Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI DINAS


SOSIAL KOTA PONTIANAK TERHADAP ANAK JALANAN DI
KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Oleh :

Ganda Putra Utama


NIM. E1021171083

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022

SKRIPSI
BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI DINAS
SOSIAL KOTA PONTIANAK TERHADAP ANAK JALANAN DI
KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pembangunan Sosial

Oleh:
Ganda putra utama
NIM. E1021171083

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
HALAMAN PENGESAHAN
BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI DINAS
SOSIAL KOTA PONTIANAK TERHADAP ANAK JALANAN DI
KECAMATAN PONTIANAK SELATAN
Oleh :
Ganda Putra Utama
NIM. E1021171083

Dipertahankan Pada :
Hari/Tanggal : Jumat 14 Oktober 2022
Waktu : 13:00 WIB
Tempat : Ruang 5
Tim Penguji
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Dr.Herlan ,S.Sos.M.Si Nurwijayanto,SH.M.SI


NIP. 197205212006041001 NIP. 196708182007011002

Penguji Utama Penguji Pendamping

Dr.Pabali Musa,M.Ag Desca Thea Purnama S.Sos, M.Sos


NIP. 19 NIP. 199212072019032021

Disahkan Oleh:
Dekan FISIP Untan

Dr.Herlan,S.Sos,M.Si
NIP. 197205212006041001
ABSTRAK

Ganda Putra Utama (E1021171083). Bentuk perlindungan pemerintah daerah


melalui Dinas Sosial Kota Pontianak terhadap anak jalanan di kecamatan Pontianak
Selatan. Program Studi pembangunan sosial,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik,Universitas Tanjungpura.2022.

Dalam pembangunan Sosial terhadap masyarakat dilikungan sekitar dan


perkembangan Sosial yang lebih baik dan lebih sejahtera maka kesejahteraan
terhadap masyarakat harus dipenuhi. Dalam penelitian ini “Bentuk perlindungan
pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Kota Pontianak terhadap anak jalanan di
kecamatan Pontianak selatan. Dalam penelitian ini untuk mengetahui apa saja
penyebab anak jalanan berada di jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
peranan penting dinas sosial kota Pontianak dalam penanganan anak jalanan yang
masi betebaran di daerah Pontianak selatan. Hasil penelitian ini mendapatkan
kejelasan dari pihak yang terkait dalam mengatasi anak jalanan serta mengetahui
penyebab jelas kenapa anak-anak itu turun kejalan untuk mengamen maupun
mengemis dan pentingnya perlindungan yang di lakukan dinas sosial terhadap anak
jalanan.
Kata Kunci: Perlindungan, Pemerintah Daerah, Anak Jalan.

1
ABSTRACT

Ganda putra utama (E1021171083). The form of local government protection


through the Pontianak City Social Service for street children in the South Pontianak
sub-district. Social Development Study Program, Faculty of Social and Political
Sciences, Tanjungpura University. 2022.
In social development of the community in the surrounding environment and
better and more prosperous social development, the welfare of the community must
be fulfilled. In this study, "The form of local government protection through the
Pontianak City Social Service against street children in the sub-district of South
Pontianak. In this study, to find out what are the causes of street children on the
streets to meet the needs of life and the important role of the Pontianak City Social
Service in handling street children who are still scattered in the area of South
Pontianak. The results of this study get clarity from the parties involved in dealing
with street children and find out the clear reasons why these children take to the
streets to sing or beg and the importance of protection carried out by the social
service for street children.

2
RINGKASAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul “Bentuk perlindungan pemerintah daerah melalui Dinas

Sosial Kota Pontianak terhadap anak jalanan di kecamatan Pontianak

Selatan.penulisan skripsi ini belatar belakangkan dengan apa yang telah terjadi di

jalanan kota pontianak selatan dimana anak jalanan yang semakin banyak dan

semakin menumpuk di daerah perempatan tanjung pura menuju imam bonjol,anak

jalanan yang menggagu pengguna jalan saat braktivitas dan bermain

dijalanan,kendaraan yang melaju membuat ketidak amanan pengguna jalan

terhadap anak jalanan. Dalam teori ini yang di gunakan teori kesejahteraan sosial

dimana kesejahteraan sosial menyangkup perlindungan anak jalanan,

Kesejahteraan Sosial Krisis legitimasi negara kesejahteraan sebagian disebabkan

oleh krisis sumber daya atau fiskal. Sementara pertumbuhan ekonomi dapat

dipertahankan pada tingkat-tingkat tinggi, pengeluaran sosial yang ditingkatkan

dan perluasan layanan negara kesejahteraan adalah suatu kemungkinan yang nyata.

Ketidaksanggupan pemerintah dibanyak negara untuk menangani krisis

kesejahteraan ini dengan jelas diilustrasikan oleh apa yang disahkan untuk inisiatif

kebijakan-kebijakan sosial.

Dalam hasil penelitian dalam disimpulkan bahwa anak jalanan masi kurang

dalam mengatasinya dikarenakan mereka masi betah berada di jalanan dan masi

merasa nyaman berada dijalanan dan dimana tugas dari pemerintah dan dinas sosial

dalam mengatasi percepatan menangani mereka dan dinas sosial harus paham

dalam memahami mereka dan harus tau bagaimana cara mengatasi mereka dengan

tidak ada paksaan atau pun kekerasan. Yang di lakukan dinas sosial terhadap naka

3
jalanan yang baik merupakan salah satu upaya yang mereka lakukan dengan adanya

program-progam yang terkait serta adanya bantuan untuk mereka dalam mencari

lapangan pekerjaan yang sudah dewasa dan anak-anak yg berada di jalanan diberi

pemahaman dan kepada orag tuanya diberi arahan supaya tidak adanya anak-anak

mereka yang di paksa turun kejalan.

4
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : GANDA PUTRA UTAMA

Nomor Induk Mahasiswa : E1021171083

Program Studi : PEMBANGUNAN SOSIAL

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada suatu perguruan tinggi

manapun dan sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya atau pendapat yang

pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dirujuk ke dalam

daftar pustaka.

Pontianak, 15 Oktober 2022


Saya Membuat Pernyataan

Ganda Putra Utama


E1021171083

5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Man Jadda Wajada


“Barang siapa yang bersungguh-sungguh,maka ia akan berhasil”.

Man shabara dzafira


“Barang siapa bersabar maka dia akan memenangkan sesuatu”

Man yazra yahshud


“Barang siapa menanam,maka ia akan memetiknya”

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT atas segala rahmat yang telah

dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini selama

proses pengerjaan baik dari materi maupun tenaga, waktu serta motivasi yang

diberikan kepada saya untuk penulisan skripsi ini. Sebagai ucapan rasa terimakasih

dan rasa hormat yang tulus skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Kepada kedua orang tua yaitu Bapak Asmadiyanto dan Ibu Neneng yang

telah mendidik dan membesarkan saya yang selalu senantiasa berdoa untuk

kesuksesan saya.

2. Kepada kakak-kakak saya Fitriana, Novikasari dan Pipi yang selalu

memberi semangat serta doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada teman-teman seperjuangan jurusan Pembangunan Sosial angkatan

2017 dan seluruh angkatan 2017 (PROGRESIF) atas persahabatan dan

kebersamaan dalam berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Untuk Keluarga Besar BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang telah


menjadi wadah dalam belajar selain di kampus.

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas berkat dan rahmatnya terutama berkat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “ Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Remaja
Perempuan Di Kelurahan Sungai Beliung Pontianak Barat” . Kemudian shalawat
dan salam kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
memberikan pedoman hidup untuk keselamatan manusia di kehidupan sekarang
dan yang akan datang yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat perolehan

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Sosial ilmu politik di Universitas

Tanjung Pura Pontianak . Disamping itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk

memberikan pengetahuan kepada pembaca.Dalam penelitian ini tidak luput dari

berbagai kesulitan. Untuk itu peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan

penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini semata-mata

keterbatasan kemampuan yang ada pada diri peneliti, sehingga peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.Peneliti juga sadar,

bahwa dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak yang sudi membantu dan mensukseskan penyusunan skripsi ini,

baik bantuan secara materiil maupun non materiil. Maka, sepantasnya peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Herlan, S.Sos M.Si selaku pembimbing Utama dan bapak
nurwijayanto, SH. M.Si selaku pembimbing Pendamping yang telah
memberikan arahan dan kemudahan, motivasi serta bimbingan selama
proses penulisan skripsi.

7
2. Bapak Dr. Herlan, S.Sos M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Dr.Pabali Musa,M.Ag selaku penguji pertama dan ibu Desca Thea
Purnama S.Sos, M.Sos selaku penguji kedua yang telah banyak
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof Dr. H. Hasan al mutahar, M.Si (PA) pembimbing akademik
selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Tanjungpura Pontianak.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis seperti bantuan, dorongan
dan kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan harapan peneliti hasil
karya penulisan ini bisa memberikan manfaat serta sumbangan pemikiran maupun
acuan bagi pembaca untuk menulis serta juga memberikan manfaat yang cukup bagi
kita semua. Amiin

Pontianak, 15 oktober 2022


Penulis

Ganda putra utama

8
i
ABSTRACT

Ganda putra utama (E1021171083). The form of local government protection


through the Pontianak City Social Service for street children in the South Pontianak
sub-district. Social Development Study Program, Faculty of Social and Political
Sciences, Tanjungpura University. 2022.
In social development of the community in the surrounding environment and
better and more prosperous social development, the welfare of the community must
be fulfilled. In this study, "The form of local government protection through the
Pontianak City Social Service against street children in the sub-district of South
Pontianak. In this study, to find out what are the causes of street children on the
streets to meet the needs of life and the important role of the Pontianak City Social
Service in handling street children who are still scattered in the area of South
Pontianak. The results of this study get clarity from the parties involved in dealing
with street children and find out the clear reasons why these children take to the
streets to sing or beg and the importance of protection carried out by the social
service for street children.

ii
RINGKASAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul “Bentuk perlindungan pemerintah daerah melalui Dinas

Sosial Kota Pontianak terhadap anak jalanan di kecamatan Pontianak

Selatan.penulisan skripsi ini belatar belakangkan dengan apa yang telah terjadi di

jalanan kota pontianak selatan dimana anak jalanan yang semakin banyak dan

semakin menumpuk di daerah perempatan tanjung pura menuju imam bonjol,anak

jalanan yang menggagu pengguna jalan saat braktivitas dan bermain

dijalanan,kendaraan yang melaju membuat ketidak amanan pengguna jalan

terhadap anak jalanan.

Dalam teori ini yang di gunakan teori kesejahteraan sosial dimana

kesejahteraan sosial menyangkup perlindungan anak jalanan, Kesejahteraan Sosial

Krisis legitimasi negara kesejahteraan sebagian disebabkan oleh krisis sumber daya

atau fiskal. Sementara pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat-

tingkat tinggi, pengeluaran sosial yang ditingkatkan dan perluasan layanan negara

kesejahteraan adalah suatu kemungkinan yang nyata. Ketidaksanggupan

pemerintah dibanyak negara untuk menangani krisis kesejahteraan ini dengan jelas

diilustrasikan oleh apa yang disahkan untuk inisiatif kebijakan-kebijakan sosial.

Dalam hasil penelitian dalam disimpulkan bahwa anak jalanan masi kurang

dalam mengatasinya dikarenakan mereka masi betah berada di jalanan dan masi

iii
merasa nyaman berada dijalanan dan dimana tugas dari pemerintah dan dinas sosial

dalam mengatasi percepatan menangani mereka dan dinas sosial harus paham

dalam memahami mereka dan harus tau bagaimana cara mengatasi mereka dengan

tidak ada paksaan atau pun kekerasan.

Yang di lakukan dinas sosial terhadap naka jalanan yang baik merupakan salah

satu upaya yang mereka lakukan dengan adanya program-progam yang terkait serta

adanya bantuan untuk mereka dalam mencari lapangan pekerjaan yang sudah

dewasa dan anak-anak yg berada di jalanan diberi pemahaman dan kepada orag

tuanya diberi arahan supaya tidak adanya anak-anak mereka yang di paksa turun

kejalan.

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini.

Nama Mahasiswa : Ganda Putra Utama

Nomor Mahasiswa : E1021171083

Program Studi : Pembangunan Sosial

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan pernyataan sendiri serta

hasi dari hasil dilapangan dan tidak ada hasil dari ambil skripsi orang lain dalam

tanda kutip mengambil punya orang lain

Pontianak 2 juli 2022

Yang membuat peryataan

Ganda Putra Utama

E1021171083

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Man Jadda Wajada : “Barang siapa yang bersungguh-

sungguh,maka ia akan berhasil”.

Man shabara dzafira : “Barang siapa bersabar maka dia akan

memenangkan sesuatu”

Man yazra yahshud : Barang siapa menanam,maka ia akan

memetiknya

Persembahan

Atas berkah,Rahmat dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta ala dan Nabi Besar

Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam,Ahamdulillah skripsi ini bisa di selesai

kan.penulis berterimakasi kepada pihak-pihak yang terkait dan skripsi ini di

persebahkan kepada.

1. Kepada kedua orang tua saya bapak saya Asmadi yanto dan mamah saya

Neneng yang sudah mendoa kan anaknya dan sudah mendukung dan

mendorong supaya lebih cepat mengerjakan skripsi supaya cepat selesai

dan sudah memberi motivasi yang kuat untuk anaknya dan saya bisa

menyelesaikan skrpsi ini dengan sebaik dan semampu saya.

vi
2. Terimakasi kepada keluarga saya yang sudah memberi saya motivasi

setiap pertemuan dengan keluarga dan terimakasi berkat kalian yang

mendorong saya dan sering bertanyak kapan selesai skripsinya menjadi

salah satu dorongan supaya cepat selesai.kepada kakak-kakak saya

- Novikas sari atau biasa di panggil vika

- Fitriayana atau biasa di panggil fitri

- Selpiyana atau biasa di panggil pipi

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Bentuk

perlindungan pemerintah daerah melalui dinas sosial kota Pontianak terhadap anak

jalanan di kecamatan Pontianak selatan”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat perolehan

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Sosial ilmu politik di Universitas

Tanjung Pura Pontianak . Disamping itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk

memberikan pengetahuan kepada pembaca.Dalam penelitian ini tidak luput dari

berbagai kesulitan. Untuk itu peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan

penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini semata-mata

keterbatasan kemampuan yang ada pada diri peneliti, sehingga peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.Peneliti juga sadar,

bahwa dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak yang sudi membantu dan mensukseskan penyusunan skripsi ini,

baik bantuan secara materiil maupun non materiil. Maka, sepantasnya peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

viii
• Dr.Herlan.S.Sos,M.Si Selaku pembimbing pertama

• Nurwijayanto,SH.M.Si Selaku Pembimbing Kedua Saya

• Dr.Pabali Musa,M.Ag selaku pembahas pertama saya.

• Desca Thea Purnama,S.Sos,M.Sos selaku pembahas kedua saya.

Pontianak, Desember 2021

Penulis

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, meliputi

hak dan kebutuhan akan pangan dan gizi, kesehatan, bermain, kebutuhan emosional

untuk perkembangan moral, pendidikan, dan memerlukan lingkungan keluarga dan

sosial yang mendukung untuk kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan

perlindungan. Anak-anak juga memiliki hak untuk dilindungi dari bahaya. Anak

merupakan aset bangsa yang sangat berharga dalam menentukan kelangsungan

hidup, kualitas, dan kejayaan suatu bangsa di masa depan.

Masalah anak jalanan adalah salah satu yang tidak pernah sepenuhnya

diselesaikan, terutama di negara-negara terbelakang. Sekalipun beberapa langkah

telah dilakukan untuk mengatasi masalah anak jalanan, masalah ini masih perlu

mendapat perhatian khusus. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 32, ayat 1,

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak. Negara-negara Pihak

mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari terlibat

dalam pekerjaan apa pun yang dapat merugikan atau mengganggu pendidikan anak,

membahayakan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, atau membahayakan

perkembangan spiritual, moral, atau sosialnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi konvensi

tentang perlindungan, kesejahteraan, dan perkembangan anak. Masalah sosial

adalah fenomena sosial (fenomena) yang memiliki dimensi atau segi yang sangat

9
10

luas atau rumit yang dapat ditelaah dari berbagai perspektif (sudut pandang atau

teori).

Anak jalanan adalah anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi di jalanan

dengan tetap menjaga hubungan dengan keluarganya, namun saat ini belum ada

definisi yang dapat dijadikan pedoman. Menurut definisi yang berbeda dari

Soedijarto (1998), anak jalanan berusia antara tujuh dan lima belas tahun dan

memutuskan untuk bekerja di jalanan demi uang, yang sering mengganggu

kedamaian, ketenangan, dan kenyamanan orang-orang di sekitar mereka dan

menempatkan mereka dalam bahaya.

