Anda di halaman 1dari 129

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DESA DI DESA JATIWANGI


KECAMATAN CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :

Wahyu Firmansyah

NPM 172041818

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat


guna memperoleh gelar Sarjana (S.IP)
Program Studi : Ilmu Pemerintahan

SEKOLAH TINGGI ILMU PEMERINTAHAN


ABDI NEGARA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DESA DI DESA JATIWANGI
KECAMATAN CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI
PROVINSI JAWA BARAT

Wahyu Firmansyah

172041818

Untuk memenuhi salah satu syarat


Guna memperoleh gelar Sarjana (S.IP)
Program Studi: Ilmu Pemerintahan

(Dr. Sofyan Safari Hamim, M.Si) (Catur Widiatmoko, SS, M.IP)


Pembimbing Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
Tanggal : …. Juni 2021 Tanggal : … Juni 2021
Diperiksa dan Disetujui Oleh:

        
Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara
Ketua

(Dr. Soni Sumarsono, M.DM)


Tanggal : … Juni 2021

ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wahyu Firmansyah


NPM : 172041818
Program Studi : Ilmu pemerintahan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya. Apabila

saya mengutip dari karya orang lain, maka saya akan mencantumkan

sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenai

sanksi pembatalan skripsi ini sesuai dengan ketentuan di STIP-AN apabila

tindakan plagiat (penjiplakan).

 Dengan surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, … Juni 2021

Wahyu Firmansyah
NPM : 172041818

iii
ABSTRAK

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DESA DI DESA JATIWANGIKECAMATAN CIKARANG BARAT
KABUPATEN BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

Pembimbing : Dr. Sofyan Safari Hamim, M.SI

Oleh:
Wahyu Firmansyah

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan peran kepala


desa dalam pemberdayaan masyarakat desa di Desa Jatiwangi
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi; (2) mengetahui faktor-
faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi peran kepala
desa dalam pemberdayaan masyarakat desa di Desa Jatiwangi
Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi.
Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Adapun narasumber penelitian ini terdiri dari
Kepala Desa Jatiwangi, Sekretaris Camat Cikarang Barat, Bagian Hukum
PT. Bekasi Fajar, pelaku usaha mikro kecil menengah, Tokoh Masyarakat,
Masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa
observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. Analisis data
yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, display data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran Kepala Desa dalam
pemberdayaan masyarakat Desa di Desa Jatiwangi dilihat dalam 2 bidang
yaitu (1) membina ekonomi masyarakat, memberdayakan masyarakat
dengan membuat pelatihan dan menyediakan sarana dan prasarana fisik
maupun non fisik. (2) mengkoordinasikan pembangunan secara
partisipatif, memembuat kebijakan bahwa program pemberdayaan
masyarakat melibatkan seluruh elemen masyarakat. Faktor pendukung
peran kepala desa adalah adanya sarana prasarana, birokrasi yang
terbuka, dan adanya dana CSR dari perusahaan. Faktor penghambat
peran kepala desa adalah partisipasi masyarakat, kurangnya penerapan
sistem informasi, kurangnya sosialisasi program desa kepada masyarakat.
Kata Kunci: Peran, Kepala Desa, Pemberdayaan Masyrakat

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

Tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan anugerah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peran

Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Desa Jatiwangi

Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat”

Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk diajukan sebagai

bahan Sidang Komprehensif dalam rangka Penulisan Skripsi jenjang

Sarjana. Dalam hal ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang

sangat mendalam kepada kedua orangtua kandung penulis Bapak

Muhammad Suryadi dan Ibu Hayati yang telah setia selalu menyayangi,

mencintai, melindungi, membesarkan dan menjaga serta yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi, baik moral maupun materi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dan penilis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr.

Sofyan Safari Hamim., M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta doa dalam membimbing,

mengarahkan dan mendorong penulis dalam menyusun skripsi semoga

diberi keberkahan selalu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada

v
penulis dalam berbagai hal sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan,

terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ermaya Suradinata, SH, MH, MS selaku Pembina

Yayasan Pendidikan Abdi Negara Nusantara.

2. Bapak Dr. Sumarsono, M.DM selaku Ketua STIPAN.

3. Dr. Sofyan Safari Hamim., M.Si selaku dosen pembimbing penulis

sekaligus wakil ketua STIPAN.

4. Bapak Catur Widiatmoko, SS, M.IP selaku Ketua Program Studi S-1

Ilmu Pemerintahan STIPAN.

5. Seluruh civitas akademik STIPAN yang telah banyak membantu penulis

selama menempuh pendidikan di kampus STIPAN dari dosen,

pengurus kampus serta seluruh Praja STIPAN.

6. Saudara-saudariku, Kaka tercinta Fujiati dan Syifa Fauziah serta

keluarga besar H. Yahya dan Keluarga besar Syafe’i yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang dengan senantiasa

mendorong ,membantu dan mendoakan untuk keberhasilan penulis.

7. Teman dan sahabat Praja STIPAN Naufal Rizki Ramadhan Zaelani,

Fedri Vantera Rendika dan Arif Budiarto atas kesetiaan

menemani ,memberikan doa, semangat dan kebersamaannya, semoga

kita semua sukses dalam meraih cita-cita.

8. Teman-teman Rangpek Squad yang tidak dapat disebutkan satu per

satu dalam memberikan doa, semoga kita dapat meraih cita-cita kita.

vi
9. Teman-teman Padoman Mega Zulaila dan Grace Irene atas kesetiaan

dalam memotivasi dan memberikan semangat.

10. Teman-teman Elsejaro Azharudin, Eky Febrianto, dan Jaenudin dalam

memberikan doa serta semangat, semoga kita sukses meraih cita-cita.

11. Senior alumni STIPAN Ramadhan Lamisa S.IP dan Iwan Hanafi Gulo

S.IP dan yang senantiasa membantu dalam memotivasi.

12. Kepada teman satu angkatan dalam menempuh pendidikan di STIPAN

dalam hal ini Angkatan XXVII / A3 Prodi Ilmu Pemerintahan yang

pantas dibanggakan yang penuh dengan rasa jiwa korsa, solidaritas

persaudaraan yang hangat, yang terjalin erat selama ini, menjadi

kenangan yang mengesankan dan tak terlupakan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang sudah memberikan kontribusi atas terselesainya penyusunan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang mebangun

akan penulis terima dengan baik guna perbaikan pada penyusunan

selanjutnya. Akhir kata Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua, khususnya bagi penulis.

Jakarta, 18 Februari 2021


Penulis,

Wahyu Firmansyah

vii
DAFTAR ISI

SKRIPSI........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.........................................................
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI................................................
ABSTRAK...................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
BAB I............................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Fokus dan Sub Fokus Penelitian.......................................................................11
1.3 Perumusan Masalah.........................................................................................11
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................................12
1.5 Kegunaan Penelitian.........................................................................................12

BAB II.........................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Kerangka Teoritis..............................................................................................14
2.1.1 Pemerintah...............................................................................................14
2.1.2 Pemerintahan...........................................................................................15
2.1.3 Pemerintah Daerah..................................................................................17
2.1.4 Desa..........................................................................................................18
2.1.5 Pemerintahan Desa..................................................................................19
2.1.7 Kepemimpinan.........................................................................................20
2.1.7 Peran........................................................................................................22
2.1.8 Kepala Desa..............................................................................................22
2.1.9 Pemberdayaan.........................................................................................24

viii
2.1.10 Pemberdayaan Masyarakat......................................................................26
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan...........................................................................29
2.3 Kerangka Pemikiran..........................................................................................30
2.4 Hipotesis.................................................................................................................33

BAB III........................................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................
3.1 Pendekatan Penelitian......................................................................................34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................36
3.2.1 Tempat Penelitian....................................................................................36
3.2.2 Waktu Penelitian.............................................................................................36

Tabel 3.1....................................................................................................
3.3 Latar Penelitian................................................................................................38
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................38
3.4.1 Observasi..................................................................................................39
3.4.2 Wawancara / Interview...................................................................................40
3.4.3 Studi Dokumentasi...................................................................................42
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................................43
3.5.1 Reduksi Data (Data Reduction).................................................................43
3.5.2 Penyajian Data (Data Display)...................................................................44
3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)............................................................45
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data..........................................................................45

BAB IV.......................................................................................................
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................................
4.1 Profil Desa Jatiwangi.........................................................................................51
4.1.1 Sejarah Desa.............................................................................................51
4.1.2 Kondisi Fisik..............................................................................................52
4.1.3 Kependudukan.........................................................................................53
4.1.4 Kondisi Ekonomi.......................................................................................54
4.1.5 Kondisi Sosial............................................................................................55
4.1.6 Sarana dan Prasarana Pemukiman...........................................................58
4.1.7 Dasar Hukum............................................................................................59
4.1.8 Tugas, Wewenang, Hak, Kewajiban, dan Larangan Kepala Desa..............59

ix
4.2 Hasil Penelitian.................................................................................................65
4.2.1 Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa
Jatiwangi kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat...........69
4.2.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Peran Kepala Desa dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.....................................................................74
4.3 Pembahasan Temuan Penelitian......................................................................77

BAB V........................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................82
5.2 Saran................................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
A. Buku-buku............................................................................................................86
B. Peraturan Perundang-undangan..........................................................................88
C. Skripsi...................................................................................................................88
D. Jurnal....................................................................................................................88
E. Sumber-sumber Lain............................................................................................89

Lampiran 1................................................................................................
Lampiran 2................................................................................................
Lampiran 3................................................................................................
Lampiran 4..............................................................................................
Lampiran 5..............................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...............................................................................37

Tabel 3.2 Daftar Informan .................................................................................42

Tabel 4.1 Urutan Pejabat Kepala Desa ............................................................51

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Desa Jatiwangi ................................................52

Tabel 4.3 Distribusi dan Jumlah Penduduk Desa Jatiwangi .........................53

Tabel 4.4 Sektoe Ekonomi yang Terdapat di Desa Jatiwangi .......................54

Tabel 4.5 Mata Pencarian Penduduk menurut sektor usaha di Desa

Jatiwangi.............................................................................................................55

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

jatiwangi .............................................................................................................56

Tabel 4.7 Jumlah Sarana Pendidikan ..............................................................56

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Kesehatan ...............................................................57

Tabel 4.9 Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa Jatiwangi ...............................58

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................32

Gambar 3.2 Trianggulasi ..............................................................................50

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Jatiwangi periode 2021-2024 .......64

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 ...............................................................................................93

Lampiran

2 ...............................................................................................94

Lampiran

3 .............................................................................................101

Lampiran

4 .............................................................................................109

Lampiran

5 .............................................................................................112

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional,

pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada

pembangunan di pedesaan. Perhatian yang besar terhadap pedesaan itu

didasarkan pada kenyataan bahwa desa merupakan tempat berdiamnya

sebagian besar rakyat Indonesia. Kedudukan desa dan masyarakat desa

merupakan dasar landasan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. 1

Pembangunan yang dilaksanakan dengan menggunakan paradigma

pemberdayaan sangat diperlukan untuk mewujudkan partisipasi

masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan di desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

menyatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya

mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program,

1
Sigit Suwardianto, Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sidoagung
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Universitas Negri Yogyakarta, D.I Yogyakarta, 2015, hlm
1.

1
2

kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan

prioritas kebutuhan masyarakat desa. 2

Proses pembangunan saat ini perlu memahami dan

memperhatikan prinsip pembangunan yang berakar dari bawah

(grasroots), memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi

martabat serta kebebasan bagi manusia. Pembangunan yang dilakukan

harus memuat proses pemberdayaan masyarakat yang mengandung

makna dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai tujuan. Konsep

yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah konsep

kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara

sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari

pembangunan. Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di

masa lalu adalah disebabkan antara lain karena penyusunan,

pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan yang tidak

melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih mengedepankan

paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus

utama kehidupan bermasyarakat.

Untuk mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan, dan

kemandirian masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan

yang partisipatif. Pada tatanan pemerintahan diperlukan perilaku

pemerintahan yang jujur, terbuka, bertanggung jawab, dan demokrasi,

sedangkan pada tatanan masyarakat perlu dikembangkan mekanisme

2
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
3

yang memberikan peluang peran serta masyarakat dalam proses

pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.

Pemberdayaan masyarakat desa merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa

kegiatan antara lain peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat,

perbaikan lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi

desa, pengembangan lembaga keuangan desa, serta kegiatan-kegiatan

yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikkan

hasil produksinya.

Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pada era

globalisasi dan transparansi semakin banyak dibicarakan dalam forum-

forum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,

nasional dan internasional, dan melalui artikel-artikel dalam media massa.

Kesimpulannya mempersoalkan sikap apatis masyarakat terhadap proyek

pembangunan, partisipasi masyarakat yang rendah dalam pembangunan,

penolakan masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan,

ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serta

pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah

terhadap inovasi, dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup

terhadap bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya

meragukan bahwa masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai

pelaksana pembangunan. Meskipun kritikkritik diatas ada benarnya, tetapi

dengan hanya menyalahkan masyarakat tanpa mencari faktor-faktor


4

penyebabnya maka permasalahannya tidak dapat dipecahkan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah strategi yang dilakukan

untuk melakukan kemandirian sosial ekonomi masyarakat dalam jangka

panjang.3

Kepala Desa merupakan pimpinan yang tertinggi di desa dimana

kepala desa mempunyai andil yang penting dalam kemajuan suatu desa.

