Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

IMPLEMENTASI PIIL PESENGGIRI

Mata Kuliah : Budaya Lampung

Kode Mata Kuliah : KPD 619205

Jumlah SKS : 2 SKS

Dosen Pengampu : Dra. Nelly Astuti, M.Pd

: Dra. Erni, M.Pd

Semester : 3B

Disusun oleh :

Ajeng Ayu Permatasari (1953053009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri kita dan jin yang selalu menghembuskan
keburukan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul
“Implementasi Piil Pesenggiri” ini dapat diselesaikan dengan baik, untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Budaya Lampung. Pada penyelesaian makalah ini,
penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan bimbingan serta
masukan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dra. Nelly Astuti, M.pd. dan Dra selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Budaya Lampung.
2. Rekan – rekan mahasiswa yang telah bekerja sama memberikan masukan
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam


makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan
evaluasi saya dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua
menjadikan bahan pembelajaran bagi saya agar lebih meningkatkan kualitas
makalah selanjutnya.

Metro, 21 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1-2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
2.1 Pengertian Piil Pesenggiri.............................................................. 4
2.2 Unsur-Unsur Piil Pesenggiri..........................................................5-8
2.3 Hubungan Tata Krama dengan Piil Pesenggiri..............................9-10
2.4 Implementasi Piil Pesenggiri.........................................................10-11

BAB III PENUTUP......................................................................................12


3.1 Kesimpulan......................................................................................12
3.2 Saran.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lampung merupakan salah satu kota yang memiliki penduduk
heterogon. Berada di ujung pulau Sumatra yang berdekatan dengan pulau
Jawa. Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya penduduk yang
heterogen di provinsi Lampung yaitu tempat yang strategis yang
menjadi pintu keluar masuk diantara dua pulau serta proses
transmigrasi yang telah dilakukan sejak lama sebelum zaman
kemerdekaan. Pada dasarnya transmigrasi telah dilakukan di provisi
Lampung sudah sejak tahun 1905 yang dilakukan pada masa kolonia
Belanda (Rais, 2012). Lampung memiliki penduduk yang hetereogen yang
datang dari berbagai macam suku.

Menurut Iskandar Syah (dalam Perspektif, Piil, Kunci, Publik, &


Pesenggiri, 2013 dalam Rosiana, 2018) ”Masyarakat Lampung merupakan
masyarakat yang bersifat majemuk yang terdiri dari aneka ragam suku
bangsa yang masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda-beda”.
Masyarakat Lampung terbagi dalam dua kelompok suku bangsa, yaitu
suku bangsa yang asli dan suku bangsa pendatang. Suku bangsa asli yaitu
Suku Lampung yang mendiami daerah Lampung sejak berabad-abad yang
lampau sedangkan suku pendatang adalah suku yang berasal dari luar
Provinsi Lampung dan menetap serta tinggal di Lampung. Suku Lampung
sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu Lampung Pepadun dan
Lampung Sai Batin. Masyarakat Lampung sama seperti masyarakat pada
suku yang lainnya yaitu memiliki kebudayaan yang mencirikan identitas
orang Lampung itu sendiri. Salah satu falsafah hidup suku Lampung yang
diturunkan secara turun termurun yaitu Piil Pesenggiri. Falsafah ini
dipegang teguh oleh suku lampung baik Lampung Pepadun maupun
Lampung Sai Batin.

1
Piil Pesenggiri dilengkapi oleh empat falsafah yang lain yaitu
Bejuluk Buadok, Nemui Nyimah, Sakai Sambayan, Nengah Nyapur
menjadi satu kesatuan tata nilai budaya di dalam masyarakat Lampung
baik pribadi maupun bersama dalam berkehidupan bermasyarakat sehari-
hari, baik secara pribadi ataupun bersama dengan anggota kelompok
masyarakat maupun bermasyarakat secara luas.

2
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Piil Pesenggiri?
2. Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam Piil Pesenggiri?
3. Bagaimana hubungan tata krama dengan Piil Pesenggiri?
4. Bagaimana pengimplementasian Piil Pesenggiri di Perguruan Tinggi?

3. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami pengertian dari piil pesenggiri
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam Piil Pesenggiri
3. Untuk memahami bagaimana hubungan tata krama dengan Piil
Pesenggiri
4. Untuk mengetahu pengimplementasian Piil Pesenggiri di Perguruan
Tinggi

3
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Piil Pesenggiri


Piil Pesenggiri merupakan warisan budaya masyarakat Lampung,
yang merupakan falsafah hidup ulun Lampung. Menurut Facruddin
dan Haryadi (1996:35) Piil Pesenggiri adalah suatu ideal yang berlaku
bagi masyarakat Lampung, Piil Pesenggiri merupakan prinsip dan
harga diri. Piil adalah prinsip Pesenggiri, Pesenggiri adalah harga diri,
artinya unsur-unsur pesenggiri merupakan prinsip-prinsip yang apabila
prinsip itu ditegakkan maka harga diri seseorang dengan sendirinya
akan baik atau prestise seseorang akan menjadi baik atau tinggi dengan
melakukannya.
Iskandar Syah (1999:24-25) menjelaskan bahwa, Piil Pesenggiri
secara harfiah berarti perbuatan manusia yang agung dan luhur
didalam nilai dan maknanya, oleh karena itu patut diteladani dan
pantang untuk diingkari. Sedangkan dalam dokumen literatur resmi,
Piil Pesenggiri diartikan sebagai segala sesuatu yang menyangkut
harga diri, perilaku dan sikap hidup yang harus menjaga dan
menegakkan nama baik, martabat pribadi maupun kelompok. Secara
totalitas Piil Pesenggiri mengandung makna berjiwa besar, mempunyai
perasaan malu, rasa harga diri, ramah, suka bergaul, tolong menolong
dan bernama besar.
Hilman Hadikusuma (1989:119) mendefinisikan Piil Pesenggiri
sebagai berikut, piil pesenggiri berasal dari kata ”Piil” dalam bahasa arab
yang berarti perbuatan atau perangai dan kata ”Pesenggiri” yaitu
pahlawan perlawanan rakyat Bali utara terhadap serangan pasukan
Majapahit yang dipimpin oleh Arya Damar, dengan demikian Piil
Pesenggiri berarti perangai yang tidak keras tidak mau mundur terhadap
tindakan kekerasan, yang lebih-lebih menyangkut tersinggungnya nama
baik keturunan atau kehormatan pribadi dan kerabat.

4
2. Unsur-Unsur Piil Pesenggiri
Piil Pesenggiri terdiri dari empat pilar yang saling menopang satu sama
lain, yakni:
1) Bejuluk Beadek/ Khopkhama delom bekekhja
Secara etimologi berasal dari kata Juluk dan Adek. Bejuluk
artinya mempunyai nama dan Adek artinya mempunyai gelar.
Makna dalam unsur ini yaitu, keharusan berjuang
meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan
tatakrama yang sebaik-baiknya. Bejuluk Beadek merupakan
pemberian gelar kehormatan kepada seseorang yang telah
mencapai suatu pencapaian yang besar dalam hidupnya. Hal
inilah yang mewajibkan masyarakat Lampung untuk tekun dan
giat bekerja hingga berprestasi dalam masyarakat. Secara
esensial Menurut Yusuf (2016) dalam Robiansyah (2019),
Bejuluk Adek merupakan identitas dan jati diri masyarakat
Lampung, dan itu harus dipertanggung jawabkan secara lahir
dan batin, material dan spiritual. Bagi orang yang sudah
memiliki Juluk dan Adek haruslah bermoral tinggi dan menjadi
teladan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Tingkatan
kedudukan adat dalam adat Lampung Pepadun/ Saibatin dari
yang tertinggi sampai yang terendah, (Yudansyah. 2017 dalam
Robiansyah. 2019) yaitu :
1) Stan/ Suttan 5) Pengiran/ Minak
2) Tuan/ Khaja 6) Rajou/ Kemas
3) Minak/ Batin 7) Ratu/ Mas
4) Ngedikou/ Khadin

2) Nemui Nyimah/Bepudak Waya


Nemui Nyiamah artinya yang berarti sopan santun dan
keramahan masyarakat Lampung dalam menyambut tamu yang
berkunjung kerumahnya dan rasa menghargai masyarakat
pendatang yang banyak terdapat di daerah Lampung. Secara

5
bahasa Nemui Nyimah terdiri dari dua kata, yaitu Nemui artiya
menerima

5
tetamu, Nyimah artinya memberikan sesuatu tanpa
pamrih,dapat juga diakatakan royal. Makna dalam unsur ini
yaitu, keharusan berlaku hormat dan sopan terhadap semua
anggota masyarakat, tolong menolong dan menghormati tamu.
Namun secara sosial logis, Nemui Nyimah adalah suatu sikap
pergaulan hidup yang memungkinkan orang lampung hidup
berbaur dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Nemui
nyimah yaitu keharusan untuk bertamu atau silaturrahmi,
bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik
terhadap orang yang satu lingkungan kerabat, maupun orang
dari luar lingkungan merupakan prinsip hidup orang Lampung
yang sudah mutlak (Robiansyah. 2019).

6
3) Nengah Nyappur/Tetangah-Tetanggah
Nengah Nyappur terdiri dari dua kata yaitu Nengah yang
berasal dari kata benda menjadi kata kerja tengah berarti berada
di tengah. Nyappur yang berasal dari kata benda Cappur
menjadi kata kerja Nyappur berarti berbaur. Nengah Nyappur
berarti sikap suka bergaul, suka bersahabat, toleransi, terbuka
dengan lingkungan dan ramah dalam pergaulan. Makna dalam
unsur ini yaitu, keharusan untuk bergaul ditengah-tengah
masyarakat dengan mengemukakan pikiran dan pendapat
dalam bentuk musyawarah mufakat. Nengah Nyappur
bermakna menyelesaikan sesuatu dengan musyawarah mufakat
dengan penuh rasa tanggung jawab. Nengah Nyappur juga
mengandung makna sanggup berjuang dalam mengatasi
berbagai problem kemasyarakatan yang luas, oleh karena itu
seseorang yang harus tampil kepermukaan tentunya harus
memiliki kemampuan atau kualitas yang tinggi terutama
kemampuan dalam bidang material dan spiritual, intelektual
dan moral (Robiansyah. 2019).

4) Sakai Sambayan/Khepot delom Mufakat


Sakai Sambayan, mengandung arti suka menolong dan
bergotong royong dalam hubungan kekerabatan dan
ketetanggaan. Sakai berarti memberi sesuatu kepada seseorang
atau sekelompok berbentuk benda atau jasa, tetapi mengharap
balasan. Sambayan berarti memberi sesuatu kepada seseorang
atau kelompok orang berbentuk benda dan jasa secara
khususnya dengan tidak mengharapkan balasan atau imbalan.
Sakai Sambayan bermakna suka tolong menolong atas dasar
kebersamaan baik dengan saudara, tetangga dan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Makna yang terkandung dalam
unsur ini keharusan berjiwa sosial, gotong royong, berbuat baik
terhadap sesama manusia dengan mengharapkan jasa atau

7
tidak. Bagi masyarakat Lampung, sakai sambayan sebagai
kedudukan

7
prinsip nilai pedoman masyarakat lampung dalam kegiatan
kemasyarakatan, dan fungsi sakai sambayan bagi masyarakat
Lampung dapat dimanfaatkan untuk melahirkan konsep
keadilan sosial yang bener-bener berakar dalam kehidupan
masyarakat sebagai sosialisasi bersama untuk pencegahan
terjadinya konflik. (Robiansyah. 2019).

Piil pesenggiri bisa dijalankan oleh siapapun yang cinta perdamaian dan
keragaman. Kearifan lokal dan etos piil pesenggiri bisa jadi sepirit dan modal
dalam menggesa pembangunan di Sang Bumi Ruwai Jurai agar orang lampung
bisa tegak sejajar dengan suku bangsa lainnya dalam pergaulan global. Unsur Piil
Pesenggiri dijalankan demi mempertahankan suatu kehormatan diri, maka
seseorang harus memiliki harga diri agar mampu hidup sejajar dengan yang
lainnya, dimana pemahaman dari harga diri ini ialah rasa malu (piil) terhadap
suatu kesalahan, serta harga diri (Pesenggiri) dalam membela kebenaran, bekerja
keras, berani dan pantang menyerah dalam membela kebenaran.

8
3. Hubungan Tata Krama dengan Piil Pesenggiri
Nilai-nilai karakter yang diharapkan oleh pemerintah sudah
tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional terdapat delapan unsur yang perlu diwujudkan
dalam setiap pribadi siswa, ya itu (1) beriman dan bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5)
cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, dan (8) menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Lickona (2012: 74)
bentukbentuk nilai moral yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah
kerja keras, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air,
tanggung jawab, kebersamaan, gotong royong, kesetiakawanan,
keikhlasan, toleransi, kemasyarakatan, empati dan rendah hati. Nilai-
nilai karakter di atas ternyata sudah terwadahi dalam falsafah hidup
yang dimiliki oleh orang Lampung itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Ariyani (2014: 82) menyebutkan terdapat
kata berkarakter dalam penjelasan tentang falsafah hidup yang dimiliki
oleh orang Lampung, yaitu (1) Piil Pesenggiri (2) Bejuluk Beadek (3)
Nemui Nyimah, (4) Nengah Nyappur, (5) Sakai Sambayan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Fachrudin (1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai-nilai piil pesenggiri
yang terdapat dalam syaer meliputi nilai sakai sambaian, nemui
nyimah, nengah nyappur, dan bejuluk beadek, dan (2) nilai-nilai piil
pesenggiri yang relevan dengan nilai pendidikan karakter dan
diperlukan dalam proses pembinaan keperibadian seseorang adalah
kerja keras, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta tanah air,
tanggung jawab, kebersamaan, gotong royong, kesetiakawanan,
keikhlasan, toleransi, kemasyarakatan, empati dan rendah hati. Salah
satu mata pelajaran yang memiliki muatan pendidikan karakter adalah
Sejarah Indonesia. Merujuk dari pendapat Kuntowijoyo (2010) bahwa
dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah Indonesia
tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah

9
sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan
menyadarkan anak didik

9
atau membangkitkan kesadaran sejarah bangsanya. Seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi,
pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan
yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap,watak dan kepribadian peserta didik.

4. Implementasi Piil Pesenggiri


Menurut Kunandar (2007: 221) implementasi adalah suatu proses
penerapan ide konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Pendapat lain
dikemukakan oleh Usman (2002: 70) implementasi bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana untuk mencapai suatu tujuan kegiatan. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa implementasi adalah kegiatan
yang terencana untuk menerapkan suatu ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam penelitian Sinaga (2014) dapat juga dimaknai bahwa
kondisi lampung hari ini mengalami sebuah keseriusan dalam
eksistensinya sebagai etnis lampung yang semakin
termarjinalkan akibat perubahan budaya baik dalam perspektif
difusi atau asimilasi dan sejenisnya atau dalam tantangan sebagai
masyarakat multikultural, nasional dan global. Dalam buku yang
ditulis oleh Umar Rusdi yaitu Tandanya orang Lampung, ada Piil
Pesenggiri, ia berjiwa besar, mempunyai malu, menghargai diri-
karena lebih, bernama besar dan bergelar. Suka bersaudara, beri
memberi terbuka tangan. Karena pandai, ia ramah suka bergaul,
mengolah bersama pekerjaan besar, tolong menolong (Fattah, 2015).

10
Piil pesenggiri, sebagai soko guru filosofi orang lampung dengan
keempat pilar penyanggahnya Nemui nyimah, Sakai sambayan,
Nengah nyappur, dan Bejuluk beadek sudah sejak berabad-abad hidup
dan lalu dijalani oleh masyarakat adat lampung. Piil pesenggiri, etos
dan spirit kelampungan ini kalau dijalankan dengan konsisten dan
kesungguhan akan mengantarkan manusia pada tatanan kehidupan
yang harmonis dan serasi. Piil pesengiri menjauhkan orang dari
perpecahan dan makin memperkokoh dalam masyarakat multikultur.
Jadi, piil pesenggiri bisa diugemi dan dijalani oleh siapapun yang cinta
perdamaian tetapi juga suka keragaman. Kearifan lokal dan etos piil
pesenggiri bisa jadi sepirit dan modal dalam menggesa pembangunan
di Sang Bumi Ruwai Jurai agar orang lampong bisa tegak sejajar
dengan suku bangsa lainnya dalam pergaulan global.

11
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Piil Pesinggiri merupakan
pandangan hidup atau adat yang di pakai oleh orang Lampung atau
masyarakat Lampung sebagai pandangan hidup.Kata Piil
bersumber dari Bahasa Arab yang berarti perilaku dan Pesinggiri
yang berarti bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan
kewajiban. Piil pesenggiri dimaknai sebagai harga diri. Piil
pesenggiri mengandung unsur-unsur nilai yaitu bejuluk beadek
(julukan dan gelar), nemui nyimah (bertamu), nengah nyappur
(berbaur) dan sakai sambayan (tolong menolong). Piil Pesenggiri
mengandung pandangan hidup masyarakat yang diletakkan sebagai
pedoman dalam tata pergaulan untuk memelihara kerukunan,
kesejahteraan dan keadilan.Piil Pesenggiri merupakan harga diri
yang berkaitan nilai pribadi seseorang yang memiliki Piil
Pesenggiri yang kuat berarti mempunyai keyakinan penuh dalam
mempertanggungjawabkan masalah-masalah kehidupan.

2. Saran
Makalah ini diambil dari berbagai referensi sehingga masih
memiliki banyak kekurangan dalam penulisan, saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkan demi kemajuan penulis, agar
menciptakan dan memperbaiki makalah ini hingga menjadi lebih
baik dan diterima oleh pembaca. Semoga makalah ini dapat
diterima dan dipahami oleh pembaca. Kami harap makalah ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Piil Pesenggiri.

12
Daftar Pustaka

Pairulsyah. 2013. KUALITAS PELAYANAN PUBLIK SAMSAT LAMPUNG


DALAMPERSPEKTIF BUDAYA PIIL PESENGGIRI. Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Vol. 7 , No. 2.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat


SatuanPelajaran (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Serttifikasi Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fachrudin & Haryadi. 1996. Falsafah Piil Pesenggiri sebagai Norma Tatakrama
Kehidupan Sosial Masyarakat Lampung. Lampung: Bagian Proyek
Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Nilai Budaya daerah Lampung Tahun
Anggaran 1996/1997

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Cet.Ke-


III, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Priamantono, dkk. 2020. Implementasi Nilai Kearifan Lokal Piil Pesenggiri


Sebagai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia
Di Sman 2 Kalianda. Http://eprints.uny.ac.id /67130/1/
IMPLEMENTASI%20Nilai%20kearifan%20lokal%20piil
%20pesenggiri-Regiano%dkk.pdf. Diakses pada tanggal 13 Oktober
2020 pukul 14.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai