Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGELOLA BANK


SAMPAH LINTAS WINONGO DALAM UPAYA MENDORONG
PARTISIPASI MASYARAKAT DI DUSUSN BADRAN KELURAHAN
BUMIJO

Disusun oleh:

KRESENSIA RISNA EFRIENO

NIM:20530002

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2024
SKRIPSI
PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGELOLA BANK
SAMPAH LINTAS WINONGO DALAM UPAYA MENDORONG
PARTISIPASI MASYARAKAT DI DUSUSN BADRAN KELURAHAN
BUMIJO
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Program Studi Ilmu Komunikasi

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Disusun oleh:

KRESENSIA RISNA EFRIENO

NIM:20530002

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2024
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Kresensia Risna Efrieno

NIM : 20530002

Judul Skripsi : PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGELOLA


BANK SAMPAH LINTAS WINONGO DALAM UPAYA
MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DI DUSUN
BADRAN KELURAHAN BUMIJO

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
merupakan hasil karya tulis saya sendiri berdasarkan hasil pemikiran sendiri bukan karya
ataupun hasil tulisan orang lain, kecuali yang secara tertulis dicantumkan dalam naskah ini
dan telah saya disebutkan dalam daftar pustaka. Saya menyatakan bahwa saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan
ditemukan plagiasi dalam naskah skripsi ini.

Yogyakarta, Januari 2024

KRESENSIA RISNA EFRIENO

NIM: 20530002
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Pneguji untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi pada Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Dr. Yuli Setyowati S.IP., M.Si

NIY/NIDN: 170 230 197/ 05210772201


HALAMAN MOTTO

Everything can be possible

In every possibility

Aku percaya Tuhan membawa sampai pada titik ini

Bukan untuk kalah, melainkan

Untuk menang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya pembuatan proposal yang berjudul “Pendekatan Komunikasi Interpersonal
Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo Dalam Upaya Mendorong Partisipasi Masyarakat
Di Kelurahan Bumijo” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun proposal ini
dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai langkah awal peneliti melakukan penelitian ke
lapangan yang akan menjadi bagian dari proses tugas akhir kegiatan perkuliahan serta
menjadi salah satu syarat kelulusan dalam Program Studi Ilmu Komunikasi di Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Dalam penyelesaian dan
penyusunan proposal ini tentu saja ada pihak yang campur tangan dalam upaya memberikan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
yang tak terhingga penulis ingin sampaikan kepada:

1. Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta
2. Dr.Yuli Setyowati S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
3. Fadjarini Sulistyowati, S.IP., M.Si yang telah memberikan tuntunan, bimbingan, serta
masukan kepada penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketelitiannya, sehingga
proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Komunikasi serta jajarannya yang telah membimbing dan
menuntun selama penulis menjalankan proses belajar di Program Studi Ilmu
Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
5. Kedua orang tua, adik-adik serta keluarga tercinta yang tentu saja dengan penuh kasih
dan cinta yang telah memberikan dukungan lewat doa dan support yang luar biasa.
6. Seluruh pengelola serta masyarakat Dusun Badran Keluarahan Bumijo yang telah
bersedia menjadi informan selama proses penelitian berlangsung
7. Reyhan Bramanti Purnama yang telah beberapa kali membantu menemani peneliti
selama proses pelaksanaan wawancara saat penelitian berlangsung.
8. Para sahabat serta teman-teman Angkatan 2020 yang telah membantu memberikan
dukungan serta dorongan secara langsung maupun tidak langsung selama penyelesaian
skripsi ini dengan caranya masing-masing.
9. Rekan dan teman teman-teman Stube HEMAT Yogyakarta yang juga turut membantu
mendoakan dan memberi support dengan caranya masing-masing.
10. Teman-teman serta kakak-kakak di Organisasi KESA (Kelompok Studi Tentang Desa)
yang telah mendorong memberikan support dengan caranya masing-masing.

Yogyakarta, Januari 2024

(Kresensia Risna Efrieno)


ABSTRAK
PENDEKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGELOLA BANK SAMPAH
LINTAS WINONGO DALAM UPAYA MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DI
DUSUN BADRAN KELIRAHAN BUMIJO

Oleh:
Kresensia Risna Efrieno
20530002
Saat ini, isu tentang sampah masih menjadi isu yang memprihatinkan bahkan belum
sepenuhnya teratasi di Indonesia. Begitu banyak kasus yang disebabkan oleh isu sampah dan
sering terjadi. Dikutip dari kemenkopmk.go.id bahwa terdapat 7,2 juta ton sampah di Indonesia
belum terkelola dengan baik. Melalui program bank sampah masyarakat diberikan kesempatan
untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya dengan mengumpulkan sampah yang juga bisa
mendapatkan nilai tambah ekonomi dengan menabungnya di bank sampah. Sebagai sebuah
wadah atau lingkup komunitas tentu saja pihak pengurus/pengelola Bank sampah Lintas
Winongo dengan masyarakatnya saling berinteraksi melalui komunikasi. Dari permasalahan ini,
dapat dinyatakan bahwa komunikasi interpersonal sangatlah dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujaun untuk: 1)Mengetahui proses pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan
oleh Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo kepada masyarakat. 2)Mengetahui upaya
Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam mendorong partisipasi masyarakat.
3)Mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo
dalam berupaya mendorong partisipasi masyarakat dalam memberikan pemahaman kepada
masyarakat.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang melakukan analisis dan
interpretasi teks dan hasil interview dengan tujuan untuk menemukan makna dari suatu
fenomena Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka. Sehingga penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan fakta,
fenomena tentang komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengelola BSLW dengan
masyarakat dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat juga meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan interpersonal yang dilakukan
oleh pengelola bank sampah cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nasabah yang
sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, kendala yang dialami oleh pengelola
dalam upaya menarik partisipasi masyarakat adalah merubah pola pikir atau kebiasaan
masyarakat yang masih terbiasa menjual sampah di perosok keliling. Tingkat partisipasi
masyarakat bisa dikatakan masih ditingkat sedang. Hal ini terlihat dari intensitas atau keaktifan
masayarakat yang sudah menjadi nasabah yang mengumpulkan sampah secara rutin hanya
orang-orang tertentu saja.

Kata Kunci: Pendekatan Komunikasi Interpersonal, Bank Sampah, Pengelola Bank Sampah
Lintas Winongo, Partisipasi Masyarakat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Segala sendi kehidupan manusia sudah pasti membutuhkan
komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. Jika
dilihat dari keberadaanya komunikasi memang terlihat begitu sepele saja.
Semua orang pasti bisa berkomunikasi (berbicara). Namun dalam prakteknya,
komunikasi tentu saja harus membutuhkan keterampilan atau skill. Dalam
prakteknya komunikasi merupakan seni untuk mempengaruhi orang lain,
memberikan pemahaman, mendukung, membujuk sampai pada merubah sikap
maupun perilaku orang lain. Beberapa hal ini tentu saja bukan hal yang mudah.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi terbagi menjadi beberapa
bentuk mulai dari komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri),
komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi), komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Salah satu bentuk komunikasi
yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi antar
pribadi/komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal menurut Deddy
Mulyana (Elva R. R. Sarmiati;2019) merupakan komunikasi yang terjadi secara
langsung atau bertatap muka baik antar orang-orang secara verbal maupun non-
verbal, sehingga memungkinkan setiap pesertanya mendapatkan reaksi dari
pesan yang disampaikan tersebut. Lebih lanjut Elva R.R. Sarmiati juga
menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi juga dapat membuat kita
memahami lingkungan dengan baik, mulai dari tentang objek, peristiwa, dan
sesama/orang lain disekitar kita. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa banyak
informasi yang kita dapat hingga saat ini melalui komunikasi antar pribadi.
Seiring berjalannya waktu, begitu banyak perubahan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini antara lain adalah perubahan ke
arah yang positif maupun ke arah negatif. Salah satu perubahan negatif yang
urgen sekarang adalah isu tentang kondisi lingkungan lebih spesifiknya tentang
sampah. Saat ini, isu tentang sampah masih menjadi isu yang memprihatinkan
bahkan belum sepenuhnya teratasi di Indonesia. Begitu banyak kasus yang
disebabkan oleh isu sampah dan sering terjadi. Kasus seperti kasus banjir yang
merugikan masyarakat sendiri. Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia
menyebabkan jumlah penggunaan barang yang mengakibatkan jumlah sampah
pun meningkat. Dikutip dari kemenkopmk.go.id bahwa terdapat 7,2 juta ton
sampah di Indonesia belum terkelola dengan baik. Sistem Data Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) 2022 hasil input dari 202 Kab/kota se-Indonesia menyebut
jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total
produksi sampah nasional tersebut, 65,71% (13,9 juta ton) dapat terkelola,
sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini tentu saja menjadi
sebuah kekhawatiran akan keadaan lingkungan di Yogyakarta. Dalam
kompas.id masyarakat Yogyakarta sedang kalang kabut mengelola sampah
karena Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tertutup akibat tidak bisa beroperasi
dengan optimal. Kondisi seperti tentu saja mengakibatkan berbagai masalah
seperti munculnya tumpukan sampah di banyak tempat dan beberapa warga pun
nekat membakar sampah yang mengakibatkan polusi. Oleh karena itu, sangat
penting perhatian pemerintah maupun masyarakat terhadap hal ini. Hal ini tentu
saja berdampak pada terganggunya kehidupan masyarakat sekarang, maupun
yang akan datang
Seperti yang kita sering kenali sampah merupakan segala bentuk atau
jenis barang (organik maupun anorganik) yang merupakan sisa dan biasanya
dianggap tidak bisa berguna atau tidak dapat digunakan kembali. Definisi
seperti ini menyebabkan kebiasaan buruk terjadi di lingkungan masyarakat
sering membuang sampah di sembarang tempat. Namun, pandangan ini tentu
saja sudah menjadi pandangan lama. Saat ini, sampah bukan lagi barang tidak
dapat digunakan kembali. Seiring berkembangnya zaman telah muncul beragam
bentuk/cara atau aksi baik secara individu maupun berkelompok yang memiliki
kepedulian atau concern terhadap sampah. Segala bentuk kepedulian ini dimulai
dengan cara penggunaan sampah kembali (reuse), mengurangi penggunaanya
(reduce), mendaur ulang (recycle) serta menggantikan penggunaan sampah
(replace). Salah satunya adalah dengan hadirnya program bank sampah.
Program bank sampah merupakan aksi kolaborasi yang lahir dari
masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan serta keterampilan untuk
pengolahan sampah serta bertujuan untuk memiliki kepekaan terhadap
lingkungan terutama yang berkaitan dengan sampah rumah tangga. Hadirnya
program Bank Sampah ini tentu saja memiliki tujuan untuk memberikan
dampak positif terhadap kebaikan keadaan lingkungan sekitar. Selain
merupakan kabar baik untuk isu lingkungan, kehadiran bank sampah juga
ternyata memiliki dampak bagi masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi.
Melalui program bank sampah masyarakat diberikan kesempatan untuk peduli
dengan lingkungan sekitarnya dengan mengumpulkan sampah juga
mendapatkan nilai tambah ekonomi dengan menabungnya di bank sampah. Sisa
sampah khususnya sampah rumah tangga bukan lagi menjadi barang yang tidak
dapat digunakan kembali.
Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
terletak di Kota Yogyakarta, Kecamatan Jetis, Kelurahan Bumijo lebih tepatnya
di Dusun Badran. Sosok Joko Sularno merupakan seorang perintis yang
berdayakan ratusan warga dengan mengelola Bank Sampah Lintas Winongo.
Bank sampah ini hadir berdasarkan atas keprihatinannya terhadap keadaan
sampah yang menumpuk atau tidak terurus di rumah-rumah warga karena belum
adanya pemahaman tentang bagaimana pemilahan sampah. Sampah-sampah
yang dikumpulkan bukan hanya sampah anorganik tetapi juga sampah organik.
Melalui wadah Bank Sampah Lintas Winongo ini tentu saja dengan harapan
masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap sampah rumah tangga
yang mereka miliki sekaligus memberdayakan masyarakat dengan mengolah
sampah-sampah yang ada untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi
masyarakat sendiri.
Sebagai sebuah wadah atau lingkup komunitas tentu saja pihak
pengurus/pengelola Bank sampah Lintas Winongo dengan masyarakatnya saling
berinteraksi melalui komunikasi. Komunikasi interpersonal tentu saja menjadi
komunikasi yang sering digunakan manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Keberadaaan komunikasi interpersonal menjadi salah satu komunikasi yang
sangat memberikan dampak bagi keberhasilan komunikasi. Kemampuan
komunikasi interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo tentu saja
harus baik dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
serta mendorong partisipasi mereka bersama Bank Sampah. Melalui komunikasi
interpersonal seseorang bisa membangun hubungan dengan sesamanya, bertukar
pikiran, informasi dan keterampilan yang ada. Di samping itu, komunikasi
interpersonal juga dapat membangun sikap saling menghargai dan belajar
mempertimbangkan pendapat dan saran orang lain.
Dari permasalahan ini, dapat dinyatakan bahwa komunikasi
interpersonal sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat
beberapa tujuan penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh
Julinato Hutasuhut, Abd. Rasyid Syamsuri, Adrial Falahi & Muhammad Hilman
Fikri (2022) tentang “Peranan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pada
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata” yang mencoba mengkaji tentang sejauh mana
mahasiswa memahami stakeholder yang dituju atau masyarakat yang ada di
tempat KKN. Penelitian ini menyebutkan bahwa kemampuan komunikasi
interpersonal mahasiswa sangat membantu dalam mencapai tujuan program
Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi
interpersonal harus dimiliki. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
perguruan tinggi harus lebih menekankan pada kemampuan komunikasi
interpersonal mahasiswa dari perspektif ketangguhan karena kualitas hasil
belajar kerja kuliah nyata akan meningkat dengan adanya kemampuan
komunikasi interpersonal yang lebih baik dan kuat. Penelitian ini secara
langsung menunjukan bahwa kemampuan atau skill berkomunikasi
interpersonal adalah yang sangat dibutuhkan dalam lingkungan bermasyarakat.
Di sisi lain, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Ilma Aditya Musin
(2021) dengan judul “Komunikasi Interpersonal Warga Dalam Membangun
Ukhuwah Islamiyah Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung”. Penelitian
ini meneliti tentang bagaimana komunikasi yang terjalin khususnya komunikasi
interpersonal antar warga saat melakukan bersih lingkungan setiap hari jumat
dalam upaya mendorong rasa persaudaraan. Dalam penelitiannya Ilma
menyimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjalin antar warga terjadi
dalam 2 bentuk yaitu komunikasi Primer yaitu komunikasi yang terjadi secara
tatap muka atau secara langsung, yang kedua adalah komunikasi Sekunder yaitu
komunikasi yang terjadi atau berlangsung melalui media sosial WhatsApp. Juga
disebutkan bahwa proses komunikasi yang dilakukan juga menimbulkan umpan
balik yang bersifat positif sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan
personal antar sesama warga yang kemudian mampu membangun Ukhuwah
Islamiyah di Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung.
Selain kedua penelitian di atas, penelitian yang sama juga dengan judul
“Pola Komunikasi Interpersonal Kader Komite Kesejahteraan Dan
Perlindungan Anak Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Dan Perlindungan
Anak” oleh Olivia Manis & Yuli Setyowati (2022). Penelitian ini menyebutkan
bahwa ada beberapa pola komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Kader
Komite dalam menjalankan tugasnya yaitu pola komunikasinya dalam
komunikasi sirkuler dan sekunder, proses penyampaian informasi dilakukan
melalui sosialisasi secara tatap muka dengan masyarakat, keberhasilan
komunikasi dilihat dari sudut pandang pelaku komunikasi dengan cara
memahami kondisi psikis komunikan, bersikap ramah dan tegas serta mampu
untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat, juga ditemukan hambatannya
antara lain adalah masyarakat bersikap apatis dan bahkan menolak terhadap
keberadaan Komite Kesejahteraan dan Perlindungan Anak (KKPA) di
Gilangharjo.
Penelitian ini akhirnya menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang
dilakukan oleh Kader KKPA Gilangharjo adalah melalui komunikasi sirkuler.
Komunikasi sirkuler ini cocok digunakan pada masa pandemi dan sangat
ditentukan oleh rasa saling percaya antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi yang dilakukan tentu saja langsung menimbulkan umpan balik
antar keduanya serta keberadaan posisi keduanya adalah sama tanpa membeda-
bedakan. Pembahasan yang sering dibahas adalah berhubungan dengan anak
sehingga menimbulkan cepatnya umpan balik saat berkomunikasi.
Kemanfaatan komunikasi interpersonal juga tentu memiliki pengaruh
dalam proses komunikasi antar orang dalam sebuah perkumpulan atau sebuah
kelompok. Sehingga tentu saja komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi
orang-orang sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun,
keberhasilan komunikasi tentu saja membutuhkan cara atau pendekatan untuk
mendapatkan Feedback atau memberikan dampak bagi orang lain. Berdasarkan
uraian beberapa penelitian di atas, adapun perbedaan penelitian ini yang
berjudul “Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas
Winongo dalam Upaya Mendorong Partisipasi Masyarakat di Kelurahan
Bumijo”. Penelitian ini akan berfokus pada pentingnya keterampilan atau
kemampuan komunikasi interpersonal para pengurus atau pengelola Bank
Sampah untuk berkomunikasi dengan masyarakat serta bagaimana upaya
pendekatan Komunikasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang bank sampah dan manfaatnya sampai pada mendorong
mereka untuk berpartisipasi baik menjadi pengurus maupun menjadi nasabah.
Sehingga situasi ini dapat memungkinkan terjaminnya atau tercapainya
kesejahteraan keluarga melalui Bank Sampah yang ada. Adapun perbedaan dan
persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu dapat dibeberkan
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1
Kebaruan Penelitian
N Nama Judul Jurnal/ Persamaan Perbedaaan
o Peneliti Penelitia Skripsi
n

1 Julinato Peranan Jurnal Persamaan Perbedaan ketiga


. Hutasuh Keteram kedua penelitian
ut, Abd. pilan penelitian ini sebelumnya dengan
Rasyid Komuni adalah terletak
penelitian sekarang
Syamsur kasi pada
adalah:
i, Adrial Interpers konsentrasi
Falahi & onal peneliti tentang ● Penelitian sekarang
Muham Pada komunikasi
melihat dari sejak
mad Kegiatan interpersonal
pendekatan awal
Hilman Kuliah
melakukan
Fikri Kerja
komunikasi
Nyata
interpersonal oleh
Pengelola Bank
Sampah Lintas
Winongo

● Penelitian sekarang

juga melihat kendala


yang dialami
Pengelola bank
sampah selama
melakukan
pendekatan

● Penelitian ini juga

melihat sampai pada


bagaimana
masyarakat
kemudian terdorong
untuk berpartisipasi.

2 Ilma Komuni Tesis Persamaannya


. Aditya kasi terdapat pada
Musin Interpers fokus
onal penelitian
Warga tentang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul serta permasalahan di atas, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah: Bagaimanakah Pendekatan Komunikasi Interpersonal
Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam Upaya Mendorong Partisipasi
Masyarakat di Dusun Badran Kelurahan Bumijo?

C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang serta rumusan masalah di atas adapun
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan


oleh Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo kepada masyarakat.

2. Mengetahui upaya Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam


mendorong partisipasi masyarakat serta melihat kesejahteraan keluarga
khususnya yang sudah serta bergabung menjadi nasabah.

3. Mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh Pengelola Bank Sampah
Lintas Winongo dalam berupaya mendorong partisipasi masyarakat dalam
upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentu saja memiliki harapan agar dapat memberikan manfaat
baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat dari
penelitian ini antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah landasan bagi
pengembangan ilmu khususnya pengembangan Ilmu Komunikasi
Pemberdayaan. Dalam hal ini, penelitian ini diharapkan bisa menjadi
contoh, acuan atau panduan untuk memecahkan masalah bagi penelitian
yang akan datang dengan tema atau topik penelitian yang sama atau
sejenis.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Pengurus Bank Sampah Lintas Winongo
Proses serta hasil penelitian diharapkan bisa memberikan dampak
positif bagi keberlanjutan Pengelolaan Bank Sampah Lintas Winongo
khususnya bagi pengurusnya. Dalam hal ini bisa terus mendukung
aktivitas mereka khususnya dalam mendorong partisipasi masyarakat
untuk peduli dengan lingkungan.
b) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat menginspirasi
masyarakat untuk tetap memiliki pemahaman tentang pentingnya peduli
lingkungan serta diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mereka
dalam menjaga lingkungan khususnya berkaitan dengan isu sampah.
c) Bagi Peneliti
Selain dua pihak di atas, proses serta hasil penelitian tentu juga
diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang melakukan penelitian ini.
Dalam hal ini peneliti mampu menemukan pengalaman yang
memberikan dampak positif bagi keberlanjutan kehidupan yang akan
datang. Diharapkan juga mampu menjadi contoh bagi teman-teman atau
orang sekitar untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan.

E. Kajian Teoritis
E.1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung
baik verbal maupun nonverbal antar dua orang atau beberapa orang yang
memungkinkan langsung ada reaksi antara mereka yang berinteraksi. Artinya
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka
antar sesama yang berbicara sehingga pesan atau informasi yang disampaikan
secara sadar/langsung diinformasikan. Pada umumnya komunikasi interpersonal
memungkinkan mampu memberikan pengaruh serta dapat mengubah perilaku
orang lain/khalayak (Carl I. Hovland Gerald R. Miller Mary B. Cossata dan
Molefi K. Asante dalam Dedi Mulyana, 2017)

INPUT PROSES OUTPUT

Harapan, Kepentungan, Interkasi interpersonal Pengalaman, kesenangan,


dll dll

Gambar 1

Hubungan Interpersonal sebagai Sistem

Beberapa elemen dalam komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut


(Devito, 2011: 25-28):

1. Sumber – penerima:

Setiap orang atau siapapun yang terlibat dalam komunikasi adalah


sumber (komunikator) dan juga sekaligus melakukan fungsi penerima
(komunikan). artinya dalam konsep ini setiap pelaku komunikasi dan
komunikasi interpersonal ada bisa menjadi pemberi atau penerima
informasi.

