Skripsi
Penyusun
IRMA DWI DAMAYANTI
NIM. 14020118130089
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (Skripsi / TA) yang saya
tulis berjudul: “Implementasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa
Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
Adalah benar-benar Hasil Karya Ilmiah Tulisan Saya Sendiri, bukan hasil karya
ilmiah orang lain dan tidak mengandung plagiasi dari sumber informasi lainnya.
Hal ini diperkuat dengan hasil uji kemiripan Turnitin yang kurang dari 20 %.
Apabila dikemudian hari ternyata karya ilmiah yang saya tulis itu terbukti bukan
hasil karya ilmiah saya sendiri atau hasil plagiasi karya orang lain, maka saya
sanggup menerima sanksi berupa pembatalan hasil karya ilmiah saya dengan
seluruh implikasinya, sebagai akibat kecurangan yang saya lakukan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dengan
penuh kesadaran serta tanggung jawab.
i
HALAMAN PENGESAHAN
Semarang,
Dekan Wakil Dekan I
Dr. Drs. Hardi Warsono, MTP Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin
NIP. 19640827199001001 NIP. 196908221994031003
Dosen Pembimbing
Dosen Penguji
ii
MOTTO
“Ketika kita mempunyai sebuah mimpi atau tujuan yang hendak dicapai, selaraskan
usaha duniawi dan ukhrawi. Karena jika hanya usaha jalur dunia tidak akan cukup,
begitu pula dengan sebaliknya. Gantungkanlah mimpi dan tujuan itu pada Allah,
memantaskan diri dengan usaha. InsyaaAllah apapun hasil yang diberikan kepada
beriringan dengan kesulitan. Jadi jangan pernah menyerah, karena ketika kamu
tidak pernah ingkar janji, dan Allah selalu sayang kepada hambanya yang mau
“Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai, jadi ketika memulai mengerjakan
skripsi, jangan terlalu terpaku untuk menciptakan gebrakan yang besar, cukup
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk berbagai pihak yang telah berperan
1. Kedua orangtua beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa
3. Kepada Wardah, Tiara, dan Maulida, yang telah memberikan dukungan, dan
diri, yang selalu memberikan dukungan dan menjadi tempat berbagi cerita.
iv
9. Kepada Arfa Bahrul Ulum, terimakasih sudah berkenan menjadi teman
berjuang selama di Dimas BEM FISIP. Selain itu menjadi teman organisasi
menjadi salah satu keluarga manis sekaligus menjadi tempat bercerita yang
baik.
11. Kepada Tim Kampus Mengajar (Yulia, Misbach, Mbak Alya, Sinta, Alfi)
v
IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DANA DESA
DI DESA BOTORECO KECAMATAN KUNDURAN
KABUPATEN BLORA
ABSTRAK
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa merupakan salah satu upaya
penanganan terhadap dampak pandemi covid-19 yang diberlakukan di tingkat
pedesaan sejak tahun 2020. Realisasi penyaluran BLT Dana Desa di Desa Botoreco
hanya mencapai 6,1% dari 30% yang seharusnya diberikan kepada kelompok
sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses implementasi BLT
Dana Desa di Desa Botoreco, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Selain itu,
untuk menganalisis faktor pendorong dan faktor penghambat proses implementasi
tersebut. Penelitian ini menggunakan teori implementasi kebijakan dengan konsep
teori dari Donald Van Meter dan Carl Van Horn untuk mengidentifikasi faktor.
Penelitian ini juga mengacu pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 tahun 2020 dan Peraturan Bupati Blora
Nomor 77 tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan teknik pengambilan data melalui wawancara, studi pustaka, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BLT Dana Desa sudah diberikan secara tepat
waktu kepada kelompok sasaran, monitoring dan evaluasi juga dilakukan secara
rutin. Namun, proses pendataan yang dilakukan belum tepat sasaran. Realisasi
penyaluran belum maksimal karena anggaran dana desa digunakan untuk
pembangunan fisik desa. Sehingga BLT Dana Desa hanya diberikan kepada 25
KPM. Proses implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco didorong oleh faktor
sumber daya kebijakan dan karakteristik instansi pelaksana. Selain itu, proses
implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco juga terhambat oleh faktor standar
dan tujuan kebijakan; komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaan;
lingkungan kondisi sosial, ekonomi dan politik; serta disposisi implementor.
Dengan demikian, saran yang dapat diberikan antara lain perlu adanya penyesuaian
kriteria sasaran, perlu adanya pembaruan data yang terintegrasi, pendampingan
rutin dalam proses implementasi BLT Dana Desa, Pemerintah desa perlu menyusun
skala prioritas terutama dalam penanganan dampak covid-19.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, BLT Dana Desa, Prioritas dana desa.
vi
IMPLEMENTATION OF DIRECT CASH ASSISTANCE (BLT) VILLAGE
FUND IN BOTORECO VILLAGE, KUNDURAN DISTRICT
BLORA DISTRICT
ABSTRACT
The Village Fund Direct Cash Assistance (BLT) is one of the efforts to deal with
the impact of the COVID-19 pandemic which has been implemented at the rural
level since 2020. The realization of the distribution of Direct Cash Assistance (BLT
DD) in Botoreco Village only reached 6.1% of the 30% that should have been
given to groups target. This study aims to analyze the process of implementing the
Village Fund’s Direct Cash Assistance in Botoreco Village, Kunduran District,
Blora Regency. In addition, to analyze the driving factors and inhibiting factors of
the implementation process. This study uses the theory of policy implementation
with the theoretical concepts of Donald Van Meter and Carl Van Horn to identify
factors. This research also refers to the Regulation of the Minister of Villages,
Development of Disadvantaged Regions, and Transmigration Number 6 of 2020
and Regulation of the Regent of Blora Number 77 of 2022. This study uses
descriptive qualitative methods with data collection techniques through interviews,
literature study, and observation. The results showed that the Village Fund’s Direct
Cash Assistance had been given in a timely manner to the target group, monitoring
and evaluation were also carried out routinely. However, the data collection process
carried out was not right on target. The realization of distribution has not been
maximized because the village fund budget is used for village physical
development. So that the Village Fund’s Direct Cash Assistance is only given to 25
recipients. The process of implementing the Village Fund’s Direct Cash Assistance
in Botoreco Village is driven by policy resource factors and the characteristics of
the implementing agency. In addition, the process of implementing the Village
Fund’s Direct Cash Assistance in Botoreco Village was also hampered by standard
factors and policy objectives; communication between organizations and
implementation activities; environmental social, economic and political conditions;
and the disposition of the implementor. Thus, suggestions that can be given include
the need for adjustment of target criteria, the need for integrated data updates,
routine assistance in the process of implementing the Village Fund’s Direct Cash
Assistance, the village government needs to set a priority scale, especially in
handling the impact of covid-19.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga atas izinnya penulisan skripsi dengan judul “Implementasi
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa Botoreco Kecamatan
Kunduran Kabupaten Blora” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi
ini digunakan untuk memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada
Program Strudi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro.
Peneliti memperoleh banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
1. Bapak Dr. Hardi Warsono, MTP selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Ibu Dr. AP. Tri Yuningsih, M.Si selaku Ketua Departemen Administrasi
Publik.
3. Ibu Dra. Maesaroh, M.Si selaku Ketua Program S-1 Administrasi Publik.
4. Bapak Amni Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P., M.Si dan Ibu Retna Hanani,
S.Sos, MPP selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah berkenan untuk
5. Ibu Dr. Dra. Retno Sunu Astuti, M.Si selaku dosen wali.
ix
8. Seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru bagi semua pihak.
x
DAFTAR ISI
xi
1.8.7 Analisis & Intepretasi Data................................................................39
1.8.8 Kualitas Data......................................................................................40
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN......................................41
2.1 Kondisi Demografis Desa Botoreco.......................................................41
2.2 Kondisi Ekonomi Desa Botoreco............................................................43
2.3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Botoreco......................................44
2.4 Struktur Organisasi Relawan Desa/Satgas Covid Desa Botoreco..........46
2.5 BLT Dana Desa di Desa Botoreco..........................................................48
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................51
3.1 Identifikasi Informan...............................................................................51
3.2 Hasil Penelitian.......................................................................................52
3.2.1 Implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco, Kecamatan
Kunduran, Kabupaten Blora...............................................................52
3.2.2 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Implementasi BLT Dana
Desa....................................................................................................71
3.3 Analisis Hasil Penelitian.......................................................................106
3.3.1 Implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco, Kecamatan
Kunduran, Kabupaten Blora.............................................................106
3.3.2 Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Implementasi BLT Dana
Desa..................................................................................................115
BAB IV PENUTUP.............................................................................................123
4.1 Kesimpulan...........................................................................................123
4.2 Saran.................................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................127
LAMPIRAN.........................................................................................................131
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
tidak hanya menyerang kesehatan, tetapi juga sektor lain diluar kesehatan
termasuk bekerja, sekolah, dan aktivitas lain terpaksa terhenti sementara dan
pekerja terkena PKH dan 19% pekerja dirumahkan sementara. Para pekerja,
pembatasan sosial yang mau tidak mau harus dipatuhi demi alasan kesehatan
1
(BBC.com, 16/4/2020). Sebagai dampak dari adanya situasi tersebut, memicu
2021 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,50 juta orang. Angka
14,64 juta orang. Kondisi tersebut tentunya menjadi sebuah perhatian bagi
refocusing penggunaan dana desa. Dana Desa merupakan salah satu sumber
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Pasal 5 ayat (2) menjelaskan bahwa dana desa yang
covid-19 yang ada di desa salah satunya melalui BLT Dana Desa. Peraturan
2
tersebut diperkuat dengan diundangkannya Peraturan Menteri Desa,
melakukan refocusing anggaran dana desa untuk bencana nonalam, yang salah
yang dimaksud adalah membentuk tim relawan desa atau satgas covid untuk
pandemi covid-19 sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat yang ada
juga diperuntukkan untuk keluarga miskin yang ada di desa. Dalam Peraturan
tahun 2020, telah dijelaskan bahwa keluarga miskin yang dimaksudkan untuk
pandemi covid-19, selain itu juga keluarga yang memang belum terdata
Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja, atau keluarga yang memiliki anggota
3
Lampiran II poin Q, BLT-Dana Desa diberikan melalui mekanisme pendataan
Desa atau Tim Satuan Tugas di desa yang bersangkutan. Pendataan dilakukan
dengan berfokus mulai dari tingkat RT, RW, dan Desa. Seluruh hasil
musyawarah desa khusus dengan agenda tunggal, yaitu validasi dan finalisasi
data penerima BLT. Hasil final dari musyawarah desa khusus tersebut
dalam kurun waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah laporan hasil
munculnya program BLT Dana Desa, dana bantuan yang diberikan selama 3
(tiga) bulan pertama yaitu Bulan April-Juni tahun 2020 dengan besaran
per bulan. Seluruh dana bantuan untuk BLT-Dana Desa disalurkan oleh
pemerintah desa dengan metode non tunai atau cash less pada masing-masing
4
Desa untuk bulan selanjutnya yaitu Bulan Juli hingga September 2020 dengan
300.000,00 per bulan, dengan data penerima yang sama dengan periode
sebelumnya, kecuali jika ada perubahan penerima yang telah disetujui dalam
secara non tunai (cashless) atau secara tunai. Perubahan regulasi terhadap
prioritas penggunaan dana desa tahun 2020 juga terjadi kembali dengan
2020. Namun untuk periode tersebut sifatnya tidak wajib, sehingga dapat
diberikan apabila masih terdapat anggaran dana desa tahun 2020 yang masih
Nomor 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021.
Dimana dalam prioritas penggunaan dana desa untuk tahun anggaran 2021,
BLT-Dana Desa menjadi bagian dari prioritas utama dari penggunaan dana
tahun 2021 besaran BLT Dana Desa yang harus diberikan adalah Rp
5
300.000,00 per keluarga setiap bulannya, yang harus disalurkan selama dua
belas bulan terhitung sejak Bulan Januari hingga Desember 2021. Hingga
tersalurkan 70,29% dari pagu dana desa sebesar Rp 28,8 triliun (Kompas.com
mencapai 100% adalah kurangnya peranan dari desa dan pemerintah daerah
Selain itu, permasalahan klasik yang hingga saat ini pun masih kerap
dengan bantuan yang lain masih kerap terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh
BLT-Dana Desa, dimana kapasitas pemerintah desa yang masih kurang dalam
serta proses mulai dari pendataan hingga penyaluran yang dianggap cukup
bantuan yang ada di desa, beberapa jenis bantuan baru yang juga muncul
6
Bantuan Sembako, BST, Subsidi listrik, Kartu Pra-kerja, dan Subsidi Gaji
tentang Tata Cara Pembagian, Rincian dan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Setiap Desa di Kabupaten Blora Tahun 2021. Sebagai informasi selama masa
pelaksanaan program. Salah satu desa yang dimaksud adalah Desa Botoreco
tertinggi pada tahun 2021 jika dibandingkan dengan desa lain yang ada di
(Peraturan Bupati Blora Nomor 77 tahun 2020). Salah satu aspek ketercapaian
untuk BLT sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Karena anggaran
untuk BLT-Dana Desa sifatnya wajib, dan realisasi dari penyaluran BLT
7
berikutnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari Laporan Dinas
periode tahun 2021 belum maksimal. Salah satunya adalah Desa Botoreco
memberikan persentase anggaran untuk BLT Dana Desa sebanyak 30% dari
dana desa untuk BLT Dana Desa. Sehingga masing-masing desa yang ada di
hingga 30% dengan tujuan agar dapat menjangkau lebih banyak masyarakat
Desa Botoreco pada tahun 2021, hanya menyalurkan sebesar 6,1% dari
anggaran dana desa, dengan jumlah KPM sebanyak 25 orang. Sehingga masih
terdapat 23,9% belum dapat disalurkan oleh Desa Botoreco. Kondisi tersebut
kelompok sasaran.
8
1.2 Rumusan Masalah
demikian dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut;
Blora?
9
Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Sehingga peneliti dapat
di lapangan.
periode berikutnya.
Hasil dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan evaluasi untuk
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa telah dilaksanakan oleh Dian Herdiana,
Idah Wahidah, Neni Nuraeni dan Annisa Nur Salam pada tahun 2021 dengan
10
judul “Implementasi Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isu dalam pelaksanaan BLT Dana Desa
terdiri dari kapasitas pemerintah desa, masyarakat sasaran yang masih terdapat
Sementara itu, tantangan dalam pelaksanaan BLT Dana Desa mengacu pada
(BLT) Dana Desa juga dilaksanakan oleh Cecelia Helenia Sasuwuk, Florence
Daicy Lengkong, dan Novie Anders Palar pada tahun 2021 dengan judul
DD) Pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Sea Kabupaten Minahasa ”. Penelitian
implementasi dari Van Meter dan Van Horn (1975). Hasil penelitian
antara lingkungan sosial dan ekonomi, serta sikap atau disposisi para pelaksana
11
Penelitian terdahulu selanjutnya mengenai implementasi Bantuan
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa juga telah dilaksanakan oleh Suryaningsih
Aseh, Tengku Fahrul Gafar, dan Zamhasari pada tahun 2021 dengan judul
“Problematika Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) Tahun
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa juga telah dilaksanakan oleh Saroh dan
Panjaitan pada tahun 2021 dengan judul “Desa Terdampak Covid-19: Menilik
dengan prosedur. Namun jumlah, waktu, dan sasaran BLT-DD belum tepat.
Masalah utama yang ditemukan adalah ketentuan yang tidak luwes dan kemunculan
program dalam waktu yang mendesak. Penyesuaian data yang menyita waktu, dan
Tunai (BLT) Dana Desa juga telah dilaksanakan oleh Ni Made Kitty Putri Suari,
dan Ni Putu Niti Suari Giri pada tahun 2021 dengan judul “ Analisis Terhadap
Potensi Maladministrasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa selama Pandemi
12
Covid-19”. Penelitian tersebut menggunakan metode yuridis normatif dengan
BLT DD diantaranya desa yang belum memiliki PPID sebagai penyalur informasi
yang cukup banyak, adanya pengaturan mekanisme pengawasan yang jelas terhadap
penyaluran, dan tidak ada kewenangan pemerintah desa dalam penentuan bearan atau
13
Cecelia Helenia Mengetahui Kualitatif Berdasarkan segi karakteristik
Sasuwuk, bagaimana Deskriptif pelaksana, keterlibatan antara
Florence Daicy implementasi lingkungan sosial dan ekonomi, serta
Lengkong, BLT DD di sikap atau disposisi para pelaksana dapat
Novie Anders Desa Sea dikatakan sudah sesuai dengan
Palar (2021) Kabupaten semestinya. Namun dari segi standar
Minahasa kebijakan masih terjadi maladministrasi
dalam pendataan, dan dari segi sumber
daya, terdapat keterbatasan anggaran
sehingga belum mampu menjangkau
seluruh masyarakat miskin yang ada
(Sasuwuk et al., 2021).
Suryaningsih Mengetahui Kualitatif Problematika yang terjadi dalam
Aseh, Tengku lebih jauh pelaksanaan program adalah pertama
Fahrul Gafar, faktor apa saja berkaitan dengan kejelasan isi kebijakan
dan Zamhasari yang menjadi khususnya kriteria penerima BLT DD di
(2021) masalah dalam tahun 2020 berulang kali mengalami
pengimplement perubahan, kedua berkaitan dengan
asian inkonsistensi regulasi, dan ketiga
penyaluran BLT berkaitan dengan faktor teknis yang
DD. dirasa cukup panjang (Aseh et al.,
2021).
Zakiyatus Alisa Menggali Kualitatif Mekanisme distribusi BLT-DD di Desa
Saroh dan penerapan BLT- Kedawung sudah dilakukan sesuai
Parulian Rido D dan prosedur dan tepat. Namun dari segi
Panjaitan menerangkan jumlah, waktu, dan sasaran masih belum
(2021) masalah yang tepat sepenuhnya. Masalah utama yang
dialami dalam ditemukan adalah ketentuan yang tidak
proses tersebut. luwes dan kemunculan program dalam
waktu yang mendesak. Penyesuaian data
yang menyita waktu, dan permasalahan
terkait kriteria KPM (Saroh & Panjaitan,
2021).
Ni Made Kitty Membahas Yuridis Terdapat beberapa potensi
Putri Suari, Niterkait BLT DD normatif maladministrasi dalam pelaksanaan BLT
Putu Niti Suaridari perspektif DD diantaranya desa yang belum
Giri (2021) hukum memiliki PPID sebagai penyalur
administrasi informasi yang cukup banyak, belum
negara serta adanya pengaturan mekanisme
mengetahui pengawasan yang jelas terhadap
maladministrasi penyaluran, dan tidak ada kewenangan
yang terjadi pemerintah desa dalam penentuan
dalam bearan atau bentuk bantuan yang sesuai
pelaksanaan dengan kebutuhan desa (Suari, Ni Made
BLT DD. Kitty Putri; Giri, 2021).
Sumber: diolah peneliti, 2022
14
1.5.2 Administrasi Publik
tentang apa yang menjadi keresahan publik, permasalahan yang ada serta
solusi kebijakan apa yang seharusnya diambil. Menurut Felix A. Nigro dan
Lloyd G. Nigro yang dikutip oleh Inu Kencana Syafiie (2010: 24) menyatakan
secara garis besar bahwa public administration merupakan suatu kerja sama
kelompok dalam lingkungan pemerintah, selain itu juga berkaitan erat dengan
kelompok swasta dan perorangan. Dalam hal ini, administrasi publik tidak
juga termasuk bagian dari ilmu yang melewati beberapa fase dalam
Paradigma memiliki arti sebagai cara pandang, nilai-nilai, metode, atau cara
15
pemecahan suatu masalah, yang dipercaya dan digunakan oleh seseorang
dalam kurun waktu tertentu (Thomas Khun dalam Kadir, 2020). Dalam
administrasi publik terhadap bidang kajian yang ada dalam ilmu administrasi
menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, dan administrasi negara mampu
Pada paradigma II ini, para peneliti seperti Mary Parker Follett, Henry
gerakan fisik yang lebih efisien melalui prinsip-prinsip yang sama dengan
16
prinsip administrasi negara yang dianagramkan dengan “POSDCORB”,
(Penganggaran)
administrasi ditinggalkan.
Pada paradigma IV, para ahli berusaha untuk menemukan fokus dari ilmu
bagian dari politik, yang didasarkan pada teori organisasi dan manjemen.
17
metode maupun studi kasus untuk membuktikan apakah memang ilmu
implementasiannya.
Pada paradigma V ini, secara jelas telah memiliki fokus dan lokus.
f. Governance
partisipasi dari segala pihak. Tidak hanya dari sektor publik saja,
BLT Dana Desa sebagai kebijakan publik yang menjadi bagian dari lokus
administrasi negara.
18
1.5.4 Kebijakan Publik
dipengaruhi oleh pelaku kebijakan itu sendiri, Tachjan dalam (D. Herdiana,
2018). Lebih lanjut Thomas R. Dye yang dikutip oleh Sahya Anggara (2018:
kebijakan mana yang lebih sesuai. Hal ini harus didasarkan pada pertimbangan
manfaat yang akan diperoleh nantinya. Lebih jauh Bridgman dan Davis yang
publik paling tidak memiliki tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu tujuan
karena ada tujuan tertentu yang hendak dicapai. Sementara itu hasil dari
19
pemerintah dan lembaga lain yang berkaitan yang ditujukan untuk memenuhi
dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Selain itu, proses ini juga mencakup
20
5. Evaluation (Evaluasi), proses ini merupakan proses terakhir dari proses
Berdasarkan lima proses kebijakan yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini
memperoleh apa dari kebijakan tersebut (Sahya Anggara, 2016). Pada tahap
21
permasalahan yang akan diatasi, serta tujuan yang akan dicapai, serta cara-
cara untuk mengatur proses implementasinya. Van Matter dan Van Horn
kebijakan jika tidak ada implementasi kebijakan, maka tujuan yang sudah
aspek yang cukup krusial dalam penerapannya dan menjadi posisi yang
kebijakan yang akan dijalankan harus ditransmisikan kepada pihak yang tepat
sesuai dengan sasaran dan arahan kebijakan, iii) kebijakan yang akan
dijalankan harus dapat diterima secara jelas siapa yang menjadi sasaran
kebijakan dan bagaimana tujuan serta arahan dari kebijakan tersebut (Yulianto
Kadji, 2015: 50). Secara lebih lanjut, terdapat beberapa model kebijakan dari
22
para tokoh ahli, yang diidentifikasikan berdasarkan dua pendekatan yaitu
tujuan dari kebijakan tersebut tercapai secara hukum dari waktu ke waktu.
tersebut jika dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang seharusnya atau tidak
faktor-faktor yang bersumber dari level bawah. Pendekatan ini hadir sebagai
dapat saja menjadi lebih kompleks yang tidak hanya berkaitan dengan
23
efektivitas dan efisiensi semata. Para penganut pendekatan bottom up
yang cukup tergolong penting dalam implementasi yaitu birokrat pada level
bawah (street level bereaucrat) dan kelompok sasaran dari suatu kebijakan
pendekatan top down dan bottom up. Model pendekatan tersebut tersaji dalam
tabel 1.2.
