Perancangan Skripsi
Disusun Oleh :
M.IRMAN ZUHDI
L1C019062
UNIVERSITAS MATARAM
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Rencana penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melak
ukan penelitian. Rencana penelitian tersebut telah diperiksa, diperbaiki dan disetuj
ui oleh Dosen Pembimbing dan disahkan oleh Ketua Program Studi Sosiologi, Un
iversitas Mataram.
Disahkan Disetujui
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberika
n rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan perancangan skr
ipsi ini dengan judul “Makna Simbolik Ritual Sembeq Senggeteng Pada
Masyarakat Desa Lekor Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah”.
Perancangan skripsi ini disusun sesuai dengan apa yang penulis peroleh selama m
elaksanakan observasi di Desa Lekor, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok
Tengah .
M. Irman Zuhdi
L1C019062
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Fokus penelitian .........................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian........................................................................................5
1.4 Manfaat penelitian .....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................7
2.2 Kerangka Konseptual .................................................................................10
2.2.1 Makna .............................................................................................10
2.2.2 Simbol .............................................................................................11
2.2.3 Ritual................................................................................................13
2.2.4 Sembeq senggeteng ..........................................................................16
2.3 Kerangka Teoritis ......................................................................................17
2.3.1 Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Blumer ...............17
2.4 Kerangka Berpikir .....................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN................................................................22
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................22
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................24
3.3 Unit Analisis ..............................................................................................24
3.4 Informan Penelitian ..................................................................................25
3.5 Jenis Data ...................................................................................................27
3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ..........................................................28
3.7 Analisis Data ..............................................................................................29
3.8 Keabsahan Data ..........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah yang m
asih memiliki adat istiadat, tradisi, dan kepercayaan yang sangat beragam. Tradisi
dapat diartikan sebagai kebiasaan yang turun temurun dalam masyarakat, baik itu
dalam bentuk bahasa sehari-hari maupun budaya, seperti perkawinan, pesta adat, k
ematian, upacara pengobatan dan lain sebagainya. Tradisi juga diartikan sebagai s
esuatu yang telah diwariskan oleh para pendahulu atau nenek moyang secara turun
temurun baik berupa simbol, prinsip, material, benda, maupun kebijakan (Rofiq, 2
ng berdasarkan tradisi biasanya memiliki unsur magis dan memiliki tujuan tertent
an ritual tersebut. Kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan tidak dapat dila
Berkaitan dengan ritual dalam tradisi, di NTB masih terdapat berbagai uns
nya seperti ritual Sembeq Senggeteng. Tradisi Sembeq Senggeteng (jampi pengika
t) merupakan tradisi yang tidak tertulis namun menjadi kebiasaan yang secara turu
n-temurun dan berlaku bagi masyarakat lokal. Selain itu, Sembeq Senggeteng mer
upakan tradisi simbolik masyarakat Sasak yang memiliki makna mendalam. Semb
1
hasanya dipercaya mengandung makna gaib, melainkan bacaan Sembeq Senggeten
lakukan dengan tujuan untuk “mengikat’ seseorang agar tidak menikah atau menu
Secara umum, praktik Sembeq Senggeteng tidak hanya dilakukan oleh par
a muda-mudi untuk menunda perkawinan, namun juga oleh para orang tua yang m
a anak-anak mereka baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan untuk yang sedang
anak-anak mereka terhindar dari hal-hal yang tidak produktif, seperti disebabkan o
leh hubungan asmara maupun keinginan untuk menikah muda. Dengan adanya Se
mbeq Senggeteng ini diyakini bahwa orang yang bersangkutan tidak akan tergang