2. Enkoding – Dekoding
Enkoding merupakan sebuah aktivitas memproduksi/ membuat pesan,
misalnya adalah ketika berbicara atau menulis. Sedangkan decoding
merupakan kebalikannya yaitu suatu kegiatan untuk memahami pesan
yang disampaikan contohnya adalah aktivitas mendengarkan atau
membaca.
3. Kompetensi Komunikasi.
Kompetensi merupakan pengetahuan tentang bagaimana peran
lingkungan atau situasi dalam melakukan komunikasi dalam
mempengaruhi content atau isi pesan yang dimaksud. Contohnya adalah
ketika pemberi informasi mengetahui saat maan atau di situasi seperti
apa sebuah topik atau isu tertentu di sampaikan. Karena hal ini juga
mampu membuat sebuah pesan bisa atau tidak bisa diterima oleh
penerima pesan. Artinya komunikator harus mampu menilai situasi yang
layak baginya untuk memberikan informasi kepada orang lain.
Pengetahuan ini juga berhubungan dengan tata cara perilaku secara
nonverbal - misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta
kedekatan fisik.
4. Pesan dan saluran
Ketika kita memberi atau mengirimkan pesan kepada orang lain kita
tentu menggunakan panca indra yang dimiliki.Begitupun sebaliknya
ketika menerima pesan kita juga menggunakan panca indra yang
dimiliki. Pesan dalam hal ini adalah maksud atau makna dari informasi
yang diberikan dan menyampaikannya menggunakan saluran atau media
sepert apa.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan proses dimana informasi yang dikirimkan balik
ke sumbernya atau pemberi informasi. Umpan balik dapat berasal dari
pengirim maupun penerima pesan saat keduanya sudah mengetahui
maksud pesan yang disampaikan awal sehingga terjadi komunikasi yang
terjadi dua arah.
6. Gangguan (noise)
Gangguan dalam komunikasi adalah segala sesuatu yang menghambat
atau mengganggu proses penyampaian atau penerimaan pesan. Kita tidak
bisa memungkiri bahwa dalam semua proses komunikasi tentu saja pasti
memiliki hambatan

Komunikasi interpersonal pada dasar dapat saling mempengaruhi antara


komunikator dan penerima pesan sehingga kedua merasakan keakraban karena
faktanya komunikasi yang terjalin tidak hanya komunikasi secara verbal saja
tetapi juga komunikasi non-verbal. Dalam buku Komunikasi Personal (Elva
Ronaning R. Sarmiati, 2020) menyebutkan bahwa ada ciri komunikasi
interpersonal:

1. Pesan yang dikirim dan diterima terjadi secara simultan dan spontan
(sering kurang terstruktur)

2. Proses umpan balik terjadi secara langsung (immediately feedback)

3. Komunikasi berlangsung secara bergantian (sirkuler)

4. Kedudukan keduanya adalah setara (dialogis, bukan komunikasi satu


arah)

5. Mempunyai efek yang paling kuat dibanding konteks komunikasi


lainnya.
Komunikasi antar pribadi komunikasi yang terjadi antar orang-orang
yang terjadi secara tatap muka secara verbal maupun non-verbal. Bentuk khusus
dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya
dua orang seperti komunikasi yang terjadi antara suami dan isteri, dua sahabat
dekat, guru murid dan sebagainya. Adapun ciri komunikasi diadik adalah pihak
yang berkomunikasi berada dalam jarak yang tidak jauh (dekat), pihak yang
menerima mengirim dan menerima pesan terjadi secara spontan, baik secara
verbal maupun non-verbal. Keberhasilan komunikasi ini menjadi
tanggungjawab masing-masing peserta komunikasi. Komunikasi antar pribadi
berperan penting hingga kapan pun sehingga komunikasi antar pribadi disebut
sebagai komunikasi yang paling efektif dan sempurna (Deddy Mulyana, 2017).
Ada beberapa sikap positif yang dapat mendukung keefektifan
komunikasi menurut Devito (Sepriadi Saputra, 2020) dapat dirumuskan dalam
beberapa hal berikut:
a. Keterbukaan (Openness): kesediaan setiap orang untuk
menceritakan/terbuka kepada lawan bicaranya.
- Komunikator interpersonal yang efektif seharusnya berbicara secara
terbuka dengan bicaranya
- Komunikator harus bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
diberikan lawan bicaranya.
- Menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Dalam hal ini
mengakui adanya rasa kesamaan pikiran dan perasaan antar pelaku
komunikasi dalam berinteraksi.
b. Empati (Empathy). Empati menurut Henry Backrack, adalah kemampuan
seseorang untuk merasakan apa yang sedang dialami/dirasakan oleh
seseorang pada situasi atau persoalan tertentu yang dinilai atau dilihat sudut
pandang/ kacamata seseorang tersebut. Empati mampu memberikan sikap
percaya terhadap diri orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan
berempati adalah dia yang mudah memahami keadaan orang lain
disekitarnya secara emosional.
c. Sikap mendukung (Supportiveness): Sikap saling mendukung dalam
hubungan interpersonal merupakan langkah terlihat efektifnya suatu
interaksi. Sikap ini dapat dilihat dalam hubungan komunikasi jika terdapat
sikap saling support dan saling mendukung yang disampaikan secara
langsung dan spontan antara pelaku komunikasi.
d. Sikap positif (Positiveness): Menyampaikan/ mengkomunikasikan sikap
positif antar sesama pelaku komunikasi interpersonal dilihat dari sikap dan
perilaku melalui saling menghargai saat berkomunikasi, tidak ada perasaan
saling mencurigai antar keduanya.
e. Kesetaraan (Equality): Hubungan dalam komunikasi interpersonal yang
terjalin akan lebih efektif apabila suasananya sama/setara tanpa adanya
pihak yang tidak dianggap, interaksi yang dua arah, dan tidak saling
memaksakan kehendak satu sama lain.

Selain, faktor pendukung ternyata komunikasi interpersonal juga memiliki


beberapa faktor penghambat (dalam Siti Rahma Nurdianti, 2014) sebagai berikut:

1. Hambatan dari dalam diri komunikator. Kurangnya kuatnya informasi atau


pesan yang disampaikan, disebabkan oleh suatu kondisi atau keadaan perasaan
dan emosional seorang pengirim pesan yang kurang stabil sehingga
mempengaruhi kualitas pesan yang akan disampaikan.

2. Hambatan dalam penyampaian simbol dalam pesan. Hambatan ini muncul


akibat adanya penyampaian pesan serta simbol yang tidak sama antara
komunikator dan komunikan sehingga menimbulkan munculnya beragam
maksud/persepsi dari isi pesan yang mau disampaikan.

3. Hambatan pemilihan media/channel komunikasi. Pemilihan alat atau media


yang digunakan untuk melakukan komunikasi juga mempengaruhi keefektifan
sebuah komunikasi. Sehingga pemilihan media yang yang digunakan juga harus
diperhatikan.

4. Hambatan dari komunikan. Seseorang yang menjadi penerima pesan pun akan
menjadi pengaruh kurang efektifnya pesan dari komunikasi yang dilakukan
ketika si penerima tidak mendengar dengan saksama. Hal ini tentu menyebabkan
munculnya kekeliruan penangkapan informasi atau pesan yang dimaksudkan
oleh pengirim pesan.

E.2. Tujuan dan Keterampilan dalam Komunikasi Interpersonal


Adapun tujuan komunikasi interpersonal menurut De Vito (dalam
Samsinar & A. Nur Aisyah Rusnali, 2017) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Penemuan.Adapun tujuan utama saat kita berkomunikasi adalah untuk
mengenali orang lain dan juga mengenali dirinya sendiri. Proses
komunikasi yang dilakukan dapat merangsang seseorang menemukan atau
mengenali dirinya sendiri dan juga orang lain yang menjadi lawan
obrolannya. Sehingga dengan demikian seseorang dapat mengevaluasi diri
dan bisa membedakan diri kita dengan orang lain.
b) Membangun hubungan yang bermakna. Tujuan utama seseorang
melakukan komunikasi adalah untuk membina atau membangun hubungan
yang baik dengan teman, atau lawan bicara. Dalam hal ini misalnya
keluarga, teman dekat, rekan kerja, pasangan, dan lainnya.
c) Persuasi. Tujuan lain dari berkomunikasi selain membangun hubungan
baik adalah bertujuan untuk membujuk, meyakinkan agar mengubah sikap
dan perilaku baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain sebagai
wujud dari komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi dua
arah.
d) Bermain. Dalam berkomunikasi atau berinteraksi ada tujuan lain yaitu
untuk menemukan kesenangan atau hiburan. Dalam kondisi inilah antara
komunikator dan komunikan melakukan komunikasi yang lebih rileks
lepas dari segala tekanan maupun tanggungjawab.

Menurut Frymier & Houser dalam (Apaulina Karina Nembo 2022:10)


ada beberapa keterampilan yang ada dalam komunikasi:

1. Kemampuan percakapan (conversation skill)


Dalam melakukan percakapan tentu saja seseorang membutuhkan
kemampuan untuk bercakap-cakap dalam melakukan komunikasi atau
berinteraksi dengan orang lain untuk menjaga, melakukan, serta dapat
menghentikan percakapan dengan baik daan lancar.
2. Keterampilan referensial (referential skill)
Keterampilan ini merupakan skill seseorang saat melakukan percakapan
untuk menyampaikan informasi secara jelas dan tidak mengandung
banyak pertanyaan.
3. Keterampilan yang mendukung (supportive skill)
Keterampilan ini adalah suatu skill yang dimiliki seseorang yang mampu
memberikan atau menimbulkan rasa percaya orang lain terhadap dirinya.
4. Keterampilan menghibur (comforting skill)
Kemampuan ini adalah ketika seseorang mampu memberikan rasa aman
kepada orang lain (seseorang) apalagi ketika lawan biacara sedang dalam
kondisi terpuruk.
5. Keterampilan manajemen konflik (conflict management skill)
Kemampuan adalah kemampuan dimana seseorang bisa berkomunikasi
untuk menyelesaikan suatu masalah dengan berbagai cara.
6. Keterampilan persuasif (persuasive skill)
Suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membuat orang lain
mudah percaya dan terpengaruh dengan apa yang dikatakannya.
7. Keterampilan naratif (narrative skill)
Suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memberikan hiburan
seperi bercanda gurau, bercerita dengan santai, curhat dan lain-lain.
E.3. Tahapan Hubungan Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal merupakan sebuah situasi dimana kita
berkomunikasi yang tidak hanya sekedar menyampaikan isi pesan melainkan
juga menentukan kadar hubungan antar pribadi. Sehingga, ketika kita
berkomunikasi antara komunikator dan komunikan tidak hanya menentukan
content tetapi juga menentukan relationship (Rakhmat 2007 dalam Asryanti
Rosmalinda 2018). Beberapa teori yang menjelaskan tentang hubungan
interpersonal antara lain:

1. Model pertukaran sosial


Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal bisa diandaikan
seperti sebuah antara penjual dan pembeli saat melakukan transaksi
transaksi dagang. Dalam posisi ini keduanya saling berkomunikasi ada
proses tawar menawar berinteraksi secara bergantian (Thibault dan
Kelley).
2. Model peranan
Model ini menganggap bahwa dalam hubungan interpersonal diandaikan
seperti sebuah panggung sandiwara. Artinya siapapun yang bisa mampu
memerankan perannya dengan baik maka dia-lah yang dapat
mengembangkan hubungan interpersonalnya dengan baik pula.
3. Model interaksional
Model ini menjelaskan bahwa hubungan interpersonal dianggap seperti
sister. Terdapat beberapa sistem yang saling berhubungan dan lebih
cenderung memelihara dan saling mempertahankan sebagai satu
kesatuan.
Adapun tahap-tahap hubungan interpersonal (Rakhmat 2007 dalam
Asryanti Rosmalinda 2018;51) sebagai berikut:
a. Pembentukan (tahap perkenalan). Ada tujuh kategori yang menjadi
informasi dalam tahap perkenalan (menurut Charles R. Berger) yaitu:
informasi demografis, sikap dan pendapat, rencana yang akan datang,
kepribadian, perilaku pada masa depan, orang lain serta hobi atau minat.
b. Peneguhan hubungan. Untuk memelihara hubungan interpersonal yang
baik terdapat tujuh faktor yang dibutuhkan yakni: keakraban, kontrol,
respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
c. Pemutusan hubungan. Dalam buku berjudul Conflict Among Humans oleh
R. D. Nye menyebutkan lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
putusnya hubungan, yakni: kompetisi, dominasi kegagalan, provokasi dan
perbedaan nilai.

E.4. Komunikasi Interpersonal dalam Mendukung Partisipasi


Masyarakat
Terdapat beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam komunikasi interpersonal (dalam Jalaluddin Rakhmat:2018)
antara lain:

1. Percaya (Trust)
Sejak tahap pertama dalam hubungan interpersonal (tahap perkenalan)
hingga tahap kedua (peneguhan) kepercayaan menentukan kefektivan
komunikasi yang terjalin. Menurut Giffin 1967) “Percaya” dapat
diartikan sebagai “mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki yang pencapaiannya tidak pasti dan situasi yang penuh
resiko.” Adapun empat faktor yang berhubungan dengan sikap saling
percaya antara lain:
- Karakteristik dan maksud orang lain. Orang akan menaruh
kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki
kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang
tertentu. Orang akan percaya pada orang yang mempunyai
maksud sama.
- Hubungan kekuasaan. Kepercayaan seseorang akan timbul
apabila mempunyai kekuasaan terhadap orang lain.

Sikap percaya akan tumbuh apabila komunikasi bersifat terbuka,


bila maksud dan tujuan sudah jelas, dan ekspektasi sudah dinyatakan.
Sehingga apabila dihubungkan dengan konsep mendorong partisipasi
masyarakat kepercayaan ini menjadi salah satu kunci untuk meyakinkan.
Jenis-jenis partisipasi masyarakat menurut Uphoff, Cohen, dann Goldsmith
(1979:51) dalam (Nur Rahmawati Sulistiyorini, dkk 2015:74)

1. Tahap perencanaan. Tahap ini ditandai dengan adanya


keterlibatan masyarakat dalam kegiatan yang merencanakan
program pembangunan serta menyusun rencana kerjanya

2. Tahap pelaksanaan. Masyarakat bisa berpartisipasi dalam bentuk


menyumbangkan pemikiran, materi, dan juga melibatkan diri
sebagai anggota.

3. Tahap menikmati hasil. Dapat dijadikan indikator keberhasilan


partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
program.

4. Tahap evaluasi. Partisipasi masyarakat dianggap sebagai umpan


balik yang dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan
program
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang memberikan dukungan antar
sesam pelaku komunikasi tanpa adanya keinginan untuk mementingkan
keinginan sendiri. Jack Gibb menggambarkan beberapa sikap suportif
sebagai berikut:
- Deskripsi. Deskripsi artinya menyampaikan perasaan dan
persepsi tanpa memberi menilai/penilaian orang lain.
- Orientasi masalah. Orientasi yaitu mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerja sama mencari solusi atau pemecahan masalah.
- Spontanitas. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam.
- Empati. Sikap memahami orang lain karena tanpa empati orang
seolah seperti sebuah mesin yang hampa tanpa perasaan dan
perhatian.
- Persamaan. Mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat
pada perbedaan pandangan dan keyakinan.
- Profesionalisme. Kesediaan untuk meninjau kembali pendapat
kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat
kesalahan sehingga wajar jika satu pendapat atau keyakinan juga
bisa berubah.
Sikap suportif ini bila dihubungkan dengan partisipatif masyarakat
maka dapat dipaparkan dalam (Rahmi Febrianti, 2022:107) partisipasi adalah
pikiran dan emosi seseorang terhadap situasi kelompok yang mendorongnya
dalam memberikan sumbangan terhadap kelompok masyarakat untuk dapat
mencapai tujuan serta dapat bertanggungjawab terhadap usaha yang
berkaitan. Partisipasi memiliki 3 unsur yaitu:
1. Muncul atau adanya rasa tanggungjawab
2. Kesediaan/ kemauan untuk saling memberi sumbangan untuk
mencapai tujuan
3. tidak adanya kelompok di dalam kelompok
3. Sikap Terbuka
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang lebih efektif. Brooks dan Emmert
menggambarkan karakteristik sikap terbuka antara lain;
- Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan
keajegan logika
- Membedakan dengan mudah
- Berorientasi pada isi
- Mencari informasi dari berbagai sumber
- Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah
- Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkain
mendistrosi dan menolak kepercayaan.

Dalam konsep keterbukaan juga penting dalam membangun partisipasi


masyarakat. Ada beberapa jenis partisipasi menurut Sastropoetro (1986:16)
dalam (Nur Rahmawati Sulistiyorini, dkk 2015:74) antara lain:
a) Partisipasi pemikiran: berupa sumbangan ide, pendapat atau buah
pikiran untuk menyusun program dan dalam mewujudkannya
dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan pengetahuan yang diikutinya.
b) Partisipasi tenaga: diberikan dalam bentuk tenaga untuk
melaksanakan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan
suatu program.
c) Partisipasi keterampilan: memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimiliki kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Dengan tujuan agar dapat meningkat
kesejahteraannya sosialnya.
d) Partisipasi barang: berpartisipasi dalam bentuk menyumbang barang
atau harta benda, misal berup alat kerja.
e) Partisipasi uang: berpartisipasi melancarkan usaha-usaha untuk
mencapai kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

E.5. Partisipasi dalam Upaya Mendukung Kesejahteraan


Masyarakat
Menurut Putnam (dalam Indraswati, 2019) terdapat tiga faktor
pendorong partisipasi antara lain adalah: a) Norma (Norms) yang merupakan
aturan yang tentu harus dipatuhi oleh masyarakat dalam kelompok sosial
tertentu. b) Kepercayaan (Trust) sebuah keinginan untuk mengambil tindakan
yang didasarkan pada rasa percaya bahwa orang lain akan melakukan sesuatu
sesuai yang diharapkan dan saling mendukung. c) Jaringan (networks) memiliki
jejaring dengan melibatkan diri dalam perkumpulan atau dalam suatu jaringan
hubungan sosial adalah kunci keberhasilan untuk membangun modal sosial.

Melihat pengalaman pengalaman praktis dari perencanaan partisipatif di


beberapa kawasan di Indonesia, Sumarto dalam (Nur Rahmawati Sulistiyorini,
dkk: 75) mengelompok 3 tingkat partisipasi masyarakat menjadi 3 bagian yaitu:

1. Tinggi
● Inisiatif datang dari masyarakat dan dilakukan secara mandiri

mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, hingga


pemeliharaan hasil pembangunan.

● Masyarakat tidak hanya ikut merumuskan program, tetapi juga

menentukan program-program yang akan dilaksanakan.


2. Sedang

● Masyarakat sudah ikut berpartisipasi, tetapi dalam

pelaksanaannya masih didominasi oleh golongan tertentu.

● Masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya, tetpai masih terbatas

pada masalah keseharian.


3. Rendah

● Masyarakat hanya menyaksikan kegiatan proyek yang dilakukan

pemerintah

● Masyarakat dapat memberikan masukan baik secara langsung

atau melalui media massa, tetapi hanya sebagai bahan


pertimbangan saja.

