diarahkan untuk membangun kehidupan yang
lebih baik. Proses pendidikan pada Kurikulum 2013 memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya. Landasan teoritis kurikulum 2013 mengacu
pada “pendidikan terstandar” dan “berbasis kompetensi”.c) Kurikulum
2013 menambah jumlah jam pelajaran Kurikulum 2013 memiliki misi
untuk meningkatkan kinerja pendidikan. Penambahan jumlah jam
pelajaran pada Kurikulum 2013 juga dimaksudkan untuk“mengejar”
ketinggalan bangsa Indonesia dari kemajuan Negara-negara lain. 3)
Pendekatan Kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 konten materi
pelajaran dikemas dalam bentuk tematik dan diajarkan melalui pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik “reputasinya” melejit ke papan atas
melebihi popularitas Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
Cooperative Learning (CL). Pendekatan saintifik mendapat rekomendasi
dari UNESCO terkait dengan konsep “the four pillar of education”
(Delors, 1996), yaitu belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan
sesuatu, belajar hidup bersama sebagai dasar berpartisipasi dan bekerja
sama dengan orang lain dalam keseluruhan aktivitas kehidupan manusia
dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri. 4) Penilaian. Dalam
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, disebutkan bahwa arti penilaian otentik adalah penilaian yang
21

dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari masukan


(input), proses dan keluaran (output) pembelajaran. Sesuai dengan
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan maka prinsip penilaian otentik pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah: objektif, terpadu, ekonomis, transparan,
akuntabel, edukatif, mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan. Menurut Shafa (2014:84) Sesuai dengan Standar Kompetensi

Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran kurikulum 2013 adalah

sebagai berikut:

1) Dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu; 2) Dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; 3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4) Dari pembelajaran berbasis
konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Dari pembelajaran
parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; 7) Dari pembelajaran verbalisme menuju
keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); 9)
Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10) Pembelajaran yang
menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); 11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; l2) Pembelajaran yang menerapkan
prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di
mana saja adalah kelas; 13) Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
22

dan 14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.

Terkait dengan prinsip diatas, penulis dapat menyatakan bahwa proses

pembelajaran kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran yang

menekankan keaktifan siswa belajar secara mandiri. Peserta didik diberikan

kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.

2.1.10 Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 dikembangkan dalam rangka menghadapi tantangan

eksternal yaitu terkait dengan rendahnya mutu pendidikan Indonesia di mata

dunia. Perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 yang paling terlihat

adalah pada bagian pembelajarannya. Dalam Kurikulum 2013 kegiatan

pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran tematik terpadu.

Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit

atau satuan-satuan yang utuh sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai,

bermakna dan mudah dipahami oleh siswa.

Menurut Rusman (2015:139) bahwa “Pembelajaran tematik terpadu adalah

pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan

beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan”. Tema merupakan

wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik

secara menyeluruh. Selanjutnya menurut Prastowo (2019:1) “Pembelajaran

tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanak-

kanak atau sekolah dasar (SD) untuk kelas awal yang didasarkan pada tema-tema

tertentu yang kontekstual dengan dunia anak”. Hal ini sejalan dengan pendapat

Trianto (Prastowo, 2019:1) “Pembelajaran tematik terpadu harus menggunakan


23

tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam

lingkup bidang kajian serumpun”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pembelajaran tematik,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

menggunakan tema dalam pembelajaran yang materinya saling berkaitan atau

dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik

individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta

mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

2.1.11 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki berbagai karakteristik. Menurut Sukayati

dalam Prastowo (2019:15) menyatakan “Pembelajaran tematik memiliki sejumlah

karakteristik yaitu: pertama, pembelajaran berpusat pada siswa, kedua,

menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, ketiga, belajar melalui

pengalaman, keempat, lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, dan

kelima, sarat dengan muatan keterkaitan”. Sedangkan menurut Rusman

(2015:146-147) “Pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik yaitu :1)

Berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung pada anak, 3)

Pemisahan muatan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari

berbagai muatan mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran

berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa. 7) Menggunakan prinsip belajar

menyenangkan”. .

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pembelajaran tematik yaitu pembelajaran berpusat pada siswa,


24

memberikan pengalaman langsung pada anak, fokus pembelajaran diarahkan

kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.

2.1.12 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik yang merupakan bagian dari pembelajaran terpadu

memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan pembelajaran tematik menurut Sukayati

(dalam Prastowo, 2019:5) yaitu: “1) meningkatkan pemahaman konsep yang

dipelajari siswa; 2) mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan

memanfaatkan informasi; 3) menumbuhkembangkan sikap positif; 4)

menumbuhkembangkan keterampilan sosial; 5) meningkatkan gairah dalam

belajar; dan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para

siswa”.

Selanjutnya menurut Rusman (2015:145) Pembelajaran tematik terpadu

memiliki tujuan sebagai berikut:

1)Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2)


Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
muatan mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Memiliki pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4)
Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan
berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
didik; 5) Lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain; 6) Lebih merasakan manfaat
dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks
tema/subtema yang jelas; 7) Guru dapat menghemat waktu, karena muatan
mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan; dan 8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat
ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran tematik yaitu dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran,


25

untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar serta guru dapat menghemat

waktu dalam menyampaikan materi pokok pembelajaran.

2.1.13 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu

rangkaian proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan

bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang

berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa

menggunakan bahan ajar. Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri beberapa

tahapan-tahapan proses pembelajaran yang harus dilakukan. Selanjutnya Joyce &

Weil (dalam Fathurrohman, 2015:30) mendefinisikan “Model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran”. Model pembelajaran mengacu

pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas . Sedangkan menurut Arends (dalam

Fathurrohman, 2015:30) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik

berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan”.


26

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para

guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

2.1.14 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan suatu pola atau struktur pembelajaran.

Menurut Isjoni (2013:15) menjelaskan bahwa “Model pembelajaran cooperative

learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok heterogen”. Model

pembelajaran ini dapat diterapkan untuk pengelolaan kelas dengan jumlah siswa

yang banyak. Sejalan dengan itu, Huda Miftahul (2017:32) mendefinisikan

“Pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil/siswa yang bekerja sama dalam

satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau

mencapai satu tujuan bersama”. Menurut Topandra (2020:1261) mengemukakan

bahwa:

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana


model ini memposisikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya bersifat heterogen, setiap kelompok dibagi secara acak jadi
semua siswa merasakan proses belajar yang efektif di kelas. Model
pembelajaran kooperatif ini dikembangkan bertujuan guna mencapai
hasil belajar yang berbentuk prestasi akademik, toleransi, sikap toleransi
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Guna mencapai hasil belajar tersebut model pembelajaran kooperatif

menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam bentuk tugas, bentuk

tujuan, dan bentuk rewardnya. Bentuk tugas berhubungan dengan bagaimana


27

tugas diorganisir. Bentuk tujuan dan reward mengarah pada tingkat kerja sama

atau kompetisi yang diperlukan untuk meraih tujuan maupun reward. Salah satu

keutamaan model pembelajaran kooperatif ini yaitu interaksi kelompok. Dengan

melaksanakan model pembelajaran cooperative learning siswa memungkinkan

dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa

untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun

keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan

pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia

kawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan

kelas.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara

berkelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Pembelajaran kooperatif

juga merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

semua peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran dengan cara bekerjasama

dalam memecahkan masalah.

2.1.15 Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran sangat penting dipahami oleh guru untuk

melaksanakan kegiatan mengajar yang efektif. Dalam pembelajaran kooperatif

terdapat beberapa jenis variasinya. Dalam variasi tersebut siswa tetap bekerja

sama dalam satu kelompok namun cara proses pembelajarannya berbeda. Sesuai

dengan pendapat Rusman (2012: 213) yang mengatakan bahwa :

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif,


walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, jenis-
28

jenis model tersebut adalah 1) Model Student Teams Achievment Divinision


(STAD), 2) Model Jigsaw, 3) Model Investigasi Kelompok (Group Investigatin),
4) Model Make A-Match ( Membuat Pasangan), 5) Model TGT (Teams Games
Tournament), 6) Model Struktural.
Dari keenam jenis model pembelajaran kooperatif di atas, peneliti memilih

model pembelajaran Make A-Match untuk digunakan dalam penelitian ini.

2.1.16 Model Pembelajaran Make A-Match

Model pembelajaran Make A-Match merupakan bagian dari model

pembelajaran kooperatif learning. Komalasari dalam Nyoman (2020:242)

menyatakan bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan model

pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau

pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas

waktu yang ditentukan”.

Miftahul Huda dalam Nyoman (2020:242) menyatakan, “Model

pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang

mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif,

efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan

bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran kelompok yang

mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan.

Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang

menyenangkan, selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk

aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan

lama.
29

Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang dapat

menciptakan lingkungan belajar siswa menjadi kondusif , sehingga siswa mampu

menerima pembelajaran yang diberikan guru. Maka dari itu untuk membuat suatu

pembelajaran yang menarik, kreatif, aktif dan menyenangkan maka dibuat

solusinya yaitu dengan menggunakan salah satu model pembelajaran Make A-

Match dalam proses belajar mengajar.

2.1.17 Tujuan dan langkah–langkah Model Make A-Match

Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi

dalam memilih model pembelajaran. Adapun tujuan model pembelajaran Make

A-Match menurut Fachrudin dalam Supriatin (2017:2) adalah “untuk melatih

peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu

materi pokok”. Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil

menganalisis dan berinteraksi sosial. Selanjutnya tujuan model pembelajaran

Make A-Match menurut Huda dalam Topandra (2020: 1259) yaitu untuk : 1)

pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3) sebagai selingan. Di samping itu,

tujuan model pembelajaran Make A-Match yaitu untuk mempermudah siswa

dalam memahami materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif dan

inovatif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya tujuan dari model pembelajaran

Make A-Match juga dapat dilihat dari karakteristiknya, yaitu: 1) mengajak siswa

bermain sambil belajar; 2) membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan inovatif; 3)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temanya;

4) meningkatkan motivasi belajar siswa; dan 5) mempermudah siswa dalam


30

memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(Rusman, 2011).

Sebelum menggunakan suatu model pembelajaran, ada hal-hal yang harus

kita guru harus mempertimbangkan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Begitu juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Menurut Benny dalam

Supriatin (2017:3) sebelum guru menggunakanan model pembelajaran Make A-

Match guru harus mempertimbangkan: 1) Indikator yang ingin dicapai, 2) Kondisi

kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan, dan 3) Alokasi waktu

yang akan digunakan dan waktu persiapan. Pertimbangan tersebut sangat

diperlukan karena model Make A-Match tidak efektif apabila digunakan pada

kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit.

Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran Make A-Match, kelas akan menjadi gaduh

dan ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat mengendalikannya. Menurut Suyatno

dalam Supriatin (2017:3) dalam melaksanakan model Make A-Match, guru

seharusnya mengembangkan hubungan baik dengan siswa dengan cara: 1)

perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat, 2) ketahuilah apa yang disukai

siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka, 3) bayangkan apa yang akan

mereka katakan mengenai diri sendiri dan guru, 4) ketahuilah hambatan-hambatan

siswa, 5) berbicaralah dengan jujur dan halus, 6) bersenang-senanglah bersama

mereka.

Selanjutnya sebelum penerapan model pembelajaran Make A-Match

terlebih dahulu memerlukan persiapan. Menurut Miftahul Huda dalam Guslinda

(2019), sebelum penerapan model ini perlu beberapa persiapan yaitu:


31

1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang


dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan. 2) Membuat kunci kunci
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya
dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik kartu pertanyaan dan kartu
jawaban berbeda warna. 3) Membuat aturan yang berisi penghargaan
bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini guru
dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa) 4) Menyediakan
lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus
untuk penskoran presentasi.
Adapun langkah–langkah yang harus ditempuh dalam menerapkan model

pembelajaran Make A-Match menurut Hidayat (2019:101) yaitu:

1) Pendidik mempersiapkan beberapa kartu berisi konsep atau topik yang


cocok digunakan dalam sesi review. Dalam hal ini, satu bagian kartu
memuat soal sedangkan lainnya merupakan jawaban. 2) Masing masing
peserta didik diberikan sebuah kartu berisi soal dan jawaban. 3)
Setiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang. 4) Peserta didik mencari pasangan yang memiliki kartu sesuai
dengan kartunya (jawaban/soal). Peserta didik yang mampu
mencocokkan kartu sebelum waktu yang ditentukan habis berhak
memperoleh nilai. 5) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan
kartunya sampai batas waktu habis maka akan mendapatkan punishment
(hukuman) sesuai kesepakatan sebelumnya. 6) Setelah menyelesaikan satu
babak, kartu kembali dikocok agar peserta didik memperoleh kartu
yang berbeda dari sebelumnya. 7) Jumlah babak menyesuaikan
kebutuhan. 8) Pada akhir kegiatan, pendidik dan peserta didik
membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari tersebut.

Selanjutnya tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran dilakukan

oleh guru dalam menerapkan model Make A-Match dalam proses belajar mengajar

Ciandra dalam Windi (2018:13). Adapun tahap–tahap tersebut antara lain:

1)Tahap persiapan, Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa.


Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa
kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai
kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok kelompok tersebut
demikian sehingga berbentuk huruf u upayakan kelompok pertama
berhadapan dengan kelompok kedua. 2) Tahap penyampaian, Jika masing–
masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru
membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua
bergerak mencari pasangan nya masing–masing sesuai pertanyaan atau
32

jawaban yang terdapat di kartunya. Berikan kesempatan pada mereka


untuk berdiskusi, diskusi dilakukan oleh siswa yang membawa kartu yang
berisi jawaban. 3) Penampilan hasil, Pasangan yang telah terbentuk
wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai.
Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan
jawaban itu cocok, setelah penilaian selesai dilakukan, aturlah
sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu
kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
Sementara kelompok penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua
kelompok sebagian anggota memegang lembar pertanyaan dan sebagian
lagi memegang lembar jawaban kemudian posisikan mereka seperti huruf
u. Guru kembali membunyikan peluitnya kemudian pemegang kartu
pertanyaan dan jawaban bergerak mencari pasangannya. Maka setiap
pasangan menunjukan hasil kerja kepada penilai.

2.1.18 Kelebihan dan Kelemahan Model Make A-Match

Setiap Metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan,

hal ini berlaku juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Berdasarkan

Santoso dalam Windi (2018:15), kelebihan model Make A-Match adalah sebagai

berikut :

1)Mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan, 2) Materi


pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, 3)
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar, 3) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses
pembelajaran, 3) Kerja sama antar siswa terwujud dengan dinamis, 4)
Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa.

Selanjutnya berdasarkan Santoso dalam Windi (2018:15) Kelemahan-

kelemahan model Make A-Match adalah sebagai berikut :

1)Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan, 2) Waktu


yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main
dalam proses pembelajaran, 3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai, 4) Pada kelas yang jumlah muridnya banyak jika kurang bijaksana
maka akan menimbulkan keributan, 5) Dalam mengembangkan dan melaksanakan
model Make A-Match, guru selalu memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam berbagai kesempatan agar tidak terjadi keributan didalam kelas.
33

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian Relevan Adalah suatu Penelitian terdahulu yang hampir sama

dengan bidang yang diteliti, digunakan untuk mendukung untuk dan memperkuat

teori yang sudah ada, digunakan sebagai pedoman/pendukung dari penelitian yang

akan dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Yosephin Ratna Mayang Sapri tahun 2018.

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Make A-Match terhadap Kemampuan Mengingat dan Memahami Siswa

Kelas V SD Negeri Jetis Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match

berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa SD N

Jetis Bantul Yogyakarta. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakukan

menggunakan statistik parametrik dengan Mann Whitney menunjukkan rerata

selisih skor pada kelompok eksperimen (Mdn = 1,3330) berbeda dari rerata

selisih skor pada kelompok kontrol (Mdn = 0,6700) dan U = 196.00.

Perbedaan skor tersebut signifikan dengan Z (59) = -3,910 dan p =0,000 (p <

0,05). Besarnya berpengaruh sebesar r = 0,50 atau setara dengan 25 % yang

termasuk dalam kategori efek besar. Hasil uji signifikansi pengaruh

perlakukan menggunakan statistik parametrik dengan Independent samples t-

test, menunjukkan bahwa rerata selisih skor pada kelompok eksperimen M =

0,047

2. Penelitian yang dilakukan Arum Rahma (2013:13). Penelitian ini membahas

tentang penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian
34

tersebut, yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match

(membuat pasangan) dapat meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar

khususnya pada materi energi panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat

dilihat dari nilai rata-rata siswa per siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada

siklus I sebesar 76,27 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar

2,38 dengan nilai rata-rata siswa menjadi 78,65.

3. Dhestha Hazilla Aliputri, (2018), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Make A-Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media

kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang kegiatan ekonomi

bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam kondisi awal hanya

mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi 90% dan untuk

mencoba menggunakan model Make A Match dengan media kartu gambar di

kelas IV sampai meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosephin Ratna Mayang

Sapri menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make

A-Match berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Arum Rahma menunjukkan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match (membuat pasangan) dapat

meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar. Kemudian hasil penelitian yang

dilakukan Dhestha Hazilla Aliputri menunjukkan model pembelajaran Make A-

Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketiga penelitian hal tersebut

relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu penelitian untuk


35

mengetahui Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.

2.3 Kerangka Berpikir

Persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan mengerti

tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu

yang bersangkutan. Pembentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa

yang ada dalam diri individu yang mempersepsi, sedangkan faktor eksternal

tersebut yakni berupa rangsang atau stimulus dari dunia luar.

Model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik

merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami

konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dibatasi

waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu

model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam

pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. Berdasarkan

persepsi setiap guru mengenai model pembelajaran Make A-Match dalam

pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah guru dapat

menilai bagaimana penerapan model pembelajaran Make A-Match dalam

pembelajaran tematik di SD. Persepsi setiap guru pasti berbeda hal ini

dikarenakan faktor dari tiap individu tidaklah sama.


36

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana keefektifan model

pembelajaran Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD, maka

peneliti memberikan kuesioner sebagai alat untuk mengetahui bagaimana persepsi

guru tentang model pembelajaran Make A-Match. Dengan persepsi guru tentang

model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD

menunjukkan bahwa guru mempunyai persepsi yang positif dalam pembelajaran

tematik sehingga pembelajaran dapat lebih aktif dan produktif.

Persepsi Guru Mengenai


Model Pembelajaran Make A-
Match

Model pembelajaran Pembelajaran lebih aktif


Make A-Match dan lebih produktif

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir


37

2.4 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2017:99) menyatakan, “Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan-rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan

kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah guru memiliki

persepsi yang baik tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses

pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/202.


BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Menurut Sukardi (2013:162-163) “penelitian deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti

sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta

dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat”. Menurut Sugiyono (2013:7)

“Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui persepsi guru tentang model

pembelajaran Make a-match dalam proses pembelajaran tematik di SD negeri se-

kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah

Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 6 sekolah yaitu 1) SD Negeri 102001

Gunung Meriah, yang terletak di Desa Gunung Meriah Kec.Gunung Meriah Kab.

Deli Serdang 2) SD Negeri 102002 Gunung Paribuan, yang terletak di Desa

Gunung Paribuan Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 3) SD Negeri 102003

Gunung Meriah, yang terletak di Desa Marjandi Pematang Kec.Gunung Meriah

Kab. Deli Serdang, 4) SD Negeri 106847 Ujung Meriah, yang terletak di Desa

Ujung Meriah Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang, 5) SD Negeri 108029

38
39

Hutabayu, yang terletak di Desa Hutabayu Kec.Gunung Meriah Kab. Deli

Serdang, 6) SD Negeri 104289 Gunung Sinembah, yang terletak di Desa Gunung

Sinembah Kec.Gunung Meriah Kab. Deli Serdang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017:80) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Koordinator Wilayah Dinas

Pendidikan Kecamatan Gunung Meriah, populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh guru kelas SD Se-Kecamatan Gunung Meriah sebanyak 36 orang.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Status Guru Jumlah


. Guru
Guru Kelas Guru Guru
PNS Honor
1. SD Negeri Guru kelas I - 4 orang 2 orang 6 orang
102001 Gunung IV
Meriah
2. SD Negeri Guru kelas I - 3 orang 3 orang 6 orang
102002 Gunung IV
Paribuan
3. SD Negeri Guru kelas I - 3 orang 3 orang 6 orang
102003 Gunung IV
Meriah
4. SD Negeri Guru kelas I - 4 orang 2 orang 6 orang
104289 Gunung IV
40

Sinembah
5. SD Negeri Guru kelas I - 4 orang 2 orang 6 orang
106847 Ujung IV
Meriah
6. SD Negeri Guru kelas I – 5 orang 1 orang 6 orang
108029 IV
Hutabayu
Total Populasi 36 orang
(sumber: Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Meriah)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipandang dapat

mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data atau sumber informasi

dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2013:174) menyatakan apabila subjek

penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas karena populasinya kurang dari 100 maka

peneliti mengambil seluruh guru kelas di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah

Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 36 orang menjadi sampel dalam

penelitian ini dengan total sampel.

3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan penelitian

Adapun persiapan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi untuk mendapatkan jumlah populasi dan dan menentukan

sampel.
41

b. Membuat instrumen kuesioner tentang Penerapan Model Pembelajaran

Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD.

c. Mengkonsultasikan instrumen penelitian terhadap uji ahli dan melakukan

revisi.

2. Pelaksanaan penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti membagikan angket kepada 36

responden di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah dengan waktu

kunjungan ke sekolah disepakati dengan masing-masing kepala sekolah.

Peneliti juga menjelaskan mengenai Model Pembelajaran Make A-Match

sehingga responden lebih memahami tentang model pembelajaran ini agar

tidak ada perbedaan persepsi dalam pemahaman kuesioner yang dibagikan.

3. Tahap akhir penelitian

Adapun tahap akhir dalam penelitian ini antara lain:

a. Mengolah kemudian menganalisis data hasil penelitian yang didapat

selama pengambilan data penelitian

b. Menyimpulkan hasil analisis data penelitian

c. Menyusun laporan penelitian

3.5 Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru

tentang model pembelajaran Make A-Match. Persepsi adalah proses menerima,

membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima alat indra,

sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan terhadap objek tertentu

yang diamatinya. Persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match

bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang model pembelajaran


42

make a match tersebut dalam pembelajaran tematik baik yang sudah dilaksanakan

ataupun yang akan dilaksanakan. Persepsi yang diberikan merupakan suatu proses

pemahaman terhadap apa yang dilihat atau dialami.

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Menurut Lubis (2012:43) Instrumen merupakan

sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai instrumen variabel-variabel

penelitian untuk kebutuhan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kuesioner. Menurut Sugiyono (2017:142) “Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

jawabnya”. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti sebagai instrumen penelitian

agar peneliti dapat memperoleh data mengenai persepsi guru tentang model make

a-match dalam pembelajaran tematik di SD. Sebelum instrumen penelitian

digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan validasi instrumen, hal ini dilakukan

untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen suatu penelitian. Arikunto

(2013:211) mengatakan “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Menurut Sugyono (2010:125)

Beberapa cara pengujian validitas instrumen yang akan digunakan: 1) Pengujian

validitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli (judgment experts).

Sebuah instrumen yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan

memperhatikan aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu

selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli untuk memberikan keputusan. 2)


43

Pengujian Validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen

dengan menentukan indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item)

pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. 3) Pengujian

validitas eksternal diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)

antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta empiris yang terjadi di

lapangan. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas

menggunakan penilaian dosen sebagai validator. Ahli atau validator menilai dan

memberikan masukan menggunakan lembar validasi yang telah disediakan

terhadap angket sebagai instrumen penelitian ini.

Adapun kisi-kisi angket/kuesioner yang diberikan kepada guru

berdasarkan indikator-indikator persepsi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru Tentang Model Make A-


Match Dalam Pembelajaran Tematik

Variabel Indikator Item Jumlah

Persepsi guru Kognitif guru tentang model 1, 2, 3, 4,5,6, 7

tentang model pembelajaran Make A-Match. 7,

pembelajaran

Make A-Match Afeksi guru tentang model 8,9,10,11, 6

dalam proses pembelajaran Make A-Match 12,13

pembelajaran
Konatif guru untuk melakukan model 14,15, 7
tematik di SD
pembelajaran Make A-Match 16,1718,19,20,

Jumlah 20 20
44

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu : Observasi

(Pengamatan), Wawancara, Angket dan Dokumentasi.

1. Pengamatan (Observasi)

“Pengamatan (Observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian dilakukan peneliti yaitu partisipasi pasif dimana

peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat

dalam kegiatan tersebut” (Gulo, 2002:83). Dalam penelitian ini peneliti

melakukan pengamatan (observasi) pada pra penelitian untuk mengambil data

awal dan pada saat penelitian di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah.

2. Wawancara

“Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan

tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan bola media yang

melengkapi kata-kata secara verba, karena itu, wawancara tidak hanya menangkap

pemahaman atau ide, tetaponden yang bersangkutan” (Gulo, 2002:83). Dalam

penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada Kepala Sekolah SD Negeri

102003 Gunung Meriah, Kecamatan Gunung Meriah pada rabu 27 Januari 2021,

yaitu dengan Bapak Juli Prangin-angin, S.Pd untuk mendapatkan data awal dalam

penelitian ini.
45

3. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2017:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk jawabnya. Kuesioner yang digunakan oleh

peneliti sebagai instrumen penelitian agar peneliti dapat memperoleh data

mengenai persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses

pembelajaran tematik di SD. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket

(kuesioner) berupa pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada sampel. Jenis

kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup dimana kuesioner

yang disajikan sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil

keterangan serta tertulis dan tergambar, terekam, dan tercetak. Sugiyono

(2019:314) mengatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh data dan diperkuat dengan

foto-foto dan video saat penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dianalisis secara deskriptif agar

dapat diketahui Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match

Dalam Proses Pembelajaran Tematik Di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021. Analisis angket atau kuesioner dilakukan dengan sistem

skala likert. Sugiyono (2018:134) mengatakan bahwa skala likert digunakan untuk
46

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, diantara: Sangat

Setuju, Setuju, Cukup Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju.

Adapun skor yang diberikan pada setiap pernyataan adalah:

Skor 5 apabila responden menjawab Sangat Setuju


Skor 4 apabila responden menjawab Setuju
Skor 3 apabila responden menjawab Cukup setuju
Skor 2 apabila responden menjawab Kurang Setuju
Skor 1 apabila responden menjawab Tidak Setuju

Selanjutnya menghitung persentase frekuensi setiap kategori jawaban

dalam masing-masing variabel. Skor yang didapat kemudian dihitung dan

memasukkannya ke dalam rumus deskriptif persentase sebagai berikut:

f (Sudijono, 2012:43)
P= X 100 %
N
Keterangan:

P = Persentase
f = Frekuensi alternatif jawaban responden
N = Jumlah responden alternative angket
100% = Bilangan tetap
Untuk jumlah rata-rata persentase bisa dilihat tiap-tiap indikator, maka

rumus yang digunakan adalah:


∑x
Me =
Dimana : ∑n (Sugiyono, 2017:49)

Me = Mean (Rata-rata)

∑x = Jumlah frekuensi
∑𝑛 = Jumlah responden
47

Selanjutnya dari hasil analisis deskriptif kemudian dibuat keputusan untuk

melihat persepsi guru tentang Model Pembelajaran Make A-Match pada proses

pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A

2020/2021.

Tabel 3.3 Persentase Predikat Kategori

Persentase Predikat Kategori

> 80% Sangat tinggi

60% - 79% Tinggi

40% - 59% Sedang

20% - 39% Rendah

< 20% Sangat rendah


Sumber Aqib (2014:41).

