SKRIPSI SARJANA
OLEH:
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEM EN ETNOMUSIKOLOGI
2008
0
BAB I
PENDAHULUAN
Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosiobudaya
sosial, pendidikan, dan kesenian. Pekerjaannya ini ada yang bersifat sebagai
pekerjaan utama, dan tak jarang pula yang menyertainya dengan pekerjaan sambilan
manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer dan pencipta tari,
dan kemanusiaan, di antara mereka ini ada yang begitu menonjol dalam berbagai
1
Dali, Leonardo Davinci, M ichael Jackson, Whitney Houston, Jhon Travolta, dan
masih banyak lagi yang lainnya. Di Nusantara kita mengenal Titik Puspa, Bing
Kusbini, Said Effendi, dan lainnya. Untuk kawasan Sumatera Utara, kita mengenal
Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-
lainnya. M ereka menyumbangkan karya dan fikirannya untuk bidang kesenian dan
demikian sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi bahan
generasi-generasi selanjutnya
baik yang positif maupun yang negatif. Khususnya bila pelajaran itu dipetik dari
seseorang yang dalam hidupnya menurut ukuran masyarakat dianggap sukses. Dari
nilai positif kita dapat menemukan arahan dan panduan dalam menjalani kehidupan
ini agar dapat terus meningkatkan potensi yang dimiliki sehingga dapat terus menjadi
penerang bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya dari nilai-nilai negatif dapat
dipetik pelajaran yang memberi arahan agar tidak terperangkap dalam kekeliruan
didapati kajian tentang biografi pemusik tradisi. Oleh karena itu, penulis akan
membahas tentang biografi pemusik M elayu Ahmad Setia dan gaya melodis
2
Ahmad Setia (pada tahun 2007 sekarang ini berusia 68 tahun) adalah salah
seorang seniman M elayu kota M edan yang sangat handal dalam memainkan alat
musik akordion, yang awalnya ia mulai dari bermain alat musik gendang, kemudian
ia bermain akordion, menari, menyanyi, dan membuat gendang. Hingga saat ini ia
dikenal banyak orang sebagai pemain akordion meskipun membuat gendang juga
sebagai seorang pemusik dimulai sejak tahun 1959 yang mana pada saat itu ia sedang
berusia 21 tahun. Pada awalnya ia belajar gendang yang kemudian belajar akordion
dari seorang temannya yaitu (Almarhum) Datuk M uhammad Nur yang merupakan
seorang pemain akordion handal yang terkenal pada saat itu. Ia sering diajak
M elayu di seputar Sumatera Utara ini. Awal pertama kali berkesenian secara
Penampilan perdana dari seorang Ahmad Setia adalah pada tahun 1959. Pada
diminta naik ke atas pentas oleh Karim, seorang pemain akordion yang juga dikenal
sebagai seorang pelawak yang sedang tampil pada saat itu. Ia meminta Ahmad Setia
menggantikannya bermain akordion. Padahal saat itu Ahmad Setia hanya berniat
untuk menonton pertunjukannya saja, akan tetapi Karim tetap memaksa hingga
akhirnya tawaran itu di terima oleh Ahmad Setia. Ternyata, sampai acara ronggeng
3
selesai ia tetap diminta sebagai pemain pengganti. Lagu yang pertama kali
Pada tanggal 16 April 1961, ia bersama rombongan grup Hitam M anis mulai
mendapat tawaran untuk tampil di luar kota yaitu di Sigambal dan Rantau Prapat,
kota M edan.
untuk belajar menari. Ia belajar menari dari M . Saini yaitu seorang pemenang tari
serampang duabelas. Tarian yang pertama sekali di pelajarinya adalah Tari Kuala
Deli. Kemudian tahun 1962, ia diajak bergabung bersama Grup Joget M odern untuk
ikut tampil pada pertunjukan keliling ke kota-kota seperti Padang Sidempuan kearah
Sumatera Barat, yaitu Kecamatan Rao, Tapus, Panti, Pekan Baru, Dumai, Pulau
Rupad, Rengat, Kecamatan Basrah, Teluk Kuantan, Hilir, Kecamatan Sungai Salak,
Kecamatan Enok, Tembilahan, dan Indragiri. Pada grup joget modern ini ia masih
sebagai pemain gendang. Setelah selesai melakukan pertunjukan, Grup Joget M odern
kembali ke kota M edan. Sedangkan Ahmad Setia tetap tinggal di Riau dan ikut
saat itu yang berpusat di kota Rengat. Setelah itu ia sempat menetap di Riau selama
beberapa tahun.
Pada tahun 1972, Ahmad Setia kembali ke M edan, dan memulai kembali
Himpunan Seni Budaya M elayu Dara M elati (HSBM ) pimpinan Tengku Razali
Hafaz. Sejak saat itu tawaran untuk memintanya tampil semakin banyak. Seperti
4
acara-acara perayaan pesta perkawinan, penyambutan orang-orang penting atau
Tahun 1976, Ahmad Setia mulai membeli akordion dari seorang temannya.
bass, buatan Italia. Sejak saat itu ia pun mulai menekuni profesiny a sebagai pemain
akordion untuk mengiringi orkes M elayu, ronggeng M elayu, dan joget modern.
Berkat ketekunannya ia pun semakin diakui tingkat kesenimannya, dan sering diajak
oleh berbagai grup kesenian di Sumatera Utara, untuk tampil di luar negeri seperti
Singapura, M elaka, Kedah, Kuching, Alor Setar, Pulau Pinang, Langkawi, dan Sabah.
Tahun 1994, ia mendapat perhatian dari walikota M edan yang dipimpin oleh
pemusik M elayu lainnya, yang ada di kota M edan atau Sumatera Utara secara lebih
luas, mereka tampaknya sepakat mengakui keberadaan dari Ahmad Setia dalam
pemusik akordion yang “paling bagus” di antara pemusik lainnya, khususnya dalam
menyesuaikannya dengan tari. Jadi, apabila terjadi kesalahan pada tarian tersebut, ia
seakan tidak terlihat dan penarinya pun merasa tidak di permalukan meski telah
5
melakukan kesalahan. Selain itu ia juga memiliki keunikan yang mana dalam hal ini
bisa kita lihat dari cara bagaimana ia menekan tuts akordion yaitu dengan
menggunakan tangan kirinya atau menurut istilahnya biasa disebut dengan kidal.
M elayu,” karena ia bisa membedakan mana musik M elayu yang benar dan mana
musik yang salah. Selain itu, permainan musiknya juga sangat mirip dengan Bapak
Ahmad Dahlan Siregar yaitu tokoh kesenian M elayu yang cukup dikenal sebagai
pemain akordion pertama di M edan. Hal itu dapat dilihat ketika Ahmad Setia
bermain akordion yang mana pada setiap akhir permainannya pada lagu serampang
dua belas selalu ditutup dengan rangakian nada-nada pada tangga nada minor,
tidak diperlambat. Hal itulah yang membuat ia mernjadi sesuatu yang kuat dan
2007).
Kemudian pada tahun 1977, merupakan awal dari Ahmad Setia belajar
membuat gendang M elayu. Karena sudah terbiasa bekerja sebagai buruh bangunan,
ia pun belajar sendiri dalam membuat gendang. Untuk pertama kalinya ia berhasil
membuat dua buah gendang yang terbuat dari batang kelapa dan membuatnya masih
menggunakan alat bantu parang. Sampai saat ini ia masih membuat gendang untuk
di jual. Gendang buatannya juga sering mendapat pesanan dari dari Kuala Lumpur,
M elaka, Pekan Baru, Rengat, Padang, Jambi, Palembang, dan kota-kota lainnya.
6
Kemampuan lainnya dari Ahmad Setia adalah ia pandai menyanyi dan berpantun
masyarakat untuk meminta Ahmad Setia tampil masih sangat di butuhkan meskipun
mengangkat masalah kehidupan dan peranan dari Ahmad Setia yang cukup signifikan
sebagai bahasan di dalam skripsi ini yang berjudul: Ahmad Setia Pemusik Melayu
dalam konteks ini akan lebih difokuskan kepada aspek biografi dan gaya permainan
musiknya yang didukung dengan latar belakang kebudayaan yang melahirkan genre
1. 2 Pokok Permasalahan
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh M antle Hood dan Willi Apel
yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga melihat
karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :
Sumatera Utara.
7
2. Bagaimana ciri khas gaya melodis permainan akordion Ahmad Setia yang
pencakup aspek melodis sepert ; tangga nada, wilayah nada, nada dasar,
jumlah nada, formula malodi, penggunaan interval, pola kadensa, kontur dan
1. 3. 1. Tujuan
1. 3. 2. Manfaat
8
2. M emperkenalkan Ahmad Setia Ahmad Setia sebagai seorang
1. 4 Kerangka Konsep
Pada bagian kerangka konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci
(key word) pada judul tulisan, karena konsep merupakan defenisi dari apa yang
diamati yaitu: akordion, M elayu, biografi, gaya dan melodis, kepada para pembaca
menghasilkan aliran udara melalui buluh ; keyboard atau tombol kontrol yang
disebut M elayu apabila ia beragama Islam, berbahasa M elayu sehari-hari dan beradat-
istiadat M elayu.
1
Sebagai contoh ; sampai saat ini Ahmad Setia telah melanglang buana sempai ke Singapura, Melaka,
Kedah, Kuching, Alor Setar, Pulau Pinang, Langkawi, sabah, Sarawak, dan Jepang.
9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2003:145), disebutkan
bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang di tulis oleh orang lain.
Gaya (style) adalah ciri-ciri struktural yang terdapat dalam berbagai bentuk
kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia. Gaya dalam musik mencakup aspek-
aspek seperti melodi, harmoni, ritme, tangga nada, wilayah nada, nada dasar,
improvisasi. Dalam tulisan ini gaya yang dimaksud juga mengandung makna seperti
yang terdapat dalam kebudayaan M elayu yaitu mencakup: gerenek, patah lagu, dan
cengkok—sebagai ciri utama musik M elayu dan kemahiran seseorang pemusik atau
rangkaian nada-nada dalam suatu lagu (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 2003). Aspek melodis yang dimasudkan dalam tulisan ini mencakup unsur-
unsur seperti: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, penggunaan
interval, kontur—seperti yang dikemukakan oleh M alm (1977:8). Selain itu juga
pengertian melodi dalam tulisan ini mengikut konsep etnosains seniman tradisional
M elayu, yang mencakup peristilahan: cengkok, gerenek, dan patah lagu. Dalam
penelitian ini difokuskan pada melodi yang dihasilkan oleh permainan akordion
Ahmad Setia.
10
1. 5 Teori
untuk mengkaji dua pokok permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas.
Adapun untuk mengkaji biografi Ahmad Setia dipergunakan teori biografi yang lazim
digunakan dalam ilmu sejarah. Sedangkan untuk mengkaji gaya permainan akordion
Ahmad Setia dipergunakan teori weighted scale (bobot tangga nada)—dibantu oleh
sistem estetika dalam musik M elayu Sumatera Utara, yaitu mencakup : gerenek,
sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-
4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dip ergunakan untuk
mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam buku ini juga dijelaskan
bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu:
meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan ( orang tua, saudara dan anak);
(b) pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai
perguruan tertinggi jika ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang
11
yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya, dan (d)
menjadi pengarang.
berupa buku maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan
yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai
dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang
kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang
menanggapi.
Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga
dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang
pemusik.
Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai
sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris
kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah,
12
Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang
kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi
tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa
tertentu.
jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara
tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan
pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topik-topik
dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran.
referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang
menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang
tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi
yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin
13
Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan misalnya:
(a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa yang telah ia
lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin akan sering
peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa yang dapat dilihat
dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian apa yang membentuk
atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu mengatasi rintangan
keberuntungan; (h) apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang
supaya cerita peneliti lebih menarik (terjemahan Ary (2007) dari situs:
http://www.infoplease.com/homework/wsbiography.html).
Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat hidup
Ahmad Setia sebagai pemusik M elayu Sumatera Utara. Adapun bentuknya bukan
berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun sejak awal penulis
Ahmad Setia, tentu saja ditulis dalam gaya bercerita yang baik seperti yang
hubungan, keterangan arti dari tindakan Ahmad Setia, serta rahasia-rahasia (misteri)
yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan perilaku hidupnya sebagai
seniman (musik dan tari) M elayu. Biografi yang penulis kaji ini termasuk kepada
14
biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal, yaitu Ahmad Setia yang
Utara, Indonesia, bahkan Dunia M elayu. Di sisi lain ia adalah orang k ebanyakan
dalam stratifikasi sosial rakyat biasa, tidak berdarah bangsawan. Bahkan nenek
dirinya sebagai orang M elayu. Bagaimana ini semuanya terjadi dalam diri Ahmad
Setia akan penulis kaji kedalam skripsi ini. Demikian kira-kira teori biografi yang
Untuk mengkaji gaya permainan akordion Ahmad Setia, yang berkaitan erat
dengan aplikasi estetika musik M elayu dan kreativitas individunya sekaligus, maka
teori yang penulis gunakan adalah teori weighted scale. M enurut penulis teori ini
relevan mengkaji melodi yang dihasilkan dalam permainan akordion yang dilakukan
Ahmad Setia. Sebelum menganalisis gaya permainan itu terlebih dahulu dilakukan
transkripsi, yaitu menuliskan apa yang didengar dalam bentuk visual (notasi).
musik yaitu: (1) kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang
kita dengar, dan (2) kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan
15
Berkaitan dengan kajian terhadap analisis gaya ini, penulis menggunakan teori
weighted scale dari M alm (1977:8) mengatakan bahwa ada delapan karakteristik
yang harus diperhatikan ketika mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) scale (tangga
nada), (2) pitch center (nada dasar), (3) range (wilayah nada), (4) frequency of
notes (jumlah nada-nada), (5) prevalents intervals (interval yang dipakai), (6)
Dalam rangka mengkaji gaya permainan akordion Ahmad Setia ini, selain
terutama untuk mendeskripsikan gaya melodi musik M elayu Sumatera Utara, yang
terangkum dalam konsep estetika: gerenek, cengkok, dan patah lagu. Teori etnosains
penilaian sepihak dari peneliti sejauh mungkin dihindari (Ihromi 1981:67). Dalam
Selain dari dua teori utama tersebut, tentu saja digunakan juga teori-teori lain
untuk mendukung kajian permasalahn di atas. Adapun teori-teori itu tidak penulis
16
sebutkan satu per satu, langsung saja diterapkan dalam kajian. Yang penting
1. 6. Metode Penelitian
penulis melakukan penelitian lapangan, yang mana penelitian ini akan dipaparkan ke
Ada dua pengartian metode yang menjadi rujukan dalam penelitian ini, yaitu
metode dan teknis. M etode penelitian lapangan mempunyai arti dan cakupan yang
lebih luas, meliputi dasar-dasar teoritis yang menjadi asas bagi teknik penelitian
permainan akordion Ahmad Setia dalam konteks ini adalah metode kualitatif. Teknik
17
the study of human group life. In anthropology, during the same period,
... charted the outlines of the field work method, where in the observer
went to a foreign setting to study customs and habits of another society
and culture. ... Qualitative research is a field of inquiry in its own right.
It crosscuts disciplines, fields, and subject matter. A complex,
interconnected, family of terms, concepts, and assumptions surround the
term qualitative research (Denzin dan Lincoln 1995:1).
didirikan dalam aliran Chicago dalam dasawarsa 1920-an dan 1930-an, yang
disiplin antropologi pula, dalam periode yang sama pendekatan ini digunakan untuk
Lebih jauh lagi kedudukan penelitian kualitatif ini dan hubungannya secara
keilmuan dan politik dijelaskan oleh Nelson dan Grossberg seperti dalam kalimat-
18
berbagai metode pendekatan. Selalu mempercayakan kepada pendekatan alamiah
dengan politik dan dibentuk oleh berbagai etika dan posisi politis.
untuk mengkaji keberadaan hidup dan kehidupan Ahmad Setia menurut perspektif
(kuantitatif atau kualitatif) harus dir encanakan. Untuk itu diperlukan desain
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dengan tujuan penelitian
itu. Dalam desain antara lain harus dipikirkan: (a) populasi sasaran, (b) metode
sampling, (c) besar sampling, (d) prosedur pengumpulan data, (e) cara-cara
menganalisis data setelah terkumpul, (f) perlu tidaknya menggunakan statistik, (g)
dosen di Departemen Etnomusikologi mengenai objek dari tulisan yang akan diteliti.
Drs. Fadlin, yang juga salah satu dosen di Departemen Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara mengenai sedikit gambaran tentang Ahmad Setia. Dalam penelitian
19
ini penulis mengangkat peran informan tersebut sebagai informan kunci (key
informant).
penelitiannya dengan menghubungi objek yang diteliti melalui media telepon, dan
ternyata dalam beberapa hari kedepannya, Ahmad Setia akan tampil pada resepsi
pernikahan Rini Sinaga dan Andi Sirait yang diselenggarakan dengan adat M elayu
yaitu pada hari sabtu, 14 April 2007, pukul 09.15 wib di Kompleks Johor Katelia
nomor 173 Johor Indah M edan. Dikarenakan oleh Ahmad Setia yang berperan
sebagai informan pokok bertempat tinggal di Jalan Sutrisno Gang Cempaka Nomor
29 M edan, maka penulis memilih kota M edan sebagai lokasi penelitian, Khususnya
Ahmad Setia bukan saja mewakili seniman M elayu M edan, tetapi juga Sumatera
1. 6. 2 S tudi Kepustakaan
yang cukup relevan tentang masalah yang dibahas. Baik buku-buku yang
perbandingan. Selain itu penulis juga mencari penjelasan dari internet yang mana dari
literature tersebut diharapkan dapat membantu penyelesaian dari penulisan skripsi ini.
20
1. 6. 3 Penelitian Lapangan
Johor Katelia, Nomor 173, Johor Indah, Kota M edan. Pada saat itu Ahmad Setia
sedang turut sebagai pemain akordian bersama teman-teman pemusiknya pada suatu
acara resepsi pernikahan Rini Sinaga dan Andi Sirait yang diselenggarakan dengan
adat M elayu, tepatnya pada pukul 09.15 wib. Sebelum Ahmad Setia tampil, penulis
akordion. Tetapi penelitian tidak terhenti sampai di situ saja, tetapi peneliti tetap
meneruskan pencarian data ke tempat tinggal Ahmad Setia yaitu di Jalan Sutrisno
yang cukup berarti. Khususnya dalam menyesuaikan diri dengan bahasa serta
kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan objek yang diteliti. Penulis masih dapat
menyesuaikan diri meskipun berasal dari etnis yang berbeda. Karena pada umumnya
msyarakat M elayu yang ada di kota M edan masih sangat sering menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut membuat peneliti menjadi lebih mudah
21
1. 6. 4 Wawancara
dikembangkan lagi dan tidak hanya terbatas pada pertanyaan yang telah disusun.
1. 6. 5 Rekaman
TCM -150. Kaset yang digunakan adalah Sony ZX C-60, yang digunakan untuk
kepentingan tulisan pada tanggal 14 April 2007. dan pada penelitian selajutnya
penulis juga menggunakan Tape Recorder Aiwa TP-VS450, dan kaset yang
digunakan adalah M axell IEC-60. Di samping itu penulis juga menggunakan catatan-
catatan untuk mencatat hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan Ahmad Setia,
seperti perjalanan karirnya yang telah berhasil dicapai beliau hingga sampai ke luar
negeri.
1. 6. 6 Kerja Laboratorium
Dari semua data yang di peroleh di lapangan, untuk selanjutnya diolah dalam
kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh
dosen pembimbing yaitu bapak M uhammad Takari dan Kumalo Tarigan, yang juga
22
masalah yang penulis bahas. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka
yang penulis dapatkan dilapangan dibagi ke dalam dua bahagian media yaitu data
dan kemudian dicocokkan dengan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya. Hasil
dari pertanyaan tersebut akan penulis buat ke dalam tulisan yang baru. Apabila ada
pertanyaan lain yang muncul dalam rekaman tersebut, penulis akan mencatat kembali
pertanyaan dan jawabannya dan kembali disesuaikan dengan data yang sudah ada
sebelumnya. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai
dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab pada
penelitiannya.
23
BAB II
GAMBARAN UMUM
SUMATERA UTARA
memainkan alat musik akordion. Selain itu ia juga dapat bermain gendang M elayu,
gong, menari, menyanyi, berpantun dan juga membuat alat musik gendang. Ahmad
Setia bukan hanya milik masyarakat M elayu M edan, tetapi ia juga milik masyarakat
M elayu Sumatera Utara, dan lebih jauh lagi Dunia M elayu. Dalam konsep
lebih dahulu Dunia M elayu ini sebagai wilayah budaya yang luas yang juga merasa
seperti yang dikemukakan oleh para ilmuwan ataupun masyarakat awam. Perbedaan
itu menyebabkan makna M elayu dapat diperluas atau menyempit tergantung pada
definisi dan konsep yang dipergunakan. Namun demikian, istilah M elayu memang
wujud dan dipergunakan baik oleh masyarakat atau etnik yang disebut M elayu atau
24
terkahir muncul istilah Dunia M elayu atau Alam M elayu serta Dunia M elayu Dunia
Islam, terutama yang digagas para pakar kebudayaan dan ahli politik dari Negeri
M elaka, M alaysia.
M enurut Islamil Hussein (1994) kata M elayu merupakan istilah yang meluas
dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di Nusantara
yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku
yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas
perdagangan dan pertukaran barang dagangan dan kesenian dari berbagai wilayah
dunia.
sebagai etnik atau orang M elayu Sumatera dan Semenanjung Tanah M elayu dan
tempat-tempat lain yang menggunakan bahasa M elayu (Salazar, 1989). M elayu juga
Tenggara dan ditafsirkan mengikut tempat dan kawasan yang berbeda seperti
orang yang berkulit coklat atau sawo matang (Bellwood 1985). Istilah M elayu
berasal dari bahasa Sanskerta yang dikenal sebagai M alaya, yaitu sebuah kawasan
25
Kelompok ras M elayu dapat digolongkan kepada kumpulan M elayu Polinesia
atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepuluan M elayu, Polinesia dan
kelompok penjajah yang dominan pada zaman dahulu, yang meliputi kawasan yang
Easter, di sebelah utara hingga ke Hawaii dan di sebelah selatan hingga ke Selandia
Baru.
dengan beberapa perkara seperti sistem ekonomi, politik, dan budaya. Dari sudut
dan perikanan yang masih kekal hingga hari ini. Dari sudut ekonomi, orang M elayu
adalah golongan pelaut dan pedagang yang pernah menjadi kuasa dominan di Lautan
Hindia dan Pasifik sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Dari segi politik pula,
sistem kerajaan M elayu berasaskan pemerintahan raja yang berpusat di Campa dan
Funan, yaitu di Kamboja dan Vietnam Selatan pada awal kurun M asehi. Dari
kerajaan M elayu tua ini telah berkembang pula kerajaan M elayu di Segenting Kra
dan di sepanjang pantai timur Tanah M elayu, termasuk Kelantan dan Terengganu.
Kerajaan M elayu Segenting Kra ini dikenal dengan nama Kerajaan Langkasuka
26
Untuk menentukan kawasan kebudayaan M elayu dua perkara menjadi kriteria
penjelasan, yaitu kawasan dan bahasa. Dari segi kawasan, Dunia M elayu tidak
terbatas kepada Asia Tenggara saja, namun meliputi kawasan di sebelah barat
mencakup Lautan Hindia ke M alagasi dan pantai timur benua Afrika; di sebelah
Pasifik, kira-kira 103,6 kilometer dari Amerika Selatan; di sebelah selatan meliputi
Selandia Baru; dan di sebelah utara melingkupi kepulauan Taiwan dan Hokkaido,
Jepang (Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu 1994). Dari sudut bahasa,
menyadari bahwa mereka adalah berada di negara Indonesia, menjadi bagian dari
pada Dunia M elayu, dan merasa saling memiliki kebudayaan M elayu. M ereka
merasa bersaudara secara etnik dengan masyarakat M elayu di berbagai tempat seperti
memiliki alur budaya yang sama, namun tetap memiliki varian-varian yang menjadi
negara-negara bangsa yang ada di kawasan Asia Tenggara dengan alur utama budaya
Selatan, Filipina Selatan, sebahagian etnik M elayu di Kamboja dan Vietnam, dan
lain-lain tempat. Berikut ini akan dihuraikan beberapa kawasan tersebut, terutama
27
yang memiliki hubungan kebudayaan dengan etnik M elayu yang ada di Sumatera
Utara.
Lagu M elayu yang dihasilkan dari permainan akordion Ahmad Setia adalah
fungsi pada segenap strata sosial (awam dan bangsawan), dan lain-lain. Keberadaan
seni M elayu ini didasari oleh identitas etnik M elayu. Untuk dapat memahami
siapakah orang M elayu, yang menjadi pendukung seni ronggeng M elayu, maka
memberikan pengertian kelompok etnik sebagai suatu populasi yang: (1) secara
biologis mampu berkembang biak dan bertahan; (2) mempunyai nilai-nilai budaya
yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; (3)
membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (4) menentukan ciri
kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan
28
disiplin; wilayah budaya; masalah-masalah pembauran (integrasi), disintegrasi,
Kelompok etnik adalah segolongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
adat-istiadat, dan nenek moyang merupakan ciri-ciri sebuah kelompok etnik. Jika
ras lebih dilihat dari sudut perbedaan fisik, maka etnik lebih dilihat dari
perbedaan kebudayaan dalam arti yang luas. Suatu ras dapat terdiri dari berbagai
Sebuah kelompok etnik terbentuk dari sejumlah orang yang menghendaki hidup
bersama, dalam waktu yang lama, dan di suatu tempat yang sama. M ereka
mengadakan interaksi yang tetap, memiliki sistem nilai, norma, dan kebudayaan
kesamaan yang mereka miliki, mereka menjadi satu kesatuan dalam masyarakat.
Namun, di dalam suatu masyarakat ada pemisahan dan pembagian karena adanya
perbedaan tertentu, seperti: jenis kelamin, klen, pekerjaan, politik, dan lainnya.
Keadaan ini disebut diferensiasi sosial, yang dapat diartikan sebagai suatu
29
proses setiap individu di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban
yang berbeda dengan orang lain di dalam masyarakat, atas dasar perbedaan-
perbedaan sosial (Takari, 1997). Demikian pula yang terjadi dalam kebudayaan
M elayu.
para ilmuwan, karena pengertian M elayu itu maknanya dapat berbeda-beda sesuai
etnik, biasanya selalu ditelusuri melalui munculnya istilah M elayu, yaitu sebuah
kerajaan di daerah Jambi, dan yang ada pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Jika kita menelusuri sumber sejarah yang menyangkut M elayu, maka kata
pada tahun 672. Kata M elayu dipakai sebagai nama tempat yang menunjukkan
tahun 644 dan 645 M asehi. Seorang pendeta Budha China yang bernama I-Tsing
mempelajari bahasa Sanskerta selama enam bulan. Dari Sriwijaya ini I-Tsing
menuju ke Kerajaan M elayu dan tinggal di sana selama enam bulan, sebelum
berangkat ke Kedah dan ke India. Dalam perjalanannya pulang ke China pada tahun
30
685 dia singgah di Kerajaan M elayu, yang sudah ditaklukkan oleh Sriwijaya
688, sesuai dengan prasasti di Karang Berahi di tepi Sungai M erangin, yaitu cabang
Sungai Batang Hari, di Hulu Sungai Jambi. Pada masa akhir abad ke-11 sampai
dengan Kerajaan Singosari dari Jawa, yang mengirimkan pasukan dalam jumlah
Lokeswara tahun 1286 di Padang Roco, yang membuat rakyat Kerajaan M elayu
tahun 1347 di belakang arca itu kemudian ditulis prasasti Raja Adityawarman, raja
M elayu Damasraya, penerus Kerajaan M elayu ini. Kerajaan M elayu dan Sriwijaya
Pada abad ke-12 sampai ke-14, Jambi merupakan salah satu dari tiga
bandar penting di Pesisir Timur Sumatera, yaitu: (1) Jambi, (2) Palembang di
sebelah selatan, dan (3) Kota China di Kerajaan Haru/Deli tepatnya di Labuhan Deli
Arab dan Persia disebut dengan Kerajaan Zabaq yang dapat diidentifikasikan
dengan nama tempat M uara Sabak di daerah Tanjung Jabung di muara Sungai
Batanghari. Letak pusat Kerajaan M elayu di hulu Sungai Batanghari itu hanya
31
dapat dijangkau dengan naik sampan, dengan alasan kemananan, tetapi kerajaan ini
mengawasi sumber tambang emas dari daerah pedalaman Sumatera Barat. M eskipun
kemudian Kerajaan M elayu yang berpusat di hulu Sungai Jambi itu di masa Raja
R.C. Rajumdar mengatakan bahwa ada satu suku di India yang bernama
M alaya, yang disebut orang Yunani sebagai M alloi. Selain itu ada gunung M alaya
yang menjadi sumber kayu sandal, yang di dalam kitab Purana disebut sebagai
salah satu dari tujuh batas (kulaparvatas) pegunungan di India. Banyak lagi nama-
nama tempat di Asia Tenggara dan Nusantara yang namanya berasal dari India. Ada
legenda pada orang M elayu M inangkabau bahwa leluhur mereka berasal dari India,
yaitu Sang Sapurba yang turun dari Bukit Siguntang M ahameru bersama dua
tahun 1365. Selanjutnya orang-orang Jawa menguasai daerah ini. Namun, bahasa
M elayu yang telah menjadi bahasa pengantar di Nusantara sejak disebarkan oleh
Kerajaan Sriwijaya dan M elayu sejak abad keenam, serta adat-istiadat raja-rajanya
budaya Jawa. Setelah hancurnya Kerajaan Sriwijaya, M elayu, dan Damasraya, maka
budaya M elayu berpusat di Pasai dan M elaka. Kerajaan M elayu di M elaka yang
32
budaya M elayu, termasuk agama Islam awalnya ke pesisir timur Sumatera.
Selatan. Dalam pengertian umum, orang M elayu adalah mereka yang dapat
dikelompokkan pada ras M elayu. Dengan demikian, istilah M elayu sebagai ras ini
Nusantara.
Ras M elayu yang sudah memeluk agama Islam pada abad ke-13, identitas
pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang masih
menganut kepercayaan mereka sendiri; baik oleh mereka sendiri maupun orang
33
respective governments. The Singapore government regards
'M alay' as a 'race', a genetically engendered category in the state-
imposed system of ethnicity. ... In Singapore, a Christian
Englishspeaking 'M alay' is still legally considered 'M alays'. Indeed
there is apparently a sufficientnumber of Christian 'M alays', that they
are considering setting up a M alay Christian Association. ...
In M alaysia, however, 'M alayness' is constitutionally tied to Islam,
such that a 'M alay' convert to Christianity would no longer the
legally considered 'M alay'. This was stated to me categorically
by Anwar Ibrahim, a M inister in the M alaysian Cabinet. But not
all M alaysian M uslims qualify as 'M alays': the constitutional
category 'M alay' includes only M uslims who speak M alay, conform
to M alay custom, and who were borm in M alaysia or born of
M alaysia parents.
In contrast to the governments of Singapore and M alaysia, the
Indonesian government evidently has no interest in giving a legal
definition of 'M alayness'. In Indonesia, 'M alay' or M elayuis just one
label in the loose array of regional identities that people may profess.
In other words, from the Indonesian governement's point of view,
anyone who wants to identify herself/himself as M elayu may do so;
conversely, if she/he does not want to do so, then she/he may choose
practically any other regional identity. The Indonesian government's
laissez-faire attitude towards the ethnic labelling of the population is
evident in the identity cards issued to all citizens. Whereas the
identity cards issued by the Singapore and M alaysia governments
stipulate the respective ethnic labels of their citizens, the Indonesian
identity card does not include any ethnic labelling. So in Indonesia,
'M alayness' is a matter of subjective-identification, rather than
objective category belonging to legally imposed set (Vivienne Wee
1985:7-8).
Singapura dan M alaysia. Perbedaan ini secara langsung berkaitan erat dengan
sebagai sebuah ras, sebuah kategori yang dihasilkan berdasar keturunan dalam
Kristen, dan berbahasa Inggris, secara sah dianggap sebagai M elayu. Dalam
34
kenyataannya terdapat sejumlah kecil orang M elayu Kristen, dan mereka dipandang
agama Islam, dan jika seorang M elayu menjadi Kristen, dia tidak dipandang lagi
sebagai M elayu. Namun demikian, tidak semua orang Islam M alaysia dipandang
lahir di M alaysia, atau lahir dari orang tuanya yang berkebangsaan M alaysia.
M elayu. Di Indonesia, M elayu adalah satu istilah yang mengandung makna identitas
sendiri sebagai atau bukan sebagai orang M elayu, dan dia boleh saja memilih
dan M alaysia mencantumkan label etnik ini. M enurut Wee, pengertian M elayu di
perlu juga diperhatikan pendapat dari orang-orang dari luar M elayu. Dalam
pandangan orang-orang Eropa pada umumnya, yang dimaksud M elayu itu selalu
35
M alayan; M alay; (occasionally) M oslem, e.g. masok M elayu
(to turn M ohammedan). In early times the word did not cover the
whole M alay word; and even Abdullah draws a distinction between
anak M elaka M elaka native] and Orang M elayu (Hikayat Abdullah
183). It would seem from one passage (Hang Tuah 200) that the
word limited geographically to one area, became associated with a
standard of language and was extended to all who spoke 'M alay'.
The M alay Annals speak as a sungai M elayu [M elayu River]; I-tsing
speaks of Sri Vijaya conquering the 'M oloyu' country;
M inangkabau has a 'M alayu' clan (suku); Rajendracola's conquests
(A.D. 1012 to 1042) covered M elayu and Sri Vijaya as a separate
countries; the Siamese records claim M alacca and M elayu as a
separate entities. Rouffaer identifies M elayu with Jambi (Wilkinson
1959:755).
beragama Islam. M isalnya masuk M elayu berarti masuk Islam. Pada zaman dahulu,
kata M elayu tidak mencakup keseluruhan Dunia M elayu (Alam M elayu1)2 yang
M elayu ternama, membedakan antara anak M elaka dan Orang M elayu. Kata
mereka pakai yaitu bahasa M elayu. Dalam Sejarah Melayu diceritakan tentang
suku yang disebut M elayu. Rajendra Coladewa (1012 sampai 1042) yang
menaklukkan M elayu dan Sriwijaya sebagai dua negeri yang terpisah. Rekaman-
2
Istilah dunia dan alam dalam bahasa Melayu, dikutip dari bahasa Arab, yang artinya adalah dunia yang
kita tempati sekarang ini. Istilah alam berkaitan pula artinya dengan konsep-konsep mistis dalam Islam, seperti
alam kandungan, alam arwah, alam barzakh, alam samar, alam malakul, alam al-mithai, alam al-insan al-
kamil. Dalam bahasa Arab, kata alam me mpunyai beberapa arti. Misalnya Allahu Alam berarti (Allah Yang
Maha Tahu), al-ghuyub berarti mengetahui hal-hal yang bersifat rahasia. Lihat: (1) Wilkinson (1959:16); (2)
Awang Sujai Hairul dan Yusoff Khan (ed.) (1986); (3) W. J. S. P oerwadarminta (ed.) (1965); (4) Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988) (5) William Marsden (1984) dan (6) R. J. Wilkinson (1970).
36
rekaman sejarah di Thailand menyatakan bahwa M elaka dan M elayu adalah
dengan Jambi.
Belanda) datang ke kawasan ini, maka mereka mengenal orang M elayu yang
dikaitkan erat dengan agama Islam. Oleh karena bahasa M elayu sudah menjadi
bahasa pengantar (lingua franca) di kawasan Nusantara dan sebagian besar mereka
beragama Islam, maka orang-orang Barat ini memandang secara umum semua
garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak ayah ataupun ibu, namun
dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan etnik M elayu yang dijadikan
M eskipun akar kebudayaan etnik M elayu itu satu rumpun, namun juga ada
dengan daerah lainnya. Sebagai contoh konkrit, misalnya dialek etnik M elayu di
Deli Serdang dengan Asahan berbeda, misalnya menyebutkan kata kemana, etnik
M elayu Deli Serdang akan menyebutnya kemane sedangkan etnik M elayu Asahan
37
M enurut Zein, yang dimaksud dengan M elayu adalah bangsa yang
menyangka bahwa nama M elayu itu artinya lari, yang berasal dari bahasa
Jawa yaitu lari dari bangsa sendiri dan menganut agama Islam. Namun nyatanya
nama M elayu sudah lama terpakai sebelum agama Islam datang ke Nusantara ini.
Jadi menurut Zein pernyataan di atas adalah salah. M enurutnya, istilah M elayu itu
adalah kependekan dari M alayapura, yang artinya adalah kota di atas bukit
menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antar suku, dan selanjutnya memakai adat
resam serta bahasa M elayu dalam kehidupan sehari-hari (Lah Husni 1975:7).
Timur merupakan turunan campuran antara orang M elayu yang memang sudah
Johor, M elaka, Riau, Aceh, M andailing, Jawa, M inangkabau, Karo, India, Bugis,
dan Arab, yang selanjutnya memakai adat resam dan bahasa M elayu sebagai
bahasa pengantar dalam pergaulan antara sesamanya atau dengan orang dari
daerah lain, serta yang terpenting adalah beragama Islam. Suku M elayu itu
38
berdasarkan falsafah hidupnya, terdiri dari lima dasar : Islam, beradat,
berbudaya, berturai, dan berilmu (Lah Husni 1975:100). Berturai maksudnya adalah
etnik dengan kelompok etnik lain, terjadi di sepanjang pantai pulau Sumatera,
Tamiang bercampur dengan orang Aceh, (2) orang M elayu di Siak bercampur
dengan M inangkabau, (3) orang M elayu di Kepulauan Riau banyak yang berasal
dari Bugis, dan (4) orang M elayu di Tapanuli Tengah bercampur dengan
M inangkabau di Negeri Sembilan, (2) etnik M elayu dengan Jawa di Trengganu, (3)
39
maka masyarakat M elayu itu dapat difahami sebagai suatu percampuran yang terdiri
dari berbagai unsur yang asal-usulnya berbeda-beda dan terbentuk dengan terus-
menerus menerima unsur-unsur luar. Dalam arti wilayah, budaya yang didiami
orang M elayu adalah mereka yang mendiami daerah pesisir dan daerah sepanjang
sungai bagian hilir. M ereka hidup di daerah maritim dan kelangsungan hidupnya
sangat erat berkaitan dengan lingkungan alam di laut ataupun pesisir. Sering
mengadakan perpindahan untuk mencari nafkah dan bandar sebagai pusat kegiatan
suatu penguasa atau batas administrasi negara yang berasal dari penjajahan yang
dalam berbagai kesempatan, yaitu mereka yang tingkah lakunya lemah lembut,
tidak mengherankan jika dikaitkan dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar dan
bertentangan dengan agama Islam yang mereka anut (Luckman Sinar 1985:3).
40
orang M elayu itu "unggul" dalam bahasa, adat-istiadat, dan sistem pemerintahan.
telefon you nanti." Selain itu, kelemahan orang M elayu adalah kurang menghargai
budaya lama, "pemalas" dan kurangnya sifat ingin tahu (M etzger 1994:158-175).
Hal mendasar yang dijadikan identitas etnik M elayu adalah adat resam,
termasuk aplikasinya dalam lagu dan tari. Dalam bahasa Arab, adat berarti
dapat dipadankan dengan kata resam. Resam adalah jenis tumbuhan pakis besar,
tangkai daunnya biasanya dipergunakan untuk kalam, alat tulis untuk menulis huruf-
huruf Arab. Arti lain kata resam adalah adat. Jadi dalam bahasa M elayu yang
sekarang ini, adat dan resam sudah digabung menjadi satu yaitu adat resam.
M enurut Lah Husni, adat pada etnik M elayu tercakup dalam empat ragam,
yaitu: (1) adat yang sebenar adat; (2) adat yang diadatkan; (3) adat yang teradat,
(1) Adat yang sebenar adat adalah apabila menurut waktu dan keadaan, jika
dikurangi akan merusak, jika dilebihi akan mubazir (sia-sia). Proses ini berdasarkan
kepada: (a) hati nurani manusia budiman, yang tercermin dalam ajaran adat :
Pisang emas bawa belayar; Masak sebiji di dalam peti; Hutang emas dapat dibayar;
Hutang budi dibawa mati. (b) kebenaran yang sungguh ikhlas, dengan berdasar
pada: berbuat karena Allah bukan karena ulah; (c) keputusan yang berpadan,
sebelanga, dimakan bersama-sama. yang benar itu harus dibenarkan, yang salah
disalahkan, Adat murai berkicau, tak mungkin menguak. Adat lembu menguak,
41
tak mungkin berkicau. Adat sebenar adat ini menurut konsep etnosains M elayu
adalah: penuh tidak melimpah, berisi tidak kurang, yang besar dibesarkan, yang tua
dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh diajari, yang benar
diberi hak, yang kuat tidak melanda, yang tinggi tidak menghimpit, yang pintar
tidak menipu, hidup berpatutan, makan berpadanan. Jadi ringkasnya, hidup itu
seharusnya harmonis, baik mencakup diri sendiri, seluruh negara, dan lingkungan
hidupnya. Tak ada hidup yang bernafsi-nafsi. Inilah adat yang tak boleh berubah
Adat yang sebenarnya adat adalah adat yang tidak lekang karena hujan, tidak
lapuk karena panas atau yang di sebut dengan adat pokok karena tidak dapat di ubah
berbangsa dan bernegara. Apabila ditinggalkan atau diubah maka seseorang itu
dianggap sebagai orang yang memiliki budi pekerti dan hidup dalam tatanan hidup
(2) Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu landasan
pemangku adat adalah seorang raja atau penghulu. Pelaksanaan adat ini wujudnya
adalah untuk kebahagiaan penduduk, baik lahir ataupun batin, dunia dan akhirat,
pada saat itu dan saat yang akan datang. Tiap-tiap negeri itu mempunyai situasi
yang berbeda dengan negeri-negeri lainnya, lain lubuk lain ikannya, lain padang
42
lain belalangnya. Perbedaan keadaan, tempat, dan kemajuan sesuatu negeri itu
membawa resam dan adatnya sendiri, yang sesuai dengan kehendak rakyatnya, yang
diwarisi dari leluhurnya. Perbedaan itu hanyalah dalam lahirnya saja, tidak dalam
hakikinya. Adat yang diadatkan ini adalah sesuatu yang telah diterima untuk
menjadi kebiasaan atau peraturan yang diperbuat bersama atas mufakat menurut
ukuran yang patut dan benar, yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa secara
fleksibel. Dasar dari adat yang diadatkan ini adalah: penuh tidak melimpah, berisi
tidak kurang, terapung tidak hanyut, terendam tidak basah (Lah Husni 1986:62).
angsur atau cepat menjadi adat. Sesuai dengan patah: sekali air bah, sekali
tepian berpindah, sekali zaman beredar, sekali adat berkisar. walaupun terjadi
perubahan adat itu, inti adat tidak akan lenyap: adat pasang turun-naik, adat api
panas, dalam gerak berseimbangan, antara akhlak dan pengetahuan. Perubahan itu
hanya terjadi dalam bentuk ragam, bukan dalam hakiki dan tujuan semula.
Umpamanya jika dulu orang memakai tengkuluk atau ikat kepala dalam suatu
perhelatan atau upacara adat, kemudian sekarang memakai kupiah itu menjadi
pakaian yang teradat. Jika dulu berjalan berkeris atau disertai pengiring, sekarang
tidak. Jika dulu warna kuning hanya raja yang boleh memakainya, sekarang
disebabkan adat yang lama sudah tidak layak dipakai lagi. Atau dapat pula
merupakan pengambilan unsur budaya etnis lainnya karena di pandang lebih efektif
seperti upacara proses pernikahan yang sekarang tidak lagi dipakai seperti Upacara
43
merisik (menanyakan keadaan si calon pengantin, apakah baik atau tidak baik),
(4) Adat istiadat adalah kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang lebih
banyak diartikan dan tertuju kepada upacara khusus seperti adat: perkawinan,
penobatan raja, dan pemakaman raja. Jika hanya adat saja, maka kecenderungan
pengertiannya adalah sebagai himpunan hukum, misalnya: hukum ulayat, hak azasi,
dan lainnya
Adat-istiadat adalah adat yang boleh di pakai, boleh tidak. Tergantung dari
kondisi dan situasi. M isalnya saja dalam menanam padi, dahulu selalu diadakan
upacara tolak bala sebelum padi ditanam. Namun bagi yang tidak ingin mengadakan
Seni pertunjukan Dunia M elayu, termasuk yang dilakukan oleh Ahmad Setia,
bukan hanya didukung oleh masyarakat kebanyakan (rakyat), tetapi juga oleh
golongan bangsawan. Oleh karena itu dikaji pula tingkatan kebangsawanan M elayu.
berbuat salah dalam ukuran norma-norma yang berlaku dalam kebudayaan, dapat
saja dikritik bahkan diturunkan dari kekuasaannya, seperti yang tercermin dalam
konsep raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah. Hirarki kekuasaan
44
adalah dari Allah, kemudian berturut-turut ke negara, raja, pimpinan, rakyat,
sebagai berikut:
(a) Tengku (di Riau disebut juga Tengku Syaid) adalah pemimpin atau guru
baik dalam agama, akhlak, maupun adat-istiadat. M enurut penjelasan Tengku Liza
Nelita (wawancara 17 M aret 2007) istilah Tengku pada budaya M elayu Sumatera
Timur, secara resmi diambil dari Kerajaan Siak pada tahun 1857. Dalam
ayahnya bergelar Tengku dan ibunya juga bergelar Tengku. Atau ayahnya
bergelar Tengku dan ibunya bukan Tengku. Jadi gelar Tengku secara genealogis
(b) Syaid, adalah golongan orang-orang keturunan Arab dan dianggap sebagai
utusan dari Nabi M uhammad. Gelar ini terdapat di Riau dan Semenanjung M alaysia.
(c) Raja, yaitu gelar kebangsawanan yang dibawa dari Inderagiri (Siak),
ataupun anak bangsawan dari daerah Labuhan Batu: Bilah, Panai, dan Kota
Pinang. Pengertian raja di daerah M elayu tersebut adalah sebagai gelar yang
diturunkan secara genealogis, bukan seperti yang diberikan oleh Belanda. Oleh
pihak penjajah Belanda, gelar raja itu diberikan baik mereka yang mempunyai
kampung kecil saja. Pengertian raja yang diberikan Belanda ini adalah kepala atau
45
II, seperti yang termaktub dalam suratnya yang ditujukan kepada Gubernur
Sumatera Timur tahun 1933, jika seorang wanita M elayu bergelar Tengku nikah
dengan seorang bangsawan yang bergelar Raden dari Tanah Jawa atau seorang
anak-anak yang diperoleh dari perkawinan ini berhak memakai gelar raja.
(d) Wan. Jika seorang wanita M elayu bergelar Tengku kawin dengan
seorang yang bukan Tengku, dengan seseorang dari golongan bangsawan lain atau
lelaki keturunan mereka seterusnya dapat memakai gelar ini, sedangkan yang
wanita tergantung dengan siapa dia menikah. Jika martabat suaminya lebih rendah
dari wan, maka gelar ini berubah untuk anaknya, mengikuti gelar suaminya, dan
Kesultanan Aceh, baik langsung ataupun melalui perantaraan Wakil Sultan Aceh
di Deli. Gelar ini diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan daerah
pemerintahan otonomi yang dibatasi oleh dua aliran sungai. Batas-batas ini disebut
dengan kedatuan atau kejeruan. Anak-anak lelaki dari datuk dapat menyandang
gelar datuk pula. Sultan atau raja dapat pula memberikan gelar datuk kepada
seseorang yang dianggap berjasa untuk kerajaan dan bangsanya. Di M alaysia gelar
(f) Daeng, yang terdapat di Riau adalah golongan bangsawan yang merupakan
46
masyarakat Bugis banyak yang menetap di kawasan M elayu dan menjadi bagian dari
(g) Kaja. Gelar ini dipergunakan oleh anak-anak wanita seorang datuk.
kelebihan tertentu dalam berbagai bidang sosial dan budaya seperti: kesenian,
dagang, bahasa, agama, dan lainnya. Panggilan itu bisa diucapkan oleh sultan, raja,
tidak lagi dominan dan memberi pengaruh yang luas dalam konteks sosial budaya
besar etnik M elayu adalah menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
ayah maupun ibu, dan masing-masing anak wanita atau pria mendapat hak hukum
adat yang sama. Dengan demikian hal ini termasuk ke dalam sistem parental atau
bilateral.
3
Tingkatan-tingkatan bangsawan Melay u Sumatera Timur ini, diolah daripada penjelasan yang
dikemukakan para narasumber: (1) Tengku Luckman Sinar, (2) Encik Tairani, (3) Datuk Filiansy ah, (4)
Fadlin, (5) Encik Dahlia Abu Kasim Sinar, (6) Wan Saifuddin, dan lain-lainny a. Wawancara dilakukan
selama tahun 2003sampai 2007.
47
Pembagian harta pusaka berdasarkan kepada hukum Islam (syara'), yang
terlebih dahulu mengatur pembagian yang adil terhadap hak syarikat, yaitu harta
yang diperoleh bersama dalam sebuah pernikahan suami-istri. Hak syarikat ini
dilandaskan pada pengertian saham yang sama diberikan dalam usaha hidup, yang
artinya mencakup: (1) suami berusaha dan mencari rezeki di luar rumah; (2) istri
budaya M elayu Sumatera Utara, pertama sekali ditetapkan oleh Sultan Gocah
Pahlawan, pada saat menjadi Wakil Sultan Aceh, Iskandar M uda, di Tanah Deli.
hirarki vertikal adalah dimulai dari sebutan yang tertua sampai yang muda: (1) nini,
(2) datu, (3) oyang (moyang), (4) atok (datuk), (5) ayah (bapak, entu), (6) anak,
(7) cucu, (8) cicit, (9) piut, dan (10) entah-entah. Hirarki horizontal adalah: (1)
saudara satu emak dan ayah, lelaki dan wanita; (2) saudara sekandung, yaitu
saudara seibu, laki-laki atau wanita, lain ayah (ayah tiri); (3) saudara seayah, yaitu
saudara laki-laki atau wanita dari satu ayah lain ibu (emak tiri); (4) saudara sewali,
yaitu ayahnya saling bersaudara; (5) saudara berimpal, yaitu anak dari makcik,
saudara perempuan ayah; (6) saudara dua kali wali, maksudnya atoknya saling
bersaudara; (7) saudara dua kali impal, maksudnya atok lelaki dengan atok
perempuan bersaudara, (8) saudara tiga kali wali, maksudnya moyang laki-lakinya
bersaudara; (9) saudara tiga kali impal, maksudnya moyang laki-laki sama
48
moyang perempuan bersaudara. Demikian seterusnya empat kali wali, lima kali
wali, empat kali impal, dan lima kali impal. Sampai tiga kali impal atau tiga wali
Dalam sistem kekerabatan M elayu Sumatera Utara dikenal tiga jenis impal:
(1) impal larangan, yaitu anak-anak gadis dari makcik kandung, saudara perempuan
ayah. Anak gadis makcik ini tidak boleh kawin dengan pihak lain tanpa
persetujuan dari larangan impalnya. Kalau terjadi, dan impal larangan mengadu
kepada raja, maka orang tua si gadis didenda 10 tail atau 16 ringgit. Sebaliknya jika
si gadis itu cacat atau buruk sekali rupanya, impal larangan wajib mengawininya
untuk menutup malu "si gadis yang tak laku;" (2) impal biasa, yaitu anak laki-laki
dari makcik; (3) impal langgisan, yaitu anak-anak dari emak-emak yang bersaudara.
berikut: (1) ayah, (2) mak (emak, asal katanya mbai); (3) abang (abah); (5) akak
(kakak); (6) uwak, dari kata tua, yaitu saudara ayah atau mak yang lebih tua
umurnya; (7) uda, dari kata muda, yaitu saudara ayah atau mak yang lebih muda
umurnya; (8) uwak ulung, uwak sulung, saudara ayah atau mak yang pertama
baik laki-laki atau perempuan; (9) uwak ngah, uwak tengah, saudara ayah atau
emak yang kedua baik laki-laki atau perempuan; (10) uwak alang atau uwak galang
(benteng), saudara ayah atau mak yang ketiga baik laki-laki atau perempuan; (11)
uwak utih, uwak putih, saudara ayah atau mak yang keempat baik laki-laki atau
perempuan; (12) uwak andak, wak pendek, saudara ayah atau mak yang kelima
baik laki-laki atau perempuan; (13) uwak uda, wak muda, saudara ayah atau mak
yang keenam baik laki-laki atau perempuan; (14) uwak ucu, wak bungsu, saudara
49
ayah atau mak yang ketujuh baik laki-laki atau perempuan; (15) wak ulung cik,
saudara ayah atau mak yang kedelapan baik laki-laki atau perempuan; dilanjutkan ke
uwak ngah cik, uwak alang cik, dan seterusnya. Jika anak yang dimaksud adalah
anak dari andak misalnya, maka panggilan pada nomor 8 sampai 11 tetap uwak, dan
nomor 11 dan seterusnya ke bawah disebut dengan: (1) ayah uda, (2) ayah ucu, (3)
ayah ulung cik, (4) ayah ngah cik, (5) ayah alang cik, dan seterusnya.
mertua, kedua orang tua istri; (2) bisan (besan) sebutan antara orang tua istri
terhadap orang tua sendiri atau sebaliknya; (3) menantu, panggilan kepada suami
atau istrinya anak; (4) ipar, suami saudara perempuan atau istri saudara laki-laki,
demikian juga panggilan pada saudara-saudara mereka; (5) biras, suami atau istri
saudara istri sendiri. M isalnya Ahmad berbiras dengan Hamid, karena istri
Ahmad adalah kakak kandung istri Hamid. Kedua saudara itu dalam keadaan
menantu saudara perempuan dari mertua perempuan; (7) kemun atau anak kemun,
yaitu anak laki-laki atau perempuan dari saudara-saudara kita; (8) bundai, yaitu
panggilan aluran ibu yang bukan orang bangsawan; (9) bap ak, kata asalnya pak,
yang berarti ayah atau entu (artinya suci), dapat juga dipanggil abah; (10) emak,
berasal dari kata mak, yang berarti ibu atau bunda, yang melahirkan kita (embai);
(11) abang, yang berasal dari kata bak atau bah yang artinya saudara tua laki-laki;
(12) kakak, berasal dari kata kak, yang bersaudara tua perempuan; (13) adik, yang
berasal dari kata dik, artinya saudara lelaki atau perempuan yang lebih muda; (14)
empuan, artinya sama dengan istri, tempat asal anak; (15) laki, yaitu suami.
50
2.2.2.7 Kesimpulan tentang Identitas Etnik Melayu
identitas etnik M elayu. Kesimpulan ini hanya bersifat sementara, dan masih harus
didiskusikan dengan para tokoh adat yang ahli dalam masalah M elayu secara
bagaimana Ahmad Setia berada di dalam lingkungan budaya M elayu ini. Identitas
etnik M elayu sebagai berikut: (a) di Singapura menitikberatkan pada ras dan
budayanya; (d) menurut pandangan sebagian besar orang Barat, M elayu itu
adalah ras, orang yang berbahasa M elayu, dan beragama Islam. Istilah M elayu
berasal dari sebuah tempat (sungai dan Kerajaan) di Jambi; (e) berdasarkan
etnik M elayu terbentuk dari proses campuran antar suku bangsa di kawasan
penggolongan strata sosial (bangsawan dan awam), dan sistem kekerabatan yang
khas.
51
Dari kesimpulan di atas, penulis menyimpulkan identitas etnik M elayu
kepada dua pengertian umum. (1) Dalam pengertian M elayu sebagai ras, maka
seluruh ras M elayu (Proto-M elayu dan Deutro-M elayu) dapat menyebut dirinya
sebagai M elayu. (2) Dalam pengertian sebagai orang yang tergolong ke dalam ras
sebagai etnik M elayu dengan tambahan M elayu Betawi atau M elayu M inangkabau.
pengertian seperti kesimpulan nomor (2) di atas, yaitu orang yang tergolong ke
masuknya agama Islam menganut kepercayaan pada pal begu, yaitu takut kepada roh
pesisir Sumatera Timur sebelum masuknya agama Islam adalah pal begu atau
animisme.
semua benda, baik benda mati maupun benda yang hidup (Rizal dkk, 1994:45).
Pemeluk animisme lebih tertarik kepada roh-roh dari benda-benda yang menimbulkan
52
perasaan hormat dan takut dalam diri pemeluknya, seperti laut, gunung, hutan, pohon
kayu besar, dan peristiwa-peristiwa alam misalnya gempa bumi, gunung meletus,
angin badai, petir, dan lain-lain. Selanjutnya menurut Hamid (1991:120) roh-roh
tersebut memiliki kekuatan, dapat makan, dan memiliki usia. Roh juga memiliki
kekuatan dan kehendak, bisa merasa senang maupun marah. Jika roh marah, maka ia
dapat membahayakan hidup manusia. Oleh karena itu, agar roh tidak marah maka
manusia harus memberi makan atau sesajen (atau mengadakan persembahan) dan
mengadakan upacara-upacara khusus untuk roh tersebut guna meminta berkah atau
keselamatan seperti yang terjadi pada masyarakat desa pesisir. Lebih lanjut Husny
(1989:39) mengatakan bahwa pemujaan terhadap arwah atau roh nenek moyang
tersebut serta alam gaib yang lain, dilakukan langsung atau melalui perantara
atau dipercayai memiliki “mana” (tenaga hidup yang tidak berpribadi dan ada pada
Pemeluk animisme percaya bahwa orang yang telah meninggal dunia masih
tetap mempunyai kekuasaan dan kekuatan terhadap manusia yang masih hidup,
dan lain-lain. Oleh sebab itu, arwah nenek moyang harus terus di puja oleh anak
cucunya dengan tujuan agar roh tidak marah sehingga mereka dilindungi dari segala
bencana. Untuk itulah mereka harus terus manjaga hubungan baik dengan para
leluhurnya.
53
Untuk mengontrol eksistensi dan aktivitas roh-roh tersebut, maka dibutuhkan
peran dukun/bomoh/pawang. Dukun atau bomoh dapat mengusir roh yang marah dari
pesakit dan dapat mengupayakan agar roh jangan marah. Dengan demikian orang-
orang atau masyarakat dapat diselamatkan dari bahaya seperti banjir, letusan gunung
berapi, bencana penyakit, atau yang lainnya. Dukun atau bomoh juga memiliki
membungkusnya untuk dijual kepada keluarga yang percaya bahwa orang yang jatuh
sakit di dalam keluarganya adalah karena kehilangan semangat atau roh kehidupan.
M elalui cara itu, kehidupan si pesakit akan kembali dan ia menjadi sembuh. Di
samping itu dukun juga bisa menarik kembali roh-roh agar menempati benda-benda
yang dianggap memiliki “kekuatan atau bertuan” yang di kenal dengan istilah fetish
(tuah atau keramat), seperti batu, tanah kuburan, gigi binatang, patung-patung yang
dibuat khusus untuk itu, senjata tajam, dan lain-lain. Selama roh tersebut diyakini
menghormati, dan menghargai fetish tersebut. Namun, apabila roh tersebut telah
meninggalkan fetish, maka fetish tidak akan berharga lagi dan dapat saja dibuang atau
Husny mengatakan bahwa selain menyembah roh nenek moyang dan fetish,
pemeluk animisme juga mempercayai keberadaan dewa dan jin yang bukan berasal
dari manusia. Adapun dewa dan jin tersebut adalah (1) Dang Empu Hiang, adalah
dewa yang menciptakan dan memelihara seluruh alam dan merupakan dewa yang
paling tinggi kedudukannya, (2) Sang Hiang, adalah dewa atau dewa-dewa yang
berdiam di langit, bumi, gunung rimba, pohon kayu besar, matahari, dan bulan. Selain
54
dewa matahari dan dewa bulan, dewa-dewa yang lain bertugas untuk membantu
pekerjaan Dang Empu Hiang. Dewa-dewa tersebut tidak memiliki kuasa untuk
mengatur sesuatu, tetapi dapat menganggu manusia. Sedangkan dewa matahari dan
dewa bulan adalah dewa-dewa yang bertugas sebagai penghubung segala sesuatu
yang berhubungan dengan Dang Empu Hiang dan memiliki kuasa untuk mengatur
segala sesuatu di dunia. Namun, yang terutama di sembah manusia adalah dewa
air, rimba, kayu, gunung, dan lain-lain) tetapi tidak akan mengganggu kehidupan
manusia kecuali jika manusia melanggar daerah kediaman mereka. Begitu juga
dengan pemeluk animisme tetap menjaga hubungan baik dengan mereka melalui
1. Di dalam alam semesta (kosmos) ini, didiami oleh manusia, hewan, tumbuh-
3. Dewa matahari dan bulan adalah penghubung segala sesuatu yang berhubungan
dengan Dang Empu Hiang dan pengatur segala sesuatu yang terjadi di bumi.
55
5. Dukun /bomoh/pawang dan manusia memuja dewa matahari, dewa-dewa lain,
Kedatangan Islam membawa dampak yang besar dalam strruktur sosial dan
ditandai dengan adanya falsafah masyarakat, yaitu adat yang berlandaskan kepada
melalui hadist-hadist serta perilaku Nabi M uhammad Saw. Atau yang lebih dikenal
dengan falsafah : Adat ber-sendikan syarak (syari’at hukum Islam), syarak ber-
hubungan sesama manusia serta manusia dengan alam (hubungan horizontal atau
56
M enurut Gazalba (1983:51-55), agama Islam yang dianut masyarakat M elayu
kebudayaan dalam bentuk peraturan yang tetap. Aturan tentang kebudayaan adalah
melestarikan alam, menikah, melaksanakan shalat, serta fadhu kifayah, dan lain-lain.
sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh
Allah SWT. M isalnya saja dalam berkesenian, dalam Islam dianjurkan untuk tidak
perintah Allah Swt. Begitu pula dalam berpakaian. Islam telah menetapkan agar umat
Islam memakai pakaian yang menutup segala auratnya sehingga terhindar dari dosa ;
membenarkan penyembahan yang lain kecuali Allah SWT. Hal ini ditegaskan dengan
dua kalimat syahadat apabila seseorang memeluk agama Islam yaitu : Assyhadualla
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah.
Ini berarti bahwa manusia harus tunduk dan menyembah kepada Allah dan bukan
tunduk kepada Alam atau kekuasaan apapun yang ada di muka bumi ini.
57
Setelah masuknya Islam dan dijadikan falsafah hidup oleh masyarakat
ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam juga di kenal konsep alam gaib, yakni percaya
kepada makhluk gaib seperti malaikat, setan, jin, dan lain-lain. Inilah yang akhirnya
dijadikan alasan masyarakat M elayu untuk tetap percaya kepada dunia gaib dan
penggabungan dua ajaran antara kepercayaan dengan agama. Ini masih terus
berlangsung pada masyarakat M elayu desa pesisir, baik dalam aktivitas kesenian
mereka maupun dalam kehidupan sosial budaya mereka. Penggabungan itu terjadi
karena pengaruh kepercayaan animisme begitu kuat melekat dalam diri masyarakat
M elayu secara umum sehingga sulit dihilangkan. Walaupun dalam agama Islam
sangat dilarang untuk menyembah kekuatan dan kekuasaan apapun di bumi selain
kehidupan masyarakat M elayu selama 1200 tahun, yaitu sejak abad I masehi sampai
dengan abad XIII masehi. Ini juga disebabkan ketika pertama kali agama Islam
58
2. 5 Bahasa
bangsa dapat dilihat melalui bahasa yang di gunakan (H. Amir Ridwan, 2002:108).
Sikap dan kebiasaan berbahasa dari suatu kelompok individu merupakan satu
wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui ide, norma dan gagasan. Penutur bahasa
M elayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau homo loques
yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, walaupun pada dasarnya penutur bahasa
mencapai suatu kesamaan mutlak tetap tidak memungkinkan. Karena bahasa M elayu
terbuka untuk bahasa asing melalui kontak bahasa. Sebagai contoh dari bahasa
Belanda, seperti kata dongkrak berasal dari kata dommekracht, bengkel dari winkel,
supir dari chauffeur. Namun demikian, struktur bahasa M elayu tidak berubah
keturunanya.
Dalam bahasa M elayu, ada beberapa pokok mengenai kajian latar belakang,
2. Bahasa M elayu jika dilihat dari sudut pandang falsafah, diklasifikasikan sebagai
bahasa yang memiliki dasar atau akar mitologis (mytological root/descent) yaitu
59
bahasa yang bercirikan bahasa tradisi dan bahasa yang memiliki pesan-pesan
4. Bahasa melayu berfungsi sebagai salah satu penanda utama budaya M elayu
(principal marker) melalui bahasa M elayu dimensi konkrit budaya M elayu dapat
5. Bahasa M elayu dianggap sebagai suatu sistem arbitrer (terdapat hubungan antara
dan internal. Secara eksternal terdapat variasi ujaran pada fonem tertentu, maupun
beda kata untuk makna leksikal yang sama. Contoh : kata alhamdulillah lebih
dibudayakan dari pada terima kasih, dan assalamualaikum lebih dianjurkan dari
(mode of action) dan bahasa M elayu berperan sebagai media penyampaian pesan-
keIslaman.
60
memprioritaskan kesopan-santunan dan seringkali diiringi gerak kinetik (suatu
8. Bahasa juga memiliki makna yang sama seperti bahasa lainnya, Dalam hal
pada peringkat sinonim sejajar dengan kata seperti cantik, menarik dan syur.
“Empuan tu molek” hanya dapat bervariasi dengan cantik dan menarik. Namun
demikian, berbeda konteksnya dengan kata syur karena dalam konteks “Empuan
9. Bahasa M elayu juga memiliki pemahaman tersendiri dari sudut penanda beda
a. Penanda berdasarkan urutan kelahiran (birth order) seperti (u) lung, (te) ngah,
tok ucu (bungsu) sehingga terdapat pembentukan seperti Bah lung, Wak uteh,
c. Penanda berdasarkan bentuk fisik atau warna kulit contoh : Tok tam (atok
d. Penanda berdasarkan nama tempat, baik tempat kelahiran daerah asal, tempat
tinggal sebenarnya dan sebagainya, contoh : Wak simpang (wak dari simpang
tiga).
61
10. Bahasa M elayu memiliki untaian kata, ungkapan, petatah-petitih baik secara lisan
menyampaikan pesan moral dan etika bagi seseorang untuk bermanis budi bahasa,
Dari latar belakang bahasa M elayu di atas, maka dapat dilihat ekspresi bahasa
tersebut di dalam sistem sosial yang menggambarkan psikologis orang M elayu yang
terkait dengan cakupan emosi, estetika, alasan moral, logika dan rasionalisme yang
Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda
dengan suku bangsa yang lainnya. sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup
mereka masing-masing. Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata
nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah
dikenal dengan istilah Rites the passage (Ritus peralihan). Rites de passage adalah
62
dari mulai lahir sampai dengan kehidupan dunia. Setiap peralihan tersebut selalu
disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu
1. Adat Melenggang Perut atau Mandi Tian. Upacara ini dilakukan ketika si ibu
2. Adat Semasa Hamil. Ketika usia kandungan sudah berusia 9 (sembilan) bulan,
dianjurkan agar si ibu memasukkan beras, kelapa 1 (satu) buah, benang merah,
tepak sirih dan secawan air kedalam bakul. Kelapa dibenamkan separuh ke
dalam beras yang ada di bakul dan kelapa tersebut dililitkan benang merah serta
dipasang lilin di atas kelapa tersebut. Kemudian ketika si bayi lahir, urinya
3. Adat Bercukur. Setelah bayi berumur 44 hari, maka diadakan acara cukur
rambut sebanyak lima atau tujuh helai rambut guna menghilangkan “kesialan”
yang mungkin ada dalam diri si bayi, lalu dimandikan dengan air bunga di
campur dengan limau purut. Setelah itu, bayi “ditepungtawari” guna mengusir
63
4. Adat Menjejak Tanah. Ketika bayi berumur tujuh bulan, diadakan upacar a
menjejak (memijak tanah) yang tujuannya agar si bayi terhindar dari gangguan
hantu dan setan. Dalam upacara ini kaki si bayi “dicecahkan” atau dipijakkan
kedalam piring-piring kecil yang berisi padi, beras kunyit, tanah, dan lain-lain.
Setelah itu barulah kaki si bayi dijejakkan diatas tanah yang berada di depan
rumah.
5. Adat Berendoi atau Mengayun anak. Upacara ini biasa dilakukan ketika si bayi
berumur satu tahun. Dalam upacara ini si bayi dinyanyi-nyanyikan lagu- lagu
agar si anak menjadi anak yang pandai dan berguna bagi orang tuanya.
6. Adat Bertindik. Jika si bayi adalah wanita, maka akan diadatkan adat bertindik.
Dalam hal ini, tidak ada batasan umur pada umur ke berapa si anak akan d i
tindik.
7. Adat Khitanan. Jika si bayi berjenis kelamin laki-laki, maka diadakan upacara
adat khitanan atau sunat rasul. Dalam hal ini juga tidak ada batasan umur bagi si
8. Upacara Perkawinan dan Kematian. Apabila seorang anak sudah dewasa atau
akil baligh, maka si anak wajib untuk menikah atau kawin. Upacara perkawinan
M elayu sangat banyak prosesnya, mulai dari “merisik” sampai dengan naik
pelaminan dan mandi berdimbar. Begitu pula apabila seseorang itu meninggal
dunia, maka seluruh sanak famili, anak dan cucu, akan mengadakan upacara
untuk yang meninggal dunia seperti mengadakan kenduri, meniga (tiga) hari,
menujuh (tujuh) hari, empat puluh hari, seratus hari dan seribu hari.
64
2. 7 Kesenian Musik Melayu
M usik mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi setiap manusia. Tiada
seseorang yang dapat menghindarkan dirinya terhadap pengaruh musik. Begitu juga
M elayu sendiri. M usik tidak hanya sekedar kreasi artistik, tidak juga sekedar untuk
hiburan atau bersantai, tetapi musik itu juga bersatu dengan berbagai aspek
aktivitas perekonomian suku bangsa itu. Seperti halnya dengan bahasa, maka musik
juga adalah alat komunikasi sosial dan sebagai media, ia memainkan peranan penting
M asyarakat M elayu sejak zaman dahulu telah mencipta musik bagi kalangan
mereka. Bahkan musik tradisi M elayu telah memainkan peranan yang sangat penting
corak budaya masyarakat budaya M elayu dan merupakan hasil kreativitas dari
65
2. 6. 1. Musik Tradisi Warisan Istana
Pertama mereka yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi yang disebut sebagai
tradisi yang tinggi (great tradition), yang kedua adalah masyarakat tradisi rendah
(little tradition). Dalam masyarakat tradisi tinggi, taraf kehidupan anggotanya lebih
tinggi. M ereka merupakan golongan yang menguasai bidang politik dan hidup dalam
kemewahan.
kelompok musik. Bahkan dalam kegiatan kesehariannya telah diadakan latihan secara
teratur dan dianjurkan untuk terus mengembangkan kesenian tradisi musik guna
menghibur keluarga bangsawan. Salah satu kesenian musik tradisi yang sangat
terkenal dan dihormati oleh kaum bangsawan ini adalah musik penobatan raja, yang
dikenal dengan istilah Musik Nobat Raja. Alat musik yang digunakan adalah nafiri
dan serunai. Peranan musik ini adalah untuk mengesahkan kedudukan sosial
natural power) dan apabila mendengar suara musik ini, maka seluruh rakyat
M usik tardisi rakyat adalah segala jenis musik yang berkembang pada
masyarakat kelas bawah. Pada golongan ini rebana merupakan alat musik yang paling
akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alat musik ini berasal dari kebudayaan
66
Islam dan merupakan hadist Nabi M uhammad untuk menggunakan alat musik ini
dalam bermusik.
yang belum mendapat pengaruh barat (seperti bass. Biola, gitar, piano, akordion, dan
lain-lain), tetapi musik yang masih memakai alat-alat musik yang biasa ditemukan di
M usik tradisi M elayu tidak diwariskan dalam bentuk notasi seperti pada
musik Barat. Tetapi diwariskan secara informal, jadi tergabung di dalam oral
bimbingan yang anggota-anggota yang tua-tua. Pimpinan suatu ensambel atau juga
“conductor”-nya sering memainkan salah satu alat musik yang penting untuk
gendang ataupun rebab. Jika ada dua conductor, yang satu biasanya pimpinan untuk
tempo atau dynamic leader dan yang lainnya sebagai melodic leader.
67
semireligius. Ketika suatu kelompok menyanyikan lagu dan syair yang memuji Allah
SWT atau nabi M uhammad SAW, maka kelompok musik lain akan berhenti sejen ak.
Jadi, di dalam kesenian musik tradisi M elayu ada musik yang bersifat sosial dan ada
kedalam musik modern, yaitu musik yang mempergunakan alat musik Barat (seperti
biola, bas, gitar, piano, akordion dan lain-lain), meskipun lagunya “M elayu Asli” dan
begitu juga tari yang mengiringinya. Permainan dengan memakai alat-alat tradisional
M elayu bisa dimainkan berdampingan dengan alat musik yang berasal dari Barat.
M isalnya: alat musik gong dan gendang dimainkan berdampingan dengan alat musik
biola yang mengantikan musik rebab, dan menggunakan akordion ketika mengiringi
tari-tarian.
memainkan alat musik akordion. Selain itu ia juga dapat bermain gendang M elayu,
gong, menari, menyanyi, berpantun dan juga membuat alat musik gendang. Ahmad
Setia bukan hanya milik masyarakat M elayu M edan, tetapi ia juga milik masyarakat
Secara budaya Ahmad Setia dilahirkan dari wilayah budaya M elayu Serdang,
hidup sejak kecil di sana, dan kemudian setelah dewasa bermusik di M edan pada
tahun 1959, dan melakukan pertunjukan sampai ke daerah Riau tahun 1962.
68
berkesenian di samping bekerja sebagai juru ketik di kantor Gubernur Jambi, sebagai
petani, kuli bangunan dan juga kuli kernet angkutan. Semua kawasan tempat ia
dan di sini ia juga aktif sebagai seniman M elayu, khususnya sebagai pemain
akordion.
Yang menarik secara etnisitas kedua orang tuanya adalah beretnik Banjar
(Kalimantan), namun menurutnya ia lebih kental sebagai orang M elayu. Selain itu
budaya M elayu pun menerima secara terbuka etnik lain untuk menjadi orang M elayu,
dan ini dialaminya tana pernah ada masalah. Bahkan ia dianggap sebagai ikon
pemain akordion terbaik di kawasan Sumatera Utara dan Dunia M elayu. Ia juga
Setia juga dianggap sebagi seniman M elayu yang telah melanglangbuana ke seantero
Darussalam, Singapura, dan lainnya. Dengan demikian dalam konteks Dunia M elayu
dan Sumatera Utara ia menjadi bahagian yang terpenting dalam kesenian M elayu.
Latar belakang etnografis dan kehidupannya seperti tersebut di atas diresapinya dan
69
BAB III
BIOGRAFI
pertama dari pasangan Hasan Luji dan Kama binti Janang. Ayahnya berasal dari
suku M elayu Kalimantan (Banjar). Sewaktu ia kecil, ketika berumur 8 bulan, ayah
dan ibunya bercerai dan ia di pelihara oleh kakak dari ayahnya, sedangkan ibunya
pergi meninggalkannya merantau ke Jambi. Pada saat itu pekerjaan ayahnya adalah
seorang pemain biola yang sering dipakai sebagai pemusik di Istana Serdang di
Ayah Ahmad setia pernah 3 kali menikah. Istri yang pertama, penulis tidak
mendapatkan informasi mengenai namanya karena Ahmad sendiri sudah lupa. Dari
istri pertamanya tersebut, ayahnya memiliki seorang anak yang bernama Hasan
Sentosa. Istri yang kedua adalah ibu dari Ahmad Setia sendiri yang bernama Kama
binti Janang yang juga menghadirkan seorang anak lelaki yang bernama Ahmad
Setia. Kemudian istri yang ketiga yaitu M aisyarah dan memiliki sepuluh orang anak
Ibu Ahmad Setia juga pernah 3 kali menikah. Suami yang pertama bernama
Datuk Anggah yang berasal dari Tanjung Balai Asahan yang dikaruniai dua orang
anak yaitu 1. Datuk M uda Yuhanan (almarhum), dan 2. Asnah (almarhum). Suami
70
kedua adalah ayah Ahmad Setia sendiri yaitu Hasan Luji. Dan suami ketiga adalah
Husin yang dikaruniai seorang anak yang bernama Zainal Abidin. Olah karena itu,
Joged Modern dan melakukan pertunjukan keliling ke daerah Riau. Saat itu ia
bertemu dengan ibunya di desa Dendang, Jambi. Sekitar tahun 1966, saat ia hendak
untuk dijadikan istri. Hal itu merupakan taktik dari ibunya agar tidak berpisah lagi
dengan Ahmad Setia. Hingga tawaran tersebut diterima oleh Ahmad Setia. Ia
dinikahkan dengan seorang perempuan yang bernama Nursiah binti hasan yang pada
saat itu masih berusia 14 tahun. M enurut orang disana, seorang perempuan harus
cepat menikah, karena adanya pendapat masyarakat yang mengatakan jika seorang
wanita lama menikah, berarti tidak laku. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
seorang anak yang di beri nama M ardiana Astia. Akan tetapi diusianya yang ketiga
tahun, M ardiana meninggal dunia karena sakit. Kemudian tahun 1970, ia dikaruniai
71
seorang anak yang di beri nama Zainuddin astia. Kemudian pada tahun 1972 ketika
Ahmad Setia dan keluarganya pindah ke M edan, ia dikruniai sepasang bayi kembar
perempuan yang diberi nama Ramayana Astia dan Ramayani Astia. Selanjutnya pada
tahun 1976, ia kembali dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Zaini
Astia, dan yang terakhir pada tahun 1984, ia juga dikaruniai seorang anak laki-laki
yang diberi nama Zailani Astia. Ternyata, dibalik pemberian nama dari anaknya
tersebut, Ahmad Setia memiliki cara yang unik. Disemua nama anak lelakinya ia
memberikan awalan dengan huruf yang sama yaitu “Z”. maksud dari pemberian
nama tersebut adalah karena nama Ahmad Setia dimulai dengan huruf “A”, maka ia
ingin menutupnya dengan huruf “Z” yaitu ejaan terakhir dari huruf-huruf alfabet.
identitas yang diambil dari singkatan namanya. Saat ini Ahmad Setia memiliki 4
(empat) orang cucu yaitu 1. Rizki (6 tahun), 2. Rizka (5 tahun), 3. Pratama Wan
Abdullah (1 tahun), dan 4. Putri Adilla (balita). Rizki dan Riska adalah anak dari
Zainuddin Astia. Pratama Wan Abdullah anak dari Ramayani Astia. Putri Adilla
adalah anak dari Zaini Astia. Dari kelima anaknya tersebut, hanya satu yang belum
menikah yaitu Zailani Astia (23 tahun). Ketika Ahmad Setia M asih M uda, ia sangat
terkena, sehingga tidak jarang banyak wanita yang menyukainya, meskipun demikian
tidak membuat Ahmad Setia menjadi seorang pemuda yang suka menjalin hubungan
dengan semua wanita yang menyukainya. Ahmad Setia pernah punya pacar yang
bernama Halimatussadiah, dan ada juga yang pernah suka pada Ahmad Setia yaitu
Wati.
72
Di mata anak-anaknya, Ahmad Setia merupakan sosok yang sangat
saja, meski harus menarik becak maupun menjadi buruh bangunan jika tidak ada
pekerjaannya dalam bermusik. Bahkan istrinya rela untuk menjual perhiasannya yang
berupa kalung emas untuk membeli akordion Ahmad Setia yang pertama yaitu
ocehan dan gosip-gosip yang mengatakan bahwa ia beristri dua. Ada juga yang
wanita yang selalu datang mengendarai mobil mewah. M enurut anaknya Rahmayani
Astia (33 tahun) mengatakan, dulu pernah ada seorang wanita datang akan tetapi
tidak sampai kerumah mereka dan mengaku sebagai istri dari Ahmad Setia sambil
membawa seorang anak kecil yang juga diakuinya bahwa anak tersebut adalah anak
dari Ahmad Setia, wanita itu berasal dari Belawan yang mana pada saat itu Ahmad
Setia pernah bekerja sebagai pemusik pada sebuah cafe. Akan tetapi kedatangan
wanita itu dihalangi oleh teman terdekat Ahmad Setia yang bernama Buyung
sehingga tidak sampai kerumahnya. M eskipun berita tersebut diketahui oleh istri
Ahmad Setia, hal tersebut tidak membuat istrinya terpengaruh bahkan tidak
menghiraukannya sama sekali. M enurut Ahmad Setia, istrinya tersebut sangat sabar
menghadapi dirinya, dan istrinya selalu memegang prinsip yang selalu disampaikan
73
kepada semua teman-teman Ahmad Setia yaitu : ”kalau di luar rumah, suami saya
milik siapa saja, tetapi kalau di rumah ini, dia tetap milik saya”.
Akan tetapi, pada usia pernikahannya yang ke- 41, Ahmad Setia harus
kehilangan istri yang disayanginya yaitu Nursiah binti Hasan. Istrinya meninggal
pada tanggal 22 maret 2007 yang lalu. Itu merupakan cobaan yang sangat berat bagi
Ahmad setia, dan sampai saat ini belum ada terlintas dibenaknya untuk menikah lagi,
karena ia takut, jika ia menikah lagi, tidak akan ada lagi wanita yang sabar
di sekolah rakyat Perbaungan. Saat itu ia sedang berusia 10 tahun. Akan tetapi ia
tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena harus pindah ke M edan. Pada saat itu
terjadi masa pergolakan setelah Indonesia merdeka dan Belanda ingin merebut
mendapatkan informasi apa nama dari sekolahnya tersebut karena Ahmad Setia
sendiri sudah lupa dan sekarang ini sekolah tersebut sudah tidak ada lagi. Untuk
bahasa Inggris program TAPDA (book houding) dan kursus mengetik. Sedangkan
74
3.3 Latar Belakang Pekerjaan.
Sampai saat ini pekerjaan tetap dari seorang Ahmad Setia adalah
seorang seniman. Ia bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai pemain akordion dan
dan seni pahat yaitu sebagai pembuat gendang. Orang- orang disekelilingnya biasa
memanggilnya dengan sebutan pak Ahmad kidal, karena setiap kali bermain
akordion, ia menekan tuts akordion dengan jari tangannya yang sebelah kiri.
bersama grup Hitam M anis pimpinan Datuk M uhammad Nur dan melakukan
perjalanannya pertama kali ke luar kota M edan yaitu ke daerah Sigambal, Rantau
prapat.
Pada tahun 1962, bergabung bersama grup Joget M odern yang dulu
berada di jalan di jalan bintang (sekarang sudah tidak ada lagi) ikut pada pertunjukan
keliling joget modern yang dimulai dari Padang Sidempuan, kearah Sumatera Barat
yaitu yaitu Kecamatan Rao, Tapus, Panti, Pekan baru, Dumai, Pulau Rupad Rengat,
Enok, Sampai ke Tembilahan, dan Indera Giri seperti yang dikatakan Ahmad setia
sebagai berikut :
75
tujuh orang. Jadi sehabis kami izin, dari Buterpra Dumai, kami nyeberang ke
Pulau Rupad di Batu Panjang dengan perjalanan kurang lebih satu jam naik
boat. Di Pulau Rupad karena disana masyarakatnya sedikit sekali, sehingga
kami hanya dua malam di situ. Kami terus menuju Teluk Kuantan. Di Teluk
Kuntan itu ada pasar M alam sampai 40 malam lamanya dengan banyak atraksi
lain selain joget. Kami tampil setiap malam. Habis 40 malam kami pindah ke
Kecamatan Basrah, kami tampil lagi 40 malam, baru kami balik lagi ke Teluk
kuantan. Satu malam kami di sana, terus lanjut kami ke Rengat, naik kapal
motor ke arah hilirnya itu ada namanya kecamatan Sungai Salak, sampai
seminggu, habis itu kami balik lagi ke hilir sampai ke Tembilahan. Sampai di
Tembilahan kami bermain lagi sampai sepuluh malam. Sehabisnya di
tembilahan, kami balik lagi ke Rengat, di Rengat itu ada pasar malam lagi.
Pada waktu itu di Riau, pasar malam itu bersambung-sinambung, pindah
pindah tempat. Di Rengat sampai satu bulan lebih. Kebetulan pada waktu itu
akan kedatangan presiden Soekarno. Bagaimana lah ya, pada waktu itu antara
kepolisian dan angkatan darat ada kontras, mereka masing-masing
mengangkat senjata, akhirnya tidak jadi main, presidennyapun tak jadi
datang”.
Sedangkan Ahmad Setia pergi ke Jambi untuk mencari ibunya. Disana ia ditawari
kerja sebagai Juru Ketik di kantor Gubernur Jambi urusan Otonomi Daerah kota
Telanai Pura, Jambi yang dipimpin oleh Bapak M . Ahmad Syah yang berasal dari
Kuala Namo, Sumatera Utara. Pada saat itu gaji yang diterimanya adalah Rp. 800 per
bulan, gaji yang diterimanya benar-benar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dijual. Karena merasa tidak puas dengan gaji yang didapatkan, ia mencoba untuk
bercocok tanam di desa Dendang tempat orang tuanya tinggal yaitu menanam padi.
Ternyata hasilnya tetap tidak memuaskan karena hasil yang di dapat tidak lebih dari
sekarung beras. Lalu ia memutuskan untuk bekerja di kota Jambi yaitu sebagai kuli
atau buruh toko grosir, menjadi kernet angkutan , dan juga kuli bangunan.
76
Sekitar tahun 1972, ia kembali ke M edan. Akan tetapi teman bermusiknya
sudah tidak peduli lagi dengannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia kembali
rumah, merehap rumah, dan membuat model rumah. Dari hasil pekerjaannya tersebut
ia mampu membangun rumahnya sendiri yang sampai saat ini masih dihuninya.
Ahmad Setia juga pernah bekerja sebagai penarik becak selama enam bulan ketika
tidak mendapatkan proyek bangunan. Berikut pernyataan dari Ahmad setia saat
Tahun 1975, ia bertemu lagi dengan para pemusik lama yang kemudian
mengajaknya bergabung dengan HSBM Dara M elati (Himpunan seni Budaya M elayu
dimulai kembali. Ahmad Setia kembali menjadi pemain akordion yang kemudian
membawanya untuk tampil di Lhokseumaweh, Aceh. Akan tetapi jika tidak ada
Ahmad Setia juga memiliki latar belakang pekerjaan lain yang pernah
77
Tanjung M orawa. Di sekolah tersebut, ia mempunyai dua orang musik yang sudah
berhasil mampu bermain akordion dengan baik yaitu Erwansyah yang sekarang
bekerja di kantor Pemerintah Kota M edan, dan juga Kudri yang sekarang bekerja di
Sekarang ini, tawaran yang datang untuk meminta Ahmad setia tampil
orang penting, festival tari serampang duabelas, penyambutan turis, upacara hari
besar adat M elayu, peresmian perusahaan dan lain sebagainya. Ahmad Setia masih
tetap diminta dan sangat dibutuhkan untuk tampil bermain akordion meski usianya
sudah tua.