● Masyarakat masih sangat bergantung kepada dana dari pihak lain

sehingga apabila dana berhenti maka kegiatan secara stimulan


akan terhenti juga.
Kesejahteraan merupakan keamanan dan keselamatan (kesenangan
hidup). Adapun sejahtera adalah keadaan yang aman sentosa dan makmur,
selamat (terlepas dari segala dari segala gangguan kesukaran dan sebagainya)
(Notowidago,2016) dalam (Ade Kurniawan, 2023). Kesejahteraan oleh sebagian
masyarakat selalu dikaitkan dengan konsep kualitas hidup. Konsep kualitas
hidup merupakan gambaran tentang keadaan kehidupan yang baik. Sedangkan
masyarakat adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi secara continue
(berkelanjutan) sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi
(Soetomo, 2011) dalam (Ade Kurniawan, 2023)
Peningkatan kesejahteraan adalah hakikat dari pembangunan nasional.
Tujuan utama dari pembangunan nasional bukan hanya pembangunan secara
fisik tetapi juga pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
berupa terpenuhinya kebutuhan masyarakat, kemudahan dalam mendapatkan
pelayanan, mudah mengakses informasi, keikutsertaan masyarakat dalam proses
pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan. Peningkatan kesejahteraan
dapat diupayakan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar (Enggar Diah Puspa
Arum,dkk, 2023). Dalam sebuah penelitian tentang “Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Melalui Partisipasi Dan Implementasi Kebijakan Dengan
Efektivitas Pembangunan Program Dana Desa Sebagai Variabel Intervening”
(Elviana & Musdhalifah, 2019) menyimpulkan keterkaitan partisipasi dengan
kesejahteraan masyarakat antara lain adalah:
1. Partisipasi masyarakat memberikan pengaruh yang positif
terhadap pembangunan. Artinya semakin tinggi partisipasi
masyarakat dalam sebuah usaha pembangunan maka akan
berpengaruh baik terhadap pembangunan yang lebih efektif.
2. Efektifitas pembangunan memiliki pengaruh yang baik terhadap
kesejahteraan masyarakat. Artinya apabila pembangunan
dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat maka akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Partisipasi masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat. Apabila partisipasi
masyarakat semakin baik maka kesejahteraan juga semakin
meningkat.
Tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur oleh Badan Perencana
Pembangunan Nasional (Bappenas) menggunakan tiga indikator yang ditulis
dalam (Sri Nurhayati Qodriyatum, 2014) Yaitu:
1. Penurunan tingkat kemiskinan
2. Penurunan tingkat pengangguran, dan
3. Meningkatnya pendapatan perkapita rakyat

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan tentu saja perlu adanya


keterlibatan atau partisipasi dari pihak manapun termasuk masyarakat. Konsep
partisipasi yang dimaksudkan adalah kesiapan secara sukarela masyarakat untuk
memiliki kesadaran secara tidak terpaksa (spontan) dengan penuh bertanggung
jawab demi mencapai tujuan. Hal ini tentu saja akan berdampak atau bermanfaat
bagi dirinya. Dengan demikian masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya
dalam melaksanakan segala bentuk kegiatan dalam kelompok guna mencapai
kesejahteraan yang diinginkan (Annis Fothonah Rahmawati, dkk, 2019:346)

F. Kerangka Berpikir

Pengelola Bank
Sampah Lintas
Winongo

Faktor yang
Pendekatan
menumbuhkan
Komunikasi dua arah Hubungan Interpersonal
(Jalaluddin
Rakhmat,2018)
1. Sikap Percaya
Masyarakat 2. Sikap terbuka
3. Sikap Supportif
(Mendorong)

Kesejahteraan masyarakat:
oleh (Sri Nurhayati Qodriyatum,
Tingkat partisipasi 2014)
masyarakat: oleh (Meningkatkan)
Saumarto(1986:16) dalam 1. Penurunan tingkat
(Nur Rahmawati kemiskinan
Sulistiyorini, dkk
2. Penurunan tingkat
2015:74)
pengangguran, dan
1. Partisipasi tinggi
Gambar 2

Kerangka Berpikir Penelitian

Berdasarkan bagan di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat


jelaskan bahwa kehadiran Bank Sampah Lintas Winongo di Dusun Badran tentu
saja memiliki struktur kepengurusan dengan tujuan agar Bank Sampah ini bisa
dikelola dengan baik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus atau
pengelola tentu saja ada upaya dari mereka untuk melakukan pendekatan
melalui komunikasi. Komunikasi sebagai alat yang digunakan mereka untuk
bisa berinteraksi dengan masyarakat khususnya untuk menarik perhatian atau
mendorong partisipasi masyarakat khususnya agar mereka memiliki pandangan
yang sama tentang kegunaan Bank Sampah dan dampaknya untuk lingkungan
serta keberlanjutan ekonomi. Pendekatan komunikasi ini melalui komunikasi
interpersonal (komunikasi antar pribadi). Adapun tujuan dilakukan pendekatan
ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan dengan melalui konsep Bank Sampah. Melalui
proses pendekatan komunikasi Interpersonal ini selanjutnya adanya proses
reaksi atau tanggapan dari masyarakat sehingag terjadi proses timbal balik antar
mereka (komunikasi dua arah). Melalui proses ini juga diharapkan memiliki
dampak yang dihasilkan yaitu adanya masyarakat yang terdorong dan
berpartisipasi atau bergabung dengan Bank Sampah. Terdorongnya partisipasi
masyarakat (menjadi nasabah) di Bank sampah ini yang tentu saja bisa
meningkatkan kesejahteraan mereka dalam bidang ekonomi. Selain itu, mereka
juga diberdayakan untuk mengolah sampah yang mereka kumpulkan menjadi
barang yang bisa digunakan kembali dan dipasarkan.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


menggunakan metode penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan
penelitian yang melakukan analisis dan interpretasi teks dan hasil interview
dengan tujuan untuk menemukan makna dari suatu fenomena (Aurbach &
Silverstain 2003 dalam Sugiyono, 2022:3)

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (2006)


dalam Sugiyono adalah sebagai berikut:

a. Penelitian kualitatif mempunyai latar alam sebagai sumber data


langsung dan peneliti sebagai instrumen intinya.

b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan


berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.

c. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dan bukan hanya


sekedar hasil atau produk.

d. Penelitian kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif

e. “Makna” sangat penting dalam pendekatan kualitatif

Sehingga penelitian ini akan mencoba mendeskripsikan fakta,


fenomena tentang komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengelola
BSLW dengan masyarakat dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat
juga meningkatkan kesejahteraan keluarga.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Bank Sampah Lintas Winogo, Dusun


Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Adapun
fokus penelitian ini adalah pada Pengelola atau pengurus Bank Sampah
Lintas Winongo yang terletak di Dusun Badran, Kelurahan Bumijo. Alasan
penentuan atau pemilihan lokasi penelitian ini adalah dengan alasan:

a) Fenomena tentang darurat sampah di Yogyakarta menjadi fenomena yang


banyak dibahas dan sangat meresahkan. Kelurahan Bumijo merupakan
salah satu Kelurahan yang terletak di Kota Yogyakarta. Sehingga isu ini
menjadi isu yang sangat cocok dibahas dengan pemilihan Kelurahan
Bumijo yang memiliki Bank Sampah yang sampai saat ini masih aktif.
Pengadaan Bank sampah ini sebagai bentuk kepedulian mereka yang
memiliki concern terhadap lingkungan lebih khususnya isu sampah.

b) Bank Sampah Lintas Winongo salah satu bank sampah yang selain
menerima sampah-sampah anorganik juga mengumpulkan sampah organik
dan memberdayakan masyarakat dengan mengolahnya kembali menjadi
barang-barang yang bisa digunakan kembali.

c) Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
sering mengikuti berbagai lomba inovasi yang berhubungan dengan
sampah juga telah mendapatkan verifikasi lapangan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Yogyakarta. Disamping itu, Bank Sampah Lintas
Winongo juga telah banyak menerima kunjungan belajar dari berbagai
universitas, lembaga sosial bahkan dari luar kota.

d) Selanjutnya penelitian ini meninjau bagaimana komunikasi interpersonal


Pengurus Bank Sampah Lintas Winongo untuk menarik perhatian dan
mendorong partisipasi masyarakat agar memiliki kepekaan terhadap isu
sampah, apa saja kendala yang dialami, serta sejauh mana kesejahteraan
yang dialami oleh masyarakat khususnya nasabah yang sudah bergabung

3. Sumber Data & Jenis Data


a. Sumber Data
Sumber data terdiri dari informan, lokasi, dan dokumen yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Informan
Penelitian ini telah memperoleh data dengan melakukan
wawancara, Observasi, Dokumentasi. a) Proses
wawancara akan dilakukan dengan beberapa informan
seperti: Perintis dan Pengelola Bank Sampah Lintas
Winongo, beberapa masyarakat yang sudah menjadi
Nasabah. b) Selanjutnya proses observasi ini akan
dilakukan saat ada aktivitas di Bank sampah seperti
aktivitas rutin mengumpulkan sampah setiap hari sabtu.

2. Lokasi
Pada penelitian ini peneliti telah melakukan pengamatan
tentang proses komunikasi khususnya komunikasi
interpersonal Pengurus Bank Sampah Linats Winongo,
upaya komunikasi yang dilakukan seperti apa, kendala apa
saja yang dialami saat melakukan komunikasi, serta
bagaimana mengatasi kendala-kendala tersebut. Proses
komunikasi Interpersonal ini akan diamati melalui
kegiatan rutin yang dilakukan oleh komunitas Bank
Sampah Lintas Winongo.
3. Dokumen
Dokumen atau arsip yang akan dapat menjadi sumber
penelitian antara lain:
1. Data atau dokumen yang berkaitan dengan tempat
yang akan dilakukan penelitian seperti; Profil Desa,
Profil Bank Sampah Lintas Winongo. Data
Pengurus/ Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo,
Data jumlah Nasabah yang ada, Data jumlah
pengunjung yang pernah ke Bank Sampah Lintas
Winongo, dan data lainnya yang sedianya perlu
dicantumkan.
2. Data lain yang telah melengkapi terselesaikannya
penelitian ini adalah melalui pencarian data di
internet, Jurnal atau artikel yang berkaitan dengan
Isu sampah, Bank Sampah, dan Bank Sampah Lintas
Winongo.
3. Selain kedua data di atas, adapun data yang menjadi
acuan perlengkapan penelitian ini adalah dengan
mengacu pada penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan atau kemiripan dengan penelitian ini.

b. Jenis Data
Adapun jenis data dalam menyelesaikan penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Menurut Edi Riadi
(2016:48) dalam Meita Sekar sari & Muhammad Zefri
(2019:311) sumber data adalah segala sesuatu yang bisa
memberikan informasi tentang data yang ingin diperoleh yang
dapat dijelaskan di bawah ini:
1) Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh
oleh peneliti secara langsung sumbernya atau dari tempat
penelitian. Jenis data ini disebut data yang paling asli
dalam karakter dan tidak mengalami perlakukan statistik.
Data ini peneliti peroleh melalui beberapa proses seperti
wawancara, observasi, dokumentasi, dan lain-lain. Data-
data ini merupakan data yang dianggap paling terbaik
karena peneliti menemukan data langsung dari tempat
penelitian dengan proses yang dilakukan seperti
menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam menemukan data secara primer ini, peneliti
akan melakukan beberapa proses seperti wawancara,
observasi, dan dokumentasi di Bank Sampah Lintas
Winongo yang akan menjadi lokasi penelitian. Adapun
beberapa proses ini akan dilakukan saat hari biasa atau
pada saat kegiatan rutin Komunitas Bank Sampah Lintas
Winongo.
2) Data Sekunder
Data Sekunder merupakan jenis data yang tidak
diperoleh secara langsung dari tempat penelitian melainkan
berupa pencarian informasi di internet, jurnal, artikel,
maupun studi pustaka. Jenis data ini biasanya untuk
melengkapi data primer yang diperoleh.
Adapun data sekunder yang telah diperoleh dalam
penelitian ini adalah melalui pencarian data atau sumber
informasi melalui website yang berhubungan dengan isu
sampah, website tentang Bank Sampah dan Bank Sampah
Lintas Winongo, serta beberapa penelitian terdahulu yang
pernah melakukan penelitian di Bank Sampah Lintas
Winongo sebagai acuan atau panduan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik


pengumpulan data antara lain:

1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Menurut
Marshall (1995) dalam Sugiyono (2022) menyebutkan bahwa
melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut. Sugiyono menyebutkan manfaat melakukan
observasi sebagai berikut:
a. Peneliti mampu memahami konteks dan situasi sosial yang
terjadi di lapangan sehingga bisa memperoleh data secara
menyeluruh.
b. Peneliti melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
sebelumnya.
c. Peneliti menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat
proses wawancara.
d. Peneliti menemukan hal-hal yang di luar pandangan
sebelumya sehingga bisa memperoleh gambaran yang lebih
luas.
e. Selain beberapa hal di atas adapun manfaat observasi yang
telah dilakukan adalah peneliti memperoleh pengalaman
langusng serta kesan secara pribadi dan merasakan suasana
situasi sosial di tempat penelitian sehingga nisa menjadi
modal sosial selanjutnya.

Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan observasi


dengan mengamati secara langsung di lapangan dengan mengikuti
aktivitas yang ada di Bank Sampah Lintas Winongo, membaur
bersama mereka, melihat interaksi yang terjadi serta mengikuti
aktivitas rutin Bank Sampah Lintas Winongo mengumpulkan dan
mengolah sampah.

2. Wawancara
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2022) menyebutkan
interview sebagai berikut merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Proses
wawancara yang baik bila dilakukan secara face to face atau bertatap
muka maupun menggunakan telepon seluler sehingga terjadi kontak
peribadi antar keduanya.. Biasanya ada kendala yang sering dihadapi
dalam wawancara seperti jawaban responden yang bias hal ini
disebabkan oleh karena kesengajaan atau kurang paham dengan
pertanyaan yang ditanyakan.
Dalam melakukan wawancara, selain membawa instrumen
sebagai pedoman untuk wawancara, peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu seperti recorder, gambar, brosur dan
material lain yang dapat membantu melancarkan pelaksanaan proses
wawancara. Proses wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan beberapa informan/narasumber secara langsung yang
memiliki hubungan erat dengan topik penelitian yang akan diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan dari sebuah peristiwa yang
telah berlalu berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan
kebijakan dan lainnya. Dokumen berbentuk gambar adalah berupa
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan yang berbentuk
karya seperti karya seni yang berupa gamabr, patung film dan lain-
lain.
Bogdan dalam Sugiyono (2022;124) menyebutkan bahwa
hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/
dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa
kecil, di sekolah, ditempat kerja, di masyarakat dan autobiografi.
Lebih lanjut Bogdan mengatakan hasil penelitian juga akan semakin
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik
yang telah ada. Dalam penelitian ini peneliti akan memperoleh
dokumen dengan mengumpulkan data dari lokasi yang diteliti baik
berupa gambar, tulisan maupun karya-karya lain yang dapat
mendukung penelitian. Adapun data-data tersebut antara lain:
1. Gambaran umum keluarahan Bumijo, Dusun Badran sebagai
lokasi Penelitian
2. Profil Bank Sampah Lintas Winongo
3. Sejarah berdirinya Bank Sampah Lintas Winongo
4. Struktur kepengurusan Bank Sampah Lintas Winongo
5. Data jumlah nasabah yang bergabung di Bank Sampah Lintas
Winongo
6. Data jumlah penghargaan yang pernah diperoleh Bank Sampah
Lintas Winongo.

5. Teknik Pemilihan Informan


Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan yang dilakukan
adalah melalui teknik purposive Sampling yakni teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Pemilihan
informan dalam penelitian kualitatif sepenuhnya ditentukan oleh
peneliti, sehingga Patton (2002) dalam Ade Heryana (2018)
menyebutkan dengan purposeful sampling, yaitu memilih kasus yang
informatif (information-rich cases) berdasarkan strategi dan tujuan yang
telah ditetapkan peneliti. Purposive sampling menurut Sugiyono
(2016:85) dalam Risma Dwi Komala, dkk (2017:334) adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jadi dalam penelitian
kualitatif penenutuan informan ditentukan berdasarkan pertimbangkan
seseorang/orang-orang tersebut merupakan orang yang memiliki
pengetahuan lebih tentang topik penelitian yang akan dilakukan. Dalam
upaya untuk mengetahui pendekatan komunikasi yang dilakukan
pengelola Bank Sampah Lintas Winongo, peneliti akan menimbang
beberapa kriteria yang akan menjadi Informan di lokasi antara lain
adalah:
a. Perintis Bank Sampah Lintas Winongo
b. Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo
c. Nasabah/masyarakat Bank sampah Lintas Winongo (sampel)

6. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif oleh


Sugiyono menggambarkan analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, mejabarkannya ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana
yang paling penting dan yang akan dipelajari dan selanjutnya membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini


adalah analisis data kualitatif menurut Creswell (dalam Sugiyono 2022)
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengorganisasikan dan menyajikan data yang akan


dianalisis (Organizing and Preparing Data for Analysis)
Data mentah yang akan dianalisis diorganisasikan
berdasarkan tanggal pengumpulan data, sumber datanya,
jenis data deskripsi data, sifat data. Jenis data dari hasil
observasi, wawancara, catatan lapangan dokumentasi; sifat
data yang rahasia dan tidak;deskripsi data adalah uraian
ringkas setiap data yang terkumpul.
2. Baca dan lihat seluruh data (Read or Look at All the
Data)
Peneliti harus membaca seluruh data data yang terkumpul,
untuk mengetahui data apa saja yang telah diperoleh,
sumber data dan maknanya. Peneliti harus mengetahui
informasi apa saja yang disampaikan informan dan
bandingkan dengan informan lain. Dengan memahami data
peneliti akan dapat memilih/mereduksi mana data yang
penting, yang baru, yang unik dan data mana yang terkait
dengan pertanyaan penelitian. Lalu, peneliti juga harus bisa
memilah/mengklasifikasikan/mengkategorikan/
mengelompok tema terhadap data-data yang telah dipilih.
3. Membuat koding seluruh data (Start Coding All of the Data)
Koding adalah proses memberi tanda terhadap data yang
telah dikelompokkan. Kelompok data yang sama diebi kode
yang sama.
4. Menggunakan coding sebagai bahan untuk membuat
deskripsi (Used Coding Process to Generate a Description)
Melalui proses koding, peneliti menghasilkan tema-tema atau
kategori data penelitian yang menjadi bagian dari temuan.
Berdasarkan tema tersebut, peneliti kemudian membuat
deskripsi secara singkat dan sistematis sehingga tema-tema
yang ditemukan menjadi lebih jelas. Deskripsi dimulai dari
menjelaskan bahwa tema itu merupakan suatu temuan baru,
dimulai dari yang umum ke yang spesifik.
5. Menghubungkan antar tema (Interrelating Theme)
Setelah peneliti membuat kategori data yang disusun dalam
tema-tema penelitian, selanjutnya adalah mencari adakah
hubungan antara tema satu dengan yang lain. Untuk dapat
mengkonstruksikan antar tema tersebut perlu memiliki
kerangka teori.
6. Memberi interpretasi dan makna tentang tema (Interpreting the
Meaning of Theme)
Hasil mengkonstruksikan antar tema atau kategori selanjutnya
perlu diberikan interpretasi sehingga orang lain memahminya.
BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Bumijo

Kelurahan Bumijo merupakan salah satu keluarahan yang terletak di


Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Kelurahan Bumijo terbagi dalam 3 Kampong
(Dusun) yaitu: Kampong Pingit, Kampong Bumijo, Kampong Badran. Di Kelurahan
Bumijo memiliki banyak Lembaga Kemasyarakatan termasuk Bank Sampah.
Lahirnya Lembaga Kemasyarakatan ini sebagai sarana peningkatan kesejahteraan
keluarga dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan ekonomu kreatif.

Tabel 2

Data jumlah bank sampah di Kelurahan Bumijo

NO NAMA

1 Bank Sampah Bedeng Berseri

2 Bank Sampah Lestari

3 Bank Sampah Sewu Asri

4 Bank Sampah Damai Bersatu

5 Bank Sampah Arta Sekawan Asri

6 Bank Sampah Lintas Winongo

7 Bank Sampah “BERSERI”

9 Bank Sampah Serangan Kudu Resik


10 Bank Sampah Catur Membangun

12 Bank Sampah Surolaras

13 Bank Sampah LINUWEH

14 Bank Sampah berseri “35”

B. Gambaran Umum (Sejarah) tentang Lokasi Penelitian

Bank Sampah Lintas Winongo merupakan salah satu bank sampah yang
terletak di Dusun Badran RW. 11, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah
Istimewa Yogyakarta. ‘Lintas’ merupakaan singkatan dari (Lingkungan Indah
tanpa Sampah) dan ‘Winongo’ diambil dari nama sungai Winongo. Bank sampah
ini lahir sejak tahun 2010 yang digerakan oleh seorang warga asli Badran yaitu
Joko Sularno sebagai Ketia RW 11 pada tahun 2009. Konsep bank sampah ini
awalnya disebut Pengolahan Sampah Mandiri (PSM) dan hadir karena kereesahan
beliau melihat kondisi sampah yang berserakan disekitar kampung Badran.
Menurutnya ada 3 hal alasan kenapa menginissiasikan bank sampah:

1. Warga masyarakat perlu memiliki kesadaran akan penting menjaga


lingkungan terutama samapah yang dihasilkan sehar-hari.
2. Sampah memiliki nilai tambah ekonomi
3. Dusun Badran memiliki potensi luar biasa karena berada di bantaran
sungai Winongo dan juga memiliki mata air
Gambar 3

Papan nama Bank Sampah Lintas Winongo

Bank Sampah Lintas Wonongo ini merupakan satu-satunya bank sampah


yang pertama yang ada di Kalurahan Bumijo. Adapun langkah awal yang
dilakukannya saat itu adalah dengan memulai menggerakan kader-kader seperti
PKK dan Dasawisma. Mengajak mereka untuk melakukan Studi belajar ke
beberapa tempat seperti TPA Piyungan melihat kondisi sampah yang terbuang
dan belajar di RW. 10 Cokrodiningratan tentang pengolahan sampah organik.
Hadirnya bank sampah ini dengan tujuan untuk mengubah peerilaku masyarakat
dalam mengelola sampah khususnya sampah rumah tangga. Dalam menjalankan
bank sampah agar terus berkelanjutan konsep bank sampah ini menggunakan
model kolaborasi berbasis masyarakat. Artinya bank sampah dikelola langsung
oleh masyarakat. Sampai saat ini sudah banyak penghargaan, piagam serta award
yang telah bank sampah Lintas Winongo dapatkan.
Gambar 4

Peta wilayah RW.11 Dusun Badran

C. Profil Bank Sampah Lintas Winongo


1) Identitas Bank Sampah
Tabel 3
Profil Bank Sampah Lintas Winongo

Nama :
Bank Sampah Lintas Winongo.
Alamat :
Dusun Badran RT. 51 RW. 11, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Ketua :
Siti Rojanah
Status :
Aktif dan Rutin
Pendamping :
Sri Purwanti, SE
Papan nama dan struktur kepengurusan
Ada
Nomor SK / Tanggal SK terakhir :
Nomor 24 Tahun 2022 tertanggal 18 Mei 2022
Tanggal berdiri:
1 Juni 2009
Jumlah nasabah:
laki-laki 25 jiwa ; perempuan 180 jiwa
Sosial media :
Facebook, Instagram, dan WhatsApp Group.

2) Visi dan Misi


Visi : “Mewujudkan Kampung Nol Sampah”
Misi:
- Rembug warga membangun sinergi dan kesepahaman bersama secara terus-
menerus.
- Membangun dan meningkatkan potensi wilayah yang mendukung penataan
lingkungan.
- Pengembangan pengolahan sampah organik dan anorganik dengan sistem
3R (Reduce - Reuse – Recycle)
- Pendampingan keluarga kelola sampah kerjasama dengan kelompok Gira
Rumpun (Kelompok Dasa Wisma)
3) Ketetapan SK dan Struktur Organisasi

1. SK Lurah Bumijo: Nomor 24 Tahun 2022 tertanggal 18 Mei 2022

2. Struktur Organisasi.
4) Lokasi/ Denah Sampah dan Cakupan Wilayah Pelayanan
Tabel 4
Cakupan wilayah pelayanan sampah

Jenis RT 47 RT 48 RT 49 RT 50 RT 51 Jumlah
Kelamin
Laki-laki 113 119 131 31 67 511

Perempuan 132 119 145 68 99 563

Total 145 238 276 149 166 1.074

Cakupan Wilayah Pelayanan:

 RT 47 : 62 KK
 RT 48 : 60 KK
 RT 49 : 68 KK
 RT 50 : 38 KK
 RT 51 : 42 KK
 RW 10 :5 KK
 WILAYAH LAIN : 3 KK
 SEKOLAH : 1 SD
 TOTAL : 270 KK

5) Jadwal Kegiatan/ Operasional Bank Sampah

Aktivitas rutin Bank Sampah Lintas Winongo:

Hari: Sabtu (seminggu sekali)

Pukul: 08.00 – 11.00

6) Alur Transaksi Bank Sampah


 Alur pelayanan nasabah/ anggota bank sampah
Pemilahan sampah Pengangkutan
dalam karung oleh pengepul
petugas

Nasabah Penimbangan
membawa oleh petugas
sampah yang
telah dipilah
Pencatatan dalam Pencatatan dalm
buku besar oleh buku tabungan
petugas oleh anggota
petugas

 Alur uang tabungan dan penukaran dengan sembako

Transaksi pengambilan uang Penandatanganan dalam


oleh Bendahara buku tabungan dan buku
bantu pengambilan

Nasabah
mengajukan
permohonan
Transaksi pengambilan Penandatanganan dalam
sembako oleh petugas buku tabungan dan buku
bantu pengambilan
Gambar 5
Alur transaksi bank sampah Lintas Winongo

7) Kegiatan Pengolahan sampah (Oraganik & Anorganik) di Bank


Sampah Lintas Winongo
1. Pengolahan sampah anorganik
 Membuat produk kerajinan: bunga dari sendok plastik, bunga dari
sedotan, tikar dari saset, pot dari galon, lampion botol aqua, tempat
alat tulis dari koran, dlll.
 Melakukan daur ulang sampah untuk: jual dalam event pameran, untuk
souvenir perkawinan, hisan rumah dan jalan, tempat tisu, hiasan
tanaman, dll.

Gambar 6
Beberapa hasil karya yang dipajang di Bank Sampah

2. Pengolahan sampah organik

 Pembuatan Eco Enzym dari sisa buah dan sayur segar


 Pembuatan lilin dari minyak jelantah
 Membuat sabun dari minyak jelantah
 Komposter
 Biopori
3. Pemanfaatan lainnya:

 Media tanam dan pemukukan tanaman


 Kegiatan sosial / disumbangkan
 Bahan pembersih lantai, pemakaian untuk kaki kecapean dll
 Untuk cuci serbet/ kan pel kotor
 Penerangan darurat
8) Bank sampah binaan
Bank Sampah Lintas Winongo memiliki bank sampah binaaan. Adapun
binaan yang dilakukan meliputi pembinaan administrasi dan pengolahn
smapah organik maupun anorganik. Selain itu, juga melakuakn pedampingan
dalam rangka persiapan lomba, dll. Adapun bank sampah binaan tersebut
adalah:
1. Bank Sampah Linuweh (Pingit RW 03 Bumijo, Jetis, D.I Yogyakarta)
2. Bank Sampah Berseri 35 ( Bumijo RT 35 – RW 08, Jetis, D. I
Yogyakarta)
3. Pembinaan dalam paguyuban bank sampah Kelurahan Bumijo setiap
tanggal 6 setiap bulan.
9) Inovasi pada bank sampah
Seiring dengan berjalannya segala kegiatan serta banyak proses belajar
yang dilakukan Bank Sampah Lintas Winongo melakukan inovasi yaitu
dengan membuat JABAKA (Jamur Keberuntungan Abadi). Penjelasnnya
sebagai berikut:
1. Cara pembuatan: memanfaatkan sisa-sisa cuvian beras (jawa: air leri)
pada sebuah tempat yang dalam kondisi bersih (ember/ bekas cat), tutup
dengan kain dan diamkan selama 14 hari. jika dibuka permukaan sudah
ada bintik-bintik jamur berwarna merah muda, maka proses pembuatan
JAKABA berhasil. Lalu diamkan jamur berkembang membentuk batu
karang. Dipakai/dimanfaatkan sesuai keinginan.
2. Pemanfaatannya: untuk mempercepat tanaman yang kerdil,
memperpanjang umur tanaman, mengatasi fusarium (penyakit yang
disebabkan oleh cendawan)
3. Cara pemakaian untuk tanaman: dengan cara ditabur, disemprot, atau di
kocor.

10) Sarana dan Prasarana Bank Sampah Lintas Winongo


Tabel 5
Sarana dan prasarana Bank Sampah
NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN

1 Timbangan digital 1 unit Kondisi baik


2 Timbangan manual 1 unit Kondisi cukup baik

3 Timbangan 1 unit Kondisi cukup baik

4 Etalase kaca 1 unit Kondisi cukup baik


( untuk menyimpan
hasil kerajinan daur
ulang)

5 Etalase kaca / besi 1 unit Kondisi cukup baik


(untuk menyimpan
hasil piala
penghargaan)

6 Rak besi 1 unit Kondisi cukup baik


( menyimpan hasil
kerajinan daur
ulang)

7 Kursi plastik 40 buah Kondisi baik


8 Meja plastik 5 buah Kondisi cuku baik

9 Mesin jahit juki 3 buah Kondisi cuku baik

10 Bok plastik besar 1 buah Kondisi cuku baik

11 Bok plastik sedang 1 buah Kondisi cuku baik


11) Penghargaan Bank Sampah Limtas Winongo
Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Bank Sampah Lintas
Winongo antara lain adalah:
1. Piagam penghargaan Yogyakarta Green and Clean (Desember 2009)
2. Walikota Award terbaik lomba pengelolaan sampah mandiri dan terbaik
lomba pengelolaan lubang tabungan air (2010)
3. Piagam Penghargaan sebagai Runner Up Kategori Kepadatan Tinggi
Program DIY Grean and Clean tingkat Kota Yogyakarta (2010)
4. Piagam penghargaan terbaik lomba pengolahan sampah mandiri Kota
Yogyakarta ( Desember 2011)
5. Piagam penghargaan terbaik lomba pengelolaan lubang tabung air (2011)
6. Piagam kelompok B juara III Program Gerakan PHBS Kota Yogyakarta
(tahun 2012/2013)
7. Piagam Gubernur Daerah istimewa Yogyakarta sebagai terbaik I
Program DIY Grean and Clean (2013 dan 2014)
8. Piagam pengahrgaan sebagai juara II lomba Bank Sampah tingkat Kota
Yogyakarta 2014
9. Piagam penghargaan dalam pengelolaan sampah di Daerah Istimewa
Yoyakarta ( Februari 2015)
10. Piagam sebagi terbaik I Pogram DIY Grean and Clean 2015
11. Piagam sebagai pembina tingkat Provinsi Program DIY Grean and Clean
(2016)
12. Piagam Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Pembina tinkat
Daerah Istimewa Yogyakarta Progran DIY Grean and Clean (2017)
13. Piagam atas peran serta aktif dalam program DIY Grean and Clean (2018)
14. Piagam penghargaan sebagai bank sampah Pembina dari Kemantren Jetis
(Oktober 2022)
12) Kerjasama bank sampah
Kerjasama yang dilakukan Bank Sampah Lintas Winongo dengan berbagai
pihak antara lain:
1. Perguruan Tinggi (UAD, dll)
2. LSM
3. Pelapak
4. Sekolah (SD,SMA)
5. Mahasiswa
C. Struktur Kepengurusan
1) Susuanan Kepengurusan Pembentukan Paguyuban Bank Sampah (Bank Sampah
Manunggal) Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
Tabel 6
Susunan Pengurus Paguyuban Kelurahan Bumijo

No NAMA JABATAN

1. Lurah Kelurahan Bumijo Pembina

2. Siti Rojanah Ketua

3. Erma Mutia Sekretaris

4. Tri Noorhadi Bendahara

5. Anastasia Partini Koordinator seksi pengolahan sampah


organik
6. Suwarni Anggota seksi pengolahan sampah
organik
7. Sepni Anggota seksi pengolahan sampah
organik
8. Atun Koordinator seksi pengolahan sampah
anorganik
9. Sri Purwanti Anggota seksi pengolahan sampah
anorganik
10. Yuvita Anggota seksi pengolahan sampah
anorganik
11. Endah Ponti Koordinator seksi daur ulang

12. Nita Anggota seksi daur ulang


13. Woro Anggota seksi daur ulang

2) Struktur Organisasi Bank Sampah Lintas Winongo

Anastasia Partini Siti Rojanah


Ket: : Garis
(PEMBINA) (KETUA)
pembinaan

: Garis
instruksi

Ika Agustin
(SEKRETARIS I) Sri Karmiyati
(BENDAHARA)
Rusmiyatun
(SEKRETARIS II)

RR. Triastuti Veronica Triyanti Fransisikus Mujayakir

(SEKSI PENCATATAN) (SEKSI (SEKSI KREATIVITAS)


PENGEMBANGAN)

Heni Prasetyani Maryani Joko Sularno


(SEKSI PEMASARAN) (SEKSI KOMPOS) SEKSI HUMAS

Gambar 7

Struktur kepengurusan Bank Sampah Lintas Winongo

3) Uraian tugas kepengurusan bank sampah lintas winongo Dusun badran RW.11,
Keluerahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta
Tabel 7
Uraian tugas Pengurus Bank Sampa Lintas Winongo
NO DEVISI TUGAS

1 Pembina  Memberikan pembinaan dan fasilitas ke


dalam maupun keluar
2 Ketua  Mengatur jalanya organisasi agar
berjalan efisien dan efektif
 Mewakili organisasi baik ke dalam mau
ke luar
 Menjalin kerja sama dengan pihak lain
untuk pengembangan organisasi.
3 Sekretaris I  Bertanggungjawab kelancaran
administrasi organisasi (surat menyurat)
 Rekap buku tabungan anggota/ nasabah
 Mewakili ketua baik keluar maupun ke
dalam
4 Sekretaris II  Membantu tugas selretaris I untuk
kelancaran tugas.
5 Bendahara  Bertanggungjawab dalam pengelolaan
administrasi keuangan (buku transaksi,
buku kas dan lain-lain)
 Mewakili ketua baik ke dalam maupun
ke luar.
6 Seksi Pencatatan  Mencatat transaksi hasil penimbangan
anggota/nasabah ke dalam buku besar/
buku bantu
 Tugas lain yang diberikan ketua.
7 Seksi Pengembangan  Menimbang transaksi anggota/nasabah
berdasarkan jenisnya (yang sudah
terpilah)
 Dibantu tenaga volunteer melakukan
pemilahan ke dalam karung berdasarkan
jenisnya (yang sudah terpilah) setelah
dicatat oelh seksi pencatatan.
 Tugas lain yang diberikan ketua.

8 Seksi Kreativitas  Melakukan kratifitas sampah anorganik


menjadi barang yang bernilai dan
bermanfaat.
 Tugas lain yang diberikan ketua
9 Seksi Kompos  Memberikan edukasi ke warga
masyarakat untuk mengolah sampah
organik rumah tangga menjadi kompos
dengan model pengomposan (biopori,
galon tumpuk, komposter dan lain-lain)
 Membuat percontohan pembuatan
kompos
 Tugas lain yang diberikan ketua

10 Seksi Pemasaran  Membantu memasarkan hasil kreatifitas


daur ulang dan kompos baik langsung
maupun melalui pameran, media sosial
facebook, grup WA, Instagram dan lain-
lain
 Tugas lain yang diberikan ketua
11 Seksi Humas  Membantu ketua dalam
mengkomunikasikan dengan pihak lain
tentang organisasi
 Memberikan informasi baik program
atau kebijakan organisasi baik ke dalam
maupun keluar.
 Tugas lain yang diberikan ketua
BAB III

SAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan menyajikan tentang seluruh data yang telah diperoleh atau didapatkan
penulis di lapangan serta menyajikan analisis terhadap data-data yang diperoleh tersebut. Adapun
fokus penelitian ini adalah tentang bagaimana proses Pendekatan Komunikasi Interpersonal yang
dilakukan Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dalam Upaya Mendorong Partisipasi
Masyarakat di Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

A. TENTANG INFORMAN

Proses perolehan data yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
adalah melalui perolehan data secara perimer maupun sekunder. Perolehan data primer
adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan beberapa informan yang
dipilih (sample) berdasarkan pertimbangan tertentu peneliti dengan yang dibutuhkan serta
berangakat dari tujuan penelitian. Berikut ini adalah data beberapa informan dalam
penelitian ini:

Tabel 8

Informan

NO NAMA KETERANGAN

1. Joko Sularno Perintis Bank Sampah Lintas Winongo

2. Anastasia Partini Ketua RW.11 Pembina Bank Sampah


Lintas Winongo
3. Siti Rojanah Ketua Bank Sampah Lintas Winongo

4. Ika Agustin Nasabah Bank Sampah Lintas Winongo

5. Veronica Triyanti Nasabah Bank Sampah Lintas Winongo


B. SAJIAN & TEMUAN DATA
Penyajian data dalam bab ini membahas serta menyajikan hasil perolehan data yang
sudah ditemukan di lapangan atau lokasi penelitian di Bank Sampah Lintas Winongo RW
11 Dusun Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, D. I. Yogyakarta. Sebelum
melakukan anlisis data, peneliti terlebih dahulu melakukan pengumpulan semua data
mentah yang diperoleh dari lapangan. Selanjutnya data yang diperoleh akan
dikategorikan/ dikelompokan sesuai dengan jenisnya masing-masing. Dalam proses ini
data yang peroleh tidak semuanya akan diambil melainkan melalui proses saring
sehingga data-data yang perlu saja yang diambil. Kemudian dari data-data yang telah
terpilih peneliti kemudian membuat deskripsi singkat agar maksud per-kategorinya/
kelompoknya lebih jelas dan menjadi satu temuan baru. Setelah melakukan
pendeskripsian selanjutnya peneliti mencoba mencari atau menemukan adakah hubungan
antar data yang telah dideskripsi untuk menemukan kesimpulan atau memberikan makna
dari hasil penelitian yang dilakukan.
Dalam sub-bab ini disajikan data yang merupakan hasil dari observasi yang dilakukan
peneliti di lapangan serta proses melakukan wawancara mendalam terhadap 5 informan
(narasumber) yang memiliki kaitan atau hubungan erat dengan tujuan penelitian yaitu
tentang “Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo
Dalam Upaya Mendorong Partisipasi Masyarakat di Dusun Badran, Kelurahan Bumijo”.
Dalam melakukan observasi, peneliti mengikuti beberapa aktivitas rutin yang dilakukan
oleh Bank Sampah Lintas Winongo yaitu pengumpulan sampah setiap sekali seminggu
(setiap hari Sabtu). Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh data secara
langsung dan melihat situasi yang terjadi saat pengumpulan dan penimbangan sampah,
bahkan peneliti menjadi salah satu nasabah. Selain itu, peneliti melakukan wawancara
secara mendalam dengan beberapa narasumber yang memiliki pengetahuan banyak
tentang bank sampah yaitu dengan perintis dan pengelola Bank Sampah Lintas Winongo.
Dalam upaya mendukung beberapa cara ini peneliti juga melakukan pengumpulan data
melalui dokumentasi dengan cara mengambil beberapa gambar sebagai bahan
menemukan data di lapangan.
1. Pendekatan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan Oleh Pengelola Bank
Sampah Lintas Winongo kepada Masyarakat
1.1 Eleman dalam komunikasi interpersonal
a. Sumber – penerima
Komunikasi menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk berinteraksi
antar sesama manusia. Proses yang berlangsung antar seorang komunikator
dengan komunikan tentu saja memiliki tahapan-tahapan sehingga bisa
memberikan makna/ pesan dari setiap informasi yang disampaikan atau diberikan.
Peran komunikator dan komunikan dalam melakukan komunikasi interpersonal
tentu saja bisa berubah sesuai dengan kebutuhan siapa penerima maupun siapa
pemberi informasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama mengikuti beberapa
aktivitas rutin di Bank Sampah Lintas Winongo, komunikasi yang dilakukan
terlihat berlangsung secara dua arah. Pengelola bank sampah memulai
komunikasi dengan mencoba menyapa para nasabah yang datang, menanyakan
kabar, menanyakan aktivitasnya masing-masing. Kemudian nasabah sebagai
komunikan menjawab atau memberi informasi sesuai dengan yang ditanyakan.
Sebaliknya, yang terjadi setelahnya dalah nasabah ini menanyakan hal yang sama
kepada pengurus yang melayani mereka dan akhirnya terjadi komunikasi yang
dua arah. Sehingga kadang-kadang di situasi seperti ini juga diantara mereka
membahas hal-hal yang tidak berkaitan dengan sampah atau berhubungan dengan
kelansungan atau situasi yang terjadi di bank sampah sambil menikmati minuman
dan makanan ringan yang disediakan oleh pengurus.
Hal ini membuat komunikasi diantara mereka terlihat begitu akrab dan
dekat. Bahkan sesekali ada beberapa warga juga yang membawa makanan ringan
untuk disajikan di meja di sekret bank sampah. Setiap nasabah yang datang akan
ditawari untuk makan dan minum bersama. Ada juga yang langsung ambil.Situasi
ini juga diakui sendiri oleh Bu Siti Rojanah sebagai ketua Bank Sampah Lintas
Winongo
“kadang gini loh mba ada warga yang kadang-kadang membawa makanan
ringan, terusan untuk disajikan dan makan bersama oleh petugas yang
bekerja di sini, terusan juga nasabah yang datang kadang juga ambil dan
makan minum, kadang yang minta bawa pulang juga” kata bu Siti.

b. Enkoding – Dekoding
Penyampaian informasi yang berlangsung antara pelaku komunikasi yang
akhirnya melahirkan interaksi tentu saja berlangsung karena adanya kegiatan
saling memproduksi dan memahami pesan.

Gambar 8
Situasi komunikasi pengelola dan nasabah saat hari rutin
pengumpulan sampah
Dalam melakukan pengamatan ada beberapa hal yang diamati oleh
peneliti adalah bahwa proses mengantarkan pesan yang disampaikan oleh
pengelola Bank Sampah Lintas Winongo sebagian besarnya dilakukan secara
verbal. Peneliti beberapa kali melihat pengelola menyampaikan informasi atau
pesan kepada nasabah yang datang tentang bagaimana caranya mereka
mengumpulkan sampah dari rumah dan bagaimana memilah berdasarkan
jenisnya. Hal ini beberapa kali dilakukan setiap kali ada nasabah yang memang
membawa samoahnya masih tercampur-campur. Hal ini memang menjadi
kesepatan awal yang diputuskan olehh pengelola untuk memberikan kesadaran
kepada masayarakat agar terbiasa dan menjadi masyarakat yang mandiri. Hal ini
pun terungkap oleh Bu Parti sebagai pembina bahwa:
“Kalo kita memang dari awal kita sampaikan ya. Pertama kita enggak mau
jemput bola. Jadi gak mau pengurus yang datang dari rumah ke rumah.
Karena kan kita banyangan wah ini mesti ini ke depannya repot. Harus
kita datangin satu per satu. Padahal kan pengurusnya terbatas sekali
tenaganya”

Konsep ini menjadi sangat penting untuk dipahami oleh semua nasabah.
Penyampaian informasi seperti ini dilakukan secara terus menerus oleh pengurus
yang juga merupakan sebagain besar ada kader-kader di RW.11. Memahami
menjaga lingkungan dan menambung sampah sampai pada bagaimana memilah
sampah sesuai dengan nilai dan jenisnya. Hal ini juga diungkapkan langsung
dalam wawancara oleh ibu Siti Rojanah sebagai ketua Bank Sampah Lintas
Winongo:
“Jadi saya itu sak memberi pengertian sama masyarakat, misalnya sama,
ya di PK, kalau PKK kan belum tentu orang itu jadi nasabah semua. Jadi
sering memberi pengertian itu kalau ada pertemuan. Jadi semua kader itu
saling promosi bahwa untuk bank sampah itu enaknya terperinci gitu”
Ini menjeleaskan bahwa penyampian informasi atau pesan yang
disampaikan oleh pengelola atau pengurus itu berupa pesan secara langsung.
Penyampaian infoemasi-informasi ini disebarkan di berbagai macam kegiatan-
kegiatan yang melibatkan masyarakat/nasabah.
c. Kompetensi komunikasi
Seorang pengirim pesan tentu saja harus perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan situasi saat mana informasi disampikan kepada komunikan.
Komunikasi yang terjalin di kelompok bank sampah seringkali dilakukan secara
langsung. Hal ini terlihat ketika observasi peneliti melihat beberapa kali pengurus
melakukan komunikasi dan itu berlangsung secar adua arah. Tentu saja ini
merupakan salah satu strategi mereka untuk memilih situasi yang cocok untuk
melakukan interkasi dengan masyarakat. Karena disaat adanya aktivitas rutin
adalah momen yang untuk berdialog dengan sesama mereka meskipun hal yang
dibicangkan tidak hanya seputar tentang bank sampah.
Pada saat pertama membuka bank sampah juga para pengelola bank
sampah yang merupakan sebagian besar adalah ibu-ibu kader-kader RW.11 juga
membuat kesepakatan agar yang menjadi anggota pertama saat itu adalah
pengurus. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk memberikan contoh diawal
dari mererka dan menarik partisipasi masyarakat yang lain. Hal ini diungakapkan
langsung oleh pembina bank sampah Lintas Winongo yang juga merupakan ketua
RW.11 di Kmapung Bandran. Beliau mengatakan bahwa:
“Iya. Itu 2009. Tapi saat itu belum begitu banyak anggota tapi cuma watu
itu kami berkomitmen pokoknya pengurusnya dulu. Kita kan susah to
kalau langsung ngomong gini-gini oh banyak yang nantang juga, wah
ngapain ngurusin sampah itu kan ide yang gila. Jadi pengurus dulu harus
jadi anggota bank sampah”
Kemampuan untuk menarik pasrtisipasi masyarakat memang tidak mudah.
Oleh karena itu yang paling pertama dilakukan adalah harus diperlihatkan hasil
diawal untuk menunjukan bukti apa manfaat dari adanya bank sampah itu sendiri.
Oleh karena itu dengan konsep yang disampaikan oleh bu Parti ini menjadi
kesepakatan bersama bagi pengurus dalam upaya untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat.

d. Pesan dan saluran


Pesan yang tersampaikan kepada komunikan ada yang disampaikan secara
verbal maupun nonverbal. Kefektivan komunikasi antar pribadi tentu sangat
diharapkan adanya pesan yang tersampaikan secara verbal maupun non verbal.
Hasil pengamatan dan juga pengalaman yang dialami oleh peneliti dalam
mengunjungi dan mengikuti aktivitas rutin masyarakat di sekret bank sampah
menunujukan bahwa ada pesan juga disampaikan secara verbal maupun non
verbal. Peneliti sendiri merupakan nasabah baru di Bank Sampah Linats
Winongo. Pada tanggal 30 September 2023 saat pertama kali peneliti membawa
sampah, ternyata ada beberapa sampah yang masih tercampur (belum dipilah) dan
kalau dipisahkan ternyata nilai harganya berbeda. Hal yang dilakukan pengelola
yang melayani saat itu adalah dengan mencoba memberi tahu secara langsung dan
mempraktekan langsung memilah sampah berdasarkan jenisnya.
Ketelatenan mengumpulkan sampah juga perlu dipupukan terus kepada
nasabah. Hal ini terus-menerus dilakukan dan bukan hanya dilakukan pengurus
juga oleh nasabah untuk memberikan contoh dan edukasi kepada masyarakat yang
lain. Ibu veronika sebagai seorang warga yang sudah lama menjadi nasabah dan
juga sering membantu aktivitas rutin di bank sampah saat wawancara
mengatakan:

“ya nganu , sekarang banyak yang itu. Nanti kalo yang deket-deket kan
‘ini payu ora mba’? Payu di sendiri kan. Saya bilang gitu. Jangan dibuang
kalau yang ini, kalau yang plastik-plastik ini disendiri kan. Belakang itu
(dibelakang dapur) tak kasihkan bagor soalnya ada yang minum es
masukan situ plastiknya nanti saya cuci”

Ibu Veronika mengumpulkan sampahnya dan mulai melakukan pemilahan


pada sampah sesuai jenis dari rumah. Kalimat di atas menunjukan bahwa dia
sebagai seorang ibu rumah tangga yang juga telah lama bergabung di bank
sampah memberikan contoh yang baik kepada warga terkhususnya tetangga
asekitar rumahnya. Kebiasaan ini menjadi salah salah satu bentuk komunikasi
tidak langsung untuk memberikan pemahaman serta edukasi kepada sesama
warga. Bentuk ketelatenan ini juga tergambar ketika peneliti melanjutkan
pertanyaan kepada ibu Veronika tentang bagaimana ketika masyarakat itu sulit
memahami apa yang disampaikan. Beliau mengatakan:
“Kadang ada yang enggak telaten gitu. Kalau gak telaten nanti bawa ke
sana aja, nanti dicampur dipilah di sana. Saya pilah-pilahkan. Besok ini ya
mbawain ini misalnya kantong plastik ini di isi botol di isi sendiri-sendiri
gitu”
Gambar 9
Pengelola membantu memilah sampah yang dibawa nasabah sambil
memberikan edukasi

Komunikasi ini seperti memang sangat perlu dan penting untuk


memberikan pemahaman yang akhirnya mempu memberikan dampak perubahan
sikap bagi siapapun termasuk kepada warga yang ada di RW.11.

e. Umpan balik

Informasi yang disampaikan tentu memiliki maksud dan tujuan tersendiri


dari seorang pengirim informasi. Komunikasi interpersonal tentu mengharapkan
adanya umpan balik (feedback) antar pelaku komunikasi. Dengan adanya umpan
balik maka komunikasi yang terjalin adalah komunikasi dua arah. Bank sampah
Linas Winongo hadir dengan tujuan awal adalah untuk membuat masyarakat
sadar akan pentignya menjaga lingkungan. Sehingga pada awal mendirikan bank
sampah yang ditanamkan pertama oleh Pak Joko selaku perintis adalah
bagaiamana memberdayakan masyarakat mulai dari orang-orang yang
mempunyai kepentingan bagi Kmapung/Dusun Badran yairu kader-kader PKK
dan lain sebagainya.

Upaya ini dilakukan untuk memberikan contoh yang baik baik masyarakat
dan memberikan pemahaman mereka secara perlahan tentang lingkungan yang
bersih dan tidak membuang sampah semabarangan. Dalam wawancara yang
dilakuakan Pak Joko selaku Ketua RT pada saat itu (tahun 2009) mengatakan
bahwa:

“itu yang pertama itu e, warga masyarakat sini perlu di tingkatkan untuk
kesadaran tidak buang sampah sembarangan. Dan yang kedua saya itu
lihat di tong-tong sampah warga itu kan ada e botol aqua, terus plastik .
kerdus dan lain sebagainya. Nah kebetulan kan di gapuro di sebelah
nyebrang itu , itu kan pengepul besar. Dulu e di terima segala macam
sampah yang laku dijual”
Perintis bank sampah Lintas Winongo menginisiasi bank sampah dengan
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang sampah dan
bagaiamana menjaga lingkungan. Hal ini dilakukannnya karena pada saat itu
beliau ingin membuat program selama menjadi ketua RW. 11 dengan koncern
terhadap kebersihan lingkungan. Pernyataan ini juga diakui oleh bu Parti sebagai
pembina bank sampah:

“Sebenarnya ketika kami dulu berinisiasi sama pak Joko mengelola


sampah itu malah belum sebuming sekarang, belum banyak bank sampah.
Cuman kan kami apa ya, merasa bertanggungjawab untuk utamanya
lingkungan sih waktu itu. Kita belum mikir ke profitnya. Batu ke
bagaimana menjaga lingkungan. Toh akhirnya kan sekarang menjadi
berkembang sesuatu yang menghasilkan”
Bentuk komunikasi yang ternyata tidak hanya dilakukan secara verbal
tetapi juga secara non-verbal menjadi bagian dari langkah untuk memberikan
pengertian kepada masyarakat. Sehingga timbal balik yang direspon dari
masyarakat juga berbeda.

“Waktu itu kan sering juga dapat hadiah ya, jadi kalau yang nasabah baru
itu, ini kesepakatan pengurus ya, kalau yang anu ya terusan diajak piknik
yang nasabah. Jadi yang membuat nasabahnya banyak ya terusan selalu
piknik sehingga mereka tertarik untuk jadi nasabah”. Ungkap bu Siti
Gambar 10

Situasi saat keriuhan pengelola dan nasabah di tempat pengumpulan


sampah

Dalam wawancara yang dilakukan dengan ibu Siti Rojanah sebagai ketua
pengelola bank sampah Lintas Winongo peneliti menemukan bahwa pada saat
awal mendirikan bank sampah masyarakat memang belum terlalu banyak yang
berminat. Namun, pengelola terus berusaha hingga masyarajat yang melihat usaha
mereka dengan mengikuti dan memenangkan beberapa lomba dan para nasabah
diajak untuk berpiknik. Dari sinilah banyak yang akhirnya tertarik untuk
menambung sampah dan mau menjadi nasabah. Ini merupakan bentuk tanggapan
balik dari masyarakat dalam menanggapi bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
para pengurus saat itu.

f. Gangguan/ noise
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikan
kepada komunkator. Namun dalam melakukan komunikasi tentu saja ada yang
menjadi penganggu atau penghalang tersampainya pesan atau membuat maksud
pesan tidak tersampaikan dengan utuh. Hal yang sama juga dialami oleh
pengelola bank sampah Lintas Winongo dalam melakukan proses penyampaian
pesan kepada masyarakat. Gangguan ini bisa saja berasal dari dalam/internal
maupun eksternal.
“Kalau kendalanya sih sebenarnya memang karena apa ya? Kita merubah
mindseet ya. Wilayah kita itu kan pinggir sungai. Biasanya kan
masyarakat tinggal taro sampah di sana habis itu selesai. Tapi kan enggak
pernah berpikir yang di ujung sana itu seperti apa. Nah itu yang paling
susah itu warga di sini. Kadang-kadang juga ‘alah males ngapain sampah
harus dikelola gini-gini kan. Yaudah buang beres’ gitu. Nah itu yang
memang tantangan kami ya merubah minsetnya warga bahwa sampah itu
masih ada nilai ekonominya”
Menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan Pembina bank
sampah yaitu ibu Parti menyebutkan bahwa pada awal terbentuknya kelompok
bank sampah ternyata ada banyak kendala yang dialami khususnya ketika
berusaha untuk memberikan pengertian kepada masyarakat. Kendala yang paling
utama adalah sulinya merubah pola pikir masyarakat tentang isu lingkungan
khususnya sampah dan dampaknya. Ini merupakan salah satu bentuk gangguan
dalam proses komunikasi yang dilakukan dan berasal dari internal masyarakat
sendiri.

Selain itu ternyata, adapun hambatan atau gangguan komunikasi yang


dialamai juga adalah karena masih adanya pihak luar yang juga memiliki
kepentingan yang sama yaitu pengepul keliling. Ini menjadi salah satu faktor luar
yang menjadi pengganggu tersampaikannya pesan atau maksud komunikasi yang
dilakukan oleh pengelola bank sampah

“Kalau sekarang sih, justru kita bersaing dengan para pengepul keliling.
Iya itu yang masih ada” Ungkap bu Parti saat peneliti ditanyai tentang apa
saja yang masih menjadi kendala memberikan pemahaman kepada
masyarakat.

1.2 Hubungan interpersonal sebagai sistem


a. Harapan

Dalam melakukan peneltian melaui observasi dan juga wawancara penelti


menemukan beberapa hal yang menjadi harapan perintis sekaligus pengelola bagi
masyarakaat:
1. Mengubah pola pikir masyarakat di Kampung Badran RW. 11serta
memiliki kesadaran tentang kepeduliannya dengan lingkungan
khususnya tidak membuang sampah dengan tujuan menjadikan
kampung badran sebagai kampung yang bersih.
2. Di samping itu, dengan memilah sampah juga ternyata bisa memiliki
nilai jual dengan harapan mampu memberikan nilai ekonomi bagi
masyarakat.
3. Pak Joko sebagai perintis menanggap kampung badaran memiliki
potensi yang mampu diangakt dan bisa menjadikannya sebagai
kampung ekowisata. Sehingga dalam melakukan wawancara beliau
seidri mengatakan bahwa
“Terus yang ketiga, saya itu berpikir bahwa dusun ini sebenarnya
kan potensinya luar biasa. Satu kita ada di belantaran sungai,
sungai Winongo. saya itu sebenarnya berpikir jauh ke depan. Saya
itu cita-cita saya pengen jadi kawasan RW.11 itu jadi eh minimal
itu tempat wisata eko. Ekowisata istilahnya”

Ketiga hal di atas menjadi harapan yang diinisai sejak awal oleh
para perintis maupun pengelola untuk menjadikan bank sampah sebagai
wadah membangun kampung dan diawali dengan membentuk kelompok
pengeloahan sampah sementara.

b. Interaksi interpersonal

Dalam mencapai bebeapa harapan di atas tentu saja ada hal yang menjadi
langkah selanjutnya yang dilakukan oleh perintis dan pengelola sejak awal adanya
bank sampah salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan komunikasi
baik secara verbal maupun non verbal. Adapun cara yang dilakukan oleh mereka
adalah dengan menerapkan beberapa strategi:

1. Memulai dengan mengajak kader-kader kampung Bandran melakukan


Sudi banding ke beberapa tempat yang berhubungan dengan smapah
yaitu ke TPA Piyuangan dan ke bank sampah di RW 10
Cokrodiningratan yang sudah memiliki pengalaman dalam pengolaha
sampah
2. Pengelola bank sampah menjadi orang yang pertama menjadi nasabah
3. Mengikuti berbagai lomba yang berkaitan dengan isu lingkungan dan
sampah
4. Mengedukasi masyarakat melalui kegaiatan-kegiatan yang melibatkan
masyarakakat seperti: PKK, ABSARI, Desa Prima, Koperasi Panca
Arta, Amal Srikandi, Griya Rumpun dan lain sebagainya.

“Kita kan banyak, kebetulan di wilayah RW. 11 itu banyak sekali


organisasi ya. Ada PKK, ada Absari, ada koperasi dan sebagainya. Jadi
melalui pertemuan-pertemuan tersebut kita sosialisasi, kita sampaikan
kegiatan bank sampah, kegunaannya, keuntungannya ikut anggota
bank sampah”.
Tegas bu Parti pada saat diwawancarai

Beberapa konsep ini menjadi strategi yang dilakukan oleh pengelola sebagai
bentuk komunikasi dengan masyarakat dengan tujuan untuk mencapai harapan
bersama.

c. Pengalaman

Adapun beberapa proses komunikasi ternyata tidak hanya sampai di situ.


Pengelola sendiri tidak pernah ada bosan-bosannya untuk terus melakukan
edukasi, sosialisasi kepada masyarakat tentang bank sampah. Sehingga, setiap
proses dan hasilnya semua dijadikan pengalaman bagi pengurus dalam mencari
cara untuk menambah jumlah nasabah maupun nutuk menarik kembali nasbah
yang jarang mengumpukan sampah. Ini menjadi salah satu bentuk yang akhirnya
menjadi pengalaman bagi pengelola. Dalam wawancara bu Siti mengatakan
bahwa:

“Jadi untuk sosialisasinya itu tetap secara umum biar mengguggah oh iya
saya sudah lama tidak menjadi nasabah. Jadi yo secara umum, bukan
terusan kamu harus setor. Kalau bisa yo, kan kita sebagai partisipasi
sebagai warga RW.11 menjadi nasabah kan suatu bentuk pasrtisipasi ke
kampung gitu”
Konsep komunikasi yang dilakukan pengelola adalah melalui sosialisasi di
setiap kali pertemuan yang dilakukan di kampung Badran.

2. Upaya Pengelolaan Bank Sampah Lintas Winongo dalam mendorong partisipasi


masyarakat.
Keterampilan komunikasi:
Kemampuan untuk melakukan komunikasi sangat diperlukan dalam mencapai
komunikasi yang baik, lancar dan efektif. Artinya perlu ada skill atau keterampilan
yang harus dimiliki oleh sorang pelaku komunikasi, apalagi komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal sangat mengharapkan orang yang melakukan
komunikasi (komunikator/komunikan) harus mempu memberikan makna amksud
pesan yang ingin disampaikan kepada lawan bicara. Adapun keterampilan itu antara
lain adalah:
a. Kemampuan percakapan
Seorang yang melakukan interaksi dengan orang lain setidaknya memiliki
kemampuan untuk bercakap dengan baik. Dalam artian pihak yang melakukan
komunikasi harus mampu memberikan ketegasan dalam situsi saat berinteraksi.
Dari hasil penelitian peneliti mendapati kemampuan percakapan pengelola bank
sampah terlihat tegas. Pada awal pembentukan bank sampah, ada beberapa hal
yang menjadi aturan yang disepakati bersaam oleh para pengurus dala rangka atau
upaya untuk melancarakan program bank sampah.
“Kalo kita memang dari awal kita sampaikan ya. Pertama kita enggak mau
jemput bola. Jadi gak mau pengurus yang datang dari rumah ke rumah.
Karena kan kita banyangan wah ini mesti ini ke depannya repot. Harus
kita datangin satu per satu. Padahal kan pengurusnya terbatas sekali
tenaganya”

Pernyataan di atas merupakan pernyataan yang disampaikan oleh bu Parti


selaku pembina bank sampah Linats Winongo saat wawancara dengan peneliti.
Melalui pernyataan ini dapat dikatakan bahwa ini merupakan salah bentuk konsep
komunikasi yang menjadi kesepatan para pengelola secara tegas dalam
mengawali program bank sampah. Selian itu, lebih lanjut juga Bu parti
menyampaikan tentang keberlanjutan beberapa hal yang dilakukan oleh pengurus
saat itu untuk memberi tahu atau mengedukasi masyarakat. Bu Parti
menyampaikan bahwa:
“Kita kan banyak, kebetulan di wilayah RW. 11 itu banyak sekali
organisasi ya. Ada PKK, ada Absari, ada koperasi dan sebagainya. Jadi
melalui pertemuan-pertemuan tersebut kita sosialisasi, kita sampaikan
kegiatan bank sampah, kegunaannya, keuntungannya ikut anggota bank
sampah”

b. Keterampilan referensial
Informasi yang disampaikan secara tegas dan jelas tentu saja menjadi
harapan dari setiap pelaku komunikasi saat berinterkasi. Begitu juga yang
dilakukan oleh pengelola bank sampah Lintas Winongo. Sejak awal pembentukan
bank sampah, saat melakukan edukasi atau memberikan pemahaman kepada
masyarakat pengelola memberikan edukasi tentang apa itu bank sampah,
pentingnya menjaga lingkungan dan mengumpulkan sampah, manfaatnya untuk
lingkungan kampung Badran serta manfaat untuk penambahan ekonomi bagi
mereka sendiri. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentu saja hal
pertama yang harus dilakukan oleh mereka sebagai pengelola agar masyarakat
mengerti apa tujuan dibentuknya bank sampah itu. Edukasi tentang bank sampah
dan manfaatnya inilah yang mebuat mereka perlahan atau pelan-pelan akan
menjadi tahu dan mulai menjadi nasabah. Adapun yang disampaikan oleh
pembina bank sampah sendiri yaitu ibu Parti bahwa:
“Jadi memang kita sampaikan dari rumah sudah harus di pilah-pilah di
sendirikan, karena nilai jualnya akan lebih tinggi. Ketika mereka campur
kita hanya ambil rata-rata sekilo lima ratus rupiah misalnya. Tapi ketika
dipilah. Botol aqua bia seribu lebih, kardus itu juga hampir dua ribu. Kan
harganya lebih tinggi. Itu memang selalu kami sampaikan seperti itu”

Pernyataan ini adalah satu bentuk penjelasan yang disampaikan oleh pengelola
saat itu tentang apa saja yang perlu masyarakat lakukan untuk mendukung
berjalannya program bank sampah di kampung Badran serta tercapainya apa yang
menjadi tujuan bersama. Dalam proses wawancara dengan informan Ibu Siti juga
dikatakan:
“Biasanya kan bekas bakso dan sebagainya kan pada dibuang, terus saya
kan selalu itu loh kalau habis beli bakso dan sebagainya kita kan kadang-
kadang asah-asah membuang air to, itu nanti langsung di cuci langsung
dicentel ke di paku, nantikan akan adus paginya bisa dimasukan ke jenis
plastik atau jenis kresek”

Penyampaian pesan yang dilakukan oleh pengelola tergambar begitu jelas dengan
apa yang disampaikan bu siti di atas. Bahwa mereka sebagai pengelola bahkan
memberikan edukasi bagaimana masyarakat memiliah sampahnya mulai dari
tahap pembersihan sampah plastik, dikumpulkan lalu dimasukan ke tempat yang
jenisnya sama.

c. Keterampilan yang mendukung

Tahap komunkasi yang efektif salah satunya dalah dengan adanya saling
dukung atau komunikasi yang terjalin berujung adanya dukungan untuk kebaikan
bersama antar pelaku komunikasi. Dengan adanya saling mendukung makanya
keduanya akan ada rasa saling percaya tanpa adanya rasa ragu. Dalam mendukung
upaya agar masyarakat percaya terhadap apa yang dilakukan oleh pengelola bank
sampah ada begitu banyak cara yang dilakukan pengelola bank sampah Lintas
Winongo. Dalam wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan pak Joko
Sularno sebagai perintis adalah:

“waktu itu diwajubkan pengurusnya, pengurus ini Lintas Winongo itu


yang pertama harus menabung di bank sampah. Kemudian 2010 itu ada
lomba dari keluarahan itu kita diikutkan lomba ini. Ya itu tadi masyarakat
itu pada awal belum secara langsung diterima. Makanya setelah lomba
baru mulai ada yang percaya dan tertarik”

Dari pernyataan pak Joko ini mengandung makna bahwa langkah yang
mereka lakukan untuk mendapatkan dukungan atau kepercayaan dari masyarakat
saat itu adalah dengan memulai dengan pengurus sebagai nasabah pertama,
seanjutnya mereka mengikuti berbagai lomba yang akhrinya memberikan banyak
manfaat positif bagi keberlanjutan bank sampah. Sehingga mereka memperoleh
banyak penghargaan juga akhirnya dukungan dari berbagai pihak untuk terus
melakukan perkembangan terhadap bank sampah. Melalui proses ini akhirnya
banyak masyarakat yang percayat dan tertarik untuk menjadi nasabah.
d. Keterampilan menghibur

Dalam proses interkasi saat berkomunikasi ternyata juga harus mempunyai


skill untuk memberikan hiburan yang akhirnya menciptakan rasa aman kepada
orang lain atau lawan bicara. Proses penelitian dengan melakukan wawancara
mendalam dengan beberapa informan yang memberikan informasi tentang
kelangungan bank sampah Lintas Winongo salah satunya adalah strategi apa yang
mereka lakukan untuk menarik partisipasi masyarakat. Karena ini merupakan
salah satu keterampilan yang harus mereka miliki untuk memberikan keyakinan
kepada masyarakat. Adapun melalui proses wawancara dengan ketua bank
sampah Lintas Winongo bu Siti Rojanah:

“Di sini berusaha mencari pengepul yang harganya di atas yang keliling
itu loh, kan ada yang perosok keliling. Perosok keliling itu kan hanya satu
karung ya lima ribu atau dua ribu kadang dicampur. Tapi kita kan ada
aqua sendiri dan lain-lain. Di sini ada kelebihannya seperti itu makanya
orang yang sudah tau yo saya enak di bank sampah soalnya terinci”

Melalui cara ini Ibu Siti selaku ketua memikirkan bahwa mereka sebagai
pengelola harus mencari pengepul yang memang menerima semua jenis sampah
khsusnya sampah organik. Menurutnya hal ini yang akan menjadi salah satu cara
agar terterik untuk mengumpulkan dan menabung sampah, karena ssemua
sampah khususnya sampah organik diterima. Menurut bu Siti karena memang ada
pengepul yang hanya menerima beberapa jenis sampah saja, sehingga hal ini akan
membuat pengelola kerepotan untuk mencari pengepul lain untuk menjualnya.
Gambar 11
Situasi saat nasabah membawa sampah yang telah terpilah berdasarkan
jenis
Wawancara juga peneliti lakukan dengan Bu Veronika. Dari wawancara ini
peneliti menemukan bahwa partisipasi masyarakat ternyata timul karena adanya
kemauan. Dalam wawancara ini bu Veronika sebagai nasabah sejak bank sampah
didirikan dan beliau mengatakan:
“ya masalahnya kan kita pertama itu banyak temannya ya refreshing.
Terus juga itu kan bank sampah itu untuk mengurangi sampah di rumah.
Ketiganya kan mendapat keuntumngan, meskipun sampah sedikit
dikumpulkan jadi banyak nilai tambah ekonomilah”

“Kesadaran loh mba. Kita seneng gitu loh mba, saya sama mba Tuti itu
seneng. Tapi juga ada yang nasabah yang dikiranya kita dibayar. Enggak
kita itu gak ada bayaran, itu sosial, relawanlah”

Bu Veronika dalam pernyataan ini ingin mengungkapkan bahwa dia


merasa ada ada manfaat yang dia temukan ketika bergabung dibank sampah.
Dengan bergabung bersama bank sampah dia merasa adanya hiburan karena dia
bertemu dengan orang, berinterkasi, sampah rumah tangga tidak terbuang dan
yang pasti mendapatkan nilai ekonomi.

e. Keterampilan manajemen konflik


Tercapainya kesepakatan bersama/ efektifnya komunikasi dalam
melakukan komunikasi tentu saja perlu adanya keterampilan memanajemen atau
menyelesaikan masalah yang dialam. Sejak awal pembentukan komunitas bank
sampah tentu saja pengelola mengalami kesulitan atau masalah yang perlu adanya
penanganan agar mencapai tujuan yang diharapkan, pengelola sendiri mengakui
bahwa tidak secepat atau tidak mudah bagi mereka untuk meyakinkan masyarakat
saat awal bank sampah didirikan. Oleh karena itu, begitu banyak cara yang
mereka lakukan agar membuat masyarakt paham tentang kehadiran bank sampah,
hingga perlahan untuk mengajak mereka menjadi bagian dari nasabah bak
sampah.

Gambar 12
Pendataan nama nasabah yang mengumpulkan sampah
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu Parti sekalu ketua
RW.11 pada saat ini dan meruapakan salah satu orang yang berinisasi untuk
membuat banks samaph, beliau mengatakan bahwa:
“Iya. Itu 2009. Tapi saat itu belum begitu banyak anggota tapi cuma watu
itu kami berkomitmen pokoknya pengurusnya dulu. Kita kan susah to
kalau langsung ngomong gini-gini oh banyak yang nantang juga, wah
ngapain ngurusin sampah itu kan ide yang gila. Jadi pengurus dulu harus
jadi anggota bank sampah”

Pernyataan ini mengungkapkan bahwa saat awal bank sampah didirikan


begitu banyak masyarakat yang tidak setuju dengan adanya bank sampah. Bu
Parti sendiri mengatakan bahwa memang pada saat itu banyak diantara mereka
yang memiliki komitmen bahwa sampah itu sudah tidak dapat lagi berguna lagi
mengurusi sampah kan tinggal dibuang. Bagi mereka permasalahan selesai hanya
dengan membuang sampah disungai. Namun mereka tidak memikirkan
dampaknya bagi orang lain, lingkungan dan keberlanjutan.
Selain itu, masyarakat juga ternyata masih banyak yang belum bergabung
bersama bank sampah karena masih tergantung dengan perosok keliling. Ini
meruapakan sdalah satu masalah yang tentu juga menjadi tanggungjawab
pengelola dalam melakukan edukasi secara terus-menerus. Oleh karena itu dalam
wawancaranya bu Parti juga menegaskan:
“Ya kita hanya mengedukasi warga. Memberi semacam pembanding kalo
kamu keliling paling kamu sekarung ini dihargai enam ribu paling mahal
sepuluh ribu. Tapi kalau di kelompok kan itu bisa lebih dari dua puluh ribu
karena harus dipilah. Memang kita harus agak tenaga sedikit ya untuk
memilah-milah itu. Tapi kan kita fasilitasi juga ada karung-karung. Ya
karung plastik sendiri, karung kertas sendiri, karung botol sendiri”

Pernyataan bu Parti ini menjadi sebuah cara yang dilakukan pengelola saat
itu dalam melakukan edukasi kepada masyarakat yaitu dengan membandingkan
manfaat yang mereka peroleh ketika menambung di bank sampah lebih banyak
ketika langsung menjual di perosok keliling. Hal ini dikatakan bu Parti karena di
perosok keliling biasanya sampah dicampur dan harganya tisak sama dengan bank
sampah yang memiliki nilai jual berbeda sesuai dengan jenis.

f. Keterampilan Persuasif

Membujuk merupakan salah satu skill yang tentunya mampu menjadikan


komunikasi semakin efektif, karena dengan memiliki skill membujuk ini pelaku
komunikasi lain akan mampu terpengaruh dan mudah percaya. Memberikan rasa
percaya kepada masyarakat tentu saja menjadi upaya yang dilakukan oleh
pengelola bank sampah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pengelola bank
sampah waktu awal pembentukan bank sampah adalah memulai dengan orang-
orang yang memiliki kepentingan di Kampung Badran. Hal ini di ungkapkan
Perintis yang saat itu adalah ketua RW.11 kampung Badran. Beliau mengatakan
dalam wawancara:

“Waktu awal mula ya juga gak mulus ya. Mulus dalam arti e walaupun
memang pada waktu itu kan saya bidiknya kan bidik ibu-ibu. Kebetulan
kan istri saya kan ketua PKK. Waktu itu namanya kelompok pengelolaa
sampah sementara”

Ini adalah konsep yang menjadi langkah awal yang dilakukan untuk
mengawali pembentukan bank sampah Lintas Winongo. Pak Joko sendiri
mengungkapkan bahwa ini adalah upaya pendekatan untuk meyakinkan
masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dan upaya ini dilakuakn
dimuali dari orang-orang terdekat dan orang yang memiliki kepentingan di
kampung Badran yaitu istrinya dan kelompok ibu-ibu.

Selain itu upaya membujuk yang dilakukan oleh pengelola saat itu adalah
menciba memberikan edukasi tentang kelebihan bank sampah dibandingkan
dengan perosok keliling. Hal ini dilakukan karena pada waktu itu masihh banyak
yang belum paham dan masih menjual sampah mereka di perosok keliling. Dalam
menggali informasi dengan ibu Siti beliau mengatakan:

“tapikan saya juga sering nganu, jadi sering tak balik. Kalau ibu memang
uangnya cash misalnya dapat uang lima ribu lah unag lima ribu itu kan
langsung diminta cucunya langsung habis untuk jajan, tapikan kalau
ditabung kan tau-tau pada lihat tabungannya oh saya sudah sekian sudah
sekian”

Cara ini menurut bu Siti adalah salah satu bentuk mengedukasi masyarakat
yang belum paham tentang manfaat bank sampah yang bisa menambah nilai
ekonomi masyarakat sendiri.
g. Keterampilan naratif
Terampil menyampaikan maksud pesan secara santai merupakan bagian
dari skil berinterkasi dengan orang lain. Ini adalah skill yang tentu saja mampu
mempnegaruhi orang lai/ pelaku komunikasi dengan tujuan mencapai harapan
komunikasi. Pengelola bank sampah Lintas Winongo sebagai sebuah kelompok
yang memiliki tujuan untuk menarik partisipasi masyarakat utamanya dalam
mengelolah sampah dan menjaga lingkungan. Dalam melakukan observasi
peneliti beberapa kali melihat nasabah yang datang berinisiatif tanya sendiri
karena kadang bingung untuk memilah sampahnya bagaimana. Dan pengurus
yang melayani mereka juga sering memberikan pemahaman tentang bagaimana
cara untuk memilah sampah yaitu dengan menyiapkan wadah dengan
mencantumkan tulisan sehingga dengan mudah menaruh sampah sesuai dengan
jenisnya. Melalui wawancara dengan Ibu Veronika juga disampaikan bahwa:

“Kadang ada yang enggak telaten gitu. Kalau gak telaten nanti bawa ke
sana aja, nanti dicampur dipilah di sana. Saya pilah-pilahkan. Besok ini ya
mbawain ini misalnya kantong plastik ini di isi botol di isi sendiri-sendiri
gitu”

Dalam wawancara ini ibu Veronika selaku nasabah yang sejak lama juga
merupakan relawan yang sudah sejak lama membantu kegiatan rutin di bank
sampah mengatakan bahwa memang ketika banyak yang masih belum mengerti
kadang-kadang dirinya membiarkan mereka membawa sampahnya tercamupr
dulu, selanjutnya sampai di bank sampah akan diajarinya lansgung tentang
sampah dan jenis untuk dipisah-pisah dari rumah. Beliau mengakui memang ini
secara terus-menerus melakukan edukasi atau pemberian pemahaman.
Selain itu adsa upaya lain yang juga dilakukan oleh pengelola sebagai
bagian dari bentuk mengajak masyarakat memiliki insiatif bergabung menajdi
nasabah. dalam wawancara peneliti dengan ibu Siti Rojanah:

“Waktu itu kan sering juga dapat hadiah ya, jadi kalau yang nasabah baru
itu, ini kesepakatan pengurus ya, kalau yang anu ya terusan diajak piknik
yang nasabah. jadi yang membuat nasabahnya banyak ya terusan selalu
piknik sehingga mereka tertarik untuk jadi nasabah”

Dalam pernyataaanya bu Siti menjeaskan bahwa saat awal bank sampah


didirikan salah satu hal yang dilakukan adalah dengan mengajak para nasabah
untuk berpiknik. Dan uang piknik itu dihasilkan dari beberapa beberapa
penghargaan menang lomba yang diraih oleh bank sampah. Bu Siti sendiri
mengakui bahwa sejak saat itu barulah banyak orang yang mulai ikut dan tertarik
untuk menjadi nasabah.

3. Kendala yang dialami oleh Bank Sampah Lintas Winongo dalam berupaya
mendorong partisipasi.

Komunikasi yang efektif tentu saja yangg diharapkan oleh semua pelaku
komunikasi. Namun, proses komunikasi juga pasti mengalami kendala atau
permasalahan. Kondisi ini bisa saja berasal dari dalam internal pemberi pesan ataupun
dari sisi komunikan atau bahkan dari pihak luar/pihak lain yang mengganggu berjalan
komunikasi yang lancar atau efektif.

a. Hambatan dari dalam diri komunikator


Salah satu kendala yang terjadi ketika melakukan komunikasi kurangnya
kemampuan dari seorang pengirim pesan untuk memberikan informasi sehingga
informasi/ pesan yang akan disampaikan akan kurang efektif bagi penerima.
Dalam pembentukan kelompok bank sampah pengelola tentu saja harus terus
melakukan komunikasi dengan masyarakat/nasabah atau dengan sesama
pengelolanya. Hal ini tentu saja dilakukan dengan memberikan pesan apa pun
kepada masyarakat maupun sebaliknya masyarakat ketika melakukan komunikasi
dengan pengelola. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat beberapa
kali melakukan observasi peneliti menemukan bahwa ada kekurangkan
kekompakan pengelola dalam menjalankan program bank sampah, khususnya saat
hari sabtu saat aktivitas rutin pengumpulan sampah. Peneliti melihat pengelola
yang hadir setiap hari Sabtu adalah orang yang sama, sedangkan pengelola yang
lain tidak terlihat.
Gambar 13
Situasi penimbangan sampah
Pengamatan ini peneliti perkuat dengan mencoba memvalidasikan saat
melakukan wawancara dengan pengurus yaitu Ibu Siti Rojanah sekalu ketua bank
sampah. Bu Siti menyampaikan:

“Kalau untuk pertemuan pengurus jarang. Jadi saya kalau mau anu yo
pada saat pertemuan dasawisma karena itu kan sudah mewakili warga to.
Tapi kalau untuk pertemuan untuk pengurus nanti uangnya habis untuk
pertemuan wong uang kasnya berapa, kan mesti harus keluar snack “

Ini menjelaskan bahwa para pengelola sepertinya jarang melakukan pertemuan


yang bisa melakukan evaluasi segala kegiatan yang berlangsung di bank sampah.
Dalam wawancara ini juga bu Siti menyampaikan keluahnnya tentang
kepengurusan bank sampah yang jarang menghadiri kegiatan di setiap hari Sabtu:
“Saya kalau bisa itu setiap hari sabtu datang. Sudah saya menyediakan
snack, gak pada datang. Yah misalnya kalau mau membahas apa-apa kan
setelah itu, tapi gak ada yang datang”

b. Hambatan dalam penyampaian simbol dalam pesan

Simbol dalam pesan adalah salah satu bentuk penyampaian informasi yang
mampu menjelakan maksud pesan tidak hanya secara kata-kata. Dan penyampain
simbol ini akan mampu memberikan makna yang lebih efektif terhadap pesan yang
ingin disalurkan. Akan tetapi, simbol ini juga tentu akan memicu ketidakefektivan
pesan apabila kedua pelaku komunikasi kurang mampu memberikan atau salah
memberikan simbol terhadap maksud pesan.

Pengelola bank sampah Lintas Winongo dalam menjalankan bank sampah


sangat mengharapkan masyarakat mampu mengelola sampah yang mereka hasilkan
utamaya adalah sampah rumah tangga. Oleh karena itu, pengelolan menghimbau agar
masyarakat mengelola sampah organik di rumah masing-masing. Adapun
pengembangan bank sampah di dengan melakukan pengelolaan sampah organik
adalah pengolahan kompos, biopori, ecoenzym dan lainnya. Sehingga beberapa
langkah yang dilakukan oleh pengelola bank sampah ada melakukan pelatihan untuk
mengolah sampah-sampah organik agar tidak terbuang dan menjadi sesuatu yang
bermanfaat.

“tapi yo pernah ada ibu yang membawa kompos ke sini (bank sampah). Terusan
‘ini komposnya bau mba’ katanya. Harunya kan sudah tau ya karena pernah
melakukan pelatihan, yok kompos kan memang dia bau. Berartikan memang
belum paham”
Pernyataan di atas merupakan pernyataan yang disampaikan oleh ketua bank
sampah (Bu Siti Rojanah) tentang kurangnya pemahaman beberapa orang bagaimaan
mengolah sampah organik agar bisa digunakan.

c. Hambatan pemilihan media


Komunikasi tidak hanya berbicara tentang pemilihan kata dan simbol,
tetapi juga berbicara tentang chanel atau media apa yang digunakan untuk
menyampaikann informasi. Berdasarkan pengamatan peneliti media yang
digunakan untuk melakukan komunikasi atau memberikan informasi atau pesan
adalah mayoritas media WhatsApp, selain itu mereka juga melakukan komunikasi
ketika melalui berbagai pertemuan warga speerti PKK, Dasawisma dan kelompok
lainnya di Kampung Badran.
Selalin itu hasil observasi peneliti juga melihat adanya papan yang
digunakan untuk membuat pengumuman, namun tidak terlihat ada tulisan yang
memebrikan informasi di papan tersebut. Sehingga, dalam hal ini penggunaan
fasilitas yang bisa dijadikan saluran untuk memberikan informasi belum
digunakan dengan maksimal. Strategi melakukan komunikasi yang dilakukan
pengelola sebagian besar adalah melalui pertemuan tidak melakukan komunikasi
secara pribadi (orang-perorang). Bu siti Rojanh dalam wawancara mengatakan:
“Jadi untuk sosialisasinya itu tetap secara umum biar mengguggah oh iya
saya sudah lama tidak menjadi nasabah. Jadi yo secara umum, bukan
teruan kamu harus setor”

Pernyataan bu Siti ini menjelaskan bahwa komunuikasi yang mereka


lakukan tidak secara pribadi kepada masyarakat sehingga kurang adanya sentuhan
secara pribadi dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. Peneliti
beberapa kali juga menemukan beberapa nasabah yang setiap membawa sampah
masih banyak yang tercampur dan sering diedukasi langsung oleh pengelola. Di
situasi ini saja mereka melakukan komunikasi secara intens dan membahas
tentang bagaimaan memilah sampah.

d. Hambatan dari komunikan

Komunikasn merupakan salah satu pihak yang tentu saja mengambil


bagian dalam melakukan komunikasi. Tentu saja komunikasi akan efektif ketika
komunikan sebagai penerima informasi memahami maksud pesan yang ingin
disampaikan. Adapun yang menjadi kendala yang dialami oleh pengelola bank
sampah Lintas Winongo adalah masih kurangnya masyarakat yang mau
berpartisipasi menjadi nasabah khususnya warga RW. 11.

Dalam melakukan peneltian dan melakukan wawancara secra mendalam


dengan beberapa informan, ternyata mengubah pola pikir masyarakat masih
menjadi salah satu tugas yang perlu dikaish tahu secara terus menerus. Hal ini
terungakap dalam beberapa wawancara yaitu :

Ibu Siti Rojanah

“Yo yang sering dialami yo tetap masih ada saingan yang menjadi nasbah
ful di sini yo belum maksimal. Alasannya yo kan yang jauh di tepi sungai
ke sini kan alasannya jalannya rusak, terusan kan enak jual di perosok
uangnya langsung cash”

Ibu Ika
“Kendalanya ya partisipasi anggota lain masih kurang. Maksudnya jumlah
anggotanya amemang banyak, tapi ya yang setor tiap minggu yang itu-itu
aja. Kalau saya sendiri memang setornya sekali sebulan. Dan ngumpulin
sampah dari warung juga ya jadi biar banyak terkumpul dulu”

Bedasarakan pernyataan kedua informan di atas dapat dikatakan bahwa


yang menjadi kendala bagi pengelola adalah mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan terutama pantingnya partisipasi mereka menjadi
nasabah yang aktif mengumulkan sampah agar mencapai tujuan bersama tidak
ada lagi sampah yang terbuang sembarangan.
Selain itu ada juga yang merupakan kendala yang datangnya dari luar
yaitu ternyata masih ada masyarakat yang menjual sampahnya ke perosok
kelililng dengan alasan lebih gampang dan uangnya lansung di kasih. Ini
terungkap dalam wawancara yang dilakukan bersama ibu Parti selaku Pembina
bank sampah yaitu:
“Kalo untuk nasabah sekitar dua ratus orang. Tapi yo itu baru sekitar tujuh
puluh persen dari jumlah penduduk, belum seratus persen jadi nasabah
semua. Ada juga yang masih jual sama keliling”

Bu Parti selaku Pembina bank sampah juga merupakan salah satu yang
menginisasi bank sampah sejak awal juga mengakui bahwa memang memberikan
edukasi tentang bank sampah masih menjadi tantangan dan tanggungjawa bagi
mereka sebagai pengurus untuk terus memberikan pemahaman kepada
masyarakat. Bagi pengurus sangat penting bagi masyarakat untuk memhamai dan
juga sebaga bentuk pastisipasi mereka dalam ikut memberikan kenyamanan bagi
lingkungan sekitar kampung Badran.
C. ANALISIS DATA

Setelah melakukan proses penyajian data dari hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah
peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah disajikan sebelumnya. Adapun
proses analisis data yang akan dilakukan ini adalah tentang Pendekatan Komunikasi
Interpersonal Pengelola Bank Sampah Lintas Winongo Dalam Upaya Mendorong
Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Bumijo.
1. Pendekatan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan Oleh Pengelola Bank
Sampah Lintas Winongo kepada Masyarakat

1.1 Elemen dalam komunikasi interpersonal

a. Sumber- Penerima
Dari hasil pengamatan peneliti terlihat beberapa kali berkunjung saat
aktivitas rutin setiap hari Sabtu bahwa antar pengurus dan pengelola terlihat
akrab. Keduanya terlihat beberapa kali saling memberikan dan menerima
informasi secara bergantian, bahkan bercanda tentang hal yang bukan
berkaitan dengan sampah ataupun bank sampah. Namun, dari beberapa hasil
wawancara dilapangan dengan beberapa informan terungkap bahwa masih ada
masyarakat yang belum bergabung bersama bank sampah karena berbagai
alasan. Alasan yang disampaikan antara lain adalah karena rumah dan tempat
bank sampah jauh, kedua lebih gampang jual di peronsok keliling karena
uangnya langsung di kasih, ketiga karena masih malas untuk memilah sampah
dan berbagai macam alasan lainnya.
Dari situasi ini tidak terlihat adanya keterbukaan, sikap positif dan saling
mendukung seperti yang disampaikan oleh Devito (dalam Sepriadi, 2020)
tentang beberapa hal yang dapat mendukung terjadinya komunikasi
interpersonal. Masih ada masyarakat yang belum memiliki sikap mendukung
terhadap adanya program bank sampah yang ada di kampung Badran. Hal ini
yang kemudian menyebabkan masih kurangnya pasrtisipasi masyarakat
khususnya yang berada di kampung Badran untuk menjadi nasabah,
menabung dan mengumpulkan sampahnya di bank sampah. Komunikasi yang
terjalin antara warga dan pengurus bank sampah yang membahas tentang
pentingnya menjaga lingkungan, peduli dengan sampah dan juga tentang
manfaat bank sampah belum terlihat adanya saling terbuka, saling support.
Kecuali komunikasi yang membahas diluar tentang hal atau sistuasi lain.
Sehingga komunikasi antara pengirim dan penerima pesan belum terlihat
maksimal.
b. Encoking- Dekoding
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa terlihat
beberapa warga (nasabah) saat membawa dan menabung sampah di bank
sampah masih ada yang mencampur segala jenis sampah. Sehingga pengelola
atau yang melayani biasanya langsung spontan memberikan pemahaman
untuk mengedukasi tentang jenis-jenis sampah yang harusnya dipilah karena
nilai jualnya berbeda. Kejadian ini bahkan terjadi beberapa kali saat peneliti
mengikuti aktivitas pengumpulan sampah rutin. Namun, beberapa diantaranya
memang banyak yang mengakui belum memiliki waktu yang cukup untuk
melakukan pemilahan sampah sehingga supaya tidak terjadi penumpukan
sampah di rumah, akhirnya langsung dibawakan ke bank sampah.

Situasi ini juga ternyata tersampaikan juga dalam wawancara yang


dilakukan terungkap bahwa kadang masih banyak yang datang ke bank
sampah dengan kondisi sampahnya yang masih tercampur. Padahal
berdasarkan yang diinfokan oleh pengurus tentang bagaimana memilah
sampah dan manfaatnya memilah itu sering disampaikan oleh pengurus saat
pertemuan berbagai kelompok bahkan sejak awal pembentukan bank sampah
Lintas Winongo.

Hal ini tentu saja sangat berseberangan dengan ciri komunikasi yang
disampaikan oleh (Elva Ronaning R. Sarmiati, 2020) bahwa komunikasi
interperonal adalah komunikasi yang terjadi dua arah, komunikasi yang
terjalin secara bergantian dan tentu harus adanya proses feedback atau umpan
balik antar keduanya. Komunikasi yang dilakukan oleh pengelola terksan
hanya terjadi satu arah saja, karena informasi yang disampaikan baik saat di
peretmuan maupun ketika mengumpulkan sampah ternyata tidak ada
masyarakat yang memberikan umpan balik baik itu berupa adanya perubahan
ketika membawa sampah dalam kondisi telah terpilah. Dari sini terlihat
bahwa komunikasi yang terjadi belum terlihat efektif baik secara verbal
maupun non verbal.

c. Kompetensi Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
bahwa sejak awal pembentukan bank sampah Lintas Winongo pengelola
membuat startegi dengan membaca situasi yang terjadi di kampung Badran.
Perintis saat pertama kali membuat atau menginisiasikan adanya program
pengolahan sampah karena melihat situasi kampung Badran yang sangat kotor
dipenuhi sampah di setiap lorong/gang.
Perintis, pengelola dan beberapa informan lain mengakui bahwa
pendekatan awal yang mereka lakukan adalah dengan memulai dari para
kader-kader di kampung Badran. Konsep ini merupakan salah satu bentuk
cara mereka dalam upaya mendekati orang-orang yang memiliki kepentingan
yaitu para kader kelompok mulai dari PKK, ABSARI, Kelompok koperasi dan
lainnya. Sehingga terbentuklah bank sampah Lintas Winongo saat itu dengan
semua pengurus sebagai nasabah dan diwajibkan. Konsep ini sejalan dengan
yang disampaikan oleh Devito (dalam Samsinar & A. Nur Aisyah Rusnali,
2017) tentang tujuan komunikasi adalah untuk mengenali diri dan orang lain,
membangun/ membina hubungan yang bermakna juga tentang bagaimana
membujuk untuk membangun hubungan baik dengan sesama pelaku
komunikasi interpersonal. Dalam kondisi ini pengelola dalam mencoba
memberikan pemahaman kepada masyarakat melakukan startegi dengan
melihat situasi atau kondisi yang terjadi. Para kader menjadi sasaran pertama
yang mereka kejar untuk memulai program bank sampah sebagai upaya untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dibentuknya bank sampah.
Sangat terlihat konsep ini menjadi cara yang dilakukan oleh pengelola
bank sampah Lintas Winongo untuk mencoba menjalin hubungan baik dan
mennujukan maksud mereka sebagai pemberi informasi dengan memberikan
contoh diawal agar mmenibulkan kepercayaan pada masyarakat. Hal ini
berhubungan dengan komunikasi interpersonal yang mendukung partsispasi
(dalam Jalaluddin Rakhmat:2018) adalalah adanya upaya untuk mendapatkan
kesepakatan untuk memicu adanya kepercyaan (trust) antara pengirim
maupun penerima informasi dalam hal ini adalah pngelola dan masyarakat.
Upaya pengelola bank sampah untuk meyakinkan masyarakat adalah dengan
memulai dari mereka sendiri sebagai nasabah.
d. Pesan dan Saluran
Dalam pengamatan observasi yang ditemukan oleh peneliti menujukan
bahwa proses penyampian pesan yang disampaikan oleh pengelola kepada
masyarakat (nasabah) adalah melalui komunikasi verbal dan non-verbal.
Peneliti sendiri sebagai nasabah baru di bank sampah tentu saja belum
memiliki pengalaman untuk memiliah sampah sesuai jenisnya. Hingga pada
saat membawa sampah ternyata masih ada yang tercampur, pengelola yang
melayani pun langsung spontan memberikan pemahaman dan juga dengan
praktek langsung dari sampah-sampah yang dibawakan.
Upaya ini merupakan salah satu bentuk supportif dan sikap terbuka seperti
yang disampaikan (dalam Jalaluddin Rakhmat:2017) tentang komunikasi
interpersonal dalam mendukung partisipasi yang dilakukan oleh pengelola
terhadap nasabah khusunya bagi nasabah baru. Sikap awal yang dilakukan
pengelola ini adalah strategi untuk membuat masyarakat merasanya nyaman
dengan memberikan informasi secara detail. Selain itu, ini juga merupakan
upaya pengelola untuk menarik perhatian nasabah untuk terus berpartisipasi
dibank sampah dalam artian ini merupakan upaya mem-persuasi atau
membujuk nasabah menurut Frymier & Houser (dalam Paulina Karina
Nembbo; 2022) keterampilan komunikasi salah satunya adalah ketermapilan
membujuk. Dalam situasi ini pengelola mempraktekkan upaya membujuk
para nasabah dengan memberikan informasi dan juga memberikan
pemahaman tentang manfaat menabung di bank sampah selain untuk
lingkungan juga untuk kemanfaatan nilai ekonomi.
e. Umpan balik

Hasil wawancara dengan beberapa informan peneliti menemukan


bahwa pada saat awal pembentukan bank sampah telah dilakukan startegi
untuk menarik perhatian masyarakat untuk bergabung bersama di bank
sampah. Hal ini, terbukti ketika beberapa kali bank sampah menerima
penghargaan juara beberapa lomba. Sejak saat itu akhirnya mulai banyak
yang berminat bergabung menjadi nasabah. Kondisi ini sejalan dengan
teori tentang partisipasi oleh Sastrupuetro (dalam Nur Rahmawati
Sulistiyorini 2015;74) yaitu partisipasi pemikiran dan tenaga, serta barang.
Sejak bank sampah Lintas Winongo mendapatkan banyak penghargaan
dan apresiasi dalam lomba-lomba akhirnya sedikit demi sedikit banyak
warga yang mau berpartisipasi untuk menyumbangkan pemikiran tentang
konsep lomba yang mau diadakan secara bersama-sama. Selain itu,
masyarakat juga ada yang berpartisipasi untuk menyumbangkan beberapa
hasil karya kerjajinan mereka saat melakukan event yang berhubungan
dengan kreativitas dari sampah. Ini merupakan bentuk paritisipasi dari
masyarakat untuk mendukung program bank sampah dan harapan bersama
tentang lingkungan yang bebas sampah di kampung Badran.

Berbeda dengan hasil observasi/pengamatan yang dilakukan peneliti


menemukan bahwa setiap ada kegiatan rutin pengumpulan sampah di
sekret bank sampah tidak terlihat begitu banyak nasabah yang datang
bahkan pengurus pun hanya orang tertentu saja yang datang dan ikut
membantu melayani nasabah yang datang. Situasi ini bisa dikatakan
bahwa peneliti belum melihat adanya pastisipasi penuh dari pengelola mau
pun masyarakat sebagai nasabah di bank sampah Lintas Winongo. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya perbuahan tingkat partisipasi masyarakat
untuk secara konsisten di bank sampah. Partisipasi dikelompokkan
menjadi tiga oleh Sumarto (dalam Nurmahwati Sulistyorini, dkk:75) yaitu
partsispasi tinggi berdasarkan inisiatif masyarakat sendiri, partsispasi
sedang dan partisipasi rendah. Dalam kondisi ini parstisipasi masyarakat
di Kampung Badran dalam program bank sampah ini terlihat tinggi dan
sedang namun partisipasi itu tidak berjalan secara berkelanjutan.
Masyarakat memang menyubangkan aspirasinya namun terbatas karena
karena masalah kesehariannya masing-masing.

f. Gangguan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa ada berbagai
macam gangguan atau kendala yang dialami oleh pengurus yaitu dalam hal
mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan
sampah serta manfaat menabung di bank sampah. Ternyata masih ada yang
menjual sampah di perosok keliling dan bahkan masih ada yang masih
menaruh sampah dipinggir sungai. Situasi ini menujukan bahwa komunikasi
melalui sosialisasi yang dilakukan oleh pengurus belum maksimal dipahami
dan dilakukan oleh masyarakat tentang kepedulian dan paartisipasinya
terhadap lingkungan Badran.

Berbeda sekali dengan komunikasi yang disampaikan oleh Devito


(dalam Saputra, 2020) tentang sikap positif dalam mendukung keefektivan
komunikasi dalam komunikasi interpersonal yaitu adanya rasa empati dan
kesetaraan. Masyarakat Badran terlihat belum timbul adanya rasa kesetaraan
atau kesamaan pemikiran tentang tujuan bersama khususnya tidak membuang
sampah sembarangan tempat. Dari situasi ini juga dapat dikatakan bahwa
masyarakat juga belum memiliki rasa empati terhadap apa yang dirasakan
sesamanya khususnya merasakan apa dampak dari sikap mereka ketika terus
kebiasaan membuang sampah sembarangan.

1.2 Hubungan interpersonal sebagai sistem


a. Harapan
Terdapat banyak harapan yang menjadi tujuan awal dibentuknya bank
sampah Lintas Winongo yang disampaikan langsung oleh Pak Joko Sularno
saat melakukan wawancara. Hasil wawancara ini peneliti menemukan ada
beberapa harapan yang ingin dicapai oleh perintis yang merupakan seorang
ketua RW pada saat itu. Ini merupakan salah satu bentuk partisipasi awal
beliau dengan menerapkan program tentang sampah dengan menyumbangkan
pikirannya sebagai seorang RW.
Konsep partisipasi yang disampaikan (dalam Rahmi Febrianti, 2022;107)
adanya rasa tanggungjawab dan kesediaan untuk memberi sumbangan untuk
mencapai tujuan. Kehadiran bank sampah ini bermula dari ada rasa tanggung
jawab pak Joko sebagai ketua RW pada tahun 2009 dan dia menuangkan
programnya tersebut untuk menghadirkan kampung Badran yang bebas
sampah karena pada saat itu dirinya melihat begitu banyak sampah yang
terbuang disembarangan tempat. Oleh karena itu, melalui program ini pak
Joko memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan yang mendatangkan
sejahteraan bersama. Bermula dari adanya rasa ingin bertanggungjawab
dengan posisi yang dimiliki, sampai pada keinginanan untuk mencapai tujuan
itu secara bersama denagn warga di kampung Badran. Kesepakatan ini
akhirnya mendatangkan kelompok bank sampah Lintas Winongo yang
mengajak partisipasi masyarakat dengan menabung sampah.

b. Interkasi interpersonal
Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa interaksi
interpersonal yang sering dilakukan oleh pengelola dan masyarakat (nasabah)
terlihat cukup akrab ketika mereka melakukan aktivitas rutin pengumpulan
sampah sekali seminggu. Komunikasi yang terjalin ini terjadi secara verbal
dan non-verbal.
Hal ini juga disampaikan dalam wawancara yang dilakukan dengan
beberapa informan tentang pendekatan awal yang dilakukan oleh pengelola
untuk mencoba menarik perhatian agar memahami tentang konsep ban
sampah. Pemberian pemahaman ini dimulai dengan menjadikan pengelola
sebagai nasabah pertama dan juga melakukan komunikasi lewat beberapa
pertemuan yang menghadirkan masyarakat. Meskipun tujuan awal hadirnya
bank sampah ini adalah hanya untuk menyadarkan masyarakat lebih peka
dengan isu lingkungan tetapi semakin berjalannya waktu akhirnya
mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Kondisi ini erat kaitannya dengan upaya peningkatan kesejahteraan yang
disampaikan dalam Enggar Diah Puspita Arum, dkk 2023 bahwa upaya
meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat adalah dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar. Program bank sampah yang dinisiasikan di kampung
Badran ini adalah salah satu bentuk upaya dalam rangka mensejahterakan
masyarakat. hal ini terlihat dari program tabung uang di bank sampah yang
memungkinkan masyarakt mempunyai tabungan dengan memanfaatkan
sampah rumah tangga yang mereka miliki.
c. Pengalaman
Berdasarkan hasil wawncara dengan beberapa informan peneliti
menemukan bahwa upaya pendekatan kepada masyarakat terus pengelola
lakukan secraa terus menerus melalui pertemuan-pertemuan yang dilakukan di
beberapa kelompok masyarakat. Upaya ini merupakan bagian dari cara para
pengelola agar terus menjalin komunikasi secara konsisten dengan masyarakat
khususnya untuk penyampaian tentang isu lingkungan. Ini juga merupakan
sebuah skill komunikasii yang dimiliki dan diterapkan oleh pengelola untuk
menjalin komunikasi yang konsisten kepada masyarakat. Jika dilihat hampir
persis sama yang disampaikan oleh Frymier dan Houser (dalam Paulina
Karina Nembo 2022) tentang keterampilan komunikasi salah satunya adalah
keterampilan memanjemen konflik bagaimana seseorang yang mampu
menyelesaikan masalah dengan berbgai cara. Artinya pengelola bank sampah
melakukan komunikasi dengan memberikan informasi secara terus menerus
kepada masyarakat juga merupakan skill komunikasi yang mampu mereka
lakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi khusunya untuk
mengubah pola pikir masayarakat tentang sampah.

2. Upaya Pengelolaan Bank Sampah Lintas Winongo dalam mendorong partisipasi


masyarakat.
Keterampilan Komunikasi
a. Kemampuan percakapan
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan ditemukan bahwa ada berbagai
cara yang menjadi startegi yang dilakukan pada saat awal pembentukan bank
sampah Lintas Winongo. Melalui cara-cara ini pengelola menyampaikan maksud
dan tujuan dibentuknya bank sampah secara tegas melalui masa pengenalan
situasi diawal yang dihadapi dan juga apa yang akan terjadi ketika program itu
langsung disampaikan ke masyarakat. Cara ini seimbang dengan tujuan
komunikasi interpersonal menurut Devito (dalam Samsinar A. Nur Aisyah
Rusnali, 2017) yaitu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengenali
orang lain, membangun hubungan yang bermakna, untuk meyakinkan dan
selajutnya untuk tujaun mengibur.
Langkah awal yang dilakukan oleh pengelola merupakan sebagai langkah
yang menjadi masa untuk mengenal masyarakat, bagaimana mereka meresepon
dan menerima apa yang menjadi tujuan dari program bank sampah. Lalu
selanjutnya ketika masyarakat perlahan mulai diedukasi dan berikan pemahaman
di sini pengelola mulai melakukan komunikasi secara mendalam untuk membina
hubungan baik dengan proses komunikasi dengan keterampilan membujuk.
Melihat perkembangan yang terjadi sekarang, bank sampah menjadi salah satu
program yang dipercayakan mampu memberi dampak selain untuk lingkungan
juga untuk penambahan nilai ekonomi bagi masyarakat.

b. Keterampilan referensial
Melalui hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melihat bahwa
keterampilan menyampaikan informasi kepada masyarakat khususnya nasabah
cukup terlihat baik. Peneliti beberap kali melihat ketika nasabah membawa
sampah dalam kondisi masih tercampur, di sini persan pengelola terlihat.
Biasanya pengelola ketika menerima dan menimbang sampahnya langsung
memberikan edukasi di depan nasabahnya tentang bagaimana caranya memiliah
sampah bahkan disampaikan tidak hanya secara verbal tetapi juga secara non
verbal. Pengelola yang melayani akhirnya sebelum menimbang, sampahnya
dipisahkan terlebih dahulu. Melihat situasi ini mejadi relavan dengan sikap positif
dalam upaya mendukung efektifnya komuniasi oleh Devito (dalam Sepriadi,
2020) tentang sikap saling mendukung dalam proses komunikasi interpersonal
agar interkasi yang terjalin semakin efektif.
Namun, kondisi ini tidak seimbang dengann apa yang terungkap saat
wawancara peneliti menemukan bahwa ternyata masih banyak masyarakat yang
masih belum memahami tentang pemilahan sampah dan sering bertanya kepada
tetangga sekitar tentang sampah-sampah apa saja yang diterima. Hal ini berarti
masih belum banyak masyarakat yang benar-benar paham. Sehingga bisa
dikatakan bahwa belum ada reaksi atau timbal balik yang diberikan oleh
masyarakat seperti yang disampaikan oleh Devito,2011 tentang elemen-elemen
dalam komunikasi interpersonal. Timbal balik ini merupakan bagian dari respon
yang diberikan masyarakat terhadap apa informasi atau pemahaman yang
diberikan oleh pengelola.

c. Keterampilan yang mendukung

Dalam pengamatan peneliti pengelola memberikan edukasii secara


langsung kepada nasabah tentang sampah apa saja yang bisa diterima dan
bagaimana memilah sesuai jenisnya. Hal ini terlihat beberapa kali terjadi ketika
peneliti mengikuti aktivitas rutin di bank sampah. Dan dari hasil wawancara juga
peneliti menemukan hal yang sama, bahwa para pengelola memang secara terus
menerus memberikan edukasi kepada masyarakat baik melalui pertemuan
kelompok masyarakat maupun ketika mereka membawa sampah.

Kondisi ini sangat relavan dengan teori yang menjelaskan tentang


hubungan interpersonal disebutkan ada tiga dan salah satuny adalah model
interkasional. Teori model interaksional ini menjelaskan bahwa hubungan yang
terjalin dianggap seperti layaknya hubungan persaudaraan lebih cenderung
memelihara dan mempertahankan untuk menjamin komunikasi yang baik.
Pengelola bank sampah dalam hal ini tentu mecoba untuk terus menjalin
komunikasi yang secara konsisten dengan masyarakat agar tidak hilang
komunikasi atau mis-komunikasi.

d. Keterampilan menghibur

Dalam hasil pengamatan peneliti saat melakukan observasi melihat banyak


hasil karya dan juga penghargaan yang dipajang di bank sampah. Dan setelah
melakukan wawancara mendalam ternyata itu merupakan bagian dari hasil karya
yang dibuat oleh pengelola yang juga melibatkan masyarakat setempat. Selain itu
peneliti juga melihat di bank sampah ketika kativitas rutin juga ada menyediakan
sanck untuk disajikan bagi siapa saja yang datang. ini merupakan bagian dari cara
atau bentuk komunikasi pengelola memberikan rasa aman kepada siapa yang
datang menambung sampah maupun para tamu. Berdasarkan hasil wawamcara
dengan ketua bank sampah juga ditemukan bahwa kadang-kadang ada juga
masyarakat yang memberikan sumbang snack untuk disajikan.

Dalam kondisi ini terlihat adanya partisipasi dari masyarakat dengan


menyumbangkan tenaga melalui hasil karya yang dipajang, menyumbangkan
pikirkan dan ketermapilan untuk bebrapa hasil lomba dengan kreativitas yang
dihasilkan, selain itu juga menyumbang berupa barang/snack untuk disajikan saat
hari aktivitas rutin bank sampah. Semua ini adalah upaya atau bentuk partisipasi
masyarakat dalam melancarkan kegiatan khususnya di bank sampah. Konsep ini
disampaikan oleh Sastrupuetro (dalam Nurahmatawi Sulityorini, 2015) tentang
jenis partisipasi masyarakat dalam lingkup masyarakat.

e. Keterampilan manajemen konflik

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di lapangan,


peneliti menemukan bahwa startegi awal yang dilakukan saat pembentukan bank
sampah adalah dengan menjadikan semua pengurus adalah nasabah pertama.
Konsep ini dilakukan agar masyarakat tertarik untuk bergabung menjadi nasabah.
Setelah itu mereka mulai melakukan pendekatan melalui pertemuan kelompok
yang melibatkan masyarakat. dan itu dialukan diberbagai pertemuan dan
dilakukan secara trus-menerus. Hingga akhinya ternyata melalui startegi ini
akhirnya satu-persatu masyarakat mau menjadi nasabah utamanya waktu itu
adalah ibu-ibu. Proses ini juga tidak berhenti sampai di situ, para pengelola terus
melakukan sosialisasi melalui berbagai macam pertemuan yang ada dan
mengikuti berbagai lomba dan berhasil meraih penghargaan dan menangkan
bebrapa lomba. Dengan berbagai kegiatan ini banyak dana yang diperoleh dan itu
dipergunakan untuk para nasabah melakukan piknik.

Proses ini tentu saja bentuk tujuan dari komunikasi interpersonal yang
disampaikan oleh Devito (dalam Samsinar & A. Nur Aisyah Rusnali, 2017)
bahwa komunikasi bertujuan untuk membangun hubungan yang bermakna antar
pelaku komunikasi. Sehingga melalui komunikasi yang terus terjalin baik akan
tercipta interaksi yang baik dan komunikasi akan berlangsung secara
berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama. Melalui startegi jugalah pengelola
menerapkan cara-cara agar komunikasi antara mereka teta) bahwa komunikasi
bertujuan untuk membangun hubungan yang bermakna antar pelaku komunikasi.
Sehingga melalui komunikasi yang terus terjalin baik akan tercipta interaksi yang
baik dan komunikasi akan berlangsung secara berkelanjutan untuk mencapai
tujuan bersama. Melalui startegi jugalah pengelola menerapkan cara-cara agar
komunikasi antara mereka tetap berjalan dan berlangsung secra terus-menerus.

f. Keterampilan persuasif

Dari hasil observasi dan wawancara ada punn berbagai bentuk komunikasi
yang dilakukan pengelola yang disiratkan itu adalah salh satu bentuk skill
membujuk salah satunya adalah melalui uang hasil berbagai lomba, pengurus
menyepakati bahwa uang itu dipergunakan untuk nasabah melakukan piknik.
Selain, itu pengelola juga berupaya mencari pengepul yang menerima segala jenis
sampah dan harganya lebih tinggi. Dengan cara seperti ini sudah menunjukan
bahwa ada upaya dari pengelola untuk menarik pastisipasi masyarakat.

Upaya ini merupakan bentuk upaya sebgai bagian dari komunikasi


interpersonal yang dilakukan untuk menggugah masyarakat, membuat
masyarakat percaya dan memiliki sikap positif dan seling mendukung seperti
dalam ( Jalaluddin Rakhmat, 2018) oleh Devito tentang bagaimana menumbuhkan
hubungan interperosnal dalam interkasi interpersonal. Situasi ini berubah setelah
masa pandemi karena tidak ada lagi kegiatan melakukan piknik, namun para
pengelola tetap berusaha untuk mengikuti berbagai kegiatan untuk melakuka
pengembangan terhadap bank sampah. Mengikuti kegiatan-kegiatan seperti
pelatihan membuat kompos, ada pendambingan dari kampus-kampus dan ini tentu
saja melibatkan masyarakat.

g. Keterampilan naratif

Dari hasil pengamatan peneliti memang melihat adanya proses komunikasi


pertukaran informasi yang dilakukan antara pengelola dan masyarakat (nasabah)
saat aktivitas rutin pengumpulan sampah. Interaksi ini terlihat begitu hangat
karena disediakan juga maknan dan minuman. Suasana ini terlihat akrab ketika
beberapa nasabahh masih membawa sampah tercampur, dan pengelola yang
melayani memberikan pemahman secara langsung dengan menggunakan bahasa
Jawa bahasa yang mudah dipahami. Ini merupakan skill yang dimiliki oleh
pengelola untuk mencoba memberi pengertian kepada masyarakat.

Hal ini jika dikaitkan dengan beberapa faktor yang mendorong atau
menumbuhkan hubungan interpersonal (dalam Jalaluddin Rakhmat,2018)
menujukan bahwa ada strategi dan upaya dari pengelola untuk terus menjalin
interkasi dengan masyarakat. Penjalinan komunikasi ini dilakukann di berbagai
kegiata rutin di bank sampah dan juga di beberapa peretemuan yang melibatkan
warga. Cara atau strategi ini merupakan upaya untuk membuat masyarakat
percaya dan support/mendukung program bank sampah ini. Car-cara ini
disampaikan dengan memberikan edukasi tentang manfaat menabung sampah
dibank sampah untuk menjadi nilai tambah eknomi masyarakat selain untuk
menghadirkan lingkungan yang bebas sampah di kampung Badran.

3. Kendala yang dialami oleh Bank Sampah Lintas Winongo dalam berupaya
mendorong partisipasi.
Faktor penghambat komunikasi
a. Hambatan dalam diri komunikator

Pengelola bank sampah Lintas Winongo mengalami mis kekompakan.


Dalam melakukan observasi peneliti mengamatii bahwa pengurus kurang
banyak yang aktif atau hadir saat melakukan aktivitas rutin setip harii sabtu.
Sementara jenis partisipasi yang menurut (Uphoff, Cohen dan Goldsmith,
1779:51) dalam Nur Rahmawati Sulistyorini, dkk 2013:74) menyebutkan
bahwa salah satu tahapan dalam partisipasi adalah pada tahap pelaksanaan.
Artinya dalam tahap pelaksanaan ini pengelola harusnya terus berpatisipasi
dalam bentuk menyumbangkan pemikiran tentang keberlanjutan bank sampah
juga tentunya harus berpatisipasi secara langsung setiap kali ada kegiatan
pengumpulan sampah sebagai aktivitas rutin yang sudah menjadi kesepakatan
bersama dalam pengurus. Namun, dari pengamatan peneliti saat beberapa kali
melakukan kunjungan untuk observasi, para pengelola sangat jarang hadir
ketika ada aktivitas rutin dan hanya orang tertentu saja yang hadir. Hal ini
menjadi salah satu hambatan yang tentu saja berasal dari dalam diri pengelola
sebagai pihak yang bertanggungjawab dengan bank sampah.

Melelui wawancara juga peneliti menemukan bahwa para pengelola


bank sampah jarang bahkan tidak ada ruang untuk melakukan peretemuan
untuk membuat evaluasi terhadap keberlangsungan bank sampah. Hal ini
menunjukan kurang adanya saling support para pengelola dalam upaya
menjalankan program bank sampah secra bersama-sama. Beberapa bentuk
sikap suprttif menurut (Uphoff, Cohen dan Goldsmith, 1779:51) dalam Nur
Rahmawati Sulistyorini, dkk 2013:74 menyebutkan salah satunya dalah sikap
provesionalisme. Dalam hal ini pengelola bank sampah tentu saja harus
memilki kesediaan untuk membuat sebuah ruang bagi mereka dalam upaya
untuk meninjau kembali segala seuatu yang mereka kerjakan atau mereka
lakukan sebelumnya dan bagaimana mengatasi segala masalah yang mereka
hadapi secara bersama-sama dan berkelanjutan. Hal ini tentu saja sebagai
upaya untuk menemukan cara menarik partisipasi masyarakat untuk
berdinamika bersama di bank sampah.

b. Hambatan dalam penyampaian simbol dalam pesan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti menemukan


pernyataan yang mengungapkan bahwa masih ada masyarakat belum mampu
mengolah sampah khususnya sampah organik dari rumah. sementara dari
pengelola sendiri mengharapkan adanya upaya sendiri dari masyarakat agar
mengelola sampahnya dirumah masing-masing dengan tujuan hasil olahan itu
bisa digunakan untuk keperluan rumah seperti kompos untuk tanmana rumah
dan lainnya. Hal ini apa bila dilakukan dengan baik oleh masyarakat akan
mencapai tahapan menikmati hasil dalam sebuah upaya partisipasi seperti
yang diungkapkan oleh menurut (Uphoff, Cohen dan Goldsmith, 1779:51)
dalam Nur Rahmawati Sulistyorini, dkk 2013:74). Tahap menikmati hasil
yang dimaksud adalah apabila masyarakat tidak mengalami kendala dalam
memahami maksud pesan yang disampaikan pengelola maka masyarakat akan
mengetahui dampak baiknya untuk kepentingan mereka ketika mereka mampu
mengolah sampah organik yang mereka miliki dari rumah masing-masing.

c. Hambatan pemilihan media/chanel komunikasi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa ada


sebagian masyarakat yang memang tidak menggunakan atau belum memiliki
handphone, khususnya adalah masyarakat yang telah lanjut usia. Penyebaran
informasi tentang bank sampah yang dilakukan oleh pengelola salah satunya
adalah menggunakan aplikasi WhatsApp. Hal ini tentu saja menjadi salah satu
yang bisa menghambat masyarakat mengetahui informasi yang disebarkan.
Menurut Frymier & Haouser dalam (Apaulina Karina Nembo 2022:10)
terdapat beberapa keterampilan dalam berkomunikasi salah satunya adalah
keterampilan memanajemen konflik. Dalam situasi ini pengelola tentu saja
harus memiliki keterampilan ini. Artinya pengelola sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas bank sampah memiliki upaya bagaimana
memanajemen situasi atau masalah seperti ini.

Melalui beberapa wawancara selain melalui media WahtsApp adapun


media yang digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
adalah melalui berbagai pertemuan kelompok masyarakat. Selain itu,
masyarakat yang menjadi nasabah yang diwawancarai juga da yang mengakui
bahwa mereka kadang mencari informasi sendiri dengan menanyakan ke
tetangga, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki handphone. Sehingga
dalam kondisi ini, memberikan informasi melalui berbagai pertemuan adalah
untuk dari pengelola bagaimana memanajemen masalah yang ada. Di samping
itu ada upaya dari masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang mereka
alami.

d. Hambatan dari komunikan


Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti menemukan adanya
kurang pemahaman atau kurangnya informasi secaar detail yang membuat
masyarakat masih banyak yang belum bergabung bersama bank sampah
Lintas Winongo. Sehingga situasi ini juga membuat masih adanya masyarakat
yang memilih untuk menjual sampahnya ke perosok keliling dengan alasan
lebih mudah dan tidak harus dipilah. Sementara dari pengelola mencoba untuk
terus melakukan edukasi tentang manfaat menabung sampah di bank sampah
dan perbendaanya ketika masyarakat menjual langsung di perosok. Hal ini
menjadi salah satu wujud belum adanya timbal balik langsung dari masyarakat
terhadap upaya yang dilakukan oleh pengelola. Dalam konsep komunikasi
interpersonal menurut (Elva Ronaning R. Sarmiati, 2020) menyebutkan ciri-
ciri komunikasi interpersonal adalah adanya proses umpan balik yang terjadi
secara langsung antar komunikator dan komunikan. Selain itu komunikasi
yang terjalin adalah komunikasi dua arah sehingga terjadi komunikansi yang
bergantian.

Dalam situasi ini masyarakat belum ada proses timbal balik yang baik
sehingga masih ada yang belum tergabung bersama bank sampah. Sehingga
masih perlu untuk terus diadakannya sosialisasi dari pengelola secara terus
menerus. Hal ini sebagai cara atau upaya untuk mengingatkan masyarakat
dengan kehadiran bank sampah. Langkah ini diupayakan melalui proses upaya
mengenal masyarakat dan situasinya, membangun hubungan yang bermakna
dan melalui proses membujuk sebagai beberapa tujuan dari komunikasi
interpersonal yang disampaikan menurut De Vito (dalam Samsinar & A. Nur
Aisyah Rusnali, 2017). Artinya pengelola tentunya harus terus melakukan
pendekatan komunikasi kepada masyarakat untuk memberikann pemahaman
kepada mereka tentang manfaat menambung di bank sampah dan apa bednya
apabila menjual langsung di perosok keliling. Sehingga masyarakat pun akan
merasakan dampak dari keputusan bergabung bersama di bank sampah untuk
keberlangsungan hidup mereka dan yang akan datang serta menjadi nilai
tambah ekonomi dengan proses menambung barang yang dianggap sudah
tidak bernilai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pendekatan komunikasi interpersonal pengelola
bank sampah Lintas Winongo dalam upaya mendorong partisipasi masyarakat di
Kalurahan Bumijo, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan
interpersonal yang dilakukan oleh pengelola bank sampah cukup maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah nasabah yang sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di
samping itu, pengelola juga melakukan berbagai cara/strategi dalam menarik partisipasi
masyarakat, hal ini mereka lakukan saat awal terbentuknya bank sampah, pengelola
melakukan pendekatan dengan melihat situasi yang terjadi di masyarakat. Proses
pendekekatan ini dimulai dengan menjadikan pengelola sebagai nasabah pertama sebagai
bagian dari cara untuk meyakinkan masyarakat tentang manfaat hadirnya bank sampah.
Adapun yang menjadi pengelola bank sampah Lintas Winongo sebagian besar adalah
orang yang memiliki kepentingan di Dusun Badran yaitu kader-kader PKK dan kelompok
masyarakat lainnya.

Selain itu, secara garis besar pendekatan komunikasi yang dilakukan dapat dilihat dari
upaya yang dilakukan saat pertama berinisiasi membuat bank sampah mulai dari
melakukan pendekatan pertama dengan ibu-ibu sebagai penghasil sampah pertama yaitu
sampah rumah tangga. Ibu-ibu kader kelompok masyarakat memulai dengan melakukan
studi banding ke berbagai tempat seperti kunjungan dan meilhat situasi ke TPA
Piyungan, belajar pengolahan sampah organik di bank sampah RW 10 Cokrodiningratan
Kecamatan Jetis.berbagai startegi ini dilakukan untuk memudahkan dalam meyakinkan
masyarakat dengan para kader sebagai contoh pertama. Setelah itu, bank sampah Lintas
Winongo berhasil meraih beberapa penghargaan dengan mengikuti lomba dan hasil
perolehan lomba pengelola bersama nasabah melakukan piknik. Tidak hanya itu
pengelola juga berupaya untuk mencari pengepul yang membeli dengan harga lebih
tinggi serta menerima semua jenis sampah, sehingga sampah rumah tangga hanya sedikit
saja yang tidak terjual. Melalui strategi seperti ini akhirnya perlahan masyarakat mau
berpartisipasi bergabung menjadi nasabah.
Namun, adapun kendala yang dialami oleh pengelola dalam upaya menarik partisipasi
masyarakat adalah merubah pola pikir atau kebiasaan masyarakat yang masih terbiasa
menjual sampah di perosok keliling. Sehingga, hal ini masih menjadi tantangan bagi
pengelola agar terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi di setiap pertemuan.
Selain itu juga ternyata masih ada masyarakat yang masih memiliki kebiasaan membuang
sampah di sungai. Berdasarkan pengakuan hal ini disebabkan karena jarak dengan bank
sampah cukup jauh dengan rumah. Adapun hal yang membuat kurang intens komunikasi
antar pengelola dengan masyarakat/nasabah adalah karena kurangnya waktu untuk
melakukan kegiatan yang mempertemukan mereka selain saat pertemuan kelompok PKK
dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh keseriangan atau kesibukan pengelola dan
masyarakat dengan urusan pribadi/masing-masing.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi


masyarakat untuk bergabung bersama bank sampah belum begitu tinggi. Kondisi ini
terlihat karena jumlah masyarakat Dusun Badran yang mau bergabung belum sampai
seratus persen. Tingkat partisipasi masyarakat bisa dikatakan masih ditingkat sedang.
Hal ini terlihat dari intensitas atau keaktifan masayarakat yang sudah menjadi nasabah
yang mengumpulkan sampah secara rutin hanya orang-orang tertentu saja, sedangkan
nasabah yang lain ternyata tidak rutin mengumpulkan sampah, mereka mengumpulkan
sampah kadang sekali sebulan atau bahkan tiga kali sebulan. Selain itu, masyarakat sudah
yang berpartisipasi untuk menjadi nasabah namun dibatasi oleh kesibukan atau kegiatan
mereka sehari-hari. Hal ini telah dijelaskan dalam beberapa kendala yang dialami
pengelola salah satunya adalah adanya masyarakat yang masih menjual sampahnya ke
perosok sampah keliling.

B. Saran
Berdasarkan hasil perolehan data, analisis data serta kesimpulan di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa hal yang menjadi saran adalah sebagai berikut:
1) Seharusnya pengelola menyediakan ruang untuk mereka melakukan evaluasi
terhadap kinerja mereka secara rutin agar mereka sebagai pengelola tetap kompak
untuk keberlanjutan bank sampah.
2) Seharusnya pengelola dengan nasabah perlu membuat ruang untuk bertemu selain
saat hari rutin untuk mengumpulkan sampah untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan membuat kreatifitas masyarakat dengan mengolah sampah baik
organik maupun organik.
3) Seharusnya bank sampah memiliki akun media sosial yang khusus untuk menjadi
wadah meyajikan atau menyarkan segala bentuk informasi, kegiatan dan lain-
lainnya agar memudahkan siapapun memperoleh informasi tentang bank sampah
Linats Winongo.
4) Disarankan agar pengelola ataupun yang memiliki tanggung jawab di RT.11
membuat hal baru atau inovasi yang menarik agar masyarakat tertarik menjadi
nasabah dan tidak lagi menjual sampahnya ke perosok keliling.
5) Disarankan melalui bank sampah pengelola melakukan edukasi sejak dini bagi
anak-anak dan remaja untuk membentuk kebiasaan atau pola pikir yang baik bagi
masyarakat tentang lingkungan dan mencapai target bersama tentang Dusun
Badran bebas sampah.
6) Disarankan juga agar pengelola lebih intens melakukan komunikasi dengan
masyarakat tidak hanya melalui pertemuan kelompok masyarakat, tetapi juga
menyediakan ruang lain untuk melakukan komunikasi atau berkegiatan bersama
nasabah/masyarakat.
Daftar Pustaka
Arum, E. D. P. dkk. 2023. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa dengan
Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Inovasi, Teknologi, dan Dharma bagi
masyarakat. Vol.5 No.1 (2023) : April.

Elvina & Musdahlifah. 2019. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Partisipasi


Dan Implementasi Kebijakan Dengan Efektivitas Pembangunan Program Dana Desa
Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan. VOL.3 NO.
1, 2019.

Feberianti, R. dkk. 2022. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di


Kecamatan Tuah Mdani Kota Pekanbaru. Journal Of Public Administration Studies.
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2022.

Heryana, A. 2018. Informan dan Pemilihan Informan Dalam Penelitian Kualitatif. Diakses 16
Oktober 2023 dari Universitas Esa Unggul Prodi Kesehatan Masyarakat.

Hutasuhut, J. dkk. 2023. Peranan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pada Kegiatan


Kuliah Kerja Nyata. Jurnal Simbolika. Vol. 8 (2) Oktober 2022.

Indrawati. 2019. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas.


(Skripsi dari Universitas Diponegoro Semarang). Diakses dari
https://ejournal3.undip.ac.id

Kurniawan, A. dkk. 2023. Pengelolaan Sampah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Syariah. Journal Of Law Education and
Business. Vol.1 No.2 Oktober 2023

Komala, R. D. dkk. 2017. Tinjauan Implementasi Personal Selling Pada PT. Astra International
Daihatsu Astra Bis Center Bandung Pada Tahun 2017. Jurnal Fakultas Ilmu Terapan
Universitas Telkom. Vol.3 No.2 Agustus 2017 Hal.330.

Manis, O. & Setyowati, Y. 2022. Pola Komunikasi Interpersonal Kader Komite Kesejahteraan
dan Perlindungan Anak dalam Memperjuangkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak.
Jurnal Komunikasi Pemberdayaan. Vol. 1 No. 2 Desember 2022.

Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musin, I. A. 2021. Komunikasi Interpersonal Warga dalam Membangun Ukhuwah Islamiyah
Kelurahan Gunung Terang Bandar Lampung. (Skripsi dari Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung) Diakses dari http://repository.radeninta.ac.id/16308/

Nembo, A. K. 2022. Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Kapasitas Satgas Komite


Kesejahteraan dan Perlindungan Anak Kalurahan Gilang Harjo. (Skripsi dari Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta) Diakses dari
http://repo.apmd.ac.id/1694/1/Apaulania%20Karina%20Nembo_18530031.pdf

Nurdianti, S. R. 2014. Analisis Faktor-faktor Hambatan Komunikasi dalam Sosialisasi Program


Keluarga Berencana pada Masyarakat Kebon Agung-Samarinda. eJournal Ilmu
Komunikasi. Volume 2, Nomor 2, 2014.

Qodriyatun, S. N. 2014. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sampah


berdasarkan UU No. 18 tahun 2008. Diakses 16 Oktober 2023, dari Pusat Pengkajian
Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI Komplek DPR MPR RI Jl.
Gatot Subroto Senayan Jakarta.

Rahmawati, A. F. dkk. 2019. Partisipasi Masyarakat dalam Peningkatan Kesejahteraan melalui


Pemanfaatan Pengelolaan Sampah Plastik. Prosiding Konferensi Pengabdian
Masyarakat. Volume 1, Maret 2019.

Rakhmat, Jalaluddin. 2018. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.

Rijali, A. 2018. Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah. Vol. 17 No. 33 Januari - Juni
2018.

Samsinar & Rusnali, A. N. A. 2017. Komunikasi Antar Manusia. Wetampone: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Wetampone. Tersedia dari http://repositori.iain-
bone.ac.id/102/1/Komunikasi%20Antar%20Manusia.pdf

Sari, M. S & Zefri, M. 2019. Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Pegawai Negeri sipil
beserta kelompok masyarakat (Pokmas) terhadap Kualitas Pengelola Dana Kelurahan di
Lingkungan Kecamatan Langkapura. Jurnal Ekonomi. Volume 21 Nomor 3 Oktober
2019.

Sugiyono. 2022. Metode Peneltian Kualitatif. Bandung: Alabeta,CV


Sulistyorini, N. R. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Lingkungan
Margaluyu Kelurahan Cicurung. Share Social Work Jurnal. Volume 5 Nomor 1
Halaman 1.

Sumber lain:

https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-
baik, diakses 12 Oktober 2023

https://www/kompas.id/baca/nusantara/2023/08/10/kalang-kabut-warga-di-tengah-darurat-
sampah-yogyakarta, diakses 12 Oktober 2023

https://news.harianjogja.com/read/2018/09/16/500/939856/sosok-jokosularno-berdayakan-
ratusan-warga-kelola-bank-sampah, diakses 12 Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai