Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


Disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Multikultural
Dosen Pengampu: Feylosofia Putri Agry, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 7

Elvira Resti Audin Nadila 1401422332


Cahya Jesica Wahyuningsih 1401422348
Susilo Wahyu Adi Pratama 1401422357

ROMBEL G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul "Karakteristik
Pendidikan Multikultural: Wawasan Multikultural: Lokal, Nasional, dan Universal, Cross
Cultural Understading" tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Feylosofia Putri Agry, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Multikultural yang telah membimbing dan memberikan tugas. Serta teman-teman
sekelompok yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik.

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat berguna dalam rangka menambah
ilmu dan wawasan bagi kami dan juga pembaca mengenai karakteristik pendidikan
multikultural. Kami menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di
masa depan. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat berguna di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 10 Oktober 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB Ⅰ ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB Ⅱ .................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3
A. Wawasan Multikultural Lokal ................................................................................. 3
B. Wawasan Multikultural Nasional ............................................................................ 4
C. Wawasan Multikultural Universal .............................................................................. 5
D. Implementasi Cross Cultural Understanding di Indonesia........................................... 6
BAB Ⅲ ................................................................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

iii
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawasan budaya seseorang akan menentukan jenis pengetahuan yang
diinginkan, bagaimana dia mendapatkan pengetahuan dan bagaimana seseorang itu
memaknai segala bentuk pengetahuan yang dia peroleh. Menurut Oliver dan Howley
(1992) hal itu terjadi karena kebudayaan menentukan bagaimana seseorang
memperoleh informasi, di samping bagaimana mereka mengkonstruksi maknanya.
Seperti fenomena berbagai bencana yang sering terjadi di tanah air, misalnya tsunami,
gempa, dan angin puting beliung akan dimaknai secara berbeda oleh berbagai
kalangan. Bagi kalangan kelompok religius, bencana itu banyak terjadi karena
penduduk Indonesia terlalu banyak berbuat maksiat dan penyelesaikan untuk
menghadapi bencana itu adalah melalui do’a atau menghilangkan segala bentuk
kemaksiatan yang terjadi di tanah air. Bagi kelompok tradisional di pesisir selatan, hal
itu terjadi karena masyarakat telah lalai dalam melakukan ritual di pantai selatan.
Sedangkan kaum ilmuwan menganggap bahwa bencana yang terjadi itu adalah gejala
alamiah semata. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai karateristik
yang berbeda antara wawasan multikultural yang terdiri dari wawasan lokal, nasional,
dan universal serta pemahaman tentang cross cultural understanding.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wawasan multikultural lokal?
2. Apa yang dimaksud dengan wawasan multikultural nasional?
3. Apa yang dimaksud dengan wawasan multikultural universal?
4. Bagaimana implentasi Cross Cultural Understanding?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami wawasan multikultural lokal.
2. Untuk mengetahui dan memahami wawasan multikultural nasional.
3. Untuk mengetahui dan memahami wawasan multikultural universal.
4. Untuk mengetahui dan memahami implementasi Cross Cultural
Understanding di Indonesia.

2
BAB Ⅱ

PEMBAHASAN

A. Wawasan Multikultural Lokal


Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat
langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini biasanya dikenalkan
oleh keluarga dan kerabat dekat yang biasanya berwujud perilaku pembudayaan.
Contohnya seperti perilaku maskulin (berburu) dan feminim (memasak) yang ternyata
bukan didasarkan oleh faktor biologis melainkan pembudayaan atau kebiasaan.
Terdapat suatu suku di Papua yang membebankan perilaku maskulin seperti berburu
kepada perempuan sedangkan memasak dibebankan pada laki-laki. Sebaliknya pada
suku yang lain dilakukan sebaliknya. Sementara di suku yang lainnya pekerjaan itu
dilakukan secara bergantian baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku sebenarnya ditentukan oleh pembiasaan. Ada kebiasaan
yang selalu menjadi kriteria dan patokan dalam bertindak. Disadari atau tidak, dia
akan bersikap, berperilaku serta mengumpulkan berbagai produk yang selaras dengan
nilai-nilai yang ada pada dirinya dalam merespon lingkungan fisik, sosial dan
metafisiknya. Berikut penjelasannya:
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik dapat membentuk budaya lokal tertentu. Contohnya
suatu masyarakat yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai dan
karena seringnya air sungai meninggi membentuk budaya berupa rumah yang
lantai rumahnya lebih tinggi dari permukaan tanah. Misalnya rumah Palimasan
Joglo dan rumah Sungai Jingah Kalimantan Selatan.
Kemudian masyarakat dari daerah panas dan padang pasir seperti di
Saudi Arabia akan cenderung memilih pakaian warna putih supaya tidak
menyerap panas. Di samping itu mereka cenderung memakai pakaian yang
berbentuk jubah untuk melindungi tubuh mereka dari sengatan matahari.
Sedangkan budaya bagi warga Eropa ialah berjemur seharian di pantai ketika
berada di daerah tropis untuk mendapat kulit yang eksotis.

3
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap dan berperilaku
seseorang. Orang yang dibesarkan dalam lingkungan komunitas tertentu akan
bersikap dan berperilaku sesuai dengan tradisi warga tersebut.
3. Lingkungan Metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam
arti mesti tinggal di daerah tersebut. Lingkungan metafisik memang mewarnai
budaya yang ada di lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga
dapat mengenai orang-orang yang “merasa memiliki’ (sense of belonging)
budaya tersebut. Biasanya mereka yang merasa memiliki budaya tersebut,
dulunya berasal dari daerah tersebut dan sudah pindah tempat tinggal dari
daerah tersebut, atau keturunan dari daerah tersebut. Pada prinsipnya orang
yang termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang yang mengikatkan
diri dengan tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu.

B. Wawasan Multikultural Nasional


Selain memiliki wawasan budaya lokal, seorang individu juga harus memiliki
identifikasi budaya nasional yang perlu dipahami. Identifikasi budaya nasional
merupakan identifikasi yang memerlukan pemahaman dan komitmen pada ideologi
negara dan bangsa. Sebagai warga Pancasilais dan tinggal bersama dalam wadah
negara memerlukan ide yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu
dalam bentuk identitas budaya nasional. Terdapat dua ide yang perlu dimiliki setiap
warga Negara Indonesia yaitu persatuan dalam perbedaan (wawasan
kebangsaan/nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhineka Tunggal Ika).
Simbol identifikasi budaya nasional antara lain seperti batik, keris, dan candi
Borobudur. Identifikasi budaya nasional ini berasal dari identifikasi budaya lokal
yang sudah banyak dikenal secara nasional bahkan internasional. Identitas budaya
nasional ini sudah dijadikan simbol kenegaraan dan menjadi ciri khas ke-Indonesia-
an. Dengan mengenal identitas budaya ini seluruh dunia akan tahu bahwa budaya ini
adalah ciri budaya Indonesia.

4
C. Wawasan Multikultural Universal
Perkembangan identifikasi global memberikan kesempatan kepada bangsa
Indonesia untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia. Hal ini dapat
memungkinkan individu dapat memahami lebih baik bahwa tindakan suatu negara
tidak hanya harus dilihat kaitannya dengan pengaruhnya pada negara ini namun juga
apa pengaruhnya pada dunia keseluruhan. Individu yang telah mengembangkan
identitas nasional dan etnis yang kuat seharusnya memiliki perspektif untuk
mengembangkan juga identifikasi global yang membuat mereka menjadi warga
masyarakat dunia yang lebih baik.
Pada saat ini penting untuk menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di
atas bersifat hierarkhis. Dengan kata lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang
berproses dengan mengenalkan identitas budaya lokal, kemudian nasional dan
akhirnya global/universal. Perkembangan yang belakangan tergantung pada
perkembangan sebelumnya. Juga penting bahwa identitas individu tidak statis
namun kontinyu dan mencakup adanya ide tentang identitas ganda (lokal, nasional,
dan global/universal).
Contoh budaya universal adalah permainan sepak bola. Tidak ada satu
negara (warga) pun yang tidak mengenal sepak bola. Seluruh dunia mengenal sepak
bola dan ingin tampil dalam kejuaraan dunia sepak bola. Salah satu kebudayaan
universal di bidang olah raga yang paling digemari di seluruh dunia adalah sepak
bola. Ka’bah sebagai simbol pemujaan yang juga merupakan identitas budaya
universal yang diakui seluruh dunia, terutama umat Islam. Ka’bah merupakan salah
satu simbol penghambaan manusia di hadapan Tuhan yang diakui di seluruh dunia
baik dia itu suka atau tidak suka, percaya atau tidak percaya, pengikut atau bukan.
Bagi umat Islam, Ka’bah adalah kiblat di mana umat Islam harus menghadap ketika
sedang melakukan sholat. Hal itu berarti umat Islam seluruh dunia mengetahui dan
menghadapkan wajahnya saat beribadah.

5
D. Implementasi Cross Cultural Understanding di Indonesia
Multikulturalisme pada akhirnya merupakan sebuah konsep untuk
membangun kekuatan sebuah bangsa yang tersisih dari berbagai latar belakang etnik,
agama, ras, budaya dan bahasa dengan menghargai dan menghormati hak-hak sipil
masyarakat, termasuk hak-hak kelompok minoritas. Pendidikan multikultural
bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman lintas budaya, sementara pemahaman
lintas budaya memperkuat dampak positif pendidikan multikultural. Masyarakat
Indonesia yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa, agama, bahasa dan
kebudayaan, sudah barang tentu akan mengalami berbagai permasalahan berkaitan
dengan silang budaya. Nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan, menjadi acuan
bertingkahlaku manusia sebagai makhluk individual yang tidak terlepas dari
kehidupan masyarakat dengan orietasi kebudayaannya.

Masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan dalam berbagai aspek,


diantaranya system ekonomi, politik, sosial dan sebagainya. Kenyataan menunjukkan
tidak satupun gejala perubahan sosial yang tidak menimbulkan akibat terhadap
kebudayaan setempat. Kebudayaan dianggap sebagai sumber penggalaman
konformisme perilaku individu dalam masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.
Kebudayaan cenderung mengulang-ulang perilaku tertentu melalui pola asuh dan
proses belajar yang kemudian memunculkan adanya kepribadian rata-rata, atau
stereotype perilaku yang merupakan ciri khas dan masyarakat tertentu yang
mencerminkan kepribadian modal dalam lingkungan tersebut. Dalam penerapan Cross
Cultural Understanding di Indonesia masih ada beberapa hal yang menjadi kendala
utama, yaitu:
1. Rendahnya tingkat pengetahuan, pengalaman, dan
jangkauankomunikasi sebagian masyarakat sehingga rendahnya daya
tangkal terhadap budaya asing,
2. Kurang maksimalnya media komunikasi dalam memerankan fungsinya
sebagai mediator dan korektor informasi
3. paradigma pendidikan yang lebih menekankan pengembangan
intelektual dengan mengabaikan pengembangan kecerdasan emosional,
pembentukan sikap moral, dan penanamannilai budaya.

6
Supaya penyelesaian permasalahan tersebut dapat dilakukan
denganmembangun kehidupan multi kultural yang sehat, sehingga toleransi
dan apresiasi antarbudaya meningkat. Selanjutnya permasalahan tersebut
daapat juga diatasidengan meningkatkan peran media komunikasi untuk
melakukan sensor, strategi pendidikan yang berbasis budaya. Nilai-nilai
budaya tradisional dapat terinternalisasi dalam proses pendidikan baik di
lingkungan keluarga, pendidikan formal maupun non formal. Khususnya
pendidikan di sekolah diperlukan adanya paradigma baru yang dapat
menyajikan model E strategi pembelajaran yang dapat menseimbangkan
kehidupan masyarakat dari berbagai latar budaya

7
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. Simpulan
Wawasan multikultural diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
kecakapan dalam menghargai kemajemukan yang mencakup berbagai aspek
kehidupan seperti suku, agama, ras, golongan, dan aspek lainnya. Wawasan
multikultural terbagi menjadi wawasan multikultural lokal, nasional, dan
universal. Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang
bersifat langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Identifikasi
budaya nasional merupakan identifikasi yang memerlukan pemahaman dan
komitmen pada ideologi Negara dan bangsa. Sedangkan identifikasi universal
atau identifikasi global memberi kesempatan pada individu untuk melihat
bagaimana sebagai bangsa kita dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
dunia. Implemetasi cross cultural understanding di Indonesia cenderung belum
terlaksana dengan baik sebab masih terdapat beberapa kendala utama. Namun
dengan peran serta seluruh elemen yang aada di Indonesia masalah
pemahaman silang budaya akan dapat teratasi dengan baik.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai karaktersitik pendidikan multikultural. Kami menyadari
bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, dengan hal tersebut alangkah
baiknya pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun agar lebih
baik di masa depan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amazona. (2014). Retrieved Oktober Senin, 2023, from Amazona Web Service:
https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcefiles/54d37731213b1.pdf

Anda mungkin juga menyukai