I. DATA PRIBADI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat kasih dan rahmatnya yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat
kendala, namun dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan tulus yang
diberikan, baik bersifat moril maupun material dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
bantuan moril, material maupun doa dalam penulisan Skripsi ini, terkhusus
kepada:
3. Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi., M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan
ii
iii
4. Ibu Dr. Zuraidah Lubis, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Umum
Medan..
6. Bapak Dr. Irsan, M.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pra
Medan.
7. Ibu Elvi Mailani, S.Si., M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Pra
8. Bapak Drs. Arifin Siregar M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dan masukan dalam perbaikan skripsi peneliti, Bapak Drs. Daitin Tarigan,
M.Pd., selaku Dosen Penguji II dan Bapak Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd
selaku Dosen Penguji III yang juga telah banyak memberikan saran dan
10. Ibu Lala Jelita Ananda, S.Pd., M.Pd selaku validator ahli materi dan Ibu
14. Ibu Masnauli Br Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 102001
Gunung Meriah, Ibu Meslina Saragih, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN.
Sekolah SDN. 102003 Gunung Meriah, Bapak Amin, S.Pd selaku Kepala
Sekolah SDN. 106847 Ujung Meriah, Bapak Mekat Tarigan, S.Pd selaku
Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN. 108029 Huta Bayu yang telah
15. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua, Ayah tercinta Robinson Tarigan
studinya dan Ibunda tercinta Serimina Br. Ginting yang telah memberikan
doa yang tulus, motivasi yang tiada hentinya serta selalu sabar dan ikhlas
serta dukungan baik materil maupun moril yang takkan bisa terbalaskan
sampai kapanpun, serta kasih sayang yang tiada hentinya agar peneliti
16. Keluarga Abangku tersayang Alek Sius Tarigan dan Edaku Lusiana
17. Abangku Agustinus Tarigan yang selalu mendukung peneliti dalam setiap
kos wisma lambok terbaik, Anisa Finina Ambarita, Fabiola Malau, Ebi
S.Pd, Jeni Oktaviani Pardosi, S.Pd, Daniati Sianipar, S.Pd, adek Yohana
Putri Rosari Hutabarat, dan Adek Nadia Sidauruk. yang telah memberikan
vi
berjuang dan inspirasi bagi peneliti dalam menjalankan studi dan skripsi
ini.
22. Keluarga Besar Kelas D Reguler Prodi PGSD Stambuk 2017 yang telah
23. Seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun peneliti terima dengan senang hati. Kiranya
Skripsi ini dapat bermanfaat untuk orang lain maupun bidang pendidikan. Akhir
ABSTRAK...............................................................................................................i
..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
vi
2.1.8 Pengertian Kurikulum 2013..........................................................................19
3.3.1 Populasi.........................................................................................................39
3.3.2 Sampel...........................................................................................................40
vii
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................45
4.1.1 Pemaparan Data Nilai Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................49
Pembelajaran Tematik..................................................................................55
Pembelajaran Tematik...................................................................................59
4.1.5 Persentase persepsi guru tentang model Make A-Match dalam pembelajaran
tematik Berdasarkan Indikator Kognitif.......................................................64
BAB V PENUTUP................................................................................................74
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................76
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Populasi Penelitian.................................................................................39
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................43
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make A-Macth
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51
Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................51
Tabel 4.5 Tabulasi Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik..................................................................................56
Tabel 4.6 Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik ......................................................................59
Tabel 4.8 Distribusi Persentase Indikator Kognitif Guru Tentang Model Make A-
Match Dalam Proses Pembelajaran Tematik................................................65
Tabel 4.9 Tabulasi Persentase Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match
Dalam Pembelajaran Tematik.......................................................................67
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir..................................................................36
Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan.................................................58
Gambar 4.2 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Kognitif.......................................61
Gambar 4.3 Diagram Persepsi Guru Model Make A-Match Dalam Pembelajaran
Tematik Dengan Indikator Afektif...............................................................64
Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif........................................67
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Wawancara Awal Sebelum Penelitian ...............................................80
xi
BAB I
PENDAHULUAN
mengembangakan semua potensi yang ada dalam dirinya. Menurut Wijaya dan
dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat (1)
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
pendidikan adalah arah yang hendak dicapai atau di tuju pendidikan. Adapun
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
1
mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait dengan itu, Ahmadi (2014:38)
dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan segala potensi dirinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan ruhani
(pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan
pendidikan formal yang di dalamnya terdapat guru, peserta didik, tujuan dan isi
pembelajaran, metode atau model serta sarana dan prasarana yang dapat
Kurikulum sebagai pedoman harus seragam agar tidak terjadi perbedaan tujuan,
isi dan bahan pelajaran antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain
2
dikarenakan acuan utama dalam menjalankan proses pendidikan yang ada di
sekolah. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013.