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021 pada bulan maret sampai april tahun 2021. Untuk lebih

jelas jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian Pada Tahun 2021


48

Bulan/Minggu
No Kegiatan Mei April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pelaksanaan
1                        
Penelitian
  a.    Perencanaan                        

  b.    Pelaksanaan                        
  c.    Evaluasi                        
2 Analisis Data                        
3 Penulisan Laporan                        
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pemaparan Data Nilai Persepsi Guru Tentang Model Make A-

Match Dalam Pembelajaran Tematik

Penelitian ini dilakukan di bulan Maret sampai April di SD Negeri Se-

Kecamatan Gunung Meriah. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan

angket/kuesioner untuk diisi responden guru kelas I – VI sesuai persepsi guru

tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-

Kecamatan Gunung Meriah. Hasil penelitian dianalisis oleh peneliti dengan teknik

deskriptif kuantitatif yang artinya peneliti mendeskripsikan setiap data yang

terkumpul sehingga mampu memperoleh gambaran persepsi guru secara umum

dan menyeluruh.

Tabel 4.1 Rekap Nilai Angket Guru


Nomor
Responde Tolal
n Skor P
01 73 73%
02 76 76%
03 86 86%
04 79 79%
05 89 89%
06 85 85%
07 80 80%
08 78 78%
09 77 77%
10 91 91%
11 86 86%
12 87 87%
13 73 73%

49
50

14 87 87%
15 85 85%
16 90 90%
17 76 76%
18 80 80%
19 84 84%
20 89 89%
21 75 75%
22 81 81%
23 88 88%
24 72 72%
25 91 91%
26 89 89%
27 74 74%
28 79 79%
29 84 84%
30 75 75%
31 88 88%
32 77 77%
33 76 76%
34 80 80%
35 89 89%
36 85 85%

Pemaparan data nilai dimaksudkan untuk melihat gambaran penyebaran hasil

penelitian persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran

tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah dari masing-masing indikator

dalam penelitian yaitu kognitif, afektif dan konatif. Berdasarkan jawaban

responden, peneliti membuat daftar distribusi frekuensi untuk pemberian skor

pada jawaban responden dengan skala penilaian berikut ini:

Nilai Maksimum−Nilai Minimum 5−1


I= = = 0,8
Jarak interval 5

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh interval sebesar 0,8.

Jawaban yang diperoleh responden dibagi ke dalam 5 kategori yaitu sangat setuju
51

= skor 5, setuju = skor 4, kurang setuju = skor 3, tidak setuju = skor 2, dan

sangat tidak setuju = skor 1. Sehingga skala penilaian yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make A-
Macth Dalam Pembelajaran Tematik.

Interval Kategori

1,0 – 1,8 Sangat Rendah

1,9 - 2,6 Rendah

2,7 – 3,4 Cukup

3,5 – 4,2 Baik

4,3 – 5,0 Sangat Baik


Sumber Aqib (2014:45)

Adapun gambaran data nilai dari jawaban angket untuk setiap item

Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik SD

Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make A-
Match Dalam Pembelajaran Tematik
Rat
Jumlah Katego
Pilihan Jawaban a-
Skor ri
rata
No
Item KS = TS STS
SS = 5 S=4
3 =2 =1

F Sc F Sc f Sc f Sc F Sc f Sc
Sangat
1
11 55 25 100             36 155 4,3 Baik
2 10 50 20 80 6 18         36 148 4,11 Baik
3 10 50 22 88 4 12         36 150 4,16 Baik
52

4 8 40 20 80 7 21 1 2     36 143 3,97 Baik


5 8 40 22 88 5 15 1 2     36 145 4,02 Baik
6 8 40 23 92 5 15         36 147 4,08 Baik
Sangat
7
11 55 25 100             36 155 4,3 Baik
8 12 60 18 72 6 18         36 150 4,16 Baik
9 14 70 16 64 6 18         36 152 4,22 Baik
10 13 65 17 68 6 18   0     36 151 4,19 Baik
11 10 50 22 88 4 12         36 150 4,16 Baik
12 11 55 21 84 4 12         36 151 4,19 Baik
13 9 45 22 88 5 15         36 148 4,11 Baik
14 12 60 20 80 4 12         36 152 4,22 Baik
15 11 55 18 72 7 21   0     36 148 4,11 Baik
16 9 45 22 88 4 12 1 2     36 147 4,08 Baik
17 11 55 20 80 5 15         36 150 4,16 Baik
18 5 25 28 112 3 9         36 146 4,05 Baik
19 9 45 27 108             36 153 4,25 Baik
20 9 45 26 104 1 3         36 152 4,22 Baik
84,0
Total 2993 6 Baik
Rata-rata = 84,06/20   4,2

Keterangan:
F = Frekuensi jawaban
Sc = Skor (Frekuensi nilai)
Berdasarkan tabel distribusi diatas diperoleh interpretasi data dari masing-

masing butir kuesioner Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021

sebagai berikut:

1. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk bekerja sama

dalam belajar, tergolong dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai rata-rata

4,3
53

2. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui

permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan,

tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,11

3. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match dapat melatih siswa

untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran tematik,

tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,16

4. Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make A-

Match dalam pembelajaran tematik, tergolong dalam kategori “ Baik” dengan

nilai 3,97

5. Guru mengetahui sebelum menggunakan model pembelajaran Make A-Match,

guru membuat aturan-aturan berisi penghargaan dan sanksi yang harus

disepakati dengan peserta didik, tergolong dalam kategori “Baik” dengan

nilai 4,02

6. Guru mengetahui dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match,

peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang

ditentukan habis, berhak memperoleh nilai, tergolong dalam kategori “Baik”

dengan nilai 4,08

7. Guru mengetahui dalam model pembelajaran Make A-Match, peserta didik

dibagi menjadi 3 kelompok, tergolong dalam kategori “Sangat Baik” dengan

nilai 4,3

8. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match karena

merupakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif, tergolong dalam

kategori “Baik” dengan nilai 4,16


54

9. Guru senang menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

model pembelajaran Make A-Match mengajak siswa melatih dan mendalami

materi pembelajaran, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,22

10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam

pembelajaran tematik untuk dijadikan selingan, yaitu kegiatan belajar sambil

bermain, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,19

11. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

dapat meningkatkan interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya,

tergolong dalam kategori“Baik” dengan nilai 4,16

12. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran,

tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,19

13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan

menggunakan model Make A Match, materi pembelajaran dapat bertahan

lama dalam struktur kognitif siswa, tergolong dalam kategori “Baik” dengan

nilai 4,11

14. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik, tergolong dalam kategori “Baik”

dengan nilai 4,22

15. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match melatih peserta

didik lebih cermat dalam memahami materi pelajaran, tergolong dalam

kategori “Baik” dengan nilai 4,11


55

16. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match, materi

pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, tergolong

dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,08

17. Dengan penerapan model pembelajaran Make A-Match guru dapat

mengontrol perkembangan siswa dalam pembelajaran di kelas, tergolong

dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,16

18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang

dalam mengikuti pembelajaran, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai

4,05

19. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat

memunculkan dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa,

tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,25

20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan

pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah

dipelajari, tergolong dalam kategori “Baik” dengan nilai 4,22

Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat dilihat bahwa persepsi guru

tentang model make a-match dalam pembelajaran tematik SD negeri se-

kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 tergolong “Baik”dengan rata-rata

perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2.

4.1.2 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik.

Untuk melihat persentase persepsi guru tentang model Make A-Match

dalam pembelajaran tematik secara keseluruhan dilakukan olah data dari hasil

jawaban responden pada tiap alternatif jawaban kuesioner. Kemudian akan


56

dilakukan pengkategorian persentase pada tiap alternatif jawaban kuesioner.

Untuk melihat kategori persepsi guru tentang model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021

dengan persentase predikat kategori berikut ini:

Tabel 4.4 Persentase Predikat Kategori

Persentase Predikat Kategori

> 80% Sangat tinggi

60% - 79% Tinggi

40% - 59% Sedang

20% - 39% Rendah

< 20% Sangat rendah


Sumber Aqib (2014:41)

Berikut ini persentase persepsi guru tentang model Make A-Match

dalam pembelajaran tematik yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Tabulasi Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match


Dalam Pembelajaran Tematik

No Sangat Setuju Setuju Kurang Tidak Setuju


Sangat
Item Setuju Tidak
Setuju
F % F % F % F % F %
1 11 30,55% 25 69,44%          
2 10 27,78% 20 55,55% 6 16,66%        
3 10 27,78% 22 61,66% 4 11,11%        
4 8 22,22% 20 55,55% 7 19,44% 1 2,77%    
5 8 22,22% 22 61,11% 5 13,88% 1 2,77%    
6 8 22,22% 23 63,88% 5 13,88%        
7 11 30,55% 25 69,44%     1 2,77%    
8 12 33,33% 18 50,00% 6 16,66%        
9 14 39% 16 44,44% 6 16,66%        
10 13 36,11% 17 47,22% 6 16,66%        
11 10 27,78% 22 61,11% 4 11%        
57

12 11 30,55% 21 58,33% 4 11,11%        


13 9 25% 22 61,11% 5 13,88%        
14 12 33,33% 20 55,55% 4 11,11%        
15 11 30,55% 18 50,00% 7 19,44%        
16 9 25,00% 22 61,11% 4 11% 1 2,77%    
17 11 30,55% 20 55,55% 5 13,88%        
18 5 13,88% 28 77,77% 3 8%        
19 9 25,00% 27 75,00%            
20 9 25% 26 72,22% 1 2,77%        
∑ 20 558,28% 434 1206,04 85 227,69 4 11,08    
1 % % %
Me 558,28/20 1206,04/20 227,69/20 11,08/20 0
=27,91% =60,30% =11,38% =0,55%

Untuk memproleh jumlah rata-rata persentase persepsi guru tentang model

Make A-Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021 untuk setiap option jawaban hasil perhitungan nilainya

didapat dari jumlah keseluruhan persentase jawaban setiap option responden

f
dibagi dengan jumlah item kuesioner dikalikan dengan 100% ( P = ×100 % ),
N

kemudian hasil yang diperoleh di kategorikan sesuai dengan tabel predikat

kategori di atas. Berdasarkan data diatas jumlah rata-rata responden dari kuesioner

untuk option “Sangat Setuju” mengenai persepsi guru tentang model Make A-

Match dalam pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah T.A

2020/2021 persentase frekuensinya sekitar 27,91%, presentasi tersebut masih

dalam kategori predikat rendah. Selanjutnya pada option jawaban “Setuju”

diperoleh rata-rata persentase frekuensinya sekitar 60,30%, presentasi tersebut

masuk kategori Tinggi, artinya rata-rata guru memiliki persepsi yang tinggi

tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Namun pada option

jawaban “Kurang Setuju” rata-rata persentase frekuensinya sekitar


58

11,38%dikategorikan sangat rendah dan pada option jawaban “Tidak Setuju”

persentase frekuensi sekitar 0,55% responden dengan dikategorikan sangat

rendah.

