Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PIIL PESENGGIRI “BEJULUK BEADEK”


ETIKA DAN KEARIFAN LOKAL

Dosen Pengampu :
Wartariyus S.Kom., M.T.i
NIP. 197301222006041002

Disusun Oleh :

ZAHRA AGRIPHINNA NPM. 2357051022

KELAS D
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Serta kepada
semua pihak yang telah mendukung dan membimbing sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Piil Pesenggiri “Bejuluk Beadek. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Piil Pesenggiri Bejuluk
Beadek” tepat padawaktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pendidikan Etika dan Kearifan Lokal. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Piil Pesenggiri
Bejuluk Beadek” bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Adapun
pembuatan makalah ini diperoleh berdasarkan pedoman buku, informasi dari
artikel, referensi internet, jurnla, dan e-book.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wartariyus S.Kom.,
M.T.i yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian “Bejuluk Beadek”...............................................................3
2.2 Fungsi Bejuluk Beadek ........................................................................3
2.3 Cara Pembagian Gelar Adat ................................................................5
2.4 Tingkatan Gelar Adat ..........................................................................6
2.5 Tradisi Upacara Pemberian Gelar Adat................................................6
2.6 Penerapan Bejuluk Beadek dalam Kehidupan Sehari-hari...................6
BAB III PENUTUP........................................................................................8
3.1 Kesimpulan...........................................................................................8
3.2 Saran ....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di
antara105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Lampung merupakan sebuah
provinsi paling selatan di Pulau Sumatra, Indonesia, dengan ibu kota Bandar
Lampung. Adapun semboyan Provinsi Lampung yaitu Sai Bumi Ruwa
Juai yang artinya “satu bumi dua macam” hal ini dikarenakan terdapat dua
adat istiadat yang terbagi dalamdua Juai (keturunan), yaitu Jurai Pepadun dan
Jurai Sai Batin (peminggir).
Adapun falsafah yang terdapat dalam masyarakat Lampung yaitu Pill
Presenggiri yang menurut Iskandar Syah secara harafiah mengartikan kata Pill
Presenggiri sebagai perbuatan atau perangai manusia yang agung dan luhur
didalam nilai dan maknanya, oleh karena itu patut dipatuhi dan pantang untuk
diingkari. Terdapat beberapa unsur-unsur di dalam Pill Presennggiri seperti
Bejuluk Beadek, Nemui Nyimah, Nengah Nyampur, dan Sakai Sambaian.
Dimana pada setiap unsurnya memiliki makna yang berbeda-beda. Maka dari
itu makalah ini akan terfokuskan pada salah satu unsur yang ada yaitu Bejuluk
Beadek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bejuluk Beadek sebagai salah satu unsur dari
Piil Pesenggiri?
2. Apa fungsi dari Bejuluk Beadek?
3. Bagaimana cara pembagian gelar yang ada berdasarkan unsur Bejuluk
Beadek?
4. Bagaimana tingkatan gelar adat berdasarkan unsur Bejuluk Beadek?
5. Apa saja tradisi yang termasuk dalam unsur Bejuluk Beadek?
6. Penerapan Bejuluk Beadek dalam kehidupan sehari-hari?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bejuluk Beadek sebagai salah satu unsur
Piil Presenggiri.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Bejuluk Beadek.
3. Untuk mengetahui cara pembagian gelar yang ada berdasarkan unsur
Bejuluk Beadek.
4. Untuk mengetahui tingkatan gelar adat berdasarkan unsur Bejuluk Beadek.
5. Untuk mengetahui tradisi-tradisi yang masuk kepada unsur Bejuluk
Beadek.