Ketimpangan struktur demografi, di mana kaum muda banyak namun

tingkat kesejahteraannya masih rendah, memunculkan anak jalanan. Selain itu,

pengaruh faktor sosial budaya, pendidikan, dan psikologis tidak lepas dari

keberadaan anak jalanan. Sebagian besar anak jalanan didorong oleh keinginan kuat

untuk menghidupi diri sendiri. Dengan kata lain, mereka berusaha untuk

mendukung diri mereka sendiri. Uang yang dihasilkan tidak diragukan lagi sangat

bermanfaat bagi individu yang masih duduk di bangku sekolah. Kurangi beban

keuangan orang tua dengan membayar pendidikan mereka, tetapi jangan

menghentikan beberapa anak jalanan dari putus sekolah atau lulus dan kemudian

mencari pekerjaan di jalanan kota.

Kota Pontianak dinobatkan sebagai Kota Ramah Anak Kategori Utama pada

tahun 2011 dan 2012, dan pada tahun 2013 dan 2014, ditingkatkan statusnya

menjadi Kota Ramah Anak Kategori Menengah, yang menegaskan komitmen

Pemerintah Kota Pontianak dalam membela anak. Meskipun Pemerintah Kota


11

Pontianak yang diatur oleh pemerintah pusat telah diakui sebagai Kota Layak Anak,

namun masih banyak anak-anak yang masih kekurangan akses perlindungan penuh

di bidang kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya. Anak jalanan

Pontianak, yang sering terlihat mengemis di rambu-rambu berhenti, di warung kopi,

atau di warung yang masih buka saat fajar menyingsing, adalah contoh nyata dari

kenyataan ini. Mengingat bahwa anak-anak ini menghabiskan sebagian besar waktu

mereka di jalanan, ungkapan "anak jalanan" digunakan dalam wacana sosial.

Meskipun istilah “anak jalanan” secara keseluruhan tidak termasuk dalam undang-

undang, namun dimungkinkan untuk mengklasifikasikan anak jalanan sebagai anak

terlantar.

Menurut Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia, setiap anak berhak memperoleh pengajaran dan pendidikan dalam

hal kapasitas intelektual, hobi, dan area kekuatan mereka dalam konteks

pertumbuhan pribadi mereka sendiri. Karena penanaman akhlak dan budi pekerti

merupakan salah satu tujuan pendidikan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian berupa penelitian di Kota Pontianak mengenai pendidikan

anak jalanan karena keberadaan anak jalanan di Kota Pontianak bukan merupakan

fenomena baru dan seringkali beberapa diantaranya adalah anak-anak yang masih

berstatus pelajar atau bersekolah yang masih bersekolah. harus terlibat dalam

kegiatan produktif dan kadang-kadang bahkan mengharuskan mereka bekerja

sambil bersekolah, sebagian besar karena faktor ekonomi, sehingga ada beberapa

masalah dengan motivasi belajar anak di sekolah maupun di rumah.


12

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, sebelumnya dikenal dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, mengalami revisi sebelum disahkan

menjadi undang-undang pada 17 Oktober 2014, oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Amir Syamsudin, Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyo. Anak

adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak dalam

kandungan, menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Anak-

anak harus dilindungi karena mereka suatu saat akan memiliki martabat pribadi

yang utuh yang hak-haknya tidak dapat dikurangi atau dilanggar oleh siapa pun,

dan karena melindungi mereka adalah tugas dan anugerah dari Tuhan.

Motivasi adalah “suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan terbentuknya “perasaan” dan didahului oleh respon terhadap adanya tujuan,

menurut Mc Donald dalam Sardiman A.M 2009:73. Ada beberapa alasan mengapa

hal ini terjadi, tetapi salah satu yang utama adalah lingkungan, khususnya lamanya

waktu yang dihabiskan anak-anak ini di jalanan dan kurangnya motivasi belajar

mereka, yang keduanya berdampak pada hasil akademik yang diperoleh. prestasi

anak-anak ini di sekolah yang dibuktikan dengan rapor mereka.

Oemar Hamalik mengklaim bahwa “hasil belajar dapat dilihat dari perubahan

persepsi dan perilaku, termasuk peningkatan perilaku” (Rusman, 2012:123).

Banyak anak jalanan di Pontianak yang masih sekolah menghadapi masalah ini.

Karena sumber daya keluarga yang tidak memadai, banyak anak yang dipaksa

bekerja di jalanan (mengemis, mengamen, menyemir sepatu, dll.) oleh orang

dewasa di sekitar mereka, baik orang tua mereka maupun anggota keluarga lainnya.
13

Tetapi beberapa individu muda bersedia terlibat dalam kegiatan untuk mencari

nafkah di jalanan.

Perlindungan anak mencakup semua tindakan yang dilakukan untuk

menjamin dan menegakkan hak-hak anak dan kemampuannya untuk hidup,

tumbuh, dan berpartisipasi dalam masyarakat dengan cara yang sesuai dengan

martabat kemanusiaannya dan bebas dari penyalahgunaan dan prasangka.

Faktanya, tidak semua anak memiliki pengalaman yang baik, kemandirian yang

mereka inginkan, atau kebutuhan yang mereka butuhkan. Sebagian anak muda

sudah dibebani pekerjaan untuk mencari nafkah padahal seharusnya hanya

bersekolah dan menyelesaikan pendidikan pada usia 14 hingga 16 tahun karena

masih memiliki berbagai tanggung jawab. Anak-anak yang tinggal dan bekerja di

jalanan melakukannya dengan bebas atau karena orang tua mereka mendorong

mereka untuk melakukannya. Hal ini menyebabkan permasalahan anak jalanan

terus menerus menjadi pusat perhatian permasalahan yang tidak ada habisnya (studi

Wedaratiningsih, 2010). (penelitian Wedaratiningsih, 2010).

Untuk melindungi anak jalanan secara fisik dan psikis, warga Kota Pontianak

dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) harus lebih memperhatikan kebutuhan

dan sumber daya mereka. Pasal 4 UU Perlindungan Anak menyatakan bahwa

“Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan dan perlindungannya, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 55 Ayat 1 UU Perlindungan

Anak menegaskan hal yang sama.


14

Menurut data UNICEF dari 2016, 2,5 juta siswa Indonesia, termasuk 600.000

anak di sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak di sekolah menengah pertama, tidak

dapat melanjutkan pendidikan lebih lanjut (SMPKeempat faktor ini sangat

memprihatinkan. Tentu saja, fenomena ini bukan akibat satu faktor, arus

modernisasi; faktor lain juga berperan, seperti krisis ekonomi yang tidak

berkesudahan, yang telah berkontribusi pada peningkatan jumlah anak jalanan dan

putus sekolah baru-baru ini. Seiring dengan maraknya anak jalanan dan anak putus

sekolah di berbagai sudut jalan, ternyata ada permasalahan baru masyarakat yang

sangat meresahkan selain meresahkan dari sisi kemanusiaan. Di Indonesia, anak

jalanan sangat beragam jenisnya, baik kuantitas maupun kualitasnya terus

meningkat.

Temuan menunjukkan bahwa anak jalanan di Alun-alun Imam Bonjol

biasanya berhenti sekolah di kelas 2 ke atas, berasal dari keluarga berpenghasilan

rendah, dan memutuskan untuk bekerja sebagai pengamen. Terlepas dari kenyataan

bahwa anak-anak seusia itu tidak boleh berada di jalanan atau di tempat

penampungan; mereka harus berada di sekolah. Mereka menjadi anak jalanan

karena alasan berikut:

1. Faktor ekonomi.

2. Faktor Lingkungan.

3. Keinginan Mereka Sendiri. Pada umumnya anak jalanan tersebut putus

sekolah kelas 2 SD ke atas.

1.1 Identifikasi Masalah


15

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka pertanyaan dalam penelitian

ini adalah:

a. Mendeskripsikan bentuk permasalahan yang dialami oleh anak jalanan di

kecamatan pontianak selatan

b. Peran pemerintah daerah dalam menanggulangi pemasalahan anak jalan di

kecamatan pontianak selatan melalui dinas sosial kota pontianak.

1.2 Fokus Penelitian

Adapun fokus dalam penelitian ini,bagaimana peran pemerintah daerah

dalam menanggulangi anak jalanan yang berada di perempatan lampu merah

tanjungpura kecamatan pontianak selatan

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut. Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diutarakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah apa saja bentuk

perlindungan yang telah dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Pontianak untuk

mengtasi masalah yang dialami oleh anak jalanan di Pontianak Selatan?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran

pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan terhadap anak jalanan di

kecamatan pontianak selatan. Sedangkan secara khusus penelitian ini untuk

mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang:

1. Apa faktor penyebab munculnya anak jalan yang berada di kecamatan

pontianak selatan.
16

2. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan anak

jalan di kecamatan pontianak selatan melalui dinas sosial kota pontianak.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berdampak positif, baik dalam hal teoritis

maupun praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dari Penelitian ini diharapkan bisa memberikan

sumbangsi pemikiran bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan yang

berhubungan dengan topik bentuk perlindungan pemerintahan daerah terhadap

anak jalan di kecamatan pontianak selatan melalui dinas sosial kota pontianak.

Bagi penelitian lain dan sejenisnya dimasa yang akan datang dapat

menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi pemerintah diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan

pembelajaran untuk lebih berperan aktif dalam mengatasi permasalahan sosial

khususnya dijalan.
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anak Jalanan

Anak jalanan," mengacu pada anak-anak muda yang melakukan kegiatan

ekonomi di jalanan sambil menjaga hubungan dengan keluarga mereka (Suyanto,

2010). Departemen Sosial Republik Indonesia (1999) mendefinisikan anak jalanan

sebagai anak-anak di bawah usia 18 tahun yang turun ke jalan karena berbagai

keadaan, termasuk ekonomi, perselisihan keluarga, dan pengaruh budaya.

Pembatasan berikut diberikan pada anak jalanan oleh UNICEF: Sebelum usia enam

belas tahun, anak-anak yang menjadi anak jalanan telah meninggalkan keluarga,

sekolah, dan komunitas lokal mereka dan telah beralih ke gaya hidup keliling.

Anak jalanan dalam pengertian ini adalah remaja di bawah usia 16 tahun yang

telah meninggalkan rumah, sekolah, dan masyarakatnya dan sekarang tinggal di

jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya (Soedijar, 1998). Anak jalanan atau

gelandangan adalah mereka yang tidak mempunyai alamat tetap atau tidak benar-

benar berdomisili menurut hukum. Selain itu, dibandingkan dengan ukuran

masyarakat secara keseluruhan, mereka adalah kelompok yang tidak memiliki

sumber pendapatan yang dapat diandalkan. Anak-anak yang menghabiskan

sebagian besar waktunya di jalanan disebut sebagai anak jalanan, menurut

Konvensi Internasional. Mereka berkumpul dan mencari nafkah di jalanan melalui

menyanyi, mengemis, atau kegiatan terhormat lainnya.


18

Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang

menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan untuk melakukan tugas sehari-hari,

baik untuk menghidupi diri sendiri maupun untuk berkeliaran di jalan dan tempat

umum lainnya (2005:5). Anak jalanan biasanya berusia antara lima sampai delapan

belas tahun, terlibat dalam kegiatan atau berkeliaran di jalanan, tidak sedap

dipandang, memakai pakaian kotor, dan memiliki mobilitas yang baik. Selain itu,

Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lansia Kementerian Sosial

(2001:30) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang usianya berkisar antara

6 hingga 18 tahun dan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja

atau berkeliaran di jalan atau tempat umum lainnya.

Dalam pasal 1 angka 14 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak jalanan sering terlihat

mengamen, mengemis, menjajakan, atau berkumpul bersama teman-temannya di

Indonesia, terutama di kota-kota besar. Tanggung jawab besar negara ini terletak di

pundak generasi masa depan, yang sedang berlari untuk menggantikan para

pemimpin saat ini. Jika anak muda saat ini menginginkan masa depan yang bahagia,

mereka harus mengalami kebahagiaan sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak.

Misalnya, sebagai tanda rasa kewajiban mereka untuk menjaga eksistensi bangsa,

mereka mungkin menyediakan tempat bermain, pendidikan yang layak, jaminan

kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Kenyataannya, masih banyak anak-anak yang

terlantar dari segi ekonomi, pendidikan, dan jaminan sosial, selain lingkungan

sosial yang tidak bersahabat. Dengan kata lain, banyak anak jalanan yang

diabaikan. Anak jalanan banyak dijumpai di kota-kota besar, yang menunjukkan


19

adanya hubungan yang signifikan. Penyebab mendasar dari meningkatnya jumlah

anak jalanan adalah kemiskinan. Dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 mengatur

bahwa, “anak-anak terlantar dan terlantar dipelihara oleh Negara”. Artinya,

pemeliharaan dan perkembangan anak terlantar, khususnya anak jalanan, berada di

bawah kewenangan pemerintah. Anak-anak yang ditelantarkan atau dibesarkan di

jalanan memiliki hak asasi manusia yang sama dengan orang lain, dan dan UUD

1945 mengakui adanya hak dasar hak asasi manusia.

Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berkendara dalam sehari

lebih dari 4 jam. Pada hakekatnya, baik secara sukarela maupun karena paksaan

orang tua, anak jalanan bekerja di jalanan untuk menghidupi dirinya sendiri. untuk

terus menghasilkan. Karena ekonomi keluarga yang buruk, banyak anak-anak di

lingkungan mereka yang terpaksa bekerja di jalanan (mengemis, mengamen,

menyemir sepatu, dll). Namun, anak muda lainnya siap untuk terlibat dalam

tindakan sadar diri untuk mencari nafkah di jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak

berusia antara 6 dan 18 tahun yang menghabiskan lebih dari empat jam sehari untuk

bermain atau berjalan-jalan di jalanan.

Anak jalanan atau lebih dikenal dengan sebutan anjal adalah gambaran anak

muda yang kesehariannya dihabiskan di jalanan. Dan mengingat bahwa kita dapat

dengan mudah menemukannya di setiap bagian kota, mungkin kita sudah akrab

dengan angka ini. Lalu apa yang terjadi pada anak-anak ini? Anak-anak kecil yang

masih dalam pengasuhan orang tuanya harus berjuang untuk bertahan hidup di

jalanan, dan terkadang mereka menjadi korban kekerasan oleh orang-orang yang

ceroboh. Namun, beberapa orang tua juga mendorong anak-anak mereka untuk
20

berkontribusi pada ekonomi keluarga karena berbagai alasan, bahkan sampai

menyarankan agar anak-anak mereka tumbuh sebagai anak jalanan. Selain masalah

keuangan dalam keluarga, ada banyak alasan lain mengapa orang berakhir di

jalanan, salah satunya adalah kurangnya pendidikan. Usia mereka yang masih belia

dan relatif masih muda seharusnya masih dalam tahap belajar dan pendidikan,

namun mungkin karena alasan tertentu, mereka malah semakin tenggelam dalam

kehidupan sebagai anak jalanan dan tidak menghargai sekolah. Sosialisasi atau

pendidikan merupakan salah satu peran yang dimainkan oleh keluarga. Peran ini

melibatkan mendidik anak-anak dari perkembangan awal mereka hingga

pengembangan kepribadian mereka. Anak-anak mempelajari aspek-aspek utama

dari kepribadian, perilaku, etiket, sikap, dan respons emosionalnya dalam keluarga.

Dengan kata lain, anak-anak perlu memperoleh standar sosial tentang apa yang

sehat untuk mereka dan apa yang tidak.

Keluarga dengan anak jalanan adalah mereka yang berpenghasilan rendah,

yaitu keluarga yang bergelut dengan masalah sosial dan ekonomi. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup, hampir setiap anggota keluarga termasuk anak-anak harus

bekerja. Berikut beberapa ciri anak jalanan yang dapat disimpulkan dari beberapa

sumber yang disebutkan di atas.

1) Ciri-ciri fisik

a) Penampilan dan warna kulit kusam

b) Rambut lebih ketidak terurus atau berantakan

c) Kebanyakan berbadan kurus


21

d) Pakaian tidak terurus

2) Ciri-ciri psikis

a) Mobilitas tinggi

b) Acuh tak acuh

c) Penuh curiga

d) Sangat sensitive

e) Berwatak keras

f) Sangat kreaktif

2.2 Definisi Peran

2.2.1 Pengertian Peran

Setelah berbicara tentang peran, kita akan membahas kapasitas seseorang atau

organisasi untuk melayani objek target semaksimal mungkin. Menurut Siagian,

bermain peran adalah perilaku yang diantisipasi orang dalam hubungan sosial dari

orang lain. Peran adalah komponen dinamis dari posisi (status). Jika seseorang

memenuhi perannya dengan bertindak sesuai dengan hak dan kewajiban

jabatannya, maka ia memenuhi fungsinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran adalah seperangkat

perilaku yang harus diperlihatkan oleh orang-orang yang hidup dalam suatu

masyarakat. Peran seseorang adalah jenis perilaku yang diharapkan dari mereka

dalam situasi sosial tertentu. Jika yang dimaksud dengan peran adalah perilaku yang

diharapkan dari seseorang pada peringkat tertentu berdasarkan ilmu sosial, maka
22

perilaku posisi adalah perilaku aktual dari individu yang memainkan peran tersebut.