Dari pemaparan perolehan persentase setiap option di atas dapat diartikan

bahwa guru memiliki persepsi yang positif terhadap model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik SD Negeri Se-kecamatan Gunung Meriah karena guru

cenderung lebih banyak memilih option “Setuju” diperoleh rata-rata persentase

frekuensinya sekitar 60,30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

persentase berikut ini:

1%
11%

28%

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

60%

Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan
59

4.1.3 Persentase Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik

Persepsi berdasarkan indikator kognitif (Indikator perseptual)

dimaksudkan untuk mengetahui gambaran persentase persepsi guru dalam

aspek pengetahuan atau pandangan guru tentang model Make A-Match

dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah

T.A 2020/2021.

Berikut gambaran persentase kognitif persepsi guru tentang model

Make A-Match dalam pembelajaran tematik:

Tabel 4.6 Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-


Match Dalam Pembelajaran Tematik

No Sangat Setuju Kurang Setuju Tidak Sangat


Item Setuju Setuju Tidak
Setuju
F % F % F % F % F %
1 11 30,55% 25 69,44%          
2 10 27,78% 20 55,55% 6 16,66%        
3 10 27,78% 22 61,66% 4 11,11%        
4 8 22,22% 20 55,55% 7 19,44% 1 2,77%    
5 8 22,22% 22 61,11% 5 13,88% 1 2,77%    
6 8 22,22% 23 63,88% 5 13,88%        
7 11 30,55% 25 69,44%     1 2,77%    
∑ 66 183,32 157 436,63% 30 74,97% 3 8,31%    
%
Me 183,32/7 436,63/7 74,97/7 8,31/7 0%
=26,18% =62,37% =10,71% =1,18%

Dari tabel di atas menunjukkan hasil rata-rata persentase frekuensi

dari indikator kognitif diperoleh 26,18% sangat setuju, dimana hasil

perhitungan nilai ini didapat dari jumlah keseluruhan dari persentase setiap
60

option responden dibagi dengan jumlah item kuesioner dikalikan dengan

f
100% ( P = ×100 % ). Kemudian dapat dilihat dari option jawaban setuju
N

sebesar 62,37s%. Sedangkan responden yang memilih option jawaban

kurang setuju atau kurang memahami tentang model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik sekitar 10,71%, untuk responden yang tidak setuju

dengan pernyataan pada indikator kognitif mengenai model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik sekiar 1,18%. Adapun interpretasi data untuk butir

pernyataan dengan indikator kognitif sebagai berikut:

1. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk bekerja sama

dalam belajar, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11

orang) dan setuju 69,44% (25orang)) dikategorikan “sangat baik”

2. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui

permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan, dengan

jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 55,55%

(20 orang) dan kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”.

3. Guru mengetahui model pembelajaran Make A-Match dapat melatih siswa

untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran tematik, dengan

jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 61,66%

(22 orang) dan kurang setuju 11,11% (4 orang) dikategorikan “baik”.

4. Guru mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran Make A-

Match dalam pembelajaran tematik, dengan jumlah persentase frekuensi


61

sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju

19,44% (7 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “baik”.

5. Guru mengetahui sebelum menggunakan model pembelajaran Make A-Match,

guru membuat aturan-aturan berisi penghargaan dan sanksi yang harus

disepakati dengan peserta didik, dengan jumlah persentase frekuensi sangat

setuju 22,22% (8 orang), setuju 61,11% (22 orang), kurang setuju 13,88% (5

orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan “baik”.

6. Guru mengetahui dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match,

peserta didik yang mampu mencocokkan kartu sebelum waktu yang

ditentukan habis, berhak memperoleh nilai, dengan jumlah persentase

frekuensi sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 63,88% (23 orang), dan

kurang setuju 13,88% (5 orang) dikategorikan “baik”.

7. Guru mengetahui dalam model pembelajaran Make A-Match, peserta didik

dibagi menjadi 3 kelompok, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju

30,55% (11 orang), setuju 69,44% (25 orang), dan tidak setuju 2,77% (1

orang) dikategorikan “Sangat baik”.

Untuk lebih jelasnya persentase frekuensi jawaban dapat dilihat pada

diagram berikut:
62

11% 1% 26%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
62%

Gamb

ar 4.2 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Kognitif

4.1.4 Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik Berdasarkan Indikator Afektif

Persepsi berdasarkan indikator afektif (Indikator emosional) yaitu

Indikator yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, harapan

dan keyakinan terhadap objek sikap. Persentase berdasarkan indikator

afektif ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran harapan atau

keyakinan guru tentang Model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di

SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021. Berikut

gambaran persentase persepsi guru dengan indikator afektif:

Tabel 4.7 Persentase Indikator Afektif Persepsi Guru Tentang Model


Make A-Match Dalam Pembelajaran Tematik

No Sangat Setuju Setuju Kurang Tidak Sangat


Item Setuju Setuju Tidak Setuju
F % F % F % F % F %
8 12 33,33% 18 50,00% 6 16,66        
%
9 14 39% 16 44,44% 6 16,66        
%
10 13 36,11% 17 47,22% 6 16,66        
63

%
11 10 27,78% 22 61,11% 4 11%        
12 11 30,55% 21 58,33% 4 11,11        
%
13 9 25% 22 61,11% 5 13,88        
%
∑ 69 191,65% 116 322,21% 31 86,08        
%
Me 191,65/6 332,21/6 86,08/6 0 0
=31,94% =53,7% =14,34%

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa rata-rata

persentase jawaban responden untuk indikator afektif pada alternatif

jawaban sangat setuju rata-ratanya 31,94% pada alternatif jawaban setuju

rata-ratanya 53,7% sedangkan pada alternatif jawaban kurang setuju rata-

ratanya 14,34%.

Adapun interpretasi data untuk butir pernyataan dengan indikator

afektif sebagai berikut:

8. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match karena

merupakan model pembelajaran yang aktif dan inovatif, dengan jumlah

persentase frekuensi sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 50,00% (18

orang), kurang setuju 16,66% (6 orang) dikategorikan “baik”.

9. Guru senang menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

model pembelajaran Make A-Match mengajak siswa melatih dan mendalami

materi pembelajaran, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 39%

(14 orang), setuju 44,44% (16 orang) dan kurang setuju 16,66% (6 orang)

dikategorikan “baik”.
64

10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam

pembelajaran tematik untuk dijadikan selingan, yaitu kegiatan belajar sambil

bermain, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 36,11% (13

orang), setuju 47,22% (17 orang), kurang setuju 16,66% (6 orang)

dikategorikan “baik”.

11. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

dapat meningkatkan interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya,

dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju

61,11% (22 orang), dan kurang setuju 11% (4 orang) dikategorikan “baik”.

12. Guru termotivasi menggunakan model pembelajaran Make A-Match, karena

mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dengan

jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 58,33%

(21 orang), dan kurang setuju 11,11% (4 orang) dikategorikan “baik”.

13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan

menggunakan model Make A Match, materi pembelajaran dapat bertahan

lama dalam struktur kognitif siswa, dengan jumlah persentase frekuensi

sangat setuju 25% (9 orang), setuju 61,11% (22 orang), dan kurang setuju

13,88% (5 orang) dikategorikan “baik”.