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik
wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara
merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu
3
secara holistik, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri
keempat, lebih mementingkan proses daripada hasil semata; dan kelima, sarat
pembelajaran yang tepat dan bervariasi agar proses pembelajaran dapat diterima
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
dalam proses pembelajaran tematik masih banyak guru belum menerapkan model
menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan penugasan tanpa melihat apakah siswa
4
Selanjutnya dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah
Meriah pada Senin 01 Februari 2021, yaitu dengan Bapak Juli Perangin-angin,
S.Pd dan dari hasil pengamatan secara umum yang di lihat peneliti di SD Negeri
guru, 3) dengan model pembelajaran ceramah peserta didik pasif dalam mengikuti
disampaikan guru.
tematik, guru dituntut untuk bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai
dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai.
berpola pada paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru dan belum
berpusat pada siswa sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Tugas guru bukan
sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi dapat membantu siswa
dalam belajar. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
kesempatan pada siswa untuk mengadakan diskusi kelompok guna untuk saling
5
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menganggap perlu diadakan
suatu upaya penerapan model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran
tematik dapat tercapai dengan baik. Adapun model pembelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran kooperatif tipe Make
permainan dengan cara bekerjasama antara 2 anak atau lebih dengan sistem
mencari pasangan yang tepat dari soal dan jawaban yang ada, model pembelajaran
ini dapat memberikan pelajaran kepada anak agar dapat menyelesaikan suatu
atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam
aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep
Match siswa dapat bekerja dan saling bertukar pikiran di dalam kelompoknya.
6
meningkatkan prestasi akademis siswa, baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang
tipe Make A Match dalam pembelajaran tematik maka dibutuhkan persepsi guru
yang bertujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana tanggapan guru kelas tentang
proses yang didahului oleh proses indera, yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera”. Selanjutnya Menurut Karwono dan
Setiap individu melihat dunia dengan caranya yang berbeda dengan yang lain”.
Persepsi guru yang diberikan merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa
angket atau kuesioner kepada guru dan menganalisis persepsi dari setiap guru.
7
1.1 Identifikasi Masalah
pembelajaran
pembelajaran
2020/2021?
8
1.4 Tujuan Penelitian
2020/2021.
ini diharapkan bermanfaat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini
b. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi,
pendidikan selanjutnya, yaitu persepsi guru tentang model Make A-Match yang
a. Manfaat Praktis:
1. Bagi Siswa
9
belajar yang menyenangkan dalam mengembangkan potensi dirinya
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
4. Bagi Peneliti
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki guru tersebut terhadap model
terhadap suatu objek yang diterima seseorang melalui alat indra. Menurut
proses kognisi yang dapat menghasilkan informasi tentang lingkungan yang ada
11
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari hasil pengalaman yang ditangkap
indera, termasuk saraf dan pusat susunan syaraf, dan 3) perhatian”. Selanjutnya
Menurut Bimo Walgito dalam Asrori (2020:52) bahwa persepsi mengandung tiga
mengandung Indikator kognitif, Indikator afektif, dan juga Indikator konatif yang
12
pengajarannya sangat menentukan keberhasilan pendidikan pada umumnya”.
jabatan, posisi dan profesi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan guru adalah profesi yang
Maeliah (2012:173) Peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
13
14
dan evaluator.
keinginan untuk terus belajar. Belajar merupakan cara kita untuk dapat menambah
hendaknya dalam diri kita selalu timbul rasa kebutuhan untuk terus belajar.
Menurut Rasyad dalam Sagala (2013:49) “Hendaknya timbul rasa kebutuhan akan
belajar dalam diri, bahwa belajar itu perlu dan harus dilakukan untuk memperoleh
sesuatu dengan memahami bagian dan hubungan antar bagian sehingga terjadi
Thobroni (2015:15) “Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
berhubungan dengan manusia lainnya dan juga dirinya sendiri. Belajar merupakan
Hamalik (2016:27) “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap
hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan
Rusman (2017:76) menjelaskan bahwa “Belajar merupakan salah satu faktor yang
kegiatan belajar. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak
16
dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah
membawa beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk
akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia
lain.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
sepanjang hayatnya.
berikut:
sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan
yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi”.
lingkungan belajar sekitar. Sementara itu, Hausstatter dan Nordkvelle dalam Huda
yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda
dengan merujuk pada apa yang terjadi dalam diri manusia secara psikologis.
18
tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan pengajaran, di mana seseorang akan
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
berbagai komponen seperti tujuan, materi, metode dan evaluasi yang dapat
cukup relevan dengan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya masih rendah
dan tertinggal dengan negara-negara tetangga terdekat. Kurikulum 2013 ini telah
perubahan kurikulum ini diharapkan akan membawa angin segar bagi dunia
pendidikan Indonesia yang dimulai sejak dini di SD. Menurut Mailani E (2018)
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu; 2) Dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; 3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4) Dari pembelajaran berbasis
konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Dari pembelajaran
parsial menuju pembelajaran terpadu; 6) Dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; 7) Dari pembelajaran verbalisme menuju
keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); 9)
Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10) Pembelajaran yang
menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani); 11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; l2) Pembelajaran yang menerapkan
prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di
mana saja adalah kelas; 13) Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
22
dan 14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
dunia. Perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 yang paling terlihat
atau satuan-satuan yang utuh sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai,
wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik
tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu pada jenjang taman kanak-
kanak atau sekolah dasar (SD) untuk kelas awal yang didasarkan pada tema-tema
tertentu yang kontekstual dengan dunia anak”. Hal ini sejalan dengan pendapat
tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam
dalam bidang kajian yang serumpun yang dapat memungkinkan siswa baik
Pemisahan muatan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari
menyenangkan”. .
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
belajar; dan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para
siswa”.
untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar serta guru dapat menghemat
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
rangkaian proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan
bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang
berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan
pembelajaran ini dapat diterapkan untuk pengelolaan kelas dengan jumlah siswa
satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
bahwa:
menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam bentuk tugas, bentuk
tugas diorganisir. Bentuk tujuan dan reward mengarah pada tingkat kerja sama
atau kompetisi yang diperlukan untuk meraih tujuan maupun reward. Salah satu
dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa
pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia
kelas.
berkelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Pembelajaran kooperatif
semua peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran dengan cara bekerjasama
terdapat beberapa jenis variasinya. Dalam variasi tersebut siswa tetap bekerja
sama dalam satu kelompok namun cara proses pembelajarannya berbeda. Sesuai
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas
efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan
Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang
menyenangkan, selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk
aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan
lama.
29
menerima pembelajaran yang diberikan guru. Maka dari itu untuk membuat suatu
peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu
materi pokok”. Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil
Make A-Match menurut Huda dalam Topandra (2020: 1259) yaitu untuk : 1)
dalam memahami materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif dan
Make A-Match juga dapat dilihat dari karakteristiknya, yaitu: 1) mengajak siswa
bermain sambil belajar; 2) membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan inovatif; 3)
(Rusman, 2011).
Begitu juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Menurut Benny dalam
kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan, dan 3) Alokasi waktu
diperlukan karena model Make A-Match tidak efektif apabila digunakan pada
kelas yang jumlah siswanya diatas 40 dengan kondisi ruang kelas yang sempit.
Sebab dalam pelaksanaan pembelajaran Make A-Match, kelas akan menjadi gaduh
dan ramai. Hal ini wajar asalkan guru dapat mengendalikannya. Menurut Suyatno
perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat, 2) ketahuilah apa yang disukai
siswa, cara pikir mereka dan perasaan mereka, 3) bayangkan apa yang akan
mereka.
oleh guru dalam menerapkan model Make A-Match dalam proses belajar mengajar
hal ini berlaku juga dengan model pembelajaran Make A-Match. Berdasarkan
Santoso dalam Windi (2018:15), kelebihan model Make A-Match adalah sebagai
berikut :
dengan bidang yang diteliti, digunakan untuk mendukung untuk dan memperkuat
teori yang sudah ada, digunakan sebagai pedoman/pendukung dari penelitian yang
selisih skor pada kelompok eksperimen (Mdn = 1,3330) berbeda dari rerata
Perbedaan skor tersebut signifikan dengan Z (59) = -3,910 dan p =0,000 (p <
0,047
motivasi dan hasil belajar IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian
34
khususnya pada materi energi panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat
dilihat dari nilai rata-rata siswa per siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada
siklus I sebesar 76,27 mengalami kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar
kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang kegiatan ekonomi
bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam kondisi awal hanya
mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi 90% dan untuk
Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketiga penelitian hal tersebut
tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa
yang ada dalam diri individu yang mempersepsi, sedangkan faktor eksternal
waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu
model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam
pembelajaran tematik di SD. Persepsi setiap guru pasti berbeda hal ini
guru tentang model pembelajaran Make A-Match. Dengan persepsi guru tentang
kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah guru memiliki
persepsi yang baik tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat”. Menurut Sugiyono (2013:7)
Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 6 sekolah yaitu 1) SD Negeri 102001
Gunung Meriah, yang terletak di Desa Gunung Meriah Kec.Gunung Meriah Kab.
Kab. Deli Serdang, 4) SD Negeri 106847 Ujung Meriah, yang terletak di Desa
38
39
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021.
3.3.1 Populasi
terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Sinembah
5. SD Negeri Guru kelas I - 4 orang 2 orang 6 orang
106847 Ujung IV
Meriah
6. SD Negeri Guru kelas I – 5 orang 1 orang 6 orang
108029 IV
Hutabayu
Total Populasi 36 orang
(sumber: Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Meriah)
3.3.2 Sampel
mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data atau sumber informasi
penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
berikut:
1. Persiapan penelitian
sampel.
41
revisi.
2. Pelaksanaan penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru
membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima alat indra,
make a match tersebut dalam pembelajaran tematik baik yang sudah dilaksanakan
ataupun yang akan dilaksanakan. Persepsi yang diberikan merupakan suatu proses
agar peneliti dapat memperoleh data mengenai persepsi guru tentang model make
digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan validasi instrumen, hal ini dilakukan
Sebuah instrumen yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan
dengan menentukan indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta empiris yang terjadi di
menggunakan penilaian dosen sebagai validator. Ahli atau validator menilai dan
pembelajaran
pembelajaran
Konatif guru untuk melakukan model 14,15, 7
tematik di SD
pembelajaran Make A-Match 16,1718,19,20,
Jumlah 20 20
44
penelitian karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini,
1. Pengamatan (Observasi)
peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
2. Wawancara
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan bola media yang
melengkapi kata-kata secara verba, karena itu, wawancara tidak hanya menangkap
102003 Gunung Meriah, Kecamatan Gunung Meriah pada rabu 27 Januari 2021,
yaitu dengan Bapak Juli Prangin-angin, S.Pd untuk mendapatkan data awal dalam
penelitian ini.
45
3. Kuesioner (Angket)
mengenai persepsi guru tentang model pembelajaran Make A-Match dalam proses
4. Dokumentasi
seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh data dan diperkuat dengan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Meriah T.A 2020/2021. Analisis angket atau kuesioner dilakukan dengan sistem
skala likert. Sugiyono (2018:134) mengatakan bahwa skala likert digunakan untuk
46
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, diantara: Sangat
f (Sudijono, 2012:43)
P= X 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi alternatif jawaban responden
N = Jumlah responden alternative angket
100% = Bilangan tetap
Untuk jumlah rata-rata persentase bisa dilihat tiap-tiap indikator, maka
Me = Mean (Rata-rata)
∑x = Jumlah frekuensi
∑𝑛 = Jumlah responden
47
melihat persepsi guru tentang Model Pembelajaran Make A-Match pada proses
2020/2021.
