Semester : 3B
Disusun oleh :
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri kita dan jin yang selalu menghembuskan
keburukan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul
“Implementasi Piil Pesenggiri” ini dapat diselesaikan dengan baik, untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Budaya Lampung. Pada penyelesaian makalah ini,
penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan bimbingan serta
masukan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dra. Nelly Astuti, M.pd. dan Dra selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Budaya Lampung.
2. Rekan – rekan mahasiswa yang telah bekerja sama memberikan masukan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
2.1 Pengertian Piil Pesenggiri.............................................................. 4
2.2 Unsur-Unsur Piil Pesenggiri..........................................................5-8
2.3 Hubungan Tata Krama dengan Piil Pesenggiri..............................9-10
2.4 Implementasi Piil Pesenggiri.........................................................10-11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lampung merupakan salah satu kota yang memiliki penduduk
heterogon. Berada di ujung pulau Sumatra yang berdekatan dengan pulau
Jawa. Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya penduduk yang
heterogen di provinsi Lampung yaitu tempat yang strategis yang
menjadi pintu keluar masuk diantara dua pulau serta proses
transmigrasi yang telah dilakukan sejak lama sebelum zaman
kemerdekaan. Pada dasarnya transmigrasi telah dilakukan di provisi
Lampung sudah sejak tahun 1905 yang dilakukan pada masa kolonia
Belanda (Rais, 2012). Lampung memiliki penduduk yang hetereogen yang
datang dari berbagai macam suku.
1
Piil Pesenggiri dilengkapi oleh empat falsafah yang lain yaitu
Bejuluk Buadok, Nemui Nyimah, Sakai Sambayan, Nengah Nyapur
menjadi satu kesatuan tata nilai budaya di dalam masyarakat Lampung
baik pribadi maupun bersama dalam berkehidupan bermasyarakat sehari-
hari, baik secara pribadi ataupun bersama dengan anggota kelompok
masyarakat maupun bermasyarakat secara luas.
2
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Piil Pesenggiri?
2. Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam Piil Pesenggiri?
3. Bagaimana hubungan tata krama dengan Piil Pesenggiri?
4. Bagaimana pengimplementasian Piil Pesenggiri di Perguruan Tinggi?
3. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami pengertian dari piil pesenggiri
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam Piil Pesenggiri
3. Untuk memahami bagaimana hubungan tata krama dengan Piil
Pesenggiri
4. Untuk mengetahu pengimplementasian Piil Pesenggiri di Perguruan
Tinggi
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
2. Unsur-Unsur Piil Pesenggiri
Piil Pesenggiri terdiri dari empat pilar yang saling menopang satu sama
lain, yakni:
1) Bejuluk Beadek/ Khopkhama delom bekekhja
Secara etimologi berasal dari kata Juluk dan Adek. Bejuluk
artinya mempunyai nama dan Adek artinya mempunyai gelar.
Makna dalam unsur ini yaitu, keharusan berjuang
meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan
tatakrama yang sebaik-baiknya. Bejuluk Beadek merupakan
pemberian gelar kehormatan kepada seseorang yang telah
mencapai suatu pencapaian yang besar dalam hidupnya. Hal
inilah yang mewajibkan masyarakat Lampung untuk tekun dan
giat bekerja hingga berprestasi dalam masyarakat. Secara
esensial Menurut Yusuf (2016) dalam Robiansyah (2019),
Bejuluk Adek merupakan identitas dan jati diri masyarakat
Lampung, dan itu harus dipertanggung jawabkan secara lahir
dan batin, material dan spiritual. Bagi orang yang sudah
memiliki Juluk dan Adek haruslah bermoral tinggi dan menjadi
teladan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Tingkatan
kedudukan adat dalam adat Lampung Pepadun/ Saibatin dari
yang tertinggi sampai yang terendah, (Yudansyah. 2017 dalam
Robiansyah. 2019) yaitu :
1) Stan/ Suttan 5) Pengiran/ Minak
2) Tuan/ Khaja 6) Rajou/ Kemas
3) Minak/ Batin 7) Ratu/ Mas
4) Ngedikou/ Khadin
5
bahasa Nemui Nyimah terdiri dari dua kata, yaitu Nemui artiya
menerima
5
tetamu, Nyimah artinya memberikan sesuatu tanpa
pamrih,dapat juga diakatakan royal. Makna dalam unsur ini
yaitu, keharusan berlaku hormat dan sopan terhadap semua
anggota masyarakat, tolong menolong dan menghormati tamu.
Namun secara sosial logis, Nemui Nyimah adalah suatu sikap
pergaulan hidup yang memungkinkan orang lampung hidup
berbaur dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Nemui
nyimah yaitu keharusan untuk bertamu atau silaturrahmi,
bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik
terhadap orang yang satu lingkungan kerabat, maupun orang
dari luar lingkungan merupakan prinsip hidup orang Lampung
yang sudah mutlak (Robiansyah. 2019).
6
3) Nengah Nyappur/Tetangah-Tetanggah
Nengah Nyappur terdiri dari dua kata yaitu Nengah yang
berasal dari kata benda menjadi kata kerja tengah berarti berada
di tengah. Nyappur yang berasal dari kata benda Cappur
menjadi kata kerja Nyappur berarti berbaur. Nengah Nyappur
berarti sikap suka bergaul, suka bersahabat, toleransi, terbuka
dengan lingkungan dan ramah dalam pergaulan. Makna dalam
unsur ini yaitu, keharusan untuk bergaul ditengah-tengah
masyarakat dengan mengemukakan pikiran dan pendapat
dalam bentuk musyawarah mufakat. Nengah Nyappur
bermakna menyelesaikan sesuatu dengan musyawarah mufakat
dengan penuh rasa tanggung jawab. Nengah Nyappur juga
mengandung makna sanggup berjuang dalam mengatasi
berbagai problem kemasyarakatan yang luas, oleh karena itu
seseorang yang harus tampil kepermukaan tentunya harus
memiliki kemampuan atau kualitas yang tinggi terutama
kemampuan dalam bidang material dan spiritual, intelektual
dan moral (Robiansyah. 2019).
7
tidak. Bagi masyarakat Lampung, sakai sambayan sebagai
kedudukan
7
prinsip nilai pedoman masyarakat lampung dalam kegiatan
kemasyarakatan, dan fungsi sakai sambayan bagi masyarakat
Lampung dapat dimanfaatkan untuk melahirkan konsep
keadilan sosial yang bener-bener berakar dalam kehidupan
masyarakat sebagai sosialisasi bersama untuk pencegahan
terjadinya konflik. (Robiansyah. 2019).
Piil pesenggiri bisa dijalankan oleh siapapun yang cinta perdamaian dan
keragaman. Kearifan lokal dan etos piil pesenggiri bisa jadi sepirit dan modal
dalam menggesa pembangunan di Sang Bumi Ruwai Jurai agar orang lampung
bisa tegak sejajar dengan suku bangsa lainnya dalam pergaulan global. Unsur Piil
Pesenggiri dijalankan demi mempertahankan suatu kehormatan diri, maka
seseorang harus memiliki harga diri agar mampu hidup sejajar dengan yang
lainnya, dimana pemahaman dari harga diri ini ialah rasa malu (piil) terhadap
suatu kesalahan, serta harga diri (Pesenggiri) dalam membela kebenaran, bekerja
keras, berani dan pantang menyerah dalam membela kebenaran.
8
3. Hubungan Tata Krama dengan Piil Pesenggiri
Nilai-nilai karakter yang diharapkan oleh pemerintah sudah
tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional terdapat delapan unsur yang perlu diwujudkan
dalam setiap pribadi siswa, ya itu (1) beriman dan bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5)
cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, dan (8) menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Lickona (2012: 74)
bentukbentuk nilai moral yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah
kerja keras, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air,
tanggung jawab, kebersamaan, gotong royong, kesetiakawanan,
keikhlasan, toleransi, kemasyarakatan, empati dan rendah hati. Nilai-
nilai karakter di atas ternyata sudah terwadahi dalam falsafah hidup
yang dimiliki oleh orang Lampung itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Ariyani (2014: 82) menyebutkan terdapat
kata berkarakter dalam penjelasan tentang falsafah hidup yang dimiliki
oleh orang Lampung, yaitu (1) Piil Pesenggiri (2) Bejuluk Beadek (3)
Nemui Nyimah, (4) Nengah Nyappur, (5) Sakai Sambayan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Fachrudin (1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai-nilai piil pesenggiri
yang terdapat dalam syaer meliputi nilai sakai sambaian, nemui
nyimah, nengah nyappur, dan bejuluk beadek, dan (2) nilai-nilai piil
pesenggiri yang relevan dengan nilai pendidikan karakter dan
diperlukan dalam proses pembinaan keperibadian seseorang adalah
kerja keras, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air,
tanggung jawab, kebersamaan, gotong royong, kesetiakawanan,
keikhlasan, toleransi, kemasyarakatan, empati dan rendah hati. Salah
satu mata pelajaran yang memiliki muatan pendidikan karakter adalah
Sejarah Indonesia. Merujuk dari pendapat Kuntowijoyo (2010) bahwa
dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah Indonesia
tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah
9
sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan
menyadarkan anak didik
9
atau membangkitkan kesadaran sejarah bangsanya. Seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi,
pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan
yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap,watak dan kepribadian peserta didik.
10
Piil pesenggiri, sebagai soko guru filosofi orang lampung dengan
keempat pilar penyanggahnya Nemui nyimah, Sakai sambayan,
Nengah nyappur, dan Bejuluk beadek sudah sejak berabad-abad hidup
dan lalu dijalani oleh masyarakat adat lampung. Piil pesenggiri, etos
dan spirit kelampungan ini kalau dijalankan dengan konsisten dan
kesungguhan akan mengantarkan manusia pada tatanan kehidupan
yang harmonis dan serasi. Piil pesengiri menjauhkan orang dari
perpecahan dan makin memperkokoh dalam masyarakat multikultur.
Jadi, piil pesenggiri bisa diugemi dan dijalani oleh siapapun yang cinta
perdamaian tetapi juga suka keragaman. Kearifan lokal dan etos piil
pesenggiri bisa jadi sepirit dan modal dalam menggesa pembangunan
di Sang Bumi Ruwai Jurai agar orang lampong bisa tegak sejajar
dengan suku bangsa lainnya dalam pergaulan global.
11
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Piil Pesinggiri merupakan
pandangan hidup atau adat yang di pakai oleh orang Lampung atau
masyarakat Lampung sebagai pandangan hidup.Kata Piil
bersumber dari Bahasa Arab yang berarti perilaku dan Pesinggiri
yang berarti bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan
kewajiban. Piil pesenggiri dimaknai sebagai harga diri. Piil
pesenggiri mengandung unsur-unsur nilai yaitu bejuluk beadek
(julukan dan gelar), nemui nyimah (bertamu), nengah nyappur
(berbaur) dan sakai sambayan (tolong menolong). Piil Pesenggiri
mengandung pandangan hidup masyarakat yang diletakkan sebagai
pedoman dalam tata pergaulan untuk memelihara kerukunan,
kesejahteraan dan keadilan.Piil Pesenggiri merupakan harga diri
yang berkaitan nilai pribadi seseorang yang memiliki Piil
Pesenggiri yang kuat berarti mempunyai keyakinan penuh dalam
mempertanggungjawabkan masalah-masalah kehidupan.
2. Saran
Makalah ini diambil dari berbagai referensi sehingga masih
memiliki banyak kekurangan dalam penulisan, saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkan demi kemajuan penulis, agar
menciptakan dan memperbaiki makalah ini hingga menjadi lebih
baik dan diterima oleh pembaca. Semoga makalah ini dapat
diterima dan dipahami oleh pembaca. Kami harap makalah ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Piil Pesenggiri.
12
Daftar Pustaka
Fachrudin & Haryadi. 1996. Falsafah Piil Pesenggiri sebagai Norma Tatakrama
Kehidupan Sosial Masyarakat Lampung. Lampung: Bagian Proyek
Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Nilai Budaya daerah Lampung Tahun
Anggaran 1996/1997