Sebagai seorang pemimpin kepala desa dituntut untuk melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Kepala Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa dan harus mampu merespon segala

permasalahan baik yang mendasar atau permasalahan genting lainnya. 4

Dalam Pasal 1 ayat (12) Permendagri Nomor 44 Tahun 2016

menyatakan bahwa Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki

Desa meliputi kewenangan berdasarkan hak asal-usul, kewenangan lokal

berskala Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

serta kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

3
Imanuel N. Tadanugi, Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Tamonjengi
Kecamatan Mori Kabupaten Morowali Utara, Jurnal Ilmiah Administratie, Volume : 10 Nomor : 1,
2018, hlm 65-66.
4
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
5

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. 5

Berdasarkan Pasal 6 Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 jenis

kewenanagan desa, meliputi :

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;


b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6
Pasal 1 ayat (2) Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 juga

menyatakan bahwa Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki

Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan

Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa. 7

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (9) Permendagri

Nommor 114 Tahun 2014 Pembangunan Desa adalah peningkatan

kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat Desa8. Penjelasan mengenai perencanaan pembangunan

desa juga dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (10) Permendagri Nomor 114

Tahun 2014 bahwa Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses

5
Pasal 1 ayat (12) Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa
6
Pasal 6 Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa
7
Pasal 1 ayat (2) Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
8
Pasal 1 ayat (9) Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
6

tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan

melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara

partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa

dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. 9

Menurut Henry Mintzberg tiga peranan yang dilakukan pemimpin

dalam organisasi yaitu : Peranan yang bersifat Interpersonal (Hubungan

Antar Pribadi); dimana atasan (Kepala Desa) harus bertindak sebagai

tokoh, sebagai pemimpin dan sebagai penghubung agar organisasi yang

dikelolanya berjalan dengan lancar. Peranan Selanjutnya adalah Peranan

yang bersifat Informasional ; yaitu atasan (Kepala Desa) bertindak

sebagai pemantau informasi menerima dan mengumpulkan informasi,

sebagai disseminator yaitu peran yang melibatkan atasan (Kepala Desa)

untuk menangani proses transmisi dari informasi-informasi kedalam

organisasi yang dipimpinnya dan sebagai juru bicara dimana peranan ini

dilakukan untuk menyampaikan informasi keluar lingkungan organisasi.

Terakhir Peranan sebagai Pengambilan Keputusan ; dalam peranan ini

atasan (Kepala Desa) harus terlibat dalam suatu proses pembuatan

stategi di dalam organisasi organisasi yang dipimpinnya. 10

kemampuan kepala desa dalam memberdayakan masyarakat di

desa, tentu akan berdampak pada tingkat partisipasi masyarakat, yang


9
Pasal 1 ayat (10) Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa
10
Abdul Hamid, Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulau Ku’u
Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong, JAPB : Vol. 2, No. 2, 2019, hlm 365.
7

merupakan pendukung utama tata pemerintahan desa. Masyarakat

memiliki peran penting dalam menjalankan program pemberdayaan

masyarakat di desanya, karena dalam hal ini masyarakat bukan hanya

menjadi objek tetapi juga subjek.

Dalam pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

menyebutkan bahwa :

Desa berkewajiban:

a. melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan


masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
e. memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Desa. 11
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 antara lain

disebutkan juga bahwa :

Masyarakat Desa berhak:

a. meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta


mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
b. memperoleh pelayanan yang sama dan adil;
c. menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis
secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
d. memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:
1. Kepala Desa;
2. perangkat Desa;

11
Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
8

3. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau


4. anggota lembaga kemasyarakatan Desa.
e. mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan
ketenteraman dan ketertiban di Desa. 12
Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 antara lain

disebutkan juga bahwa :

Masyarakat Desa berkewajiban:

a. membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;


b. mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang
baik;
c. mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram
di Desa;
d. memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan,
permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan
e. berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. 13
Perumusan program pemberdayaan masyarakat desa harus

menggunakan metode bottom up karena hakikatnya pemberdayaan

masyarakat dilakukan agar membuat masyarakat lebih berdaya.

Tantangan kemandirian desa yang diberikan oleh pemerintah pusat

membuat desa lebih berinovasi dalam membuat inovasi pemberdayaan

masyarakat desa. Inovasi dapat dikatakan sebagai suatu ide, produk,

informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik

baru atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru

oleh individu atau masyarakat. Inovasi pemberdayaan di tingkat desa

dapat dilakukan dengan melihat peluang atau potensi desa yang mungkin

belum tergarap dengan baik.


12
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
13
Pasal 68 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
9

Salah satu desa yang saat ini sedang berupaya untuk berinovasi

dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah Desa Jatiwangi. Desa

Jatiwangi merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi, dari data terakhir Badan Pusan Statistik Kabupaten

Bekasi di tahun 2018 total penduduk di Desa Jatiwangi 8.624 jiwa. 14

Desa Jatiwangi merupakan desa yang hampir setengah wilayahnya

tergusur untuk pembangunan kawasan industri MM 2100 sehingga

membuat Desa Jatiwangi menjadi salah satu desa yang cukup padat di

wilayah Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi. Dampak dari

adanya kawasan industri sangat dirasakan oleh masyarakat Desa

Jatiwangi baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Dengan luas

wilayah yang berkurang dan banyak pembangunan rumah yang dibangun

di wilayah Desa Jatiwangi, membuat area terbuka hijau menjadi

berkurang, sehingga selain menjadi gersang karena berdekatan dengan

kawasan industri, tetapi juga dikarenakan kurangnya area terbuka hjau di

wilayah Desa Jatiwangi.

Sebagai desa yang dekat dengan kawasan industri tentunya

banyak mendapatkan keuntungan dalam upaya peningkatan

pemerdayaan masyarakat yang telah dirintis oleh Kepala Desa antara lain:

1. Pembangunan Taman,

14
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, (https://bekasikab.bps.go.id/)
10

2. Pelatihan dan penyaluran tenaga kerja kepada perusahaan-

perusahaan, dan

3. Penyediakan fasilitas kepada masyarakat untuk menidirikan

UMKM.

Adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut diharapkan mampu

meningkatkan perekenomian di Desa Jatiwangi.

Berdasarkan pengamatan awal dari penulis yang memperoleh

informasi dari masyarakat, pelaksanaan upaya pemberdayaan diatas

masih belum optimal, dan masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya

diantaranya masih belum meratanya informasi yang didapat oleh

masyarakat serta kurangnya manfaat yang didapat dari adanya kegiatan

pemberdayaan tersebut.

Pemerintah/Pemerintah Daerah mempunyai tugas regulasi/

pengaturan pembangunan, pelayanan, perlindungan dan pemberdayaan

manusia. Karena itu tema skripsi sangat erat/relefan dengan program

studi ilmu pemerintahan yang penulis ikuti.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian, dengan judul “Peran Kepala Desa dalam Pemberdayakan

Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi”.
11

1.2 Fokus dan Sub Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada “Peran Kepala Desa dalam Pemberdayakan

Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat”.

2. Sub Fokus Penelitian

a. Peran Kepala Desa dalam Pemberdayakan Masyarakat Desa di

Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat.

b. Faktor pendukung dan faktor penghambat Peran Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat?

2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat?


12

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami secara mendalam Peran Kepala

Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor pendukung dan faktor

penghambat Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat.

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengemban Ilmu

Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan

konsep teori Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi serta masukan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan khususnya bagi Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang

Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat yang menjadi objek

penelitian.
13

3. Kegunaan Akademik

Sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus dipenuhi guna

mendapatkan gelar sarjana tingkat trata satu (S1) Ilmu Pemerintahan

di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan-Abdi Negara

(STIPAN) Jakarta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Pemerintah

Monstquieu (dalam Dharma Setyawan Salam) menjelaskan bahwa

“Pemerintah adalah seluruh lembaga yang biasa di kenal dengan nama

Trias Politika baik itu Legislatif (membuat Undang-Undang), Eksekutif

(melaksanakan Undang-Undang), maupun Yudikatif (mengawasi

pelaksanaan Undang-Undang)”.15

Menurut Ermaya Suradinata mengatakan bahwa “pemerintah

diartikan sebagai organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam

suatu Negara, mencangkup urusan masyarakat, urusan teritorial, dan

urusan kekuasaan dalam rangka pencapaian tujuan Negara”. 16

Pandangan lain tentan pemerintah yang dikemukakan oleh Marbun

dan Mahfud terbagi atas dua pengertian yaitu:

1. Pemerintah dalam arti sempit adalah organ atau alat perlengkapan

negara yang diserahi tugas pemerintah hanya berfungsi sebagai

badan eksekutif.

15
Dharma Setyawan Salam, Manajemen Pemerintahan Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2004) hlm.
35.
16
Ermaya Suradinata, Manajemen Pemerintahan Dalam Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT.
Vidcodata, 2002) hlm. 14.

14
15

2. Pemerintah dalam arti luas adalah semua badan yang

menyelenggarakan semua kekuasaan eksekutif maupun kekuasaan

legislatif dan yudikatif. 17

Teori lain tentang Pemerintah oleh Wilson (dalam Syafiie)

menyatakan bahwa “Pemerintah dalam akhir uraiannya, adalah

suatu pengorganisasian kaitan, tidak selalu berhubungan dengan

organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua atau kelompok

orang dari sekian banyak kelompok yang dipersiapkan oleh suatu

organisasi untuk mewujudukan maksud dan tujuan bersama

mereka, dengan hal-hal yang memberikan keterangan bagi urusan-

urusan umum kemasyarakatan”. 18

Berdasarkan beberapa teori di atas penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa pemerintah adalah organisasi atau lembaga

sebagai alat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang

menyelenggarakan urusan-urusan kemasyarakatan untuk

mencapai tujuan Negara.

2.1.2 Pemerintahan

Robinson mengatakan bahwa “Pemerintahan lebih mengacu pada

proses pengelolaan politik gaya atau model pengurusan masalah-masalah

umum serta pengelolaan sumberdaya umum. Dalam konteks itu

17
Marbun&Mahfud, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Liberty ,2006) hlm. 8.
18
Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005) hlm.
23.
16

menurutnya setidaknya terdapat tiga nilai penting yang menjadi sentrum

dalam pembicaraan pemerintahan, yaitu: akuntabilitas, legitimasi, dan

transparansi”. 19

Sedangkan teori lain yang dikemukakan oleh Taliziduhu Ndaraha

menyatakan bahwa “Pemerintah adalah sebuah sistem multiproses yang

bertujuan memenuhi dan melundungi kebutuhan dan tuntunan yang

diperintah akan jasa publik dan layanan sipil.” 20

Adapun pendapat lain oleh Ermaya Suradinata mengatakan bahwa

“Pemerintah adalah proses kegiatan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah. Pandangan tentang pemerintah tersebut sangat luas, karena

semua aktifitas kegiatan negara digerakkan dalam rangka memberikan

kesejahteraan dan rasa aman pada masyarakat. Proses tersebut

melibatkan lembaga militer, kepolisian, fungsi legislatif, keuangan dan

penegakan hukum yang berkadilan dalam rangka memberikan pelayanan

kepada masyarakat, membunuh kembangkan peran serta masyarakat

untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan bagi

kepentingan. 21

Pandangan lain menurut Dharma Setyawan Salam menyatakan

bahwa “Pemerintahan adalah suatu proses kegiatan yang

diselenggarakan oleh Pemerintahan yang bertujuan untuk memenuhi dan

19
Muhadam Labol, Memahami Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, Persada, 2014),
hlm. 23-24.

20
Taliziduhu Ndraha, Kybernoloby (Jakarta: Rineke Cipta, 2011)hlm. 5.
21
Ermaya Suradinata, Manajemen Pemerintahan dalam Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT.
Vidcodata, 2002) hlm. 14-15.
17

melindungi terhadap kebutuhan jasa publik dan pelayanan sipil atas

tuntunan masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan Negara. 22

2.1.3 Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014

pasal 1 ayat (2) Pemerintah Daerah adalah penyelengaraan urusan

pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembangunan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. 23

Menurut Moulin dalam Brian C. Smith Pemerintahan Daerah suatu

tempat latihan dasar bagi pembelaan lokal yang setempat dan

kepentingan individu yang dilihat lebih tinggi dari kepentingan-kepentingan

Nasional. 24

Menurut Martin dalam Juanda mengemukakan bahwa

pemerintahan daerah adalah hal yang universal, karena dapat ditentukan

baik pada bentuk Negara yang terbentuk federal maupun Negara

kesatuan. Beragam sebutan pusat, daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan

Desa. Pemerintahan daerah secara konstitusional dibawa kewenangan

22
Dharma Setyawan Salam, Manajemen Pemerintahan Indonesia (Jakarta: Pustaka Reka Cipta,
2007)hlm. 37.

23
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (2)
24
Brian C. Smith, Decentralization Teritorial Dimension Of The State (Jakarta Selatan: MIPI, 2010)
18

Provinsi (dalam Negara federasi) atau dibawa pemerintahan Nasional

(dalam Negara kesatuan). 25

2.1.4 Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan republik

Indonesia26.