24
George Edwards III a) Komunikasi
(1980) b) Sumber daya
c) Disposisi
d) Struktur birokrasi
Bottom Up Richard Elmore (1979), a) Content of policy
Michael Lipsky (1971), b) Contex of implementation
dan Benny Hjern & c) Impact
David O’Porter (1981)
penggunaan dana desa. Selain itu, Program BLT dana desa juga menjadi
kebijakan yang wajib dilaksanakan oleh aktor kebijakan yang ada di bawah
yang disampaikan oleh (Van Meter & Van Horn, 1975). Model tersebut
Standar dan tujuan dari kebijakan berarti menguraikan apa yang menjadi
standar dan tujuan dari sebuah kebijakan, yang seringkali tercantum dalam
25
mungkin juga terdapat standar dan tujuan yang harus disimpulkan atau
b) Sumber Kebijakan
Sumber Daya kebijakan tidak hanya regulasi, tetapi juga penunjang lain
implementasi kebijakan.
yang turut dalam proses implementasi kebijakan. Pada poin ini mencakup
f) Disposisi implementor
26
Disposisi implementor lebih kepada menilai kecenderungan dari
& penolakan) yang diberikan, dan (3) intensitas dari tanggapan yang
diberikan.
Van Horn (1975) karena peneliti berfokus melakukan analisis terhadap proses
implementasi BLT Dana Desa, untuk mengetahui faktor pendorong dan faktor
penghambat dalam proses implementasi tersebut. Van Meter dan Van Horn
1.5.6 Dana Desa dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021
Kabupaten/kota. Pada tahun 2021, untuk desa reguler penyaluran dana desa
dibagi menjadi 3 (tiga) tahap dengan skema 40% di tahap pertama, 40% di
tahap kedua, dan 20% di tahap ketiga. Sementara itu, untuk desa mandiri
penyaluran dana desa dibagi menjadi 2 (dua) tahap dengan skema 60% di
tahap pertama dan 40% di tahap kedua. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa,
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2021, dana desa selama satu
27
tahun kedepan diarahkan untuk percepatan pencapaian SDGs Desa memalui
desa tanpa kemiskinan melalui Bnatuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT
DD).
Nomor 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021
bahwa Bantuan Langsung Tunai Dana Desa merupakan kegiatan uang berisi
pemberian bantuan langsung berupa uang tunai yang bersumber dari dana
desa, yang ditujukan untuk keluarga penerima manfaat dengan kriteria yang
28
sudah disepakati melalui musyawarah Desa. Sesuai dengan Dokumen
Pedoman Penyaluran Dana Desa, bahwa BLT Dana Desa untuk tahun 2021
BLT Dana Desa diberikan melalui beberapa tahapan mulai dari melakukan
29
Sementara itu, Kabupaten Blora mengatur BLT Dana Desa dalam
Peraturan Bupati Blora Nomor 77 tahun 2020 tentang Tata Cara Pembagian,
Rincian dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Setiap Desa di Kabupaten Blora
Dana Desa.
penerima manfaat yang memenuhi syarat antara lain tidak terdapat anggota
30
- Besaran BLT Dana Desa yang diberikan adalah sebesar Rp 300.000,00
untuk bulan pertama hingga bulan keduabelas diberikan secara non tunai
(kecuali bagi penerima yang tidak memiliki NIK seperti yang dijelaskan
sebesar 6,1% dari yang seharusnya disalurkan 30% dari anggaran dana desa.
Dengan adanya analisis terkait implementasi BLT Dana Desa ini, peneliti akan
Dana Desa berpedoman pada regulasi yang memuat aturan serta mekanisme
pelaksanaan dari BLT Dana Desa yaitu pada Peraturan Menteri Desa,
tahun 2020 tentang Tata Cara Pembagian, Rincian dan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Setiap Desa di Kabupaten Blora Tahun 2021. Dengan demikian
31
peneliti akan melakukan analisis dan memaparkan hasil penelitian mengenai
32
Faktor-faktor tersebut dideskripsikan melalui kriteria faktor
keberhasilan implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (1975) yang
terdiri dari:
a) Standar dan tujuan kebijakan: Standar dan tujuan dari Program BLT-
Desa.
yang berasal dari pemerintah desa beserta tim yang dibentuk, dan
sumber daya anggaran dari dana desa yang telah di refocusing untuk
BLT-Dana Desa.
dari kondisi ekonomi, kondisi sosisal, dan kondisi elite politik dalam
33
f) Disposisi implementor: Kecenderungan dari implementor dalam hal ini
Desa.
dari kebijakan itu sendiri. Selain itu, dengan mengetahui bagaimana jalannya
dapat mengetahui apa yang menjadi pendorong serta penghambat dari proses
implementasi tersebut.
Kabupaten Blora, Desa Botoreco memiliki alokasi BLT paling sedikit dari
dengan besaran pagu dana desa Desa Botoreco yang memiliki pagu dana desa
34
penelitian ini nantinya dapat mengetahui kendala apa yang terjadi, serta
demikian, hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 tahun 2020 dan Peraturan Bupati
Blora Nomor 77 tahun 2020. Selain itu, untuk menganalisis faktor yang
dengan menggunakan konsep teori dari Donald Van Meter dan Carl Van
kualitatif menurut Strauss dan Corbin (1990) yang dikutip oleh Salim &
memperoleh hasil dan pemecahan yang lebih jelas dan komprehensif. Peneliti
memilih metode kualitatif dengan tujuan untuk menggali lebih dalam dari
35
berbagai sumber data dan informan terkait dengan Implementasi Bantuan
Kabupaten Blora.
Jawa Tengah.
otoritas pada objek atau situasi yang akan diteliti. Informan yang menjadi
Botoreco yang terlibat langsung dalam proses implementasi BLT Dana Desa
di Desa Botoreco.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data
kualitatif yang berupa data teks serta kata-kata tertulis untuk mendukung
36
yang sudah ditentukan. Sumber data lainnya diperoleh dari buku maupun
artikel ilmiah lain yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
diperoleh. Data primer merupakan data pertama yang diperoleh peneliti secara
langsung dari lokasi penelitian. Sementara itu, data sekunder merupakan data
yang diperoleh dari sumber lain yang memberikan tambahan data yang
lokasi penelitian.
37
1.8.6 Teknik Pengumpulan Data
kualitatif menyasar pada segala sesuatu yang berkaitan dengan latar sosial.
Situasi sosial yang ada terdiri dari 3 (tiga) elemen penting dan pokok yaitu
tempat, aktor yang berperan, dan kegiatan-kegiatan (Spradley dalam Salim &
a. Wawancara
yang terdiri dari artikel imliah dengan tema terkait, dokumen dari
38
peaturan perundang-undangan, maupun dokumen seperti laporan
c. Observasi
sebagai pelaksana kebijakan dengan berbagai aktor terkait, selain itu juga
data yang sudah didapatkan (Salim & Syahrum, 2012). Adapun tahapan yang
39
Pengumpulan Data Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan:
Reduksi Data
Penarikan/Verifikasi
3) Penyajian data dapat dilakukan setelah proses reduksi data. Data disajikan
dan keabsahan data dengan menggunakan metode lebih dari satu (ganda)
(Bachri, 2010). Uji triangulasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan hal
lain diluar data, hal ini dilakukan untuk melakukan pengecekan serta menjadi
40
bahan pembanding terhadap data yang ada. Kualitas data pada penelitian ini
dibandingkan satu sama lain dari data yang telah diperoleh (Nugrahani, 2014,
p. 116).
41
BAB II
42
Sumber: Kecamatan Kunduran Dalam Angka 2021, BPS Kab. Blora,
diolah
tersaji dalam Tabel 2.2 adalah Kunduran dengan jumlah penduduk 6.607 jiwa,
diikuti oleh Desa Botoreco dengan jumlah penduduk 6.003 jiwa, dengan
penduduk paling sedikit adalah Desa Jetak yaitu 742 jiwa dengan persentase
penduduk 1,12%.
Desa Botoreco terdiri dari 9 dusun yang terdiri dari Dusun Kawisan,
43
Sumber: Dokumentasi peneliti
Kecamatan Kunduran yaitu sebanyak 6.058 orang yang terbagi atas 3.083
protestan. Penduduk Desa Botoreco juga terdiri dari beragam usia antara lain
sebagai berikut:
44
Sumber: Profil Desa Botoreco, diolah peneliti
Penduduk Desa Botoreco seperti yang tersaji dalam Tabel 2.3 menunjukkan
bahwa terdapat lebih dari 3 ribu penduduk didominasi oleh penduduk usia
45
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa lebih dari 50% mayoritas
karena sebagian besar mata pencaharian berasal dari desa itu sendiri. Namun,
hak tradisional yang diakui dan dihormati oleh masyarakat yang ada di
oleh pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala desa, dengan dibantu oleh
Secara lebih rinci, strutur organisasi pemerintah desa dapat dilihat dalam
46
Sumber: Profil Desa Botoreco, diolah peneliti
kepala desa dalam membuat sebuah kebijakan atau keputusan apapun harus
itu, dalam hal kemitraan kepala desa selalu berhubungan dengan LKMD atau
LKM. Urusan pemerintahan desa, kepala desa selalu dibantu oleh perangkat
beberapa posisi yang masih kosong, yaitu sekretaris desa, Kaur Perencanaan,
dan Kepala dusun di Dusun Kawisan, Dusun Nguter, Dusun Balong, Dusun
47
2.4 Struktur Organisasi Relawan Desa/Satgas Covid Desa Botoreco
Non Alam, desa diarahkan untuk membentuk sebuah struktur organisasi yang
beserta bagian dari pemerintah desa yang lainnya. Sama halnya dengan Desa
di Desa Botoreco disebut sebagai Satuan Tugas Covid Desa Botoreco. Dengan
48
17. Anggota Ketua RW 1
18. Anggota Ketua RW 2
19. Anggota Ketua RW 3
20. Anggota Ketua RW 4
21. Anggota Ketua RW 5
22. Anggota Ketua RW 6
23. Anggota Ketua RW 7
24. Anggota Ketua RW 8
25. Anggota Ketua RW 9
26. Anggota Bidan Desa
27. Anggota Bidan Desa
28. Mitra Babinkamtibmas
29. Mitra Babinsa
30. Mitra Pendamping Desa
Sumber: Data Desa Botoreco, diolah peneliti, 2022
Daftar keanggotaan yang tersaji dalam Tabel 2.6, memiliki tugas untuk upaya
pencegahan dan penangan covi-19 di tingkat desa. Sementara itu, dalam upaya
sosial, yang memiliki peranan penting dan terjun secara langsung adalah
desa. Namun keputusan tetap dibahas dan diputuskan dalam musyawarah yang
dihadiri tidak hanya dari kelompok satgas saja, melainkan tiap-tiap elemen
Desa menjadi salah satu prioritas utama dari penggunaan dana desa sejak
adanya perubahan terhadap prioritas penggunaan dana desa tahun 2020. BLT-
49
Dana Desa masih terus dilanjutkan hingga tahun 2021 dan tahun 2022. Pada
satu tahun terakhir yaitu tahun 2021, realisasi penyaluran BLT-Dana Desa
hanya tersalurkan 70,29% dari pagu dana desa sebesar Rp 28,8 triliun
penyaluran BLT belum mencapai 100% adalah kurangnya peranan dari desa
pemerintah desa.
tahun 2020 hingga ssat ini. Sama seperti program bantuan pada umumnya,
dilakukan oleh perangkat desa setempat yaitu RT yang dibantu oleh RW serta
BPD. Berikut ini merupakan daftar KPM BLT Dana Desa di Desa Botoreco
tahun 2021:
50
10. Wadirah Desa Botoreco RT 08 RW 03
11 Lasimin Desa Botoreco RT 02 RW 05
12. Nur Eka Susanti Desa Botoreco RT 01 RW 05
13. Supi Desa Botoreco RT 02 RW 02
14. Parsem Desa Botoreco RT 01 RW01
15. Karmini Desa Botoreco RT 03 RW 07
16. Rumini Desa Botoreco RT 02 RW 07
17. Yadi Desa Botoreco RT 05 RW 06
18. Koni’ah Desa Botoreco RT 05 RW 04
19. Sukarmi Desa Botoreco RT 01 RW 07
20. Lasinem Desa Botoreco RT 01 RW 02
21. Jarum Desa Botoreco RT 03 RW 03
22. Amirul Ma’ruf Desa Botoreco RT 03 RW 06
23. Suti Desa Botoreco RT 02 RW 07
24. Agus Purnomo Desa Botoreco RT 03 RW 08
25. Kateno Desa Botoreco RT 02 RW 09
Sumber: Data Desa Botoreco, diolah peneliti, 2022
Daftar KPM yang tersaji dalam Tabel 2.7, merupakan hasil dari kesepakatan
terkait BLT Dana Desa. Berkaitan dengan proses yang terjadi di dalamnya,
kepada unsur desa lainnya, mulai dari perangkat desa, BPD, LKMD, Kader,
RT dan RW, Kepala Dusun, serta perwakilan dari tokoh masyarakat. Ketika
kepada forum yang diwakili oleh kepala dusun. Apabila dari keseluruhan
51
usulan calon KPM sudah sesuai dengan kebutuhan anggaran BLT Dana Desa,
maka usulan tersebut dapat langsung diputuskan tanpa adanya seleksi atau
tingkat kecamatan.
52
BAB III
dengan sejumlah informan. Adapun informan dalam penelitian ini yakni pihak-
pihak yang terlibat dalam proses implementasi BLT-Dana Desa di Desa Botoreco.
dari para implementor yang terdiri dari kepala desa hingga RT, seperti yang tersaji
dalam tabel di atas. Pemilihan RT didasarkan pada arahan yang diberikan oleh
kepala desa dan kasie kesejahteraan, yang menyasar pada RT yang pada saat
masyarakat, dan terjadi data ganda antara penerima BLT Dana Desa dengan
53
bantuan diluar BLT Dana Desa. Informan dari perwakilan BPD yang terdiri dari
ketua dan anggota sebagai informan didasarkan pada keterlibatannya dalam proses
implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco. Ketua BPD memiliki peranan
di atasi, serta tujuan yang akan dicapai, serta cara-cara untuk mengatur proses
implementasi harus sesuai dengan apa yang menjadi dasar kebijakan yang sedang
adalah mekanisme pelaksanaan dari BLT Dana Desa. Informasi pertama diperoleh
“Sebenarnya BLT ini kan sama ya seperti bantuan pada umumnya, hanya
saja istilahnya BLT ini mengcover orang-orang yang belum mendapat
bantuan kan gitu. Makanya perlu adanya pendataan ulang, nah nanti dari
pendataan itu diputuskan di musdes, musdessus namanya. Baru kalau
54
sudah dapat siapa saja yang menerima, baru kita lanjutkan ke penyaluran
atau penyerahan BLT nya. Kalau semuanya sudah disalurkan, kami selalu
membuat semacam SPJ sebagai bentuk pertanggungjawaban. Dan juga
evaluasi dengan BPD.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul
10.15).
Selain kedua jawaban tersebut, penjelasan mengenai tahapan BLT Dana Desa juga
“Kalau secara singkatnya itu kemarin dijelaskan, dan kebetulan kami dari
RT yang ditugasi untuk mendata, jadi nanti saya dan kawan-kawan RT ini
mendata atau mengusulkan lah siapa yang mau dikasih. Habis itu dibahas,
biasanya kalau sudah mendata itu diadakan musdes, semua hasilnya
dikumpulkan dan di apa namanya, dibuat laporan lah, diputuskan bersama
sama. la kalau untuk penyaluran itu ya terakhir, kalau pas tahap
penyaluran itu ngikut saja ya, kan saya RT jadi kalau ada info penyaluran
ya langsung saya kabarkan.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul
11.00).
“Yang jelaskan saya selaku RT ini mendata dulu nggih, setelah itu
sebelum ke musdes ini ya, seletah mendata di kasihlah ke perangkat
biasanya nanti sama Pak Kasie atau BPD, berdua itu yang ngurusi, untuk
disurvey. Kalau sudah ya langsung dilanjut di musdes. Karena kalau
sekarang ini harus ada bukti e mbak, jadi meskipun saya RT gak bisa
55
sembarang mengusulkan, karena nanti akan didatangi rumah orangnya
untuk difoto. Nah nanti baru dimusdeskan bersama.” (Wawancara Hari
Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 19.51).
Sementara itu, Informan 4 juga menyampaikan hal yang sedikit berbeda berkaitan
“Jadi alurnya itu dari RT setempat, kemudian RW, nah nanti BPD juga
ikut. Nah saya nanti laporan di ruang lingkup desa, di musdes maksudnya
bahwasanya data saya ini, nah kalau laporan RT terusan laporan dari
perangkat nanti disandingkan laporan dari BPD.” (Wawancara Hari
Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
Informan 6 bahwa:
yaitu melakukan pendataan dan tindak lanjut dari BPD. Tindak lanjut yang
pengambilan bukti berupa foro rumah calon KPM. Tahap keduda yaitu
Proses tersebut juga berisi diskusi terkait hasil pendataan untuk dapat diputuskan
56
kedepan. Tahap akhi adalah pemerintah desa membuat laporan
a. Proses Pendataan
“Kalau pendataan itu kan memang RT dan perangkat setempat itu sendiri
semua punya datanya. Kalau gak punya datanya, seandainya bulan ini
mecairkan sekian, jadi semuanya ada datanya. Fixnya semuanya di
operator ada. Jadi dukuh ini sekian gitu, memang sesuai kebutuhan gitu.
Dan mungkin kadang bisalah 1 dukuh berbeda dengan dukuh lain. ada
yang dukuh penduduknya kecil tapi penerima BLT DD tinggi, karena apa,
karena warganya memang membutuhkan gitu.” (Wawancara Hari Kamis, 2
Juni 2022, Pukul 10.15).
“Ya itu kita melibatkan tiap perangkat desa setempat, untuk mendata
warganya yang tidak tercover di BPNT dan PKH itu kita masukkan ke
BLT-DD. Itu dimusdeskan, setelah ada pendataan dari perangkat setempat,
itu kita musdeskan di balai desa. Kalau sudah disetujui kita laksanakan.”
(Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00)
Berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh Informan 1 dan Informan 2, secara
menyampaikan bahwa:
57
“Kalau saya itu mengusulkan sama RT yang lainnya itu sama. Jadi saya
amati, kan sehari-harinya keliatan tuh kondisi mereka bagaimana.
Sebelumnya saya sudah punya data, saya mengusulkan, kemarin lansia ada
yang saya usulkan karena punya stroke sudah 2 tahun alhamdulillah
kemarin sudah dapat bantuan. Anaknya kaya, tapi kan orangtuanya gak
bisa berobat. Saya kan ada PKH, ada BPNT, yang sekiranya sudah dapet
itu berarti ya gak dikasih. Jadi yang sudah dapat PKH yasudah, BPNT ya
sudah gitu. Untuk BLT itu ya untuk orang yang nol, ada yang lansia, ada
ibarate yang punya rumah kecil gak dapet bedah rumah, gak dapet
penghasilan, itu nanti saya kumpulin, kesepakatannya gimana yang pantas
yang dapet si ini ntar di reng-reng ibarate satu Botoreco itu berapa orang,
sekiranya kebanyakan kan dikurangi.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni
2022, Pukul 11.00).
menyampaikan bahwa:
disampaikan oleh Informan 4 berkaitan dengan proses pendataan BLT Dana Desa,
yaitu:
“Kalau menurut desa itu kan dari RT, dari perangkat. Tapi kan saya
kurang pas lah, karena kan usulan nanti malah ternyata yang diajukan
justru orang terdekat, jadi dari BPD itu sifatnya harus netral, bener-bener
untuk mendata warga saya itu bener-bener tingkat kemiskinannya
terendah. Jadi kita se tim survey. Oiya bener ini yang harus dikasih
anggaran dari dana desa, ini yang tidakJadi alurnya itu dari RT setempat,
kemudian RW, nah nanti BPD juga ikut. Nah saya nanti laporan di ruang
lingkup desa, di musdes maksudnya bahwasanya data saya ini, nah kalau
laporan RT terusan laporan dari perangkat nanti disandingkan laporan dari
BPD.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
58
Dari pernyataan yang disampaikan oleh Informan 4, kemudian ditambahkan oleh
“Kalau saya kan BPD ya, jadi gak ikut mendata, hanya saja saya ikut ini
ikut survey, jadi kalau pendataan itu urusan RT. Nah kalau untuk
surveynya sendiri biasanya gak blusukan satu-satu gitu nggak. Tapi kita
datangi rumahnya, kita foto kondisi rumahnya. Karena sekarang itu
gakboleh asal usul, harus ada bukti yang menunjukkan oh ini benar gak
mampu, ini berhak begitu.” (Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul
10.53).
bahwa proses pendataan dilakukan oleh perangkat desa setempat yaitu RT. Hal
per rumah. Selain melibatkan perangkat desa setempat, dalam proses pendataan
sebelum nantinya dibahas dalam musyawarah desa. Bentuk tindak lanjut yang
satu dengan yang lainnya. Sehingga Pemerintah Desa pada saat musyawarah desa
bantuan yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih dari satu program sehingga
59
bentuk tanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang telah dilakukan oleh
perangkat desa setempat. Sehingga perangkat desa setempat yang bertugas untuk
Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendataan adalah,
pelaksana BLT Dana Desa harus mengetahui dan memahami kriteria sasaran dari
BLT Dana Desa itu sendiri. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan,
bahwa:
“Kriteria yang dapat ya sama sebenarnya dengan PKH atau BPNT. Kalau
PKH sama BPNT kemarin itu kan sebenarnya datanya kan dari pusat, yang
data kan bukan perangkat. Banyak yang salah kaprah, yang mampu malah
dapat. Makanya kita musdeskan untuk kemudian dikembalikan. Kemudian
yang lain setelah PKH dan BPNT desa itu kan masih kesulitan desa masih
kesulitan untuk itu. Sementara untuk BLT-DD, karena itu dari anggaran
desa, jadi desa punya kewenangan untuk menentukan siapa yang dapat,
yang kriterianya itu yang benar-benar tidak mampu. Yang kita kumpulkan
di perangkat desa setempat. Kalau perangkat desa setempat itu
mendatanya salah ya biar dia yang menanggung.” (Wawancara Hari
Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
60
Sementara itu, Informan 3 selaku aktor yang berperan untuk melakukan
pendataan, terkait kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam proses pendataan
yakni:
“Untuk BLT itu ya untuk orang yang nol, ada yang lansia, ada ibarate
yang punya rumah kecil gak dapet bedah rumah, gak sapet penghasilan, itu
nanti saya kumpulin, kesepakatannya gimana yang pantas yang dapet si ini
ntar di reng-reng ibarate satu Botoreco itu berapa orang, sekiranya
kebanyakan kan dikurangi” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul
11.00).
