Disusun oleh:
NIM:20530002
YOGYAKARTA
2024
SKRIPSI
PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGELOLA BANK
SAMPAH LINTAS WINONGO DALAM UPAYA MENDORONG
PARTISIPASI MASYARAKAT DI DUSUSN BADRAN KELURAHAN
BUMIJO
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Disusun oleh:
NIM:20530002
YOGYAKARTA
2024
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 20530002
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
merupakan hasil karya tulis saya sendiri berdasarkan hasil pemikiran sendiri bukan karya
ataupun hasil tulisan orang lain, kecuali yang secara tertulis dicantumkan dalam naskah ini
dan telah saya disebutkan dalam daftar pustaka. Saya menyatakan bahwa saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan
ditemukan plagiasi dalam naskah skripsi ini.
NIM: 20530002
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Pneguji untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi pada Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada:
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
TIM PENGUJI
Mengetahui,
In every possibility
Untuk menang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya pembuatan proposal yang berjudul “Pendekatan Komunikasi Interpersonal
Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo Dalam Upaya Mendorong Partisipasi Masyarakat
Di Kelurahan Bumijo” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun proposal ini
dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai langkah awal peneliti melakukan penelitian ke
lapangan yang akan menjadi bagian dari proses tugas akhir kegiatan perkuliahan serta
menjadi salah satu syarat kelulusan dalam Program Studi Ilmu Komunikasi di Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Dalam penyelesaian dan
penyusunan proposal ini tentu saja ada pihak yang campur tangan dalam upaya memberikan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
yang tak terhingga penulis ingin sampaikan kepada:
1. Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta
2. Dr.Yuli Setyowati S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
3. Fadjarini Sulistyowati, S.IP., M.Si yang telah memberikan tuntunan, bimbingan, serta
masukan kepada penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketelitiannya, sehingga
proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Komunikasi serta jajarannya yang telah membimbing dan
menuntun selama penulis menjalankan proses belajar di Program Studi Ilmu
Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
5. Kedua orang tua, adik-adik serta keluarga tercinta yang tentu saja dengan penuh kasih
dan cinta yang telah memberikan dukungan lewat doa dan support yang luar biasa.
6. Seluruh pengelola serta masyarakat Dusun Badran Keluarahan Bumijo yang telah
bersedia menjadi informan selama proses penelitian berlangsung
7. Reyhan Bramanti Purnama yang telah beberapa kali membantu menemani peneliti
selama proses pelaksanaan wawancara saat penelitian berlangsung.
8. Para sahabat serta teman-teman Angkatan 2020 yang telah membantu memberikan
dukungan serta dorongan secara langsung maupun tidak langsung selama penyelesaian
skripsi ini dengan caranya masing-masing.
9. Rekan dan teman teman-teman Stube HEMAT Yogyakarta yang juga turut membantu
mendoakan dan memberi support dengan caranya masing-masing.
10. Teman-teman serta kakak-kakak di Organisasi KESA (Kelompok Studi Tentang Desa)
yang telah mendorong memberikan support dengan caranya masing-masing.
Oleh:
Kresensia Risna Efrieno
20530002
Saat ini, isu tentang sampah masih menjadi isu yang memprihatinkan bahkan belum
sepenuhnya teratasi di Indonesia. Begitu banyak kasus yang disebabkan oleh isu sampah dan
sering terjadi. Dikutip dari kemenkopmk.go.id bahwa terdapat 7,2 juta ton sampah di Indonesia
belum terkelola dengan baik. Melalui program bank sampah masyarakat diberikan kesempatan
untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya dengan mengumpulkan sampah yang juga bisa
mendapatkan nilai tambah ekonomi dengan menabungnya di bank sampah. Sebagai sebuah
wadah atau lingkup komunitas tentu saja pihak pengurus/pengelola Bank sampah Lintas
Winongo dengan masyarakatnya saling berinteraksi melalui komunikasi. Dari permasalahan ini,
dapat dinyatakan bahwa komunikasi interpersonal sangatlah dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujaun untuk: 1)Mengetahui proses pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan
oleh Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo kepada masyarakat. 2)Mengetahui upaya
Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam mendorong partisipasi masyarakat.
3)Mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo
dalam berupaya mendorong partisipasi masyarakat dalam memberikan pemahaman kepada
masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang melakukan analisis dan
interpretasi teks dan hasil interview dengan tujuan untuk menemukan makna dari suatu
fenomena Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka. Sehingga penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan fakta,
fenomena tentang komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengelola BSLW dengan
masyarakat dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat juga meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan interpersonal yang dilakukan
oleh pengelola bank sampah cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nasabah yang
sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, kendala yang dialami oleh pengelola
dalam upaya menarik partisipasi masyarakat adalah merubah pola pikir atau kebiasaan
masyarakat yang masih terbiasa menjual sampah di perosok keliling. Tingkat partisipasi
masyarakat bisa dikatakan masih ditingkat sedang. Hal ini terlihat dari intensitas atau keaktifan
masayarakat yang sudah menjadi nasabah yang mengumpulkan sampah secara rutin hanya
orang-orang tertentu saja.
Kata Kunci: Pendekatan Komunikasi Interpersonal, Bank Sampah, Pengelola Bank Sampah
Lintas Winongo, Partisipasi Masyarakat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Segala sendi kehidupan manusia sudah pasti membutuhkan
komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. Jika
dilihat dari keberadaanya komunikasi memang terlihat begitu sepele saja.
Semua orang pasti bisa berkomunikasi (berbicara). Namun dalam prakteknya,
komunikasi tentu saja harus membutuhkan keterampilan atau skill. Dalam
prakteknya komunikasi merupakan seni untuk mempengaruhi orang lain,
memberikan pemahaman, mendukung, membujuk sampai pada merubah sikap
maupun perilaku orang lain. Beberapa hal ini tentu saja bukan hal yang mudah.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi terbagi menjadi beberapa
bentuk mulai dari komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri),
komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Salah satu bentuk komunikasi
yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi antar
pribadi/komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Deddy
Mulyana (Elva R. R. Sarmiati;2019) merupakan komunikasi yang terjadi secara
langsung atau bertatap muka baik antar orang-orang secara verbal maupun non-
verbal, sehingga memungkinkan setiap pesertanya mendapatkan reaksi dari
pesan yang disampaikan tersebut. Lebih lanjut Elva R.R. Sarmiati juga
menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi juga dapat membuat kita
memahami lingkungan dengan baik, mulai dari tentang objek, peristiwa, dan
sesama/orang lain disekitar kita. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa banyak
informasi yang kita dapat hingga saat ini melalui komunikasi antar pribadi.
Seiring berjalannya waktu, begitu banyak perubahan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini antara lain adalah perubahan ke
arah yang positif maupun ke arah negatif. Salah satu perubahan negatif yang
urgen sekarang adalah isu tentang kondisi lingkungan lebih spesifiknya tentang
sampah. Saat ini, isu tentang sampah masih menjadi isu yang memprihatinkan
bahkan belum sepenuhnya teratasi di Indonesia. Begitu banyak kasus yang
disebabkan oleh isu sampah dan sering terjadi. Kasus seperti kasus banjir yang
merugikan masyarakat sendiri. Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia
menyebabkan jumlah penggunaan barang yang mengakibatkan jumlah sampah
pun meningkat. Dikutip dari kemenkopmk.go.id bahwa terdapat 7,2 juta ton
sampah di Indonesia belum terkelola dengan baik. Sistem Data Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) 2022 hasil input dari 202 Kab/kota se-Indonesia menyebut
jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total
produksi sampah nasional tersebut, 65,71% (13,9 juta ton) dapat terkelola,
sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini tentu saja menjadi
sebuah kekhawatiran akan keadaan lingkungan di Yogyakarta. Dalam
kompas.id masyarakat Yogyakarta sedang kalang kabut mengelola sampah
karena Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tertutup akibat tidak bisa beroperasi
dengan optimal. Kondisi seperti tentu saja mengakibatkan berbagai masalah
seperti munculnya tumpukan sampah di banyak tempat dan beberapa warga pun
nekat membakar sampah yang mengakibatkan polusi. Oleh karena itu, sangat
penting perhatian pemerintah maupun masyarakat terhadap hal ini. Hal ini tentu
saja berdampak pada terganggunya kehidupan masyarakat sekarang, maupun
yang akan datang
Seperti yang kita sering kenali sampah merupakan segala bentuk atau
jenis barang (organik maupun anorganik) yang merupakan sisa dan biasanya
dianggap tidak bisa berguna atau tidak dapat digunakan kembali. Definisi
seperti ini menyebabkan kebiasaan buruk terjadi di lingkungan masyarakat
sering membuang sampah di sembarang tempat. Namun, pandangan ini tentu
saja sudah menjadi pandangan lama. Saat ini, sampah bukan lagi barang tidak
dapat digunakan kembali. Seiring berkembangnya zaman telah muncul beragam
bentuk/cara atau aksi baik secara individu maupun berkelompok yang memiliki
kepedulian atau concern terhadap sampah. Segala bentuk kepedulian ini dimulai
dengan cara penggunaan sampah kembali (reuse), mengurangi penggunaanya
(reduce), mendaur ulang (recycle) serta menggantikan penggunaan sampah
(replace). Salah satunya adalah dengan hadirnya program bank sampah.
Program bank sampah merupakan aksi kolaborasi yang lahir dari
masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta keterampilan untuk
pengolahan sampah serta bertujuan untuk memiliki kepekaan terhadap
lingkungan terutama yang berkaitan dengan sampah rumah tangga. Hadirnya
program Bank Sampah ini tentu saja memiliki tujuan untuk memberikan
dampak positif terhadap kebaikan keadaan lingkungan sekitar. Selain
merupakan kabar baik untuk isu lingkungan, kehadiran bank sampah juga
ternyata memiliki dampak bagi masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi.
Melalui program bank sampah masyarakat diberikan kesempatan untuk peduli
dengan lingkungan sekitarnya dengan mengumpulkan sampah juga
mendapatkan nilai tambah ekonomi dengan menabungnya di bank sampah. Sisa
sampah khususnya sampah rumah tangga bukan lagi menjadi barang yang tidak
dapat digunakan kembali.
Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
terletak di Kota Yogyakarta, Kecamatan Jetis, Kelurahan Bumijo lebih tepatnya
di Dusun Badran. Sosok Joko Sularno merupakan seorang perintis yang
berdayakan ratusan warga dengan mengelola Bank Sampah Lintas Winongo.
Bank sampah ini hadir berdasarkan atas keprihatinannya terhadap keadaan
sampah yang menumpuk atau tidak terurus di rumah-rumah warga karena belum
adanya pemahaman tentang bagaimana pemilahan sampah. Sampah-sampah
yang dikumpulkan bukan hanya sampah anorganik tetapi juga sampah organik.
Melalui wadah Bank Sampah Lintas Winongo ini tentu saja dengan harapan
masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap sampah rumah tangga
yang mereka miliki sekaligus memberdayakan masyarakat dengan mengolah
sampah-sampah yang ada untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi
masyarakat sendiri.
Sebagai sebuah wadah atau lingkup komunitas tentu saja pihak
pengurus/pengelola Bank sampah Lintas Winongo dengan masyarakatnya saling
berinteraksi melalui komunikasi. Komunikasi interpersonal tentu saja menjadi
komunikasi yang sering digunakan manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Keberadaaan komunikasi interpersonal menjadi salah satu komunikasi yang
sangat memberikan dampak bagi keberhasilan komunikasi. Kemampuan
komunikasi interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo tentu saja
harus baik dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
serta mendorong partisipasi mereka bersama Bank Sampah. Melalui komunikasi
interpersonal seseorang bisa membangun hubungan dengan sesamanya, bertukar
pikiran, informasi dan keterampilan yang ada. Di samping itu, komunikasi
interpersonal juga dapat membangun sikap saling menghargai dan belajar
mempertimbangkan pendapat dan saran orang lain.
Dari permasalahan ini, dapat dinyatakan bahwa komunikasi
interpersonal sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat
beberapa tujuan penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh
Julinato Hutasuhut, Abd. Rasyid Syamsuri, Adrial Falahi & Muhammad Hilman
Fikri (2022) tentang “Peranan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pada
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata” yang mencoba mengkaji tentang sejauh mana
mahasiswa memahami stakeholder yang dituju atau masyarakat yang ada di
tempat KKN. Penelitian ini menyebutkan bahwa kemampuan komunikasi
interpersonal mahasiswa sangat membantu dalam mencapai tujuan program
Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi
interpersonal harus dimiliki. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
perguruan tinggi harus lebih menekankan pada kemampuan komunikasi
interpersonal mahasiswa dari perspektif ketangguhan karena kualitas hasil
belajar kerja kuliah nyata akan meningkat dengan adanya kemampuan
komunikasi interpersonal yang lebih baik dan kuat. Penelitian ini secara
langsung menunjukan bahwa kemampuan atau skill berkomunikasi
interpersonal adalah yang sangat dibutuhkan dalam lingkungan bermasyarakat.
Di sisi lain, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ilma Aditya Musin
(2021) dengan judul “Komunikasi Interpersonal Warga Dalam Membangun
Ukhuwah Islamiyah Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung”. Penelitian
ini meneliti tentang bagaimana komunikasi yang terjalin khususnya komunikasi
interpersonal antar warga saat melakukan bersih lingkungan setiap hari jumat
dalam upaya mendorong rasa persaudaraan. Dalam penelitiannya Ilma
menyimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjalin antar warga terjadi
dalam 2 bentuk yaitu komunikasi Primer yaitu komunikasi yang terjadi secara
tatap muka atau secara langsung, yang kedua adalah komunikasi Sekunder yaitu
komunikasi yang terjadi atau berlangsung melalui media sosial WhatsApp. Juga
disebutkan bahwa proses komunikasi yang dilakukan juga menimbulkan umpan
balik yang bersifat positif sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan
personal antar sesama warga yang kemudian mampu membangun Ukhuwah
Islamiyah di Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung.
Selain kedua penelitian di atas, penelitian yang sama juga dengan judul
“Pola Komunikasi Interpersonal Kader Komite Kesejahteraan Dan
Perlindungan Anak Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Dan Perlindungan
Anak” oleh Olivia Manis & Yuli Setyowati (2022). Penelitian ini menyebutkan
bahwa ada beberapa pola komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Kader
Komite dalam menjalankan tugasnya yaitu pola komunikasinya dalam
komunikasi sirkuler dan sekunder, proses penyampaian informasi dilakukan
melalui sosialisasi secara tatap muka dengan masyarakat, keberhasilan
komunikasi dilihat dari sudut pandang pelaku komunikasi dengan cara
memahami kondisi psikis komunikan, bersikap ramah dan tegas serta mampu
untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat, juga ditemukan hambatannya
antara lain adalah masyarakat bersikap apatis dan bahkan menolak terhadap
keberadaan Komite Kesejahteraan dan Perlindungan Anak (KKPA) di
Gilangharjo.
Penelitian ini akhirnya menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang
dilakukan oleh Kader KKPA Gilangharjo adalah melalui komunikasi sirkuler.
Komunikasi sirkuler ini cocok digunakan pada masa pandemi dan sangat
ditentukan oleh rasa saling percaya antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi yang dilakukan tentu saja langsung menimbulkan umpan balik
antar keduanya serta keberadaan posisi keduanya adalah sama tanpa membeda-
bedakan. Pembahasan yang sering dibahas adalah berhubungan dengan anak
sehingga menimbulkan cepatnya umpan balik saat berkomunikasi.
Kemanfaatan komunikasi interpersonal juga tentu memiliki pengaruh
dalam proses komunikasi antar orang dalam sebuah perkumpulan atau sebuah
kelompok. Sehingga tentu saja komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi
orang-orang sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun,
keberhasilan komunikasi tentu saja membutuhkan cara atau pendekatan untuk
mendapatkan Feedback atau memberikan dampak bagi orang lain. Berdasarkan
uraian beberapa penelitian di atas, adapun perbedaan penelitian ini yang
berjudul “Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas
Winongo dalam Upaya Mendorong Partisipasi Masyarakat di Kelurahan
Bumijo”. Penelitian ini akan berfokus pada pentingnya keterampilan atau
kemampuan komunikasi interpersonal para pengurus atau pengelola Bank
Sampah untuk berkomunikasi dengan masyarakat serta bagaimana upaya
pendekatan Komunikasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang bank sampah dan manfaatnya sampai pada mendorong
mereka untuk berpartisipasi baik menjadi pengurus maupun menjadi nasabah.
Sehingga situasi ini dapat memungkinkan terjaminnya atau tercapainya
kesejahteraan keluarga melalui Bank Sampah yang ada. Adapun perbedaan dan
persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu dapat dibeberkan
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1
Kebaruan Penelitian
N Nama Judul Jurnal/ Persamaan Perbedaaan
o Peneliti Penelitia Skripsi
n
● Penelitian sekarang
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang serta rumusan masalah di atas adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3. Mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh Pengelola Bank Sampah
Lintas Winongo dalam berupaya mendorong partisipasi masyarakat dalam
upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentu saja memiliki harapan agar dapat memberikan manfaat
baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari
penelitian ini antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah landasan bagi
pengembangan ilmu khususnya pengembangan Ilmu Komunikasi
Pemberdayaan. Dalam hal ini, penelitian ini diharapkan bisa menjadi
contoh, acuan atau panduan untuk memecahkan masalah bagi penelitian
yang akan datang dengan tema atau topik penelitian yang sama atau
sejenis.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Pengurus Bank Sampah Lintas Winongo
Proses serta hasil penelitian diharapkan bisa memberikan dampak
positif bagi keberlanjutan Pengelolaan Bank Sampah Lintas Winongo
khususnya bagi pengurusnya. Dalam hal ini bisa terus mendukung
aktivitas mereka khususnya dalam mendorong partisipasi masyarakat
untuk peduli dengan lingkungan.
b) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat menginspirasi
masyarakat untuk tetap memiliki pemahaman tentang pentingnya peduli
lingkungan serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mereka
dalam menjaga lingkungan khususnya berkaitan dengan isu sampah.
c) Bagi Peneliti
Selain dua pihak di atas, proses serta hasil penelitian tentu juga
diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang melakukan penelitian ini.
Dalam hal ini peneliti mampu menemukan pengalaman yang
memberikan dampak positif bagi keberlanjutan kehidupan yang akan
datang. Diharapkan juga mampu menjadi contoh bagi teman-teman atau
orang sekitar untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan.
E. Kajian Teoritis
E.1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung
baik verbal maupun nonverbal antar dua orang atau beberapa orang yang
memungkinkan langsung ada reaksi antara mereka yang berinteraksi. Artinya
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka
antar sesama yang berbicara sehingga pesan atau informasi yang disampaikan
secara sadar/langsung diinformasikan. Pada umumnya komunikasi interpersonal
memungkinkan mampu memberikan pengaruh serta dapat mengubah perilaku
orang lain/khalayak (Carl I. Hovland Gerald R. Miller Mary B. Cossata dan
Molefi K. Asante dalam Dedi Mulyana, 2017)
Gambar 1
1. Sumber – penerima:
2. Enkoding – Dekoding
Enkoding merupakan sebuah aktivitas memproduksi/ membuat pesan,
misalnya adalah ketika berbicara atau menulis. Sedangkan decoding
merupakan kebalikannya yaitu suatu kegiatan untuk memahami pesan
yang disampaikan contohnya adalah aktivitas mendengarkan atau
membaca.
3. Kompetensi Komunikasi.
Kompetensi merupakan pengetahuan tentang bagaimana peran
lingkungan atau situasi dalam melakukan komunikasi dalam
mempengaruhi content atau isi pesan yang dimaksud. Contohnya adalah
ketika pemberi informasi mengetahui saat maan atau di situasi seperti
apa sebuah topik atau isu tertentu di sampaikan. Karena hal ini juga
mampu membuat sebuah pesan bisa atau tidak bisa diterima oleh
penerima pesan. Artinya komunikator harus mampu menilai situasi yang
layak baginya untuk memberikan informasi kepada orang lain.
Pengetahuan ini juga berhubungan dengan tata cara perilaku secara
nonverbal - misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta
kedekatan fisik.
4. Pesan dan saluran
Ketika kita memberi atau mengirimkan pesan kepada orang lain kita
tentu menggunakan panca indra yang dimiliki.Begitupun sebaliknya
ketika menerima pesan kita juga menggunakan panca indra yang
dimiliki. Pesan dalam hal ini adalah maksud atau makna dari informasi
yang diberikan dan menyampaikannya menggunakan saluran atau media
sepert apa.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan proses dimana informasi yang dikirimkan balik
ke sumbernya atau pemberi informasi. Umpan balik dapat berasal dari
pengirim maupun penerima pesan saat keduanya sudah mengetahui
maksud pesan yang disampaikan awal sehingga terjadi komunikasi yang
terjadi dua arah.
6. Gangguan (noise)
Gangguan dalam komunikasi adalah segala sesuatu yang menghambat
atau mengganggu proses penyampaian atau penerimaan pesan. Kita tidak
bisa memungkiri bahwa dalam semua proses komunikasi tentu saja pasti
memiliki hambatan
1. Pesan yang dikirim dan diterima terjadi secara simultan dan spontan
(sering kurang terstruktur)
4. Hambatan dari komunikan. Seseorang yang menjadi penerima pesan pun akan
menjadi pengaruh kurang efektifnya pesan dari komunikasi yang dilakukan
ketika si penerima tidak mendengar dengan saksama. Hal ini tentu menyebabkan
munculnya kekeliruan penangkapan informasi atau pesan yang dimaksudkan
oleh pengirim pesan.
1. Percaya (Trust)
Sejak tahap pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan)
hingga tahap kedua (peneguhan) kepercayaan menentukan kefektivan
komunikasi yang terjalin. Menurut Giffin 1967) “Percaya” dapat
diartikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan situasi yang penuh
resiko.” Adapun empat faktor yang berhubungan dengan sikap saling
percaya antara lain:
- Karakteristik dan maksud orang lain. Orang akan menaruh
kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki
kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang
tertentu. Orang akan percaya pada orang yang mempunyai
maksud sama.
- Hubungan kekuasaan. Kepercayaan seseorang akan timbul
apabila mempunyai kekuasaan terhadap orang lain.
1. Tinggi
● Inisiatif datang dari masyarakat dan dilakukan secara mandiri
pemerintah
F. Kerangka Berpikir
Pengelola Bank
Sampah Lintas
Winongo
Faktor yang
Pendekatan
menumbuhkan
Komunikasi dua arah Hubungan Interpersonal
(Jalaluddin
Rakhmat,2018)
1. Sikap Percaya
Masyarakat 2. Sikap terbuka
3. Sikap Supportif
(Mendorong)
Kesejahteraan masyarakat:
oleh (Sri Nurhayati Qodriyatum,
Tingkat partisipasi 2014)
masyarakat: oleh (Meningkatkan)
Saumarto(1986:16) dalam 1. Penurunan tingkat
(Nur Rahmawati kemiskinan
Sulistiyorini, dkk
2. Penurunan tingkat
2015:74)
pengangguran, dan
1. Partisipasi tinggi
Gambar 2
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
b) Bank Sampah Lintas Winongo salah satu bank sampah yang selain
menerima sampah-sampah anorganik juga mengumpulkan sampah organik
dan memberdayakan masyarakat dengan mengolahnya kembali menjadi
barang-barang yang bisa digunakan kembali.
c) Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
sering mengikuti berbagai lomba inovasi yang berhubungan dengan
sampah juga telah mendapatkan verifikasi lapangan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Yogyakarta. Disamping itu, Bank Sampah Lintas
Winongo juga telah banyak menerima kunjungan belajar dari berbagai
universitas, lembaga sosial bahkan dari luar kota.
2. Lokasi
Pada penelitian ini peneliti telah melakukan pengamatan
tentang proses komunikasi khususnya komunikasi
interpersonal Pengurus Bank Sampah Linats Winongo,
upaya komunikasi yang dilakukan seperti apa, kendala apa
saja yang dialami saat melakukan komunikasi, serta
bagaimana mengatasi kendala-kendala tersebut. Proses
komunikasi Interpersonal ini akan diamati melalui
kegiatan rutin yang dilakukan oleh komunitas Bank
Sampah Lintas Winongo.
3. Dokumen
Dokumen atau arsip yang akan dapat menjadi sumber
penelitian antara lain:
1. Data atau dokumen yang berkaitan dengan tempat
yang akan dilakukan penelitian seperti; Profil Desa,
Profil Bank Sampah Lintas Winongo. Data
Pengurus/ Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo,
Data jumlah Nasabah yang ada, Data jumlah
pengunjung yang pernah ke Bank Sampah Lintas
Winongo, dan data lainnya yang sedianya perlu
dicantumkan.
2. Data lain yang telah melengkapi terselesaikannya
penelitian ini adalah melalui pencarian data di
internet, Jurnal atau artikel yang berkaitan dengan
Isu sampah, Bank Sampah, dan Bank Sampah Lintas
Winongo.
3. Selain kedua data di atas, adapun data yang menjadi
acuan perlengkapan penelitian ini adalah dengan
mengacu pada penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan atau kemiripan dengan penelitian ini.
b. Jenis Data
Adapun jenis data dalam menyelesaikan penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Edi Riadi
(2016:48) dalam Meita Sekar sari & Muhammad Zefri
(2019:311) sumber data adalah segala sesuatu yang bisa
memberikan informasi tentang data yang ingin diperoleh yang
dapat dijelaskan di bawah ini:
1) Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh
oleh peneliti secara langsung sumbernya atau dari tempat
penelitian. Jenis data ini disebut data yang paling asli
dalam karakter dan tidak mengalami perlakukan statistik.
Data ini peneliti peroleh melalui beberapa proses seperti
wawancara, observasi, dokumentasi, dan lain-lain. Data-
data ini merupakan data yang dianggap paling terbaik
karena peneliti menemukan data langsung dari tempat
penelitian dengan proses yang dilakukan seperti
menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam menemukan data secara primer ini, peneliti
akan melakukan beberapa proses seperti wawancara,
observasi, dan dokumentasi di Bank Sampah Lintas
Winongo yang akan menjadi lokasi penelitian. Adapun
beberapa proses ini akan dilakukan saat hari biasa atau
pada saat kegiatan rutin Komunitas Bank Sampah Lintas
Winongo.
2) Data Sekunder
Data Sekunder merupakan jenis data yang tidak
diperoleh secara langsung dari tempat penelitian melainkan
berupa pencarian informasi di internet, jurnal, artikel,
maupun studi pustaka. Jenis data ini biasanya untuk
melengkapi data primer yang diperoleh.
Adapun data sekunder yang telah diperoleh dalam
penelitian ini adalah melalui pencarian data atau sumber
informasi melalui website yang berhubungan dengan isu
sampah, website tentang Bank Sampah dan Bank Sampah
Lintas Winongo, serta beberapa penelitian terdahulu yang
pernah melakukan penelitian di Bank Sampah Lintas
Winongo sebagai acuan atau panduan.
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Menurut
Marshall (1995) dalam Sugiyono (2022) menyebutkan bahwa
melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut. Sugiyono menyebutkan manfaat melakukan
observasi sebagai berikut:
a. Peneliti mampu memahami konteks dan situasi sosial yang
terjadi di lapangan sehingga bisa memperoleh data secara
menyeluruh.
b. Peneliti melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
sebelumnya.
c. Peneliti menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat
proses wawancara.
d. Peneliti menemukan hal-hal yang di luar pandangan
sebelumya sehingga bisa memperoleh gambaran yang lebih
luas.
e. Selain beberapa hal di atas adapun manfaat observasi yang
telah dilakukan adalah peneliti memperoleh pengalaman
langusng serta kesan secara pribadi dan merasakan suasana
situasi sosial di tempat penelitian sehingga nisa menjadi
modal sosial selanjutnya.
2. Wawancara
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2022) menyebutkan
interview sebagai berikut merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Proses
wawancara yang baik bila dilakukan secara face to face atau bertatap
muka maupun menggunakan telepon seluler sehingga terjadi kontak
peribadi antar keduanya.. Biasanya ada kendala yang sering dihadapi
dalam wawancara seperti jawaban responden yang bias hal ini
disebabkan oleh karena kesengajaan atau kurang paham dengan
pertanyaan yang ditanyakan.
Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrumen
sebagai pedoman untuk wawancara, peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu seperti recorder, gambar, brosur dan
material lain yang dapat membantu melancarkan pelaksanaan proses
wawancara. Proses wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan beberapa informan/narasumber secara langsung yang
memiliki hubungan erat dengan topik penelitian yang akan diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan dari sebuah peristiwa yang
telah berlalu berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan
kebijakan dan lainnya. Dokumen berbentuk gambar adalah berupa
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan yang berbentuk
karya seperti karya seni yang berupa gamabr, patung film dan lain-
lain.
Bogdan dalam Sugiyono (2022;124) menyebutkan bahwa
hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/
dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa
kecil, di sekolah, ditempat kerja, di masyarakat dan autobiografi.
Lebih lanjut Bogdan mengatakan hasil penelitian juga akan semakin
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik
yang telah ada. Dalam penelitian ini peneliti akan memperoleh
dokumen dengan mengumpulkan data dari lokasi yang diteliti baik
berupa gambar, tulisan maupun karya-karya lain yang dapat
mendukung penelitian. Adapun data-data tersebut antara lain:
1. Gambaran umum keluarahan Bumijo, Dusun Badran sebagai
lokasi Penelitian
2. Profil Bank Sampah Lintas Winongo
3. Sejarah berdirinya Bank Sampah Lintas Winongo
4. Struktur kepengurusan Bank Sampah Lintas Winongo
5. Data jumlah nasabah yang bergabung di Bank Sampah Lintas
Winongo
6. Data jumlah penghargaan yang pernah diperoleh Bank Sampah
Lintas Winongo.
Tabel 2
NO NAMA
Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
terletak di Dusun Badran RW. 11, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah
Istimewa Yogyakarta. ‘Lintas’ merupakaan singkatan dari (Lingkungan Indah
tanpa Sampah) dan ‘Winongo’ diambil dari nama sungai Winongo. Bank sampah
ini lahir sejak tahun 2010 yang digerakan oleh seorang warga asli Badran yaitu
Joko Sularno sebagai Ketia RW 11 pada tahun 2009. Konsep bank sampah ini
awalnya disebut Pengolahan Sampah Mandiri (PSM) dan hadir karena kereesahan
beliau melihat kondisi sampah yang berserakan disekitar kampung Badran.
Menurutnya ada 3 hal alasan kenapa menginissiasikan bank sampah:
Nama :
Bank Sampah Lintas Winongo.
Alamat :
Dusun Badran RT. 51 RW. 11, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Ketua :
Siti Rojanah
Status :
Aktif dan Rutin
Pendamping :
Sri Purwanti, SE
Papan nama dan struktur kepengurusan
Ada
Nomor SK / Tanggal SK terakhir :
Nomor 24 Tahun 2022 tertanggal 18 Mei 2022
Tanggal berdiri:
1 Juni 2009
Jumlah nasabah:
laki-laki 25 jiwa ; perempuan 180 jiwa
Sosial media :
Facebook, Instagram, dan WhatsApp Group.
2. Struktur Organisasi.
4) Lokasi/ Denah Sampah dan Cakupan Wilayah Pelayanan
Tabel 4
Cakupan wilayah pelayanan sampah
Jenis RT 47 RT 48 RT 49 RT 50 RT 51 Jumlah
Kelamin
Laki-laki 113 119 131 31 67 511
RT 47 : 62 KK
RT 48 : 60 KK
RT 49 : 68 KK
RT 50 : 38 KK
RT 51 : 42 KK
RW 10 :5 KK
WILAYAH LAIN : 3 KK
SEKOLAH : 1 SD
TOTAL : 270 KK
Nasabah Penimbangan
membawa oleh petugas
sampah yang
telah dipilah
Pencatatan dalam Pencatatan dalm
buku besar oleh buku tabungan
petugas oleh anggota
petugas
Nasabah
mengajukan
permohonan
Transaksi pengambilan Penandatanganan dalam
sembako oleh petugas buku tabungan dan buku
bantu pengambilan
Gambar 5
Alur transaksi bank sampah Lintas Winongo
Gambar 6
Beberapa hasil karya yang dipajang di Bank Sampah
No NAMA JABATAN
: Garis
instruksi
Ika Agustin
(SEKRETARIS I) Sri Karmiyati
(BENDAHARA)
Rusmiyatun
(SEKRETARIS II)
Gambar 7
3) Uraian tugas kepengurusan bank sampah lintas winongo Dusun badran RW.11,
Keluerahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta
Tabel 7
Uraian tugas Pengurus Bank Sampa Lintas Winongo
NO DEVISI TUGAS
Dalam bab ini akan menyajikan tentang seluruh data yang telah diperoleh atau didapatkan
penulis di lapangan serta menyajikan analisis terhadap data-data yang diperoleh tersebut. Adapun
fokus penelitian ini adalah tentang bagaimana proses Pendekatan Komunikasi Interpersonal yang
dilakukan Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam Upaya Mendorong Partisipasi
Masyarakat di Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
A. TENTANG INFORMAN
Proses perolehan data yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
adalah melalui perolehan data secara perimer maupun sekunder. Perolehan data primer
adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan beberapa informan yang
dipilih (sample) berdasarkan pertimbangan tertentu peneliti dengan yang dibutuhkan serta
berangakat dari tujuan penelitian. Berikut ini adalah data beberapa informan dalam
penelitian ini:
Tabel 8
Informan
NO NAMA KETERANGAN
b. Enkoding – Dekoding
Penyampaian informasi yang berlangsung antara pelaku komunikasi yang
akhirnya melahirkan interaksi tentu saja berlangsung karena adanya kegiatan
saling memproduksi dan memahami pesan.
Gambar 8
Situasi komunikasi pengelola dan nasabah saat hari rutin
pengumpulan sampah
Dalam melakukan pengamatan ada beberapa hal yang diamati oleh
peneliti adalah bahwa proses mengantarkan pesan yang disampaikan oleh
pengelola Bank Sampah Lintas Winongo sebagian besarnya dilakukan secara
verbal. Peneliti beberapa kali melihat pengelola menyampaikan informasi atau
pesan kepada nasabah yang datang tentang bagaimana caranya mereka
mengumpulkan sampah dari rumah dan bagaimana memilah berdasarkan
jenisnya. Hal ini beberapa kali dilakukan setiap kali ada nasabah yang memang
membawa samoahnya masih tercampur-campur. Hal ini memang menjadi
kesepatan awal yang diputuskan olehh pengelola untuk memberikan kesadaran
kepada masayarakat agar terbiasa dan menjadi masyarakat yang mandiri. Hal ini
pun terungkap oleh Bu Parti sebagai pembina bahwa:
“Kalo kita memang dari awal kita sampaikan ya. Pertama kita enggak mau
jemput bola. Jadi gak mau pengurus yang datang dari rumah ke rumah.
Karena kan kita banyangan wah ini mesti ini ke depannya repot. Harus
kita datangin satu per satu. Padahal kan pengurusnya terbatas sekali
tenaganya”
Konsep ini menjadi sangat penting untuk dipahami oleh semua nasabah.
Penyampaian informasi seperti ini dilakukan secara terus menerus oleh pengurus
yang juga merupakan sebagain besar ada kader-kader di RW.11. Memahami
menjaga lingkungan dan menambung sampah sampai pada bagaimana memilah
sampah sesuai dengan nilai dan jenisnya. Hal ini juga diungkapkan langsung
dalam wawancara oleh ibu Siti Rojanah sebagai ketua Bank Sampah Lintas
Winongo:
“Jadi saya itu sak memberi pengertian sama masyarakat, misalnya sama,
ya di PK, kalau PKK kan belum tentu orang itu jadi nasabah semua. Jadi
sering memberi pengertian itu kalau ada pertemuan. Jadi semua kader itu
saling promosi bahwa untuk bank sampah itu enaknya terperinci gitu”
Ini menjeleaskan bahwa penyampian informasi atau pesan yang
disampaikan oleh pengelola atau pengurus itu berupa pesan secara langsung.
Penyampaian infoemasi-informasi ini disebarkan di berbagai macam kegiatan-
kegiatan yang melibatkan masyarakat/nasabah.
c. Kompetensi komunikasi
Seorang pengirim pesan tentu saja harus perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan situasi saat mana informasi disampikan kepada komunikan.
Komunikasi yang terjalin di kelompok bank sampah seringkali dilakukan secara
langsung. Hal ini terlihat ketika observasi peneliti melihat beberapa kali pengurus
melakukan komunikasi dan itu berlangsung secar adua arah. Tentu saja ini
merupakan salah satu strategi mereka untuk memilih situasi yang cocok untuk
melakukan interkasi dengan masyarakat. Karena disaat adanya aktivitas rutin
adalah momen yang untuk berdialog dengan sesama mereka meskipun hal yang
dibicangkan tidak hanya seputar tentang bank sampah.
Pada saat pertama membuka bank sampah juga para pengelola bank
sampah yang merupakan sebagian besar adalah ibu-ibu kader-kader RW.11 juga
membuat kesepakatan agar yang menjadi anggota pertama saat itu adalah
pengurus. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk memberikan contoh diawal
dari mererka dan menarik partisipasi masyarakat yang lain. Hal ini diungakapkan
langsung oleh pembina bank sampah Lintas Winongo yang juga merupakan ketua
RW.11 di Kmapung Bandran. Beliau mengatakan bahwa:
“Iya. Itu 2009. Tapi saat itu belum begitu banyak anggota tapi cuma watu
itu kami berkomitmen pokoknya pengurusnya dulu. Kita kan susah to
kalau langsung ngomong gini-gini oh banyak yang nantang juga, wah
ngapain ngurusin sampah itu kan ide yang gila. Jadi pengurus dulu harus
jadi anggota bank sampah”
Kemampuan untuk menarik pasrtisipasi masyarakat memang tidak mudah.
Oleh karena itu yang paling pertama dilakukan adalah harus diperlihatkan hasil
diawal untuk menunjukan bukti apa manfaat dari adanya bank sampah itu sendiri.
Oleh karena itu dengan konsep yang disampaikan oleh bu Parti ini menjadi
kesepakatan bersama bagi pengurus dalam upaya untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat.
“ya nganu , sekarang banyak yang itu. Nanti kalo yang deket-deket kan
‘ini payu ora mba’? Payu di sendiri kan. Saya bilang gitu. Jangan dibuang
kalau yang ini, kalau yang plastik-plastik ini disendiri kan. Belakang itu
(dibelakang dapur) tak kasihkan bagor soalnya ada yang minum es
masukan situ plastiknya nanti saya cuci”
e. Umpan balik
Upaya ini dilakukan untuk memberikan contoh yang baik baik masyarakat
dan memberikan pemahaman mereka secara perlahan tentang lingkungan yang
bersih dan tidak membuang sampah semabarangan. Dalam wawancara yang
dilakuakan Pak Joko selaku Ketua RT pada saat itu (tahun 2009) mengatakan
bahwa:
“itu yang pertama itu e, warga masyarakat sini perlu di tingkatkan untuk
kesadaran tidak buang sampah sembarangan. Dan yang kedua saya itu
lihat di tong-tong sampah warga itu kan ada e botol aqua, terus plastik .
kerdus dan lain sebagainya. Nah kebetulan kan di gapuro di sebelah
nyebrang itu , itu kan pengepul besar. Dulu e di terima segala macam
sampah yang laku dijual”
Perintis bank sampah Lintas Winongo menginisiasi bank sampah dengan
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang sampah dan
bagaiamana menjaga lingkungan. Hal ini dilakukannnya karena pada saat itu
beliau ingin membuat program selama menjadi ketua RW. 11 dengan koncern
terhadap kebersihan lingkungan. Pernyataan ini juga diakui oleh bu Parti sebagai
pembina bank sampah:
“Waktu itu kan sering juga dapat hadiah ya, jadi kalau yang nasabah baru
itu, ini kesepakatan pengurus ya, kalau yang anu ya terusan diajak piknik
yang nasabah. Jadi yang membuat nasabahnya banyak ya terusan selalu
piknik sehingga mereka tertarik untuk jadi nasabah”. Ungkap bu Siti
Gambar 10
Dalam wawancara yang dilakukan dengan ibu Siti Rojanah sebagai ketua
pengelola bank sampah Lintas Winongo peneliti menemukan bahwa pada saat
awal mendirikan bank sampah masyarakat memang belum terlalu banyak yang
berminat. Namun, pengelola terus berusaha hingga masyarajat yang melihat usaha
mereka dengan mengikuti dan memenangkan beberapa lomba dan para nasabah
diajak untuk berpiknik. Dari sinilah banyak yang akhirnya tertarik untuk
menambung sampah dan mau menjadi nasabah. Ini merupakan bentuk tanggapan
balik dari masyarakat dalam menanggapi bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
para pengurus saat itu.
f. Gangguan/ noise
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikan
kepada komunkator. Namun dalam melakukan komunikasi tentu saja ada yang
menjadi penganggu atau penghalang tersampainya pesan atau membuat maksud
pesan tidak tersampaikan dengan utuh. Hal yang sama juga dialami oleh
pengelola bank sampah Lintas Winongo dalam melakukan proses penyampaian
pesan kepada masyarakat. Gangguan ini bisa saja berasal dari dalam/internal
maupun eksternal.
“Kalau kendalanya sih sebenarnya memang karena apa ya? Kita merubah
mindseet ya. Wilayah kita itu kan pinggir sungai. Biasanya kan
masyarakat tinggal taro sampah di sana habis itu selesai. Tapi kan enggak
pernah berpikir yang di ujung sana itu seperti apa. Nah itu yang paling
susah itu warga di sini. Kadang-kadang juga ‘alah males ngapain sampah
harus dikelola gini-gini kan. Yaudah buang beres’ gitu. Nah itu yang
memang tantangan kami ya merubah minsetnya warga bahwa sampah itu
masih ada nilai ekonominya”
Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan Pembina bank
sampah yaitu ibu Parti menyebutkan bahwa pada awal terbentuknya kelompok
bank sampah ternyata ada banyak kendala yang dialami khususnya ketika
berusaha untuk memberikan pengertian kepada masyarakat. Kendala yang paling
utama adalah sulinya merubah pola pikir masyarakat tentang isu lingkungan
khususnya sampah dan dampaknya. Ini merupakan salah satu bentuk gangguan
dalam proses komunikasi yang dilakukan dan berasal dari internal masyarakat
sendiri.
“Kalau sekarang sih, justru kita bersaing dengan para pengepul keliling.
Iya itu yang masih ada” Ungkap bu Parti saat peneliti ditanyai tentang apa
saja yang masih menjadi kendala memberikan pemahaman kepada
masyarakat.
Ketiga hal di atas menjadi harapan yang diinisai sejak awal oleh
para perintis maupun pengelola untuk menjadikan bank sampah sebagai
wadah membangun kampung dan diawali dengan membentuk kelompok
pengeloahan sampah sementara.
b. Interaksi interpersonal
Dalam mencapai bebeapa harapan di atas tentu saja ada hal yang menjadi
langkah selanjutnya yang dilakukan oleh perintis dan pengelola sejak awal adanya
bank sampah salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan komunikasi
baik secara verbal maupun non verbal. Adapun cara yang dilakukan oleh mereka
adalah dengan menerapkan beberapa strategi:
Beberapa konsep ini menjadi strategi yang dilakukan oleh pengelola sebagai
bentuk komunikasi dengan masyarakat dengan tujuan untuk mencapai harapan
bersama.
c. Pengalaman
“Jadi untuk sosialisasinya itu tetap secara umum biar mengguggah oh iya
saya sudah lama tidak menjadi nasabah. Jadi yo secara umum, bukan
terusan kamu harus setor. Kalau bisa yo, kan kita sebagai partisipasi
sebagai warga RW.11 menjadi nasabah kan suatu bentuk pasrtisipasi ke
kampung gitu”
Konsep komunikasi yang dilakukan pengelola adalah melalui sosialisasi di
setiap kali pertemuan yang dilakukan di kampung Badran.
b. Keterampilan referensial
Informasi yang disampaikan secara tegas dan jelas tentu saja menjadi
harapan dari setiap pelaku komunikasi saat berinterkasi. Begitu juga yang
dilakukan oleh pengelola bank sampah Lintas Winongo. Sejak awal pembentukan
bank sampah, saat melakukan edukasi atau memberikan pemahaman kepada
masyarakat pengelola memberikan edukasi tentang apa itu bank sampah,
pentingnya menjaga lingkungan dan mengumpulkan sampah, manfaatnya untuk
lingkungan kampung Badran serta manfaat untuk penambahan ekonomi bagi
mereka sendiri. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentu saja hal
pertama yang harus dilakukan oleh mereka sebagai pengelola agar masyarakat
mengerti apa tujuan dibentuknya bank sampah itu. Edukasi tentang bank sampah
dan manfaatnya inilah yang mebuat mereka perlahan atau pelan-pelan akan
menjadi tahu dan mulai menjadi nasabah. Adapun yang disampaikan oleh
pembina bank sampah sendiri yaitu ibu Parti bahwa:
“Jadi memang kita sampaikan dari rumah sudah harus di pilah-pilah di
sendirikan, karena nilai jualnya akan lebih tinggi. Ketika mereka campur
kita hanya ambil rata-rata sekilo lima ratus rupiah misalnya. Tapi ketika
dipilah. Botol aqua bia seribu lebih, kardus itu juga hampir dua ribu. Kan
harganya lebih tinggi. Itu memang selalu kami sampaikan seperti itu”
Pernyataan ini adalah satu bentuk penjelasan yang disampaikan oleh pengelola
saat itu tentang apa saja yang perlu masyarakat lakukan untuk mendukung
berjalannya program bank sampah di kampung Badran serta tercapainya apa yang
menjadi tujuan bersama. Dalam proses wawancara dengan informan Ibu Siti juga
dikatakan:
“Biasanya kan bekas bakso dan sebagainya kan pada dibuang, terus saya
kan selalu itu loh kalau habis beli bakso dan sebagainya kita kan kadang-
kadang asah-asah membuang air to, itu nanti langsung di cuci langsung
dicentel ke di paku, nantikan akan adus paginya bisa dimasukan ke jenis
plastik atau jenis kresek”
Penyampaian pesan yang dilakukan oleh pengelola tergambar begitu jelas dengan
apa yang disampaikan bu siti di atas. Bahwa mereka sebagai pengelola bahkan
memberikan edukasi bagaimana masyarakat memiliah sampahnya mulai dari
tahap pembersihan sampah plastik, dikumpulkan lalu dimasukan ke tempat yang
jenisnya sama.
Tahap komunkasi yang efektif salah satunya dalah dengan adanya saling
dukung atau komunikasi yang terjalin berujung adanya dukungan untuk kebaikan
bersama antar pelaku komunikasi. Dengan adanya saling mendukung makanya
keduanya akan ada rasa saling percaya tanpa adanya rasa ragu. Dalam mendukung
upaya agar masyarakat percaya terhadap apa yang dilakukan oleh pengelola bank
sampah ada begitu banyak cara yang dilakukan pengelola bank sampah Lintas
Winongo. Dalam wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan pak Joko
Sularno sebagai perintis adalah:
Dari pernyataan pak Joko ini mengandung makna bahwa langkah yang
mereka lakukan untuk mendapatkan dukungan atau kepercayaan dari masyarakat
saat itu adalah dengan memulai dengan pengurus sebagai nasabah pertama,
seanjutnya mereka mengikuti berbagai lomba yang akhrinya memberikan banyak
manfaat positif bagi keberlanjutan bank sampah. Sehingga mereka memperoleh
banyak penghargaan juga akhirnya dukungan dari berbagai pihak untuk terus
melakukan perkembangan terhadap bank sampah. Melalui proses ini akhirnya
banyak masyarakat yang percayat dan tertarik untuk menjadi nasabah.
d. Keterampilan menghibur
“Di sini berusaha mencari pengepul yang harganya di atas yang keliling
itu loh, kan ada yang perosok keliling. Perosok keliling itu kan hanya satu
karung ya lima ribu atau dua ribu kadang dicampur. Tapi kita kan ada
aqua sendiri dan lain-lain. Di sini ada kelebihannya seperti itu makanya
orang yang sudah tau yo saya enak di bank sampah soalnya terinci”
Melalui cara ini Ibu Siti selaku ketua memikirkan bahwa mereka sebagai
pengelola harus mencari pengepul yang memang menerima semua jenis sampah
khsusnya sampah organik. Menurutnya hal ini yang akan menjadi salah satu cara
agar terterik untuk mengumpulkan dan menabung sampah, karena ssemua
sampah khususnya sampah organik diterima. Menurut bu Siti karena memang ada
pengepul yang hanya menerima beberapa jenis sampah saja, sehingga hal ini akan
membuat pengelola kerepotan untuk mencari pengepul lain untuk menjualnya.
Gambar 11
Situasi saat nasabah membawa sampah yang telah terpilah berdasarkan
jenis
Wawancara juga peneliti lakukan dengan Bu Veronika. Dari wawancara ini
peneliti menemukan bahwa partisipasi masyarakat ternyata timul karena adanya
kemauan. Dalam wawancara ini bu Veronika sebagai nasabah sejak bank sampah
didirikan dan beliau mengatakan:
“ya masalahnya kan kita pertama itu banyak temannya ya refreshing.
Terus juga itu kan bank sampah itu untuk mengurangi sampah di rumah.
Ketiganya kan mendapat keuntumngan, meskipun sampah sedikit
dikumpulkan jadi banyak nilai tambah ekonomilah”
“Kesadaran loh mba. Kita seneng gitu loh mba, saya sama mba Tuti itu
seneng. Tapi juga ada yang nasabah yang dikiranya kita dibayar. Enggak
kita itu gak ada bayaran, itu sosial, relawanlah”
Gambar 12
Pendataan nama nasabah yang mengumpulkan sampah
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Parti sekalu ketua
RW.11 pada saat ini dan meruapakan salah satu orang yang berinisasi untuk
membuat banks samaph, beliau mengatakan bahwa:
“Iya. Itu 2009. Tapi saat itu belum begitu banyak anggota tapi cuma watu
itu kami berkomitmen pokoknya pengurusnya dulu. Kita kan susah to
kalau langsung ngomong gini-gini oh banyak yang nantang juga, wah
ngapain ngurusin sampah itu kan ide yang gila. Jadi pengurus dulu harus
jadi anggota bank sampah”
Pernyataan bu Parti ini menjadi sebuah cara yang dilakukan pengelola saat
itu dalam melakukan edukasi kepada masyarakat yaitu dengan membandingkan
manfaat yang mereka peroleh ketika menambung di bank sampah lebih banyak
ketika langsung menjual di perosok keliling. Hal ini dikatakan bu Parti karena di
perosok keliling biasanya sampah dicampur dan harganya tisak sama dengan bank
sampah yang memiliki nilai jual berbeda sesuai dengan jenis.
f. Keterampilan Persuasif
“Waktu awal mula ya juga gak mulus ya. Mulus dalam arti e walaupun
memang pada waktu itu kan saya bidiknya kan bidik ibu-ibu. Kebetulan
kan istri saya kan ketua PKK. Waktu itu namanya kelompok pengelolaa
sampah sementara”
Ini adalah konsep yang menjadi langkah awal yang dilakukan untuk
mengawali pembentukan bank sampah Lintas Winongo. Pak Joko sendiri
mengungkapkan bahwa ini adalah upaya pendekatan untuk meyakinkan
masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dan upaya ini dilakuakn
dimuali dari orang-orang terdekat dan orang yang memiliki kepentingan di
kampung Badran yaitu istrinya dan kelompok ibu-ibu.
Selain itu upaya membujuk yang dilakukan oleh pengelola saat itu adalah
menciba memberikan edukasi tentang kelebihan bank sampah dibandingkan
dengan perosok keliling. Hal ini dilakukan karena pada waktu itu masihh banyak
yang belum paham dan masih menjual sampah mereka di perosok keliling. Dalam
menggali informasi dengan ibu Siti beliau mengatakan:
“tapikan saya juga sering nganu, jadi sering tak balik. Kalau ibu memang
uangnya cash misalnya dapat uang lima ribu lah unag lima ribu itu kan
langsung diminta cucunya langsung habis untuk jajan, tapikan kalau
ditabung kan tau-tau pada lihat tabungannya oh saya sudah sekian sudah
sekian”
Cara ini menurut bu Siti adalah salah satu bentuk mengedukasi masyarakat
yang belum paham tentang manfaat bank sampah yang bisa menambah nilai
ekonomi masyarakat sendiri.
g. Keterampilan naratif
Terampil menyampaikan maksud pesan secara santai merupakan bagian
dari skil berinterkasi dengan orang lain. Ini adalah skill yang tentu saja mampu
mempnegaruhi orang lai/ pelaku komunikasi dengan tujuan mencapai harapan
komunikasi. Pengelola bank sampah Lintas Winongo sebagai sebuah kelompok
yang memiliki tujuan untuk menarik partisipasi masyarakat utamanya dalam
mengelolah sampah dan menjaga lingkungan. Dalam melakukan observasi
peneliti beberapa kali melihat nasabah yang datang berinisiatif tanya sendiri
karena kadang bingung untuk memilah sampahnya bagaimana. Dan pengurus
yang melayani mereka juga sering memberikan pemahaman tentang bagaimana
cara untuk memilah sampah yaitu dengan menyiapkan wadah dengan
mencantumkan tulisan sehingga dengan mudah menaruh sampah sesuai dengan
jenisnya. Melalui wawancara dengan Ibu Veronika juga disampaikan bahwa:
“Kadang ada yang enggak telaten gitu. Kalau gak telaten nanti bawa ke
sana aja, nanti dicampur dipilah di sana. Saya pilah-pilahkan. Besok ini ya
mbawain ini misalnya kantong plastik ini di isi botol di isi sendiri-sendiri
gitu”
Dalam wawancara ini ibu Veronika selaku nasabah yang sejak lama juga
merupakan relawan yang sudah sejak lama membantu kegiatan rutin di bank
sampah mengatakan bahwa memang ketika banyak yang masih belum mengerti
kadang-kadang dirinya membiarkan mereka membawa sampahnya tercamupr
dulu, selanjutnya sampai di bank sampah akan diajarinya lansgung tentang
sampah dan jenis untuk dipisah-pisah dari rumah. Beliau mengakui memang ini
secara terus-menerus melakukan edukasi atau pemberian pemahaman.
Selain itu adsa upaya lain yang juga dilakukan oleh pengelola sebagai
bagian dari bentuk mengajak masyarakat memiliki insiatif bergabung menajdi
nasabah. dalam wawancara peneliti dengan ibu Siti Rojanah:
“Waktu itu kan sering juga dapat hadiah ya, jadi kalau yang nasabah baru
itu, ini kesepakatan pengurus ya, kalau yang anu ya terusan diajak piknik
yang nasabah. jadi yang membuat nasabahnya banyak ya terusan selalu
piknik sehingga mereka tertarik untuk jadi nasabah”
3. Kendala yang dialami oleh Bank Sampah Lintas Winongo dalam berupaya
mendorong partisipasi.
Komunikasi yang efektif tentu saja yangg diharapkan oleh semua pelaku
komunikasi. Namun, proses komunikasi juga pasti mengalami kendala atau
permasalahan. Kondisi ini bisa saja berasal dari dalam internal pemberi pesan ataupun
dari sisi komunikan atau bahkan dari pihak luar/pihak lain yang mengganggu berjalan
komunikasi yang lancar atau efektif.
“Kalau untuk pertemuan pengurus jarang. Jadi saya kalau mau anu yo
pada saat pertemuan dasawisma karena itu kan sudah mewakili warga to.
Tapi kalau untuk pertemuan untuk pengurus nanti uangnya habis untuk
pertemuan wong uang kasnya berapa, kan mesti harus keluar snack “
Simbol dalam pesan adalah salah satu bentuk penyampaian informasi yang
mampu menjelakan maksud pesan tidak hanya secara kata-kata. Dan penyampain
simbol ini akan mampu memberikan makna yang lebih efektif terhadap pesan yang
ingin disalurkan. Akan tetapi, simbol ini juga tentu akan memicu ketidakefektivan
pesan apabila kedua pelaku komunikasi kurang mampu memberikan atau salah
memberikan simbol terhadap maksud pesan.
“tapi yo pernah ada ibu yang membawa kompos ke sini (bank sampah). Terusan
‘ini komposnya bau mba’ katanya. Harunya kan sudah tau ya karena pernah
melakukan pelatihan, yok kompos kan memang dia bau. Berartikan memang
belum paham”
Pernyataan di atas merupakan pernyataan yang disampaikan oleh ketua bank
sampah (Bu Siti Rojanah) tentang kurangnya pemahaman beberapa orang bagaimaan
mengolah sampah organik agar bisa digunakan.
“Yo yang sering dialami yo tetap masih ada saingan yang menjadi nasbah
ful di sini yo belum maksimal. Alasannya yo kan yang jauh di tepi sungai
ke sini kan alasannya jalannya rusak, terusan kan enak jual di perosok
uangnya langsung cash”
Ibu Ika
“Kendalanya ya partisipasi anggota lain masih kurang. Maksudnya jumlah
anggotanya amemang banyak, tapi ya yang setor tiap minggu yang itu-itu
aja. Kalau saya sendiri memang setornya sekali sebulan. Dan ngumpulin
sampah dari warung juga ya jadi biar banyak terkumpul dulu”
Bu Parti selaku Pembina bank sampah juga merupakan salah satu yang
menginisasi bank sampah sejak awal juga mengakui bahwa memang memberikan
edukasi tentang bank sampah masih menjadi tantangan dan tanggungjawa bagi
mereka sebagai pengurus untuk terus memberikan pemahaman kepada
masyarakat. Bagi pengurus sangat penting bagi masyarakat untuk memhamai dan
juga sebaga bentuk pastisipasi mereka dalam ikut memberikan kenyamanan bagi
lingkungan sekitar kampung Badran.
C. ANALISIS DATA
Setelah melakukan proses penyajian data dari hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah
peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah disajikan sebelumnya. Adapun
proses analisis data yang akan dilakukan ini adalah tentang Pendekatan Komunikasi
Interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo Dalam Upaya Mendorong
Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Bumijo.
1. Pendekatan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan Oleh Pengelola Bank
Sampah Lintas Winongo kepada Masyarakat
a. Sumber- Penerima
Dari hasil pengamatan peneliti terlihat beberapa kali berkunjung saat
aktivitas rutin setiap hari Sabtu bahwa antar pengurus dan pengelola terlihat
akrab. Keduanya terlihat beberapa kali saling memberikan dan menerima
informasi secara bergantian, bahkan bercanda tentang hal yang bukan
berkaitan dengan sampah ataupun bank sampah. Namun, dari beberapa hasil
wawancara dilapangan dengan beberapa informan terungkap bahwa masih ada
masyarakat yang belum bergabung bersama bank sampah karena berbagai
alasan. Alasan yang disampaikan antara lain adalah karena rumah dan tempat
bank sampah jauh, kedua lebih gampang jual di peronsok keliling karena
uangnya langsung di kasih, ketiga karena masih malas untuk memilah sampah
dan berbagai macam alasan lainnya.
Dari situasi ini tidak terlihat adanya keterbukaan, sikap positif dan saling
mendukung seperti yang disampaikan oleh Devito (dalam Sepriadi, 2020)
tentang beberapa hal yang dapat mendukung terjadinya komunikasi
interpersonal. Masih ada masyarakat yang belum memiliki sikap mendukung
terhadap adanya program bank sampah yang ada di kampung Badran. Hal ini
yang kemudian menyebabkan masih kurangnya pasrtisipasi masyarakat
khususnya yang berada di kampung Badran untuk menjadi nasabah,
menabung dan mengumpulkan sampahnya di bank sampah. Komunikasi yang
terjalin antara warga dan pengurus bank sampah yang membahas tentang
pentingnya menjaga lingkungan, peduli dengan sampah dan juga tentang
manfaat bank sampah belum terlihat adanya saling terbuka, saling support.
Kecuali komunikasi yang membahas diluar tentang hal atau sistuasi lain.
Sehingga komunikasi antara pengirim dan penerima pesan belum terlihat
maksimal.
b. Encoking- Dekoding
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa terlihat
beberapa warga (nasabah) saat membawa dan menabung sampah di bank
sampah masih ada yang mencampur segala jenis sampah. Sehingga pengelola
atau yang melayani biasanya langsung spontan memberikan pemahaman
untuk mengedukasi tentang jenis-jenis sampah yang harusnya dipilah karena
nilai jualnya berbeda. Kejadian ini bahkan terjadi beberapa kali saat peneliti
mengikuti aktivitas pengumpulan sampah rutin. Namun, beberapa diantaranya
memang banyak yang mengakui belum memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan pemilahan sampah sehingga supaya tidak terjadi penumpukan
sampah di rumah, akhirnya langsung dibawakan ke bank sampah.
Hal ini tentu saja sangat berseberangan dengan ciri komunikasi yang
disampaikan oleh (Elva Ronaning R. Sarmiati, 2020) bahwa komunikasi
interperonal adalah komunikasi yang terjadi dua arah, komunikasi yang
terjalin secara bergantian dan tentu harus adanya proses feedback atau umpan
balik antar keduanya. Komunikasi yang dilakukan oleh pengelola terksan
hanya terjadi satu arah saja, karena informasi yang disampaikan baik saat di
peretmuan maupun ketika mengumpulkan sampah ternyata tidak ada
masyarakat yang memberikan umpan balik baik itu berupa adanya perubahan
ketika membawa sampah dalam kondisi telah terpilah. Dari sini terlihat
bahwa komunikasi yang terjadi belum terlihat efektif baik secara verbal
maupun non verbal.
c. Kompetensi Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
bahwa sejak awal pembentukan bank sampah Lintas Winongo pengelola
membuat startegi dengan membaca situasi yang terjadi di kampung Badran.
Perintis saat pertama kali membuat atau menginisiasikan adanya program
pengolahan sampah karena melihat situasi kampung Badran yang sangat kotor
dipenuhi sampah di setiap lorong/gang.
Perintis, pengelola dan beberapa informan lain mengakui bahwa
pendekatan awal yang mereka lakukan adalah dengan memulai dari para
kader-kader di kampung Badran. Konsep ini merupakan salah satu bentuk
cara mereka dalam upaya mendekati orang-orang yang memiliki kepentingan
yaitu para kader kelompok mulai dari PKK, ABSARI, Kelompok koperasi dan
lainnya. Sehingga terbentuklah bank sampah Lintas Winongo saat itu dengan
semua pengurus sebagai nasabah dan diwajibkan. Konsep ini sejalan dengan
yang disampaikan oleh Devito (dalam Samsinar & A. Nur Aisyah Rusnali,
2017) tentang tujuan komunikasi adalah untuk mengenali diri dan orang lain,
membangun/ membina hubungan yang bermakna juga tentang bagaimana
membujuk untuk membangun hubungan baik dengan sesama pelaku
komunikasi interpersonal. Dalam kondisi ini pengelola dalam mencoba
memberikan pemahaman kepada masyarakat melakukan startegi dengan
melihat situasi atau kondisi yang terjadi. Para kader menjadi sasaran pertama
yang mereka kejar untuk memulai program bank sampah sebagai upaya untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dibentuknya bank sampah.
Sangat terlihat konsep ini menjadi cara yang dilakukan oleh pengelola
bank sampah Lintas Winongo untuk mencoba menjalin hubungan baik dan
mennujukan maksud mereka sebagai pemberi informasi dengan memberikan
contoh diawal agar mmenibulkan kepercayaan pada masyarakat. Hal ini
berhubungan dengan komunikasi interpersonal yang mendukung partsispasi
(dalam Jalaluddin Rakhmat:2018) adalalah adanya upaya untuk mendapatkan
kesepakatan untuk memicu adanya kepercyaan (trust) antara pengirim
maupun penerima informasi dalam hal ini adalah pngelola dan masyarakat.
Upaya pengelola bank sampah untuk meyakinkan masyarakat adalah dengan
memulai dari mereka sendiri sebagai nasabah.
d. Pesan dan Saluran
Dalam pengamatan observasi yang ditemukan oleh peneliti menujukan
bahwa proses penyampian pesan yang disampaikan oleh pengelola kepada
masyarakat (nasabah) adalah melalui komunikasi verbal dan non-verbal.
Peneliti sendiri sebagai nasabah baru di bank sampah tentu saja belum
memiliki pengalaman untuk memiliah sampah sesuai jenisnya. Hingga pada
saat membawa sampah ternyata masih ada yang tercampur, pengelola yang
melayani pun langsung spontan memberikan pemahaman dan juga dengan
praktek langsung dari sampah-sampah yang dibawakan.
Upaya ini merupakan salah satu bentuk supportif dan sikap terbuka seperti
yang disampaikan (dalam Jalaluddin Rakhmat:2017) tentang komunikasi
interpersonal dalam mendukung partisipasi yang dilakukan oleh pengelola
terhadap nasabah khusunya bagi nasabah baru. Sikap awal yang dilakukan
pengelola ini adalah strategi untuk membuat masyarakat merasanya nyaman
dengan memberikan informasi secara detail. Selain itu, ini juga merupakan
upaya pengelola untuk menarik perhatian nasabah untuk terus berpartisipasi
dibank sampah dalam artian ini merupakan upaya mem-persuasi atau
membujuk nasabah menurut Frymier & Houser (dalam Paulina Karina
Nembbo; 2022) keterampilan komunikasi salah satunya adalah ketermapilan
membujuk. Dalam situasi ini pengelola mempraktekkan upaya membujuk
para nasabah dengan memberikan informasi dan juga memberikan
pemahaman tentang manfaat menabung di bank sampah selain untuk
lingkungan juga untuk kemanfaatan nilai ekonomi.
e. Umpan balik
f. Gangguan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa ada berbagai
macam gangguan atau kendala yang dialami oleh pengurus yaitu dalam hal
mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan
sampah serta manfaat menabung di bank sampah. Ternyata masih ada yang
menjual sampah di perosok keliling dan bahkan masih ada yang masih
menaruh sampah dipinggir sungai. Situasi ini menujukan bahwa komunikasi
melalui sosialisasi yang dilakukan oleh pengurus belum maksimal dipahami
dan dilakukan oleh masyarakat tentang kepedulian dan paartisipasinya
terhadap lingkungan Badran.
b. Interkasi interpersonal
Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa interaksi
interpersonal yang sering dilakukan oleh pengelola dan masyarakat (nasabah)
terlihat cukup akrab ketika mereka melakukan aktivitas rutin pengumpulan
sampah sekali seminggu. Komunikasi yang terjalin ini terjadi secara verbal
dan non-verbal.
Hal ini juga disampaikan dalam wawancara yang dilakukan dengan
beberapa informan tentang pendekatan awal yang dilakukan oleh pengelola
untuk mencoba menarik perhatian agar memahami tentang konsep ban
sampah. Pemberian pemahaman ini dimulai dengan menjadikan pengelola
sebagai nasabah pertama dan juga melakukan komunikasi lewat beberapa
pertemuan yang menghadirkan masyarakat. Meskipun tujuan awal hadirnya
bank sampah ini adalah hanya untuk menyadarkan masyarakat lebih peka
dengan isu lingkungan tetapi semakin berjalannya waktu akhirnya
mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Kondisi ini erat kaitannya dengan upaya peningkatan kesejahteraan yang
disampaikan dalam Enggar Diah Puspita Arum, dkk 2023 bahwa upaya
meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat adalah dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar. Program bank sampah yang dinisiasikan di kampung
Badran ini adalah salah satu bentuk upaya dalam rangka mensejahterakan
masyarakat. hal ini terlihat dari program tabung uang di bank sampah yang
memungkinkan masyarakt mempunyai tabungan dengan memanfaatkan
sampah rumah tangga yang mereka miliki.
c. Pengalaman
Berdasarkan hasil wawncara dengan beberapa informan peneliti
menemukan bahwa upaya pendekatan kepada masyarakat terus pengelola
lakukan secraa terus menerus melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan di
beberapa kelompok masyarakat. Upaya ini merupakan bagian dari cara para
pengelola agar terus menjalin komunikasi secara konsisten dengan masyarakat
khususnya untuk penyampaian tentang isu lingkungan. Ini juga merupakan
sebuah skill komunikasii yang dimiliki dan diterapkan oleh pengelola untuk
menjalin komunikasi yang konsisten kepada masyarakat. Jika dilihat hampir
persis sama yang disampaikan oleh Frymier dan Houser (dalam Paulina
Karina Nembo 2022) tentang keterampilan komunikasi salah satunya adalah
keterampilan memanjemen konflik bagaimana seseorang yang mampu
menyelesaikan masalah dengan berbgai cara. Artinya pengelola bank sampah
melakukan komunikasi dengan memberikan informasi secara terus menerus
kepada masyarakat juga merupakan skill komunikasi yang mampu mereka
lakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi khusunya untuk
mengubah pola pikir masayarakat tentang sampah.
b. Keterampilan referensial
Melalui hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melihat bahwa
keterampilan menyampaikan informasi kepada masyarakat khususnya nasabah
cukup terlihat baik. Peneliti beberap kali melihat ketika nasabah membawa
sampah dalam kondisi masih tercampur, di sini persan pengelola terlihat.
Biasanya pengelola ketika menerima dan menimbang sampahnya langsung
memberikan edukasi di depan nasabahnya tentang bagaimana caranya memiliah
sampah bahkan disampaikan tidak hanya secara verbal tetapi juga secara non
verbal. Pengelola yang melayani akhirnya sebelum menimbang, sampahnya
dipisahkan terlebih dahulu. Melihat situasi ini mejadi relavan dengan sikap positif
dalam upaya mendukung efektifnya komuniasi oleh Devito (dalam Sepriadi,
2020) tentang sikap saling mendukung dalam proses komunikasi interpersonal
agar interkasi yang terjalin semakin efektif.
Namun, kondisi ini tidak seimbang dengann apa yang terungkap saat
wawancara peneliti menemukan bahwa ternyata masih banyak masyarakat yang
masih belum memahami tentang pemilahan sampah dan sering bertanya kepada
tetangga sekitar tentang sampah-sampah apa saja yang diterima. Hal ini berarti
masih belum banyak masyarakat yang benar-benar paham. Sehingga bisa
dikatakan bahwa belum ada reaksi atau timbal balik yang diberikan oleh
masyarakat seperti yang disampaikan oleh Devito,2011 tentang elemen-elemen
dalam komunikasi interpersonal. Timbal balik ini merupakan bagian dari respon
yang diberikan masyarakat terhadap apa informasi atau pemahaman yang
diberikan oleh pengelola.
d. Keterampilan menghibur
Proses ini tentu saja bentuk tujuan dari komunikasi interpersonal yang
disampaikan oleh Devito (dalam Samsinar & A. Nur Aisyah Rusnali, 2017)
bahwa komunikasi bertujuan untuk membangun hubungan yang bermakna antar
pelaku komunikasi. Sehingga melalui komunikasi yang terus terjalin baik akan
tercipta interaksi yang baik dan komunikasi akan berlangsung secara
berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama. Melalui startegi jugalah pengelola
menerapkan cara-cara agar komunikasi antara mereka teta) bahwa komunikasi
bertujuan untuk membangun hubungan yang bermakna antar pelaku komunikasi.
Sehingga melalui komunikasi yang terus terjalin baik akan tercipta interaksi yang
baik dan komunikasi akan berlangsung secara berkelanjutan untuk mencapai
tujuan bersama. Melalui startegi jugalah pengelola menerapkan cara-cara agar
komunikasi antara mereka tetap berjalan dan berlangsung secra terus-menerus.
f. Keterampilan persuasif
Dari hasil observasi dan wawancara ada punn berbagai bentuk komunikasi
yang dilakukan pengelola yang disiratkan itu adalah salh satu bentuk skill
membujuk salah satunya adalah melalui uang hasil berbagai lomba, pengurus
menyepakati bahwa uang itu dipergunakan untuk nasabah melakukan piknik.
Selain, itu pengelola juga berupaya mencari pengepul yang menerima segala jenis
sampah dan harganya lebih tinggi. Dengan cara seperti ini sudah menunjukan
bahwa ada upaya dari pengelola untuk menarik pastisipasi masyarakat.
g. Keterampilan naratif
Hal ini jika dikaitkan dengan beberapa faktor yang mendorong atau
menumbuhkan hubungan interpersonal (dalam Jalaluddin Rakhmat,2018)
menujukan bahwa ada strategi dan upaya dari pengelola untuk terus menjalin
interkasi dengan masyarakat. Penjalinan komunikasi ini dilakukann di berbagai
kegiata rutin di bank sampah dan juga di beberapa peretemuan yang melibatkan
warga. Cara atau strategi ini merupakan upaya untuk membuat masyarakat
percaya dan support/mendukung program bank sampah ini. Car-cara ini
disampaikan dengan memberikan edukasi tentang manfaat menabung sampah
dibank sampah untuk menjadi nilai tambah eknomi masyarakat selain untuk
menghadirkan lingkungan yang bebas sampah di kampung Badran.
3. Kendala yang dialami oleh Bank Sampah Lintas Winongo dalam berupaya
mendorong partisipasi.
Faktor penghambat komunikasi
a. Hambatan dalam diri komunikator
Dalam situasi ini masyarakat belum ada proses timbal balik yang baik
sehingga masih ada yang belum tergabung bersama bank sampah. Sehingga
masih perlu untuk terus diadakannya sosialisasi dari pengelola secara terus
menerus. Hal ini sebagai cara atau upaya untuk mengingatkan masyarakat
dengan kehadiran bank sampah. Langkah ini diupayakan melalui proses upaya
mengenal masyarakat dan situasinya, membangun hubungan yang bermakna
dan melalui proses membujuk sebagai beberapa tujuan dari komunikasi
interpersonal yang disampaikan menurut De Vito (dalam Samsinar & A. Nur
Aisyah Rusnali, 2017). Artinya pengelola tentunya harus terus melakukan
pendekatan komunikasi kepada masyarakat untuk memberikann pemahaman
kepada mereka tentang manfaat menambung di bank sampah dan apa bednya
apabila menjual langsung di perosok keliling. Sehingga masyarakat pun akan
merasakan dampak dari keputusan bergabung bersama di bank sampah untuk
keberlangsungan hidup mereka dan yang akan datang serta menjadi nilai
tambah ekonomi dengan proses menambung barang yang dianggap sudah
tidak bernilai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pendekatan komunikasi interpersonal pengelola
bank sampah Lintas Winongo dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat di
Kalurahan Bumijo, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan
interpersonal yang dilakukan oleh pengelola bank sampah cukup maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah nasabah yang sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di
samping itu, pengelola juga melakukan berbagai cara/strategi dalam menarik partisipasi
masyarakat, hal ini mereka lakukan saat awal terbentuknya bank sampah, pengelola
melakukan pendekatan dengan melihat situasi yang terjadi di masyarakat. Proses
pendekekatan ini dimulai dengan menjadikan pengelola sebagai nasabah pertama sebagai
bagian dari cara untuk meyakinkan masyarakat tentang manfaat hadirnya bank sampah.
Adapun yang menjadi pengelola bank sampah Lintas Winongo sebagian besar adalah
orang yang memiliki kepentingan di Dusun Badran yaitu kader-kader PKK dan kelompok
masyarakat lainnya.
Selain itu, secara garis besar pendekatan komunikasi yang dilakukan dapat dilihat dari
upaya yang dilakukan saat pertama berinisiasi membuat bank sampah mulai dari
melakukan pendekatan pertama dengan ibu-ibu sebagai penghasil sampah pertama yaitu
sampah rumah tangga. Ibu-ibu kader kelompok masyarakat memulai dengan melakukan
studi banding ke berbagai tempat seperti kunjungan dan meilhat situasi ke TPA
Piyungan, belajar pengolahan sampah organik di bank sampah RW 10 Cokrodiningratan
Kecamatan Jetis.berbagai startegi ini dilakukan untuk memudahkan dalam meyakinkan
masyarakat dengan para kader sebagai contoh pertama. Setelah itu, bank sampah Lintas
Winongo berhasil meraih beberapa penghargaan dengan mengikuti lomba dan hasil
perolehan lomba pengelola bersama nasabah melakukan piknik. Tidak hanya itu
pengelola juga berupaya untuk mencari pengepul yang membeli dengan harga lebih
tinggi serta menerima semua jenis sampah, sehingga sampah rumah tangga hanya sedikit
saja yang tidak terjual. Melalui strategi seperti ini akhirnya perlahan masyarakat mau
berpartisipasi bergabung menjadi nasabah.
Namun, adapun kendala yang dialami oleh pengelola dalam upaya menarik partisipasi
masyarakat adalah merubah pola pikir atau kebiasaan masyarakat yang masih terbiasa
menjual sampah di perosok keliling. Sehingga, hal ini masih menjadi tantangan bagi
pengelola agar terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi di setiap pertemuan.
Selain itu juga ternyata masih ada masyarakat yang masih memiliki kebiasaan membuang
sampah di sungai. Berdasarkan pengakuan hal ini disebabkan karena jarak dengan bank
sampah cukup jauh dengan rumah. Adapun hal yang membuat kurang intens komunikasi
antar pengelola dengan masyarakat/nasabah adalah karena kurangnya waktu untuk
melakukan kegiatan yang mempertemukan mereka selain saat pertemuan kelompok PKK
dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh keseriangan atau kesibukan pengelola dan
masyarakat dengan urusan pribadi/masing-masing.
B. Saran
Berdasarkan hasil perolehan data, analisis data serta kesimpulan di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa hal yang menjadi saran adalah sebagai berikut:
1) Seharusnya pengelola menyediakan ruang untuk mereka melakukan evaluasi
terhadap kinerja mereka secara rutin agar mereka sebagai pengelola tetap kompak
untuk keberlanjutan bank sampah.
2) Seharusnya pengelola dengan nasabah perlu membuat ruang untuk bertemu selain
saat hari rutin untuk mengumpulkan sampah untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan membuat kreatifitas masyarakat dengan mengolah sampah baik
organik maupun organik.
3) Seharusnya bank sampah memiliki akun media sosial yang khusus untuk menjadi
wadah meyajikan atau menyarkan segala bentuk informasi, kegiatan dan lain-
lainnya agar memudahkan siapapun memperoleh informasi tentang bank sampah
Linats Winongo.
4) Disarankan agar pengelola ataupun yang memiliki tanggung jawab di RT.11
membuat hal baru atau inovasi yang menarik agar masyarakat tertarik menjadi
nasabah dan tidak lagi menjual sampahnya ke perosok keliling.
5) Disarankan melalui bank sampah pengelola melakukan edukasi sejak dini bagi
anak-anak dan remaja untuk membentuk kebiasaan atau pola pikir yang baik bagi
masyarakat tentang lingkungan dan mencapai target bersama tentang Dusun
Badran bebas sampah.
6) Disarankan juga agar pengelola lebih intens melakukan komunikasi dengan
masyarakat tidak hanya melalui pertemuan kelompok masyarakat, tetapi juga
menyediakan ruang lain untuk melakukan komunikasi atau berkegiatan bersama
nasabah/masyarakat.
Daftar Pustaka
Arum, E. D. P. dkk. 2023. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa dengan
Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Inovasi, Teknologi, dan Dharma bagi
masyarakat. Vol.5 No.1 (2023) : April.
Heryana, A. 2018. Informan dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif. Diakses 16
Oktober 2023 dari Universitas Esa Unggul Prodi Kesehatan Masyarakat.
Komala, R. D. dkk. 2017. Tinjauan Implementasi Personal Selling Pada PT. Astra International
Daihatsu Astra Bis Center Bandung Pada Tahun 2017. Jurnal Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom. Vol.3 No.2 Agustus 2017 Hal.330.
Manis, O. & Setyowati, Y. 2022. Pola Komunikasi Interpersonal Kader Komite Kesejahteraan
dan Perlindungan Anak dalam Memperjuangkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak.
Jurnal Komunikasi Pemberdayaan. Vol. 1 No. 2 Desember 2022.
Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musin, I. A. 2021. Komunikasi Interpersonal Warga dalam Membangun Ukhuwah Islamiyah
Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung. (Skripsi dari Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung) Diakses dari http://repository.radeninta.ac.id/16308/
Rakhmat, Jalaluddin. 2018. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Rijali, A. 2018. Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah. Vol. 17 No. 33 Januari - Juni
2018.
Samsinar & Rusnali, A. N. A. 2017. Komunikasi Antar Manusia. Wetampone: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Wetampone. Tersedia dari http://repositori.iain-
bone.ac.id/102/1/Komunikasi%20Antar%20Manusia.pdf
Sari, M. S & Zefri, M. 2019. Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Pegawai Negeri sipil
beserta kelompok masyarakat (Pokmas) terhadap Kualitas Pengelola Dana Kelurahan di
Lingkungan Kecamatan Langkapura. Jurnal Ekonomi. Volume 21 Nomor 3 Oktober
2019.
Sumber lain:
https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-
baik, diakses 12 Oktober 2023
https://www/kompas.id/baca/nusantara/2023/08/10/kalang-kabut-warga-di-tengah-darurat-
sampah-yogyakarta, diakses 12 Oktober 2023
https://news.harianjogja.com/read/2018/09/16/500/939856/sosok-jokosularno-berdayakan-
ratusan-warga-kelola-bank-sampah, diakses 12 Oktober 2023