P.J. Bournen menyatakan bahwa desa merupakan salah satu

bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang,

hampir semuanya saling mengenal; kebanyakan yang termasuk di

dalamnya hidup dari pertanian, perikanan, dan usaha-usaha yang dapat

dipengaruhi oleh adanya hukum dan kehendak alam lain; dalam tempat

tinggal tersebut ada banyak ikatan keluarga yang rapat, ketaatan, dan

kaidah-kaidah sosial. 27

Definisi desa secara lebih lengkap diungkapkan oleh Landis (1948),

yang menyebutkan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang jumlah

penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki pergaulan hidup yang saling mengenal antar ribuan jiwa;


25
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan Kewenangan Antara DPRD dan
Kepala Daerah. Bandung; PT. Alumni, 2004)
26
C.S.T Kansil, Christine, Pemerintahan Daerah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), cet. ke-
3, hlm. 58
27
Icuk Rangga Bawono, Optimalisasi Potensi Desa di Indonesia (Jakarta: PT. Grasindo, 2019),
hlm. 2.
19

2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap


kebiasaan;
3. Cara berusaha (ekonomi) yang paling umum dilakukan adalah agraris
atau pertanian, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar,
seperti iklim, keadaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sambilan. 28

2.1.5 Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 1 ayat (2) Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 29

Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah Kepala Desa atau

yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat

desa atau yang disebut dengan nama lain, yang bertugas

menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan desa, yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup melalui

pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana

desa.30

Pemerintahan Desa merupakan unit terdepan dan

berhadapan langsung dalam pelayanan pemerintahan dan

pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak utama untuk

keberhasilan semua program pemerintah. Urusan pemerintahan


28
Ibid., hlm. 2-3.
29
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
30
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
20

yang menjadi kewenangan desa mencakup urusan pemerintahan

yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari

pemerintah dan pemerintah daerah, urusan pemerintah lainnya

yang oleh perundang-undangan yang diserahkan kepada desa. 31

2.1.7 Kepemimpinan

Sinambela menyatakan teori kepemimpinan adalah bagaimana

seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang menjadi

pemimpin. Beberapa teori tentang kepemimpinan, yaitu:

a. Teori Kelebihan

Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin

apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya

kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup

tiga hal yaitu kelebihan ratio, kelebihan rohaniah, kelebihan

badaniah.

b. Teori Sifat

Teori ini menyatakan bahwa sesorang dapat menjadi pemimpin

yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang positif sehingga para

pengikutnya dapat menjadi pengikut yang baik, sifat-sifat

kepemimpinan yang umum misalnya bersifat adil, suka melindungi,

31
C.S.T Kansil, Christine S.T kansil, op. cit., hlm. 58
21

penuh rasa percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik,

energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.

c. Teori Keturunan

Menurut teori ini, seseorang menjadi pemimpin karena keturunan

atau warisan, karena orangtuanya seorang pemimpin maka

anaknya otomatis akan menjadi pemimpin menggantikan

orangtuanya.

d. Teori Kharismatik

Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena

orang tersebut mempunyai kharisma (pengaruh yang sangat

besar). Pemimpin ini biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan

pengaruh yang sangat besar.

e. Teori Bakat

Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa

pemimpin lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena

memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat

kepemimpinan harus dikembangkan, misalnya dengan memberi

kesempatan orang tersebut menduduki suatu jabatan.

f. Teori Sosial

Teori ini beranggapan pada dasarnya setiap orang dapat menjadi

pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin

asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat dididik menjadi


22

pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari. Baik

melalui pendidikan formal maupun pengalaman praktek. 32

2.1.7 Peran

Peran adalah suatu tindakan atau aktivitas yang diharapkan oleh

masyarakat atau pihak lain untuk dilakukan oleh seseorang sesuai dengan

status yang mereka miliki sehingga peran atau peranan dapat dirasakan

pengaruhnya dalam lingkup kehidupan33.

Soerjono Soekanto mendefinisikan peran sebagai aspek dinamis

dari suatu kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan. Hal ini berarti bahwa antara hak dan kewajiban memiliki

keterkaitan. Apabila seseorang sudah menjalankan hak dan kewajibannya

maka seseorang tersebut sudah menjalankan perannya. 34

Sedangkan menurut Maurice Duverger, peran adalah atribut

sebagai akibat dari status, dan perilaku yang diharapkan oleh anggota-

anggota lain dari masyarakat terhadap pemegang status, singkatnya

peranan adalah sebuah aspek dari status. 35

32
Adam Latif, Ahmad Mustanir, Irwan, Kepemimpinan Pemerintahan Desa, Partisipasi
Masyarakat & Perencanaan Pembangunan (Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media, 2020) hlm. 9-
11
33
Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terpan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 94
34
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 212
35
Maurice Duverfer, Sosiologi Politik, terj. Daniel Dhakidae, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010), hlm. 102
23

2.1.8 Kepala Desa

Kepala desa adalah sebutan pemimpin desa di Indonesia.

Kepala Desa merupakan pimpinan tertinggi dari pemerintah desa.

Berdasarkan ketentuaan pasal 26 ayat 1 Undang-Undang

nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa bertugas

menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.36 Sesuai pada Pasal 26 ayat 1

Dalam melaksanakan tugasnya kepala desa memiliki

kewenangan untuk :

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;


b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d. menetapkan Peraturan Desa;
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l. memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 37

36
Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
37
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, hlm. 14-15
24

Sebagaimana dimaksud pada pada Pasal 26 ayat 1 dalam

melaksanakan tugas, Kepala Desa berkewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundangundangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i. mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di
Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa. 38

2.1.9 Pemberdayaan

Pemberdayaan dalam Oxfort English Dictionary adalah terjemahan

dari kata empowerment yang mengandung dua pengertian (1) to give

power or authority to (memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau

mendelegasikan otoritas pada pihak lain. (2) to give ablity to or enable

(usaha untuk memberi kemampuan). Pemberdayaan berasal dari kata

38
Ibid., hlm. 16
25

daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdaya suatu kondisi atau

keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau kemampuan.

Pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat

mengaktualisasikan jati diri, hasrat dan martabatnya secara maksimal

untuk bertahan dan mengembangkan dirin secara mandiri. 39

Kadarisman menyatakan pemberdayaan adalah merupakan

suatu proses untuk menjadikan orang lebih berdaya atau lebih

berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan

cara memberikan kepercayaan dan kewenangan yang diharapkan

akan menumbuhkan rasa tanggung jawab.40

Pada prinsipnya pemberdayaan adalah memberikan

kekuatan kepada pihak yang kurang atau tidak berdaya (powerless)

agar dapat memiliki kekuatan yang menjadi modal dasar akulturasi

diri. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Payne dan

Shardlow mengenai tujuan dari pemberdayaan. Menurut Payne,

tujuan utama pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh

daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang

akan ia lakukan, yang terkait dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan

tindakan. Sedangkan Shardlow menyimpulkan bahwa

39
Anita Fauziah, Pemberdayaan Masyarakat, (Malang: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Depag
RI, 2009), hal. 17
40
M.Chazienul Ulum, Perilaku Organisasi: Menuju Orientasi Pemberdayaan, (Malang: UB Press,
2016), hal.140
26

pemberdayaan menyangkut permasalahan bagaimana individu,

kelompok ataupun masyarakat berusaha mengontrol kehidupan

mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan

sesuai dengan keinginan mereka.41

Menurut Ibrahim terdapat 6 Faktor utama hambatan dalam

inovasi pemberdayaan, yaitu pertama kurang tepatnya

perencanaan atau estimasi dalam proses difusi inovasi, kedua

adanya konfilk dan motivasi, disebabkan karena adanya masalah-

masalah pribadi seperti pertentangan antar anggota tim pelaksana,

kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi

yang mengganggu kelancaran proses inovasi, ketiga inovasi tidak

berkembang, keempat, masalah finansial, kelima penolakan

kelompom tertentu dan keenam kurang adanya hubungan sosial. 42

2.1.10 Pemberdayaan Masyarakat

Sumodiningrat, berpendapat bahwa pemberdayaan

masyarakat harus dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu:

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat


berkembang (Enabling);
2. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat
(Empowering);
3. Memberikan perlindungan (Protecting).

41
Ibid, hal.145
42
Ibrahim, Inovasi Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK, 1998),
hal. 122
27

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat agar mampu mewujudkan kemandirian dan

melepaskan diri dari belenggu kemiskinan serta keterbelakangan. 43

Ahmad Sururi, berpendapat bahwa Pemberdayaan

Masyarakat sebagai sebuah strategi sekarang telah banyak di

terima bahkan telah berkembang dalam berbagai literature di dunia

barat. Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah konsep

pembangunan merangkum nilai-nilai sosial dan budaya yang

berkembang dinamis di masyarakat dan mencerminkan paradigm

pembangunan yang bersifat people centered atau berpusat kepada

masyarakat sebagai subjek dan pelaku pembangunan. Secara

konseptual pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam

kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keeterbelakangan dengan kata lain

memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan

masyarakat.44

- Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat memiliki prinsip-prinsip sebagai

berikut :

43
Bambang Supriyono, Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)” Jurnal Administrasi Publik, Vol. I, No. 4,hal.10-11
44
Ahmad Sururi, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Wanasalam Kabupaten
Lebak, (Jurnal Administrasi Negara, Vol.3 No. 2), hal. 1-25
28

a. Mengerjakan artinya kegiatan pemberdayaan masyarakat harus


sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan
atau menerapkan sesuatu. Karena melalui mengerjakan mereka
akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan
pikiran, perasaan dan keterampilannya) yang akan terus diingat
untuk jangka waktu yang lebih lama.
b. Akibat artinya kegiatan pemberdayaan masyarakat harus
memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat
karena perasaan senang/puas atau tidak senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar
atau pemberdayaan masyarakat di masa-masa mendatang.
c. Asosiasi artinya setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat
harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya, sebab setiap orang
cenderung untuk mengaitkan atau menghubungkan kegiatannya
dengan kegiatan atau peristiwa yang lainnya.

- Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat meliputi beragam upaya

perbaikan sebagai berikut :

a. Perbaikan pendidikan dalam arti bahwa pemberdayaan harus


dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik.
b. Perbaikan aksesibilitas dalam sumber pembiayaan, penyediaan
produk dan peralatan serta lembaga pemasaran.
c. Perbaikan tindakan diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan
yang semakin baik.
d. Perbaikan kelembagaan diharapkan akan memperbaiki
kelembagaan termasuk pengembangan jaringan
kemitrausahaan.
e. Perbaikan usaha diharapkan akan memperbaiki bisnis yang
dilakukan.
f. Perbaikan pendapatan diharapkan akan memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya termasuk pendapatan keluarga
dan masyarakatnya.
g. Perbaikan lingkungan diharapkan memperbaiki lingkungan
karena kerusakan lingkungan sering kali disebabkan oleh
kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.
h. Perbaikan kehidupan diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
i. Perbaikan masyarakat diharapkan akan terwujud kehidupan
masyarakat yang lebih baik pula.

- Pendekatan dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat


29

a. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan


masyarakat dapat dilakukan dengan tiga pendekatan meliputi :
1) Pendekatan Mikro Membimbing atau melatih penerima
manfaat dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2) Pendekatan Mezzo Agar penerima manfaat memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3) Pendekatan Makro Penerima manfaat memiliki kompetensi
untuk memahami situasisituasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.
b. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat
terdapat lima strategi pengembangan yaitu :
1) Pengembangan sumberdaya manusia.
2) Pengembangan kelembagaan kelompok.
3) Pemupukan modal masyarakat (swasta).
4) Pengembangan usaha produktif.
5) Penyediaan informasi tepat guna.45

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian terdahulu dalam eJournal Ilmu

Pemerintahan yang berjudul “Peran Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Mukti Jaya Kecamatan

Rantau Pulung Kabupaten Kutai Timur” oleh Putra Wahyudi ,

Iman Surya , Rita Kala Linggi 2019. Dalam tulisan tersebut

menyatakan bahwa peran kepala desa dalam memberdayakan

masyarakat untuk kepentingan pembangunan di desa sudah

berjalan dengan baik, namun Peningkatan peran kepala desa

dalam pemberdayaan masyarakat harus lebih dioptimalkan lagi,

agar program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa Mukti

45
Sri Susanti, Peranan Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sukamaju
Kecamatan Tenggarong Seberang, (Ejornal Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Mulawarman Samarinda, 2015), h. 901-903
30

Jaya semakin berkembang dan agar warga masyarakat desa lebih

berdaya dalam tatanan sosial, politik, dan ekonomi.

Dan ada juga tulisan Abdul Rahim 2017 menulis judul

“Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Parit Kebumen dan Desa Teluk Recah

Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis” menyatakan

kepemimpinan Kepala Desa Teluk Lecah mengelola kekuasan

untuk melakukan program pemberdayaan di bidang pemerintahan,

pembangunan, kesehatan serta gotong royong sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi dari Kepala Desa, namun Perlu upaya dari

Kepala Desa yang merupakan administrator pemerintah,

administrator masyarakat dan administrator pembangunan untuk

menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat agar ikut

aktif dalam kegiatan pemberdayaan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kepala desa yang dalam hal ini berkedudukan sebagai pemimpin

formal memiliki peranan yang strategis dalam membawa masyarakat ke

arah tujuan pembangunan desa yang dicita-citakan. Sesuai dengan

Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa

bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa. Kepala Desa mempunyai peranan dan

tanggung jawab yang sangat berat karena selain menyelenggarakan


31

urusan pemerintahan, kepala desa juga merangkap sebagai pengusaha

tunggal di bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pemerintah desa dalam hal

pemberdayaan masyarakat maka diperlukan kerja sama antara

pemimpin dan masyarakat yang dalam hal ini diharapkan peran

aktif dari masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Karena dalam

proses pemberdayaan masyarakat, masyarakat desa ditempatkan

dalam posisi ganda yakni sebagai subyek dan obyek

pemberdayaan masyarakat.

Sebagai subyek pemberdayaan masyarakat, masyarakat

desa memiliki tanggung jawab untuk memberikan partisipasi dan

kontribusinya dalam pelaksanaan program pemberdayaan

masyarakat. Sedangkan sebagai obyek program pemberdayaan,

masyarakat desa memiliki hak untuk mendapatkan manfaat dari

hasil dan kemajuan yang dicapai dari proses pemberdayaan

masyarakat. Dalam usaha pemberdayaan masyarakat tersebut

sangat diperlukan kerja sama antara pemimpin dengan yang

dipimpin.

Berdasarkan kajian teori yang sudah dijabarkan oleh penulis

maka penulis merumuskan satu alur penelitian secara keseluruhan

sebagai berikut :
32

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan


Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat

1) Membina perekonomian desa

2)Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

(Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa)


33

Faktor pendukung: Faktor Penghambat:

1. Pengadaan sarana dan 1. Kurangnya partisipasi


prasarana masyarakat
2. Birokrasi yang terbuka 2. Kurangnya penerepan
dan tidak menyulitkan sistem informasi
masyarakat 3. Kurangnya sosialisasi
3. Adanya dana CSR dari program Desa kepada
perusahaan sekitar Desa masyarakat

Dalam pendekatan teori ini terdapat tiga jalur yang harus dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang


(Enabling);
2. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering);
3. Memberikan perlindungan (Protecting).