Ahmad Setia memulai karirnya sebagai pemusik dimulai sejak tahun 1959.
sebenarnya Ahmad Setia tidak pernah belajar khusus mengenai materi musik. Jiwa
78
selama semalam suntuk. M elihat tingkah mereka menyanyi, menari, mengebeng
membuat ia tertarik dan menimbulkan keinginan dalam dirinya untuk mengikuti jejak
para peronggeng. Selain itu, ayahnya juga dulu seorang pemain biola, dan ibunya
adalah seorang penari, dan mungkin saja hal tersebut disebabkan oleh faktor
musik.
belajar akordion dari seorang temannya yang juga pemain akordion handal pada saat
itu yaitu Almarhum Datuk M uhammad Nur. Selama bergabung dengan beliau Ahmad
Setia sering diajak mendampingi beliau setiap kali mengisi acara-acara adat M elayu
bersama grup Orkes Hitam M anis yang juga merupakan grup pertama Ahmad Setia
bergabung dan tampil di RRI Nusantara III M edan yang sekarang ini telah menjadi
RRI Nusantara I M edan. Lagu yang pertama kali dipelajari Ahmad Setia ketika
belajar akordion adalah lagu Demam Puyun. Penampilan perdananya adalah ketika ia
M erdeka M edan. Ia diminta oleh seorang pemain Gendang yang sedang tampil pada
saat itu yang bernama Karim yang juga seorang pelawak untuk naik ke atas pentas.
Sebenarnya pada saat itu ia berniat untuk menonton pertunjukannya saja akan tetapi
si pemusik tadi tetap memaksa, hingga akhirnya tawaran itu diterima oleh Ahmad
Setia. Dan ternyata sampai acara selesai ia tetap diminta sebagai pemain pengganti.
Lagu pertama yang dibawakannya pada saat itu adalah lagu Cek Minah Sayang. Hal
ini sesuai dengan yang dijelaskan Ahmad Setia seperti di bawah ini :
79
“antara tahun 1959 sampai 1960an, ada pasar malam di Lapangan
M erdeka M edan. M ula-mula saya itu asyik menonton ronggeng, oleh
penabuh gendangnya kenal sama saya, dan tau bahwa saya bisa main
akordion, dan bisa main gendang, jadi saya dusuruh naik, “mad naek mad,
naek kau ke panggung” katanya, lalu saya bilang, “ah, tak usahlah, aku
mau nengok saja”, “enggak, kau macam manapun, kau mesti naek”
katanya. Dengan gagahnyalah, jadi saya naik, ” ni akordion, kau
maenkan!” katanya, yah saya maenkanlah, tau-tau sampai acara selesai,
saya tetap yang main akordionnya. Lagu yang pertama sekali saya bawa
itu judulnya cek minah sayang”.
Lagu yang paling sering dibawakan oleh Ahmad Setia adalah lagu dari tarian
sembilan wajib yang biasa digunakan untuk mengiringi tari seperti : kuala deli,
makan sirih, mak inang pulau kampai, hitam manis, tanjung katung, cek minah
sayang, pulau sari, serampang duabelas, dan zapin yaitu zapin kasih dan budi.
80
Sekitar tahun 1976 Ahmad Setia mulai membeli akordion dari seorang
Satimiosofrani 48 bass buatan Italia, akan tetapi sekarang sudah dijual, dan yang
sekarang tersisa di rumahnya adalah merek Hohner 72 bass buatan Jerman dan merek
ronggeng Melayu dan joged modern. Ketika penulis melakukan wawancara Ahmad
Setia sempat menjelaskan klasifikasi dari ketiga bentuk kesenian tersebut. Orkes
merupakan suatu bentuk kesenian yang didalamnya terdiri dari pemain musik dan
penyanyi tanpa ada penari. Ronggeng adalah merupakan satu bentuk kesenian
didalamnya terdiri dari pemusik yang menyajikan musik dan tarian tanpa ada
penyanyi. Sedangkan Joget M odern adalah suatu bentuk kesenian yang menyajikan
81
musik dengan bantuan alat musik modern seperti saxsofon, drum, gendang, mambo
dan penari akan tetapi tidak ada penyanyi, atau dengan kata lain disebut juga menari
Tahun 1977, Ahmad setia bersama Grup HSBM (Himpunan Seni Budaya
selama dua sampai tiga hari. Setelah kembali ke M edan, mereka terundang lagi ke
Kedah untuk menampilkan tari-tarian M elayu seperti cek minah sayang, mak inang
pulau kampai, dan serampang dua belas. Demikian pernyataan dari Ahmad Setia :
”saya pertama sekali tampil di luar negeri itu pada tahun 1977,
tanggal 12 sampai 27 Februari ke Kedah, tapi tidak langung ke Kedah.
Kami ke Penang dulu, lalu dari penang, kami dibawa pakai kendaraan
kerajaan Kedah untuk mengadakan pesta di sana, di sana itu pestanya
seperti acara-acara di M edan Fair ini. Sepulang dari sana, mulailah
berkembang seni bapak ini. Jadi, kalau ada grup-grup tari yang kecil-kecil
di M edan ini yang mengundang bapak selaku pemain akordion, bapak
bantu, di mana waktu itu bapak seperti joker, kalau ada grup yang perlu,
Bapak bantu itu semua. Termasuk Sri Indera Ratu Istana M aimun
pimpinan almarhumah Tengku sitta Saritsyah dan grup-grup lainnya”.
(Gambar 3 : 23 mei 1976, Marati Bowl, Taman Ria Medan, pada acara Malam
Kemenangan Putri Medan Fair)
82
Kelebihan Ahmad Setia dari pemain akordion lainnya dapat dilihat
darikeunikannya menekan tuts akordion dengan menggunakan tangan kiri atau kidal
ensiklopedi musik M elayu karena ia bisa membedakan mana musik melayu yang
benar dan mana yang salah misalnya : pada bagian intro lagu dimainkan, ia langsung
Permainannya juga sangat mirip dengan Bapak Tengku Ahmad Dahlan Siregar yaitu
selalu ditutup dengan nada-nada minor sehingga memberikan kesan tempo semakin
melambat, padahal temponya tidak diperlambat hal itulah yang membuat Ahmad
Setia menjadi sesuatu yang kuat dan dipilih orang menjadi panutan (sumber; Fadlin,
14 Agustus 2007).
Tahun 1994, ia mendapat perhatian dari walikota M edan yang dipimpin oleh
bersama rombongan Ria Grup pimpinan Drs. Monang Butar-butar. Ketika pulang dari
Jepang, mereka diberikan uang saku tambahan oleh istri Walikota Bachtiar Jafar
83
Tahun 2000, saat bergabung bersama Lia Grup, pimpinan ibu Hajjah Ncek
Dahlia Kasyim Sinar. Ahmad Setia beserta rombongan grupnya mendapat tawaran
M elayu dengan baik, bahkan ia mampu bernyanyi sambil bermain akordion, bisa
dikatakan tidak ada satu pun lagu M elayu yang tidak disukainya.
Ahmad Setia juga pandai berpantun. Sekitar Juni 2003, ketika ia melakukan
menantang penyanyi terkenal asal M alaysia yaitu Noor Anizah Idris untuk berbalas
pantun pada lagu Dondang Sayang. Pantun yang menjadi andalannya pada saat itu
84
Kalau tidak karena bulan
Tidak bintang meninggi hari
Kalau tidak karena tuan…dondang sayang
Tidak saya sampai kemari
Ahmad Setia. Kemudian Ahmad Setia mendapatkan hadiah berupa bingkisan dari
penyanyi tersebut. Selain itu, ada beberapa pantun yang biasa digunakan Ahmad Setia
Ahmad Setia juga pandai menari. Sekitar tahun 1961 ia belajar menari dari M .
Saini yaitu seorang pemenang sayembara tari serampang duabelas. Tarian yang
pertama kali dipelajarinya adalah tarian kuala deli. Sebenarnya, hampir semua tarian
M elayu mampu ditarikan oleh Ahmad Setia seperti : silat, kuala deli, mak inang
85
pulau kampai, tanjung katung, hitam manis, mak inang lenggang, sri langkat
(akarnya dari ronggeng) dan serampang duabelas. Yang mana dalam istilah bahasa
Ada juga tarian yang pernah dipelajarinya tetapi ia sudah lupa yaitu tarian
mak inang pak malau, cek minah sayang dan tarian ampang nagari (tarian berasal
dari M andailing Natal, kecamatan Natal Pantai Barat). Bentuk tariannya seperti tarian
M inang tetapi lebih condong mengarah ke M elayu. Akan tetapi sejak tahun 1960
setelah menjadi pemain akordion, Ahmad Setia tidak pernah menari lagi. perjalanan
terakhir sebagai penari adalah tanggal 17 M ei 1983 yaitu pada acara Festival Film
Indonesia (FFI). Saat itu ia tidak lagi menjadi penari, akan tetapi karena pada saat itu
tidak ada penari, maka Bapak Pembina acara meminta Ahmad Setia untuk tampil
sebagai penari.
86
Berkat kepandaiannya menari khususnya tari serampang duabelas membuat ia
semakin hebat dan menguasai benar musik yang dibawakannya ketika mengiringi
tarian tersebut dengan menggunakan akordion. Jadi apabila terjadi kesalahan pada
tersebut seakan tidak terlihat dan penarinya pun merasa tidak dipermalukan meski
telah membuat kesalahan. Hal itu pulalah yang membuat ia begitu istimewa
dibandingkan pemusik lainnya dan masih sangat dibutuhkan untuk menjadi pemusik
dengan ketika belajar akordion yaitu sejak tahun 1959 dan untuk pertama kalinya
Ahmad setia tampil sebagai pemain gendang di luar kota yaitu di Sigambal, Rantau
87
Kemudian pada tahun 1962 ia ikut pertunjukan keliling ke daerah Riau
bersama grup Joget M odern. Sejak tahun 1975, ia tidak pernah lagi menjadi pemain
Dan yang terakhir keahlian dari Ahmad Setia adalah membuat gendang.
Dalam membuat gendang Ahmad setia belajar sendiri. Karena sudah terbiasa bekerja
sebagai kuli bangunan, iapun menjadi mudah untuk mendesain gendang M elayu.
Keahliannya ini ditekuninya sejak 1977 sampai sekarang. Dan untuk pertama kalinya
ia berhasil membuat 2 buah gendang yang terbuat dari batang kayu kelapa yang mana
kedua gendang buatannya tersebut untuk dijual. Gendang tersebut dibeli oleh seorang
88
Profesor Latief Abu Bakar dari UM (University M alaya). Ia menjualnya dengan
Bahan yang digunakan untuk membuat gendang adalah batang kayu mahoni
atau batang rambutan, kulit kambing, cat, dempul, dan kain untuk dibuat sebagai tas
melakukannya melalui 3 kali proses yaitu yang pertama proses pengeringan, kedua
dempul dan yang ketiga pembuatan ornamen. Pertama sekali kayu yang sudah
dibentuk dijemur selama 20 hari kemudian didempul dan keesokan harinya sudah
bisa diberi ornamen, sedangkan proses pengeringan kulit dilakukan selama satu hari
saja yang kemudian masuk pada tahap proses mengikat kulit gendang dengan rotan.
Bahan kayu yang digunakan untuk membuat gendang dipesan dari Klumpan,
Adapun ciri khas lambang ornamen gendang buatan Ahmad Setia adalah
sebagai berikut :
89
Setelah gendang sudah jadi, ia menjahit kain baldu yang sudah diukurnya
untuk dijadikan tas tempat gendang. Uniknya, dalam menjahit tas tempat gendang ia
menjahit dengan tangannya sendiri, berkat kemampuannya, Ahmad setia tidak perlu
menggaji pekerja khusus untuk menjahit tas gendang tersebut. Dalam waktu
seminggu ia mampu mengikat enam buah gendang dan siap untuk dipasarkan. Proses
pemasaran dilakukan dari mulut ke mulut. Sekitar tahun 2000 ia mendapat pesanan
sepuluh buah gendang dari UM (University M alaya). Sejak saat itu setiap kali keluar
Pernah juga ia mendapat pesanan dari Tengku Rinaldi, pembeli dari Kuala Lumpur
setiap dua bulan sekali mas ing-masing sepuluh buah gendang, dan sudah tiga kali
memesan sejak tahun 2004. Kemudian ia pernah juga mendapat pesanan dari
Departemen Pariwisata Pekan Baru Riau sebanyak dua buah. Syah Rizal pembeli asal
Pekan Baru memesan sebanyak sepuluh buah dan sampai saat ini Ahmad Setia masih
aktif membuat gendang karena pesanan semakin banyak. Akan tetapi ia baru mulai
Harga untuk satu buah gendang jika di jual di M edan adalah sekitar Rp.
gendangnya ke luar negeri, ada yang mau membeli gendangnya seharga RM 320 (jika
90
3. 5. Pengalaman Bermusik Ahmad Setia
sejak tahun 1959. Selama bermain musik, Ahmad Setia sering diminta oleh beberapa
sanggar untuk bergabung, baik sebagai pemain tetap maupun hanya sekali bergabung
d. Tahun 1982 bergabung bersama grup band Dara Escape pimpinan ibu Rolan
bergabung hanya sekali, yaitu khusus pada acara Festival Film Indonesia
(FFI) M edan.
f. Tahun 1984 bergabung bersama Sri Indera Ratu Istana M aimun, p impinan
h. Tahun 1995 bergabung bersama Ria A gung Pimpinan Drs. M onang Butar-
i. Tahun 1995 bergabung bersama Sinar Budaya Grup (SBG) pimpinan Tengku
Lukman Sinar.
91
k. Bergabung bersama grup yang terletak di kota M aksum.
M edan) pimpinan Drs. Fadhlin. Pada tahun 2005 tampil pada acara Pesta
n. Saat ini juga bergabung bersama sanggar Sri Deli pimpinan Syahrul Irwan
Banyak kisah perjalanan musik dari Ahmad Setia yang tidak sempat di
beberapa data yang jelas mengenai perjalanan musik Ahmad Setia hingga sampai
M edan.
4. 12-27 Februari 1977 : Pertama sekali tampil ke luar negeri yaitu kedah
M alaysia.
92
5. 31 Desember 1977 : Sebagai pemain akordion pengiring tari serampang
Pulau Pinang.
M edan.
Sumatera Utara.
10. tahun 1981 : Tour ke sabah dan serawak, negara M alaysia bagian
93
14. 21 M ei 1983 : Sebagai penari pada acara Festival Film Indonesia
Barisan).
15. 1-3 juni 1983 : Sebagai pemain akordion pada acara Pesta Budaya
Sumatera Utara.
Hasyim.
M edan.
Brastagi.
22. 14-15 juli 1994 : M engiringi tari serampang duabelas tingkat anak-
anak di M edan.
94
23. 5 November 1994 : Di tunjuk oleh walikota Bachtiar Jafar tampil di
MABM I.
25. 26 November 1996 : Tampil pada acara Pagelaran Apresiatif M usik dan
Budaya medan.
Sinar.
27. 29 Desember 1997 : Tampil pada acara Temu Ramah M enteri Dalam
M edan.
95
33. _ November 2000 : tampil pada acara PESTA Tapak Pulau pinang,
M alaysia.
34. 12 April 2001 : Turut serta pada acara pagelaran dan lomba kesenian
38. 4-9 September 2002 : sebagai pengiring Festival Seni Tari M elayu,
Palembang.
39. 2 Okt- 2 Nov 2002 : Perjalanan ke Kuala Lumpur pimpinan sinar budaya
40. 9-16 April 2003 : Perjalanan ke M alaka pada acara gendang Nusantara
VI, M alaysia.
41. 8-14 juni 2003 : Perjalanan ke Negeri Sembilan pada acara Karnival
42. 10-18 April 2005 : Perjalanan ke M alaka pada acara Pesta Gendang
Nusantara VIII.
96
Sebenarnya perjalanan musik Ahmad Setia sudah sangat banyak sekali. Akan
tetapi karena Ahmad Setia tidak ingat dan sudah banyak lupa, maka yang dapat
Pendapatan rata-rata Ahmad setia sekali tampil bermain akordion adalah Rp.
150.000. Saat pertama kali ikut tampil bersama grup Joget Modern, pada tahun 1961
gaji pertama yang pernah didapatnya berjumlah Rp. 300 per sekali tampil. M enurut
Ahmad setia Rp. 300 saat itu bisa membeli selembar baju dan jumlahnya sama
dengan RP. 20.000 sekarang. Itu merupakan gaji terkerkecil yang pernah di dapatnya.
Sedangkan gaji terbesar yang pernah didapatnya adalah pada tahun 2005 sejumlah
Rp. 4.400.000,-. Ahmad Setia di minta oleh Dinas Pariwisata Rokan Hulu Riau untuk
mengajarkan materi tentang kesenian M elayu dan mengajar langgam vokal M elayu
pada lagu mak inang pulau kampai, tanjung katung dan zapin kasih dan budi.
mencapai Rp. 1.200.000 per bulan dari bermain akordion. Akan tetapi apabila ia
mendapatkan “job” atau pesanan dan dipercayakan untuk mencarikan penari, pemain
silat dan pemusik, tak jarang ia mendapatkan keuntungan yang lumayan besar.
M isalnya ; Ahmad Setia diminta untuk menyediakan 4 orang pemain silat, 5 orang
97
Rp.150.000 x 4 orang = Rp. 600.000
- 5 orang penari
Keuntungan keseluruhan
= Rp. 1.025.000,-
didapatkan Ahmad Setia selama sebulan dari bermusik tidak dapat dipastikan secara
98
Selama bekerja sebagai pemusik, terutama ketika mendapatkan “job”. Ahmad
Setia juga pernah mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Pihak pemesan
menjanjikan akan membayar penuh honor pemusik sesuai dengan yang ditawarkan
oleh Ahmad Setia yaitu sebesar Rp. 150.000,-. Ternyata setelah acara selesai, honor
yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan atau tidak penuh. Akhirnya
hal tersebut agar hubungan ia dan anggotanya tetap baik dan tetap mau bergabung
dengannya.
Jika mendapatkan tawaran keluar negeri, honor yang diterima oleh Ahmad
Setia tidak begitu besar, hanya sekedar uang saku saja yaitu sekitar 150 Ringgit
M alaysia. Jika mendapatkan tawaran keluar negeri ia tidak pernah mengharapkan gaji
pengalaman berharga, dan juga merasa sangat bersyukur jika sempat merasakan
Jika di pandang dari segi ekonomi saat ini. Penadapatan yang dihasilkan
Ahmad Setia dari bermusik kurang memuaskan, bahkan tidak mencukupi untuk
hobbi saja. Akan tetapi karena ia bisa membuat gendang, ia pun mampu
99
Pada tahun 1989, ia menjadi pengajar alat musik akordion dan mempunyai
anak didik sebanyak 30 orang setiap seminggu sekali. Kesan yang didapatkan selama
bergabung dengan sanggar tersebut ada yang mengenakkan dan ada juga yang tidak
enak. Kesan yang mengenakkan adalah ia pernah diajak ke Kedah M alaysia pada
acara Pesta Tapak Pulau Pinang. Sedangkan kesan yang tidak mengenakkan adalah
setiap menerima gaji tidak pernah penuh, bahkan di potong sebanyak 20 sampai 30
persen. Artinya untuk menggantikan ongkos setiap mengajar tidak tertutupi. Jatah
Pada tahun 1970, bergabung bersama sanggar Sri Indera Ratu pimpinan
Tengku Sitta Saritsah dan dipercayakan sebagai pengiring tari dan musik jika setiap
ada pesanan. Kesan yang mengenakkan ketika bergabung bersama sanggar ini adalah
Ahmad Setia merasa lebih sejahtera dibandingkan ketika bersama sanggar patria.
Karena meskipun honor yang diberikan termasuk kecil yaitu sekitar Rp. 60.000
sampai dengan Rp. 75.000, sebelum latihan mereka diberi makan dahulu dengan jatah
Sinar budaya grup ini dipimpin oleh Tengku Lukman Sinar Basyarsyah. Ia
bergabung sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2005. Dari sanggar ini ia mulai
mendapatkan honor yang lumayan lebih besar dari yang sebelumnya. Pernah juga
diajak untuk tampil di M elaka pada tahun 1994. Pada saat itu sanggar Sinar Budaya
100
Grup mempunyai hubungan erat dengan sanggar Lia grup yang dipimpin leh Ncek
Dahlia Kasyim Sinar, yang ia merupakan Istri dari adik Tengku Lukman Sinar yang
bernama Abu Kasyim Sinar. Kedua grup ini bekerja sama apabila ada yang memesan
pemusik dan penari, maka pemusik diambil dari Sinar Budaya Grup yang mana
kumpulan pemusiknya pada saat itu adalah Ahmad Setia sebagi pemain akordion,
Hasbul sebagai pemain organ, Fadhlin sebagai pemain gendang dan, Takari sebagi
pemain gendang. Sedangkan penarinya diambil dari Lia grup. Akhir perjalanan
Ahmad Setia bersama Sinar Budaya Grup yaitu pada tahun 2004. Saat itu terjadi
pertengkaran antara anak dari Tengku Lukman Sinar dengan penari dari lia grup
hingga akhirnya Ahmad Setia berhenti dan kemudian bergabung dengan sanggar
Ahmad Setia bergabung dengan Anugrah Seni M edan dimulai sejak tahun
2004 sampai dengan tahun 2007 (sekarang) yang di pimpin oleh Drs. Fadhlin. Di
sanggar ini ia bergabung lagi dengan teman-temannya dari grup yang sebelumnya
yaitu Sinar budaya Grup yaitu Fdhlin dan M uhammad Takari. Selama bergabung
Ahmad Setia bergabung bersama sanggar Sri Deli sejak tahun 1989 sampai
sekarang (2007). Sanggar ini dipimpin oleh syainul Irwan dan Adek. Bersama
101
sanggar ini Ahmad Setia pernah terbawa ke M akkasar atas undangan dari gubernur
M akkasar yang mendapatkan gelar Sultan yanmg diberikan oleh kesultanan Deli.
Selama ini, hubungan Ahmad Setia dengan sanggar Sri Deli terjalin dengan baik,
masing-masing antara mereka saling membantu satu sama lain dalam mendapatkan
“Job”, sebagai contoh apabila ada pemesan yang meminta Ahmad Setia tampil
lengkap dengan pemusik dan penari, maka Ahmad Setia memesan penari dari sanggar
Sri Deli, sedangkan pemusiknya Ahmad Setia sendiri yang mencari, termasuk
memakai Syahrul Irwan, pemimpin Sri Deli sebagai pemain Gendangnya. Dari segi
pendapatan, honor yang mereka dapatkan dibagi rata sesuai dengan kesepakatan
mereka masing-masing. Selama bergabung dengan sanggar ini, Ahmad Setia merasa
lebih leluasa karena sanggar ini dianggapnya seperti sanggarnya sendiri karena
hubungan diantara Ahmad Setia dengan sanggar Sri Deli seperti sebuah hubungan
keluarga.
Ahmad S etia
”Pak Ahmad Setia adalah seorang pemusik akordion kota M edan, khususnya
untuk mengiringi tari serampang duabelas, dia itu termasuk pemusik yang ”paling
bagus” diantara pemusik lainnya. Karena dia pandai menari serampang duabelas jadi
kalau misalkan penari yang diiringinya salah menari, bisa dia berimprovisasi dengan
102
akordionnya sehingga kesalahannya itu seolah-olah tidak kelihatan. Untuk mengiringi
festival tari serampang duabelas di medan ini, masih dialah yang diakui kalau main
akordion. Kemudian uniknya dia main akordion itu pakai tangan kiri atau kidal, jadi
orang pun banyak memanggil dia dengan sebutan ”Pak Ahmad Kidal”.Dia itu pandai
bermain akordion, bisa main gendang, bisa juga membuat gendang, sampai sekarang
masih membuat gendang. Tentang musik M elayu juga dia banyak tahu, mungkin
yang orang lain tidak tahu, dia banyak mengetahui musik atau lagu-lagu M elayu yang
lama sekali, mungkin jumlahnya hampir ratusan itu, dialah tinggal generasi atau
benteng terakhir dalam kebudayaan M elayu itu. Perjalannya pun sudah entah sampai
kemana-mana sampai ke M alaysia, Singapura, M alaysia lah yang paling sering. Dan
hampir semua sanggar-sanggar yang ada di kota M edan ini pernah memakai dia
seperti sanggar Patria, Sri Indera Ratu, Dara M elati, Sinar Budaya Grup, dan banyak
lagi. Jadi pak Ahmad ini hebatlah orangnya kalau dalam musik M elayu khususnya
”Bang Ahmad itu termasuk ”paling bagus” main akordion. Untuk mengiringi
tari serampang duabelas. dulu dia ini murid dari tengku Ahmad Dahlan Siregar,
permainannya itu pun mirip dengan beliau. untuk masyarakat M elayu dia termasuk
M elayu. Bang Ahmad itu banyak mengetahui tentang lagu-lagu M elayu lama yang
103
orang lain sudah enggak tau lagi, dia tau. Perjalanannya pun sudah sampai kemana-
mana, aad yang ke M alaysia, Singapura, paling banyak ke M alaysia. Dia bisa main
akordion, buat gendang, tari-tarian M elayu dia banyak tau, lagu-lagu M elayu yang
syairnya orang enggak tau, dia masih ingat. Dia bisa menyanyi. Permainanya itu
kerana dia bisa menari, jadi kalau misalnya ada yang salah, dia bisa ”mencuri”
istilahnya bisalah di legonya jadi seperti tidak ada salah. Untuk mengikuti permainan
lagu-lagu garapan yang moderen dan lagu baru, dia juga bisa mengikuti. Kalau
gendang buatannya juga bagus dan lebih halus pengerjaannya. Bang Ahmad ini
termasuk orang yang tidak mau terikat, dia sering bergabung dengan sanggar-
sanggar, tetapi tidak mau terikat kontrak pada satu grup meski dijanjikan bayaran
semahal apapun. Karena prinsip beliau musiknya itu milik orang banyak, siapa saja
boleh menikmati musiknya. Dia pernah gabung sama Patria, Dara M elati, Lia grup,
Sri Indera Ratu, Sinar Budaya Grup dan lain-lain. Di pesta-pesta pun masih banyak
”Saya dulu mulai menari sejak tahun 67 saya belajar, dan kemudian menari.
M enurut saya Ahmad Setia itu termasuk ”Hebat”. Dulu saya bergabung dengan
sanggar Sri Indera Ratu pimpinan Tengku Sitta Saritsyah sekitar tahun dan beliau
termasuk sangat penting untuk mengiringi kami karena kalau tidak ada dia, kami
tidak bisa menari. Kalau ada akordion kami jadi semangat untuk menari. Sebenarnya
saya kenal sudah lama sekali ya, dan mungkin saya sudah agak lupa, tapi yang saya
104
tau orangnya baik. Pernah juga bergabung di sanggar ayah saya, Sinar Budaya Grup.
Sering juga mereka berangkat keluar negeri untuk acara-acara budaya M elayu.
Termasuk lama juga dia bergabung dan sepertinya baik-baik saja, orangnya tidak
banyak tingkah dan tidak main-main, kalau saatnya latihan dia tetap latihan”.
”Saya kenal dengan Ahmad Setia ini sudah lama sejak tahun 70-an saya sudah
berteman baik dengan dia, dulu saya bertetangga dengan dia, dan sering kumpul-
kumpul di gang. Aman yaitu kumpulan pelatih-pelatih, pemusik dan penari sama
grup Hitam M anis nama pimpinannya itu Datuk M uhammad Nur, Tok Anjoi biasa
kami panggil. Jadi pak Ahmad ini pemain akordion, tapi dia belajar tanpa sekolah, dia
belajar sendiri, dia sering belajar juga sama Tok Anjoi itu, dulu dia hebat maen
akordion itu, dia bisa diroker jadi penari atau pemain gendang karena dia bisa semua.
Biasanya untuk festival tari serampang dua belas dia lah itu yang sering di pakai,
karena dia hebat juga menari serampang duabelas, sebab kalau pemain akordion ini,
kalau tidak pandai menarikan tari serampang duabelas, tak bisa pas dia mengiringi
kalau mengiringi pakai akordion. Terus, Ahmad Setia ini pintar menyisip lagu-lagu
versi ronggeng, improvisasi di telinganya itu kuat, dia aliran-alirannya mirip sama
Dahlan Siregar. Tapi dia tak bisa baca not balok, Cuma kalau yang pakai angka dia
bisa baca. Dia itu sifatnya mandiri dan sampai saat ini orangnya itu oke aja, kalau
diajak main enak. Dulu dia pernah bergabung sama sanggar Dara M elati, Sinar
budaya Grup, M elati pimpinan ida Batubara alamatnya di jalan sentosa, Patria di
105
tanjung M orawa pimpinan Hj. Yos Rizal Firdaus, ada juga di patria itu pemain
akordion namanya Almarhum Anjang Nurdin. Kami pernah ke singapura ikut dengan
Lia grup, ke M alaysia, M alaka, Festival Gendang Nusantara yang pertama tahun ’95.
tahun ’82 kami pernah ke Jakarta bersama Dara M elati, lalu ke Cirebon mengikuti
sayembara tari M elayu di M edan lah, kalau ada Pekan Budaya M elayu di tiap daerah
kami berangkat sama-sama. Ahmad ini pandai menari, tari persembahan, tiga
serangkai, kalau untuk pesta perkawinan dia sering juga dipakai. Tapi dia tidak mau
terikat, pernah diminta sama Sinar Budaya Grup digaji tiap bulan untuk jadi pemain
tetap, tapi tak tau juga entah diterimanya atau enggak, tapi misalkan ada dua job
”Saya kenal pak Ahmad itu sejak tahun 1983, saat itu kami sering di Lia grup,
MABM I dan Sri Indera Ratu. Pertama kali dia itu orangnya bagus, ramah tamah,
udah gitu banyak seloro, dari mulai cakap bagus sampai ke kotor. Terkadang lucu
juga, pernah kami ke M elaka, dia sok bercakap bahasa sana, ternyata yang di
cakapinya itu orang Pekan Baru, ya kami pun tertawa lah. Kalau untuk pengiring tari,
dia lah yang “paling bagus”, untuk serampang duabelas, dia lah itu yang “paling
jago”. Terkenal itu, tak ada yang bisa mengimbangi, dulu dari Tengku Danil pun, dia
lebih bagus lagi. Apalagi kalau ditengoknya anak gadis itu menari, makin beranak
106
pinak lah akordion itu di buatnya. Dulu dia pernah belaga pantun sama orang M elaka,
sama Nor Aniza Idris penyanyi M alaysia, bisa juga dia pantun. Terakhir kami
begabung itu tahun 1999, udah pecah, dulu kan di M ABM I itu kan gabungan sanggar
Lia Grup, Sri Indera Ratu, SBG,, ya masing masing udah mengangkat grup masing-
masing”.
“Saya sudah lama sekali kenal sama pak Ahmad itu, sejak di Lia grup dulu
kami sering begabung, pimpinan Hj. Ncek Dahlia Kasyim Sinar itu dari tahun 1992
sampai kalau tak salah tahun 1999. dulu kan sering begabung di M ABM I, M ABM I
itu kan gabungan dari Lia grup, Sri Indera Ratu, dan SBG, jadi pak Ahmad ini sring
di Lia grup, lalu waktu ikut bintang radio tahun 90-an, dia dah main akordion. Itulah
M alaysia lah yang paling banyak,. Kalau maen akordion dia paling banyak jadi
pengiring lomba tari serampang duabelas, termasuk “nomor satu” lah dia kalau untuk
ngiring tari, menyanyi pun dia bisa sambil main akordion, lagu kesukaannya yang
peling sering kalau dinyanyikannya itu lagu Madu Tiga darinya P. Ramli. Itu artis
kesenangannya itu dari M alaysia.Cuma kalau untuk mengiringi orang menyanyi dia
107
PEKERJAAN: Mahasiswa, penari
“Saya termasuk penari yang masih baru. Saya dan grup saya pernah diiringi
oleh pak Ahmad Setia ini pada sebuah acara pesta perkawinan di jalan Iskandar M uda
M edan. M enurut saya pak Ahmad itu kalau untuk urusan seni M elayu khususnya tari,
dia sangat tegas dan mendekati harus sempurna, bisa di bilang ”cerewet” juga. Jadi
saat itu kami tidak tahu kalau kami bakal diiringi pakai musik hidup, karena ketika
latihan kami pakai kaset. Dan ketika kami sedang latihan persiapan sebelum acara,
penari kami menarinya kurang mendak istilahnya, atau kurang ditekuk kakinya pas
menari, spontan aja pak Ahmad teriak dari atas panggung pakai microphone bilang
”anak penari tolong menarinya kurang mendak itu, agak mendak sikitlah, tak cantik
kelihatan dari sini”, malu kali lah rasa kami waktu itu, tapi mungkin memang harus
seperti itu, jadi penari kami pun biar tau kalau menari M elayu harus seperti itu”.
108
BAB IV
AKORDION
tersebut menjadi lambang visual. M elakukan penulisn musik menjadi bentuk visual
berkaitan dengan notasi, karena notasi merupakan lambang dari bunyi musik. Dalam
notasi balok untuk penulisan gaya melodis pada akordion yang dimainkan oleh
Ahmad Setia.
untuk menginformasikan kepada orang lain tentang apa yang penulis dengar yang
akan dituangkan kedalam bentuk tulisan yang menggunakan notasi balok. Notasi
balok yang digunakan dalam tulisan ini berbentuk lima garis dan empat spasi yang
bertanda mula kunci G. Tujuan dari penggunaan notasi balok adalah untuk mencatat
Ada dua jenis notasi musik dalam suatu komposisi musik yang ditawarkan
oleh Charles Seegers yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Didalam tulisan ini
109
penulis menggunakan pendekatan deskriptif yaitu untuk mencatat semua detail musik
4. 2 Proses Pentranskripsian
(1) Pertama sekali penulis melakukan rekaman langsung musik akordion yang
(2) Kemudian hasil rekaman tersebut dicopy (direkam kembali) ke kaset lain,
supaya kaset asli (master) tersebut tidak rusak karena sering diputar ulang.
ditranskripsikan.
(4) Bunyi melodi akordion ditranskripsikan kedalam bentuk notasi barat, yaitu
nada-nada yang diletakkan pada garis para nada yang terdiri dari lima garis
dan empat spasi. Dengan memakai garis paranada tersebut kita dapat melihat
110
4. 3 Analisis
dalam lingkup satu oktaf, sebagai contoh dari nada-nada pilihan yang berada antara
nada C ke nada C'. Selain itu menurut penulis jika terdapat nada-nada duplikasi oktaf,
Dalam tulisan ini tangga nada yang penulis maksudkan adalah susunan dari
nada-nada yang dipakai dalam melodi permainan akordion dari Ahmad Setia. Penulis
melakukan penyusunan dari nada yang terendah sampai ke nada yang tertinggi.
Didalam mendeskripisikan tangga nada tersebut, nada duplikasi pada posisi oktaf
Nada-nada yang digunakan dalam lagu Serampang Duabelas adalah sebagai berikut :
Tangga nada
111
Nada : E-F-G-A-B-C-D E – Fis–Gis-A - B-Cis-Dis
belas ini adalah tangga nada diatonik yaitu tangga nada yang menggunakan dua jenis
interval yaitu interval penuh dan setengah. Lebih detail lagi tangga nada diatonik
yang dipergunakan adalah tangga nada diatonik tujuh nada atau heptatonik diatonik.
nada yang paling rendah yaitu nada G (dibawah C tengah)maka nada-nada yang
dipakai adalah sebagai berikut : nada-nada yang dipakai pada musik adalah nada G
(di bawah C tengah), nada A (dibawah C tengah), nada B (di bawah C tengah), nada
C , nada Cis, nada D, nada Dis, nada E, nada F, dan, nada Fis, nada G, nada Gis, nada
A, nada Ais, nada B, dan duplikasi nada-nada oktafnya adalah nada C' dari nada C,
nada D ' dari nada D, nada Dis' dari nada Dis, nada E' dari nada E, dan nada F' dari
nada F.
yang digunakan pada lagu Serampang duabelas terdapat sebelas nada ditambah
dengan dua nada yaitu nada G (di bawah C tengah), nada A (di bawah nada C
tengah), dan nada B (di bawah nada C tengah), ditambah lagi dengan lima oktaf dari
nada C adalah C', oktaf dari nada D adalah D', oktaf dari nada Dis adalah Dis', oktaf
dari nada E adalah E', dan oktaf dari nada F adalah F'.
112
Tangga Nada Lagu M ak Inang Pulau Kampai
Nada : F-G-Gis-A-B-C'–D'–Dis'–F'-G'-Gis'
Nada : E- Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E'-Fis'-Gis'-A'
Nada : F-G-A-Bes-C-D-Dis-F'-G'-Gis'-A'
113
4.3.2 Nada Dasar
(1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan
(3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi
sedangkan nada lain tidak memakai. M aka nada pertama tersebut boleh
(6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai
patokan tonalitas.
(7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas
114
(terjemahan M arc Perlman 1963:147).
melodis lagu yaitu sebagai berikut : nada F (nada F dan F') merupakan nada yang
paling sering muncul atau digunakan yaitu sebanyak 209 kali. M aka tonalitas yang
disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai berikut :
(2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar adalah nada E dan G
(3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal adalah nada B, nada yang
(6) Tekanan Ritmis yang paling besar adalah nada E dan Nada G
Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil
suatu kesimpulan bahwa nada dasar yang terdapat pada lagu Serampang Duabelas
adalah nada F.
115
4.3.3 Wilayah Nada
Wilayah nada yaitu daerah (ambitus) antara nada yang frekwensinya paling
rendah dengan nada yang frekwensinya paling tinggi dalam satu lagu.
11
2200 cent
Berdasarkan dari nada-nada yang telah disusun tersebut, maka penulis dapat
menentukan wilayah nada dari lagu Serampang Duabelas, yaitu dari nada G ke nada
F', jaraknya 11 laras atau 2200 cent. Jarak dari nada G (dibawah C tengah) ke G sama
dengan satu oktaf 6 ½ laras atau 1200 cent. Jarak dari nada G ke F' adalah 5 laras atau
1000 cent. Dilihat dari jarak tersebut, maka jarak dari nada A bawah ke nada E'
adalah satu oktaf lebih empat laras atau sama dengan 2200 cent.
F - Gis'
7 ½ Laras
116
1500 cent
F-A'
8 Laras
1600 cent
E - A'
8 ½ Laras
1700 cent
C-A'
10 ½ Laras
2100 cent
117
4.3.4 Jumlah Nada-Nada
sebagai berikut :
Tabel 4.3.4.1
Nada/
Jumlah
Ritem
G 1 2 3 6
A 3 3
B 1 1
C 4 3 7
Cis 1 3 15 19
D 29 83 112
Dis 1 2 3
E 3 36 119 128
118
F 53 4 145 202
Fis 9 12 21
G 2 36 108 146
Gis 4 25 29
A 3 62 73 138
Ais 4 5 9
B 16 4 20
C' 2 1 3
D' 1 3 9 13
Dis' 1 3 4 8
E' 2 5 7
F' 2 2 3 7
Dari hasil pencacahan tersebut, maka dapat di lihat nada-nada yang dipakai
serta frekwensi pemakaian nada-nada pada lagu Serampang Duabelas adalah sebagai
berikut :
Jumlah nada yang dipergunakan pada lagu Serampang Duabelas yaitu, nada G
bawah sebanyak 6 kali, nada A bawah sebanyak 3 kali, nada B bawah sebanyak 1
119
kali, nada C sebanyak 7 kali, nada Cis sebanyak 19 kali, nada D sebanyak 112 kali,
nada Dis sebanyak 3 kali, nada E sebanyak 128 kali, nada F sebanyak 202 kali, Fis
sebanyak 21 kali, G sebanyak 146, Gis sebanyak 29 kali, nada A sebanyak 138 kali,
nada Ais sebanyak 9 kali, nada B sebanyak 20 kali, nada C' sebanyak 3 kali, nada D'
sebanyak 13 kali, nada Dis' sebanyak 8 kali, nada E' sebanyak 7 kali, dan yang
terakhir adalah pemakaian F' sebanyak 7 kali, walaupun nada F merupakan nada yang
paling sering digunakan, tetapi nada-nada yang lain juga mempunyai peranan yang
Tabel 4.3.4.2
Nada/ Jumlah
Ritem
F 1 1
G 6 6 64 76
Gis 25 25
A 1 1
B 2 60 62
C 141 141
D 136 136
Dis 72 72
F' 58 58
G' 2 57 59
Gis' 6 18 24
Jumlah Keseluruhan 655
120
Jumlah Nada-Nada Pada Lagu Kuala Deli
Tabel 4.3.4.2
Nada/ Jumlah
Ritem
F 6 7 29 42
G 46 46
A 3 85 88
Bes 1 52 53
C 3 79 80
D 1 37 78
Dis 1 31 32
F' 4 46 50
G' 14 14
GiS' 8 8
A' 1 1
Tabel 4.3.4.4
Nada/ Jumlah
Ritem
E 1 15 16
Fis 4 34 3 41
Gis 1 68 33 109
121
A 7 33 26 59
B 41 9 56
Cis 6 66 13 81
Dis 3 61 27 91
E' 3 21 28 54
Fis' 1 13 7 21
Gis 13 7 20
A 1 6 7
Tabel 4.3.4.5
Nada/ Jumlah
Ritem
C 2 8 25 4 39
D 13 13
E 36 36
F 6 48 54
G 16 54 73
A 41 41
Ais 45 45
B 49 49
C' 77 77
D' 1 38 38
E' 1 25 25
122
F' 10 10
G' 13 13
A' 3 3
Interval adalah jarak dari satu nada ke nada ke nada berikutnya. Perjalanan
melodi gaya melodi yang dihasilkan berupa gerakan melangkah (conjunct), kemudian
melompat (disjunct) dari nada yang satu ke nada berikutnya, adapun jenis interval
Tabel 4.3.5.1
Interval Jumlah
1P 6
2m 8
2M 44
3M 23
3Aug 2
4P 3
4Aug 6
123
5dim 1
5P 7
6m 17
6M 1
7Aug 1
7dim 1
7m 25
7M 7
8dim 1
8P 8
8Aug 1
Tabel 4.3.5.2
Jenis Jumlah
Interval
1P 64
2m 42
2M 40
3m 33
3M 12
4P 4
5P 15
124
5Aug 2
6m 3
6M 46
7dim 4
7m 74
7M 62
8dim 1
8Aug 1
Tabel 4.3.5.3
Jenis Jumlah
Interval
1P 7
2m 32
2M 63
3m 16
3M 29
4P 6
5P 8
6m 11
6M 34
7m 106
7M 45
125
Jumlah Interval pada Lagu Kasih Budi
Tabel 4.3.5.4
Nada/ Jumlah
Ritem
E 1 15 16
Fis 4 34 3 41
Gis 1 68 33 109
A 7 33 26 59
B 41 9 56
Cis 6 66 13 81
Dis 3 61 27 91
E' 3 21 28 54
Fis' 1 13 7 21
Gis 13 7 20
A 1 6 7
Tabel 4.3.5.5
Jenis Jumlah
Interval
1P 85
126
2m 45
2M 74
2Aug 3
3m 21
3M 18
4P 15
5P 4
6m 8
6M 21
7dim 1
7m 132
7M 45
8dim 2
8P 4
Pola kadensa adalah nada akhir pada suatu komposisi lagu. Dalam tulisan ini,
pola kadensa dapat dilihat pada setiap akhir dari frase lagu Serampang Duabelas
yaitu pada tiga nada akhir komposisi lagu yaitu : nada G-F-A atau E-D-E.
127
Pola Kadensa Pada lagu M ak Inang Pulau Kampai
128
Pola Kadensa Pada Lagu Kasih Budi
129
Pola Kadensa Pada Lagu Tanjung Katung
Music the Near and East Asia, bahwa bentuk (form) dapat dibagi ke dalam beberapa jenis,
yaitu:
2. Literatif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan
3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama
5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama tetapi
130
Berdasarkan keterangan di atas, maka penlis dapat melihat bahwa bentuk ( form )
dari nyanyian serampang dua belas adalah literatif, yaitu terjadinya pengulangan terjadinya
Literatif
Literatif
Bentuk Variasi
A A1,A2
Literatif
Bentuk Variasi
131
C C1, 2, C3, C4, C5, C6
Literatif
Bentuk Variasi
Literatif
Bentuk Variasi
A A1
B B1, B2, B3, B4, B5, B6
C C1, C2, C3, C4, C5, C6
D D1, D2, D3, D4, D5, D6
E E1, E2, E3, E4, E5, E6
132
4.3.8 kontur
M enurut M alm (1977:8) kontur adalah garis suatu alur melodi dalam sebuah
1. Ascending (menaik) dalah garis melodi yang bergerak naik dari nada yang
2. Descending (menurun) adalah garis melodi yang bergerah turun dari nada
(melengkung setengahlngkaran).
Berdasarkan jenis kontur diatas, lagu serampang dua belas diawali dengan
gerakan berjenjang atau terraced mempertahankan beberapa nada yaitu nada A,G,F,
dan diakhiri dengan berjenjang pula membentuk interval 3M yaitu dengan gerakan
melangkah.
133
Kontur Lagu Tanjung Katung : Pendulous
4.4.1. Cengkok
Cengkok adalah suatu bentuk bentuk nada yang diayun pada suatu melodi. Jarak
1 2 3 4 5 6 7 8
M elodi di atas merupakan frase ke empat pada lagu serampang dua belas.
Gaya Cengkok terdapat pada pada bar ke empat terjadi loncatan (disjunct) ke arah
bawah (descending) dari nada E ke G dengan interval 3M , kemudian pada bar ke lima
terjadi loncatan kearah atas (ascending) dari nada E ke dengan interval 7m, dan
selanjutnya pada bar ke 8 terdapat loncatan nada ke bawah dari nada E' ke E
134
Gaya Cengkok Pada Lagu Kula Deli (Senandung)
4.4.2 Gerenek
Gerenek adalah variasi nada dengan densitas atau ukuran ritmis yang relatif
1 2 3 4 5 6 7
Pada frase ke tiga banyak terdapat gaya gerenek yang cenderung diulang-ulang. Gaya
melodi gerenek yang dimainkan Ahmad Setia dapat dilihat pada bar ke tiga sampai dengan
G-F-E-D---Cis-D-E-F-D-F---E-G-F-D-E.
135
Gaya Gerenek Pada Lagu M ak Inang Pulau Kampai
Patah lagu adalah nada yang disentak (staccato). Adapun progresi nadanya
adalah melangkah atau conjunct. Gaya gerenek pada lagu serampang duabelas dapat
dilihat pada frase pertama yaitu pada awal pembuka melodi sebagai berikut :
1 2 3 4 5
136
Pada frase ini terdapat gaya patah lagu setelah dua nada harmonik yaitu nada
E ke G dengan durasi seperenambelas. Patah lagu dimulai dari nada A-G-F dalam durasi
dengan nada F durasi seperdelapan dan kembali nada F dengan durasi seperdelapan.
49 50 50
34 35
1 2 3 4
137
Gaya Patah Lagu Pada Lagu Tanjung Katung
1 2 3 4
138
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut :
Ahmad Setia adalah pemusik M elayu kota M edan yang mana jika dipandang
memegang teguh adat dan kesenian M elayu yang kemudian membuat Ahmad Setia
mempunyai jiwa seni serta pengetahuan yang sangat tinggi terhadap adat budaya dan
kesenian M elayu.
sebagai orang yang mempunyai banyak keahlian dalam bidang seni budaya M elayu.
berpantun dan juga pandai membuat gendang M elayu. Akan tetapi, masyarakat lebih
mengenal dia sebagai pemain akordion, meskipun membuat gendang juga merupakan
pekerjaan pokok di samping profesinya sebagai pemain akordion. Hal itu disebabkan
oleh karena “kehebatannya” yang belum ada tandingannya dalam bermain akordion
dibandingkan dengan musisi-musisi akordion lainnya yang ada di kota M edan dalam
139
mengiringi musik dan tari M elayu, khususnya tari Serampang Duabelas. M asyarakat
juga sering memanggilnya dengan sebuatan Pak Ahmad Kidal, hal ini dikarenakan
dimainkan oleh Ahmad Setia sangat mirip dengan gaya melodi yang dimainkan oleh
M elayu lama yang mungkin saja sudah dilupakan oleh kebanyakan masyarakat
M elayu. Ahmad Setia belajar akordion tanpa didasari pengetahuan resmi tentang
musik barat (otodidak), meskipun demikian hal itu semakin membuat permainannya
“kaya” akan nada-nada, baik nada yang mencakup cengkok, gerenek maupun patah
lagu.
yang ada di Asia seperti : M alaysia ; mencakup daerah M alaka, Pulau Pinang,Kedah,
Kuching, Alor Setar, Langkawi, dan Sabah, kemudian Singapura, Thailand Selatan,
Akan tetapi, jika memandang Ahmad Setia dengan segala kemampuan yang
perhatian atau penghargaan yang layak, baik dari masyarakat M elayu sendiri maupun
dari pemerintah. Dari segi ekonomi, dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang
dihasilkan Ahmad setia dari bermusik sangat sedikit. Bahkan untuk memenuhi
140
musik tradisional semakin berkurang serta kurangnya perhatian dari pemerintah
terhadap kehidupan para seniman tradisi yang telah banyak berjasa dalam
M elayu itu sendiri. Ketabahan, kejelian dan ketekunannya dalam bermusik dan
agar lebih menghargai keberadaan dari para pemusik tradisional M elayu Sumatera
Utara.
5.2 S aran
satu musisi M elayu yang dianggap sangat penting bagi masyarakat dalam
mengembangkan kesenian M elayu seperti seni musik, tari, vokal, pantun, membuat
141
layak pula terhadap kemampuan dan kreatifitas para musisi tersebut, serta berusaha
Kepada para musisi juga diharapakan agar selalu berkreatifitas dan berkarya,
serta mampu memanajemen dirinya sebagai artis atau pemusik tradisi M elayu
sehingga musisi tersebut memiliki nilai jual dari kreatifitas, karya yang dihasilkan
Diharapkan dari keseluruhan tulisan ini dapat menjadi informasi bagi orang
lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang biografi kepemusikan Ahmad Setia,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi yang
memerlukannya.
142
DAFTAR PUS TAKA
Admansyah,
1993 Butir-Butir Sejarah Suku Melayu Pesisir
Sumatera Timur.
Damanik, wilda
2005 Siantar FM Dalam Mensosisalisasikan
Kontribusi Radio Lagu-Lagu Simalungun
Di Kota Pematang Siantar,
Skripsi Sarjana Fakultas Sastra
Girsang, Berlianta
1994 Ilah pada Kebudayaan Etnis simalungun Di
Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya : Suatu
Kajian Tekstual Dan Musikologis,
Skripsi Sarjana Fakultas Sastra
Gazalba, Sidi
1983 Dakwah Islamiah Malaysia Masa Kini
Penyunting : Zainal Ismail, --M alaysia
Universitas Kebangsaan M alaysia
Husni, T. Lah
1975 Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya
Penduduk
Pesisir Sumatera Timur 1612-1650
M edan : BP. Lah Husny
143
1986 Butir-Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera
Timur
Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Kayam, Umar
1981 Seni, Tradisi, Masyarakat,
Jakarta : penerbit Sinar Harapan
Koentjaraningrat
1981 Metode Penelitian Masyarakat,
Jakarta : Gramedia
M alm, William P
1977
Music Culture Of Pacific Music The Near
East and Asia, New Jersey : Prentice Hall, Inc.
England Wood Cliffs
Terjemahan Rizaldi Siagian
M erriem, Alan P
1964 The Antropology Of Music,
Chicago, North Western University Press
Nettle, Bruno
1963 Theory and Method In Ethnomusicology
New York : The Free Press
144
Ridwan, T. Amin
2005 Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi,
M edan : USU Press
Takari, M uhammad
2005 “ studi Banding Antara Nada Pentatonik
dan Diatonik”, dalam Jurnal Etnomusikologi,
M edan, USU Press
Yos Rizal
1997 Nilai-Nilai Religius Dalam Mantra Jamuan
Laut Masyarakat Melayu Pantai Labu,
Laporan Penelitian
M edan : USU
145
146