Peran seseorang dalam ilmu sosial adalah kewajiban yang diembannya selama

menduduki suatu jabatan tertentu.

Sangat penting untuk mengenali tempat seseorang dalam interaksi sosial.

Kedudukan dalam masyarakat merupakan indikator statis dari tempat seseorang

dalam organisasi sosial, sedangkan peran lebih terikat pada fungsi, penyesuaian,

dan sebagai suatu proses. Berdasarkan sifatnya, jabatan tersebut, menurut Linton,

dapat dibagi menjadi dua kelompok: ditugaskan atau ditugaskan tugas dan peran

yang dikejar (achived). Posisi yang ditentukan adalah posisi yang diterima

seseorang sebagai konsekuensi dari pemberian dari orang lain dan bukan dari

pencapaian atau usahanya sendiri. Teori peran menjelaskan interaksi sosial dalam

hal aktor yang tampil sesuai dengan norma budaya. Ide ini menyatakan bahwa

pemahaman bersama tentang peran mempengaruhi bagaimana kita berperilaku

dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini berpandangan bahwa seseorang yang

memainkan peran tertentu, seperti dokter, mahasiswa, ayah, wanita, dan lain-lain,

diharapkan dapat memenuhi fungsi tersebut. Karena dia adalah seorang dokter,

seseorang merawat orang. Karena itu ia harus merawat Dinas Sosial dan pasien

yang datang kepadanya karena kredensialnya sebagai dokter. Peran sosial

mempengaruhi perilaku.

Menjelaskan bahwa peran seseorang didefinisikan sebagai perilaku mereka

dalam posisi tertentu, yang mencakup baik aktivitas itu sendiri maupun sikap dan

keyakinan yang mendukungnya. Teori peran mengacu pada orang dalam berbagai

cara. orang yang terlibat dalam hubungan sosial. bertindak kinerja oleh aktor
23

(pertunjukan) Tindakan karakter ini mengambil bentuk konkret dan bervariasi dari

aktor ke aktor, yang tercermin dalam perilaku aktor Inkonsistensi teori peran ini

umum dan tidak menimbulkan masalah Teori peran cenderung mendefinisikan

terminologinya berdasarkan pada sifat akar perilaku dan tujuannya daripada

menurut perilaku tertentu (motivasi) Akibatnya, jenis perilaku peran dapat

dikategorikan, misalnya, ke dalam hasil pekerjaan, sekolah, hasil olahraga,

pendisiplinan anak, pencari nafkah, pemeliharaan ketertiban,dan lain sebagainya.

Terlepas dari metode yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil itu,

fungsi dilihat dari tujuan mendasar atau konsekuensi akhirnya. Namun, ada

kemungkinan bahwa beberapa peran memiliki strategi tertentu yang telah disetujui

oleh publik pemerintah. Suatu cara menjadi substansial dalam manifestasinya

ketika berbenturan dengan elemen fungsi lainnya. Oleh karena itu, seorang aktor

bebas untuk mengikuti jalannya sendiri selama tidak bertentangan dengan semua

tuntutan karakter yang diharapkan darinya.

2.2.2 Wujud Perilaku Dalam Peran

Aktor mewujudkan peran melalui tindakan mereka. Perilaku karakter ini

mengambil berbagai bentuk dunia nyata yang berbeda dari aktor ke aktor. Rentang

teori peran ini diterima sebagai hal yang normal dan tidak memiliki batasan. Fungsi

cenderung menjelaskan parameternya berdasarkan sifat asal perilaku dan tujuannya

daripada menurut perilaku tertentu (motivasinya). Akibatnya, jenis perilaku peran

dapat dikategorikan, misalnya, ke dalam kategori hasil kerja, hasil akademik, hasil
24

atletik, disiplin anak, pencari nafkah, pemeliharaan ketertiban, dan sebagainya.

Terlepas dari metode yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil itu, fungsi

dilihat dari tujuan mendasar atau konsekuensi akhirnya. Namun demikian, itu tidak

mengecualikan terdapat perilaku-perilaku tertentu yang diterima oleh masyarakat.

Ketika suatu cara bertentangan dengan komponen lain dari fungsi, itu menjadi

signifikan dalam manifestasinya. Selama keputusannya tidak bertentangan dengan

setiap persyaratan bagiannya, seorang aktor bebas membuat keputusannya sendiri.

1.2.3 Kedudukan dan Perilaku Orang Dalam Peran

Jabatan mengacu pada sekelompok individu yang secara kolektif (kolektif)

mengakui perbedaan mereka dari kelompok lain berdasarkan posisi individu dalam

organisasi untuk bertindak sesuai dengan bidang tugas dan wewenangnya masing-

masing. Fungsi lembaga atau institusi dirancang untuk menjadi peta jalan atau arah

bagi organisasi dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan.

2.3 Teori

2.3.1 Teori kesejahteraan sosial

Bantuan Sosial Salah satu unsur yang berkontribusi terhadap krisis legitimasi

negara kesejahteraan adalah krisis sumber daya atau anggaran. Meskipun

pertumbuhan ekonomi yang cepat dimungkinkan, masih ada kemungkinan

peningkatan pengeluaran sosial dan perluasan layanan negara kesejahteraan. Apa

yang disetujui untuk inisiatif kebijakan sosial adalah ilustrasi mencolok tentang

berapa banyak pemerintah yang tidak berdaya untuk mengatasi masalah

kesejahteraan.
25

Kesejahteraan sosial adalah istilah umum untuk wilayah di mana pekerjaan

sosial dilakukan. Ini menunjukkan definisi luas dari yang mencakup pekerjaan

sosial, program, dan kegiatan sosial berorientasi komunal lainnya. Idenya adalah

program yang melibatkan berbagai upaya metodis dan terorganisir dengan berbagai

kompetensi ilmiah. Akibatnya, bidang kesejahteraan sosial melibatkan dan

mencakup berbagai tugas yang terkait dengan sejumlah spesialisasi dan pekerjaan

di bidang layanan manusia, termasuk pekerja, ekonom, sosiolog, dan psikolog.

sosial dan berbagai Tujuan berikut merupakan bagian dari sistem kesejahteraan

sosial:

a. Untuk hidup sejahtera, seseorang membutuhkan hal-hal seperti pakaian,

tempat tinggal, makanan, kesehatan, dan hubungan yang baik dengan

orang lain dan lingkungan.

b. Mencapai adaptasi sosial dan lingkungan yang sukses. Tujuannya adalah

untuk mengurangi atau mengurangi tekanan yang disebabkan oleh

perubahan sosial ekonomi, mencegah konsekuensi sosial yang

merugikan bagi pembangunan, dan menciptakan keadaan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai tindakan yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan taraf

hidupnya disebut juga dengan kesejahteraan. Tingkat kehidupan yang lebih besar

ini tidak diukur dengan pertumbuhan ekonomi atau kesehatan fisik. Perhatikan juga

aspek kehidupan sosial, mental, dan spiritual. Istilah "kesejahteraan" dapat

diartikan dalam beberapa cara, termasuk:


26

a. Kesejahteraan sosial merupakan prasyarat (kondisi). Kesejahteraan

sosial adalah suatu keadaan atau keadaan kehidupan masyarakat yang

meliputi, tetapi tidak terbatas pada, terciptanya tatanan atau tata

kehidupan yang baik dan bukan hanya kemakmuran di dunia material.

tetapi juga dalam hal dimensi sosial dan spiritual. Misalnya, dalam

bidang kehidupan ini, itu dicapai dengan tidak memprioritaskan satu

bagian di atas yang lain. Namun, lebih menantang untuk

mempertimbangkan upaya untuk mencapai titik ekuilibrium. Agar

individu atau keluarga selalu berhubungan dengan lingkungannya, harus

ada keseimbangan antara kualitas fisik dan spiritual, atau antara

komponen material dan spiritual, serta aspek sosial.

b. Praktik kesejahteraan sosial. Definisi Friedlander mencakup beberapa

definisi, salah satunya adalah konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu

kegiatan. Dia mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem

terorganisir dari berbagai lembaga dan inisiatif kesejahteraan sosial yang

membantu orang atau kelompok mencapai kualitas hidup yang lebih

tinggi dan kesehatan yang lebih baik.

Agar warga negara dapat hidup sejahtera, berkembang secara pribadi, dan

menjalankan peran sosialnya, maka diperlukan pemenuhan kebutuhan material,

spiritual, dan sosialnya. Inilah yang disebut dengan kesejahteraan sosial. Pelayanan

sosial, seperti rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial, diberikan sebagai bagian dari upaya pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk


27

mencapai kesejahteraan sosial (UU No. 11, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik,

yang menerbitkan Data dan Informasi Kemiskinan pada tahun 2009, kesejahteraan

mencakup berbagai aspek kehidupan dan tidak dapat sepenuhnya diukur. Seseorang

dikatakan sejahtera apabila mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti

sandang, pangan, papan, air minum bersih, kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan, dan kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. akan

memungkinkan mereka untuk hidup nyaman dan mempertahankan status sosial

yang tinggi. menyebabkan penduduk lain memiliki status sosial yang sama.

Meskipun tidak secara spesifik menyebutkan kesejahteraan sosial sebagai

suatu kegiatan,setidaknya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu

sistem pelayanan (kegiatan) yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Terlepas dari kenyataan bahwa dia menyatakan secara eksplisit bahwa

kelompok atau orang itu adalah tujuan kegiatan dalam arti yang dia sarankan.

Kesejahteraan sosial memiliki unsur-unsur yang perlu diperhatikan selain

memiliki tujuan dan fungsi. Komponen-komponen tersebut nantinya dapat

membedakan antara kegiatan kesejahteraan sosial dengan kegiatan lainnya.

Menurut (Fahrudin, 2014), masing-masing unsur tersebut adalah:

a) Organisasi formal

Inisiatif kesejahteraan sosial terorganisir yang dibuat oleh organisasi

sosial formal untuk memenangkan persetujuan masyarakat untuk

menawarkan layanan yang merupakan tanggung jawab inti dari lembaga

kesejahteraan sosial.
28

b) Pendanaan

Pengerahan dana merupakan kewajiban bersama karena kegiatan atau

upaya kesejahteraan sosial tidak mengejar keuntungan.

c) Kebutuhan manusia

Untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, kesejahteraan sosial

mempertimbangkan semua kebutuhan tersebut daripada hanya

berkonsentrasi pada satu kebutuhan saja. Layanan kesejahteraan sosial

ditawarkan oleh lembaga formal untuk memenuhi semua persyaratan ini.

d) Profesionalisme

Tentu saja, prosedur dan aturan yang telah ditentukan digunakan untuk

memberikan layanan kesejahteraan sosial.

e) Perangkat hukum dan perundang-undangan

Nilai hukum dan aturan dalam memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial secara terencana dan tepat.

f) Peran serta masyarakat

Semua lapisan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan kesejahteraan

untuk memberi manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

g) Data dan informasi

Untuk memfasilitasi penyampaian layanan yang efisien, layanan

kesejahteraan sosial memerlukan data dan informasi.

Indikator kesejahteraan sosial mencakup semua aspek keberadaan manusia,

termasuk sosial, ekonomi, hukum, budaya, pengetahuan, dan kesehatan. Banyak


29

faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai kesejahteraan sosial, dan

peran pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat penting.

(Icai, 2010) menyatakan bahwa untuk memperoleh kesejahteraan, seseorang harus

memperhatikan beberapa indikator kesejahteraan, antara lain:

a) Pemerataan pendapatan

Jelas, setiap orang mendapatkan jumlah uang yang berbeda. Semakin

banyak uang yang Anda miliki, semakin banyak keinginan yang dapat

Anda atasi dengan menggunakan uang ini untuk membeli alat. Kenaikan

pendapatan per kapita menunjukkan perbaikan kondisi kehidupan

masyarakat. Lebih mudah bagi seseorang untuk mencapai kekayaan

setelah kebutuhan mereka dipenuhi.

b) Pendidikan

Orang-orang terlibat dalam pendidikan sebagai cara untuk menemukan

dan mengembangkan potensi mereka. Pendidikan juga dapat dipahami

sebagai suatu sistem atau organisasi yang bertugas menetapkan tujuan.

Semua penduduk berkontribusi terhadap pendidikan dan berhak

mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga pemerintah harus

melaksanakan pemerataan akses pendidikan bagi seluruh warga negara.

Standar sumber daya manusia akan meningkat sebagai hasil dari

pendidikan tinggi. Pekerjaan yang layak lebih mudah ditemukan jika

Anda memiliki akses ke sumber daya manusia terbaik. Dua ukuran

kesejahteraan seseorang adalah akses mereka ke pendidikan dan


30

kemampuan mereka untuk menggunakannya sesuai dengan kebutuhan

mereka.

c) Kualitas kesehatan yang meningkat

Kemampuan seseorang untuk mengakses kesehatan akan

memudahkannya untuk mencapai kesejahteraan, dan semakin sehat

masyarakat maka akan semakin mendorong pertumbuhan pembangunan

ekonomi suatu bangsa atau daerah. Kesehatan merupakan salah satu

faktor utama dalam meningkatkan kesejahteraan. Tentu saja, ini perlu

diimbangi dengan fasilitas medis yang berkualitas tinggi dan staf yang

cukup. Penggunaan fasilitas kesehatan oleh penduduk dipengaruhi oleh

situasi sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal mereka. Karena

jarak ke layanan medis, ada kesenjangan yang nyata dalam akses dan

kualitas kesehatan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Tingginya

tingkat penduduk perkotaan yang menggunakan layanan kesehatan

adalah hasil dari akses yang mudah ke jarak dan kualitas pelayanan yang

lebih baik. Berlawanan dengan penduduk pedesaan, masih cukup sulit

untuk pergi ke fasilitas medis. Bisa dikatakan suatu bangsa belum

mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraan jika masih banyak

masyarakat yang tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan.

Pertumbuhan kesejahteraan sosial dan Pembangunan kesejahteraan sosial

berupaya meningkatkan standar kualitas manusia. Menurut (Suharto, 2017),


31

pembangunan kesejahteraan sosial memiliki sejumlah komponen penting, antara

lain:

a) Kualitas hidup meningkat ke standar yang lebih tinggi. pentingnya

perluasan pelayanan sosial kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi

mereka yang termasuk dalam kategori membutuhkan perlindungan

sosial.

b) Kemandirian dalam memilih peluang yang sesuai dengan tujuan dan

keterampilan seseorang

c) Meningkatkan pemberdayaan melalui kelembagaan pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan politik dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan

martabat kemanusiaan.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial, antara lain

ialah:

a) Pengalaman kerja

Pengalaman kerja menurut Nitisemino dalam (Nuroffi, 2012) adalah

sesuatu atau keterampilan yang dimiliki karyawan untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Pengalaman kerja merupakan

ukuran waktu atau jangka waktu pekerjaan yang telah dilakukan

seseorang dan dapat memahami suatu pekerjaan dengan baik, menurut

Ranupandojo (1984). Seseorang dengan pengalaman kerja akan lebih

mudah menyelesaikan tugas karena sudah memiliki pengetahuan atau

keahlian dengannya. Seorang pekerja dengan pengalaman kerja yang

luas pasti akan diuntungkan dan lebih tahu apa yang harus dilakukan
32

ketika menghadapi kesulitan. sesuai jadwal, menghasilkan peningkatan

output yang dikeluarkan dan pendapatan.

2.3.2 Psychological Well-Being

Ungkapan "kesejahteraan psikologis" pada awalnya digunakan untuk

merujuk pada teori eudaimonisme Aristoteles, yang menyatakan bahwa mencapai

kesejahteraan psikologis melibatkan pencapaian potensi seseorang dan memuaskan

daimon seseorang, atau sifat manusia (Gough dalam Purwaningrum, 2016).

Eudaemonia adalah filosofi yang menekankan kapasitas penuh individu untuk

berkembang dan menjadi signifikan dalam mencapai tujuan yang dapat dicapai

sendiri, memungkinkan orang untuk merasa damai dan untuk sepenuhnya

menghargai hidup mereka. Definisi Ryff tentang kesejahteraan psikologis itu

sendiri mengacu pada teori aktualisasi diri Maslow, teori individuasi Jung, dan

konsep Rogers tentang orang yang berfungsi penuh., Definisi kedewasaan Allport,

deskripsi Erikson tentang orang-orang yang mencapai integrasi daripada

keputusasaan, definisi kepuasan hidup Neugarten, dan standar optimis untuk orang

sehat mental dikemukakan oleh Johana (dalam Ryff, 1989). Ryff berusaha

mengembangkan teori yang dapat menggambarkan eudaemonia berdasarkan

metodologi ini pada tahun 1989. Dia bekerja sama dengan para filsuf dan psikolog

(perkembangan, klinis, dan humanistik) untuk menjelaskan pentingnya fungsi

manusia yang positif, sehingga menghasilkan pengembangan teori psikologi

dengan baik. adapun yang masih digunakan sampai sekarang. Rachmayani &

Ramdhani, 2014, Ryff & Penyanyi.


