Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BENTUK-BENTUK NILAI BUDAYA DAN PENYEBAB TERJADINYA ALKUTURASI


Disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Mata kuliah :Dakwah Lintas Budaya
Dosen Pengampu :Baiti awaliah M.Pd

Disusun Oleh:
➢ SEPTIANA
➢ MUHAMMAD WILDAN
➢ AMEL ARDELIA
➢ NOVRIANSA
➢ MUHAMMAD SYAHRUL NIZAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG 2023


FAKULTAS FDIK (FAKULTAS DAKWAH ILMU KOMUNIKASI)
JURUSAN MANAGEMENT DAKWAH
KELAS A

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan
dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata
pelajaran Dakwah Lintas Budaya.

Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Bandar Lampung,20 September 20023


Hormat Kami

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENGERTIAN NILAI BUDAYA…………………………………………………………..1

A. CIRI-CIRI NILAI BUDAYA…………………………………………………………………….1

B. BENTUK-BENTUK NILAI BUDAYA………………………………………………………….1

BAB II PENGERTIAN ALKUTURASI……………………………………………………………3

A. Proses Akulturasi…………………………………………………………………………………3

B.Faktor Pendorong Akulturasi…………………………………………………………………….4

C. Faktor Penghambat Akulturasi………………………………………………………...5

D. Contoh Akulturasi………………………………………………………………………6

E. Bentuk-bentuk Akulturasi Budaya……………………………………………………7


F. Teori-Teori Akulturasi Budaya………………………………………………………..8

KESIMPULAN………………………………………………………………………………10
SARAN………………………………………………………………………………………..10

iii
iv
BAB 1

PENGERTIAN NILAI BUDAYA


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang berbentuk nilai yang telah tertanam dan disepakati oleh
masyarakat berupa kebiasaan sebagai bentuk perilaku dan tanggapan terhadap sesuatu keadaan sesudah
atau sebelum terjadi.
A. CIRI-CIRI NILAI BUDAYA

berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi ciri-ciri nilai budaya.
1. Bersifat Dinamis
Nilai budaya memiliki sifat dinamis. Hal ini berarti bahwa nilai tersebut akan selalu berubah seiring
dengan berjalannya waktu.
2. Dapat Diwariskan
Nilai budaya dapat diwarisi melalui orang ke orang lain, atau kelompok ke kelompok lain, bahkan bisa
diwariskan antar generasi manusia.
3. Bukan Bawaan Sejak Lahir
Adanya nilai budaya muncul bukan karena bawaan sejak lahir, melainkan sesuatu yang harus dipelajari.
4. Saling Berkaitan dengan Unsur Kebudayaan
Nilai budaya tentu saling berkaitan antara unsur-unsur kebudayaan.

B. BENTUK-BENTUK NILAI BUDAYA

1.Norma Sosial

Norma sosial adalah aturan non-tulis yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Contohnya, norma sopan
santun, norma dalam berbicara, dan norma kesopanan.

2.Kepercayaan Agama

Nilai-nilai agama memainkan peran penting dalam membentuk budaya. Berbagai agama memiliki keyakinan dan
praktik yang khas.

3.Tradisi dan Adat

Tradisi mencakup perayaan, upacara, dan praktik kultural yang diwariskan dari generasi ke generasi. Contoh
termasuk pernikahan adat, perayaan tahun baru, dan festival keagamaan.

4.Etika dan Moral

Nilai-nilai moral dan etika mengatur perilaku individu terhadap sesama dan dalam berbagai situasi. Ini bisa
mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan empati.

1
5.Keseimbangan Antara Individu dan Masyarakat

Beberapa budaya mungkin lebih menekankan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif,
sementara yang lain mungkin lebih menekankan kebebasan individu.

6.Keseimbangan Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi

Nilai budaya terkait dengan cara masyarakat memandang keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.

7.Harga Diri dan Kehormatan:

Bagaimana harga diri individu dan kehormatan dipertahankan dan dihormati dalam budaya tertentu.

8.Pandangan tentang Keluarga

Nilai budaya dapat mencakup pandangan tentang keluarga yang mengatur peran dan hubungan antaranggota
keluarga.

9.Sikap terhadap Lingkungan

Nilai budaya yang berhubungan dengan lingkungan termasuk bagaimana masyarakat memperlakukan alam dan
sumber daya alam.

10.Kemajuan dan Inovasi

Beberapa budaya mungkin sangat mendukung inovasi dan kemajuan, sementara yang lain mungkin lebih
mempertahankan tradisi.

AYAT AL-QURAN
‫علِيم َخ ِبير‬ َ َّ َّ‫ّللا أَتْقَاك ْم ۚ ِإن‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫َيا أَيُّ َها النَّاس ِإنَّا َخلَقْنَاك ْم م ِْن ذَكَر َوأنْثَى َو َج َعلْنَاك ْم شعوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلتَ َع‬
ِ َّ ‫ارفوا ۚ ِإنَّ أَ ْك َر َمك ْم ِعنْ َد‬
Artinya:”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

2
BAB 2
Pengertian Akulturasi

Secara etimologi, akulturasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yakni acculturate
yang berarti “berkembang dan tumbuh bersama”. Akulturasi dapat dimakan sebagai usaha untuk
perkembang dan tumbuh bersama. Berawal perubahan dari individu, kemudian bergerak mempengaruhi
kelompok. Koentjaraningrat mengatakan bahwa akulturasi budaya dapat terjadi apabila tercipta interaksi
sosial antara budaya asli dengan budaya pendatang untuk kemudian melebur menjadi budaya yang baru
tanpa menghilangkan ciri khas atau karakteristik kebudayaan lamanya. Singkatnya, akulturasi yakni
percampuran antara kebudayaan luar atau kebudayaan asli berhasil menjadi kebudayaan yang baru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah proses masuknya pengaruh
kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur
kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Kesimpulannya, akulturasi lahir dari
hasil interaksi manusia berupa pertemuan antar kebudayaan yang bersinggungan secara perlahan menjadi
bentuk budaya baru. Perubahan teknologi dan informasi yang sangat cepat menyumbang pengaruh besar
pada perubahan yang terjadi di masyarakat. Informasi yang dimuat di media sosial, media massa, podcast,
televisi, radio dan sebagainya turut mempercepat perubahan bagi orang-orang yang mengonsumsi konten
tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa informasi yang tersaji di media sosial dan konten-konten dari gawai
membawa unsur kebudayaan tertentu. Ketika informasi itu diterima dan dipahami oleh seseorang, secara
tidak langsung unsur kebudayaannya dapat mempengaruhi individu atau kelompok. Perubahan budaya
pada suatu masyarakat dapat menjadi hal positif dan juga bisa menjadi hal yang negatif. Hal tersebut yang
perlu diperhatikan oleh setiap anggota masyarakat untuk bijak dalam menghadapi budaya yang datang.

A. Proses Akulturasi

Akulturasi terjadi dikarenakan pencampuran budaya asing dengan budaya sendiri. Beberapa
bidang yang paling sering terjadi akulturasi yakni kuliner, gaya berpakaian, arsitektur sebuah gedung, dan
lain-lain. Seperti yang sudah disampaikan di atas, proses akulturasi sangat pelan. Akulturasi
membutuhkan waktu bertahun-tahun supaya dapat menghasilkan budaya baru di masyarakat.
Kita tahu sendiri apabila proses akulturasi tidak bisa dilepaskan dari budaya asing atau budaya
dari luar masyarakat. Budaya asing yang masuk ke lingkungan masyarakat tidak bisa langsung
diterima.Faktor masyarakat sangat mempengaruhi diterima atau tidak sebuah budaya di lingkungan
masyarakat. Alhasil, tidak semua pencampuran budaya dapat menjadi perubahan sosial. Hal itulah yang
membuat proses akulturasi memerlukan waktu dan proses.

3
B.Faktor Pendorong Akulturasi
Akulturasi budaya terjadi secara perlahan dan membutuhkan waktu yang cukup lama, ada beberapa
faktor yang dapat menjadi pendorong akulturasi. Berikut ini adalah faktor yang mendukung terjadinya
proses akulturasi budaya:
1.Pendidikan Yang Maju
Salah satu faktor pendorong utama akulturasi yakni pendidikan yang maju. pendidikan yang maju
dapat membuka wawasan masyarakat tentang budaya-budaya di luar budaya mereka saat ini. Pengenalan
kepada budaya-budaya asing akan berakibat pada imajinasi memajukan peradaban untuk menjadi lebih
kuat dalam menghadapi perkembangan zaman. Selain itu, pendidikan juga dapat menjadikan masyarakat
lebih memahami dampak sosial dari budaya yang datang dari luar maupun budaya yang sudah ada di
masyarakat.

2.Sikap dan Perilaku Saling Menghargai Budaya


Dalam upaya menciptakan hubungan baik dengan budaya lain, masyarakat perlu memiliki sikap dan
perilaku saling menghargai terhadap budaya lain. Sikap dan perilaku menghargai budaya menjadi tidak
bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya akulturasi budaya. Masyarakat yang tidak
memiliki sikap dan perilaku budaya akan sulit dipengaruhi budaya dari luar mereka. Hal itu dapat
mengakibatkan rasa benci atau tidak suka antar budaya, sehingga tidak akan terwujud akulturasi budaya.

3.Toleransi Terhadap Budaya Lain


Setiap masyarakat dilahirkan dari sebuah latar belakang budaya yang berbeda-beda. Di tengah situasi
tersebut, toleransi budaya memiliki peran penting untuk melahirkan akulturasi. Sikap toleransi membuat
pertemuan dan percampuran budaya menjadi lebih mudah dan lancar. Hal itu dikarenakan toleransi
menciptakan masyarakat terbuka, tanpa ada ketakutan kehilangan ciri khas dari budayanya sendiri.

4.Adanya masyarakat heterogen


Faktor pendorong tercepat akulturasi adalah masyarakat yang heterogen. Masyarakat heterogen dapat
mempertemukan budaya yang berbeda-beda. Hal itu akan memudahkan individu yang satu dan individu
lainnya untuk belajar berbagai macam budaya.

5. Berorientasi ke Masa Depan


Masa depan merupakan hal yang pasti akan dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
yang memiliki orientasi masa depan akan terbiasa dengan rencana dan kesiapan, sehingga mendorong
masyarakat untuk selalu terbuka terhadap perkembangan budaya-budaya di luar mereka.

4
Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang mendorong akulturasi budaya secara internal. Selain faktor
internal, berikut beberapa faktor eksternal yang dapat mendorong terjadinya akulturasi budaya. Faktor
eksternal ini terjadi dari luar kelompok atau individu, sehingga mereka harus melakukan akulturasi
budaya.
6.Perubahan dan Fenomena Alam
Faktor eksternal pendorong terjadinya akulturasi budaya salah satu adalah perubahan dan fenomena
alam, seperti gempa bumi, banjir, dan sebagainya. Beberapa fenomena alam mengharuskan masyarakat
sekitarnya untuk pindah dikarenakan daerah mereka sudah tidak bisa dijadikan sebagai tempat tinggal.
Hal itu memaksa masyarakat untuk pergi dan melakukan akulturasi budaya ke tempat tinggal yang baru.

7. Pengaruh Budaya Luar Melalui Proses Difusi atau Penyebaran.


Masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang maju cukup lambat untuk memahami budaya-
budaya dari luar. Alhasil, adanya orang-orang yang berkelana dan menyebarkan budaya akan sangat
mendukung akulturasi terjadi.

8.Konflik Internasional
Perang dapat menjadi pendorong akulturasi, apabila masyarakat memiliki perasaan yang sama sebagai
korban perang.

C. Faktor Penghambat Akulturasi


1. Ilmu Pengetahuan yang Bergerak Melambat
Ilmu pengetahuan yang bergerak melambat secara signifikan akan berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan. Ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tidak berkembang akan menghasilkan budaya yang
stagnan. Hal ini sangat menghambat akulturasi dikarenakan masyarakat sebagai pelaku budaya tidak
memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup terkait budaya-budaya di luar mereka.
2. Sikap Masyarakat Yang Tradisional
Masyarakat tradisional akan selalu memegang teguh budayanya dan beranggapan bahwa datangnya
budaya asing atau dari luar mereka dapat mengancam keberlangsungan budaya aslinya. Alhasil,
masyarakat tradisional sangat sulit untuk menerima budaya asing. Masyarakat tradisional cenderung akan
menutup diri dari budaya asing atau budaya baru karena merasa budaya mereka yang paling unggul.
3. Hal-Hal Baru Dianggap Buruk
Akulturasi budaya tidak akan pernah terjadi apabila masyarakat menganggap segala hal yang baru itu
buruk. Hal-hal baru berarti adalah perubahan. Seseorang atau masyarakat yang sulit menerima budaya
baru akan menjadi penghambat perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga akulturasi tidak akan
pernah tercipta.

5
4. Adat Atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil adalah salah satu faktor penghambat akulturasi.
Alhasil saat masyarakat menemui budaya baru akan dianggap sebagai hal yang asing. Biasanya,
masyarakat memiliki adat atau kebiasaan yang kuat akan sulit menerima budaya baru.

D. Contoh Akulturasi

Contoh akulturasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebetulnya mudah ditemukan. Hal itu
dikarenakan keragaman etnis, entitas budaya, agama, dan suku bangsa yang dimiliki masyarakat
Indonesia. Beberapa contoh akulturasi yang terjadi di Indonesia:
1. Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Barat
Masjid Langgar Tinggi merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

2. Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran, Yogyakarta


Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran merupakan hasil akulturasi budaya arsitektur tradisional Jawa dan
Eropa.

3. Kesenian Teater Cekepung


Kesenian teater Cekepung merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Bali, dan Lombok. Kesenian tersebut
biasanya dipentaskan di Bali.

4. Kesenian Gambang Semarang


Kesenian Gambang Semarang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

5. Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat


Pelabuhan Ratu Sukabumi merupakan hasil akulturasi budaya masyarakat Bugis dan Sunda yang terletak
di Sukabumi, Jawa Barat.

6. Bakpao
Bakpao bukan makanan asli Indonesia, ternyata bakpao adalah hasil akulturasi budaya Tionghoa dan
Indonesia di makanan

7. Kecap Manis

6
Kecap Manis yang selama ini kita gunakan sebagai topping makanan merupakan hasil akulturasi budaya
Eropa, Tionghoa dan Indonesia.

8. Kue Lapis Legit (di era kolonial Belanda disebut spekkoek)


Kue lapis legit merupakan salah satu makanan tradisional masyrakat Indonesia. Ternyata kue lapis legit
merupakan hasil akulturasi budaya Belanda dan Indonesia.

9. Soto
Beragam soto yang ada di Indonesia merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan daerah-daerah
Indonesia (seperti Jawa, Makassar, Medan).

10. Pie Susu


Pie Susu yang biasa dijadikan oleh-oleh wisatawan dari Bali ternyata adalah hasil akulturasi budaya eropa
(Inggris dan Portugis), Tionghoa (Hongkong), dan Indonesia (Bali).

E. Bentuk-bentuk Akulturasi Budaya

Proses akulturasi budaya juga terjadi dalam beberapa bentuk. Akulturasi yang terjadi pada suatu
masyarakat tidak mesti sama. Akulturasi melahirkan keunikan tersendiri untuk setiap budaya. Alhasil,
akulturasi untuk setiap masyarakat belum tentu sama dengan masyarakat lainnya. Bentuk-bentuk
akulturasi budaya yang terjadi adalah:

1. Substitusi
Substitusi adalah proses akulturasi unsur budaya lama digantikan unsur kebudayaan baru atau pendatang,
selama masyarakat mendapatkan nilai tambah dan manfaat dari budaya itu.

2. Sinkretisme
Sinkretisme adalah proses terwujudnya kebudayaan yang baru karena adanya percampuran unsur budaya
asli dan budaya asing.

3. Addition

7
Addition adalah proses akulturasi budaya yang ditujukan untuk menambah nilai dan manfaat dalam
budaya yang baru sebagai hasil dari kombinasi budaya asli dengan budaya pendatang.

4. Deculturation
Deculturation yang berarti penggantian memiliki makna di mana budaya lama digantikan sepenuhnya
dengan budaya baru.

5. Originasi
Proses akulturasi di mana budaya pendatang masuk dan membawa perubahan terhadap budaya asli
masyarakat secara signifikan.
F. Teori-Teori Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya dapat terjadi dikarenakan masyarakat dapat merasakan manfaat dari
percampuran budaya luar atau pendatang dengan memodifikasi budaya asli mereka. Beberapa bidang
yang paling sering terpengaruh oleh proses akulturasi yakni bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian. Akulturasi terjadi disebabkan oleh hubungan budaya antar individu dari dua kelompok yang
berbeda. tetapi, proses akulturasi budaya biasanya tampak secara menyeluruh maupun sebagian anggota
dari kelompok masyarakat. Proses akulturasi budaya pun bermacam-macam, namun tidak ada yang terjadi
secara cepat dan tiba-tiba. Perubahan sosial bisa dikatakan berhasil apabila individu atau kelompok secara
tidak sadar melakukan kebiasaan dari suatu kebudayaan dalam intensitas waktu yang lama. Perbedaan
budaya menjadikan suatu ketertarikan agar dapat terjadi proses adaptasi menjadi berbagai bentuk
kebudayaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kemajuan zaman dan juga kebutuhan dari masing-masing
kelompok untuk bisa bertahan dan juga dapat terus berkembang.
Dr. Trina Harlow dari University Central Arkansas menganggap bahwa akulturasi sebagai cara untuk
mempertahankan budaya sendiri sekaligus belajar memahami keberadaan budaya lain.Sedangkan,
menurut sosiolog Gillin dan Raimy akulturasi adalah proses budaya dalam suatu masyarakat yang
dimodifikasi dengan budaya lain. Proses akulturasi terwujud dikarenakan adanya kontak sosial dari
budaya satu dengan budaya yang lain, budaya asli dengan budaya pendatang.Hal itu berarti, akulturasi
merupakan langkah-langkah melahirkan kebudayaan dengan melakukan pembiasaan namun tetap dengan
mempertahankan kebudayaan lama. Alhasil, proses akulturasi berjalan secara dinamis dan terbuka, tidak
tunggal dan tertutup.
Dr. Trina Harlow memberikan sebuah analogi yang menarik terkait proses akulturasi. Baginya
akulturasi seperti sebuah mangkuk salad. Dalam satu mangkuk itu berisikan berbagai jenis bahan
makanan yang bermacam-macam tetapi bercampur dan saling meningkatkan posisi satu sama lain.
Terkait proses akulturasi sendiri, terdapat berbagai perdebatan teori bagaimanakah proses akulturasi
dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Devereux dan Loeb mengatakan bahwa akulturasi merupakan
proses kelompok tanpa mengacu pada peran individu. Apabila didasarkan pada Kelompok dijadikan
sebagai kepentingan konstituen dalam suatu budaya.Sedangkan Dohrewen dan Smith mengungkapkan,
meskipun kelompok sebagai elemen penting dalam akulturasi, tetapi memiliki pengaruh terhadap peluang
akulturasi individu.

8
Perdebatan di atas pada akhirnya ditegaskan kembali oleh Gillin dan Raimy, dan Eaton bahwa
akulturasi dapat terjadi pada keduanya, baik kelompok maupun individu. Mengacu pada analisis tingkat
kelompok, akulturasi menunjukkan perubahan orientasi nilai dan juga adopsi nilai-nilai kelompok lain.
Namun, hal tersebut bukanlah kondisi utama yang diperlukan agar akulturasi bisa diciptakan. Akulturasi
lahir dari naluri manusia menciptakan manfaat untuk manusia, alhasil intervensi tidak dapat menghasilkan
akulturasi.Seperti kutipan ilmu sosial bahwa manusia adalah makhluk sosial, akulturasi membuktikan
bahwa manusia yang bisa bersolidaritas dapat bertahan dalam waktu yang lama. Dalam Sapiens karya
Yuval Noah Harari, berulang kali ia mengatakan bahwa peradaban manusia bisa lebih baik daripada
spesies yang lain adalah karena manusia bisa bekerja sama. Kekuatan utama manusia adalah kerja sama.
Kerja sama melahirkan imajinasi untuk melakukan sesuatu lebih besar.

9
Kesimpulan:
Bentuk-bentuk nilai budaya mencakup norma sosial, kepercayaan agama, tradisi, etika, dan
berbagai aspek lain yang membentuk identitas masyarakat. Penyebab terjadinya alkulturasi termasuk
kontak antarbudaya, globalisasi, migrasi, kolonisasi, perubahan pendidikan, serta kemajuan teknologi.

Saran:
Pemahaman Mendalam: Ketika menjelajahi nilai budaya, luangkan waktu untuk memahami
aspek-aspek seperti norma sosial, kepercayaan agama, tradisi, dan etika secara mendalam. Ini akan
membantu Anda lebih menghargai budaya yang Anda pelajari.
Empati dan Keterbukaan: Selalu berusaha untuk mendekati budaya yang berbeda dengan empati
dan keterbukaan. Cobalah untuk memahami perspektif dan alasan di balik nilai-nilai budaya tersebut.
Berpikir Komparatif: Bandingkan nilai budaya dari berbagai budaya yang Anda pelajari. Ini dapat
membantu Anda menarik kesimpulan yang lebih mendalam tentang perbedaan dan persamaan di antara
mereka.
Respek Terhadap Nilai Budaya: Penting untuk selalu menghormati nilai budaya setempat dan
tidak memaksakan pandangan atau nilai Anda pada orang lain.
Pertimbangkan Dampak Alkulturasi: Saat menjelaskan penyebab terjadinya alkulturasi,
pertimbangkan baik dampak positif dan negatifnya. Ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang proses ini.

10

Anda mungkin juga menyukai