JACOB PELUPESSY
JAMILA S. WAJO
NPM : 12388201140061
2019
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Masohi, 2018
Tim Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
ii
PRAKATA
yang berjudul “Analisis Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Esuriun Orang
namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya semua dapat terselesaikan.
Bantuan teruma datang dari Bapak Sarban Akohilo, S.Pd, M.Pd sebagai
memberikan saya bimbingan, saran dan dorongan sejak awal dalam penulisan
Bahasa STKIP Gotong Royong, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Masohi, dan Bapak / Ibu dosen Pembina SKTIP Gotong Royong Masohi, yang
Pada kesempatan ini, tak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sangat ppribadi kepada kedua orang tua, kakak, dan adik yang telah
iii
Akhir kata, harapan ppenulis, semoga segala bentuk bantuan yang diberikan oleh
berbagai pihak bernilai amal ibadah. Teriting do’a semoga Tuhan Yang Maha Esa
Masohi, 2018
Penulis
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PRAKATA................................................................................................ iii
DAFTARN ISI.......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Larat Belakang............................................................................... 1
B. Rumsan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Peneklitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
A. Folklor........................................................................................... 6
E. Pengertian Nilai............................................................................. 12
G. Nilai Pendidikan............................................................................ 18
B. Kehadiran Peneliti......................................................................... 21
C. Data................................................................................................ 2
V
D. Sumber Data.................................................................................. 22
G. Tahap-tahap Penelitian.................................................................. 23
I. Langkah-langkah Penelitian.......................................................... 25
DAFTAR PUTAKA
VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
dikatakan masih berkisar pada sastra lisan. Hal ini seperti yang disampaikan
Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, “Sastra lisan atau sastra
pada masa lalu yang umumnya disampaikan secara lisan. Sastra lisan tetap hidup
dalam ingatan orang tua atau tukang cerita yang jumlahnya semakin berkurang”.
Sebagai kekayaan sastra, cerita rakyat yang merupakan bagian dari sastra lisan
yaitu salah satu unsur kebudayaan yang perlu dikembangkan karena mengandung
nilai-nilai budaya, norma-norma, dan nilai-nilai etika serta nilai moral masyarkat
pendukungnya.
mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat tertentu dan dapat pula membina
pergaulan serta pengertian bersama sebagai suatu bangsa yang memiliki aneka
Cerita Rakyat Esuriun Orang Bati selain bersifat hiburan juga memiliki
nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam sebuah cerita dan juga dapat
menjadi alat untuk memelihara dan menurukan buah pikiran suatu suku atau
1
2
bangsa pemilik sastra itu. Misalnya, So go utana kita abus-abus taka utana, so go
suatta kita abus-abus tako suatta. Sei balwaitta, ale waitta nabesati (satu makn
sayur, semua makan sayur, satu makan sagu, semua makan sagu, siapa balik batu,
Esuriun Orang Bati adalah simpul pengikat seluruh aspek kehidupan orang
Bati yang terintegrasi untuk bertahan hidup (Survival strategy) dengan cara-cara
hidup kebudayaan. Simpul pengikat bersumber dari nilai dasar (basic value)
tentang manusia berhati bersih atau bati yang teraktualisasi dalam Esuriun Orang
Bati, dimana nilai dasar (ngavin) tentang “manusia berhati bersih” atau “Bati”
pedoman dalam hidup. Keyakinan kuat dari Orang Bai kepada leluhur (Tata Nusu
Si) selalu menempatkan manusia Bati berada pada puncak kekuasaan alam
Dalam kosmologi Orang Bati Alifuru adalah manusia awal yang diciptakan
oleh ilmu yang menyelidiki asal usul struktur dan hubungan ruang waktu alam
semesta, Mahakuasa pencipta alam semesta dan manusia yaitu seorang perempuan
(ibu atau ina) di Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu). Pemahaman alifuru pada
lingkungan Orang Bati apabila dilakukan upacara adat Esuriun Orang Bati ( Esu=
Hutan dan Riun= Ribuan). Makna Esuriun Orang Bati sebagai kisah alifuru Bati
atau Orang Bati yang terdiri dari ribuan orang turun dari hutan dan gunung untuk
menjaga dan melindungi hak milik yang berharga (bernilai) dalam intraksi sosial
Orang Bati menyebut diri mereka sebagai orang gunung (mancia atayesu).
Idealisme tentang manusia berhati bersih atau Bati telah menjadi cita-cita
3
sekaligus tujuan hidup dari anak cucu keturunan Alifuru Bati sebagai Manusia
Orang Bati sebagai orang hilang-hilang dan memiliki kemampuan gaib, terbang
melegenda itu sempat membuat para tua-tua adat yang mendiami desa-desa adat
di maluku segan untuk bertemu dengan Orang Bati. Tentu lewat pendekatan
negatif itu lewat studi komparatifnya. Dan semua yang dituangkan dalam buku
Esuriun Orang Bati adalah sebagian besar pengalaman hidup Pieter Jacob
Pelupessy sejak tahun 1976 dan merupakan salah satu kajian ilmiah. Dan Cerita
rakyat Esuriun Orang Bati juga tergolong dalam cerita legenda. Melalui bukunya
Esuriun Orang Bati, Pieter yang bekerja sebagai dosen sarjana dan pascasarjana
Esuriun Orang Bati layak dikaji dan dianalisis, sebagai salah satu usaha
koleksi bahan bacaan bagi generasi yang akan datang. Apabila tidak dilestasrikan
akan hilang maka para generasi yang akan datang tidak akan mengenal setiap
karya sastra yang baik (termasuk cerita rakyat) selalu menngungkapkan nilai-nilai
4
luhur yang bermanfaat bagi pembaca. Nilai-nilai tersebut bersifat mendidik dan
menggugah hati pembaca. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai
pendidikan moral, nilai adat, nilai agama (religi), nilai sejarah (Waluyo, 1992:27).
Hal-hal diatas yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, selain merupakan
salah satu usaha memperkenalkan dan mengangkat kembali sebagian kecil dari
cerita rakyat yang ada di masyarakat Bati. Masyarakat Bati adalah salah satu
bagian dari suku Alifuru yang ada di Maluku, sebagai salah satu suku bangsa, Bati
memiliki kebudayaan atau kesenian tersendiri, sebagai mana sastra lisan lainnya
Dari cerita rakyat Esuriun Orang Bati, peneliti tertarik terhadap cerita
Esuriun Orang Bati sebagai bahan kajian, karena cerita rakyat Esuriun Orang
Bati adalah salah satu cerita tentang kehidupan masyarakat Alifuru suku Bati.
Karena budaya tersebut hanya dipahami oleh orang-orang tertentu. Maka akan
mudah terkikis intinya melestasrikan budaya yang diterapkan oleh suku Bati sejak
jaman dahulu. Baik itu nilai moral, nilai agama, nilai sosial maupun nilai budaya.
Selain itu cerita ini juga menarik, sebab berbicara mengenai kehidupan salah satu
suku bangsa keturunan Alifuru orang bati yang mendiami Nusa Ina bagian timur
atau pulau seram yang belum banyak diketahui oelh masyarakat umum.
Nilai Pendidikan dalam cerita rakyat Elsuriun Orang Bati Karya Pieter Pelupessy.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca, agar dapat mengetahui serta memahami salah satu cerita
rakyat yaitu Esuriun Orang Bati, yang terdapat di Negeri Bati, Kecamatan
KAJIAN PUSTAKA
A. Folklor
Folklor berasal dari kata folk dan lore. Folk diartikan sebagai rakyat,
bangsa, atau kelompok yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan,
sedangkan lore adalah adat serta khazanah pengetahuan yang diwariskan turun
turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak
isyarat, alat-alat bantu mengingat, yang berada dalam berbagai kelompok apa saja.
Folklor bermula dari sebuah pola kehidupan masyarakat yang pada awalnya
Alan Dundes (dalam Danandjaja, 1997: 1-2) menjelaskan bahwa folk adalah
dari lore adalah tradisi folk yang berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan
secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan
6
7
rakyat atau permainan rakyat pada umumnya. Folklor pada umumnya mempunyai
kegunaan atau fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif misalnya cerita
rakyat sebagai alat pendidik, hiburan, protes sosial, dan proyeksi suatu keinginan
yang terpendam. Folklor bersifat pralogis yaitu logika yang khusus dan kadang
berbeda dengan logika umum. Hal tersebut karena folklor sebagai bentuk
Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
setiap bangsa. Cerita rakyat itu sendiri menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sastra cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan
negeri kita sebenarnya berlimpah ruah cerita rakyat yang menarik. Bahkan sudah
banyak yang menulis ulang denga cara mereka masing-masing. Cerita rakyat
dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur
yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai
sosial masyarakat tersebut. Dahulu, verita rakyat diwariskan secara trun menurun
dari satu generasi ke genrasi berikutnya secara lisan (Latupapua, 2012). Mengenal
cerita rakyat adalah bagian dari mengenal sejarah dan budaya suatu bangsa. Pada
manusia.
8
Cerita rakyat sangat digemari oleh warga masyarakat karena dapat dijadikan
sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat jenaka. Oleh karena itu, cerita
rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral dan
hiburan bagi masyarakat. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai salah satu karya
sastra yaitu berupa cerita yang lahir, hidup dan berkembang pada beberapa
generasi dalam masyarakat tradisional, baik masyarakat itu telah mengenal huruf
atau belum, disebarkan secara lisan, mengandung survival, bersifat anonim, serta
disebarkan diantara kolektif tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama. Saat
ini, cerita-cerita rakyat tidak hanya merupakan cerita yang dikisahkan secara lisan
dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi telah
rakyat adalah sastra yang hidup di tengah- tengah rakyat. Sastra rakyat dituturkan
oleh ibu kepada anaknya dalam buaian, atau tukang cerita kepada penduduk
kampu ng yang tidak tahu membaca dan menulis . Cerita - terita semacam ini
diturunkan secara lisan, dari generasi satu ke generasi yang lebih muda. Sastra
lisan hidup dan berkembang di kampung - kampung. Jadi, dapat dipastikan bahwa
lahirnya sastra lisan lebih da hulu dari pada sastra tertulis yang rata - rata
berkembang di istana.
Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk (genre) foklor. Foklor itu sendiri
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-
temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau
9
foklor yang dijumpai di Indonesia. Begitu pula cerita rakyat dari Padang, Papua,
dan lainnya yang diceritakan dalam bahasa daerah masing- masing. Dewasa ini,
Berbicara mengenai cerita rakyat tidak dapat terlepas dari folklor, karena
Danandjaja, 1997: 21) folklor dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yakni
folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. folklor lisan diartikan
sebagai folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk dari jenis folklor ini
antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat
pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (d) puisi rakyat,
seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda,
dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat. Dari eberapa buku ditemukan pendapat
sebenarnya dari sisi yang nampaknya berbeda pada akhirnya akan ditemukan
yaitu (1) cerita asal usul, (2) cerita binatang, (3) cerita jenaka, (4) cerita pelipur
lara, dan (5) pantun. Sejalan dengan ini Haviland (1993 : 230) juga membagi
cerita rakyat ke dalam tiga kelompok besar, yaitu (1) mitos, (2) legenda, (3)
10
dongeng, dan cerita rakyat Esuriun Orang Bati termasuk di dalam kategori
legenda.
pembagian cerita rakyat meliputi mite, legenda, dan dongeng. Hal ini dilakukan
dalam penelitian ini masuk dalam kategori legenda. Ketiga bentuk cerita rakyat
1. Mite
Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh sang empunya cerita. Tokoh dari mite biasanya dewa atau
makhluk setengah dewa. Peristiwa dalam mite terjadi di dunia lain atau bukan
dunia yang sesungguhnya dan terjadi pada masa lampau (Danandjaja, 1997:50).
terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas
petualangan para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia
lain, atau dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
2. Legenda
pahlawan, perpindahan penduduk, dan terciptanya adat kebiasaan lokal dan yang
istimewa, berupa campuran antara realisme, supernatural dan luar biasa. Legenda
adalah prosa rakyay yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu
dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan
mite, legenda ditokohi manusia yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan
3. Dongeng
(2003:104-105) dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-
benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu
melukiskan kebenaran atau berisi ajaran moral, sejalan dengan definisi tersebut
dinyatakan bahwa dongeng adalah cerita kreatif yang diakui sebagai khayalan
Cerita rakyat merupakan cerita yang terdapat di semua daerah atau suku di
Indonesia jenis dan isi pun bervariasi. Secara umum, isi cerita rakyat tersebut
kehidupan masyarakat daerah tersebut tidak terlalu jauh dari yang ada dalam
cerita yang ada dan berkembang di daerah itu. Cerita rakyat pada suatu daerah
diseputar kita. Sayangnya, saat ini penutur cerita rakyat sudah langka. Hal ini
menuntut adanya penginventarisasian cerita rakyat agar isi certanya dapat kita
nikmati. Nilai-nilai yang ada dapat ditanamkan kepada generasi muda serta dapat
dilestarikan keberadaannya.
beberapa nilai lain yang dapat disumbangkan oleh cerita rakyat yang kadang-
kepribadian manusia. Cerita-cerita yang dibawakan oleh orang tua atau pawang
cerita akan mempengaruhi jiwa anak sehingga semakin hari dapat membentuk
pribadi anak itu. Cerita rakyat, selain merupakan hiburan, juga merupakan sarana
untuk mengetahui (1). Asal-usul nenek moyang, (2). Jasa atau teladan kehidupan
para pendahulu kita, (3). Hubungan kekerabatan (silsilah), (4). Asal mulai tempat,
(5). Adatistiadat, dan (6). Sejarah benda pusaka (Sugono, 2003:126). Selain itu,
certa rakyat juga dapat berfungsi sebagai penghubung kebudayaan masa silam
dengan kebudayaan yang akan datang. Dalam arti luas, sastra lisan (cerita rakyat)
dapat pula berfungsi sebagai sarana untuk menanam benih kesadaran akan budaya
E. Pengertian Nilai
Nilai adalah kualitas atau sifat yang membuat apa yang bernilai jadi
bernilai, misalnya nilai “jujur” adalah sifat atau tindakan yng jujur (Scheler dalam
tinggi serta selalu dikejar oleh manusia dalam memperoleh kebahagiaan hidup
(Wisadirana, 2004:31). Nilai memiliki pengertian yang cukup luas dan bervariasi.
Ada beberapa defenisi dan pandangan mengenai nilai. Nilai itu “objektif” jika
dimana ssesuatu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Dan oleh karena
itu nilai sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga yang sama pula karena
antara yang satu dengan yang lain. Suatu nilai jika dihayati oleh seorang, maka
akan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir, cara bersikap meupun cara
menegaskan bahwa nilai yang terendah dari semua nilai sekaligus merupakan nilai
yang pada dasarnya “fana” nilai yang lebih tinggi dari pada semua nilai yang lain
sekaligus merupakan nilai yang abadi. Beberapa definisi dan uraian mengenai
nilai diatas dapat dikatakan bahwa nilai itu merupakan sesuatu yang tidak mudah
dirumuskan, sesuatu yang abstrak dan memiliki kriteria yang berbeda. Nilai
berhubungan dengan perasaan dan bersifat relatif sehingga tingkat kepuasan nilai
Cerita rakyat memiliki kandungan nilai yang bersifat universal dan nilainya
tinggi. Ada yang nilainya dapat langsung dihayati oleh penikmatnya, namun ada
juga cerita rakyatb yang terbungkus rapi di dalam simbol, perumpamaan, ataupun
Berdasarkan konsep nilai diatas ada beberapa jenis nilai diantaranya sebagai
1. Nilai Pendidikan
Ada beberapa nilai yang harus dimiliki sebuah karya sastra yang baik.
Nilai- nilai tersebut antara lain: nilai estetika, nilai moral, nilai konsepsional,
nilai sosialbudaya, dan nilai-nilai lainnya. Sebuah karya sastra yang baik pada
yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat erupa
nilai medial menjadi sarana, nilai final yang dikejar seseorang, nilai kultural,
15
nilai kesusilaan, dan nilai agama. Nilai pendidikan sangat erat nilainya
Setiap karya sastra yang baik termasuk cerita rakyat selalu mengungkapkan
dapat mencakup nilai pendidikan moral, nilai adat, nilai agama religi, nilai
sejumlah nilai edukatif yang dapat dipetik melalui peristiwa-peristiwa yang ada,
2. Nilai Moral
praktis karena ajaran itu ditampilkan ada diri tokoh-tokoh yang ada lewat
dengan perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, asusila, dan lain-lain Franz
3. Nilai Budaya
merupakan bentuk jamak dari kata budi yang berarti akal. Dengan demikian
16
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal (Soekanto, 1981:55). Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dalam masyarakat yang cukup sederhana apapun bentuk karya itu, karena
4. Nilai Adat
Cara atau kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu kala dapat
dikatakan sebagai adat atau tradisi. Kebiasaan yang dimaksud seringkali sudah
kebiasaan masa lampau yang ada dalam masyarakat seringkali masih memiliki
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir
dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual.Selain itu, latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
5. Nilai Agama
relegius. Sifat ini tampak atau ditandai dengan berbagai kegiatan keagamaan yang
leluhur, yaitu berupa selamatan, bersih desa, melakukan sesaji untuk roh-roh
penunggu atau leluhur yang telah meninggal. Doa bersama juga dilakukan dalam
rangka meminta hujan ketika musim kering yang dipimpin oleh seorang tokoh
adat atau tokoh agama. Agama sebagaimana biasa diyakini oleh para
berbuat hal yang tidak menyenangkan bagi para dewa, mereka cenderung
6. Nilai Sejarah
Karya sastra termasuk cerita rakyat sangat mungkin bermuatan kisah masa
Waluyo, 2002: 20. Jadi, naskah dan tradisi lisan warisan budaya leluhur
Naskah dan tradisi lisan warisan budaya leluhur bermanfaat untuk mengenali
perjalanan sejarah masyarakat lokal dan bangsa. Melalui tradisi lisan atau naskah
sastra lisan yang sudah dibukukan dapat ditelusuri kembali kejadian-kejadian atau
18
G. Nilai Pendidikan
adalah suatu yang esensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat
yang dapat menghantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Pendidikan dapat
dengan kata lain manusia dapat mencapai suatu peradaban dan kebudayaan yang
tinggi dengan bantuan pendidikan. Begitu pula dengan seorang pengarang yang
dijadikan sebagai tolak ukur dalam bersikap dan bertindak. Karya sastra berfungsi
melalui alur cerita yang dibentuk. Lebih jauh lagi Rizal mengatakan bahwa dalam
karya sastra bisa saja ditemukan nilai hitam dan putih, bisa juga menggambarkan
19
nilai hitam, atau memperlihatkan nilai putih. Nilai hitam atau putih dalam karya
sastra disebut juga nilai pendidikan, nilai yang mengandung unsur kebaikan
sebagai tuntunan disebut nilai putih, dan nilai keburukan dalam hidup
digambarkan nilai hitam. Paling terasa hitam dan putihnya cerita ada dalam cerita
berperilaku putih akan mendapat ganjaran. Contoh dalam cerita rakyat Esuriun
Orang Bati, terlihat sekali nilai pendidikannya. Seorang pengarang tentu saja akan
terentu.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
penelitian yang semua datanya berupa uraian-uraian tanpa angka. Uraian tersebut
2. Lokasi Penelitian
sifat yang desebut karakteristik. Menurut Bogdan dan Biglen (dalam Moleong,
yang pertama
b. Teori dari dasar (Ground Theory) penggunaan teori ini menuju pada arah
mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan
bagian-bagian yang diteliti, akan lebih jauh jelas apabila diamati dalam proses.
20
21
dirndingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.
tentang nilai pendidikan dalam Cerita Rakyat Esuriun orang Bati karya Pieter
Pelupessy. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
masalah yang diselidiki dalam menggambarkan bentuk dan sifat masalah tersebut.
Metode ini dianggap penulis sesuai dengan latar belakang dan tujuan
gambaran yang jelas tentang objek yang akan dianalisis. Jadi metode deskriptif
nilai pendidikan dalam Cerita Rakyat Esuirun Orang Bati Karya Pieter Pelupessy.
B. Kehadiran Peneliti
masalah penelitian.
C. Data
Data daam penelitian ini adalah tulisan berupa kata-kata maupun kalimat-
kalimat yang mengandung nilai pendidikan dalam Cerita Rakyat Esuriun Orang
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku Esuriun Orang Bati karya
sejumlah data yang diperoleh dari buku berupa Cerita Rakyat Esuriun Orang Bati.
Data tersebut diperoleh melalui observasi, dengan teknik bacaan dan teknik catat.
Teknik baca adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengancata
membaca teks sastra secara cermat dan teliti, sedangkan teknik catat adalah
kegiatan pencatatan semua data ayang diperoleh dengan pembacaan teks sastra
dengan menggunakan kartu data. Teknik catat dan baca berarti peneliti sebagai
terarah, dan teliti terhadap sumber data yakni sasaran penelitian berupa teks buku
Esuriun Orang Bati karya Pieter Pelupessy dalam memperoleh data yang
karya Pieter Pelupessy secara cermat dan teliti. Pada saat melakukan pembacaan
pendidikan seperti kata dan kalimat yang ditemukan dalam buku Esuriun Orang
Bati karya Pieter Pelupessy, maka secara umum teknik analisis data dalam
a. Membaca secara saksama buku Esurin Orang Bati Karya Pieter Pelupessy.
c. Mendeskripsikan nilai pendidikan dalam cerita Esurin Orang Bati karya Pieter
d. Menarik kesimpulan
Mencermati hal-hal diatas maka peneliti dituntut dengan baik dan cermat
dalam meneliti Cerita Rakyat Esuriun Orang Bati buku yang akan menjadi
G. Tahap-Tahap Penelitian
Orang Bati karya Pieter Pelupessy, maka secara umum teknik analisis data dalam
a. Membaca secara saksama buku Esurin Orang Bati Karya Pieter Pelupessy.
c. Mendeskripsikan nilai pendidikan dalam cerita Esurin Orang Bati karya Pieter
d. Menarik kesimpulan.
24
Mencermati hal-hal diatas maka peneliti dituntut dengan baik dan cermat
dalam meneliti Cerita Rakyat Esuriun Orang Bati buku yang akan menjadi
Data yang diperoleh pada suatu penelitian perlu dilakukan pengecekan atau
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
yng dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan teknik pemeriksaan yang
satu atau lebih teori dan hal ini dinamakan penjelasan banding. Triangulasi
dengan teori yang dipakai peneliti adalah dengan cara mengumpulkan beberapa
Dan triangulasi teori berarti peneliti memeriksa data yang diperoleh dengan
satu atau lebih teori sehingga menemukan kecocokan. Dalam hal ini
menyesuaikan data dengan sumber dan teori-teori yang digunakan sehingga dapat
Bapak Pieter pelipessy selaku orang yang membuat buku Esiriun orang Bati.
25
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
I. Langkah-Langkah Penelitian
Seperti yag sudah dijelaskan di awal bahwa sifat dari penelitian ini adalah
deduktif.
Masih ingat tidak paragraf deduktif. Paragraf deduktif adalah paragraf yang
kalimat khusus yang berikan penjelasan yang berisikan data untuk mendukung
kalimat pertama/utama.
dengan cara pengumpulan data dan menganalisanya dengan statistik. Hasil dari
kuantitaif :
tanya. Bara cara membuat rumusan masalah yang baik pada proposal untuk
teori-teori yang relevan. Bahasanya sederhanyanya, kamu cari tau teori yang
3. Merumuskan hipotesis
solusi) yang diperoleh dari pencairan teori-teori yang relevan. Jawaban yang
sementara adalah hipotesis. Jadi hipotesis dirumuskan dengan cara membaca atau
mencari teori-teori yang cocok dengan solusi dari rumusan masalah dalam
penelitian.
dahulu :
tersebut.
data. Data dalam penelitian kuantitatif dapat berupa data angka atau data deskripsi
yang dikumpulkan.
27
Statistik yang dapat digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik induktif
Penyajian data dapat berupa tabel, grafik, dan diagram dan pembahasan
6. Menyimpulkan
Kesimpulan adalah hasil dari pengujian hipotesis apakah diterima atau hipotesis di