(Sumodiningrat, dalam Bambang Supriyono, Pemberdayaan Masyarakat Di


Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Mojokerto)” Jurnal Administrasi Publik, Vol. I, No. 4,hal.10-11)

Pemberdayaan Masyarakat

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan diatas

berikut dapat diajukan Hipotesis Penelitian sebagai jawaban atas asumsi

sementara terhadap masalah penelitian yang telah dirancang sebelumnya

antara lain sebagai berikut :

1. peran Kepala Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di

Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat:

1) Membina perekonomian desa

2) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisi


34

2. Faktor pendukung Kepala Desa dalam pemberdayaan Masyarakat,

yaitu:

1) pengadaan sarana dan prasarana,

2) birokrasi yang terbuka dan tidak menyulitkan masyarakat,

serta

3) adanya dana CSR dari perusahaan sekitar Desa.

Sedangkan faktor penghambat Kepala Desa dalam pemberdayaan

masyarakat di Desa Jatiwangi, yaitu:

1) kurangnya partisipasi masyarakat,

2) kurangnya penerapan sistem informasi, dan

3) kurangnya sosialisasi program Desa kepada masyarakat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan judul yang penulis buat Peran Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat maka jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan secara mendalam kondisi dilapangan berdasarkan

dukungan fakta dan informasi. Pendekatan ini sesuai dengan masalah

penelitian yaitu untuk mengetahui dan memahami bagaimana peran

kepala desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat di desa itu

sendiri dan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mendukung

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara

menyeluruh terhadap suatu objek. Peneliti menjadi instrument secara

utama dalam suatu penelitian kualitatif. Kemudian, hasil penelitian

dijelaskan dalam bentuk kata-kata yang diperoleh melalui data valid.

Sebab, penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi. Dan, datanya tidak dapat diselesaikan dengan perhitungan

statistik. 46

46
I Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Yogyakarta:Quadrant,2020), hlm. 110.

34
35

Menurut Denzin dan Lincoln (1994) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada. 47

Erickson (1968) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha

menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan

dan dampak dari Tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka. 48

Menurut Krik dan Miller (1986:9) mendefinisikan penilitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental

bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

maupun dalam peristilahannya. Hal tersebut mengidentifikasi hal-hal yang

relevan dengan makna baik dalam beragamnya keadaan dunia

keberagaman manusia, beragam Tindakan, beragam kepercayaan dan

minat dengan berfokus pada perbedaan bentuk-bentuk hal yang

menimbulkan perbedaan makna. 49

Penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat pospositivisme,

karena digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan

secara purposive dan snowball, Teknik pengumpulan data trianggulasi

47
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:CV Jejak,2018),
hlm. 7.
48
Albi Anggito dan Johan Setiawan, loc cit.
49
Ibid., hlm. 7-8.
36

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif. Dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi (sugiyono, 2011). 50

Dari beberapa pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan

bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan menguatkan

argumen-argumen yang sesuai dengan fakta dan data yang ada dengan

tujuan masalah yang kurang kongkrit menjadi kongkrit dan lebih mudah

dipahami dan dipelajari dengan fenomena-fenomena yang terjadi dengan

uraian-uraian lisa atau tertulis dari apa yang diamati.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Mengenai tempat penelitian yang ingin diteliti penulis memutuskan

untuk meneliti di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun jadwal penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang

lebih selama 7 (tujuh) bulan sejak bulan September 2020 sampai bulan

maret 2021. Untuk lebih jelas dilihat pada table 3.1, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi Tahun 2020/2021

No Uraian Kegiatan Tahun 2020 Tahun 2021

50
Ibid., hlm. 8.
37

Bulan Bulan
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

1 Bimbingan Penyusunan Skripsi

2 Penyusunan Usulan Penelitian

3 Sidang Usulan Penelitian

Revisi UP & Pengurusan Izin


4
Penelitian

Observasi Lapangan &


5
Penelitian

6 PKL dan Penelitian

Penyempurnaan Naskah
7
Skripsi

8 Sidang Komprehensif

9 Perbaikan Skripsi

10 Wisuda Tahun

Keterangan : Pelaksanaan Kegiatan


Sumber: Kalender Akademik STIPAN 2020/2021

3.3 Latar Penelitian

Latar penelitian ini adalah area dan situasi dimana wawancara dan

observasi berlangsung. Wawancara dilakukan di kantor Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

Pengaturan waktu untuk wawancara kepada tokoh tersebut diatas terlebih


38

dahulu dilakukan perjanjian kesepakatan waktu. Dalam melakukan

wawancara tidak lepas pula dilakukan pengamatan langsung terutama

terhadap Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa

Barat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono menyatakan bahwa teknik pengumpulan data adalah

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data-data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar yang ditetapkan. 51

Maka dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

3.4.1 Observasi

Sanafiah Faisal dalam Sugiyono mengklasifikasikan observasi

menjadi suatu Observasi yang berpartisipasi (Participacion Observation),

observasi yang secara terbuka dan tersamar (Overtonbservation and

covert observation), dan observasi yang tidak berstruktur (unstructured

observation). Cara observasi dapat dibagi atas tiga macam yaitu :

1. Observasi Partisipatif

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016)
hlm. 224.
39

Penelitian terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.

2. Observasi terbuka atau tersamar

Penelitian dalam pengumpulan data melakukan pengumpulan data

menyatakan secara terbuka kepada sumber data, bahwa ia sedang

melakukan penelitian.

3. Observasi tak berstruktur

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak

berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas.

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata

tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Maka

penulis memakai teknik observasi partisipatif untuk mengumpulkan data

dan fakta dilapangaan karena penulis ikut mengerjakan apa yang dikerjan

oleh sumber data. 52

3.4.2 Wawancara / Interview

Sugiyono53 menjelaskan bahwa wawancara dipakai sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk mengemukakan pemasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peniliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016)
hlm. 226.

53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016)
hlm. 231.
40

Tujuh langkah penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data

dalam penelitian kualitatif menurut Linclon dan Guba dalam Sugiyono,

yaitu:

1. Menetakan kepada siapa wawancara itu dilakukan,


2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraaan,
3. Mengawali atau membuka alur wawancara,
4. Melangsungkan alur wawancara,
5. Mengkonfirmasikan hasil wawancara dan mengakhirinya,
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan,
7. Mengidentifkasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh. 54

Esterberg dalam Sugiyono mengemukakan beberapa macam

wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi tersetruktur, dan tidak

terstruktur.

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dipakai sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti sudah sangat mengetahui tentang informasi apa

yang diperoleh.

2. Wawancara semi-terstruktur

Wawancara semi-terstruktur termasuk dalam wawancara yang

mendalam didalam pelaksanaan lebih bebas dibandingkaan

dengan wawancara terstruktur.

3. Wawancara tidak terstruktur

54
Ibid., hlm. 233.
41

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana dalam penelitian tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap dalam

pengumpulan datanya. 55

Jenis wawancara yang dipakai dalam penelitian ini merupakan

wawancara semi-terstruktur, dimana penelitian ini telah membuat

pedoman wawancara tetapi harus menggali secara mendetail untuk

mendapatkan permasalahan secara lebih terbuka dan meminta kepada

informan tentang pendapat serta ide-ide yang dipirkan. Data dari hasil

wawancara akan dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui Peran

Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

Adapun informan yang diminta informasinya mengenai Laporan

Akhir ini sebagai berikut :

Tabel 3. 1
Daftar Informan

NO Informan Jumlah

1 Camat Cikarang Barat 1

2 Kepala Desa 1

3 Perusahaan 1

4 Pelaku UMKM 2
55
Ibid., hlm. 235.
42

5 Tokoh Masyarakat 2

6 Masyarakat Setempat 4

Total 11

3.4.3 Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan perisitiwa yang sudah berlalu, dapat

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

Dokumen yang terbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang terbentuk

karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film dan

sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari pengguunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono) 56

Menurut Arikunto57 mengemukakan bahwa dokumentasi berasal

dari fakta dokumen yang artinya barang-barang tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen nilai, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian

dan sebagainya. Teknik yang dilakukan adalah dengan cara

mengumpulkan data untuk kemudian diteliti dan ditelaah.

56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016)
hlm. 240.
57
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
hlm. 274.
43

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono 58 “teknik analisis

data kualitatif meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin

pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam

bentuk yang sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan”. Dalam model ini terdapat tiga

komponen analisis, yaitu sebagai berikut:

3.5.1 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dan catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan atau

verifikasi.

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan ditulis

dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan direduksi,

dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian

kemudian dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian

kode, dan pembuatan tabel).

58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012)
hlm. 7.
44

3.5.2 Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang

ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integratif yang digunakan sebagai

pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik

kesimpulaan dari data yang ada.

Miles dan Huberman59 mengatakan ”Pada tahap ini peneliti banyak

terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan dari data yang

dikumpulkan dan di analisis sebelumnya, mengingat bahwa peneliti

kualitatif banyak menyusun teks naratif. Penelitian kualitatif biasanya

difokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada

konteks tertentu.

3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan seecara terus-menerus sepanjang

proses penelitian berlaangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian

dan selama proses pengumpulan data berlagsung. Peneliti berusaha

untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu

dengan menari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering

timbul yang diluangkan dalam kesimpulan yang sementara namun dengan

bertambahnya data melalui verifikasi terus-menerus akan memperoleh

kesimpulan-kesimpulan yang bersifat dasar.

59
Huberman, M.B Milles, Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Rohendi Rohidi
(Jakarta: Penerbitan Universitas Indonesia, 1984) hlm. 133.
45

3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan dan metode penelitian kualitatif uji sebagai

berikut :

1. Uji kredebilitas; maksudnya apakah proses dan hasil penelitian

dapat diterima atau dipercaya. Macam-macam pengujian

kredibilitas menurut Sugiyono antara lain dengan melakukan

perpanjangan, pengamatan, peningkatan, ketentuan dalam

penelitian, triaggulasi diskusi dengan orang lain analisis kasus

negative, dan memberchek.

2. Transferabilitas; maksudnya apakah hasil penelitian ini dapat

ditetapkan pada situasi yang lain.

3. Dependabilitas; maksudnya apakah hasil penelitian mengacu pada

tingkat konsistensi penliti dalam mengumpulkan data, membetuk

dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interprestasi

untuk menarrik kesimpulan.

4. Konfimabilitas; maksudnya apakah hasil penelitian dapat

dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan

data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan.

Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan

tujuan agar hasil dapat lebih.

Selain keabsahan data di atas terdapat metode lain untuk uji

keabsahan data yaitu triangulasi yang dimana pada hakekatnya

merupakan pendekatan multimode yang dilakukan peneliti pada saat


46

mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa

fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh

kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbaagai sudut pandang.

Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan

memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu,

peneliti dai berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara

mengurangi sebanyak mungkin masalah yang terjadi pada saat

pengumpulan dan analisis data.

Menurut Sugiyono triangulasi diartikan sebagai bentuk pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik peengumpulan

data dan sumber data yang telah ada. 60 Peneliti mengumpulkan data

sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data

dengan berbagai teknik pengumpulan data dan bebagai sumber data.

Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber cara, dan berbagai waktu terdapat 3 (tiga) trianggulasi dalam

keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi Sumber adalah pengujian untuk menguji krediblitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa meter.

2. Triangulasi Teknik adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik dengan berbeda.

60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2014) hlm. 330.
47

3. Triangulasi waktu adalah salah satu faktor yang dapat

memepengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan

teknik wawancara di pagi hari pada saat informan (narasumber)

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang

lebih valid sehingga kridibel dibandingkan dengan siang atau sore

hari.

Penelitian ini menggunakan trianggulasi teknik. Triangulasi teknik

yaitu menguji krediblitas data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

data yang telah diperoleh mulai beberapa informan. Dalam teknik

pengumpulan data, trianggulasi diartikan seebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat mengganbungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data yang

sekaligus menguji kredibiliitas data, yaitu mengecek kredibilitas data

dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data

(triangulasi).

Triangulasi teknik berarti penelitian menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama. Penelitian menggunakan teknik pengumpulan

observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk

sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti

untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda beda dengan teknik

yang sama.
48

Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk

mengetahui data yang diperoleh meluas konvergen tidak konsisten atau

kontradiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik trianggulasi

dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten

tuntas dan pasti.

Triangulasi merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu

titik dengan informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan

pembandingan terhadap data yang telah ada. Dalam melakukan

pengecekan fakta, dan informasi yang direkam dengan memanfaatkan

alat bantu yang tersedia melalui trianggulasi. Triangulasi ini selain

digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk

memperkaya data serta trianggulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki

validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu trianggulasi bersifat

reflektif. Trianggulasi dilakukan melalui sumber lain atau sumber data

yang baru, mencari informasi lain, mencari metode baru yang didukung

oleh landasan teoritis. Melalui teknik ini pemeriksaan terhadap data dapat

dipertanggung jawabkan dan memenuhi persyaratan keabsahan data.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan metode wawancara yang

ditunjang dengan metode observasi dan metode dokumentasi dengan

cara membandingkan informasi atau data yang berbeda. Sebagaimana

dikenal dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk memperoleh kebenaran

informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi


49

tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan

wawancara terstruktur. Atau peneliti menggunakan wawancara dan

observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenaranya. Selain itu,

peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek

kebenaran tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan

diharapkan dan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,

trianggulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari

subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan

demikian jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau

naskah/transkrip film, novel, dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu

dilakukan. Namun demikian trianggulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

Untuk lebih jelas gambaran proses penelitian dalam trianggulasi data

sebagai berikut:

Gambar 3.2

Triangulasi

PENELITI

INFORMAN I
KEPALA DESA JATIWANGI
(Bapak Yowanda Adieztria, S.H )
50

INFORMAN II INFORMAN III


CAMAT CIKARANG BARAT MASYARAKAT
(Bapak Doddy Gandi, S.STP, M.SI) (4 orang)

(Sumber : Sugiyono 2013 : 398)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Desa Jatiwangi

4.1.1 Sejarah Desa

Berdasarkan informasi dari Tokoh Masyarakat terbentuknya Desa

Jatiwangi Pada tahun 1982, pada tahun tersebut Desa Jatiwangi


51

dimekarkan menjadi Desa Mekarwangi, yang berada di sebelah timur

Desa Jatiwangi, dinamakan Desa Jatiwangi karena di wilayahnya terdapat

banyak pohon Jati dan di harapkan desanya menjadi desa yang kuat dan

harum. Kepala Desa petama yang di pilih langsung oleh masyarakat

adalah Bapak H.Ma’mum menjabat dari 1987-2006. Sedangkan

sebelumnya Bapak Hasan menjabat Kepala Desa utusan Pemerintah

Daerah pada saat pemekaran dari tahun 1982-1986.