1.4 Manfaat
1. Menambah pemahaman mengenai realisasi Piil Pesenggiri “Bejuluk
Beadek” dalam kehidupan sehari-hari.
2. Berbagi pengetahuan mengenai realisasi Piil Pesenggiri “Bejuluk Beadek”
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membantu mengembangkan kemampuan intelektual dan karakter yang
lebih baik tentang realisasi Piil Pesenggiri “Bejuluk Beadek” dalam
kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian “Bejuluk Beadek”


Bejuluk Adek secara etimologi berasal dari kata Juluk dan Adek. Berjuluk
artinya mempunyai nama, dan Adek artinya mempunyai gelar. Unsur ini
berarti bernama dan bergelar. Bejuluk Adek bisa di bilang merupakan identitas
utama yangmelekat pada pribadi yang bersangkutan, karena identitas tersebut
melekat pada dirinya. Maka yang orang yang bersangkutan harus berjuang
untuk memelihara nama tersebut dalam perilakunya maupun dalam pergaulan
masyarakat.
Kata Juluk merupakan panggilan gelar kecil yang diberikan oleh
keluarga bagi seorang pria ataupun wanita orang Lampung yang diberikan
sewaktu mereka masih muda dan belum menikah. Sedangkan kata Adek
merupakan gelar tua adat seorang pria atau wanita orang Lampung yang
diberikan sesudah menikah dan telah melalui proses upacara pemberian gelar
adat di hadapan para pemuka kerabat atau tetua adat. Ketika upacara
pemberian gelar adat, gelar kerabat “amai” diberikan kepada pria dan gelar
kerabat “inai” diberikan kepada perempuan.

2.2 Fungsi “Bejuluk Beadek”


Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari Bejuluk Beadek memiliki
fungsi yang sangat melekat dan mempengaruhi tingkah laku pada masyarakat,
adapun fungsi-fungsinya antara lain sebagai berikut.
1. Melestarikan Adat Lampung
Masyarakat Lampung memiliki banyak sekali upacara-upacara adat, dan
dalam upacara pun telah ditentukan menurut adat masyarakat Lampung.
Misalnya upacara pemberian gelar adat yang merupakan kegiatan

3
masyarakat Lampung, dan harus terus dilestarikan, sebagai ciri khas adat
masyarakat Lampung. Dalam hal ini bukan hanya upacara saja yang tidak
ada nilai, namun ada banyak nilai sakral yang terdapat didalamnya bagi
masyarakat Lampung.
Gelar sendiri memiliki makna dan nilai-nilai tujuan hidup manusia
yang berfungsi sebagai pendorong, dasar dan pedoman bagi seluruh kreatif
itas dan aktifitas kehidupan masyarakat Lampung. Nilai-nilai hakiki
tersebut harus tetap dipertahankan dan diaktualisasikan dalam system
kebudayaan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menyelamatkan
kebudayaan masyarakat Lampung.

2. Membedakan Masyarakat Lampung dengan Suku Bangsa Lainnya


Salah satu fungsi pemberian gelar adat adalah untuk membedakan dengan
masyarakat lainnya atau memberikan ciri khas tersendiri di dalam budaya.
Contohnya dalam masyarakat Lampung terdapat masyarakat Lampung
saibatin dan pepadun. Untuk memebedakan keduanya bisa dilihat dengan
adanyaupacara pemberian gelar adatnya, dengan hal ini maka akan mempe
rmudah untuk membedakan antara satu kelompok wilayah Lampung
dengan yang lainnya.

3. Membentuk Kepribadian bagi Seseorang yang sudah Bergelar


Seseorang yang memiliki gelar akan memiliki tanggung jawab yang lebih
dari sebelum dia menyandang gelar. Gelar akan membentuk masing-
masing penyadang, karena dengan gelar tersebut seseorang akan memiliki
tanggung jawab yang berbeda dari sebelum ia menyadang
gelar sesuai dengan tingkatan gelar yang diterima. Kedudukan ataupun
status akan mengajarkan kepadanya untuk terus menjaga perilaku sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh adat.

4
2.3 Cara Pembagian Gelar Adat
Begawi adat (prosesi upacara adat) bagi masyarakat Lampung hanya
dapatterlaksana dengan adanya punyimbang atau penyimbang dan rumah
(nuwou). Punyimbang adalah orang yang dituakan dalam keluarga, kerabat,
atau kebuayan (marga). Seorang punyimbang belum tentu berkedudukan
sebagai seorang Sai Batin (pemimpin), tetapi seorang sai batin haruslah
seorang punyimbang.
Punyimbang berfungsi untuk memimpin musyawarah dalam
menyelesaikan masalah-masalah atau persoalan-persoalan adat. Selain itu,
punyimbang
diartikan juga sebagai orang yang mampu memberi contoh terutama dalam me
nerapkan falsafah Piil Pesenggiri di kehidupan sehari-hari. Punyimbang
dipilih berdasarkan sistem patrilineal. Anak laki-laki tertua dari setiap rumah
memiliki hak dan kewajiban untuk berperan sebagai punyimbang
menggantikan ayahnya.
Gelar punyimbangdapat diberikan oleh para punyimbang kepada seseorang ap
abila ia telah mendapat adok (gelar).
Dalam Jurai Sai Batin, punyimbang dipilih di antara keturunan para Sai
Batin (pemimpin). Para calon punyimbang dipilih apabila ia telah
mendapatkan adok yang diperoleh dengan dua cara. Pertama, adok diperoleh
berdasarkan keturunan (Cakak Adok). Kedua, adok diperoleh dengan
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan (Ngakuk Adok), seperti
mempunyai wilayah, mempunyai perangkat kepunyimbangan, mempunyai
rakyat yang masih satu keturunan/sedarah, minimal 40 keluarga, mempunyai
kemampuan atau kuasa untuk memimpin. Gelar atau status sosial pada
Jurai Sai Batin tidak dapat diubah. Dalam jurai ini, hanya ada saturaja adat
dalam setiap generasi kepemimpinan dan diwariskan melalui garis keturunan
laki-laki.
Sedangkan Dalam Jurai Pepadun, siapa saja dapat dipilih
menjadi punyimbang apabila ia telah mendapatkan gelar atau status
sosial (seperti Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom) yang diperoleh lewat

5
prosesi adat Begawi Cakak Pepadun. Prosesi Cakak Pepadun hanya dapat
dilaksanakan apabila seorang calon punyimbang telah mendapatkan izin dari
para punyimbang klannya dan kemudian memberitahukan kepada para
punyimbang marga dalam pepung mergou (musyawarat adat untuk penobatan
seorang punyimbang).

2.4 Tingkatan Gelar Adat


Suatu gelar merupakan hal yang sangat penting bagi Masyarakat Lampung
sebab tanpa suatu gelar mereka akan mendapatkan stigma negatif dari
masyarakat sebagai keturunan beduwou (budak). Secara sosial, gelar
menuntut tanggung jawab dari si pemilik gelar untuk menyelaraskan seluruh
hidupnya dengan gelar yang dimiliki. Tanpa keselarasan tersebut, seseorang
tidak dapat dikatakan telah memelihara atau memperoleh piil.

2.5 Tradisi Upacara Pemberian Gelar Adat

2.6 Penerapan “Bejuluk Beadek” dalam Kehidupan Sehari-hari


Bejuluk Beadek merupakan salah satu unsur yang ditanamkan dalam niali-
nilai penting piil pesenggiri. Masyarakat Lampung sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai yag ada pada piil pesenggiri.
Bejuluk Beadek memiliki makna bahwa setiap orang harus senantiasa
menjaga nama baiknya dalam wujud perilaku dan tutur kata di kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Berikut contoh aplikasi/implementasi sikap “Bejuluk Beadek” yang perlu
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
1. Selalu menjadi pribadi yang menyenangkan bagi banyak orang, mau
bertegur sapa, ramah, tidak sombong, tidak pelit, dan mau berbaur dengan
sesama;
2. Tidak mencemari nama baik dengan melakukan tindakan yang
membahayakan diri sendiri dan masyarakat seperti tindakan buruk