Untuk lebih lengkapnya persentase frekuensi berdasarkan indikator afeksi

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


65

14%
32%

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
54%

Gambar 4.3 Diagram Persepsi Guru Model Make A-Match Dalam


Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Afektif

4.1.5 Persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik Berdasarkan Indikator Konatif

Persentase berdasarkan indikator konatif (Indikator perilaku atau action

component) dimaksudkan untuk menggambarkan persepsi guru tentang

kecenderungan seseorang ataupun responden untuk bertindak atau berperilaku

terhadap model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Berikut ini gambaran

persentase kecenderungan responden untuk bertindak berdasarkan indikator

konatif:

Tabel 4.8 Distribusi Persentase Indikator Konatif Guru Tentang Model


Make A Match Dalam Proses Pembelajaran Tematik

No Sangat Setuju Setuju Kurang Tidak Sangat Tidak


Item Setuju Setuju Setuju
F % F % F % F % F %
14 12 33,33% 20 55,55% 4 11,11%        
15 11 30,55% 18 50,00% 7 19,44%        
66

16 9 25,00% 22 61,11% 4 11% 1 2,77%    


17 11 30,55% 20 55,55% 5 13,88%        
18 5 13,88% 28 77,77% 3 8%        
19 9 25,00% 27 75%            
20 9 25% 26 72,22% 1 2,77%        
∑ 66 183,31% 141 447,20% 24 66,64% 1 2,77%    
Me 183,31/6 447,20/7 66,64/7 2,77/7 0
=26,18% =63,88% =9.52% =0,39%

Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut, pada indikator konatif jumlah persentase

kecenderungan responden untuk bertindak pada option jawaban sangat setuju rata-

ratanya 26,18% pada option jawaban setuju rata-rata persentase frekuensinya

63,88%. Kemudian untuk responden yang kurang setuju untuk melakukan model

Make A-Match persentase frekuensinya 9.52% dan untuk option tidak setuju

responden untuk melakukan model Make A-Match terdapat rata-rata persentase

frekuensinya 0,39% jumlah ini memiliki selisih yang banyak dengan responden

yang setuju dengan model Make A-Match pada pembelajaran tematik di SD,

kemudian pada option jawaban sangat tidak setuju dapat kita lihat tidak ada

responden yang tidak setuju terhadap model Make A-Match. Adapun interpretasi

data untuk butir pernyataan dengan indikator konatif sebagai berikut:

14. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik, dengan jumlah persentase frekuensi

sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju

11,11% (4 orang), dikategorikan “baik”.

15. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match melatih peserta

didik lebih cermat dalam memahami materi pelajaran, dengan jumlah

persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), Setuju 50,00% (18

orang), kurang setuju 19,44% (7 orang), dikategorikan “baik”.


67

16. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match, materi

pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, dengan

jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25,00% ( 9 orang), setuju 61,11%

(22 orang), kurang setuju 11% ( 4 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang),

dikategorikan “baik”.

17. Dengan penerapan model pembelajaran Make A-Match guru dapat

mengontrol perkembangan siswa dalam pembelajaran di kelas, dengan jumlah

persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 55,55% (20

orang), kurang setuju 13,88% (5 orang), dikategorikan “baik”.

18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang

dalam mengikuti pembelajaran, dengan jumlah persentase frekuensi sangat

setuju 13,88% (5 orang), setuju 77,77% (28 orang), dan kurang setuju 8% (3

orang) dikategorikan “baik”.

19. Dalam penerapannya, model pembelajaran Make A-Match dapat

memunculkan dinamika gotong royong yang merata diseluruh siswa, dengan

jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25,00% (9 orang), setuju 75% (27

orang), dikategorikan “baik”.

20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan

pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah

dipelajari, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25% (9 orang),

setuju 72,22% (26 orang), dan kurang setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan

“baik”.

Untuk lebih lengkapnya, persentase kognatif persepsi guru dapat dilihat

pada gambar dibawah ini


68

10% 0% 26%

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

64%

Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif

Jadi, dari total keseluruhan jawaban kuesioner dapat disimpulkan

persentase jawaban pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-


Match Dalam Pembelajaran Tematik

Indikator Alternatif Jawaban Rata-rata Kategori


Persentase
Kognitif Sangat Setuju 26,18% Rendah
  Setuju 62,37% Tinggi
  Kurang Setuju 10,71% Sangat Rendah
  Tidak Setuju 1,18% Sangat Rendah
  Sangat Tidak Setuju 0% Tidak Ada
Afektif Sangat Setuju 31,94% Rendah
  Setuju 53,7% Sedang
  Kurang Setuju 14,34% Sangat Rendah
  Tidak Setuju 0% Tidak Ada
  Sangat Tidak Setuju 0% Tidak Ada
Konatif Sangat Setuju 26,18% Rendah
  Setuju 63,88% Tinggi
  Kurang Setuju 9,52% Rendah
  Tidak Setuju 0,39% Sangat Rendah
  Sangat Tidak Setuju 0% Tidak Ada

Adapun kaitannya dengan pertanyaan penelitian ini adalah bahwa hasil

penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi yang baik tentang model
69

Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021 diterima secara deskriptif, hal itu dibuktikan berdasarkan

hasil analisis data dari perolehan skor jawaban ≥ 3,5 yaitu 4,2 dikategorikan baik,

sedangkan berdasarkan jumlah rata-rata persentase jawaban setuju dan sangat

setuju dapat diterima jika diperoleh jumlah persentase ≥ 60% tinggi.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru tentang model

Make A-Match

dalam pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021

berdasarkan Indikator kognitif, afektif dan kognitif. Model pembelajaran Make A-

Match merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif learning. Model

Make A-Match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa

memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut

dibatasi waktu yang telah ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan,

selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif

dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. Tujuan

model pembelajaran Make A-Match adalah untuk melatih peserta didik dalam

proses pembelajaran agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap

suatu materi pokok dengan suasana menyenangkan, Siswa dilatih berpikir cepat

dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan persepsi guru tentang model

Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung

Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” hasil ini diperoleh berdasarkan skor
70

yang diperoleh berdasarkan tiap item kuesioner dengan rata-rata perolehan skor

jawaban kuesioner yaitu 4,2

Persepsi guru tentang model Make A-Match dalam proses pembelajaran

tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan

jumlah rata-rata persentase yang diperoleh secara keseluruhan diperoleh bahwa

guru memiliki persepsi yang tinggi pada alternatif jawaban “setuju” dengan rata-

rata persentase sekitar 60,30% guru memiliki persepsi yang baik tentang model

Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik di SD Se-Kecamatan Gunung

Meriah. Sedangkan pada alternatif jawaban “sangat setuju” diproleh rata-rata

persentase sekitar 27,91% guru sangat setuju tentang model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik di sekolah dasar. Jumlah ini tentunya lebih sedikit

dibandingkan dengan guru yang yang setuju model Make A-Match tersebut.

Namun diperoleh juga hasil pada alternatif jawaban kurang setuju dimana sekitar

11,38% guru yang memilih ataupun memiliki persepsi yang sangat rendah pada

alternatif jawaban ini. Pada alternatif jawaban tidak setuju terdapat sekitar 0,55%

guru pada model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar.

Untuk melihat persepsi guru secara lebih rinci, dijelaskan persepsi guru

tentang model Make A-Match dalam proses pembelajaran tematik berdasarkan

persentase indikator kognitif, afektif, dan konatif sebagai berikut:

Indikator kognitif (Indikator konseptual), yaitu Indikator yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

bagaimana seseorang mempersepsi mengenai objek ataupun sikap. Persepsi guru

tentang tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri

Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 berdasarkan Indikator kognitif


71

masuk dalam kategori baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah persentase

pada jawaban setuju sebesar 62,37% dan sangat setuju sebesar 26,18%,

Sedangkan untuk jawaban kurang setuju 10,71% dan tidak setuju 1,18% sehingga

dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang

model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Guru mengetahui apa yang

dimaksud model make A-Match dalam pembelajaran tematik, guru juga

mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran model Make A-Match

dalam pembelajaran tematik.

Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 10,71% guru memberikan

respon pengetahuan kurang memahami terhadap model pembelajaran Make A-

Match dalam pembelajaran tematik di SD dan 1,18% respon guru yang memiliki

pemahaman tidak setuju dengan model Make A-Match dalam pembelajaran.

Indikator afektif (Indikator emosional), yaitu indikator yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang mengenai objek sikap. Indikator afektif

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang model Make A-

Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri se-kecamatan gunung meriah

masuk dalam kategori baik. Diperoleh jumlah persentase pada jawaban sangat

setuju 31,94% dan setuju 55,36% sehingga dapat disimpulkan bahwa guru

memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai model Make A-Match

dalam pembelajaran tematik, seperti guru termotivasi menggunakan model

pembelajaran Make A-Match karena merupakan model pembelajaran yang aktif

dan inovatif. Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 14,34% guru

memberikan respon sikap kurang yakin terhadap model pembelajaran Make A-

Match dalam pembelajaran tematik di SD.


72

Indikator konatif (Indikator tindakan atau action component) merupakan

Indikator yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak

atau berperilaku mengenai objek sikap. Indikator ini menunjukkan intensitas

sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau

berperilaku seseorang mengenai objek sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD

Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah berdasarkan Indikator konatif berada pada

kategori baik. Ada 30,55% sangat setuju dan 74,53% setuju pada jawaban

kuesioner artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melaksanakan

pembelajaran dengan model make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD.

Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 11,10% guru memberikan

respon bertindak sikap kurang setuju terhadap model pembelajaran Make A-

Match dalam pembelajaran tematik di SD dan 0,46%respon guru yang

melaksanakan model Make A-Match dalam pembelajaran tematik.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu, yaitu: 1) Dhestha Hazilla Aliputri, (2018), Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Berbantuan Kartu Bergambar

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS

tentang kegiatan ekonomi bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam

kondisi awal hanya mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi

90% dan untuk mencoba menggunakan model Make A-Match dengan media kartu

gambar di kelas IV sampai meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Penelitian yang

dilakukan Arum Rahma (2013:13). Penelitian ini membahas tentang penerapan


73

model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian tersebut, yaitu penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match (membuat pasangan) dapat

meningkatkan motivasi serta rangsangan belajar khususnya pada materi energi

panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat dilihat dari nilai rata-rata siswa per

siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada siklus I sebesar 76,27 mengalami

kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 2,38 dengan nilai rata-rata siswa

menjadi 78,65. 3) Penelitian yang dilakukan Putu Eka Trisnawati dkk tahun 2019.

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A-Match Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada

prestasi belajar IPA antara kelompok yang dibelajarkan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berbasis penilaian kinerja dan

kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

konvensional, dengan nilai hitung sebesar 3,651 dan tabel sebesar 2,017.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Make A-Match berbasis penilaian kinerja berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V Gugus III

Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2017/2018.

