Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PIIL PESENGGIRI

DI PERGURUAN TINGGI

MataKuliah : BudayaLampung
JumlahSKS : 2 (Dua) SKS
KodeMataKuliah : KPD619205
ProgramSudi : PGSD
DosenPembimbing : 1. Dra. Nelly Astuti,M.Pd.
2. Dra. Erni, M. Pd.
Semester :3B

Disusun Oleh:
Nama : Asyrof Hibatulloh
NPM 1913053096
No.Absen 05

SI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nya makalah
dengan judul “ Piil Pesenggiri” dapat diselesaikan tepat waktu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Budaya Lampung. Kami banyak mendapakan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
dating. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Metro, November2020

Asyrof Hibatulloh

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BABIPENDAHULUAN......................................................................................1
A. LatarBelakang............................................................................................1
B. RumusanMasalah......................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
BABIIPEMBAHASAN…...................................................................................4
A. PengertianPiilPesenggiri............................................................................4
B. Unsur-UnsurPiiilPesenggiri.......................................................................5
C. Nilai-NilaiPiilPesenggiri...........................................................................5
D. Implementasi Piil Pesenggiri diPerguruanTinggi..........................6
E. Implementasi Nilai Kearifan Lokal Piil Pesenggiri Sebagai Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia di PerguruanTinggi
8
BABIIIPENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Umumnya, suatu kelompok masyarakat mudah diidentifikasi melalui
kebudayaan lokalnya, yang merujuk pada tatanan sosial yang dimiliki,
artinya ada “aturan main” yang dipahami bersama oleh kelompok itu, serta
ada ciri khusus yang digunakan untuk membedakan individu yang satu
dengan yang lainnya. Menurut Sokefeld (1999), identitas menjadi suatu label
yang dipakai atau diberikan untuk mengelompokkan serta membedakan diri
(self) dengan yang lain (other). Sebagaimana yang terjadi pada etnis
Lampung, berbagai pertanyaan yang sering muncul “adakah orang
Lampung?; Lampung yang dimaksud transmigran Jawakah?; apa yang
khusus dari mereka?”

Sangat disadari bahwa heterogenitas dan dominasi pendatang di daerah


Lampung tidak dapat dipisahkan dari aspek historis interaksi ulun Lampung
(Orang Lampung atau Etnis Lampung) dengan masyarakat luar yang
ditengarai sudah terjadi sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan
Cina, Banten, Bugis, dan Jawa baik melalui program kolonisasi maupun
transmigrasi (Hadikusuma, 1990). Terlihat jelas bahwa migrasi internasional
dalam persfektif kontemporer memberi sumbangan kepada besarnya
kompleksitas suatu fenomena atau dengan kata lain perpindahan migran
mempertajam perbedaan etnik dalam banyak masyarakat (Castles & Miler,
2003). Menurut data BPS (2000, 2003, 2010), jumlah ulun Lampung sangat
sedikit dibandingkan dengan populasi pendatang. Perkiraan komposisi
penduduk berdasarkan suku bangsa adalah Jawa sebesar 61,88%, Lampung
sebesar 11,92%, Sunda (termasuk Banten) sebesar 11,27%, Semendo dan
Palembang sebesar 3,55%, dan suku bangsa lainnya (Bengkulu, Batak, Bugis,
2

Minang dan lain-lain) sebesar 11,35%. Komposisi tersebut memang tidak


dapat dipisahkan dari sejarah kontak ulun Lampung dengan orang lain selama
ratusan tahun sehingga mereka lebih terbuka dan identitasnya semakin cair.
Selain itu, perkawinan dengan etnis lain juga menjadikan batas- batas
identitas menjadi kabur sehingga sukar menentukan batas-batas yang
menunjuk pada suatu batasan sosial dan wilayah (Barth, 1969). Dilihat dari
perspektif migrasi, apa yang terjadi pada ulun Lampung, mereka mengalami
proses pemarginalan penduduk setempat di tanah kelahirannya yang
membuat mereka tidak berkuasa atas lahan tersebut, atau disebut dengan
istilah etnifikasi (Oommen, 1997). Artinya, migrasi dan para migrannya
telah membuat etnis lokal menjadi minoritas di daerah sendiri yang secara
simbolik merupakan tanah tumpahdarah.

Kondisi masyarakat Lampung yang semakin dinamis memunculkan


pertanyaan, apakah ulun Lampung masih tetap bersikap tenang dan tanpa riak
dalam menyikapi dominasi pendatang? Munculnya kesadaran untuk bangkit
dan merepresentasikan diri agar sejajar dengan pendatang dapat dipandang
sebagai resistensi ulun Lampung terhadap “gempuran” budaya pendatang
yang heterogen dan dominan. Karena semakin termarjinalkan, sangatlah
wajar jika mereka mendefenisikan ulang identitasnya melalui pemaknaan
nilai-nilai yang terkandung dalam piil pesenggiri (harga diri) sebagai
representasi identitas etnis. Dengan demikian, penelitian ini mengungkapkan
sifat dinamis piil pesenggiri yang direpresentasikan secara kontekstual
sebagai modal untuk berstrategi yang terwujud dalam perilaku pada berbagai
dimensi dalam dunia sosial ulun Lampung sehingga menjadi alat perjuangan
melawan marginalisasi (Comaroff & Comaroff,2009).

Kondisi-kondisi yang diuraikan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan


penelitian, yaitu “Bagaimana ulun Lampung memaknai piil pesenggiri
sebagai modal budaya dan strategi identitas untuk bertindak dalam dunia
sosialnya?” Melalui pemaknaan ulang piil pesenggiri yang kontekstual, maka
secara khusus tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan (a) bagaimana
ulun Lampung mendefenisikan kembali identitasnya melalui piilpesenggiri
sebagai bentuk ketahanan identitasnya, dan (b) bagaimana strategi ulun
Lampung untuk bertindak dengan memaknai piil pesenggiri sebagai modal
budaya dalam dunia sosialnya.

B. RumusanMasalah
1. Apa pengertian PiilPesenggiri?
2. Apa saja unsur-unsur PiilPesenggiri?
3. Apa saja nilai- nilai PiilPesenggiri?
4. Bagaimana cara implementasi Piil Pesenggiri di Perguruan
Tinggi?
5. Bagaimana cara implementasi Nilai Kearifan Lokal Piil Pesenggiri
Sebagai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah
Indonesia di PerguruanTinggi?

C. Tujuan
1. Pembaca mengetahui dan memahami pengertian dari PiilPesenggiri.
2. Pembaca mengetahui dan memahami unsur-unsur PiilPesenggiri.
3. Pembaca mengetahui dan memahami nilai- nilai PiilPesenggiri.
4. Pembaca mengetahui dan memahami implementasi Piil Pesenggiri di
PerguruanTinggi.
5. Pembaca mengetahui dan memahami implementasi NilaiKearifan
Lokal Piil Pesenggiri Sebagai Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Sejarah Indonesia di PerguruanTinggi.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PiilPesenggiri
Piil pesenggiri merupakan pandangan hidup atau adat yang dipakai oleh
orang Lampung atau masyarakat Lampun sebagai pandangan hidup. Kata piil
bersumber dari bahasa arab yang berarti perilaku, dan pesenggiri yang berarti
bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban.

Facruddin dan Haryadi (1996:35), mengemukakan bahwa ”Piil Pesenggiri


adalah suatu ideal yang berlaku bagi masyarakat Lampung, Piil Pesenggiri
merupakan prinsip dan harga diri, Piil adalah prinsip Pesenggiri, Pesenggiri
adalah harga diri, artinya unsur-unsur pesenggiri merupakan prinsip-prinsip
yang apabila prinsip itu ditegakkan maka harga diri seseorang dengan
sendirinya akan baik atau prestise seseorang akan menjadi baik atau tinggi
dengan melakukannya”.

Tidak jauh berbeda dari pengertian yang dikemukakan oleh Facruddin dan
Haryadi, Iskandar Syah (1999:24-25) menjelaskan pengertian Piil Pesenggiri
sebagai berikut ”Piil Pesenggiri secara harfiah berarti perbuatan atauperangai
manusia yang agung dan luhur didalam nilai dan maknanya, oleh karena itu
patut diteladani dan pantang untuk diingkari. Sedangkan dalam dokumen
literatur resmi, Piil Pesenggiri diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyangkut harga diri, perilaku dan sikap hidup yang harus menjaga dan
menegakkan nama baik, martabat pribadi maupun kelompok. Secara totalitas
Piil Pesenggiri mengandung makna berjiwa besar, mempunyai perasaan
malu, rasa harga diri, ramah, suka bergaul, tolong menolong dan bernama
besar”.
5

Selanjutnya menurut Hilman Hadikusuma (1989:119) mendefinisikan Piil


Pesenggiri adalah sebagai berikut, ”Istilah Piil Pesenggiri kemungkinan
berasal dari ”Piil” dalam bahasa arab yang berarti perbuatan atau perangai
dan kata ”Pesenggiri” yaitu pahlawan perlawanan rakyat Bali utara terhadap
serangan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Arya Damar, dengan
demikian Piil Pesenggiri berarti perangai yang tidak keras tidak mau mundur
terhadap tindakan kekerasan, yang lebih-lebih menyangkut tersinggungnya
nama baik keturunan atau kehormatan pribadi dan kerabat”.

B. Unsur- Unsur PiilPesenggiri


Adapula unsur-unsur dari piil pesenggiri yaitu:
1. Juluk Beadek, yang bermakna senantiasa menjaga nama baik
dalam wujud perilaku dikehidupan bermasyarakatsehari-hari.
2. Nemui Nyimah, yang bermakna memiliki rasa kepedulian sosialdengan
sesame serta setiakawan.
3. Nengah Nyappur, yang bermakna menyelesaikan denganmusyawarah
mufakat dan dengan penuh rasa tanggungjawab.
4. Sakai Sambayan, yang bermakna saling tolong menolong dan
saling menghargai satu samalain.
5. Tittie Gemattie, yang bermakna bersikap sopan santun dan
mengutamakankebaikan.

C. Nilai- Nilai PiilPesenggiri


Selain unsur, piil pesenggiri juga memiliki nilai-nilainya tersendiri. Nilai-
nilai piil pesenggiri merupakan pandangan atau aturan sebagai undang-
undang tidak sekedar berupa pikiran atau konsep, melainkan sebagai system
nilai yang dirujuk dan diinternalisasi oleh masyarakat. Hal penting dan
signifikan dari piil pesenggiri yang sejajar dengan konsep kehormatan dan
harga diri yang sangat penting, karena memiliki kesucian, prestise, kemuliaan
dan keagungan (sacred, prestige, radiance, glory and presence).
D. Implementasi Piil Pesenggiri di PerguruanTinggi
Menurut Kunandar (2007: 221) implementasiadalah suatu proses
penerapan ide konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Pendapat lain
dikemukakan oleh Usman (2002: 70) implementasi bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatusistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana untuk mencapai suatu tujuan kegiatan. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa implementasiadalah
kegiatan yang terencana untuk menerapkan suatu ide, konsep,
kebijakan,atauinovasidalamsuatutindakanpraktisuntukmencapai
suatu tujuan. Kearifan lokal merupakan istilah yang diperkenalkan
olehWalesdalamAyatrohaedi(Ayatrohaedi,1986:30)yaituthesum of
the cultural characteristics which the vast majority of a people
haveincommonasaresultoftheirexperiencesinearlylife.Menurut
Sugono (2008: 23) menempatkan kata kearifan sejajar dengan
kebajikan,kebijakan,kebijaksanaandankecendekiaan.Sedangkata
arif memiliki kesetaraan makna dengan: akil, bajik, bakir, bestari,
bijak,bijaksana,cendekia,cerdas,cerdik,cergas,mahardika,pandai,
pintar, dan terpelajar. Menurut Rahyono (2009: 11) kearifan lokal
merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis
tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya,
kearifan lokaladalah hasil dari masyarakat tertentu melalui
pengalamanmerekadanbelumtentudialamiolehmasyarakatyang
lain.Nilai-nilaitersebutakanmelekatsangatkuatpadamasyarakat
tertentudannilaiitusudahmelaluiperjalananwaktuyangpanjang,
sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Piil Pesenggiri adalah
sifat, perilaku dan pandangan hidup yang dimiliki oleh orang
lampung. Piil Pesinggiri berunsurkan sebagaiberikut:
1. Piil Pesinggiri, mengandung arti pantang mundur tidak mau
kalah dalam sikap tindak danperilaku,
2. Juluk Adek, mengandung arti suka dengan nama baik dan gelar
yangterhormat,
3. NemuiNyimah,mengandungartisukamenerimadanmemberi
dalam suasana suka danduka,
4. Nengah Nyappur, mengandung arti suka bergaul dan
bermusyawarah dalam menyelesaikan suatumasalah,
5. SakaiSambayan,mengandungartisukamenolongdan
bergotong royong dalam hubungan kekerabatan dan
ketetanggaan.
Dalam penelitian Sinaga (2014) dapat juga dimaknai bahwa kondisi
lampung hari ini mengalami sebuah keseriusan dalam eksistensinya
sebagai etnis lampung yang semakin termarjinalkan akibat
perubahan budaya baik dalam perspektif difusi atau asimilasi dan
sejenisnya atau dalam tantangan sebagai masyarakat multikultural,
nasional dan global. Dalam buku yang ditulis oleh Umar Rusdi yaitu
Tandanya orang Lampung, ada Piil Pesenggiri, ia berjiwa besar,
mempunyai malu, menghargai diri-karena lebih, bernama besar dan
bergelar. Suka bersaudara, beri memberi terbuka tangan. Karena
pandai, ia ramah suka bergaul, mengolah bersama pekerjaan besar,
tolong menolong (Fattah, 2015). Piil pesenggiri, sebagai soko guru
filosofi orang lampung dengan keempat pilar penyanggahnya Nemui
nyimah, Sakai sambayan, Nengah nyappur, dan Bejuluk beadek
sudah sejak berabad-abad hidup dan lalu dijalani oleh masyarakat
adat lampung. Piil pesenggiri, etos dan spirit kelampungan ini kalau
dijalankan dengan konsisten dan kesungguhan akan mengantarkan
manusia pada tatanan kehidupan yang harmonis dan serasi. Piil
pesengiri menjauhkan orang dari perpecahan dan makin
memperkokoh dalam masyarakat multikultur. Jadi, piil pesenggiri
bisa diugemi dan dijalani oleh siapapun yang cinta perdamaian
tetapi juga suka keragaman. Kearifan lokal dan etos piil pesenggiri
bisa jadi sepirit dan modal dalam menggesa pembangunan diSang
BumiRuwaiJurraiagaroranglampongbisategaksejajardengan suku
bangsa lainnyadalam pergaulanglobal.

E. Implementasi Nilai Kearifan Lokal Piil Pesenggiri Sebagai


Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia
di PerguruanTinggi

1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang


terintegrasi nilai-nilai Piil Pesenggiri dengan Pendidikan
Karakter.
Pada tahap perencanaan sejarah Indonesia di perguruan tinggi
dapat menyusun jurnal berkarakter bangsa yang
menginternalisasikannilai-nilaiPiilPesenggiriyangmengadung
pendidikan karakter. Seperti sikap menerima/menghargai
kebhinekaan, integritas, kerjasama, nilai cinta kasih, toleransi,
persatuan dan kesatuan bangsa, kebebasan yang bertanggung
jawab, disiplin diri, dan solidaritas. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan oleh peneliti terhadap perangkat pembelajaran
yang digunakan oleh guru atau dosen sejarah Indonesia di
perguruan tinggi menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran
tersebut sudah dikembangkan dengan mengintegrasikan nilai-
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam
jurnal.Padaperankatpembelajarantidakdimuatsecaraeksplisit
nilai-nilaikarakteryangharusdimiliki siswa.Begitujugadengan
nilai karakter dikaitkan dan disesuaikan dengan KD dan materi
sejarahIndonesia(WawancaradenganIbuYeniSeptiLibrayani,
S.Pd). Agar upaya menanamkan nilai-nilai Kearifan Lokal Piil
Pesenggiri sebagai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Sejarah Indonesia, seorang guru harus lebih memahami konsep
tentang nilai-nilai itu sendiri, dengan pemahaman yang baik
mengenainilai-nilaiKearifanLokalPiilPesenggirisebagai
Pendidikan Karakter tersebut maka guru akan lebih mudah dalam
menyusun Silabus dan RPP ataupun dosen menyusun jurnal
dalam proses pembelajaran seperti memuat materi dan
penilaiannya (Najib, 2013: 15). Memuat materi sejarah Indonesia
yang bisa berkaitan dengan Piil Pesenggiri seperti materi
perlawanan Radin Intan II terhadap penjajahan Belanda
(Wawancara dengan Ibu Raita Karmila, S.Pd).

Menurut Hamalik (2011: 135) fungsi dari perencanaan


pembelajaran sebagai berikut:
a) memberi guru pemahaman tentang tujuan pendidikan sekolah
dan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tertentu,
b) membantu guru dalam memperjelas pemikiran tentang nilai-
nilai pembelajaran dan prosedur yangdiperlukan,
c) membantu guru dalam memperjelas pemikiran tentang
sumbangan pembelajaran terhadap tujuanpendidikan,
d) membantu guru dalam mengenal kebutuhan- kebutuhan
peserta didik, danmemotivasinya,
e) mengurangi resikotrialdanerrordalamprosespembelajaran,
f) peserta didik akan menghormati guru karena sungguh-
sungguh dalammengajar,
g) membantu guru senantiasa memberikan bahan up to date
kepada pesertadidik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang


terintegrasi nilai-nilai Piil Pesenggiri dengan Pendidikan
Karakter.
Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang
terintegrasi nilai-nilai Piil Pesenggiri dengan Pendidikan
Karakter dapat diamati dalam beberapa aspek. Terkait
dengannilaiPiilPesenggiri,guruberpandanganbahwanilai
Piil Pesenggiri yang mengandung penddidikan karakter
dalam pembelajaran sejarah diantaranya dapat dilakukan
melalui materi pembelajaran yang berhubungan dengan Piil
Pesenggiri dan diimplementasikan melalui metode
pembelajaran. Sebagai contoh dalam materi Kelas XI yaitu
perlawanan Radin Inten II terhadap penjajahan Belanda
(Wawancara dengan Ibu Raita Karmila, S.Pd). Materi ini
mengandung nilai:
a) Pesinggiri, artinya pantang mundur tidak mau kalah dalam
sikap tindak dan perilaku. Hal ini tercermin dalam perilaku
Radin Intan II yang pandang mundur dalam melakukan
perlawanan terhadap penjajahan Belanda yang menguasai
Lampung. Selagi perbuatan dan tindakan itu dijalan yang
benar, maka harus dilakukan tanpa katamenyerah.
b) Juluk Adek, mengandung arti suka dengan nama baik dan
gelaryangterhormat.ArtinyabahwaRadinIntanIImerupakan
pemimpin perlawanan rakyat lampung terhadap Belanda, atas
gelar itu dia harus mengorban jiwa dan raganya dalam
mempertaruhkan kebebasan rakyatnya atas penjajahan
belanda,
c) NemuiNyimah,mengandungartisukamenerimadanmemberi
dalamsuasanasukadanduka.RadinIntanIIdalamkeadaan suka
maupun duka selalu berjuang dalam membebaskan
lampung dari kekuasaanBelanda.
d) Nengah Nyappur, mengandung arti suka bergaul dan
bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah, Radin
Intan II tidak berjuang sendiri, namun dibantu oleh penasihat
dan kawan seperjuangnnya, yang selalu menerima saran dan
masukan darisekelilingnya.
e) SakaiSambayan,mengandungartisuka menolongdan
bergotong royong dalam hubungan kekerabatan dan
ketetanggaan.
Hal ini tanpa pertolongan dari rakyat yang memberi kepercayaan
kepada Radin Intan II dalam memimpin, akan mustahil perjuangan
itu bertahan lama. Agar mudah memberikan pengertian dan
menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam materi pelajaran
sejarah tersebut seperti kerja keras, semangat kebangsaan dan
nasionalisme, cinta tanah air, tanggung jawab, kebersamaan,
gotong royong, kesetiakawanan, keikhlasan, toleransi,
kemasyarakatan, empati dan rendahhati.
Guru sejarah Indonesia harus menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat, strategi pembelajaran merupakan serangkaian
tindakan yang efektif, terencana, dan terarah agar mencapai
sasaran maupun tujuan dari pembelajaran. Maka pelajaran sejarah
harus dirancang untuk mengembangkan suatu pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisimasa lalu
dan sosial masyarakat Indonesia. Pada dasarnya pembelajaran
sejarah berfungsi untuk membangkitkan kesadaran padasiswa.
Kesadaran yang ada pada siswa akan menjadikansiswa yang
penuh dedikasi dan rasa cinta terhadap bangsanya. Strategi yang
dilakukan oleh gurus sejarah Indonesia dan pengelolaan kelas
dalam penanaman nilai Piil Pesenggiri yang mengandung
pendidikan karakter melalui pembelajaran sejarah pada siswa
adalahdenganmemberiketeladanansikappahlawanRadinIntanII
melalui sebuah metode. Metode pembelajaran diantaranya tanya
jawab dan diskusi. Hal ini dilakukan oleh guru sejarah Indonesia
dengancaramemberikanpertanyaankepadapesertadidikdisela-
sela ceramah yang dilakukan. Dengan cara ini diharapkan dapat
menarik minat dan motivasi peserta didik. Terutama saat guru
menyampaikanmateridenganceramahyangterlalulama,peserta
didik merasa bosan atau jenuh bahkan mengantuk. Tetapi, ketika
guru mengkombinasikannya dengan tanya jawab maka peserta
didiktermotivasiuntukmemperhatikanmatericeramahguru,
terlebih lagi apabila jawabanpeserta didik mendapat penilaian dari
guru (Anis, 2017: 5)
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesadaran kultural untuk sejajar dengan pendatang sebagai sense of
collectivism dengan menemukan nilai yang bersumber dari tradisi mereka
membuat ulun Lampung dapat mengangkat kembali identitas merekasebagai
etnis lokal yang bermartabat. Nilai yang terdapat dalam piil pesenggiri
diolah sehingga merupakan modal budaya dan modal simbolik dalam ranah
kontestasi dengan pendatang. Berangkat dari pemaknaan dan redefenisi
terhadap piil pesenggiri yang nilai-nilainya disegarkan kembali (invensi
tradisi),menunjukkan:
1. piil pesenggiri bukanlah produk yang statis, tetapi bersifat konstekstual,
dikonstruksi ulang sebagai resistensi secara halus terhadap dominasi
pendatang;
2. produksi dan reproduksi piil pesenggiri sebagai ”becoming identity”
adalah kemampuan mengintenalisasi eksternalitas, dan mengekternalisasi
internalitas menjadi titik balik dan modal eksistensinya sebagai ulun
Lampung daslamberkontestasi;
3. redefenisi piil pesenggiri merupakan hasil interaksi dengan pendatang
dalam ruang dan waktu, yang tidak dapat dipisahkan dari habitus
ulun Lampung, dan sebagai identitas, piil pesenggiri harus diolah dan
dijadikan modal sesuai dengan habitusmereka;
4. strategi ulun Lampung dengan merespon pendatang melalui nilai piil
pesenggirinya dalam hubungan multikultur dapat dijadikan model dalam
hubungan antar etnis di Indonesia, yaitu bahwa resistensi dapat dilakukan
secara halus dan tanpa disadari sehingga konflik dapatdieliminasi.
15

14

DAFTAR PUSTAKA

Pairulsyah. 2013. KUALITAS PELAYANAN PUBLIK SAMSAT


LAMPUNG DALAMM PERSPEKTIF BUDAYA PIIL
PESENGGIRI.
dikutip pada laman
https://jurnal.fh.unila.ac.iddiakses Kamis, 29
Oktober 2020. Pukul 18.05 WIB.

Irianto, Sulistyowati, dkk. 2018. Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan


Strategi Identitas Ulun Lampung.
dikutip pada laman https://neliti.com/id/publications/163550/piil-
pesenggiri-modal-budaya-dan-strategi-identitas-ulun-
lampungdiakses Kamis, 29 Oktober 2020. Pukul 18.08 WIB.

Setyo Priamantono, Regianto, dkk. TT. IMPLEMENTASI NILAI KEARIFAN


LOKAL PIIL PESENGGIRI SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA DI SMAN 2
KALIANDA.
Dikutip pada laman
http://eprints.uny.ac.id/67130/1/IMPLEMENTASI%20NILAI
%20KEARIFAN%20LOKAL%20PIIL%20PESENGGIRI-
Regiano%20Dkk.pdf
Diakses Rabu, 18 November 2020 Pukul 23.25 WIB.

Fachrudin & Haryadi. 1996. Falsafah Piil Pesenggiri sebagai Norma


Tatakrama Kehidupan Sosial Masyarakat Lampung. Lampung:
Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya
16
daerah Lampung Tahun Anggaran 1996/1997

Anda mungkin juga menyukai