Meriah T.A 2020/2021 pada bulan maret sampai april tahun 2021. Untuk lebih
Bulan/Minggu
No Kegiatan Mei April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pelaksanaan
1
Penelitian
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Evaluasi
2 Analisis Data
3 Penulisan Laporan
BAB IV
Kecamatan Gunung Meriah. Hasil penelitian dianalisis oleh peneliti dengan teknik
dan menyeluruh.
49
50
14 87 87%
15 85 85%
16 90 90%
17 76 76%
18 80 80%
19 84 84%
20 89 89%
21 75 75%
22 81 81%
23 88 88%
24 72 72%
25 91 91%
26 89 89%
27 74 74%
28 79 79%
29 84 84%
30 75 75%
31 88 88%
32 77 77%
33 76 76%
34 80 80%
35 89 89%
36 85 85%
Jawaban yang diperoleh responden dibagi ke dalam 5 kategori yaitu sangat setuju
51
= skor 5, setuju = skor 4, kurang setuju = skor 3, tidak setuju = skor 2, dan
sangat tidak setuju = skor 1. Sehingga skala penilaian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Hasil Persepsi Guru Tentang Model Make A-
Macth Dalam Pembelajaran Tematik.
Interval Kategori
Adapun gambaran data nilai dari jawaban angket untuk setiap item
Negeri Se-Kecamatan Gunung Meriah T.A 2020/2021 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.3 Tabulasi Nilai Item Persepsi Guru Tentang Model Make A-
Match Dalam Pembelajaran Tematik
Rat
Jumlah Katego
Pilihan Jawaban a-
Skor ri
rata
No
Item KS = TS STS
SS = 5 S=4
3 =2 =1
F Sc F Sc f Sc f Sc F Sc f Sc
Sangat
1
11 55 25 100 36 155 4,3 Baik
2 10 50 20 80 6 18 36 148 4,11 Baik
3 10 50 22 88 4 12 36 150 4,16 Baik
52
Keterangan:
F = Frekuensi jawaban
Sc = Skor (Frekuensi nilai)
Berdasarkan tabel distribusi diatas diperoleh interpretasi data dari masing-
masing butir kuesioner Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
sebagai berikut:
dalam belajar, tergolong dalam kategori “Sangat Baik” dengan nilai rata-rata
4,3
53
nilai 3,97
nilai 4,02
nilai 4,3
10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam
13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan
lama dalam struktur kognitif siswa, tergolong dalam kategori “Baik” dengan
nilai 4,11
18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang
4,05
20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan
pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah
Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat dilihat bahwa persepsi guru
Pembelajaran Tematik.
dalam pembelajaran tematik secara keseluruhan dilakukan olah data dari hasil
Untuk melihat kategori persepsi guru tentang model Make A-Match dalam
Meriah T.A 2020/2021 untuk setiap option jawaban hasil perhitungan nilainya
f
dibagi dengan jumlah item kuesioner dikalikan dengan 100% ( P = ×100 % ),
N
kategori di atas. Berdasarkan data diatas jumlah rata-rata responden dari kuesioner
untuk option “Sangat Setuju” mengenai persepsi guru tentang model Make A-
masuk kategori Tinggi, artinya rata-rata guru memiliki persepsi yang tinggi
tentang model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Namun pada option
rendah.
bahwa guru memiliki persepsi yang positif terhadap model Make A-Match dalam
frekuensinya sekitar 60,30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
1%
11%
28%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
60%
Gambar 4.1 Diagram Persepsi Guru Tentang Model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Secara Keseluruhan
59
Pembelajaran Tematik
T.A 2020/2021.
perhitungan nilai ini didapat dari jumlah keseluruhan dari persentase setiap
60
f
100% ( P = ×100 % ). Kemudian dapat dilihat dari option jawaban setuju
N
kurang setuju atau kurang memahami tentang model Make A-Match dalam
dengan pernyataan pada indikator kognitif mengenai model Make A-Match dalam
dalam belajar, dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11
permainan kartu pasangan dengan batas waktu yang sudah ditentukan, dengan
jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 55,55%
untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran tematik, dengan
jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju 61,66%
sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju
setuju 22,22% (8 orang), setuju 61,11% (22 orang), kurang setuju 13,88% (5
frekuensi sangat setuju 22,22% (8 orang), setuju 63,88% (23 orang), dan
30,55% (11 orang), setuju 69,44% (25 orang), dan tidak setuju 2,77% (1
diagram berikut:
62
11% 1% 26%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
62%
Gamb
Indikator yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang, harapan
%
11 10 27,78% 22 61,11% 4 11%
12 11 30,55% 21 58,33% 4 11,11
%
13 9 25% 22 61,11% 5 13,88
%
∑ 69 191,65% 116 322,21% 31 86,08
%
Me 191,65/6 332,21/6 86,08/6 0 0
=31,94% =53,7% =14,34%
ratanya 14,34%.
persentase frekuensi sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 50,00% (18
(14 orang), setuju 44,44% (16 orang) dan kurang setuju 16,66% (6 orang)
dikategorikan “baik”.
64
10. Guru merasa model pembelajaran Make A-Match baik digunakan dalam
dikategorikan “baik”.
dengan jumlah persentase frekuensi sangat setuju 27,78% (10 orang), setuju
61,11% (22 orang), dan kurang setuju 11% (4 orang) dikategorikan “baik”.
jumlah persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 58,33%
13. Guru senang dengan model pembelajaran Make A-Match karena dengan
sangat setuju 25% (9 orang), setuju 61,11% (22 orang), dan kurang setuju
14%
32%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
54%
terhadap model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Berikut ini gambaran
konatif:
kecenderungan responden untuk bertindak pada option jawaban sangat setuju rata-
63,88%. Kemudian untuk responden yang kurang setuju untuk melakukan model
Make A-Match persentase frekuensinya 9.52% dan untuk option tidak setuju
frekuensinya 0,39% jumlah ini memiliki selisih yang banyak dengan responden
yang setuju dengan model Make A-Match pada pembelajaran tematik di SD,
kemudian pada option jawaban sangat tidak setuju dapat kita lihat tidak ada
responden yang tidak setuju terhadap model Make A-Match. Adapun interpretasi
sangat setuju 33,33% (12 orang), setuju 55,55% (20 orang), kurang setuju
persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), Setuju 50,00% (18
(22 orang), kurang setuju 11% ( 4 orang) dan tidak setuju 2,77% (1 orang),
dikategorikan “baik”.
persentase frekuensi sangat setuju 30,55% (11 orang), setuju 55,55% (20
18. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A-Match siswa lebih senang
setuju 13,88% (5 orang), setuju 77,77% (28 orang), dan kurang setuju 8% (3
jumlah persentase frekuensi sangat setuju 25,00% (9 orang), setuju 75% (27
20. Dalam penerapan model pembelajaran Make A-Match, pada akhir kegiatan
pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah
setuju 72,22% (26 orang), dan kurang setuju 2,77% (1 orang) dikategorikan
“baik”.
10% 0% 26%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
64%
Gambar 4.4 Diagram Persepsi Guru Tentang model Make A-Match Dalam
Pembelajaran Tematik Dengan Indikator Konatif
penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi yang baik tentang model
69
Meriah T.A 2020/2021 diterima secara deskriptif, hal itu dibuktikan berdasarkan
hasil analisis data dari perolehan skor jawaban ≥ 3,5 yaitu 4,2 dikategorikan baik,
Make A-Match
dibatasi waktu yang telah ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan,
selain itu model pembelajaran Make A-Match melatih siswa untuk aktif, kreatif
dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. Tujuan
model pembelajaran Make A-Match adalah untuk melatih peserta didik dalam
proses pembelajaran agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap
suatu materi pokok dengan suasana menyenangkan, Siswa dilatih berpikir cepat
Meriah T.A 2020/2021 dikategorikan “baik” hasil ini diperoleh berdasarkan skor
70
yang diperoleh berdasarkan tiap item kuesioner dengan rata-rata perolehan skor
guru memiliki persepsi yang tinggi pada alternatif jawaban “setuju” dengan rata-
rata persentase sekitar 60,30% guru memiliki persepsi yang baik tentang model
persentase sekitar 27,91% guru sangat setuju tentang model Make A-Match dalam
dibandingkan dengan guru yang yang setuju model Make A-Match tersebut.
Namun diperoleh juga hasil pada alternatif jawaban kurang setuju dimana sekitar
11,38% guru yang memilih ataupun memiliki persepsi yang sangat rendah pada
alternatif jawaban ini. Pada alternatif jawaban tidak setuju terdapat sekitar 0,55%
guru pada model Make A-Match dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Untuk melihat persepsi guru secara lebih rinci, dijelaskan persepsi guru
masuk dalam kategori baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah persentase
pada jawaban setuju sebesar 62,37% dan sangat setuju sebesar 26,18%,
Sedangkan untuk jawaban kurang setuju 10,71% dan tidak setuju 1,18% sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
model Make A-Match dalam pembelajaran tematik. Guru mengetahui apa yang
Match dalam pembelajaran tematik di SD dan 1,18% respon guru yang memiliki
dengan rasa senang atau tidak senang mengenai objek sikap. Indikator afektif
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang model Make A-
masuk dalam kategori baik. Diperoleh jumlah persentase pada jawaban sangat
setuju 31,94% dan setuju 55,36% sehingga dapat disimpulkan bahwa guru
memiliki sikap atau keyakinan yang sedang mengenai model Make A-Match
dan inovatif. Namun hasil analisis penelitian juga menunjukkan 14,34% guru
kategori baik. Ada 30,55% sangat setuju dan 74,53% setuju pada jawaban
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti
bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS
tentang kegiatan ekonomi bagi siswa kelas IV SDN Wulung 1 Blora. Dalam
kondisi awal hanya mencapai 51% , maka pada siklus pertama meningkat menjadi
90% dan untuk mencoba menggunakan model Make A-Match dengan media kartu
model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPS. Hasil yang diperoleh dari dalam penelitian tersebut, yaitu penerapan
panas dan hasil belajar IPS siswa meningkat dilihat dari nilai rata-rata siswa per
siklus yaitu 71,42 meningkat 4,85 pada siklus I sebesar 76,27 mengalami
kenaikan hasil belajar pada siklus II sebesar 2,38 dengan nilai rata-rata siswa
menjadi 78,65. 3) Penelitian yang dilakukan Putu Eka Trisnawati dkk tahun 2019.
Make A-Match Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Hasil
konvensional, dengan nilai hitung sebesar 3,651 dan tabel sebesar 2,017.
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V Gugus III
mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu
konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang
74
aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep
mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”. Selanjutnya
Santoso dalam Windi (2018:15) kelebihan model Make A-Match adalah sebagai
berikut :
Dengan adanya dukungan teori ini sejalan dengan jumlah hasil presentasi tentang
model Make A-Match yang diperoleh bahwa model Make A-Match memiliki
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ditangkap oleh alat indra manusia. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
1. Dari perolehan skor dari kuesioner yang disebarkan diperoleh nilai bahwa
setuju dan 62,37% setuju artinya guru memiliki pengetahuan yang tinggi
dan 55,36% setuju artinya guru memiliki sikap atau keyakinan yang sedang
75
76
dan 63,88% setuju artinya guru memiliki kecenderungan yang tinggi untuk
5.2 Saran
1. Bagi guru
baik oleh guru yang dapat menunjang pembelajaran. Guru juga harus lebih
tematik.
Eka. Putu Trisnawati. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match
Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Prestasi Belajar IPA. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Guslinda dan Gustimal Witri. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa. Jurnal Tunjuk Ajar. Volume 1.
Nomor 1. Halaman 1-13.
Habibati. (2017). Strategi Belajar Mengajar: Banda Aceh. Syiah Kuala University Press.
Hazilla, Dhestha Aliputri. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Hidayat dan Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”.
Medan; Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia(LPPPI).
Huda, Miftahul. (2017). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur Dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idayanti. (2014, April 3). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran. Kompasiana.
Diakses dari https: // www. kompasiana. com/ catatan sovie / 54f7
b7c0a33311bd208b4878 faktor faktor yang-mempengaruhi - pembelajaran.
Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
77
78
Karwono dan Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Kulsum, Umi & Jauhar, Mohammad. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Lidiawati, L., & Ganda, N. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aktivitas
Ekonomi Di Lingkungan Setempat Melalui Teknik Kancing Gemerincing.
Pedadidaktika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1), 100-116.
Lubis, E. A. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Unimed Press.
Maeliah, Mally. 2012. Peran Guru Dalam Menyiapkan Kompetensi Kerja Siswa Sesuai
Tuntutan Dunia Kerja Di Industri Busana.Ejournal Undiksha. Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung
Nyoman, Dewa dan Suprapta . (2020). Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match
Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa. Journal of
Education Action Research. Volume. 4 Nomor 1. Halaman 240-246.
Prastowo, Andi. (2019). Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu: Jakarta. Kencana.
Rahma, Arum Shofiya. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas Xi Ips
3 Sma Negeri 3 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ratna, Yosephin Mayang Sapri. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make
A-Match terhadap Kemampuan Mengingat dan Memahami Siswa Kelas V SD Negeri
Jetis Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sanata Dharma.Yagyakarta
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta: Raja Grafindo.
_______. (2015). Pembelajaran tematik terpadu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_______. (2017). Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: alfabeta.
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi: Jakarta. Rineka Cipta.
Sobry Sukitno, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______ . (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
78
79
Sukendar, Markus Utomo. (2017). Psikologi Komunikasi: Teori dan Praktik. Yokyakarta :
Deepusblish.
Topandra dan Hamima. (2020). Model Kooperatif Tipe Make A Match dalam Pembelajaran
Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Jurnal Pendidikan Tambusai. 4(2), h. 1256- 1256.
Triatna, Cepi. (2015). Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
U Shabir, M. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab,
Hak dan Kewajiban, dan kompetensi Guru. Jurnal Auladuna. Volume 2. Nomor 2.
Halaman 221-232.
Widyastuti, Yeni. (2014). Psikologi Sosial. Yogyakarta : Graha Ilmu
Zaini. (2015). Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jurnal Idaroh, 1(1), 15-31.
79
80
LAMPIRAN
80
80
Lampiran 1
WAWANCARA AWAL
SEBELUM PENELITIAN
Pertanyaan:
Peneliti : Selamat pagi pak, mohon izin waktunya untuk wawancara mengenai
pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini. Tapi
sebelumnya mohon sebutkan nama bapak.
Peneliti : Berapakah jumlah guru di SD Negeri 102003 Gunung Meriah ini pak?
Narasumber : Jumlah guru kelas di SD Negeri 102003 Gunung Meriah berjumlah 6 guru
kelas sesuai dengan jumlah kelas hanya 6 kelas.
Peneliti : Apakah guru masih sering menerapkan model mengajar dengan cara
berceramah dalam kegiatan pembelajaran?
Narasumber : Iya, siswa lebih pasif dengan model ceramah dalam belajar serta siswa juga
mudah jenuh dan merasa bosan jika guru hanya menggunakan model
pembelajaran ceramah dalam pembelajaran.
Peneliti : Apakah hasil belajar siswa rendah jika guru tidak menerapkan model
mengajar bervariasi?
Narasumber : Iya, hal ini dikarenakan kejenuhan siswa dalam belajar dan membuat siswa
kurang tertarik mengikuti pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat
memahami pembelajaran dengan maksimal.
Peneliti : Apakah siswa lebih tertarik belajar dengan model Pembelajaran bervariasi
dalam Pembelajaran tematik?
Narasumber : Iya, siswa lebih tertarik dan senang belajar dengan menggunakan model
bervari.
82
Lampiran 2
ANGKET PENELITIAN
T.A 2020/2021
Nama : ...............................................................................................
B. Petunjuk pengisian
5. Selesai mengerjakan teliti lah kembali dan pastikan bahawa setiap pernyataan dalam
86
87