SKRIPSI SARJANA
Disusun Oleh:
080710029
MEDAN
2012
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA KUAI ZI (SUMPIT) PADA
MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN
“筷子”在印尼 棉兰华裔中的文化功能意义分析 (Kuàizi zài yìnní mián lán
huáyì zhōng de wénhuà gōngnéng yìyì fēnxī )
SKRIPSI SARJANA
Disusun Oleh:
080710029
Disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
MEDAN
2012
ii
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah
satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu
Pada Tanggal :
Hari :
Dekan,
NIP
1.
2.
3.
4.
5.
iii
DISETUJUI OLEH
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
NIP 1965
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana Wataala
atas segala limpahan rahmat dan katrunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proses akademik atau belajar secara formal di Departemen Sastra Cina, Fakultas Ilmu
Budaya (FIB), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Juga penulis mengucapkan
Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Shalallahu Alaihi
Adapun tujuan dari tulisan dalam bentuk skripsi ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu di Departemen Sastra Cina FIB USU
Medan. Skripsi ini berjudul Analisis Fungsi dan Makna Kuai Zi (sumpit) pada masyarakat
Tionghoa di Medan.
kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Suheri. W dan Ibu Sri Hartaty yang telah
bersusah payah membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan saya sampai jenjang yang
tinggi khususnya di tingkat strata satu ini dan yang selalu memberikan dukungan secara
moril maupun materil. Semua yang telah ayah dan ibu berikan tidak mampu saya balas
dengan apapun. Hanya skripsi inilah yang bisa saya berikan sebagai tanggung jawab dan
Secara akademis, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu
Budaya, USU, yaitu Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. dan segenap jajarannya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua Departemen Sastra Cina FIB
USU, Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. dan Sekretaris Departemen Sastra Cina FIB USU,
Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Bapak Drs. Muhammad Takari,
M.Hum, Ph.D, yang merupakan Dosen Pembimbing I yang sudah banyak membantu dan
v
membimbing saya dalam penulisan skripsi ini. Juga terima kasih kepada Laoshi Yu
Xueling,M.A. yang juga banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi Cina ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dari Jinan University,
Guangzhou RRC yaitu: Mr. Shao Chang Chao, M.A.Ph.D., Mr. Yang Runzheng,
M.A.Ph.D., Mr. Zhu Xiaohong, M.A.Ph.D., Mr. Yu Xin, M.A., Ms. Wu Qiao Ping, M.A.,
Ms. Liu Jin Feng, M.A., Mr. Liang Yun Chuan, M.A., Ms. Cao Milian, M.A., dan Ms.
Sastra Cina angkatan 2008 yang telah membantu dan memberikan semangat kepada
penulis. Juga diucapkan terima kasih kepada para sahabat penulis yaitu: Kristin Nataya
Tamara Sitorus, Harnidar Febrina Harahap, Intan Erwany, Dameria Elizabeth, Budiman
Pusuk, Edy Li, Vivi Adryani, Niza Ayu Ningtias, Meri Sari Simbolon, Sucita Anggraini,
Mira Hayani, Yoan Gaby dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dapat menjadi
sumbangan untuk ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Sastra Cina. Oleh sebab itu,
kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
Penulis,
vi
ABSTRACT
This thesis aims to analyze function and meaning of chopsticks in Tionghoa Medan
City culture. To analyze chopsticks’s functions in Tionghoa Medan City culture, I apply
functionalism theory both from Malinowski and Radcliffe-Brown. Then, to analyze meaning
of chopsticks I use semiotic theory both from Saussure and Barthes. I use library research
methode and technique qualitative, based on interview, observation, participant observer,
and choose key informants who know very much about chinese chopsticks. The scientific
conclussions are: (a) function of chopsticks as eating utensils are increasingly popular, not
only by the Chlnese Tionghoa community but also by indigenous communities in Medan
city and now many restaurants in Medan city that provides chopsticks as eating utensils.
(b) the beauty of chopsticks make it have a new function is as a work of art, and as a work
of art, chopsticks can be considered as art product. (c) chopsticks have more value than
other utensils, because its characteristics are practical, simple, and contain science. (d) the
chopsticks have been a source of inspiration in the field of technology.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis tentang fungsi dan makna sumpit
pada masyarakat Tionghoa di kota Medan. Untuk menganalisis fungsi sumpit
digunakan teori fungsionalismenya Malinowski dan Radcliffe-Brown. Sedangkan
untuk menganalisis makna sumpit digunakan teori semiotik dari Saussure dan
Barthes. Metode dan teknik yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif,
dengan berdasar kepada studi kepustakaan, wawancara, observasi, pengamatan
terlibat (participant observer), dan menggunakan informan kunci yang dipandang
menguasai tentang penggunaan sumpit pada masyarakat Tionghoa. Temuan saintifik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (a) fungsi sumpit sebagai alat makan saat
ini semakin digemari, tidak hanya oleh masyarakat Tionghoa tetapi juga oleh
masyarakat pribumi. Dan sudah banyak dijumpai rumah makan Indonesia di kota
Medan yang menyediakan sumpit sebagai alat makan. (b) keindahan sumpit
membuatnya memiliki satu fungsi baru, yaitu sebagai seni dan sebagai suatu karya
seni, sumpit dapat dianggap sebagai hasil seni. (c) sumpit memiliki nilai lebih
dibandingkan alat makan lain, karena karakteristiknya yang praktis, sederhana, dan
mengandung ilmu pengetahuan. (d) sumpit pernah menjadi sumber inspirasi di
bidang teknologi.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
ix
5.1.1 Sumpit sebagai alat makan .............................................. 49
5.1.2 Sumpit sebagai identitas budaya Cina ............................. 50
5.1.3 Sumpit dalam pendidikan budaya dan teknologi ............. 51
5.2 Makna sumpit bagi masyarakat Tionghoa di Medan ................. 52
5.2.1 Sumpit dalam nilai estetika ............................................. 55
x
BAB I
PENDAHULUAN
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1982:9).
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Hal ini berkaitan
erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan
dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
1
Kehidupan manusia dalam bermasyarakat yang sangat dinamis berubah
seiring berjalannya waktu. Begitu pula dengan kebutuhan manusia, namun ada
kebutuhan yang semenjak dahulu yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, yaitu: makanan dan minuman. Sejak zaman prasejarah pun kedua hal
Dalam kajian-kajian ilmu budaya, makanan dan minuman ini selu debut
juga dengan kuliner. Makanan dan minuman yang dihasilkan oleh sebuah
bahan dasar yang dihasilkan oleh kebudayaan tersebut atau lingkungan sekitar
keoompok kecil, etnik, atau bangsa dapat kita lihat contoh-contohnya. Mie Aceh
adalah makanan yang dihasilkan oleh masyarakat Aceh. Arsik ikan mas adalah
khas dihasilkan oleh kebudayaan Batak Toba. Kemudian pecel, getuk lindri,
gudeg, dan lainnya adalah makanan yang dihasilkan oleh masyarakat Jawa.
Kemudian ada lagi cotto yang dihasilkan masyarakat Makasar dan Bugis. Selain
itu ada pula minuman tuak yang dhasilkan kebudayaan Toba. Demikian juga sake
y6ang dihasilkan oleh masyarakat Jepang. Anggur (wine) dan bir adalah minuman
ditempatkan di teko, ceret, guci, dan kemudian dituang ke dalam gelas atau
2
sejenisnya. Kemudian diminum dengan gaya tersendri pula. Di Jepang dan Cina
ada pula tradisi minum the bersama. Di beberapa masyarakat ada pula tradisi
minum kopi bersama. Dalam meracik kopi pun ada juga unsur etniknya, misalnya
kopi tiam adalah khas dari budaya Tionghoa. Kopi luwak khas berasal dari Jawa.
Begitu pula kopi putih awalnya diproduksi di Eropa. Selain itu, dalam tradisi
menjadikan tradisi makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu
hal yang penting. Menurut Dorothy Perkins (1999:104-105), “seni makanan dan
minuman telah lama dikembangkan secara tinggi di Cina”. Hal serupa juga
“makanan dan minuman selalu memegang peranan utama dalam adat istiadat,
tradisional Cina yang masih digunakan hingga saat ini, tidak hanya oleh bangsa
Begitu juga dengan masyarakat Tionghoa atau etnik keturunan Cina yang berada
di Medan. Etnik Tionghoa merupakan etnik yang masih tetap kuat melestarikan
budayanya. Salah satu budaya yang masih dilestarikan tersebut adalah tradisi
1
Kuai zi memang kuat mengekspresikan identitas kebudayaan Cina. Namun demikian di
dunia ini ada pula alat-alat sejenis yang digunakan manusia untuk menyantap makanan. Di dalam
kebudayaan Barat, dikenal sendok, garpu, pisau pengiris daging, dan lain-lainnya. Tujuannya
secara budaya adalah untuk kesehatan dalam mentransmisikan makanan secara higienis, juga
sebagai gaya hidup. Di berbagai kebudayaan lain di dunia makan makanan pokok dan lauknya
biasa dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan kanan, namun supaya juga bersih dan
higienis, sebelum makan telapak tangan dan jari-jarinya dicuci dengan air. Demikian juga selepas
makan dicuci dengan air, ada juga yang menggunakan sabun supaya benar-benar bersih dan
menghilangkan bau bekas makanan. Ini semua adalah tatacara makan dalam budaya manusia di
dunia ini.
3
Sumpit tidak hanya digunakan di Cina, tetapi juga di Jepang, Korea dan
nomor dua yang paling banyak dipakai setelah pasangan sendok dan garpu.
tinggi dan merupakan bangsa yang paling banyak tersebar di seluruh dunia.
budaya mereka di mana pun mereka berada. Salah satu contohnya adalah, bahwa
dalam kebanyakan keluarga Cina saat ini, orangtua masih mengajarkan kepada
anaknya untuk makan menggunakan sumpit. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa
Cina masih tetap kuat mempertahankan budayanya, sehingga hal ini menjadi salah
satu alasan yang membuat budaya Cina masih bertahan disaat kebudayaan
Pada awalnya, menurut para ahli sejarah, sumpit diciptakan hanya sebagai
alat masak orang Cina. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dan nilai sumpit
berkembang. Sumpit pun kemudian menjadi alat makan. Kini, orang tidak hanya
keberadaannya sebagai suatu benda yang dapat dijadikan koleksi atau hiasan. Hal
ini disebabkan oleh motif-motif dan warna-warna yang unik dan menarik pada
Sumpit pada umumnya terbuat dari sepasang bilah bambu yang sama
panjang. Namun saat ini sumpit juga bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam,
gading, dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapis dengan
4
bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat
bagus.
Dengan kata lain, dengan melihat sepasang sumpit orang akan berpikir bahwa
sumpit tersebut merupakan bagian dari budaya Cina yang tak dapat terpisahkan
karya seni, sumpit dapat dianggap sebagai hasil seni. Pandangan orang terhadap
sumpit yang memiliki nilai seni pun diwujudkan dengan dibuatnya galeri sumpit.
memilki sebuah galeri sumpit. Galeri tersebut tercipta atas dasar hobinya dalam
mengoleksi sumpit. Menurut Erik, sumpit yang indah sulit untuk didapatkan dan
jarang ditemui. Hal inilah yang membuatnya tertarik untuk mengoleksi sumpit
tangan, dan jari-jari agar dapat saling bekerja dan berfungsi dengan baik, sama
seperti saat sedang menulis guratan atau karakter Cina. Lebih lanjut, disebutkan
bahwa orang yang ahli dalam menggunakan sumpit, pada umumnya dapat
menuliskan guratan Cina menggunakan tinta dengan indah. Tangan orang Cina
yang sudah terlatih dengan baik karena sering menggunakan sumpit, secara tidak
langsung juga membuat orang Cina ahli dan terampil dalam membuat kerajinan
5
tangan, dan hal ini membuat orang Barat merasa kagum. China On Your Mind.
“Chopsticks.” Chinese Articles of Everyday Use, 2008 (Lihat lebih jauh pada
http://www.chinaonyourmind.com/Chinese%20culture/Chinese%20daily%20use.
htm).
Salah satu bukti orang Barat ikut mempopulerkan kebiasaan orang Cina
budaya Cina untuk siswa tingkat dua, di Sekolah Dasar Vermont (Vermont
Cina, tulisan Cina, menceritakan dongeng rakyat Cina, serta mempelajari dan
aman, dilihat dari segi kesehatan. Konon proses pembuatan sumpit dinilai asal-
asalan dan tidak aman, serta tidak sehat bagi tubuh karena mengandung bahan
hati-hati-bagi-yang-sering-makan-dengan-sumpit.phpx).
sumpit atau sekitar 130 juta pasang sumpit per hari. Dengan kata lain,untuk
memenuhi kebutuhan tersebut harus tersedia 100 are lahan pohon bambu yg harus
diperbaharui setiap harinya. Joni Prayoga, Sejarah dan Kontroversi Sumpit, 2010
(http://lovenroll.wordpress.com/2010/08/23/sejarah-dan-kontroversi-sumpit/).
6
Topik tulisan ini adalah fungsi dan makna sumpit bagi masyarakat
Tionghoa yang terdiri dari sejarah atau awal munculnya sumpit, bentuk dan
penataan sumpit dalam hidangan Cina serta kebiasaan menggunakan sumpit pada
sumpit dalam masyarakat Cina memiliki banyak sekali hal-hal yang menarik yang
yang sangat tinggi dan juga memiliki hubungan erat dengan kehidupan
masyarakat Cina itu sendiri. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
penelitian ilmiah yang memfokuskan tulisan ini pada fungsi dan makna sumpit
bagi masyarakat Tionghoa di Medan. Berdasar pada latar belakang di atas, maka
saya tertarik untuk membuat penelitian ini kedalam sebuah tulisan ilmiah dengan
Tionghoa di Medan.”
pada kajian fungsi dan makna sumpit pada masyarakat Tionghoa terhadap
7
I.3 Rumusan Masalah
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah untuk memfokuskan
penelitian yang berpedoman pada manfaat dan kegunaan dari masalah tersebut
permasalahan penelitian yang akan penulis kaji tertuang dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
Tionghoa.
Tionghoa.
8
sehari-hari masyarakat cina maupun etnis Tionghoa atau etnis
keturunan cina.
secara praktis sebagai salah satu bahan perbandingan dalam kajian budaya tradisi
itu, penelitian ini juga akan bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
9
BAB II
2.1 Konsep
secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
konsep diartikan sebagai rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
pengertian kongkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar
bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dalam hal
ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara
mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta
bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dimana
system) yang utama. Hubungan ini ditentukan oleh kebudayaan manusia. Untuk
10
belajar dan memperoleh warisan kebudayaan, termasuk apa yang diharapkan oleh
Tionghoa adalah adat istiadat yang dibuat sendiri oleh orang di Indonesia
yang berasal dari kata zhinghuo dalam dialek Hokkien dilafalkan sebagai
mereka yang berimigrasi secara periodik dan bergelombang sejak ribuan tahun
Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas
dalam dialek Mandarin disebut Tangren (bahasa Indonesia: Orang Tang). Ini
dari Tiongkok Selatan yang menyebutkan diri mereka sebagai orang Tang,
sedangkan Tiongkok Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi,
sendiri, kemudian hal ini mengalami perubahan karena pengaruh dari berbagai
11
masyarakat Tionghoa dapat dikelompokkan (1) Konghucu, (2) Taoisme dan
Budha, (3) Kristen Protestan, (4) Kristen Katolik, (5) Islam, (6) Ajaran Tridharma.
2.1.2 Kebudayaan
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas 6 golongan, yaitu: (1)
yang menekankan hakekat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku, (4)
kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup, (5) Struktural, yang
menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu system yang berpola dan teratur, (6)
(P.W.J.Nababan, 1984:49).
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat”.
12
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat”.
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
sebagai mahkluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
religi, seni, dan lain-lain yang seluruhnya ditujukan untuk membantu manusia
2.1.3 Sumpit
Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua
batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan.
Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari wadah, dari
piring satu ke piring lain atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa
dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastik yang permukaannya
sudah dihaluskan atau dilapis dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya
makanan khas Asia Timur. Di beberapa negara Asia Tenggara, terutama Cina,
sumpit merupakan alat makan utama yang sama pentingnya seperti sendok dan
garpu.
13
2.2 Landasan Teori
Teori merupakan alat terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya
ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu
fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang
seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu
keluarga bangsawan Polandia. Ayahnya adalah guru besar dalam Ilmu Sastra
yang kelak memberikannya suatu karier akademik juga. Tahun 1908 ia lulus
Fakultas Ilmu Pasti dan Alam dari Universitas Cracow. Yang menarik, selama
14
Ia kemudian mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk
besar Antropologi di University Yale tahun 1942. Sayang tahun itu ia juga
meninggal dunia. Buku mengenai fungsional yang baru yang telah ditulisnya,
diredaksi oleh muridnya H. Crains dan menerbitkannya dua tahun selepas itu
(Malinowski:1944).
setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam
15
konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah laku manusia, dan pranata-
pranata sosial menjadi mantap juga. Dalam hal itu ia membedakan antara fungsi
1. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan
terhadap adat, tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam
masyarakat;
2. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan
bersangkutan;
3. Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan
dipandang sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar para warga masyarakat.
16
Seperti Malinowski, Arthur Reginald Radcliffe-Brown (1881-1955),
seorang ahli lain dalam antropologi sosial berdasarkan teorinya mengenai perilaku
deskripsi mengenai organisasi sosial secara umum, tidak mendetail, dan agak
dan mitologi.
1. Agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada suatu
2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda yang
17
4. Adat-istiadat upacara adalah wahana dengan apa sentimen-
sosial” untuk menyatakan efek dari suatu keyakinan, adat, atau pranata, kepada
solidaritas sosial dalam masyarakat itu, dan ia merumuskan bahwa: “...the social
one generation to another the emotional dispositions on which the society (as it
bahasa Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model
bersama dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin
sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau
18
semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu populer.
(Endaswara, 2008:64).
beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.”
makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda
yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi
19
kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut
“keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada
simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi
sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.
Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah
Mitos.
Penulis mengemukakan bahwa dua hal yang menjadi alasan atau faktor mengapa
hingga kini sumpit tetap digunakan, bahkan justru meluas kegunaannya adalah
bagian tak terpisahkan dari budaya Cina. Kemudian yang terakhir adalah, karena
Penulis juga mengatakan bahwa penggunaan sumpit tidak dapat terlepas dari
sangat berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Cina selama ratusan
tahun.
20
Henny Tanty, skripsi (2010) : “Penggunaan Sumpit dalam Masyarakat
Tionghoa Muda di Surabaya”. Teknik Analisis yang dipakai dalam penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survei, untuk menjelaskan alasan etnis
kuisioner menjadi alat bantu utama untuk memperoleh data. Hasil penelitian
namun ada sebagian dari mereka yang sebenarnya bisa menggunakan sumpit.
Alasan utama mereka menggunakan sumpit karena telah terbiasa sejak kecil.
masyarakat Tionghoa yang masih ada di masyarakat saat ini. Besar tingkat
kebudayaan masyarakat Tionghoa ini dapat dilihat dari nama, budaya, alat sehari-
hari, dan sebagainya. Namun komunitas masyarakat Tionghoa masih terbagi -bagi
mewakili untuk menjadi bahan referensi penelitian yang diadakan oleh Sally
itu sendiri, namun juga harus memiliki jiwa Nasionalisme. Nasionalisme diukur
21
meliputi proses produksi sumpit hingga pada penggunaan sumpit pada masyarakat
China.
dalam tradisi penggunaan sumpit dan makna yang terkandung yang berkaitan
BAB III
METODE PENELITIAN
untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya
22
mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk
antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak
angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Hal tersebut sebagai
akibat dari metode kualitatif. Semua yang dikumpulkan mungkin dapat menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Ciri ini merupakan ciri yang sejalan
sesuai dengan hakikatnya (ciri kriteria ilmiah tertentu) secara intuitif kebahasaan,
sebagai hasil studi pustaka pada awal penelitian (tahap studi pustaka sebelum
penelitian dimulai). Hal tersebut hendaknya disusun dengan teliti bagian demi
gambaran data melalui pemilihan data yang dilakukan pada tahap pemilihan data
mempertimbangkan data dari segi watak itu sendiri, dan hubungannya dengan
data lainnya secara keseluruhan. Peneliti tidak berpandangan bahwa sesuatu itu
23
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
sistematis dan akurat mengenai fakta dari makna sumpit dalam representasi
kepustakaan). Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini,
atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari buku,
majalah atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevannya dengan
3.2.2 Wawancara
kepada subjek penelitian. Sebagai modal awal penulis berpedoman pada pendapat
secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik
24
Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka penulis juga
berhubungan dengan kegiatan wawancara, seperti alat tulis, daftar pertanyaan dan
dilakukan begitu mendapatkan jawaban dari nara sumber. Dan jawaban yang
informan berlangsung dari satu masalah ke masalah lain tetapi tidak keluar dari
topik permasalahan.
25
3.3 Data dan Sumber Data
Sumber data primer yang dipakai yaitu jurnal elektronik Cina , buku-buku,
Cemara Asri yang berada di kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini karena
Tionghoa. Dan disana juga banyak terdapat restoran seafood atau rumah makan
Cina yang cukup ramai dikunjungi, sehingga memudahkan penulis untuk mencari
menjadi fakta. Sedangkan fakta itu adalah kenyataan yang telah diuji
2005:104).
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Teknik
Analisi Data Kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan mencari teori-teori,
yang akan dilakukan. Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Untuk
26
mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan diatas, orang
harus melakukan penelaahan kepustakaan. Pada umumnya lebih dari lima puluh
persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu,
(Abdurrahmat, 2005:17).
Data yang terkumpul lalu diolah. Pertama-tama data itu diseleksi atas
dasar reabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reabilitas dan validitasnya
adalah data yang kurang lengkap, digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi
selanjutnya yang telah lulus dalam seleksi itu lalu diatur dalam tabel, matriks,
generalisasi dan akhirnya semua bahan itu dimasukkan kedalam suatu system
berupa kesimpulan teoritis yang akan menjadi landasan bagi penyusun hipotesis
hal atau faktor-faktor utama yang akan digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor
inilah yang akan menjadi variabel yang akan digarap dalam penelitiannya.
Permulaan ini penting karena disitulah letak mutu sistem pemikiran teoritis
peneliti. Penyatuan hasil-hasil bacaan secara kronologis dan kompilatif saja tidak
cukup. Hasil itu harus diramu berdasarkan suatu garis pemikiran yang konsisten.
2005:19).
27
1. Mewawancarai beberapa narasumber yang berasal dari kalangan
hasil yang diteliti dan mendeskripsikannya dalam tulisan secara logis dan
analitis.
28
BAB IV
peranakan Tionghoa telah cukup berbaur akan tetapi mereka masih tidak diterima
sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Hal ini karena bangsa Indonesia diartikan
oleh Negara secara sempit. Hanya pribumi yang bisa diterima sebagai bagian dari
bangsa Indonesia. Padahal, pada masa lalu banyak pemimpin Indonesia yang
pribumi berpendapat bahwa konsep bangsa itu adalah konsep budaya dan politik
pun berubah sesuai dengan perubahan masyarakat Tionghoa dan tuntutan zaman.
realitas sosial, yaitu terdiri dari berbagai macam etnik, budaya, dan agama.
tetap satu juga). Dalam konteks yang demikian orang Tionghoa diberikan hak-
haknya untuk tinggal menetap dan menjadi warga negara Indonesia (WNI).
29
Namun realitas sosial juga ada semacam arahan polarisasi politis kepada warga
antara orang Tionghoa di Indonesia menduduki posisi menteri baik masa Orde
terdapat di pesisir utara Jawa Barat, jauh sebelum orang Belanda datang ke
satu kelompok yang berasal dari satu daerah di Cina, tetapi terdiri dari beberapa
suku bangsa yang kebanyakan berasal dari Provinsi Fu Kien dan Kwangtung
(1986:15)
terdiri dari berbagai suku bangsa (etnik, kadang ditulis juga etnis) yang ada di
Negeri Cina. Umumnya mereka berasal dari dua Propinsi yaitu Fukien dan
bahasanya. Para imigran Tionghoa yang tersebar di Indonesia ini mulai datang
sekitar abad keenam belas sampai kira-kira pertengahan abad kesembilan belas,
yang sebagian besar bersuku Hokkien. Mereka berasal dari provinsi Fukien bagian
selatan. Daerah ini merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan
dagang orang Cina ke seberang lautan. Orang Hokkien dan keturunannya telah
30
Selain itu, imigran Tionghoa lainnya adalah suku bangsa Teo-Chiu yang
berasal dari pantai selatan Negeri Cina di daerah pedalaman Swatow di bagian
timur Provinsi Kwangtung. Orang Teo-Chiu dan Hakka (Khek) disukai sebagai
(Belitung). Walaupun orang Hakka merupakan suku bangsa Cina yang paling
banyak merantau ke seberang lautan, mereka bukan suku bangsa maritim. Pusat
daerah mereka adalah Provinsi Kwangtung yang terutama terdiri dari daerah
gunung-gunung kapur yang tandus. Orang Hakka merantau karena terpaksa atas
gelombang imigrasi dari tahun 1850 sampai 1930, orang Hakka adalah orang yang
paling miskin di antara para perantau Tionghoa. Mereka bersama orang Teo-Chiu
Belitung. Sejak akhir abad kesembilan belas, orang Hakka mulai bermigrasi ke
Jawa Barat, karena tertarik dengan perkembangan Kota Jakarta dan karena
dengan modal yang lebih besar dibanding orang Hakka dan mereka datang dengan
sebagai ahli dalam pertukangan, pemilik tokoh-tokoh besi, dan industri kecil.
31
Orang Kanton ini lebih tersebar merata di seluruh kepulauan Indonesia dibanding
orang Hokkien, Kwong Fu, Teo-Chiu, atau Hakka. Jadi, orang Tionghoa merantau
di Indonesia ini paling sedikitnya ada empat suku bangsa seperti terurai di atas
(1982:347).
Indonesia, setelah Jakarta, Surabaya, Bandung. Medan adalah salah satu kota yang
berikut:
“The three major [North] Sumatran ethnic groups are the Batak, coastal
Malay and Niasan ... North Sumatrans often divide the indigenous (that is,
non-immigrant) population of the province into nine more narrowly
defined ethnic groups (suku-suku).”
Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah Batak, Melayu Pesisir,
populasi setempat (yaitu mereka yang bukan imigran), yang biasa disebut dengan
suku-suku.
32
Di Medan dan sekitarnya seperti Belawan, Tanjung Morawa, Binjai,
Batang Kuis, orang-orang Cina lebih suka disebut dengan orang Tionghoa, yang
Dari bahan-bahan literatur yang ada tahun dan jumlah yang pasti mengenai
pasti hingga sekarang ini. Karena tidak ada petunjuk yang nyata yang dapat
Indonesia, jilid 4, juga disebutkan bahwa hubungan Cina dengan Indonesia sudah
Orang Belanda datang ke Indonesia pada sekitar abad keenam belas, ketika
satu. Tentang kedatangan orang-orang Cina pada abad ketujuh ini Dada Meuraxa
menyebabkan pula adanya perubahan sikap para pemegang kekuasaan negeri itu
terhadap daerah lain, seperti pada masa kekuasaan Dinasti Ming (1368-1644)
sehingga pada masa kekuasaannya arus perdagangan antara Negeri Cina dengan
33
daerah lain sangat lancar sekali. Sejak itu hampir semua pelabuhan yang terdapat
disinggahi oleh kapal-kapal dagang Cina. Lancarnya arus perdagangan ini adalah
kapal dagang tersebut. Di samping itu, akibat terjadinya pergantian Dinasti yang
ekonomi hebat, karena lahan pertanian yang tidak memadai bagi penduduk,
hingga telah banyak pula di antara orang-orang di Negeri Cina yang menjadi
setempat hampir tidak mencukupi, bahkan hampir tidak ada. Maka didatangkanlah
dalam jumlah yang banyak tenaga buruh Cina dari Singapura. Pada tahun 1870
tenaga buruh Cina dari Singapura. Antara tahun 1888-1931 terhitung lebih kurang
305.000 orang tenaga buruh Cina didatangkan dari Singapura dan pulau Jawa ke
Sumatera Timur, khususnya Tanah Deli (Medan). Para buruh dari orang-orang
Cina ini akhirnya melepaskan diri dari kerja di perkebunan. Lalu sebagian besar di
atau mencari pekerjaan lain ke Medan, dan banyak pula di antaranya bekerja
34
sebagai tukang maupun nelayan. Medan sendiri pada waktu itu telah banyak
diakui pemerintah Hindia Belanda sendiri, seperti pada tahun 1880, sewaktu
meninggal pada tahun 1921. Tjong A Fie adalah seorang Cina perantauan yang
Medan, yang sebagiannya sengaja didatangkan dari Singapura, Pulau Pinang dan
sebagian lagi sebagai imigran. Tiga sebagian di antara mereka ini ada yang
menetap di daerah ini, ada yang kembali ke Republik Rakyat Cina. Namun
sebagian besar menetap di daerah ini, dan sekaligus menjadi warga Negara
4.3 Sumpit
Sumpit (kuaizi) yang dalam bahasa Tionghoa kuno disebut sebagai zhu,
aslinya berasal dari Cina. Sumpit baru tersebar ke negara-negara sekitarnya pada
zaman Dinasti Shang. Dan sekarang sumpit menjadi alat makan paling umum
selain sendok. Biasanya, sumpit sangat umum dipakai oleh suku bangsa di Asia
Timur, seperti Cina, Jepang, Korea, dan juga beberapa negara di Asia lainnya
seperti Vietnam, Thailand, dan lain-lain. Sumpit kebanyakan dibuat dari bambu
atau kayu, ada juga yang terbuat dari metal, gading, plastik dan bahkan yang lebih
mewah, dari batu giok, emas atau perak (Sunanto Eddy Tamrin, 2007).
35
4.3.1 Awal Munculnya Sumpit
diciptakan dan digunakan. Lan Xiang (2005: 7-10) menyebutkan bahwa, “catatan
paling awal mengenai sumpit yang ditemukan adalah sekitar 3.000an tahun yang
mengajarkan pada para penduduknya untuk memanggang daging. Saat itu, para
menggunakan tangan karena takut terkena panas dan tangan menjadi kotor. Dan
tidak berhasil. Tong Yu pun kemudian memotong bambu menjadi ramping dan
Dahulu, sumpit disebut 著 (zhu). Melihat radikal yang terdapat di atas pada
huruf tersebut dalam karakter Cina yang berarti bambu dan karakter yang dibawah
radikal tersebut memiliki arti memasak, maka hal ini menunjukkan bahwa sumpit
muncul pada saat orang mulai belajar untuk memakan makanan yang telah
dimasak. Namun, di masa dinasti Ming dan Qing, para nelayan dari propinsi
Zhejiang menolak menggunakan istilah atau sebutan zhu tersebut karena dianggap
tidak menguntungkan bagi mereka yang hidup dari dunia pelayaran. Hal ini
dikarenakan zhu (著) terdengar seperti zhu (住) yang artinya berhenti, yang biasa
mereka kemudian menamai sumpit dengan 筷子 (kuai zi), karena bunyi kuai
36
4.3.2 Bentuk dan Ukuran Sumpit
sumpit tersebut. Sumpit Cina biasanya lebih panjang dari sumpit Korea dan
Jepang. Sumpit Jepang lebih pendek dari sumpit Cina dikarenakan pada saat acara
disediakan makanan, minuman, dan peralatan makan yang diletakkan di atas meja
yang besarnya diperuntukkan hanya untuk satu orang. Maka orang Jepang tidak
mengambilkan makanan atau berbagi makanan pada satu meja, karena semua
Cina saling berbagi makanan dalam satu meja besar, sehingga dibutuhkan sumpit
yang lebih panjang untuk mengambil dan mengambilkan makanan untuk orang
lain. Diameter sumpit Cina pada bagian pangkal dan bagian ujung hampir sama.
Batang sumpit dari Cina agak lebih tebal pada bagian pangkalnya dan terkadang
berbentuk segi empat agar tidak mudah tergelincir dari meja, tidak seperti pangkal
sumpit Jepang yang berbentuk agak bulat. Pada ujungnya, sumpit Cina berbentuk
bulat namun tidak seruncing sumpit Jepang agar tidak digunakan untuk menusuk
makanan.
Sumpit pada masa dinasti Han bentuknya bulat, atasnya tebal dan bagian
bawahnya lebih ramping. Sedang sumpit pada periode musim semi dan gugur
terbuat dari tembaga dan berbentuk silinder. Karena sifat tembaga mudah
bercampur dengan zat asam, maka lambat laun sumpit tembaga digantikan dengan
sumpit perak. Sumpit kuno kebanyakan berbentuk silinder, kemudian pada dinasti
37
Ming berkembang menjadi bentuk silinder hanya pada bagian bawah dan pada
Bagi kita yang terbiasa menggunakan sendok dan garpu, mungkin akan
berhasil dan bisa menggunakan sumpit atau memakainya, maka kita akan
Adapun cara dan langkah-langkah yang tepat dalam menggunakan sumpit sesuai
2. Batang sumpit kedua diletakkan di antara jari tengah dan jari manis.
4. Posisi kedua batang sumpit bisa dianggap benar jika bisa batang sumpit
Gambar 1:
38
Gambar 2:
39
Sumpit memiliki nilai lebih dibandingkan alat makan lain, karena sumpit
Bentuk sumpit Cina yang kecil dan halus, dengan bagian atas lebih besar
menggunakannya. Bentuk seperti ini membuat sumpit tidak mudah terlepas dari
tangan dan terguling jatuh dari meja, serta ujungnya yang bundar tidak akan
serta tidak mengubah rasa makanan, sehingga makanan tetap terjaga kelezatan dan
cita rasanya. Selain itu, sumpit yang terbuat dari kayu atau bambu murah dalam
pembuatannya.
Lain halnya dengan sumpit yang terbuat dari perak, sumpit jenis ini dapat
Logam jenis perak akan berubah warna menjadi hitam jika bersentuhan dengan
racun. Oleh sebab itu, pada zaman dahulu, sumpit perak digunakan untuk
melindungi kaisar pada saat makan dari musuh yang ingin membunuhnya dengan
2008 (http://www.chinaonline.cn.com/chinese_culture/topical/chopsticks.html).
Sumpit-sumpit yang terbuat dari logam memiliki sifat tahan lama dalam
penggunaannya. Biasanya ujung sumpit logam dibuat tidak licin, agar mencegah
makanan mudah terjatuh pada saat dijepit. Selain itu, sumpit logam berkelas yang
biasa digunakan oleh kalangan atas, biasanya diberi rantai. Hal ini membuat
sumpit yang satu tidak mudah hilang dan terlepas dari pasangannya.
40
Sumpit yang terbuat dari plastik unggul dalam pembuatannya, karena
bahan baku yang murah. Sumpit jenis ini tahan panas atau bersifat tidak
menghantarkan panas, sama seperti sumpit kayu atau bambu. Tidak hanya itu,
sumpit plastik tidak akan menyebabkan bakteri muncul pada sumpit bila kerap
digunakan. Selain itu, pemakaian sumpit plastik yang berulang tidak akan
seperti itu harus disingkirkan dari meja makan, dan inilah alasan mengapa
kebanyakan dari makanan Cina harus dipotong dan diiris kecil-kecil sebelum
menggunakan sumpit. Keyakinan dan kepatuhan bangsa Cina akan pandangan dan
ajaran Konfusius ini pula yang membuat mereka mempertahankan tradisi makan
menggunakan sumpit sampai saat ini. Chinese Folk Culture. Chinese Chopsticks.
2007 (http://www.chinesefolkculture.com/info_view.asp?id).
menggunakan lebih dari tiga puluh tulang sendi dan lima puluh otot pada jari,
pergelangan tangan, lengan, bahu, serta ribuan syaraf. Lengan lebih dekat
terhubung dengan otak daripada anggota tubuh lainnya. Gerakan berulang saat
41
4.4 Etika Penggunaan Sumpit
Seperti tradisi perjamuan makan orang Cina yang memiliki banyak aturan-
aturan dan tata cara, penggunaan sumpit pada saat makan pun memiliki tata cara
dan etika tersendiri bagi orang Cina. Yang pertama adalah, sumpit harus
digunakan dengan tangan kanan, bahkan oleh orang kidal sekalipun. Karena
penggunaan sumpit dengan tangan kiri dianggap tidak sopan dan sebagai hal yang
tidak pantas.
Bila pada jamuan Cina tidak disediakan sendok saji untuk mengambil
makanan dari meja ke mangkuk kita, maka kita boleh mengambil hidangan dari
tengah dengan menggunakan sumpit yang telah kita pakai untuk menyantap
tersebut dengan sumpit utama, bukan sumpit pribadi yang kita gunakan untuk
makan (setiap masakan diberi sebuah mangkuk dan sepasang sumpit). Namun bila
sumpit utama tidak disediakan, kita dapat mengambil makanan yang dihidangkan
di tengah-tengah meja dengan menggunakan bagian atas dari sumpit pribadi kita,
Pada saat makan, tidak sopan bila terdengar suara berisik dari sumpit yang
beradu dengan mangkuk atau piring. Hal ini menunjukkan bahwa mangkuk sudah
kosong. Sumpit juga tidak boleh digunakan untuk memukul sisi mangkuk atau
Orang Cina juga menganggap tidak pantas menunjuk suatu benda atau
orang lain dengan sumpit. Begitu juga halnya dengan menunjuk orang lain
42
menggunakan jari telunjuk kita disaat tangan kita yang digunakan untuk
menunjuk itu masih dalam keadaan memegang sumpit. Tindakan seperti ini
dianggap menghina, melecehkan, dan menuduh orang yang ditunjuk. Selain tidak
boleh untuk menunjuk orang, sumpit juga tidak diperkenankan untuk menjepit
sumpit tanpa mengetahui makanan mana yang kita inginkan. Sumpit juga tidak
mana yang akan kita ambil dan taruh kedalam mangkuk kita. Kita harus
menentukan terlebih dahulu makanan apa yang akan kita ambil, baru
kemudian mengambil hidangan yang lain adalah tindakan yang salah. Tindakan
yang benar untuk mengambil hidangan yang telah disediakan adalah dengan
mendekatkan mangkuk kita pada makanan yang ada di meja, ambil makanan
dengan sumpit, lalu dengan cekatan pindahkan makanan ke dalam mangkuk kita
(http://hanyawanita.com/clickwok/tips/tips16.htm).
mangkuk dengan tangan yang sedang memegang sumpit juga dianggap tidak
benar. Maka, saat menyantap nasi atau makanan lain, sumpit sebaiknya dipegang
dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang mangkuk berisi nasi atau
43
Dalam sebuah artikel yang berjudul “Tip Makan Menggunakan Sumpit”
mengambil makanan atau ketika akan mengambil makanan. Bila melakukan hal
ini, akan membuat orang lain berpikiran, bahwa orang yang menjilat sumpit
tersebut adalah orang yang kekurangan pendidikan di dalam keluarga. Bila ingin
Saat menyantap hidangan dari ikan, jika ikan sudah selesai disantap pada
salah satu sisinya, lebih baik untuk tidak membalikkan ikan dengan sumpit.
Menurut kepercayaan, jika ikan tersebut patah, maka hidup kita akan mengalami
banayak masalah Bahalwan, Fatma. Etika Makan Cara Cina. Arsip Blog NCC
(http://ncc.blogsome.com/2005/07/29/etika-makan-cara-cina).
penulis, aturan makan dalam perjamuan makan yang diadakan oleh orang
masyarakat Tionghoa atau etnik keturunan Cina, tidak seketat seperti aturan di
negara Cina. Tamu masih boleh untuk mengambil sendiri makanan yang
tangan orang lain atau tangan tamu lain. Demikian pula dalam hal hidangan ikan,
masih diperbolehkan untuk membalik ikan tersebut bila telah habis dimakan di
satu sisinya. Hal ini dikarenakan banyak dari masyarakat Tionghoa tersebut yang
BAB V
44
EKSISTENSI, FUNGSI, DAN MAKNA SUMPIT
Makanan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi orang Cina.
Hal ini mempengaruhi cara mereka bertegur sapa. Ucapan “Ni chi fan le ma?”
(你吃饭了吗?) yang berarti “Apakah kamu sudah makan?” sering diucapkan hanya
sebagai teguran atau sapaan basa-basi (belum tentu benar-benar bertanya apakah
orang tersebut sudah makan atau belum?). Acara makan merupakan hal yang suci
bagi orang Cina, oleh sebab itu mereka selalu mempertahankan tata cara makan
mereka yang juga sangat memperhatikan alat makan yang digunakan, seperti
sumpit.
Sumpit sebagai alat makan kini semakin digemari, tidak hanya dikalangan
masyarakat Tionghoa di Kota Medan tetapi juga oleh masyarakat pribumi yang
ada di Kota Medan, terutama saat menikmati hidangan Cina. Tidak hanya saat
menikmati hidangan Cina, saat ini juga sudah banyak ditemui restoran atau rumah
menggunakan sumpit untuk makan. Kita lebih terbiasa menggunakan sendok dan
yang sering dinikmati dengan menggunakan sumpit adalah mi. Namun di negeri
asalnya sana, bahkan nasi pun dimakan dengan menggunakan alat makan unik ini.
Orang Indonesia kebanyakan susah menggunakan sumpit sebagai alat makan nasi.
Selain karena tidak terbiasa, nasi di Indonesia berbeda dengan nasi di Jepang dan
China.
45
Berdasarkan penelitian ini, masyarakat Tionghoa di kota Medan masih
menyantap hidangan terutama hidangan atau masakan Cina. Dan masih banyak
ditemui mereka yang bahkan tidak bisa makan jika tidak menggunakan sumpit.
Meskipun pada umumnya banyak dari mereka yang juga sering dan terbiasa
menggunakan sendok dan garpu pada saat makan hidangan atau masakan di
restoran maupun rumah makan lain (bukan restoran maupun rumah makan Cina).
Sumpit sering menjadi lambang yang mewakili bangsa atau budaya Cina,
atau kebudayaan bangsa Cina secara umum. Hal serupa terdapat pada buku Red
umumnya tetapi sumpit yang dipilitur dengan warna merah. Buku ini merupakan
menggambarkan posisi dia sebagai seorang anak yang lahir dari darah Inggris
(barat) yang diwakili oleh garpu dan Cina (timur) yang direpresentasikan dengan
sumpit.
bukanlah toko yang menjual sumpit, melainkan merupakan salah satu cabang dari
sebuah rumah makan Cina pertama yang didirikan di Lebanon pada tahun 1998.
46
Cabang rumah makan ini, menghidangkan makanan Cina cepat saji atau Chinese
Food.
piano dan dikenal bernada cepat dan berloncatan. Meskipun namanya demikian,
pada dasarnya karya itu tidak ada hubungannya dengan budaya Asia. Nama asli
karya tersebut adalah “The Celebrated Chop Waltz”, dan diaransemen untuk
Dalam sebuah artikel yang berjudul “1001 Hal Tentang Sumpit” dituliskan
bahwa sumpit pernah menjadi salah satu bagian dari teknologi. Mars Rock Corer
adalah alat yang mampu mengasah dan mengebor bebatuan bumi untuk diambil
sampelnya. Alat tersebut dibuat oleh Hong Kong Polytechnic University untuk
misi ke Mars pada tahun 2003 yang dilakukan oleh European Space Agency.
Salah satu bagian dari alat tersebut (yang didesain untuk memegang potongan
sampel batu), ternyata terinsipirasi dari sepasang sumpit. Sayang, alat tersebut
tidak pernah diluncurkan karena mesin pendaratan dalam misi tersebut hilang
dalam perjalanan menuju Mars. Namun demikian, cukup penting untuk dicatat
bahwa sumpit pernah menjadi salah satu sumber inspirasi di bidang luar angkasa
atau teknologi.
sejarah peradaban manusia. Orang Cina di masa Chunqiu dan Zhanguo sudah
menggunakan sumpit. Dua batang yang kelihatannya simpel ini, telah dengan
47
merupakan perpanjangan jari tangan manusia. Sumpit tahan terhadap makanan
yang panas, makanan beku, sungguh merupakan suatu ciptaan yang hebat.
kajian sejarah, arkeologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Kini, dengan semakin
mengumpulkan sumpit. Para kolektor ini bukan saja berasal dari negara yang
merupakan negara "asal" sumpit, tetapi juga dari berbagai belahan dunia lainnya.
Di Indonesia, walaupun belum ada datanya, diperkirakan tak sedikit pula kolektor
Sumpit.
berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman. Oleh karenanya, alat yang
dapat melukai orang tidak boleh ada di atas meja makan. Sumpit juga dianggap
kita menggunakan sumpit hanya satu bilah saja melainkan harus dua bilah
(sepasang).
menjamu tamu dengan menggunakan sumpit yang terbuat dari gading, maka
orang tersebut bisa dikategorikan sebagai orang kaya dan sebagai tuan rumah
48
kehormatannya, sehingga dia memberikan sumpit yang terbuat dari gading untuk
sebagai bentuk rasa hormat terhadap tamu tersebut. Seseorang yang memegang
orang tersebut menggunakan ketiga jarinya, maka orang itu adalah orang yang
berjiwa lepas, sedang bagi orang yang menggunakan keempat jarinya untuk
memegang sumpit, maka orang itu mempunyai hidup yang baik. Disebutkan pula,
bahwa semakin tinggi seorang gadis memegang sumpit, maka semakin lama pula
untuk para dewa itu adalah sumpit yang mahal yang biasanya terbuat dari logam
atau kayu yang sangat mahal sebagai bentuk penghargaan kepada para dewa.
Selain itu, orang Cina selalu menyiapkan tempat di meja untuk menata sepasang
sumpit dan semangkuk nasi tambahan bagi anggota keluarga mereka yang telah
meninggal. Hal ini dilakukan setiap acara makan selama tiga tahun setelah
kematian orang itu untuk menunjukkan bahwa keluarga yang ditinggalkan masih
berbagi makanan dengan arwah tersebut seakan-akan dia masih hidup. Saat
mendoakan arwah di makam ataupun di meja altar, anggota keluarga yang masih
alat makannya yang ditata dengan rapi, agar arwah tersebut selalu memiliki
sepasang sumpit yang tidak terpisahkan. Dalam “mas kawin” yang diberikan
49
orang Cina terdapat pula delapan pasang sumpit. Sumpit (筷子 kuaizi) memiliki
makna (快生孩子 kuai sheng hai zi)yang berarti harapan untuk dapat cepat
keindahan, juga karena hal ini memiliki makna (mitos) untuk mencegah
perceraian dalam waktu singkat atau cepat (快 kuai: cepat). Selain itu sumpit harus
diletakkan dalam posisi yang sama rata. Bila tidak, makan akan membawa nasib
karena itu masakan yang baik harus disertai oleh peralatan makan yang baik pula.
Jadi, tidaklah mengherankan jika sumpit menjadi alat makan utama bagi orang
Cina, karena sumpit dianggap sebagai hasil seni. Dan saat ini, semakin banyak
sumpit yang dibuat mengandung nilai seni. Sebagai contoh, pada acara makan,
sumpit kayu keras yang sederhana, indah dan megah cocok bila dipasangkan
dengan barang-barang porselen kelas atas, sementara sumpit eboni dengan meja
makan dari porselen berwarna putih akan membuat acara makan menjadi lebih
berwarna, dan sumpit porselen berwarna biru dan putih akan cocok dengan
mangkuk dan piring yang penuh warna (berwarna-warni) di atas meja makan (Lan
Xiang, 2005:27-28).
Sepasang sumpit tidak bisa dan tidak boleh diletakkan begitu saja di atas
50
diletakkan di sebelah mangkuk dengan posisi ujung yang lebih runcing berada di
atas agar ujung yang terkena mulut tidak menyentuh benda-benda lainnya. Sumpit
pun harus diletakkan secara rata, karena susunan yang tidak sama akan membawa
nasib sial. Apabila tidak disediakan bantalan sumpit, sumpit dapat diletakkan di
Artinya, sumpit bukan hanya merupakan seperangkat alat makan yang dapat
dibuang setelah sekali pakai , tetapi juga bisa menjadi karya seni unik yang dapat
dijadikan koleksi atau pajangan. Sebagai contoh, Song Dong seorang seniman asal
Beijing, Cina dan istrinya yang bernama Yin Xiuzhen membuat suatu pameran
(Chopsticks) pada tahun 2002 lalu dengan mengambil sumpit sebagai sarana
Lan Xiang di Shanghai menyimpan lebih dari 2.000 pasang sumpit, dengan
koleksi tertua berasal dari Dinasti Tang. Sedangkan Jepang memiliki museum
sumpit versi lain, Chopstick Gallery MON di Kyoto. Di tempat ini dijual berbagai
sumpit asli Kyoto dengan keunikan ukiran dan desain tradisional. Jenis sumpit
yang ditawarkan pun beragam, mulai dari yang tradisional sampai yang modern,
terbuat dari kaca sampai yang sederhana, atau bahkan satu set sumpit yang penuh
dekorasi.
Seorang seniman tua dari Jepang yang bernama Takashi Koike, mengisi
waktunya dengan mendaur ulang sumpit bekas menjadi karya seni yang bernilai.
Takashi dengan imajinasinya berhasil membuat berbagai patung fauna laut dengan
51
sumpit-sumpit bekas yang sebelumnya dia tempel dan kemudian diukir. Seninya
menginspirasi para seniman untuk ikut menggunakan media seni yang bekas pakai
sehingga ikut dalam usaha go green dan melawan global warming. Berikut adalah
Gambar 3:
52
Gambar 4:
53
Gambar 5:
BAB VI
6.1 Simpulan
54
Awalnya sumpit hanya digunakan sebagai alat untuk memasak,kemudian
beralih menjadi alat makan. Tidak hanya oleh bangsa Cina, tetapi juga di beberapa
negara lainnya pun ikut menggunakan sumpit sebagai alat makan termasuk
masyarakat Tionghoa atau etnik keturunan Cina yang ada di Medan. Dan dalam
Ada dua hal yang menjadi alasan mengapa hingga kini sumpit tetap
makna yang membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Cina.
berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan bangsa Cina selama ratusan tahun.
Salah satu bukti kuatnya pengaruh Konfusianisme (istilah untuk ajaran Konfusius)
adalah dengan melihat bahwa bangsa Cina mengikuti saran Konfusius untuk tidak
meletakkan garpu dan pisau yang di atas meja makan sebagai alat makan. Karena
menurut Konfusius, garpu dan pisau merupakan alat untuk membunuh. Sehingga
alat-alat seperti itu tidak boleh diletakkan di atas meja makan karena
melambangkan kekerasan.
6.2 Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
Pressindo.
Indonesia (UI-Press)
(UI-Press)
Indonesia(UI-Press)
http://junaedi2008.Blogspot.com/2009/01/teorisemiotic.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpit
www.jurnalmedan.co.id/index.php?option...
56
dewey.petra.ac.id/dgt_res_detail.php?knokat=19583
http://forum.vivanews.com/aneh-dan-lucu/200635-7-etika-bersantap-dengan-
sumpit-di-negara-asia.html
http://kaleidoscope.cultural-china.com/en/8Kaleidoscope122.html
57