33

Menurut metode ini, kesejahteraan psikologis adalah keadaan di mana orang

memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, memiliki

kemampuan untuk memodifikasi lingkungan mereka sehingga memenuhi

kebutuhan mereka, memiliki tujuan hidup yang lebih signifikan, dan secara aktif

bekerja untuk mencapai tujuan mereka. potensi penuh. Kesehatan psikologis

seseorang digambarkan oleh gagasan kesejahteraan psikologis. Pemenuhan

persyaratan fungsi kesehatan mental positif yang dikemukakan oleh psikolog

menentukan tingkat kesehatan psikologis ini (Ryff, 1989). Selain itu, menurut

Seligman (dalam Saputra, Goei, & Lanawati, 2016), menggambarkan kesejahteraan

berdasarkan aspek eudaimonic well-being meliputi tingkat kebahagiaan seseorang,

kepuasan hidupnya, dan derajat optimismenya. hubungan dengan orang lain, tujuan

hidup seseorang, dan tingkat pencapaian yang mereka banggakan. Sedangkan

kesejahteraan psikologis, menurut Diener (dalam Papalia, Olds, Feldman, 2008;

804), dapat digambarkan sebagai sensasi subjektif dari kenyamanan atau kepuasan

dari penilaian seseorang terhadap hidupnya.

Dalam studi ini, peneliti mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai

suatu kondisi di mana orang memiliki pandangan optimis terhadap diri mereka

sendiri dan orang lain, mampu membuat keputusan sendiri, dan merasa puas dengan

hidup mereka. Pengaturan yang memenuhi persyaratan mereka dan memiliki tujuan

hidup yang lebih memuaskan.


34

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Review Publikasi Mohammad Hilman Ginanjar 2010, Anak Jalanan Dari

Perspektif Hukum (Studi Kasus Anak Jalanan di Pertigaan UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tujuan dan isi

undang-undang tersebut sebanding dalam menangani masalah perlindungan

anak. Hukum Islam mengakui bahwa peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Migrasi Kota Yogyakarta selama ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini

berkaitan dengan tujuan Islam, yang menganalisis konsepsi ilmiah sebagai

materi.

2. Makalah yang ditulis oleh Sri Tjahjorini Sugiharto dan dirilis pada tahun 2010

berjudul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Jalanan di

Bandung, Bogor, dan Jakarta". Studi ini menemukan bahwa masa lalu orang

tua memiliki dampak terbesar pada perilaku anak jalanan. Selain itu, tidak

hanya melalui karakteristik fisiknya tetapi juga melalui karakteristik

psikologis dan sosiologisnya, lingkungan memiliki dampak yang signifikan

terhadap bagaimana anak jalanan berperilaku. Tingkah laku anak jalanan

sangat dipengaruhi oleh atribut fisik, psikologis, dan sosialnya, meskipun

aspek-aspek tersebut kurang terkait langsung dengan latar belakang orang tua

dan lingkungan.

2.5 Kerangka Berfikir

Negara bertanggung jawab atas pemeliharaan anak-anak miskin dan terlantar,

menurut Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945. Artinya, pemeliharaan dan perkembangan


35

anak terlantar, khususnya anak jalanan, berada di bawah kewenangan pemerintah.

Secara umum, hak asasi anak terlantar dan remaja yang hidup di jalanan adalah

sama, dan UUD 1945 mengakui adanya hak asasi manusia yang mendasar. Menurut

Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia, setiap anak berhak atas pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, kemampuan, dan tingkat

kecerdasannya. Karena mengembangkan sikap moral dan akhlak mulia merupakan

salah satu tujuan pendidikan.

Kehadiran anak jalanan di Kota Pontianak bukanlah hal baru, dan seringkali

sebagian dari mereka adalah anak-anak usia sekolah yang harus melakukan

kegiatan produktif dan bahkan terkadang bekerja sambil bersekolah. Dikarenakan

beberapa permasalahan motivasi belajar anak di sekolah dan di rumah yang

sebagian besar bersifat ekonomi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pendidikan anak jalanan di Kota Pontianak. Menurut Mc Donald dalam

Sardiman A.M. Motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan produksi “perasaan” dan didahului oleh respon terhadap adanya

suatu tujuan (2009:73). Ada beberapa alasan untuk ini, tetapi salah satu yang utama

adalah lingkungan, terutama berapa banyak waktu yang dihabiskan anak-anak ini

di jalanan dan betapa tidak termotivasinya mereka untuk belajar, yang keduanya

berpengaruh pada kinerja akademik mereka. “Konsekuensi belajar dapat dikenali

dari perubahan persepsi dan perilaku, termasuk peningkatan perilaku,” klaim

Oemar Hamalik. Banyak anak jalanan di Pontianak yang masih sekolah

menghadapi masalah ini.


36

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan Peraturan Daerah Kota Nomor 3 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak, pemerintah kota bertanggung jawab

dalam hal ini. Menurut persyaratan hukum regional, hak-hak anak berikut ini secara

tegas dimiliki:

a) Dilindungi dari tindakan penyalahgunaan, eksploitasi, dan penelantaran

serta dibiarkan hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara adil sesuai

dengan harkat dan martabat manusia.

b) Untuk mengidentifikasi diri mereka melalui nama dan kewarganegaraan

mereka;

c) Untuk menjalankan agama mereka dengan izin orang tua mereka.

d) Menjadi akrab dengan orang tuanya, yang membesarkan dan

merawatnya.

e) Mendapatkan perawatan medis.

f) Menerima didikan dan didikan sesuai dengan usianya, kesehatan jasmani

dan rohani, kecerdasan, serta minat dan bakatnya.

g) Mendapatkan perlindungan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang

dilakukan oleh guru, staf, siswa lain, dan/atau pihak ketiga dalam

lingkungan pendidikan.

h) Memberikan, menerima, dan bertukar informasi serta menyampaikan

dan menerima pendapat.

i) Beristirahatlah, nikmati waktu luang Anda, dan terlibatlah dalam

aktivitas kreatif untuk pertumbuhan Anda sendiri.


37

j) Memperoleh perlindungan terhadap penyalahgunaan dalam kegiatan

politik, partisipasi dalam konflik bersenjata, kerusuhan sosial, partisipasi

dalam peristiwa kekerasan, partisipasi dalam perang, menjadi objek

tindakan penganiayaan, penyiksaan, atau hukuman berat, dan partisipasi

anak dalam jenis pekerjaan terburuk .

k) Mencari perlindungan dari hal-hal seperti merokok, pornografi, film

kekerasan, dan kegiatan lain yang dapat mempengaruhi perkembangan

dan pertumbuhan anak.

l) Mencapai lebih banyak hak sesuai dengan aturan dan perundang-

undangan. Kehidupan nyata sering menyimpang dari standar hukum.

Jika Anda memeriksa situasi anak jalanan saat ini, Anda akan melihat

bahwa itu terkait dengan standar hukum.

Bagan 2.2

Kerangka pikir penelitian

Judul Penelitian

Dentifikasi Masalah

Teori Penelitian

Output Penelitian
38

Adapun subtansi dan alur penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemasalahan

Pemasalahan yang akan dibahas oleh peneliti tentang masalah yang

diambil di penelitian tersebut.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sasaran dalam penelitian yang mengidentifikasi

tujuan penelitian dan apa tujuan penelitian bagi individu, kelompok, dan

partisipan.

3. Metodologi

Metodologi merupakan sebuah teknik yang memungkinkan Anda

memilih metode pencarian yang ingin Anda terapkan. Serangkaian

tindakan, pedoman, dan praktik yang digunakan oleh peneliti dalam

subjek ilmiah dikenal sebagai metodologi penelitian. Sebuah metode atau

analisis teoritis metode ini dikenal sebagai metodologi.

4. Data

Data mencakup informasi yang telah dikumpulkan untuk digunakan

dalam penelitian serta informasi yang akurat dan relevan yang disimpan

di suatu lokasi agar mudah diakses. Data adalah kumpulan informasi,

termasuk informasi dari sesuatu yang diamati atau ditemukan sambil

mencari sumber tertentu. Sebuah fakta atau asumsi dapat dibuat dari data

yang belum diproses lebih lanjut.


39

5. Hasil

Hasil dimana dari semua yang sudah di data serta disusun dan proses

yang berikutnya hasil dari semua itu untuk di presentasi melaporkan hasil

penelitian.

6. Pembahasan

Pembahasan menjelaskan bagaimana setiap temuan analisis

berhubungan dengan gagasan yang mendasari penelitian atau dengan

temuan penelitian sebelumnya untuk mencapai tujuan penelitian.

Deskripsi utama dari masalah yang akan Anda bicarakan ada di bagian

ini. Latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan makalah semuanya

harus dipertimbangkan dalam bagian diskusi. Biasanya, pembahasan

mencakup dasar-dasar teoritis dari penjelasan materi, solusi, dan teknik

pemecahan masalah.

7. Kesimpulan

Ini akan menarik kesimpulan dari semua yang dibicarakan, yang akan

menjadi pernyataan ringkas yang berasal dari analisis, diskusi tentang

sebuah kisah, atau hasil percakapan, merangkum semua yang dibahas

dalam bentuk yang lebih pendek dan lebih jelas untuk diskusi di akhir.

singkat, padat, dan jelas, yang meninggalkan kesan positif bagi pembaca.

8. Rekomendasi

Rekomendasi adalah ide-ide untuk kemajuan masa depan yang peneliti

dapat pelajari dari pembahasan penelitian. Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) mendefinisikan rekomendasi sebagai rekomendasi


40

yang dibuat (membenarkan, memperkuat). Definisi lain dari sugesti

adalah untuk memperkuat atau menarik perhatian pada fakta bahwa

orang yang dirujuk dapat diandalkan.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang peneliti lakukan pada anak jalanan kota pontianak sebagai

berikut :

1. Lokasi tempat anak jalanan biasa bekerja ?

2. Dampak terhadap pendidikan mereka ?

3. Keadaan ekonomi keluarga mereka ?

4. Apakah dari pemerintah ada program pendidikan untuk anak jalanan?

Dalam pertanyaan yang di lontarkan ke anak-anak jalanan tersebut peneliti

tidak bisa bertanyak lebih banyak karena ada privasi yang harus ditutupi dari anak

tersebut serta tidak semua anak pertanyaannya sama,dan hanya seberapa anak saya

yang peneliti wawancara karena ketidak sanggupan dalam mewawancara semua

anak yang peneliti temukan di jalan tanjung pura simpang empat lampu merah arah

mau ke imam bonjol dan ada sebagian anak yang tidak bisa peneliti wawancara

dikarenakan ketidak mauannya disebab kan ketidak adanya pemberian untuk

mereka yang sulit untuk peneliti lakukan semuanya.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang bersifat deskriptif dan sering menggunakan analisis disebut

penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, proses dan makna (perspektif

subjek) lebih menonjol. Landasan teori berfungsi sebagai pedoman untuk

memastikan bahwa topik penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Landasan teoretis ini juga dapat digunakan untuk membahas temuan penelitian dan

memberikan gambaran tentang konteks penelitian. Fungsi landasan teori dalam

penelitian kuantitatif dan kualitatif pada dasarnya berbeda. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti memulai dengan data, menggunakan teori-teori yang ada sebagai

bahan penjelasan, dan diakhiri dengan kesimpulan. Dalam penelitian kuantitatif,

penelitian berangkat dari teori ke data dan berakhir pada penerimaan atau penolakan

teori yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif adalah proses penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan verbal atau tertulis yang dibuat

oleh subjek dan bukti perilaku yang dapat diamati. Mereka berpendapat bahwa

strategi ini membahas latar belakang dan keadaan individu secara keseluruhan

(whole). Oleh karena itu, tidak tepat dalam situasi ini untuk mereduksi orang atau

organisasi menjadi variabel atau hipotesis; sebaliknya, mereka harus dilihat secara

keseluruhan. Berdasarkan kriteria yang diberikan di atas, studi kualitatif mencoba

34
35

memahami fenomena yang terjadi pada anak jalanan. “Penelitian kualitatif

berusaha menjelaskan peristiwa sedalam mungkin dengan pengumpulan data yang

mendalam,” menurut Kriyantono. Pengumpulan data yang mendalam ditekankan

dalam penelitian kualitatif. Semakin tinggi tingkat kedalaman dan spesifisitas data

yang dikumpulkan, semakin tinggi kualitas penelitian kualitatif ini.

Dalam penelitian kualitatif, jumlah objek biasanya lebih sedikit daripada

dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, peristiwa atau kondisi yang

diteliti adalah salah satu di mana peneliti mengambil bagian. Oleh karena itu,

analisis peneliti terhadap temuan penelitian perlu dilakukan secara menyeluruh.

Temuan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena bersifat subjektif.

Secara umum, prosedur seperti wawancara dan observasi digunakan dalam

penelitian kualitatif. Peneliti akan dengan cermat memeriksa data yang

dikumpulkan dari lapangan dengan menggunakan strategi ini. Karena seluruh

realitas yang terjadi merupakan satu kesatuan yang terjadi, peneliti tidak mampu

mempelajari situasi sosial yang teramati. Jika temuan penelitian bertentangan

dengan teori dan konsep yang sebelumnya digunakan sebagai kajian dalam

penelitian, hasil penelitian kualitatif juga dapat menghasilkan pengembangan teori

atau konsepsi baru.

Dibandingkan dengan penelitian kuantitatif atau survei, penelitian kualitatif

jauh lebih subjektif. Menggunakan berbagai teknik, seperti kelompok fokus dan

wawancara mendalam, untuk memperoleh pengetahuan, terutama tentang orang.

Jenis penelitian ini biasanya melibatkan penyelidikan dan penemuan terbuka dan

diakhiri dengan wawancara mendalam dengan sejumlah peserta terbatas. Peserta


36

diundang untuk menanggapi pertanyaan umum, dan pewawancara atau moderator

kelompok belajar menggunakan informasi ini untuk menyelidiki persepsi,

pendapat, dan perasaan peserta mengenai isu atau topik yang sedang dibahas.

Alasan penelitian melakukan pakai pnelitian kualitatif dikarenakan

mengunakan metode tersebut peneliti lebih bertanggung jawab atas apa yang

peneliti dapatkan dilapangan serta peneliti lebih paham dalam terjun langsung

kelapangan dalam menemui target yang peneliti telah lakukan dalam upaya supaya

data yang di dapat akurat serta target untuk dilakukan wawancara lebih jelas serta

tidak adanya kesalah salahan dalam penelitian.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Tahapan penelitian yang meliputi perencanaan, metode, dan pelaksanaan

teknologi di lapangan merupakan salah satu jenis persiapan yang dilakukan

sebelum melakukan penelitian yang sistematis. Hal ini diperlukan untuk

memastikan bahwa program penelitian yang direncanakan dapat diikuti. Hal ini

dimungkinkan untuk menjelaskan langkah-langkah penulis dari garis besar.

1. Identifikasi kasus.

Untuk mengumpulkan permasalahan dalam pengajuan judul, langkah

pertama dalam penelitian ini adalah melakukan observasi lapangan.


37

2. Kasus dan Seleksi.

Studi eksploratif ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi dan keadaan

lokasi penelitian, mengumpulkan data, dan memberikan gambaran

umum tentang berbagai masalah dan situasi yang muncul.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ada dua pertama kantor dinas sosial yang berada di Jl.Gusti

sulung Kota Pontianak dan yang kedua berada di Kota Pontianak khususnya di

daerah Pontianak Selatan yang bertepatan di simpang empat lampu merah tol 1

yang mau ke arah jalan Tanjungpura,dimana lokasi itu banyak anak-anak jalanan.

3.4 Objek Penelitian dan Subjek penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi anak jalanan yang

sekolahnya terganggu dengan berbagai permasalahan yang dihadapi dan untuk

mengetahui apa yang dilakukan Dinas Sosial Kota Pontianak terhadap anak jalanan

yang masih berkeliaran.

3.4.1 Subjek penelitian

Anak-anak menjadi subjek penelitian, dan Dinas Sosial Pemerintah diminta

untuk membantu memerangi anak jalanan dan orang tua mereka. Jika masalah

penelitian relevan, itu akan tergantung pada subjek penelitian yang dipilih. Oleh

karena itu, sangat penting untuk memilih subjek penelitian dengan cermat saat

melakukan penelitian. Purposive sampling adalah teknik untuk memilih informan


38

tergantung pada tujuan atau persyaratan yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri

(Moleong 2005, 97). Menurut perspektif ini, subjek penelitian adalah:

1. Dinas sosial kota Pontianak

2. Anak jalanan yang berada di simpang empat lampu merah Tanjung

pura dan imam bonjol Pontianak selatan berjumlah tiga orang

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Mengingat bahwa memperoleh data adalah tujuan utama penelitian, teknik

pengumpulan data adalah fase penelitian yang paling strategis dan penting.

Penelitian tidak akan mendapatkan data yang sesuai dengan standar data yang telah

ditetapkan jika metode pengumpulan data tidak diketahui. teknik yang digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi yang selanjutnya akan

berfungsi sebagai bukti pendukung untuk penelitian mereka. Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini ialah:

a) Metode Observasi

Dalam arti luas, teknik observasi dapat dipahami sebagai pengamatan metodis

dan dokumentasi dari peristiwa yang diselidiki. Observasi tidak hanya terbatas pada

observasi yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dengan

menggunakan teknik ini, informasi tentang hal yang diteliti dikumpulkan dengan

segera dan metodis. Untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang

situasi umum, penulis dalam hal ini menggunakan metode observasi.

b) Teknik Wawancara
39

Sesi tanya jawab tatap muka dengan dua atau lebih peserta disebut sebagai

wawancara. Definisi lain dari wawancara adalah percakapan antara pewawancara

dan yang diwawancarai. Wawancara, terutama antara pewawancara dan subjek,

adalah percakapan antara dua pihak yang bekerja untuk tujuan yang sama, menurut

Lexy Moleong.

Wawancara dalam hal ini, menurut Sutrisno Hadi, terdiri dari sesi tanya jawab

lisan di mana dua atau lebih peserta berdiri secara fisik saling berhadapan sementara

masing-masing mendengarkan suaranya sendiri. Tampaknya menjadi instrumen

pengumpulan data langsung (informasi) untuk berbagai bentuk data sosial yang

terintegrasi dan nyata. Penulis menggunakan teknik ini untuk mempelajari lebih

lanjut tentang kekhasan anak jalanan.

Peneliti akan menggunakan metode wawancara dalam studi mendatang

menggunakan strategi berdasarkan pedoman wawancara umum. Dalam wawancara

semacam ini, pertanyaan tidak diajukan secara berurutan; sebaliknya, pewawancara

harus menguraikan setiap poin yang dikembangkan. Dalam beberapa keadaan, juga

tidak perlu memilih dan menggunakan pertanyaan wawancara sebelumnya. Untuk

memastikan bahwa semua topik yang direncanakan tercakup, pedoman wawancara

hanya mencakup garis besar prosedur dan substansi wawancara. Aturan didasarkan

pada gagasan bahwa responden biasanya akan memberikan tanggapan yang sama,

namun terbukti bahwa tidak ada serangkaian pertanyaan yang selalu ditanyakan dan

disiapkan sebelumnya. Dalam konteks wawancara yang sebenarnya, cara

wawancara dan susunan pertanyaan dimodifikasi untuk memperhitungkan keadaan

responden.
40

c) Metode Dokumentasi

Dalam konteks ini, "dokumentasi" mengacu pada kumpulan materi yang

terhubung yang dapat membantu peneliti dalam memecahkan masalah tertentu.

Bagaimana mengumpulkan data dari audio atau catatan tertulis, serta sumber

sekunder seperti surat, foto, jurnal, temuan penelitian, dan kalender untuk kegiatan.

Dokumen adalah “catatan peristiwa yang telah berlalu”, klaim Sugiyono (2011:

240). Dalam penelitian kualitatif, analisis dokumen digunakan selain metode

observasi dan wawancara. Makalah pemerintah dan swasta yang termasuk dalam

penelitian ini difokuskan pada program pelatihan kerja yang dijalankan oleh Dinas

Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota Magelang. Informasi dikumpulkan

dari catatan, seperti profil Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota

Magelang, informasi tentang dasar hukum program, gambar acara pelatihan kerja,

statistik angkatan kerja dan pengangguran, database peserta pelatihan kerja, dan

lain sebagainya.

Dokumentasi berasal dari kata document, yang aslinya mengacu pada hal-hal

tertulis. Peneliti memeriksa hal-hal tertulis seperti buku, majalah, dokumen, aturan,

notulen rapat, buku harian, dan bahan tertulis lainnya sebagai bagian dari

pendekatan dokumentasi. Mengumpulkan, memilih, mengolah, dan menyimpan

data di bidang ilmu pengetahuan; menyediakan atau mengumpulkan bukti dari data

seperti gambar, kutipan, artikel surat kabar, dan bahan referensi lainnya.
41

3.6 Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan sejumlah strategi atau

prosedur. Penulis menggunakan teknik berikut untuk mengumpulkan data

penelitian:

1. Observasi

Penulis menggunakan strategi ini dan melakukan kerja lapangan di lokasi

dimana penulis akan melakukan penelitiannya. adalah proses

mengumpulkan informasi melalui pengamatan langsung. Pengamatan

dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Informasi

Pendekatan dokumentasi adalah teknik yang dipraktekkan dengan

mengumpulkan data yang harus di wawancara dan mendapat kan hasil

yang harus ditulis menjadi sebuah laporan untuk di tulis,dapat

melengkapi penyusunan data,yang di peroleh.

1.7 Analisis Data

Jika data empiris yang dikumpulkan tidak dapat diorganisasikan ke dalam

kategori atau sistem kategorisasi lainnya dan bersifat kualitatif, berupa kumpulan

kata-kata konkret daripada daftar angka, digunakan analisis data kualitatif. Namun,

analisis kualitatif masih menggunakan kata-kata yang biasanya dikelompokkan ke

dalam teks yang diperluas dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau

statistik sebagai alat analisis. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, termasuk

observasi, wawancara, intisari dokumen, dan kaset.


42

1 Reduksi Data

Reduksi data adalah jenis analisis yang mengklarifikasi,

mengelompokkan, mengarahkan, membuang informasi yang tidak

berguna, dan mengatur data sehingga kesimpulan dapat dibuat dan

dikonfirmasi. Setelah penelitian lapangan, proses reduksi atau

transformasi data ini dilanjutkan hingga laporan akhir yang

komprehensif dibuat. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dapat

dirampingkan dan diubah dalam berbagai cara, seperti dengan pemilihan

yang cermat, ringkasan atau deskripsi singkat, kategorisasi menurut pola

yang lebih besar, dan sebagainya.

2. Menyajikan data

Data dalam tampilan tampilan data ditampilkan dalam bentuk ringkas

setelah direduksi; penyajian data dengan bahasa naratif merupakan

hubungan kategori yang paling umum. Serangkaian data disajikan bila

diorganisasikan secara metodis dan dibuat dapat dimengerti,

memungkinkan adanya kemungkinan penarikan kesimpulan. Tujuan

analisis data adalah untuk membuat data lebih mudah dipahami sehingga

selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan dari analisis data

diambil dari sampel dan biasanya didasarkan pada dugaan atau pengujian

hipotesis.

3. Membuat penilaian

Kesimpulan awal yang digunakan dalam mencapai kesimpulan ini

bersifat tentatif dan dapat direvisi jika informasi yang ada bertentangan
43

dengan kesimpulan yang dicapai. Namun dalam kasus ini, bukti yang

tepat telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para saksi.

1.7.1 Keabsahan Data

Data yang tidak berbeda antara data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan

data yang benar-benar terjadi pada subjek penelitian dianggap sebagai data yang

asli guna mendukung keabsahan data yang telah diberikan. Singkatnya,

mengevaluasi keandalan data sangat penting untuk kumpulan pengetahuan yang

mengelilingi penelitian kualitatif serta digunakan untuk menyangkal pernyataan

bahwa itu tidak ilmiah. untuk memverifikasi informasi yang dikumpulkan.

Penilaian validitas data dalam penelitian kualitatif.

Pengujian keabsahan data penting dilakukan agar penelitian kualitatif dapat

dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah. Anda dapat menjalankan uji

validitas data.

a) Perpanjangan Pengamatan

Pengamatan yang lebih lama dapat meningkatkan kredibilitas dan reliabilitas

data. Dengan perluasan metode observasi, peneliti turun ke lapangan, melakukan

observasi, dan melakukan wawancara baru dengan menggunakan sumber data yang

sama seperti sebelumnya. Agar informasi yang dikumpulkan menjadi lebih dan

lebih komprehensif, hubungan antara sumber dan peneliti harus menjadi lebih

dekat, terbuka, dan terkait. Pengamatan mendetail untuk mengevaluasi validitas

data
44

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memverifikasi informasi yang

dikumpulkan. Entah sesuatu telah berubah atau tidak ada yang berubah; informasi

yang diperoleh setelah pengecekan ulang di lapangan akurat atau tidak.

Perpanjangan pengamatan harus dihentikan setelah informasi yang diterima dapat

dipertanggungjawabkan atau terbukti benar setelah kembali ke lapangan.

b) Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan ketelitian atau ketekunan melalui waktu untuk memungkinkan

kepastian fakta dan urutan kronologis kejadian dicatat secara akurat dan metodis.

Pengumpulan, pembuatan, dan penyajian data dapat dikontrol dan diperiksa untuk

menentukan apakah data tersebut akurat atau tidak. Membaca beberapa referensi,

buku, temuan penelitian sebelumnya, dan makalah yang relevan sambil

membandingkan temuan penelitian yang dicapai dapat membantu peneliti untuk

lebih gigih. Dengan demikian, peneliti akan lebih berhati-hati saat membuat

laporan, sehingga pada akhirnya menghasilkan laporan yang lebih berkualitas.

3.9 Teknik Analisis Data

Metode untuk mengubah data menjadi pengetahuan baru. Prosedur ini

digunakan untuk menyederhanakan sifat-sifat data sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan masalah, khususnya yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data

dimulai ketika peneliti memilih topik penelitian dan berlanjut sampai laporan

penelitian selesai. Oleh karena itu, metode analisis data digunakan sepanjang proses

penelitian, mulai dari desain hingga kesimpulan. Analisis data adalah tindakan

mengumpulkan dan menyusun informasi dengan cermat dari wawancara, catatan

lapangan, dan sumber lain sehingga dapat dipahami oleh orang lain dan
45

kesimpulannya dapat dibagikan. Mengorganisasikan data, membaginya menjadi

potongan-potongan, mensintesiskannya, menyusunnya menjadi suatu pola,

memilih apa yang signifikan dan apa yang akan diteliti, dan menggambar temuan

yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain adalah semua langkah dalam

analisis data (Sugiyono, 2007:224).

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan

observasi langsung di lapangan, teknik analisis data deskriptif digunakan dalam

penelitian kualitatif ini untuk mengkaji, mengkarakterisasi, dan meringkas

peristiwa atau fenomena. Bogdan & Biklen mendefinisikan metode analisis data

sebagai tindakan yang diambil untuk bekerja dengan data, mengaturnya,

membaginya menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola, mensintesisnya,

menemukan dan mengungkap pola, dan menentukan apa yang dapat dibagikan

dengan orang lain (Moleong, 2007: 248).

Tujuan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini adalah untuk

menjelaskan suatu situasi yang hendak diteliti dengan dukungan studi kepustakaan

sehingga lebih memperkuat analisa peneliti dalam membuat suatu kesimpulan.

3.10 Informan Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam menentukan informan dalam ialah

menurut.Penelitian ini menggunakan purpose sampling. Sampling adalah suatu

metode untuk memilih sampel dari sumber data dengan mempertimbangkan faktor-

faktor tertentu (Sugioyono, 2010). Wawancara mendalam dengan partisipan studi

terpilih yang dianggap memiliki pengetahuan dan informasi tentang peran dinas
46

sosial dalam pengasuhan anak dilakukan sebagai informan (narasumber). Tabel

berikut mencantumkan informan untuk penyelidikan ini.

Nama Inisial Umur Jabatan


th
Indra Purnama,S.Sos. Ip 35 Pekerja Sosial
Muhammad Makhribi, Mm 46th Pekerja Sosial
S,Sos.
Kritam K 15th Anak jalanan
Fari F 13th Anak jalanan
Topan T 24th Anak jalanan

Adapun total yang di wawancarai ialah berjumlah 5 orang dengan keterangan

dari jumlah yang di wawancarai, yakni berjumlah lima orang terdapat diantaranya

ialah pekerja sosial dua orang dan anak jalanan tiga orang.
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Pontianak

Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia yang

sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi Kalimantan

Barat. Kota ini didirikan pertama kali sebagai pelabuhan perdagangan di pulau

Kalimantan, menempati area seluas 118,31 km² di delta Sungai Kapuas pada titik

di mana ia bergabung dengan anak sungai utamanya. , Sungai Landak. Kota ini

berada di garis khatulistiwa, sehingga dikenal luas sebagai Kota Khatulistiwa (Kota

Khatulistiwa). Pusat kota kurang dari 3 km selatan khatulistiwa. Pontianak adalah

kota terpadat ke-26 di Indonesia, dan kota terpadat kelima di pulau Kalimantan

(Borneo) setelah Samarinda, Balikpapan, Kuching dan Banjarmasin. Itu memiliki

populasi 672.440 pada Sensus 2021 di dalam batas kota, dengan pinggiran kota

yang signifikan di luar batas itu.

Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai

itu diabadikan dalam lambang Kota Pontianak. Kota ini memiliki luas wilayah

107,82 km2, dan penduduk tahun 2021 berjumlah 672.440 jiwa

59
60

A. Kondisi Geografis Kota Pontianak

1. Letak Wilayah

Kota Pontianak dikategorikan sebagai lingkungan tropis dengan suhu dan

kelembaban udara yang tinggi karena garis khatulistiwa langsung melewatinya.

Secara astronomis, Kota Pontianak terletak antara 0° 02' 24" LU dan 0° 05' 37" LS

dan 109° 16' 25" dan 109° 23' 01" BT dan BT. termasuk Kabupaten Kubu Raya.

Ibukota Provinsi Kalimantan Barat adalah Kota Pontianak, yang memiliki

luas keseluruhan 107,82 km2 dan terdiri dari 29 kelurahan dan 6 kecamatan.

Kecamatan Kota Pontianak dengan luas daratan terluas adalah Kecamatan

Pontianak Timur 8,14%, Kecamatan Pontianak Selatan 13,49%, Kecamatan

Pontianak Tenggara 13,75%, Kecamatan Pontianak Barat 15,71%, Kabupaten

Pontianak Utara 34,52%.

4.2 Dinas Sosial Kota Pontianak

Organisasi perangkat daerah, seperti Dinas Sosial Kota Pontianak, yang

merupakan bagian dari Pemerintah Kota Pontianak. Dinas Sosial Kota Pontianak,

sebagai Perangkat Daerah yang mengutamakan pelayanan publik, terus berupaya

meningkatkan berbagai pelayanan yang bermutu dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dan membantu pertumbuhan Kota

Pontianak. Terletak di Jl. Gusti Sulung Lelanang No. 1B, Pontianak Selatan, Darat

Sekip, Kec. Kota Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78116.


61

Dinas Sosial Kota Pontianak merupakan satuan kerja yang baru dibentuk di

lingkungan Kota Pontianak dan berpedoman pada Peraturan Walikota Pontianak

Nomor 26 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian

Tugas Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Sosial Kota Pontianak. Dinas Sosial

Kota Pontianak melaksanakan pembangunan daerah di bidang kesejahteraan sosial

sesuai dengan ketentuan tersebut di atas. Untuk dapat memenuhi kebutuhan

lingkungan strategis, diperlukan perencanaan strategis sebagai langkah awal. Visi

Walikota Pontianak “Pontianak Kota Khatulistiwa, Cerdas dan Berwawasan

Lingkungan” didukung oleh Renstra Dinas Sosial.

Kementerian Sosial memiliki rencana strategis yang dikembangkan secara

holistik dengan menggunakan potensi sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan perkembangan lingkungan

strategis yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Sesuai dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kota Pontianak dan ketentuan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 yang mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (RPJM).

4.2.1 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Pontianak

Berdasarkan tugas pokok dan tanggung jawab Dinas Sosial, maka visi dan

misi Dinas Sosial Kota Pontianak adalah penanggulangan masalah sosial berbasis

masyarakat pada tahun 2014. Untuk mencapai hal tersebut masyarakat harus

memiliki rasa percaya diri yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal yang dimiliki.

Berfokus pada aspek struktur sosial dan sumber pendapatan untuk

mempromosikan kemandirian daerah.Meningkatkan sosial untuk mencapai


62

keadilan sosial dengan berupaya mengurangi kesenjangan sosial dan memberikan

perhatian khusus kepada anggota masyarakat yang rentan dan kurang beruntung

sebagai berikut:

a) Mengembangkan system perlindungan social

b) Melakukan jaminan social

c) Pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal

d) Mengembangkan pemberdayaan sosial

4.3 Lokasi simpang empat Jl.Tanjung pura,Imam Bonjol,

Simpang empat tanjung pura imam bonjol lokasi ini merupakan lokasi

peneliti melakukan wawancara kepada anak jalanan dimana lokasi tersebut

merupakan titik anak jalanan berkumpul untuk mengamen,mengemis serta

melakukan jual barang dagangan mereka.

Simpang empat Tanjungpura,imam bonjol merupakan akses untuk menuju

kearah sebrang melewati jembatan Kapuas satu serta arah menuju ke pasar

plamboyan di Jl.Pahlawan.Dimana perempatan jalan tersebut merupakan akses

masuk keluar kendaraan dari berbagai jalan,terutama kearah sebrang jembatan 1

dimana perempatan tersebut menjadi titik bertemunya kendaraan dari berbagai

lokasi.

Perempatan tanjungpura,imam bonjol,serta jl pahlawan menuju jembatan satu

dimana waktu sore akan terjadi penumpukan kendaraan dikarenakan pulangnya jam

kerja serta banyak masyarakat yang kembali kerumahnya melewati jembatan satu
63

dan di perempatan itulah dimana anak-anak jalanan melakukan aktivitas

mengamen,mengemis,jualan,serta lainnya mereka mencari uang di perempatan

jalan tersebut yang diaman padat kendaraan serta banyaknya masyarakat yang

berada di perempatan tersebut untuk menghasil kan uang untuk mereka memenuhi

kebutuhan hari-hari serta jajan mereka setiap harinya.

Lokasi perempatan lampu merah tanjung pura arah imam bonjol merupakan

salah satu lokasi yang padat dengan kedaraan karena merupakan akses dari

beberapa arah dan diperempatan tersebut adalah tempat pertemuan berbagai

kendaraan yang menuju arah seberang melewati jembatan satu di perempatan

tesebut juga akaes untuk pergi dan kembali melewati jembatan satu.

4.3.1 Pontianak Selatan

Pontianak Selatan adalah kabupaten di Kota Pontianak di provinsi

Kalimantan Barat, Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan

Barat No. 061/II/A/II tanggal 19 Mei 1968 Kabupaten Pontianak Timur dimekarkan

menjadi kecamatan ini. Dengan menggunakan Peraturan Daerah Kota Pontianak

No. 11/2006, tanggal 25 November 2006, Pontianak Tenggara dibentuk pada tahun

2008 dengan pemekaran Pontianak Selatan.

Kabupaten Kota Pontianak dengan luas daratan terluas adalah Kabupaten

Pontianak Timur 8,14%, Kabupaten Pontianak Tenggara 13,75%, Kabupaten

Pontianak Barat 15,71%, Kabupaten Kota Pontianak 14,39%, dan Kabupaten

Pontianak Utara 34,52%.


64

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BENTUK PELINDUNGAN PEMERINTAH DAERAH MELALUI DINAS


SOSIAL KOTA PONTIANAK TERHADAP ANAK JALANAN DI
KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

Temuan penelitian akan ditanggapi sesuai dengan teori dan logika

berdasarkan temuan hasil penelitian berupa wawancara dan dokumentasi, yang

kemudian akan dinilai. Debat ini akan diberikan sesuai dengan permasalahan yang

dibahas agar lebih mendalam dan terurai.

Mengingat Indonesia dikenal sebagai negara hukum, maka perlindungan

hukum merupakan hak dasar bagi setiap warga negara dan merupakan kewajiban

yang harus dijunjung tinggi oleh pemerintah. Perlindungan hukum bertujuan untuk

melindungi kepentingan individu dengan memberinya wewenang untuk bertindak

demi kepentingan terbaiknya sendiri. Selain itu, disebutkan juga bahwa salah satu

ciri dan juga tujuan hukum. Kesimpulan sementara atau serangkaian klaim yang

telah dianggap benar tetapi masih memerlukan verifikasi dikenal sebagai hipotesis.

Mengenai firasat tersebut, penulis mengangkat masalah sebagai berikut:

1. Dari segi hukum positif, perlindungan hukum bagi anak jalanan sangat

mengikat karena memiliki hak dan kewajiban berdaulat sesuai dengan

hukum yang dijunjung tinggi oleh negara.


65

2. Tidak adanya dukungan dari keluarga, lingkungan, dan pemerintah

daerah menjadi penyebab utama terjadinya anak jalanan.

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian Terhadap anak jalanan di kecamatan

pontianak Selatan

Masyarakat di Kota Pontianak hidup dalam konteks sosial budaya yang

beragam, yang menjadikan mereka secara umum lebih dinamis atau positif. Sebagai

kota besar, Pontianak tentu memiliki berbagai persoalan, terutama di bidang sosial

yang berdampak pada penduduk setempat. Anak-anak yang seharusnya tetap

mengenyam pendidikan yang berkualitas namun harus membantu orang tuanya

mencari nafkah di jalanan sehingga bersekolah bukan lagi prioritas utama mereka.

Saat ini, lebih umum melihat anak-anak sering disebut sebagai "anak jalanan"

di persimpangan jalan. Untuk mencari nafkah, mereka mengandalkan berjualan dan

mengamen. Pemandangan ini sering terlihat di Jl. Persimpangan lampu merah

Tanjungpura/Tol Satu.Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, secara berkala

mengalami peningkatan jumlah anak jalanan di sana. Pemerintah daerah Kalbar

telah menyusun sejumlah program penanganan anak jalanan, baik di tingkat

provinsi maupun kota, namun belum terkoordinasi dengan baik karena hingga saat

ini belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang penanganan anak jalanan.

anak jalanan dan penanganan remaja, sehingga upaya penanganan anak jalanan

masih belum terstruktur dengan baik.


66

Tujuan dan fungsi mempertahankan rumah setengah jalan adalah agar tidak

semuanya berjalan sesuai rencana untuk jangka waktu yang lama; pada

kenyataannya, menghadapi anak jalanan seringkali menimbulkan penyimpangan

dan tantangan baru. Anak jalanan sering kali memilih untuk hidup di jalanan

daripada diasuh atau berpartisipasi dalam program yang ditawarkan oleh tempat

penampungan nirlaba.

Mengingat banyaknya permasalahan tersebut, maka sangat penting bagi

pemerintah khususnya Dinas Sosial untuk menangani anak jalanan dan menentukan

inisiatif apa yang akan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap anak

jalanan sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan.

5.2 Proses Terjadinya Anak Jalanan

Menengok ke belakang, seringkali orang-orang terdekat mereka yang

menyerah atau bahkan mendorong aktivitas anak-anak ini di jalanan yang membuat

mereka meninggalkan rumah dan menghabiskan lebih banyak waktu di sana

daripada di rumah. Orang tua atau keluarganya yang mendukung anak-anak ini

turun ke jalan dengan alasan yang sama kemiskinan dan kurangnya pendidikan

adalah pihak yang mendukung mayoritas partisipan dalam penelitian ini.

Sulit bagi orang tua untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan atau

bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka karena tingkat pendidikan

mereka yang rendah, termasuk fakta bahwa banyak dari mereka hampir tidak

menyelesaikan sekolah dasar sehingga mereka harus turun ke jalan untuk mengemis

atau ngamen demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Sangat mungkin bahwa orang

tua akan memberikan pendidikan yang sama kepada anak-anak mereka dengan
67

alasan bahwa bekerja lebih baik daripada bersekolah karena yang terakhir hanya

dapat menghasilkan keuntungan moneter.

Anak-anak yang hidup di jalanan mendapat dukungan dari orang tuanya

berupa dorongan untuk bekerja, berjualan, menyanyi, atau melakukan apa saja yang

bisa dilakukan dengan mudah untuk mencari uang demi kelangsungan hidup

keluarga. Beberapa orang tua tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menawarkan

nasihat dan bantuan.

5.3 Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan

Selalu mempertimbangkan kebutuhan kelompok lemah dan rentan, terutama

pihak-pihak yang terlibat. Anak jalanan berinteraksi dengan berbagai pihak,

termasuk keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga jika mereka

menjadi fokus suatu isu, perhatian akan tertuju pada mereka. Pontianak sangat

penting bagi pelaksanaan program pembinaan dalam menjamin kesejahteraan anak

jalanan. Kegiatan pembinaan merupakan salah satu cara untuk menjamin

kesejahteraan anak jalanan. Berdasarkan hasil wawancara penelitian yang

dilakukan peneliti dengan salah satu responden yaitu Bapak Kamil Kamaruddin, SE

yang merupakan kepala seksi pembinaan Anjal (anak jalanan) & Gepeng (pengemis

dan pengamen tunawisma) (Sosial Pontianak Service), peneliti telah

mengidentifikasi sejumlah faktor kunci yang mempengaruhi perkembangan Anjal

dan Gepeng. Ia mengklaim tanggung jawab Dinas Sosial Kota Pontianak dalam

membesarkan anak jalanan diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor

3 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Gelandangan, Pengemis, dan Penyanyi

di Kota Pontianak. Tiga unsur pokok aturan tersebut adalah program pembinaan
68

pencegahan, program pembinaan tindak lanjut, dan program rehabilitasi anak

jalanan.

A. Tujuan Dinas Sosial Kota Pontianak

a) Meningkatkan pelayanan kesejahteraan sosial yang lebih bermartabat

dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah bagi masyarakat yang

menghadapi masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

b) Memanfaatkan sumber daya aparatur struktural dan fungsional dengan

lebih baik dan menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan

untuk memungkinkan penyampaian layanan kesejahteraan sosial.

c) Meningkatkan kerjasama dan keterlibatan sosial masyarakat, khususnya

antar lembaga sosial. Dinas Sosial Kota Pontianak memiliki tanggung

jawab utama untuk melaksanakan beberapa tanggung jawab utama sesuai

dengan kebijakan walikota.

B. Rehabilitasi Sosial

Proses rehabilitasi sosial itu sendiri dirancang untuk orang-orang yang tidak

hanya memiliki fungsi fisik atau mental yang berkurang tetapi juga fungsi sosial

yang berkurang, untuk kepuasan atau kebutuhan mereka. Untuk peran rehabilitasi

sosial dalam situasi tertentu. Untuk memenuhi tugas tersebut, Seksi Pelayanan dan

Rehabilitasi Sosial menyelenggarakan tugas sebagai berikut:

1. Penyusunan materi program kerja dan rencana kerja di bidang pelayanan

sosial bagi balita terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi

sosial anak yang membutuhkan perlindungan khusus dan yang


69

melanggar hukum, serta pelaksanaannya rehabilitasi sosial bagi lanjut

usia, penyandang disabilitas, penyandang disabilitas sosial, dan korban

perdagangan orang;

2. Membuat bahan perumusan kebijakan di bidang pelayanan sosial bagi

balita terlantar, rehabilitasi sosial bagi anak terlantar, rehabilitasi sosial

bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus karena keterlibatannya

dengan hukum, dan pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi lanjut usia,

rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas, rehabilitasi sosial bagi

penyandang disabilitas sosial, dan rehabilitasi sosial bagi orang yang

menjadi korban perdagangan orang sesuai dengan kewenangannya;

3. Penyusunan materi implementasi kebijakan pelayanan sosial bagi anak

terlantar di bawah usia lima tahun, anak terlantar yang memerlukan

perlindungan khusus dan berkonflik dengan hukum, anak terlantar yang

memerlukan rehabilitasi sosial, lanjut usia yang memerlukan rehabilitasi

sosial, penyandang disabilitas , dan korban perdagangan orang sesuai

dengan tanggung jawabnya;

4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan sosial anak terlantar,

rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial bagi anak yang

membutuhkan perlindungan khusus dan yang berhadapan dengan

hukum, rehabilitasi sosial bagi lanjut usia, rehabilitasi sosial bagi

penyandang disabilitas. penyandang disabilitas, penyandang disabilitas

sosial, dan korban perdagangan orang sesuai dengan tanggung jawabnya;


70

5. Pelaksanaan pemantauan, penilaian, dan pelaporan di bidang pelayanan

sosial bayi dan balita terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, dan

rehabilitasi sosial anak yang memerlukan perlindungan ekstra dan

melanggar hukum; dan

6. Terselenggaranya program rehabilitasi sosial bagi lanjut usia, anak cacat,

penyandang disabilitas sosial, dan korban perdagangan orang.

C. Rumah singgah

Menurut para ahli, tempat penampungan bertindak sebagai jembatan

sementara antara anak-anak tunawisma dan mereka yang ingin membantu mereka.

Shelter merupakan proses pembangunan informal yang memberikan suasana yang

baik untuk dikaitkan dengan proses pemukiman dengan tujuan membentuk kembali

sikap dan perilaku anak jalanan agar dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat tempat tinggalnya. Mendidik anak-anak untuk

memenuhi kebutuhan mereka dan mempersiapkan mereka untuk masa depan

sehingga mereka dapat berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik. Dari sudut

pandang tersebut di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa rumah singgah adalah

sebuah struktur yang diciptakan untuk bertindak sebagai perantara bagi anak

jalanan, dimana proses nonformal menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

meresosialisasikan anak jalanan dengan norma-norma sosial dan sistem nilai yang

berlaku dalam masyarakat. Langkah pertama dalam proses tidak resmi bagi anak

jalanan untuk mendapatkan pengasuhan tambahan adalah setengah perjalanan


71

pulang. Desa Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Utara merupakan lokasi rumah

singgah Pontianak.

1. Peran Sebagai Orang Tua

Dinas Sosial Kota Pontianak juga memanfaatkan peran orang tua untuk

mendidik dan mengasuh anak agar dapat berkembang dan mendapatkan bimbingan

orang tua yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya. Mengingat masih adanya

anak jalanan yang aktif di Kota Pontianak, maka menjadi tanggung jawab Dinas

Sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut melalui berbagai program dan

kemitraan dengan shelter. Orang tua yang harus memikul tanggung jawab penuh

untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan menunjukkan cinta kepada

mereka.

2. Proses Identifikasi Oleh Dinas Sosial

Anak-anak dari dalam wilayah akan langsung dipulangkan atau mungkin

harus menunggu orang tua mereka untuk menjemput mereka, sedangkan anak-anak

dari luar wilayah akan langsung dipulangkan. Prosedur identifikasi ini kemudian

akan mengungkap asal-usul anak jalanan. Kunjungan rumah dilakukan kepada anak

jalanan setelah asesmen anak jalanan untuk mengetahui lebih jauh permasalahan

yang mereka hadapi. Kunjungan rumah merupakan tindakan yang dilakukan untuk

mengetahui lebih jauh tentang kesehatan anak dan kesehatan keluarganya. Ini juga

akan mempelajari kesulitan anak secara lebih rinci.


72

5.4 Data Anak Jalanan

Berdasarkan tabel data anak jalanan yang peneliti dapat kan dari kantor dinas

sosial Kota Pontianak, data tersebut tahun ke tahun memiliki tingkat kenaikan anak

jalanan di Kota Pontianak. Data tersebut digolongkan jenis PPKS pengemis dan itu

merupakan data terbaru dari Dinas Sosial.

Data anak jalanan dari Dinas Sosial Kota Pontianak

NO. Jenis PPKS 2018 2019 2020 2021


1 Pengemis 21 12 39 52
Sumber: Dokumentasi Dinas Sosial Kota Pontianak

5.5 Pembahasan

, Fenomena anak jalanan merupakan masalah yang mencakup isu kemiskinan

serta isu eksploitasi, manipulasi, dan ketidakkonsistenan respon anak jalanan

terhadap bantuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan metodologi

survei deskriptif untuk menyajikan gambaran empiris tentang bagaimana

pemerintah daerah mendukung penanganan anak jalanan. Temuan penelitian ini

harus memungkinkan generalisasi yang secara faktual mencerminkan bantuan

pemerintah daerah dalam mengelola anak jalanan di Indonesia untuk mencapai

tujuan pemerintah daerah tidak memiliki anak jalanan pada tahun 2014. Hasil

percobaan ini menunjukkan. Baik di tingkat provinsi maupun kota, pemerintah

daerah Kalbar telah mencanangkan sejumlah program pengelolaan anak jalanan,

meski belum terintegrasi dengan baik. Pasalnya, sampai saat ini belum ada
73

peraturan daerah yang mengatur bagaimana perlakuan terhadap anak jalanan, dan

belum ada pekerja sosial yang mendukung perlakuan tersebut. Besar kemungkinan

upaya penanganan anak jalanan masih belum tertata dengan baik meskipun

jumlahnya melimpah.

Anak jalanan yang berada dikota Pontianak cukup lah banyak dan semakin

bertambah setiap tahunnya,setiap perempatan lampu merah sekarang di potianak

sudah disi oleh mereka anak jalanan untuk mengemis,meminta serta berjualan apa

yang mereka inginkan.khusus di jalan tanjung pura menuju imam bonjol di

perempatan arah menuju jembatan satu disitu banyak sekali anak jalanan yang

mengemis,mengamen dari usia masi kecil sampai dewasa bahkan ada yang masi

bayi yang di gendong oleh ibunya,dari banyaknya peneliti liat di lokasi banyak

sekali yang sudah remaja sekitaran umur 17 ke atas,mereka meminta-minta atau

dalam Bahasa umumnya mengemis,mereka merasa nyaman menghasilkan uang

dari situ karena yg diberikan oleh masyarakat yg berada di perempatan itu

menjanjikan karena dalam sehari saja mereka bisa mendapatkan 200 bahkan 300

ribu dalam sehari jikapun sepi mereka bisa 100 ribu untuk satu orang jika kita

kalikan dalam sebulan bisa lima juta sampai 9 juta dalam sebulan.

Mereka turun kejalan biasanya sendiri ataupun berdua dengan memegang

gitar sambil bernyanyi ataupun cuman bermodal tangan di bawah yaitu

mengemis.seringkali satpol pp hadir untuk merajia mereka dan mereka bertaburan

kemana-mana untuk menyelamatkan diri,yang tertangkap akan dibinah dibawak

dinas sosial untuk didata serta didik menjadi lebih baik kedepannya dan bisa

menjcari kerja sesuai kemampuan mereka.


74

Anak jalan yang sudah di tangkap dan dibinah seringkali balik lagi kejalanan

karena dijalanan mereka merasa nyaman dan merasa bahwa dijalanan mereka lebih

bebas begitulah pemikiran anak jalan yang saya temui mereka merasa apa yang

mereka lakukan terbaik menurut mereka dan merasa nyaman menurut mereka serta

bebas dalam pemikiran mereka.

Sumber wawancara dengan anak jalanan di kecamatan Pontianak Selatan 20 juni

2022

Menurut IT dan RF. Usia mereka ialah IT 15 tahun sedangkan RF 13 tahun.

Mereka merupakan dua anak yang hebat dan pintar, mereka murupakan salah satu

anak yang turun ke jalan untuk meminta-minta pada masyarakat yang berada di

simpang empat jalanan Tanjung pura,imam bonjol mereka sering dijumpai di pagi

hari tepatnya jam 08.00 pagi. Sedikit saya wawancarai mereka untuk mendapatkan

informasi dan berbagai pertanyaan untuk mereka, pertanyan untuk itam dan rafi

tentang kenapa turun kejalan untuk minta minta.


75

“Karena kami kan sudah tidak sekolah lagi,terus untuk membantu orang tua
beli beras dan untuk jajan sehari-hari bang”

Sumber wawancara dengan anak jalanan pada tanggal 20 juni 2022

Anak-anak jalanan yang saya temui beberapa berpendapat bahwa dijalanan

kami lebih senang dan lebih menemui apa arti kebebasan menurut mereka dan anak

jalan yang saya temui rata-rata tidak bersekolah lagi dikarenakan keadaan ekonomi

serta masalah keluarga yang tidak bisa mereka jelaskan.

“Saya lebih enak begini bang, turun ke jalan mengamen karena kalua saya
kerja pun saya tidak punya keahlian bang,lebih enak seperti ini bisa bebas
mau ngapain”.
76

Satu lagi yang saya wawancarai TP yang kerap dijumpai di simpang empat

lampu merah Jl. Tanjung Pura, dan Jl. Imam Bonjol.

Hasil wawancara dengan anak jalanan pada tanggal 20 juni 2022

“saya turun ke jalan untuk kebutuhan sehari-hari bang jajan,rokok dan makan
bang serta untuk kebutahan sehari-hari”.

Menurut TP umur 24 tahun bisa dibilang dia terkenal dan dikenali oleh anak-

anak disimpang empat Jl. Tanjung Pura, dan Jl. Imam Bonjol, bang topan yang

sangat paham dia sudah dari 2010 mengenal dan memehami lokasi simpang empat

Jl. Tanjung Pura dan Jl. Imam Bonjol tersebut,banyak pelajaran dari beliau tentang

kehidupan serta tentang kenapa dan sebab dia turun kejalan,orangnya sangat ramah

dan baik.
77

Hasil wawancara anak jalanan pada tanggal 20 juni 2022

Rata-rata dari mereka kebanyakan merantau dari satu daerah ke daerah lain

dan kota satu ke kota lain lagi dengan tujuan yang saya tidak pertanyakan.yang

pengamen di kota Pontianak tidur biasanya berkumpul di pasar tengah di lorong

pasar untuk tempat tinggal dan biasanya di emperan ruko. Ada beberapa anak

jalanan yang saya ketemui di lokasi penelitian dan hanya beberapa anak yang bisa

saya wawancara dan saya meminta untuk di foto dan mohon maaf jika mukanya

harus saya tutupi demi kebaikan si anak kedepannya.

Selalu memperhitungkan pertumbuhan masyarakat yang lemah dan kurang

mampu, terutama jika menyangkut pihak-pihak yang terkait. Jika anak jalanan yang

menjadi masalahnya, maka penekanan difokuskan pada berbagai pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan anak jalanan, seperti

keluarga mereka dan lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam rangka menjamin

kesejahteraan anak jalanan, Dinas Sosial Kota Pontianak memainkan peran penting

dalam integrasi mereka. Kegiatan pembinaan merupakan salah satu cara untuk
78

menjamin kesejahteraan anak jalanan. Hasil wawancara penelitian dengan

Muhammad Makhribi, S. Saus, salah satu responden yang dilakukan oleh peneliti

Menurutnya, Peraturan Daerah Kota Pontianak tentang pembinaan anak jalanan,

gelandangan, pengemis, dan pengamen di Kota Pontianak mengatur tentang fungsi

Balai Kota Pontianak. Dinas Sosial Kota dalam pembinaan anak jalanan. Program

pencegahan, program pengembangan tindak lanjut, dan program rehabilitasi anak

jalanan merupakan tiga komponen utama undang-undang tersebut.

5.5.1 Bentuk Perlindungan Yang di Berikan Oleh Pemerintah Kota


Pontianak Untuk Melindungi Anak- Anak Jalanan.

Masalah skala besar saat ini hadir di kota-kota utama Indonesia karena

peningkatan populasi yang cepat di negara ini. Beberapa di antaranya adalah sosial,

ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

sering kita jumpai di kota-kota besar adalah masalah anak jalanan yang

keberadaannya harus dilindungi oleh negara sesuai dengan Pasal 34 UUD 1945

yang mengatur bahwa anak-anak miskin dan terlantar diasuh oleh negara. Menurut

Sandyawan, anak jalanan adalah mereka yang berusia tidak lebih dari 16 tahun,

telah bekerja, dan bertempat tinggal di jalanan. Wawasan diberikan oleh Peter

Devis tentang bagaimana kondisi anak jalanan saat ini menjadi fenomena yang

mendunia. Banyak anak-anak terpaksa turun ke jalan untuk bertahan hidup karena

meningkatnya urbanisasi dan perluasan daerah kumuh di kota-kota, yang terburuk

di negara-negara berkembang.
79

Untuk menghadapi anak jalanan yang masih ada di Kota Pontianak dan yang

juga semakin banyak berpindah-pindah dari tahun ke tahun akibat masalah ekonomi

dan lainnya, pemerintah Pontianak melakukan berbagai strategi. Dinas Sosial

Pontianak dan Satpol PP Pontianak membantu pembinaan anak jalanan yang masih

hidup di jalanan hingga kemarin. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak akan

menangani pengamen dan anak muda di jalanan dengan lebih baik. Korban razia

akan diarahkan ke rumah-rumah kreatif. Semua anak jalanan yang terkena razia

akan dibom sesuai dengan bakatnya, dan anak-anak tersebut akan dibesarkan sesuai

dengan kemampuannya.

Anak jalanan biasanya berusia antara 5 sampai 18 tahun, terlibat dalam

kegiatan atau berjalan-jalan, dan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi.

Penampilan mereka biasanya biasa-biasa saja dan pakaian mereka tidak terawat

dengan baik. Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lansia Kemensos

menambahkan, anak jalanan yang usianya bervariasi dari 6 hingga 18 tahun,

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau berkeliaran di jalanan

atau tempat umum lainnya. Mengenai jumlah waktu yang dihabiskan untuk

bepergian di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada hakekatnya anak jalanan

bekerja untuk menghidupi keluarganya, baik secara bebas maupun paksaan orang

tua.Anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalan atau tempat umum

lainnya baik untuk bekerja maupun berkeliaran dianggap sebagai anak jalanan.

Karena ekonomi keluarga yang buruk, banyak anak-anak di lingkungan mereka

yang terpaksa bekerja di jalanan (mengemis, mengamen, menyemir sepatu, dll).

Namun, anak muda lainnya siap untuk terlibat dalam tindakan sadar diri untuk
80

mencari nafkah di jalanan. Anak jalanan adalah anak berusia 6 sampai 18 tahun

yang menghabiskan lebih dari empat jam sehari di jalan untuk melakukan aktivitas

atau hanya berkeliaran. Mereka juga dikenal dengan tingkat mobilitas yang tinggi,

penampilan yang tidak menarik, dan pakaian yang kurang terawat. Sesuai dengan

Peraturan Daerah Pemerintah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Anak dan Perlindungan Hukum Anak Jalanan.

Penelitian penulis menggunakan metode penelitian menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut:

1) Ketika anak jalanan terlibat atau tersangkut kasus pidana, seringkali

mereka mendapatkan perlindungan hukum berupa perlindungan yang

diberikan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Membantu anak-anak

pecandu narkoba, membela anak-anak yang melanggar hukum atau yang

dianiaya secara fisik atau mental, atau bisa juga karena penjualan anak-

anak untuk prostitusi, antara lain, adalah beberapa contohnya. Namun,

tampaknya Pemkot Pontianak tidak masalah dengan anak-anak

tunawisma yang tidak melakukan kegiatan apapun. Nampaknya anak

jalanan terus eksis setiap hari, setiap siang dan malam tanpa pengawasan

dari Pemerintah Kota Pontianak, atau dalam hal ini instansi terkait..

2) Di sisi lain, Pemerintah Kota Pontianak tidak berupaya semaksimal

mungkin untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak jalanan

karena kurangnya pengawasan dari instansi terkait. masalah koordinasi

instansi. Aksi anak jalanan. bukan penduduk Kota Pontianak.


81

5.5.2 Cara Dinas Sosial Dalam Upaya Melindungi Anak Jalanan

Kota Pontianak Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan wilayah

untuk periode lima tahun yang bertujuan untuk menawarkan visi, misi, tujuan,

sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program prioritas, serta indikasi pendanaan

untuk pelaksanaannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota

Pontianak.Secara signifikan,Kota Pontianak 2020-2024 juga menjabarkan

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan

program satuan kerja perangkat daerah, satuan kerja perangkat daerah, dan program

daerah, yang kesemuanya disertai dengan rencana kerja dalam kerangka peraturan

dan kerangka pendanaan indikatif.

Seperti yang diungkapkan oleh bapak Indra Purnama, S. Sos, penanganan

anak jalananm Dinas Sosial Kota Pontianak ialah sebagai berikut:

“Anak-anak jalanan yang sudah kami temui dan kami data mereka semua
sudah kami data setiap tahunnya entah itu yang baru atau yg masi bertahan
sampai sekarang di jalanan dan kami juga berkerjasama dengan instansi-
instasi dan lembaga-lembaga yg terkait”.

Berikut saran dari bapak indra Purnama,S.Sos yang beliau sampaikan dalam

wawancaranya sebagai berikut:

1. Agar anak jalanan mendapat perlindungan hukum yang setara dengan

anak dan berhenti menjadi anak jalanan, pengawasan dilakukan dengan

bekerjasama dengan instansi terkait.

2. Meningkatkan pengaruh LSM yang peduli terhadap anak jalanan.


82

Seperti yang diungkapkan oleh bapak Muhammad Makhribi, S,Sos. Bahwa

penanganan anak jalanan Dinas Sosial di Kota Pontianak ialah sebagai berikut:

“Anak anak jalanan yang berada di kota Pontianak sebagian besar


dipekerjakan dan juga ada anak jalanan yang emang memutuskan hidupnya
berada dijalanan seperti mengamen,mengemis bahkan jualan di lampu
merah.Kami sudah berupaya menangani mereka dengan memeberi
pemahaman,serta masukan mereka kerumah singgah untuk mereka supaya
lebih baik lagi hidupnyA.

Hasil wawancara dengan anggota dinas sosial yang mengatasi anak jalanan

pada tanggal 25 april 2022

5.5.2 Berdasarkan Kelompok Anak Jalanan

Anak jalanan di katagori kan dalam beberapa kelompok dan memiliki kriteria

di jalanan seperti berikut.

Terdapat 3 kelompok anak jalanan, yaitu:

1. Children on the street, (Anak jalanan) anak-anak yang tetap menjaga

ikatan erat dengan orang tua mereka meskipun terlibat dalam kegiatan

ekonomi seperti pekerja anak di jalanan. Karena orang tua mereka tidak

dapat mengurangi beban atau tekanan kemiskinan pada keluarga mereka

sendiri, sebagian dari pendapatan mereka diinvestasikan dalam kategori

ini untuk membangun fondasi keuangan keluarga mereka.


83

2. Anak-Anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial

maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih berkomunikasi dengan

orang tua mereka, meskipun seberapa sering mereka melakukannya tidak

jelas. Banyak dari mereka adalah anak-anak yang, untuk alasan yang

tidak diketahui, melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dalam

kelompok ini lebih rentan terhadap pelecehan pada tingkat sosial,

emosional, fisik, dan seksual.

3. Children from families of the street, (Anak-anak dari Keluarga Jalanan)

adalah anak-anak dari keluarga tunawisma. Anak-anak ini memiliki

ikatan yang baik dengan keluarga mereka, tetapi karena semua bahaya,

hidup mereka terus berubah. Sejak anak masih bayi atau bahkan masih

dalam kandungan, salah satu ciri utama dari kategori ini adalah betapa

mudahnya mereka beradaptasi dengan kehidupan jalanan. Meski jumlah

pastinya belum diketahui, kategori ini mudah ditemukan di Indonesia di

bawah banyak jembatan, di rumah kumuh di samping rel kereta api, dan

di tepi sungai.

Fenomena keberadaan dan perkembangan anak jalanan merupakan masalah

yang pada hakikatnya tidak hanya menyangkut kemiskinan tetapi juga eksploitasi,

penipuan, dan teknik inkonsistensi yang coba diterapkan baik oleh pemerintah

daerah maupun anak jalanan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan teknik

kuantitatif dan desain survei deskriptif untuk mencapai tujuan mendapatkan

generalisasi yang secara faktual mencerminkan kerjasama pemerintah daerah dalam


84

penanganan anak jalanan di Indonesia. Hal ini agar kita mendapatkan bukti empiris

tentang bagaimana pemerintah daerah mendukung pengasuhan anak jalanan.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat anak jalanan di Kota

Pontianak Barat. Karena saat ini belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang

penanganan anak jalanan dan belum adanya pekerja sosial, maka Pemda Kalbar

telah melaksanakan berbagai program penanganan anak jalanan di tingkat provinsi

dan kota. Namun, program-program tersebut belum terkoordinasi dengan baik.

jumlah tenaga ahli yang cukup, upaya penanganan anak jalanan masih kurang

terorganisir.

Pemerintah masih belum cepat dalam mengatasi anak jalana kerena mereka

masi berada dijalanan dan masi beraktivitas dijalanan,ada sebagian kecil

masyarakat yang mengeluh dengan adanya anak jalan di perempatan tersebut

biasanya mereka telanggar oleh kendaraan maupun tersenggol oleh kendaraan lain

dan takunya tejadi hal yang tidak diinginkan serta banyak sekali mereka memaksa

meminta jika tidak dikasi mereka akan berkata kasar atau pun

mengganggu.pemerintah terutama dinas sosial seringkali mendapat laporan dari

masyarakat yang terganggu hadirnya mereka di jalanan-jalanan di Kota Pontianak

yang masi bekeliaran dan adapun anak nak kecil yang bermain dijalana di

perempatan lampu merah tanjung pura arah imbon yang bermain berlari-lari di

sekitaran situ yang sangat sekali menggagu pengguna jalan.

Hak dasar seorang anak meliputi kesempatan untuk hidup, kesempatan untuk

tumbuh dan berkembang, kesempatan untuk berpartisipasi, dan kesempatan untuk

dilindungi. Anak jalanan tidak memiliki akses ke hak-hak dasar ini. Kita harus
85

memperhatikan untuk memastikan bahwa semua hak anak jalanan ditegakkan untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka. Sepuluh hak harus diberikan kepada anak-

anak kita, menurut Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak Anak. Adapun hal ini

terdiri dari:

1. Layak untuk bermain Karena mereka menghabiskan waktu bekerja untuk

menghidupi keluarga, anak jalanan tidak memiliki hak untuk bermain. Di

jalan adalah taman bermain untuk anak-anak. Jalan adalah tempat untuk

bersenang-senang, mencari nafkah, dan bersantai. Rumah singgah atau

program LKSA telah disediakan oleh pemerintah untuk digunakan oleh

anak jalanan (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak). Anak jalanan bisa

dididik dari segi pendidikan, akhlak, dan agama di rumah singgah atau

LKSA ini.

2. Kewajiban mendidik Anak jalanan berhak mendapatkan pendidikan.

Karena harus bekerja untuk mencari uang, banyak anak jalanan yang

berhenti sekolah. Agar masa depan anak-anak dapat dipertahankan,

khususnya anak jalanan, pendidikan sangatlah penting. Meskipun ada

dukungan pemerintah untuk pendidikan, seperti BOS (Bantuan

Operasional Sekolah), banyak anak jalanan berhenti sekolah karena

kekurangan uang dan lebih memilih bekerja untuk menghidupi diri dan

keluarganya. Melalui PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak),

pemerintah meningkatkan akses terhadap layanan sosial yang mendasar,

seperti pembangunan jaringan, pemberian kecakapan hidup,

penyelenggaraan pendidikan formal dan informal, dan rekomendasi


86

pendidikan (formal, nonformal, dan informal), penyediaan perlengkapan

dan perlengkapan pendidikan, pemantauan dan evaluasi siswa, serta

layanan remedial (pendidikan formal sesuai standar pelayanan minimal

nasional pendidikan). Pemerintah berharap dapat membantu anak jalanan

dalam mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang lebih baik melalui

program ini. Untuk meningkatkan prospek anak jalanan.

3. Hak untuk mencari pembelaan anak jalanan harus memiliki kemampuan

untuk mendapatkan perlindungan. Anak-anak jalanan berisiko dari

beberapa bahaya serius. Anak jalanan memiliki risiko mengalami

kejahatan kekerasan yang dapat merugikan mereka. Meskipun undang-

undang yang mengatur perlindungan anak sudah ada, anak jalanan masih

sering menjadi korban kejahatan kekerasan. Pemerintah akan membela

dan mengadvokasi anak jalanan yang menjadi korban kekerasan melalui

PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) melalui LKSA (Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak) atau shelter. Untuk menghentikan kekerasan

terhadap anak, RT/RW/masyarakat. Setiap Satgas memiliki pengetahuan

dan kemampuan perlindungan anak. Dengan memberikan nasihat,

arahan, pendampingan, dan pembinaan, satgas ini berharap dapat

melindungi anak-anak yang menjadi korban, membantu anak-anak yang

mengalami masalah, dan mencegah anak-anak rentan menjadi korban.

4. Hak atas nama (identitas) Anak jalanan berhak atas suatu identitas,

termasuk nama dan akta kelahiran, serta hak untuk mengetahui dan

menerima pengasuhan orang tua. Banyak anak jalanan yang hak-haknya


87

dilanggar oleh orang tuanya sendiri karena hidup di jalanan, salah satu

alasannya adalah karena ditinggalkan oleh orang tuanya. Dalam PKSA

(Program Kesejahteraan Sosial Anak), pemerintah membantu

memperoleh akta kelahiran dan meningkatkan kewajiban orang tua atau

keluarga untuk menawarkan dukungan sosial atau subsidi untuk hak-hak

dasar. Anak jalanan boleh berhenti di LKSA atau shelter jika kembali ke

orang tuanya tidak memungkinkan.

5. Hak menjadi warga negara Anak jalanan berhak atas status nasional juga.

Setiap orang yang hidup di jalanan Indonesia adalah warga negara.

6. Akses terhadap makanan Banyak anak jalanan yang tidak memiliki akses

terhadap makanan. Mereka harus berolahraga dan berkeringat setiap hari

sebelum mereka bisa makan. Oleh karena itu, pemerintah menawarkan

bantuan untuk mempromosikan gizi atau gizi keluarga melalui PKSA

(Program Kesejahteraan Sosial Anak), yang meliputi pengenalan

berbagai makanan sehat, pengaturan makanan keluarga yang sehat, dan

pemberian makanan tambahan..

7. Hak atas perawatan kesehatan Karena mereka berasal dari keluarga yang

sangat miskin, sulit bagi anak jalanan untuk mendapatkan perawatan

kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah menawarkan akses layanan

kesehatan mendasar melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak

(PKSA), menekankan gaya hidup sehat dan menawarkan SKTM,

Jaminan Kesehatan Masyarakat, atau Gakin.


88

8. Hak untuk berekreasi Anak jalanan tidak memiliki akses terhadap haknya

untuk berekreasi. Waktu mereka dihabiskan dengan mencoba bertahan

hidup di jalan. Selain itu, pemerintah juga tidak membantu anak jalanan

menggunakan haknya untuk berekreasi.

9. Hak kesetaraan (non-diskriminasi)


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Anak jalanan di Kota Pontianak masi terbilang ramai di jalanan

1. Anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 (delapan belas tahun)

termasuk anak yang belum lahir.

2. Anak yang melakukan kegiatan ekonomi di jalanan disebut sebagai anak

jalanan. Mengamen dan mengemis adalah dua kegiatan ekonomi utama

di jalanan.

3. Pemiskinan ekonomi keluarga dimanifestasikan pada anak jalanan.

Secara khusus, keluarga tidak didukung secara finansial, yang

berdampak pada seluruh keluarga, menyebabkan anak putus sekolah,

terisolasi dari teman bermain, dan dapat menyebabkan melankolis dan

frustrasi.

4. Perselisihan di rumah dapat menyebabkan anak-anak tumbuh di jalanan.

Anak-anak yang mengalami perceraian, ketidakberdayaan ekonomi, dan

ketidakpedulian orang tua lebih cenderung memutuskan sendiri untuk

menjadi anak jalanan.

5. Anak jalanan adalah usia sekolah dan usia bermain.

6. Mata pencaharian atau kegiatan mencari nafkah anak jalanan adalah

untuk kehidupan sehari-hari. Hampir semua peserta dalam penelitian ini

mengakui bahwa mereka tidak menabung atau bahkan

mempertimbangkan masa depan.

85
86

7. Kebebasan dan aksesibilitas sebagai anak jalanan merupakan dua aspek

yang mempengaruhi keputusan anak untuk hidup di jalanan. Ketiadaan

batasan dan lingkungan anak jalanan ini hadir untuk merepresentasikan

identitas anak jalanan yang seringkali hidup tanpa batas.

8. Anak jalanan memilih kelurahan atau klasternya berdasarkan kepadatan

penduduk.

9. Orang tua sering membiarkan anaknya tumbuh sebagai anak jalanan.

Efek dari ketidakberdayaan keuangan keluarga, yang membuatnya

tampak seperti seorang anak lebih memilih untuk hidup dan bekerja di

jalanan meskipun ada risiko yang cukup besar.

10. Anak jalanan memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat, baik

positif maupun negatif. Positifnya, individu dapat belajar mensyukuri

apa yang dimilikinya karena masih banyak orang yang kurang beruntung

dari dirinya dan yang sebenarnya membutuhkannya. Mereka berfungsi

sebagai pengingat tentang apa yang perlu dilakukan untuk bergerak maju.

11. Membuat kegaduhan atau membuat kegaduhan merupakan dampak yang

merugikan dari keberadaan anak jalanan.

6.2 Implikasi

Temuan penelitian dijalanan dan di Dinas sosial anak jalanan merupakan

salah satu masalah yang harus di atasi serta harus cepat sekali di atasi kenapa karena

hadirnya mereka merupakan salah satu masalah sosial di kota Pontianak khususnya
87

hadirnya mereka menyimpulkan bahwa pemerintah kota Pontianak dan dinas sosial

blum bisa mengatasi anak jalanan yang semakin ramai kita jumpai dijalanan mereka

merupakan tanggung jawab pemerintah dan bagaimana pun mereka sangat

membutuhkan bantuann dari pihak yang terkait sudah jelas ketidak berdayaanya

ekonomi keluarga serta indivindu yang masi memiliki masalah didirinya yang harus

banyak dikasi pencerahan atas apa yang mereka lakukan di jalanan.

Dari itu pemerintah seringkali dapat masukan dari masyarakat contoh saya

sendiri ganda putra utama sebagai peneliti yang sudah turun ke jalan memandang

mereka dan meliat aktivitas mereka dijalan,ada yang mengendong bayi dan anak-

anak kecil yang bermain bukan pada tempatnya serta banyak sekali anak jalanan

yang seharusnya sekolah dan bermain pada tempatnya akan tetapi di jalan mereka

bermain,terutamakan keselamatan serta keamanan mereka,adapun pengemis yang

memaksa meminta supaya dikasi uang akan tetapi tidak dikasi mereka berkata

kasar.oleh karena itu diberikannya pekerjaan sesuai binaan dari pihak terkait untuk

mereka bekerja ataupuun ada arahan dari dinas sosial untuk mereka mencari nafkah

selain di jalan seperti berdagang.

Pemerintah juga harus mengasi arahan kepada orang tua sianak yang

mempekerjakan mereka, anak-anak jalanan lebih dominan dikasi uang oleh

masyarakat dari pada orang orang tua karena empati masyarakat lebih besar kepada

anak kecil maka dari orang tua sering kali menyuruh anak mereka turun kejalan

bahkan sampai semua anak-anak mereka di suruh turun ke jalan untuk

menghasilkan uang yang banyak.


88

6.3 Saran

Hasil penelitian yang peneliti lakukan banyak sekali menemui anak-anak

jalanan baik itu yang masi kecil,bayi,serta yang sudah dewasa.Mereka masi masa-

masanya sekolah dan masi sangat membutuhkan pendidikan yang memandai serta

banyak sekali peneliti meliat mereka yang masi ingin bermain dengan seusia

mereka tapi mereka diharus kan turun kejalan demi kesenangan orang tuanya dan

yang lebih dewasa hanya mencari kesenangan tampa adanya beban yang mereka

ingin rasa kan mereka hanya turun kejalan untuk mencukupi makan,rokok,serta

lainnya.

Anak jalanan yang mengandalkan tenaga kerja mereka berada pada risiko

yang signifikan untuk hamil. Agar fenomena anak jalanan tidak semakin parah,

orang tua yang membiarkan anaknya berkeliaran tanpa tujuan di jalanan setidaknya

diberikan konsekuensi atau peringatan, pengertian, dan pengertian. Selain itu, untuk

mengatasi masalah anak jalanan, pemerintah harus bekerja untuk:

1. Program Perlindungan Anak, yang menawarkan dan/atau memberikan

bantuan sosial yang esensial bagi anak, khususnya yang berasal dari

keluarga berpenghasilan rendah, untuk memenuhi kewajiban hukumnya.

2. Agar dapat tumbuh dan berkembang secara efektif baik fisik maupun

psikis, anak dapat memenuhi kebutuhan belajar dan bermainnya melalui

program Shelter House bagi anak jalanan.

3. Menawarkan bantuan modal usaha dan program pelatihan bagi anak

jalanan. Program ini mencoba untuk mengajarkan keterampilan dasar


89

anak jalanan sehingga mereka dapat menjalankan bisnis yang

menguntungkan secara ekonomi seperti industri rumah tangga.

4. Menawarkan layanan pendidikan tanpa biaya. Program ini dapat

dilaksanakan dengan dua cara berbeda: dengan membebaskan biaya

sekolah untuk anak jalanan yang bersekolah di sekolah formal yang

ditunjuk, atau dengan menawarkan layanan pendidikan model seperti

Perpustakaan Keliling, di mana guru melakukan perjalanan ke lokasi di

mana anak jalanan sering berkumpul dan mendistribusikan materi.

Namun, untuk mencegah anak-anak mereka berakhir di jalanan, orang

tua memainkan peran penting. Beberapa contohnya termasuk mengikuti

program KB, mengajar anak-anak, dan memperhatikan mereka.

Beberapa aspek masyarakat, tidak hanya keluarga anak jalanan, bertanggung

jawab atas fenomena anak jalanan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil, kerja

sama dan tindakan lintas lembaga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi anak jalanan. Ada kemungkinan undang-undang akan membantu

meminimalkan jumlah anak jalanan dengan melarang pembelian dan pemberian

barang kepada mereka.

6.4 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian tentu terdapat keterbatasan. Adapun hal tersebut seperti

halnya mencari informasi anak jalanan karena terkadang mereka selalu berpindah-

pindah tidak pada hari itu biasa nya ada di perempatan tanjungpura,imam bonjol

dan peneliti mengalami beberapa masalah seperti berwaancara mereka yang tidak
90

sembarangan karena mewawancara mereka kita harus negosiasi dulu dengan

mereka dan harus dengan tujuan jelas serta ada timbal balik untuk mereka.

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti terhadap proses penelitian di

lapangan, ada beberapa batasan yang ditemui dan mungkin ada beberapa factoryang

agar dapat memberikan perhatian lebih kepada peneliti yang akan datang lebih

menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini sendiri tidak diragukan lagi

memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki dalam studi masa depan. Penelitian ini

memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

1. Susahnya mengajak mereka untuk dilakukannya wawancara dengan anak

jalanan harus ada timbal balik supaya mereka enak di ajak wawancara

atau ditemui.

2. Data yang didapat di Dinas sosial tidak mudah cepat keluar untuk peneliti

dapat kan

3. Banyaknya anak jalanan seperti orang tua mereka yang ada di jalan

melarang takut ada yang tidak orang tuanya tidak ingin kan seperti di

tangkap atau dilaporkan.

Mereka ingin sekali di didik dengan benar,mereka ingin sekali bersekolah tapi

dikarena kan keterbatasan biaya dan ekonomi keluarga yang sangat kurang,banyak

sekali anak yang berada di jalan yang igin sekali berpendidikan kembali tapi

dikarenakan ketebatasan itu mereka tidak bisa dan itulah tugas pemerintah

bagaimana mengtasi mereka dengan sebaik mungkin tampa adanya kekerasan

maupun paksaan yang membuat mereka tidak nyaman.


91

Kita harus memehami mereka supaya mereka ingin mengikuti kita tampa kita

memahami mereka kita tidak bisa mengambil hati mereka mereka hanya perlu

dipahami dan di mengerti oleh kita,keluh kesan anak dijalanan sudah saya

dengarkan dan saya perlahan memahmi maksud mereka seperti apa yang mereka

inginkan,kenyaman dijalan dalam mencari uang salah satu penyebabnya dikarena

kan penghasilnya yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Sosial R.I. 2004. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara Nomor: Kep/03/M.PAN/1/2004 tentang Jabatan Fungsional Pekerja
Sosial dan Amgla Kreditnya.Bandung: Departemen Sosial R.I Biro
Kepegawaian dan Hukum

A.M Sudirman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta

Manan, Bagir. 1990. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Berdasarkan Azas
desentralisasi Menurut UUD 1945. Bandung: Unpad Bandung.
92

Soekanto, Soerjono. 1982. Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum. Jakarta:


Rajawali.
Syaripin, Pipin. 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Manulang, Sendjun. 1990. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Victor Situmorang, 1998. Aspek Hukum Pengawsan Melekat Dalam Lingkungan
Aparatur Pemerintah. Jakarta: Rineke Cipta.
Departemen Sosial
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Moleong Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Ife Jim, community Development,


Universitas Semarang tahun (2008),Studi Karakteristik Anak Jalanan.
Nurdin Fadhil 1990 (h.10) Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Bandung

SUMBER INTERNET

https://dinsos.pontianak.go.id/

https://media.neliti.com/media/publications/210242-none.pdf perlindungan hukum

terhadap anak-anak dijalanan kota pontianak

PERATURAN PERUDANG-UDANGAN

Pasal 52 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak
93

Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan

Perlindungan Anak.

LAMPIRAN

LAPIRAN PENDOMAN WAWANCARA ORANG YANG TERKAIT


DALAM PENELITIAN INI.
1. Bagaimana cara mengatasi anak jalan yang masi bekeliaran di area
kota Pontianak khususnya di jl.tanjungpura perempatan arah menuju
imam bonjol dari pihak pihak Dinas Sosial kota Pontianak ?
2. Kenapa anak jalanan masi betah di jalan dari pada ditempat binaan ?
94

3. Bagaimana cara mengatasi orang tua yang masi menyuruh anaknya


turun ke jalan untuk mencari uang.
4. Apa saja program dari dinas sosial untuk anak jalanan ?
5. Kemana anak jalanan dilarikan setelah diberi binaan.
6. Sebab akibat dari adanya anak jalanan ?

Untuk anak – anak jalanan yang berada di jalan tanjung pura


perempatan arah menuju imam bonjol,Pontianak selatan
1. Kenapa kalian turun ke jalanann untuk mengemis ataupun mengamen?
2. Siapa penyebab dari anak jalanan bisa berada di jalanan ?
3. Dari hasil ngamen atau mengemis berapa setiap harinya
pendapatannya ?
4. Digunakan untuk apa saja uang yang kalian dapat kan ?
5. Asal tempat tinggal mereka ?

Lampiran 2
95

Dokumentasi kepada bapak dinas sosial yang terkait dalam mengatasi


anak jalanan.

Lokasi penelitian tempat dimana anak jalanan berkumpul untuk


melakukan aktifitas.
96

Lokasi Kantor Pemerintah Dinas Sosial Kota Pontianak


97

Lokasi dimana anak jalanan melakukan aktivitas mengamen untuk


mendapat kan uang,untuk mereka dan kebutuhan lainnya.
98
99

Anda mungkin juga menyukai