Anda di halaman 1dari 337

PENGARUH GUIDED DISCOVERY LEARNING

TERHADAP MINAT DAN KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
KELAS IV SD NEGERI DEBONG KIDUL
KOTA TEGAL

Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Di : Tegal

Tanggal : 17 Mei 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Yuli Witanto, M.Pd. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd.


19640717 198803 1 002 19560414 198503 2 001

iii
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Guided Discovery Learning terhadap Minat dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Debong

Kidul Kota Tegal” oleh Agung Fernando 1401412417, telah dipertahankan di

hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang pada tanggal 31 Mei 2016.

Panitia

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Drs. Utoyo, M.Pd.


19560427 198603 1 001 19620619 198703 1 001

Penguji Utama

Drs. Utoyo, M.Pd.


19620619 198703 1 001

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd. Drs. Yuli Witanto, M.Pd.


19560414 198503 2 001 19640717 198803 1 002

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

(1) “Maka ni’mat Rabb-kamu manakah, yang kamu dustakan” (QS. Ar Rahman)

(2) “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al

Insyirah: 6-8)

(3) Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan (Soe Hok Gie)

(4) Ketidakpastian memberi pelajaran tentang arti dari keistiqomahan diri

(Penulis)

(5) This up to you and only you to design the life you want (Penulis)

Persembahan

Untuk Bapak Aman Suryaman, Ibu Acih

Carsiasih, Adikku Anjania M. Faiza, dan

keluarga besarku tercinta yang selalu

memberi dukungan dan doa.

v
PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Guided Discovery Learning terhadap Minat dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Debong

Kidul Kota Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Negeri Semarang.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan

skripsi ini sehingga bisa diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa Universitas Negeri

Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dan dukungan dalam penelitian.

3. Drs. Isa Anshori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang yang telah memfasilitasi untuk melakukan

penelitian.

vi
5. Drs. Yuli Witanto, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada peneliti, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

6. Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada peneliti, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

7. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membekali peneliti

dengan ilmu pengetahuan.

8. Khodijah, S.Pd., Kepala SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal yang telah

mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian.

9. Bambang Subroto, S.Pd. SD dan Siti Suswati Kuraisin, S.Pd., Guru Kelas IV

SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal yang telah membantu peneliti dalam

melaksanakan penelitian.

10. Sahabat dan teman-teman mahasiswa PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang angkatan 2012 yang saling

memberikan semangat, motivasi, dan partisipasi dalam penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia dan bagi semua pihak khususnya peneliti sendiri.

Tegal, Mei 2016

Peneliti

vii
ABSTRAK

Fernando, A. 2016. Pengaruh Guided Discovery Learning terhadap Minat dan


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I. Drs. Yuli Witanto, M.Pd., II. Dra. Sri Ismi Rahayu, M. Pd.
Kata Kunci: guided discovery learning; kemampuan pemecahan masalah
matematika; minat belajar.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar masih menggunakan metode


konvensional sehingga minat dan kemampuan siswa belum optimal. Minat sangat
penting bagi siswa untuk menumbuhkan semangat dan kemauan untuk belajar,
begitu juga dengan kemampuan siswa dalam matematika, salah satunya yaitu
kemampuan pemecahan masalah matematika. Metode Guided Discovery Learning
dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran alternatif untuk
mengoptimalkan minat dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan metode Guided Discovery
Learning dan mengetahui ada tidaknya perbedaan minat dan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan pecahan, antara
pembelajaran yang menggunakan metode Guided Discovery Learning, dan
pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain quasi
experimental design berbentuk nonequivalent control group design. Penelitian
dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Populasi yang
digunakan sebanyak 72 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel
jenuh, sehingga semua populasi dilibatkan untuk dijadikan sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, tes,
dan angket. Teknik analisis data menggunakan uji prasyarat analisis, meliputi uji
normalitas dan homogenitas data, selanjutnya analisis akhir menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai indeks minat belajar siswa kelas
eksperimen sebesar 81,64 termasuk ketegori sedang, kelas kontrol sebesar 70,30
termasuk kategori rendah. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika kelas eksperimen sebesar 76,42 termasuk kategori sangat baik,
sedangkan kelas kontrol sebesar 68,67 termasuk kategori baik. Hasil uji hipotesis
perbedaan minat belajar menunjukkan thitung > ttabel (5,311 > 1,994), dan perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika menunjukkan thitung > ttabel (5,289 >
1,994). Hasil uji keefektifan metode Guided Discovery Learning terhadap minat
belajar menunjukkan thitung > ttabel (6,537 > 2,030), selanjutnya terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika menunjukkan thitung > ttabel (3,623 > 2,030). Jadi
dapat disimpulkan bahwa, metode Guided Discovery Learning efektif terhadap
minat dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

viii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ............................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Tulisan .......................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing................................................................................ iii
Pengesahan ..................................................................................................... iv
Motto dan Persembahan ................................................................................. v
Prakata ............................................................................................................ vi
Abstrak ........................................................................................................... viii
Daftar Isi......................................................................................................... ix
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Histogram ............................................................................................ xv
Daftar Bagan .................................................................................................. xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................. xvii
Bab
1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 9
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 10
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................ 10
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................. 12
2. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 14
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Belajar .............................................................................. 14
2.1.2 Pengertian Pembelajaran .................................................................... 16
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................................ 17
2.1.4 Minat Belajar ...................................................................................... 19
2.1.5 Hasil Belajar ....................................................................................... 23
2.1.6 Karakteristik Siswa SD ...................................................................... 25
2.1.7 Matematika ......................................................................................... 27

ix
2.1.8 Pembelajaran Matematika di SD ........................................................ 28
2.1.9 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .................................. 31
2.1.10 Guided Discovery Learning ............................................................... 38
2.1.11 Bilangan Pecahan ............................................................................... 41
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 43
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 49
2.4 Hipotesis ............................................................................................. 52
3. METODE PENELITIAN ................................................................ 54
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 54
3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................. 56
3.2.1 Tahap Persiapan ................................................................................. 56
3.2.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 58
3.2.3 Tahap Penyelesaian ............................................................................ 61
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 61
3.3.1 Variabel Independen .......................................................................... 62
3.3.2 Variabel Dependen ............................................................................. 62
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 62
3.5 Populasi dan Sampel .......................................................................... 63
3.5.1 Populasi .............................................................................................. 63
3.5.2 Sampel ................................................................................................ 64
3.6 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 64
3.6.1 Variabel Metode Guided Discovery Learning ................................... 64
3.6.2 Variabel Minat Belajar Siswa ............................................................ 65
3.6.3 Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ........ 66
3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 67
3.7.1 Wawancara Tidak Terstruktur ............................................................ 67
3.7.2 Tes ...................................................................................................... 67
3.7.3 Kueisioner atau Angket ...................................................................... 68
3.7.4 Observasi ............................................................................................ 69
3.7.5 Dokumentasi....................................................................................... 69
3.8 Instrumen Penelitian ........................................................................... 70

x
3.8.1 Pedoman Wawancara ......................................................................... 70
3.8.2 Dokumen ............................................................................................ 71
3.8.3 Lembar Observasi Metode ................................................................. 71
3.8.4 Kueisioner Minat ................................................................................ 72
3.8.5 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ................... 72
3.9 Teknik Analisis Data .......................................................................... 84
3.9.1 Analisis Deskripsi Data ...................................................................... 84
3.9.2 Analisis Statistik Data ........................................................................ 86
3.10 Panduan Penelitian Eksperimen ......................................................... 90
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 91
4.1 Objek Penelitian ................................................................................. 91
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 91
4.1.2 Kondisi Responden ............................................................................ 93
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ................................................... 94
4.2.1 Deskriptif Data Variabel Metode Guided Discovery Learning ......... 94
4.2.2 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..................................... 95
4.2.3 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar .............................................. 98
4.2.4 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika ......................................................................................... 104
4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian .............................................. 109
4.3.1 Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest Siswa...................................... 109
4.3.2 Uji Prasyarat Analisis ......................................................................... 110
4.3.3 Uji Hipotesis ....................................................................................... 113
4.4 Pembahasan ........................................................................................ 123
4.4.1 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan
Metode Konvensional terhadap Minat Belajar Siswa ........................ 123
4.4.2 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan
Metode Konvensional terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah... 127
4.4.3 Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap
Minat Belajar Siswa ........................................................................... 131
4.4.4 Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap

xi
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .................................. 134
5. PENUTUP ......................................................................................... 140
5.1 Simpulan............................................................................................. 140
5.2 Saran ................................................................................................... 141
5.2.1 Bagi Siswa .......................................................................................... 142
5.2.2 Bagi Guru ........................................................................................... 142
5.2.3 Bagi Sekolah ...................................................................................... 143
5.2.4 Bagi Peneliti Lanjutan ........................................................................ 143
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 144
LAMPIRAN ................................................................................................... 149

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Tahap-tahap Guided Discovery Learning .......................................... 65
3.2 Dimensi dan Indikator Minat Belajar Siswa ...................................... 66
3.3 Pedoman Kategorisasi Data Penelitian............................................... 73
3.4 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................ 74
3.5 Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa ................ 77
3.6 Hasil Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ........ 78
3.7 Hasil Uji Reliabilitas Angket ............................................................. 80
3.8 Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .... 80
3.9 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ................................................ 82
3.10 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal .................................................... 83
4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 93
4.2 Data Responden Berdasarkan Umur .................................................. 93
4.3 Nilai Pengamatan Metode Guided Discovery Learning .................... 95
4.4 Deskripsi Data Pretest Siswa ............................................................. 95
4.5 Distribusi Frekuansi Nilai Pretest ...................................................... 96
4.6 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar .............................................. 98
4.7 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................................. 101
4.8 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ........................................ 103
4.9 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa .............. 105
4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest ..................................................... 105
4.11 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen ... 107
4.12 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Kontrol .......... 108
4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest ....................................... 109
4.14 Hasil Uji Normalitas Data Minat Belajar Siswa ................................ 110
4.15 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa .............................................................................. 111
4.16 Hasil Uji Homogenitas Data Minat Belajar Siswa ............................. 112
4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah

xiii
Matematika Siswa .............................................................................. 113
4.18 Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Minat Belajar Siswa ................................ 115
4.19 Hasil Uji One Sample t Test Minat Belajar Siswa ............................. 117
4.20 Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa .............................................................................. 120
4.21 Hasil Uji One Sample t Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa .............................................................................. 122

xiv
DAFTAR HISTOGRAM

Histogram Halaman
4.1 Distribusi Frekuansi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ........................ 96
4.2 Distribusi Frekuansi Nilai Pretest Kelas Kontrol .............................. 97
4.3 Distribusi Frekuansi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ..................... 106
4.4 Distribusi Frekuansi Nilai Posttest Kelas Kontrol ............................ 106

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 51
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 55

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas IVA (Eksperimen) ........................................ 149
2. Daftar Nama Siswa Kelas IVB (Kontrol) ............................................... 150
3. Daftar Nama Siswa Kelas IV (Uji Coba) ................................................ 151
4. Daftar Nilai UTS Kelas IVA Tahun Ajaran 2015/2016 ......................... 152
5. Daftar Nilai UTS Kelas IVB Tahun Ajaran 2015/2016 .......................... 154
6. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur................................................. 156
7. Pedoman Penelitian ................................................................................. 157
8. Silabus Pembelajaran .............................................................................. 158
9. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ................................................ 159
10. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol....................................................... 164
11. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ...................................................... 168
12. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ...................................................... 180
13. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 ...................................................... 192
14. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ............................................................. 204
15. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ............................................................. 215
16. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3 ............................................................. 226
17. Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa ..................................... 237
18. Pedoman Penskoran Angket Minat Belajar Siswa .................................. 238
19. Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa.................................................... 239
20. Daftar Nilai Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ............................... 242
21. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ............. 246
22. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ....................... 247
23. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ...... 250
24. Daftar Nilai Tes Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ................ 255
25. Validitas Soal oleh Tim Ahli I ................................................................ 257
26. Validitas Soal oleh Tim Ahli II ............................................................... 259
27. Kisi-kisi Lembar Observasi Metode Guided Discovery Learning.......... 261
28. Validitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa .................................... 263

xvii
29. Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ................................ 264
30. Validitas Soal Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ................................................................................... 265
31. Reliabilitas Soal Uji coba Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ................................................................................... 266
32. Pembagian Kelompok Atas dan Bawah .................................................. 267
33. Analisis Taraf Kesukaran dan Daya Beda .............................................. 269
34. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa .................................................... 270
35. Pedoman Penskoran Angket Minat Belajar Siswa .................................. 271
36. Angket Minat Belajar Siswa ................................................................... 272
37. Tabulasi Angket Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ...................... 274
38. Tabulasi Angket Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ............................. 276
39. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ......... 278
40. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika................................ 279
41. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ...... 281
42. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ................................................... 285
43. Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol.......................................................... 287
44. Uji Kesamaan Rata-rata Pretest (Kemampuan Awal) ............................ 289
45. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen.................................................. 290
46. Daftar Nilai Posttest Kelas Kontrol ........................................................ 292
47. Hasil Observasi Metode Guided Discovery Learning
di kelas Eksperimen ................................................................................ 294
48. Hasil Observasi Metode Guided Discovery Learning
di kelas Kontrol ....................................................................................... 300
49. Uji Normalitas Angket Minat Belajar Siswa .......................................... 306
50. Uji Homogenitas Angket Minat Belajar Siswa ....................................... 307
51. Uji Normalitas Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ................................................................................... 308
52. Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ................................................................................... 309
53. Uji Hipotesis Perbedaan Minat Belajar Siswa ........................................ 310

xviii
54. Uji Hipotesis Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa ................................................................................... 311
55. Uji Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap
Minat Belajar Siswa (polled varian) ....................................................... 312
56. Uji Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa (polled varian) ... 313
57. Uji Pihak Kanan One Sample t Test Minat Belajar Siswa ...................... 314
58. Uji Pihak Kanan One Sample t Test Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa ................................................. 315
59. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 316
60. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ....................................... 317
61. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................................................... 318

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan membahas mengenai hal-hal yang menjadi dasar dari

penelitian. Bab ini terdiri atas: latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Uraiannya yaitu sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan seorang

individu, melalui pendidikan seorang individu dapat berkembang dan

mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi

kebutuhan bagi tiap individu sebagai sarana untuk mengeksperesikan diri,

menemukan jati diri, serta mengambil peranan di masa yang akan datang. Undang-

Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat

1 menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Berdasarkan pengertian pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan individu, dan

menjadi hak tiap individu untuk memperoleh pendidikan. Dalam upaya memenuhi

1
2

hak tiap individu untuk memperoleh pendidikan, pemerintah memiliki lembaga

strategis dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu sekolah. Sekolah menjadi

penyelenggara pendidikan utama dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia,

dalam pelaksanaannya memiliki tiga jenjang pendidikan diantaranya yaitu,

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, memberikan bekal kepada siswa

dengan kemampuan dasar berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga

memunculkan karakter yang baik. Hal ini penting bagi siswa untuk mempersiapkan

diri melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar memerlukan penanganan khusus diantaranya, yaitu proses

pembelajaran efektif yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara siswa dan

guru, serta sumber belajar dalam suatu lingkungan yang memiliki tujuan untuk

mengoptimalkan kemampuan siswa atau kualitas belajar siswa. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 butir 20

menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Interaksi yang dihasilkan antara

siswa, guru dan sumber belajar bertujuan untuk meningkatkan intensitas dan

kualitas siswa.

Selanjutnya, Winataputra (2008: 1.18) menyatakan pembelajaran sebagai

kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan

intensitas serta kualitas belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses interaksi guru dan siswa serta sumber belajar dalam lingkungan

belajar, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas belajar dan kualitas siswa
3

dalam melaksanakan pembelajaran. Proses pembelajaran memberikan kesempatan

kepada siswa dan guru untuk bersama-sama meningkatkan kualitas diri ke arah

yang lebih baik. Dengan demikian perlu adanya pengelolaan pembelajaran yang

efektif oleh guru pada saat proses pembelajaran.

Pengelolaan pembelajaran yang efktif penting dilaksanakan oleh guru,

khususnya pada mata pelajaran matematika yang memerlukan konsentrasi tinggi.

Hal ini dikarenakan matematika penting bagi siswa, guna melatih siswa berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta bekerjasama, ini sesuai dengan

Permendiknas No. 22 (2006: 416), “mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama.” Kemudian Karso dkk (2009: 1.5) menyatakan

matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup di dalam

lingkungannya, untuk mengembangkan pola berpikirnya, dan untuk mempelajari

ilmu-ilmu selanjutnya.

Sementara itu, tujuan umum pembelajaran matematika menurut

Permendiknas No. 22 (2006: 417) yaitu: (1) memahami konsep matematika,

menjelaskan ketertarikan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2)

menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,


4

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; serta (5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pemecahan masalah dalam matematika menjadi perhatian penting dalam

belajar matematika, Hudojo (2005: 130) menyatakan bila seorang siswa dilatih

untuk menyelesaikan masalah, siswa itu mampu mengambil keputusan, karena

siswa menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan

informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya

meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya. Kemudian menurut Turmudi (2008:

30) dengan menggunakan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika,

siswa mengenal cara berpikir, kebiasaan untuk tekun, dan keingintahuan yang

tinggi, serta percaya diri dalam situasi yang tidak biasa, yang akan melayani mereka

secara baik di luar kelas matematika. Sedangkan Hudojo (2005: 130), menyatakan

bahwa melalui penyelesaian masalah siswa dapat berlatih untuk mengintegrasikan

konsep-konsep, teorema-teorema, dan keterampilan yang telah dipelajari.

Di samping itu, guru juga perlu menumbuhkan minat siswa dalam belajar,

karena minat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, dengan demikian siswa yang kurang berminat

terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru, bisa berpengaruh buruk terhadap

siswa itu sendiri. Ini sejalan dengan Susanto (2013: 66) yang menyatakan, kegiatan

belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan berpengaruh negatif

terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Begitu sebaliknya jika siswa
5

berminat terhadap pembelajaran, siswa akan tertarik, antusias, dan aktif dalam

pembelajaran.

Minat siswa tidak begitu saja timbul dengan sendirinya, minat siswa dapat

dimunculkan dengan pengelolaan pembelajaran yang baik. Salah satunya dengan

menggunakan variasi metode pembelajaran, disesuaikan dengan mata pelajaran

maupun materi yang akan diajarkan kepada siswa. Kenyataan di sekolah,

pembelajaran sepenuhnya dipusatkan kepada guru, proses pembelajaran masih

mengutamakan metode ceramah, siswa hanya duduk diam dan mendengarkan

materi yang disampaikan guru, serta kurang berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan siswa menyerap materi

pelajaran, pada akhirnya siswa cenderung malas dan bosan mengikuti kegiatan

belajar mengajar di sekolah.

Salah satu metode yang mampu untuk melibatkan siswa dalam

pembelajaran yaitu Guided Discovery Learning. Metode ini merupakan bagian dari

metode discovery learning, perbedaannya terletak pada bagaimana peran guru

dalam pembelajaran. Metode Guided Discovery Learning dirancang melalui proses

bimbingan atau arahan dari guru kepada siswa untuk menemukan suatu konsep atau

hubungan dari konsep-konsep yang telah ada, dalam metode ini guru berperan

sebagai pemandu atau pembimbing siswa dalam upaya mereka menemukan atau

memecahkan suatu permasalahan. Hal yang sama dinyatakan oleh Brunner (1961)

dalam Mayer (2004: 15) “...guided discovery methods, in which the student receives

problem to solve but the teacher also provides hints, direction, coaching, feedback,

and/or modeling to keep the student on track...”. Maksud dari pernyataan tersebut

yaitu metode Guided Discovery Learning dimana siswa menerima permasalahan


6

untuk dipecahkan tapi guru juga memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, umpan

balik, dan atau pemodelan agar siswa tetap dalam jalurnya.

Prinsip metode Guided Discovery Learning menuntut guru untuk aktif dan

kreatif memberikan contoh-contoh yang mampu merangsang siswa berpartisipasi

aktif dalam pembelajaran, dan menyimpulkan pembelajaran ketika siswa telah

mampu mendeskripsikan serta menemukan pola hubungan dari konsep yang telah

diajarkan guru. Selain itu siswa dituntut untuk aktif bertanya, mengemukakan

pendapat, dan aktif menjalankan intruksi atau arahan yang diberikan guru pada saat

proses pembelajaran, sehingga apa yang siswa laksanakan akan terarah dan tujuan

pembelajaran mudah tercapai. Prinsip pelaksanaan metode Guided Discovery

Learning ini, sangat cocok untuk diimplementasikan dalam pembelajaran

matematika, khususnya dalam pemecahan masalah matematika yang memerlukan

proses dan langkah-langkah sistematis.

Sebelumnya, penerapan Guided Discovery Learning dalam pembelajaran

matematika di sekolah dasar, telah dilaksanakan oleh Redi (2012) dari Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided

Discovery) terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN

Telogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran

2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi yaitu 74,8571, dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 62,9333. Hasil

belajar tersebut menjadi bukti secara empiris bahwa Guided Discovery Learning

efektif dalam pembelajaran matematika.


7

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SD Negeri Debong Kidul Kota

Tegal pada hari Rabu, 14 Oktober 2015 dengan melakukan wawancara bersama

guru kelas IV A dan guru kelas IV B, kemudian dilanjutkan dengan observasi dan

dokumentasi. Hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara mendapatkan

hasil yaitu: (1) Siswa di kelas IV A berjumlah 36 siswa dan siswa kelas IV B

berjumlah 35 siswa; (2) KKM untuk mata pelajaran matematika yaitu 67; (3) Rata-

rata nilai hasil UTS semester 1 kelas IV A yaitu 68,33, sedangkan rata-rata nilai

hasil UTS kelas B yaitu 68,94; (4) Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam

pembelajaran matematika belum variatif, guru cenderung menggunakan metode

pembelajaran konvensional; (6) Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika

sangat rendah, ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi siswa dalam

pembelajaran, siswa lebih memilih untuk asik bermain sendiri dibandingkan

dengan memperhatikan pelajaran, atau menjawab pertanyaan dari guru.

Kemudian dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh data yaitu: (1) Guru

masih monoton dalam menyampaikan pembelajaran, belum ada variasi metode

pembelajaran; (2) Siswa hanya diberikan latihan-latihan soal dan mencatat materi

yang dijelaskan guru; (3) Kelas kurang kondusif karena pembelajaran dilaksanakan

di kelas yang terpisah. Selanjutnya dari hasil dokumentasi diperoleh data yaitu: (1)

Hasil ulangan tengah semester 1 mata pelajaran matematika. Berdasarkan studi

pendahuluan bisa diketahui bahwa belum adanya variasi metode pembelajaran,

guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam

menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan pemahaman siswa

terhadap mata pelajaran matematika rendah.


8

Hasil studi pendahuluan dengan guru kelas IV A dan guru kelas IV B SD

Negeri Debong Kidul, mengenai pembelajaran matematika yang guru ajarkan di

kelas tersebut, ditemukan masalah yaitu kemampuan berhitung khususnya

perkalian dan pembagian yang masih rendah, hal ini berakibat pada rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematika khususnya dalam proses penyelesaian

soal cerita. Siswa masih kebingungan dalam menyusun langkah-langkah

penyelesaian yang tepat, dan siswa masih beranggapan matematika sebagai

pelajaran yang sulit, sehingga siswa cenderung kurang berminat terhadap

pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru.

Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan prinsip pembelajaran yang salah

satunya yaitu prinsip belajar sambil bermain, prinsip ini merupakan kegiatan yang

dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar sehingga,

dapat mendorong anak untuk aktif dalam belajar (Susanto, 2013: 88). Selain itu,

untuk memberikan kemudahan siswa dalam memahami pelajaran, guru juga perlu

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam metode

pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud melakukan

penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Guided Discovery Learning

terhadap Minat dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV

SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal”. Dengan tujuan peneliti bisa

membandingkan minat dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,

antara yang pembelajarannya menerapkan Guided Discovery Learning dengan

pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.


9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yaitu sebagai berikut:

(1) Kemampuan dasar seperti perkalian dan pembagian masih rendah.

(2) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih relatif rendah.

(3) Minat siswa dalam belajar khususnya matematika masih rendah.

(4) Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang

pembelajarannya berpusat pada guru.

(5) Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik siswa dan

efektif, serta tidak monoton.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah diperlukan dalam penelitian sebagai pedoman bagi peneliti

untuk memfokuskan dan memberi arahan yang jelas mengenai penelitian yang akan

dilaksanakan, sehingga penelitian lebih efektif dan efisien. Hal yang akan dibatasi

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Metode yang digunakan yaitu metode Guided Discovery Learning.

(2) Penelitian memfokuskan pada mata pelajaran matematika materi bilangan

pecahan.

(3) Penelitian memfokuskan pada kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada materi bilangan pecahan.

(4) Penelitian memfokuskan pada minat siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika materi bilangan pecahan.


10

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah

tersebut, dapat dirumuskan empat rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

(1) Apakah terdapat perbedaan minat belajar matematika siswa kelas IV pada

materi bilangan pecahan antara yang proses pembelajarannya menggunakan

Guided Discovery Learning dan pembelajaran konvensional?

(2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

kelas IV pada materi bilangan pecahan antara yang proses pembelajarannya

menerapkan Guided Discovery Learning dan pembelajaran konvensional?

(3) Apakah penggunaan metode Guided Discovery Learning efektif terhadap

minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan

pecahan?

(4) Apakah penggunaan metode Guided Discovery Learning efektif terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada mata

pelajaran matematika materi bilangan pecahan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti membagi tujuan penelitian

menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, pembahasan mengenai tujuan

umum dan tujuan khusus yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian yaitu mengetahui dan menguji pengaruh penerapan

metode Guided Discovery Learning di SD Negeri Debong Kidul kelas IV pada

pembelajaran matematika materi bilangan pecahan.


11

1.5.2 Tujuan Khusus

(1) Menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan minat siswa dalam

pembelajaran matematika kelas IV pada materi bilangan pecahan antara yang

menggunakan metode Guided Discovery Learning dengan minat siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran konvensional.

(2) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran matematika kelas

IV pada materi bilangan pecahan antara yang menggunakan metode Guided

Discovery Learning dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan

metode pembelajaran konvensional.

(3) Menganalisis dan mendeskripsikan minat siswa dalam pembelajaran

matematika kelas IV materi bilangan pecahan yang menggunakan metode

Guided Discovery Learning lebih baik daripada pembelajaran yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional.

(4) Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV materi bilangan

pecahan yang menggunakan metode Guided Discovery Learning lebih baik

daripada pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran

konvensional.

1.6 Manfaat Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian eksperimen, diharapkan penelitian ini

memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, selengkapnya yaitu sebagai

berikut:
12

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis yaitu manfaat yang berbentuk teori, manfaat teoritis dalam

penelitian ini yaitu:

(1) Memberikan informasi mengenai metode Guided Discovery Learning dalam

pembelajaran matematika kelas IV materi bilangan pecahan.

(2) Menjadi pedoman dan rujukan bagi guru dan peneliti lain dalam penerapan

metode Guided Discovery Learning di sekolah pada mata pelajaran matematika

materi bilangan pecahan.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat dalam bentuk praktik, yang secara langsung

dapat dilaksanakan, manfaat praktik dalam penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Uraiannya yaitu sebagai berikut:

1.6.2.1 Bagi Siswa

(1) Meningkatnya minat peserta didik dalam pembelajaran metematika pada

materi bilangan pecahan dengan menggunakan metode Guided Discovery

Learning.

(2) Meningkatnya pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran bilangan

pecahan.

(3) Melatih siswa untuk melakukan belajar penemuan.

1.6.2.2 Bagi Guru

(1) Meningkatkan kompetensi guru melalui penerapan metode Guided Discovery

Learning.

(2) Menjadi referensi bagi guru dalam melakukan pembelajaran khususnya

matematika.
13

1.6.2.3 Bagi Sekolah

(1) Penelitian ini bisa berkontribusi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah

dasar dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran

matematika.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai landasan teori, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Selengkapnya sebagai berikut:

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini akan membahas teori-teori mengenai belajar dan

pembelajaran yang meliputi pengertian belajar, pengertian pembelajaran dan faktor

yang memengaruhi belajar, minat belajar, hasil belajar, karakteristik siswa SD,

matematika di SD, kemampuan pemecahan masalah matematika, dan Guided

Discovery Learning.

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus

dalam kehidupan seseorang yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku.

Perubahan perilaku tersebut sebagai hasil dari usaha yang dilakukan dalam

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan (Daryanto, 2010: 2). Perubahan

tingkah laku tersebut bisa berupa perubahan yang bersifat pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Belajar menurut Hamalik (2015: 27) adalah “modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the

modification or strengthening of behavior experiencing)”. Menurut pengertian ini,

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

14
15

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.

Burton (1984) dalam (Siregar dan Nara, 2011: 4) menyatakan belajar

sebagai suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu, karena adanya

interaksi antar individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya,

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara

Slameto (2013: 2) menjelaskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali sifat maupun

jenisnya, karena itu setiap perubahan yang terjadi dalam diri seseorang belum tentu

merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Siregar dan Nara (2011: 4) belajar adalah sebuah proses kompleks

yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu: (1)

bertambahnya jumlah pengetahuan; (2) adanya kemampuan mengingat dan

memproduksi; (3) adanya penerapan pengetahuan; (4) menyimpulkan makna; (5)

menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas; (6) adanya perubahan sebagai

pribadi.

Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses interaksi antar individu dengan lingkungannya. Proses

tersebut berakibat pada berubahnya tingkah laku sebagai hasil pengalaman,

sehingga mampu untuk memaknai dan mengaitkannya dengan realitas.


16

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dalam upayanya memberikan bimbingan. Menurut Setijowati (2013: 2)

“pembelajarn adalah proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru-siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif”.

Selanjutnya Miraso (1993) dalam Siregar dan Nara (2011: 12) menyatakan bahwa

pembelajaran pada hakikatnya merupakan sebuah tindakan dalam usaha pendidikan

yang dilaksanakan dengan cara disengaja dan terencana, dengan tujuan yang telah

ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya

terkendali.

Namun suatu tindakan terencana tidak semua bisa diartikan sebagai suatu

proses pembelajaran, karena pembelajaran sendiri memiliki ciri-ciri khusus. Siregar

dan Nara (2011: 12) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam suatu kegiatan

pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) merupakan usaha sadar dan disengaja; (2)

membelajaran harus membuat siswa belajar; (3) mujuan harus ditetapkan terlebih

dahulu sebelum proses dilaksanakan; (4) melaksanaannya terkendali, baik isinya,

waktu, proses maupun hasilnya.

Selanjutnya, Rifa’i dan Anni (2012: 159) mengartikan pembelajaran sebagai

proses komunikasi dua arah yaitu, antara guru dengan siswa atau siswa dengan

siswa yang lainnya. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal

(lisan), dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan media komputer dalam

pembelajaran. Namun demikian apapun media yang digunakan dalam pembelajaran

itu, esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi.


17

Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu usaha pendidikan yang merupakan seperangkat tindakan

yang disengaja dan direncanakan sebagai suatu kegiatan antara guru dengan siswa.

Kegiatan tersebut merupakan proses komunikasi dua arah antara guru dengan siswa

dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, artinya banyak faktor yang

dapat memengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut bisa menentukan berhasil

atau tidaknya siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan

faktor apa saja yang dapat memengaruhi keberhasilan belajar siswa. Menurut

Suhana (2014: 8) keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya

secara integratif dari setiap faktor pendukungnya.

Slameto (2012: 54-72) menyebutkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi

siswa dalam belajar, faktor-faktor tersebut yaitu faktor intern atau faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar

individu.

2.1.3.1 Faktor Intern

Faktor Intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang

memengaruhi proses belajarnya. Faktor intern ada tiga aspek, yang meliputi: faktor

jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

(1) Jasmaniah

Faktor Jasmaniah adalah faktor intern yang berhubungan dengan kondisi badan

atau fisik seorang individu. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat

tubuh.
18

(2) Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis

seorang individu. Faktor psikologis ini bisa dilihat dari keinginan seorang

individu untuk melakukan sesuatu. Faktor psikologis meliputi intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

(3) Kelelahan

Kelelahan adalah kondisi menurunnya kesehatan seorang individu, baik

jasmani maupun rohani (psikis). Kelelahan jasmani ditunjukkan dengan lemah

lunglaynya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan badan,

sedangkan kelelahan rohani ditandai dengan kelesuan dan kebosanaan,

sehingga tidak ada minat dan dorongan untuk melakukan suatu aktivitas.

2.1.3.2 Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah semua faktor dari luar yang memengaruhi proses

belajar. Faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Uraian

selengkapnya sebagai berikut:

(1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang dialami siswa

dengan kedua orang tuanya. Keberadaan keluarga berpengaruh terhadap proses

belajar siswa. Faktor tersebut meliputi cara mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan.

(2) Sekolah

Sekolah menjadi lingkungan pendidikan pertama yang mengkondisikan siswa

untuk belajar secara intensif. Oleh sebab itu, lingkungan sekolah sangat
19

berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Faktor di lingkungan sekolah yang

memengaruhi belajar siswa meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, serta tugas yang

diberikan guru.

(3) Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan dimana siswa berada. Faktor masyarakat

berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Lingkungan

yang baik akan mendidik anak menjadi anak yang baik dan juga sebaliknya.

Keberadaan lingkungan yang memengaruhi belajar siswa meliputi: kegiatan

siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang

memengaruhi proses belajar berasal dari dua faktor utama yaitu faktor intern yang

berasal dari dalam diri individu dan faktor ekstern yang berasal dari luar individu

atau lingkungan. Fakto-faktor tersebut saling berkaitan dan saling memengaruhi,

sehingga dapat memberikan dampak yang baik atau sebaliknya. Oleh karena itu,

dibutuhkan kerjasama yang baik antar orang tua, sekolah, dan lingkungan

masyarakat, agar siswa dapat mengoptimalkan proses belajarnya.

2.1.4 Minat Belajar

Minat merupakan rasa suka atau hasrat terhadap sesuatu sehingga

menimbulkan keingintahuan, ketertarikan untuk memperolehnya. Minat pada

seseorang menimbulkan semangat dan tindakan untuk melakukan suatu aktivitas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, KUBI, (2002: 744) dalam Suyono dan
20

Hariyanto (2015: 177) “minat didefinisikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu”. Sukardi (1988) dalam Susanto (2013: 57), minat dapat diartikan

sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan seseorang terhadap sesuatu.

Adapun menurut Sudirman (2007) dalam Susanto (2013: 57), minat diartikan

sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri.

Selanjutnya, Tidjan (1976) dalam Suyono dan Hariyanto (2015: 177)

menyatakan bahwa “minat adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek karena timbulnya perasaan senang”. Oleh karena itu

minat sangat penting bagi seseorang untuk menimbulkan perasaan suka, senang dan

tertarik terhadap sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu gejala

psikologis terhadap sesuatu yang ditandai dengan perasaan senang, suka dan

tertarik, karena merasa ada suatu kepentingan terhadap sesuatu itu.

Minat akan selalu terkait dengan kebutuhan seseorang. Kaitannya dengan

belajar, menurut Hansen (1995) dalam Susanto (2013: 57) menyebutkan bahwa

minat belajar siswa memiliki hubungan erat dengan kepribadian, motivasi, ekspresi

dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau

lingkungan. Secara nyata minat merupakan suatu hal yang penting dalam

menentukan arah, dan cara berpikir seseorang dalam aktivitas belajarnya.

Mikarsa (2007: 3.10) berpendapat bahwa minat berkembang melalui proses

belajar, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) minat berkembang sejalan

dengan perkembangan fisik dan mental; (2) minat sangat berpengaruh terhadap

kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan berminat pada permainan lompat tali

apabila anak belum dapat mengkoordinasikan gerak otot-ototnya); (3) minat


21

bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk belajar

bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa di

sekitarnya; (4) perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari

kemampuan fisik, serta mental dan pengalaman sosial anak; (5) minat dipengaruhi

oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga,

guru dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya; (6)

minat dipengaruhi oleh faktor emosi/suasana hati. Jika suasana hati sedang gundah,

minat pada sesuatu juga berkurang, demikian juga sebaliknya. Minat bersifat

egosentris, hal ini dapat dilihat pada anak-anak.

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa,

menurut Susanto (2013: 66) kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan

minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa,

demikian juga sebaliknya. Dengan adanya minat pada diri siswa, maka siswa akan

mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar.

Uraian tersebut memperjelas pentingnya minat dalam belajar siswa, karena

minat dimungkinkan akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar khususnya hasil

belajar siswa, ini dikarenakan ada tidaknya minat siswa terhadap sesuatu dalam

kegiatan belajar itu sendiri. Ini sesuai dengan pendapat Hartono (2005) dalam

Susanto (2013: 67) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar

terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun

metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan

hasil belajar tidak optimal.

Penting bagi guru untuk memunculkan minat siswa terhadap materi yang

disampaikan, karena dengan munculnya minat siswa terhadap pembelajaran, siswa


22

akan tertarik dan rasa keingintahuan siswa akan meningkat, sehingga tujuan

pembelajaran akan mudah tercapai. Slameto (2003) dalam Suyono dan Hariyanto

(2015: 177) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut: (1) mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus; (2) ada rasa suka dan

senang pada sesuatu yang diminati; (3) memperoleh suatu kebanggaan dan

kepuasan pada sesuatu yang diminati; (4) lebih menyukai suatu hal yang menjadi

minatnya daripada yang lainnya; (5) dimanifestasikan melalui partisipasi pada

aktivitas dan kegiatan.

Melihat berbagai ciri minat yang ditimbulkan siswa dalam pembelajaran,

maka membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran menjadi

tugas pokok guru dan mutlak harus dilaksanakan. Siswa menjadi senang terhadap

pembelajaran karena penyajian pembelajaran, oleh karena itu guru harus memiliki

kompetensi yang tinggi dalam penguasaan bahan ajar dan penguasaan kelas, seperti

menggunakan berbagai metode pembelajaran, serta mampu menjaga lingkungan

tempat belajar tetap kondusif.

Pada praktiknya selain kedua hal tersebut, guru juga dapat melakukan cara-

cara parktis untuk membangkitkan minat dan perhatian siswa. Seperti yang

sebutkan Suyono dan Hariyanto (2015: 178) yaitu sebagai berikut:

(1) Selalu berupaya mengkontekstualkan dan menginikan bahan ajar.

(2) Mengetahui gaya belajar siswa pada umumnya sehingga penyajian

pembelajaran telah mengakomodasikan hal ini.


23

(3) Sesekali menyelipkan humor-humor segar terutama yang relevan dengan

bahan ajar atau kondisi pembelajaran. Seorang guru yang kompeten adalah

gudangnya ice breaker, pemecah kebekuan.

(4) Jeda sejenak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kecil.


(5) Selalu berupaya akar kelas terbangun oleh suasana yang dialogis, banyak

terjadi diskusi.

(6) Memberikan pekerjaan rumah yang menantang ... dalam hal ini guru perlu

berdiskusi dengan para siswa.

(7) Melakukan refresing dengan para siswa dalam suatu karya wisata, namun

benar-benar harus ada studi ekskursi di sana ... Tujuan pokoknya adalah

mengkontekstualkan pembelajaran.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan satu aspek yang sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar, hasil belajar menjadi tolok ukur siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang mendidik berupa

perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, fungsional, positif, tetap, bertujuan,

dan komperhensip (Lapono., dkk, 2008: 4-123). Rancangan pembelajaran yang

baik hendaknya mampu memberikan hasil berupa perubahan dalam diri siswa.

Beberapa ciri perubahan dalam diri siswa yang perlu diperhatikan guru menurut

Lapono, dkk (2008: 4-123–4) antara lain: (1) perubahan tingkah laku harus disadari

peserta didik; (2) perubahan tingkah laku dalam belajar bersifat kontinu dan

fungsional; (3) perubahan tingkah laku dalam belajar bersifat positif dan aktif; (4)

perubahan tingkah laku dalam belajar tidak bersifat sementara; (5) perubahan

tingkah laku dalam belajar bertujuan; (6) perubahan tingkah laku mencakup seluruh

aspek tingkah laku.