gu oleh pengaruh buruk lingkungan sekitar, hingga pendidikan yang ditempuh sel
esai. Selain itu tujuan dipasangkan Sembeq senggeteng agar anak-anak mereka seb
elum melangkah ke jenjang pernikahan harus matang secara fisik, mental, sosial, e
Hingga saat ini, keyakinan tersebut masih dipercayai oleh sebagian masyar
akat sasak khususnya di desa Lekor Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Ten
gah. Dalam konteks desa Lekor, pernikahan dipandang sebagai salah satu anjuran
2
pertimbangan lain yang sifatnya lebih matrealistis seperti kesiapan ekonomi dan
masyarakat terutama setiap orang tua untuk menemukan solusi yang dapat
kesiapan secara finansial dan sebagainya. Pada saat yang bersamaan, masyarakat
desa Lekor menjadikan kearifan lokal sebagai alternatif solusi untuk melakukan
Di sisi lain, tradisi atau kebudayaan merupakan sesuatu yang bersifat tidak
kekal, melainkan akan terus bergeser atau bahkan mengalami kepunahan sejalan d
engan zaman yang semakin berkembang. Demikian juga halnya dengan tradisi Se
mbeq Senggeteng yang telah diwariskan secara turun-temurun, tentu akan mengal
ami perubahan atau atau bahkan hilang. Meskipun demikian, bukan berarti tradisi
yang sudah menjadi hal sakral bagi masyarakat Lombok tersebut dihilangkan begi
ak sudah menjadi turun temurun bahkan sejak zaman dahulu. Dalam kehidupan se
ntra yang diyakini dapat mengatasi semua persoalan dalam kehidupan, termasuk
sembeq senggeteng.
lam pernikahan usia anak. Tradisi ini sebagai upaya preventif masyarakat suku
sasak untuk mengontrol kesiapan mental dan pendewasaan usia pernikahan pada
anak.
3
Di Indonesia untuk menunjukkan kesiapan fisik maupun mental dari calon
pengantin, sudah diatur pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tent
ang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 metetapkan batas mini
mal usia perkawinan bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun. Namun apabil
a calon mempelai belum memenuhi standar usia menikah seperti yang di cantumk
di Pengadilan Agama dan mendapat izin dari orang tua. Ketentuan batas kawin ini
seperti yang di jelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 15 ayat (1) didasark
uga pembatasan umur menikah bagi warga negara dimaksudkan agar calon penga
ntin memiliki kematangan berfikir, kematangan jiwa, serta kekuatan fisik yang me
madai, hal ini dapat meminimalisir keretakan dalam rumah tangga yang berujung
pada perceraian. Dengan adanya aturan pasangan yang siap menikah harus memili
ki kesadaran yang lebih matang mengenai tujuan dari perkawinan yang menekan
Dari segi mental baik laki-laki maupun perempuan, kesiapan mental tidak
kalah pentingnya dengan kesiapan fisik. Mengingat kehidupan ini tidak selalu ram
ah, sehingga sangat penting kesiapan mental, kesabaran serta keuletan. Tanpa hal t
ersebut pasangan suami istri aka merasa putus asa. Hal tersebut bisa menyebabkan
kegagalan dan perceraiaan. Belum lagi menghadapi tingkah laku suami istri yang t
a dua manusia apalagi berbeda jenis tentu berbeda kehendak serta berbeda selera.
Tentunya hal tersebut memerlukan kesiapan mental, kesabaran dan ketabahan unt
4
uk menghadapinya. Tanpa adanya hal tersebut rasanya sangat sulit untuk mempert
usa Tenggara Barat yaitu tentang Pendewasaan Usia Perkawinan yang diterbitkan
rubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 juga metetapkan batas minim
al usia perkawinan bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun. Dengan adanya
Gubernur NTB tersebut diharapkan bisa mencegah pernikahan dini yang kerap ter
jadi di masyarakat NTB. Karena jika berbicara tentang pernikahan usia anak di Lo
mbok sudah menjadi buah bibir yang disebabkan tingginya angka pernikahan dini
sebagaiman data yang dipaparkan oleh BKKBN provinsi NTB yang hampir 70%
Desa Lekor sebagai upaya untuk mencegah pernikahan pada usia yang tergolong
tradisi berupa ritual ini telah mampu mencegah terjadinya pernikahan terutama
pada pasangan-pasangan yang masih menempuh pendidikan. Para orang tua yang
menjadikan tradisi ini sebagai pilihan, dan pada saat yang bersamaan hal tersebut
5
terbilang memiliki efektivitas sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan
masyarakat. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ira Indrianingsih dkk. (2020) yang menunjukkan bahwa semua dusun yang
ada di desa Lekor tidak termasuk ke dalam kategori dusun yang memiliki angka
enggeteng pada masyarakat Sasak yang dijadikan sebagai media untuk mencegah
pernikahan pada usia anak, sehingga topik ini menjadi urgen untuk diteliti. Di sisi
lain, penelitian mengenai permasalahan atau topik tersebut juga masih belum bany
6
1.3 Tujuan penelitian
Lombok Tengah?
Adapun manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini baik secara teoritis
a. Manfaat teoritis
aitan dengan makna- makna yang terkandung dalam ritual sembeq senggete
ng.
b. Manfaat praktis
senggeteng.
i makna simbolik ritual sembeq senggeteng, dampak positif dan negatif dari ri
tual tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Dalam penelitian ini, penulis mengambil beberapa penelitian terdahulu yan
rupakan penelitian yang fokus kajiannya mengkaji tentang ritual Sembeq Senggete
ng pada masyarakat Suku Sasak. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan
i upaya pencegahan pernikahan dini perspektif 'Urf. Penelitian ini mengkaji tentan
itinjau dari 'urf. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara umum dalam prose
sya sembeq senggeteng dilakukan ketika orang tua merasa khawatir terhadap masa
depan anaknya. Sehingga orang tua membawa anaknya ke mangku adat untuk dip
sesuai tradisi. Diawali dengan psoses pemandian kemudian setelah itu pemasanga
n sembeq yang dibuat dari campuran pinang, daun sirih dan kapur sirih. Dimana p
adisi sembeq senggeteng ini telah memenuhi konsep 'urf yang diterima oleh huku
m Islam. Jika ditinjau dari segi objeknya sembeq senggeteng termasuk pada 'urf a
mali (adat istiadat atau kebiasaan yang berbentuk perbuatan). Sedangkan dari segi
jangkauannya sembeq senggeteng ini sesuai dengan 'urf al-khashah (tradisi yang k
husus) yaitu kebiasaan yang berlaku disuatu daerah dan masyarakat tertentu saja.
Dan yang terakhir adalah dari segi keabsahannya peneliti mengkategorikan tradisi
9
ini termasuk dalam al-'urf al-shahih (tradisi yang baik). Tradisi ini dilakukan deng
an baik tanpa ada pertentangan, sehingga tradisi sembeq senggeteng ini dapat dija
dikan sebagai hujjah (rujukan). Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang ak
an penulis lakukan terletak pada pelaksanaan ritual sembeq senggeteng pada masy
mpi pengikat) Sebagai Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (Studi Kasus Di Des
Adapun hasil penelitian ini adalah terdapat tradisi lokal masyarakat sasak
un rumah tangga yang bahagia. Tradisi ini merupakan tradisi yang turun-temurun
dan dipercayai oleh masyarakat Lombok. Adapun praktik Sembeq Senggeteng (ja
mpi pengikat) menurut konsepnya dibagi menjadi dua macam, yaitu Sembeq Seng
geteng Sekancing dan Sembeq Senggeteng Setumpu. Selain itu, penelitian ini jug
Implikasi dari praktik Sembeq Senggeteng bagi keluarga yang sudah meni
kah adalah utuhnya rumah tangga jauh dari hal-hal yang akan meretakkan rumah t
10
angga pada masa dan pasca perkawinan berimplikasi untuk mengoptimalisasi pen
usia perkawinan. Penelitian ini relevan untuk dijadikan sebagai rujukan bagi penul
Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Afrina dan Karyadi (2021), tentang
Belian Sasak Dalam Ritual Tegeteng Pada Masyarakat Suku Sasak Studi Di Desa
aji tentang ritual tegeteng yang ada pada masyarakat Sasak di Desa. Jenis penelitia
ritual tegeteng oleh masyarakat di Desa Barabali, dan memahami bagaimana masy
arakat dalam memaknai ritual tegeteng bagi keluarga pada masyarakat Suku Sasak
di Desa Barabali Barabali Lombok Tengah. Adapun hasil penelitian ini adalah Rit
ual tegeteng dimaknai sebagai proses yang dilakukan agar seorang anak tidak me
miliki keinginan untuk menikah dan bisa fokus ke pekerjaan atau pendidikannya.
Tegeteng itu berarti diikat namun tidak diikat secara fisik. Maksudnya diikat oleh
doa agar orang yang digeteng tidak ada keinginan untuk menikah. Tegeteng juga b
erarti mengelilingi dengan doa. Doa diibaratkan tali untuk mengikat seseorang ag
ar tidak menikah. Sehingga tidak ada pikiran untuk hal-hal lain yang tidak penting,
dan tegeteng berarti perasaan mati atau nafsunya dirusak sehingga mengakibatka
11
Dari beberapa penelitian diatas belum ada penelitian yang mengkaji
pernah dilakukan lebih condong mengkaji tentang prosesi dan aktor, belian
(mangku adat) yang terlibat dan bagaimana pelaksanaan ritual sembeq senggeteng
tersebut.
2.2.1 Makna
A. Pengertian Makna
Makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal
maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna
ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peris
tiwa dengan cara-cara tertentu. Masyarakat muncul dari percakapan yang saling b
erkaitan diantara individu. Makna adalah hasil komunikasi yang penting, makna
yang kita miliki adalah hasil interaksi kita dengan orang lain. Kita menggunakan
proses internal di dalam diri kita. Kita harus memilih, memerikasa, menyimpan, m
engelompokkan, dan mengirim makna sesuai dengan situasi dimana kita berada da
p objek atas dasar pada makna yang dimiliki objek itu bagi mereka, makna ini ber
asal dari interaksi sosial dengan seseorang dan makna ini dimodifikasi melalui pro
12
an makna yang diberikan pada orang, benda dan peristiwa. Makna ini diciptakan d
alam bahasa yang digunakan orang, baik untuk berkomunikasi dengan orang lain
perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam sebuah ko
munitas. Ada tiga konsep utama dalam teori Interaksi Simbolik menurut Blumer
diberikan orang lain pada mereka. Makna yang diberikan pada simbol
2.2.2 Simbol
A. Pengertian Simbol
Kata simbol berasal dari bahasa yunani yaitu symbolos berarti tanda
pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas
13
gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan
manusia.
yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah
pengertian makna dan nila. Suatu simbol disebut signifikan atau memiliki makna
yang sama seperti yang juga akan muncuk pada individu yang dituju. Menurut
dengan cara tertentu, sehingga simbol tidak terlalu terbatas sebagaimana tanda.
produktif (Mahmud, 2012). Simbol-simbol dapat memiliki makna yang baru atau
informasi dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan
Jadi definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bah
kan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, m
14
akna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu m
melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan keku
atan sosial. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak l
epas dari simbol, karena sesuatu yang dilakukan manusia merupakan simbol bagi
dirinya maupun orang lain. Simbol melengkapi seluruh aspek kehidupan manusia
yang meliputi aspek kebudayaan antara lain tingkah laku dan pengetahuan.
2.2.3 Ritual
A. Pengertian Ritual
laman-pengalaman yang tidak dapat diungkapkan dengan tepat oleh media lain
ikologis, sehingga ritual menanamkan sikap ke dalam kesadaran diri yang tinggi y
ang akan menjadi kuat. Ritual juga menunjukan sistem formalisasi perilaku ketika
berhadapan dengan objek suci lain. Sedangkan Menurut Suhardi (2009:14). Ritu
al adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (Sanci
Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Rit
ual bisa pribadi atau kelompok, wujudnya bisa doa, tarian, drama, kata-kata sepert
isi berasal dari suatu komunitas masyarakat atau masyarakat adat tertentu. Segala
komponen dalam sebuah ritual tidaklah ditentukan secara sembarang karena segal
15
a sesuatu yang menyangkut mengenai proses ritual telah diatur sebelumnya. Ritual
yang berdasarkan tradisi biasanya memiliki unsur magis yang berkaitan dengan m
akhluk astral atau makhul halus yang bersifat mengganggu, mendatangkan penyak
it dan memberi kesialan. Oleh karena itu untuk mengusir atau menolak bala, biasa
arana yang menghubungkan manusia dengan yang keramat, inilah agama dalam pr
aktek (action), (Abdullah, 2009). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga
adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa beru
Pertama, Durkheim yang melihat ritual sebagai sarana yang digunakan untuk men
ghasilkan, untuk mengalami dan untuk membenarkan keyakinan dan gagasan seba
gai hal yang nyata oleh komunitasnya (Abdullah, 2009). Menurutnya, ritual adala
h sarana yang digunakan untuk menuju dengan tepat atau untuk mengkondisikan
persepsi individual. Kedua, Turner (Abdullah, 2009) yang menyebutkan ritual seb
aktivitas yang spesial dan yang paradikmatik, yang menuju pada tuntutan-tuntutan
yang diperlukan dan yang bertentangan dari baik komunitas terbatas maupun tatan
an sosial yang sudah diformulasikan secara luas. Pada prinsipnya ritual merupaka
n suatu transformasi sikap dari yang profan (nyata) kepada sesuatu yang sakral (k
udus).
16
Dalam ritual terdapat simbol-simbol yang menyatakan perilaku
dan perasaan yang turut membentuk pribadi mereka yang memuja atau melakukan
ritual. Dalam hal ini diyakini bahwa terdapat suatu kekuatan yang lebih besar dan
lebih kuat (the supreme being) di luar diri manusia. Melalui pelaksanaan ritual, m
anusia (orang- orang yang melakukan ritual) merasa akrab atau dekat dengan subj
ek yang kudus dan mendapat perlindungan atau rasa aman. Beberapa ahli membed
akan tindakan ritual dalam empat kategori. Pertama, tindakan magis yang dikaitka
tindakan religius dan kultus para leluhur. Ketiga, ritual yang mengungkapkan hub
ungan sosial dan merujuk pada pengertian-pengertian mistik. Terakhir, ritual yang
imaksud dengan ritual adalah teknik kebiasan yang dibuat menjadi suci yang men
Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak d
namun secara lisan yang secara turun-temurun masih dipercaya dan berlaku bagi
masyarakat lokal (Sumerah, 2019). Sembeq senggeteng itu dibagi menjadi dua yai
tu: sembeq senggeteng sekancing (jampi pengikat) dan sembeq senggeteng setump
17
u (jampi pembuka). Kenapa harus ada pengikat dan pembuka karena jika seseoran
g sudah dijampi pengikat maka tanpa harus dilepas maka seseorang tersebut tidak
bisa menikah. Sehingga supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan maka sang
ersebut disimpan oleh orang tuanya agar bisa membka ketika tujuannya sudah terc
ang sasak) yang bahasanya dipercaya mengandung makna ghaib ( mantra), melain
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2020), Secara umu
da saja melainkan juga oleh para orang tua yang menginginkan anak-anaknya suk
ses, salah satunya dalam bidang pendidikan. Bahwa sukses yang dimaksud disini
para orang tua berupaya agar anak-anaknya (anak baik laki-laki maupun perempu
an tradisi sembeq senggeteng dengan tujuan agar mereka tidak terganggu sekolah
atau kuliahnya oleh hal-hal tidak produktif, misalnya disebabkan oleh hubungan a
smara atau keinginan untuk menikah diusia anak. Dengan sembeq senggeteng diy
akini bahwa yang bersangkutan tidak terganggu oleh masalah tersebut setidak-tida
18
2.3 Kerangka Teoritis
aktor yang disebutkan Blumer berada pada kondisinya secara utuh sebagai
cinya terletak pada proses inerpretasi karena menjadi penengah atau pengolah anta
ra stimulus dan respon. Interpretasi bukan hanya dianggap sebagai penerapan mak
an tindakan (Ritzer, 2012). Blumer memandang bahwa subjek manusia yang meru
pakan aktor tidak akan begitu saja menerima sesuatu sebagai barang jadi (taken fo
r granted), maksudnya adalah manusia sebagai aktor akan menelaah terlebih dahu
n makna dari sesuatu yang diterimanya tersebut berdasarkan apa yang didapatkan
hingga menimbulkan pemaknaan yang khas dari setiap individu (Mulyana, 2018).
Proses memaknai simbol-simbol ini menjadi hal yang cukup istimewa bagi manus
19
berbeda dari makhluk lainnya. Blumer pun menyatakan bahwa manusia memakna
i sesuatu sesuai dengan apa yang manusia itu pahami terhadap simbol-simbol, tan
da-tanda ataupun perilaku tertentu yang ia alami dan rasakan, dan juga pengaruh
mereka atas dunia sekeliling mereka (Wirawan, 2012). Blumer mengajukan tiga p
sesuatu itu kepadanya. Semakin penting sesuatu itu maknanya bagi dirinya
2. Makna sesuatu itu muncul dari interaksi sosialnya dengan orang lain,
sehingga makna itu bukan sesuatu yang datang dengan tiba-tiba dan
dan mendalam serta berinteraksi secara langsung dengan orang dalam latar alamia
h dan wawasan terbuka, dan analisis secara induktif, peneliti interaksionisme simb
olik dapat sampai ke pemahaman dunia simbolik orang yang diteliti (Mulyana,
2018).
20
Blumer menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaa
ch Herbert Blumer menunjukkan bahwa manusia secara utuh bergantung pada diri
nya, dalam artian khusus manusia melakukan tindakan sesuai dengan bagaimana i
u tanda-tanda tertentu yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai
makhluk berpikir dan makhluk sosial tentunya yang seringkali berkomunikasi mel
alui tanda-tanda yang telah distujui memiliki makna-makna yang mutlak maupun t
ya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya
dan melahirkan serangkaian atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebu
antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdas
arkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
teliti. Uma Sakaran dalam bukunya bussiness research (1992) dalam Sugiyono
ntang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifika
21
Fenomena pernikahan usia anak merupakan persoalan yang kerap menjadi
kan Nusa Tenggara Barat sebagai buah bibir lantaran cukup tinggginya angka per
nikahan usia anak sebagaimana data BKKBN Provinsi NTB hampir 70% pernikah
an terjadi pada usia anak. Relevan dengan hal tersebut keberadaan ritual sembeq s
ia anak, pada masyarakat Suku Sasak semakin eksis. Ritual ini dijadikan sebagai
upaya preventif masyarakat suku sasak untuk mengontrol kesiapan mental dan pe
ndewasaan usia pernikahan pada anak. Selain itu, sembeq senggeteng merupakan t
ui proses interpretasi yang telah melalui pembelajaran dan interaksi dalam masyar
akat sehingga menimbulkan pemaknaan yang khas dari setiap individu, proses me
maknai simbol-simbol ini menjadi hal yang cukup istimewa bagi manusia karena
dan juga tinjauan pustaka, maka penulis menjabarkan kerangka pemikiran yang ke
mudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini dalam bagan berikut:
22
Ritual Sembeq Senggeteng
BAB III
METODE PENELITIAN
tu prosedur penelitian yang memahami suatu fenomena yang akan diteliti dan aka
n menghasilkan data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dari oran
ang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah (sebagai lawannya adalah eksp
23
an data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
h), berorientasi pada kasus dari sejumlah kasus kecil, termasuk studi kasus Ragin
& White (Morissan, 2019). Penelitian kualitatif berupaya menemukan data secara
terperinci dari kasus tertentu. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk me
mbuat suatu fakta dapat dipahami, dan sering kali tidak terlalu menekankan pada
iksi) dari berbagai pola (yang ditemukan) Ragin & White (Morissan, 2019).
Dari beberapa definsi para ahli tentang penelitian kualitatif di atas dapat di
mahami dan meneliti perilaku yang ada dalam individu atau kelompok dan fenom
ena sosial dalam kondisi alamiah sehingga akan didapatkan data-data deskriptif d
alam bentuk lisan atau pun tulisan yang kemudian data tersebut diinterpretasikan
kunci.
itu menganalisis makna simbolik ritual sembeq senggeteng pada masyarakat Desa
mi pengalaman individu dalam suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan
enologi bertujuan untuk menggambarkan makna dari pengalaman hidup yang dial
24
ami oleh beberapa individu, tentang konsep atau fenomena tertentu, dengan men
ersal dari peristiwa, situasi atau pengalaman dan sampai pada pemahaman yang le
eng sebagai tradisi dalam masyarakat suku sasak sudah menjadi turun temurun ba
wam, kaum intelektual juga masih memakai mantra yang diyakini dapat mengatas
dekatan ini tepat digunakan dalam menganalisis fenomena ritual Sembeq Sengget
eng karena, Fenomenologi menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fen
omena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa indiv
ombok Tengah. Alasan memilih lokasi penelitian di Desa Lekor karena masyarak
atnya masih kental dengan nilai-nilai budaya dan tradisi-tradisi yang diwariskan o
leh nenek moyangnya, termasuk pelaksanaan ritual sembeq senggeteng yang masi
h diyakini sebagai senjata untuk mencegah pernikahan usia anak yang mengandu
25
3.3 Unit Analisis
Unit analisis merupakan topik yang relevan bagi setiap riset sosial, unit an
alisis mencakup seluruh hal yang peneliti untuk mendapatkan penjelasan ringkas
mengenai keseluruhan unit untuk menjelaskan perbedaan diantara unit analisis ter
sebut (Morissan, 201) Unit analisis dalam penelitian ini ialah subjek yang diteliti
yaitu masyarakat Desa Lekor. Fokus analisis adalah Makna Simbolik ritual semb
a) Individu
Individu merupakan unit analisis yang sangat penting dalam riset ilmu
sosial. Setiap tipe individu dapat menjadi unit analisis dalam penelitian
sosial. Pada ilmu sosial, temuan hasil penelitian akan menjadi sangat
berharga jika temuan tersebut dapat diterapkan atau berlaku bagu semua
b) Kelompok
tersebut.
genai fenomena atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dalam peneli
mpling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan kara
kteristik atau ciri-ciri tertentu (Sugiyono, 2017). Adapun informan dalam peneliti
an ini yaitu Informan kunci terdiri dari para mangku (Belian), perangkat desa dan
Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai informan adalah mangku (orang
pintar) dan masyarakat desa Lekor yang pernah melakukan ritual sembeq sengget
eng dan meyakini ritual tersebut. Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi d
Informan kunci -Tokoh adat, yaitu belian atau Mangku ( orang pintar)
-Tokoh agama
-Perangkat desa
27
Informan pendukung -Dewasa (laki-laki/perempuan) yang sedang dipasangkan
sembeq senggeteng
-Pernah dipasangkan sembeq senggeteng,
-Meyakini ritual sembeq senggeteng.
a) Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini yaitu tokoh adat yaitu belian atau mangku
(orang pintar), tokoh agama. Pemilihan informan kunci dengan kriteria tersebut k
arena mereka merupakan orang yang mengetahui seluk beluk dari ritual sembeq
senggeteng. Jadi, apa pun yang berkaitan dengan ritual sembeq senggeteng pasti
mereka ketahui. Selain tokoh adat, tokoh agama dimasukkan peneliti ke kriteria
informan kunci. Tokoh agama dalam hal ini yaitu sesepuh desa seperti kiyai. info
rman kunci selanjutnya yaitu perangkat desa. Penentuan informan perangkat desa
b) Informan pendukung
Selain informan kunci, untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan lebih akur
ata yang sudah didapatkan dari informan kunci menjadi semakin jelas dan akurat.
Dalam penelitian ini, kriteria informan yang ditunjuk sebagai informan pendukun
1. Data primer
28
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah peneliti langsun
g dari subjek atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperole
2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data tidak langsung yang mampu memb
erikan tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber data dalam
penelitan ini yaitu arsip data Desa Lekor, dokumentasi hasil penelitian, buku,
an langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari pe
1. Observasi
29
2. Wawancara
penelitian dengan cara tanya jawab bertukar informasi antara penanya (peneli
ertemuan dua orang untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab, se
nelitian dari informan di lapangan dengan cara melakukan tanya jawab denga
3. Dokumentasi
alam dokumentasi seperti foto-foto dan rekaman wawancara dalam prosesi ritu
Menurut Bogdan (dalam Sugiyono 2016), analisis data adalah proses men
cari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, ca
30
tatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami da
ntemuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan den
esa, menyusn ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajar
i, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono,
2016).
is data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secar
1. Kondensasi Data
data empiris yang telah didapatkan. Data kualitatif tersebut dapat diubah dengan
data yang dimiliki, peneliti akan mencari data, tema dan pola mana yang penting,
2. Penyajian Data
a. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
31
Miles &Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informas
bilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik mer
upakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: b
erbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna meng
gabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dir
aih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi
dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangka
h melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai
3. Penarikan Kesimpulan
data (give meaning), melakukan konfirmasi ( confirming) apakah makna yang dib
erikan sudah tepat, dan terakhir melakukan verifikasi ( verifying ) yaitu memeriks
a kembali data untuk memastikan makna yang diberikan sudah sesuai (Morissan,
2019).
Kesimpulan awal yang masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tida
k ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan dat
a berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didu
kung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
32
3.8 Keabsahan Data
1. Uji Validitas
a objek penelitian dengan data yang di laporkan oleh peneliti. Uji Validitas data
wancara kembali dengan sumber data yang pernah di temui maupun yang baru,
si buku mupun hasil penelitian atau dokumentasi terkait dengan temuan penelitia
n, triagulsi yaitu pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan wa
Teknik keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tek
nik tringulasi. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tek
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data d
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
tuk sumber data yang sama secara serempak. Dalam hal triangulasi, Susan Stain
back dalam sugiyono (2017) menyatakan bahwa. Tujuan dari triangulasi bukan
33
untuk mencari kebenaran tentang berapa fenomena, tetapi lebih pada peningkata
mpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh co
nvergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan men
ggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh
akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Melalui triangulasi akan lebih meningkatk
mengumpulkan data dari beragam sumber yang tersedia karena data yang
sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari sumber yang
berbeda.
informasi yang tepat dan untuk bisa mendapatkan gambaran yang utuh
34
Untuk mengecek keabsahan data, dalam penelitian ini peneliti menggu
nakan kedua metode tringulasi di atas, yaitu tringulasi sumber dan tringulasi
ndapatkan data yang akurat. Selain itu, dengan menggabungkan kedua bentuk
2. Uji Reliabilitas
ses penelitian. Karena sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian
ngan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Karena, reliabilitas be
rkenaan dengan derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi ata
u merepleksi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sa
3. Uji Depenabilitas
dilakukan tapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau
35
peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
4. Uji Konfirmabilitas
dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
Dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada, tapi hasil ada.
36
DAFTAR PUSTAKA
Afriana,S,Karyadi, LW. 2021. Belian Sasak Dalam Ritual Tegeteng Kajian Masy
arakat Suku Sasak di Desa Barabali Kecamatan Batukliang Kabupaten Lo
mbok Tengah. Prosiding Seminar Nasional Sosiologi (Vol. 2, hlm. 245-25
9). Link: http://eprints.unram.ac .id/id/eprint/26828. Diakses 11 September
2022.
37
Priohutomo. S. 2022l. " pendewasaan Usia Pernikahan. pbkkbn.go.id https://ww
w.bkkbn.go.id › Dikases pada 10 Oktober 2022
Wirawan, I.B. 2012. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,
Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Zainul Majdi. 2015. NTB, Provinsi Pertama Atur Pendewasaan Usia Pernikhan, ht
tps://nasional.tempo.co/read/677284/ntb-provinsi-pertama-atur-pendewasa
an-usia-perkawinan/full&view=ok. Diakses pada 15 September 2022.
38