“Kalau kriteria yang saya gunakan biasanya saya ambil dulu orang-orang
tua yang udah gak bisa apa-apa, istilahnya untuk kemana-mana aja itu sulit
karena sudah tua. Kemudian janda yang gak ada yang nafkahi tapi punya
tanggungan banyak kan itu juga perlu dibantu istilahnya diberi stimulus
bantuan, yang penting kan gak bentrok dengan bantuan yang lain.”
(Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 19.51).
Selain itu, kriteria sasaran juga disampaikan oleh Informan 4, yang menyatakan
bahwa:
“Ya kalau aturannya itu dari Dinas PMD diambil keluarga yang termiskin,
dana yang digelontorkan, yang diplotkan untuk Deaa Botoreco itukan
sekitar 600 jutaan lah yang diambil dari dana desa, untuk keluarga yang
paling miskin dulu kita ambil. Biasanya kalau ini di kriteria termiskin itu
yang pertama, kedua itu orang tua yang tidak di urus anaknya atau hidup
sebatang kara, kriterianya dari musdes itu dulu. Kalau di musdes itu kita
juga sifatnya demokratis, kita punya dukuh 9, tentu banyak dong yang
diusulkan keluarga miskin, mau gak mau kita tampung dulu, nanti kita
survey. Kalau dari dukuh A dan dukuh B misalkan istilahnya ada yang
miskin, kok ada lagi yang lebih miskin, ya kita kasihkan ke yang lebih
miskin” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
61
disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas PMD Kabupaten
Blora. Adapun kriteria sasaran yang berhak dimasukkan dalam proses pendataan
adalah keluarga yang benar-benar tidak mampu, seperti janda yang tidak memiliki
harta atau tidak ada yang memberi nafkah dengan jumlah tanggungan yang tidak
sedikit. Selain itu, lansia yang sudah tidak bisa bekerja dan tidak diurus oleh
anaknya atau sudah tidak memiliki sumber penghasilan. Selain itu, yang menjadi
syarat utama adalah keluarga yang belum tercover atau tidak menjadi penerima
BLT Dana Desa membahas hasil pendataan untuk dapat disepakati melalui
musyawarah desa khusus dengan agenda tunggal bersama dengan seluruh unsur
62
baru nanti dibicarakan, mana yang perlu dikurangi kan gitu.” (Wawancara
Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
“Semua elemen kita libatkan, dari RT, RW BPD, LKMD, semua kita
libatkan. Sehingga hasilnya pun diketahui dan disepakati dari masing-
masing perwakilan kan. Kalau untuk prosesnya sendiri, dari BPD yang
mengontrol, istilahnya yang memimpinlah. Nah nanti ya biasa perwakilan
dusun menyampaikan mana saja yang diberi, kita bahas bersama, nanti
diakhir baru diputuskan.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul
09.00).
Disisi lain, dalam proses musyawarah desa khusus yang dilakukan, Informan 3
menyatakan bahwa:
“Kalau saat musdes itu gini, sebelumnya maksudnya sebelum musdes data
itu sudah dikumpulkan, karena harus dicek dulu sama BPD. Makanya saat
musdes itu RT sudah gak ngomong, maksudnya gak mengutarakan siapa
saja gitu, paling nanti diwakilkan sama kadus. Dari BPD menyampaikan
hasilnya bagaimana, nah nanti forum yang menanggapi, kalau misalnya
RT nih punya ruang untuk memperjuangkan warganya, kok ternyata dari
BPD nya gak menerima, itu bisa istilahnya menanggapi, didiskusikan.”
(Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul 11.00).
“Biasanya itu dikelompokkan dulu mbak, per dusun biar lebih enak
diskusinya. Ya kita mengikuti alurnya aja karena kan yang mimpin itu
BPD, saya sebagai RT hanya jadi peserta forum istilahnya. Kecuali kalau
misal ada masalah dengan apa yang saya usulkan, nah itu baru mungkin
saya merespon.” (Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 19.51).
Sementara itu, dari sisi yang lain pula, Informan 4 juga turut menyampaikan
“Lewat musdes kan, BPD yang memimpin jalannya itu, saya ketua BPD
nanti yang memimpin musdes, nah nanti disitu didiskusikan lagi. Kemarin
63
kan BPD dapat hasil data dari perangkat setempat, kemudian dicek oleh
BPD, nah hasilnya semua itu disampaikan di musdes itu tadi, kita diskusi
diskusi sampai tersisa 25 itu tadi.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022,
Pukul 09.30).
“Kalau saya itu kadang juga gak ikut musdes e mbak, karena kadang harus
kerja ngurusi sawah. Tapi ya jarang sih. Kan udah ada ketua saya, kalau
ketua BPD selalu hadir karena dia yang pegang musdes, jadi dia yang
lebih banyak tau isi musdes itu seperti apa.” (Wawancara Hari Sabtu, 30
Juli 2022, Pukul 10.53).
bahwa proses validasi dan finalisasi data KPM dilakukan melalui musyawarah
desa khusus dengan agenda penentuan KPM yang fix yang dipimpin langsung
oleh BPD. Proses musyawarah desa khusus dilakukan oleh Kepala desa beserta
perangkatnya. Selain itu juga dihadiri oleh perangkat desa setempat yang terdiri
dari RT dan RW, BPD, LKMD, Kader, dan perwakilan dari tokoh masyarakat.
Proses musyawarah desa khusus dipimpin oleh BPD dengan pembahasan yang
didiskusikan dalam tahap tersebut adalah penentuan KPM dari nama-nama calon
KPM yang telah diusulkan sebelumnya. Pembahasan diawali dari laporan hasil
pendataan yang telah dilakukan oleh perangkat desa setempat. Laporan hasil
pendataan disampaikan oleh kepala dusun dari tiap-tiap dusun di Desa Botoreco.
survey yang telah dilakukan oleh BPD. Data KPM yang telah disetujui akan
c. Tahap Penyaluran
64
Tahap penyaluran merupakan tahap dimana KPM yang sudah ditetapkan
dalam musyawarah desa khusus menerima bantuan dari BLT Dana Desa.
1 menyatakan bahwa:
menambahkan bahwa:
“Semua diberikan secara tunai, dengan nominal 300 ribu. Dari tahun 2021
nominalnnya sama segitu. La untuk penyalurannya itu kita fokuskan di
satu titik, di balai desa. Yang ikut penyaluran dari pihak bank juga sama
saya kasie nya, dibantu oleh perangkat desa setempat, ada bapinsa dan
bapinmas juga untuk keamanan dan pengawasan. Kalau penyalurannya itu
kan kita ada yang namanya yang hadir kan harus tandatangan. Nah setelah
ini kita menerima dari bank siapa yang belum ngambil dan yang udah
ngambil itu siapa nah evaluasinya itu. Kalau mewakili ngambil harus satu
KK. Kalau tidak satu KK itu gak mau saya.” (Wawancara Hari Jumat, 3
Juni 2022, Pukul 09.00).
65
“Kalau saat penyaluran itu saya hanya ini memastikan warga saya yang
dapat itu hadir, jadi sebelumnya saya yang menyebarkan undangan, kan
biasanya ada undangannya, disuruh ngambil di balai jam sekian gitu. Jadi
saya terlibatnya hanya disitu.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul
11.00).
menyatakan bahwa:
Sementara itu, berkaitan dengan jalannya proses penyaluran BLT Dana Desa,
“Penyaluran itu saya gak ikut dari awal sampai akhir ya, hanya tengok-
tengok aja, memastikan sudah tertib atau belum. Paling yang memantau itu
Pak Kasie, karena dia perangkat desa yang ngurusi, yang kontekan terus
dengan pihak bank. Dan untuk penyalurannya yang saya tau memang
selalu diberikan secara tunai sampai sekarang.” (Wawancara Hari Kamis,
23 Juni 2022, Pukul 09.30).
bantuan BLT Dana Desa. Selain itu terdapat keterlibatan dari Kasie
dari unsur pengawasan dan keamanan, terdapat keterlibatan dari Bapinsa dan
dengan besaran uang Rp 300.000,00 per KPM. Jangka waktu penerimaannya juga
66
mengikuti kesiapan dari bank. Perbedaan penyaluran BLT Dana Desa tahun 2021
dengan tahun sebelumnya adalah BLT Dana Desa di tahun sebelumnya diberikan
setiap 3 (tiga) bulan sekali, sedangkan untuk periode tahun 2021 BLT Dana Desa
diberikan secara fluktuatif waktunya. BLT Dana Desa dapat diberikan selama tiga
bulan sekali, atau 2 bulan sekali, atau bahkan setiap bulan, tergantung kesiapan
dari bank. Pengambilan bantuan harus dilakukan oleh KPM yang bersangkutan.
Jika terdapat KPM yang berhalangan atau tidak memungkinkan untuk mengambil
bantuan sendiri, maka dapat diwakilkan oleh anggota keluarganya yang lain. KPM
hanya dapat diwakilkan oleh keluarga yang masing dalam satu Kartu Keluarga
Dana Desa. Berkaitan dengan monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam
“Trus kalau monitoring itu dilakukan setiap pencairan. Jadi kita kan tetep
laporan, kita kan ada 3 tahap, BLT DD itu ada 3 tahap, jadi gini sebelum
kita fix atau belum melaporkan kinerja kita, tidak akan bisa mencairkan
tahap yang berikutnya. Jadi monitoring tersebut, kita bisa mencairkan
tahap kedua setelah ada laporan final dari tahap pertama gitu. Jadi kita
tidak perbulan berapa kali itu nggak, tetapi kita mengacu ke tahapan
BLTnya. Kita evaluasi, kita kumpulkan seperti tadi apakah ada yang ganda
kan gitu. Kalau tidak melihat bantuan-bantuan yang lain kan kita gak tau
kan gitu. Jadi sebelum kita menentukan KPM yang akan dapat di tahap
berikutnya itu kita cek dulu supaya gak tumpuk terus. Memang ada desa
yang penerimanya hanya itu-itu saja ya mungkin karena tidak pernah ada
yang bentrok atau bagaimana. Tapi sekarang untuk Desa Botoreco itu
lebih ekstra. Karena KPMnya banyak dan warganya juga banyak kan
gitu.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
67
Jawaban tersebut kemudian ditambahkan oleh Informan 2 yang menyatakan
bahwa:
“Kita setiap 6 bulan sekali bersama BPD, itu kita musyawarah, musdessus
namanya. Itu mengevaluasi itu, yang udah terserap berapa, kan sekalian itu
mengevaluasi yang bentuk fisik dan lain sebagainya yang dari dana desa
itu sudah turun berapa persen gitu, pelaksanaannya sudah sampai berapa
persen kan gitu.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
Sementara itu, jawaban lain juga disampaikan oleh Informan 4, yang menyatakan
bahwa:
menyampaikan bahwa:
“Lewat ketua BPD biasanya mbak, jadi kalau misal ada monitoring dari
atasan itu gak semua anggota BPD ikut. Kecuali kalau yang memonitor itu
jumlahnya banyak. Karena kan biasanya hanya 2 sampai 3, hanya
perwakilan aja, jadi langsung bersama Ketua BPDnya.” (Wawancara Hari
Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
secara internal dan eksternal. Monitoring dan evaluasi secara internal dilakukan
68
penyaluran BLT Dana Desa yang telah dilaksanakan. Pada saat monitoring dan
terdata sudah benar-benar hanya menerima satu jenis bantuan saja atau justru
malah memperoleh bantuan lain diluar BLT Dana Desa. Jika terdapat
penyaluran di tahap berikutnya. Namun jika tidak terjadi perubahan KPM, maka
musyawarah desa tidak dilakukan. Sementara itu, monitoring dan evaluasi juga
oleh Kepala desa didampingi oleh BPD bersama dengan dengan pemonitor yang
terkait dengan ketepatan dari proses implementasi yang telah dilakukan dengan
kriteria sasaran, waktu, dan target yang seharusnya. Berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukkan, ketepatan target dengan hasil implementasi BLT Dana
“Satu-satu ini ya, kalau dari segi sasaran saya lihat sekarang ini sudah
tepat, hanya sempat waktu itu, tahun lalu tahun 2021 tepatnya di tahap
1nya kita sempat kecolongan, bentrok dengan bantuan lain. Dan itu terjadi
karena satu, sebelumnya kita gak tau perkembangan PKH dan BPNT, saya
juga kadesnya gak tau siapa saja yang dapat PKH itu, karena kan itu gak
dari desa bantuannya, sehingga desa gak tau nih perkembangan penerima
PKH dan BPNT. Kedua, ketika data penerima PKH dan BPNT sampai ke
desa, langsung kita gunakan untuk mengecek data data yang sudah
dikumpulkan sama RT. La ndelalah ada beberapa nama yang ternyata di
data PKH dan BPNT sudah gak ada tapi pas penyaluran BLT kok yo
69
nompo PKH barang. Jadi kan dobel itu. Artinya apa, data PKH dan BPNT
ini kurang sesuai kan. Trus ada lagi, yang sebenarnya berhak mendapat
BLT DD tapi gak punya KK. Tapi kan itu gak salah kita, karena gini, kita
kan kemarin 2020 itu perdukuh di datangi untuk mengaktifkan KTP atau
yang belum punya bikinlah KTP. Alah wis tuo gitu. Saya sampaikan nanti
kalau ada bantuan atau apapun nek kamu gak punya KTP berarti jangan
salahkan saya. Pernah kejadian itu gini mbak, namanya sama tapi NIK nya
beda. Nah ini juga sempat kejadian. Itu banyak terjadi malah mbak.
Katakanlah dari Dukuh Balong namanya Sulastri, Sulastri itu ada 4 orang
misalnya, tapi Rtnya gak sama, atau mungkin Rtnya sama tapi kan NIK
nya gak Sama. Sehingga itu pernah salah orang waktu penyaluran, dan
waktu itu dari Rtnya juga kebetulan kok gak ndampingi. Ngerti-ngerti
esokke ngomong, loh pak kae wargaku wingi masuk BLT tapi kok ora
nompo, jare wis ono sing jupuk. Lah jebule malah sing jupuk wong liyo
tapi asmane podho.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
menyampaikan bahwa:
70
sepakatnya Cuma 25. Memang dari forum itu masih ingin melanjutkan
pembangunan fisik desa, akhirnya yaudahlah kita berikan kepada 25 KPM,
dan itu sudah disaring untuk diberikan ke warga yang benar-benar miskin.
Dan salah satu alasan lain, kami juga bingung menentukan KPMnya
sebenarnya. Karena disini itu ketokke gak duwe tapi jebul yo ladang e
akeh. Rata-rata seperti itu mbak, jadi ya memang melanjutkan
pembangunan fisik, tapi juga karena sudah kesulitan memilih KPM.”
(Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
menyatakan bahwa:
“Kalau salah sasaran saya kira kita nggak ya, makanya itu tadi, kita
mencoba kasih inisiatif ayo disurvey, dicantumkan bukti kalau memang
dia layak. Jadi itu bentuk upaya supaya gak salah sasaran. Kalau dobel itu
pernah kejadian di tahun 2021 awal itu, dan itupun antara data dinsos yang
gak valid, tapi setelah itu langsung kita ganti lagi. Jadi hanya sekali aja itu
kejadian. Untuk waktu, sejauh yang saya ikuti penyaluran selalu tepat
waktu. Sementara untuk ketepatan target, dari Dinas PMD sendiri
mengambil keluarga yang termiskin biar istilahnya Desa Botoreco itu bisa
melakukan pembangunan fisik. Sehingga waktu musdes itu disepakati agar
BLT-DD sebagian tidak disalurkan. Bukan karena gaktau persentasenya,
kami tau harus disalurkan berapa, cuma ya itu tadi memang plotnya
memang sudah di atur waktu itu sekitar 480juta sekian lah uangnya untuk
BLT-DD untuk sekita 120an orang penerima. Tapi kan anjurannya diminta
untuk mengambil masyarakat yang termiskin, yaudah kita ikuti, akhirnya
kuta hanya mengambil 33, kemudian dikurangi lagi tinggal 20an sekian
saja. Karena sisanya dipakai untuk fisik. Sebenernya angka 30% itu
sumbernya karena DD kita banyak mbak, paling banyak se kecamatan dan
warga kita banyak. Makanya diarahkan seperti itu.” (Wawancara Hari
Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
“Oh kalau itu saya beneran gak tau, wis tak takoni jare 5 sasi rak entok
bantuan, akhire tak masukke BLT to mbak, la kok malah entok e dobel.
Kalau kejadiannya kok bisa dobel itu saya kurang paham, kan saya hanya
ngusulke mawon. Kebeneran dobelnya kenapa bisa gitu saya kurang
paham. Sama waktu itu, ada yang memang butuh mbak, kebetulan RT
saya juga. Tapi sayange kok gak punya KK, trus saya tanyakan, wah
gakbisa katanya, karena syaratnya harus pakai KK. Nggih sami mbak, saya
hanya mengikuti arahan saja ya mbak, ya kalau dimintanya 25 saja ya
71
kami sebagai RT mengikuti. Awalnya itu 33, kemudian pas musdes
diseleksi lagi akhirnya 25 itu. Kalau soal pembangunan fisik ya kalau saya
dikasih pilihan mau nambah BLT atau pembangunan ya mending
pembangunan to, bisa dirasakan semuanya. Sementara BLT yang dapet
hanya berapa, protesnya itu yang malah lebih banyak.” (Wawancara Hari
Senin, 6 Juni 2022, Pukul 11.00).
dilakukan dengan tepat waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa BLT Dana Desa
secara tunai oleh Pemerintah Desa Botoreco bekerja sama dengan Bank. Jika
72
dengan penyaluran di bulan selanjutnya. Sementara berkaitan dengan ketepatan
sasaran dianggap sudah tepat sasaran. Pemerintah Desa Botoreco juga berusaha
untuk memberikan BLT secara tepat sasaran dengan adanya inisiatif survey pada
proses pendataannya. Namun sempat terjadi timpang tindih bantuan BLT dengan
bantuan lain yang disebabkan oleh tidak update-nya data PKH/BPNT dari Dinas
Sosial. Selain itu juga sempat terdapat warga yang berhak dan layak memperoleh
BLT. Oleh karena tidak keluarga tersebut tidak memiliki Kartu Keluarga, pada
diberikan adalah 123 KPM, sementara hasil kesepakatan musyawarah desa hanya
menyepakati 25 KPM saja dengan alasan sulit menentukan KPM, kebutuhan akan
pembangunan fisik, dan hanya mengambil yang termiskin dari yang miskin.
Desa
Pada bagian ini, peneliti menuliskan hasil temuan penelitian serta analisis dari
73
Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora berdasarkan teori Van Meter dan Van
Standar dan tujuan dari kebijakan berarti menguraikan apa yang menjadi
standar dan tujuan dari sebuah kebijakan, yang seringkali tercantum dalam
bahwa:
74
Sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Informan 1 dan Informan 2,
“Bantuan langsung tunai itu kan sebetulnya kalau menurut saya itu
mengcover, istilahnya warga khususnya Botoreco yang kesulitan, yang
miskin, yang belum dapat bantuan dari Dinas Sosial. Karena saya melihat
itu Dinas Sosial itu baisanya kalau ada laporan dari perangkat biasanya
gak tercover. Terus disusuli dengan bantuan BLT-DD ini yang belum
tercover atau masuk dari Dinas Sosial itu dimasukkan ke BLT-DD.”
(Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
menyampaikan bahwa:
“Yang saya pahami yang namanya program bantuan itu kan untuk
membantu yang sekiranya masih kurang, ya sama halnya BLT DD ini kan
gitu konsepnya, untuk meringankan, untuk membantu kebutuhan dasar.”
(Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
75
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa, tujuan dari
BLT Dana Desa diartikan sebagai upaya pemerintah untuk mengcover masyarakat
BLT Dana Desa dipahami sebagai upaya yang digagas oleh pemerintah untuk
tujuan tersebut dengan yang terjadi di lapangan juga tidak serta merta berlaku
demikian, karena hal tersebut kembali lagi kepada keluarga penerima dan
“Kalau standar itu jelas mengikuti dari pusat. Kita tetap mengikuti aturan
dari menteri dan pak bupati mengarahkannya seperti apa. Ada dana desa
sekian, diambil sekian persen untuk BLT untuk warga miskin. Dengan
kriteria penerima yang sudah disebutkan tadi. Jadi dari pusat itu ke
pemerintah daerah biasanya lewat dinas juga, trus kita juga tiap tahuh kan
pasti ada perbub tentang ini dana desa harus untuk apa aja. Kalau BLT kan
sebetulnya sama ya dengan bantuan pada umumnya, hanya sumber
uangnya yang beda. Jadi kita masih pakai yang permendes nomor berapa
ya, nomor 6 kayanya, yang awal banget itu. Trus oleh Pak Bupati kan ada
perbub juga, yang mengatur pembagian dana desa juga peruntukannya. Itu
kalau gak salah nomor 70, eh 77 nomornya, yang sisinya itu penggunaan
dana desa. Nah untuk kesesuaiannya, saya rasa kalau tujuan sesuai sesuai
saja wong siapa sih yang gak pengen dibantu kan gitu. nah tapi untuk
kriteria sasarannya ini yang agak gimana ya. Jadi gini, ambil satu contoh
aja masalah kehilangan pekerjaan di sini itu sebenarnya gak ada tapi
76
diregulasi itu harus begitu, rata-rata di desa itu pasti punya pekerjaan,
hanya saja memang gak menentu, karena kan kebanyakan petani, buruh
tani. Makanya saya katakan di desa itu sebenarnya gak begitu merasakan
dampaknya. Tapi yo arep piye meneh, aturan dari pusat kudu diwenehi
bantuan, yowis kami jalankan. Tapi untuk yang tadi yang gak terdata itu
memang betul. Kita cari yang belum dapat bantuan PKH sama BPNT itu
kita saring. Sama paling yang itu yang keluarganya sakit. Tapi rata-rata
orang tua yang sepuh, yang gak diurus anak, atau yang gak punya sumber
penghasilan itu diusulkan.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul
10.15).