24

Menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2014: 45) “hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya.” Kemudian Susanto (2013: 5) mendefinisikan “hasil belajar sebagai

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Pernyataan ini

diperkuat oleh Bloom (1956) dalam Sudjana (2011: 22), hasil belajar

diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu sebagai berikut:

(1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

(2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(3) Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerak

refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerak keterampilan kompleks, dan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut perlu diperhatikan oleh guru dalam proses

pembelajaran, dengan demikian guru akan lebih objektif dalam menilai hasil belajar

tiap siswa. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif

siswa, yang dijadikan pedoman atau acuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh treatment yang diberikan terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.
25

2.1.6 Karakteristik Siswa SD

Kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak hanya bagaiman seorang guru

menyampaikan materi pelajaran dengan baik, dan menggunakan metode serta

media yang variatif. Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk mampu

memahami peserta didik, khususnya perkembangan peserta didik, ini penting

karena dengan memahami perkembangan peserta didik, guru akan mudah

menentukan strategi dan pendekatan apa yang harus dipakai dalam kegiatan

pembelajaran, selain itu dengan memahami perkembangan peserta didik, guru bisa

mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan timbul dan mengganggu proses

pembelajaran.

Perkembangan peserta didik khususnya perkembangan kognitifnya,

menurut Piaget (t.t) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 32-5) mencakup empat tahapan

yaitu sebagai berikut:

(1) Tahap Sensori Motorik (0 – 2 tahun), yaitu tahap dimana bayi menyusun

pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensori)

mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mereka

(menggapai, menyentuh).

(2) Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun), yaitu tahap dimana pemikiran lebih

bersifat simbolis, egosentris, dan lebih bersifat intuitif, sehingga tidak

melibatkan pemikiran oprasional.

(3) Tahap Operasional Konkret (7 – 11 tahun), yaitu tahap dimana anak mampu

mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret.

(4) Tahap Operasional Formal (7 – 15 tahun), yaitu tahap dimana anak sudah

mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.


26

Siswa SD berada pada tahap operasional konkret. Untuk mengoptimalkan

dan mengembangkan kemampuan koginitifnya, terutama pembentukan pengertian

dan konsep, dilakukan dengan memberikan pengalaman nyata yaitu menggunakan

benda-benda konkret atau menggunakan media dan alat peraga dalam kegiatan

pembelajaran.

Menurut Hurlock (1990) dalam Kurnia, dkk (2008: 3-7 – 8) konsep pada

anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Konsep bersifat individual. Tidak ada dua anak yang mempunyai kemampuan

kecerdasan dan pengalaman belajar yang persis sama. Namun demikian,

latihan dan nilai-nilai yang serupa akan membimbing anak ke arah konsep yang

serupa.

(2) Perkembangan konsep mengikuti suatu pola seperti konsep baru dikaitkan

dengan yang telah ada, konsep berkembang dari yang sederhana menjadi

kompleks, dari konkret menjadi abstrak, tergantung pada intelegensi anak dan

kesempatan belajar.

(3) Konsep mempunyai hubungan yang bersifat hierarkis yang menunjukkan

adanya kesadaran bahwa benda mempunyai persamaan dan perbedaan.

(4) Konsep berkembang secara bertahap dari sesuatu yang tidak terlalu jelas

menjadi semakin jelas dengan menemukan perbedaannya, tetapi ada juga yang

berkembang dari spesifik menjadi umum dengan cara menemukan persamaan

sesuatu berdasarkan pengalaman.

(5) Konsep mempunyai muatan emosional khususnya saat arti baru dan arti lama

digabungkan.
27

(6) Konsep sering bertahan terhadap perubahan sampai ditemukan konsep baru

yang lebih baik dan memuaskan.

(7) Konsep memengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan penyesuaian diri

pribadi dan sosial.

Berdasarkan penjelasan karakteristik siswa SD tersebut, dapat disimpulkan

bahwa rancangan pembelajaran yang hendak dilaksanakan oleh guru harus

memperhatikan karakteristik siswa, khususnya siswa SD yang sedang dalam tahap

operasional konkret, mereka masih perlu membangun sebuah konsep dan

pengertian melalui pengalaman nyata berupa benda-benda konkret yang ada di

sekitar mereka. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif

guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.7 Matematika

Matematika adalah ilmu hitung yang sangat dekat dengan kehidupan serta

fungsinya sangat penting dalam setiap aktifitas sehari-hari. Nasution (1980) dalam

Karso, dkk (2009: 1.39) menjelaskan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa

Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya mempelajari, namun diduga

kata itu ada hubungannya dengan bahasa Sansekerta yaitu “medha” atau “widya”

yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

Menurut Jannah (2011: 17 dan 19) “matematika adalah ilmu hitung atau

ilmu tentang perhitungan angka-angka untuk menghitung berbagai benda atau yang

lainnya, matematika berkembang mulai dari operasi hitung biasa, meningkat ke

ilmu aljabar, hingga perhitungan-perhitungan rumit kalkulus”. Kemudian Susanto

(2013: 185) menjelaskan bahwa “matematika merupakan salah satu disiplin ilmu

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan


28

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta

memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”

Selanjutnya Ruseffendi (1989) dalam Karso, dkk (2009: 1.39), menyatakan

“matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah

dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering

disebut ilmu deduktif.”

James (1976) dalam Jannah (2011: 26) mendefinisikan matematika sebagai

ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis, dan geometri. Adapun menurut Reys, dkk (1984) dalam Jannah

(2011: 26), “matematika diartikan sebagai analisis suatu pola dan hubungannya,

suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.”

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu hitung yang mempelajari bilangan, memiliki konsep-konsep berkenaan

dengan kebenaran yang dapat dibuktikan secara logika sehingga mampu untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi dalam menyelesaikan

masalah sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2.1.8 Pembelajaran Matematika di SD

Matematika adalah mata pelajaran yang harus ada dalam pembelajaran

khususnya di sekolah dasar, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32

tahun 2013, Matematika merupakan salah satu muatan pembelajaran dalam struktur

kurikulum SD/MI, SDLB, dan sederajat. Ini karena matematika merupakan satu
29

mata pelajaran membiasakan siswa untuk berpikir kritis serta kreatif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan.

Aisyah, dkk (2007: 1-4) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan

belajar matematika. Kemudian Susanto (2013: 186-7) menyatakan bahwa

“pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar belajar mengajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang

baik terhadap materi matematika.”

Mathematical Science Education Board – National Research Councli

(1990) dalam Wijaya (2012: 7) merumuskan empat macam tujuan pendidikan

matematika, yaitu: tujuan praktis (practical goal), tujuan kemasyarakatan, tujuan

profesional (professional goal), tujuan budaya (cultural goal). Uraian selengkapnya

sebagai berikut:

2.1.8.1 Tujuan Praktis

Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa untuk

menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan

kehidupan sehari-hari.

2.1.8.2 Tujuan Kemasyarakatan

Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara

aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan. Tujuan kemasyarakatan


30

menunjukan bahwa tujuan pendidikan matematika tidak hanya mengembangkan

kemampuan kognitif siswa, tetapi juga aspek afektif siswa. Pendidikan matematika

seharusnya bisa mengembangkan kemampuan sosial siswa, khususnya kecerdasan

intrapersonal.

2.1.8.3 Tujuan Profesional

Pendidikan matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk terjun ke

dunia kerja. Tujuan pendidikan ini memang dipengaruhi oleh pandangan

masyarakat secara umum yang sering menempatkan pendidikan sebagai alat untuk

mencari pekerjaan.

2.1.8.4 Tujuan Budaya

Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya. Oleh

karena itu, pendidikan matematika perlu menempatkan matematika sebagai hasil

kebudayaan manusia dan sekaligus sebagai suatu proses untuk mengembangkan

suatu kebudayaan.

Selanjutnya Aisyah, dkk (2007: 1.4) menyatakan lima tujuan matematika di

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI), agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.


31

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah suatu kegiatan pembelajaran

yang dirancang oleh guru di tingkat sekolah dasar, memiliki tujuan tertentu yang

telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh

siswa.

2.1.9 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah merupakan suatu strategi kognitif yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari termasuk para siswa dalam kegiatan pembelajaran

(Surya, 2015: 137). Kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran, meliputi

bagaiman siswa mampu menyelesaikan tugas pembelajaran, ini sangat penting bagi

siswa yang sedang berupaya menata masa depannya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wena (2014: 53) yang menyatakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli

pembelajaran sependapat bahwa bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam

batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan

(Suharsono, 1991 dalam Wenna, 2014: 53).


32

Menurut NCTM (2000) dalam Budhayanti, dkk (2008: 9-3) memecahkan

masalah berarti menemukan cara atau jalan untuk mencapai tujuan atau solusi yang

tidak dengan mudah menjadi nyata. Selanjutnya, Poyla (1975) dalam Hudojo

(2005: 76) menyatakan bahwa, pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk

mencari jalan keluar dari kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dengan segera

dapat dicapai. Kemudian Jhon Dawey (1910) dalam Surya (2015: 138)

mendefinisikan “pemecahan masalah sebagai suatu proses yang disadari dan

dibangun oleh suatu tahapan yang terjadi secara alami”.

Wankat dan Oreovocz (1995) dalam Wena (2014: 53) mengklasifikasikan

lima tingkat taksonomi pemecahan masalah, yaitu rutin, diagnostik, strategi,

interpretasi, dan generalisasi. Uraian selengkapnya sebagi beikut:

2.1.9.1 Rutin

Tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilaksanakan tampa membuat

suatu keputusan. Beberapa operasi matematika seperti persamaan kuadrat, operasi

integral, analisis varian, termasuk masalah rutin.

2.1.9.2 Diagnostik

Pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin. Beberapa rumus

yang digunakan dalam menentukan tegangan suatu balok, dan diagnosis adalah

memilih prosedur yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

2.1.9.3 Strategi

Pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah. Strategi

merupakan bagian dari tahap analisis dan evaluasi dalam taksonomi Bloom.

2.1.9.4 Interpretasi

Kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya, karena melibatkan

kegiatan mereduksi masalah yang nyata, sehingga dapat dipecahkan.


33

2.1.9.5 Generalisasi

Pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-

masalah yang baru.

Selanjutnya Polya (1973) dalam Hudojo (2005: 128) mengklasifikasikan

masalah khususnya dalam matematika menjadi dua macam yaitu:

(1) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret,

termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah ini yaitu menentukan hal yang

dicari, data yang diketahui, dan syarat mengetahui masalah.

(2) Masalah untuk membuktikan yaitu untuk menunjukkan bahwa suatu

pernyataan itu benar atau salah. Bagian utama dari masalah jenis ini merupakan

hipotesis atau konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan

kebenarannya.

Pemecahan masalah dalam matematika melibatkan metode dan cara

penyelesaian yang tidak standar dan tidak diketahui terlebih dahulu, untuk mencari

penyelesaiannya para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui

proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru

(Turmudi, 2009: 29). Penyelesaian masalah dalam matematika bukan hanya tujuan

akhir dalam sebuah pembelajaran, melainkan sebagai suatu aktivitas proses yang

menjadi bagian terpenting dalam pembelajaran matematika. Siswa harus memiliki

kesempatan sesering mungkin untuk memformulasikan, menyentuh, dan

menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang mensyaratkan sejumlah usaha

yang bermakna dan harus mendorong siswa untuk berani merefleksikan pikiran

mereka (Turmudi, 2009: 29).


34

Jhon Dewey (1910) dalam Surya (2015: 138-9) mengemukakan model

tentang pemecahan masalah mencakup lima langkah dasar yang berupa

keterampilan yang dapat diajarkan. Kelima langkah itu adalah:

(1) Pernyataan masalah sebagai refleksi kesadaran adanya masalah yang dihadapi.

(2) Merumuskan masalah sebagai identifikasi hakikat masalah dan hambatan yang

penting dalam solusinya.

(3) Mengembangkan hipotesis, yaitu mengembangkan satu atau lebih alternetif

solusi yang diusulkan untuk memecahkan masalah.

(4) Menguji hipotesis untuk menetapkan solusi yang dipandang paling tepat.

(5) Memilih hipotesis yang terbaik, yaitu menetapkan alternatif yang paling tepat

untuk diterapkan dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahannya.

Selanjutnya Wankat dan Oreovocz (1995) dalam Surya (2015: 57-8)

mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah

sebagai berikut:

(1) Saya mampu/bisa (I can): tahap membangkitkan motivasi dan membangun

/menumbuhkan keyakinan diri siswa.

(2) Mendefinisikan (Define): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak

diketahui, menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.

(3) Mengeksplorasi (Explore): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi

permasalahan yang dihadapi.

(4) Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk

menganalisis masalah dan menggunakan flowchart untuk menggambarkan

permasalahan yang dihadapi.


35

(5) Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk

memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

(6) Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali

jawaban yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.

(7) Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan:

apa yang telah saya pelajari dalam pokok bahasan ini? Bagaimanakah agar

pemecahan masalah yang dilakukan bisa lebih efisien? Jika pemecahan

masalah yang dilakukan masih kurang benar, apa yang harus saya lakukan?

Dalam hal ini dorong siswa untuk melakukan umpan balik/refleksi dan

mengoreksi kembali kesalahan yang mungkin ada.

Kemudian Budhayanti (2008: 9-9 – 10) menjelaskan langkah-langkah

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Poyla (1975) yaitu sebagai berikut:

(1) Memahami masalah

Pemecahan masalah harus dapat menentukan apa yang diketahui dan

ditanyakan. Dengan mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan, maka

proses pemecahan masalah akan mempunyai arah yang jelas.

(2) Merencanakan cara penyelesaian

Pemecahan masalah harus dapat menemukan hubungan data dengan yang

ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema atau konsep-konsep yang telah

dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi.


36

(3) Melaksanakan rencana

Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah

direncanakan itu dilaksanakan. Langkah menyelesaikan masalah harus

dikoreksi supaya tidak ada yang keliru. Hasil yang diperoleh juga harus diuji.

(4) Melihat kembali

Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh merupakan

bagian terpenting dari proses pemecahan masalah. Alternatif proses pemecahan

masalah tidak boleh terabaikan. Oleh karena itu, pemecahan masalah perlu

melihat kembali proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan cara atau

prosedur tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Dalam upaya

memecahkan masalah diperlukan pengetahuan mengenai jenis masalah yang

dihadapi dengan demikian selanjutnya dapat dipilih cara atau prosedur yang tepat

untuk memecahkan masalah tersebut. Kemampuan dalam memilih dan

menentukan cara yang tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk

menemukan suatu jawaban atas masalah yang dihadapi disebut sebagai kemampuan

pemecahan masalah.

2.1.10 Guided Discovery Learning

Lavine (2012), The word “discover” comes from the Late Latin word

discooperire, to discover, reveal, defined as to be the first to find out, see or know

about, find out, learn of the existence of, or realize. Makna dari pernyataan tersebut

yaitu, kata “discover” berasal dari bahasa latin yaitu “discooperire”, untuk

menemukan, menyatakan, didefinisikan sebagai yang pertama untuk mencari tahu,


37

melihat atau mengetahui sesuatu, mencari tahu, belajar dari keadaan atau kesadaran.

Sund (1975) dalam Suryosubroto (2009: 179) berpendapat bahwa “discovery adalah

proses mental di mana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip”.

Proses mental tersebut misalnya: mengamati, mengolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Selanjutnya Lavine, (2012) menyatakan “Guided discovery learning is based upon

the discovery learning model, which also forms the basis of problembased learning,

simulation-based learning, and casebased learning, terms which are similar in

origin but not identical to guided discovery learning”. Maksud dari pernyataan

tersebut yaitu Guided discovery learning didasarkan pada model belajar penemuan,

yang juga berdasarkan pada pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis

simulasi, dan pembelajaran berbasis kasus, bersumber dari hal yang sama tetapi

tidak sama dengan pembelajaran penemuan terbimbing.

Kemudian Tujuan metode discovery menurut Abimanyu, dkk (2008: 7-10)

yaitu sebagai berikut:

(1) Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

(2) Untuk mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan

pembelajaran.

(3) Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak

bosan.

(4) Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan

sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan tahan lama dalam

ingatan, dan tidak mudah dilupakan.


38

2.1.10.1 Kelebihan Metode Guided Discovery Learning

Metode Guided Discovery Learning memiliki kelebihan dan kekurangan,

sehingga perlu dipahami dalam menerapkan metode tersebut. Menurut

Suryosubroto (2009: 185) menyebutkan kelebihan dari metode penemuan sebagai

berikut:

(1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan

dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu

dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan

datang dari usaha untuk menemukan; jadi seseorang belajar bagaimana belajar

itu.

(2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin

merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman

dalam pengertian;retensi dan transfer.

(3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa

merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-

kadang kegagalan.

(4) Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai

dengan kemampuannya sendiri.

(5) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga

ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit

pada suatu proyek penemuan khusus.

(6) Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat

memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.


39

(7) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka

dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi

teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang “jawaban”nya belum

diketahui sebelumnya.

(8) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk

menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

2.1.10.2 Kekurangan Metode Guided Discovery Learning

Adapun kelemahan Guided Discovery Learning menurut Suryosubroto

(2009: 186) yaitu sebagai berikut:

(1) Dipersyaratkan keharusan adanya kesiapan mental untuk cara belajar ini.

Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya

mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau

menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek, atau

dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa

yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan

menimbulkan frustasi kepada siswa yang lain.

(2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian

besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-

teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

(3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan

siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

(4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan

diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan


40

diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan

emosional sosial secara keseluruhan.

(5) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba

ide-ide mungkin tidak ada.

(6) Strategi ini mungkin tidak akan memberikan kesempatan untuk berpikir

kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi

terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses dibawah

pembinaannya.

Menurut Abimanyu, dkk (2008: 7-10) alasan digunakan metode penemuan

dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: (1) Memungkinkan untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) Pengetahuan yang ditemukan sendiri

melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan /

ditransfer dalam situasi lain; (3) Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah

yang sangat berguna dalam kehidupannya; (4) Siswa dibiasakan berpikir analitis

dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan

masyarakat.

Selanjutnya Abimanyu, dkk (2008: 7-12) menyebutkan langkah-langkah

yang harus dilakukan dalam penggunaan metode discovery, yaitu sebagai berikut:

(1) Kegiatan Persiapan

Kegitan persiapan meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa

(need assessment), merumuskan tujuan pembelajaran. menyiapkan problem

(materi pelajaran) yang akan dipecahkan dan menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan.
41

(2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan

Kegiatan Pembukaan meliputi: kegiatan apersepsi, memotivasi,

mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti meliputi: mengemukakan problema yang akan dipecahkan,

diskusi pengarahan mengenai pelaksanaan penemuan/pemecahan problema

yang telah ditetapkan, memberikan arahan petunjuk kepada siswa, merangsang

terjadinya interaksi dan menganalisis serta pelaporan atau presentasi.

Kegiatan Penutup meliputi: membuat rangkuman, melakukan evaluasi, dan

melakukan tindak lanjut.

2.1.11 Bilangan Pecahan

Pecahan merupakan suatu bilangan yang memuat pasangan berurutan

bilangan bulat misal p dan q dengan syarat p tidak sama dengan 0 (Muhsetyo, 2011:

4.5). Operasi hitung bilangan pecahan bisa meliputi penjumlahan, pengurangan,

pembagian dan perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam

menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan

dijelaskan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian

menggunakan operasi hitung bilangan pecahan.

1. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong

menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik ke

rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue.

a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?

b. Berapa bagian kue yang masih tersisa?


42

Penyelesaian:
Diketahui:
 Kue dibagi menjadi 16 potong.
 Ema memakan 2 potong kue.
 Menik memakan 2 potong kue.
Ditanyakan:
a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
b. Berapa bagian kue yang masih tersisa?
Jawab:
2
a. Ema makan 16 bagian kue.
2
Menik makan 16 bagian kue.
2 2 2+2 4 1
+ 16 = = 16 = 4
16 16
1
Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik 4 bagian.
1
b. Kue yang dimakan Ema dan Menik 4 bagian.
1 4 1 3
Sisa kue = 1 - 4 = 4 - 4 = 4
3
Jadi, kue yang masih tersisa ada 4 bagian.
8
2. Ayah Marbun mengecat kayu yang panjangnya 10 meter dengan warna hijau dan
1
kuning. Sepanjang meter dicat berwarna hijau. Berapa meter panjang kayu
2

yang dicat kuning?


Penyelesaian:
Diketahui:
8
 Panjang kayu 10 meter.
1
 Dicat hijau sepanjang 2 meter.

Ditanyakan: Panjang kayu yang dicat kuning?


Jawab:
8 1 8 5 3
- 2 = 10 - 10 = 10
10
3
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah 10 meter.
43

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang pernah dilaksanakan dalam penerapan Guided

Discovery Learning, pertama, yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh Istiqomah

(2014) dari Universitas Lampung Bandar Lampung berjudul “Penerapan Model

Guided Discovery Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Siswa.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model guided discovery

learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat

dari persentase motivasi siswa pada siklus I (52,63%), pada siklus II (84,21%)

meningkat sebesar 31,58%. Persentase hasil belajar kognitif siswa pada siklus I

(63,16%), pada siklus II (84,21%) meningkat sebesar 21,05%.nilai rata-rata

motivasi dan hasil belajar siswa menunjukkan kategori baik.

(1) Penelitian Istiqomah memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu meneliti

pengaruh penerapan Guided Discovery Learning terhadap pembelajaran di

sekolah.

(2) Perbedaan penelitian Istiqomah dengan penelitian ini, yaitu Istiqomah meneliti

motivasi belajar dan hasil belajar secara keseluruhan pada pembelajaran

tematik.

Penelitian kedua dilakukan oleh Qorri’ah (2011) dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Penggunaan Metode Guided

Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok

Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

siswa pada kelompok eksperimen untuk skor pretest pemahaman konsep diperoleh

sebesar 35% dan pencapaian indikator pemahaman konsep yang diperoleh siswa
44

untuk skor posttest pemahaman konsep diperoleh sebesar 72% (gain= 0,57).

Sedangkan pencapaian indikator pemahaman konsep pada kelompok kontrol untuk

skor pretest pemahaman konsep diperoleh sebesar 34% dan pencapaian indikator

pemahaman konsep yang diperoleh siswa untuk skor posttest pemahaman konsep

diperoleh sebesar 62% (gain=0,42). Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian

indikator pemahaman konsep yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen

lebih tinggi dari pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada kelompok

kontrol. Artinya, pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada kelompok

eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan pencapaian indikator pemahaman

konsep siswa pada kelas kontrol.

(1) Persamaan penelitian yang dilakukan Qorri’ah dengan penelitian ini, yaitu

penerapan metode guided discovery learning pada pembelajaran matematika.

(2) Perbedaan penelitian Qorri’ah dengan penelitian ini, yaitu peningkatan konsep

siswa dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Haris (2015) dari Universitas Negeri

Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Pengaruh Model Guided Discovery

Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Negeri

Karangpandan Tahun Pelajaran 2013/ 2014.” Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa terdapat pengaruh penerapan model guided discovery learning terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran

2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan model guided discovery learning

berpengaruh (Sig.0,000< 0,05) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa


45

ditunjukan dengan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 64,62 dan kelas kontrol

sebesar 56,32.

(1) Penelitian Haris memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu mengetahui

pengaruh penerapan guided discovery learning pada pembelajaran.

(2) Perbedaan penelitian Haris dengan penelitian ini, yaitu penelitiannya

difokuskan pada kemampuan berfikir kritis siswa dan sampel penelitiannya

yaitu siswa SMA.

Penelitian keempat dilakukan oleh Sumanirti, dkk (2014) dari Universitas

Pendidikan Ganesha dengan judul “Pengaruh Model Guided Discovery Learning

Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Di SD Gugus VII Kecamatan

Sawan Tahun Pelajaran 2013/2014.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model guided discovery learning dan kelompok siswa yang

dibelajar dengan model pembelajaran konvensional. Besarnya t-hitung adalah 2,92

sedangkan t-tabel dengan db = 47 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,67793. Hal ini

berarti, thitung lebih besar dari ttabel (2,92>1,67793) sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Dengan demikian, model guided discovery learning berpengaruh terhadap

hasil belajar IPA yang diperoleh pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di

Gugus VII Kecamatan Sawan.

(1) Persamaan penelitian Sumanirti, dkk dengan penelitian ini, yaitu mengetahui

pengaruh guided discovery learning terhadap pembelajaran di sekolah dasar.

(2) Perbedaannya terletak pada mata pelajaran dan variabel hasil belajar, dalam

penelitiannya Sumanirti, dkk melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA.


46

Penelitian kelima dilakukan oleh Dwiguna (2013) dari Universitas

Pendidikan Indonesia dengan judul “Perbandingan Penggunaan Model Guided

Inquiry (Inquiri Terbimbing) dan Model Guided Discovery Learning untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika.” Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa kedua model tersebut memberikan peningkatan

terhadap prestasi belajar siswa dengan perolehan skor gain ternormalisasi sebagai

berikut, untuk kelas eksperimen guided inquiry sebesar 0,71 (kategori tinggi), kelas

eksperimen guided discovery learning sebesar 0,52 (kategori sedang), kelas kontrol

0,37 (kategori sedang). Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa kedua model tersebut ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

lebih baik dibandingkan jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Kemudian dari

kedua model tersebut ternyata model pembelajaran guided inquiry lebih

meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan jika dibandingkan

pembelajaran guided discovery learning. Hal ini dapat dilihat dari perolehan uji-t

dari kedua kelas tersebut, yaitu thitung =3,67 > ttabel =2,66.

(1) Persamaan penelitian Dwiguna dengan penelitian ini, yaitu penggunaan guided

discovery learning pada pembelajaran.

(2) Perbedaan penelitian Dwiguna dengan penelitian ini, yaitu Dwiguna

melakukan penelitian komparasi, membandingkan dua model pembelajaran

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Penelitian keenam dilakukan oleh Sulistiyaningsih (2013) dari Universitas

Muria Kudus dengan judul penelitian “Penerapan Model Guided Discovery

Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Jaring Jaring


47

Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SD N 7 Klumpit Tahun Pelajaran 2012/2013.”

Penelitian ini menunjukan bahwa Hasil yang diperoleh dari penelitian tindakan

kelas ini meliputi hasil belajar siswa tuntas dengan persentase siklus I sebesar 60%

dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 90%. Sedangkan psikomotor

belajar siswa diperoleh 3,2 pada siklus I dengan kategori sedang dan meningkat

menjadi 4,0 pada siklus II dengan kategori baik. Afektif belajar siswa sebesar 3,4

pada siklus I dengan kategori sedang dan meningkat menjadi 3,9 pada siklus II

dengan kategori baik. Keterampilan mengajar peneliti dengan menggunakan model

pembelajaran guided discovery learning diperoleh 3,1 pada siklus I dan meningkat

menjadi 3,8 pada siklus II. Simpulan dari hasil penelitian tersebut, bahwa hasil

belajar siswa kelas V SD N 7 Klumpit dapat meningkat setelah diterapkannya

model pembelajaran guided discovery learning. Saran setelah dilakukan penelitian

ini ialah guru harus dapat memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk banyak terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

(1) Persamaan penelitian Sulistiyaningsih dengan penelitian ini, yaitu penerapan

guided discovery learning dalam pembelajaran matematika.

(2) Perbedaan penelitian Sulistiyaningsih dengan penelitian ini, yaitu variabel

hasil belajar dan materi bangun ruang pada siswa kelas V SD.

Seventh, Limin, Dooren, and Verschaffel (2013) from Shenyang Normal

University China and Katholieke Universiteit Leuven Belgium. A research about

“The Relationship between Students’ Problem Posing and Problem Solving


48

Abilities and Beliefs: A Small-Scale Study with Chinese Elementary School

Children”. Results revealed strong correlations between pupils’ problem posing

and problem solving abilities and beliefs, and their general mathematical abilities.

Ketujuh, Limin, Dooren, dan Verschaffel (2013) dari Universitas Normal

Shenyang Cina dan Universitas Katolik Leuven Belgium. Penelitian ini tentang

“Suatu Hubungan antara Problem Posing dan Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Keyakinan: Studi Skala Kecil dengan Siswa Sekolah Dasar Cina.” Hasil

penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat antara problem posing siswa

dan kemampuan pemecahan masalah dan keyakinan, dan kemampuan umum

matematika mereka.

(1) Persamaan penelitian Limin, Dooren, dan Verschaffel terletak pada variabel

kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar.

(2) Perbedaan penelitiannya terletak pada jenis penelitian yang dilakukan, Limin,

Dooren, dan Verschaffel melakukan penelitian untuk mencari hubungan

Problem Posing dan Kemampuan Pemecahan Masalah serta Keyakinan.

Eighth, Akanmu, et al (2013) from University of Ilorin, the research about

“Guided discovery Learning Strategy and Senior School Students Performance in

Mathematics in Ejigbo, Nigeria”. The concern of this study was to investigate the

effect of guided-discovery learning strategy on students performance in

Mathematics alongside influence of gender and scoring levels ability of the

students. Results revealed a significant difference in favour of those exposed to

guided-discovery learning strategy compared to those not taught using guided-

discovery learning strategy.


49

Kedelapan, Akanmu, dkk (2013) dari Universitas Lorin. Penelitian ini

tentang “Strategi Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Prestasi atau hasil

belajar siswa sekolah menengah atas dalam matematika di Ejigbo,

Nigeria.”Perhatian penelitian ini untuk menyelidiki pengaruh dari strategi guided

discovery learning pada prestasi siswa dalam matematika dengan pengaruh jenis

kelamin dan tingkat skor kemampuan siswa. Hasil penelitian ini menunjukan

adanya perbedaan yang signifikan antara mereka yang pembelajarannya

menggunakan strategi pembelajaran penemuan terbimbing dibandingkan mereka

yang pembelajarannya tidak menggunakan strategi pembelajaran penemuan

terbimbing.

(1) Persamaan penelitian Akanmu dengan penelitian ini, yaitu mengetahui

pengaruh guided discovery learning terhadap pembelajaran matematika.

(2) Perbedaan penelitian Akanmu, terletak pada variabel prestasi belajar dan

penelitiannya dilakukan pada siswa menengah atas (SMA).

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak mudah untuk diajarkan

kepada siswa. Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari dan

memahami matematika, sifat matematika yang abstrak, bertolak belakang dengan

perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional

konkret. Hal ini menjadi alasan siswa kurang berminat untuk belajar matematika,

siswa akan cepat bosan bahkan malas mengikuti pembelajaran matematika. Padahal

matematika sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan berpikir siswa khususnya

kemampuan memecahkan masalah.


50

Oleh karena itu, perlu suatu metode pembelajaran yang mampu untuk

membangkitkan keinginan atau minat siswa terhadap pembelajaran matematika,

karena dengan minat yang baik siswa akan merasa senang, tertarik dan tidak

terbebani dengan pembelajaran. Minat yang timbul dalam diri siswa menjadikannya

lebih bertanggung jawab, dengan demikian materi yang diajarkan guru dengan

mudah dipahami siswa. Selain itu, penggunaan metode pembelajaran yang tepat,

dapat membantu siswa dalam proses belajar matematika, sehingga siswa tidak

kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan suatu permasalahan dalam

matematika, karena siswa mendapatkan arahan dan bimbingan guru.

Metode guided discovery learning merupakan salah satu metode

pembelajaran yang efektif diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Metode

ini memiliki ciri khusus, yaitu guru memberikan suatu permasalahan tetapi, guru

juga berperan sebagai guide (pemandu) atau pembimbing, yang memberikan

intruksi, contoh dan petunjuk untuk siswa dalam upaya mereka memecahkan

permasalahan yang diberikan. Dengan demikian kegiatan ini menjadi suatu latihan

yang baik untuk siswa dalam kegiatan pemecahan masalah.

Hasil studi pendahuluan dengan guru kelas IV A dan guru kelas IV B SD

Negeri Debong Kidul, mengenai pembelajarna matematika yang guru ajarkan di

kelas tersebut, ditemukan masalah yaitu kurangnya kemampuan dalam

menyelesaikan masalah matematika, khususnya dalam proses penyelesaian soal

cerita, siswa masih kebingungan dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian

yang benar, kemampuan berhitung khususnya perkalian dan pembagaian yang

masih rendah dan ketertarikan atau minat yang rendah terhadap pembelajaran

matematika, karena masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.


51

Hal itu yang membuat peneliti tertarik mengujikan metode guided discovery

learning pada pembelajaran matematika di SD Negeri Debong Kidul. Peneliti akan

membandingkan minat dan kemampuan pemecahan masalah matematika antara

dua kelas yang sebelumnya telah ditetapkan, yaitu kelas eksperimen menggunakan

metode guided discovery learning dan kelas kontrol dengan metode pembelajaran

konvensional. Adanya perbedaan minat dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang ditunjukkan dari hasil penelitian, diharapkan mampu

memberikan refrensi bagi guru untuk mengatasi masalah yang timbul dalam

pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian kerangka berfikir tersebut, dapat

digambarkan alur pemikiran seperti bagan 2.1 berikut ini:

Pembelajaran Matematika di kelas IV SDN


Debong Kidul Materi Bilangan Pecahan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Metode Metode
Guided Discovery Learning Pembelajaran Konvensional

Minat dan Kemampuan Minat dan Kemampuan


Pemecaahan Masalah Pemecaahan Masalah
Matematika Matematika

Dibandingkan

Hipotesis
Ada atau tidak perbedaan minat dan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas IV pada materi bilangan pecahan
antara yang proses pembelajarannya menerapkan Guided
Discovery Learning dengan yang menerapkan pembelajaran
konvensional.
Efektif atau tidak penerapan
Bagan 2.1 Guided Discovery
Kerangka BerpikirLearning terhadap
minat dan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas IV
materi bilangan pecahan.
52

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, hipotesis penelitiannya yaitu

sebagai berikut:

(1) Ho1 : Tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa kelas IV pada mata

pelajaran matematika materi bilangan pecahan, antara yang proses

pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery Learning dengan

yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ho: µ1 = µ2

(2) Ha1 : Terdapat perbedaan minat belajar minat belajar siswa kelas IV pada mata

pelajaran matematika materi bilangan pecahan, antara yang proses

pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery Learning dengan

yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ha : µ1 ≠ µ2

(3) Ho2 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas IV, pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan

antara yang proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery

Learning dengan yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ho: µ1 = µ2

(4) Ha2 : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

kelas IV, pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan antara yang

proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery Learning

dengan yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ha : µ1 ≠ µ2
53

(5) Ho3 : Metode Guided Discovery Learning tidak efektif terhadap minat belajar

siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

Ho: µ1 ≤ µ2

(6) Ha3 : Metode Guided Discovery Learning efektif terhadap minat belajar siswa

kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

Ha : µ1 > µ2

(7) Ho4 : Metode Guided Discovery Learning tidak efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan.

Ho: µ1 ≤ µ2

(8) Ha4 : Metode Guided Discovery Learning efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan.

Ha : µ1 > µ2
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas mengenai desain penelitian, variabel penelitian,

populasi dan sempel, waktu dan tempat, data penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, teknik analisis data, pedoman penelitian, sistematika skripsi,

dan jadwal penelitian. Pembahasan selengkapnya yaitu sebagai berikut:

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental

dikarenakan peneliti tidak bisa mengontrol variabel-variabel luar yang berpengaruh

terhadap penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 114), desain quasi experimental

mempunyai kelompok kontrol, tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan experimen. Ada

dua jenis desain penelitian quasi experimental yang salah satunya nonequivalen

control group desain. Menurut Sugiyono (2014: 116), desain nonequivalen control

group desain hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya

pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih

secara random.

Desain penelitian quasi experimental dengan jenis desain penelitian

nonequivalen control group desain, menurut Sugiyono (2014: 116) dapat

digambarkan dengan rumus sebagai berikut:

54
55

O1 X O2

O3 O4

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 = Keadaan awal kelas eksperimen

O3 = Keadaan awal kelas kontrol

X = Perlakuan yang diberikan, yaitu penerapan Guided Discovery Learning

O2 = Hasil atau keadaan kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan

O4 = Hasil atau keadaan kelas kontrol tanpa diberi perlakuan

(Sugiyono, 2014: 116).

Berdasarkan desain penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa, penelitian

dilakukan dengan memberikan tes awal kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen

untuk mengetahui keadaan awal masing-masing kelas, kemudian dilaksanakan

kegiatan pembelajaran. Kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan

penerapan Guided Discovery Learning dalam pembelajaran, sedangkan kelas

kontrol tidak diberikan perlakuan, kelas kontrol menggunakan metode

pembelajaran konvensional.

Setelah pembelajaran selesai, dilakukan test akhir yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan minat belajar dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa, antara kelas yang mendapat perlakuan atau kelas eksperimen

dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan atau kelas kontrol.selain itu test awal

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Guided Discovery Learning

terhadap pembelajaran.
56

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti. Kegiatan penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Uraian

lengkapnya mengenai tahap penelitian yaitu sebagai berikut:

3.2.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti,

kegiatan ini dilaksanakan sebelum melakukan penelitian. Tahapannya yaitu sebagai

berikut:

(1) Mengajukan topik penelitian, pada tahap ini peneliti mengajukan tiga buah

topik penelitian dengan tiga bidang kajian yang berbeda ke lembaga PGSD

UNNES UPP Tegal. Setelah diseleksi oleh tim ahli, terpilih satu topik yang

dianggap paling baik untuk diangkat sebagai topik penelitian. Topik yang

terpilih untuk penelitian tersebut berjudul “Pengaruh Guided Discovery

Learning terhadap Minat dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas IV SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal”.

(2) Menentukan tempat penelitian, yaitu di SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal.

(3) Melakukan observasi dan wawancara tidak terstruktur, observasi dilakukan di

dalam kelas guna mengetahui kondisi kegiatan pembelajaran dan kegiatan

wawancara tidak tersetruktur dilakukan dengan guru kelas IV A dan B SD

Negeri Debong Kidul Kota Tegal, guna memperoleh informasi mengenai

permasalahan yang pernah guru hadapi dalam kegiatan pembelajaran.


57

(4) Menentukan populasi, berdasarkan data awal yang telah diperoleh dari guru

kelas, peneliti menentukan populasi sejumlah 72 siswa yang meliputi 36 siswa

kelas IV A dan 36 siswa kelas IV B.

(5) Menentukan sampel, sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan teknik sampel jenuh, artinya seluruh populasi dijadikan sebagai

sampel penelitian. Teknik sampel jenuh digunakan karena jumlah populasi

kurang dari 100, oleh sebab itu guna memperoleh sampel yang representatif

peneliti menjadikan semua populasi sebagai sampel penelitian.

(6) Mengajukan proposal penelitian, pada tahap ini peneliti membuat proposal dan

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, selanjutnya mengajukan proposal

penelitian tersebut kepada lembaga PGSD UPP Tegal.

(7) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tahap ini dilaksanakan

untuk melakukan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

RPP yang dibuat disesuaikan dengan materi dan silabus pembelajaran.

(8) Membuat butir uji coba angket minat belajar siswa, sebelum membuat angket

uji coba minat belajar, peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Peneliti

membuat angket minat belajar mengacu pada dimensi-dimensi minat belajar.

Angket minat belajar tersebut berisi butir-butir yang akan diamati untuk

mengukur minat siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya dilakukan uji coba

kepada siswa kelas IV SD Negeri Debong Kulon. Uji coba ini bertujuan untuk

mendapatkan butir angket yang valid dan reliabel.


58

(9) Membuat butir soal uji coba kemampuan pemecahan masalah matematika,

tahap ini peneliti membuat soal uji coba dengan membuat kisi-kisi terlebih

dahulu. Pembuatan soal memperhatikan tampilan dan isi soal yang kemudian

diuji oleh tim ahli. Selanjutnya soal diujicobakan kepada siswa kelas IV SD

Negeri Debong Kulon. Uji coba ini bertujuan untuk mendapatkan soal yang

valid dan reliabel.

(10) Membuat lembar pengamatan metode pembelajaran, ini bertujuan untuk

memastikan bahwa metode yang digunakan untuk penelitian dilaksanakan

dengan baik, sesuai dengan langkah-langkah metode Guided Discovery

Learning.

(11) Mengurus perijinan penelitian, pada tahap ini peneliti mengurus perijinan yang

dimuali dari perijinan dosen pembimbing, lembaga PGSD UNNES UPP Tegal,

dan Pemerintah Kota Tegal.

3.2.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahapan peneliti melakukan

penelitian untuk memperoleh data. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap

persiapan pembelajaran, perlakuan yang diberikan, pelaksanaan pembelajaran, dan

pengamatan pelaksanaan pembelajaran.

3.2.2.1 Persiapan Pembelajaran

Persiapan pembelajaran dilaksanakan sebelum melakukan penelitian di

kelas eksperimen dan kelas kontrol, beberapa hal yang dilaksanakan pada tahap

persiapan pembelajaran yaitu sebagai berikut:


59

(1) Melakukan uji coba metode Guided Discovery Learning di kelas uji coba.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen, metode

pembelajaran Guided Discovery Learning diujicobakan terlebih dahulu di

kelas uji coba. Uji coba dilaksanakan sebagai latihan, agar peneliti menguasai

dengan baik penggunaan metode pembelajaran Guided Discovery Learning

tersebut.

(2) Melakukan uji coba angket minat belajar siswa. Kegiatan ini dilaksanakan

setelah kegiatan pembelajaran di kelas uji coba. Uji coba angket ini bertujuan

untuk menentukan butir-butir angket yang valid dan reliabel, yang akan

digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

(3) Melakukan uji coba soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

Tujuan melakukan uji coba tes ini yaitu untuk memperoleh soal tes yang valid

dan reliabel dengan tingkat kesukaran dan daya beda soal yang baik.

(4) Menganalisis hasil uji coba, yaitu menguji validitas dan reliabilitas angket

minat dan soal test kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan

bantuan program SPSS 21.

3.2.2.2 Perlakuan yang Diberikan

Perlakuan hanya diberikan pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol

tidak mendapatkan perlakuan. Kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran

konvensional, sedangkan kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan

menggunakan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran matematika

materi bilangan pecahan.


60

3.2.2.3 Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 14 Maret s.d 23 Maret

2016. Pembelajaran dilaksanakan masing-masing 3 kali pertemuan di kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum kegiatan pembelajaran, dilakukan tes awal

(pretest) pada tanggal 14 Maret 2016 dan selanjutnya dilakukan test akhir (posttest)

setelah pembelajaran selesai pada tanggal 23 Maret 2016. Uraian mengenai

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol yaitu sebagai

berikut:

(1) Kelas Eksperimen

Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan tiga kali pertemuan, pertemuan

pertama dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2016, pertemuan kedua tanggal

17 Maret 2016, dan pertemauan ketiga tanggal 21 Maret 2016. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran

Guided Discovery Learning pada mata pelajaran matematika materi bilangan

pecahan, dengan alokasi waktu 70 menit atau 2 jam pelajaran.

(2) Kelas Kontrol

Pembelajaran di kelas kontrol dilakukan tiga kali pertemuan, pertemuan

pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016, pertemuan kedua tanggal

19 Maret 2016, dan pertemuan ketiga tanggal 22 Maret 2016. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran

konvensional pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan,

dengan alokasi waktu 70 menit atau 2 jam pelajaran.


61

3.2.2.4 Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Pengamatan pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk mengamati

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan metode Guided

Discovery Learning. Observer dalam kegiatan pengamatan ini yaitu guru kelas IV

SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal.

3.2.3 Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dalam rangkaian kegiatan

penelitian. Tahapannya yaitu sebagai berikut:

(1) Mengelola data yang diperoleh dari angket minat belajar siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

(2) Mengelola data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(3) Menulis deskripsi data untuk variabel bebas dan variabel terikat.

(4) Menganalisis data minat belajar dan tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa untuk menjawab hipotesis penelitian.

(5) Menarik kesimpulan penelitian dari hasil yang telah diperoleh, sesuai dengan

analisis yang telah dilakukan.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 60), “variabel penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.” Penelitian


62

ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Uraian lengkapnya yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen atau disebut juga variabel bebas. Menurut Sugiyono

(2014: 61). “variabel bebas adalah merupakan variabel yang memengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat.”

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengaruh metode Guided Discovery

Learning.

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen

atau variabel terikat, menurut Sugiyono (2014: 61), “variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu minat dan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas IV SD Negeri Debong Kidul pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penyusunan proposal penelitian dan proses bimbingan dimulai akhir bulan

Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Seminar proposal penelitian

dilaksanakan tanggal 25 Februari 2016 dilanjutkan dengan pengesahan proposal

oleh lembaga dan mengurus proses perijinan penelitian di kantor pemerintahan

Kota Tegal. Selanjutnya pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 15 Maret

sampai dengan 23 Maret 2016, analisis data dan penyusunan laporan akhir
63

penelitian dilaksanakan mulai akhir bulan Maret sampai dengan pertengahan bulan

April 2016 dan pengujian penelitian direncanakan pada awal bulan Mei 2016.

Tempat penelitian yang dipilih untuk melaksanakan penelitian yaitu di SD

Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada

kriteria yang menjadi syarat penelitian, yang pertama kedua kelas merupakan kelas

pararel dengan kemampuan rata-rata siswa sama. Kedua, guru yang mengajar di

kedua kelas tersebut sudah berstatus pegawai negeri sipil atau PNS. Ketiga, kedua

kelas masih menggunakan metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

matematika. Keempat, guru belum pernah menggunakan metode Guided Discovery

Learning dalam pembelajaran matematika.

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2014 : 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Kemudian sampel menurut Sugiyono (2014 : 118). “sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel merupakan

bagian dari populasi yang mewakili populasi dalam melakukan penelitian. Jadi apa

yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi.

Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut:

3.5.1 Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan, yaitu seluruh siswa kelas IV

SD Negeri Debong Kidul yang berjumlah 72 siswa, terdiri dari 36 siswa kelas IV
64

A dan 36 siswa kelas IV B, alasan memilih populasi ini karena kedua kelas masih

dalam satu lingkungan sekolah dan merupakan kelas pararel yang disebar merata,

sehingga setara dari segi kemampuan akademik dan tidak memiliki perbedaan yang

signifikan.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Debong Kidul

yang berjumlah 72 siswa. Musfiqon (2012: 91) menyatakan jika populasi kurang

dari 100 orang sebaiknya diteliti semua. Oleh karena itu dalam menentukan sampel

peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2014:

122), “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel”. Jenis teknik yang digunakan yaitu sampling jenuh,

artinya semua populasi dilibatkan untuk menjadi sampel penelitian.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional digunakan untuk menciptakan kesamaan persepsi dan

menghindari kekeliruan antara peneliti dan pembaca terhadap tujuan dari penelitian

serta variabel-variabel yang digunakan dalam proses penelitian. Definisi

operasional variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Variabel Metode Guided Discovery Learning

Variabel metode Guided Discovery Learning adalah variabel yang akan

diteliti pengaruhnya atau variabel yang memberi pengaruh dalam pembelajaran

matematika materi bilangan pecahan. Metode Guided Discovery Learning adalah


65

metode pembelajaran yang menjadikan guru sebagai seorang guide untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa, sehingga siswa mampu

mengaitkan konsep yang telah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan masalah

matematika.

Metode Guided Discovery Learning memiliki tahapan dan komponen

pembelajaran yang harus dilakukan secara runtut dan lengkap, sehingga metode

Guided Discovery Learning bisa terlaksana dengan baik. Tahapan dan komponen

pembelajaran metode Guided Discovery Learning terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Tahap-tahap Guided Discovery Learning


Tahap Komponen Pembelajaran
Pengenalan dan Review: Guru  Menarik perhatian.
memulai dengan media fokus untuk  Menghidupkan
pengenalan dan mereview hasil pengetahuan yang
kerja sebelumnya. sebelumnya.
Tahap Terbuka: Guru memberikan  Memberikan
contoh-contoh dan meminta pengalaman yang
pengamatan dan perbandingan. darinya pengetahuan
bisa dikontruksi
 Mendorong interaksi
sosial.
Tahap Konvergen: Guru memandu  Memulai membuat
siswa sebagaimana mereka mencari abstraksi.
pola di dalam contoh.  Mendorong interaksi
sosial.
Penutup: Mendeskripsikan konsep  Mengklarifikasi
hubungan-hubungan yang ada di deskripsi tentang
dalamnya. abstraksi yang baru
Jacobsen, dkk (2009: 210)

3.6.2 Variabel Minat Belajar Siswa

Variabel minat dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam pembelajaran

matematika pada materi bilangan pecahan. Minat siswa dalam pembelajaran

matematika ini akan diukur menggunakan angket, dengan memperhatikan dimensi


66

dan indikator minat siswa dalam belajar. Dimensi dan indikator siswa tersebut

terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Dimensi dan Indikator Minat Belajar Siswa


No Dimensi Indikator
1. Kesukaan  Gairah
 Inisiatif
2. Ketertarikan  Responsif
 Kesegeraan
3. Perhatian  Konsentrasi
 Ketelitian
4. Keterlibatan  Kemauan
 Keuletan
 Kerja keras
(Sudaryono, dkk, 2013: 90)

3.6.3 Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Variabel kemampuan pemecahan masalah adalah variabel yang tergantung

dari variabel metode Guided Discovery Learning. Kemampuan pemecahan masalah

matematika yaitu kemampuan siswa dalam menyusun dan merencanakan langkah-

langkah penyelesaian suatu permasalahan matematika secara tepat. Pemecahan

masalah matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Variabel kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini,

diukur dengan tes objektif berupa soal uraian yang menggambarkan permasalahan

matematika dalam kehidupan siswa. Soal uraian yang dimaksud lebih menekankan

pada aspek kognitif siswa. Tes objektif berupa soal uraian dengan tingkat kesukaran

yang berbeda, digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika dan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran.
67

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

adalah sebagai berikut:

3.7.1 Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2014: 197). Pedoman pada

pelaksanaan wawancara ini hanya berupa garis besar atau inti dari permasalahan

yang ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan peneliti pada saat studi

pendahuluan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di tempat

penelitian.

3.7.2 Tes

Menurut Sudjana (2011: 35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa

dalam bentuk lisan (tes lisan), dan dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam

bentuk perbuatan (tes tindakan). Pada umumnya tes dipergunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa, khususnya pada ranah kognitif siswa yang

berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran yang telah diajarkan oleh

guru. Kaitannya dengan kepentingan pembelajaran, tes juga dapat dipergunakan

untuk mengukur ranah afektif dan psikomotor siswa.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan jenis tes

objektif bentuk uraian. Bentuk tes uraian digunakan untuk menganalisis jawaban

siswa dalam memecahkan permasalahan matematika. Masing-masing jawaban


68

memiliki skor maksimal 5, skor tersebut diperoleh dari pencapaian siswa dalam

menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah. Tes dilaksanakan dua tahap,

pertama tes dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dan kedua setelah

kegiatan pembelajaran.

3.7.3 Kueisioner atau Angket

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data berupa

kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden secara tidak

langsung, artinya peneliti tidak melakukan tanya jawab secara langsung dengan

responden pada saat mengambil data. Menurut Sugiyono (2014: 199) kueisioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Sudjana (2011: 72) menyatakan tujuan kueisioner dalam kegiatan

pengajaran meliputi: (a) memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai

bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya; (b)

memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang

ditempuhnya; (c) untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun

kurikulum dan program belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti menggunakan

kueisioner untuk mengetahui dan mengukur minat siswa dalam pembelajaran

matematika.

Angket yang diberikan kepada siswa berisi pernyataan-pernyataan

mengenai minat belajar siswa, pernyataan tersebut merupakan hasil pengembangan

indikator minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Angket dalam penelitian ini

menggunakan skala modifikasi dengan empat alternatif jawaban. Penggunaan


69

angket bertujuan untuk mengukur variabel minat belajar siswa dalam pembelajaran

matematika materi bilangan pecahan.

3.7.4 Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2014: 203) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini observasi

dilakukan oleh peneliti dan guru. Observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu

observasi kegiatan pembelajaran di kelas untuk mengetahui kondisi awal siswa

dalam pembelajaran. Kemudian observasi yang dilakukan oleh guru, yaitu

observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, observasi ini

bertujuan untuk mengamati langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

disesuaikan dengan metode pembelajaran. Observasi dilakukan dengan bantuan

lembar pengamatan metode pembelajaran.

3.7.5 Dokumentasi

Menurut Arikunto (2013: 274) dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2014:

329). Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi daftar nama siswa, nilai hasil

belajar siswa, silabus pembelajaran matematika, rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), foto kegiatan siswa, dan video pembelajaran sebagai bukti dilaksanakannya

penelitian dan sebagai penunjang dalam melakukan penelitian.


70

3.8 Instrumen Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan pengukuran, oleh

sebab itu perlu adanya alat ukur yang baik sehingga diperoleh data yang baik pula.

Alat ukur dalam penelitian disebut juga sebagai instrumen penelitian, menurut

Sugiyono (2013: 148), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian”. Selanjutnya, Arikunto (2004) dalam

Sudaryono, dkk (2013: 30) menjelaskan bahwa “instrumen pengumpulan data atau

penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan pengumpulan data tersebut menjadi

lebih mudah dan sistematis”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat untuk

melakukan pengukuran terhadap suatu variabel penelitian, yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengumpulkan data supaya lebih

mudah dan sistematis. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan

yaitu dokumen, instrumen tes, pedoman wawancara, kuisioner dan pedoman

observasi. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

3.8.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang dijadikan instrumen dalam penelitian ini

berbentuk pedoman wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara tidak

terstruktur ini dipergunakan untuk melakukan studi pendahuluan, mengumpulkan

informasi-informasi terkait dengan permasalahn yang ada, sehingga peneliti bisa

menentukan permasalahan apa yang menjadi fokus peneliti dalam penelitiannya.


71

3.8.2 Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi

mengenai data nama siswa, data guru, dan silabus pembelajaran serta data nilai

ujian tengah semester gasal siswa kelas IV A dan kelas IV B di SD Negeri Debong

Kidul Kota Tegal. Selain itu, digunakan juga kamera sebagai alat untuk mengambil

gambar dan merekam video pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, sebagai

bukti telah dilaksanakan penelitian.

3.8.3 Lembar Observasi Metode

Lembar observasi metode digunakan untuk mengamati pelaksanaan metode

Guided Discovery Learning dalam pembelajaran matematika materi bilangan

pecahan di kelas eksperimen dan kontrol. Pengamatan pembelajaran dilakukan oleh

guru kelas IV SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Lembar observasi metode

Guided Discovery Learning ini disusun menggunakan skala likert dengan 4 kriteria

penskoran. Pengamatan penggunaan metode dalam pembelajaran ini didasarkan

pada langkah-langkah pelaksanaan metode Guided Discovery Learning yaitu

sebagai berikut:

(1) Pengenalan dan Review: Guru memulai dengan media fokus untuk pengenalan

dan mereview hasil kerja sebelumnya.

(2) Tahap Terbuka: Guru memberikan contoh-contoh dan meminta pengamatan

dan perbandingan.

(3) Tahap Konvergen: Guru memandu siswa sebagaimana mereka mencari pola di

dalam contoh.

(4) Penutup: Mendeskripsikan konsep hubungan-hubungan yang ada di dalamnya.


72

3.8.4 Kueisioner Minat

Kuisioner atau angket dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui

minat belajar siswa yang akan diteliti. Sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan memodifikasi

alternatif pilihan jawaban menjadi 4 (empat), dikarenakan responden cenderung

memilih jawaban di tengah. Angket tersebut berisi dimensi dan indikator minat

belajar yang dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan. Adapun cara

menghitung minat siswa dalam pembelajaran menggunakan analisis indeks, setelah

mengetahui nilai indeks akhir dari angket kategorikan presentasi minat dengan

menggunakan rumus Three Box Method yaitu sebagai berikut:

𝑟
𝑖=
k

Keterangan :

i = interval

r = rentang

k =3

(Ferdinand, 2006: 292)

Kemudian hasil perhitungan akhir angket diklasifikasikan dengan kategori

yaitu: 25 – 50 rendah; 50,01 -75 sedang; 75,01 – 100 tinggi.

3.8.5 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Soal tes yang dipergunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian objektif

dengan memperhatikan langkah-langkah pengerjaan soal yang disajikan. Soal

bentuk uraian dipilih karena peneliti memfokuskan pada kemampuan pemecahan

masalah matematika, dengan harapan siswa mampu untuk memahami proses dan
73

melatih siswa supaya tidak selalu mementingkan hasil akhir. Pembuatan soal

berdasarkan pada silabus yang dibuat indikator dalam bentuk kisi-kisi soal.

Indikator soal dibuat berpedoman pada silabus kelas IV matematika pada materi

bilangan pecahan.

Soal tes yang telah dibuat kemudian diujikan, selanjutnya dideskripsikan

dan diklasifikasikan berdasarkan perhitungan rata-rata dan standar deviasi, ini

bertujuan untuk membuat kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa. Rumus

perhitungannya yaitu sebagai berikut:

Mi = 0,5 x (skor tertinggi + skor terkecil)


1
Sdi = 6 x (skor tertinggi – skor terkecil)

Keterangan:

Mi = Mean (rata-rata)

Sdi = Standar Deviasi

(Sya’ban, 2005: 15)

Kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dikategorikan seperti

tersaji dalam Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Kategorisasi Data Penelitian

No. Rentang Nilai Kriteria


1 Mi + 1,5 SDi < x Sangat Baik
2 Mi ≤ x < Mi + 1,5 Sdi Baik
3 Mi – 1,5 SDi ≤ x < Mi Cukup Baik
4 < Mi – 1,5 Sdi Kurang Baik

Kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dihitung berdasarkan

perolehan skor dengan menggunakan 11 butir soal uraian. Skor ideal yang dapat
74

diperoleh siswa yaitu 100 dan skor terendah yaitu 0. Perhitungannya sebagai

berikut:

Mi = 0,5 x (100 + 0)

= 50
1
Sdi = x (100 – 0)
6

= 16,67

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat kriteria kemampuan

pemecahan masalah siswa, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah

No. Rentang Nilai Kriteria


1 75 < KPM Sangat Baik
2 50 ≤ KPM < 75 Baik
3 25 ≤ KPM < 50 Cukup Baik
4 < 25 Kurang Baik

3.8.5.1 Validitas Instrumen

Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Widoyoko, 2014: 172). Dengan

kata lain validitas suatu instrumen berkaitan dengan ketepatan alat ukur yang

hendak dipergunakan dalam sebuah penelitian. Penggunaan instrumen yang valid

akan menghasilkan data yang valid juga begitu sebaliknya, data yang valid

diperoleh dari instrumen yang valid.

Purwanto (2014: 114) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan

kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan diukur.

Selanjutnya menurut Arikunto (2015: 80), “validitas sebuah tes dapat diketahui dari

hasil uji pemikiran dan dari hasil pengalaman”. Menguji validitas sebuah instrumen
75

penelitian dilakukan dengan dua tahapan yaitu, uji validitas internal atau validitas

logis, hal ini bertujuan untuk memenuhi syarat valid berdasarkan hasil penalaran

atau rasional, kemudian uji validitas empiris, dilakukan untuk mengetahui hasil uji

coba instrumen berdasar pada pengalaman lapangan.

Validitas logis dalam sebuah instrumen berkenaan pada kondisi sebuah

instrumen yang memenuhi kaidah penyusunan sebuah tes, didasarkan pada hasil

penalaran atau rasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2015: 80) yang

menyatakan “validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada

kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil

penalaran”. Validitas logis sebuah instrumen terdapat tiga macam yaitu validitas

isi, validitas konstruk, dan validitas butir.

Validitas empiris yaitu Arikunto (2015: 81) mengatakan bahwa “sebuah

instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari

pengalaman”. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun

instrumen seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui

pengalaman (Arikunto, 2015: 81). Riduwan (2013: 98) menyatakan, setelah data

didapat dan ditabulasikan, kemudian pengujian validitas dilakukan dengan analisis

faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan rumus

Pearson Product Moment.

Penelitian ini menggunakan 8 butir soal uraian objektif dan dipararelkan

menjadi 11 butir soal. Soal dibuat secara pararel dan setara, yang bertujuan agar

validitas dan reliabilitasnya teruji. Dengan demikian soal tes yang dibuat sebagai

instrumen penelitian bisa dikatakan valid. Selanjutnya untuk angket minat,

digunakan sejumlah 40 butir soal. Uji coba instrumen dilakukan kepada objek yang
76

bukan objek sesungguhnya. Dalam penelitian ini, instrumen akan diujicobakan

kepada siswa kelas IV SD Negeri Debong Kulon, dengan alasan siswa di SD

tersebut memiliki usia yang relatif sama dan dengan kemampuan yang relatif sama

dengan siswa kelas IV SD Negeri Debong Kidul.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS

versi 21, program ini digunakan untuk mempermudah perhitungan tanpa

memengaruhi hasil. Pengujian validitas dalam SPSS 21 ini menggunakan menu

Analyze – Correlate – Bivarate. Pengambilan keputusan pada uji validitas

dilakukan dengan signifikansi 0,05. Jika nilai positif dan rhitung ≥ rtabel, maka item

soal valid. Sebaliknya jika nilai rhitung < rtabel, maka item soal tidak valid.

3.8.5.1.1 Validitas Lembar Pengamatan Metode

Instrumen lembar pengamatan metode Guided Discovery Learning

digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan metode

digunakan oleh guru sebagai instrumen penilaian bagi peneliti pada saat peneliti

melaksanakan pembelajaran matematika materi bilangan pecahan. Sebelum lembar

pengamatan digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas logis oleh ahli yaitu

Drs. Yuli Witanto, M. Pd (dosen pembimbing).

3.8.5.1.2 Validitas Angket Minat Belajar

Angket minat belajar siswa digunakan untuk mengukur minat siswa dalam

mengikuti pembelajaran matematika. Sebelum digunakan dan diujicobakan, angket

diuji validitas logis terlebih dahulu oleh ahli yaitu Drs. Yuli Witanto, M. Pd dan

Dra. Sri Ismi Rahayu, M.Pd, selanjutnya dilakukan uji coba kepada siswa kelas IV

SD Negeri Debong Kulon yang berjumlah 33 siswa. Ujicoba dilakukan pada

tanggal 2 Maret 2016.


77

Validitas angket dapat dihitung dengan membandingkan rhitung dan rtabel.

Angket diujicobakan pada 33 siswa dengan demikian diperoleh rtabel sebesar 0,344.

Dari hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 21 menggunakan menu

Analyze – Correlate – Bivarate. Pengambilan keputusan pada uji validitas

dilakukan dengan signifikansi 0,05. Jika nilai positif dan rhitung ≥ rtabel, maka item

valid. Sebaliknya jika nilai rhitung < rtabel, maka item tidak valid. Dari uji validitas

yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa rtabel =
0,344; Taraf Signifikansi = 5%; dan n = 33

Nomor Pearson Nomor Pearson


Validitas Validitas
Item Correlations Item Correlations

1. -0,011 tidak valid 21. 0,050 tidak valid


2. 0,465 valid 22. 0,035 tidak valid
3. 0,614 valid 23. 0,383 valid
4. 0,083 tidak valid 24. 0,229 tidak valid
5. 0,352 valid 25. 0,286 tidak valid
6. 0,623 valid 26. 0,579 valid
7. 0,189 tidak valid 27. 0,390 valid
8. 0,364 valid 28. 0,661 valid
9. 0,034 tidak valid 29. 0,212 tidak valid
10. 0,441 valid 30. -0,078 tidak valid
11. 0,035 tidak valid 31. 0,731 valid
12. 0,605 valid 32. 0,274 tidak valid
13. 0,264 tidak valid 33. 0,153 tidak valid
14. 0,331 tidak valid 34. 0,103 tidak valid
15. 0,480 valid 35. 0,195 tidak valid
16. 0,175 tidak valid 36. 0,182 tidak valid
17. 0,468 valid 37. 0,373 valid
18. 0,574 valid 38. 0,196 tidak valid
19. 0,630 valid 39. 0,360 valid
20. 0,391 valid 40. 0,221 tidak valid
78

Berdasarkan Tabel 3.5 tersebut, diperoleh hasil bahwa dari 40 item yang

diujicobakan terdapat 19 item yang valid dan 21 item tidak valid. Item yang valid

yaitu item nomor 2, 3, 5, 6, 8, 10, 12, 15, 17, 18, 19, 20, 23, 26, 27, 28, 31, 37, dan

39.

3.8.5.1.3 Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Sebelum instrumen soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika

diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas logis oleh tim ahli yaitu dosen

pembimbing dan guru kelas IV SD Negeri Debong Kulon. Soal diujicobakan

kepada siswa kelas IV SD Negeri Debong Kulon yang berjumlah 33 siswa. Uji coba

soal dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2016.

Validitas soal dihitung dengan bantuan program SPSS 21 dengan menu

Analyze – Correlate – Bivarate. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan

rhitung dan rtabel, dengan jumlah siswa 33 diperoleh rtabel sebesar 0,344. Pengambilan

keputusan pada uji validitas dilakukan dengan signifikansi 0,05. Jika nilai positif

dan rhitung ≥ rtabel, maka item valid. Sebaliknya jika nilai rhitung < rtabel, maka item tidak

valid. Dari hasil uji validitas, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
rtabel = 0,344; Taraf Signifikansi = 5%; dan n = 33

Nomor Pearson Nomor Pearson


Validitas Validitas
Item Correlations Item Correlations

1. 0,574 valid 7. 0,600 valid


2. 0,666 valid 8. 0,711 valid
3. 0,602 valid 9. 0,531 valid
4. 0,874 valid 10. 0,421 valid
5. 0,587 valid 11. 0,618 valid
6. 0,697 valid
79

3.8.5.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas mengacu pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat

dipercaya untuk mengumpulkan data. Arikunto (2015: 100), menyatakan

reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Jadi ketika suatu

instrumen penelitian digunakan pada responden yang berbeda hasil yang diperoleh

akan relatif tetap, sehingga instrumen tersebut memiliki taraf kepercayaan yang

tinggi dan konsistensi yang baik.

Pengujian reliabilitas ini berdasarkan pada data hasil uji coba instrumen

yang dilakukan pada kelas IV SD Debong Kulon. Dalam penelitian ini instrumen

tes yang digunakan berupa soal uraian objektif, pengujian reliabilitasnya

menggunakan menggunakan reliability analisis, kemudian untuk mengetahui

reliabilitas tiap butir soal analisis digunakan cronbach's alpha pada SPSS versi 21.

Menurut Linn (1989) dan Kaplan (1982) dalam Widoyoko (2014: 196), suatu

instrumen penelitian dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Alpha sekurang-

kurangnya 0,7.

3.8.5.2.1 Reliabilitas Angket Minat Belajar

Uji reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas instrumen

angket minat belajar siswa yaitu dengan menggunakan analisis cronbach's alpha

pada SPSS versi 21. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 19 item angket yang

sebelumnya telah dilakukan uji validitas. Item yang diuji reliabilitas hanya item

angket yang valid.

Hasil perhitungan reliabilitas item angket dapat dilihat pada Tabel 3.7, untuk

hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29.


80

Tabel 3.7 Hasil Ui Reliabilitas Angket

Cronbach's Alpha N of Items

,855 19

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai cronbach's alpha sebesar

0,855. Dengan demikian nilai reliabilitas pada tabel lebih dari 0,7, sehingga item

angket dikatakan reliabel.

3.8.5.2.2 Reliabilitas Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas instrumen soal

tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu dengan menggunakan

analisis cronbach's alpha pada SPSS versi 21. Uji reliabilitas dilakukan setelah uji

validitas, item soal yang diuji reliabilitas hanya item-item soal yang valid.

Hasil perhitungan reliabilitas soal tes kemampuan pemecahan masalah

matematika dapat dilihat pada tabel 3.8, untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 31.

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes


Kemampuan Pemecahan Masalah

Cronbach's Alpha N of Items

,842 11

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai cronbach's alpha sebesar

0,842. Dengan demikian nilai reliabilitas pada tabel lebih dari 0,7, sehingga item

soal dikatakan reliabel.


81

3.8.5.3 Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran merupakan salah satu kriteria yang harus ada dalam proses

penyusunan butir soal. Soal yang baik adalah soal yang variatif artinya dalam

pembuatan soal, harus bervariasi antara soal yang mudah, sedang, dan sulit. Karena

jika dalam sebuah test soal yang diberikan seluruhnya soal yang sulit, ini akan

menimbulkan siswa frustasi dan tidak percaya diri, sebaliknya jika soal terlalu

mudah siswa cendrung tidak akan berkembang. Hal ini sejalan dengan pendapat

Arikunto (2015: 222), yang menyatakan bahwa soal yang terlalu mudah tidak

merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya

soal terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi, karena di luar jangkauannya.

Arifin (2012: 147) menyatakan bahwa, tingkat kesukaran soal dapat

dikategorikan dengan skala indeks antara 0,00 sampai dengan 1,00, semakin besar

indeks tingkat kesukaran soal maka soal tersebut semakin mudah. Selanjutnya

Arifin (2012: 147-8) menyebutkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

menentukan tingkat kesukaran soal, langkah-langkahnya sebagai berikut:

(1) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

Jumlah skor peserta didik tiap soal


𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
Jumlah peserta didik

(2) Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

Rata − rata
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
Skor maksimum tiap soal
82

Kriteria yang digunakan yaitu semakin kecil indeks yang diperoleh, makin

sulit soal tersebut dan sebaliknya. Kriteria indeks kesulitan soal yakni sebagai

berikut: 0,00 sampai 0,30 = sukar; 0,31 sampai 0,70 = sedang; 0,71 sampai 1,00 =

mudah (Arifin, 2012: 148).

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dengan bantuan Ms. Excel

diperoleh data seperti Tabel 3.9. Untuk hasil perhitungan tingkat kesukaran soal

selengkapnya terdapat pada lampiran 33.

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

Nomor Soal P Kriteria


1 0,74 Mudah
2 0,56 Sedang
3 0,71 Mudah
4 0,43 Sedang
5 0,52 Sedang
6 0,49 Sedang
7 0,35 Sedang
8 0,29 Sukar
9 0,22 Sukar
10 0,52 Sedang
11 0,58 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.9 tersebut, dari 11 soal tes kemampuan pemecahan

masalah siswa yang diujicobakan diperoleh 2 soal mudah yaitu nomor 1 dan 3, soal

sedang sebanyak 7 soal yaitu nomor 2, 4, 5, 6, 7, 10, dan 11, serta 2 soal sukar yaitu

nomor 8 dan 9.

3.8.5.4 Daya beda

Arikunto (2015: 228), mendefinisikan daya beda soal sebagai kemampuan

suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan

tinggi) dan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah). Adapun rumus yang

digunakan untuk mencari nilai daya beda soal menurut Arifin (2012: 146) yaitu:
83

X 𝐾𝐴 ─ X 𝐾𝐵
Dp =
𝑆𝑚

Keterangan:

Dp = daya pembeda

X 𝐾𝐴 = jumlah peserta kelompok atas

X 𝐾𝐵 = jumlah peserta kelompok bawah

𝑆𝑚 = skor maksimal

Nilai daya beda yang diperoleh, kemudian ditafsirkan dengan ketentuan

sebagai berikut: D ≥ 0,40 : sangat baik; 0,30 – 0,39 : baik; 0,20 – 0,29 : cukup; ≤

0,19 : kurang baik (Arifin, 2012: 146). Hasil perhitungan daya beda soal secara

manual dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Kriteria


1 0,31 Baik
2 0,47 Sangat Baik
3 0,47 Sangat Baik
4 0,51 Sangat Baik
5 0,36 Baik
6 0,38 Baik
7 0,31 Baik
8 0,35 Baik
9 0,31 Baik
10 0,13 Kurang Baik
11 0,16 Kurang Baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya beda soal, terdapat 2 soal dengan

kriteria kurang baik, sehingga soal tersebut tidak dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian. Perhitungan daya beda soal sebelumnya dilakukan dengan

mengurutkan nilai tertinggi sampai terendah dan dibagi menjadi kelompok atas dan
84

kelompok bawah, pembagian kelompok tersebut masing-masing diambil 27% dari

tiap kelompok, ini dikarenakan jumlah siswa yang mengikuti uji coba lebih dari 30.

Pembagian kelompok atas dan bawah, serta perhitungan daya beda soal

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, perhitungan tingkat kesukaran,

dan daya beda soal terdapat 8 butir soal yang dijadikan instrumen penelitian.

Instrumen penelitian ini digunakan pada saat melakukan tes awal (pretest) dan tes

akhir (posttest). Kesimpulan hasil uji coba selengkapnya terdapat pada lampiran.

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi dua tahap analisis data,

yaitu analisis tahap awal dan analisis akhir. Analisis tahap awal dilakukan sebelum

penelitian dilaksanakan, tujuan analisis tahap awal untuk mengetahui kemampuan

awal kelas eksperimen dan kontrol, apakah kedua kedua kelas memiliki kesamaan

varians atau tidak, dan apakah kedua kelas memiliki perbedaan rata-rata yang

signifikan atau tidak. Analisis akhir dilakukan setelah penelitian, tujuannya untuk

menguji hipotesis penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi

deskripsi data, uji prasyarat analisis, dan analisis akhir.

3.9.1 Analisis Deskripsi Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

menguji apakah metode Guided Discovery Learning berpengaruh terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa materi

bilangan pecahan. Data dalam penelitian ini berbentuk data kuantitatif., yaitu data
85

hasil belajar siswa dalam proses pemecahan masalah dan minat siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran matematika materi bilangan pecahan kelas IV SD

Negeri Debong Kidul, siswa kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B

sebagai kelas kontrol.

3.9.1.1 Analisis Deskriptif Data Variabel Metode Guided Discovery Learning

Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode

Guided Discovery Learning. Pembelajaran dilakukan oleh peneliti pada kelas

eksperimen, dan diamati pelaksanaannya oleh guru kelas IV SD Negeri Debong

Kidul Kota Tegal. Pengamatan metode Guided Discovery Learning menggunakan

lembar pengamatan yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti, lembar

pengamatan berisi tahap-tahap pelaksanaan metode Guided Discovery Learning

yang harus peneliti lakukan dalam pembelajaran. Pengamatan pembelajaran

dilakukan untuk mengontrol dan memperhatikan apakah metode Guided Discovery

Learning terlaksana dengan baik.

Pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran. Pembelajaran

dikatakan berhasil jika tahap-tahap pelaksanaan metode Guided Discovery

Learning telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, hasil

pengamatan metode Guided Discovery Learning yang dilakukan oleh guru,

disajikan dalam bentuk skor.

3.9.1.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Minat Belajar Siswa

Analisis deskriptif variabel minat belajar siswa menggunakan data yang

diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan angket minat belajar siswa.

Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Penyajian data minat


86

belajar siswa menggunakan tabel dan presentase. Menurut Sugiyono (2014: 208),

penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, mean, median,

modus, presentase, dan lain-lain termasuk dalam statistik deskriptif. Selanjutnya

digunakan analisis indeks untuk mengetahui tingkat presentase skor jawaban dari

masing-masing item angket.

3.9.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

Data variabel kemampuan pemecahan masalah matematika, diperoleh dari

hasil tes akhir (posttest) siswa menggunakan tes objektif bentuk uraian. Analisis

dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Penyajian data kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa menggunakan tabel dan diagram. Menurut

Sugiyono (2014: 208), penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,

pictogram, mean, median, modus, presentase, dan lain-lain termasuk dalam statistik

deskriptif.

3.9.2 Analisis Statistik Data

Analisis statistik data dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial

karena hasil penelitian yang dilakukan pada sampel akan diberlakukan pada

populasi. Analisis statistik data dalam penelitian ini meliputi uji prasyarat analisis

dan analisis akhir. Perhitungannya menggunakan program SPSS 21. Uraian

lengkapnya mengenai analisis statistik data yaitu sebagai berikut:

3.9.2.1 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji kesamaan rata-rata,

uji normalitas dan uji homogenitas, perhitungan mengenai uji tersebut

menggunakan program SPSS 21. Uraian lengkapnya menganai uji prasyarat analisi

yaitu sebagai berikut:


87

3.9.2.1.1 Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata dilakukan dengan membandingkan rata-rata sampel

di kelas eksperimen dan kelas kontrol, menggunakan independent sample t test.

Pengujian dibantu dengan program SPSS 21, menggunakan menu analyze –

compare means – independent sample t test. Kemudian nilai thitung dibandingkan

dengan ttabel. Jika diperoleh nilai thitung ˃ ttabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Ha, diterima dan Ho ditolak. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka Ho

diterima, sedangkan jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

(Priyatno, 2010:31).

Uji kesamaan rata-rata dalam penelitian ini menggunakan data hasil tes awal

(prettest), yang dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol. Hasil uji kesamaan rata-

rata yang telah dilakukan menunjukan nilai signifikansi 0,679 ≥ 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kontrol sama. Data

hasil uji kesamaan rata-rata test awal (pretest) siswa dapat dilihat pada lampiran 44.

3.9.2.1.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

Liliefors dengan melihat nilai pada Kolmogorof-Smirnov. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari 0,05 (Priyatno, 2010: 71). Proses

uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 21.

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan data hasil tes akhir

(posttest) yang dilakukan di kelas eksperimen dan kontrol. Hasil uji normalitas yang

telah dilakukan menunjukan taraf signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,200 ≥


88

0,05 dan kelas kontrol sebesar 0,200 ≥ 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa, data

yang diperoleh dari hasil uji normalitas data kelas eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data nilai test akhir (posttest)

selengkapnya terdapat pada lampiran 51.

3.9.2.1.3 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya sifat

homogen pada variasi antar kelompok. Uji homogenitas dilakukan sebelum proses

pengujian hipotesis penelitian. Menurut Priyanto (2010: 76), “uji homogenitas

digunakan untuk mengetahui apakah beberapa variasi populasi data adalah sama

atau tidak.” Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

SPSS versi 21, dengan F test (Levene’s test), penarikan simpulan dan pengambilan

keputusan terhadap hasil uji hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 5%.

Dengan demikian jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa varians homogen, namun apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05,

maka varians tidak homogen (Priyatno, 2010: 35).

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan program SPSS 21 didapatkan

nilai taraf signifikansi 0,114. Nilai 0,114 ≥ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

data tersebut homogen. Jika data yang diperoleh homogen, maka uji t menggunakan

Equal Variance Assumed. Perhitungan selengkapnya mengenai uji homogenitas

data terdapat pada lampiran 52.

3.9.2.2 Analisi Akhir

Analisis akhir pada penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh metode

Guided Discovery Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika


89

dan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

Berdasarkan uji normalitas data pada pembahasan sebelumnya, dengan hasil data

berdistribusi normal, maka analisis akhir menggunakan statistik parametris, yaitu

dengan analisis Independent Sampel t-Test. Untuk mengetahui Ho diterima atau

ditolak, yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

3.9.2.2.1 Uji Perbedaan

Uji perbedaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

antara dua data yang tidak saling berhubungan. Pengujian perbedaan menggunakan

rumus independent sampel t test dengan melihat item Equal Variance Assumed.

Jika nilai thitung ˃ ttabel dan signifikansi ˂ 0,05 maka memiliki varians yang sama.

3.9.2.2.2 Uji Keefektifan

Setelah dilakukan uji perbedaan dan dinyatakan berbeda kemudian

dilakukan uji keefektifan, menggunakan uji pihak kanan. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan bantuan program SPSS 21 untuk melakukan uji pihak kanan

melalui one sampel t test. Dengan pengambilan keputusan jika -ttabel ≤ thitung ≤ttabel,

maka Ho diterima, artinya minat belajar dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol. Jika -

thitung < -ttabel dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak, artinya minat belajar dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol.

Selanjutnya pengujian hipotesis secara empiris dilakukan dengan cara

pengujian hipotesis komparatif dua sampel dengan rumus pooled varian. Rumus

pooled varian yaitu sebagai berikut:


90

̅𝑥̅̅1̅−𝑥
̅̅̅2̅
thitung = (𝑛 −1)σ +(𝑛 −1) σ2 1 1
√ 1 𝑛 1+𝑛 −22 [ + ]
𝑛1 𝑛2
1 2

Keterangan:

t = thitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel.

x1 = rata-rata kelas eksperimen

x2 = rata-rata kelas kontrol

n1 = sampel kelas eksperimen

n2 = sampel kelas kontrol

σ1 = varians kelas eksperimen

σ2 = varians kelas kontrol

Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu taraf 0,05.

Kriteria keputusan jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

(Sugiyono, 2014: 272-5).

3.10 Panduan Penelitian Eksperimen

Panduan penelitian digunakan peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian

yang dilaksanakan di SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Panduan penelitian ini

berisi data lokasi penelitian, kemampuan awal siswa, subjek penelitian, mata

pelajaran, materi, perlakuan, instrumen penelitian, uji coba instrumen dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Panduan lengkap penelitian eksperimen terdapat

pada lampiran 7.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian hasil penelitian dan pembahasan, membahas menganai hasil penelitian yang

meliputi: deskripsi objek penelitian, analisis deskriptif, dan analisis statistik data

hasil penelitian. Selanjutnya, pembahasan pada bagian ini berisi uraian mengenai

analisis dan hasil penelitian. Berikut uraian lengkapnya mengenai hasil penelitian

dan pembahasan:

4.1 Objek Penelitian

Salah satu faktor yang penting dalam penelitian yaitu objek penelitian.

Objek penelitian merupakan objek yang akan diamati atau dilakukan penelitian,

oleh sebab itu diperlukan gambaran umum mengenai objek dan responden

penelitian. Tujuannya yaitu agar dalam melakukan penelitian, peneliti lebih

memahami kondisi objek penelitian. Berikut penjelasan ringkas menganai objek

penelitian dan kondisi responden penelitian.

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal yang

terletak di jalan Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang, Kecamatan Tegal Selatan,

Kota Tegal. SD Negeri Debong Kidul merupakan salah satu SD pararel di Kota

Tegal yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, tapi SD Negeri Debong Kidul

belum memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan pembelajaran. Ruang

91
92

kelas I dan II masih digunakan bergiliran, kemudian kelas IVA dan IVB menempati

ruang kelas yang terpisah dari lingkungan sekolah, hal ini karena ruang kelas yang

ada di lingkungan SD Negeri Debong Kidul jumlahnya terbatas.

Penelitian ini menggunakan kelas IVA dan IVB sebagai populasi. Jumlah

populasi yaitu sebanyak 72 siswa, yang terdiri dari 36 siswa kelas IVA dan 36 siswa

kelas IVB. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas

IVA dan IVB SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal dengan

alasan yaitu, SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal memiliki kelas pararel dengan

harapan kemampuan siswa relatif sama, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

guru relatif sama, guru yang mengajar di kelas IVA dan IVB merupakan guru PNS,

dan kedua kelas menerapkan kurikulum yang sama serta materi yang relatif sama.

Oleh karena itu, SD Negeri Debong Kidul memiliki kriteria untuk dilakukan

penelitian eksperimen.

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan kelas IVA sebagai kelas

eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen akan

mendapatkan perlakuan yaitu penggunaan metode Guided Discovery Learning

pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan, sedangkan kelas kontrol

tidak mendapat perlakuan tersebut. Penggunaan metode Guided Discovery

Learning bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode tersebut pada pembelajaran

yang dilaksanakan, dengan membandingkan hasil belajar siswa antara kelas

eksperimen dan kontrol.


93

4.1.2 Kondisi Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri

Debong Kidul Kota Tegal, yang berjumlah 72 siswa. Responden dalam penelitian

ini terdiri dari 36 siswa kelas IVA meliputi 12 siswa laki-laki dan 25 siswa

perempuan, dan 36 siswa kelas IVB meliputi 14 siswa laki-laki dan 24 siswa

perempuan. Rata-rata umur siswa kelas IVA dan IVB sama, umumnya dilahirkan

pada tahun 2005-2006. Selengkapnya mengenai kondisi responden dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
IVA 21 15 36
IVB 19 17 36
Jumlah 40 32 72

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Kelas IVA Kelas IVB


9 - 9,9 0 1
10 - 10,9 15 24
11 - 11,9 20 10
12 - 12.9 1 1
Jumlah 36 36

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui rata-rata usia anak kelas IVA dan IVB berada

pada kisaran umur 10 - 10,9 tahun, menurut Piaget objek penelitian di rentang umur

tersebut berada pada tahap perkembangan kognitif yaitu tahap operasional konkret

(Rifa’i dan Anni, 2011: 29). Melalui pembelajaran menggunakan metode Guided

Discovery Learning, siswa dilatih untuk mengidentifikasi masalah, menyusun

rencana penyelesaian masalah, dan memecahkan masalah, sehingga perkembangan


94

kognitif siswa pada tahap operasional konkret lebih optimal. Tahap operasional

konkret yaitu tahap perkembangan di mana pada tahap ini anak sudah mampu

berfikir abstrak, idealis dan logis. Oleh sebab itu, metode Guided Discovery

Learning tepat digunakan pada siswa dalam tahap operasional konkret.

4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Analisis deskriptif data merupakan gambaran umum yang menyajikan

penyebaran data hasil penelitian yang diperoleh sehingga mudah dipahami. Berikut

disajikan deskripsi data variabel metode Guided Discovery Learning, hasil pretest

kelas eksperimen dan kontrol, variabel minat belajar, dan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa.

4.2.1 Deskriptif Data Variabel Metode Guided Discovery Learning

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam proses penelitian ini menggunakan

metode Guided Discovery Learning. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai

pelaksanaan metode Guided Discovery Learning yang diterapkan peneliti pada

mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan diperoleh skor rata-rata sebesar

88 dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan pertama diperoleh skor sebesar 88

dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan ke dua diperoleh skor 86 dengan

kriteria sangat baik. Pertemuan ke tiga diperoleh skor 90 dengan kriteria sangat

baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode Guided

Discovery Learning sudah sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.

Pengamatan pelaksanaan metode Guided Discovery Learning dilakukan

selama pembelajaran berlangsung dalam 3 kali pertemuan. Rekapitulasi penilaian

pelaksanaan metode Guided Discovery Learning dapat dilihat pada lampiran 47.
95

Nilai pengamatan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran

dituangkan dalam Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Nilai Pengamatan Metode Guided Discovery Learning

Aspek/Tahapan yang Diamati


Pertemuan Skor Kriteria
A B C D
1 12 10 8 7 88 Sangat baik
2 11 9 8 8 86 Sangat baik
3 12 11 8 7 90 Sangat baik
Rata-rata 11,67 10 8 7,33 88 Sangat baik

4.2.2 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Nilai pretest yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa dalam materi bilangan pecahan, dan untuk mengetahui kedua kelas memiliki

kemampuan awal yang relatif sama. Pretest dilakukan dengan cara memberikan

soal uraian sebelum dilakukan pembelajaran materi bilangan pecahan. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar siswa berapa pada kondisi yang sama, yaitu belum

pernah belajar mengenai materi bilangan pecahan, sehingga data awal merupakan

murni hasil dari kemampuan analisis siswa. Hasil nilai pretest tersebut

dideskripsikan dan dijelaskan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Deskripsi Data Pretest Siswa

No. Kriteria Data Nilai Pretest Siswa


Eksperimen Kontrol
1. Jumlah siswa 36 36
2. Skor rata-rata 57,61 56,42
3. Median 58 55
4. Skor minimal 40 40
5. Skor maksimal 85 85
6. Rentang 45 45
7. Varians 185,22 112,02
8. Standar deviasi 13,61 10,58
96

Berdasarkan Tabel 4.4 pada kelas eksperimen diperoleh data jumlah siswa

sebanyak 36 dengan skor rata-rata sebesar 57,61, median sebesar 58, skor minimal

sebesar 40, skor maksimal sebesar 85, rentang data sebesar 45, varians data sebesar

185,22, dan standar deviasi data sebesar 13,61. Pada kelas kontrol diperoleh data

jumlah siswa sebanyak 36 dengan skor rata-rata sebesar 56,42, median sebesar 55,

skor minimal sebesar 40, skor maksimal sebesar 85, rentang data sebesar 45, varians

data sebesar 112,02, dan standar deviasi data sebesar 10,58.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Nilai Interval f (frekuensi) Nilai Interval f (frekuensi)
40-46 11 40-46 7
47-53 4 47-53 8
54-60 9 54-60 11
61-67 2 61-67 3
68-74 6 68-74 6
75-82 1 75-82 0
83-89 3 83-89 1
Jumlah 36 Jumlah 36

Penyajian data distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen dapat

dilihat pada histogram berikut ini.

Nilai Pretest Kelas Eksperimen

40 36

30
Frekuensi

20
11 9
10 4 6
2 1 3

0
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-82 83-89 Jumlah
Nilai

Histogram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen


97

Berdasarkan Histogram 4.1 dapat diketahui bahwa ada 11 siswa yang

memperoleh nilai 40 sampai 46, 4 siswa memperoleh nilai 47 sampai 53, 9 siswa

memperoleh nilai 54 sampai 60, 2 siswa memperoleh nilai 61 sampai 67, 6 siswa

memperoleh nilai 68 sampai 74, 1 siswa memperoleh nilai 75 sampai 82, dan 3

siswa memperoleh nilai 83 sampai 89. Data selengkapnya mengenai nilai pretest

siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 42.

Penyajian data distribusi frekuensi nilai pretest dari kelas kontrol dapat

dilihat pada Histogram 4.2 di bawah ini.

Nilai Pretest Kelas Kontrol

40 36
Frekuensi

30

20
11
7 8 6
10 3
0 1
0
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-82 83-89 Jumlah
Nilai

Histogram 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol

Berdasarkan Histogram 4.2 dapat diketahui bahwa ada 7 siswa yang

memperoleh nilai 40 sampai 46, 8 siswa memperoleh nilai 47 sampai 53, 11 siswa

memperoleh nilai 54 sampai 60, 3 siswa memperoleh nilai 61 sampai 67, 6 siswa

memperoleh nilai 68 sampai 74, 0 siswa memperoleh nilai 75 sampai 82, dan 1

siswa memperoleh nilai 83 sampai 89. Data selengkapnya mengenai nilai pretest

siswa kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 43.


98

4.2.3 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar

Hasil penilaian minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol setelah

penerapan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran matematika

dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar

No. Kriteria Data Minat Belajar Siswa


Eksperimen Kontrol
1. Jumlah siswa 36 36
2. Skor rata-rata 81,44 70,19
3. Median 82 71,5
4. Skor minimal 62 60
5. Skor maksimal 100 92
6. Rentang 38 32
7. Varians 106,71 54,84
8. Standar deviasi 10,33 7,41

Berdasarkan Tabel 4.6. Pada kelas eksperimen diperoleh data jumlah siswa

sebanyak 36 dengan skor rata-rata sebesar 81,44, median sebesar 82, skor minimal

sebesar 62, skor maksimal sebesar 100, rentang data sebesar 38, varians data

sebesar 106,71, dan standar deviasi data sebesar 10,33. Pada kelas kontrol diperoleh

data jumlah siswa sebanyak 36 dengan skor rata-rata sebesar 69,94, median sebesar

71,5, skor minimal sebesar 57, skor maksimal sebesar 92, rentang data sebesar 35,

varians data sebesar 60,57, dan standar deviasi data sebesar 7,78.

Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran

jawaban responden mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian,

analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks, dengan

tujuan untuk memberikan gambaran atau presepsi responden atas item-item

pertanyaan yang diajukan dalam penelitian (Ferdinand, 2006: 340).


99

Melalui analisis indeks akan diperoleh nilai indeks yang dapat digunakan

untuk memberikan deskripsi mengenai karakteristik responden dalam penelitian.

Perhitungan nilai indeks variabel penelitian diperoleh melalui perhitungan nilai

indeks tiap indikator penilaian, perhitungannya menggunakan rumus berikut.

Nilai Indeks Variabel = (Indeks Indikator 1) + (Indeks Indikator 2) + (Indeks

Indikator 3) + …… (Indeks Indikator n) / n

Nilai indeks variabel diperoleh dengan menggunakan perhitungan terhadap

nilai indeks masing-masing indikator, yang diperoleh dengan melakukan

perhitungan berdasarkan jawaban responden atas pernyataan dalam angkat

penelitian. Kriteria penilaian tiap butir angket meliputi, skor 1 untuk jawaban

responden “Tidak Pernah”, skor 2 untuk “Jarang”, skor 3 untuk “Sering” dan skor

5 untuk ‘Selalu”, penilaian ini berlaku untuk pernyataan positif, untuk butir

pernyataan negatif kriteria penilaiannya meliputi, skor 5 untuk jawaban responden

“Tidak Pernah”, skor 3 untuk “Jarang”, skor 2 untuk “Sering” dan skor 1 untuk

‘Selalu”. Nilai indeks tiap indikator diperoleh dengan rumus berikut:

Nilai Indeks Indikator = (%frekuensi responden yang memberi skor 1x1) +

(%frekuensi responden yang memberi skor 2x2) + ...%frekuensi responden yang

memberi skor 4x4)/4

4.2.3.1 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Berpedoman pada rumus tersebut tersebut, indeks variabel minat belajar

siswa kelas eksperimen yang diukur dengan 9 indikator, yakni (1) gairah, (2)

inisiatif, (3) responsif, (4) kesegeraan, (5) konsentrasi, (6) ketelitian, (7) kemauan,

(8) keuletan, dan (9) kerja keras. Semua indikator tersebut dijabarkan dalam 19

deskriptor. Nilai indeks variabel minat belajar siswa kelas eksperimen dapat
100

diketahui jika terlebih dahulu dihitung nilai indeks masing-masing indikator yang

digunakan untuk membangun minat belajar siswa. Perhitungan nilai indeks

indikator dapat dilakukan jika telah diketahui distribusi frekuensi masing-masing

indikator.

Jawaban responden terhadap indikator “gairah” item pernyataan nomor 2

dan 9. Jawaban responden pada pernyataan no 2 menunjukkan bahwa jawaban

terhadap skor 1 sebanyak 3 orang (8,33%), skor 2 sebanyak 3 orang (8,33%), skor

3 sebanyak 8 orang (22,22%), dan skor 4 sebanyak 22 orang (61,11%), selanjutnya

jawaban responden untuk pernyataan no 9 menunjukkan jawaban terhadap skor 1

sebanyak 5 orang (13,89%), skor 2 sebanyak 0 (0%), skor 3 sebanyak 8 orang

(22,22%), dan skor 4 sebanyak 25 orang (69,44%).

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diperoleh nilai indikator

perencanaan pada indikator gairah dengan menghitung nilai indeks item pernyataan

seperti berikut ini:

Nilai Indeks angket untuk pernyataan nomor 1 = (8,33 x 1) + (8,33 x 2) + (22,22 x

3) + (61,11 x 4) / 4 = 84,02.

Nilai Indeks angket untuk pernyataan nomor 9 = (13,89 x 1) + (0 x 2) + (22,22 x 3)

+ (69,44 x 4) / 4 = 89,58

Selanjutnya untuk memperoleh nilai indeks pada indikator gairah dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑜 2 + 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑜 9


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
2
84,02+ 89,58
Sehingga diperoleh hasil = 86,8
2

Jadi nilai indeks indikator pada indikator gairah dapat diperoleh hasil 86,80.
101

Langkah yang sama dilakukan untuk semua indikator yang terdapat dalam

variabel minat belajar siswa yang berjumlah 9 indikator mencakup 19 deskriptor.

Nilai indeks masing-masing indikator selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7

berikut ini.

Tabel 4.7 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen

%frekuensi rata-rata
No. Indikator Deskriptor jawaban responden Indeks (%)
1 2 3 4
1 Gairah 2 8,33 8,33 22,22 61,11 84,02
86,80
9 13,89 0 22,22 69,44 89,58
2 Inisiatif 1 0 5,56 22,22 72,22 91,65
85,41
13 8,33 16,67 25 50 79,17
3 Responsif 4 13,89 27,78 25 33,33 69,44
73,96
19 8,33 11,11 38,89 41,67 78.48
4 Kesegeraan 7 13,89 19,44 33,33 33,33 71,52
72,57
17 8,33 25 30,56 36,11 73,61
5 Konsentrasi 3 2,78 5,56 8,33 83,33 93,05
87,50
8 5,56 11,11 33,33 50 81,94
6 Ketelitian 10 2,78 11,11 5,56 80,56 90,98
85,08
11 13,89 11,11 19,44 55,56 79,17
7 Kemauan 5 0 8,33 25 66,67 89,59
82,99
12 11,11 11,11 38,89 38,89 76,39
8 Keuletan 6 8,33 16,67 22,22 52,78 79,86
15 0 13,89 19,44 66,67 88,20 84,03
18 5,56 16,67 13,89 63,89 84,03
9 Kerja keras 14 30,56 5,56 33,33 30,56 65,98
76,40
16 5,56 16,67 2,78 75 86,81
Rata-rata Indeks 81,64

Rumus yang digunakan untuk menentukan kriteria penilaian angket yaitu

menggunakan kriteria Three Box Method, dengan rumus kriteria tersebut rentang

nilai yang sebelumnya diperoleh yaitu 75 dibagi menjadi tiga sehingga

menghasilkan rentang nilai sebesar 25, selanjutnya dapat digunakan sebagai

interpretasi indeks nilai dengan kriteria sebagai berikut:

25,00 – 50 = Rendah

50,01 – 75 = Sedang

75,01 – 100 = Tinggi


102

Dengan menggunakan kriteria tersebut, maka nilai indeks untuk variabel

minat belajar sebesar 81,64 termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap item pernyataan angket juga

tinggi.

4.2.3.2 Deskripsi Data Variabel Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol

Indeks variabel minat belajar siswa kelas kontrol diukur dengan 9

indikkator, yakni (1) gairah, (2) inisiatif, (3) responsif, (4) kesegeraan, (5)

konsentrasi, (6) ketelitian, (7) kemauan, (8) keuletan, dan (9) kerja keras. Semua

indikator tersebut dijabarkan dalam 19 deskriptor. Nilai indeks variabel minat

belajar siswa kelas kontrol dapat diketahui jika terlebih dahulu dihitung nilai indeks

masing-masing indikator yang digunakan untuk membangun minat belajar siswa.

Perhitungan nilai indeks indikator dapat dilakukan jika telah diketahui distribusi

frekuensi masing-masing indikator.

Jawaban responden terhadap indikator “gairah” item pernyataan nomor 2

dan 9. Jawaban responden pada pernyataan no 2 menunjukkan bahwa jawaban

terhadap skor 1 sebanyak 2 orang (5,56%), skor 2 sebanyak 10 orang (27,78%),

skor 3 sebanyak 14 orang (38,89%), dan skor 4 sebanyak 10 orang (27,78%),

selanjutnya jawaban responden untuk pernyataan no 9 menunjukkan jawaban

terhadap skor 1 sebanyak 3 orang (8,33%), skor 2 sebanyak 11 (30,56%), skor 3

sebanyak 13 orang (36,11%), dan skor 4 sebanyak 9 orang (25%).

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diperoleh nilai indikator

perencanaan pada indikator gairah dengan menghitung nilai indeks item pernyataan

seperti berikut ini:


103

Nilai Indeks angket untuk pernyataan nomor 2 = (5,56 x 1) + (27,78 x 2) + (38,89

x 3) + (27,78 x 4) / 4 = 72,23

Nilai Indeks angket untuk pernyataan nomor 9 = (8,33 x 1) + (30,56 x 2) + (36,11

x 3) + (25 x 4) / 4 = 69,45

Selanjutnya untuk memperoleh nilai indeks pada indikator gairah dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑜 2 + 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑜 9


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
2
72,23 + 69,45
Sehingga diperoleh hasil = 70,84
2

Jadi nilai indeks indikator pada indikator gairah dapat diperoleh hasil 70,84.

Langkah yang sama dilakukan untuk semua indikator yang terdapat dalam

variabel minat belajar siswa yang berjumlah 9 indikator mencakup 19 deskriptor.

Nilai indeks tiap indikator selengkapnya dapat diihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Indeks Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol

%frekuensi rata-rata
No. Indikator Deskriptor jawaban responden Indeks (%)
1 2 3 4
1 Girah 2 5,56 27,78 38,89 27,78 72,23
70,84
9 8,33 30,56 36,11 25 69,45
2 Inisiatif 1 16,67 13,89 36,11 33,33 71,53
73,96
13 8,33 16,67 36,11 38,89 76,39
3 Responsif 4 2,78 41,67 36,11 19,44 68,05
68,75
19 16,67 11,11 50 22,22 69,44
4 Kesegeraan 7 19,44 25 38,89 16,67 63,20
71,19
17 5,56 19,44 27,78 47,22 79,17
5 Konsentrasi 3 11,11 22,22 38,89 27,78 70,84
70,49
8 8,33 25 44,44 22,22 70,13
6 Ketelitian 10 11,11 36,11 27,78 25 66,67
67,37
11 13,89 25 36,11 25 68,06
7 Kemauan 5 8,33 13,89 33,33 44,44 78,47
72,92
12 16,67 22,22 36,11 25 67,36
8 Keuletan 6 11,11 27,78 38,89 22,22 68,06
15 11,11 16,67 52,78 19,44 70,14 68,75
18 8,33 33,33 36,11 22,22 68,05
9 Kerja keras 14 27,78 25 44,44 2,78 55,56
68,41
16 8,33 11,11 27,78 52,78 81,25
Rata-rata Indeks 70,30
104

Penilaian jawaban responden dimulai dari angka 1 sampai dengan 4, dengan

nilai terendah 25 dan tertinggi 100. Oleh karena itu rumus yang digunakan untuk

menentukan kriteria penilian angket yaitu menggunakan kriteria Three Box Method,

dengan rumus kriteria tersebut rentang nilai yang diperoleh yaitu 75 dibagi menjadi

tiga sehingga menghasilkan rentang nilai sebesar 25, selanjutnya dapat digunakan

sebagai interpretasi indeks nilai dengan kriteria sebagai berikut:

25,00 – 50 = Rendah

50,01 – 75 = Sedang

75,01 – 100 = Tinggi

Dengan menggunakan kriteria tersebut, maka nilai indeks untuk variabel

minat belajar sebesar 70,30 termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap item pernyataan juga

sedang.

4.2.4 Deskripsi Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diolah untuk

menguji hipotesis penelitian menganai kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa, antara kelas yang mendapat perlakuan (kelas eksperimen) dan

kelas yang tidak mendapat perlakuan (kelas kontrol). Perlakuan yang diberikan

berupa penerapan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran

matematika materi bilangan pecahan. Peneliti menentukan kelas IVA sebagai kelas

eksperimen dan IVB kelas kontrol. Adapun data hasil kemampuan pemecahan

masalah matematika setelah penerapan metode Guided Discovery Learning yaitu

sebagai berikut:
105

Tabel 4.9 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

No. Kriteria Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Jumlah siswa 36 36
2. Skor rata-rata 76,42 68,67
3. Median 78 70
4. Skor minimal 48 45
5. Skor maksimal 98 95
6. Rentang 50 50
7. Varians 164,59 102,63
8. Standar deviasi 12,83 10,13

Berdasarkan Tabel 4.9 mengenai kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal, dapat diketahui pada kelas

eksperimen dengan jumlah siswa 36 , skor rata-rata sebesar 76,42; median sebesar

78; skor minimal sebesar 48; skor maksimal sebesar 98; rentang sebesar 50; varians

sebesar 164,59; dan standar deviasi sebesar 12,83, selanjutnya untuk kelas kontrol

dengan jumlah siswa 36, diperoleh skor rata-rata sebesar 68,67; median sebesar 70;

skor minimal sebesar 45; skor maksimal sebesar 95; rentang sebesar 50; varians

sebesar 102,63; dan standar deviasi sebesar 10,13.

Data hasil posttest kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

disajikan dalam Tabel 4.10 distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Nilai Interval f (frekuensi) Nilai Interval f (frekuensi)
45-52 1 45-52 2
53-60 4 53-60 6
61-68 4 61-68 9
69-76 8 69-76 12
77-84 10 77-84 6
85-92 4 85-92 0
93-100 5 93-100 1
Jumlah 36 Jumlah 36
106

Penyajian data distribusi frekuansi nilai pretest kelas eksperimen dapat

dilihat pada Histogram 4.3 berikut ini.

Nilai Posttest Kelas Eksperimen


36
40
Frekuensi

30
20 8 10
4 4 4 5
10 1
0

Nilai

Histogram 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Berdasarkan Histogram 4.3 dapat diketahui bahwa ada 1 siswa yang

memperoleh nilai 45 sampai 52, 4 siswa memperoleh nilai 53 sampai 60, 4 siswa

memperoleh nilai 61 sampai 68, 8 siswa memperoleh nilai 69 sampai 76, 10 siswa

memperoleh nilai 77 sampai 84, 4 siswa memperoleh nilai 85 sampai 92, dan 5

siswa memperoleh nilai 93 sampai 100. Selengkapnya bisa dilihat di lampiran 45.

Penyajian data distribusi frekuansi nilai pretest kelas kontrol dapat dilihat

pada histogram berikut ini.

Nilai Posttest Kelas Kontrol


36
40
Frekuensi

30
20 9 12
6 6
10 2 0 1
0

Nilai

Histogram 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol


107

Berdasarkan Histogram 4.4 dapat diketahui bahwa ada 2 siswa yang

memperoleh nilai 45 sampai 52, 6 siswa memperoleh nilai 53 sampai 60, 9 siswa

memperoleh nilai 61 sampai 68, 12 siswa memperoleh nilai 69 sampai 76, 6 siswa

memperoleh nilai 77 sampai 84, 0 siswa memperoleh nilai 85 sampai 92, dan 1

siswa memperoleh nilai 93 sampai 100. Data selengkapnya mengenai nilai posttest

siswa kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 46.

Selanjutnya analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, analisis deskriptif

dilakukan dengan mengklasifikasikan data berdasarkan perhitungan rata-rata dan

standar deviasi, ini bertujuan untuk membuat kriteria kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa.

4.2.4.1 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas Eksperimen

Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

eksperimen dari hasil perhitungan yaitu 76,42. Berdasarkan Tabel 3.4 mengenai

kriteria kemampuan pemecahan masalah matematika, nilai rata-rata kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperiemen secara umum

dikategorikan sangat baik. Selengkapnya mengenai data kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen

No Klasifikasi Jumlah Persentase


1 Sangat baik 21 58,33%
2 Baik 14 38,89%
3 Cukup baik 1 2,78%
4 Kurang baik 0 0%
Jumlah 36 100%
108

Dari Tabel 4.11 tersebut, dapat diketahui kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas eksperimen yaitu 21 siswa masuk dalam kriteria sangat baik

(58,33%), 14 siswa masuk dalam kriteria baik (38,89%), 1 siswa masuk dalam

kriteria cukup baik (2,78%), dan 0 siswa masuk dalam kriteria kurang baik (0%).

4.2.4.2 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas Kontrol

Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas

kontrol dari hasil perhitungan yaitu 68,67. Berdasarkan Tabel 3.4 mengenai kriteria

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, nilai rata-rata kelas

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas kontrol secara umum

dikategorikan baik.

Selengkapnya mengenai data kemempuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Kontrol

No Klasifikasi Jumlah Persentase


1 Sangat baik 11 30,56%
2 Baik 23 63,89%
3 Cukup baik 2 5,56%
4 Kurang baik 0 0%
Jumlah 36 100%

Dari Tabel 4.12 tersebut, dapat diketahui kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas kontrol yaitu 11 siswa masuk dalam kriteria sangat baik

(30,56%), 23 siswa masuk dalam kriteria baik (63,89%), 2 siswa masuk dalam

kriteria cukup baik (5,56%), dan 0 siswa masuk dalam kriteria kurang baik (0%).
109

4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan kumpulan data yang diperoleh dari penelitian

yang telah dilaksanakan. Data hasil penelitian dianalisis untuk menginterpretasikan

data yang telah terkumpul dan menjawab hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan

analisis akhir atau pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat analisis.

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, homogenitas dan

uji t. Penjelasan selengkapnya mengenai uji-uji tersebut yaitu sebagai berikut:

4.3.1 Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest Siswa

Uji kesamaan rata-rata nilai pretest digunakan untuk membandingkan

kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kontrol, sehingga dapat

diketahui bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang relatif sama. Uji

kesamaan rata-rata dalam penelitian ini menggunakan Independent sampel t test.

Berikut merupakan hasil analisis uji data nilai pretest

Tabel 4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Nilai Pretest

Levene's Test for t-test for Equality of Means


Equality of
Variances

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. 95% Confidence


tailed) Differenc Error Interval of the
e Differenc Difference
e Lower Upper

Equal variances 2,340 ,131 ,416 70 ,679 1,194 2,873 -4,536 6,925

Nil assumed
ai Equal variances not ,416 65,99 ,679 1,194 2,873 -4,543 6,931

assumed 8
110

Berdasarkan Tabel 4.20 mengenai uji kesamaan rata-rata menggunakan

rumus independent sample t test untuk dua pihak diperoleh thitung sebesar 0,416

untuk harga ttabel dengan α = 0,025 (uji 2 sisi) dan df = 70 yaitu 1,994, thitung < ttabel

(0,416 < 1,994). Menurut Priyatno (2010: 23), jika –thitung ≤ ttabel ≤ thitung, maka tidak

ada perbedaan yang signifikan. Artinya tidak ada perbedaan secara signifikan

kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kontrol. Jadi dapat disimpulkan

kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang relatif sama. Oleh karena itu,

penelitian dapat dilaksanakan. Perhitungan selangkapnya bisa dilihat pada lampiran

44.

4.3.2 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis diantaranya yaitu uji normalitas data dan homogenitas

data. Uraian lengkapnya yaitu sebagai berikut.

4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas Variabel Minat Belajar Siswa

Berdasarkan rekap data nilai angket minat belajar siswa kelas eksperimen

dan kontrol pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan, dilakukan uji

normalitas data menggunakan Lilliefors pada kolom Kolmogorov-Smirnov pada

program SPSS 21. Setelah diolah dengan bantuan program SPSS 21, diperoleh hasil

uji normalitas data yang disajikan pada Tabel 4.14

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Data Minat Belajar Siswa

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,094 36 ,200* ,968 36 ,371


Nilai
Kelas Kontrol ,096 36 ,200* ,946 36 ,080

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
111

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui nilai signifikansi kelas eksperimen

pada kolom Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200, dan nilai signifikansi kelas kontrol

sebesar 0,200. Nilai signifikansi minat belajar siswa kelas eksperimen lebih dari

0,05 (0,200 > 0,05) dan kelas kontrol lebih dari 0,05 (0,200 > 0,05). Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelas dinyatakan berdistribusi normal

karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05.

4.3.2.2 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan rekap data nilai kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas eksperimen dan kontrol pada materi bilangan pecahan, dilakukan uji

normalitas data menggunakan Lilliefors pada kolom Kolmogorov-Smirnov

menggunakan program SPSS 21. Setelah diolah dengan bantuan program SPSS 21,

diperoleh hasil uji normalitas data yang disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kelas Eksperimen ,085 36 ,200* ,976 36 ,612


Nilai
Kelas Kontrol ,110 36 ,200* ,978 36 ,665

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui nilai signifikansi kelas eksperimen

pada kolom Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200, dan nilai signifikansi kelas kontrol

sebesar 0,200. Nilai signifikansi kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas eksperimen lebih dari 0,05 (0,200 > 0,05) dan kelas kontrol lebih dari

0,05 (0,200 > 0,05). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelas

dinyatakan berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05.


112

4.3.2.3 Hasil Uji Homogenitas Minat Belajar Siswa

Uji homogenitas data dilakukan apabila data berdistribusi normal. Jika data

tidak berdistribusi normal maka tidak perlu menguji homogenitasnya. Berdasarkan

uji normalitas tersebut, uji homogenitas perlu dilakukan. Pengujian homogenitas

data dilakukan dengan program SPSS 21, yaitu dengan Independent Sampel t Test.

Kemudian membandingkan nilai signifikansi Levene’s test dengan taraf

signifikansi 0,05. Kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan yaitu, jika

nilai signifikansi uji F ≥ 0,05, maka data dapat dinyatakan homogen, namun jika

nilai signifikansi F < 0,05, maka data tidak homogen (Priyatno, 2010:32). Simpulan

hasil output analisi uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini.

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Data Minat Belajar Siswa

Levene's Test for Equality of Variances


F Sig.

3,551 ,064

Berdasarkan Tabel 4.16 tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

pada kolom signifikansi (Sig.) sebesar 0,064. Nilai signifikansi tersebut lebih dari

0,05 (0,064 > 0,05) dan signifikansi uji F = 3,551 atau signifikansi tersebut lebih

dari 0,05 (3,551 > 0,05). Hasil perhitungan uji homogenitas selengkapnya terdapat

pada lampiran 50.

4.3.2.4 Hasil UjI Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Uji homogenitas data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dilakukan dengan bantuan program SPSS 21, dengan membandingkan nilai


113

signifikansi Levene’s test dengan taraf signifikansi 0,05. Simpulan hasil output

analisi uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa

Levene's Test for Equality of Variances


F Sig.

2,567 ,114

Berdasarkan Tabel 4.17 tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

pada kolom signifikansi (Sig.) sebesar 0,114. Nilai signifikansi tersebut lebih dari

0,05 (0,114 > 0,05) dan signifikansi uji F = 2,567 atau signifikansi tersebut lebih

dari 0,05 (2,567 > 0,05). Hasil perhitungan uji homogenitas selengkapnya terdapat

pada lampiran 52.

4.3.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah semua uji prasyarat analisis terpenuhi. Uji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik parametris karena data

berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dengan statistik parametris (uji-t)

dilakukan dengan bantuan program SPSS 21, menggunakan teknik Independent-

sample t-test. Teknik tersebut digunakan untuk melihat asumsi bahwa data dalam

penelitian ini berbentuk rasio dan bentuk hipotesis komparatif (2 sampel).

4.3.3.1 Pengujian Hipotesis Minat Belajar Siswa

Berdasarkan uji prasyarat analisis, diketahui data hasil minat belajar siswa

berdistribusi normal dan homogen. Setelah data hasil minat belajar siswa diuji

normalitas dan homogenitasnya, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis


114

dilakukan menggunakan uji Independent-sample t test dengan bantuan program

SPSS 21, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui simpulan penelitian dan untuk

mengetahui hipotesis yang diterima.

4.3.3.1.1 Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama yaitu mengenai perbedaan. Berikut merupakan

analisis statistik pengujian hipotesis pertama minat belajar siswa:

(1) Hipotesis Uji

Ho1 : Tidak terdapat perbedaan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan, antara yang proses pembelajarannya

menerapkan metode Guided Discovery Learning dengan yang menerapkan

metode pembelajaran konvensional.

Ho : µ1 = µ2

Ha1 : Terdapat perbedaan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan, antara yang proses pembelajarannya

menerapkan metode Guided Discovery Learning dengan yang menerapkan

metode pembelajaran konvensional.

Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 = minat belajar siswa kelas eksperimen

µ2 = minat belajar siswa kelas kontrol

(2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini yaitu α = 0, 05.

(3) Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis minat belajar siswa yaitu

menggunakan uji independent samples t test dengan program SPSS 21.


115

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang diambil untuk mengambil keputusan berdasarkan hipotesis uji

tersebut yaitu Ho diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan Ho ditolak jika -thitung <

-ttabel atau thitung > ttabel. Jika berdasarkan nilai signifikansi, Ho diterima jika

nilai signifikansi > 0,05 dan Ho ditolak jika nilai signifikansi pada kolom ≤

0,05 (Priyatno: 2010: 35-6).

(5) Perhitungan

Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Minat Belajar Siswa

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Nilai Equal
variances 3,551 ,064 5,311 70 ,000 11,250 2,118 7,025 15,475
assumed
Equal
variances
5,311 63,460 ,000 11,250 2,118 7,017 15,483
not
assumed

Berdasarkan Tabel 4.18 tersebut dapat diketahui nilai thitung sebesar 5,311

dan signifikansi pada kolom sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai ttabel dengan df = 70

dan taraf signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 1,994. Oleh karena itu thitung > ttabel

(5,311 > 1,994) dan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000 (0,000 < 0,05).

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan minat belajar

siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan antara yang proses

pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning dan yang

proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.


116

4.3.3.1.2 Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua yaitu pengujian keefektifan metode Guided

Discovery Learning terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika

materi bilangan pecahan. Untuk menguji keefektifan metode Guided Discovery

Learning, peneliti menggunakan perhitungan secara empiris dan statistik.

Pengujian keefektifan secara empiris menggunakan rumus polled varian,

sedangakn perhitungan statistik menggunakan uji pihak kanan melalui uji one

sampel t test.

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus polled varian,

diperoleh hasil 5,289 > 1,994 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima, atau pembelajaran menggunakan metode Guided

Discovery Learning efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata

pelajaran matematika materi bilangan pecahan. Perhitungan menggunakan rumus

polled varian, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 55.

Selanjutnya, untuk pengujian secara statistik keefektifan metode Guided

Discovery Learning terhadap minat belajar siswa dilakukan menggunakan uji pihak

kanan. Uji pihak kanan dilakukan melalui uji one sampel t test, dengan bantuan

program SPSS 21. Berikut ini merupakan analisis statistik pengujian hipotesis

keefektifan metode Guided Discovery Learning terhadap minat belajar siswa.

(1) Hipotesis Uji

Ho3 : Metode Guided Discovery Learning tidak efektif terhadap minat belajar

siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

Ho : µ1 ≤ µ2
117

Ha3 : Metode Guided Discovery Learning efektif terhadap minat belajar siswa

kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

Ha : µ1 > µ2

Keterangan:

µ1 = minat belajar siswa kelas eksperimen

µ2 = minat belajar siswa kelas kontrol

(2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini yaitu α = 0, 05.

(3) Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis minat belajar siswa yaitu

menggunakan uji one sample t test dengan program SPSS 21.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria untuk mengambil keputusan berdasarkan hipotesis uji tersebut yaitu

Ho diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan Ho ditolak jika -thitung < -ttabel atau thitung

> ttabel. Berdasarkan nilai signifikansi, Ho diterima jika nilai signifikansi > 0,05

dan Ho ditolak jika nilai signifikansi ≤ 0,05 (Priyatno: 2010: 35-6).

(5) Perhitungan

Hasil perhitungan uji pihak kanan dengan menggunakan uji one sample t test

dengan bantuan program SPSS 21 yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.19 Hasil Uji One Sample t Test Minat Belajar Siswa

Test Value = 70.19

T Df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of the


Difference Difference

Lower Upper

Eksperimen 6,537 35 ,000 11,254 7,76 14,75


118

(6) Simpulan

Berdasarkan Tabel 4.19, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 6,537 dan

nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai ttabel dengan df = 35 dan taraf

signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 2,030, sehingga nilai thitung > ttabel (6,537 >

2,030). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Guided Discovery Learning

efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan.

4.3.3.2 Pengujian Hipotesis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan uji prasyarat analisis, diketahui data kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa berdistribusi normal dan homogen. Setelah data hasil

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diuji normalitas dan

homogenitasnya, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan

menggunakan uji Independent-sampe t test dengan bantuan program SPSS 21, uji

hipotesis dilakukan untuk mengetahui simpulan penelitian dan untuk mengetahui

hipotesis yang diterima.

4.3.3.2.1 Hipotesis pertama

Uji hipotesis pertama yaitu mengenai perbedaan. Berikut merupakan

analisis statistik pengujian hipotesis pertama mengenai kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa:

(9) Hipotesis Uji

Ho2 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas IV, pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan

antara yang proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery

Learning dengan yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ho : µ1 = µ2
119

Ha2 : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

kelas IV, pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan antara

yang proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery

Learning dengan yang menerapkan metode pembelajaran konvensional.

Ha : µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 = kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen

µ2 = kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas kontrol

(10) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini yaitu α = 0, 05.

(11) Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis minat belajar siswa yaitu

menggunakan uji independent samples t test dengan program SPSS 21.

(12) Kriteria Keputusan

Kriteria yang diambil untuk menentukan keputusan berdasarkan hipotesis uji

tersebut yaitu Ho diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan Ho ditolak jika -thitung <

-ttabel atau thitung > ttabel. Jika berdasarkan nilai signifikansi, Ho diterima jika

nilai signifikansi > 0,05 dan Ho ditolak jika nilai signifikansi pada kolom ≤

0,05 (Priyatno: 2010: 35-6).

(13) Perhitungan

Hasil perhitungan uji hipotesis kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut.


120

Tabel 4.20 Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Nilai Equal
variances 2,567 ,114 2,845 70 ,006 7,750 2,724 2,316 13,184
assumed
Equal
variances
2,845 66,428 ,006 7,750 2,724 2,311 13,189
not
assumed

Berdasarkan Tabel 4.20 tersebut dapat diketahui nilai thitung sebesar 2,845

dan signifikansi pada kolom sig. (2-tailed) sebesar 0,006. Nilai ttabel dengan df = 70

dan taraf signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 1,994. Oleh karena itu thitung > ttabel

(2,845 > 1,994) dan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,006 (0,006 < 0,05).

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan pecahan, antara yang

proses pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning dan

yang proses pembelajaranya menggunakan pembelajaran konvensional.

4.3.3.2.2 Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua yaitu pengujian keefektifan metode Guided

Discovery Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan. Untuk menguji

keefektifan metode Guided Discovery Learning, peneliti menggunakan perhitungan

secara statistik dan empiris. Pengujian keefektifan secara empiris menggunakan

rumus polled varian, sedangakn perhitungan statistik menggunakan uji pihak

kanan melalui uji one sampel t test.


121

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus polled varian,

diperoleh hasil 2,834 > 1,994 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima, atau pembelajaran menggunakan metode Guided

Discovery Learning efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi bilangan pecahan. Perhitungan menggunakan rumus

polled varian, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 56.

Selanjutnya, untuk pengujian secara statistik keefektifan metode Guided

Discovery Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dilakukan menggunakan uji pihak kanan. Uji pihak kanan dilakukan melalui uji one

sampel t test, dengan bantuan program SPSS 21. Berikut ini merupakan analisis

statistik pengujian hipotesis keefektifan metode Guided Discovery Learning

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

(1) Hipotesis Uji

Ho4 : Metode Guided Discovery Learning tidak efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada materi bilangan

pecahan khusus soal cerita.

Ho : µ1 ≤ µ2

Ha4 : Metode Guided Discovery Learning efektif terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada materi bilangan

pecahan khusus soal cerita.

Ha : µ1 > µ2

Keterangan:

µ1 = kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen

µ2 = kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas kontrol


122

(2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji hipotesis ini yaitu α = 0, 05.

(3) Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa yaitu menggunakan uji one sample t test dengan

program SPSS 21.

(4) Kriteria Keputusan

Kriteria yang diambil untuk mengambil keputusan berdasarkan hipotesis uji

tersebut yaitu Ho diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel dan Ho ditolak jika -thitung <

-ttabel atau thitung > ttabel. Jika berdasarkan nilai signifikansi, Ho diterima jika

nilai signifikansi > 0,05 dan Ho ditolak jika nilai signifikansi pada kolom ≤

0,05 (Priyatno: 2010: 35-6).

(5) Perhitungan

Hasil perhitungan uji pihak kanan dengan menggunakan uji one sampel t test

dengan bantuan program SPSS 21 yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.21 Hasil Uji One Sample t Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa

Test Value = 68.67

t df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Difference

Lower Upper

Eksperimen 3,623 35 ,001 7,747 3,41 12,09

(14) Simpulan

Berdasarkan Tabel 4.20, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 3,623 dan

nilai signifikansinya sebesar 0,001. Nilai ttabel dengan df = 35 dan taraf

signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 2,030, oleh karena itu nilai thitung > ttabel
123

(3,623 > 2,030). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Guided Discovery

Learning efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan Metode

Konvensional terhadap Minat Belajar Siswa

Pengamatan data hasil minat belajar siswa pada kelas eksperimen dan

kontrol menunjukkan perbedaan. Perbedaan pada minat belajar siswa di kelas

eksperimen dan kontrol menunjukkan adanya perbedaan minat belajar siswa antara

yang dalam proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery

Learning dan konvensional.

Salah satu ciri pembelajaran yaitu adanya hubungan timbal balik antara guru

dan siswa dalam suasana edukatif (Setijowati, 2013: 2). Oleh karena itu, keaktifan

guru harus disertai dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya tumbuh dari dalam diri siswa yaitu

berupa gejala psikologis. Tidjan (1976) dalam Suyono dan Hariyanto (2015: 177),

menyatakan gejala psikologis sebagai minat yang menunjukkan perasaan senang

terhadap suatu objek. Perasaan senang yang timbul pada diri siswa menunjukkan

bahwa siswa berminat dalam pembelajaran.

Minat dalam diri siswa dapat tumbuh salah satunya dengan penggunaan

metode Guided Discovery Learning, dalam tahap pelaksanaan metode Guided

Discovery Learning terdapat komponen pembelajaran yang merangsang minat

siswa, sehingga siswa berminat terhadap pembelajaran. Komponen pembelajaran


124

tersebut yaitu menarik perhatian siswa, mendorong interaksi siswa, dan

memberikan pengalaman yang darinya pengetahuan dapat dikontruksi. Ketiga

komponen pembelajaran tersebut, memiliki pengaruh besar terhadap minat siswa

dalam pembelajaran.

Kegiatan menarik perhatian siswa, kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang

menyenangkan bagi siswa dengan cara guru memberikan apresepsi yang unik dan

mengasyikan, dengan demikian perhatian siswa akan terpusat kepada guru. Hal ini

baik dilaksanakan sebagai persiapan siswa menghadapi pembelajaran. Kemudian,

kegiatan mendorong interaksi sosial, melalui kegiatan ini siswa diberikan

keleluasaan untuk mengemukakan pendapat, menjawab, dan mengajukan

pertanyaan, sehingga siswa lebih tertantang dan tertarik terhadap pembelajaran.

Selanjutnya, kegitan memberikan pengalaman untuk mengkontruksi pengetahuan,

kegiatan ini bisa menumbuhkan minat siswa dengan memberikan pengalaman yang

dekat dengan kehidupan siswa, misalnya kegiatan siswa di rumah, di sekolah dan

di masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan minat di kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol.

Kriteria minat siswa dalam pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol

berdasarkan pada empat dimensi minat belajar, yakni: (1) kesukaan, (2)

ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan. Keempat dimensi minat belajar ini

kemudian dijabarkan menjadi sembilan indikator, yakni: (1) gairah, (2) inisiatif, (3)

responsif, (4) kesegeraan, (5) konsentrasi, (6) ketelitian, (7) kemauan, (8) keuletan,

dan (9) kerja keras, (Sudaryono, dkk, 2013: 90). Kesembilan indikator ini kemudian

dijabarkan ke dalam 19 deskriptor yang digunakan untuk membuat instrumen

penelitian.
125

Berdasarkan hasil nilai indeks angket minat belajar siswa kelas eksperimen,

diperoleh hasil indikator tertinggi pada indikator ‘konsentrasi” dengan nilai indeks

sebesar 87,50%, sedangkan yang terendah pada indikator “kesegeraan” dengan nilai

indeks sebesar 72,57%. Indikator tertinggi kelas kontrol terdapat pada indikator

“inisiatif” dengan nilai indeks sebesar 73,96%, sedangkan nilai indeks terendah

pada indikator “ketelitian” dengan nilai indeks sebesar 67,37%.

Berdasarkan data nilai indeks tiap indikator tersebut dapat dianalisis sebagai

berikut, nilai indeks indikator tertinggi kelas eksperimen pada indikator

“konsentrasi” dibandingkan dengan kelas kontrol, terdapat selisih sebesar 17,01,

selanjutnya indikator terendah kelas eksperimen pada indikator “kesegeraan”

dibandingkan dengan kelas kontrol terdapat selisih sebesar 1,38. Indikator tertinggi

kelas kontrol terdapat pada indikator “inisiatif” dibandingkan dengan kelas

eksperiemen, terdapat selisih sebesar -11.45%, selanjutnya indikator terendah kelas

kontrol pada indikator “ketelitian” dibandingkan dengan kelas eksperimen, terdapat

selisih -17,71%.

Selanjutnya, dilakukan perbandingan nilai deskriptor minat belajar siswa

kelas eksperimen dan kontrol. Deskriptor minat belajar kelas eksperimen yang

paling tinggi yaitu pada deskriptor “Saya memperhatikan guru yang sedang

memberikan pelajaran” dengan nilai indeks 93,05%. Deskriptor terendah terletak

pada deskriptor “Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk bermain bersama

teman-teman” dengan nilai indeks 65,98%. Deskriptor minat belajar kelas kontrol

tertinggi pada deskriptor ”Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai yang

baik” dengan nilai indeks 81,25%. Deskriptor terendah terletak pada deskriptor
126

“Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk bermain bersama teman-teman”

dengan nilai indeks 55,56%.

Dari data nilai indeks tersebut terdapat kesamaan pada deskriptor terendah

kelas eksperimen dan kontrol, yaitu deskriptor “Saya menggunakan waktu luang di

rumah untuk bermain bersama teman-teman” pada indikator kerja keras. Hal ini

karena siswa di kedua kelas tersebut kurang diberikan tugas dan latihan soal.

Kemudian deskriptor tertinggi di kelas eksperimen yaitu deskriptor “Saya

memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran” dibandingkan dengan

kelas kontrol memiliki perbedaan yang signifikan dengan selisih nilai indeks

22,21%, hal ini karena siswa kelas eksperimen mengkontruksi pengalaman mereka

menjadi pengetahuan, dan guru mendorong siswa untuk membuat abstraksi, kedua

hal ini terdapat dalam komponen pembelajaran Guided Discovery Learning,

sedangkan nilai indeks deskriptor tertinggi kelas kontrol terdapat pada deskriptor

“Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai yang baik” dibandingkan

dengan kelas eksperimen, terdapat selisih sebesar -5,56%.

Berdasarkan hasil analisis data nilai indeks masing-masing indikator,

diperoleh nilai rata-rata presentase minat belajar siswa kelas eksperimen sebesar

81,64, nilai tersebut termasuk dalam kriteria sedang, sedangkan kelas kontrol hanya

memperoleh nilai rata-rata sebesar 70,30 dan tergolong kriteria rendah. Hal ini

berarti terdapat perbedaan minat belajar yang signifikan antara yang proses

pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning, dengan yang

proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu,

perbedaan minat belajar siswa ini, dapat diketahui melalui uji hipotesis penelitian.
127

Pengujian hipotesis yang menyatakan perbedaan minat belajar siswa,

diperoleh hasil thitung > ttabel (5,311>1,994), dan nilai signifikansi yang diperoleh

yaitu 0,000 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, atau

terdapat perbedaan minat belajar siswa antara yang pembelajarannya menggunakan

metode Guided Discovery Learning dan yang pembelajarannya menggunakan

pembelajaran konvensional.

4.4.2 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan Metode

Konvensional terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Data hasil pengamatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan. Perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas eksperimen dan kontrol

menunjukkan adanya perbedaan perlakuan antara yang proses pembelajarannya

menggunakan metode Guided Discovery Learning dan konvensional.

Metode Guided Discovery Learning merupakan metode yang melatih siswa

untuk mampu memecahkan suatu permasalahan, khususnya permasalahan

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini menuntut guru untuk aktif

memberikan bimbingan dan arahan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri

siswa, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan yang

dikemukakan Abimanyu, dkk (2008: 7-10), metode discovery bertujuan untuk

mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

Penerapan metode Guided Discovery Learning dalam pembelajaran

matematika, memberikan kesempatan kepada guru untuk menuntun dan

membimbing siswa menyelesaikan permasalahan matematika secara sistematis


128

melalui prosedur atau langkah-langkah yang tepat. Metode ini juga memberikan

kesempatan siswa untuk melakukan pemecahan masalah dan menemukan hasil

secara mandiri, sehingga siswa akan mudah paham dan mengingat materi

pembelajaran. Abimanyu, dkk (2008: 7-10) menyatakan bahwa salah satu tujuan

metode discovery yaitu agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,

dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya tidak mudah

untuk dilupakan.

Variabel kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini

lebih kepada aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotor tidak diukur

dalam penelitian ini. Instrumen kemampuan pemecahan msalah ini diukur dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa soal dengan jumlah 8 butir soal. Soal

yang digunakan dalam penelitian merupakan soal bentuk uraian, yang menekankan

pada kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang

sistematis. Soal tersebut sebelumnya telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan

tingkat kesukaran, dengan tujuan agar soal yang digunakan untuk penelitian

memiliki kualitas baik.

Data hasil penelitian diperoleh dengan melakukan pembelajaran di kelas

eksperimen dan kontrol, kedua kelas tersebut mendapatkan perlakuan yang

berbeda. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan berupa penggunaan metode

Guided Discovery Learning dalam proses pembelajaran sedangkan kelas kontrol

tidak mendapatkan perlakuan, artinya pembelajaran yang dilaksanakan di kelas

kontrol tetap menggunakan pembelajaran konvensional seperti biasanya.

Selanjutnya, data hasil penelitian diperoleh melalui tes awal dan akhir.
129

Penilaian yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu dengan mengidentifikasi

langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut, dan

memberikan skor pada setiap langkahnya. Skor maksimal yang dapat diperoleh

siswa pada setiap butir soal adalah 5. Berdasarkan data hasil kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata

76,42 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 68,67. Hal ini menunjukan

bahwa ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara

kelas eksperimen dan kontrol.

Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terjadi

karena dalam proses pembelajaran matematika di kelas eksperimen, siswa

diberikan kesempatan untuk berinteraksi, baik dengan guru maupun dengan siswa.

Selain itu, guru sebelumnya menjelaskan secara lengkap mengenai prosedur

penyelesaian masalah matematika dengan cara mengajak siswa aktif untuk

mengkontruksi pengalaman yang telah mereka miliki kedalam bentuk abstrak,

menggunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan siswa. Pada dasarnya

dengan menggunakan metode Guided Discovery Learning, guru membantu siswa

untuk memahami dan memaknai proses pembelajaran atas dasar apa yang mereka

usahakan, bukan pada apa yang mereka peroleh.

Berbeda dengan kelas kontrol, pembelajaran dilakukan menggunakan

metode konvensional. Guru hanya menjelaskan materi pembelajaran dan

memberikan latihan-latihan soal, siswa hanya duduk dan mencatat materi pelajaran.

Hal ini menyebabkan interaksi sosial antara guru dan siswa tidak terjadi.

Pembelajaran menjadi kurang bermakna, siswa hanya memperoleh sedikit sekali


130

informasi, karena siswa tidak diberiken kesempatan untuk mengembangkan diri,

dan siswa akan cepat bosan terhadap pembelajaran, akhirnya materi yang diberikan

guru tidak sepenuhnya dipahami siswa.

Selanjutnya, berdasarkan analisis instrumen soal untuk tingkat kesukaran

soal dengan variasi mudah, sedang, dan sukar, diperoleh gambaran mengenai

penyebab perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, yaitu

pada soal no. 1 dan 6 dengan indikator soal “siswa dapat menyatakan suatu

permasalahan kedalam bentuk pecahan dan melakukan operasi pengurangan”. Skor

yang mampu diraih siswa yaitu 2 poin, dari skor maksimal 5 poin. Penyebabnya

yaitu siswa secara umum masih belum mampu memahami hal yang bersifat abstrak.

Menurut Piaget (1988) dalam Rifa’i dan Anni (2011: 29), anak yang berusia 7-11

tahun sudah mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam

bentuk benda konkrit.

Kemudian perolehan skor kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas kontrol pada masing-masing soal hanya memperoleh skor maksimal 4,

siswa kelas kontrol menjawab soal-soal tersebut secara langsung tanpa

memperhatikan sistematika penyelesaian soal uraian, dan siswa kelas kontrol masih

kesulitan dalam menyusun kalimat simpulan dari hasil yang diperoleh. Hal ini

karena pada saat proses pembelajaran di kelas kontrol, siswa hanya memahami

materi yang guru sampaikan melalui apa yang mereka dengar dan tulis.

Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan berdasarkan analisis statistik

dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan independent sample t test

melalui program SPSS 21 diperoleh hasil thitung sebesar 2,845, dengan signifikansi

0,025 (uji 2 sisi) dan df = 70 diperoleh ttabel sebesar 1,994. Hasil uji hipotesis
131

menunjukkan bahwa thitung > ttabel, (2,845>1,994), jadi dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima, atau ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran menggunakan metode

Guided Discovery Learning dan pembelajaran konvensional.

4.4.3 Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap Minat

Belajar Siswa

Metode Guided Discovery Learing memberikan kesempatan siswa untuk

meningkatkan kamampuan diri dan mengembangkan pengetahuan yang telah

dimiliki, sehingga siswa mampu memahami bagaimna proses belajar itu. Proses

belajar dipengaruhi berapa faktor, salah satunya yaitu faktor yang berasal dari

dalam diri siswa, berupa kondisi psikologis siswa. Faktor psikologis ini

berhubungan dengan kondisi siswa, dilihat dari keinginan siswa untuk melakukan

sesuatu, faktor psikologis ini meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan. (Slameto, 2012: 54).

Minat sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan belajar yang

dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa, memungkinkan berpengaruh negatif

terhadap hasil belajar siswa, demikian juga sebaliknya (Susanto, 2013: 66). Minat

belajar juga tumbuh dari proses belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Mikarsa

(2007: 3.10) “Minat berkembang melalui proses belajar”. Oleh karena itu, proses

pembelajaran yang baik perlu dilakukan guru agar siswa berminat dalam

pembelajaran.

Hasil perhitungan data minat belajar siswa yang proses pembelajarannya

menggunakan metode Guided Discovery Learning menunjukkan nilai indeks

sebesar 81,64% dan metode konvensional sebesar 70,30%. Data nilai indeks
132

tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajarannya menggunakan metode

Guided Discovery Learning lebih efektif terhadap minat dibandingkan dengan

metode konvensional.

Keefektifan Metode Guided Discovery Learing yang dilaksanakan di kelas

eksperimen membuat siswa lebih berminat, dilihat dari indikator gairah siswa

deskriptor “saya tidak senang mengikuti pelajaran matematika” kelas eksperimen

memperoleh nilai indeks sebesar 84,02% dan deskriptor “saya mengantuk di kelas

pada saat pembelajaran matematika” sebesar 89,58%. Rata-rata nilai indeks pada

indikator gairah sebesar 86,80%. Data indeks tersebut menunjukkan bahwa kelas

eksperimen lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran. Suryosubroto (2009:

185) menyatakan bahwa metode Guided Discovery Learing membangkitkan gairah

pada siswa, hal ini karena siswa merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan

keberhasilan dan kegagalan.

Hasil analisis nilai indeks minat belajar siswa kelas eksperimen, diperoleh

nilai indeks tertinggi pada indikator konsentrasi yaitu sebesar 87,50%. Hal ini

disebabkan proses pembelajaran Guided Discovery Learning menuntut siswa untuk

secara cermat mengamati dan memahami setiap langkah yang digunakan untuk

memecahkan masalah matematika. Kecermatan siswa juga terlihat pada indikator

ketelitian, pada indikator ketelitian diperoleh nilai indeks sebesar 85,08%, ini

menunjukkan bahwa penggunaan metode Guided Discovery Learing selain

menjadikan siswa berkonsentrasi dalam memahami langkah-langkah pemecahan

masalah, siswa juga terlatih untuk teliti dalam menyusun dan mengurutkan langkah-

langkah tersebut secara sistematis.


133

Selanjutnya, indikator dengan nilai indeks terendah di kelas eksperimen

yaitu pada indikator kesegeraan dengan nilai indeks 72,57%. Indikator kesegeraan

deskriptor “saya bermain terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas yang

diberikan guru” memperoleh nilai indeks sebesar 71,52%, kemudian pada

deskriptor “saya mengerjakan PR yang diberikan oleh guru sebelum bermain

bersama teman-teman” memperoleh nilai indeks sebesar 73,61%. Hal ini

disebabkan karena siswa tidak diperintahkan untuk segera menyelesaikan

permasalahan yang diberikan, melainkan siswa diajak untuk memahami setiap

langkah-langkah penyelesaian masalah melalui metode Guided Discovery Learning

yang diterapkan guru.

Hasil analisis nilai indeks minat belajar siswa kelas kontrol, diperoleh nilai

indeks tertinggi pada indikator inisiatif yaitu sebesar 73,96%. Indikator inisiatif

deskriptor “saya membawa sembarang buku ke sekolah tanpa menjadwal terlebih

dahulu” memperoleh nilai indeks sebesar 71,53%, dan pada deskriptor “saya

mendiskusikan materi yang belum jelas dengan teman saya” sebesar 76,39%. Hal

ini disebabkan proses pembelajaran di kelas kontrol dengan peneliti sebagai guru,

telah mengkondisikan siswa terlebih dahulu, dan pembelajaran konvensional yang

dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran siswa lebih sering dilibatkan

dalam kegiatan diskusi.

Indikator dengan nilai indeks terendah di kelas kontrol yaitu pada indikator

kerja keras dengan nilai indeks 68,41%. Hal ini karena pembelajaran di kelas

kontrol tidak menggunakan metode Guided Discovery Learing. Metode Guided

Discovery Learing ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengmbangkan atau


134

memperbanyak keterampilan dan proses kognitif siswa yang datang dari usaha

siswa untuk menemukan, jadi siswa belajar bagaimana belajar itu (Suryosubroto,

2009: 185). Kelebihan tersebut menunjukan bahwa metode Guided Discovery

Learing melatih siswa untuk berusaha keras menemukan penyelesaian yang sesuai

dengan permasalhan matematika yang diberikan. Jadi siswa akan terlatih untuk

selalu mencoba dan berusaha keras.

Selanjutnya, uji keefektifan metode Guided Discovery Learning dilakukan

dengan uji secara empiris dengan menggunakan rumus poolled varian, dan uji

statistik dengan menggunakan uji one sample t test. Perhitungan menggunakan

rumus poolled varians diperoleh hasil thitug > ttabel (5,289 > 1,994), selanjutnya

pengujian menggunakan uji one sample t test dengan bantuan program SPSS 21,

diperoleh hasil thitug sebesar 6,537, kemudian nilai ttabel dengan df = 35 dan taraf

signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 2,030, sehingga thitug > ttabel (6,537 > 2,030). Jadi

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau proses pembelajarannya

menggunakan metode Guided Discovery Learning lebih efektif terhadap minat

belajar siswa dibandingkan dengan yang proses pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan analisis statistik yang telah

dijabarkan, dapat disimpulkan metode Guided Discovery Learning efektif terhadap

minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika materi bilangan

pecahan.

4.4.4 Keefektifan Metode Guided Discovery Learning terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika

Data hasil perhitungan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

menggunakan metode Guided Discovery Learning dan konvensional menunjukkan


135

bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika yang dalam proses

pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learing, lebih tinggi

dibandingkan dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode

konvensional. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa antara yang pembelajarannya menggunakan metode Guided

Discovery Learning dengan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional.

Metode Guided Discovery Learning memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar melakukan penemuan dalam memecahkan suatu permasalahan.

Permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini berupa permasalahan

matematika, dimana siswa diberikan kesempatan untuk menemukan langkah yang

tepat dan sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Proses penemuan ini,

dilakukan dengan cara pemberian bantuan oleh guru yang berupa arahan dan

petunjuk, jadi guru tidak sepenuhnya memberikan bantuan mengenai cara

penyelesaian permasalahan tersebut.

Metode Guided Discovery Learing menurut Jacobsen, dkk (2009: 2010)

memiliki empat tahap pembelajaran, yakni: (1) tahap pengenalan dan review, (2)

tahap terbuka, (3) tahap konvergen, (4) tahap penutup. Keempat tahap tersebut

dijabarkan kedalam komponen pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut

terdiri dari proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode Guided

Discovery Learing.

Pada tahap pengenalan dan reviwe, guru memulai dengan media fokus

berupa kumpulan gambar mengenai bilangan pecahan, siswa memperhatikan dan


136

mengamati apa yang guru tampilkan. Melalui tahap ini siswa diajak guru untuk

menghidupkan pengetahuan sebelumnya mengenai operasi hitung pecahan. Hal ini

berdasarkan pendapat Hurlock (1990) dalam Kurnia, dkk (2008: 3-7 – 8) yang

menyatakan bahwa perkembangan konsep mengikuti suatu pola seperti konsep baru

dikaitkan dengan yang telah ada, konsep berkembang dari yang sederhana menjadi

kompleks, dan dari konkret menjadi abstrak. Oleh karena itu penting bagi guru

untuk menghidupkan pengetahuan sebelumnya, yang selanjutnya dihubungkan

dengan pengetahuan baru, sehingga akan tercipta pemahaman yang baik terhadap

materi pelajaran.

Tahap terbuka yaitu memberikan contoh permasalahan matematika dengan

melakukan perbandingan dan pengamatan, hal ini bertujuan untuk melatih siswa

logika siswa dalam berimajinasi dan mengaitkan contoh-contoh yang diberikan

dengan kehidupan siswa. Pada tahap ini siswa Sehingga siswa akan lebih mudah

memahami dan paham terhadap apa yang guru jelaskan.

Tahap konvergen, yaitu tahap dimana guru memberikan bantuan atau

bimbingan mengenai permasalahan yang sebelumnya guru berikan pada tahap

terbuka. Siswa dalam tahap ini diberikan rangsangan untuk aktif bertanya dan

mengemukakan pendapat, dengan harapan siswa mampu menemukan jawaban

mengenai permasalahan matematika yang diberikan guru. Kegiatan ini akan

melatih siswa untuk berani dan kritis dalam memecahkan permasalahan

matematika.

Tahap terakhir yaitu penutup, pada tahap ini siswa diberikan arahan untuk

membuat suatu rangkuman mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini
137

bertujuan agar siswa dapat berlatih melakukan kegiatan penemuan sendiri dalam

memecahkan permasalahan matematika. Pada tahap ini juga guru memberikan

simpulan dan klarifikasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa.

Empat tahap tersebut dalam proses pembelajaran dilakukan secara runtut

dan diperhatikan pelaksanaannya melalui lembar observasi metode pembelajaran

Guided Discovery Learning. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

Guided Discovery Learning, menjadikan siswa lebih mudah untuk menyerap materi

yang guru ajarkan, sehingga siswa lebih bersemangat untuk terus belajar. Berbeda

dengan pembelajaran konvensional yang hanya mementingkan hasil belajar siswa,

sehingga siswa malas untuk belajar.

Penelitian ini menggunakan 4 indikator soal yang dijabarkan dalam 8 soal

kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan data hasil kemampuan

pemecahan masalah matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat

ditemukan hasil yang menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu pada indikator

“Siswa dapat melakukan operasi hitung campuran yang berhubungan dengan

permasalahan sehari-hari”.

Pada indikator tersebut terdapat 3 buah soal pecahan, dengan penyebut yang

berbeda dan menggunakan bilangan puluhan pada soal nomor 2 dan 8. Rata-rata

siswa kelas kontrol kurang teliti dalam menyamakan penyebut, sehingga hasil akhir

dan kesimpulan yang diperoleh keliru. Hal ini dikarenakan siswa kelas kontrol tidak

melalui tahap “pengenalan dan review” di mana pada tahap ini siswa diajak untuk

mengingat kembali dan menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang


138

akan dipelajari, karena pada proses menyamakan penyebut pecahan dilakukan

dengan cara mencari KPK terlebih dahulu.

Selanjutnya, secara umum dari 8 soal yang diberikan, siswa kelas kontrol

menjawab secara singkat tanpa melalui prosedur atau langkah-langkah yang sesuai

dengan penyelesaian soal uraian. Berbeda dengan kelas eksperimen, siswa kelas

eksperimen mampu menyelesaikan soal dengan mengurutkan dan membuat

simpulan melalui prosedur yang tepat dan sistematis. Proses penyelesaian ini

diberikan guru melalui metode Guided Discovery Learing, dengan metode ini siswa

dibimbing untuk melakukan penyelesaian masalah. Menurut Poyla (1975) dalam

Budhayanti (2008: 9-9 – 10) penyelesaian masalah dilakukan dengan cara

memahami masalah, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, dan

melihat kembali.

Secara umum data hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kelas eksperimen terdapat 21 siswa masuk

dalam klasifikasi sangat baik, 14 siswa baik, 1 siswa cukup baik, sedangkan kelas

kontrol 11 siswa mempunyai klasifikasi sangat baik, 23 baik, 2 cukup baik. Dari

data tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas eksperimen rata-rata masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan

kelas kontrol masuk dalam kategori baik.

Selanjutnya hasil pengujian hipotesis keefektifan metode Guided Discovery

Learning, uji hipotesis dilakukan secara empiris dengan menggunakan rumus

poolled varian, dan uji statistik dengan menggunakan uji one sample t test.

Perhitungan menggunakan rumus poolled varians diperoleh hasil thitug > ttabel (2,834
139

> 1,994), selanjutnya pengujian menggunakan uji one sample t test dengan bantuan

program SPSS 21, diperoleh hasil thitug sebesar 3,623, kemudian nilai ttabel dengan

df = 35 dan taraf signifikansi 0,025 (uji 2 sisi) yaitu 2,030, sehingga thitug > ttabel

(3,623 > 2,030). Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau

proses pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning lebih

efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dibandingkan

dengan yang proses pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan analisis statistik yang telah

dijabarkan, dapat disimpulkan metode Guided Discovery Learning efektif terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV pada mata pelajaran

matematika materi bilangan pecahan.


BAB 5

PENUTUP

Bagian penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan adalah jawaban dari hipotesis

yang diajukan peneliti, berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. Selanjutnya saran pada bagian ini berupa saran bagi guru, siswa,

sekolah, dan peneliti lanjutan. Uraian lengkapnya mengenai simpulan dan saran

yaitu sebagai berikut:

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian eksperimen pada pembelajaran matematika materi

bilangan pecahan dengan menggunakan metode Guided Discovery Learning pada

siswa kelas IV SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal, maka dapat dikemukakan

simpulan penelitian sebagai berikut:

(1) Terdapat perbedaan yang signifikan minat belajar siswa kelas IV pada mata

pelajaran matematika materi bilangan pecahan antara pembelajaran yang

menggunakan metode Guided Discovery Learning dan pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan

independent samples t test melalui program SPSS 21 yang menunjukkan bahwa

nilai thitung > ttabel (5,311 > 1,994) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000

< 0,05).

(2) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi bilangan pecahan antara pembelajaran yang

140
141

menggunakan metode Guided Discovery Learning dan pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan

independent samples t test melalui program SPSS 21 yang menunjukkan bahwa

nilai thitung > ttabel (2,845 > 1,994) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,006

< 0,05).

(3) Minat belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika materi bilangan

pecahan dengan metode Guided Discovery Learning lebih baik daripada

pembelajaran konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa metode Guided

Discovery Learning efektif terhadap minat belajar siswa. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji hipotesis menggunakan one sample t test (uji pihak kanan)

melalui program SPSS 21 yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (6,537 > 2,030)

dan nilai signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05).

(4) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas IV dalam

pembelajaran matematika materi bilangan pecahan dengan metode Guided

Discovery Learning lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Jadi dapat

dikatakan bahwa metode Guided Discovery Learning efektif terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji hipotesis menggunakan one sample t test (uji pihak kanan) melalui

program SPSS 21 yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (3,623 > 2,030) dan

nilai signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05).

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, bahwa metode Guided

Discovery Learning efektif terhadap minat dan kemampuan pemecahan masalah


142

matematika siswa pada materi bilangan pecahan, sehingga dapat dirumuskan saran

sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Siswa

Agar pelaksanaan pembelajaran dengan metode Guided Discovery

Learning dapat berjalan dengan baik, siswa disarankan:

(1) Memperhatikan dengan baik penjelasan guru mengenai materi pelajaran dan

pelaksanaan metode Guided Discovery Learning.

(2) Rajin berlatih soal-soal matematika, karena semakin sering berlatih

mengerjakan soal matematika, maka pengetahuan akan bertambah, sehingga

lebih memahami materi yang sedang dipelajari.

5.2.2 Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terbukti penerapan metode

Guided Discovery Learning efektif dalam pembelajaran matematika materi

bilangan pecahan. Oleh karena itu, guru hendaknya mulai menggunakan metode

tersebut dalam pembelajaran, sehingga guru disarankan untuk:

(1) Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat

berpartisipasi aktif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk terus belajar.

(2) Memberikan penjelasan secara rinci mengenai pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan metode Guided Discovery Learning, hal ini bertujuan

agar siswa memahami langkah-langkah pelaksanaan metode Guided Discovery

Learning. Dengan demikian, pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan

rencana.
143

(3) Menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran Guided Discovery

Learning, sehingga pada saat guru melaksanakan metode tersebut, guru bisa

melaksanakannya dengan baik, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5.2.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode Guided Discovery

Learning lebih efektif dalam meningkatkan minat dan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa daripada metode konvensional dalam pembelajaran

matematika di SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Oleh karena itu, kepada pihak

sekolah disarankan untuk:

(1) Memberikan sosialisasi mengenai metode Guided Discovery Learning kepada

guru. Melalui proses sosialisasi, diharapkan semua guru kelas mengetahui

bahwa metode Guided Discovery Learning efektif terhadap minat dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

(2) Memberikan fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan metode Guided

Discovery Learning, sehingga pelaksanaan metode tersebut bisa lebih baik.

Fasilitas yang dimaksud yaitu media pembelajaran, buku-buku yang relevan

dan sumber-sumber belajar lain yang memadai.

5.2.4 Bagi Peneliti Lanjutan

Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis mengenai

metode Guided Discovery Learning, disarankan untuk memperhatikan kelemahan

dan kelebihan serta langkah-langkah pelaksanaan metode Guided Discovery

Learning. Selain itu, peneliti lanjutan perlu memperbanyak refrensi mengenai

metode Guided Discovery Learning, sehingga penelitian yang akan dilakukan

semakin baik.
144

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli., dkk. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Akanmu, M. Alex and Fajemidagba, M. Olubusuyi. 2013. Guided discovery


Learning Strategy and Senior School Students Performance in Mathematics
in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and Practice 4(12): 82-90.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

_________. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aisyah, Nyimas., dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.


Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Budhayanti, C.I.S. 2008. Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Yarama Widya.

Dwiguna, Hayati. 2013. Perbandingan Penggunaan Model Guided Inquiry


(Inquiri Terbimbing) dan Model Guided Discovery Learning untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Universitas


Diponegoro

Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Haris, Fuad. 2015. Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri Karangpandan
Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta. Tidak Diterbitkan.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang: IKIP MALANG.
145

Istiqomah, Fatih. 2014. Penerapanan Model Guided Discovery Learning untuk


Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Universitas
Lampung. Tidak Diterbitkan.

Jacobsen, David A, dkk, 2009. Method for Teaching, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak lainnya.
Jogjakarta: Diva Press.

Karso. dkk. 2009. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka.

Kurnia, Ingridwati., dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Lapono, Nabisi., dkk. 2008. Belajar dan Pembelajarn di SD. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional.

Lavine, Robert. A. 2012. Guided Discovery Learning. Washington DC: The George
Washington University School of Medicine and Health Sciences

Limin, C., W.V. Dooren, dan L. Verschaffel. 2013. The Relationship between
Student’s Problem Posing andProblem Solving Abilities and Beliefs: A
Small-Scale Study with Chinese Elementary School Children. Frontiers of
Education in China Higher Education Press, 8/1: 147 – 61. Available at
http://journal.hep.com.cn/fed/EN/10.%203868/110-002-013-0010-5 (diakses
21/11/2015)

Mayer, Richard E, 2004, Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure


Discovery Learning, American Psychologist Vol. 59., No.1, 14-19

Mikarsa, H. L., dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Mustaqim, Burhan dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan
MI kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan


atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional
Pendidikan.
146

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS: Plus! Tata Cara
dan Tips Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat!. Yogyakarta: Penerbit
Media Kom.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Qorri’ah. 2011. Penggunaan Metode Guided Discovery Learning untuk


Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Lengkung. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tidak
Diterbitkan.

Redi, Fransiskus. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Penemuan


Terbimbing (Guided Discovery) terhadap Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Matematika Kelas III SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Kristen Satya
Wacana. Tidak Diterbitkan.

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i dan Anni, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Setijowati, Umi. 2013. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013.


Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatidf


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.


147

Sulistiyaningsih, Eko Nur. 2013. Penerapan Model Guided Discovery Learning


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Jaring- Jaring
Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SDN 7 Klumpit Tahun Pelajaran
2012/2013. Universitas Muria Kudus. Tidak Diterbitkan.

Sumanirti, dkk. 2014. Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap


Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Di SD Gugus VII Kecamatan Sawan
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD. (2): 1.

Sunjoyo, dkk. 2013. Aplikasi SPSS untuk SMART Riset. Bandung: Alfabeta.

Surya, Muhamad. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung:


Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto, Akhmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana.

Suyono dan Hariyanto. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Sya’ban, A. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian Aplikasi Program SPSS dan
Teknik Menghitungnya. Disampaikan pada Pelatihan Metode Penelitian hari
Selasa, 13 Desember 2005 di Laboratorium Komputer Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Available at http://www.stiead.ac.id/index.php/direktori-
khusus/doc_download/44-diktat-analisis-data (diakses 29/012016).

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Berparadigma


Eksploratif dan Investigatif. Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan


Nasional. 8 Juli 2003.

Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Mungi Edi. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
Press.
148

Widoyoko, E. P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif


Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winataputra, U. S., dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.
149

Lampiran 1
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR SISWA KELAS EKSPERIMEN (IVA)


JENIS
NO NIS NAMA
KELAMIN
1 2896 FIRMANSYAH L L
2 2925 FANDHI DWI SAPUTRA L L
3 2910 NURHALIZA P
4 2963 ANANDA ZULFA KHARUN HUSA P P
5 2964 ATIQOH P P
6 2965 DHEA NINDA YUNISABELA P P
7 2966 DIMAS ADITYA L L
8 2968 FARREL FENANDI L L
9 2969 FATIMAH P P
10 2970 FEBRI SAPUTRA L L
11 2971 GALUH RAMAHDANI L L
12 2972 HAEKAL DWI DUANDRA L L
13 2973 IKHSAN ADITYA L L
14 2974 ILHAM AFRIANA L L
15 2975 ISNAWATI P P
16 2976 JUANDA DADLYKA L L
17 2977 KHAERI HIDAYAT L L
18 2978 KHOIRUNISA P P
19 2979 LINA LUSIANA P P
20 2980 MOH. KAMAL BUSTAMI L L
21 2981 MOH. RIZKY NUR FADIL L L
22 2982 MOH. SOFYAN L L
23 2983 MUH. FADHIL ATQIYA L L
24 2984 MUH. FAUZI SETIAWAN L L
25 2985 MUH. NUR YULIA ASHAR L L
26 2986 NAYANTAKA VIRSA ARTDERO L L
27 2987 NOVI RESTU SAFITRI P P
28 2988 REVA NUR AGUSTIANI P P
29 2989 RIZKA AMALIA P P
30 2991 SITI ANISA P P
31 2992 SOVI RISKI INAYATUL CHUSNA P P
32 2994 YANUAR DWI ABIM ADITYA L L
33 2995 ZAKI KHOIRUL ANAM L L
34 3035 DURRYNA LAILA FELICITIA P
35 3137 KHAERUL ANAM L
36 AKHMAD EVAN BAHTIAR L
150

Lampiran 2
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR SISWA KELAS KONTROL (IVB)


JENIS
NO NIS NAMA
KELAMIN
1 2667 M. SUBEKHI L L
2 2919 AMRINA AL HUSNA L P
3 2996 AHMAD FIRMANSYAH L L
4 2997 AL-FINAPUTRI SUKMADIYANTI P P
5 2998 ANITA DWI APRILIYANI P P
6 2999 ARMAN RAMADANI L L
7 3001 DARIS NABIL MAFTUH L L
8 3002 DEA PUTRI NABILA P P
9 3003 DIANA SYIFA P P
10 3004 ERGI DWI YANTO L L
11 3005 EVA RIYANTI PRASETIA P P
12 3006 FAREL AGUSTIN L L
13 3007 FEBRI SAPUTRA L L
14 3008 FRIJIYAH NUTHFAN P P
15 3009 HAFIZ MAKIL AL ZAM-ZANI L L
16 3010 HELEN ANANDA VANDINI P P
17 3011 INTAN DWI FEBRIANTI P P
18 3012 KHAFIDS DIKI FAUZAN L L
19 3013 MERIAN RESTU VALENCHIA P P
20 3015 MOH. ZAYYIM MAULIDY L L
21 3016 MOH. FAHMI MAULIDI L L
22 3018 MOH. ALIF TAHSIN L L
23 3019 NADYA ALFA SALAM P P
24 3020 NAELY AYU MILA TUSSIKA P P
25 3021 NANDA GALUH PRATAMA L P
26 3024 RIZKI MAULANA HUSNI L L
27 3025 SETIAWAN BAHTIAR L L
28 3026 SYAHRUL SETIAWAN L L
29 3027 THUFAIL AMROLLAH L L
30 3028 TIARA ELSA HESTIKA P P
31 3029 ZAENI MUFTI AL HASBI L L
32 3100 M. ILYAS ANWAR L L
33 3101 MOH. ZAKI AJI PRASETYO L. L L
34 3102 STEVEN PANGEMANAN L L
35 3173 ADRIAN MALIK AL HAKIM L
36 - ELY AMALIA P
151

Lampiran 3
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KULON
JL. Dr. Samadikun No. 46 Telp. (0283) 3320032 Tegal

DAFTAR SISWA UJI COBA KELAS IV

JENIS
NO NIS NAMA
KELAMIN
1 3092 ABDUL LATIF L
2 3094 ALDY SETYAWAN L
3 3101 EDO KURNIADI L
4 3105 INTAN AULIA TUNISA P
5 3114 M. IVAN FAUZI L
6 3120 M. SAHRUL GUNAWAN L
7 3126 RISMA AMELIANI P
8 3129 TEGUH PRASETIO L
9 3132 WULAN ANOMDITA P
10 3145 ADY FIMAN SETIA L
11 3147 AZAHRA PUTRI AYUNANI P
12 3148 ANDIKA SAPUTRA L
13 3149 ARINA NUR AGHNIA P
14 3150 ASZAHRA RENATA M P
15 3151 BAGAS SAPUTRA L
16 3152 DIMAS MARKO PRATAMA L
17 3153 FEBI CANTIKASARI P
18 3154 INDAH FITRIANI P
19 3155 SADIYYAH P
20 3156 MOH. ABDULROHMAN L
21 3157 MOH. IKMAL SAPUTRA L
22 3158 MAHESA TRI WIDIANTORO L
23 3159 MELLI AGUSTIN P
24 3160 M. BAGUSFIAN PRAYOGA L
25 3164 M. AKMAL FIRDOS L
26 3165 NESSA KANIA ADHITRA P
27 3166 NESSI KANIA ADHITRA P
28 3167 PUPUT ANDRESTIANI P
29 3169 RIFKI ZAKI AL FARIZ L
30 3170 ROISATULLIDIYAH P
31 3172 SAHRUL FIRMANSYAH L
32 3173 ULFA NURAENI P
33 3174 WAHYU ROMADON L
34 3175 YASMIN RAMADHAN P P
35 3233 NITA ANGGRAENI P
36 3267 RIFKI ADI PRASETYA L
152

Lampiran 4
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI UTS KELAS IVA TAHUN AJARAN 2015/2016

NO NIS NAMA NILAI

1 2896 FIRMANSYAH L 50
2 2925 FANDHI DWI SAPUTRA L 60
3 2910 NURHALIZA 80
4 2963 ANANDA ZULFA KHARUN HUSA P 90
5 2964 ATIQOH P 80
6 2965 DHEA NINDA YUNISABELA P 80
7 2966 DIMAS ADITYA L 50
8 2968 FARREL FENANDI L 70
9 2969 FATIMAH P 60
10 2970 FEBRI SAPUTRA L 60
11 2971 GALUH RAMAHDANI L 80
12 2972 HAEKAL DWI DUANDRA L 60
13 2973 IKHSAN ADITYA L 60
14 2974 ILHAM AFRIANA L 50
15 2975 ISNAWATI P 60
16 2976 JUANDA DADLYKA L 60
17 2977 KHAERI HIDAYAT L 90
18 2978 KHOIRUNISA P 70
19 2979 LINA LUSIANA P 60
20 2980 MOH. KAMAL BUSTAMI L 60
21 2981 MOH. RIZKY NUR FADIL L 50
22 2982 MOH. SOFYAN L 60
23 2983 MUH. FADHIL ATQIYA L 50
24 2984 MUH. FAUZI SETIAWAN L 70
25 2985 MUH. NUR YULIA ASHAR L 60
26 2986 NAYANTAKA VIRSA ARTDERO L 80
27 2987 NOVI RESTU SAFITRI P 90
28 2988 REVA NUR AGUSTIANI P 90
29 2989 RIZKA AMALIA P 60
30 2991 SITI ANISA P 60
31 2992 SOVI RISKI INAYATUL CHUSNA P 60
32 2994 YANUAR DWI ABIM ADITYA L 60
33 2995 ZAKI KHOIRUL ANAM L 100
34 3035 DURRYNA LAILA FELICITIA 100
153

35 3137 KHAERUL ANAM 80


36 AKHMAD EVAN BAHTIAR 60

Mengetahui,

Kepala SD Negeri Debong Kidul Guru Kelas IVA

Khodijah, S.Pd Siti Suswati Kuraisin, S.Pd

NIP. 19680927 199102 2 001 NIP. 19660406 198903 201 2


154

Lampiran 5
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI UTS KELAS IVB TAHUN AJARAN 2015/2016

NO NIS NAMA NILAI

1 2667 M. SUBEKHI L 59
2 2919 AMRINA AL HUSNA L 68
3 2996 AHMAD FIRMANSYAH L 70
4 2997 AL-FINAPUTRI SUKMADIYANTI P 75
5 2998 ANITA DWI APRILIYANI P 66
6 2999 ARMAN RAMADANI L 66
7 3001 DARIS NABIL MAFTUH L 80
8 3002 DEA PUTRI NABILA P 62
9 3003 DIANA SYIFA P 65
10 3004 ERGI DWI YANTO L 71
11 3005 EVA RIYANTI PRASETIA P 67
12 3006 FAREL AGUSTIN L 70
13 3007 FEBRI SAPUTRA L 60
14 3008 FRIJIYAH NUTHFAN P 62
15 3009 HAFIZ MAKIL AL ZAM-ZANI L 72
16 3010 HELEN ANANDA VANDINI P 70
17 3011 INTAN DWI FEBRIANTI P 76
18 3012 KHAFIDS DIKI FAUZAN L 62
19 3013 MERIAN RESTU VALENCHIA P 67
20 3015 MOH. ZAYYIM MAULIDY L 75
21 3016 MOH. FAHMI MAULIDI L 55
22 3018 MOH. ALIF TAHSIN L 71
23 3019 NADYA ALFA SALAM P 70
24 3020 NAELY AYU MILA TUSSIKA P 69
25 3021 NANDA GALUH PRATAMA L 75
26 3024 RIZKI MAULANA HUSNI L 70
27 3025 SETIAWAN BAHTIAR L 71
28 3026 SYAHRUL SETIAWAN L 71
29 3027 THUFAIL AMROLLAH L 62
30 3028 TIARA ELSA HESTIKA P 68
31 3029 ZAENI MUFTI AL HASBI L 71
32 3100 M. ILYAS ANWAR L 80
33 3101 MOH. ZAKI AJI PRASETYO L. L 60
34 3102 STEVEN PANGEMANAN L 74
155

35 3173 ADRIAN MALIK AL HAKIM 83


36 - ELY AMALIA -

Mengetahui,

Kepala SD Negeri Debong Kidul Guru Kelas IVB

Khodijah, S.Pd Bambang Subroto, S.Pd. SD

NIP. 19680927 199102 2 001 NIP. 19600505 198608 1 002


156

Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA TIDAK TERSTRUKTUR

Hari, tanggal: Rabu, 14 Oktober 2015

Narasumber: Guru Kelas IV A dan Kelas IV B SD Negeri Debong Kidul

Tempat: Ruang Kelas IV B SD Negeri Debong Kidul

Pewawancara: Agung Fernando

1. Profil guru.
2. Jumlah siswa kelas IV A dan kelas IV B SD Negeri Debong Kidul.
3. KKM untuk pelajaran matematika.
4. Kendala yang dihadapi dalam melakukan pembelajaran matematika.
5. Solusi yang pernah dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut.
6. Variasi model pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran matematika.
7. Minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.
8. Karakteristik siswa kelas IV SD Negeri Debong Kidul.
9. Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran khususnya matematika.
157

Lampiran 7

PEDOMAN PENELITIAN
No Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Lokasi Penelitian
a. Nama Sekolah SD Negeri Debong Kidul SD Negeri Debong Kidul
2. Kemampuan Awal Rata-rata nilai ujian Rata-rata nilai ujian
tengah semester 1 =68,33 tengah semester 1 =68,94
3. Subjek Penelitian
a. Populasi 36 Siswa 36 Siswa
b. Sampel 36 Siswa 36 Siswa
4. Mata Pelajaran Matematika Matematika
5. Materi Bilangan Pecahan (Soal Bilangan Pecahan (Soal
Cerita) Cerita)
6. Perlakuan Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan
Metode Guided Metode Konvensional
Discovery Learning
7. Instrumen Penelitian
a. Bentuk Soal Uraian Objektif Uraian Objektif
b. Banyak Soal 8 Soal 8 Soal
c. Angket 4 alternatif jawaban 4 alternatif jawaban
(Skala Likert) (Skala Likert)
8. Uji Coba Instrumen
a. Lokasi Uji Coba SD Negeri Debong Kulon
9. Rencana Pelaksanaan
Penelitian
a. Pertemuan I
1)Materi Penjumlahan Bilangan Penjumlahan Bilangan
Pecahan Pecahan
2) Hari/Tanggal Selasa, 15 Maret 2016 Rabu, 16 Maret 2016
3) Waktu 2 JP 2 JP
4) RPP Terlampir Terlampir
b. Pertemuan II
1) Materi Pengurangan Bilangan Pengurangan Bilangan
Pecahan Pecahan
2) Hari/Tanggal Kamis, 17 Maret 2016 Sabtu, 19 Maret 2016
3) Waktu 2 JP 2 JP
4) RPP Terlampir Terlampir
c. Pertemuan III
1) Materi Operasi Hitung Operasi Hitung
Campuran Pecahan Campuran Pecahan
2) Hari/Tanggal 21 Maret 2016 22 Maret 2016
3) Waktu 2 JP 2 JP
4) RPP Terlampir Terlampir
Lampiran 8
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDN Debong Kidul Kota Tegal
Kelas : IV (empat)
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

Penilaian
Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Bentuk Contoh
Dasar Pokok Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Tes Instrumen
6.5 Operasi  Melakukan observasi  Menyelesaikan Tes Tes Ayah memiliki 5 JP  Buku
Menyelesaikan hitung pada permasalahan persoalan sehari- Tertulis Uraian 7 Matemati
tanah seluas ha,
masalah yang pecahan sehari-hari yang hari yang 3 ka yang
berkaitan kemudian ayah
berkaitan dengan berkaitan dengan relevan
membeli lagi
dengan pecahan, pengamatan, penjumlahan dan  Kegiatan
pecahan tanah dengan luas
analisis data dan pengurangan 5 2 Sehari-
diskusi untuk dapat pecahan ha, setelah itu hari yang
9 9
menyelesaikan ha ditanami relevan
persoalan sehari-hari jagung. Berapa
yang berkaitan dengan luas tanah ayah
pecahan. yang belum
 Melakukan diskusi ditanami jagung?
dan latihan dengan
soal-soal yang
kontekstual

158
Lampiran 9
PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SDN Debong Kidul Kota Tegal
Kelas : IV (empat)
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator Penilaian Sumber Belajar


Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
Operasi Kegiatan Pendahuluan 1. Menjumlahkan dua Tes Tes 6 JP 1. Burhan Mustakim 1. Media gambar yang
Hitung 1. Guru pecahan biasa yang Tertulis Uraian dan Ary Astuty. menunjukkan suatu
Pecahan mengkondisikan penyebutnya sama. 2008. Ayo Belajar bilangan pecahan.
siswa untuk berdoa 2. Menjumlahkan dua Matematika untuk
sebelum pecahan biasa yang SD dan MI kelas IV.
melaksanakan penyebutnya Jakarta: Depdiknas.
pembelajaran. berbeda. Halaman 163 – 179.
2. Guru melakukan 3. Mengurangkan dua 2. Tim Bina Karya
presensi. pecahan yang Guru. Terampil
3. Guru menyampaikan penyebutnya sama. Berhitung
tujuan pembelajaran. 4. Mengurangkan dua Matematika Untuk
4. Guru memberikan pecahan yang SD Kelas IV.
apresepsi. penyebutnya Jakarta: Erlangga.
berbeda. Halaman 158-180.
Kegiatan Inti 5. Menyelesaikan

159
Eksplorasi suatu persoalan
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
5. Guru melakukan yang berkaitan
tanya jawab dengan dengan
siswa mengenai penjumlahan dan
materi yang telah pengurangan
disampaikan pecahan
sebelumnya.
6. Guru menjelaskan
materi mengenai
bilangan pecahan.
7. Guru memberikan
Lembar Kerja Siswa
(LKS) mengenai
bilangan pecahan.
Elaborasi
8. Guru menampilkan
gambar mengenai
bilangan pecahan.
9. Guru meminta siswa
untuk mengamati
gambar.
10. Guru meminta
beberapa siswa
untuk memberikan
contoh bilangan
pecahan yang ada
dikehidupan sehari-

160
hari.
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
11. Siswa berkelompok
dengan jumlah 5-6
orang tiap
kelompoknya.
12. Guru memberikan
suatu permasalahan
mengenai pecahan
dalam kehidupan
sehari-hari pada tiap-
tiap kelompok.
13. Guru memberikan
beberapa petunjuk
mengenai
penyelesaian
permasalahan yang
akan dipecahkan
siswa.
14. Guru merangsang
terjadinya interaksi
siswa.
15. Guru melakukan
tanya jawab dengan
siswa.
16. Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap kelompok untuk

161
melaporkan hasil
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
dari kegiatan
kelompoknya.
17. Guru memberikan
apresiasi kepada
siswa dan kelompok
yang berhasil
menemukan jawaban
yang benar.
Konfirmasi
18. Guru meminta siswa
membuat rangkuman
dari hasil kerja
kelompoknya.
19. Guru mempersilakan
siswa untuk
bertanya.
Kegiatan Penutup
20. Guru melakukan
evaluasi kegiatan
pemecahan masalah
siswa.
21. Guru memberikan
tindak lanjut, yaitu
memberikan suatu
permasalahan yang
harus dipecahkan

162
siswa.
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
22. Guru memberikan
motivasi kepada
siswa.

163
Lampiran 10
PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SDN Debong Kidul Kota Tegal
Kelas : IV (empat)
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Indikator Penilaian Sumber Belajar


Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
Operasi Kegiatan Pendahuluan 1. Menjumlahkan dua Tes Tes 6 JP 1. Burhan Mustakim 1. Media gambar yang
Hitung 1. Guru pecahan biasa yang Tertulis Uraian dan Ary Astuty. menunjukkan suatu
Pecahan mengkondisikan penyebutnya sama. 2008. Ayo Belajar bilangan pecahan.
siswa untuk berdoa 2. Menjumlahkan dua Matematika untuk
sebelum pecahan biasa yang SD dan MI kelas IV.
melaksanakan penyebutnya Jakarta: Depdiknas.
pembelajaran. berbeda. Halaman 163 – 179.
2. Guru melakukan 3. Mengurangkan dua 2. Tim Bina Karya
presensi. pecahan yang Guru. Terampil
3. Guru menyampaikan penyebutnya sama. Berhitung
tujuan pembelajaran. 4. Mengurangkan dua Matematka Untuk
4. Guru memberikan pecahan yang SD Kelas IV.
apresepsi. penyebutnya Jakarta: Erlangga.
berbeda. Halaman 158-180.
5. Menyelesaikan

164
suatu persoalan
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
Kegiatan Inti yang berkaitan
Eksplorasi dengan
5. Guru melakukan penjumlahan dan
tanya jawab dengan pengurangan
siswa mengenai pecahan
materi yang telah
disampaikan
sebelumnya.
6. Guru menjelaskan
materi mengenai
bilangan pecahan.

Elaborasi
7. Guru menampilkan
gambar mengenai
bilangan pecahan.
8. Guru meminta siswa
untuk mengamati
gambar.
9. Guru meminta
beberapa siswa
untuk memberikan
contoh bilangan
pecahan yang ada
dikehidupan sehari-
hari.

165
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
10. Siswa berkelompok
dengan jumlah 5-6
orang tiap
kelompoknya.
11. Guru memberikan
Lembar Kerja Siswa
berupa soal
pemecahan masalah
matematika yang
berkaitan dengan
kehidupan sehari-
hari.
12. Siswa berdiskusi
dengan anggota
kelompoknya.
13. Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap kelompok untuk
melaporkan hasil
dari kegiatan
kelompoknya.
14. Guru memberikan
apresiasi kepada
siswa dan kelompok
yang berhasil
menemukan jawaban

166
dengan benar.
Indikator Penilaian Sumber Belajar
Materi Alokasi
Kegiatan Belajar Pencapaian Bentuk
Pokok Teknik Waktu Cetak Alat Peraga
Kompetensi Tes
Konfirmasi
15. Guru meminta siswa
membuat rangkuman
dari hasil kerja
kelompoknya.
16. Guru mempersilakan
siswa untuk
bertanya.

Kegiatan Penutup
17. Guru melakukan
evaluasi kegiatan
pemecahan masalah
siswa.
18. Guru memberikan
tindak lanjut, yaitu
memberikan suatu
permasalahan yang
harus dipecahkan
siswa.
19. Guru memberikan
motivasi kepada
siswa.

167
168

Lampiran 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas eksperimen
Pertemuan Ke-1

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
169

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :1

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Menjumlahkan dua pecahan biasa yang penyebutnya sama.

2. Menjumlahkan dua pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melukan dua buah
operasi penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
3. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode guided discovery learning
oleh guru, siswa dapat menyelesaikan dua buah permasalahan matematika
yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
170

3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
F. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Metode Guided Discovery Learning
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Apresepsi “Tepuk Semangat”
Prok 7x SE. . . . . .
Prok 7x MA. . . . .
Prok 7x NGAT
Semangat..... Semangat..... Ayo kita
semangat!!!!
7. Guru bertanya kepada siswa siapa yang suka
berhitung?
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
171

Kegiatan Eksplorasi 45 menit


Inti 1. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
bilangan pecahan.
2. Guru memberikan contoh masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pecahan.
3. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa
berupa soal berupa permasalahn matematika
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pecahan
Elaborasi
4. Siswa membaca dan memahami permasalahan
yang guru berikan.
5. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
6. Guru memberikan kesempatan kepada
masing-masing anggota kelompok untuk
bertanya.
7. Guru memberikan beberapa petunjuk yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan
diselesaikan siswa.
8. Guru melakukan interaksi dan memicu
interaksi kepada semua siswa.
9. Guru membimbing siswa mengabstraksi dan
melakukan analisis mengenai permasalahan
kedalam bentuk operasi hitung pecahan.
10. Guru merangsang terjadinya interaksi antar
siswa dengan siswa.
11. Guru memberikan kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk
172

mempresentasikan hasil pekerjaannya di


depan kelas.
Konfirmasi
12. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa.
13. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan tes evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran.
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas.
7. Guru mengucapkan salam.

I. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
J. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
173

2. Jenis tes : tes tertulis


3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 15 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd Agung Fernando


NIP. 19660406 198903 201 2 1401412417
174

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
penjumlahan pecahan.

1 2
1. Dani meminum susu 4 gelas. Kemudian ia meminum lagi 4 gelas. Berapa bagian

susu yang telah diminum Dani?


Penyelesaian:
Diketahui:
1
 Dani meminum 4 gelas susu.
2
 Dani meminum lagi 4 gelas susu.

Ditanyakan:
 Berapa bagian susu yang telah diminum Dani?
Jawab:
1 2
Susu yang telah diminum dani = +
4 4
1+2
= 4
3
=4
3
Jadi, susu yang telah diminum dani adalah 4 gelas.

2
2. Ayah Fanesa membeli bambu yang panjangnya 3 meter. Kemudian membeli lagi
1
sepanjang 6 meter. Berapa meter panjang kayu yang dimiliki ayah Fanesa?
175

Penyelesaian:
Diketahui:
2
 Ayah Fanesa membeli 3 meter bambu.
1
 Membeli lagi bambu sepanjang 6 meter.

Ditanyakan: Berapa panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa?


Jawab:
2 1
Panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa = 3 + 6
4+1
= 6
5
=6
5
Jadi, panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa adalah 6 meter.
176

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit

Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Suatu pagi yang cerah Ismail akan membuat sebuah pedang mainan yang terbuat
2 4
dari kayu. Ismail baru memiliki 7 meter kayu, ia harus mencari 7 meter kayu lagi
supaya pedang mainan yang Ismail inginkan bisa dibuat. Berapa panjang pedang
yang akan dibuat Ismail?
2. Susan sedang sibuk mencari karet gelang di almari rumahnya, ia ingin membuat
sebuah tali yang akan ia gunakan untuk bermain. Sebelumnya susan telah
1
membuat tali dengan karet gelang dengan panjang meter. Tetapi tali tersebut
4
2
masih kurang panjang, Susan membutuhkan 3 meter tali lagi supaya tali tersebut
dapat digunakan untuk bermain bersama teman-temannya. Berapa panjang tali
yang akan Susan gunakan untuk bermain?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi penjumlahan Pilihan
C3 1 √
pecahan. pecahan dengan penyebut Ganda
yang sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung Pilihan
penjumlahan pecahan C3 2 dan 3 √ √
Ganda
dengan penyebut yang
berbeda.

177
178

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!

Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
5 2
1. Ana mempunyai pita sepanjang m. Ima mempunyai pita sepanjang m.
9 9

Berapa panjang pita keduanya?


5 7
a. c. 9
9
6 8
b. d. 9
9
1 3
2. Jarak rumah Wilda ke rumah Andi 6 km. Jarak rumah Andi ke sekolah 4 km.

Berapa km jarak yang ditempuh, jika Wilda ingin berangkat bersama Andi
ke sekolah?
11 4
a. c. 10
12
12 10
b. d.
11 4
5
3. Izul telah membaca 7 bagian buku cerita, sehari kemudian Izul melanjutkan
1
membaca 2 bagian. Berapa bagian buku cerita yang telah Izul baca?
6 17
a. c. 14
9
9 14
b. d. 17
6
179

Kunci Jawaban
1. C
2. A
3. C

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
180

Lampiran 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas eksperimen
Pertemuan Ke-2

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
181

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :2

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Mengurangkan dua pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Mengurangkan dua pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi pengurangan pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melukan dua buah
operasi pengurangan pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
3. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode guided discovery learning
oleh guru, siswa dapat menyelesaikan dua buah permasalahan matematika
yang berkaitan dengan pengurangan pecahan.
4. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
182

3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
5. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
6. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Metode Guided Discovery Learning
7. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Guru melakukan presepsi dengan jargon
semangat dan mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan pecahan.
“Coba sebutkan bilangan pecahan yang
pernah kamu temukan dalam kehidupan
sehari-hari?“
2 1
“Coba ada yang bisa menjawab soal 6 + 6 = ?”

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


yang harus dicapai siswa.
183

Kegiatan Eksplorasi 45 menit


Inti 14. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
pengurangan bilangan pecahan.
15. Guru memberikan contoh masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan.
16. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa
berupa soal berupa permasalahn matematika
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pengurangan pecahan.
Elaborasi
17. Siswa membaca dan memahami permasalahan
yang guru berikan.
18. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
19. Guru memberikan kesempatan kepada
masing-masing anggota kelompok untuk
bertanya.
20. Guru memberikan beberapa petunjuk yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan
diselesaikan siswa.
21. Guru melakukan interaksi dan memicu
interaksi kepada semua siswa.
22. Guru membimbing siswa mengabstraksi dan
melakukan analisis mengenai permasalahan
kedalam bentuk operasi hitung pecahan.
23. Guru merangsang terjadinya interaksi antar
siswa dengan siswa.
24. Guru memberikan kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk
184

mempresentasikan hasil pekerjaannya di


depan kelas.
Konfirmasi
25. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa.
26. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan tes evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas
7. Guru mengucapkan salam

8. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
9. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
185

2. Jenis tes : tes tertulis


3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 17 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd Agung Fernando


NIP. 19660406 198903 201 2 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
186

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
pengurangan pecahan.

7
1. Sandi memiliki 9 gelas sirup. Kemudian Sandi meminum sirup tersebut sebanyak
2
gelas. Berapa bagian sirup Sandi yang tersisa?
9

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Sandi memiliki 9 gelas susu.
2
 Sandi meminum sirup yang ia miliki 9 gelas.

Ditanyakan:
 Berapa bagian sirup Sandi yang tersisa?
Jawab:
7 2
Sirup Sandi yang masih tersisa = 9 – 9
7− 2
= 9
5
=9
5
Jadi, sirup Sandi yang masih tersisa adalah 9 gelas.

7
2. Firman sebuah tongkat sepanjang 4 meter. Kemudian tongkat itu patah sepanjang
9
meter. Berapa meter panjang tongkat Firman sekarang?
8
187

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Panjang tongkat Firman 4 meter.
9
 Tongkat Firman patah 8 meter.

Ditanyakan: Berapa meter panjang tongkat Firman sekarang?


Jawab:
7 9
Panjang tongkat Firman sekarang = 4 – 8
14− 9
= 8
5
=8
5
Jadi, panjang tongkat Firman sekarang adalah 8 meter.
188

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit
Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Bel istirahat berbunyi, semua siswa kelas IV meninggalkan kelas, Ani bergegas
ke perpustakaan sekolah untuk membaca buku. Ani ingin melanjutkan membaca
buku cerita rakyat yang kemarin ia baca. Buku cerita itu tebalnya 100 halaman.
Kemarin Ani sudah membaca 34 halaman. Hari ini Ani ingin membacanya
sampai selesai. Berapa bagian buku cerita yang belum dibaca Ani?
5
2. Riduwan sedang mengendarai sepeda, ia telah menempuh jarak km dari
7
3
rumahnya. Dalam perjalanan tiba-tiba Riduwan memutar arah sejauh km
21
karena jalan yang ia lalui adalah jalan buntu, kemudian Riduwan beristirahat.
Berapa jarak rumah Riduwan ke tempat Riduwan beristirahat?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi pengurangan Pilihan
C3 1 √
pecahan. pecahan dengan penyebut Ganda
yang sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung Pilihan
pengurangan pecahan C3 2 dan 3 √ √
Ganda
dengan penyebut yang
berbeda.

189
190

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
5
1. Andi memiliki tali sepanjang m. Tali tersebut diberikan kepada Samsul
8
1
sepanjang 8 m. Berapa panjang tali Andi sekarang?
1 3
a. c. 8
2
2 5
b. d. 8
8
4
2. Nabila akan berjalan sejauh 5 km untuk pergi ke toko buku. Sebelum sampai
1
ke toko buku, Nabila beristirahat di warung neneknya yang berjarak km
3

dari rumah Nabila. Berapa km jarak yang harus ditempuh Nabila setelah
beristirahat?
6 8
a. c. 15
15
7 9
b. d. 15
15
7
3. Fia memiliki kue coklat bagian, karena Fia sayang kepada adiknya, Fia
16
3
membagi 8 bagian kue coklat tersebut. Berapa bagian kue Fia sekarang?
4 2
a. c. 16
16
3 1
b. d. 16
16
191

Kunci Jawaban
1. A
2. B
3. D

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
192

Lampiran 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas eksperimen
Pertemuan Ke-3

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
193

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :3

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Melakukan operasi hitung campuran pecahan yang penyebutnya sama.
2. Melakukan operasi hitung campuran pecahan yang penyebutnya berbeda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi hitung campuran pada bilangan pecahan yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi hitung campuran pada bilangan pecahan yang penyebutnya berbeda.
3. Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode guided discovery learning
oleh guru, siswa dapat menyelesaikan dua buah permasalahan matematika
yang berkaitan dengan operasi hitung campuran bilangan pecahan.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
194

3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
F. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Metode Guided Discovery Learning
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Guru melakukan apresepsi dengan mengecek
semangat siswa dan permainan urutan
bilangan pecahan.
7. Guru bertanya kepada siswa, mengenai materi
yang telah diajarkan pada pertemuan
sebelumnya.
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
195

Kegiatan Eksplorasi 45 menit


Inti 1. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
bilangan pecahan.
2. Guru memberikan contoh masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan operasi hitung campuran pada
pecahan.
3. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa
berupa soal berupa permasalahn matematika
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan pecahan.
Elaborasi
4. Siswa membaca dan memahami permasalahan
yang guru berikan.
5. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
6. Guru memberikan kesempatan kepada
masing-masing anggota kelompok untuk
bertanya.
7. Guru memberikan beberapa petunjuk yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan
diselesaikan siswa.
8. Guru melakukan interaksi dan memicu
interaksi kepada semua siswa.
9. Guru membimbing siswa mengabstraksi dan
melakukan analisis mengenai permasalahan
kedalam bentuk operasi hitung pecahan.
10. Guru merangsang terjadinya interaksi antar
siswa dengan siswa.
11. Guru memberikan kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk
196

mempresentasikan hasil pekerjaannya di


depan kelas.
Konfirmasi
12. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa.
13. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan test evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran.
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas
7. Guru mengucapkan salam

I. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
J. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
197

2. Jenis tes : tes tertulis


3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 21 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd Agung Fernando


NIP. 19660406 198903 201 2 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
198

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
campuran pada bilangan pecahan.

6 3 7
1. Seli memiliki tepung terigu kg dan kg. Tepung tersebut digunakan kg
10 10 10

untuk membuat kue lapis. Berapa kg sisa tepung Seli?


Penyelesaian:
Diketahui:
6 3
 Tepung Seli 10 kg dan 10 kg.
7
 Tepung digunakan untuk membuat kue lapis 10

Ditanyakan:
 Berapa kg sisa tepung Seli?
Jawab:
6 3 7
Tepung Seli yang tersisa = + -
10 10 10
6+3−7
= 10
2 1
= 10 = 5
1
Jadi, sisa tepung Seli adalah 5 kg.

7 3
2. Gelas Arif berisi bagian, kemudian diminum sebanyak 4 bagian. Oleh ibu diisi
8
6
lagi 16 bagian. Berapa bagian isi gelas Arif sekarang?
199

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Gelas Arif berisi bagian.
8
3
 Diminum Arif 4 bagian
6
 Diisi ibu 16 bagian

Ditanyakan: Berapa bagian isi gelas Arif sekarang?


Jawab:
7 3 6
Sekarang isi gelas Arif = 8 - 4 + 16
14−12+6
= 16
8 1
= 16 = 2
1
Jadi, isi gelas Arif sekarang adalah bagian.
2
200

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit
Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Ahmad diperintahkan oleh ibunya untuk belanja ke pasar. Di pasar Ahmad
5 1
membeli 13 kg bawang merah, dan 2 kg bawang putih. Dalam perjalanan pulang
3
ternyata kantong pelastik yang Ahmad gunakan sobek, akhirnya kg belanja
26
bawaan ahmad tercecer. Berapa kg belanjaan ahmad sekarang?
2. Samsul sedang mengikuti kegiatan perkemahan, Samsul diperintahkan untuk
21
membuat tongkat sepanjang meter, setelah selesai dibuat ternyata tongkat
24
3
tersebut patah meter, akhirnya Samsul menyambung dengan tongkat milik
8
7
adiknya yang panjangnya 12 meter. Berapa panjang tongkat Samsul sekarang?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi hitung campuran
Pilihan
pecahan. pada bilangan pecahan C3 1 √
Ganda
dengan penyebut yang
sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung campuran
Pilihan
pada bilangan pecahan C3 2 dan 3 √ √
Ganda
dengan penyebut yang
berbeda.

201
202

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
7 1 3
1. Paman memiliki ha tanah, 8 ha ditanami jagung, kemudian ha ditanami
8 8

ketela pohon. Berapa ha tanah paman yang belum ditanami?


3 3
a. ha c. 16 ha
8
4 4
b. ha d. 16 ha
8
19 2
2. Dedi mengisi bak mandi bagian. Kemudian kakak Dedi mengisinya
21 7

bagian. Karena adik Dedi belum mandi, adik menggunakan air dalam bak
1
tersebut untuk mandi sebanyak 3 bagian. Berapa bagian air yang tersisa dalam

bak mandi tersebut?


17 19
a. c. 21
21
18 20
b. d. 21
21
4 7
3. Siska membeli cabe 5 kg, kemudian cabe tersebut diberikan kepada Lia 25 kg.
2
Siska membeli lagi cabe 5 kg. Berapa kg cabe Siska sekarang?
21 23
a. kg c. 25 kg
25
22 24
b. kg d. 15 kg
15
203

Kunci Jawaban
1. A
2. B
3. C

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
204

Lampiran 14

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas kontrol
Pertemuan Ke-1

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
205

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :1

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Menjumlahkan dua pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Menjumlahkan dua pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melukan dua buah
operasi penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
206

F. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Apresepsi “Tepuk Semangat”
Prok 7x SE. . . . . .
Prok 7x MA. . . . .
Prok 7x NGAT
Semangat..... Semangat..... Ayo kita
semangat!!!!
7. Guru bertanya kepada siswa siapa yang suka
berhitung?
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Eksplorasi 45 menit
Inti 1. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
bilangan pecahan.
207

2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk


bertanya.
Elaborasi
3. Siswa mendengarkan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru.
4. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
5. Masing-masing kelompok berdiskusi dan
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
6. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
Konfirmasi
7. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa.
8. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang mampu menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan tes evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran.
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas
7. Guru mengucapkan salam
208

I. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
J. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
2. Jenis tes : tes tertulis
3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 16 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Bambang Subroto, S.Pd. SD Agung Fernando


NIP. 19600505 198608 1 002 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
209

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
penjumlahan pecahan.

1 2
1. Dani meminum susu 4 gelas. Kemudian ia meminum lagi 4 gelas. Berapa bagian

susu yang telah diminum Dani?


Penyelesaian:
Diketahui:
1
 Dani meminum 4 gelas susu.
2
 Dani meminum lagi 4 gelas susu.

Ditanyakan:
 Berapa bagian susu yang telah diminum Dani?
Jawab:
1 2
Susu yang telah diminum dani = +
4 4
1+2
= 4
3
=4
3
Jadi, susu yang telah diminum dani adalah 4 gelas.

2
2. Ayah Fanesa membeli bambu yang panjangnya 3 meter. Kemudian membeli lagi
1
sepanjang 6 meter. Berapa meter panjang kayu yang dimiliki ayah Fanesa?
210

Penyelesaian:
Diketahui:
2
 Ayah Fanesa membeli 3 meter bambu.
1
 Membeli lagi bambu sepanjang 6 meter.

Ditanyakan: Berapa panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa?


Jawab:
2 1
Panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa = 3 + 6
4+1
= 6
5
=6
5
Jadi, panjang bambu yang dimiliki ayah Fanesa adalah 6 meter.
211

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit

Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Suatu pagi yang cerah Ismail akan membuat sebuah pedang mainan yang terbuat
2 4
dari kayu. Ismail baru memiliki 7 meter kayu, ia harus mencari 7 meter kayu lagi
supaya pedang mainan yang Ismail inginkan bisa dibuat. Berapa panjang pedang
yang akan dibuat Ismail?
2. Susan sedang sibuk mencari karet gelang di almari rumahnya, ia ingin membuat
sebuah tali yang akan ia gunakan untuk bermain. Sebelumnya susan telah
1
membuat tali dengan karet gelang dengan panjang meter. Tetapi tali tersebut
4
2
masih kurang panjang, Susan membutuhkan 3 meter tali lagi supaya tali tersebut
dapat digunakan untuk bermain bersama teman-temannya. Berapa panjang tali
yang akan Susan gunakan untuk bermain?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi penjumlahan Pilihan
C3 1 √
pecahan. pecahan dengan penyebut Ganda
yang sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung Pilihan
penjumlahan pecahan C3 2 dan 3 √ √
Ganda
dengan penyebut yang
berbeda.

212
213

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!

Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
5 2
1. Ana mempunyai pita sepanjang m. Ima mempunyai pita sepanjang m.
9 9

Berapa panjang pita keduanya?


5 7
a. c. 9
9
6 8
b. d. 9
9
1 3
2. Jarak rumah Wilda ke rumah Andi 6 km. Jarak rumah Andi ke sekolah 4 km.

Berapa km jarak yang ditempuh, jika Wilda ingin berangkat bersama Andi ke
sekolah?
11 4
a. c. 10
12
12 10
b. d.
11 4
5
3. Izul telah membaca bagian buku cerita, sehari kemudian Izul melanjutkan
7
1
membaca 2 bagian. Berapa bagian buku cerita yang telah Izul baca?
6 17
a. c. 14
9
9 14
b. d. 17
6
214

Kunci Jawaban
1. C
2. A
3. C

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100
215

Lampiran 15

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas kontrol
Pertemuan Ke-2

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
216

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :2

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Mengurangkan dua pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Mengurangkan dua pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi pengurangan pecahan biasa yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melukan dua buah
operasi pengurangan pecahan biasa yang penyebutnya berbeda.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
217

F. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Guru melakukan presepsi dengan jargon
semangat dan mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan pecahan.
“Coba sebutkan bilangan pecahan yang
pernah kamu temukan dalam kehidupan
sehari-hari?“
2 1
“Coba ada yang bisa menjawab soal 6 + 6 = ?”

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Eksplorasi 45 menit
Inti 1. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
pengurangan bilangan pecahan.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
218

Elaborasi
3. Siswa mendengarkan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru.
4. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
5. Masing-masing kelompok berdiskusi dan
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
6. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
Konfirmasi
7. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa
8. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan tes evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran.
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas.
7. Guru mengucapkan salam.
219

I. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
J. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
2. Jenis tes : tes tertulis
3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 19 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Bambang Subroto, S.Pd. SD Agung Fernando


NIP. 19600505 198608 1 002 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
220

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
pengurangan pecahan.

7
1. Sandi memiliki 9 gelas sirup. Kemudian Sandi meminum sirup tersebut sebanyak
2
gelas. Berapa bagian sirup Sandi yang tersisa?
9

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Sandi memiliki 9 gelas susu.
2
 Sandi meminum sirup yang ia miliki 9 gelas.

Ditanyakan:
 Berapa bagian sirup Sandi yang tersisa?
Jawab:
7 2
Sirup Sandi yang masih tersisa = 9 – 9
7− 2
= 9
5
=9
5
Jadi, sirup Sandi yang masih tersisa adalah 9 gelas.

7
2. Firman sebuah tongkat sepanjang 4 meter. Kemudian tongkat itu patah sepanjang
9
meter. Berapa meter panjang tongkat Firman sekarang?
8
221

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Panjang tongkat Firman 4 meter.
9
 Tongkat Firman patah 8 meter.

Ditanyakan: Berapa meter panjang tongkat Firman sekarang?


Jawab:
7 9
Panjang tongkat Firman sekarang = 4 – 8
14− 9
= 8
5
=8
5
Jadi, panjang tongkat Firman sekarang adalah 8 meter.
222

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit
Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Bel istirahat berbunyi, semua siswa kelas IV meninggalkan kelas, Ani bergegas
ke perpustakaan sekolah untuk membaca buku. Ani ingin melanjutkan membaca
buku cerita rakyat yang kemarin ia baca. Buku cerita itu tebalnya 100 halaman.
Kemarin Ani sudah membaca 34 halaman. Hari ini Ani ingin membacanya
sampai selesai. Berapa bagian buku cerita yang belum dibaca Ani?
5
2. Riduwan sedang mengendarai sepeda, ia telah menempuh jarak km dari
7
3
rumahnya. Dalam perjalanan tiba-tiba Riduwan memutar arah sejauh km
21
karena jalan yang ia lalui adalah jalan buntu, kemudian Riduwan beristirahat.
Berapa jarak rumah Riduwan ke tempat Riduwan beristirahat?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi pengurangan Pilihan
C3 1 √
pecahan. pecahan dengan penyebut Ganda
yang sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung
pengurangan pecahan Pilihan √
C3 2 dan 3 √
dengan penyebut yang Ganda
berbeda.

223
224

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!

Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
5
1. Andi memiliki tali sepanjang m. Tali tersebut diberikan kepada Samsul
8
1
sepanjang 8 m. Berapa panjang tali Andi sekarang?
1 3
a. c. 8
2
2 5
b. d. 8
8
4
2. Nabila akan berjalan sejauh 5 km untuk pergi ke toko buku. Sebelum sampai
1
ke toko buku, Nabila beristirahat di warung neneknya yang berjarak 3 km dari

rumah Nabila. Berapa km jarak yang harus ditempuh Nabila setelah


beristirahat?
6 8
a. c. 15
15
7 9
b. d. 15
15
7
3. Fia memiliki kue coklat bagian, karena Fia sayang kepada adiknya, Fia
16
3
membagi 8 bagian kue coklat tersebut. Berapa bagian kue Fia sekarang?
4 2
a. c. 16
16
3 1
b. d. 16
16
225

Kunci Jawaban
1. A
2. B
3. D

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
226

Lampiran 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA KELAS IV
Materi : Bilangan Pecahan
Pembelajaran di kelas kontrol
Pertemuan Ke-3

oleh
Agung Fernando
1401412417

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
227

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Sekolah : SD Negeri Debong Kidul

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV/II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Pertemuan :3

A. Standar Kompetensi
6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
C. Indikator
1. Melakukan operasi hitung campuran pecahan yang penyebutnya sama.
2. Melakukan operasi hitung campuran pecahan yang penyebutnya berbeda.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi hitung campuran pada bilangan pecahan yang penyebutnya sama.
2. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat melakukan dua buah
operasi hitung campuran pada bilangan pecahan yang penyebutnya berbeda.
E. Karakter yang Diharapkan
1. Ketelitian (carefulness)
2. Disiplin (discipline)
3. Tekun (diligence)
4. Percaya diri (confidence)
5. Keberanian (bravery)
228

F. Materi Ajar
Bilangan Pecahan
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam kepada siswa. 10 menit
Awal 2. Guru menanyakan kabar kepada siswa.
3. Guru mengabsen siswa.
4. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan
teman-temanya.
5. Guru dan siswa bersama-sama berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing.
6. Guru melakukan apresepsi dengan mengecek
semangat siswa dan permainan urutan
bilangan pecahan.
7. Guru bertanya kepada siswa, mengenai materi
yang telah diajarkan pada pertemuan
sebelumnya.
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.

Kegiatan Eksplorasi 45 menit


Inti 1. Guru menjelaskan mengenai materi operasi
hitung campuran pada bilangan pecahan.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
229

Elaborasi
3. Siswa mendengarkan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru.
4. Siswa dikelompokkan menjadi 6 buah
kelompok.
5. Masing-masing kelompok berdiskusi dan
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
6. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas.
Konfirmasi
7. Guru bersama-sama mengoreksi hasil
pekerjaan siswa.
8. Guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman mengenai pekerjaan masing-
masing kelompok.
Kegiatan 1. Guru memberikan reward kepada kelompok 15 menit
Akhir yang menjawab soal dengan benar.
2. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
3. Guru memberikan tes evaluasi individu.
4. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
sebagai refleksi pembelajaran
5. Guru memberikan tugas berupa PR yang
berhubungan dengan pemecahan masalah
matematika.
6. Guru meminta ketua kelas menyiapkan kelas
7. Guru mengucapkan salam
230

I. Sumber dan Media Pembelajaran


1. Sumber
 Burhan Mustakim dan Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta: Depdiknas. Halaman 163 – 179.
 Tim Bina Karya Guru. Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga. Halaman 158-180.
2. Media
 Media gambar yang menunjukkan berbagai bentuk pecahan.
J. Penilaian
1. Prosedur : tes formatif
2. Jenis tes : tes tertulis
3. Bentuk tes : pilihan ganda
4. Instrumen : soal (lampiran)

Tegal, 22 Maret 2016

Guru Kelas IV Peneliti

Bambang Subroto, S.Pd. SD Agung Fernando


NIP. 19600505 198608 1 002 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
231

MATERI BILANGAN PECAHAN

Pecahan merupakan suatu bilangan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pecahan dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian dari
satu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-bagian yang sama besar. Operasi
hitung bilangan pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan
perkalian. Operasi hitung tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari dengan penyelesaian menggunakan operasi hitung
campuran pada bilangan pecahan.

6 3 7
1. Seli memiliki tepung terigu kg dan kg. Tepung tersebut digunakan kg
10 10 10

untuk membuat kue lapis. Berapa kg sisa tepung Seli?


Penyelesaian:
Diketahui:
6 3
 Tepung Seli 10 kg dan 10 kg.
7
 Tepung digunakan untuk membuat kue lapis 10

Ditanyakan:
 Berapa kg sisa tepung Seli?
Jawab:
6 3 7
Tepung Seli yang tersisa = + -
10 10 10
6+3−7
= 10
2 1
= 10 = 5
1
Jadi, sisa tepung Seli adalah 5 kg.

7 3
2. Gelas Arif berisi bagian, kemudian diminum sebanyak 4 bagian. Oleh ibu diisi
8
6
lagi 16 bagian. Berapa bagian isi gelas Arif sekarang?
232

Penyelesaian:
Diketahui:
7
 Gelas Arif berisi bagian.
8
3
 Diminum Arif 4 bagian
6
 Diisi ibu 16 bagian

Ditanyakan: Berapa bagian isi gelas Arif sekarang?


Jawab:
7 3 6
Sekarang isi gelas Arif = 8 - 4 + 16
14−12+6
= 16
8 1
= 16 = 2
1
Jadi, isi gelas Arif sekarang adalah bagian.
2
233

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)


Nama : ____________________
No. Absen : ____________________
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : IV (empat)/II (dua)
Alokasi Waktu : 15 menit

Petunjuk pengerjaan:
1. Baca teks di bawah ini, pahami masalah yang ada dalam cerita.
2. Setelah selesai memahami masalah, diskusikanlah dengan teman
sekelompokmu.
3. Setelah selesai diskusi, tuliskan jawabanmu pada kolom penyelesaian.
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!
1. Ahmad diperintahkan oleh ibunya untuk belanja ke pasar. Di pasar Ahmad
5 1
membeli 13 kg bawang merah, dan 2 kg bawang putih. Dalam perjalanan pulang
3
ternyata kantong pelastik yang Ahmad gunakan sobek, akhirnya kg belanja
26
bawaan ahmad tercecer. Berapa kg belanjaan ahmad sekarang?
2. Samsul sedang mengikuti kegiatan perkemahan, Samsul diperintahkan untuk
21
membuat tongkat sepanjang meter, setelah selesai dibuat ternyata tongkat
24
3
tersebut patah meter, akhirnya Samsul menyambung dengan tongkat milik
8
7
adiknya yang panjangnya 12 meter. Berapa panjang tongkat Samsul sekarang?

Penyelesaian:
KISI-KISI SOAL
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II (dua)
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Jenis Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar. Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan masalah 1. Siswa dapat melakukan
yang berkaitan dengan operasi hitung campuran
Pilihan
pecahan. pada bilangan pecahan C3 1 √
Ganda
dengan penyebut yang
sama.
2. Ssiswa dapat melakukan
operasi hitung campuran
Pilihan √
pada bilangan pecahan C3 2 dan 3 √
dengan penyebut yang Ganda
berbeda.

234
235

SOAL EVALUASI

Nama : _____________________
No. Absen : _____________________
Kelas : _____________________

Petunjuk :
1. Tulislah nama, nomor absen dan kelas!
2. Kerjakan soal di bawah ini secara individu dan dilarang bekerja sama!
3. Cermati tiap soal, dan telitilah dalam menjawab!
4. Periksa kembali jawabanmu, sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d yang kamu
anggap paling benar!
7 1 3
1. Paman memiliki ha tanah, 8 ha ditanami jagung, kemudian ha ditanami
8 8

ketela pohon. Berapa ha tanah paman yang belum ditanami?


3 3
a. ha c. 16 ha
8
4 4
b. ha d. 16 ha
8
19 2
2. Dedi mengisi bak mandi bagian. Kemudian kakak Dedi mengisinya
21 7

bagian. Karena adik Dedi belum mandi, adik menggunakan air dalam bak
1
tersebut untuk mandi sebanyak 3 bagian. Berapa bagian air yang tersisa dalam

bak mandi tersebut?


17 19
a. c. 21
21
18 20
b. d. 21
21
4 7
3. Siska membeli cabe 5 kg, kemudian cabe tersebut diberikan kepada Lia 25 kg.
2
Siska membeli lagi cabe 5 kg. Berapa kg cabe Siska sekarang?
21 23
a. kg c. 25 kg
25
22 24
b. kg d. 15 kg
15
236

Kunci Jawaban
1. A
2. B
3. C

Penskoran
1. Skor tiap nomor memiliki bobot 1.
2. Skor perolehan maksimal 3.
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
3. Nilai akhir (NA) siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
237

Lampiran 17
KISI-KISI ANGKET UJI COBA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Penulis : Agung Fernando
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Kelas : IV (empat)
No. Dimensi Indikator No. Item
1. Kesukaan  Gairah 3, 17, 30, 36
 Inisiatif 1, 2, 23, 38
2. Ketertarikan  Responsif 6, 9, 22, 40, 39
 Kesegeraan 4, 11, 12, 24, 31
3. Perhatian  Konsentrasi 5, 13, 15, 7
 Ketelitian 18, 19, 29, 35
4. Keterlibatan  Kemauan 8, 14, 20, 21, 34
 Keuletan 10, 16, 27, 37, 32
 Kerja Keras 25, 26, 28, 33
Keterangan: Nomor yang dicetak tebal merupakan pernyataan negatif
238

Lampiran 18
PEDOMAN PENSKORAN
ANGKET MINAT SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Keterangan Penskoran:
Penskoran
No. Jenis Pernyataan
SL SR JR TP

1 Pernyataan Positif 4 3 2 1
2 Pernyataan Negatif 1 2 3 4

Keterangan: SL= Selalu SR= Sering JR= Jarang TP= Tidak Pernah
Skor Maksimal = 160
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Akhir = x 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Klasifikasi Penskoran:

Angka Huruf Predikat


86 - 100 A Baik sekali
81 - 85 AB Lebih dari baik
71- 80 B Baik
66 - 70 BC Lebih dari cukup
61 - 65 C Cukup
56 - 60 CD Kurang dari cukup
51 - 55 D Kurang
≤ 50 E Gagal (tidak lulus)
239

Lampiran 19
ANGKET UJI COBA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
NAMA : ____________________________
KELAS : ____________________________
NO. ABSEN : ____________________________
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang dianggap paling sesuai dibawah
ini!

Keterangan: SL= Selalu SR= Sering JR= Jarang TP= Tidak Pernah
No. PERNYATAAN SL SR JR TP
1 Saya setiap malam belajar materi yang akan
diajarkan guru untuk besok hari.
2 Saya membawa sembarang buku ke sekolah tanpa
menjadwal terlebih dahulu.
3 Saya tidak senang mengikuti pelajaran
matematika.
4 Saya segera mencatat materi yang disampaikan
guru ketika guru memerintahkan untuk mencatat.
5 Saya memperhatikan guru yang sedang
memberikan pelajaran.
6 Saya bertanya kepada guru ketika saya belum
paham apa yang telah guru jelaskan.
7 Saya mendengarkan guru yang sedang
menyampaikan pelajaran.
8 Saya malas mengikuti pelajaran matematika
karena sulit dipahami.
9 Saya tidak menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
10 Saya mengerjakan sendiri semampu yang saya
bisa pada saat guru memberikan tugas individu.
11 Saya segera mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru.
12 Saya bermain terlebih dahulu sebelum
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
13 Saya asik sendiri (bermain) pada saat guru
menyampaikan materi pelajaran.
240

No. PERNYATAAN SL SR JR TP
14 Saya malas dengan soal matematika yang sulit
dikerjakan.
15 Saya ditegur oleh guru karena membuat gaduh di
kelas.
16 Saya di rumah mempelajari kembali materi yang
telah guru berikan di sekolah.
17 Saya mengantuk di kelas pada saat pelajaran
matematika.
18 Saya membaca soal terlebih dahulu sebelum
mengerjakannya.
19 Saya meneliti kembali tugas yang diberikan oleh
guru sebelum saya kumpulkan.
20 Saya takut salah, dan memilih diam pada saat guru
memberikan pertanyaan berupa soal matematika.
21 Saya ikut bekerjasama dengan teman kelompok
saya untuk mengerjakan tugas yang diberikan
guru.
22 Saya segera mengacungkan tangan pada saat guru
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
matematika.
23 Saya mendiskusikan materi yang belum jelas
bersama teman saya.
24 Saya mengerjakan PR matematika di sekolah
sebelum pelajaran di mulai.
25 Saya meminjam catatan teman ketika saya izin
tidak sekolah.
26 Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk
bermain bersama teman-teman.
27 Saya menyerah ketika mengerjakan soal
matematika yang sulit.
28 Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai
yang baik.
29 Saya mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
dengan cepat tanpa menelitinya terlebih dahulu.
30 Saya senang ketika ada jadwal pelajaran
matematika.
31 Saya mengerjakan PR yang diberikan guru
sebelum bermain bersama teman-teman.
241

No. PERNYATAAN SL SR JR TP
32 Saya malas berlatih mengerjakan soal matematika.

33 Saya membaca banyak buku untuk mencari cara


menyelesaikan soal matematika yang sulit.
34 Saya merasa pelajaran matematika memberikan
manfaat.
35 Saya tidak mencatat dengan lengkap materi yang
ditulis guru di papan tulis.
36 Saya merasa rugi mengikuti pelajaran matematika
37 Saya terus berlatih mengerjakan soal-soal
matematika.
38 Saya tidak berusaha mencari buku yang berkaitan
dengan matematika.
39 Saya diam jika guru memberikan pertanyaan di
depan kelas.
40 Saya senang diberikan kesempatan oleh guru
untuk mengerjakan soal di depan kelas.
TOTAL
Lampiran 20
DAFTAR NILAI UJI COBA ANGKET MINAT BELAJAR SISWA

Nomor Butir Pernyataan


No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 ABDUL LATIF 3 4 4 4 3 3 3 2 2 4 3 2 4 1 4 3 3 4 3 3 4 2 4
2 ALDY SETYAWAN 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 1 3 2 4 4 3 3 2 2 3
3 EDO KURNIADI 3 2 4 4 4 4 2 4 3 3 4 2 1 1 4 1 4 3 3 3 2 2 4
4 INTAN AULIA TUNISA 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 2 0 1 2 3
5 M. IVAN FAUZI 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 4 1 1 1 1 1 4 2 2 3 1 4 3
6 M. SAHRUL GUNAWAN 3 4 1 4 2 3 3 2 3 2 4 3 3 1 1 1 4 4 2 3 2 4 3
7 RISMA AMELIANI 3 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 2 2 2 3
8 TEGUH PRASETIO 3 1 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 1 1 1 1 4 2 2 1 2 2 4
9 WULAN ANOMDITA 3 2 2 3 4 3 4 3 2 4 4 1 2 1 2 1 1 2 3 2 3 4 3
10 ADY FIMAN SETIA 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 3 3 2 4 4 4 2 1 3 4
11 AZAHRA PUTRI A 1 4 1 2 3 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 2 2 2 2 3
12 ANDIKA SAPUTRA 3 3 1 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 1 1 1 0 4 2 3 2 4 3
13 ARINA NUR AGHNIA 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 1 3 4
14 ASZAHRA RENATA M 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 2 1 3 2 2 2
15 BAGAS SAPUTRA 2 1 1 4 2 1 4 2 3 2 4 2 3 1 3 1 4 2 2 1 2 4 4
16 DIMAS MARKO P 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 1 4 2 4 4 3 2 3 4 3
17 FEBI CANTIKASARI
18 INDAH FITRIANI 2 4 3 4 4 2 2 1 4 4 4 3 3 1 4 1 4 4 2 3 3 2 4
19 SADIYYAH 2 4 3 4 4 2 2 1 4 3 4 3 2 1 4 1 4 3 1 3 2 2 3
20 MOH. ABDULROHMAN 3 2 4 4 4 4 3 2 1 3 2 2 2 3 1 3 2 3 3 2 1 2 3
21 MOH. IKMAL SAPUTRA 3 2 2 4 4 1 4 2 2 3 4 2 2 1 1 3 0 1 3 1 1 4 3
22 MAHESA TRI W 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 1 3 1 4 4 4 3 2 3 4

242
23 MELLI AGUSTIN 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 2 2
Nomor Butir Pernyataan
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 M. BAGUSFIAN P 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 1 4 1 4 4 3 2 1 4 4
25 M . AKMAL FIRDOS 2 4 4 2 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 2 3
26 NESSA KANIA A 3 4 2 4 4 2 0 2 4 3 4 3 2 1 4 1 4 3 2 2 2 2 3
27 NESSI KANIA A 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 4 2 3 3 3 2 3 2 3
28 PUPUT ANDRESTIANI 3 4 1 4 4 4 4 2 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 3 1 2 4
29 RIFKI ZAKI AL FARIZ 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 1 3 2 4 4 3 3 2 2 3
30 ROISATULLIDIYAH 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 2 3
31 SAHRUL FIRMANSYAH 4 1 1 4 1 2 3 4 4 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 1 4 1 1
32 ULFA NURAENI 3 4 4 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 2 1 2 3
33 WAHYU ROMADON 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 1 1 1 1 4 1 2 3 1 3 3
34 YASMIN RAMADHAN P
35 NITA ANGGRAENI 3 2 4 4 4 3 2 4 3 2 4 4 4 3 4 2 4 2 3 3 1 2 3
36 RIFKI ADI PRASETYA

243
Butir Butir Pernyataan
No. Nama Skor Nilai
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 ABDUL LATIF 4 2 2 0 2 3 1 3 3 3 4 4 1 3 3 2 2 114 71
2 ALDY SETYAWAN 3 1 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 120 75
3 EDO KURNIADI 3 1 2 3 2 3 2 2 4 3 4 4 4 3 3 4 2 116 73
4 INTAN AULIA TUNISA 4 1 2 3 3 4 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 125 78
5 M. IVAN FAUZI 3 4 2 4 1 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 4 2 112 70
6 M. SAHRUL GUNAWAN 3 1 2 2 2 3 4 2 2 3 4 4 4 3 3 1 2 107 67
7 RISMA AMELIANI 3 1 2 3 2 3 2 4 3 2 3 4 4 2 2 3 2 120 75
8 TEGUH PRASETIO 3 2 3 3 1 3 4 2 2 3 4 4 4 4 3 1 2 108 68
9 WULAN ANOMDITA 2 1 2 2 4 3 2 1 2 3 4 4 4 3 3 4 2 105 66
10 ADY FIMAN SETIA 3 1 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 130 81
11 AZAHRA PUTRI A 2 1 3 4 1 2 2 3 3 2 3 4 1 2 3 2 2 104 65
12 ANDIKA SAPUTRA 1 1 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 2 113 71
13 ARINA NUR AGHNIA 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 138 86
14 ASZAHRA RENATA M 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 3 2 107 67
15 BAGAS SAPUTRA 4 1 2 1 2 3 4 1 2 4 3 3 4 3 3 1 2 98 61
16 DIMAS MARKO P 3 4 2 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 128 80
17 FEBI CANTIKASARI
18 INDAH FITRIANI 3 1 2 3 2 1 2 3 3 4 2 4 4 2 3 3 2 112 70
19 SADIYYAH 3 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 4 2 3 4 1 100 63
20 MOH. ABDULROHMAN 3 1 3 3 2 3 4 2 3 2 3 4 4 4 3 4 2 109 68
21 MOH. IKMAL SAPUTRA 3 2 2 3 1 3 3 1 2 3 4 4 4 3 3 2 2 98 61
22 MAHESA TRI W 3 1 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 126 79
23 MELLI AGUSTIN 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 4 3 2 122 76
24 M. BAGUSFIAN P 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 130 81

244
25 M . AKMAL FIRDOS 3 1 3 4 4 3 2 2 4 2 4 4 4 2 3 3 1 117 73
Butir Butir Pernyataan
No. Nama Skor Nilai
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
26 NESSA KANIA A 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 107 67
27 NESSI KANIA A 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 111 69
28 PUPUT ANDRESTIANI 4 1 2 3 4 4 2 3 1 3 2 4 4 4 4 4 2 122 76
29 RIFKI ZAKI AL FARIZ 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 2 3 2 117 73
30 ROISATULLIDIYAH 3 2 4 4 4 3 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 136 85
31 SAHRUL FIRMANSYAH 2 1 1 2 1 3 1 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2 91 57
32 ULFA NURAENI 3 1 2 3 4 3 2 3 1 3 4 4 4 3 3 4 2 123 77
33 WAHYU ROMADON 3 1 2 3 2 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 4 2 110 69
34 YASMIN RAMADHAN P
35 NITA ANGGRAENI 4 1 2 3 4 2 2 2 2 2 4 4 4 3 3 3 2 117 73
36 RIFKI ADI PRASETYA

245
Lampiran 21
KISI-KISI SOAL TES UJI COBA
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan
Kompetensi Dasar Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan 1. Siswa dapat menyatakan suatu
permasalahan kedalam bentuk
masalah yang Uraian C3 1 dan 7 √
pecahan dan melakukan operasi
berkaitan dengan pengurangan.
2. Siswa dapat memecahkan
pecahan
masalah dalam kehidupan sehari-
Uraian C3 3, 8 √
hari yang melibatkan operasi
hitung pengurangan pecahan.
3. Siswa dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari- 5, 6, 10
Uraian C3 √
hari yang melibatkan operasi dan 11
hitung penjumlahan pecahan.
4. Siswa dapat melakukan operasi
hitung campuran yang
Uraian C3 2, 4, dan 9 √
berhubungan dengan
permasalahan sehari-hari.

246
247

Lampiran 22
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas : IV (empat)
Semester : II (dua)
Alokasi Waktu : 90 menit

I. Petunjuk
1. Tulis nama, nomor absen, dan kelas pada lembar jawaban!
2. Bacalah tiap soal dengan cermat dan teliti!
3. Soal berjumlah 11 butir.
4. Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.
5. Kerjakan soal dengan jelas pada lembar jawaban yang telah disediakan!
6. Periksa kembali pekerjaanmu sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
7. Kerjakan disertai dengan langkah-langkahnya.

---- SELAMAT MENGERJAKAN----

II. Soal
1. Pak Anwar pergi ke toko kue untuk membeli sebuah kue, di toko kue pak
Anwar meminta penjual kue untuk memotong kue menjadi 14 bagian.
Setibanya di rumah pak Anwar memberikan masing-masing 2 potong kue
kepada dua orang anaknya. Berapa bagian jumlah kue yang diberikan
kepada anak pak Anwar?
2
2. Ayah memiliki tanah seluas 3 ha, kemudian ayah membeli lagi tanah dengan
5 12
luas ha, setelah itu ha ditanami jagung. Berapa luas tanah ayah yang
9 27

belum ditanami jagung?


1 3
3. Fizi dan Andi memetik kg buah mangga, kg buah mangga tersebut
2 7

diberikah kepada Santi. Berapa kg buah mangga yang tersisa?


248

3
4. Kak Ros memiliki persediaan mentega sebanyak 5 kg. Karena adik ingin roti

buatan kak Ros, maka kak Ros membuatkannya. Untuk membuat roti
2
diperlukan kg mentega. Supaya tidak kehabisan mentega, kak Ros
5
2
membeli lagi 3 kg untuk persediaan. Berapa kg mentega yang dimiliki kak

Ros sekarang?
5
5. Kakek membutuhkan meter tali untuk mengikat bambu. Namun ternyata
8

tali tersebut masih kurang. Kakek mencari lagi tali yang ada di dalam
2
gudang, dan kakek menemukan 8 meter tali lagi yang akan digunakan untuk

mengikat bambu. Berapa meter tali yang digunakan kakek untuk mengikat
bambu?
1
6. Di Kota Tegal sedang ada perbaikan jalan raya. Pada minggu pertama 7

bagian telah diperbaiki dan pada minggu kedua dilanjutkan dengan


4
memperbaiki bagian. Berapa bagian jalan di Kota Tegal yang sudah
7

diperbaiki?
7. Paman Mutu pergi ke toko roti, di toko roti paman membeli roti dan
meminta penjual roti untuk memotong roti menjadi 9 potong untuk
dibagikan kepada ke 3 anaknya. Masing-masing anaknya mendapat 2
potong roti. Berapa bagian jumlah roti yang dibagikan paman Mutu?
8. Adit dan Denis memancing ikan di kolam. Mereka mendapatkan ikan
8 1
dengan berat 9 kg, kemudian 3 kg ikan tersebut diberikan kepada pak Jarwo.

Sisanya mereka bawa pulang ke rumah. Berapa kg ikan Adit dan Denis yang
dibawa pulang ke rumah?
7
9. Bu Tresno memiliki persediaan daging sapi sebanyak 16 kg. Karena anaknya

ingin bakso sapi buatan bu Tresno, maka bu Tresno membuatkannya. Untuk


1
membuat bakso diperlukan 4 kg daging sapi. Supaya tidak kehabisan daging
3
sapi, bu Tresno membeli lagi kg untuk persediaan. Berapa kg sisa
8

persediaan daging sapi bu Tresno sekarang?


249

4
10. Mail ingin menjual rambutan seberat 9 kg ke pasar. Namun ibunya meminta

Mail untuk memetik rambutan lagi yang ada dikebun belakang rumah, dan
2
mail mendapatkan tiga ikat rambutan dengan berat 9 kg. Berapa kg rambutan

yang Mail bawa untuk di jual di pasar?


11. Di kota Selawi sedang ada pembangunan irigasi untuk mengairi sawah.
Pembangunan tersebut akan dilaksanakan selama 2 bulan. Pada bulan
5
pertama akan dibangun 16 km. Selanjutnya pada bulan kedua akan dibangun
2
km. Berapa km pembangunan irigasi yang dilaksanakan di kota Selawi?
8
250

Lampiran 23
KUNCI JAWABAN
TES UJI COBA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1. Diketahui:
Kue dipotong menjadi 14 bagian.
Kedua anak pak Anwar masing-masing mendapat 2 potong kue.
Ditanyakan:
Jumlah kue yang diterima kedua anak pak Anwar = ... bagian. ........... (skor 1)
2 2
Jawab: Jumlah kue yang diterima anak pak Anwar = 14 + 14
2+2
= 14
4 2
= 14 = 7 .............. (skor 3)
2
Jadi jumlah kue yang diterima anak pak Anwar adalah 7 bagian ......... (skor 1)

(skor 5)
2. Diketahui:
2 5
Ayah memiliki tanah 3 ha, membeli lagi seluas 9 ha.
12
Tanah ayah seluas 27 ha ditanami jagung.

Ditanyakan:
Luas tanah ayah yang belum ditanami jagung = ... ha. ........................ (skor 1)
2 5 12
Jawab: Luas tanah ayah yang belum ditanami jagung = + -
3 9 27
18+15−12
= 27
21 7
= 27 = 9 .......... (skor 3)
7
Jadi luas tanah ayah yang belum ditanami jagung adalah 9 ha. ............ (skor 1)

(skor 5)
3. Diketahui:
1
Fizi dan Andi memetik 2 kg buah mangga.
3
Diberikan kepada Santi 7 kg.
251

Ditanyakan:
Buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa = ... kg. ................................ (skor 1)
1 3
Jawab: Buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa = 2 - 7
7−6
= 14
1
= 14 ....................... (skor 3)
1
Jadi buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa adalah 14 kg. ................. (skor 1)

(skor 5)
4. Diketahui:
3
Persediaan mentega kak Ros 5 kg.
2
Untuk membuat roti diperlukan 5 kg mentega.
2
Kak Ros membeli mentega lagi 3 kg untuk persediaan.

Ditanyakan:
Mentega yang dimiliki kak Ros = ... kg. .............................................. (skor 1)
3 2 2
Jawab: Mentega yang dimiliki kak Ros = 5 - 5 + 3
9−6+10
= 15
13
= 15 ....................................... (skor 3)
13
Jadi mentega yang dimiliki kak Ros adalah 15 kg. ............................... (skor 1)

(skor 5)

5. Diketahui:
5
Kakek membutuhkan 8 meter tali untuk mengikat bambu.
2
Kakek menemukan tali di gudang 8 meter.

Ditanyakan:
Tali yang digunakan kakek untuk mengikat bambu = ... m. ................ (skor 1)
5 2
Jawab: Tali yang digunakan kakek untuk mengikat bambu = 8 + 8
5+2
= 8
252

7
= 8 .......... (skor 3)
7
Jadi tali yang digunakan kakek untuk mengikat bambu adalah 8 m. .... (skor 1)

(skor 5)
6. Diketahui
1
Perbaikan jalan di minggu pertama 7 bagian.
4
Perbaikan jalan di minggu kedua 7 bagian.

Ditanyakan:
Jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal = ... bagian. ....................... (skor 1)
1 4
Jawab: Jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal = 7 + 7
1+4
= 7
5
= 7 ....................... (skor 3)
5
Jadi jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal adalah bagian. ......... (skor 1)
7

(skor 5)
7. Diketahui:
Roti paman Mutu dipotong menjadi 9 bagian.
Ketiga anak paman Mutu masing-masing mendapatkan 2 potong roti.
Ditanyakan:
Jumlah roti yang dibagikan kepada anak paman Mutu = ... bagian. .... (skor 1)
2 2 2
Jawab: Jumlah roti yang dibagikan paman Mutu = 9 + 9 + 9
2+2+2
= 9
6 2
= 9 = 3 .................. (skor 3)
2
Jadi jumlah roti yang dibagikan paman Mutu adalah 3 bagian. ............. (skor 1)

(skor 5)
8. Diketahui:
8
Adit dan Denis mendapatkan ikan seberat 9 kg.
1
Diberikan kepada pak Jarwo 3 kg.
253

Ditanyakan:
Ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis = ... kg. ................................. (skor 1)
8 1
Jawab: Ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis = 9 - 3
8−3
= 9
5
= 9 .......................... (skor 3)
5
Jadi ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis adalah 9 kg. ................... (skor 1)

(skor 5)
9. Diketahui:
7
Bu Tresno memiliki persediaan 16 kg daging sapi.
1
Diperlukan 4 kg daging sapi untuk membuat bakso.
3
Bu Tresno membeli lagi 8 kg daging sapi.

Ditanyakan:
Sisa persediaan daging sapi bu Tresno = ... kg. ..................................... (skor 1)
7 1 3
Jawab: Sisa persediaan daging bu Tresno = 16 - 4 + 8
7−4+6
= 16
9
= 16 .................................... (skor 3)
9
Jadi sisa persediaan daging bu Tresno adalah 16 kg. ............................. (skor 1)

(skor 5)
10. Diketahui:
4
Mail menjual rambutan seberat 9 kg.
2
Mail mendapatkan rambutan tiga ikat rambutan seberat 9

Ditanyakan:
Rambutan yang dibawa Mail ke pasar = ... kg. ...................................... (skor 1)
4 2
Jawab: Rambutan yang dibawa Mail ke pasar = 9 + 9
4+2
= 9
6 2
= 9 = 3 ......................... (skor 3)
254

2
Jadi rambutan yang dibawa Mail ke pasar adalah 3 kg. ....................... (skor 1)

(skor 5)
11. Diketahui:
5
Pembangunan irigasi bulan pertama 16 km.
2
Pembangunan irigasi bulan kedua 8 km.

Ditanyakan:
Pembangunan irigasi di Kota Slawi = ... km. ......................................... (skor 1)
5 2
Jawab: Pembangunan irigasi di Kota Slawi = 16 + 8
5+4
= 16
9
= 16 .................................. (skor 3)
9
Jadi pembangunan irigasi di Kota Slawi adalah 16 km. ......................... (skor 1)

(skor 5)
Lampiran 24
DAFTAR NILAI TES UJI COBA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Nomor Soal
No. Nama No Induk Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 ABDUL LATIF 3092 3 1 2 0 3 2 2 1 0 4 1 19
2 ALDY SETYAWAN 3094 3 2 2 1 3 2 2 0 0 3 1 19
3 EDO KURNIADI 3101 4 4 4 2 2 2 0 1 2 1 0 22
4 INTAN AULIA TUNISA 3105 3 3 2 2 1 3 1 2 0 3 2 22
5 M. IVAN FAUZI 3114 4 3 2 1 0 2 1 0 1 2 1 17
6 M. SAHRUL GUNAWAN 3120 2 2 3 0 3 0 1 0 2 0 1 14
7 RISMA AMELIANI 3126 5 4 2 3 5 3 3 1 2 2 1 31
8 TEGUH PRASETIO 3129 4 5 5 5 3 4 3 2 1 3 2 37
9 WULAN ANOMDITA 3132 5 2 3 2 4 3 2 1 0 2 1 25
10 ADY FIMAN SETIA 3145 5 4 5 3 2 3 2 2 1 2 1 30
11 AZAHRA PUTRI AYUNANI 3147 3 2 2 2 4 3 1 3 2 3 2 27
12 ANDIKA SAPUTRA 3148 3 3 4 2 1 0 2 1 3 2 1 22
13 ARINA NUR AGHNIA 3149 5 4 5 3 4 1 3 2 1 3 2 33
14 ASZAHRA RENATA M 3150 2 2 3 1 2 2 0 2 0 3 2 19
15 BAGAS SAPUTRA 3151 2 2 2 1 2 0 1 0 0 3 1 14
16 DIMAS MARKO PRATAMA 3152 3 3 5 2 1 2 2 1 0 3 1 23
17 FEBI CANTIKASARI 3153
18 INDAH FITRIANI 3154 5 4 5 4 5 5 4 2 2 4 2 42
19 SADIYYAH 3155 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 35
20 MOH. ABDULROHMAN 3156 5 4 3 1 0 4 1 0 1 3 1 23
21 MOH. IKMAL SAPUTRA 3157 3 0 2 2 3 4 3 1 0 2 1 21
22 MAHESA TRI WIDIANTORO 3158 4 5 5 5 3 5 3 2 2 4 3 41

255
23 MELLI AGUSTIN 3159 3 2 3 2 2 3 2 1 0 2 3 23
Nomor Soal
No. Nama No Induk Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
24 M. BAGUSFIAN PRAYOGA 3160 3 2 5 2 1 0 1 2 2 3 1 22
25 M . AKMAL FIRDOS 3164 4 3 3 2 1 2 1 1 0 3 1 21
26 NESSA KANIA ADHITRA 3165 5 3 3 2 2 2 5 2 1 0 2 27
27 NESSI KANIA ADHITRA 3166 3 2 5 2 3 3 0 2 1 3 2 26
28 PUPUT ANDRESTIANI 3167 2 3 5 2 5 2 2 4 2 3 0 30
29 RIFKI ZAKI AL FARIZ 3169 4 3 5 2 1 2 1 0 3 0 1 22
30 ROISATULLIDIYAH 3170 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 50
31 SAHRUL FIRMANSYAH 3172 3 1 2 2 2 0 1 1 0 3 1 16
32 ULFA NURAENI 3173 3 2 5 2 4 3 0 2 1 4 2 28
33 WAHYU ROMADON 3174 4 3 2 1 4 4 2 1 0 3 2 26
34 YASMIN RAMADHAN P 3175
35 NITA ANGGRAENI 3233 5 2 3 3 2 3 0 2 1 3 1 25
36 RIFKI ADI PRASETYA 3267

256
Lampiran 25 257
258
Lampiran 26 259
260
261

Lampiran 27
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk
Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan
kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari
tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
tanya jawab mengenai masalah
yang diberikan
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika
untuk mencari hubungan dan
konsep
262

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai
bentuk bimbingan/petunjuk
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya
interaksi antar siswa dengan
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang
diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,
yaitu berupa penugasan.

Penskoran pelaksanaan metode guided discovery learning berdasarkan


lembar pengamatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Akhir = x 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Klasifikasi Penskoran:

Angka Huruf Predikat


86 - 100 A Baik sekali
81 - 85 AB Lebih dari baik
71- 80 B Baik
66 - 70 BC Lebih dari cukup
61 - 65 C Cukup
56 - 60 CD Kurang dari cukup
51 - 55 D Kurang
≤ 50 E Gagal (tidak lulus)
263

Lampiran 28
VALIDITAS UJI COBA ANGKET MINAT BELAJAR SISWA
rtabel = 0,344; Taraf Signifikansi = 5%; dan n = 33

Nomor Pearson Nomor Pearson


Validitas Validitas
Item Correlations Item Correlations

1. -0,011 tidak valid 21. 0,050 tidak valid


2. 0,465 valid 22. 0,035 tidak valid
3. 0,614 valid 23. 0,383 valid
4. 0,083 tidak valid 24. 0,229 tidak valid
5. 0,352 valid 25. 0,286 tidak valid
6. 0,623 valid 26. 0,579 valid
7. 0,189 tidak valid 27. 0,390 valid
8. 0,364 valid 28. 0,661 valid
9. 0,034 tidak valid 29. 0,212 tidak valid
10. 0,441 valid 30. -0,078 tidak valid
11. 0,035 tidak valid 31. 0,731 valid
12. 0,605 valid 32. 0,274 tidak valid
13. 0,264 tidak valid 33. 0,153 tidak valid
14. 0,331 tidak valid 34. 0,103 tidak valid
15. 0,480 valid 35. 0,195 tidak valid
16. 0,175 tidak valid 36. 0,182 tidak valid
17. 0,468 valid 37. 0,373 valid
18. 0,574 valid 38. 0,196 tidak valid
19. 0,630 valid 39. 0,360 valid
20. 0,391 valid 40. 0,221 tidak valid
264

Lampiran 29
RELIABILITAS UJI COBA ANGKET MINAT BELAJAR SISWA
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,855 19

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
item_2 53,42 80,377 ,466 ,848
item_3 53,24 78,502 ,510 ,846
item_5 52,76 85,002 ,384 ,851
item_6 53,36 80,864 ,551 ,844
item_8 53,30 85,905 ,207 ,859
item_10 53,15 83,445 ,466 ,848
item_12 53,55 79,506 ,622 ,841
item_15 53,36 78,926 ,459 ,849
item_17 53,00 80,625 ,407 ,852
item_18 53,30 80,843 ,492 ,847
item_19 53,70 82,218 ,512 ,846
item_20 53,97 83,030 ,423 ,850
item_23 53,21 85,922 ,349 ,852
item_26 53,88 83,422 ,529 ,847
item_27 53,42 84,002 ,392 ,851
item_28 53,88 78,485 ,594 ,842
item_31 53,82 79,153 ,675 ,839
item_37 53,55 88,006 ,188 ,857
item_39 53,21 82,735 ,398 ,851
265

Lampiran 30
VALIDITAS SOAL UJI COBA
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
rtabel = 0,344; Taraf Signifikansi = 5%; dan n = 33

Nomor Pearson Nomor Pearson


Validitas Validitas
Item Correlations Item Correlations

1. 0,574 valid 7. 0,600 valid


2. 0,666 valid 8. 0,711 valid
3. 0,602 valid 9. 0,531 valid
4. 0,874 valid 10. 0,421 valid
5. 0,587 valid 11. 0,618 valid
6. 0,697 valid
266

Lampiran 31
RELIABILITAS SOAL UJI COBA
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,842 11

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
litem_1 22,12 58,297 ,478 ,832
item_2 23,00 55,750 ,575 ,825
item_3 22,27 55,892 ,485 ,832
item_4 23,64 50,864 ,830 ,801
item_5 23,21 55,297 ,453 ,837
item_6 23,33 52,667 ,589 ,823
item_7 24,06 56,309 ,488 ,832
item_8 24,33 55,229 ,632 ,820
item_9 24,70 58,780 ,426 ,836
item_10 23,18 60,591 ,300 ,846
item_11 24,33 59,292 ,548 ,830
Lampiran 32
PEMBAGIAN KELOMPOK ATAS DAN KELOMPOK BAWAH

Nomor Soal
No. Nama Skor Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 ROISATULLIDIYAH 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 50 ATAS
2 INDAH FITRIANI 5 4 5 4 5 5 4 2 2 4 2 42 ATAS
3 MAHESA TRI W 4 5 5 5 3 5 3 2 2 4 3 41 ATAS
4 TEGUH PRASETIO 4 5 5 5 3 4 3 2 1 3 2 37 ATAS
5 SADIYYAH 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 35 ATAS
6 ARINA NUR AGHNIA 5 4 5 3 4 1 3 2 1 3 2 33 ATAS
7 RISMA AMELIANI 5 4 2 3 5 3 3 1 2 2 1 31 ATAS
8 PUPUT ANDRESTIANI 2 3 5 2 5 2 2 4 2 3 0 30 ATAS
9 ADY FIMAN SETIA 5 4 5 3 2 3 2 2 1 2 1 30 ATAS
10 ULFA NURAENI 3 2 5 2 4 3 0 2 1 4 2 28 -
11 AZAHRA PUTRI A 3 2 2 2 4 3 1 3 2 3 2 27 -
12 NESSA KANIA ADHITRA 5 3 3 2 2 2 5 2 1 0 2 27 -
13 WAHYU ROMADON 4 3 2 1 4 4 2 1 0 3 2 26 -
14 NESSI KANIA ADHITRA 3 2 5 2 3 3 0 2 1 3 2 26 -
15 WULAN ANOMDITA 5 2 3 2 4 3 2 1 0 2 1 25 -
16 NITA ANGGRAENI 5 2 3 3 2 3 0 2 1 3 1 25 -
17 DIMAS MARKO P 3 3 5 2 1 2 2 1 0 3 1 23 -
18 MELLI AGUSTIN 3 2 3 2 2 3 2 1 0 2 3 23 -
19 M. ABDULROHMAN 5 4 3 1 0 4 1 0 1 3 1 23 -
20 RIFKI ZAKI AL FARIZ 4 3 5 2 1 2 1 0 3 0 1 22 -
21 M. BAGUSFIAN P 3 2 5 2 1 0 1 2 2 3 1 22 -
22 INTAN AULIA T 3 3 2 2 1 3 1 2 0 3 2 22 -

267
Nomor Soal
No. Nama Skor Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
23 EDO KURNIADI 4 4 4 2 2 2 0 1 2 1 0 22 -
24 ANDIKA SAPUTRA 3 3 4 2 1 0 2 1 3 2 1 22 -
25 MOH. IKMAL S 3 0 2 2 3 4 3 1 0 2 1 21 BAWAH
26 M . AKMAL FIRDOS 4 3 3 2 1 2 1 1 0 3 1 21 BAWAH
27 ALDY SETYAWAN 3 2 2 1 3 2 2 0 0 3 1 19 BAWAH
28 ASZAHRA R. M 2 2 3 1 2 2 0 2 0 3 2 19 BAWAH
29 ABDUL LATIF 3 1 2 0 3 2 2 1 0 4 1 19 BAWAH
30 M. IVAN FAUZI 4 3 2 1 0 2 1 0 1 2 1 17 BAWAH
31 SAHRUL F 3 1 2 2 2 0 1 1 0 3 1 16 BAWAH
32 M. SAHRUL G 2 2 3 0 3 0 1 0 2 0 1 14 BAWAH
33 BAGAS SAPUTRA 2 2 2 1 2 0 1 0 0 3 1 14 BAWAH
JUMLAH SKOR 127 93 108 72 86 82 54 53 33 87 49

268
269

Lampiran 33
ANALISIS TARAF KESUKARAN DAN DAYA BEDA SOAL

1. Taraf Kesukaran Soal


Nomor Soal P Kriteria
1 0,74 Mudah
2 0,56 Sedang
3 0,71 Mudah
4 0,43 Sedang
5 0,52 Sedang
6 0,49 Sedang
7 0,35 Sedang
8 0,29 Sukar
9 0,22 Sukar
10 0,52 Sedang
11 0,58 Sedang

2. Daya Beda Soal


Nomor Soal Daya Pembeda Kriteria
1 0,31 Baik
2 0,47 Sangat Baik
3 0,47 Sangat Baik
4 0,51 Sangat Baik
5 0,36 Baik
6 0,38 Baik
7 0,31 Baik
8 0,35 Baik
9 0,31 Baik
10 0,13 Kurang Baik
11 0,16 Kurang Baik
270

Lampiran 34
KISI-KISI ANGKET MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Penulis : Agung Fernando
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Kelas : IV (empat)
No. Dimensi Indikator No. Item
1. Kesukaan  Gairah 2, 9
 Inisiatif 1, 13
2. Ketertarikan  Responsif 4, 19
 Kesegeraan 7, 17
3. Perhatian  Konsentrasi 3, 8
 Ketelitian 10, 11
4. Keterlibatan  Kemauan 5, 12
 Keuletan 6, 15, 18
 Kerja Keras 14, 16

Keterangan: Nomor yang dicetak tebal merupakan pernyataan negatif


271

Lampiran 35
PEDOMAN PENSKORAN
ANGKET MINAT SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Keterangan Penskoran:
Penskoran
No. Jenis Pernyataan
SL SR JR TP

1 Pernyataan Positif 4 3 2 1
2 Pernyataan Negatif 1 2 3 4

Keterangan: SL= Selalu SR= Sering JR= Jarang TP= Tidak Pernah

Skor Maksimal = 76
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Akhir = x 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Klasifikasi Penskoran:

Angka Huruf Predikat


86 - 100 A Baik sekali
81 - 85 AB Lebih dari baik
71- 80 B Baik
66 - 70 BC Lebih dari cukup
61 - 65 C Cukup
56 - 60 CD Kurang dari cukup
51 - 55 D Kurang
≤ 50 E Gagal (tidak lulus)
272

Lampiran 36
ANGKET MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
NAMA : ____________________________
KELAS : ____________________________
NO. ABSEN : ____________________________
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang dianggap paling sesuai dibawah
ini!
Keterangan: SL= Selalu SR= Sering JR= Jarang TP= Tidak Pernah
No. PERNYATAAN SL SR JR TP
1 Saya membawa sembarang buku ke sekolah tanpa
menjadwal terlebih dahulu.
2 Saya tidak senang mengikuti pelajaran
matematika.
3 Saya memperhatikan guru yang sedang
memberikan pelajaran.
4 Saya bertanya kepada guru ketika saya belum
paham apa yang telah guru jelaskan.
5 Saya malas mengikuti pelajaran matematika
karena sulit dipahami.
6 Saya mengerjakan sendiri semampu yang saya
bisa pada saat guru memberikan tugas individu.
7 Saya bermain terlebih dahulu sebelum
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
8 Saya ditegur oleh guru karena membuat gaduh di
kelas.
9 Saya mengantuk di kelas pada saat pelajaran
matematika.
10 Saya membaca soal terlebih dahulu sebelum
mengerjakannya.
11 Saya meneliti kembali tugas yang diberikan oleh
guru sebelum saya kumpulkan.
12 Saya takut salah, dan memilih diam pada saat guru
memberikan pertanyaan berupa soal matematika.
13 Saya mendiskusikan materi yang belum jelas
bersama teman saya.
273

No. PERNYATAAN SL SR JR TP
14 Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk
bermain bersama teman-teman.
15 Saya menyerah ketika mengerjakan soal
matematika yang sulit.
16 Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai
yang baik.
17 Saya mengerjakan PR yang diberikan guru
sebelum bermain bersama teman-teman.
18 Saya terus berlatih mengerjakan soal-soal
matematika.
19 Saya diam jika guru memberikan pertanyaan di
depan kelas.
Lampiran 37
TABULASI ANGKET MINAT BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN (IVA)

Nomor Butir Pernyataan Nilai


No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 (%)
1 FIRMANSYAH L 4 4 4 4 4 4 1 1 1 2 4 4 4 1 4 1 1 4 4 74
2 FANDHI DWI SAPUTRA L 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 1 3 1 4 4 2 2 3 79
3 NURHALIZA 4 4 4 1 2 3 3 4 1 1 1 2 3 2 4 2 3 1 2 62
4 ANANDA ZULFA K H P 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 87
5 ATIQOH P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 99
6 DHEA NINDA Y P 2 3 2 2 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 2 76
7 DIMAS ADITYA L 4 4 4 1 3 1 1 1 1 4 1 1 4 1 3 4 4 4 1 62
8 FARREL FENANDI L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 1 4 4 88
9 FATIMAH P 4 2 4 4 3 2 1 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 4 4 82
10 FEBRI SAPUTRA L 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 1 3 1 1 3 4 2 4 3 76
11 GALUH RAMAHDANI L 3 4 4 3 4 1 2 2 3 2 2 1 3 3 3 4 1 1 3 64
12 HAEKAL DWI DUANDRA L 3 4 4 1 4 4 3 3 3 2 4 4 2 1 4 4 4 4 3 80
13 IKHSAN ADITYA L 4 4 4 3 4 3 4 3 1 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 87
14 ILHAM AFRIANA L 4 4 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 3 83
15 ISNAWATI P 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 93
16 JUANDA DADLYKA L 3 1 1 4 4 2 2 2 3 4 1 4 2 1 2 2 4 2 4 63
17 KHAERI HIDAYAT L 3 4 4 4 3 4 1 3 4 4 4 3 3 1 4 4 3 2 3 80
18 KHOIRUNISA P 2 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 82
19 LINA LUSIANA P 4 3 4 4 4 2 1 2 4 4 3 2 4 3 2 4 3 2 1 74
20 MOH. KAMAL BUSTAMI L 4 1 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 2 4 2 2 3 70
21 MOH. RIZKY NUR FADIL L 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 87
22 MOH. SOFYAN L 3 2 4 2 3 2 2 2 1 2 3 4 2 4 4 2 3 4 2 67
23 MUH. FADHIL ATQIYA L 3 2 4 3 2 1 2 4 3 4 3 3 4 2 2 4 4 2 3 72
24 MUH. FAUZI SETIAWAN L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100

274
25 MUH. NUR YULIA A L 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 1 4 1 4 4 2 4 1 79
Nomor Butir Pernyataan Nilai
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 (%)
26 NAYANTAKA VIRSA A L 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 88
27 NOVI RESTU SAFITRI P 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 1 3 4 4 2 4 3 86
28 REVA NUR AGUSTIANI P 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 89
29 RIZKA AMALIA P 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
30 SITI ANISA P 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 84
31 SOVI RISKI INAYATUL C P 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 93
32 YANUAR DWI ABIM A L 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 92
33 ZAKI KHOIRUL ANAM L 4 3 3 1 4 4 4 3 4 4 3 3 4 1 4 4 2 4 3 82
34 DURRYNA LAILA F 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 89
35 KHAERUL ANAM 4 1 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 92
36 AKHMAD EVAN BAHTIAR 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 1 3 1 1 4 2 2 3 3 75

275
Lampiran 38
TABULASI ANGKET MINAT BELAJAR SISWA KELAS KONTROL (IVB)

Nomor Butir Pernyataan Nilai


No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 (%)
1 M. SUBEKHI L 1 3 3 2 1 1 1 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 4 3 62
2 AMRINA AL HUSNA L 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 4 4 2 3 4 2 4 2 2 66
3 AHMAD FIRMANSYAH L 3 3 2 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 3 80
4 AL-FINAPUTRI S P 4 1 3 3 4 3 2 3 3 2 1 4 2 2 2 4 2 1 3 64
5 ANITA DWI APRILIYANI P 4 2 4 2 3 2 2 3 3 4 2 4 2 3 3 3 4 3 4 75
6 ARMAN RAMADANI L 4 1 3 3 3 3 4 4 3 2 3 1 4 2 2 3 2 3 1 67
7 DARIS NABIL MAFTUH L 2 4 3 2 4 2 3 3 4 1 2 3 4 2 3 3 4 3 3 72
8 DEA PUTRI NABILA P 4 3 4 3 2 3 1 2 1 3 1 1 4 1 3 4 4 2 1 62
9 DIANA SYIFA P 1 2 4 4 3 3 4 2 3 2 4 2 1 3 3 1 4 2 4 68
10 ERGI DWI YANTO L 2 4 2 2 4 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 74
11 EVA RIYANTI PRASETIA P 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 1 2 2 4 4 2 3 79
12 FAREL AGUSTIN L 4 4 3 2 4 1 4 4 2 3 1 3 3 3 3 1 4 3 4 74
13 FEBRI SAPUTRA L 1 4 3 2 3 2 1 2 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 1 72
14 FRIJIYAH NUTHFAN P 2 3 3 3 1 2 2 2 1 3 4 4 1 3 3 2 2 2 3 60
15 HAFIZ MAKIL AL Z 3 2 4 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 1 4 3 3 3 67
16 HELEN ANANDA V P 3 3 2 2 4 3 1 3 4 4 3 3 3 1 3 4 2 3 3 71
17 INTAN DWI FEBRIANTI P 1 3 2 4 4 2 1 4 4 3 2 4 3 1 3 4 4 4 2 72
18 KHAFIDS DIKI FAUZAN L 1 2 4 4 4 4 1 2 2 1 4 2 4 2 1 4 3 2 3 66
19 MERIAN RESTU V P 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 76
20 MOH. ZAYYIM M L 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 4 1 3 1 3 3 4 3 3 75
21 MOH. FAHMI MAULIDI L 2 2 3 3 2 4 3 1 4 2 2 1 4 1 1 2 3 3 3 60
22 MOH. ALIF TAHSIN L 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 92
23 NADYA ALFA SALAM P 3 2 2 3 3 4 3 4 3 2 4 3 4 1 3 4 4 3 3 78

276
24 NAELY AYU MILA P 2 3 2 3 3 2 3 4 3 2 1 3 2 3 4 3 2 4 3 68
Nomor Butir Pernyataan Nilai
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 (%)
25 NANDA GALUH P L 3 4 3 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 75
26 RIZKI MAULANA HUSNI L 3 4 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 4 3 3 4 3 2 3 72
27 SETIAWAN BAHTIAR L 4 2 3 2 4 3 4 2 1 2 3 4 3 2 4 3 2 1 1 66
28 SYAHRUL SETIAWAN L 3 4 4 2 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 1 4 3 4 82
29 THUFAIL AMROLLAH L 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 2 78
30 TIARA ELSA HESTIKA P 3 3 1 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 63
31 ZAENI MUFTI AL HASBI L 3 4 1 2 4 1 1 1 2 4 1 2 4 1 2 4 4 2 4 61
32 M. ILYAS ANWAR L 3 2 4 4 4 4 2 2 3 2 2 1 3 1 3 4 4 3 4 72
33 MOH. ZAKI AJI P L L 4 2 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 4 2 2 4 3 2 2 74
34 STEVEN PANGEMANAN L 1 3 3 2 2 2 3 3 4 1 2 3 2 3 3 4 1 1 3 60
35 ADRIAN MALIK AL H 4 3 1 2 1 3 3 3 2 1 2 2 3 1 3 4 1 3 4 60
36 ELY AMALIA 3 4 1 3 3 4 2 3 2 2 3 2 4 3 1 2 4 2 1 64

277
Lampiran 39
KISI-KISI SOAL TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Materi Pokok : Bilangan Pecahan
Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Jenis Ranah Nomor Tingkat Kesulitan


Kompetensi Dasar Indikator Soal
Soal Kognitif Soal Mudah Sedang Sulit
6.5 Menyelesaikan 1. Siswa dapat menyatakan suatu
permasalahan kedalam bentuk
masalah yang Uraian C3 1 dan 6 √ √
pecahan dan melakukan operasi
berkaitan dengan pengurangan.
2. Siswa dapat memecahkan
pecahan
masalah dalam kehidupan sehari-
Uraian C3 3, dan 7 √ √
hari yang melibatkan operasi
hitung pengurangan pecahan.
3. Siswa dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-
Uraian C3 5 √
hari yang melibatkan operasi
hitung penjumlahan pecahan.
4. Siswa dapat melakukan operasi
hitung campuran yang
Uraian C3 2, 4, dan 8 √ √
berhubungan dengan
permasalahan sehari-hari.

278
279

Lampiran 40
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas : IV (empat)
Semester : II (dua)
Alokasi Waktu : 70 menit

III. Petunjuk
1. Tulis nama, nomor absen, dan kelas pada lembar jawaban!
2. Bacalah tiap soal dengan cermat dan teliti!
3. Soal berjumlah 8 butir.
4. Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.
5. Kerjakan soal dengan jelas pada lembar jawaban yang telah disediakan!
6. Periksa kembali pekerjaanmu sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
7. Kerjakan disertai dengan langkah-langkahnya.

---- SELAMAT MENGERJAKAN----

IV. Soal
1. Pak Anwar pergi ke toko kue untuk membeli sebuah kue, di toko kue pak
Anwar meminta penjual kue untuk memotong kue menjadi 14 bagian.
Setibanya di rumah pak Anwar memberikan masing-masing 2 potong kue
kepada dua orang anaknya. Berapa jumlah kue yang diberikan kepada anak
pak Anwar?
2
2. Ayah memiliki tanah seluas 3 ha, kemudian ayah membeli lagi tanah dengan
5 12
luas ha, setelah itu ha ditanami jagung. Berapa luas tanah ayah yang
9 27

belum ditanami jagung?


1 3
3. Fizi dan Andi memetik kg buah mangga, kg buah mangga tersebut
2 7

diberikah kepada Santi. Berapa kg buah mangga yang tersisa?


280

3
4. Kak Ros memiliki persediaan mentega sebanyak 5 kg. Karena adik ingin roti

buatan kak Ros, maka kak Ros membuatkannya. Untuk membuat roti
2
diperlukan kg mentega. Supaya tidak kehabisan mentega, kak Ros
5
2
membeli lagi 3 kg untuk persediaan. Berapa kg mentega yang dimiliki kak

Ros sekarang?
1
5. Di Kota Tegal sedang ada perbaikan jalan raya. Pada minggu pertama 7

bagian telah diperbaiki dan pada minggu kedua dilanjutkan dengan


4
memperbaiki bagian. Berapa bagian jalan di Kota Tegal yang sudah
7

diperbaiki?
6. Paman Mutu pergi ke toko roti, di toko roti paman membeli roti dan
meminta penjual roti untuk memotong roti menjadi 9 potong untuk
dibagikan kepada ke 3 anaknya. Masing-masing anaknya mendapat 2
potong roti. Berapa jumlah roti yang dibagikan paman Mutu?
7. Adit dan Denis memancing ikan di kolam. Mereka mendapatkan ikan
8 1
dengan berat 9 kg, kemudian 3 kg ikan tersebut diberikan kepada pak Jarwo.

Sisanya mereka bawa pulang ke rumah. Berapa kg ikan Adit dan Denis yang
dibawa pulang ke rumah?
7
8. Bu Tresno memiliki persediaan daging sapi sebanyak 16 kg. Karena anaknya

ingin bakso sapi buatan bu Tresno, maka bu Tresno membuatkannya. Untuk


1
membuat bakso diperlukan kg daging sapi. Supaya tidak kehabisan
4
3
mentega, bu Tresno membeli lagi kg untuk persediaan. Berapa kg sisa
8

persediaan daging sapi bu Tresno sekarang?


281

Lampiran 41
KUNCI JAWABAN
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1. Diketahui:
Kue dipotong menjadi 14 bagian.
Kedua anak pak Anwar masing-masing mendapat 2 potong kue.
Ditanyakan:
Jumlah kue yang diterima kedua anak pak Anwar = ... bagian. ........... (skor 1)
2 2
Jawab: Jumlah kue yang diterima anak pak Anwar = 14 + 14
2+2
= 14
4 2
= 14 = 7 .............. (skor 3)
2
Jadi jumlah kue yang diterima anak pak Anwar adalah 7 bagian ......... (skor 1)

(skor 5)
2. Diketahui:
2 5
Ayah memiliki tanah 3 ha, membeli lagi seluas 9 ha.
12
Tanah ayah seluas 27 ha ditanami jagung.

Ditanyakan:
Luas tanah ayah yang belum ditanami jagung = ... ha. ........................ (skor 1)
2 5 12
Jawab: Luas tanah ayah yang belum ditanami jagung = + -
3 9 27
18+15−12
= 27
21 7
= 27 = 9 .......... (skor 3)
7
Jadi luas tanah ayah yang belum ditanami jagung adalah 9 ha. ............ (skor 1)

(skor 5)
3. Diketahui:
1
Fizi dan Andi memetik 2 kg buah mangga.
3
Diberikan kepada Santi 7 kg.
282

Ditanyakan:
Buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa = ... kg. ................................ (skor 1)
1 3
Jawab: Buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa = 2 - 7
7−6
= 14
1
= 14 ....................... (skor 3)
1
Jadi buah mangga Fizi dan Andi yang tersisa adalah 14 kg. ................. (skor 1)

(skor 5)
4. Diketahui:
3
Persediaan mentega kak Ros 5 kg.
2
Untuk membuat roti diperlukan 5 kg mentega.
2
Kak Ros membeli mentega lagi 3 kg untuk persediaan.

Ditanyakan:
Mentega yang dimiliki kak Ros = ... kg. .............................................. (skor 1)
3 2 2
Jawab: Mentega yang dimiliki kak Ros = 5 - 5 + 3
9−6+10
= 15
13
= 15 ....................................... (skor 3)
13
Jadi mentega yang dimiliki kak Ros adalah 15 kg. ............................... (skor 1)

(skor 5)
5. Diketahui
1
Perbaikan jalan di minggu pertama 7 bagian.
4
Perbaikan jalan di minggu kedua 7 bagian.

Ditanyakan:
Jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal = ... bagian. ....................... (skor 1)
1 4
Jawab: Jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal = 7 + 7
1+4
= 7
5
= 7 ....................... (skor 3)
283

5
Jadi jalan yang sudah diperbaiki di Kota Tegal adalah 7 bagian. ......... (skor 1)

(skor 5)
6. Diketahui:
Roti paman Mutu dipotong menjadi 9 bagian.
Ketiga anak paman Mutu masing-masing mendapatkan 2 potong roti.
Ditanyakan:
Jumlah roti yang dibagikan kepada anak paman Mutu = ... bagian. .... (skor 1)
2 2 2
Jawab: Jumlah roti yang dibagikan paman Mutu = 9 + 9 + 9
2+2+2
= 9
6 2
= 9 = 3 .................. (skor 3)
2
Jadi jumlah roti yang dibagikan paman Mutu adalah 3 bagian. ............. (skor 1)

(skor 5)
7. Diketahui:
8
Adit dan Denis mendapatkan ikan seberat 9 kg.
1
Diberikan kepada pak Jarwo 3 kg.

Ditanyakan:
Ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis = ... kg. ................................. (skor 1)
8 1
Jawab: Ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis = 9 - 3
8−3
= 9
5
= 9 .......................... (skor 3)
5
Jadi ikan yang dibawa pulang Adit dan Denis adalah 9 kg. ................... (skor 1)

(skor 5)
8. Diketahui:
7
Bu Tresno memiliki persediaan 16 kg daging sapi.
1
Diperlukan 4 kg daging sapi untuk membuat bakso.
3
Bu Tresno membeli lagi 8 kg daging sapi.
284

Ditanyakan:
Sisa persediaan daging sapi bu Tresno = ... kg. ..................................... (skor 1)
7 1 3
Jawab: Sisa persediaan daging bu Tresno = 16 - 4 + 8
7−4+6
= 16
9
= 16 .................................... (skor 3)
9
Jadi sisa persediaan daging bu Tresno adalah 16 kg. ............................. (skor 1)

(skor
5)
285

Lampiran 42
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI PRE TEST


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KELAS EKSPERIMEN (IVA)

NO NIS NAMA NILAI


1 2896 FIRMANSYAH L 60
2 2925 FANDHI DWI SAPUTRA L 58
3 2910 NURHALIZA 46
4 2963 ANANDA ZULFA KHARUN HUSA P 65
5 2964 ATIQOH P 70
6 2965 DHEA NINDA YUNISABELA P 85
7 2966 DIMAS ADITYA L 60
8 2968 FARREL FENANDI L 43
9 2969 FATIMAH P 50
10 2970 FEBRI SAPUTRA L 40
11 2971 GALUH RAMAHDANI L 50
12 2972 HAEKAL DWI DUANDRA L 60
13 2973 IKHSAN ADITYA L 70
14 2974 ILHAM AFRIANA L 55
15 2975 ISNAWATI P 60
16 2976 JUANDA DADLYKA L 68
17 2977 KHAERI HIDAYAT L 58
18 2978 KHOIRUNISA P 70
19 2979 LINA LUSIANA P 50
20 2980 MOH. KAMAL BUSTAMI L 45
21 2981 MOH. RIZKY NUR FADIL L 58
22 2982 MOH. SOFYAN L 40
23 2983 MUH. FADHIL ATQIYA L 40
24 2984 MUH. FAUZI SETIAWAN L 40
25 2985 MUH. NUR YULIA ASHAR L 43
26 2986 NAYANTAKA VIRSA ARTDERO L 55
27 2987 NOVI RESTU SAFITRI P 85
28 2988 REVA NUR AGUSTIANI P 70
29 2989 RIZKA AMALIA P 43
30 2991 SITI ANISA P 85
286

31 2992 SOVI RISKI INAYATUL CHUSNA P 46


32 2994 YANUAR DWI ABIM ADITYA L 68
33 2995 ZAKI KHOIRUL ANAM L 43
34 3035 DURRYNA LAILA FELICITIA 80
35 3137 KHAERUL ANAM 65
36 - AKHMAD EVAN BAHTIAR 50

Guru Kelas IV Peneliti

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd Agung Fernando


NIP. 19660406 198903 201 2 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
287

Lampiran 43
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI PRE TEST


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KELAS KONTROL (IVB)

NO NIS NAMA NILAI


1 2667 M. SUBEKHI L 45
2 2919 AMRINA AL HUSNA L 50
3 2996 AHMAD FIRMANSYAH L 55
4 2997 AL-FINAPUTRI SUKMADIYANTI P 48
5 2998 ANITA DWI APRILIYANI P 50
6 2999 ARMAN RAMADANI L 60
7 3001 DARIS NABIL MAFTUH L 65
8 3002 DEA PUTRI NABILA P 55
9 3003 DIANA SYIFA P 50
10 3004 ERGI DWI YANTO L 70
11 3005 EVA RIYANTI PRASETIA P 55
12 3006 FAREL AGUSTIN L 60
13 3007 FEBRI SAPUTRA L 65
14 3008 FRIJIYAH NUTHFAN P 50
15 3009 HAFIZ MAKIL AL ZAM-ZANI L 50
16 3010 HELEN ANANDA VANDINI P 45
17 3011 INTAN DWI FEBRIANTI P 60
18 3012 KHAFIDS DIKI FAUZAN L 40
19 3013 MERIAN RESTU VALENCHIA P 55
20 3015 MOH. ZAYYIM MAULIDY L 70
21 3016 MOH. FAHMI MAULIDI L 40
22 3018 MOH. ALIF TAHSIN L 85
23 3019 NADYA ALFA SALAM P 45
24 3020 NAELY AYU MILA TUSSIKA P 70
25 3021 NANDA GALUH PRATAMA L 65
26 3024 RIZKI MAULANA HUSNI L 55
27 3025 SETIAWAN BAHTIAR L 73
28 3026 SYAHRUL SETIAWAN L 60
29 3027 THUFAIL AMROLLAH L 60
30 3028 TIARA ELSA HESTIKA P 68
288

31 3029 ZAENI MUFTI AL HASBI L 58


32 3100 M. ILYAS ANWAR L 70
33 3101 MOH. ZAKI AJI PRASETYO L. L 43
34 3102 STEVEN PANGEMANAN L 45
35 3173 ADRIAN MALIK AL HAKIM 48
36 - ELY AMALIA 48

Guru Kelas IV Peneliti

Bambang Subroto, S.Pd. SD Agung Fernando


NIP. 19600505 198608 1 002 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
289

Lampiran 44

UJI KESAMAAN RATA-RATA PRETEST (KEMAMPUAN AWAL)


ttabel = 1,994, taraf signifikansi 0,025 (uji 2 sisi), df = 70
Independent Samples Test
Levene's Test t-test for Equality of Means
for Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. 95%
(2- Differ Error Confidence
tailed) ence Differ Interval of the
ence Difference
Lower Upper
Equal 2,340 ,131 ,416 70 ,679 1,194 2,873 -4,536 6,925
variances
Ni assumed
lai Equal ,416 65,9 ,679 1,194 2,873 -4,543 6,931
variances 98
not assumed
290

Lampiran 45
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI POST TEST


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KELAS EKSPERIMEN (IVA)

NO NIS NAMA NILAI


1 2896 FIRMANSYAH L 63
2 2910 NURHALIZA 55
3 2925 FANDHI DWI SAPUTRA L 60
4 2963 ANANDA ZULFA KHARUN HUSA P 98
5 2964 ATIQOH P 80
6 2965 DHEA NINDA YUNISABELA P 83
7 2966 DIMAS ADITYA L 70
8 2968 FARREL FENANDI L 80
9 2969 FATIMAH P 75
10 2970 FEBRI SAPUTRA L 65
11 2971 GALUH RAMAHDANI L 78
12 2972 HAEKAL DWI DUANDRA L 83
13 2973 IKHSAN ADITYA L 95
14 2974 ILHAM AFRIANA L 70
15 2975 ISNAWATI P 78
16 2976 JUANDA DADLYKA L 83
17 2977 KHAERI HIDAYAT L 70
18 2978 KHOIRUNISA P 90
19 2979 LINA LUSIANA P 83
20 2980 MOH. KAMAL BUSTAMI L 73
21 2981 MOH. RIZKY NUR FADIL L 83
22 2982 MOH. SOFYAN L 55
23 2983 MUH. FADHIL ATQIYA L 73
24 2984 MUH. FAUZI SETIAWAN L 75
25 2985 MUH. NUR YULIA ASHAR L 63
26 2986 NAYANTAKA VIRSA ARTDERO L 70
27 2987 NOVI RESTU SAFITRI P 98
28 2988 REVA NUR AGUSTIANI P 93
29 2989 RIZKA AMALIA P 80
30 2991 SITI ANISA P 95
291

31 2992 SOVI RISKI INAYATUL CHUSNA P 68


32 2994 YANUAR DWI ABIM ADITYA L 85
33 2995 ZAKI KHOIRUL ANAM L 58
34 3035 DURRYNA LAILA FELICITIA 90
35 3137 KHAERUL ANAM 85
36 - AKHMAD EVAN BAHTIAR 48

Guru Kelas IV Peneliti

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd Agung Fernando


NIP. 19660406 198903 201 2 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
292

Lampiran 46
PEMERINTAH KOTA TEGAL
DINAS PENDIDIKAN
UPPD KECAMATAN TEGAL SELATAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG KIDUL
JL. Teuku Cik Di Tiro Gg. Mbah Jonggrang Telp. (0283) 325068 Tegal
blog: http://sddebongkidul.blogspot.com/ email: debkid1@gmail.com

DAFTAR NILAI POST TEST


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KELAS KONTROL (IVB)

NO NIS NAMA NILAI


1 2667 M. SUBEKHI L 45
2 2919 AMRINA AL HUSNA L 65
3 2996 AHMAD FIRMANSYAH L 68
4 2997 AL-FINAPUTRI SUKMADIYANTI P 63
5 2998 ANITA DWI APRILIYANI P 75
6 2999 ARMAN RAMADANI L 70
7 3001 DARIS NABIL MAFTUH L 80
8 3002 DEA PUTRI NABILA P 65
9 3003 DIANA SYIFA P 60
10 3004 ERGI DWI YANTO L 83
11 3005 EVA RIYANTI PRASETIA P 68
12 3006 FAREL AGUSTIN L 75
13 3007 FEBRI SAPUTRA L 55
14 3008 FRIJIYAH NUTHFAN P 58
15 3009 HAFIZ MAKIL AL ZAM-ZANI L 73
16 3010 HELEN ANANDA VANDINI P 63
17 3011 INTAN DWI FEBRIANTI P 68
18 3012 KHAFIDS DIKI FAUZAN L 53
19 3013 MERIAN RESTU VALENCHIA P 70
20 3015 MOH. ZAYYIM MAULIDY L 78
21 3016 MOH. FAHMI MAULIDI L 60
22 3018 MOH. ALIF TAHSIN L 95
23 3019 NADYA ALFA SALAM P 60
24 3020 NAELY AYU MILA TUSSIKA P 78
25 3021 NANDA GALUH PRATAMA L 75
26 3024 RIZKI MAULANA HUSNI L 73
27 3025 SETIAWAN BAHTIAR L 78
28 3026 SYAHRUL SETIAWAN L 73
29 3027 THUFAIL AMROLLAH L 70
30 3028 TIARA ELSA HESTIKA P 75
293

31 3029 ZAENI MUFTI AL HASBI L 63


32 3100 M. ILYAS ANWAR L 80
33 3101 MOH. ZAKI AJI PRASETYO L. L 73
34 3102 STEVEN PANGEMANAN L 63
35 3173 ADRIAN MALIK AL HAKIM 73
36 - ELY AMALIA 48

Guru Kelas IV Peneliti

Bambang Subroto, S.Pd. SD Agung Fernando


NIP. 19600505 198608 1 002 1401412417

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Debong Kidul

Khodijah, S.Pd
NIP. 19680927 199102 2 001
294

Lampiran 47
HASIL OBSERVASI METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING (Kelas Eksperimen)
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 12
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
10
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
295

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 8
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 7
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 15 Maret 2016


Guru Kelas IV

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd.


NIP. 19660406 198903 201 2
296

LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 11
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan 9
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
297

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 8
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 8
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 17 Maret 2016


Guru Kelas IV

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd.


NIP. 19660406 198903 201 2
298

LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 12
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan 11
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
299

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 8
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 7
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 21 Maret 2016


Guru Kelas IV

Siti Suswati Kuraisin, S.Pd.


NIP. 19660406 198903 201 2
300

Lampiran 48
HASIL OBSERVASI METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING (Kelas Kontrol)
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 7
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
6
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
301

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 5
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 5
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 16 Maret 2016


Guru Kelas IV

Bambang Subroto, S.Pd. SD


NIP. 19600505 198608 1 002
302

LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 5
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan 6
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
303

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 5
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 5
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 19 Maret 2016


Guru Kelas IV

Bambang Subroto, S.Pd. SD


NIP. 19600505 198608 1 002
304

LEMBAR OBSERVASI
METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING
Petunjuk Penggunaan
Berikan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan tabel kriteria sebagai
berikut:
Kriteria Frekuensi Skor
Selalu ≥3x 3
Sering 2x 2
Jarang 1x 1
Tidak Pernah 0 0

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
1 Tahap Memberikan apresepsi untuk

Pengenalan menarik perhatian siswa
dan Review Menghidupkan pengetahuan
yang sebelumnya √
Memotivasi siswa dengan
cerita pendek yang berkaitan
√ 5
dengan materi yang akan
diajarkan
Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan

kegiatan/tugas yang akan
dilaksanakan
2 Tahap Memberikan
Terbuka problema/permasalahan
matematika yang akan dicari

tahu melalui kegiatan
penemuan dengan bimbingan
guru
Melakukan interaksi berupa
tanya jawab mengenai masalah √
yang diberikan 6
Kegiatan
menemukan/memecahkan
permasalahan matematika √
untuk mencari hubungan dan
konsep
Memberikan informasi atau
data kepada siswa sebagai √
bentuk bimbingan/petunjuk
305

Aspek yang Skor Jumlah


No Deskriptor
Diamati 0 1 2 3 Skor
3 Tahap Membimbing siswa
Konvergen mengabstraksi dan melakukan
analisis mengenai √
permasalahan yang akan
dipecahkan
Merangsang terjadinya 5
interaksi antar siswa dengan √
siswa
Memberikan kesempatan
siswa mempresentasikan hasil √
penemuannya di depan kelas
4 Penutup Mengklarifikasi hasil yang

diperoleh siswa
Mengarahkan siswa untuk
√ 5
membuat rangkuman
Memberikan tindak lanjut,

yaitu berupa penugasan.

Tegal, 22 Maret 2016


Guru Kelas IV

Bambang Subroto, S.Pd. SD


NIP. 19600505 198608 1 002
306

Lampiran 49

UJI NORMALITAS ANGKET MINAT BELAJAR SISWA


307

Lampiran 50

UJI HOMOGENITAS ANGKET MINAT BELAJAR SISWA


308

Lampiran 51

UJI NORMALITAS
NILAI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA
309

Lampiran 52

UJI HOMOGENITAS NILAI KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
310

Lampiran 53

UJI HIPOTESIS PERBEDAAN MINAT BELAJAR SISWA


311

Lampiran 54

UJI HIPOTESIS PERBEDAAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
312

Lampiran 55

UJI KEEFEKTIFAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING


TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
RUMUS POLLED VARIANS
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel
independent (tidak berhubungan), menurut Sugiyono (2014: 273) yaitu rumusan t-
test sebagai berikut:
̅𝑥̅̅1̅−𝑥
̅̅̅2̅
thitung = (𝑛 −1)S2 1 +(𝑛2 −1) S2 2 1 1
√ 1 [ + ]
𝑛1 +𝑛2 − 2 𝑛1 𝑛2

81,44 – 70,19
thitung = 2 2
√(36 −1) 10,33 +(36 −1) 7,41 [
1 1
+ ]
36 + 36 − 2 36 36

11,25
thitung =
(35) 10,332 +(35)7,412
√ [ 0,028 + 0,028]
70

11,25
thitung = 3.734,812 + 1.921,784
√ [ 0,028 + 0,028]
70

11,25
thitung = 5.656,596
√ [ 0,028 + 0,028]
70

11,25
thitung =
√80,81 [ 0,056]
11,25
thitung =
√4,53
11,25
thitung = 2,127

thitung = 5,289
ttabel dk = n1 + n2 – 2 = 36 + 36 – 2 = 70 ttabel = 1,994
313

Lampiran 56

UJI KEEFEKTIFAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA
RUMUS POOLLED VARIANS
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel
independent (tidak berhubungan), menurut Sugiyono (2014: 273) yaitu rumusan t-
test sebagai berikut:
̅𝑥̅̅1̅−𝑥
̅̅̅2̅
thitung = (𝑛 −1)S2 1 +(𝑛2 −1) S2 2 1 1
√ 1 [ + ]
𝑛1 +𝑛2 − 2 𝑛1 𝑛2

76,42 – 68,67
thitung = 2 2
√(36 − 1) 12,83 +(36 − 1) 10,13 [
1 1
+ ]
36 + 36 − 2 36 36

7,75
thitung = (35) 164,609 +(35) 102,617
√ [ 0,028 + 0,028]
70

7,75
thitung = 5.761,315 + 3.591,595
√ [ 0,028 + 0,028]
70

7,75
thitung = 9352,91
√ [ 0,028 + 0,028]
70

7,75
thitung =
√133,613 [ 0,056]
7,75
thitung =
√7,482
7,75
thitung = 2,735

thitung = 2,834
ttabel dk = n1 + n2 – 2 = 36 + 36 – 2 = 70 ttabel = 1,994
314

Lampiran 57

UJI KEEFEKTIFAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING


TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
UJI PIHAK KANAN ONE SAMPLE T TEST
315

Lampiran 58

UJI KEEFEKTIFAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA
UJI PIHAK KANAN ONE SAMPLE T TEST
316

Lampiran 59

SURAT IZIN PENELITIAN


317

Lampiran 60

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


318

Lampiran 61

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

1) Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol (IVB)

2) Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen (IVA)

Anda mungkin juga menyukai