6
korupsi, kolusi, nepotisme, rasis, radikal, etnosentrisme, sukuisme, dan
lain sebagainya;
3. Menjaga nama baik pribadi dengan mengikuti kegiatan positif di
masyarakat seperti kegiatan karang taruna, olahraga bersama warga
setempat, ikut kerja bakti, terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat;
4. Menjadi pribadi yang aktif, produktif, dan prestatif. Contohnya seperti
mengikuti lomba-lomba apapun itu, berprestasi secara akademik dan non-
akademik di sekolah, menjadi duta anti narkoba, peduli terhadap
kelestarian lingkungan (misalnya tidak membuang sampah sembarangan),
dan tentunya dengan berbagai sertifikat dan piala yang luar biasa;
5. Menjadi pribadi yang peduli dan memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi dalam setiap pekerjaan;
6. Tidak menjadi pengkhianat bagi daerahnya, dan tetap menjaga nama baik
daerah yang telah melahirkan dan membesarkan namanya;
7. Menjaga nama baik diri sendiri, keluarga, dan masyarakat dengan
melakukan cara yag baik sesuai dengan nilai dan norma yang disukai oleh
masyarkat setempat;
8. Hidup rukun, damai, dan berkepribadian baik sesama kawan dan tidak
saling merugikan satu sama lainnya;
9. Selalu bersikap mawas diri dimana saja berada, tidak berbuat semena-
mena terhadap teman atau orang lain;
10. Tidak terjerumus dalam upaya tindakan yang dapat merugikan diri sendiri
seperti tidak mencuri, tidak merampok, tidak melakukan tindakan
“pembegalan”, tidak menggunakan narkoba serta senjata tajam karena
dapat membahayakan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Cara
untuk menghindari narkoba tentu saja dengan mendekatkan diri kepada
Tuhan, melakukan kegiatan positif misalnya bermain futsal, badminton,
jogging, menulis, dan kegiatan positif lainnya yang bermanfaat sesuai
bakat dan minat (passion).

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Lampung sangat memegang teguh filsafah Pill Pesenggiri
terutama Bejuluk Beadek karena masih banyak dan sering dijumpai seperti
dalam pernikahan yangsekaligus melakukan adat cakak pepadun atau
pun penatta adok dan nayuh. Dalam segi kegiatan adat dan tujuan dalam
adat pepadun maupun seibatin sama-sama memiliki tujuan yang sama
yaitu mempererat tali persaudaraan serta setiap penyeimbang memiliki
tanggung jawab yang besar dalam bersikap dan bertingkah laku
karena setiap perilaku yang dilakukannya harus dapat memberikan contoh
baik pada masyarakat. Hanya terdapat perbedaan diantara adat pepadun
dan sai batin dalam pemilihan penyeimbang.

3.2 Saran
Masyarakat Lampung asli harus bangga akan setiap adat yang
dimiliknya baik dari adat pepadun dan sai batin, karena dengan adanya
falsafah ini membuat kehidupan menjadi aman dan damai. Kemudian baik
dari adat pepadun dan sai batinsama-sama memiliki nilai moral yang baik
untuk masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bonifasius Pradipta Putra Alam. (2016). Ulun Lampung dan Pill Pesenggiri.
Academia.

Fitra Utama. (2019). Pill Pesenggiri Dalam Masyarakat Lampung : Antara


Instrumen Bina Damai atau Dalih Kekerasan. Jurnal Kelitbangan, volume 7 No.2.

Helma Kurnia Wati. (2019). Begawi Adat Lampung Pepadun Prespektif Ekonomi
Islam. Lampung, Institut Agama Islam Negeri Metro.

Maretha Ghassani. (2019). Begawi Cakak Pepadun Sebagai Proses Memperoleh


Adek pada Buay Nunyai di Desa Mulang Maya. Lampung, Universitas Negeri
Lampung.

Robiansyah. (2019). Nilai-Nilai Spiritual dan Moral yang Terkandung Dalam Pill
Pesenggiri Masyarakat Lampung. Lampung, Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.

Sulistyowati Irianto dan Risma Margaretha. (2011). Modal Budaya dan Strategi
Identitas Ulun Lampung. Makara, Sosial Humaniora, vol. 15, No. 2., 140-150.

Tubagus Ali Rachman Puja Kesuma dan Deri Cicilia. (2017). Pill Pesenggiri :
Strategi Resolusi Konflik Menggunakan Nilai-Nilai Agama dan Pancasila.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, volume 19 No.2.

Anda mungkin juga menyukai