“Mengikuti dari atas. Dasar hukumnya kan dari pemerintah pusat, dari
pemerintah pusat itu harus menyalurkan BLT-DD yang bersumber dari
dana desa sebanyak 60%. Itu harus tersalurkan. Yang sekian persen itu ada
untuk PPKM mikronya, jadi ya sumbernya dari situ. Kita sesuai dengan
prosedurnya. Pokoknya kita mengikuti aturan dari pusat. Aturannya saya
tau mbak, tapi detailnya lupa itu nomor berapanya. Karena kan pak lurah
selalu share ke grup wa begitu, biar kita semua tau, waktu musdes juga
dijelaskan sih, tapi ya kalau untuk menghapal sedetail itu saya gak tau.
Tapi yang jelas kan intinya tau, oh ternyata harus begini, diberikannya
begini, teknisnya paham. Kalau saya menyoroti di sasaran mungkin ya
mbak, kalau disini itu sebenarnya orang kehilangan pekerjaan itu gak ada.
Karena adanya covid kan sebenarnya ditingkat desa imbasnya tidak terasa.
Yang terasa kan di wilayah perkotaan. Kalau disini, ngambil orang yang
gak punya pekerjaan itu juga kesulitan. Cuma ya aturannya itu yang
namanya orang kehilangan pekerjaan itu kan tidak bekerja sama sekali. Ya
terpaksa kita kriterianya sesuai dengan lingkungan dukuhan masing-
masing, itu kalau kamu memang sudah tau kriteria di dukuhan itu memang
orangnya kurang mampu ya silahkan untuk diusulkan.” (Wawancara Hari
Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
“Sebelumnya itu kami dapar aturan dari kabupaten yang isinya petunjuk
pelaksanaan lah, tapi saya gak tau persisnya nomor aturannya intinya dari
kabupaten. Nah disitu ada beberapa kriteria dan mekanisme apa yang
harus di jalani. Kalau mekanisme saya rasa gak ada masalah ya, hanya
77
untuk kriteria ini kurang sesuai menurut saya masih ada bentrok. Karena
gini kehidupan di desa itu susah intepretasinya. Misalkan orang ini
kelihatan kaya, rumahnya bagus, tapi kan gak menjamin, padahal
sebenarnya dia kurang mampu. Ada yang rumahnya jelek, tapi sebenarnya
kaya punya sawah banyak tapi gak mau bangun rumah. Jadi kriteria yang
dimaksudkan di pentunjuk itu kurang sesuai sama masyarakat sini.”
(Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
“Kalau aturan hukumnya saya belum tau masalah dana desa itu, tapi kalau
yang saya ketahui segelintir tentang BPD saja. Kalau soal dana desa ini
belum tau. Tapi kan yang jelas seperti saya ngomong tadi, dari Dinas PMD
diambil keluarga yang termiskin, dan orang tua yang tidak di urus anaknya
atau hidup sebatang kara.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
menyatakan bahwa:
“Kalau detailnya standarnya yang secara tulisan itu saya gak begitu tau ya.
Saya taunya ya hanya penyampaian dari Pak Lurah waktu musdes itu kan
disampaikan kalau kita ada BLT gitu aja.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni
2022, Pukul 11.00).
“Standarnya yang disampaikan dimusdes. Wis tuo mbak gak mudeng, yen
ngakone ngene yo manut saja.” (Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022,
Pukul 19.51).
78
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 tahun 2020, dan arahan dari Pemerintah
Kabupaten Blora yang termuat dalam Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2020.
secara detail aturan hukum yang dijadikan sebagai standar pelaksanaan. Sehingga
pihaknya hanya menjalankan peran dan tugasnya sesuai arahan yang disampaikan
oleh Kepala Desa ataupun Kasie Kesejahteraan. Sementara itu, berkaitan dengan
pada kriteria sasaran. Penjelasan kriteria sasaran yang termuat dalam Peraturan
2020, salah satu kriteria sasaran BLT Dana Desa yang harus dipenuhi adalah
keluarga yang kehilangan mata pencaharian. Hal tersebut tidak sesuai dengan
di desa juga sulit untuk diintepretasikan jika hanya dilihat dari kepunyaan fisik
ataupun benda. Selain itu seperti yang disampaikan oleh Informan 4, BLT Dana
perekonomian masyarakat yang tidak berbeda jauh dari satu dengan yang lainnya.
Sementara itu berkaitan dengan realialisasi penyaluran BLT Dana Desa tahun
2021, tidak ada batas minimal persentase untuk BLT Dana Desa, sehingga
79
b. Sumber kebijakan
Sumber kebijakan tidak hanya berasal dari regulasi, tetapi juga penunjang
dimaksud dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya anggaran, maupun
keberhasilan dari proses implementasi kebijakan agar dapat mencapai tujuan dari
kebijakan tersebut. Peneliti menganalisis sumber daya kebijakan dari sumber daya
manusia dan sumber daya anggaran yang digunakan dalam proses implementasi
“Mengenai sumber daya saya rasa gak ada kendala ya, gak ada. Karena
kita bekerja sama dengan semua unsur ya. Apalagi di Satgas itu kan gak
hanya perangkat saja, tapi semua unsur jadi satu. Penanggungjawab
semuanya tetap kepala desa. Kemudian bendahara, karena bendahara tetep
memantau kaitannya dengan duit kan. Bendahara koordinasi dengan
operator sama kasie. Jadi tiga orang tersebut, yang akan mendampingi
penerimaan, walaupun yang menyalurkan itu bank. Kemudian kalau RT
itu mengusulkan warganya yang ini lo yang layak, pendataan kan
musdesnya disini. Pendataan tetap langsung di operator desa. Tapi RT
tersebut kan punya data, di Rtku ini ini ini, semua dikumpulkan di operator
diperangkat. Jadi semuanya tau kan gitu. Yang dari luar, luar pemerintah
desa ya itu dari bank, karena bank yang memberi dana langsung ke
penerima, sama Bapinmas Bapinsa keamanan, tapi mereka itu hanya
waktu penyaluran tugasnya. Kalau dari kuantitas itu sudah lebih dari
cukup, RT nya saja ada banyak kan, sehingga gak ada kekurangan dari
segi jumlahnya. Kalau dari kualitas, ya gitu-gitu aja, ya memang ada
beberapa yang sudah sepuh yang barangkali kemampuannya jelas bedalah
sama yang muda-muda, tapi disini istilahnya itu saling membantu. Jadi
80
insyaaAllah kinerja gak akan terganggu.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni
2022, Pukul 10.15).
menyatakan bahwa:
“Cukup, cukup mbak, karena kan kita gak hanya perangkat saja. Justru
perangkat desa gak begitu apa ya istilahnya gak melu langsung. justru kita
itu melibatkan dari perangkat desa setempat dari RT. Detailnya dari Satgas
itu kan isinya ada Perangkat, dari Kader Posyandu, dari Bapinsa,
Bapinmas, Lembaga, RT, RW, semua terlibat. Gak semuanya campur
tangan di BLT. RT sama RW yang mendata warganya. BPD yang
menindaklanjuti. Tapi karena putusan akhir itu lewat musdes, yang mana
kalau musdes semua perwakilan pasti ada. Sehingga semua unsur tetap
diundang untuk memberi suara, meskipun gak ikut kiprah mendata. Jadi
saya rasa ketersediaan sdm kita sudah cukup memadai, sementara dari segi
kualitas, ya namanya orang gak semuanya pinter kan gitu. tapi karena
sejak awal sudah disosialisasikan, sudah diberitahu, jadi semuanya sudah
mengerti apa yang harus dilakukan.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022,
Pukul 09.00).
bahwa:
“Ya kalau untuk orang-orangnya sih sudah cukup saya kira, karena kita
istilahnya punya banyak pasukan, apalagi dari RT kan banyak. Kalau
untuk BPD sendiri juga cukup lah, karena kan keanggotaan BPD itu paten
mbak, istilahnya sudah ada yang mengatur jumlahnya harus berapa.
Misalkan kekurangan orang misal kayak ngambil gambar ke rumah-rumah
palingan kita dibantu dengan perangkat desa yang lain.” (Wawancara Hari
Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
sumber daya manusia untuk melaksanakan BLT Dana Desa. Sementara itu, untik
81
pihak-pihak yang terlibat terdiri dari berbagai unsur masyarakat, artinya tidak
hanya kepala desa dan perangkat saja yang berperan. Adapun pihak-pihak yang
terlibat, juga menjadi bagian dari anggota Satgas Covid-19 Desa Botoreco yang
terdiri dari Kepala Desa selaku penanggungjawab, BPD, perangkat desa, Kader
Posyandu, LKMD, RT, RW, diikuti oleh Bapinsa dan Bapinmas. Namun dari
pihak-pihak yang tergabung dalam satgas tersebut, tidak semuanya terjun secara
langsung dalam pelaksanaan BLT. Aktor pelaksana yang memiliki peran utama
mendata, BPD yang bertugas dalam melakukan cross check hasil pendataan dan
Selain sumber daya manusia, yang menjadi sumber daya kebijakan adalah
“Seperti yang saya bilang tadi to, kalau penganggaran kita dari desa tidak
punya hak gitu. Karena memang dana dari pusat sekian banyak, 40%
untuk BLT DD, 20% untuk Ketahanan pangan, dan yang 8% tersendiri itu
kan memang untuk PPKM Mikro. Jadi untuk 100% desa kebijakannya
desa hanya tinggal 32%. Sementara 68% sudah diatur dari atas. Jadi kalau
anggaran nek diarani aman yo aman, tapi kalau diarani kurang ya kurang.
Anggaran berapapun akan kurang. Tapi ya kalau untuk BLT DD malah
lebih to. Itu kan dari 40% sudah dilebihke sitik. Karena minimal 40% bisa
juga 70% tergantung kebutuhan desa. Nek tak umbulno sampek 50%,
nanti yang lainnya gak uman podho wae. Karena gini, dari yang turah 30%
itu kan untuk anggaran yang lain. untuk kesehatan, pendidikan, anak
balita, stunting, itu kan dari situ. Termasuk penganggaran kader-kader
82
posyandu yang membantu kesehatan di desa. Nek iku tak umbulno meneh,
la mereka-mereka iku sing meh bayar sopo meneh kan gitu.” (Wawancara
Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
“Sumber daya anggaran ya dari dana desa itu, yang dari sekian persennya
itu. Jadi kan tahun 2021 itu ada 1.400sekian lah dana desa kita. Nah 8%
kan memang untuk PPKM kalau gak salah, 30% untuk BLT arahannya
seperti itu. Jadi yang tahun 2021 untuk BLT itu 90 jutaan untuk 25 KPM
selama setahun yang diambil dari 6,1% dana desa. Beda kalau tahun
sekarang, jauh lebih banyak sampe 40% lebih hanya untuk BLT. Sehingga
untuk anggaran ya bisa dikatakan cukup lah. Ya kalau misalkan ada yang
kurang itu kan Pak Kepala Desa diambilkan dari PAD, karena kan desa
kita juga punya PAD. Tapi ga kalau untuk BLT-DD DD anggarannya
cukup. Jadi mengenai sumber daya saya rasa gak ada kendala ya, gak ada.”
(Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00)
bahwa:
“Gak ada kekurangan, karena ya gimana ya mbak kan dana desa kita
paling banyak he he. Makanya kan karena pandemi kegiatan dikurangi jadi
kita bisa mendahulukan pembangunan jalan, BLT juga. Ya kalau ditanya
cukup atau nggak bisa saya katakan kalau anggarannya cukup dan lebih
malah.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
dari dana desa. Pada tahun 2021, Desa Botoreco menganggarkan 6,1% dari dana
desa untuk BLT Dana Desa. Persentase tersebut diperoleh dari jumlah penerima
83
90.000.000,00 untuk 12 bulan. Berbeda dengan periode tahun 2022, dimana
besaran BLT mengalami peningkatan. Pembagian dana terbagi atas 40% untuk
BLT-Dana Desa, 8% untuk PPKM, 20% untuk ketahanan pangan, dan sisanya
32% untuk urusan desa lainnya diluar program penanganan covid-19. Dari
menempati persentase paling banyak yaitu 40% dari keseluruhan dana desa.
Sumber daya manusia terdiri dari Kepala Desa beserta perangkatnya, yang turut
dibantu oleh BPD, LKMD, RT/RW, Tokoh Masyarakat. Sementara sumber daya
juga menjadi hal penting yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
baik pula koordinasi yang terjalin di dalamnya, dengan demikian kesalahan akan
minim terjadi. Berkaitan dengan komunikasi yang terjalin antara tiap-tiap unsur di
84
Pemerintah Desa Botoreco yang terlibat dalam proses implementasi Program BLT
“Komunikasi kita baik, kalau di kantor begini kan juga sering ngobrol atau
mau diskusi biasanya. Kita juga kan ada grup, ada grup di wa. Misal
kepala desa telah menyelesaikan bahwa jam ini ini saya kasihkan. Nanti
semuanya kan jadi tau. Dan setelah tau itu langsung getok tular door to
door ke yang lain. Kalau rapat ya lewat musdes itu. Kalau gak ada
perubahan ya gak ada musdes. Kalau ada perubahan kita harus musdeskan
lagi kan gitu. Sesuai KPM yang kita tentukan.” (Wawancara Hari Kamis, 2
Juni 2022, Pukul 10.15).
bahwa:
“Hubungannya sejauh ini baik semua, karena kan ini program berlangsung
terus ya. Jadi ya setiap mau ganti tahapan itu selalu kita ada koordinasi
baik langsung maupun gak langsung. Koordinasinya setiap waktu ada,
karena kita ada grup whatsapp nya. Kalau ada apa-apa pasti Pak Kades
tau. Sudah baik lah Koordinasinya.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022,
Pukul 09.00).
“Ya kalau masalah koordinasi atau komunikasi kita baik, kita gak pernah
ada gap. Masalahnya BPD sendiri sekarang itu dengan BPD yang dulu kan
beda. Kalau sekarang BPD itu mitra kerjanya kepala desa. Apa yang
dibutuhkan kepala desa, BPD yang mengusulkan. BPD cuma dapat
informasi dari masyarakat, nanti yang menyalurkan pemikiran masyarakat
kita yang mengajukan di musdes. Dimana disitu terdapat ada kepala desa,
BPD dan LKMD. Kita selalu ada komunikasi baik. Komunikasi biasanya
lewat musyawarah desa bisa, terus kalau ada masalah itu biasanya BPD
diundang atau kita ngantor bareng-bareng terus kita ngobrol bareng
dengan kepala desa. Permasalahan antara BPD dengan kepala desa saya
rasa gak ada ya gapnya.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
85
Selain itu, Informan 3 juga turut memberikan informasi yang menyatakan bahwa:
“Baik mbak, efektif juga meskipun kami banyak lah yang gak begitu
paham wa gitu-gitu tapi kan ada telpon biasa, dadi yo iso kabar-kabaran.
Trus ibarate kita ya meskipun RT, karena di saya kan gak ada bayan, tapi
ada pak lurahnya, jadi saya sama RT kalau ada apa apa langsung
konsultasi ke Pak Lurah.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul
11.00).
bahwa:
Sementara itu, pendapat lain juga disampaikan oleh Informan 6, yang menyatakan
bahwa:
sejenisnya, Kepala Desa memberikan ruang bagi setiap anggotanya untuk dapat
disampaikan secara “getok tular” yang berarti sambung menyambung, dari pihak
86
satu ke pihak yang lain, sehingga ketika terdapat informasi, setiap pihak dapat
mengetahuinya.
Pemerintah Desa, Pemerintah Desa juga harus memiliki komunikasi yang baik
dan efektif juga dengan pihak lain yang mungkin terlibat dalam proses
“Ya sama saja, baik juga, komunikasi jalan terus, koordinasi juga. Jadi
koordinasi itu kan gak sama pemerintah saja, tapi juga dengan yang
lainnya, seperti dengan dinas sosial itu terkait data PKH atau BPNT, kalau
kita gak saling berkomunikasi kan gak akan tau kita siapa saja yang dapat
PKH ataupun BPNT. Jadi ada bantuan opo jenenge PKH BPNT, semuanya
dari Dinas Sosial. Sedangkan Dinas Sosial seandainya gak ada covid ini
mungkin PKH dan BPNT itu desa gak boleh tau mbak. Dulunya gak boleh
tau, karena benturan dengan itu dan tidak boleh ganda, akhirnya dari pihak
desa diberi kewenangan boleh menanyakan siapa siapa wargaku yang
dapat. Nah makanya perlu adanya komunikasi itu tadi kan supaya saling
tau.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
Informan 4, bahwa:
“Kalau yang disampaikan oleh Pak Kepala Desa itu sih komunikasinya
baik ya, buktinya sampai sekarang gak da konflik, yang diperintahkan
pemerintah juga nyatanya sampai ke kita, nah itu kan artinya
komunikasinya jalan terus. Sehingga ada arahan untuk BLT, ya ayo kita
juga turut menjalankan” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
87
yang sudah tercover kan gitu.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022,
Pukul 09.00).
bahwa pemerintah desa menjalin hubungan komunikasi dan koordinasi yang baik
untuk mengetahui siapa saja warga Desa Botoreco yang memperoleh kedua
masyarakar yang sudah terdata sebagai penerimba bantuan maka tidak dapat
dimasukkan kedalam daftar calon penerima BLT Dana Desa. Namun, komunikasi
masyarakat yang terdata sebagai penerima PKH maupun BPNT. Pemerintah desa
mengetahui data tersebut ketika BLT Dana Desa dimunculkan. Sehingga terdapat
data penerima PKH/BPNT yang tumpang tindih dengan dengan penerima BLT
Dana Desa.
dan koordinasi sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat kemungkinan
88
banyak hal, oleh karena dia gak datang akhirnya informasi yang dia
pahami kan gak sesuai kadang” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022,
Pukul 10.15).
“Gak ada masalah, semua berjalan dengan baik, hanya yang data ganda itu
tadi, tapi kan bukan salah kita sebenarnya, memang dari dinasnya yang
menyampaikan data yang gak update, gitu aja” (Wawancara Hari Jumat, 3
Juni 2022, Pukul 09.00).
“Paling ini sih anggota yang lama bales grup. Kadang kita itu butuh survey
cepet, malah infonya lama diterima, bukan salah saya yang
menyampaikan, tapi salah dia yang gak buka grup. Selebihnya gak ada
masalah.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
“Gak ada mbak kalau dari saya gak ada masalah”. (Wawancara Hari Senin,
seringkali di alami ketika pencocokan data dari dinas sosial. Seperti yang sudah
89
dijelaskan sebelumnya bahwa penerima BLT Dana Desa tidak boleh ganda
dengan bantuan yang lain, sehingga desa memerlukan data penerima PKH dan
BPNT dari Dinas Sosial, namun data penerima PKH/BPNT sejak awal tidak
diketahui oleh pemerintah desa, dan data tersebut baru diketahui pada saat
Sementara itu, data terkait PKH/BPNT yang diberikan juga tidak update, sehingga
demikian, Desa Botoreco harus menyiapkan data kembali untuk mengganti nama-
nama yang menerima bantuan ganda tersebut. Selain itu, kendala dalam
pola hubungan yang terjalin antar aktor pelaksana kebijakan. Pelaksana dari
sebuah kebijakan atau program juga harus memahami tugas dan fungsinya sesuai
90
perangkat itu kan ada yang produk lama, jangankan ini android aja angel
apalagi komputer kan gitu. Karena wis tuo-tuo kan gitu. Alhamdulillah
kan ada yang baru-baru ini, jadi tetep bisa menutupi kekurangan yang
lama tadi gitu aja. Dan dikondisi itu pemerintah kita tetep berjalan. Yang
penting kan itu, bisa telpon dengan wa bisa telpon langsung ke nomer hp
kalo yang gak bisa wa. Dan minta tolong dengan teman yang bisa.”
(Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
menyampaikan bahwa:
“Ya kalau ditanya semua memahami, saya rasa semua paham ya. Karena
sudah dijelaskan sejak awal tugasnya apa saja kan gitu. RT RW nya juga
aktif, la wong mereka juga menerima honor kok. Walaupun 50rb perbulan,
makanya mereka aktif. Kalau saya sebenarnya kan kasie kesra, yang
ngurusi urusang sosial dan kesejahteraan, semacam bantuan ini kan salah
satu urusan bagian saya. Jadi bisa dibilang juga ikut bertanggungjawab
dalam pelaksanaannya. Nek ditakoni sesuai atau nggak, ya sesuai bagi
saya. Dan saya juga biasa mengurusi hal semacam ini.” (Wawancara Hari
Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
bahwa:
“Kalau ada apa-apa itu kan pasti disampaikan di musdes ya, nah kebetulan
musdes itu biasanya saya yang mbuka dan memandu. Jadi saya kira semua
paham karena sudah dijelaskan di awal. Nah untuk BPD sendiri juga saya
sudah pastikan untuk ikut mengawal, karena kan BLT ini juga
tanggungjawabnya BPD, gak hanya kepala desa saja. Yo meskipun tetep
ketuane sing kudu aktif.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
terhadap peran dan tugasnya dalam proses implementasi BLT Dana Desa, bahwa:
“Kalau saya itu mengusulkan sama RT yang lainnya itu sama. Sebelumnya
saya sudah punya data, saya mengusulkan, kemarin lansia ada yang saya
usulkan karena punya stroke sudah 2 tahun alhamdulillah kemarin sudah
dapat bantuan. Anaknya kaya, tapi kan orangtuanya gak bisa berobat. Saya
kan ada PKH, ada BPNT, yang sekiranya sudah dapet itu berarti ya gak
91
dikasih. Jadi yang sudah dapat PKH yasudah, BPNT ya sudah gitu. Selain
itu membagikan brosur juga untuk yang dapat, kan kemarin yang dapat
dari balai desa, membagikan brosur yang undangan itu secara langsung ke
penerimanya. Sesuai sesuai saja mbak, la kalau gak ada RT kan Pak Lurah
gak bisa menjangkau satu satu, apalagi Botoreco ini luas, dusunnya saja
ada sembilan.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul 11.00).
“Mendata kan, wis pokoke manut perintah saja kula niki. Karena saya
sudah gak seaktif yang lain pergerakannya, jadi kadang-kadang mendata
juga dibantu sama kanan kiri rumah mbak.” (Wawancara Hari Sabtu, 30
Juli 2022, Pukul 19.51).
menyampaikan bahwa:
“Kalau saya selaku BPD itu sebagai pengawas, yang memimpin sama
yang membuka kalo BPD di musdes itu. Kalau BPD itu mengusulkan
untuk di cek lokasi (survey), itu biar antara si A dan si B itu bener-bener
kita datangi untuk mengetahui opo itu jenenge tingkat kemiskinannya, itu
usulan BPD memang begitu. Kalau menurut desa itu kan dari RT, dari
perangkat. Tapi kan saya kurang pas lah, karena kan usulan nanti malah
ternyata yang diajukan justru orang terdekat, jadi dari BPD itu sifatnya
harus netral, bener-bener untuk mendata warga saya itu bener-bener
tingkat kemiskinannya terendah. Jadi kita se tim survey. Oiya bener ini
yang harus dikasih anggaran dari dana desa, ini yang tidak. Biar gak kayak
bantuan sebelumnya itu banyak yang salah sasaran sebenarnya, agak
semrawut lah datanya, asal-asalan. Jadi kita gak mau seperti itu.
Kesesuaiannya ya sudah sesuai, sudah jadi tugas dan fungsinya BPD untuk
membantu kepala desa.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
92
istilahnya, makanya sibuk itu sekarang pak ketua.” (Wawancara Hari
Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
sumber daya manusia yang terlibat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Sumber daya manusia yang terlibat juga terdiri dari berbagai usia,
Bahkan beberapa sudah tidak lagi muda usianya. Sehingga kompetensi yang
dimiliki juga tidak sama dengan sumber daya manusia yang masih berusia muda.
komputer dan android. Meskipun demikian, kekurangan tersebut tidak serta merta
masing individu saling melengkapi dari setiap kelebihan dan kekurangan yang
ada. Sementara itu, berkaitan dengan kompetensi sumber daya manusia dalam
baik dari Kasie, RT yang bersentuhan langsung dengan sasaran program, dan juga
BPD memiliki peran dan tugas masing-masing dalam proses implementasi BLT
Dana Desa, dan masing-masing dari mereka memahami apa yang menjadi
tanggungjawabnya.
93
ini menguatkan pengawasan, segala sesuatu harus ada laporan, yen gaono
SPJne podo karo bohong kalau sekarang. Dan untuk BLT ini kan sudah
tersalurkan dan kita sudah memberi apa itu bentuknya SPJ kan gitu. Selain
tertulis harus ada bukti gambar. Sama yang diini, penyaluran itu ada
keterlibatan bapinsa, babinmas, itu juga bentuk pengawasan pada saat
penyaluran, biar uang itu benar-benar diterima ke orangnya.” (Wawancara
Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
“Untuk pengawasan yang saya tau itu memang ada dari pihak kecamatan
bersama inspektorat kaitannya untuk memastikan duit BLT ini bener untuk
BLT atau untuk yang lain, bersama saya juga itu, ya sekarang ini BPD itu
memang harus bisa mengawasi juga, makanya kenapa setiap ada musdes
ataupun monitoring semacam ini, BPD selalu ikut.” (Wawancara Hari
Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
(face to face), juga dilakukan melalui pelaporan hasil penyaluran dari BLT Dana
hubungan pemerintah desa dengan pembuat kebijakan, dalam hal ini adalah
94
pemerintah pusat yang mengeluarkan kebijakan BLT Dana Desa, dan pemerintah
desa. Sehingga segala bentuk informasi maupun kebijakan yang diterbitkan oleh
diteruskan kepada tiap-tiap unsur yang ada di pemerintahan desa bahkan kepada
95
Berkaitan dengan kecukupan sumber ekonomi pada organisasi dalam
“Kalau dukungan secara ekonomi dalam bentuk materi itu gak ada, karena
kan BLT itu dari anggaran desa, dari dana desa jadi ya dari segi ekonomi
cuma mengandalkan dari dana desa saja. Kondisi ekonomi di Botoreco itu
sebetule nek diomong gak apik itu salah, karena gini, dari pajak bumi dan
bangunan rangking satu itu Botoreco, dadi nek pajak tanahe akeh dadi
ekonomine tetep apik. Berarti lahan pertanian Botoreco artinya kan luas.
Itu yang masuk PBB, belum yang petani hutan. Petani hutan karena
Botoreco dikelilingi hutan, jadi untuk ekonomi sendiri Botoreco aman
sebetulnya. Tapi tergantung, aman gak tergantung kerjo opo ora. Jadi
masalah ekonomi itu tergantung mereka, tergantung pribadi mereka
masing-masing.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
menyatakan bahwa:
“Gak ada kalau dukungan ekonomi itu, cuma ini gaktau masuk dukungan
atau justru hambatan dimana perekonomian warga disini itu gah jauh-jauh
banget. Makanya kalau disuruh milih mana yang termiskin itu sebenere
agak susah. Karena kalau disini ekonomi warga ya rata-rata lah, 45%
cukup. Banyak yang masih berkecukupan. Tidak ada yang sampai gak bisa
makan itu gak ada. Kebanyakan bekerja petani sama perantauan biasanya
yang anak-anak mudanya.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul
09.00).
senada, yaitu:
“Kalau dukungan ekonomi gak ada karena semua kan diambil dari dana
desa. Ya paling kan pembangunan tertunda, trus ya beberapa hal juga
96
tertunda. Kalau dukungan lainnya itu paling dari PAD kalau misalkan
bener-bener butuh. Cuma sejauh ini keseluruhan dari BPD. Kalau melihat
kondisi ekonomi masyarakat seblum dan sesudah BLT-DD itu ya saya rasa
sama aja ya, gak ada bedanya. Cuman kadang itu kalau BLT-DD itu saya
rasa tetep terbantu ya saya rasa, karena kan yang dapet juga yang bener-
bener butuh. Kecuali bantuan yang lain itu mohon maaf saja kan gak dari
desa datanya gak melibatkan desa, jadi ya kadang ada yang dipakai foya-
foya itu ya ada.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 09.30).
masyarakat didominasi oleh petani, dan sebagian yang lain merantau. Kondisi
pandemi memberikan dampak kepada masyarakat yang merantau di ibu kota dan
kota-kota lain yang terpaksa harus menganggur sementara waktu. Sementara itu,
para petani di Desa Botoreco juga memiliki lahan pertanian sendiri, namun ada
juga yang menjadi buruh tani, yang artinya tidak bekerja pada lahan pertaniannya
sendiri.
dibandingkan satu dengan yang lainnya, taraf hidup masyarakat hampir sama, dan
menerima BLT dikatakan sama saja dan tidak ada perbedaan atau perubahan
97
Selanjutnya, berkaitan dengan dukungan sosial terhadap Pelaksanaan
menyatakan bahwa:
“Kalau ini saya rasa semua mendukung, ibarate sopo wonge sing gak
gelem diwenehi duit. Yen iso malah kabeh diwenehi kan ngono. Tapi
disamping itu juga tetep ada yang iri-irinan. Karena rupa duit itu
jangankan yang gak punya, yang kaya aja arep-arep kok. Jadi semacam
protes dari masyarakat itu biasa mbak. Mulai 2020 sampai 2022 itu
alhamdulilah saya banyak panen pisuh. Tapi ya gakpapa, adanya itu kan
karena ada kecemburuan karena dia gak dapat kan. Memang gak ada yang
bisa dipuaskan. Karena apa, anggaran segitu. Anggaran 2 milyar pun tidak
akan cukup. Karena apa, kebutuhan orang disana itu yang berhak
mendapatkan hanya berapa KK, beberapa KPM. Sedangkan di Botoreco
kan 2.100 sekian KK. Nek sing entok mung 168 KPM, kan yang lain
masih belum kan gitu. Itupun sudah anggaran 600juta koma sekian kan
gitu.Kondisi sosial ya rata-rata lah biasa, tapi alhamdulillah semua dusun
ini selain Ngrapoh, ada dukuh yang memang dijak sosial tapi angel ki yo
ada nek sing liyane gotong royong masih mau. Kepeduliannya masih ada.
Tapi mereka ya adalah yang susah koyo diajak kerja bakti jare mosok wis
2020 iseh ono kerja bakti. Padahal saling membantu iku yo menjadi suatu
keharmonisan keluarga.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul
10.15).
Secara lebih lanjut, pernyataan tersebut kemudian diperjelas oleh pernyataan dari
“Kalau dukungan sosial saya kira lebih ke pengaruhnya ya. Karena kalau
ditanya masyarakat mendukung atau tidak, itu pasti semua mendukung,
tapi sayangnya gak semua bisa dikasih bantuan. Kondisi sosial di Botoreco
itu ya dibilang sudah menginjak di atas pra sejahtera itu juga bisa. Bisa
dikatakan sejahtera juga bisa, dikatakan di bawah sejahtera juga bisa.
Dibilang sejahtera, tapi kenyataannya data dari dinsos kemiskinannya
masih tinggi, kita masih di garis merah. Kemiskinan di Botoreco masih
sekian persen. Kita bilang kurang sejahtera, nyatanya warganya masuknya
di pra sejahtera. Makanya kita kan beda ya di lapangan dengan di data kan
beda. Di data seperti ini, padahal kenyataannya di lapangan seperti itu,
punya sawah luas, sapinya lima. Kan beda jadinya. Angka kemiskinan
kalau di Botoreco sementara ini di grafiknya Kabupaten Blora itu
98
Kecamatan Kunduran tertinggi. Karena penerima BPNT itu ada 478 orang,
PKHnya 110 orang, BSTnya itu 100an ada kemarin, tapi kan data itu
sebenarnya ngawur, yang dikembalikan juga banyak. Makanya saya bilang
kesulitan penyaluran BLT-DD nya kan disitu. Sudah tercover sekian
banyak, padahal di DTKS saya hanya 634 penerima untuk yang keluarga
miskin. Sudah dicover dari BPNT saja itu sudah 478, PKHnya sudah 110,
La kok masih BLT-DD 168, la kan kelebihan sebenarnya. dan kalau
bantuan ini semakin bertambah itu justru gak kebantu loh, malahan
kemiskinan itu makin tinggi, kalau warga yang menerima bantuan itu
bertambah.” (Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
“Kalau masalah BLT-DD itu saya rasa masyarakat semua mendukung ya,
cuma kadang ya ada yang bilang wong koyo ngono kok entok bantuan, ya
wajarlah. Cuma saat ini BLT-DD itu gak kaya gitu, karena milihnya juga
bener-bener surveynya.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022, Pukul
09.30).
“Ya pengaruh kayak gitu wajar ya, dari dulu lah, apapun bantuan sudah
dilakukan seadil-adilnya tetep ada yang, Apapun keadilane awake dewe,
artine wis disaring mana yang pantas, tetep ada aja yang protes, tapi ya
hanya sehari dua hari, kalau udah berjalan ya sudah, mau protes
gampangane gak dapet ya saya katakan yang data bukan saya (bantuan
diluar BLT), la ternyata data ini kan keluar e dari sana. Saya kan hanya
membagikan undangan ke siapa-siapa saja yang dapat gitu aja. Gak
panjang lebar alasannya cuma itu.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022,
Pukul 11.00).
99
“Program bantuan yo biasa ngenukui, sing do pengen entok, sing do muni
kok aku ra entok pak, ya banyak lah yang seperti itu. Dirungokke wae.”
(Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 19.51).
demikian, dimana kemauan dan kepedulian terhadap sesama sudah mulai luntur
Karena kembali lagi, program ini hadir dengan mendatangkan bantuan kepada
sejumlah masyarakat dalam bentuk uang tunai, sehingga dapat memberi manfaat
juga kepada masyarakat selaku sasaran program. Meskipun demikian, selalu ada
tersebut biasa terjadi sebagai respon dari adanya program bantuan. Pemerintah
desa mengatakan bahwa pihaknya sering menerima komplain dari warganya yang
merasa berhak memperoleh bantuan namun tidak diberi bantuan. Hal tersebut
dikatakan wajar oleh pemerintah desa. Meskipun BLT Dana Desa dikelola dan
lainnya.
100
Hal menarik yang terjadi dilapangan kaitannya dengan adanya Program
BLT-Dana Desa. BLT Dana Desa menjadi program bantuan baru yang muncul
disamping program bantuan lain yang masih terus berjalan. Kondisi sosial di Desa
Botoreco masih kurang sejahtera, karena Desa Botoreco secara data masih
tergolong desa merah yang artinya angka kemiskinan masih berada di atas 30%.
masih terbilang sejahtera, karena kepemilikan lahan pertanian yang cukup luas,
kepemilikan terhadap hewan ternak, dll. Namun dari data DTKS Kecamatan
tersebut terdiri dari 478 orang terdata sebagai penerima bantuan BPNT, sebanyak
110 orang terdata sebagai penerima bantuan PKH, dan sekitar 100 orang terdata
pada fakta tersebut, membuat pemerintah desa kesulitan untuk mencari penerima
BLT Dana Desa. Sementara BLT Dana Desa harus diberikan kepada 123
KPMuntuk tahun 2021 dan sebanyak 168 untuk tahun 2022. Selain itu,
miskin, namun realita di lapangan BLT Dana Desa justru menambah angka
101
bantuan. Data penerima bantuan yang terus meningkat akan berimbas pada
“Dukungan politik saya kira gak ada, ya dukungan kita hanya dari
pemerintah kabupaten saja, dari dinas sosial, dari dinas PMD, hanya itu
saja.” (Wawancara Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
Informan 2, bahwa:
“Sementara ini dari politik gak ada, yang berkaitan dengan politik gak ada
dukungan yang masuk. Biasanya kalau politik itu ada dukungan kalau
mereka ada kepentingan misal kalau mau pencalonan. Biasalah yang
namanya politik seperti itu. Tapi kalau dari pemerintah pusat daerah itu ya
jelas. Karena kan memang kebijakan ini datangnya dari pusat. Kalau
bentuk dukungannya ya apa ya mungkin fasilitasi gitu, maksudnya
pengarahan supaya kita itu menjalankan sesuai aturan.” (Wawancara Hari
Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
bahwa:
“Sejauh yang saya tau sih gak ada kalau dukungan yang dalam bentuk
misalnya anggota dewan, atau dari partai politik datang kesini dan
memberikan dukungan dalam bentuk uang misalnya itu gak ada. Kita
berjalan sendiri sesuai aturan dan arahan dari pemerintah pusat dan
kabupaten, yang saya tau itu sih.” (Wawancara Hari Kamis, 23 Juni 2022,
Pukul 09.30).
“Nah kalau untuk politik ini setau saya juga gak ada, mungkin desa lain
ada tapi kalau disini kami netral terhadap politik, berlaku sesuai aturannya
102
saja, gak ada kalau dukungan atau dorongan dari politik.” (Wawancara
Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
“Wahh kalau itu saya gak tau dan gak ngerti mbak, nanti njenengan
tanyakan mawon ke pak lurah atau pak kasie mungkin lebih mengerti.”
(Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022, Pukul 11.00).
keberjalanan BLT-Dana Desa, tidak ada bentuk dukungan dari elite politik.
dukungan politik hanya hadir ketika mendekati pemilu, dan itupun dilakukan
sebagai bentuk kampanye. Oleh karena BLT ini dijalankan diluar pemilu bahkan
dukungan dari politik. Namun, terdapat dukungan dari pemerintah daerah, seperti
dari dinas sosial ataupun dari dinas PMD. Bentuk dukungan yang diberikan
seperti fasilitasi, dan pengarahan tentang bagaimana BLT ini dijalankan. Sehingga
disimpulkan bahwa pada aspek lingkungan ekonomi, sosial, dan politik dalam
103
kemiskinan yang tinggi, namun banyak yang sudah tercover oleh bantuan diluar
protes dan keluh kesah yang bersumber dari masyarakat, namun tidak
lingkungan politik tidak terdapat pengaruh dan tidak terpengaruh dengan adanya
f. Disposisi implementor
yang sedang dialami oleh masyarakat setempat. Terutama pada kebijakan dengan
dapat diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Peneliti telah
dan Ketua RT. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, Informan 1
“Sebetule karena ada BLT itu akan memperkeruh dan akan menguak luka
lama. Saya sangat tidak setuju dengan BLT sebenarnya. Karena setiap ada
BLT itu kemanjaan warga akan muncul lagi. Semua kepala desa sebanrnya
kita itu dirugikan karena itu. Yang dulunya itu untuk pembangunan,
104
akhirnya nggak bisa membangun, dan dengan adanya BLT apakah kita
bisa meningkatkan ekonomi kita? Nggak bisa. Bar entok duit mok nggo
opo, kadang entok duit untuk hal yang gak penting malah itu. Makane
dengan adanya banyak bantuan seperti BLT itu sangat merugikan bagi
saya. Karena apa, seandainya itu tidak ada BLT DD, yang 600jutaan kan
itu, itu nek tak nggo mbangun wis entok akeh. Dan itu akan dirasakan
semua warga, bahkan bukan warga Botoreco saja yang merasakan
nantinya. Dadi karena adanya itu, kita dirugikan. Dan mau gak mau BLT
DD itu harus dilaksanakan. Kalau kita gak melaksanakan itu, tahun 2023
akan dipotong BLT kita karena tidak mengikuti aturan atas. Karena apa,
sudah dianggap mampu untuk menjalankan tapi gak mau mengikuti
aturan. Kita itu tetep dipaksa, walaupun itu kita pemerintahan desa punya
kebijakan, tapi kebijakan itu terenggut oleh atasan kita. Kewenangan kita
direnggut, hilang. Nak dulunya kan sebelum ada BLT, kebijakan kan
hanya gini aja untuk sosial sekian, untuk ngopeni anak-anak balita dan
stunting sekian, kan hanya gitu. Tapi karena ini yang 60% ee 68% harus
gini, kita kebagian sing 30% untuk kegiatan, jadi kita gak bisa. Sedangkan
nek dulu-dulu alokasi itu terserah desa. Tapi kalo ini nggak.” (Wawancara
Hari Kamis, 2 Juni 2022, Pukul 10.15).
“Kalau saya kan sudah bilang sejak awal. Ini program pemerintah
sebenarnya arahnya itu kemana gitu lo, sudah dicover di A di B, kita
laporan sekian, kok masih harus adalagi BLT-DD sekian persen,
seharusnya kan gausah seperti itu. Itu kan menghambat pembangunan
yang lain kan gitu. Jadi kalau secara pribadi saya sebenarnya ya kurang
pas. Kecuali tidak dicover dari PKH, tidak dicover dari BPNT, ya silahkan
saja. Kalau BLT-DD tidak dibatasi maksimal sekian minimal sekian kan
cukup sebenarnya, tidak harus pull sekian harus habis kan seperti itu
menurut saya. Dan sebenarnya kan covid juga sudah menurun gitu lo, kok
program BLT masih dijalankan gitu, kalau pandangan saya gitu lo ya. Tapi
karena intruksi dari atas seperti itu ya mau gimana lagi, tetap harus
dijalankan dan wajib, karena ya kalau gak dijalankan nanti kan dana desa
gak bisa turun. Harus habis sekian persen, ya kayak kebijakan sepihak gitu
lo. Ya sopo wonge sing gak gelem diwenehi duit. Tapi kan ya uangnya
jadi sia-sia kalau seperti itu. Wong nyatanya yang dapet 900ribu itu gak
dipakai untuk kebutuhan kok, malah untuk foya foya, sampai saya jengkel
lo mbak. Makanya serba susah di desa itu. Dan sebenarnya ya adanya BLT
itu justru malah kesejahteraan sosial masyarakat jadi tambah miskin, la
wong kita kalau semakin banyak yang dapat bantuan datanya tambah naik,
ya pada akhirnya angka kemiskinan Botoreco juga tambah banyak.”
(Wawancara Hari Jumat, 3 Juni 2022, Pukul 09.00).
105
Pendapat berbeda disampaikan oleh Informan 4 yang memberikan tanggapan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
“Saya sih setuju setuju aja ya dengan kebijakan ini, kalau memang yang
dapat itu bener-bener orang yang layak mendapatkan. Gak ada paksaan,
ibarate wis dadi kewajiban o mbak.” (Wawancara Hari Senin, 6 Juni 2022,
Pukul 11.00).
bahwa:
“Bagi saya sih setuju setuju, ini pandangan saya kan? Ya kalau pandangan
saya saya setuju setuju saja sebenarnya. Jika bantuan tersebut tepat
sasarannya, memang diberikan ke yang berhak. Tapi, ada tapinya juga.
Jika ibaratnya disuruh milih mending milih bangun jalan atau hal lain,
yang lebih bisa dirasakan manfaatnya oleh orang banyak. Karena begini,
bantuan ya oke untuk membantu, tapi tetap saja tuh ada yang digunakan
untuk hal lain diluar kebutuhan pokok. Sia-sia kan jadinya, sementara
kalau untuk pembangunan kan lebih jangka panjang, lebih merata.
Makanya tahun 2021 itu sebagian dipakai untuk mbangun jalan.
Alhamdulillah sekarang sudah mendingan jalan Nglencong, sebelumnya
wah parah banget, jadi seperti itu pandangan saya.” (Wawancara Hari
Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 10.53).
106
“Karena ini yang buat pemerintah pusat, ya mau gak mau, mau setuju atau
enggak kan tetap harus dijalankan to. Tapi yo ojo akeh-akeh nek menurut
saya sih gitu aja.” (Wawancara Hari Sabtu, 30 Juli 2022, Pukul 19.51).
dengan adanya bantuan ini. Hal tersebut menyebabkan pihaknya tidak setuju
dengan adanya Program BLT-Dana Desa. Alasan lain yang diungkapkan adalah,
dengan adanya BLT yang diambilkan dari dana desa dan menjadi prioritas utama
BLT hanya dapat dirasakan oleh orang-orang tertentu yang memang menerima,
tanggapan yang diberikan oleh Informan 6. Selain itu, alokasi dari dana desa
menjadi kewenangan desa untuk mengelola sendiri pembagian dana desa sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan desa. Namun selama pandemi, pembagian dana
desa sudah ditentukan oleh pemerintah pusat. Sehingga desa hanya bisa
menjalankan, sesuai aturan yang berlaku, supaya tidak ada pemangkasan untuk
Sementara itu, wujud tidak setuju juga disampaikan oleh Informan 2, yang
Masyarakat miskin yang ada di Desa Botoreco sudah tercover dalam bantuan
107
PKH, BPNT, BST. Selain itu, pihaknya mengaku bahwa seharusnya BLT-Dana
Desa seharusnya tidak perlu diberikan batasan harus tersalurkan sekian persen,
dampak dari covid-19. Sementara yang terjadi di lapangan, bantuan yang diterima
meningkat.
Dana Desa. Pihak BPD merasa bahwa adanya BLT-Dana Desa mampu membantu
lainnya, pihaknya mengaku lebih setuju terhadap Program BLT-Dana Desa karena
dalam pelaksanaannya yang menentukan siapa yang berhak menerima adalah dari
desa sendiri. Sementara itu dari pihak RT juga mengaku setuju dengan Program
kewajiban selaku bagian dari pemerintah desa dan bagian dari Kelompok Satgas
Desa.
108
3.3 Analisis Hasil Penelitian
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa merupakan salah satu bentuk
masyarakat miskin yang ada di desa. Program BLT-Dana Desa menjadi salah satu
prioritas utama dari penggunaan dana desa sejak adanya perubahan terhadap
prioritas penggunaan dana desa tahun 2020. BLT Dana Desa tidak berhenti di
tahun 2020 saja, BLT-Dana Desa masih terus dilanjutkan hingga tahun 2021 dan
beberapa mekanisme yakni, (1) Mekanisme Pendataan; (2) Validasi dan Finalisasi
Data; (3) Tahap Penyaluran; dan (4) Monitoring dan Evaluasi. Sehingga dalam
penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai implementasi BLT Dana Desa di
tersebut yang dimulai dari tahap pendataan hingga monitoring dan evaluasi.
Meskipun secara garis besar mengikuti keempat tahapan tersebut, namun pada
tahap pendataan terdapat pendekatan lain yang digunakan oleh Pemerintah Desa
Botoreco yang ditujukan untuk memastikan bahwa usulan-usulan calon KPM dari
perangkat setempat (RT) memang sudah tepat. Pendekatan yang dimaksud adalah
109
survey secara langsung ke setiap rumah calon KPM. Sehingga mengenai
BLT Dana Desa dimulai dari: (1) Tahap pendataan, yang didalamnya terdiri dari
dilakukan survey lokasi; (2) Validasi dan finalisasi data, yang dilakukan melalui
musyawarah desa khusus; (3) Tahap penyaluran, yang dibantu oleh bank; dan (4)
a. Proses Pendataan
proses implementasi BLT Dana Desa. Proses pendataan dilakukan oleh Relawan
Desa dengan pendataan berfokus mulai dari RT, RW, dan Desa. Sesuai dengan
Botoreco, proses pendataan dilakukan oleh perangkat desa setempat yaitu RT.
Relawan Desa Botoreco yang kemudian disebut Satgas Covid-19 Desa Botoreco
tidak semuanya terjun secara langsung dalam proses pendataan, hanya RT saja
pengamatan tanpa harus mendatangi rumah per rumah. Menanggapi hal tersebut,
pendataan yang dilakukan oleh perangkat desa setempat masih bersifat subjektif.
110
saja. Sementara itu, kondisi perekonomian dan sosial masyarakat tidak hanya
Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa dalam proses pendataan ini,
Desa Botoreco memiliki pendekatan yang berbeda dengan apa yang diamanatkan
Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2020 dan Peraturan Bupati Blora Nomor 77 Tahun
2020. Proses pendataan yang dilakukan oleh Desa Botoreco tidak berhenti pada
pengusulan nama-nama calon KPM saja, melainkan terdapat tindak lanjut dari
calon KPM BLT Dana Desa. Survey tersebut dilakukan untuk melakukan
pengecekan dan membuktikan bahwa usulan yang telah disampaikan oleh RT dan
RW sudah tepat. Hal yang dilakukan dalam survey tersebut berupa pengambilanl
bukti gambar rumah dari calon KPM. Bukti gambar tersebut dimaksudkan untuk
lebih menguatkan bahwa usulan yang diberikan oleh RT tidak dilakukan secara
pertimbangan dalam validasi data nantinya. Survey yang dilakukan oleh BPD
KPM. Hal tersebut diperlukan untuk mempersiapkan pembanding yang lebih kuat.
Karena jika hanya dilakukan terhadap beberapa rumah saja, sementara calon KPM
111
Selanjutnya, yang menjadi aspek penting dalam melakukan pendataan
adalah pemahaman terhadap kriteria sasaran dari BLT Dana Desa. Kriteria utama
dari sasaran BLT antara lain keluarga yang kehilangan pekerjaan atau yang tidak
memiliki penghasilan, kemudian keluarga yang tidak terdata, dan keluarga yang
belum menjadi penerima PKH dan BPNT. Jika dibandingkan dengan proses
pendataan calon KPM BLT Dana Desa di Desa Botoreco, dari kriteria-kriteria
sasaran tersebut, yang menjadi acuan utama adalah keluarga yang belum
menerima bantuan dalam jenis apapun termasuk PKH ataupun BPNT. Sehingga
mengusulkan janda yang tidak memiliki harta atau tidak ada yang memberi
nafkah dengan jumlah tanggungan yang tidak sedikit, lansia yang sudah tidak bisa
bekerja dan tidak diurus oleh anaknya atau sudah tidak memiliki sumber
penghasilan, dan yang pasti belum tercover atau tidak menjadi penerima bantuan
situasi dan kondisi yang ada di Desa Botoreco. Karena masyarakat Desa Botoreco
112
kemampuan pemenuhan kebutuhan lebih sulit dibandingkan dengan yang lainnya.
dengan praduga. Hal tersebut tidak dilakukan dengan membuat prioritas atau
melakukan pendataan ulang untuk tahap berikutnya. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa salah satu kriteria utama KPM BLT Dana Desa adalah
keluarga yang tidak terdata sebagai penerima PKH/BNPT. Hal tersebut diartikan
untuk dimasukkan sebagai KPM BLT. Namun realita yang terjadi di Desa
25 KPM BLT Dana Desa juga menerima pencairan dari bantuan lain. Setelah
dikonfirmasi, hal tersebut terjadi karena sejak awal Pemerintah Desa Botoreco
ketika data tersebut diterima oleh desa, justru data tersebut tidak update.
mengingat 25 KPM yang timpang tersebut juga masih tergolong keluarga yang
kurang mampu. Sehingga 25 KPM di cover sebagai KPM BLT Dana Desa.
113
Namun pada realita yang terjadi justru 25 KPM tersebut masih menerima
dalam proses pendataan BLT Dana Desa. Terdapat masyarakat yang dianggap
layak dan berhak memperoleh bantuan, namun tidak dapat didata karena tidak
memiliki Kartu Keluarga, karena salah satu syarat KPM adalah harus memiliki
NIK. Sementara dalam Peraturan Bupati Blora Nomor 77 Tahun 2020 Pasal 18
bagi keluarga yang memang tidak memiliki anggota keluarga yang ber-NIK, dan
jelas sudah menerangkan bahwa jika terdapat masyarakat miskin yang layak
dengan alasan yang sudah tertera dalam regulasi. Menyikapi kondisi tersebut,
Domisili dari Kepala Desa. sehingga dalam kondisi di Desa Botoreco tersebut,
agar BLT Dana Desa dapat dirasakan oleh orang-orang yang memang memiliki
sekalipun.
114
Validasi dan finalisasi data pada dasarnya merupakan agenda tunggal dari
musyawarah desa khusus yang dilaksanakan oleh Desa untuk membahas hasil
Desa. Tidak terdapat aturan atau mekanisme khusus dalam hal ini, sehingga tiap-
tiap desa dapat melaksanakan sesuai dengan musyawarah desa yang biasa
khusus dilakukan bersama kepala desa, perangkat desa, BPD, LKMD, Kader, RT
dan RW, Kepala Dusun, serta perwakilan dari tokoh masyarakat. Ketika proses
dusun memberitahukan usulan nama calon KPM kepada forum yang diwakili oleh
kepala dusun. Jika dari keseluruhan usulan calon KPM sudah sesuai dengan
kebutuhan anggaran BLT Dana Desa, maka usulan tersebut dapat langsung
diputuskan tanpa adanya seleksi atau pengurangan. Namun jika usulan tersebut
kuota yang masih tersisa. Jika hasil sudah didapatkan, maka kepala desa beserta
kecamatan.
Berdasarkan hasil final data KPM yang telah disepakati ternyata juga
Botoreco dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang tinggi, anggaran dana
115
desa yang besar, dan angka kemiskinan tertinggi di Kecamatan Kunduran pada
akhirnya diberikan target KPM sebanyak 123 KPM oleh Kabupaten Blora atau
setara dengan 30% anggaran dana desa untuk BLT Dana Desa. Namun pada
kesepakatan akhir yang dicapai hanya diberikan kepada 25 KPM atau setara
dengan 6,1% dari anggaran dana desa untuk BLT Dana Desa tahun 2021.
Beberapa alasam yang mendasari hal tersebut juga sempat didiskusikan dalam
bahwa besaran 30%-35% dari dana desa untuk BLT Dana Desa merupakan
perangkat desa setempat (RT) untuk menentukan calon KPM yang termiskin.
Sehingga diperoleh 25 KPM tersebut sebagai penerima BLT Dana Desa tahun
2021.
c. Tahap Penyaluran
Peraturan Bupati Blora Nomor 77 Tahun 2020 tepatnya pasal 18 ayat (7)
disebutkan bahwa besaran BLT Dana Desa yang harus diterima oleh masing-
116
masing KPM adalah Rp 300.000,00 per bulannya. Kemudian pada pasal 18 ayat
(8) menyebutkan bahwa besaran bantuan tersebut diberikan kepada KPM secara
non tunai kecuali bagi KPM yang tidak memiliki KK (menggunakan surat dari
kepala desa). Sementara itu, dalam implementasi BLT Dana Desa di Desa
Botoreco, dari hasil wawancara yang telah dipaparkan, besaran bantuan yang
penyalurannya sendiri dilakukan oleh Bank Jateng secara tunai. Sehingga terdapat
melakukan wawancara dengan peneliti, sejak awal tahun 2021, Desa Botoreco
memang selalu bekerja sama dengan pihak bank dalam proses penyaluran. Hal
tersebut dilakukan agar bantuan tersebut langsung diterima kepada KPM yang
secara tepat waktu. Artinya, penyaluran selalu dilakukan tepat waktu dan tidak
Bupati Blora Nomor 77 Tahun 2020 yang mengisyaratkan penyaluran secara non
Dana Desa. Tidak terdapat ketentuan khusus mengenai kapan monitoring dan
evaluasi tersebut dilakukan. Namun dalam proses tersebut paling tidak monitoring
117
dan evaluasi harus dilakukan oleh Badan Pemusyawaratan Desa (BPD), Camat,
setiap tahapan penyaluran selesai. BLT Dana Desa disalurkan selama 3 (tiga)
dalam setahun, sehingga monitoring dan evaluasi juga dilakukan selama 3 (tiga)
Inspektorat. Untuk monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara internal, tidak
merujuk pada tahapan dari BLT Dana Desa, melainkan musyawarah desa untuk
selama 3 (tiga) tahap sesuai dengan tahapan dari BLT Dana Desa bersama dengan
Desa
didasarkan pada teori yang digagas oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn
(1975) yang terdiri dari (1) standar dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya
118
Karakteristik instansi pelaksana, (5) Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik, dan
sebagai berikut:
Faktor-faktor tersebut dibahas dan dianalisis secara lebih rinci sebagai berikut:
a. Faktor Pendorong
Faktor pendorong yang pertama yaitu sumber daya kebijakan, yang terdiri
dari sumber daya manusia dan sumber daya anggaran. Desa Botoreco
kekurangan dari porsi sumber daya manusia yang dilibatkan mulai dari
119
anggaran dari dana desa dialokasikan untu BLT Dana Desa. Sehingga dari
implementasi BLT Dana Desa juga didorong dengan kompetensi dari staf
Selain itu, setiap aktor pelaksana juga memahami apa yang menjadi
desa tersebut.
120
b. Faktor Penghambat
Faktor pertama berkaitan dengan standar dan tujuan kebijakan dari BLT
Program BLT di Desa Botoreco, dapat berjalan sesuai dengan arahan dari
Transmigrasi Nomor 6 tahun 2020, salah satu kriteria sasaran BLT Dana
masih bisa didapatkan melalui sektor pertanian. Selain itu tidak ada
121
untuk diintepretasikan jika hanya dilihat dari kepunyaan fisik ataupun
benda.
pihak satu ke pihak yang lain, sehingga ketika terdapat informasi, setiap
pencocokan data dari dinas sosial. Dimana data yang diberikan tidak
tahap pertama. KPM yang seharusnya hanya menerima BLT Dana Desa
karena sudah tidak tercover dengan PKH dan BPNT, namun setelah
dari PKH dan BPNT. Selain itu, kendala dalam komunikasi juga sempat
122
dialami pada saat penyampaian informasi melalui musyawarah desa,
disampaikan melalui perangkat desa setempat yaitu melalui RT. Selain itu
juga perbedaan pendapat ketika diskusi juga sempat dialami oleh beberapa
aktor pelaksana.
dengan tepat siapa saja yang harus diberikan bantuan tersebut. Selain itu,
123
desa untuk menentukan masyarakat miskin sebagai penerima BLT Dana
Desa. Karena jika dibandingkan dari satu dengan yang lainnya, taraf hidup
Protes menjadi hal wajar yang menjadi respon dari adanya program
Desa Botoreco mencapai 634 orang. Dari angka tersebut, sebanyak 478
orang sudah tercover dalam bantuan BPNT, sebanyak 110 sudah tercover
dalam bantuan PKH, dan sekitar 100 orang sudah tercover dalam bantuan
Dana Desa, yang harus diberikan sebanyak 123 untuk tahun 2021 dan
4) Disposisi implementor
Program BLT Dana Desa, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat
124
pada alasan bahwa keberadaan BLT yang ditujukan untuk membantu
pembangunan desa, karena sebagaian dari dana desa harus dialihkan untuk
lain yang menuai bentuk tidak setuju dengan adanya Program BLT Dana
Desa yaitu ketidakjelasan dari harapan dan tujuan BLT itu sendiri. BLT
BLT juga dianggap demikian, BLT Dana Desa menuntut adanya daftar
finalisasi data untuk menyalurkan BLT Dana Desa hanya kepada 25 KPM
saja, sementara anggaran dana desa yang lain masih difokuskan untuk
125
126
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kabupaten Blora
Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa Botoreco sudah sesuai dengan
terdata karena tidak memiliki kartu keluarga dan pemerintah desa juga
b) Validasi dan finalisasi data, proses ini dilakukan dalam musyawarah desa
khusus. Pada hasil musyawarah desa khusus diperoleh hanya 25 KPM dari
123 KPM yang harus dipenuhi. Karena anggaran dana desa digunakan
127
dilaksanakan oleh Kepala desa bersama BPD dengan Kecamatan dan
inspektorat.
Proses implementasi BLT Dana Desa juga tidak lepas dari faktor yang
tersebut yakni, (1) Sumber daya kebijakan yang memadai baik dari sumber
daya manusia yang terlibat dan sumber daya anggaran yang digunakan; dan
implementasi BLT Dana Desa di Desa Botoreco antara lain, (1) Standar dan
komunikasi dan koordinasi sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat
pendataan, serta lingkungan sosial yang kerap kali memberikan protes dan
memberika tanggapan tidak setuju dengan adanya BLT Dana Desa, dan lebih
128
memilih untuk melakukan pembangunan fisik desa daripada harus menambah
4.2 Saran
Dengan demikian, peneliti memberikan saran antara lain sebagai berikut:
a) Perlu adanya penyesuaian terkait kriteria sasaran BLT Dana Desa, agar
lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di pedesaan. Selain itu juga perlu
yang harus dialihkan untuk BLT Dana Desa. Sehingga pemerintah desa
Sehingga data penerima bantuan dapat diketahui oleh pihak mana saja
program bantuan apa saja yang masuk ke desa dan siapa saja yang
menerima.
kecamatan kepada pemerintah desa pada awal tahapan BLT Dana Desa
129
pemahaman dan arahan yang benar-benar sesuai dengan dasar hukum yang
pandemi covid-19.
130
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Jurnal
Aseh, S., Gafar, T. F., & Zamhasari, Z. (2021). Problematika Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) Tahun 2020. JOELS: Journal of
Election and Leadership, 2(1). https://doi.org/10.31849/joels.v2i1.7661
Herdiana, D., Wahidah, I., Nuraeni, N., & Salam, A. N. (2021). Implementasi
Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa bagi Masyarakat
Terdampak COVID-19 di Kabupaten Sumedang : Isu dan Tantangan. Jurnal
Inspirasi, 12(1), 1–16.
Van Meter, D. S., & Van Horn, C. E. (1975). The Policy Implementation Process:
A Conceptual Framework. Administration & Society, 6(4), 445–488.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/009539977500600404
Referensi Buku
Anderson, James A. (1997). Public Policy Making Third Edition. USA: Houghton
Miffin Company
131
Anggara, Sahya. (2016). Ilmu Administrasi Negara, Bandung: CV Pustaka Setia
Syafiie, Inu Kencana. (2010). 6 Dimensi Ilmu Administrasi Publik Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Admin. (20 Januari 2022). Kemenkeu Sebut Realisasi Penyaluran BLT Dana Desa
2021 Hanya 70,29%. Kompas.com
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/
2022/01/20/203500726/kemenkeu-sebut-realisasi-penyaluran-blt-dana-desa-
2021-hanya-70-29-persen. Diakses pada tanggal 25 Januari 2022, pukul
18.15 WIB
Admin. (30 Juli 2021). 10 Desa Terburuk Realisasi BLT DD Tidak Berbenah,
Mantan DPRD Blora Ancam adukan ke Kementrian. Bloraupdates.com
https://www.bloraupdates.com/2021/07/10-desa-terburuk-realisasi-blt-dd-
tidak.html?m=1. Diakses pada tanggal 5 Januari 2022, pukul 10.49 WIB
132
Ihsanuddin. (26 Agustus 2020). Ada 7 Bantuan Pemerintah Selama Pandemi
Covid-19, Berikut Rinciannya. Kompas.com
https://amp.kompas.com/nasional/read/2020/08/26/09222471/ada-7-
bantuan-pemerintah-selama-pandemi-covid-19-berikut-rinciannya. Diakses
pada tanggal 5 Januari 2022, pukul 11.51 WIB
Putri, Cantika Adinda. (7 Oktober 2020). Survei: Karena Covid-19, 35% Pekerja
di Indonesia Kena PHK. Cnbcindonesia.com
https://www.cnbcindonesia.com/news/20201007145144-4-192535/survei-
karena-covid-19-35-pekerja-di-indonesia-kena-phk. Diakses pada tanggal 10
Januari 2022, pukul 19.11 WIB
Sembiring, Lidya Julita. (28 Agustus 2020). Update Sri Mulyani Krisis Ekonomi
Akibat Corona, Simak! Cnbcindonesia.com
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200828104326-4-182671/update-
sri-mulyani-soal-krisis-ekonomi-akibat-corona-simak. Diakses pada tanggal
5 Januari 2022, pukul 10.53 WIB
Wijaya, Callistasia. (16 April 2020). Virus Corona: Sejumlah usaha kecil &
menengah ‘tutup hingga rumahkan karyawan’, Pemerintah diminta
‘dahulukan bantuan bagi usaha strategis’. BBC.com
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52283321. Diakses pada tanggal
5 Januari 2022, pukul 11.17 WIB
Referensi Regulasi
Peraturan Bupati Blora Nomor 77 tahun 2020 tentang Tata Cara Pembagian,
Rincian dan Prioritas Penggunaan Dana Desa Setiap Desa di Kabupaten Blora
Tahun 2021
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 6 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 7 tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 14 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Desa,
133
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 13 tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2021
Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 7 tahun 2021 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blora Tahun 2021-2026
134
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
135
Wawancara dengan Informan 3
136
Wawancara dengan Informan 5
137
Surat Izin Penelitian
138
Surat Keterangan telah menyelesaikan penelitian
139
Transkrip Wawancara
1
Informan 3:
Kalau secara singkatnya itu kemarin dijelaskan, dan
kebetulan kami dari RT yang ditugasi untuk mendata, jadi
nanti saya dan kawan-kawan RT ini mendata atau
mengusulkan lah siapa yang mau dikasih. Habis itu dibahas,
biasanya kalau sudah mendata itu diadakan musdes, semua
hasilnya dikumpulkan dan di apa namanya, dibuat laporan
lah, diputuskan bersama sama. la kalau untuk penyaluran itu
ya terakhir, kalau pas tahap penyaluran itu ngikut saja ya,
kan saya RT jadi kalau ada info penyaluran ya langsung saya
kabarkan. Positif
Informan 4:
Jadi alurnya itu dari RT setempat, kemudian RW, nah nanti
BPD juga ikut. Nah saya nanti laporan di ruang lingkup desa,
di musdes maksudnya bahwasanya data saya ini, nah kalau
laporan RT terusan laporan dari perangkat nanti
disandingkan laporan dari BPD. Positif
Informan 5:
Yang jelaskan saya selaku RT ini mendata dulu nggih,
setelah itu sebelum ke musdes ini ya, seletah mendata di
kasihlah ke perangkat biasanya nanti sama Pak Kasie atau
BPD, berdua itu yang ngurusi, untuk disurvey. Kalau sudah
ya langsung dilanjut di musdes. Karena kalau sekarang ini
harus ada bukti e mbak, jadi meskipun saya RT gak bisa
sembarang mengusulkan, karena nanti akan didatangi rumah
orangnya untuk difoto. Nah nanti baru dimusdeskan Positif
2
bersama.
Informan 6:
Awalnya ada pendataan, pendataan baru, kemudian ada
survey, hanya beberapa semua, sehingga surveynya gak
semua rumah kita datangi, tapi hanya beberapa sebagai
sampel saja, kalau semuanya sudah selesai baru ke musdes,
musdes berjalan kalau setuju lanjut ke tindak lanjut
penyaluran.
3
Informan 3:
Kalau saya itu mengusulkan sama RT yang lainnya itu sama.
Jadi saya amati, kan sehari-harinya keliatan tuh kondisi
mereka bagaimana. Sebelumnya saya sudah punya data, saya
mengusulkan, kemarin lansia ada yang saya usulkan karena
punya stroke sudah 2 tahun alhamdulillah kemarin sudah
dapat bantuan. Anaknya kaya, tapi kan orangtuanya gak bisa
berobat. Saya kan ada PKH, ada BPNT, yang sekiranya
sudah dapet itu berarti ya gak dikasih. Jadi yang sudah dapat
PKH yasudah, BPNT ya sudah gitu. Untuk BLT itu ya untuk
orang yang nol, ada yang lansia, ada ibarate yang punya
rumah kecil gak dapet bedah rumah, gak dapet penghasilan,
itu nanti saya kumpulin, kesepakatannya gimana yang pantas
yang dapet si ini ntar di reng-reng ibarate satu Botoreco itu
berapa orang, sekiranya kebanyakan kan dikurangi.
Positif
Informan 4:
Kalau menurut desa itu kan dari RT, dari perangkat. Tapi
kan saya kurang pas lah, karena kan usulan nanti malah
ternyata yang diajukan justru orang terdekat, jadi dari BPD
itu sifatnya harus netral, bener-bener untuk mendata warga
saya itu bener-bener tingkat kemiskinannya terendah. Jadi
kita se tim survey. Oiya bener ini yang harus dikasih
anggaran dari dana desa, ini yang tidak. Jadi pada saat
pendataan, keterlibatan BPD itu disitu. Gak mendata seperti
RT, tapi dari laporan RT itu nanti kemudian di cek lagi
secara langsung oleh BPD. Positif
4
Informan 5:
Mendata biasa, saya tengok sekeliling saya yang sekirangnya
kurang kalau dibanding yang lain. Istilahnya saya gak dateng
satu per satu gitu, jadi langsung saya usulkan gitu aja.
Karena kan kepala desa sudah memberikan tanggungjawab
ke tiap-tiap RT. Positif
Informan 6:
Kalau saya kan BPD ya, jadi gak ikut mendata, hanya saja
saya ikut ini ikut survey, jadi kalau pendataan itu urusan RT.
Nah kalau untuk surveynya sendiri biasanya gak blusukan
satu-satu gitu nggak. Tapi kita datangi rumahnya, kita foto
kondisi rumahnya. Karena sekarang itu gakboleh asal usul,
harus ada bukti yang menunjukkan oh ini benar gak mampu,
ini berhak begitu.
5
BPNT gitu aja, jadi ya bebas aja mana yang butuh silahkan
diusulkan.
Positif
Informan 2:
Kriteria yang dapat ya sama sebenarnya dengan PKH atau
BPNT. Kalau PKH sama BPNT kemarin itu kan sebenarnya
datanya kan dari pusat, yang data kan bukan perangkat.
Banyak yang salah kaprah, yang mampu malah dapat.
Makanya kita musdeskan untuk kemudian dikembalikan.
Kemudian yang lain setelah PKH dan BPNT desa itu kan
masih kesulitan desa masih kesulitan untuk itu. Sementara
untuk BLT-DD, karena itu dari anggaran desa, jadi desa
punya kewenangan untuk menentukan siapa yang dapat,
yang kriterianya itu yang benar-benar tidak mampu. Yang
kita kumpulkan di perangkat desa setempat. Kalau perangkat
desa setempat itu mendatanya salah ya biar dia yang
menanggung. Positif
Informan 3:
Untuk BLT itu ya untuk orang yang nol, ada yang lansia, ada
ibarate yang punya rumah kecil gak dapet bedah rumah, gak
sapet penghasilan, itu nanti saya kumpulin, kesepakatannya
gimana yang pantas yang dapet si ini ntar di reng-reng
ibarate satu Botoreco itu berapa orang, sekiranya
kebanyakan kan dikurangi. Positif
Informan 4:
Ya kalau aturannya itu dari Dinas PMD diambil keluarga
6
yang termiskin, dana yang digelontorkan, yang diplotkan
untuk Deaa Botoreco itukan sekitar 600 jutaan lah yang
diambil dari dana desa, untuk keluarga yang paling miskin
dulu kita ambil. Biasanya kalau ini di kriteria termiskin itu
yang pertama, kedua itu orang tua yang tidak di urus
anaknya atau hidup sebatang kara, kriterianya dari musdes
itu dulu. Kalau di musdes itu kita juga sifatnya demokratis,
kita punya dukuh 9, tentu banyak dong yang diusulkan
keluarga miskin, mau gak
mau kita tampung dulu, nanti kita survey. Kalau dari dukuh
A dan dukuh B misalkan istilahnya ada yang miskin, kok ada
lagi yang lebih miskin, ya kita kasihkan ke yang lebih Positif
miskin.
Informan 5:
Kalau kriteria yang saya gunakan biasanya saya ambil dulu
orang-orang tua yang udah gak bisa apa-apa, istilahnya untuk
kemana-mana aja itu sulit karena sudah tua. Kemudian janda
yang gak ada yang nafkahi tapi punya tanggungan banyak
kan itu juga perlu dibantu istilahnya diberi stimulus bantuan,
yang penting kan gak bentrok dengan bantuan yang lain.
7
pemerintah desa, yang terdiri dari kepala desa beserta
perangkat, kemudian ada LKMD, ada RT RW, ada Kader,
Tokoh masyarakat, BPD, jadi semua unsur dilibatkan kalau
musdes. Jadi gini, sebelumnya kita umumkan dulu, kita
jadwalkan untuk musdessus, lalu kita umumkan ke yang lain
ke perangkat, LKMD, semua elemen. Kemudian di
forumnya kita kelompokkan dulu ya per RT juga per RW
biar kalau diskusi itu lebih enak. Nanti BPD yang membuka,
saya hanya bagian awalan saja, urusan membuka dan
memimpin itu dari BPD. Nanti masing masing dusun,
disampaikan ada berapa total yang diusulkan, nah nanti
dijadikan satu dari 9 dusun. Kalau misalkan memang sudah
pas, sudah sesuai dengan kuota desa, bisa langsung kita
putuskan. Tapi kalau misal katakanlah kelebihan baru nanti
dibicarakan, mana yang perlu dikurangi kan gitu.
Informan 2: Positif
Semua elemen kita libatkan, dari RT, RW BPD, LKMD,
semua kita libatkan. Sehingga hasilnya pun diketahui dan
disepakati dari masing-masing perwakilan kan. Kalau untuk
prosesnya sendiri, dari BPD yang mengontrol, istilahnya
yang memimpinlah. Nah nanti ya biasa perwakilan dusun
menyampaikan mana saja yang diberi, kita bahas bersama,
nanti diakhir baru diputuskan.
Informan 3: Positif
Kalau saat musdes itu gini, sebelumnya maksudnya sebelum
musdes data itu sudah dikumpulkan, karena harus dicek dulu
8
sama BPD. Makanya saat musdes itu RT sudah gak
ngomong, maksudnya gak mengutarakan siapa saja gitu,
paling nanti diwakilkan sama kadus. Dari BPD
menyampaikan hasilnya bagaimana, nah nanti forum yang
menanggapi, kalau misalnya RT nih punya ruang untuk
memperjuangkan warganya, kok ternyata dari BPD nya gak
menerima, itu bisa istilahnya menanggapi, didiskusikan.
Informan 4: Positif
Lewat musdes kan, BPD yang memimpin jalannya itu, saya
ketua BPD nanti yang memimpin musdes, nah nanti disitu
didiskusikan lagi. Kemarin kan BPD dapat hasil data dari
perangkat setempat, kemudian dicek oleh BPD, nah hasilnya
semua itu disampaikan di musdes itu tadi, kita diskusi
diskusi sampai tersisa 25 itu tadi.
Informan 5: Positif
Biasanya itu dikelompokkan dulu mbak, per dusun biar lebih
enak diskusinya. Ya kita mengikuti alurnya aja karena kan
yang mimpin itu BPD, saya sebagai RT hanya jadi peserta
forum istilahnya. Kecuali kalau misal ada masalah dengan
apa yang saya usulkan, nah itu baru mungkin saya merespon.
Informan 6: Positif
Kalau saya itu kadang juga gak ikut musdes e mbak, karena
kadang harus kerja ngurusi sawah. Tapi ya jarang sih. Kan
udah ada ketua saya, kalau ketua BPD selalu hadir karena dia
yang pegang musdes, jadi dia yang lebih banyak tau isi
9
musdes itu seperti apa.
Informan 2: Positif
Semua diberikan secara tunai, dengan nominal 300 ribu. Dari
tahun 2021 nominalnnya sama segitu. La untuk
penyalurannya itu kita fokuskan di satu titik, di balai desa.
10
Yang ikut penyaluran dari pihak bank juga sama saya kasie
nya, dibantu oleh perangkat desa setempat, ada bapinsa dan
bapinmas juga untuk keamanan dan pengawasan. Kalau
penyalurannya itu kan kita ada yang namanya yang hadir kan
harus tandatangan. Nah setelah ini kita menerima dari bank
siapa yang belum ngambil dan yang udah ngambil itu siapa
nah evaluasinya itu. Kalau mewakili ngambil harus satu KK.
Kalau tidak satu KK itu gak mau saya.
Informan 3: Positif
Kalau saat penyaluran itu saya hanya ini memastikan warga
saya yang dapat itu hadir, jadi sebelumnya saya yang
menyebarkan undangan, kan biasanya ada undangannya,
disuruh ngambil di balai jam sekian gitu. jadi saya
terlibatnya hanya disitu.
Informan 4: Positif
Penyaluran itu saya gak ikut dari awal sampai akhir ya,
hanya tengok-tengok aja, memastikan sudah tertib atau
belum. Paling yang memantau itu Pak Kasie, karena dia
perangkat desa yang ngurusi, yang kontekan terus dengan
pihak bank. Dan untuk penyalurannya yang saya tau
memang selalu diberikan secara tunai sampai sekarang.
Informan 5: Positif
Memang dari bank kalau penyalurannya itu mbak, makanya
disalurkan langsung secara tunai, setau saya gitu. Kalau saya
sih gak ikut waktu penyaluran, Cuma wara-wara (memberi
11
pengumuman) aja ke yang dapet untuk mengambil.
Informan 2: Positif
Kita setiap 6 bulan sekali bersama BPD, itu kita
musyawarah, musdessus namanya. Itu mengevaluasi itu,
yang udah terserap berapa, kan sekalian itu mengevaluasi
yang bentuk fisik dan lain sebagainya yang dari dana desa itu
sudah turun berapa persen gitu, pelaksanaannya sudah
sampai berapa persen kan gitu.
12
Informan 4: Positif
Untuk memonitor itu biasanya setelah tahapan BLT selesai,
misalnya tahap 1 selesai, itu ada perwakilan dari kecamatan
dan inspektorat kabupaten yang datang untuk memonitor,
nanti bersama saya juga selaku BPDnya, nanti bareng sama
Kepala Desa dan Pak Kasie juga. Trus nanti kalau tahap 2
begitu lagi, dan seterusnya.
Informan 6: Positif
Lewat ketua BPD biasanya mbak, jadi kalau misal ada
monitoring dari atasan itu gak semua anggota BPD ikut.
Kecuali kalau yang memonitor itu jumlahnya banyak.
Karena kan biasanya hanya 2 sampai 3, hanya perwakilan
aja, jadi langsung bersama Ketua BPDnya.
13
untuk mengecek data data yang sudah dikumpulkan sama
RT. La ndelalah ada beberapa nama yang ternyata di data
PKH dan BPNT sudah gak ada tapi pas penyaluran BLT
kok yo nompo PKH barang. Jadi kan dobel itu. Artinya
apa, data PKH dan BPNT ini kurang sesuai kan. Trus ada
lagi, yang sebenarnya berhak mendapat BLT DD tapi gak
punya KK. Tapi kan itu gak salah kita, karena gini, kita
kan kemarin 2020 itu perdukuh di datangi untuk
mengaktifkan KTP atau yang belum punya bikinlah
KTP. Alah wis tuo gitu. Saya sampaikan nanti kalau ada
bantuan atau apapun nek kamu gak punya KTP berarti
jangan salahkan saya. Negatif
- Pernah kejadian itu gini mbak, namanya sama tapi NIK
nya beda. Nah ini juga sempat kejadian. Itu banyak
terjadi malah mbak. Katakanlah dari Dukuh Balong
namanya Sulastri, Sulastri itu ada 4 orang misalnya, tapi
Rtnya gak sama, atau mungkin Rtnya sama tapi kan NIK
nya gak Sama. Sehingga itu pernah salah orang waktu
penyaluran, dan waktu itu dari Rtnya juga kebetulan kok
gak ndampingi. Ngerti-ngerti esokke ngomong, loh pak
kae wargaku wingi masuk BLT tapi kok ora nompo, jare
wis ono sing jupuk. Lah jebule malah sing jupuk wong
liyo tapi asmane podho. Positif
- Terus yang selanjutnya tadi apa mbak, waktu ya, ini
waktu penyaluran berarti ya. Kalau penyaluran
alhamdulilah gak pernah ada keterlambatan. Semua
untuk BLT ini sudah disalurkan dan tepat waktu semua,
jadi saya kira gak ada masalah. Yang target ini yang
14
jumlah penerima itu ya, oh oke. Jadi gini Desa Botoreco
ini bisa dibilang desa besar ya, memang penduduknya
banyak, anggarannya banyak, dan kemiskinannya juga
tertinggi disini. Makanya gak heran kalau Desa Botoreco
dikasih target untuk BLT itu kemarin 123 KPM, kalau
dipersentase sekitar 30% dari dana desa anggarannya.
Tapi kenapa kok kita hanya ambil 25 itu karena pertama
30% atau 35% itu batas maksimal, artinya saya boleh
dong ambil dibawahnya. Kedua karena hasil musdessus
sepakat kita pakai untuk pembangunan fisik saja sisanya.
Ketiga, karena kita sudah bingung mau ngasih BLT ke
siapa lagi. Negatif
Informan 2:
- Untuk sasaran insyaaAllah sudah sesuai, karena kita juga
sudah sampaikan ke semuanya jangan sampai salah
sasaran supaya gak banyak orang yang protes. Terus
untuk waktu penyaluran juga gak ada keterlambatan,
sama target ini yang apa mbak, yang kenapa gak sesuai
target 123 KPM itu, itu memang sudah kesepakatan o
mbak, yang namanya udah kesepakatan musdes kan ya
pripun nggih ya memang sepakatnya Cuma 25. Memang
dari forum itu masih ingin melanjutkan pembangunan
fisik desa, akhirnya yaudahlah kita berikan kepada 25
KPM, dan itu sudah disaring untuk diberikan ke warga
yang benar-benar
miskin. Dan salah satu alasan lain, kami juga bingung
menentukan KPMnya sebenarnya. Karena disini itu
15
ketokke gak duwe tapi jebul yo ladang e akeh. Rata-rata
seperti itu mbak, jadi ya memang melanjutkan
pembangunan fisik, tapi juga karena sudah kesulitan
memilih KPM. Negatif
Informan 4:
- Kalau salah sasaran saya kira kita nggak ya, makanya itu
tadi, kita mencoba kasih inisiatif ayo disurvey,
dicantumkan bukti kalau memang dia layak. Jadi itu
bentuk upaya supaya gak salah sasaran. Kalau dobel itu
pernah kejadian di tahun 2021 awal itu, dan itupun antara
data dinsos yang gak valid, tapi setelah itu langsung kita
ganti lagi. Jadi hanya sekali aja itu kejadian. Untuk
waktu, sejauh yang saya ikuti penyaluran selalu tepat
waktu. Sementara untuk ketepatan target, dari Dinas
PMD sendiri mengambil keluarga yang termiskin biar
istilahnya Desa Botoreco itu bisa melakukan
pembangunan fisik. Sehingga waktu musdes itu
disepakati agar BLT-DD sebagian tidak disalurkan.
Bukan karena gaktau persentasenya, kami tau harus
disalurkan berapa, cuma ya itu tadi memang plotnya
memang sudah di atur waktu itu sekitar 480juta sekian
lah uangnya untuk BLT-DD untuk sekita 120an orang
penerima. Tapi kan anjurannya diminta untuk mengambil
masyarakat yang termiskin, yaudah kita ikuti, akhirnya
kuta hanya mengambil 33, kemudian dikurangi lagi
tinggal 20an sekian saja. Karena sisanya dipakai untuk
fisik. Sebenernya angka 30% itu sumbernya karena DD
16
kita banyak mbak, paling banyak se kecamatan dan
warga kita banyak. Makanya diarahkan seperti itu. Negatif
Informan 3:
- Oh kalau itu saya beneran gak tau, wis tak takoni jare 5
sasi rak entok bantuan, akhire tak masukke BLT to mbak,
la kok malah entok e dobel. Kalau kejadiannya kok bisa
dobel itu saya kurang paham, kan saya hanya ngusulke
mawon. Kebeneran dobelnya kenapa bisa gitu saya
kurang paham. Sama waktu itu, ada yang memang butuh
mbak, kebetulan RT saya juga. Tapi sayange kok gak
punya KK, trus saya tanyakan, wah gakbisa katanya,
karena syaratnya harus pakai KK. Nggih sami mbak,
saya hanya mengikuti arahan saja ya mbak, ya kalau
dimintanya 25 saja ya kami sebagai RT mengikuti.
Awalnya itu 33, kemudian pas musdes diseleksi lagi
akhirnya 25 itu. Kalau soal pembangunan fisik ya kalau
saya dikasih pilihan mau nambah BLT atau
pembangunan ya mending pembangunan to, bisa
dirasakan semuanya. Sementara BLT yang dapet hanya
berapa, protesnya itu yang malah lebih banyak. Negatif
Informan 5:
- Sesuai pengalaman saya, saya kan sudah mengusulkan
beberapa nama, nggih sampun ngoten mawon.
Dadosipun misal ada yang dobel ya saya anggap resekine
wae lah, tapi kan setelah itu sama musdes langsung kita
ganti mbak tahap berikutnya yang dobel itu. Wah kalau
17
itu saya gak paham ya, tapi kalau kesepakatan itu
memang benar. Awalnya kan memang dari teman-teman
itu semacam usul gitu pembangunan jalan salah satunya.
Nah di satu sisi kok ada kebijakan BLT ini. Jadi akhirnya
kesepakatan biar bisa dua-duanya jalan ya itu mungkin
ya BLTnya sedikit dulu. Sisanya tetap ke PPKM dan
pembangunan. Tapi itu tahun lalu mbak, kalau sekarang
gak segitu, malah jauh lebih banyak nambahnya. Negatif
Informan 6:
- Sebenarnya saya juga ikut mendukung pembangunan
fisik sih mbak, karena ya gimana ya kalau BLT itu
istilahnya udah ada banyak bantuan kan, jadi saya kira
udah cukup. Kalau misalkan untuk pembangunan fisik
seperti jalan di nglencong itu buruk banget sekarang
sudah mendingan karena pembangunan itu tadi, dan
bahkan lebih bisa dirasakan oleh banyak orang to
daripada BLT.
18
Informan 2: Positif
Tujuannya ya itu, untuk meringankan beban masyarakat
yang kurang mampu, sesuai intruksinya Kementerian Sosial,
setelah itu kan kriterianya itu kan kembali ke tadi itu kan,
intinya dari desa itu hanya menjalankan program dari
pemerintah, untuk membantu meringankan, bukan
membantu sepenuhnya.
Informan 3: Positif
Tujuannya ya untuk membantu orang yang kesusahan,
apalagi pas pandemi begini kan semua naik ya harganya,
kebutuhan pokok itu jadi mahal-mahal apalagi minyak
goreng itu kemarin walah, jadi ya adanya BLT ini tujuannya
untuk bisa membantu itu.
Informan 4: Positif
Bantuan langsung tunai itu kan sebetulnya kalau menurut
saya itu mengcover, istilahnya warga khususnya Botoreco
yang kesulitan, yang miskin, yang belum dapat bantuan dari
Dinas Sosial. Karena saya melihat itu Dinas Sosial itu
baisanya kalau ada laporan dari perangkat biasanya gak
tercover. Terus disusuli dengan bantuan BLT-DD ini yang
belum tercover atau masuk dari Dinas Sosial itu dimasukkan
ke BLT-DD.
Positif
Informan 5:
Yang jelas untuk meringankan, ya kayak program-program
19
bantuan itu lah mbak, wong sebenere podho wae, hanya beda
nama bantuannya saja.
Positif
Informan 6:
Yang saya pahami yang namanya program bantuan itu kan
untuk membantu yang sekiranya masih kurang, ya sama
halnya BLT DD ini kan gitu konsepnya, untuk meringankan,
untuk membantu kebutuhan dasar.
20
sini itu sebenarnya gak ada tapi diregulasi itu harus begitu,
rata-rata di desa itu pasti punya pekerjaan, hanya saja
memang gak menentu, karena kan kebanyakan petani, buruh
tani. Makanya saya katakan di desa itu sebenarnya gak
begitu merasakan dampaknya. Tapi yo arep piye meneh,
aturan dari pusat kudu diwenehi bantuan, yowis kami
jalankan. Tapi untuk yang tadi yang gak terdata itu memang
betul. Kita cari yang belum dapat bantuan PKH sama BPNT
itu kita saring. Sama paling yang itu yang keluarganya sakit.
Tapi rata-rata orang tua yang sepuh, yang gak diurus anak,
atau yang gak punya sumber penghasilan itu diusulkan.
21
Yang terasa kan di wilayah perkotaan. Kalau disini, ngambil
orang yang gak punya pekerjaan itu juga kesulitan. Cuma ya
aturannya itu yang namanya orang kehilangan pekerjaan itu
kan tidak bekerja sama sekali. Ya terpaksa kita kriterianya
sesuai dengan lingkungan dukuhan masing-masing, itu kalau
kamu memang sudah tau kriteria di dukuhan itu memang
orangnya kurang mampu ya silahkan untuk diusulkan.
Informan 3: Negatif
Kalau detailnya standarnya yang secara tulisan itu saya gak
begitu tau ya. Saya taunya ya hanya penyampaian dari Pak
Lurah waktu musdes itu kan disampaikan kalau kita ada BLT
gitu aja. Sehingga kalau ditanya sesuai atau tidak ya semoga
sesuai, karena yang saya kerjakan hanya sesuai perintah aja.
Informan 4: Negatif
Kalau aturan hukumnya saya belum tau masalah dana desa
itu, tapi kalau yang saya ketahui segelintir tentang BPD saja.
Kalau soal dana desa ini belum tau. Tapi kan yang jelas
seperti saya ngomong tadi, dari Dinas PMD diambil keluarga
yang termiskin, dan orang tua yang tidak di urus anaknya
atau hidup sebatang kara.
Informan 5: Negatif
Standarnya yang disampaikan dimusdes. Wis tuo mbak gak
mudeng, yen ngakone ngene yo manut saja.
22
Sebelumnya itu kami dapar aturan dari kabupaten yang
isinya petunjuk pelaksanaan lah, tapi saya gak tau persisnya
nomor aturannya intinya dari kabupaten. Nah disitu ada
beberapa kriteria dan mekanisme apa yang harus di jalani.
Kalau mekanisme saya rasa gak ada masalah ya, hanya untuk
kriteria ini kurang sesuai menurut saya masih ada bentrok.
Karena gini kehidupan di desa itu susah intepretasinya.
Misalkan orang ini kelihatan kaya, rumahnya bagus, tapi kan
gak menjamin, padahal sebenarnya dia kurang mampu. Ada
yang rumahnya jelek, tapi sebenarnya kaya punya sawah
banyak tapi gak mau bangun rumah. Jadi kriteria yang
dimaksudkan di pentunjuk itu kurang sesuai sama
masyarakat sini.
23
gitu. Yang dari luar, luar pemerintah desa ya itu dari bank,
karena bank yang memberi dana langsung ke penerima, sama
Bapinmas Bapinsa keamanan, tapi mereka itu hanya waktu
penyaluran tugasnya. Kalau dari kuantitas itu sudah lebih
dari cukup, RT nya saja ada banyak kan, sehingga gak ada
kekurangan dari segi jumlahnya. Kalau dari kualitas, ya gitu-
gitu aja, ya memang ada beberapa yang sudah sepuh yang
barangkali kemampuannya jelas bedalah sama yang muda-
muda, tapi disini istilahnya itu saling membantu. Jadi
insyaaAllah kinerja gak akan terganggu.
Informan 2: Positif
Cukup, cukup mbak, karena kan kita gak hanya perangkat
saja. Justru perangkat desa gak begitu apa ya istilahnya gak
melu langsung. justru kita itu melibatkan dari perangkat desa
setempat dari RT. Detailnya dari Satgas itu kan isinya ada
Perangkat, dari Kader Posyandu, dari Bapinsa, Bapinmas,
Lembaga, RT, RW, semua terlibat. Gak semuanya campur
tangan di BLT. RT sama RW yang mendata warganya. BPD
yang menindaklanjuti. Tapi karena putusan akhir itu lewat
musdes, yang mana kalau musdes semua perwakilan pasti
ada. Sehingga semua unsur tetap diundang untuk memberi
suara, meskipun gak ikut kiprah mendata. Jadi saya rasa
ketersediaan sdm kita sudah cukup memadai, sementara dari
segi kualitas, ya namanya orang gak semuanya pinter kan
gitu. tapi karena sejak awal sudah disosialisasikan, sudah
diberitahu, jadi semuanya sudah mengerti apa yang harus
dilakukan.
24
Positif
Informan 4
Ya kalau untuk orang-orangnya sih sudah cukup saya kira,
karena kita istilahnya punya banyak pasukan, apalagi dari
RT kan banyak. Kalau untuk BPD sendiri juga cukup lah,
karena kan keanggotaan BPD itu paten mbak, istilahnya
sudah ada yang mengatur jumlahnya harus berapa. Misalkan
kekurangan orang misal kayak ngambil gambar ke rumah-
rumah palingan kita dibantu dengan perangkat desa yang
lain.
11. Bagaimana sumber daya Informan 1: Positif
anggaran yang digunakan dalam Seperti yang saya bilang tadi to, kalau penganggaran kita
proses implementasi BLT Dana dari desa tidak punya hak gitu. Karena memang dana dari
Desa? apakah sudah pusat sekian banyak, 40% untuk BLT DD, 20% untuk
mencukupi? Ketahanan pangan, dan yang 8% tersendiri itu kan memang
untuk PPKM Mikro. Jadi untuk 100% desa kebijakannya
desa hanya tinggal 32%. Sementara 68% sudah diatur dari
atas. Jadi kalau anggaran nek diarani aman yo aman, tapi
kalau diarani kurang ya kurang. Anggaran berapapun akan
kurang. Tapi ya kalau untuk BLT DD malah lebih to. Itu kan
dari 40% sudah dilebihke sitik. Karena minimal 40% bisa
juga 70% tergantung kebutuhan desa. Nek tak umbulno
sampek 50%, nanti yang lainnya gak uman podho wae.
Karena gini, dari yang turah 30% itu kan untuk anggaran
yang lain. untuk kesehatan, pendidikan, anak balita, stunting,
itu kan dari situ. Termasuk penganggaran kader-kader
posyandu yang membantu kesehatan di desa. Nek iku tak
umbulno meneh, la mereka-mereka iku sing meh bayar sopo
25
meneh kan gitu.
Positif
Informan 2:
Sumber daya anggaran ya dari dana desa itu, yang dari
sekian persennya itu. Jadi kan tahun 2021 itu ada
1.400sekian lah dana desa kita. Nah 8% kan memang untuk
PPKM kalau gak salah, 30% untuk BLT arahannya seperti
itu. Jadi yang tahun 2021 untuk BLT itu 90 jutaan untuk 25
KPM selama setahun yang diambil dari 6,1% dana desa.
Beda kalau tahun sekarang, jauh lebih banyak sampe 40%
lebih hanya untuk BLT. Sehingga untuk anggaran ya bisa
dikatakan cukup lah. Ya kalau misalkan ada yang kurang itu
kan Pak Kepala Desa diambilkan dari PAD, karena kan desa
kita juga punya PAD. Tapi ga kalau untuk BLT-DD DD
anggarannya cukup. Jadi mengenai sumber daya saya rasa
gak ada kendala ya, gak ada. Positif
Informan 4:
Gak ada kekurangan, karena ya gimana ya mbak kan dana
desa kita paling banyak he he. Makanya kan karena pandemi
kegiatan dikurangi jadi kita bisa mendahulukan
pembangunan jalan, BLT juga. Ya kalau ditanya cukup atau
nggak bisa saya katakan kalau anggarannya cukup dan lebih
malah.
26
Pemerintah Desa, kaitannya ada grup di wa. Misal kepala desa telah menyelesaikan
dengan proses implementasi bahwa jam ini ini saya kasihkan. Nanti semuanya kan jadi
BLT Dana Desa? tau. Dan setelah tau itu langsung getok tular door to door ke
yang lain. Kalau rapat ya lewat musdes itu. Kalau gak ada
perubahan ya gak ada musdes. Kalau ada perubahan kita
harus musdeskan lagi kan gitu. Sesuai KPM yang kita
tentukan.
Informan 2: Positif
Hubungannya sejauh ini baik semua, karena kan ini program
berlangsung terus ya. Jadi ya setiap mau ganti tahapan itu
selalu kita ada koordinasi baik langsung maupun gak
langsung. Koordinasinya setiap waktu ada, karena kita ada
grup whatsapp nya. Kalau ada apa-apa pasti Pak Kades tau.
Sudah baik lah Koordinasinya.
Informan 3: Positif
Baik mbak, efektif juga meskipun kami banyak lah yang gak
begitu paham wa gitu-gitu tapi kan ada telpon biasa, dadi yo
iso kabar-kabaran. Trus ibarate kita ya meskipun RT, karena
di saya kan gak ada bayan, tapi ada pak lurahnya, jadi saya
sama RT kalau ada apa apa langsung konsultasi ke Pak
Lurah.
Positif
Informan 4:
Ya kalau masalah koordinasi atau komunikasi kita baik, kita
gak pernah ada gap. Masalahnya BPD sendiri sekarang itu
dengan BPD yang dulu kan beda. Kalau sekarang BPD itu
27
mitra kerjanya kepala desa. Apa yang dibutuhkan kepala
desa, BPD yang mengusulkan. BPD cuma dapat informasi
dari masyarakat, nanti yang menyalurkan pemikiran
masyarakat kita yang mengajukan di musdes. Dimana disitu
terdapat ada kepala desa, BPD dan LKMD. Kita selalu ada
komunikasi baik. Komunikasi biasanya lewat musyawarah
desa bisa, terus kalau ada masalah itu biasanya BPD
diundang atau kita ngantor bareng-bareng terus kita ngobrol
bareng dengan kepala desa. Permasalahan antara BPD
dengan kepala desa saya rasa gak ada ya gapnya.
Positif
Informan 5:
Berjalan dengan baik, baik-baik aja.
Positif
Informan 6:
Komunikasi kita sih baik, selalu berjalan dengan baik
koordinasinya. Hanya saja kadang adu pendapat itu wajarlah
ya namanya manusia. Tapi setelah dibicarakan ya baik-baik
saja. Koordinasi masih terus berjalan.
28
seandainya gak ada covid ini mungkin PKH dan BPNT itu
desa gak boleh tau mbak. Dulunya gak boleh tau, karena
benturan dengan itu dan tidak boleh ganda, akhirnya dari
pihak desa diberi kewenangan boleh menanyakan siapa siapa
wargaku yang dapat. Nah makanya perlu adanya komunikasi
itu tadi kan supaya saling tau.
Informan 2: Positif
Kalau saya sih biasanya berhubungannya dengan operator
dinas sosialnya yang tau datanya. Karena kan gak boleh
dobel, jadi harus tau ini siapa saja yang sudah tercover kan
gitu.
Positif
Informan 4:
Kalau yang disampaikan oleh Pak Kepala Desa itu sih
komunikasinya baik ya, buktinya sampai sekarang gak da
konflik, yang diperintahkan pemerintah juga nyatanya
sampai ke kita, nah itu kan artinya komunikasinya jalan
terus. Sehingga ada arahan untuk BLT, ya ayo kita juga turut
menjalankan.
29
penyaluran kok menerima pencairan lagi mereka dari
bantuan lain, akhirnya kita musdes pengganti 25 tersebut.
Nah itu juga terjadi karena data PKH dan BPNT yang gak
update, jadi yang disampaikan oleh dinas sosial itu gak
update. Akhirnya kan seperti ganda dapat ya. Oh ini kadang
itu kalau musdes ada beberapa yang gak datang, nah itu yang
jadi masalah, di musdes kita sampaikan banyak hal, oleh
karena dia gak datang akhirnya informasi yang dia pahami
kan gak sesuai kadang.
Negatif
Informan 2:
Gak ada masalah, semua berjalan dengan baik, hanya yang
data ganda itu tadi, tapi kan bukan salah kita sebenarnya,
memang dari dinasnya yang menyampaikan data yang gak
update, gitu aja.
Informan 3: Positif
Gak ada mbak kalau dari saya gak ada masalah,
Informan 4: Negatif
Paling ini sih anggota yang lama bales grup. Kadang kita itu
butuh survey cepet, malah infonya lama diterima, bukan
salah saya yang menyampaikan, tapi salah dia yang gak buka
grup. Selebihnya gak ada masalah.
Informan 6: Negatif
Komunikasi kita sih baik, selalu berjalan dengan baik
koordinasinya. Hanya saja kadang adu pendapat itu wajarlah
30
ya namanya manusia. Tapi setelah dibicarakan ya baik-baik
saja. Koordinasi masih terus berjalan.
Informan 2: Positif
Ya kalau ditanya semua memahami, saya rasa semua paham
ya. Karena sudah dijelaskan sejak awal tugasnya apa saja
kan gitu. RT RW nya juga aktif, la wong mereka juga
menerima honor kok. Walaupun 50rb perbulan, makanya
mereka aktif.
Informan 4:
Kalau ada apa-apa itu kan pasti disampaikan di musdes ya,
nah kebetulan musdes itu biasanya saya yang mbuka dan
memandu. Jadi saya kira semua paham karena sudah
dijelaskan di awal. Nah untuk BPD sendiri juga saya sudah
pastikan untuk ikut mengawal, karena kan BLT ini juga
31
tanggungjawabnya BPD, gak hanya kepala desa saja. Yo
meskipun tetep ketuane sing kudu aktif.
Informan 3: Positif
Kalau saya itu mengusulkan sama RT yang lainnya itu sama.
Sebelumnya saya sudah punya data, saya mengusulkan,
kemarin lansia ada yang saya usulkan karena punya stroke
sudah 2 tahun alhamdulillah kemarin sudah dapat bantuan.
Anaknya kaya, tapi kan orangtuanya gak bisa berobat. Saya
kan ada PKH, ada BPNT, yang sekiranya sudah dapet itu
berarti ya gak dikasih. Jadi yang sudah dapat PKH yasudah,
BPNT ya sudah gitu. Selain itu membagikan brosur juga
untuk yang dapat, kan kemarin yang dapat dari balai desa,
membagikan brosur yang undangan itu secara langsung ke
penerimanya. Sesuai sesuai saja mbak, la kalau gak ada RT
kan Pak Lurah gak bisa menjangkau satu satu, apalagi
Botoreco ini luas, dusunnya saja ada 9.
Informan 4: Positif
Kalau saya selaku BPD itu sebagai pengawas, yang
32
memimpin sama yang membuka kalo BPD di musdes itu.
Kalau BPD itu mengusulkan untuk di cek lokasi (survey), itu
biar antara si A dan si B itu bener-bener kita datangi untuk
mengetahui opo itu jenenge tingkat kemiskinannya, itu
usulan BPD memang begitu. Kalau menurut desa itu kan dari
RT, dari perangkat. Tapi kan saya kurang pas lah, karena kan
usulan nanti malah ternyata yang diajukan justru orang
terdekat, jadi dari BPD itu sifatnya harus netral, bener-bener
untuk mendata warga saya itu bener-bener tingkat
kemiskinannya terendah. Jadi kita se tim survey. Oiya bener
ini yang harus dikasih anggaran dari dana desa, ini yang
tidak. Biar gak kayak bantuan sebelumnya itu banyak yang
salah sasaran sebenarnya, agak semrawut lah datanya, asal-
asalan. Jadi kita gak mau seperti itu. Kesesuaiannya ya sudah
sesuai, sudah jadi tugas dan fungsinya BPD untuk membantu
kepala desa.
Informan 5: Positif
Mendata kan, wis pokoke manut perintah saja kula niki.
Karena saya sudah gak seaktif yang lain pergerakannya, jadi
kadang-kadang mendata juga dibantu sama kanan kiri rumah
mbak.
Informan 6: Positif
Sebagai anggota BPD mungkin tugasnya gak sebanyak
Ketua BPD, mbaknya juga sudah wawancara to dengan
Ketuanya. Jadi kalau saya sebagai anggota ya mengikuti saja
apa yang diperintahkan ketua. Kaitannya minta survey ya
33
saya lakukan dengan teman-teman yang lain. Sehingga yang
lebih aktif itu sebenarnya ketua BPD nya. Dalam artian
seperti monitoring begitu itu kan ketua saja cukup, sudah
diwakilkan lah istilahnya, makanya sibuk itu sekarang pak
ketua.
Informan 2: Positif
Tingkat pengawasan disini baik ya termasuk dalam
pelaksanaan BLT itu baik lah saya katakan. Laporan selalu
detail, peninjauan dari atasan selalu ada meskipun gak setiap
hari, tapi kan setiap tahapan selesai selalu ada yang
memonitor, jadi saya rasa tingkat pengawasannya sudah
lebih bagus sekarang ini.
Informan 4: Positif
Untuk pengawasan yang saya tau itu memang ada dari pihak
34
kecamatan bersama inspektorat kaitannya untuk memastikan
duit BLT ini bener untuk BLT atau untuk yang lain, bersama
saya juga itu, ya sekarang ini BPD itu memang harus bisa
mengawasi juga, makanya kenapa setiap ada musdes ataupun
monitoring semacam ini, BPD selalu ikut.
Informan 2: Positif
Biasanya kalau dari pemerintah kabupaten itu lewatnya
langsung Pak Kades nggih, karena kan saya perangkat, jadi
yang tau duluan kan Pak Kades, baru disampaikan ke kami.
35
petani hutan. Petani hutan karena Botoreco dikelilingi hutan,
jadi untuk ekonomi sendiri Botoreco aman sebetulnya. Tapi
tergantung, aman gak tergantung kerjo opo ora. Jadi masalah
ekonomi itu tergantung mereka, tergantung pribadi mereka
masing-masing.
Informan 2: Negatif
Gak ada kalau dukungan ekonomi itu, cuma ini gaktau
masuk dukungan atau justru hambatan dimana perekonomian
warga disini itu gah jauh-jauh banget. Makanya kalau
disuruh milih mana yang termiskin itu sebenere agak susah.
Karena kalau disini ekonomi warga ya rata-rata lah, 45%
cukup. Banyak yang masih berkecukupan. Tidak ada yang
sampai gak bisa makan itu gak ada. Kebanyakan bekerja
petani sama perantauan biasanya yang anak-anak mudanya.
36
dipakai foya-foya itu ya ada.
37
Karena kalau ditanya masyarakat mendukung atau tidak, itu
pasti semua mendukung, tapi sayangnya gak semua bisa
dikasih bantuan. Kondisi sosial di Botoreco itu ya dibilang
sudah menginjak di atas pra sejahtera itu juga bisa. Bisa
dikatakan sejahtera juga bisa, dikatakan di bawah sejahtera
juga bisa. Dibilang sejahtera, tapi kenyataannya data dari
dinsos kemiskinannya masih tinggi, kita masih di garis
merah. Kemiskinan di Botoreco masih sekian persen. Kita
bilang kurang sejahtera, nyatanya warganya masuknya di pra
sejahtera. Makanya kita kan beda ya di lapangan dengan di
data kan beda. Di data seperti ini, padahal kenyataannya di
lapangan seperti itu, punya sawah luas, sapinya lima. Kan
beda jadinya. Angka kemiskinan kalau di Botoreco
sementara ini di grafiknya Kabupaten Blora itu Kecamatan
Kunduran tertinggi. Karena penerima BPNT itu ada 478
orang, PKHnya 110 orang, BSTnya itu 100an ada kemarin,
tapi kan data itu sebenarnya ngawur, yang dikembalikan juga
banyak. Makanya saya bilang kesulitan penyaluran BLT-DD
nya kan disitu. Sudah tercover sekian banyak, padahal di
DTKS saya hanya 634 penerima untuk yang keluarga
miskin. Sudah dicover dari BPNT saja itu sudah 478,
PKHnya sudah 110, La kok masih BLT-DD 168, la kan
kelebihan sebenarnya. dan kalau bantuan ini semakin
bertambah itu justru gak kebantu loh, malahan kemiskinan
itu makin tinggi, kalau warga yang menerima bantuan itu
bertambah. Negatif
Informan 3:
38
Ya pengaruh kayak gitu wajar ya, dari dulu lah, apapun
bantuan sudah dilakukan seadil-adilnya tetep ada yang,
Apapun keadilane awake dewe, artine wis disaring mana
yang pantas, tetep ada aja yang protes, tapi ya hanya sehari
dua hari, kalau udah berjalan ya sudah, mau protes
gampangane gak dapet ya saya katakan yang data bukan saya
(bantuan diluar BLT), la ternyata data ini kan keluar e dari
sana. Saya kan hanya membagikan undangan ke siapa-siapa
saja yang dapat gitu aja. Gak panjang lebar alasannya cuma Positif
itu.
Informan 4:
Kalau masalah BLT-DD itu saya rasa masyarakat semua
mendukung ya, cuma kadang ya ada yang bilang wong koyo
ngono kok entok bantuan, ya wajarlah. Cuma saat ini BLT-
DD itu gak kaya gitu, karena milihnya juga bener-bener Negatif
surveynya.
Informan 5:
Program bantuan yo biasa ngenukui, sing do pengen entok,
sing do muni kok aku ra entok pak, ya banyak lah yang
seperti itu. Dirungokke wae.
39
Informan 2: Positif
Sementara ini dari politik gak ada, yang berkaitan dengan
politik gak ada dukungan yang masuk. Biasanya kalau
politik itu ada dukungan kalau mereka ada kepentingan misal
kalau mau pencalonan. Biasalah yang namanya politik
seperti itu. Tapi kalau dari pemerintah pusat daerah itu ya
jelas. Karena kan memang kebijakan ini datangnya dari
pusat. Kalau bentuk dukungannya ya apa ya mungkin
fasilitasi gitu, maksudnya pengarahan supaya kita itu
menjalankan sesuai aturan.
Positif
Informan 3:
Wahh kalau itu saya gak tau dan gak ngerti mbak, nanti
njenengan tanyakan mawon ke pak lurah atau pak kasie
mungkin lebih mengerti.
Positif
Informan 4:
Sejauh yang saya tau sih gak ada kalau dukungan yang
dalam bentuk misalnya anggota dewan, atau dari partai
politik datang kesini dan memberikan dukungan dalam
bentuk uang misalnya itu gak ada. Kita berjalan sendiri
sesuai aturan dan arahan dari pemerintah pusat dan
kabupaten, yang saya tau itu sih.
Positif
Informan 6:
Nah kalau untuk politik ini setau saya juga gak ada, mungkin
desa lain ada tapi kalau disini kami netral terhadap politik,
berlaku sesuai aturannya saja, gak ada kalau dukungan atau
40
dorongan dari politik.
41
kegiatan, jadi kita gak bisa. Sedangkan nek dulu-dulu alokasi
itu terserah desa. Tapi kalo ini nggak.
Informan 2: Negatif
Kalau saya kan sudah bilang sejak awal. Ini program
pemerintah sebenarnya arahnya itu kemana gitu lo, sudah
dicover di A di B, kita laporan sekian, kok masih harus
adalagi BLT-DD sekian persen, seharusnya kan gausah
seperti itu. Itu kan menghambat pembangunan yang lain kan
gitu. Jadi kalau secara pribadi saya sebenarnya ya kurang
pas. Kecuali tidak dicover dari PKH, tidak dicover dari
BPNT, ya silahkan saja. Kalau BLT-DD tidak dibatasi
maksimal sekian minimal sekian kan cukup sebenarnya,
tidak harus pull sekian harus habis kan seperti itu menurut
saya. Dan sebenarnya kan covid juga sudah menurun gitu lo,
kok program BLT masih dijalankan gitu, kalau pandangan
saya gitu lo ya. Tapi karena intruksi dari atas seperti itu ya
mau gimana lagi, tetap harus dijalankan dan wajib, karena ya
kalau gak dijalankan nanti kan dana desa gak bisa turun.
Harus habis sekian persen, ya kayak kebijakan sepihak gitu
lo. Ya sopo wonge sing gak gelem diwenehi duit. Tapi kan
ya uangnya jadi sia-sia kalau seperti itu. Wong nyatanya
yang dapet 900ribu itu gak dipakai untuk kebutuhan kok,
malah untuk foya foya, sampai saya jengkel lo mbak.
Makanya serba susah di desa itu. Dan sebenarnya ya adanya
BLT itu justru malah kesejahteraan sosial masyarakat jadi
tambah miskin, la wong kita kalau semakin banyak yang
dapat bantuan datanya tambah naik, ya pada akhirnya angka
42
kemiskinan Botoreco juga tambah banyak.
Positif
Informan 3:
Saya sih setuju setuju aja ya dengan kebijakan ini, kalau
memang yang dapat itu bener-bener orang yang layak
mendapatkan. Gak ada paksaan, ibarate wis dadi kewajiban o
mbak.
Positif
Informan 4:
Kalau bagi saya pribadi ya setuju, karena bener-bener
membantu untuk keluarga miskin. Itu tadi lain dengan
bantuan dari yang lainnya. Tapi kalau BLT-DD itu saya
menghimbau untuk setuju dan diteruskan. Tapi semua itu
kan ada aturan dari atas, kalau misal buat fisik ya untuk fisik,
istilahnya buat BLT ya kita salurkan. Kita mengikuti
kebijakan dari atas. Negatif
Informan 6:
Bagi saya sih setuju setuju, ini pandangan saya kan? Ya
kalau pandangan saya saya setuju setuju saja sebenarnya.
Jika bantuan tersebut tepat sasarannya, memang diberikan ke
yang berhak. Tapi, ada tapinya juga. Jika ibaratnya disuruh
milih mending milih bangun jalan atau hal lain, yang lebih
bisa dirasakan manfaatnya oleh orang banyak. Karena
begini, bantuan ya oke untuk membantu, tapi tetap saja tuh
ada yang digunakan untuk hal lain diluar kebutuhan pokok.
Sia-sia kan jadinya, sementara kalau untuk pembangunan
kan lebih jangka panjang, lebih merata. Makanya tahun 2021
43
itu sebagian dipakai untuk mbangun jalan. Alhamdulillah
sekarang sudah mendingan jalan Nglencong, sebelumnya
wah parah banget, jadi seperti itu pandangan saya. Positif dan negatif
Informan 5:
Karena ini yang buat pemerintah pusat, ya mau gak mau,
mau setuju atau enggak kan tetap harus dijalankan to. Tapi
yo ojo akeh-akeh nek menurut saya sih gitu aja.
44