Proposal Penelitian
oleh
ROIDANIS
NIM 140388201023
berbagai Pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
1. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc., selaku rektor Universitas Maritim Raja
2. Drs. H. Abdul Malik, M. Pd., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
perkuliahan;
i
4. Tessa Dwi Leoni, M. Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah
7. orang tua, paman, dan keluarga peneliti yang telah banyak memberikan
manusia tidak terlepas dari kekurangan dan kekhilafan, untuk itu kritik dan saran
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
B. Fokus Penelitian.............................................................................................. 4
b. Legenda .................................................................................................. 16
c. Dongeng ................................................................................................. 17
c. Latar........................................................................................................ 22
d. Tema ....................................................................................................... 23
iii
a. Nilai Pendidikan Religius....................................................................... 26
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
penggeraknya. Budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia
unsur sastra. Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
Sastra terbagi dua, yaitu sastra lisan (unwritten literature) dan sastra
tulisan (written literature). Sastra lisan adalah jenis atau kelas karya tertentu yang
dituturkan dari mulut ke mulut tersebar secara lisan (Hutomo dalam Jupri, 2015:
2). Sastra tulisan (written literature) yaitu sastra yang merupakan media tulisan
atau literal yang cara penyebarannya melalui media tulisan. Sastra lisan ada yang
murni dan ada yang tidak murni. Sastra lisan murni berupa dongeng, legenda, dan
1
2
cerita yang tersebar secara lisan di masyarakat. Sastra lisan tidak murni, biasanya
berbaur dengan tradisi lisan. Sastra lisan yang berbaur ini hanya berupa
Dalam hal ini, hubungan antara unsur tersebut dapat berupa hubungan dramatik,
Berbagai nilai yang terkandung dalam sastra khususnya cerita rakyat bisa
yang terdapat di dalam ceritanya tidak didapat secara langsung (tersirat), tetap saja
nilainya bisa dipahami jika mendengar ceritanya. Sastra lisan (cerita rakyat)
berbagai kegiatan lain yang terdapat disekitar kehidupan sastra itu. Selain itu juga
ini cerita rakyat semakin berkurang peminatnya dan terkesan semakin menghilang
dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Hal ini dikarenakan cerita rakyat sudah
jarang sekali bahkan hampir tidak pernah lagi diceritakan orang tua kepada anak-
anak mereka atau kepada generasi muda sekarang. Banyaknya orang tua yang
melupakan cerita rakyat ini, maka lama-kelamaan budaya sastra lisan akan punah
3
begitu saja. Jika hal itu terus dibiarkan maka sastra lisan (cerita rakyat) tidak akan
Secara keseluruhan Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari empat kabupaten, dan
dua kota. Provinsi Kepulauan Riau tidak kalah dengan Provinsi-provinsi lainnya,
sangat terkenal dengan sebutan Kota Gurindam Negeri Pantun. Hal itu
memiliki banyak cerita rakyat satu diantaranya Legenda. Dahulu cerita rakyat
mereka.
dahulu. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman semakin modern sehingga lupa
tentang cerita rakyat di tempat tinggalnya sendiri. Hal ini yang menjadi perhatian
menghilang. Hal itu terjadi karena orang tua tidak lagi menceritakan kepada
anaknya, sehingga anak-anak atau generasi penerus tidak mengetahui cerita rakyat
untuk mewujudkan kembali cerita rakyat berjenis legenda yang ada ditempatnya
lagi. Di Kabupaten Kepulauan Anambas juga belum ada orang yang meneliti
tentang cerita rakyat berbentuk legenda secara struktur dan nilai pendidikan.
Padahal makna yang terkandung di dalam cerita rakyat khususnya legenda yang
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan uraian temuan di atas peneliti tertarik untuk
B. Fokus Penelitian
utama penelitian ini adalah analisis struktur dan nilai pendidikan dalam cerita
C. Rumusan Masalah
pertanyaan berikut.
Kepulauan Anambas?
Kepulauan Anambas?
Kepulauan Anambas?
Kepulauan Anambas?
6
D. Tujuan Penelitian
Anambas.
Kepulauan Anambas.
Kepulauan Anambas
Kepulauan Anambas
Kepulauan Anambas
E. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
2. Praktis
bagi diri peneliti sendiri, bagi pendidikan, bagi guru, bagi siswa, bagi peneliti lain,
a. Bagi Peneliti
tentang cerita rakyat yaitu legenda khususnya struktur dan nilai pendidikan.
b. Bagi Pendidikan
maupun kurikulum.
c. Bagi Guru
pendidikan.
d. Bagi Siswa
Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan atau acuan untuk
f. Bagi Masyarakat
F. Definisi Istilah
Pada bagian definisi istilah ini, perlu perlu dijelaskan beberapa istilah yang
dipakai dalam proses penulisan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan
penafsiran kepada pembaca. Istilah itu adalah sebagai berikut.
dalam hal ini prosa fiksi, yang menganggap objek studinya bukan hanya
kepada unsur yang lain. Antara unsur-usnsur tersebut terdapat jalinan yang
erat (koherensi).
mulut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori diperlukan agar penelitian ini terarah dan ilmiah. Dalam hal
ini peneliti memaparkan beberapa teori yang berkaitan dengan stuktur dan nilai-
nilai pendidikan yang dikutip dari beberapa para ahli, sebagai berikut.
1. Hakikat Sastra
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta ‘Sastra’, yang berarti
“teks yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang
berarti “intruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “Alat” atau “sarana”. Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan”
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
sebuah cipta seni sastra memiliki keindahan yang tinggi. Jika dilihat dari medium
yang digunakannya, Sastra dapat diklasifikasikan atas 2 kelompok, yaitu (1) sastra
lisan dan (2) sastra tulisan. Sastra lisan adalah sastra yang sistem penyajiannya
keduanya memiliki perbedaan dari sudut media yang digunakan akan tetapi
10
11
keduanya memiliki misi yang sama, yaitu memperkaya khazanah sastra para
surat kabar setiap hari Minggu, buku-buku sastra, jurnal sastra, dan sebagainya.
Sementara sastra lisan adalah cipta sastra yang disampaikan secara lisan (dari
mulut ke mulut), seperti dongeng, legenda, dan mitos (Suhardi, 2011: 3).
Hakikat kajian sastra tidak lepas dari unsur estetik bagian penting
membangun karya sastra itu dari dalam. Bersama-sama dengan unsur intrinsik dan
Sastra mengatakan hampir setiap obyek dan tindakan mempunyai fungsi estetik.
Segala aktivitas yang dilakukan dikehidupan berkaitan erat dengan estetik. Mulai
terpisah dari kehidupan. Karya sastra sebagai estetika ditinjau dari karya sastra
sebagai seni berbahasa dan karya sastra sebagai bentuk seni (Suhardi, 2011: 8).
Sastra merupakan bahasa yang indah baik dalam seni maupun budaya.
Sastra lahir tentunya ada bahasa hal ini sejalan dengan pendapat Suhardi (2011: 8)
mengemukakan bahwa “medium sastra adalah bahasa. Mustahil sastra lahir tanpa
karena bahasa itu lahir dari manusia”. Jadi, sastra lahir dari bahasa sedangkan
yaitu (a) penyebaran melalui mulut, maksudnya, ekspresi budaya yang disebarkan,
baik dari segi waktu maupun ruang melalui mulut, (b) lahir di dalam masyarakat
yang masih bercorak desa, masyarakat di luar kota, atau masyarakat yang belum
sastra lisan itu merupakan warisan budaya yang menggambarkan masa lampau,
tetapi menyebut pula hal-hal baru (sesuai dengan perubahan sosial), (d) tidak
diketahui siapa pengarangnya, dan karena itu menjadi milik masyarakat, (e)
bercorak puitis, teratur dan berulang-ulang, (f) tidak mementingkan fakta dan
oleh masyarakat modern, tetapi sastra lisan itu mempunyai fungsi penting di
dalam masyarakatnya, (g) terdiri dari berbagai versi, (h) menggunakan gaya
secara umum mencakup: (a) bahasa rakyat seperti logat, peribahasa, pepatah dan
pemeo, (b) ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah dan pameo, (c)
pertanyaan tradisional seperti teka-teki, (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam,
dan syair, (e) nyanyian rakyat, dan (f) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda,
dan dongeng.
13
fungsi, yaitu (a) sebagai sebuah bentuk hiburan, (b) sebagai alat pengesahan
anak-anak, dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
anonim; (2) materi cerita kolektif, tradisional, dan berfungsi khas bagi
masyarakatnya; (3) mempunyai bentuk tertentu dan varian; (4) berkaitan dengan
kepercayaan; dan (5) hidup pada masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Supratno (Suhartono, 2010: 1) menyatakan bahwa sastra lisan berciri: (1) anonim;
(2) berversi atau bervariasi; (3) memunyai bentuk tertentu; (4) berguna bagi
kehidupan bersama; (5) bersifat polos atau lugu; (6) milik kolektif; dan (7)
bahwa sastra lisan berciri bersahaja dan lugas dalam bentuk lahir.
bahwa sastra lisan merupakan sastra yang berkembang dengan lisan di dalam
dari mulut ke mulut tanpa ada yang mengetahui siapa pengarangnya, sehingga
3. Cerita Rakyat
Menurut Hutomo dan Sundari (Sumayana, 2017: 24) “cerita rakyat adalah
langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat
tersebut. Dahulu cerita rakyat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi
berikutnya secara lisan”. Oleh karena itu, sebuah cerita rakyat merupakan
Menurut KBBI (2012: 263) ”cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu
yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan”. Cerita rakyat
berkembang di masa lalu ketika bahasa tulis belum berkembang atau bahasa tulis
belum dikenal. Cerita rakyat itu diwariskan secara lisan, penyebarannya secara
dari mulut ke mulut sehingga seringkali ceritanya mendapatkan suatu variasi atau
cerita. Jadi, cerita rakyat yang sama kemungkinan besar akan diceritakan dalam
versi atau cara yang berbeda meskipun isi ceritanya tetap sama, tidak mengubah
di antaranya kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda,
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
rakyat (folk literature) ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) mite atau mitos (2)
legenda, dan (3) dongeng. Berikut akan diuraikan mengenai penjelasan jenis-jenis
Mite atau Mitos berasal dari perkataan Yunani ‘mythos’ yang berarti
cerita. Mite atau biasa juga disebut mitos, yakni cerita tentang dewa-dewa dan
mitos adalah cerita suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama. Mite
atau mitos adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap
suci oleh yang empunya cerita. Mite atau mitos di dalamnya termasuk kejadian
oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau
di dunia yang bukan kita kenal sekarang,dan terjadi pada masa lampau. Mite pada
terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam.
dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah
percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari
indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Mite juga mengisahkan
16
b. Legenda
rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar
terjadi”. Hal ini sejalan dengan KBBI (2012, 803) menyebutkan bahwa “legenda
adalah cerita rakyat zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa
sejarah”. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif
(folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah
mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Dalam
“sejarah” kolektif (Folk history) walaupun “sejarah” itu telah mengalami distorsi
sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi, dapat dikatakan
bahwa legenda memang erat dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun
mitologis, khususnya kalau berkaitan dengan masalah supra natural dan oleh
karena itu tidak selalu dapat dibedakan dengan mitos. Secara lebih terperinci,
keagamaan (religious legend), (2) legenda alam gaib (supernatural legend), (3)
legenda perseorangan (personal legend), dan (4) legenda setempat (local legend).
17
masih dikenal dan hidup pada masyarakat tertentu (Prisma dkk, 2013: 2).
c. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan
kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang
Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang
dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral
yang disampaikan.
adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
dahulu yang dianggap aneh). Dongeng adalah cerita yang secara lisan turun
Legenda (legend) sebagai salah satu bentuk folklor bukan lisan dan
menurut Bascom adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan
mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci, ditokohi
manusia, walaupun terkadang punya sifat-sifat luar biasa dan kadang dibantu
18
Apabila dikaitkan dengan pendapat Bascom, cerita legenda sebagai sebuah karya
sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial sebab langsung berkaitan
dengan norma-norma dan adat istiadat masyarakat pada kurun waktu tertentu
Luxemburg (Yayu, 2015: 19). Maka pendapat Bascom ini dapat dimaknai bahwa
legenda merupakan karya sastra yang berasal dari rakyat dengan ciri yang hampir
dongeng dan legenda secara umum. Secara generalisasi, dongeng dapat diartikan
sebagai bentuk prosa khususnya cerita rakyat. Sedangkan legenda jenis prosa
rakyat yang ceritanya mirip dengan mite. Hal ini dipahami oleh masyarakat
sebagai bagian dari sesuatu yang tidak benar-benar terjadi tetapi berwujud cerita
yang ada di masyarakat. Dengan demikian, baik dongeng maupun legenda sama-
sama prosa rakyat. Yang terpenting dalam legenda adalah kandungan pesan-pesan
memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain”. Kodrat struktur itu akan
antarunsur secara keseluruhan. Unsur-unsur dalam cerita terdiri atas: tema, plot,
19
tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang (point of view), bahasa, dan moral. Hal
ini juga sesuai dengan pendapat Teeuw (2015: 106) “bahwa analisis struktural
mendalam mungkin keterkaitan, dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya
cerita yaitu fakta, tema, dan sarana penceritan. Yang dimaksud fakta sebuah cerita
adalah karakter (tokoh dan penokohan), alur, dan latar. Ketiganya merupakan
struktur faktual sebuah cerita. Tema adalah suatu yang menjadi dasar cerita.
Mengenai tema sebuah cerita ada kesamaan dengan makna pengalaman seseorang
penceritaan adalah cara pengarang untuk memilih dan menyusun antara lain
berupa sudut pandang, gaya (bahasa) dan nada, simbolisme, dan ironi.
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian
unsur pembangun dalam cerita tidak terlepas dari unsur intrinsik dan unsur
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri”. Unsur-unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Mengenai
pengertian struktur faktual (alur, tokoh dan penokohan, latar) dan tema dijelaskan
sebagai berikut.
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan awal
tahap inciting force, yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun
perilaku yang bertentangan dari pelaku; tahap rising action, yakni situasi
panas karena pelaku-pelaku dalam cerita berkonflik; tahap crisis, yakni situasi
21
semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh
pengarangnya; climax, situasi puncak ketika konflik berada pada kadar yang
paling tiggi sehingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-diri;
tahap falling action, kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam
cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclucion atau penyelsaian cerita.
harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), tahap akhir (
hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Tahap tengah cerita
dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya,
cerita atau dapat juga disebut tahap perlarian, menampilkan adegan tertentu
sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini misalnya (antara lain) berisi
sebuah cerita.
adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedangkan
atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang
pelaku yang mengemban pristiwa dalam cerita rekaan sehingga cerita itu
mampu menjalin suatu cerita. Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan
c. Latar
dari latar tempat, waktu, dan sosial-budaya. (1) Latar tempat menunjuk pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (2)
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (3) Latar sosial-budaya
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
keyakinan, pandangan hidup, cara brpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
latar merupakan tempat yang merujuk pada lokasi, waktu, dan suasana sebuah
cerita berlangsung.
d. Tema
ditawarkan oleh cerita fiksi itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang
mana dapat dinyatakan sebagai tema itu. Tema merupakan gagasan dasar
umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks
115).
amat penting dari suatu cerita, karena dengan dasar itu, pengarang dapat
sendiri tidak asal menyebutkan apa yang menjadi latar belakang atau tema
ceritanya, tetapi dapat kita ketahui setelah kita membaca cerita ini dengan
keseluruhan.
24
Nilai merupakan suatu yang kita iyakan atau aminkan. “Nilai selalu
mempunyai konotasi posititif”, Hans Jonas (Jupri, 2013: 13). Menurut Bertens
(Yusuf, 2011) “Nilai merupakan suatu yang menarik bagi manusia, sesuatu
yang dicari manusia, sesuatu yang menyenangkan sesuatu yang disukai dan
sebagai suatu yang berharga bagi kita atau manusia itu sendiri.
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa”. “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
yang bersifat baik atau buruk sehingga membentuk karakter seseorang agar
bersifat baik sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti dapat dilaku disatu tempat dan suatu
84) meliputi: (1) kejujuran, (2) loyalitas dan dapat diandalkan, (3) hormat, (4)
25
cinta, (5) ketidak egoisan dan sensitifitas, (6) baik hati dan pertemanan, (7)
keberanian, (8) mandiri dan potensial, (10) disiplin diri dan moderasi, (11)
yang posoitif bagi penikmat sastra itu sendiri. Nilai pendidikan dapat diambil dari
langsung.
kebudayaan.
4. Nilai etis, moral, dan agama yaitu nilai yang dapat memberikan atau
dan agama.
5. Nilai praktis yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang dapat
Sebagai bagian dari kebudayaan, sastra lisan (cerita rakyat) memiliki nilai-
dalam setiap cerita merupakan tauladan atau contoh bagi pendengarnya. Adapun
nilai-nilai pendidikan dalam sastra lisan, khususnya cerita rakyat adalah sebagai
berikut.
Nilai relegius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta
(Jupri, 2015: 15) “kelahiran unsur religi dalam sastra sebuah keberadaan sastra itu
sendiri”. religius adalah bersifat religi, bersifat keagamaan, yang bersangkut paut
dengan religi. Nilai religi yang terkandung dalam sastra khususnya cerita rakyat
dimaksudkan menjadi renungan bagi penikmat sastra atau pendengar sastra itu
sendiri. Selain itu, nilai religi diharapkan mampu memberikan dampak lebih
adat istiadat dari seorang individu, dari satu kelompok yang meliputi perilaku.
Menurut Nurgiantoro (Jupri, 2015:17) “moral berurusan dengan masalah baik dan
buruk, namun masalah moral itu selalu dikonotasikan dengan hal yang baik-
baik”.
kehidupan, Seperti: sikap, tingkah laku, dan sopan santun dalam pergaulan.
Ajaran tentang nilai moral memperlihatkan kebaikan dan nilai ditampilkan lewat
disampaikan lewat sifat-sifat luhur manusia yang meyakini hal yang baik-baik.
Jika dalam karya sastra ditampilkan hal-hal sebaliknya itu artinya kita dituntun
untuk mempelajari hikmah dari berbuat hal yang buruk atau tidak baik. Tujuannya
agar merubah dan menghindari diri dari berbuat yang buruk tersebut. Nilai-niali
seperti ini perlu digali dan diajarkan kepada generasi yang akan datang.
individu dalam lingkungan sosial, supaya bebas dan bertanggung jawab menjadi
dibutuhkan.
manusia lainnya dengan kata lain manusia tidak hidup sendiri melainkan saling
dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya
lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari
zaman sekarang ini karena di dalam tertuang adat istiadat dan kebudayaan yang
dapat digunakan dalam kehidupan. Semua itu akan bermanfaat jika diajarkan
B. Penelitian Relevan
dalamnya. Perbedaannya ialah terletak pada objek kajian dan jenis cerita
2. Meta Trisia. 2014. Proses Struktur dan Fungsi Mantra Pada Msyarakat
Nusantara 33 Provinsi Karya Dea Rosa. Universitas Maritim Raja Ali Haji
menjadi tahu legenda tersebut mempunyai tema dan amanat yang belum
jenis legenda.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir diperlukan agar peneliti lebih terarah dan teratur. Selain
Penelitian ini.
sehingga tidak menekankan pada angka-angka. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Moleong, 2015:11) bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data
Dengan kata lain menguraikan setiap hasil yang didapat melalui proses penelitian.
Jadi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini
dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2018. Kegiatan yang peneliti lakukan
observasi, pengumpulan data, dan analisis data. Untuk lebih jelas mengenai waktu
31
32
Bulan
No. Nama Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1
Pengajuan judul
2 Penulisan proposal
3 Revisi proposal
Pengesahan dan
4
penyerahan
proposal
5 Seminar proposal
6 Perbaikan proposal
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penyusunan Skripsi
9 Sidang skripsi
C. Instrumen Penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”.
Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia
cerita rakyat.
Data dari penelitian ini berupa data kualitatif. Data yang ada lebih banyak
berupa kata-kata. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui informasi
data dalam penelitian ini adalah informan untuk peneliti mendapatkan informasi.
memenuhi antara lain. (a) informan merupakan orang asli daerah tersebut atau
orang yang sudah lama tinggal di daerah tersebut yang mengetahui informasi
yang dibutuhkan, (b) informan berusia 40-80 tahun, (c) memiliki sedikit
kerja, terkait dengan apa yang harus diperbuat dan bagaimana berbuat dalam
a. Observasi
b. Perekaman
menyampaikan ceritanya.
c. Wawancara
Wawancara pada penelitian sastra lisan dapat terarah dan tak terarah.
natural dan dapat dilakukan dimana saja. Peneliti lebih bebas menanyakan
apa saja yang berkaitan dengan sastra lisan kepada informan. Pada
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh. Dalam
data yang aktual. Dalam menganalisis struktur dan nilai-nilai pendidikan dalam
transkripsinya.
38
pendidikan apa saja yang terdapat dalam cerita rakyat berjenis legenda
dengan jelas.
Lincoln dan Guba (Sudikan, 2015: 237) yang mengemukakan ada empat
kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (tranfaribility), ketergantungan
(dependability), dan kepastian (comfirmability). Empat kriteria tersebut diuraikan
sebagai berikut.
39
2. Keteralihan (tranfaribility)
yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci
3. Ketergantungan (dependability)
4. Kepastian (comfirmability)
dalam kajian ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: (a) melakukan triangulasi,
(b) melakukan peer debriefing, (c) member check dan audit trial.
41
dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan, yaitu orang
yang terlibat langsung dengan objek kajian, (2) triangulasi pengumpulan data
maupun kelompok terpumpun (focus group) dan (4) triangulasi teori, dilakukan
dengan cara mengkaji berbagai teori yang relevan, sehingga dalam hal ini tidak
foto), hasil analisis data (rangkuman dan konsep-konsep), hasil sintesis data
literature, dan laporan akhir), dan catatan proses yang digunakan (metodologi,
menarik simpulan dari informasi dan data yang berhasil dikumpulkan dengan cara
menjelaskan hasil interpretasi kepada para informan. Informasi dan data yang
dan informasi yang tersebut selalu didiskusikan dengan teori yang relevan,
terutama yang bersumber dari tulisan pada jurnal mutakhir yang membahas teori
Diskusi analitik dengan sekelompok teman (peer group) para pakar ilmu
sosial dan pakar metode penelitian mengenai hasil sementara maupun hasil akhir,
atas, yaitu (1) sumber data lebih dari satu informan, (2) pengumpulan data lebih
dari satu informan, (3) melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi,
(4) mengkaji dengan berbagai teori yang relevan, (5) pemeriksaan data mentah
(catatan lapangan, hasil rekaman dokumen, dan foto), (6) mengecek kembali hasil
informasi dan data yang dikumpulkan kepada informan yang bersangkutan, dan
(7) melakukan diskusi analisis kepada pembimbing atau yang ahli sesuai dengan
bidang ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, I., Syahrul, R., dan Ermanto,. 2013. Cerita Rakyat Penamaan Desa di
Kerinci: Kategori dan Fungsi Sosial Teks. Jurnal Pendidikan
bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang: diunduh 06
Februari 2018
Daulay, Ismail Rahmad., WS, Hasanuddin., Abdul, Manaf Ngusman. 2013. Nilai
nilai Edukatif dalam Lirik Nyanyian Onang-onang pada Acara
Pernikahan Suku Batak Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan
Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang: diunduh 20
Maret 2018
Hasansadili. 2009. Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli.
https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-
secara-umum-dan-menurut-para-ahli/
19 Maret 2018
43
44
Jupri. 2015. Analisis Nilai Edukatif Cerita Rakayat Melayu Kabupaten Karimun.
Pada Skripsi FKIP UMRAH Tanjungpinang: tidak diterbitkan
Lestari, S., Rakhmawati, A., dan Rohmadi, M,. 2016. Analisis Unsur Intrinsik
dan Ekstrinsik Pada Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2014 Serta
Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah
Menengah Atas. Jurnal FKIP Universitas Sebelas Maret: diunduh
25 Februari 2018
Meta Trisia. 2014. Proses Struktur dan Fungsi Mantra Pada Msyarakat Tarempa
Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Skripsi
FKIP UMRAH Tanjungpinang: tidak diterbitkan
Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Metode Penelitian Sastra Lisan. - : CV. Pustaka
Ilalang Group
Sitiatun. 2014. Analisis Tema dan Amanat Kumpulan Legenda Cerita Rakyat
Nusantara 33 Provinsi Karya Dea Rosa. Proposal Penelitian
FKIP UMRAH Tanjungpinang: tidak diterbitkan
Suhardi. 2011. Sastra Kita, Kritik, dan Lokalitas. Depok: Komodo Books
Suhartono., Yulianto, B., dan Ahmadi, A,. 2010. Cerita Rakyat di Pulau
Mandangin: Kajian Struktural Antropologi Claude Lévi Strauss.
45
Teeuw, A. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya
Wellek, R., dan Warren, A,. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Yayu, Mama. 2015. Pemanfaatan struktur dan nilai kearifan lokal dalam legenda
di kecamatan sagalaherang Sebagai teks bahan ajar di SMP.
Proposal penelitian: diunduh 08 Maret 2018