Untuk melengkapi pembahasan hasil penelitian diatas penelitian ini secara

teoritis didukung oleh teori Komalasari dalam Nyoman (2020:242) menyatakan

bahwa “model pembelajaran Make A-Match merupakan model pembelajaran yang

mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu

konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang
74

ditentukan”. Kemudian oleh Miftahul Huda dalam Nyoman (2020:242)

menyatakan, “Model pembelajaran Make A-Match merupakan salah satu

pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara

aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep

mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”. Selanjutnya

Santoso dalam Windi (2018:15) kelebihan model Make A-Match adalah sebagai

berikut :

1) Mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan, 2) Materi


pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, 3) Mampu
meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, 3)
Suasanakegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, 3) Kerja sama
antar siswa terwujud dengan dinamis, 4) Munculnya dinamika gotong royong
yang merata diseluruh siswa.

Sehingga siswa secara individu dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dengan adanya dukungan teori ini sejalan dengan jumlah hasil presentasi tentang

model Make A-Match yang diperoleh bahwa model Make A-Match memiliki

manfaat yang baik digunakan dalam pembelajaran tematik.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Persepsi adalah pandangan ataupun penilaian seseorang terhadap objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari hasil pengalaman yang

ditangkap oleh alat indra manusia. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

melihat gambaran persepsi guru tentang model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A

2020/2021 berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari perolehan skor dari kuesioner yang disebarkan diperoleh nilai bahwa

persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di

SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan

“baik” dengan rata-rata perolehan skor jawaban kuesioner yaitu 4,2

2. Berdasarkan indikator kognitif dapat disimpulkan bahwa 26,18% sangat

setuju dan 62,37% setuju artinya guru memiliki pengetahuan yang tinggi

tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri Se-

Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.

3. Berdasarkan indikator afektif dapat disimpulkan bahwa 31,94% sangat setuju

dan 55,36% setuju artinya guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang

mengenai model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di SD Negeri

Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021.

75
76

4. Berdasarkan indikator konatif dapat disimpulkan bahwa 26,18% sangat setuju

dan 63,88% setuju artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

menerapkan model pembelajaran Make A-Match dalam pembelajaran tematik

di SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah.

5.2 Saran

Adapun saran yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penelitian ini

adalah antara lain:

1. Bagi guru

Dengan melihat kesenjangan antara persepsi guru tentang model Make A-

Match dalam pembelajaran tematik ditinjau dari indikator kognitif dan

indikator konatif, dengan indikator afeksi atau keyakinan guru mengenai

model Make A-Match maka perlu meningkatkan keyakinan guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan model Make A-Match dalam

pembelajaran tematik dengan memulai menerapkan hal-hal yang dianggap

baik oleh guru yang dapat menunjang pembelajaran. Guru juga harus lebih

percaya diri dalam melaksanakan model Make A-Match dalam pembelajaran

tematik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menambahkan metode wawancara dengan guru untuk mengungkap dan

mengenal alasan-alasan yang menyebabkan guru yakin ataupun

ketidakyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. (2014). Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Ar-ruzz media.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aruna,Windi. 2018. “Perbandingan Pembelajaran Menggunakan Model Air (Auditory


Intellectualy Repetition) dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMK NEGERI 1 MEDAN T. P 2017/2018”. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan. Prodi Pendidikan Matematika. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.

Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan Multidisipliner. Purwokerto: Pena Persada.

Eka. Putu Trisnawati. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match
Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Fathurrohman. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif: Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

Gulo, w. (2002). Metodologi Penelitian: Jakarta. Gramedia Widiasarana indonesia.

Guslinda dan Gustimal Witri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Tunjuk Ajar. Volume 1.
Nomor 1. Halaman 1-13.

Habibati. (2017). Strategi Belajar Mengajar: Banda Aceh. Syiah Kuala University Press.
Hazilla, Dhestha Aliputri. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Hidayat dan Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”.
Medan; Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia(LPPPI).
Huda, Miftahul. (2017). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur Dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idayanti. (2014, April 3). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran. Kompasiana.
Diakses dari https: // www. kompasiana. com/ catatan sovie / 54f7
b7c0a33311bd208b4878 faktor faktor yang-mempengaruhi - pembelajaran.
Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

77
78

Karwono dan Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Kulsum, Umi & Jauhar, Mohammad. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Lidiawati, L., & Ganda, N. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aktivitas
Ekonomi Di Lingkungan Setempat Melalui Teknik Kancing Gemerincing.
Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1), 100-116.
Lubis, E. A. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press.
Maeliah, Mally. 2012. Peran Guru Dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja Di Industri Busana.Ejournal Undiksha. Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
Nyoman, Dewa dan Suprapta . (2020). Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match
Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa. Journal of
Education Action Research. Volume. 4 Nomor 1. Halaman 240-246.
Prastowo, Andi. (2019). Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu: Jakarta. Kencana.
Rahma, Arum Shofiya. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas Xi Ips
3 Sma Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ratna, Yosephin Mayang Sapri. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make
A-Match terhadap Kemampuan Mengingat dan Memahami Siswa Kelas V SD Negeri
Jetis Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sanata Dharma.Yagyakarta
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta: Raja Grafindo.
_______. (2015). Pembelajaran tematik terpadu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_______. (2017). Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: alfabeta.
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi: Jakarta. Rineka Cipta.
Sobry Sukitno, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______ . (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

78
79

Sukendar, Markus Utomo. (2017). Psikologi Komunikasi: Teori dan Praktik. Yokyakarta :
Deepusblish.
Topandra dan Hamima. (2020). Model Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pembelajaran
Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Jurnal Pendidikan Tambusai. 4(2), h. 1256- 1256.
Triatna, Cepi. (2015). Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
U Shabir, M. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab,
Hak dan Kewajiban, dan kompetensi Guru. Jurnal Auladuna. Volume 2. Nomor 2.
Halaman 221-232.
Widyastuti, Yeni. (2014). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu
Zaini. (2015). Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jurnal Idaroh, 1(1), 15-31.

79
80

LAMPIRAN

80
80

Lampiran 1

WAWANCARA AWAL

SEBELUM PENELITIAN

Nama Sekolah : SD Negeri 102003 Gunung Meriah

Nama Kepala Sekolah : Juli Perangin-angin, S.Pd

Pertanyaan:

Peneliti : Selamat pagi pak, mohon izin waktunya untuk wawancara mengenai
pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini. Tapi
sebelumnya mohon sebutkan nama bapak.

Narasumber : Nama saya Juli Perangin-angin, S.Pd

Peneliti : Berapakah jumlah guru di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini pak?

Narasumber : Jumlah guru kelas di SD Negeri 102003 Gunung Meriah berjumlah 6 guru
kelas sesuai dengan jumlah kelas hanya 6 kelas.

Peneliti : Apakah guru SD Negeri 102003 Gunung Meriah menggunakan model


pembelajaran bervariasi dalam mengajar pembelajaran tematik?

Narasumber : Iya, guru menerapkan penggunaan model pembelajaran bervariasi. Namun


beberapa waktu dan juga beberapa guru hanya menerapkan model
pembelajaran biasa yaitu guru menerangkan pembelajaran dengan cara
berceramah.

Peneliti : Apakah guru masih sering menerapkan model mengajar dengan cara
berceramah dalam kegiatan pembelajaran?

Narasumber : Iya, guru SD Negeri 102003 sering menerapkan model pembelajaran


ceramah dalam kegiatan mengajar. Hal ini dikarenakan beberapa guru di SD
Negeri 102003 Gunung Meriah akan memasuki masa pensiun, jadi mereka
81

lebih mengerti cara mengajar dengan menggunakan model pembelajaran


ceramah.

Peneliti : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran ceramah dan tidak


bervariasi, siswa menjadi lebih pasif dalam belajar?

Narasumber : Iya, siswa lebih pasif dengan model ceramah dalam belajar serta siswa juga
mudah jenuh dan merasa bosan jika guru hanya menggunakan model
pembelajaran ceramah dalam pembelajaran.

Peneliti : Apakah hasil belajar siswa rendah jika guru tidak menerapkan model
mengajar bervariasi?

Narasumber : Iya, hal ini dikarenakan kejenuhan siswa dalam belajar dan membuat siswa
kurang tertarik mengikuti pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat
memahami pembelajaran dengan maksimal.

Peneliti : Apakah siswa lebih tertarik belajar dengan model Pembelajaran bervariasi
dalam Pembelajaran tematik?

Narasumber : Iya, siswa lebih tertarik dan senang belajar dengan menggunakan model
bervari.
82

Lampiran 2

ANGKET PENELITIAN

Angket Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran Make A-Match Dalam

Pembelajaran Tematik SD Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah

T.A 2020/2021

A. Identitas Responden (Guru)

Nama : ...............................................................................................

Guru kelas : ...............................................................................................

Tempat Mengajar : ...............................................................................................

B. Petunjuk pengisian

1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan

2. Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban benar atau salah

3. Berilah tanda check (√) untuk jawaban yang paling dianggap

sesuai dengan keadaan, pada kotak yang disediakan di sebelah

kanan setiap pernyataan.

4. Untuk pemberian skor setiap butir pernyataan pilihlah:

SS : Sangat Setuju dengan pernyataan (Skor 5)


S : Setuju dengan pernyataan (Skor 4)
CS : Cukup Setuju dengan pernyataan (Skor 3)
KS : Kurang Setuju dengan pernyataan (Skor 2)
TS : Tidak Setuju dengan pernyataan (Skor 1)

5. Selesai mengerjakan teliti lah kembali dan pastikan bahawa setiap pernyataan dalam

kuesioner ini telah semuanya dijawab.


83

NO. INDIKATOR PERNYATAAN PENILAIAN


SS S KS TS STS
I Pengetahuan guru 1. Guru mengetahui model
tentang model pembelajaran Make A-Match
pembelajaran merupakan salah satu model
Make A-Match pembelajaran kooperatif yang
dalam mengajak siswa untuk bekerja
pembelajaran sama dalam belajar.
tematik 2. Guru mengetahui model
pembelajaran Make A-Match
merupakan model pembelajaran
yang mengajak siswa memahami
konsep-konsep melalui permainan
kartu pasangan dengan batas waktu
yang sudah ditentukan
3. Guru mengetahui model
pembelajaran Make A-Match dapat
melatih siswa untuk aktif, kreatif
dan inovatif dalam proses
pembelajaran tematik.
4. Guru mengetahui langkah-langkah
penerapan model pembelajaran
Make A-Match dalam pembelajaran
tematik
5. Guru mengetahui sebelum
menggunakan model pembelajaran
Make A-Match, guru membuat
aturan-aturan berisi penghargaan
dan sanksi yang harus disepakati
dengan peserta didik.
6. Guru mengetahui dengan
penggunaan model pembelajaran
Make A-Match, peserta didik yang
mampu mencocokkan kartu
sebelum waktu yang ditentukan
habis, berhak memperoleh nilai.
7. Guru mengetahui dalam model
pembelajaran Make A-Match,
peserta didik dibagi menjadi 3
kelompok.
II Sikap guru 8. Guru termotivasi menggunakan
tentang model model pembelajaran Make A-
84

pembelajaran Match karena merupakan model


Make A-Match pembelajaran yang aktif dan
inovatif.
9. Guru senang menggunakan model
pembelajaran Make A-Match,
karena model pembelajaran Make
A-Match mengajak siswa melatih
dan mendalami materi
pembelajaran.
10. Guru merasa model pembelajaran
Make A-Match baik digunakan
dalam pembelajaran tematik untuk
dijadikan selingan, yaitu kegiatan
belajar sambil bermain.
11. Guru merasa model pembelajaran
Make A-Match mampu
meningkatkan sikap kerjasama
siswa dalam belajar.
12. Guru termotivasi menggunakan
model pembelajaran Make A-
Match, karena mampu
meningkatkan keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
13. Guru senang dengan model
pembelajaran Make A-Match
karena dengan menggunakan
model Make A-Match, materi
pembelajaran dapat bertahan lama
dalam struktur kognitif siswa.
III 14. Dalam penerapannya, model
pembelajaran Make A-Match dapat
meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
15. Dalam penerapannya, model
pembelajaran Make A-Match
melatih peserta didik lebih cermat
dalam memahami materi pelajaran
16. Dengan menerapkan model
pembelajaran Make A-Match,
materi pembelajaran yang
disampaikan lebih menarik
perhatian siswa.
17. Dengan penerapan model
pembelajaran Make A-Match guru
85

dapat mengontrol perkembangan


siswa dalam pembelajaran di kelas.
18. Dengan menerapkan model
pembelajaran make Make A-Match
siswa lebih senang dalam
mengikuti pembelajaran
19. Dalam penerapannya, model
pembelajaran Make A-Match dapat
memunculkan dinamika gotong
royong yang merata diseluruh
siswa
20. Dalam penerapan model
pembelajaran Make A-Match, pada
akhir kegiatan pendidik dan peserta
didik membuat kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari.
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Persepsi Guru
No. Res No.Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skorr
1 4 4 3 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 74
2 4 3 5 3 3 4 4 5 3 3 3 4 4 4 5 3 5 4 4 4 77
3 4 5 3 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 88
4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 83
5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 91
6 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 84
7 4 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 5 3 4 3 5 4 4 4 4 82
8 4 3 5 4 4 4 4 3 5 3 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 78
9 4 4 4 3 2 3 5 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 76
10 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 94
11 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 86
12 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 87
13 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 74
14 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 87
15 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 85
16 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 93
17 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 75
18 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 82
19 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 85
20 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 92
21 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 5 3 4 4 4 76
22 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 82
23 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 89
24 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 3 5 3 4 3 4 4 74
25 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 91
26 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 88
27 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 74
28 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 4 4 5 4 4 4 82
29 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 84
30 4 3 3 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 3 4 5 3 4 4 77
31 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 88
32 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 82
33 4 4 3 4 4 3 4 5 5 3 4 4 5 5 3 4 3 4 4 3 78
34 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 79
35 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 90
36 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 4 4 86
JLH 155 148 150 143 145 147 155 150 152 151 150 151 148 152 148 147 150 146 153 152 2993

86
87

Lampiran 4 Daftar Nama Guru


88

No Nama P/L Jabatan Sekolah


Total Skor
1 Alimna Sembiring, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 102001 Gunung Meriah 73
2 Sura Suranta Br Karo, S.Pd P Guru Kelas I SDN. 102001 Gunung Meriah 76
3 Sabrina Tarigan, S.Pd P Guru Kelas V SDN. 102001 Gunung Meriah 86
4 Selvy Neny Br Sitepu, S.Pd P Guru Kelas III SDN. 102001 Gunung Meriah 79
5 Linda Tarigan, S.Pd P Guru Kelas VI SDN. 102001 Gunung Meriah 89
6 Kristina P.A Panjaitan, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 102001 Gunung Meriah 85
7 Novasari Br Sinulingga, S.TP P Guru Kelas III SDN. 102002 Gunung Paribuan 80
8 Sempat Malem Sembiring, S.Pd P Guru Kelas I SDN. 102002 Gunung Paribuan 78
9 Eni Mirawati Br Tarigan, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 102002 Gunung Paribuan 77
10 Perikutan Purba, S.Pd L Guru Kelas VI SDN. 102002 Gunung Paribuan 91
11 Nerseri Br Purba, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 102002 Gunung Paribuan 86
12 Nurlina Br Tarigan P Guru Kelas V SDN. 102002 Gunung Paribuan 87
13 Meriah Ukur Sembiring, S.Pd P Guru Kelas I SDN. 102003 Gunung Meriah 73
14 Ramsen Br Sembiring, S.Pd P Guru Kelas V SDN. 102003 Gunung Meriah 87
15 Erlianta, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 102003 Gunung Meriah 85
16 Erra Fazira Sembiring, S.Pd P Guru Kelas VI SDN. 102003 Gunung Meriah 90
17 Susisusanti Br Sembiring, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 102003 Gunung Meriah 76
18 Cana Ria Lusia Br Tarigan P Guru Kelas III SDN. 102003 Gunung Meriah 80
19 Lusianna Sijabat, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 104289 Gunung Sinembah 84
20 Putri Audina, S.Pd P Guru Kelas VI SDN. 104289 Gunung Sinembah 89
21 Risnawati Br Tarigan, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 104289 Gunung Sinembah 75
22 C. Lusiana Br Sinulingga P Guru Kelas III SDN. 104289 Gunung Sinembah 81
23 Elma Sarmiaty Sitopu P Guru Kelas V SDN. 104289 Gunung Sinembah 88
24 Tiana Br Ginting P Guru Kelas I SDN. 104289 Gunung Sinembah 72
25 Rina Lena Sihombing, S.Pd P Guru Kelas VI SDN. 104287 Ujung Meriah 91
26 Anna Br Sembiring, S.Pd P Guru Kelas V SDN. 104287 Ujung Meriah 89
27 Surya Rupna Sitepu, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 104287 Ujung Meriah 74
28 Elpina Br Tarigan P Guru Kelas III SDN. 104287 Ujung Meriah 79
29 Amunsen Hasibuan, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 104287 Ujung Meriah 84
30 Esterina Herniati Tarigan P Guru Kelas I SDN. 104287 Ujung Meriah 75
31 Atika Syahfitri Batubara P Guru Kelas V SDN. 108029 Kuta Bayu 88
32 Dewi Sada Riahta Sembiring, S.Pd P Guru Kelas I SDN. 108029 Kuta Bayu 77
33 Bungana Barus, S.Pd P Guru Kelas II SDN. 108029 Kuta Bayu
76
34 Desli Br Damanik P Guru Kelas III SDN. 108029 Kuta Bayu 80
35 Rehjilena Damanik P Guru Kelas VI SDN. 108029 Kuta Bayu 89
36 Masnur Barus, S.Pd P Guru Kelas IV SDN. 108029 Kuta Bayu 85
Lampiran 4 Fota Kegiatan
89

Penyebaran Kuesioner SDN. 102003 Gunung Meriah

Foto bersama Guru-guru SDN. 102003 Gunung Meriah


90

Penyebaran Kuesioner SDN. 102002 Gunung Paribuan


91

Foto bersama Guru-guru SDN. 102002 Gunung Paribuan


92

Penyebaran Kuesioner SDN. 102003 Gunung Meriah

Foto bersama Guru-guru SDN. 102003 Gunung Meriah


93

Penyebaran Kuesioner SDN. 104287 Ujung Meriah

Foto bersama Guru-guru SDN. 104287 Ujung Meriah


94

Penyebaran Kuesioner SDN. 104289 Gunung Sinembah

Foto bersama Guru-guru SDN. 104289 Gunung Sinembah


95

Penyebaran Kuesioner SDN. 108029 Kuta Bayu

Foto bersama Guru-guru SDN. 108029 Kuta Bayu


96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135

Anda mungkin juga menyukai