Tabel 4.1

Tahun
No Nama Keterangan
1982 s/d 2021

1 HASAN 1982 s/d 1986 HASAN

2 MA’MUN KUTA 1987 s/d 2005 MA’MUN KUTA

3 SATIM 2006 s/d 2012 SATIM

YOWANDA
4 YOWANDA ADIEZTRIA 2012 s/d 2024
ADIEZTRIA

Urutan Pejabat Kepala Desa

4.1.2 Kondisi Fisik

Dilihat dari letak geografisnya, Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi tergolong dalam klasifikasi Desa

Swasembada dengan luas wilayah 578,00 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, 3

RW dan 10 RT dan jumlah penduduk 7.170 Jiwa. Dilihat dari letak

wilayahnya Desa Jatiwangi berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Desa Danau Indah


52

b. Sebelah Barat : Kecamatan Cikarang Selatan

c. Sebelah Selatan : Desa Cikedokan

d. Sebelah Timur : Desa Mekarwangi

sedangkan untuk penggunaan lahan di Desa Jatiwangi dapat dilihat

pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Penggunaan Lahan Desa Jatiwangi

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Su

m Lahan Perumahan 130 be

r :
Lahan Sawah/Tegalan -

Lahan Industri 418

Lahan Lain-lain -

Data Monografi Desa Jatiwangi Tahun 2021

4.1.3 Kependudukan

Secara umum kondisi umum Desa Jatiwangi jika diliat dari

komposisi penduduk, dengan jumlah penduduk 7.170 Jiwa Laki-laki 3.785

Jiwa dan Perempuan 3.385 Jiwa, dan jumlah Kartu Keluarga 2094 KK.

Dilihat dari jumlah penduduk usia kerja, usia produktif Desa Jatiwangi

cukup tinggi yaitu 97% sedangkan sisanya adalah penduduk usia kerja

tidak produktif (Pengangguran) yaitu 3%. Untuk lebih jelasnya kondidi


53

sosial secara umum Desa Jatiwangi dapat dilihat pada tabel 4.3 di Bawah

ini :

Tabel 4.3

Distribusi dan Jumlah Penduduk di Desa Jatiwangi

Penduduk Jumlah
Jumlah Penduduk 7.170 Jiwa
Jumlah KK 2.094 KK
Jumlah Penduduk Usia Kerja 5.319 Jiwa
Jumlah Penduduk Usia Kerja yang bekerja 5.096 Jiwa
Jumlah Penduduk Usia Kerja yang tidak 223 Jiwa
bekerja
Jumlah Penduduk Wajib KTP 5.530 Jiwa
Jumlah Penduduk yang punya KTP 5.365 Jiwa
Jumlah Penduduk yang tidak punya KTP 165 Jiwa
Jumlah Rumah Tangga Miskin 189 KK
Sumber: Data Monografi Desa Jatiwangi Tahun 2021

4.1.4 Kondisi Ekonomi

Kondisi Desa Jatiwangi dilihat dari letak geografisnya, maka jenis

kegiatan ekonomi di desa ini mayoritas bekerja disektor industri, selain itu

di urutan kedua adalah sektor perdagangan berupa toko dan warung


54

selanjutnya pertanian/perkebunan, Jasa, Buruh Tani, Perikanan,

Kontruksi, Transportasi, dan Peternakan.

Untuk lebih jelasnya jumlah sektor ekonomi dan mata pencarian

serta lapangan kerja penduduk Desa Jatiwangi dapat di lihat pada Tabel

4.4 dan Tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.4

Sektor Ekonomi yang Terdapat di Desa Jatiwangi

No Jenis Sektor Ekonomi Jumlah (Unit)

1 Koperasi 1
2 Industri Besar 62
3 Industri Sedang 2
4 Mini Market 5
5 Usaha Restoran/Rumah Makan 4
6 Warung Makanan dan Minuman 10
7 Toko/Warung Kelontong 59
8 Usaha Bengkel Motor 4
9 Usaha Bengkel Las 1
10 Usaha Salon Kecantikan 1
11 Usaha Pangkas Rambut 3
12 Usaha Persewaan Alat Pesta 2
13 Usaha Toko Material/Bangunan 2
Jumlah 156

Tabel 4.5

No Jenis Mata Pencarian Jumlah (Orang)

1 Pertanian/Perkebunan 145
2 Peternakan 15
3 Perikanan 47
4 Perdagangan 308
55

5 Transportasi 30
6 Industri 1.734
7 Kontruksi 42
8 Buruh Tani 65
9 Jasa 93
10 Pegawai Negri Sipil 8
11 TNI/Polri 1
Jumlah 2.488
Mata Pencarian Penduduk menurut sektor usaha di Desa Jatiwangi

Sumber: Data Monografi Desa Jatiwangi 2021

4.1.5 Kondisi Sosial

Kondisi sosial Desa Jatiwangi dapat dibagi menjadi beberapa

bidang diantaranya, yaitu :

a. Pendidikan

Penduduk Desa Jatiwangi dilihat dari bidang pendidikan, maka

rata-rata penduduknya sudah mengenyam pendidikan mulai tingkat

dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Jumlah penduduk yang tidak

pernah sekolah sekitar 98 orang, sedangkan penduduk yang tidak

menamatkan pendidikan dasar 976 orang.

Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

dan jumlah sarana pendidikan di Desa Warujaya, dapat dilihat pada Tabel

4.6 dan Tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.6
56

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jatiwangi

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1 Belum Sekolah -
2 Usia 7-45 Tahun Tidak Pernah Sekolah -
3 Tidak Tamat SD 976
4 Tamat SD/Sederajat 1.517
5 Tamat SLTP/Sederajat 1.118
6 Tamat SLTA/Sederajat 1.715
7 Tamat SMK 1.200
8 Tamat DI/DIII 32
9 Tamat S.1 9
Sumber : Data Monografi Desa Jatiwangi Tahun 2021

Tabel 4.7

No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)


1 PAUD 1
2 TK 3
3 SD 2
4 SLTP -
5 SMU -
6 SMK 1
Jumlah Sarana Pendidikan
Sumber : Data Monografi Desa Jatiwangi Tahun 2021

b. Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Jatiwangi, diantaranya

Poliklinik, Posyandu, dan Dokter umum. Sedangkan tenaga kesehatan

yang ada adalah Dokter dan Bidan.


57

Untuk lebih jelasnya jumlah sarana kesehatan dan jumlah

tenaga kesehatan di Desa Jatiwangi dapat diliat pada Tabel 4.8 dan

Tabel 4.9 dibawah ini:

Tabel 4.8

Jumlah Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

Rumah Bersalin 2

Poliklinik/Balai Pengobatan 2

Puskesmas Pembantu 1

Tempat Dokter Praktek 2

Tempat Bidan Praktek 2

Posyandu 6

Apotek 2

Jumlah 17

Sumber : Data Monografi Desa Jatiwangi 2021

Tabel 4.9

Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa Jatiwangi

Tenaga Kesehatan Jumlah


(orang)
58

Dokter 1

Bidan 2

Perawat 1

Kader Posyandu 16

Jumlah 20

Sumber : Data Monografi Desa Jatiwangi Tahun 2021

4.1.6 Sarana dan Prasarana Pemukiman

Kondisi rumah di Desa Jatiwangi pada umumnya sudah layak huni,

hal ini di buktikan dengan jumlah rumah tembok/permanen 1.138 Buah,

jumlah rumah semi permanen 609 buah dan jumlah penduduk yang

memakai listrik 2094 KK. Desa Jatiwangi memiliki beberapa rekreasi,

hiburan dan olahraga diantaranya:

1. Lapangan Sepak Bola : 1 Buah

2. Lapangan Futsal : 4 Buah

3. Lapangan Bulu Tangkis : 3 Buah

4. Taman Rekreasi : 1 Buah

4.1.7 Dasar Hukum

Untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa dalam mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintah

Desa, pembinaan masyarakat Desa, dan pemberdayaan masyarakat


59

Desa. Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi menetapkan Peraturan

Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun 2016 tentang Desa 61.

4.1.8 Tugas, Wewenang, Hak, Kewajiban, dan Larangan Kepala Desa

1. Tugas Kepala Desa:

Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa.

2. Wewenang Kepala Desa:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset

Desa;

d. Menetapkan peraturan Desa;

e. Menetapkan APB Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat

Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

61
Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Desa
60

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat

Desa;

l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan pembangunan Desa secara partisipatif;

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Hak Kepala Desa:

a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah

Desa;

b. mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan Desa;

c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan

kesehatan;

d. mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan; dan

e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban

lainnya kepada perangkat Desa.

4. Kepala Desa wajib:


61

a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan

Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati;

b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan

Desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati;

c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada Badan

Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran;

d. memberikan dan/atau menyebarkan informasi

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada

masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran.

5. Larangan Kepala Desa:

a. merugikan kepentingan umum;

b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri,

anggota keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu;

c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau

kewajibannya;

d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau

golongan masyarakat tertentu;

e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat

Desa;

f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang,

barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat


62

memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan

dilakukannya;

g. menjadi pengurus partai politik;

h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;

i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik

Indonesia, DPRD Provinsi atau DPRD, dan jabatan lain yang

ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;

j. menjadi pengurus dan/atau anggota Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM)/organisasi lain yang mempunyai tugas

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan;

k. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum

dan/atau pemilihan Bupati/Gubernur;

l. melanggar sumpah/janji jabatan; dan m. meninggalkan tugas

selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan

yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8

Tahun 2016 tentang Desa, Perangkat Desa berkedudukan sebagai

unsur pembantu Kepala desa. perangkat Desa terdiri atas:

a. sekretariat Desa;

b. pelaksana kewilayahan atau dusun; dan


63

c. pelaksana teknis.

Secara Lengkap Bagan Struktur Organisasi Desa Jatiwangi

periode 2018-2024 disajikan dalam Gambar 4.1

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Desa Jatiwangi periode 2018-2024

KEPALA DESA
BPD YOWANDA ADIEZTRIA
64

SEKRETARIS DESA
INAN SUNANDAR

KEPALA SEKSI KEPALAURU


KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALAURUSAN KEPALAURUSAN
KESEJAHTERA SAN TU &
PEMERINTAHAN PELAYANAN KEUANGAN PERENCANAAN
AN UMUM

H.MAMAN WANIN FIRDAUS


YUYUN JUNAEDI PARDI M. RAMIN
PRIYADI WARDANA SUBARKAH, SE

STAF KASI STAF KASI STAF KASI STAF KAUR


PEMERINTAHAN KESRA PELAYANAN KEUANGAN

SITI NUR ACUP M. NABRIH AN


NUNU ADIKA
ROCHIMAH DWILIANTO

KEPALA DUSUN I KEPALA DUSUN II KEPALA DUSUN III

ALEX MISNAN
YADI KHOERUDIN

4.2 Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti menyajikan data – data yang diperoleh dari

hasil penelitian di lapangan, melalui metode – metode penelitian yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Setelah ditentukan kualitas dan

kuantitas informan, kemudian dilakukan wawancara terbuka kepada


65

informan. Tempat pelaksanaan wawancara di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi dengan alat dokumentasi berupa

perekam (audio) dan foto (visual).

Pelaksanaan wawancara kepada seluruh informan berjalan

berdasarkan rentan waktu yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini,

peneliti menentukan informan yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Oleh karena itu, waktu yang telah disediakan sudah digunakan dengan

baik oleh peneliti dan efektif yaitu dengan meminta bantuan salah satu

staff di Desa Jatiwangi untuk mengarahkan peneliti kepada informan yang

dapat membantu terlaksananya penelitian.

Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan saat proses wawancara

merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah

disusun oleh peneliti, namun peneliti tidak hanya terpaku pada pertanyaan

– pertanyaan yang ada, dalam pelaksanaannya pertanyaan – pertanyaan

tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.

Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan

salah satu wujud dari konsep pelaksanaan pemerintahan yang baik (good

governance) dalam pemerintahan Desa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang membuntuhkan untuk diberdayakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi mengeluarkan Peraturan Daerah

yang menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat, tercantum dalam


66

Pasal 155 dan 156 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun

2016 tentang Desa.

Adapun kebijakan pemberdayaan masyarakat yang harus

diterapkan adalah sebagai berikut:

Pasal 155:

1) Pemberdayaan masyarakat Desa bertujuan memampukan Desa

dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan tata

kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga

kemasyarakatan Desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata

ekonomi dan lingkungan.

2) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan pihak

ketiga.

3) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, Badan

Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga

kemasyarakatan Desa, lembaga adat Desa, BUM Desa, badan

kerja sama antar-Desa, forum kerja sama Desa, dan kelompok

kegiatan masyarakat lain yang dibentuk untuk mendukung

kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.

Pasal 156:
67

1) Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa melakukan upaya

pemberdayaan masyarakat Desa.

2) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan:

a. mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan

dan pembangunan Desa yang dilaksanakan secara

swakelola oleh Desa;

b. mengembangkan program dan kegiatan pembangunan

Desa secara berkelanjutan dengan mendayagunakan

sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada

di Desa;

c. menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai

dengan prioritas, potensi, dan nilai kearifan lokal;

d. menyusun perencanaan dan penganggaran yang

berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga

disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal;

e. mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas

dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan

pembangunan Desa;

f. mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan

lembaga adat;
68

g. mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan

kebijakan Desa yang dilakukan melalui musyawarah

Desa;

h. menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas

sumber daya manusia masyarakat Desa;

i. melakukan pendampingan masyarakat Desa yang

berkelanjutan; dan

j. melakukan pengawasan dan pemantauan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan

Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat

Desa.

Di dalam pelaksanaannya, pemberdayaan masyarakat sudah

diterapkan sesuai kebijakan yang ada walaupun terdapat beberapa

kendala didalamnya namun sejauh ini masih dapat diatasi.


69

4.2.1 Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di


Desa Jatiwangi kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat

Kepala desa merupakan individu yang menjadi pemimpin di desa,

kepala desa bertanggung jawab penuh atas roda pemerintahan,

pembangunan, pemberdayaan masyarakat yang ada di desa. Selain

pemimpin dalam roda pemerintahan, kepala desa juga memiliki peranan

penting dalam pembangunan yang ada di desa. Pembangunan desa

menjadi tanggung jawab kepala desa, sehingga keberhasilan suatu desa

tergantung dari kepala desa tersebut. Salah satu cara membangun

kesejahteraan masyarakat yang dapat merangkul nilai-nilai sosial saat ini

adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat

menempatkan masyarakat sebagai pelaku dan penerima atau objek dan

subjek manfaat dari proses mencari solusi dan meningkatkan

kesejahteraan dari hasil pembangunan.

Menurut Sumodiningrat, pemberdayaan masyarakat (dalam

Bambang Supriyono) harus dilakukan melalui 3 (tiga) jalur, sebagai

berikut:

a. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (Enabling)

Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat

dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa setiap


70

orang, setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat

dikembangkan artinya tidak ada orang atau masyarakat tanpa daya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yowanda

Adieztria, S.H selaku Kepala Desa Jatiwangi (wawancara tanggal 13

April 2021), mengatakan bahwa:

“Hampir kurang lebih 60% wilayang Desa Jatiwangi adalah


kawasan industri, dan sebagian besar penduduk di Desa ini bermata
pencaharianya ada sebagai pegawai pabrik dan berdagang. Untuk
menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat
berkembang, kami pemerintah Desa menyediakan Balai Latihan Kerja
(BLK) dan pelatihan untuk masyarakat yang ingin mendirikan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM)”.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Camat Cikarang Barat

yang diwakili oleh Bapak Drs. A. Hamzah selaku Sekretaris Camat

Cikarang Barat (Wawancara 21 Mei 2021) mengatakan bahwa:

“Antusias kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa

Jatiwangi sangat baik. Kepala Desa berinisiatif menyediakan fasilitas

untuk mengembangkan potensi masyarakatnya dan mendukung

masyarakatnya untuk menjadi masyarakat Desa yang unggul”.

Lalu hasil wawancara dengan 4 (empat) masyarakat yang

disimpulkan menjadi satu, mengatakan bahwa:

“Kami merasa terbantu dengan adanya dukungan dari Kepala

Desa menyediakan fasilitas pelatihan untuk memberdayakan kami,

sehingga kami mampu berdaya saing”.


71

Berdasarkan fakta yang ditemukan oleh peneliti di lapangan,

Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat

berkembang cukup baik dan berjalan sesuai yang diharapkan oleh

masyarakat, Kepala Desa juga sering memantau kelapangan guna

melihat proses berjalannya kegiatan. Sehingga dalam hal ini pelatihan

yang disediakan oleh Pemerintah Desa Jatiwangi sudah terealisasi

dengan baik.

b. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat

(Empowering)

Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-

langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan

pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat

semakin berdaya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yowanda

Adieztria, S.H selaku Kepala Desa Jatiwangi (wawancara tanggal 13

April 2021), mengatakan bahwa:

“Untuk memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat, kami


pemerintah Desa tidak hanya menyediakan fasilitas pelatihan untuk
masyarakat. Tetapi kami juga memberikan sarana bagi masyarakat
untuk menerapkan hasil pelatihan dan potensi yang mereka miliki,
seperti untuk yang ingin bekerja sebagai pegawai pabrik kami
pemerintah Desa melalui Balai Latihan Kerja (BLK) bisa langsung
menyalurkan mereka ke perusahaan-perusahaan yang sudah
bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK). Terdapat lahan
kosong dan danau yang terbengkalai yang sudah kami kelola
bekerjasama dengan perusahaan pengembang kawasan industri PT.
Bekasi Fajar Tbk menjadi taman rekreasi, dan sudah kami sediakan
72

lahan dan tempat untuk masyarakat Desa untuk mendirikan UMKM di


tempat rekreasi yang bernama Taman Limo”.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Camat Cikarang Barat

yang diwakili oleh Bapak Drs. A. Hamzah selaku Sekretaris Camat

Cikarang Barat (Wawancara 21 Mei 2021) mengatakan bahwa:

“Langkah yang dilakukan oleh Kepala Desa Jatiwangi selaku


pemimpin dalam mendukung dan memberdayakan masyarakatnya
cukup bagus dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi
masyarakat Desa Jatiwangi untuk meningkatkan dan menerapkan
potensi masyarakat sehingga masyarakat Desa menjadi unggul dan
mempunyai daya saing”.
Selanjutnya hasil wawancara dengan PT. Bekasi fajar yang

diwakilkan oleh Bapak Obi Dinata, S.H, M.H selaku perusahaan

pemberi dana CSR untuk Desa Jatiwangi, mengatakan bahwa:

“Pemberian dana CSR kepada Desa Jatiwangi untuk


memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Desa Jatiwangi
dimanfaatkan dengan baik oleh Kepala Desa, banyak bukti fisik yang
sudah didirikan oleh pemerintah Desa seperti taman rekreasi (Taman
Limo), Balai Latihan Kerja (BLK), dan pembangunan sekolah.
Sehingga PT. Bekasi Fajar ikut merasakan dampak perkembangan
yang ada di Desa Jatiwangi, karena dana CSR yang diberikan berguna
untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa Jatiwangi”.
Selanjutnya hasil wawancara dengan 2 (dua) pelaku UMKM

yang disimpulkan menjadi satu oleh peneliti, mengatakan bahwa:

“Sarana dan Prasarana yang disediakan Pemerintah Desa


untuk para kami, seperti taman rekreasi (Taman Limo) ini sangat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat”.
Selanjutnya wawancara dengan 2 (dua) tokoh masyarakat Desa
Jatiwangi yang disimpulkan menjadi satu oleh peneliti, mengatakan
bahwa:
“Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi
cukup baik dan perkembanganya cukup pesat, masyarakat Desa
73

sekarang sudah unggul dan memiliki daya saing. Namun dengan


perkembangan yang pesat ini nilai-nilai kebudayaan adat dan istiadat
sudah mulai hilang satu persatu”.
Lalu hasil wawancara dengan 4 (empat) masyarakat yang

disimpulkan menjadi satu, mengatakan bahwa:

“program pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh Kepala


Desa cukup baik dan sangat membantu kami, akan tetapi terkadang
kami masih terlambat mendapatkan informasi dari beberapa kegiatan
yang ada”.
Maka dari seluruh wawancara peneliti dapat menyimpulkan,

yang dilakukan Kepala Desa Jatiwangi dalam Menguatkan potensi dan

daya yang dimiliki masyarakat sudah cukup baik dan sesuai dengan

yang diharapkan masyarakat, sudah terdapat pembangun fisik maupun

non fisik sebagai sarana untuk menguatkan potensi dan daya

masyarakat Desa Jatiwangi.

c. Memberikan perlindungan (Protecting)

Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur

penting, sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat

hubungannya dengan penetapan, pembudayaan, dan pengalaman

demokrasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yowanda

Adieztria, S.H selaku Kepala Desa Jatiwangi (wawancara tanggal 13

April 2021), mengatakan bahwa:


74

“Dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan


masyarakat di Desa Jatiwang, tentunya kami Pemerinatah Desa
Jatiwangi melibatkan seluruh unsur elemen masyarakat untuk
berpartisipasi dalam merencanakan pembangunan dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat agar sesuai dengan yang diharapkan
seluruh masyarakat Desa. sehingga dari semua pembangunan fisik
maupun non fisik yang ada timbul rasa saling memiliki dan tidak timbul
kesalah pahaman karena merasa hanya masyarakat tertentu yang ikut
membangun, tetapi ini milik bersama. Sehingga masyarakat ikut
bergotong royong dalam mempertahankan dan menjaga sarana dan
prasarana yang ada”.
Selanjutnya hasil wawancara dengan 4 (empat) masyarakat

yang disimpulkan menjadi satu, mengatakan bahwa:

“Kami cukup puas dengan sikap Kepala Desa yang tegas dalam
menerapkan kebijakan, seperti penerapan izin berdagang di taman
rekreasi (Taman Limo) hanya masyarakat Desa Jatiwangi yang di
izinkan untuk berdagang di area taman rekreasi (Taman Limo)”.
Maka dari hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan,

bahwa Kepala Desa Jatiwangi sudah cukup baik dan tegas dalam

melaksanakan kebijakan untuk melindungi dan membela kepentingan

masyarakat lemah. Kepala Desa juga aktif melihat kondisi dilapangan

dan melibatkan seluruh unsur elemen masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses pemberdayaan masyarakat yang sedang

berjalan, demi kesejahteraan dan keamanan masyarakat Desa

Jatiwangi.

4.2.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Peran Kepala Desa


dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan
Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat

1. Faktor Pendukung
75

Pada setiap Peran Kepala Desa tentunya memiliki faktor

pendukung dan penghambat keberhasilannya. Dari hasil wawancara

dengan beberapa informan dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung yang mempengaruhi keberhasilannya adalah sebagai

berikut :

1) Pengadaan sarana dan prasarana, disediakannya fasilitas fisik

maupun nonfisik oleh pemerintah Desa Jatiwangi sehingga

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

2) Birokrasi yang terbuka dan tidak menyulitkan masyarakat, dengan

kualitas birokrasi yang bersih, membuat masyarakat Desa

Jatiwangi tidak dipersulit dalam mengurus apapun dikantor Desa.

3) Dana CSR dari perushaan sekitar Desa, adanya pemeberian dana

CSR dari perusahaan menjadi tambahan pemasukan untuk

kelancaran pembangunan fisik maupun non fisik bagi pemerintah

Desa Jatiwangi menyediakan fasilitas untuk memberdayakan

masyarakat Desa Jatiwangi.

2. Faktor Penghambat

Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan faktor penghambat

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa

Barat, yaitu :
76

1) Kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya pemahaman

masyarakat mengenai kewajibannya sebagai masyarakat Desa

menjadi hambatan pemerintah Desa Jatiwangi dalam

memberdayakan masyarakatnya, sehingga masih terdapat

masyarakat yang kurang berpartisipasi atau terlibat dalam

program-program pemerintah Desa Jatiwangi.

2) Kurangnya penerapan sistem informasi, di era globalisasi seperti

sekarang masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi

dari sosial media dan lain-lain, namun perkembangan

pembangunan yang pesat di Desa Jatiwangi tidak dibarengi

dengan penerapan pelayanan berbasis elektronik (E-Government)

di kantor Pemerintah Desa Jatiwangi, sehingga masih terdapat

masyarakat yang terlambat mendapatkan informasi mengenai

program-program pemerintah Desa Jatiwangi.

3) Kurangnya sosialisasi program Desa kepada masyarakat,

penyampaian informasi yang lambat dari Pemerintah Desa

Jatiwangi kepada masyarakat membuat terhambatnya

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, karena terkadang

masyarakat harus datang kekantor Desa untuk mendapatkan

informasi yang ada.


77

4.3 Pembahasan Temuan Penelitian

Untuk menentukan faktor keberhasilan sebuah Peran, untuk

menjawab rumusan masalah “Peran Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?” akan dibahas berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu sebagai berikut

a. Membina perekonomian Desa

Berdasarkan fakta yang ditemukan oleh peneliti di lapangan,

peran Kepala Desa dalam membina perekonomian desa dapat

berkembang cukup baik dan sesuai yang diharapkan oleh masyarakat,

dengan membuat pelatihan kerja dan pelatihan untuk UMKM,

menyediakan sarana dan prasarana, seperti Balai Latihan Kerja (BLK)

dan dikelolanya lahan kosong menjadi sebuah taman rekreasi (Taman

Limo) untuk masyarakat. Sehingga masyarakat bisa langsung

menerapkannya dilapangan, dalam pelatihan kerja (BLK) dapat

menyalurkan masyarakatnya untuk bekerja di pabrik industri, dan

untuk pelatihan UMKM masyarakat bisa mendirikan UMKM di Taman

Limo. Dalam hal ini pelatihan yang disediakan oleh Kepala Desa

Jatiwangi sudah terealisasi dengan baik. Sehubungan dengan hal ini


78

juga didukung oleh Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa yaitu peran Kepala Desa dalam membina perekonomian desa.

Proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tidak

hanya sekedar sebuah program teteapi perlu peran Kepala Desa untuk

membina perekonomian desa. Kepala Desa Jatiwangi juga sering

memantau kelapangan guna melihat proses berjalannya program

pelatihan dan pembinaan masyarakat. sudah terdapat pembangun fisik

maupun non fisik sebagai sarana untuk menguatkan potensi dan daya

masyarakat Desa Jatiwangi, seperti Balai Latihan Kerja (BLK) dan

Taman Limo. Karena untuk menguatkan potensi yang dimiliki

masyarakat diperlukan sarana dan prasaran untuk bisa mendukung

program pemberdayaan masyarakat tersebut. Jika masyarakat hanya

diberikan sebuah pelatihan (non fisik) tetapi tidak disediakan sarana

prasarana (fisik), maka akan menjadi hambatan dalam pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat.

b. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

Peran Kepala Desa sangat penting untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur penting,

sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat hubungannya

dengan penetapan, pembudayaan, dan pengalaman demokrasi.


79

Berdasarkan hasil wawancara peneliti menyimpulkan, bahwa

Kepala Desa Jatiwangi sudah cukup baik dan tegas dalam

mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. Kepala

Desa juga aktif melihat kondisi dilapangan dan melibatkan seluruh

unsur elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses

pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan, demi kesejahteraan

dan keamanan masyarakat Desa Jatiwangi. Sehubungan dengan hal

ini juga didukung dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, yaitu mengkoordinasikan pembangunan desa secara

partisipatif. Kepala Desa Jatiwangi menunjukkan sikap tegas

mengambil kebijakan bahwa setiap program pemberdayaan

masyarakat itu untuk seluruh unsur elemen masyarakat khususnya

untuk masyarakat Desa Jatiwangi yang membutuhkan program

tersebut dan komitmen dalam pelaksanaannya, bahwa kebijakan yang

diambil oleh Kepala Desa dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat, melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.

Namun dari segi sistem informasi masih terdapat masyarakat yang

terlambat mendapatkan informasi karena tidak ada kualitas

penyampaian informasi untuk mensosialisasikan program program

Pemerintah Desa kepada masyarakat dan terdapat nilai-nilai

kebudayaan yang hampir hilang karena tidak adanya kegiatan

msyarakat yang mempertahankan nilai-nilai kebudayaan adat dan

istiadat.
80

Selanjutnya untuk menentukan keberhasilan sebuah peran Kepala

Desa terdapat faktor – faktor yang memperngaruhi peran Kepala Desa

tersebut untuk menjawab rumusan masalah “Apa faktor pendukung dan

penghambat Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat?”

1. Faktor Pendukung

Pengadaan sarana dan prasarana, disediakannya fasilitas

fisik maupun nonfisik oleh pemerintah Desa Jatiwangi agar

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi berjalan

sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, dengan kualitas

birokrasi yang bersih, membuat masyarakat Desa Jatiwangi tidak

dipersulit dalam mengurus apapun dikantor Desa, adanya

pemeberian dana CSR dari perusahaan menjadi tambahan

pemasukan untuk kelancaran pembangunan fisik maupun non fisik

bagi pemerintah Desa Jatiwangi menyediakan fasilitas untuk

memberdayakan masyarakat Desa Jatiwangi.

2. Faktor Penghambat

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai

kewajibannya sebagai masyarakat Desa menjadi hambatan

pemerintah Desa Jatiwangi dalam memberdayakan

masyarakatnya, sehingga masih terdapat masyarakat yang kurang

berpartisipasi atau terlibat dalam program-program pemerintah


81

Desa Jatiwangi, Kurangnya penerapan sistem informasi, di era

globalisasi seperti sekarang masyarakat semakin mudah

mendapatkan informasi dari sosial media dan lain-lain, namun

perkembangan pembangunan yang pesat di Desa Jatiwangi tidak

dibarengi dengan penerapan pelayanan berbasis elektronik (E-

Government) di kantor Pemerintah Desa Jatiwangi, sehingga masih

terdapat masyarakat yang terlambat mendapatkan informasi

mengenai program-program pemerintah Desa Jatiwangi, kurangnya

sosialisasi program Desa kepada masyarakat, penyampaian

informasi yang lambat dari Pemerintah Desa Jatiwangi kepada

masyarakat membuat terhambatnya pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat, karena terkadang masyarakat harus datang kekantor

Desa untuk mendapatkan informasi yang ada.


82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan masyarakat Desa di

Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa sudah

relatif baik, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.1 Membina perekonomian desa, berkembang cukup baik dan

sesuai yang diharapkan oleh masyarakat, dengan membuat pelatihan

kerja dan pelatihan untuk UMKM, menyediakan sarana dan prasarana,

seperti Balai Latihan Kerja (BLK) dan dikelolanya lahan kosong

menjadi sebuah taman rekreasi (Taman Limo) untuk masyarakat.

Terdapat pembangun fisik maupun non fisik sebagai sarana untuk

menguatkan potensi dan daya masyarakat Desa Jatiwangi.

1.2 Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

Kepala Desa Jatiwangi sudah menunjukkan sikap tegas

mengambil kebijakan bahwa setiap program pemberdayaan

masyarakat itu untuk seluruh unsur elemen masyarakat khususnya

untuk masyarakat Desa Jatiwangi yang membutuhkan program


83

tersebut dan komitmen dalam pelaksanaannya. Namun dari segi

sistem informasi masih terdapat masyarakat yang terlambat

mendapatkan informasi karena tidak ada kualitas penyampaian

informasi untuk mensosialisasikan program program Pemerintah Desa

kepada masyarakat dan terdapat nilai-nilai kebudayaan yang hampir

hilang karena tidak adanya kegiatan msyarakat yang mempertahankan

nilai-nilai kebudayaan adat dan istiadat.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

1.1 Faktor Pendukung

Disediakannya fasilitas fisik maupun nonfisik oleh pemerintah Desa

Jatiwangi agar pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, dengan

kualitas birokrasi yang bersih, membuat masyarakat Desa Jatiwangi tidak

dipersulit dalam mengurus apapun dikantor Desa, adanya pemeberian

dana CSR dari perusahaan menjadi tambahan pemasukan untuk

kelancaran pembangunan fisik maupun non fisik bagi pemerintah Desa

Jatiwangi menyediakan fasilitas untuk memberdayakan masyarakat Desa

Jatiwangi.

1.2 Faktor Penghambat

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kewajibannya

sebagai masyarakat Desa menjadi hambatan pemerintah Desa Jatiwangi

dalam memberdayakan masyarakatnya, sehingga masih terdapat

masyarakat yang kurang berpartisipasi atau terlibat dalam program-


84

program pemerintah Desa Jatiwangi, Kurangnya penerapan sistem

informasi, perkembangan pembangunan yang pesat di Desa Jatiwangi

tidak dibarengi dengan penerapan pelayanan berbasis elektronik (E-

Government) di kantor Pemerintah Desa Jatiwangi, sehingga masih

terdapat masyarakat yang terlambat mendapatkan informasi mengenai

program-program pemerintah Desa Jatiwangi, kurangnya sosialisasi

program Desa kepada masyarakat, penyampaian informasi yang lambat

dari Pemerintah Desa Jatiwangi kepada masyarakat membuat

terhambatnya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, karena terkadang

masyarakat harus datang kekantor Desa untuk mendapatkan informasi

yang ada.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis

memberikan saran kepada pemerintah Desa Jatiwangi agar meningkatkan

kualitas pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan hal – hal

sebagai berikut :

1. Peningkatan peran kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat

harus lebih ditingkatkan lagi, agar program pemberdayaan

masyarakat yang ada di Desa Jatiwangi semakin berkembang dan

agar warga masyarakat desa lebih berdaya dalam tatanan sosial,

politik dan ekonomi.


85

2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat tidak hanyak sebagai pelaku

dalam pemberdayaan masyarakat, tetapi juga melibatkan

masyarakat dalam menentukan dan pembuatan program

pemberdayaan masyarakat.

3. Meningkatkan kualitas sistem informasi agar sosialisasi mengenai

mengenai kebijakan dan program-program Desa dapat diterima

dengan cepat dan menyeluruh kepada masyarakat Desa, sehingga

seluruh elemen masyarakat dapat memahami program dan

kebijakan yang ada.


86

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terpan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Sukabumi: CV Jejak.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bawono, Icuk Rangga. 2019. Optimalisasi Potensi Desa di Indonesia.


Jakarta: PT. Grasindo.

Suradinata, Ermaya. 2002. Manajemen Pemerintahan Dalam Ilmu


Pemerintahan. Jakarta: PT. Vidcodata.

Duverfer, Maurice. 2010. Sosiologi Politik, terj. Daniel Dhakidae. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Fauziah, Anita. 2009. Pemberdayaan Masyarakat. Malang: Direktorat


Pendidikan Tinggi Islam Depag.

Huberman, M.B Milles. 1984. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh


Rohendi Rohidi. Jakarta: Penerbitan Universitas Indonesia.

Ibrahim. 1998. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan P2LPTK.
87

Jaya, I Made Laut Mertha. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif. Yogyakarta: Quadrant.

Juanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan


Kewenangan Antara DPRD dan Kepala Daerah. Bandung; PT.
Alumni.

Kansil, C.S.T dan Christine. 2004. Pemerintahan Daerah di Indonesia.


Jakarta: Sinar Grafika.

Labol, Muhadam. 2014 Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo, Persada.

Latif, Adam, Ahmad Mustanir, Irwan. 2020 Kepemimpinan Pemerintahan


Desa, Partisipasi Masyarakat & Perencanaan Pembangunan.
Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media.

Marbun, SF., dan Moh Mahfud. 2006. Pokok-pokok Hukum Administrasi


Negara. Yogyakarta: Liberty.

Ndraha, Taliziduhu. 2011 Kybernoloby. Jakarta: Rineke Cipta.

Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia.


Jakarta: Djambatan.

Smith, Brian C. 2010. Decentralization Teritorial Dimension Of The State.


Jakarta Selatan: MIPI.

______________________. 2007. Manajemen Pemerintahan Indonesia.


Jakarta: Pustaka Reka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali


Pers.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

_______. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

_______. 2010. Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

_______. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
88

Syafiie. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika


Aditama.

Ulum, M Chazienul. 2016. Perilaku Organisasi: Menuju Orientasi


Pemberdayaan. Malang: UB Press.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 tentang


Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013.

Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2016 tentang Kewenangan Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun


2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa

Peraturan Daerah kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun 2016 tentang Desa

C. Skripsi

Suwardianto, Sigit. 2015. Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan


Masyarakat di Desa Sidoagung Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman. D.I Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta

D. Jurnal

Tadanugi, Imanuel N. 2018. Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan


Masyarakat Desa Tamonjengi Kecamatan Mori Kabupaten
Morowali Utara. Jurnal Ilmiah Administratie, 65-66.

Hamid, Abdul. 2019. Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan


Masyarakat di Desa Pulau Ku’u Kecamatan Tanta Kabupaten
Tabalong. JAPB : Vol. 2, No. 2, 365.

Supriyono, Bambang. Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Usaha


Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Mojokerto). Jurnal Administrasi Publik, 10-11.
89

Sururi, Ahmad. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program


Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Wanasalam Kabupaten
Lebak. Jurnal Administrasi Negara, 1-25.

Susanti, Sri. 2015. Peranan Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan


Masyarakat di Desa Sukamaju Kecamatan Tenggarong
Seberang. Ejournal Ilmu Administrasi Negara, 901-903.

E. Sumber-sumber Lain

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. (https://bekasikab.bps.go.id/).


Diakses 5 Januari 2021
90

Lampiran 1

Pedoman Observasi

Dalam pengamatan observasi yang dilakukan adalah mengamati

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat

meliputi:

A. Tujuan

Untuk memperoleh data yang objektif dan akurat mengenai Peran

Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

B. Aspek yang diamati :

No Aspek yang diamati Keterangan

1. Peran Kepala Desa dalam Mengetahui Peran Kepala Desa dalam

Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat.

2. Faktor Pendukung Mengamati faktor pendukung Peran Kepala Desa

dalam Pemberdayaan masyarakat di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi Provinsi Jawa Barat.

3. Faktor penghambat Mengamati faktor penghambat Peran Kepala

Desa dalam Pemberdayaan masyarakat di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten


91

Bekasi Provinsi Jawa Barat.

4. Kondisi Sosial Mengetahui kondisi sosial yang sudah memadai

atau belum memadai.

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Mohon kesediaan Bapak/Ibu berkenan memberikan izin kepada

saya dalam melakukan penelitian di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang

Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat, yang merupakan lokus pada

penelitian ini. Adapun maksud penelitian ini adalah memperoleh data

secara objektif dan akurat melalui proses wawancara dengan pengajuan

beberapa pertanyaan yang tentunya tidak akan memojokkan atau

mempengaruhi jabatan atau poisisi Bapak/Ibu karena penelitian ini hanya

bersifat ilmiah.

A. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Jatiwangi, Camat

Cikarang Barat, Masyarakat. Sedangkan wawancara dan observasi pada

lokus penelitan, yaitu di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dengan dibantu alat-alat

wawancara yang terdiri dari alat tulis, lembaran, pedoman wawancara,

foto-foto dan gambar-gambar yang akan membantu selama proses

penelitian berlangsung.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


92

Wawancara dilksanakan selama observasi berlangsung, yaitu dimulai

setelah sidang usulan penelitian yang diikuti oleh peneliti sampai dengan

masa sebelum sidang komprehensif di gelar.

Latar atau Lokasi wawancara bertempat pada:

1. Kantor Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi Provinsi Jawa Barat untuk informan yang merupakan

pejabat setempat.

2. Lingkungan Desa Jatiwangi untuk informan yang berasal dari

masyarakat.

C. Jenis Informan

Kepala Desa Jatiwangi, Camat Cikarang Barat, Perusahaan,

Masyarakat di Desa jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi Provinsi Jawa Barat.

D. Identitas Informan (Narasumber)

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Alamat :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan :

E. Daftar pertanyaan

Daftar pertanyaan di bawah ini penulis gunakan untuk

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Desa


93

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa

Barat, dan untuk lebih menguatkan dasar pemikiran peneliti mengenai

Peran Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat.

. Pertanyaan-pertanyaan ini akan digunakan untuk mengidentifikasi

hambatan yang ditemui dalam Peraan Kepala Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi Provinsi Jawa Barat.

Hal tersebut di uji keabsahan melalui trianggulasi data. Pertanyaan

—pertanyaan yang diajukan akan berkembang sesuai dengan data yang

dbutuhkan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan dimaksud yaitu:

A. Kepala Desa

1) Visi

1. Bagaimana Visi Kepala Desa dalam Pemberdyaan masyarakat

di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi?

2) Misi

1. Bagaimana misi Kepala Desa dalam penyelenggaraan

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

3) Program Kerja
94

1. Apa saja program kerja Pemerintah Desa dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

2. Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan

masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dengan adanya program

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

4) Peran Kepala Desa

1. Bagimana peran Kepala Desa dalam proses pembinaan

masyarakat?

2. Bidang kegiatan apa saja yang menjadi target pembinaan

masyarakat?

5) Transmisi

1. Bagaimana sosialisasi Kepala Desa kepada masyarakat

tentang program pemberdayaan masyarakat yang ada di

dalam visi Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi?

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Kepala Desa dalam

pemberdayaan masyarakat
95

1. Apa saja faktor pendukung dari peran Kepala Desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

2. Apa saja faktor penghambat dari peran Kepala Desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

B. Camat Cikarang Barat

1) Responsivitas

1. Apakah proses kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa

Jatiwangi sudah sesuai dengan yang diuraikan dalam

Peraturan Menteri Desa dan PDTT Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2019 tentang Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa?

2. Bagaimana Bapak menanggapi proses kegiatan

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

2) Strategi

1. Apakah ada strategi tertentu untuk kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang bapak rencanakan untuk kedepannya bagi


96

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

C. Perusahaan

1) Program Kerja

1. Apa saja bentuk pelaksanaan CSR perusahaan kepada Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

2) Transmisi

1. Apakah pelaksanaan CSR sudah sesuai dengan yang

diharapkan oleh perusahaan?

D. Pelaku UMKM

1) Sarana Prasarana

1. Apakah sarana prasarana yang disediakan oleh Pemerintah

Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat

membantu pelaku UMKM?

2) Ekonomi

1. Apakah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat mampu memberikan kontribusi

bagi peningkatan pendapatan masyarakat?

E. Tokoh Masyarakat

1) Sosial dan Budaya

1. Apakah nilai-nilai yang dianut atau dimiliki masyarakat desa

sejalan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


97

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan swasta di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

F. Masyarakat setempat

1) Ekonomi

1. Apakah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat mampu memberikan kontribusi

bagi peningkatan pendapatan masyarakat?

2) Sarana Prasarana

1. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan oleh

Pemerintah Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat

di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi sudah optimal?

3) Responsivitas

2. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu dengan kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah

Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi?
98

Lampiran 3

CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA

1. Informan I adalah Bapak Yowanda Adieztria, S.H selaku Kepala

Desa Jatiwangi, pada hari Selasa, 13 April 2021, pukul 11.30 WIB –

selesai bertempat di kantor Desa Jatiwangi

Berikut berupa pertanyaan yang diajukan kepada Kepala Desa

1) Visi

1. Bagaimana Visi Kepala Desa dalam Pemberdyaan masyarakat

di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi?
99

Jawab : “Visi saya untuk Desa Jatiwangi adalah terwujudnya

Desa Jatiwangi yang maju, berdaya saing, dan bersih”.

2) Misi

1. Bagaimana misi Kepala Desa dalam penyelenggaraan

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Misi saya untuk mencapai Visi tersebut adalah


membuat pelatihan bagi masyarakat untuk mengembangkan
potensi masyarakat, membangun sarana prasarana baik fisik
maupun non fisik, dan meningkatkan pemberdayaan
masyarakat”.

3) Program Kerja

1. Apa saja program kerja Pemerintah Desa dalam

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “kita menyediakan pelatihan kerja untuk masyarakat

seperti pelatihan kerja untuk para pemuda dan pelatihan untuk

masyarakat yang ingin mendirikan Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM)”.

2. Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan

masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Prosesnya berjalan dengan lancar dan sudah sesuai

dengan yang telah direncanakan, tetapi ada beberapa


100

kendala, seperti masih ada beberapa masyarakat yang

cenderung tidak ingin mengetahui program-program tersebut”.

3. Bagaimana hasil yang dicapai dengan adanya program

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Alhamdulillah program-program yang telah kami buat

sudah berjalan dengan lancar dan hampir memenuhi apa yang

diharapkan oleh masyarakat”.

4) Peran Kepala Desa

1. Bidang kegiatan apa saja yang menjadi target pembinaan

masyarakat?

Jawab : “Pelatihan kerja bagi para pemuda agar lebih berdaya


saing untuk masuk sebagai pegawai pabrik dan kita juga sudah
menyediakan sarana yaitu balai latihan kerja (BLK), selanjutnya
pelatihan untuk masyarakat yang ingin mendirikan UMKM agar
mereka memiliki dasar untuk berwirausaha”.

5) Transmisi

1. Bagaimana sosialisasi Kepala Desa kepada masyarakat tentang

program pemberdayaan masyarakat yang ada di dalam visi Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : Sosialisasi yang saya berikan itu melalui kegiatan kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang kami buat, sehingga mereka tidak

hanya mengikuti program tersebut, tetapi juga memahami tujuan

untuk membangun Desa Jatiwangi”.


101

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Kepala Desa dalam

pemberdayaan masyarakat

1. Apa saja faktor pendukung dari peran Kepala Desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Alhamdulillah program-program pemberdayaan


masyarakat yang saya rencanakan, saya mendapat dukungan dari
seluruh elemen masyarakat dan adanya dana CSR dari
perusahaan yang juga cukup membantu pembangunan sarana
prasarana pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi, sehingga
program-program yang saya rencanakan bisa berjalan lancar”.

2. Apa saja faktor penghambat dari peran Kepala Desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan

Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “hambatan saya dalam pelaksanaan program-program

pemberdayaan masyarakat, terkadang masih terdapat masyarakat

yang kurang berpartisipasi dalam program-program yang ada”.

2. Informan II adalah Camat Cikarang Barat yang diwakili oleh Bapak

Drs. Amir Hamzah selaku Sekretaris Camat Cikarang Barat, pada hari

Jum’at, 21 Mei 2021 pukul 10.43 – selesai bertempat di Kantor

Kecamatan Cikarang Barat

Berikut berupa pertanyaan yang di ajukan kepada Camat Cikarang Barat

1) Responsivitas
102

1. Apakah proses kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa

Jatiwangi sudah sesuai dengan yang diuraikan dalam Peraturan

Menteri Desa dan PDTT Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019

tentang Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa?

Jawab : “jika dilihat proses kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di

Desa Jatiwangi sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh

kebijakan tersebut, dibuktikan dengan adanya sarana prasarana

yang mendung program pemberdayaan masyarakat tersebut”.

2. Bagaimana Bapak menanggapi proses kegiatan pemberdayaan

masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat

Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Langkah yang dilakukan oleh Kepala Desa Jatiwangi


selaku pemimpin dalam mendukung dan memberdayakan
masyarakatnya cukup bagus dengan menyediakan sarana dan
prasarana bagi masyarakat Desa Jatiwangi untuk meningkatkan
dan menerapkan potensi masyarakat sehingga masyarakat Desa
menjadi unggul dan mempunyai daya saing”.

2) Strategi

1. Apakah ada strategi tertentu untuk kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang bapak rencanakan untuk kedepannya bagi

pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang

Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : jika untuk strategi, tentunya strategi yang kami buat untuk

semua Desa yang ada di Kecamatan Ciakarang Barat, tetapi kami

akan berupaya maksimal agar strategi itu juga bisa masuk dan

diterapkan di Desa Jatiwangi”.


103

3. Informan III adalah Perusahaan (PT. Bekasi Fajar Tbk) yang

diwakili oleh Bapak Obi Dinata, S.H, M.H pada hari Jum’at, 30 Mei

2021 pukul 08.30 – selesai bertempat di kantor PT. Bekasi Fajar Tbk

1) Program Kerja

1. Apa saja bentuk pelaksanaan CSR perusahaan kepada Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “bentuk yang kami berikan kepada Desa Jatiwangi berupa

lahan kosong yang dikelola dengan baik oleh Kepala Desa

Jatiwangi, dan pemberian dana untuk keberlangsungan program-

program pemerintah Desa Jatiwangi untuk masyarakatnya”.

3) Transmisi

2. Apakah pelaksanaan CSR sudah sesuai dengan yang

diharapkan oleh perusahaan?

Jawab : “jika dilihat dari kegiatan yang ada, pelaksanan CSR

sudah sesuai yang kami harpkan, karena banyak bukti fisik

maupun non fisik yang kami lihat dilapangan yang sebagian

menggunakan dana CSR yang kami berikan”.

4. Informan IV adalah dengan Ibu Rohmi dan Bapak Endi selaku

pelaku UMKM yang sudah disimpulkan menjadi satu oleh peneliti,

pada hari Rabu, 29 Mei 2021 pukul 15.51 – selesai bertemapat di

Taman Limo Jatiwangi


104

1) Sarana Prasarana

1. Apakah sarana prasarana yang disediakan oleh Pemerintah

Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat

membantu pelaku UMKM?

Jawab : “sangat terbantu, karena rata-rata masyarakat Desa

Jatiwangi ini bekerja sebagai pegawai pabrik dan

persainganya pun makin sulit, sehingga kami bisa menidirkan

usaha sendiri”.

2) Ekonomi

1. Apakah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat mampu memberikan kontribusi

bagi peningkatan pendapatan masyarakat?

Jawab : “Sarana dan Prasarana yang disediakan Pemerintah

Desa untuk kami, seperti taman rekreasi (Taman Limo) ini

sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat”.

5. Informan V adalah Bapak Ma’Mun dan Bapak Simun selaku Tokoh

Masyarakat yang sudah disimpulkan menjadi satu oleh peneliti, pada

hari sabtu, 29 Mei 2021 bertempat di Desa Jatiwangi

1) Sosial dan Budaya

1. Apakah nilai-nilai yang dianut atau dimiliki masyarakat desa

sejalan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


105

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan swasta di Desa

Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi?

Jawab : “Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa


Jatiwangi cukup baik dan perkembanganya cukup pesat,
masyarakat Desa sekarang sudah unggul dan memiliki daya
saing. Namun dengan perkembangan yang pesat ini nilai-nilai
kebudayaan adat dan istiadat sudah mulai hilang satu
persatu”.

6. Informan VI adalah Bapak Kardi, Ibu Feni dan 2 orang lainnya

selaku masyarakat setempat yang sudah disimpulkan menjadi satu

oleh peneliti, pada hari sabtu 29 Mei 2021 bertempat di Desa

Jatiwangi

1) Ekonomi

1. Apakah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Jatiwangi

Kecamatan Cikarang Barat mampu memberikan kontribusi

bagi peningkatan pendapatan masyarakat?

Jawab : “Kami merasa terbantu dengan adanya dukungan dari


Kepala Desa menyediakan fasilitas pelatihan untuk
memberdayakan kami, sehingga kami mampu berdaya saing
ditengah sulitnya masuk kerja di pabrik, dan banyak
masyarakat yang mendirikin UMKM, sehingga muncul mata
penharian baru di Desa Jatiwangi”.

2) Sarana Prasarana

1. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan oleh

Pemerintah Desa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat

di Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi sudah optimal?


106

Jawab : “menurut kami secara keseluruhan sudah optimal,

tetapi pemerintah Desa Jatiwangi harus lebih aktif lagi

mensosialisasikan mengenai program-program yang ada”.

3) Responsivitas

1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu dengan kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah

Desa Jatiwangi Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten

Bekasi?

Jawab : “program pemberdayaan masyarakat yang dibentuk

oleh Kepala Desa cukup baik dan sangat membantu kami,

akan tetapi terkadang kami masih terlambat mendapatkan

informasi dari beberapa kegiatan yang ada”.

Lampiran 4

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN


107

Foto dengan Kepala Desa Jatiwangi, Sekretaris Camat Cikarang


Barat, dan bagian hukum PT. Bekasi Fajar Tbk.

Sumber : Dokumentasi Pribadi


108

Foto bersama Tokoh masyarakat dan pelaku UMKM

Sumber : Dokumentasi Pribadi


109

Foto bersama masyarakat setempat

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Lampiran 5

SARANA PRASARANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


110

Lokasi Foto di SMK Bina Industri, Taman Limo, dan Balai Latihan
Kerja

Sumber : Dokumentasi Pribadi


111
112
113
114

RIWAYAT HIDUP
Wahyu Firmansyah adalah nama dari
penulis skripsi. Lahir di Kota Jakarta
pada tanggal 3 Desember 1999, putra
ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak M. Suryadi dan Ibu
Hayati.
Dibesarkan di Kabupaten Bekasi,
Provinsi Jawa Barat oleh kedua orang
tua dengan penuh cinta dan kasih
sayang. Masa pendidikan penulis dimulai
pada TK Nurul Islam (lulus tahun 2005),
lalu melanjutkan pendidikan Sekolah
Dasar di SDN Cibuntu 07 (lulus tahun
2011). Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMPN 4 Setu (lulus tahun 2014).
Selama SMP penulis mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler Futsal. Kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 1 Setu.
Selama SMA penulis mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler Futsal.
Kemudian pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan
perguruan tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIP
– AN) dengan mengambil program studi Ilmu Pemerintahan. Penulis juga
mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi
Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIP – AN), seperti kegiatan Korsik dan
organisasi resimen mahasiswa (Menwa). Selain itu penulis melaksanakan
pendidikan, pelatihan dan pengasuhan (DIKLATSUH) Bela Negara di
Binong, pada tahun 2017. Penulis juga mengikuti seminar wajib bagi praja
STIP – AN yaitu seminar online Nasional dengan tema “Sustainable
Development Goals”, pada tanggal 19 Desember 2020. Sebagai salah
satu syarat untuk mengikuti Sidang Komprehensif, Wisuda dan
mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) pada tahun 2021.
Dengan Ketekunan, Motivasi tinggi untuk terus belajar dan
berusaha, penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir
ini. Semoga dalam penulisan tugas akhir ini mampu memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai