Anda di halaman 1dari 78

REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE

WIND RISES

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :
Nama : Utari Las Monika
Npm : 1970201071
Program Studi : Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022/2023
REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE
WIND RISES

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Utari Las Monika


NPM : 1970201071
Program Studi : Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BENGKULU
JULI 2023
REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE
WIND RISES

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas


Muhammadiyah Bengkulu untuk Memenuhi Salah satu
Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Sosial
Politik

Disusun Oleh :

Nama : Utari Las Monika


NPM : 1970201071
Program Studi : Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BENGKULU
JULI 2023
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE WIND RISES

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Nama : Utari Las Monika
NPM : 1970201071
Program Studi : Ilmu Komunikasi

Pembimbing :

Dr. JULIANA KURNIAWATI, M.Si


NBK.1291089343

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah
Bengkulu,

Dr. JULIANA KURNIAWATI, M.Si


NBK.1291089343
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE WIND


RISES

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Nama : Utari Las Monika
NPM : 1970201071
Program Studi : Ilmu Komunikasi

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari
Rabu tanggal 10 Mei 2023 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima
tim penguji

Tim Penguji :

1. Dr. Juliana Kurniawati, M.Si ( .................................)

2. Fitria Yulini, M.A ( ................................ )

3. Sri Dwi Fajarini, M.IKom ( .................................)

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Bengkulu,

Dr. JULIANA KURNIAWATI, M.Si


NBK.1291089343
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Utari Las Monica

NPM : 1970201071

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univarsitas Muhammadiyah


Bengkulu

Alamat Rumah : Desa Mandi Angin Jaya, Kecamatan Teramang Jaya,

Kabupaten Mukomuko

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul:
“Representasi Hadowaku Dalam Film Animasi The Wind Rises”, adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari Skripsi
orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
bilamana diperlukan.
Bengkulu, 10 Juli 2023
Pembuat Pernyataan

Utari Las Monica


NPM : 1970201071

iii
MOTTO

 Sesungguhnya Beserta Kesulitan Itu Ada Kemudahan (Q.S Al-Insyirah, ayat

5-6)

 “ Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nya.” – (Q.S Ali Imran: 159)

 "Never expect your life path to be like others. Your life journey is something

as unique as you. (Jangan pernah berharap jalan hidupmu akan seperti orang

yang lain. Perjalanan hidupmu adalah sesuatu yang unik seperti dirimu.)

iv
PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah saya limpahkan Rahmat dan karunia kepada Allah

SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi

sederhana ini dapat terselesaikan

Persembahan karya akhir serta rasa terima kasih inni saya ucapkan untuk:

1. Kedua orang tua terkasih yang telaj membesarkan dan merawat serta

memberikan doa, nasehat, motivasi, support, kasih dan sayang yang tiada

batasnya.

2. Saudara tersayang, adek saya Andika ahmad bastari (adek pertama) Deo nur

fajri (adek kedua) yang senantiasa telah banyak memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

4. Teman-teman Ilmu Komunikasi seangkatan 2019 yang telah berjuang

bersama dan menghabiskan waktu bersama dalam segala hal selama 3,5

tahun ini.

5. lastly, is an appreciation for me, my enthusiasm in completing this thesis.

Karena banyak hal yang harus dikorbankan, setiap keringat dan buah

pemikiran saya, saya curahkan kedalam skripsi ini.

v
CURRICULUM VITAE

I. Identitas Pribadi

Nama : Utari Las Monika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tinggal Lahir : Pasar Bantal, 12 Oktober 1999

Agama : Islam

Status : Mahasiswi

Alamat Rumah : Desa Mandi Angin Jaya, Kecamatan Teramang

Jaya, Kabupaten Mukomuko

Telp/HP : 0895322176837

E-mail : utarilasmonika90@gmail.com

Nama Ayah : Endri Edinata

Nama Ibu : Sri Hartati

Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara

Saudara : Andika ahmad bastari (adek pertama)

Deo nur fajri (adek kedua)

II. Riwayat Pendidikan

Tahun 2012 Lulus dari SD Negeri 06 Teramang Jaya

Tahun 2015 Lulus dari SMP Negeri 04 Mukomuko

Tahun 2018 Lulus SMA negeri 14 Mukomuko

Tahun 2019 Di Terima di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UMB

III. Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

1. Peserta pada kegiatan Masa Ta’aruf Mahasiswa Baru UMB Tahun 2019

vi
2. Peserta MAKRAB PRODI Ilmu Komunikasi tanggal 28-29 September

2019

3. Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM)

Universitas Muhammadiyah Bengkulu Tahun 2019-2020

4. Menjadi peserta seminar daring

5. Peserta Seminar Nasional Dies Natalis Himikom UNIB Ke XVII

6. Peserta Seminar Nasional yang Diselenggarakan Oleh Ikatan Duta

Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Bengkulu dengan tema “Peran Lembaga Keuangan Dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan di Bengkulu” Tahun 2019.

vii
ABSTRAK

REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE WIND


RISES

Oleh :
Utari Las Monica

Dosen Pembimbing :
Dr. Juliana Kurniawati, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai representasi hadowaku (kerja


keras) dalam film animasi “The Wind Rises”. Metode yang digunakan yaitu
metode kualitatif dan menggunakan analisis data secara deskriptif. Hadowaku
merupakan konsep Jepang yang menggambarkan fenomena alam yang melibatkan
penggabungan antara langit dan bumi, yang sering kali disebut sebagai dunia roh.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis visual dan semiotik untuk
mengidentifikasi dan menginterpretasikan representasi Hadowaku dalam film.
Data penelitian terdiri dari adegan-adegan yang mencerminkan kehadiran
Hadowaku, seperti perubahan cuaca yang dramatis, interaksi karakter dengan roh
alam, dan visualisasi mimpi. Teknik analisis data merupakan tahapan yang telah
ditempuh oleh peneliti untuk menyimpulkan tanda dan makna terhadap data yang
telah dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes
yaitu ilmu atau teknik logis untuk mengamati tanda-tanda. Semiotika Roland
Barthes ini terkenal dengan “two order of signification” atau signifikasi dua
tingkat yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat
tingkat, yaitu tingkat denotasi (denotation) dan konotasi (connocation). Selain itu,
Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatanya tetapi lebih
bersifat konvensional, yaitu makna- makna yang berkaitan dengan mitos. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa pada Hadowaku dalam film animasi "The Wind
Rises" memainkan peran penting dalam membangun atmosfer dan narasi cerita.
Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana
Hadowaku diwakili dalam media visual dan kontribusinya terhadap pengalaman
penonton. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi studi
budaya Jepang, animasi, dan semiotik visual.
Kata Kunci : Semiotika, Animasi, Hadowaku, Kerja keras

viii
ABSTRACT
REPRESENTASI HADOWAKU DALAM FILM ANIMASI THE WIND
RISES

By:
Utari Las Monica

Supervisor :
Dr. Juliana Kurniawati, M.Si

This study aims to find out about the representation of hadowaku (hard work) in
the animated film "The Wind Rises". The method used is qualitative method and
uses descriptive data analysis. Hadowaku is a Japanese concept that describes a
natural phenomenon involving the merging of heaven and earth, often referred to
as the spirit world. The research methods used are visual and semiotic analysis to
identify and interpret Hadowaku representations in films. The research data
consisted of scenes that reflected Hadowaku's presence, such as dramatic weather
changes, character interactions with nature spirits, and dream visualizations.
Data analysis techniques are stages that have been taken by researchers to
conclude signs and meanings of the data that has been collected. This research
uses Roland Barthes' semiotic theory, which is a logical science or technique to
observe signs. Roland Barthes' semiotics is famous for its "two orders of
signification" or two-level signification that allows for the production of meaning
that is also stratified, namely the level of denotation (denotation) and connotation
(connocation). In addition, Roland Barthes also saw deeper but more
conventional meanings, namely meanings related to myths. The results of the
study explained that Hadowaku in the animated film "The Wind Rises" played an
important role in building the atmosphere and narrative of the story. This
research provides a deeper understanding of how Hadowaku is represented in
visual media and his contribution to the audience experience. The results of this
research are expected to contribute to the study of Japanese culture, animation,
and visual semiotics.
Keywords : Semiotics, Animation, Hadowaku, Hard work
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Tiada kata selain mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala

rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini dengan judul Representasi Hadowaku Dalam Animasi

The Wind Rises (Analisis Semiotika Roland Barthes).

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar

sarjana Ilmu Komunikasi pada program strata satu (S-1) Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Bengkulu.

Tak dapat dipungkiri bahwa selama proses pengerjaan dan penyusunan

skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis

berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karna

itu penulis ingin menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, kemudahan, dan petunjuk yang

telah diberikan dalam setiap langkah.

2. Ibu Dr. Juliana Kurniawati, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

3. Ibu Dr. Juliana Kurniawati, M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.

x
4. Ibu Sri Dwi Fajarini, M.I.Kom selaku ketua program studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Bengkulu.

5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

6. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan setiap

langkah yang saya lakukan.

7. Animasi Ghibli yang menjadi sumber segala kebahagiaan, inspirasi dan

juga ketenangan. Terimakasih selalu menjadi tempat self healing terbaik

dalam menghilangkan penat dari segala aktivitas sehari hari.

8. Teman-teman Ilmu Komunikasi seangkatan 2019 yang telah berjuang dan

bekerja sama dalam segala hal selama 3,5 tahun ini.

Bengkulu, 21 Februari 2023

Utari Las Monika

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................................iii
MOTTO.................................................................................................................iv
PERSEMBAHAN...................................................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................7
1.4.2 Manfaat praktis..................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................8
2.2 Kajian Pustaka...........................................................................................9
2.2.1 Semiotika...........................................................................................9
2.2.2 Definisi representasi.........................................................................11
2.2.3 Kerja Keras (Hadowaku).................................................................13
2.2.4 Film..................................................................................................14
2.2.5 Film Animasi “The Wind Rises”......................................................18
2.2.6 Semiotika Roland Barthes................................................................19
2.3 Kerangka Berfikir....................................................................................21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................23
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................23
3.2 Pendekatan Penelitian..............................................................................23

xii
3.3 Unit Analisis............................................................................................24
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................................25
3.5 Jenis dan Sumber Data............................................................................26
3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................26
3.7 Validitas Data..........................................................................................27
3.8 Teknik Analisis Data...............................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................30
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian.....................................................................30
4.1.1 Deskripsi Karakter...........................................................................31
4.1.2 Penghargaan yang diperoleh............................................................34
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................36
4.3 Representasi Kerja Keras (Hadowaku)...................................................47
4.4 Pembahasan.............................................................................................51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................56
5.1 Kesimpulan..............................................................................................56
5.2 Saran........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

xiii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................................9

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Cover Film Animasi "The Wind Rises"...............................................23


Gambar 2.2.2 Peta tanda Roland Barthes....................................................................25
Gambar 2.3.1 Kerangka Berfikir..................................................................................22
Gambar 4.1.1 Jiro Horikoshi.........................................................................................38
Gambar 4.1.2 Naoko Satomi.........................................................................................39
Gambar 4.1.3 Kiro Honjo..............................................................................................39
Gambar 4.1.4 Giovanni Caproni...................................................................................39
Gambar 4.1.5 Hattori-san..............................................................................................40
Gambar 4.1.6 Castorp....................................................................................................40
Gambar 4.1.7 Kurokawa...............................................................................................41
Gambar 4.1.8 Kayo Horikoshi......................................................................................41
Gambar 4.1.9 Saampul Animasi "The Wind Rises" Dengan Penghargaan yang
diperoleh.........................................................................................................................42
Gambar 4.2.1 Jiro tidak sadar bahwa ia dipanggil dan sudah saatnya makan siang
.........................................................................................................................................43
Gambar 4.2.2 Adegan dimana Jiro yang baru masuk bekerja sudah menghasilkan 2
buah karya......................................................................................................................44
Gambar 4.2.3 Adegan saat Jiro dicegat keamanan hangar dan berkeliling pesawat45
Gambar 4.2.4 Jiro mengerjakan pekerjaannya hingga larut.....................................46
Gambar 4.2.5 Honjo melihat jiro kelelahan dan Jiro mengambil tugas untuk
memimpin tim perancang pewasat...............................................................................48
Gambar 4.2.6 Jiro masih tetap menyelesaikan tugas yang diberikan walau menjadi
buronan polisi.................................................................................................................49
Gambar 4.2.7 Kegagalan Jiro yang membuatnya bangkit untuk meraih
keberhasilan...................................................................................................................51

xv
16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Film adalah alat audio visual yang berupa kumpulan beberapa gambar

yang ditampilkan, sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Pengertian

film menurut (Sidabutar, 2019) adalah satu hasil budaya dan alat ekspresi

kesenian. Film disini dianggap sebagai komunikasi massa yang menjadi gabungan

dari berbagai teknsologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian, baik seni

rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik. Film merupakan gambar

yang bergerak (Moving Picture). Menurut Marietta & Larasati, (2019) film adalah

media hiburan yang menggabungkan antara jalan cerita, gambar bergerak, dan

suara. ketiga unsur ini terdapat dalam unsur-unsur setiap pembuatan film, oleh

karenanya seringkali film dipergunakan sebagai salah satu unsur media

pembelajaran.

Film memiliki beberapa genre salah satunya adalah film animasi, yang

berasal dari bahasa latin yaitu anima yang berarti jiwa, hidup, dan semangat.

Animasi adalah gambar dua dimensi dan juga merupakan seni memperlakukan

gambar seolah-olah hidup dan bergerak dan terdiri dari dua dimensi dan tiga

dimensi, kartun digambarkan sebagai dunia imajiner atau fantasi yang tidak ada di

dunia nyata. Namun film ini lebih diapresiasi oleh masyarakat jepang karena

dapat memperkenalkan nilai atau prinsip tertentu, yaitu tentang kerja keras di

negara jepang, yang sudah melekat dari dulu.


17

Selain menghasilkan film animasi yang bagus, Jepang juga merupakan

salah satu negara maju yang sangat terkenal, seperti yang kita ketahui, salah satu

faktor keberhasilan Bangsa Jepang adalah kerja keras dan pantang menyerah,

seperti di gambarkan di dalam film the wind rises, oleh karena itu peneliti tertarik

untuk menganalisis film animasi the wind rises ini, yang merupakan anime dari

negara Jepang karena sangat cocok dengan latar belakang negara tersebut, yang

sangat kental dengan budaya kerja keras dan pantang menyerah.

Salah satu studio produksi film animasi dari jepang yang sangat terkenal

adalah studio ghibli, yaitu studio animasi dua dimensi dari Jepang yang didirikan

oleh Miyazki Hayao, didirikan pada tahun 1985, Studio Ghibli memiliki gaya

tontonan yang digambar tangan yang unik. Beberapa gambar karakter termasuk

fantasi, tidak bisa ada dalam kehidupan nyata. Bagi komunitas animasi, Ghibli

sangat unik dibandingkan dengan film animasi lainnya, cerita yang

ditampilkannya dapat menyampaikan pesan yang tersirat kepada penontonnya,

imajinasi berkembang ketika menonton film Ghibli, karakter atau karakter dalam

film Ghibli dimainkan untuk mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan moral.

nilai-nilai. antara manusia dan lingkungan. Salah satu film animasi Ghibli yang

paling populer dan menginspirasi adalah The Wind Rises (2013), sebuah film

animasi yang diproduksi pada tahun 2013. Meski Banyak kesamaan dengan film

lain terutama tentang pesawat terbang yang memiliki pandangan negatif tentang

perang, namun The Wind Rises memiliki plot yang dalam dan serius, yang dapat

dilihat melalui setting film tersebut. perang di tahun 1920. Film ini mendapat
18

ulasan yang umumnya positif, mungkin karena Miyazaki dikenal luas sebagai

kritikus yang blak-blakan terhadap kebijakan perang.

Film animasi The Wind Rises (Tachinu) tidak hanya menceritakan kisah

nyata seorang insinyur bernama Jiro Horikoshi dalam desain pesawat tempur

Mitsubishi A5M dan A6M Jepang selama Perang Dunia II, tetapi juga

menceritakan kisah perjalanan cinta yang dramatis. Mimpi dan cinta dimulai

ketika angin berhembus, mungkin karena itu nama film ini adalah The Wind Rises.

Film yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki dari Studio Ghibli ini dirilis pada 20

Juli 2013 dan diadaptasi dari manga berjudul sama berdasarkan cerita pendek

karya penulis Jepang Tatsuo Hori. Meski dirilis 10 tahun lalu, film ini tetap indah

dan terpoles untuk dinikmati. Selain itu, Joe Hisaishi juga menjadi komposer

soundtrack film tersebut dengan instrumen utama berjudul Un Voyage, atau A

Journey. Tidak mengherankan jika film ini telah menerima banyak penghargaan

dan penghargaan di seluruh dunia.) juga merupakan salah satu film Ghibli terbaik,

juga menyampaikan banyak pesan positif tentang ketekunan dalam mencapai

tujuan, nilai kerja keras, kepedulian dan kesetiaan kepada pasangan. Namun, nilai

yang paling menonjol adalah kegigihan untuk mengejar mimpi.

Representasi merupakan produksi makna melalui bahasa, Mewakili

sesuatu, mendeskripsikan atau menggambarnya,"memanggil" ke dalam pikiran

kita dengan membayangkan; Pertama, taruh persamaannya di pikiran kita atau

perasaan kita. Representatif juga berarti menyimbolkan untuk mewakili adalah

contoh atau pengganti sesuatu (Hall, 1997)


19

Tulisan berpengaruh Hall mampu menghasilkan laporan yang sangat

teoretis tentang bagaimana pesan diproduksi dan disiarkan, dalam kaitannya

dengan televisi. Hall mengusulkan teori komunikasi dalam empat tahap: produksi,

sirkulasi, penggunaan (distribusi atau konsumsi) dan reproduksi. Baginya, setiap

tahap “relatif otonom” dari yang lainnya. Ini berarti kode pesan mengontrol

penerimaannya tetapi tidak transparan, setiap langkah memiliki batasan dan

penentuannya. Konsep otonomi relatif memungkinkannya untuk berargumen

bahwa pesan tidak terbuka untuk interpretasi atau penggunaan apa pun karena

setiap tahapan sirkuit membatasi kapasitas tahapan berikutnya.

Kerja Keras adalah usaha individu dalam mengatasi tantangan atau

hambatan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan ini juga dapat berfungsi

sebagai motivasi individu untuk sebuah tujuan dalam hidup. Kegigihan pada

individu dapat dilihat dari perilaku individu ini sendiri, dimana individu akan

bekerja keras, tidak teralihkan dengan tujuan lainnya namun tetap pada 4

pendiriannya yang sudah dipilihnya. Tingkat keberhasilan individu yang

memiliki kegigihan ini sendiri tergantung pada individu ini sendiri (Duckworth et

al., 2007).

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kerja keras dalam diri

individu yaitu usia dimana individu yang usianya lebih dewasa biasanya

memiliki kegigihan yang lebih tinggi dikarenakan banyaknya pengalaman yang

didapatkan dalam menghadapi sebuah tantangan, pendidikan individu yang

memiliki semangat yang tinggi akan menginginkan tingkat pendidikan yang

tinggi juga, prestasi individu yang memiliki semangat yang tinggi akan memiliki
20

prestasi yang tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki

kegigihan yang tinggi, berpindah karir individu yang memiliki kerja keras yang

tinggi tidak mudah untuk berpindah-pindah karir (NVanthournount et al., 2014)

Kerja Keras dan ulet juga merupakan perjuangan yang tangguh, penuh

semangat, tidak putus asa, dan pantang menyerah dalam menghadapai kesulitan

sampai kesulitan tersebut teratasi, Rajin, tekun dan ulet dalam berusaha dan

melaksanakan tugasnya. Sikap pantang menyerah akan melahirkan pemenang.Di

tengah perjalanan, seseorang pasti akan menemukan kendala dan hambatan.

Orang yang kalah akan segera menyerah, dan seorang pemenang justru akan

semakin maju. Pantang menyerah dan ulet merupakan perwujudan dari kerja

keras. Menjaga konsistensi kegigihan dan pantang menyerah sama artinya seperti

kita pergi mencari rahasia sukses dari orang-orang tersukses yang kita kagumi.

Film The Wind Rises (2013) mempunyai pesan moral yang di tunjukan

melalui tokoh Jiro Horikoshi yg memiliki keterbatasan dalam penglihatan

sehingga tidak boleh menerbangkan pesawat, namun ia tidak berputus asa dan

mengganti mimpinya untuk mendesain dan membangun sebuah pesawat terbang

untuk dapat diterbangkan oleh orang lain. kegigihan ini akan di gambarkan oleh

simbol simbol secara visual, verbal, dan nonverbal. Beberapa representasi Kerja

Keras yang ditemukan peneliti, mendukung mitos dalam masyarakat jepang

terkait Kerja Keras terutama dalam menghadapi ujian kehidupan, memperbaiki

diri dan menuntut ilmu. Penelitian ini bertujuan melengkapi penelitian

sebelumnya yang menjelaskan bahwa film secara semiotik dapat

merepresentasikan mitos dalam suatu masyarakat.


21

Untuk merepresentasikan mitos kerja keras dalam suatu masyarakat perlu

menggunakan analisis semiotika. Istilah semiotika bersumber dari bahasa Yunani

yaitu semeion, biasa memiliki arti yaitu tanda yang dengannya sesuatu diketahui

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda serta semua hal

yang berkaitan dengannya, bagaimana tanda-tanda itu bekerja, bagaimana tanda-

tanda itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, bagaimana mereka

menyampaikan dan diterima oleh para pemakainya. Preminger mengemukakan,

ilmu tersebut berasumsi bahwasanya gejala sosial ataupun penduduk serta budaya

ialah tanda-tanda. yang dipelajari di dalam semiotika ialah sistem, konvensi,

peraturan, dan yang menjadikan tanda-tanda ini, dimungkinkan memiliki makna.

Metode yg digunakan peneliti dalam film ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Teori yang di gunakan adalah teori semiotika Roland Barthes untuk

menganalisis denotasi, konotasi, dan mitos. Objek penelitian ini adalah

representasi kerja keras dalam film Animasi Ghibli, The Wind Rises (2013)

dengan menggunakan beberapa tangkapan layar dari film sebagai gambaran unit

yg di analisis.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana representasi hadowaku, pada film the wind rises?


22

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi hadowaku dalam film the

wind rises.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi

penelitian selanjutnya mengenai analisis semiotika dalam film animasi.

I.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini di harapkan dapat menginspirasi semua orang agar memiliki

motivasi, kerja keras, serta semangat pantang menyerah dalam menggapai cita-

cita.
23

BAB II

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Penelitian Terdahulu

Nama dan
N Variabel
Judul Teori Metode Hasil Penelitian
o Penelitian
Penelitian
1. (Rahmatiah, Teori 1. Representas Metode Nilai karakter dalam roman
2022) Semiotik i Penelitia tersebut hanya ditemukan 11 butir
a Roland 2. Nilai n nilai karakter yang terdapat di
Representasi Barthes Karakter Kualitati dalamnya, diantaranya:
Nilai Karakter 3. Roman Siti f 1. Religius
dalam Roman Nurbaya 2. Jujur
Siti Nurbaya 3. Kerja keras
Karya Marah 4. Rasa Ingin tahu
Rusli 5. Semangat kebangsaan
6. Cinta tanah air
7. Menghargai Prestasi
8. Bersahabat/komunikatif,
9. Cinta damai,
10. Peduli sosial,
11. Tanggung jawab.
Roman yang berjudul Siti Nurbaya
karya Marah Rusli ini, sangat
menarik untuk dikaji, karena
setelah kita membaca roman ini,
kita akan mendapatkan makna-
makna baru tentang kehidupan.
Roman ini mengangkat tentang
kisah cinta yang indah, tentang
patriotisme,dan tentang perjuangan
nilai-nilai kemanusiaan.
2. (Masruroh & Teori 1. Kerja keras Metode Terdapat dua belas makna kerja
Irawatiningru Semiotik 2. Representas Penelitia keras yang terdapat pada film
m, 2021) a Roland i n dokumenter Burn The Stage: The
Barthes 3. Film Kualitati Movie, yaitu : bersungguh-
Makna Kerja Dokumente f sungguh dalam melakukan
Keras Dalam r Burn the pekerjaan, berusaha melakukan
Film Stage: The sesuatu secara maksimal, pantang
Dokumenter Movie menyerah, tidak bermalas-
Burn the malasan, tidak membuang-buang
Stage: the waktu, berusaha melewati
Movie hambatan untuk mencapai tujuan,
(Analisis berdedikasi tinggi dalam
Semiotika pekerjaan, perjuangan (darah,
24

Roland keringat dan airmata),


Barthes) memanfaatkan setiap kesempatan
dan berani mencoba hal baru,
berani melawan rasa takut, dan
bisa menemukan solusi untuk
memecahkan masalah.
3. (Khotimah, Teori 1. Representas Metode Representasi pesan moral dari film
2020) Semiotik i Penelitia Web Series “SWITCH”
a Charles 2. Pesan n mempunyai kandungan pesan
Representasi Sanders Moral Kualitati moral religius seperti syukur,
Pesan Moral Peirce 3. Film f sabar, saling menghormati, saling
Dalam Film Animasi berbagi, dan ikhlas. Dari penelitian
Web Series ini pesan moral religius yang ada
Swicth seperti sabar, ikhlas, syukur, kerja
(Episode 1-2) keras, dan saling berbagi. Sifat
Di Channel sabar, ikhlas, dan syukur termasuk
Youtube tanda-tanda dakwah yang
Klaklik dimunculkan melalui pesan moral
karena dari ketiga sifat
memberikan arahan dalam
melakukan perbuatan baik. Dan
ketiga sifat tersebut bisa
diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta merupakan
cerminan dalam film web series
tersebut.
Table 2.1 Penelitian Terdahulu

Jika dilihat dari beberapa penelitian terdahulu mengenai film terdahulu,

mereka lebih membahas mengenai pesan moral atau sosial tetapi memiliki

beberapa makna yang berbeda dengan penelitian penulis. Penelitian milik penulis

membahas lebih dalam mengenai representasi hadowaku (kerja keras) dalam film

animasi “The Wind Rises” yang mampu memberi sebuah pandangan baru pada

masayarakat mengenai pentingnya kerja keras dan ketekunan dalam mencapai

cita-cita. Sehingga penulis merasa penelitian ini merupakan sebuah penelitian

yang baru dan layak diteliti lebih lanjut.


25

III.2 Kajian Pustaka

III.2.1 Semiotika

III.2.1.1Konsep Semiotika

Secara etimologis, kata semiotika berasal dari bahasa Yunani Semeion

yang berarti tanda. Simbol itu sendiri didefinisikan sebagai hal-hal yang dapat

dianggap mewakili hal-hal lain atau sebagai dasar untuk konvensi sosial yang

telah ditetapkan sebelumnya (Masruroh & Irawatiningrum, 2021). Simbol-simbol

primitif dimaknai sebagai penunjuk pada hal-hal bahwa hal-hal lain itu ada.

Misalnya, asap menunjukkan kebakaran, dan sirene mobil yang keras

menunjukkan kebakaran di sudut kota. Secara terminologis, semiotika dapat

didefinisikan sebagai cakupan yang luas dari objek, peristiwa, seluruh kebudayaan

sebagai tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika

dapat diterapkan pada segala macam tanda (Berger, 2014)

Sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin

kuat dan luas dalam satu dekade terakhir ini, termasuk Indonesia. Signifikasi

semiotika tidak saja sebagai “metode kajian” (decoding) akan tetapi juga sebagai

metode penciptaan (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan

kekuatannya didalam berbagai bidang seperti antropologi, sosiologi, politik,

kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode

penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang seni rupa,

seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual.

Semiotika sendiri dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu yang menyelidiki

semua bentuk komunikasi yang ada dan terjadi dengan sarana tanda-tanda (signs)
26

dan berdasarkan pada sistem tanda, sign system (code). Semiotika memiliki tiga

bidang studi utama yaitu:

1. Tanda itu sendiri, terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda,

cara-cara dari tanda yang berbeda dalam menyampaikan makna, dan cara

tanda-tanda terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda

merupakan konstruksi yang dihasilkan oleh manusia, dan hanya bisa

dipahami oleh pemahaman atau pengertian manusia yang

menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara

dari berbagai kode yang dikembangan untuk memenuhi kebutuhan suatu

masyarakat, suatu budaya, dan guna mengeksploitasi saluran komunikasi

yang tersedia untuk mentransmisikannya atau menyalurkannya.

3. Budaya tempat kode dan tanda bekerja. Hal ini bergantung pada

penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan

bentuknya sendiri pada suatu budaya (Eryza, 2021).

III.2.2 Definisi representasi

Representasi yaitu bagaimana realitas pada objek tersebut di tampilkan.

Maksudnya peristiwa yang ditandakan sebagai realitas dan dikontruksi sebagai

realitas. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) pada umumnya saling

berhubungan dengan aspek seperti ucapan, dialog, lingkungan, pakaian, dan

ekspresi. Representasi adalah cara memproduksi makna jika diartikan secara

singkat (Rahmatiah, 2022).


27

Representasi bekerja melalui sistem representasi, sistem ini terdiri dari dua

komponen yakni konsep pikiran dan bahasa. Keduanya saling berhubungan,

konsep dari suatu hal yang diketahui dalam pikiran sehingga dapat mengetahui

makna akan hal tersebut, namun tanpa adanya bahasa tidak akan bisa

mengkomunikasikannya. Adapun representasi diperlukan sebagai suatu makna

untuk diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Stuart Hall (1997)

dalam teori representasinya mengatakan bahwa representasi memiliki tiga buah

pendekatan untuk menjelaskan bagaimana representasi makna melalui bahasa

bekerja. ketiganya antara lain pendekatan reflektif, intensional, dan konstruksionis

atau konstruktivis.

Representasi sendiri ialah suatu konsepsi yang mengacu kepada sebuah

tahap mengantarkan makna, yang terbentuk sedemikian rupa disertai tujuan

tertentu. Stuart Hall menjelaskan pandangan mengenai konsep representasi, yaitu:

a. Reflective, yaitu perspektif terkait interpretasi. Representasi memiliki

fungsi selaku metode dalam melihat kebudayaan serta realitas sosial.

Bahasa memiliki fungsi selaku refleksi yang mencerminkan makna yang

sesungguhnya dari suatu hal yang terdapat di realita.

b. Intentional, ialah perspektif dari pembuatnya yaitu interpretasi yang dapat

di representasi. Kita mempergunakan bahasa guna menyampaikan suatu

hal sebagaimana dengan perspektif kita akan hal tersebut.

c. Constructionist, perspektif pembaca lewat teks yang disusun. Diamati dari

pemakaian bahasa ataupun kode-kode lisan serta visual, kode teknis, kode

pakaian serta berbagai hal lainnya. Pada pendekatan ini dipercayai


28

bahwasanya kita mengkonstruksi interpretasi melalui bahasa yang dipakai

(Stuart Hall, 1997:55)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka film tidak hanya menjadi media

refleksi realitas, namun juga memiliki tujuan merepresentasikan realita tersebut.

Hal tersebut yang membuat film mempunyai taraf ketertarikan yang tinggi untuk

masyarakat, yang secara mendasar cenderung lebih menyukai hal-hal yang dekat

serta berhubungan dengan dirinya. Mengingat peranannya selaku media presentasi

ini juga, suatu film bisa disebut berperan selaku sarana konstruksi atas seluruh hal

yang sesungguhnya dialami serta terdapat di realita.

III.2.3 Kerja Keras (Hadowaku)

" ハ ド 枠 " (Hado-waku) dalam bahasa Jepang mengacu pada istilah

"hadouka (波動化)" yang secara harfiah berarti "mengubah menjadi gelombang"

atau "mengkonversi menjadi energi gelombang." Sedangkan "waku ( 枠)" berarti

"bingkai" atau "ruang". Dalam konteks anime atau permainan video, istilah "ハド

枠" (Hado-waku) digunakan untuk merujuk pada karakter atau status khusus yang

memungkinkan karakter tersebut mengubah diri menjadi bentuk atau keadaan

yang lebih kuat atau memancarkan kekuatan ekstra. Ini sering terlihat dalam

pertempuran atau adegan aksi di mana karakter mengaktifkan " ハド枠 " (Hado-

waku) mereka untuk meningkatkan kekuatan atau kemampuan mereka.

Dalam konteks ini, ハド枠 (Hado-waku) dapat digunakan untuk

menggambarkan momen di mana karakter mengubah dirinya menjadi lebih kuat,

memancarkan kekuatan ekstra, atau memanifestasikan potensi tersembunyi


29

mereka untuk mengatasi tantangan yang sulit lewat berbagai upaya dan usaha

yang telah dilakukannya secara tekun dan terus menerus (Kerja Keras).

Kerja keras (Hadowaku) merupakan sikap yang berusaha untuk

mendapatkan sesuatu sekuat tenaga atau berjuang untuk merebut sesuatu. Kerja

keras merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan. Makna kerja keras menurut Tasmara (2000)

bahwa aktivitasnya dilakukan karena dorongan untuk mewujudkan sesuatu,

sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar. Sedangkan makna kerja keras,

dalam konteks ini, secara terminologi adalah aktivitas atau kegiatan yang

dilakukannya dikerjakan secara sungguh-sungguh. Selain itu, menurut Echols &

Shadily, (2000) makna kerja keras adalah seorang yang memiliki optimisme

dalam melakukan tugasnya. Lebih lanjut, makna optimisme adalah keyakinan atas

segala sesuatu dari segi yang baik atau positif dan menyenangkan atau suatu sikap

yang selalu mempunyai harapan baik di segala hal. Jadi makna kerja keras adalah

suatu sikap, kepribadian, watak, karakter, dan keyakinan yang kuat terhadap suatu

kegiatan, dan dilakukannya secara sungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh

prestasi atau hasil yang baik.

Kerja Keras (hadowaku) mempunyai indikator seperti berikut:

menyelesaikan semua tugas dengan baik dan tepat waktu, tidak putus asa dalam

menghadapi masalah, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

Seseorang dapat dikatakan bekerja keras jika memenuhi beberapa hal berikut,

antara lain:

1. Dedikasi 2. Produktivitas
30

3. Inisiatif 6. Tanggung jawab


4. Ketekunan 7. Perbaikan diri
5. Keterlibatan
III.2.4 Film

III.2.4.1Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua

pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk

tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif

(yang akan dimainkan di bioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon

(cerita) gambar hidup sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang

merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti

dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya (Echols & Shadily,

2000).

Film secara teoritis merupakan sebuah alat komunikasi yang dinamis,

karena menyajikan visual dan audio secara berbarengan ketimbang media

komunikasi lainnya seperti koran atau radio (Rusdiana, 2021). Film juga menjadi

media komunikasi, dimana film menyampaikan pesaan tertentu dari dan untuk

manusia. Pesan ini berupa norma pada kehidupan sehari-hari maupun pesan moral

dalam kesusilaan. Oleh karena itu, film mampu menjadi media komunikasi massa

dalam menyampaikan pesan kepada khalayak banyak.

Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial,

lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi

penontonnya. Dengan begitu, film mampu mempengaruhi dan membentuk

kelompok atau individu berdasarkan muatan pesan yang terkandung didalamnya.


31

Film juga memiliki dampak positif dan negative kepada pononton lewat pesan

yang terkandung didalamnya (Surahva, 2022). Sehingga, ini dapat membentuk

dan mengubah karakter dari penonton itu sendiri.

Dalam penyampaian pesan, sutradara menggunakan imajinasi atau

merepresentasikan pesan lewat film yang ia kerjakan dengan mengikuti unsur-

unsur yang berlaku. Selain lewat imajinasi dalam merepresentasikan pesan, tidak

jarang film dibuat oleh sutradara mengangkat kejadian sebenarnya dan

berkembang disekitar masyarakat. Ini akan mempengaruhi pola piker penonoton

dan membuat keragaman pesan yang akan disampaikan oleh film itu sendiri

(Maulana, 2022). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwasannya film merupakan

sebuah dokumen social dan budaya yang membantu mengkomunikasikan zaman

ketika film itu dibuat tanpa ada kesengajaan untuk melakukan hal tersebut.

Film merupakan hasil dari teknologi yang berkembang saat ini. Film

merupakan media komunikasi massa yang dihasilkan sebagai karya teknik 13

manusia. Film dipakai sebagai alat komunikasi massa, populernya sebagai alat

untuk bercerita. Apa yang diceritakan itu suatu khayalan atau kisah, pada intinya

film sebagai media bercerita, yaitu suatu media baru sebagai hasil karya elektro-

teknik dan karya optik.

III.2.4.2Jenis-jenis film

Pada dasarnya film dikategorikan menjadi dua jenis utama, yaitu film

cerita atau disebut juga fiksi dan film noncerita, disebut juga non fiksi. Film cerita

adalah film yang dibuat berdasarkan kisah fiktif. Film fiktif dibagi menjadi dua,

yaitu film cerita pendek dan film cerita panjang. Perbedaan yang paling spesifik
32

dari keduannya adalah pada durasi (Khotimah, 2020). Film cerita pendek

berdurasi dibawah 60 menit, sedangkan film cerita panjang pada umumnya

berdurasi 90-100 menit, ada juga yang berdurasi sampai 120 menit lebih. Genre

adalah klasifikasi teretntu pada sebuah film yang memiliki ciri sendiri, dalam film

fiksi atau film cerita terdapat banyak genre, antara lain sebagai berikut:

a. Film drama

Film drama merupakan jenis genre paling umum dan paling dasar. Film

drama adalah jenis film yang menghadirkan konflik drama dari beberapa

tokoh yang ada didalamnya. Drama memiliki tema tertentu berupa konflik

keluarga, sosial, percintaan, kehidupan dan lain sebagainya.

b. Film laga (action)

Film laga atau biasa disebut film aksi merupakan jenis film yang

menghadirkan aksi laga dan pertarunga didalamnya. Tokoh dalam film laga

terlibat dalam tantangan dan memerlukan kekuatan fisik ataupun dengan

kemampuan khusus.

c. Film komedi

Film komedi merupakan film yang bertujuan untuk membuat audien atau

penonton tertawa dan terhibur. Dalam film komedi terdapat humor lucu yang

ditampilkan melalui adegan, tingkah laku, situasi, ekpresi, dan dialog

(percakapan).

d. Film horror

Film horror merupak film yang bertujuan untuk membuat audiens takut.

Dalam film horror selalu berhubungan dengan hal-hal ghaib, setan, hantu dan
33

lain-lain. Film horror tidak selalu dikaitkan dengan hal ghaib ataupun mistis

tetapi juga tentang monster, pembunuhan berantai yang bisa membuat

penonton terkejut dan ketakutan.

e. Film science fiction

Film science fiction atau disebut sci-fi merupakan jenis film yang

berhubungan teknologi dan pengetahuan fiktif sebagai fokusnya. Biasanya

film sci-fi berkaitan dengan elemen robot, luar angkasa, alien dan sebagainya.

f. Film animasi

Film animasi merupakan jenis film yang pembuatanya dengan menggunakan

teknik animasi. Film animasi menggunakan teknik kartun 2 dimensi, teknik

CGI atau animasi computer, teknik stop motion, teknik kartun dan

sebagainya.

III.2.5 Film Animasi “The Wind Rises”

"The Wind Rises" (Kaze Tachinu) adalah film anime yang disutradarai

oleh Hayao Miyazaki dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Film ini dirilis pada

tahun 2013 di Jepang. Kisahnya terinspirasi oleh kehidupan nyata Jiro Horikoshi,

seorang insinyur pesawat terkenal di Jepang pada era Perang Dunia II.

Gambar 2.2.1 Cover Film Animasi "The Wind Rises"

Cerita berfokus pada Jiro Horikoshi, seorang pria muda dengan impian

menjadi pembuat pesawat yang menginspirasi orang-orang dengan karya-


34

karyanya. Film ini menggambarkan perjalanan hidup Jiro sejak masa mudanya

hingga dia dewasa, menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam mengejar

impiannya.

Jiro, yang memiliki minat yang mendalam dalam dunia penerbangan,

berjuang untuk mengatasi tantangan teknis, politik, dan moral yang dihadapinya

selama Perang Dunia II. Dia berusaha merancang pesawat yang aman dan indah,

namun harus menghadapi realitas penggunaan pesawatnya sebagai alat perang.

Sementara itu, dia juga menjalin hubungan dengan Naoko, seorang wanita muda

yang menderita penyakit TBC.

Film ini mengeksplorasi konflik batin Jiro saat dia berusaha

menggabungkan kecintaannya pada seni dan keindahan pesawat dengan

pertimbangan moral dan etika terkait penggunaannya dalam perang. Kisah ini juga

menyoroti hubungan antara Jiro dan Naoko, serta kekuatan cinta dan keberanian

mereka dalam menghadapi tantangan hidup.

III.2.6 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes di tahun 1956 menyimpulkan semiotik menurutnya sendiri

yang dapat diterapkan pada bidang lain setelah membaca buku Saussure dengan

judul Cours de linguistique generale. Menurutnya, semiotika merupakan bagian

dari linguistic karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang

sebagai Bahasa yang mengungkapkan gagasan, yang terbentuk dari petanda-

petanda dan terdapat didalam sebuah struktur (Masruroh & Irawatiningrum,

2021).
35

Di dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat

pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua (Khotimah, 2020). Dalam

hal ini denotasi justru lebih diasosiasi dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi

untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba

menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih

lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alami

yang dikenal dengan teori signifikasi.

Dengan demikian, semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan

sistem bahasa dalam dua tingkatan Bahasa (Al-Fikri, 2022). Bahasa pada tingkat

pertama adalah bahasa sebagai objek dan bahasa tingkat kedua yang disebutnya

metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang berisi penanda dan

petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan penanda dan petanda

tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru

sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi.

III.2.6.1Peta tanda Roland Barhes

1. Signifer 2. Signified
(penanda) (petanda)

3. Denotative sign (tanda denotative)

4. Conotative signifier (penanda 5. Conotative signified (petanda


konotatif) konotatif)

6. Conotative sign (tanda konotatif)


Gambar 2.2.2 Peta tanda Roland Barthes
1. Signifier (Penanda) 4. Conotative Signifier (Penanda
2. Signified (Petanda) Konotatif)
3. Denotatif Sign (tanda denotatif)
36

5. Conotative Signified (Petanda 6. Conotative Sign (Tanda


konotatif) Konotatif)

Dapat dilihat berdasar peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda

denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat yang

bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (Wibowo,

2021). Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya memiliki

makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaannya. Masih menurut Barthes denotasi

merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi

merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini, denotasi justru lebih

diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Konotasi, bagi Barthes, identik

dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai

dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.

III.3 Kerangka Berfikir

Penelitian terhadap film animasi “The Wind Rises” bersifat audio-visual

dapat dilakukan dengan memilih salah satu model analisis semiotika tertentu.

Bagaimana analisis semiotika diterapkan pada film animasi tersebut, penelitian

yang menganalisis film animasi “The Wind Rises” yang disutradarai oleh Hayao

Miyazaki dapat dijadikan contoh dalam kajian ini.

Dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, peneliti

mengkaji makna yang terdapat dalam film animasi tersebut. Kesannya dengan

kajian tersebut adalah film animasi “The Wind Rises” yang disutradarai oleh
37

Hayao Miyazaki ini tersirat pesan yang berupa, bagaimana bangkit dalam

keterpurukan untuk mengejar sesuatu yang di impikan, tekun berkerja keras

dengan segala macam rintangan dan keterbatasan untuk menjadi lebih baik dan

meweujudkan cita-cita.

Gambar 2.3.1 Kerangka Berfikir

Analisis Makna Representasi


Model Denotasi
Semiotika Hadowaku pada
Analisis Mitos
Film Film Animasi
Semiotika (Myth)
Animasi “The Wind
Roland
“The Wind Makna Rises”
Barthes
Rises” Konotasi

Sumber: Olahan peneliti


38

BAB IV
BAB V

METODOLOGI PENELITIAN

V.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

yakni berusaha menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau

berbagai fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat. Bungin mengatakan

yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu sebagai suatu

ciri, karakter, sifat model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun

fenomena tertentu (Wibowo, 2021)

Berdasarkan pendapat dari Kirk & Miller (1986) mereka memberikan

definisi penelitian kualitatif merupakan suatu tradisi pada ilmu manusia, baik

dalam terminologinya maupun bidangnya. Ini mengkaji dan menganalisis

sesuatu yang relevan dengan arti, baik dalam berbagai tindakan, kondisi sosial,

keragaman manusia, berbagai keyakinan serta kepentingan yang berfokus pada

perbedaan bentuk dengan fokus pada yang menimbulkan arti yang berbeda

(Anggito, 2018).

V.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tipe

deskriptif. Agar diperoleh pengertian metode deskriptif yang lebih jelas berikut

dikemukakan pengertian menurut beberapa para ahli antara lain sebagai berikut :

 Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2006).

23
24

 Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Tarigan, 1986).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memusatkan perhatian kepada

masalah- masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, dikatakan

deskriptif karena bertujuan memperoleh pemaparan yang objektif sehingga pada

penelitian yang peneliti lakukan sangat tepat menggunakan pendekatan

deskriptif.

V.3 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal utama yang dilihat oleh seorang peneliti dalam

penelitiannya. Unit analisis pada penelitian ini yaitu pada pesan tanda, makna,

audio serta video yang ada pada film The Wind Rises. Dimana paradigma kritis

dan jenis penelitian semiotika menjadi perhatian utama pada penelitian ini.

Adapun kriteria umum yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kerja keras

seseorang:

1. Dedikasi: Tingkat komitmen dan kegigihan seseorang dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik. Orang yang bekerja keras akan meluangkan

waktu dan usaha ekstra untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2. Produktivitas: Kemampuan seseorang untuk menghasilkan hasil yang

signifikan dalam waktu yang ditentukan. Orang yang bekerja keras biasanya

mampu menyelesaikan lebih banyak tugas atau proyek dalam periode waktu

yang sama dibandingkan dengan rekan kerjanya.


25

3. Inisiatif: Kemauan untuk mengambil tindakan dan memulai tugas tanpa perlu

diarahkan atau dipantau secara terus-menerus. Orang yang bekerja keras

cenderung proaktif dan berinisiatif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya

tanpa menunggu perintah.

4. Ketekunan: Kemauan untuk tetap berusaha meskipun menghadapi hambatan

atau kesulitan. Orang yang bekerja keras tidak mudah menyerah dan terus

mencoba mencapai tujuan mereka, bahkan ketika menghadapi tantangan yang

sulit.

5. Keterlibatan: Tingkat keterlibatan dan antusiasme seseorang terhadap

pekerjaannya. Orang yang bekerja keras biasanya menunjukkan minat dan

keinginan yang kuat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

6. Tanggung jawab: Kemauan untuk mengambil tanggung jawab penuh atas

pekerjaan dan hasil yang dihasilkan. Orang yang bekerja keras tidak mencari

alasan atau mencoba menghindari tanggung jawab mereka.

7. Perbaikan diri: Kemauan untuk terus belajar, berkembang, dan meningkatkan

keterampilan kerja. Orang yang bekerja keras sering mencari kesempatan

untuk meningkatkan diri mereka sendiri dan mengembangkan kemampuan

baru.

V.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada film animasi Jepang (anime) yang berjudul

‘The Wind Rises” berupa pemutaran film dan peneliti terlibat langsung

menganalisis arti dari adegan atau scene yang terdapat pada film tersebut.

Karena penelitian ini merupakan penelitian semiotika, maka lokasi penelitian ini
26

tidak seperti yang dilakukan penelitian lapangan. Sedangkan waktu penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Mei 2023 sampai dengan selesai.

V.5 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini untuk menunjang kelengkapan data, jenis dan sumber

data yang digunakan yaitu:

A. Data Primer, adalah data yang langsung di peroleh dari sumber data

pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data

di peroleh langsung dari film The Wind Rises yang berdurasi 2 jam 06

menit 31 detik.

B. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau data

pendukung, yaitu dapat berupa informasi pada synopsis film The Wind

Rises. Ini dimuat pada berbagai situs online seperti Wikipedia dan website

streaming lainnya yang mana data tersebut dapat dijadikan referensi dalam

penelitian ini.

V.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data peneliti di dasarkan pada jenis penelitian nya,

yaitu jenis penelitian analisis teks media dengan menggunakan model dari

Roland Barthes yang membahas mengenai tanda dan penanda. Sedangkan untuk

jenis pendekatannya yaitu paradigma kritis. Kemudian dianalisis secara kritis

sehingga dapat ditemukan tanda dan penandanya. Sehingga dapat digunakan

peneliti untuk mengidentifikasi pesan dalam film The Wind Rises.

A. Studi Literatur

Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan


27

metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta

mengelolah bahan penelitian. Dimana pada penelitian ini peneliti

memperoleh data lewat beberapa website yang berisikan synopsis dan

informasi mengenai film animasi The Wind Rises.

B. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk

gambar beberapa adegan/scene pada film tersebut.

V.7 Validitas Data

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian.

Untuk menentukan validitas data memerlukan pengujian. Pengujian dalam

penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber

adalah membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Teknik pemeriksaan

validitas data yang dilakukan dengan mengecek ulang data dengan sumber

apakah ada kesesuaian berdasarkan identitas dan informasi mengenai film

animasi The Wind Rises.

V.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari

pola atau tema, dengan maksud untuk mengetahui maknanya. Menyusun data

berarti menggolongkannya menjadi sebuah tema, pola atau kategori sesuai

dengan yang dimaksud. Semiotika Roland Barthes menyatakan bahwa semiologi

adalah tujuan untuk mengambil berbagai sistem tanda seperti substansi dan

batasan, gambar-gambar, berbagai macam gesture, berbagai suara musik, serta


28

berbagai obyek, yang menyatu dalam system of significance (Masruroh &

Irawatiningrum, 2021).

Analisis semiotika ini memicu asumsi adanya tanda dan penanda pada

berbagai macam objek yang menyatu dalam system of significance, peneliti

menganalisis tiap adegan pada film tersebut dengan menggunakan tahapan

signifikasi seperti yang dikemukakan oleh Barthes, yaitu :

1. Tahap Signifikasi Denotasi

Tahapan ini menjelaskan relasi antara penanda dan pertanda. Barthes

menyebutnya sebagai denotasi merujuk kepada apa yang diyakini akal sehat

atau orang banyak (common-sense). Denotasi merupakan suatu hal berupa

tulisan ataupun lisan yang disampaikan secara jelas tanpa mengandung arti

atau sebuah perumpamaan. Makna denotasi dapat juga disebut makna yang

tidak kias karena makna didalamnya adalah makna sebenarnya. Pasalnya

didalam makna denotasi tidak tertanam makna khusus. Selain itu didalam

makna denotasi tidak ada kandungan yang ambigu. Ciri-ciri denotasi: 1.) Apa

adanya 2). Sesuai dengan penelitian 3.) Makna dasar.

2. Tahap Signifikasi Konotasi

Barthnes menggunakan istilah konotasi untuk menjelaskan salah satu

signifikasi tanda. Konotasi menjelaskan interaksi yang terjadi ketika tanda

bertemu dengan perasaan atau emosi dari pengguna nilai nilai dari budaya

mereka. Makna konotasi merupakan kalimat yang memiliki nilai atau

gambling/terus terang karena didalamnya tidak mengandung arti yang sama

dengan tulisan. Konotasi biasanya berupa kiasan-kiasan, kiasan tersebut bisa


29

berupa makna negatif atau positif. (Tarigan, 1986)

3. Mitos (Myth)

Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna

dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbirter atau konotatif) sebagai sesuatu

yang dianggap alamiah. Contohnya mitos masa kini mengenai feminimitas,

maskulinitas, sains, dan kesuksesan.

Dari tahap ini nanti akan diidentifikasi lebih lanjut mengenai pesan

konsep diri dalam film animasi The Wind Rises.


BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1 Deskripsi Subjek Penelitian

"The Wind Rises" (Kaze Tachinu) adalah film anime yang disutradarai

oleh Hayao Miyazaki dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Film ini dirilis pada

tahun 2013 di Jepang. Kisahnya terinspirasi oleh kehidupan nyata Jiro Horikoshi,

seorang insinyur pesawat terkenal di Jepang pada era Perang Dunia II.

Cerita berfokus pada Jiro Horikoshi, seorang pria muda dengan impian

menjadi pembuat pesawat yang menginspirasi orang-orang dengan karya-

karyanya. Film ini menggambarkan perjalanan hidup Jiro sejak masa mudanya

hingga dia dewasa, menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam mengejar

impiannya.

Film ini mengeksplorasi konflik batin Jiro saat dia berusaha

menggabungkan kecintaannya pada seni dan keindahan pesawat dengan

pertimbangan moral dan etika terkait penggunaannya dalam perang. Kisah ini juga

menyoroti hubungan antara Jiro dan Naoko, serta kekuatan cinta dan keberanian

mereka dalam menghadapi tantangan hidup.

"The Wind Rises" adalah sebuah refleksi tentang kekuatan imajinasi dan

semangat manusia, serta pengorbanan dan dilema yang timbul dalam menghadapi

ambisi dan realitas dunia yang kompleks. Film ini mendapatkan pujian kritis dan

meraih banyak penghargaan internasional, menjadi salah satu karya terkenal dari

Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli.

30
31

VI.1.1 Deskripsi Karakter

Dalam anime "The Wind Rises" (Kaze Tachinu) karya Hayao Miyazaki,

terdapat beberapa karakter utama yang memiliki peran penting dalam cerita.

Berikut adalah beberapa karakter dalam anime tersebut:

1. Jiro Horikoshi: Jiro adalah karakter utama dalam cerita, yang terinspirasi

oleh insinyur pesawat asli bernama Jiro Horikoshi. Ia adalah seorang

desainer pesawat yang sangat berbakat dan memiliki imajinasi yang kaya.

Jiro sangat antusias terhadap dunia penerbangan dan memimpikan untuk

menciptakan pesawat indah yang aman. Dia menghadapi berbagai tantangan

dan konflik dalam upayanya mewujudkan impian tersebut.

Gambar 4.1.3 Jiro Horikoshi


2. Nahoko Satomi: Nahoko adalah seorang wanita muda yang menjadi cinta

pertama dan kemudian istri Jiro. Dia memiliki kepribadian yang lembut dan

baik hati. Meskipun menghadapi masalah kesehatan, Nahoko tetap

bersemangat dan mendukung Jiro dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan

hubungan mereka ditandai dengan rintangan dan kebahagiaan, memberikan

lapisan emosional dalam cerita.


32

Gambar 4.1.4 Naoko Satomi


3. Kiro Honjo: Kiro adalah sahabat dekat Jiro dan rekan kerja di perusahaan

pesawat. Dia adalah orang yang energik, penuh semangat, dan berbakat.

Kiro dan Jiro bersama-sama menghadapi tantangan dalam merancang

pesawat dan mendukung satu sama lain dalam mengatasi kesulitan.

Gambar 4.1.5 Kiro Honjo


4. Caproni: Giovanni Battista Caproni adalah tokoh yang muncul dalam mimpi

Jiro. Ia adalah insinyur Italia yang terkenal dan menjadi sumber inspirasi

bagi Jiro dalam menciptakan pesawat yang indah dan inovatif. Melalui

interaksi dengan Caproni dalam mimpinya, Jiro mendapatkan wawasan dan

nasihat yang membantunya mengatasi rintangan dalam karyanya.

Gambar 4.1.6 Giovanni Caproni


33

Selain karakter utama yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa

karakter pendukung yang memainkan peran penting dalam cerita. Berikut

beberapa di antaranya:

Gambar 4.1.7 Hattori-san


1. Hattori: Hattori adalah teman dekat Jiro sejak masa sekolah dan juga

seorang desainer pesawat. Dia berbagi semangat yang sama dengan Jiro

dalam menciptakan pesawat yang unggul. Hattori memberikan dukungan

dan persahabatan kepada Jiro sepanjang perjalanan hidupnya.

Gambar 4.1.8 Castorp


2. Castorp: Castorp adalah seorang dokter Jerman yang berteman dengan Jiro

saat bekerja di rumah sakit. Dia adalah seorang pemimpin yang bijaksana

dan mentor bagi Jiro. Castorp memberikan perspektif dan nasihat berharga

kepada Jiro dalam menghadapi konflik etis dan moral terkait peran

pesawat dalam perang.


34

Gambar 4.1.9 Kurokawa


3. Kurokawa: Kurokawa adalah seorang rekan kerja Jiro dan Kiro di

perusahaan pesawat. Dia adalah seorang teknisi yang berbakat dan

memiliki kepribadian yang keras. Meskipun memiliki pendekatan yang

berbeda dalam merancang pesawat, Kurokawa tetap merupakan rekan

kerja yang berharga bagi Jiro.

Gambar 4.1.10 Kayo Horikoshi


4. Kayo Horikoshi: Kayo adalah adik perempuan Jiro. Meskipun tidak

muncul secara aktif dalam cerita, dia memberikan dukungan dan ikatan

keluarga yang penting bagi Jiro.

VI.1.2 Penghargaan yang diperoleh

Film animasi "The Wind Rises" adalah film Jepang yang dirilis pada tahun

2013 dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki. Meskipun film ini mendapatkan

pujian dari para kritikus dan penonton, beberapa penghargaan yang berhasil

diperolehnya adalah sebagai berikut:


35

1. Venice Film Festival (2013): Film ini memenangkan Penghargaan

Penggerak Utama Kehormatan di Festival Film Venesia tahun 2013.

2. Japan Academy Prize (2014): "The Wind Rises" memenangkan

Penghargaan untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik di Japan Academy

Prize tahun 2014.

3. Annie Awards (2014): Film ini dinominasikan dalam beberapa kategori di

Annie Awards 2014, termasuk Film Animasi Terbaik, Sutradara Terbaik,

dan Skor Musik Terbaik.

4. New York Film Critics Circle Awards (2013): "The Wind Rises"

dianugerahi Penghargaan Film Animasi Terbaik oleh New York Film

Critics Circle pada tahun 2013.

Gambar 4.1.11 Saampul Animasi "The Wind Rises" Dengan Penghargaan


yang diperoleh
5. Toronto Film Critics Association Awards (2013): Film ini memenangkan

Penghargaan Film Animasi Terbaik di Toronto Film Critics Association

Awards tahun 2013.

6. Mainichi Film Awards (2013): "The Wind Rises" memenangkan

Penghargaan Film Animasi Terbaik di Mainichi Film Awards tahun 2013.


36

7. Asia Pacific Screen Awards (2013): Film ini memenangkan Penghargaan

Film Animasi Terbaik di Asia Pacific Screen Awards tahun 2013.

VI.2 Hasil Penelitian

Penyajian data merupakan kegiatan dalam sebuah laporan yang

menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat di pahami dan di

analisis sesuai dengan tujuan yang di inginkan. Penyajian data yang dilakukan

oleh peneliti yakni menganalisis dan mengamati tanda serta makna yang ada pada

film animasi The Wind Rises. Setelah dilakukan pengamatan pada film tersebut,

peneliti menemukan beberapa scene atau adegan yang muncul pada film dengan

durasi 2 jam 6 menit 31 detik ini. Adegan yang menunjukkan seorang karakter

utama, Jiro memiliki sifat kerja keras (hadowaku) sesuai dengan kriteria yang

telah disebutkan sebelumnya.

Gambar 4.2.12 Jiro tidak sadar bahwa ia dipanggil dan sudah saatnya
makan siang
Dari adegan ini, denotasi yang ditampilkan adalah saat Jiro tengah fokus

belajar saat ia masih menempuh pendidikan dan bekerja setelah memperoleh gelar

insinyur. Kedua scene ini menunjukkan betapa besarnya dedikasi seorang Jiro

dalam menempuh perjalanan untuk mencapai apa yang ia inginkan, menjadi

seorang Insinyur Pesawat. Adegan ini juga berfokus pada Jiro selaku karakter

utama yang menunjukkan bahwa Jiro menyelesaikan tugas yang diberikan


37

padanya tanpa mengenal waktu istirahat makan siang, hal tersebut di dasarkan

pada konotasi yang menunjukkan bahwa Jiro sudah memiliki dedikasi yang tinggi

dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan kepadanya.

Konotasi dari adegan ini adalah ekspresi atau mimik muka yang

ditunjukkan oleh karakter utama yang serius dan fokus pada pekerjaannya tak

memperdulikan kegaduhan atau adanya gangguan sekitar menunjukkan juga

bahwa ia memiliki dedikasi yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dari

cara berpakaian Jiro, juga menunjukkan jika ia hanya fokus pada hasil dari apa

yang ia kerjakan. Ia seperti tidak ada waktu banyak lagi untuk memperhatikan

pakaiannya. Semua waktu yang dimilikinya semata-mata hanya untuk

pekerjaannya saja.

Mitosnya apa yang dilakukan oleh Jiro dikantor barunya tersebut seolah

mengisyaratkan bahwa ia melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan

sepenuh hati dan berusaha sekeras mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik

dan semaksimal mungkin. Dedikasi akan pekerjaan ini menunjukkan bahwa

seseorang atau karakter tersebut memiliki sifat kerja keras yang tinggi

Gambar 4.2.13 Adegan dimana Jiro yang baru masuk bekerja sudah
menghasilkan 2 buah karya
Dari adegan ini, denotasi yang ditampilkan terdapat pada Jiro berada di

dua lokasi berbeda pada hari yang sama. Diketahui bahwa hal ini terjadi pada hari
38

pertama ia masuk sebagai pekerja baru di sebuah kantor pembuat pesawat terbang.

Dalam gambar tersebut, terlihat Jiro sedang memperhatikan pesawat yang telah

selesai dibuat dan pada gambar selanjutnya menunjukkan Jiro memperkenalkan 2

buah karya yang telah dia buat pada hari yang sama.

Konotasi didalam adegan tersebut ketika Jiro menunjukkan apa yang telah

ia kerjakan semenjak bergabung pada kantor tersebut dan tampak ekspresi terkejut

dari pimpinan kantor, Hattori-san dan Kurokawa ketika melihat desain yang telah

diselesaikan dengan cepat. Mengingat, tugas pertama Jiro adalah membuat

rancangan untuk sayap baru dan ia tanpa disuruh membuat desain untuk pengait

sayap pesawat. Konotasi lainnya diperoleh dari raut wajah yang ditampakkan oleh

Hattori dan Kurokawa, dimana mereka menunjukkan ekspresi takjub dan kagum

dari apa yang telah ia lihat dari hasil/karya yang ditunjukkan oleh Jiro sendiri.

Tanda lainnya yang dapat dilihat berasal dari latar yang sama, yaitu kantor dan

waktu yang tidak jauh beda dari ia pergi melihat pesawat di hangar bersama

dengan temannya. Ini juga membuktikan bahwa, Jiro sangat produktif dalam

melakukan pekerjaannya yang ditunjukkan dengan ia membuat 2 buah karya yang

berbeda dalam waktu 1 hari dimana 1 karyanya merupakan tugas yang diberikan

dan 1 lainnya berdasarkan pengamatan yang ia lakukan pada hangar perusahaan.

Mitos dalam adegan tersebut adalah Jiro tampak sangat poduktif diawal

pekerjaannya dengan menghasilkan 2 buah karya baru dalam waktu yang

singkat. Hal tersebut menunjukkan Jiro berkerja begitu keras untuk mewujudkan

cita-citanya dimana dia ingin menjadi seorang Insinyur pesawat yang merancang

full keseluruhan desain dari sebuah pesawat terbang.


39

Cita-cita Jiro sendiri sudah ditunjukkan sejak awal scene film diputar yang

menunjukkan Jiro tengah mengendarai pesawat dan dikarenakan keterbatasan

penglihatannya Jiro mengurungkan niatnya untuk menjadi pilot serta diperkuat

dengan Jiro memperoleh majalah yang menceritakan kesuksesan Caproni dalam

membuat sebuah pesawat terbang.

Gambar 4.2.14 Adegan saat Jiro dicegat keamanan hangar dan berkeliling
pesawat
Dari adegan ini, denotasi yang ditampilkan adalah saat Jiro berserta

beberapa orang perwakilan Jepang tengah berkunjung ke hangar pesawat milik

Jerman. Jiro berserwata perwakilan Jepang lainnya berkunjung dengan maksud

untuk melakukan studi banding dan berkesempatan untuk mempelajari teknologi

pesawat milik Jerman. Secara konotasi, ini menunjukkan pembatasan atau kontrol

yang diberlakukan oleh otoritas atau pihak-pihak lain terhadap kelompok yang

ingin melakukan studi banding. Dalam hal ini, pihak penjaga hangar tantara

Jerman membatasi aktivitas dari perwakilan Jepang. Ini juga menjadi simbol dari

adanya batasan-batasan atau kendala yang menghalangi kelompok tersebut untuk

mengembangkan wawasan dan pengetahuan mereka.

Konotasi pada adegan ini diperlihatkan pada bagaimana ketakutan dan

ekspresi tantara Jerman yang menunjukkan bahwa mereka sangat merendahkan

perwakilan Jepang yang dating untuk melakukan studi banding ke hangar milik
40

Jerman. Karena ketakutan inilah mereka mencoba untuk menghalangi perwakilan

Jepang agar tidak melakukan pengamatan secara menyeluruh lantaran mereka

khawatir Jepang akan meniru teknologi yang dimilikinya.

Mitosnya terkait dengan adegan tersebut adalah adanya perbedaan sosial

dan pendidikan yang terjadi. Dimana saat itu Jepang tidak memiliki teknologi

yang canggih semasif tantara Jerman saat itu. Sehingga memunculkan stigma

negatif dari tantara Jerman kepada perwakilan Jepang saat itu. Mereka

beranggapan bahwa percuma menunjukkan teknologi mereka kepada pihak

Jepang karena pendidikan rakyat Jepang yang masih rendah dan takut jika

teknologi tersebut akan ditiru oleh pihak Jepang.Ini juga tergambar jelas lewat

ekspresi dan prilaku penjaga hangar saat meperlakukan tamunya itu, dimana

mereka menunjukkan ekspresi ketakutan atau kegelisahan.

Namun setelah memperoleh izin dari pengawas, Jiro dan rekannya

sesegera mungkin melihat-lihat kedalam pesawat dan memperhatikan dengan

seksama bagian per bagian didalam pesawat serta bagaimana mekanisme kinerja

dari pesawat buatan Jerman tersebut. Scene ini juga memberikan makna Jiro

memiliki inisiatif yang tinggi ketika diberikan kesempatan untuk melihat kedalam

pesawat.

Gambar 4.2.15 Jiro mengerjakan pekerjaannya hingga larut


41

Dari adegan ini, denotasi yang ditampilkan pada karakter Jiro, karakter

utama tengah mengerjakan pekerjaannya hingga larut malam dan bahkan

pekerjaannya ini dibawa ke rumah. Secara denotasi, adegan tersebut

menggambarkan seseorang yang sedang bekerja keras pada tugasnya hingga larut

malam. Dia berupaya untuk menyelesaikan pekerjaannya diterima nya selesai

tepat waktu. Untuk itu, Jiro membawa pekerjaan yang belum diselesaikannya

dikantor pulang kerumah. Selain dikarenakan ia menjadi buron polisi, ia juga

memliki tanggung jawab lain sebagai seorang suami untuk merawat dan menjaga

istrinya.

Dalam adegan ini, konotasi ketekunan seseorang dapat berkaitan dengan

beberapa aspek. Konotasi yang dimunculkan pada adegan ini adalah sifat gigih,

dedikasi, atau kedisiplinan seornag Jiro. Konotasi ini tergambarkan lewat sifat Jiro

yang tidak ingin salah satu dari tugas yang ia miliki terbengkalai. Selain itu,

adegan ini juga menampilkan Jiro dan Nahoko mengenakan pakaian tidur khas

Jepang kala itu serta latar adegan menunjukkan waktu telah larut malam, dimana

Jiro masih mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan secepat mungkin.

Semaksimal mungkin Jiro ingin semuanya berjalan beriringan, ia ingin

pekerjaannya selesai tepat waktu demi mewujudkan cita-citanya. Disisi lain ia

juga ingin kekasihnya, Nahoko bahagia karena berada disisinya. Produser juga

ingin melibatkan pandangan positif penonton mengenai adegan yang ditampilkan,

khususnya adegan tentang orang yang bekerja keras dan kemungkinan

keberhasilan atau pencapaian yang akan datang sebagai hasil dari ketekunan

tersebut.
42

Mitosnya pada adegan ini, produser ingin merepresentasikan sosial atau

budaya yang berkembang di Jepang tentang ketekunan. Dimana pada adegan

tersebut mencerminkan mitos "kerja keras membawa kesuksesan" atau "orang

sukses adalah mereka yang bekerja keras”. Mitos semacam ini dapat memperkuat

kesan yang ditonjolkan mengenai ideologi tertentu yang menekankan nilai-nilai

seperti kerja keras, usaha, atau ketekunan sebagai kunci untuk mencapai tujuan

dan keberhasilan dalam hidup.

Gambar 4.2.16 Honjo melihat jiro kelelahan dan Jiro mengambil tugas
untuk memimpin tim perancang pewasat
Dari adegan ini, denotasi yang ditampilkan pada sebuah adegan yang

menampilkan Jiro sedang tertidur lelap saat temannya, Honjo mengunjungi

kamarnya. Honjo berniat untuk berbagi cerita kepada temannya itu, namun Jiro

yang berada di kamarnya tampak kelelahan. Honjo juga berujar bahwa Jiro saat

ini memiliki tanggung jawab besar untuk membawa perubahan besar pada

teknologi pesawat terbang Jepang. Pada adegan lainnya Jiro yang sedang meeting

dengan Kurokawa dan Hattari mengenai rencana militer Angkatan Laut Jepang

untuk mengadakan kontes prototype pesawat yang akan segera diadakan. Jiro

kemudian langsung ditunjuk untuk menjadi pemimpin tim dari perusahaannya.

Secara denotasi dari adegan tersebut menandakan bahwa seseorang diberi tugas

untuk memimpin sebuah tim dan harus menanggung semua tanggung jawab itu
43

sendirian. Ditambah lagi ia menjadi harapan bangsa Jepang saat itu untuk

membawa teknologi Jepang yang tengah tertinggal menjadi lebih baik dan setara

dengan sekutunya saat itu, Jerman. Ini adalah deskripsi konkret tentang situasi

yang terjadi.

Dalam adegan ini, konotasi terletak saat Jiro menunjukkan rasa antusiasme

yang tinggi saat ia ditunjuk menjadi pemimpin dari tim tersebut. Disini tampak

jelas secara emosional, Jiro merasa bangga dan bersemangat untuk mengambil

tanggung jawab tersebut. Jiro merasa tertantang dan melihatnya sebagai

kesempatan untuk berkembang, sehingga ia sangat antusias untuk menunjukkan

kemampuan kepemimpinannya. Atas antusias tersebutlah, Jiro berusaha

semaksimal mungkin dengan berkerja tanpa mengenal lelah untuk menunjukkan

bahwa ia adalah orang yang tepat untuk pekerjaan tersebut. Pada kedua adegan

ini, menunjukkan dua waktu yang berbeda, dimana satu adegan menunjukkan

siang hari saat ia ditunjuk sebagai pemimpin proyek yang akan dilakukan dan

adegan satunya lagi menunjukkan waktu malam hari dimana sahabatnya melihat

Jiro yang tengah tertidur pulas karena kelelahan berkerja disiang hari.

Mitos yang diperlihatkan dari adega ini berkaitan dengan gambaran

kepemimpinan yang ideal dalam budaya kita. Dimana seorang pemimpin yang

ditunjuk langsung memiliki tanggung jawab besar dan berusaha semaksimalnya

agar pekerjaan yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Selain

itu, seorang pemimpin akan berusaha lebih keras lagi terlebih dia akan

memaparkan rencana kerja kepada setiap bawahannya. Komunikasi yang

dibangun oleh seorang pemimpin dengan baik akan memunculkan kenyamanan


44

kerja pada setiap bawahannya, dan akan membawa pekerjaan tersebut kearah

kesuksesan.

Gambar 4.2.17 Jiro masih tetap menyelesaikan tugas yang diberikan walau
menjadi buronan polisi
Dalam adegan ini, denotasi adalah seseorang memiliki tanggung jawab

besar diperlihatkan oleh Jiro yang tetap mengerjakan tugasnya meskipun dalam

keadaan buron dan dituduh berkhianat. Ini adalah gambaran langsung dari adegan

tersebut tanpa penambahan makna lain. Jiro yang saat itu tengah berjuang untuk

mewujudkan peradaban bangsa Jepang lebih maju pada sektor pesawat terbang,

harus menerima kenyataan pahit. Dimana dia dituduh berkhianat dan ingin

membelot dari pemerintah Jepang. Walaupun begitu, Jiro tetap beupaya untuk

menyelesaikan tanggung jawab yang telah diberikan sebelumnya kepadanya.

Alhasil, Jiro dengan bantuan rekan kerja lainnya dan kenalan Kurokawa, Jiro

berhasil lolos dari upaya penangkapan dan tetap melanjutkan pekerjaannya

disebuah penginapan milik Kurokawa secara rahasia dan diam-diam.

Dalam konteks ini, konotasi bisa berkaitan dengan dialog dan adegan yang

ditampilkan secara terpisah. Disatu scene terlihat Jiro bersama Kurokawan

mengintip dari jendela kaca untuk melihat apakah penyidik dari pihak kepolisian

Jepang telah pergi. Pada scene berikutmya menunjukkan Jiro seorang diri tetap

mengerjakan tugas yang diberikan meskipun tidak berada dikantornya. Kedua


45

scene ini menunjukkan rasa tanggung jawab besar akan pekerjaan yang diberikan

kepadanya dan berusaha sebaik mungkin menyelesaikan hal tersebut dalam

keadaan buron yang menandakan Jiro merupakan orang yang bertanggung jawab,

memiliki dedikasi yang tinggi, atau memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya.

Konotasi pada adegan ini juga tergambarkan lewat Jiro yang mengenakan

pakaian tidur disiang hari dan masih mengerjakan tugas yang diberikannya

dipenginapan tempat ia bermalam. Ini juga menggambarkan bahwasannya kala itu

Jiro masih harus berkerja dari rumah lantaran ia tengah dicari-cari oleh

pemerintah lewat polisi Jepang dikarenakan Jiro dianggap melakukan

pemberontokan dan berupaya makar.

Dalam teori semiotika Barthes, mitos yang diungkapkan oleh produser

film melalui scene ini mengungkapkan mengenai keberanian, pengorbanan, atau

kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab. Integritas dan dedikasi akan

pekerjaan yang dipikul oleh seseorang menunjukkan bahwa ia memiliki rasa

tanggung jawab besar pada pekerjaannya. Hal ini secara tidak langsung

menggambarkan bagaimana seseorang tetap melakukan pekerjaannya dengan

ikhlas dan penuh ketekunan menyelesaikan pekerjaannya walau ia dalam kondisi

yang tidak mengenakkan dengan difitnah atau dituduh melakukan

pemberontakkan dan pengkhianatan kepada negaranya. Selain itu, mitos yang

dimunculkan oleh produser disini ingin menggambarkan orang yang tetap bekerja

meskipun dalam keadaan buron sebagai pahlawan atau martir yang menghadapi

rintangan dan mengorbankan diri demi kepentingan yang lebih besar.


46

Gambar 4.2.18 Kegagalan Jiro yang membuatnya bangkit untuk meraih


keberhasilan
Dalam adegan ini, denotasi mungkin berfokus pada tindakan seseorang

yang sebelumnya gagal dan kemudian bekerja keras untuk mencapai kesuksesan.

Ini adalah level yang paling nyata dan langsung dari makna adegan tersebut.

Denotasi ditunjukkan melalui dialog tokoh dimana Jiro masih sangat optimis jika

ia masih bisa membuat sebuah pesawat baru lagi dengan menutupi kelemahan

pada rancangan sebelumnya. Namun, Kurokawa sempat meremehkan dan berkata

tidak ada lagi rancangan kedua atau ketiga karna ia merasa tidak ada harapan lagi

bagi mereka membuat pesawat selanjutnya.

Konotasi dalam adegan ini ditunjukkan melalui perjuangan seorang Jiro

yang bangkit dari kegagalan dapat dikonotasikan sebagai sosok yang kuat, penuh

semangat, atau inspiratif. Konotasi pada adegan ini diperlihatkan melalui ekspresi

Jiro yang dengan tegar melihat dan memperhatikan dengan seksama pesawat yang

ia rancang mengalami kegagalan. Bahkan saat hujan turun, ia masih tetap melihat

bangkai pesawat yang ia buat mengalami kegagalan. Saat ia berhasil, ia tidak larut

dalam kebahasiaannya berkepanjangan bahkan, masih sibuk memperhatikan

pesawat rancangannya dan mencoba menganalisa kembali serta mengingat

kegagalan yang pernah ia lewati .

Dalam teori semiotika Barthes, mitos adalah proses di mana makna sosial,

budaya, atau politik disamarkan melalui penggunaan tanda-tanda. Dalam adegan


47

ini, mitos mungkin melibatkan konstruksi naratif yang menghubungkan

perjalanan seseorang dari kegagalan ke keberhasilan dengan aspek-aspek seperti

kerja keras, keberanian, atau kemauan yang kuat. Mitos dapat menyembunyikan

kompleksitas dan konteks sosial di balik perjalanan individu, dan pada saat yang

sama, memperkuat nilai-nilai seperti kemandirian, kesuksesan individu, atau

gagasan tentang "mimpi Amerika."

Dengan demikian, dalam adegan ini, denotasi akan fokus pada tindakan

seseorang yang mencapai keberhasilan setelah mengalami kegagalan sebelumnya.

Konotasi akan melibatkan makna tambahan seperti perbaikan diri, ketekunan, dan

inspirasi. Sedangkan mitos mungkin melibatkan konstruksi naratif yang

menghubungkan perjalanan individu tersebut dengan nilai-nilai seperti kerja

keras, kesuksesan individu, dan mungkin mencerminkan mitos sosial yang lebih

luas tentang mobilitas sosial atau pencapaian pribadi.

VI.3 Representasi Kerja Keras (Hadowaku)

Representasi didefiniskan dengan suatu konsep yang dipakai dalam suatu

proses sosial pemaknaan lewat sistem penandaan seperti dialog, tulisan, video,

film, fotografi, dsb (Hall, 1997 dalam Prasetyo, 2020). Dalam hal ini peneliti

merepresentasi kerja keras (hadowaku) yang ada pada film animasi berjudul

“The Wind Rises”. Kerja Keras (Hadowaku) merupakan sikap yang berusaha

untuk mendapatkan sesuatu sekuat tenaga atau berjuang untuk merebut sesuatu.

Kerja keras merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan (Totok Tasmara: 2000).


48

Representasi Kerja Keras (Hadowaku) yang coba ditampilkan dalam film

ini ialah semangat kerja keras yang disebabkan keinginan untuk mengejar

ketertinggalan dalam teknologi transportasi terkhusus pesawat terbang. Berbagai

kondisi yang mengindikasikan adanya Kerja Keras yang dilakukan oleh karakter

pada film tersebut berupa dedikasi yang tinggi, produktivitas, keterlibatan akan

sebuah permasalahan, inisiatif yang tinggi, tanggung jawab yang besar dan

perbaikan diri menuju lebih baik lagi. Kriteria ini dipresentasikan lewat sebuah

film animasi “The Wind Rises” baik lewat dialog maupun tindakan atau bahasa

tubuh dari karakter yang muncul disana.

Tujuan peneliti adalah mengetahui representasi Kerja Keras (hadowaku)

yang ada pada film animasi “The Wind Rises”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa:

1. Dedikasi yang tinggi dimiliki oleh karakter utama, Jiro. Produser

menggambarkan seorang karakter yang memiliki tingkat komitmen dan

kegigihan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

Dimana dedikasi yang tinggi ini mencerminkan seseornag yang berkerja keras

dan usaha ekstra dengan meluangkan waktu yang dimilikinya sebaik mungkin

untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2. Produktivitas yang tinggi. Karakter Jiro yang ditampilkan sebagai tokoh

utama dalam film tersebut, digambarkan memiliki produktivitas yang tinggi.

Ini ditunjukkan pada setiap adegan yang ada, mulai dari saat ia baru kembali

dari pendidikannya langsung diberikan tugas untuk membuat sebuah desain

sayap pesawat, karya selanjutnya muncul saat ia melihat pengait sambungan


49

sayap pada hangar pesawat yang masih memiliki celah kerusakan, hingga ia

membawa blueprint rancangan pewasat yang harus ia selesaikan saat dalam

perjalanan menuju rumah Nahoko.

3. Memiliki rasa inisiatif yang tinggi. Jiro digambarkan sebagai seorang yang

mempunyai rasa penasaran yang besar dan kepedulian yang tinggi. Ia bahkan

tak segan untuk mengerjakan yang bukan seharusnya ia kerjakan dan rela

berbagi penemuannya kepada rekan sekaligus pesaingnya pada ajang kontes

pesawat di militer Angkatan Laut Jepang. Ini muncul lantaran Jiro ingin

meminimalisir celah kegagalan yang ada nantinya, dengan begitu apa yang ia

kerjakan nantinya tidak akan mengalami hambatan sedikitpun.

4. Ketekunan. Jiro menunjukkan sikap ketekunan yang besar dengan segala

macam hambatan yang dihadapinya. Mulai dari ketertinggalan teknologi

yang dimiliki oleh Jepang kala itu, berurusan dengan pihak kepolisian hingga

ia harus menghadapi kenyataan bahwa istrinya mengidap penyakit yang

membuatnya harus kehilangan nyawa dikarenakan sakit TBC turunan yang

dideritanya.

5. Keterlibatan dalam berbagai masalah pelik. Pada beberapa adegan

diperlihatkan Jiro aktif sebagai tokoh utama yang memiliki rasa empati dan

simpati yang tinggi. Ia bahkan tidak sungkan untuk membantu orang yang

baru ditemuinya saat dalam perjalanan menuju SMA nya dan bahkan Jiro

sendiri dengan antusias yang tinggi berani meyakini pemimpin kantor tempat

ia berkerja untuk menerima tawaran menjadi pemimpin dalam sebuah tim


50

pembuat pesawat pada kontes yang diselenggarakan pihak Angkatan Laut

Jepang.

6. Tanggung jawab yang besar. Pada film ini, Jiro bertanggung jawab atas

semua hal yang telah ia kerjakan. Mulai dari tugas pembuatan rancangan

sayap pesawat yang diberikan kepadanya setelah ia kembali dari

pendidikannya hingga ia menepati janji kepada Nahoko untuk menikahinya

dan menjaganya apapun keadaannya.

7. Perbaikan diri. Jiro kerap kali merenungi apa yang telah terjadi dan

membandingkan keadaannya dengan masyarakat Jerman kala itu yang

memiliki teknologi sangat maju dan canggih. Tak hanya itu, Jiro juga

melakukan evaluasi diri lewat apa yang ia temui dan mencoba untuk

membuat hal tersebut dengan penuh pertimbangan serta kehati-hatian yang

tinggi agara tidak mengulang kembali kesalahan yang dilakukan

sebelumnya. Alhasil, apa yang ia lakukan selama ini membuahkan hasil

dengan Jiro berhasil menciptakan pesawat dengan teknologi dan

kemampuan yang mumpuni seperti yang dimiliki oleh tantara Jerman. Ini

juga membuat Jepang tidak bergantung lagi pada teknologi Jerman.

Keseluruhan sifat yang ditunjukkan dalam film animasi “The Wind Rises”

menceritakan ciri-ciri seseorang yang memiliki sifat Kerja Keras yang tinggi.

Selain itu, alur film djuga dibangun dengan baik sehingga penonton dapat

merasakan bagaimana kerasnya usaha yang dilakukan oleh karakter utama dalam

mewujudkan impiannya sejak kecil.


51

VI.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan di atas, film animasi "The Wind Rises" berhasil

menggambarkan perjuangan Jepang, terutama melalui tokoh Jiro Horisaki, dalam

mengejar ketertinggalan teknologi dari negara-negara lain, terutama Jerman.

Kemajuan teknologi Jepang yang canggih saat ini merupakan hasil dari budaya

Kerja Keras yang telah dibangun sejak lama dan terus dilestarikan hingga saat

ini. Film ini juga menceritakan kisah inspiratif tentang seseorang yang berjuang

melawan keterbatasan di negaranya sendiri, namun tetap mampu bersaing dan

mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain. Meskipun menghadapi

keterbatasan, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi keinginan untuk maju.

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mewujudkan kemajuan tersebut, terutama

melalui Kerja Keras yang gigih dan tidak kenal lelah.

Pada poin ini, film animasi "The Wind Rises" menggambarkan dengan

jelas betapa tingginya dedikasi seseorang terhadap pekerjaannya. Dalam adegan-

adegan yang terlihat, karakter utama menunjukkan tingkat produktivitas yang

tinggi, inisiatif yang besar, dan ketekunan yang luar biasa dalam menjalankan

tugasnya. Dia terlibat sepenuhnya dalam setiap kegiatan yang terkait dengan

pekerjaannya, menunjukkan tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan

tersebut.

Film ini juga menggarisbawahi bahwa tidak peduli jenis pekerjaan apa

yang dilakukan seseorang, asalkan memiliki kemauan yang kuat dan semangat

Kerja Keras yang tidak tergoyahkan, maka akan ada hasil yang memuaskan di

masa depan. Pesan yang disampaikan adalah bahwa kerja keras adalah faktor
52

krusial dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari.

"The Wind Rises" memberikan gambaran yang menginspirasi mengenai

pentingnya menjunjung tinggi kerja keras. Film ini menyampaikan bahwa

melalui dedikasi, inisiatif, ketekunan, keterlibatan penuh, tanggung jawab, dan

kemauan untuk terus memperbaiki diri, seseorang dapat mewujudkan cita-

citanya. Pesan ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, baik

dalam karier profesional maupun usaha pribadi.

Film animasi "The Wind Rises" merupakan film Jepang yang dirilis pada

tahun 2013 dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki. Film ini sudah diakui dan

mendapatkan pujian dari para kritikus dan penonton bahkan berhasil

mendapatkan berbagai penghargaan pada beberapa ajang festival film. Mulai

dari Asia Pacific Screen Awards (2013) hingga Japan Academy Prize ditahun

2014, film ini memperoleh penghargaan sebagai film animasi terbaik.

Cerita film ini berfokus pada kehidupan Jiro Horikoshi, seorang insinyur

pesawat terkenal yang merancang pesawat tempur Jepang selama Perang Dunia

II. Namun, film ini lebih dari sekadar cerita tentang seorang insinyur atau

perang. Film ini memperlihatkan bagaimana kerja keras, tekad, dan semangat

dalam mencapai impian dapat membentuk karakter seseorang dan

mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Latar belakang masyarakat sebelum masa perang dunia menjadi penting

dalam cerita ini. Pada saat itu, Jepang sedang mengalami periode modernisasi

yang pesat dan perubahan sosial yang signifikan. Masyarakat Jepang dihadapkan

pada tantangan ekonomi, politik, dan budaya yang kuat. Dalam suasana ini, kerja
53

keras menjadi nilai yang sangat dihargai dan dianggap penting untuk mencapai

kemajuan pribadi dan kolektif.

Film ini menyoroti dedikasi Jiro Horikoshi terhadap pekerjaannya

sebagai insinyur pesawat. Meskipun ia memiliki keahlian yang luar biasa dalam

merancang pesawat, perjalanannya tidaklah mudah. Dia harus menghadapi

berbagai tantangan teknis dan keterbatasan sumber daya yang ada pada masanya.

Namun, dengan semangat yang kuat dan tekad yang bulat, Jiro terus bekerja

keras untuk mewujudkan impian dan memberikan kontribusi bagi negaranya.

The Wind Rises juga menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat

pada masa itu. Film ini menunjukkan kerja keras dan ketekunan para pekerja di

pabrik pesawat, upaya kolektif untuk membangun infrastruktur yang kuat, serta

semangat inovasi dan kemajuan dalam teknologi. Sebagai latar belakang perang

dunia yang akan datang, film ini menghadirkan kontras antara aspirasi individu

dan akibat sosial dari perang.

Melalui narasi yang terinspirasi dari kisah nyata, The Wind Rises

menyoroti betapa pentingnya kerja keras, semangat, dan tekad dalam

menghadapi perubahan dan tantangan dalam kehidupan. Film ini mengajarkan

kepada penontonnya tentang arti kerja keras sebagai landasan untuk mencapai

tujuan dan impian, serta refleksi atas nilai-nilai sosial yang ada pada masa lalu.

Film ini menggambarkan bagaimana tekad yang kuat dan keinginan yang

tulus untuk berubah dan mewujudkan impian dapat meningkatkan kepercayaan

diri seseorang. Dalam cerita ini, karakter utama menunjukkan bahwa dengan

memiliki tekad yang bulat dan semangat yang tinggi, dia dapat mengatasi segala
54

rintangan dan tantangan yang ada di hadapannya. Keinginannya yang kuat untuk

meraih impian menginspirasi dan memotivasi dirinya sendiri untuk bekerja keras

dan berjuang tanpa henti.

Selama perjalanan menuju impian tersebut, karakter utama juga

menunjukkan beberapa sifat kecil yang penting. Misalnya, dia menunjukkan

ketekunan dan kegigihan dalam menghadapi kesulitan, tidak pernah menyerah

dalam menghadapi kegagalan, dan memiliki daya tahan yang kuat. Dia juga

menunjukkan keteguhan hati dalam menghadapi kritik dan hambatan yang

mungkin datang dari luar. Semua sifat-sifat ini menjadi pembangkit semangat dan

semangat kerja kerasnya.

Melalui perjalanan yang penuh tantangan dan usaha keras, karakter utama

pada akhirnya berhasil mewujudkan impian dan meraih kesuksesan yang diidam-

idamkannya. Keberhasilannya ini bukan hanya hasil dari kemampuannya yang

luar biasa, tetapi juga didorong oleh rasa percaya diri yang tinggi dan semangat

yang tak pernah padam. Film ini memberikan pesan yang kuat bahwa

keberhasilan tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi harus diperjuangkan

dengan tekad dan kerja keras yang tak kenal lelah.

Dedikasi yang tinggi akan sebuah pekerjaan, akan membuat orang tersebut

menjadi lebih produktif dari hari ke harinya. Mereka akan giat berkerja dan ingin

memberikan hasil yang lebih besar dan lebih banyak lagi dari apa yang ia lakukan

sebelumnya. Lama kelamaan, orang tersebut akan memiliki rasa inisiatif yang

tinggi pula. Misal akan membantu rekannya dengan senang hati dalam
55

menyelesaikan pekerjaan atau turut memberikan bantuan tanpa diminta Ketika

melihat orang yang sedang kesusahan dimanapun ia berada.

Selain itu, dedikasi ini juga membuat seseorang memiliki sifat ketekunan

yang besar. Mereka yang memiliki integritas tinggi dalam melakukan

pekerjaannya, akan terus melakukan pekerjaan tersebut dengan lebih giat lagi

dan penuh dengan kehati-hatian. Ketekunan ini juga yang akan menuntun

seseorang untuk melakukan hal-hal lainnya yang lebih besar lagi dalam

pekerjaannya. Mereka akan ikut serta terlibat kedalam pekerjaan yang memiliki

tanggung jawab besar dan tentuya dengan resiko yang lebih besar pula. Dengan

begitu, mereka akan terasa dengan sendirinya untuk menghadapi berbagai

permasalahan dan pekerjaan yang lebih menantang lagi kedepannya.

Dengan demikian, "The Wind Rises" mengingatkan kita akan pentingnya

mengusahakan yang terbaik dalam pekerjaan kita sehari-hari. Dengan kerja keras

yang tulus dan semangat yang tak tergoyahkan, kita dapat mencapai hasil yang

memuaskan dan mewujudkan impian kita. Film ini mengajarkan kepada

penontonnya pentingnya memiliki tekad yang kuat, keinginan yang tulus untuk

berubah, dan semangat kerja keras yang tinggi. Ini adalah kunci untuk

meningkatkan rasa percaya diri dan meraih impian. Melalui sifat-sifat kecil yang

muncul dari diri seseorang, seperti ketekunan, keteguhan hati, dan daya tahan,

seseorang dapat memotivasi diri sendiri dan mencapai apa yang diinginkannya.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari penyajian data yang telah dipaparkan oleh peneliti dan

juga hasil analisis data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber data,

maka dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Film animasi “The Wind Rises” tidak hanya sebatas film animasi biasa

saja yang hanya digemari oleh anak-anak dan remaja dikarenakan memiliki

visual yang menarik dan unik, tetapi juga terkandung pesan yang begitu kuat dan

mendalam. Studio Ghibli bersama dengan Hayao Miyazaki selaku sutradara film

ini, banyak menyisipkan pesan mengenai pentingnya Kerja Keras dalam

melakukan suatu pekerjaan. Dimana makna dan pesan ini tertuang lewat

visualisasi latar kejadian animasi ini dibuat dan beberapa dialog serta adegan

yang dimunculkan dalam film tersebut.

Kerja Keras yang diambil dari bahasa Jepang, ハ ド 枠 " (Hado-waku)

yang mengacu pada istilah "hadouka (波動化)" yang berarti "mengubah menjadi

gelombang". Sedangkan "waku ( 枠 )" berarti "bingkai" atau "ruang". Ini dapat

diartikan sebagai gelombang semangat untuk merubah keadaan menjadi lebih

baik lagi. Kerja Keras ini juga pada saat ini masih sangat kurang dirasakan pada

masyarakat saat ini. Lewat film ini juga kita dapat melihat perjuang seseorang

yang tidak selalu naik terus, namun ada kalanya mengalami pasang surut seperti

sebuah gelombang. Ini juga akan membantu ini untuk belajar menjadi lebih baik

lagi dari waktu ke waktu.

56
57

VII.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis semiotika tentang Reprsentasi Hadowaku

dalam Film Animasi “The Wind Rises”, pada bagian ini peneliti ingin ikut serta

memberikan kontribusi berupa saran sebagi berikut:

Terkait dengan Film Animasi “The Wind Rises” sebagai salah satu media

penyampaian informasi, film tidak hanya dibuat bertujuan sebagai komersil dan

mendapatkan pujian. Namun, juga disertai dengan penyematan dan

pembelajaran mengenai pentingnya Kerja Keras dalam melakukan pekerjaan

pada kehidupan sehari-hari. Dengan ditemukannya sebuah pesan mengenai Kerja

Keras, dapat bermanfaat bagi masyarakat dan memotivasi masyarakat melalui

karya film animasi yang dapat dinikmati setiap kalangan tanpa memandang

gender dan kelompok umur.

Kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti tentang

pengaruh dan respon masyarakat mengenai Film animasi The Wind Rises ini agar

penelitian ini dapat lebih berkembang dan mendapatkan hasil yang baik. Selain

itu, peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian lainnya

dengan objek yang berbeda. Mengingat perkembangan zaman yang semasif ini

ditambah dengan media yang semakin canggih dan terbuka, disarankan untuk

mencari objek penelitian dengan film animasi keluaran terbaru yang tentunya

memiliki referensi lebih luas.


58

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fikri, M. H. (2022). Analisis Semiotika Pesan Moral dalam Film Squid Game.
Albi Anggito, J. S. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher). https://books.google.co.id/books?id=59V8DwAAQBAJ
Berger, A. A. (2014). Media and Communication Research Methods. SAGE
Publications.
Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit:
Perseverance and passion for long-term goals. In Journal of Personality and
Social Psychology (Vol. 92, pp. 1087–1101). American Psychological
Association. https://doi.org/10.1037/0022-3514.92.6.1087
Echols, J. M., & Shadily, H. (2000). English-Indonesian Dictionary. Cornell
University Press.
Eryza. (2021). Analisis semiotika charles sanders pierce iklan konsumen rokok
gudang garam internasional di media youtube.
Hall, S., & University, O. (1997). Representation: Cultural Representations and
Signifying Practices. SAGE Publications.
Khotimah, S. H. (2020). Representasi Pesan Moral Dalam Film Web Series
Swicth (Episode 1-2) Di Channel Youtube Klaklik. In Fakultas Ushuluddin
Adab Dan Dakwah Iain Ponorog (Vol. 9, Issue May).
Kirk, J., & Miller, M. (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research.
https://doi.org/10.4135/9781412985659
Masruroh, A., & Irawatiningrum, S. (2021). Makna Kerja Keras Dalam Film
Dokumenter Burn the Stage: the Movie (Analisis Semiotika Roland Barthes).
Prosiding SNasPPM, 5(2), 14–19.
Maulana, M. S. (2022). Representasi Kegigihan Pada Film Josee, The Tiger and
The Fish. Jurnal UII, 1–23.
NVanthournount, G., Donche, V., Gijbels, D., & Petegem, V. (2014).
(Dis)similarities in Research on Learning Approaches and Learning Patterns.
Learning Patterns in Higher Education: Dimensions and Research
Perspectives, 11–32.
Rusdiana, A. (2021). ETIKA KOMUNIKASI ORGANISASI: Filosofi, Konsep dan
Aplikasi. PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN UIN SGD
BANDUNG.
Rahmatiah. (2022). Representasi Nilai Karakter dalam Roman Siti Nurbaya Karya
Marah Rusli. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 2(2), 258–265.
Sidabutar, E. T. (2019). Makna Kerja Keras Dalam Film “Lala Land.” Jurnal
Riset Komunikasi, 2(2), 171–183. https://doi.org/10.24329/jurkom.v2i2.68
59

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. Alfabeta,


319. https://digilib.unigres.ac.id/index.php?p=show_detail%5C&id=43
Surahva, R. (2022). Analisis semiotika film mr. bean goodnight mr. bean episode
13.
Tarigan, H. G. (1986). Pengajaran pragmatik. Angkasa.
https://cir.nii.ac.jp/crid/1130282271396621952
Wibowo, J. H. (2021). Analisis Semiotik Film Ku Kira Kau Rumah ( Semiotika
Model Ferdinand De Saussure ).

Anda mungkin juga menyukai