SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
i
ANALISIS FUNGSI DAN STRUKTUR RITME REPERTOAR
GENDANG MENGKERBOI DALAM UPACARA NCAYUR NTUA
MASYARAKAT PAKPAK DI DESA NATAM JEHE, KECAMATAN
KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
Disetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
Pakpak adalah salah satu etnik1 yang mendiami daerah geografis Provinsi
Sumatera Utara. Etnik Pakpak memiliki budaya yang diwariskan secara turun-
temurun dari nenek moyangnya. Salah satu bentuk dari warisan budaya tersebut
adalah kesenian dalam beberapa bentuk, di antaranya adalah seni tari (tatak), seni
Pada umumnya etnik yang ada di Sumatera Utara, memiliki beragam jenis
upacara adat. Suku Pakpak memiliki dua jenis kelompok upacara berdasarkan
fungsinya—yaitu, kerja njahat atau jenis upacara adat yang bersifat duka cita
sakit keras, dan lainnya) dan kerja mbaik atau jenis upacara yang bersifat suka cita
1
Dalam skripsi sarjana ini, yang penulis maksud dengan etnik, kelompok etnik (ethnic
group) atau dalam bahasa Indonesia suku bangsa atau suku menurut disiplin ilmu antropologi
adalah (misalnya Narroll, 1964), sebagai populasi yang: (1) secara bilogis mampu berkembang biak
dan bertahan; (2) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam
sebuah bentuk budaya; (3) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (4)
menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari
kelompok populasi lain.Dalam konteks menganalisis kelompok etnik ini adalah pentingnya asumsi
bahwa mempertahankan batas etnik tidaklah penting, karena hal ini akan terjadi dengan sendirinya,
akibat adanya faktor-faktor isolasi seperti: perbedaan ras, budaya, sosial,dan bahasa. Asumsi ini juga
membatasi pemahaman berbagai faktor yang membentuk keragaman budaya. Ini mengakibatkan
seorang ahli antropologi berkeimpulan bahwa setiap kelompok etnik mengembangkan budaya dan
bentuk sosialnya dalam kondisi terisolasi. Ini terbentuk karena faktor ekologi setempat yang
menyebabkan berkembangnya kondisi adaptasi dan daya cipta dalam kelompok tersebut. Kondisi
seperti ini telah menghasilkan suku bangsa dan bangsa yang berbeda-beda di dunia. Tiap bangsa
memiliki budaya dan masyarakat pendukung tersendiri. Dalam rangka penelitian ini, orang-orang
Pakpak secara keseluruhan dapat dipandang sebagai sebuah kelompok etnik. Namun demikian,
mereka bisa saja dipandang dan menganggap dirinya sebagai bagian dari masyarajat Batak yang
lebih luas. Mereka menjadi bagian dari bangsa Indonesia, yang wilayah budayanya ada di Provinsi
Sumatera Utara.
6
(seperti perkawinan, mendapat hasil panen yang banyak, mencapai cita-cita, dan
lainnya).
istilah tenggo raja. Ini harus dilaksanakan apabila ingin membuat suatu upacara
adat kerja njahat maupun kerja mbaik, karena di sinilah saat semua orang yang
akan terlibat dalam upacara tersebut membahas dan merencanakan kegiatan apa
saja yang akan dilaksanakan dan juga membahas apa saja yang diperlukan dalam
upacara tersebut.2 Mengenai hal penyajian dan penyertaan musik dalam kegiatan
upacara tersebut, juga turut dibahas dalam kegiatan tenggo raja tersebut.
Dalam upacara adat kerja njahat maupun kerja mbaik pada masyarakat
Pakpak, ada istilah yang disebut mengkerboi, yaitu acara proses penyembelihan
Mengkerboi ini akan dilaksanakan atau tidak, termasuk hal yang dibahas
pada acara tenggo raja karena proses mengkerboi ini akan dilaksanakan jika
2
Hasil wawancara dengan Dayo Sinamo, pada tanggal 20 Agustus 2015.
3
Istilah kula-kula ini adalah merujuk kepada kelompok sosial kemasyarakatan Pakpak, yang
terdiri dari tiga kelompok utama dalam hubungan darah dan perkawinan, yang disebut dengan
daliken sitelu (tungku yang tiga). Ketiga kelompok sosial itu adalah: (1) dengan sibeltek, adalah
saudara kandung dan saudara luas satu merga (klen) yang ditarik secara patrilineal (berdasarkan
garis keturunan ayah); (2) kula-kula adalah pihak keluarga luas yang memberikan istri kepada pihak
kita; dan (3) berru, adalah pihak keluarga luas yang menerima istri yang erasal dari pihak kita.
7
pesta, yaitu antara keluarga yang membuat pesta dan pihak keluarga yang memberi
istri atau dalam bahasa Pakpak disebut kula-kula. Pada acara mengkerboi ini
nantinya ada empat tahapan yang harus dilaksanakan yaitu: (1) acara membawa
kayu jeretten sebagai tiang untuk tempat diikatnya kerbau yang akan disembelih,
(2) urutan kedua yaitu mengiring ke tiang jeretten, (3) urutan ketiga yaitu
penyembelihan kerbau; dan (4) yang terakhir adalah menampakken page tumpar, di
Keempat urutan yang ada dalam acara mengkerboi ini harus diiringi oleh
yang khusus.
maka upacara tersebut sudah tergolong upacara yang besar dan harus turut
mengundang para pergotci,4 karena selama proses mengkerboi mulai dari kerbau
oleh musik tradisional yang dimainkan secara langsung (live) oleh para pergotci.
Genderang yang dipakai pergocci juga harus sesuai dengan upacara yang
dilaksanakan, jika upacara yang akan dilaksanakan adalah upacara yang bersifat
suka cita, maka yang dipakai adalah genderang sisibah atau genderang sipitu.
Sebaliknya jika upacara yang akan dilaksanakan bersifat duka cita, maka
4
Sebutan untuk para pemusik tradisional musik Pakpak, kata bentukan ini terdiri dari dua
unsur yaitu awal per yang artinya orang atau ahli dan gocci, yang maknanya adalah musik. Jadi
pergocci secara harfiah (etimologis) adalah pemusik atau musisi. Mereka ini memiliki kedudukan
yang khas di dalam sistem sosial masyarakat Pakpak. Mereka dihormati, dihargai, dan diberi materi
atas kegiatan yang mereka lalukan di dalam sebuah upacara. Di dalam kebudayaan Batak Toba,
istilah yang memiliki arti yang hampir sama adalah pargonsi, dan di dalam kebudayaan Karo
disebut dengan sierjabaten.
8
Bagi suku Pakpak, musik mempunyai peranan yang sangat penting dalam
budaya musikal sendiri. Dalam penyajiannya ada yang menggunakan alat musik,
vokal, dan gabungan vokal dengan musik, dalam penggunaan alat musiknya ada
yang dimainkan secara ensambel ada juga yang secara tunggal (solo instrumen).5
tersebut dibagi menjadi beberapa ensambel dan solo instrumen,6 yakni genderang
mbotul, dan gung. Di sisi lain, berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik
tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: sipaluun (alat musik yang
dimainkan dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan
cara ditiup), dan sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik).
terdiri dari: alat musik sipaluan dan sisempulen saja. Adapun alat-alat musik itu
adalah: genderang sisibah (conical single headed drums) yang terdiri dari sembilan
buah gendang yang berbentuk konis satu sisi membrannya, gung sada rabaan
(idiofon yang teridiri dari empat buah gung (knobbed suspended gongs) yaitu
5
Istilah instrument dalam Kamus Musik yang ditulis oleh M. Soeharto (1992:54) adalah
istilah dalam bahasa Inggris, yang artinya adalah alat musik yang digolongkan berdasarkan cara
memakainya. Kadangkala istilah ini diserap di dalam Bahasa Indonesia menjadi instrumen, dengan
makna yang sinonim dengan alat musik.
6
Terminologi ensambel atau ansambel pada Kamus Musik yang ditulis oleh M. Soeharto,
(1992:4) adalah berasal dari bahasa Prancis, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris dan
kemudian diserap pula ke dalam Bahasa Indonesias, artinya adalah kelompok kegiatan seni musik,
dengan jenis kegiatan seperti tercantum dalam sebutannya. Biasanya tampil sebagai kerjasama
pesertanya di bawah pimpinan seorang pelatih.
9
panggora, poi, tapudep, dan pong-pong), sarune (double reed shawm), dan
(kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja. Ensambel
genderang sipitupitu dan genderang silima terdiri dari alat musik yang terdapat
9 buah gendang (gendang yang digunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut
dari gendang terbesar). Ensambel ini digunakan pada upacara duka cita (kerja
Ensambel gendang ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk
barrel (double head barrel drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang
inangna (gendang induk, gendang ibu) yaitu gendang terbesar dan gendang anakna
(gendang anak, jantan) yaitu gendang terkecil. Instrument lainnya yang terdapat
dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, dan sepasang cilat-cilat.
Ensambel ini digunakan pada upacara ritual, seperti upacara mendeger uruk
(upacara mengusir roh penunggu hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian)
dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.
Ensambel yang terakhir adalah oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang
10
sitelu-telu, gung sada rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone),7 dan
kucapi (short neck lute). Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja
Oleh karena data yang didapat penulis adalah upacara yang bersifat duka
cita atau kerja njahat ncayur tua8 yang berlokasi di desa Natam Jehe, Kecamatan
Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. dan pada upacara tersebut melaksanakan salah
tentang musik yang yang dimainkan pergotci pada saat proses upacara mengkerboi
berlangsung untuk dijadikan tulisan ilmiah. Terlebih karena acara ini tergolong
jarang dilaksanakan di daerah Pakpak sendiri, dan sebagai orang yang bersuku
Pakpak, penulis merasa ini menjadi beban moral dan tanggung jawab untuk
Kajian ini tentu saja menggunakan disiplin ilmu etnomusikologi, yaitu ilmu
yang penulis pelajari selama kurun empat tahun terakhir ini. Untuk itu, konsep
keilmuan (saintifk) tentang apa itu etnomusikologi, yang kemudian penulis gunakan
dalam mengkaji musik dalam upacara mengkerboi ini, adalah menggunakan konsep
webdb.iu.edu.
7
Xilo (kayu) fon (suara/bunyi) yang artinya adalah kayu atau bilah kayu yang bersuara,
(www.wilkipedia.com). Xilofon ini dalam konteks musik di seluruh dunia biasanya berbetuk
bilahan-bilahan kayu. Sedangkan alat-alat musik yang terbuat dari logam ada pula yang bberbetuk
bilahan, misalnya saron dalam musik Jawa. Untuk membedakan alat-alat musik bilahan yang terbuat
dari kayu dan logam ini, maka xilofon biasanya merujuk kepada alat musik berbilahan kayu, dan
metalophone keys merujuk kepada alat musik berbilahan logam.
8
Jenis upacara kematian orang tua yang sudah lanjut usia dan semua keturunannya telah
berumah tangga, dan sudah memiliki cucu maupun cicit. Di kalangan masyarakat lain di Sumatera
Utara, terdapat pula upacara sejenis, yaitu di dalam kebudayaan Batak Toba disebut saur matua, di
dalam kebudayaan Simalungun disebut sayur matua, dan di dalam kebudayaan Karo disebut cawir
metua.
11
Dalam konteks perkembangan disiplin etnomusikologi masa kini,
penjelasan mengenai apa itu etnomusikologi adalah seperti kutipan dari laman web
adalah kajian keilmuan yang menjangkau terbentuknya musik di seluruh dunia ini,
kegiatan, alat-alat musik, dan suara yang dihasilkan (alat-alat musik atau vokal),
dengan masyarakat yang menghasilkan musik tersebut. Musik klasik Eropa dan
China, tarian Cajun, nyanyian masyarakat Kuba, hip hop, juju dari Nigeria,
12
gamelan Jawa, ritual penyembuhan penyakit masyarakat Indian Navaho, nyanyian
keagamaan Hawaii, adalah beberapa contoh kajian terhadap musik di seluruh dunia,
dalam musik saja, tetapi ada yang berasal dari bidang ilmu antropologi, folklor, tari,
apa yang terjadi, bertanya tentang apa yang diteliti, dan juga turut terlibat
melakukan studi terhadap arsip, perpustakaan, dan museum, untuk mencari sumber-
etnomusikologi.
mengkaji fenomena budaya, sosial, dan seni. Studi musik dalam kebudayaan adalah
13
salah satu pendekatan di dalam etnomusikologi. Demikian pula yang penulis
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
tersebut dalam sebuah tulisan ilmiah yang berbentuk skripsi sarjana, dengan judul:
sebelumnya, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan
ini adalah:
adat kerja njahat ncayur ntua pada masyarakat Pakpak di Desa Natam
2. Sejauh apa guna dan fungsi musik tradisional Pakpak dalam upacara
adat mengkerboi dalam upacara adat kerja njahat ncayur ntua (kerja
Bharat?
dalam kegiatan mdalam upacara adat kerja njahat ncayur ntua pada
14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
upacara adat ncayur ntua pada masyarakat Pakpak di Desa Natam Jehe
1.3.2 Manfaat
selanjutnya.
15
4. Sebagai suatu upaya untuk memelihara dan melestarikan musik tradisional
Utara.
skripsi ini, merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:431). Jadi
Di dalam skripsi sarjana ini, konsep yang perlu diuraikan adalah terutama
yang perlu diurai adalah: (1) analisis atau kajian, (2) musik, (3) penggunaan dan
fungsi, (4) struktur, (5) ritme, (6) repertoar (7) mengkerboi, (8) upacara, (9)
Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau analisis adalah penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan. Berpedoman dengan definisi di atas, kata analisis dalam tulisan ini
berarti hasil penguraian dan penelaahan objek penelitian, dalam hal ini adalah
16
kajian terhadap dua aspek utama yaitu fungsi dan struktur ritme Gendang
Mengkerboi sebagai sebuah repertoar (yang terdiri dari empat lagu) dalam konteks
(Merriam, 1964:27) didefinisikan sebagai berikut: That one of the fine arts which is
concerned with the combination of sounds with a view to beauty of form and the
expression of thought or feeling. Artinya secara harfiah adalah salah satu bagian
seni murni yang meliputi kombinasi bunyi-bunyian dengan suatu pandangan dalam
Edition (Merriam 1964:27) sebagai: An art of sound in time which expresses ideas
harmony, and color. Artinya musik adalah sebagai salah satu seni yang medianya
suara diolah berdasarkan waktu, yang mengekspresi berbagai gagasan dan emosi
dalam bentuk yang signifikan melalui unsure-unsur ritme, melodi, harmoni, dan
warna suara. Berdasarkan dua pengertian musik di atas, dapat disimpulkan bahwa
musikal adalah suatu hal yang berkaitan dengan hasil pikiran dan perasaan di mana
konsep penggunaan dan fungsi musik dalam masyarakat, seperti berikut ini.
17
berasaskan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sebuah masyarakat. Musik
dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagiannya. Penggunaan bisa atau
tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Merriam memberikan contoh, jika
musik seperti itu bisa dikaji sebagai perwujudan dari kontinuitas dan
kegiatan upacara.
musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan “fungsi” berkaitan dengan
alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh
dari sekedar apa yang dapat dilayani oleh musik yang dikaji. Dengan demikian,
dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan
konsistensi internal budaya. Dalam kaitannya dengan tulisan ini, maka dapat
18
(4) Yang dimaksud dengan struktur di dalam tulisan ini adalah mengacu
kepada KBBI (1991), yaitu: (i) cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan,
bangunan; (ii) yang disusun dengan pola tertentu; (iii) pengaturan unsur atau bagian
suatu benda; (iv) ketentuan unsur-unsur dari suatu genda; (v) dalam linguistik
adalah pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis. Dalam skripsi sarjana ini,
Mengkerboi disusun atau dibangun oleh ritme-ritmenya yang terdiri dari meter
(birama), pulsa dasar (taktus), dan unit-unit pembentuk birama, seperti durasi not,
aksentuasi, down beat, up beat, dupel, kuadrupel, cepat dan lambatnya tempo lagu,
dan lain-lainnya.
(5) Seterusnya masih menurut KBBI (1991) yang dimaksud ritme adalah
gerakan berturut-turut secara teraturm turun dan naiknya lagu (bunyi) yang
beraturan. Ritme ini juga memiliki makna yang sama dengan irama. Di dalam
skripsi sarjana ini, yang penulis maksud dengan ritme adalah irama yang dihasilkan
oleh alat-alat musik dalam ensambel genderrang yang disajikan di dalam upcara
kerja njahat ncayur ntua pada masyarakat Pakpak, terutama di lokasi penelitian,
dalam tulisan ini adalah: (a) persediaan nyanyian, lakon, opera yang dimiliki
seseorang atau suatu kelompok seni yang siap untuk dimainkan; (b) daftar lagu,
judul sandiwara, opera, dan sebagainya yang akan disajikan oleh pemain musik,
(dialek, ragam) yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat (KBBI online). Di
19
dalam skripsi sarjana ini, yang dimaksud dengan repertoar adalah persediaan
nyanyian atau lagu yang disajikan ensambel genderrang, yang dalam upacara
mengkerboi terdiri dari lagu-lagu: (1) Gendang Si Sangkar Roh, (2) Gendang
Gajah Mangiring, (3) Gendang Mangiring Gajah, dan (4) Gendang Raja.
dengan empat tahapan yaitu, acara membawa kayu jeretten sebagai tiang untuk
tempat diikatnya kerbau yang akan disembelih, urutan kedua yaitu mengiring ke
tiang jeretten, urutan ketiga yaitu penyembelihan kerbau dan yang terakhir adalah
(8) Selanjutnya, konsep mengenai upacara menurut KBBI (1991) adalah: (i)
(ii) peralatan menurut adat-istiadat, rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat
pada aturan tertentu menurut adat atau agama, misalnya dalam kalimat upacara
pejabat, pembukaan gedung baru); contoh dalam kalimat upacara pelantikan bupati,
ini, yang dimaksud upacara adalah seperti konsep pada butir (ii) dan (iii) yang
tertera di dalam KBBI, khususnya upacara kematian ncayur ntua yang mengikuti
20
adat dan agama serta perbuatan dan perayaan yang dilakukan sehubungan dengan
peristiwa penting dalam budaya masyarakat Pakpak yaitu kematian ncayur ntua,
Dalam kebudayaan Pakpak, upacara ini secara umum disebut dengan kerja.
Berdasarkan jenisnya dibagi dua yaitu upacara duka cita yang disebut dengan kerja
njahat (misalnya kematian dan mengangkat tulang leluhur) dan upacara suka cita
(misalnya perkawinan dan pesta panen) yang disebut dengan kerja mbaik. Terdapat
lima jenis upacara kematian dalam budaya masyarakat Pakpak yaitu: (1) Mate
bura-bura koning jika yang meninggal dunia berusia satu hingga lima tahun, (2)
Mate bura-bura cipako jika yang meninggal dunia berusia enam sampai lima belas
tahun, (3) Males bulung buluh jika yang meninngal dunia dana meninggalkan anak
yang masih kecil, (4) Males bulung sampula yang meninggal dunia sudah
termasuk berusia tua tetapi keturunannya belum semua berkeluarga, dan (5) Males
bulung sibernae (ncayur ntua ) adalah kategori kematian yang paling tinggi
tingkatannya karena meninggal dalam usia tua dan semua keturunannya sudah
berkeluarga dan mempunyai cucu dan bahkan sudah meningglakan cicit juga.
ncayur ntua saja. Ncayur ntua adalah jenis jenis upacara kematian orang tua yang
sudah lanjut usia dan semua keturunannya telah berumah tangga, dan sudah
9
Hasil wawancara dengan A. Pandapotan Solin. 11 September 2015
21
1.4.2 Teori yang Digunakan
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis
menggunakan beberapa landasan teori yang berkaitan (relevan) dengan tulisan ini.
definisi, dan proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dari
Untuk menganalisis pokok masalah pertama yaitu upacara adat ncayur tua
suku Pakpak di Desa Natam Jehe penulis berpedoman pada teori upacara yang
tempat upacara dilakukan; (2) saat-saat upacara dijalankan; (3) benda-benda dan
alat upacara; dan (4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara.
karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh
22
pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain. Salah satu sistem yang terlihat jelas
dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari
mulut ke mulut yang lazim disebut oral tradition (Nettl, 1973:3). Dengan demikian
kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan
sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi
lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu
kebudayaan musik itu sendiri. Tradisi lisan dalam pewarisan kebudayaan musik
mengkerboi merupakan bagian dari pewarisan budya musik suku Pakpak yang
fungsi itu intinya adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud
memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah keinginan naluri makhluk manusia yang
keinginan naluri manusia untuk tahu. Teknologi muncul karena manusia ingin
kebudayaan yang terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human need itu.
23
Dengan paham ini seorang peneliti bisa menganalisis dan menerangkan banyak
pada upacara ncayur tua, dalam budaya masyarakat Pakpak, timbul dan
memuaskan keinginan nalurinya terhadap keindahan dan ritual. Namun lebih jauh
dari itu, akan disertai dengan fungsi-fungsi lainnya, seperti integrasi masyarakat,
struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan
yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat,
10
Abstraksi tentang fungsi yang ditawarkan oleh Malinowski berkaitan erat dengan usaha
kajian etnografi dalam antropologi. Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi
berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-metode
penelitian lapangan dalam masa penulisan buku etnografi mengenai kebudayaan masyarakat
Trobiands, selanjutnya menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah
laku manusia dan institusi-institusi sosial menjadi begitu mantap (Koentjaraningrat, 1987:67).
24
define it as a condition in which all parts of the social system work
together with a sufficient degree of harmony or internal consistency,
i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved
not regulated (1952:181).
bisa dianggap sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat Pakpak. Pertunjukan
musik tersebut adalah salah satu bagian aktivitas yang bisa menyumbang kepada
membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi.
penting. Para pakar etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap
perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk
praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bahagian daripada pelaksanaan adat
istiadat, sama ada ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan
penulis juga menggunakan teori analisis waktu di dalam musik oleh William P.
25
Malm (dalam terjemahan Takari, 2003) yang mengatakan ada langkah-langkah
(2) menganalisis “waktu” termasuk di dalamnya meter, pulsa dasar (taktus), dan
menganalisis unsur “waktu” lewat pendekatan musik Barat yang terdiri dari empat
langkah, yaitu: (1) mencatat tempo dalam tanda-tanda metronom (jumlah ketukan
dasar per menit); (2) menotasikan ritme yang dihasilkan, serta hubungannya dengan
melodi; (3) mencatat meter atau tanda birama (skema waktu dalam musik) untuk
latar belakang budaya si penulis); dan (4) Merangkum pulsa-pulsa ini ke dalam
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
lapangan (pra-lapangan), Tahap kerja lapangan, Analisis data dan penulisan laporan
26
(Moleong, 2002:109). Di samping itu, untuk mendukung metode penelitian yang
dikemukakan oleh Moleong, penulis juga menggunakan kerja lapangan (field work)
dan kerja laboratorium (laboratory work). Hasil dari kedua disiplin ini kemudian
ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data. Dalam hal ini digunakan dua
1984:25).
penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajari buku-
juga informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian pada saat
27
1.5.2 Kerja Lapangan
melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan teknik observasi untuk
wawancara bebas dan juga wawancara mendalam antara penulis dengan informan,
walaupun saat melakukan penelitian terdapat juga hal-hal baru, yang menjadi bahan
pertanyaan yang dirasa mendukung dalam proses penelitian ini, semua ini
1.5.3 Wawancara
sambil lalu (casual interview). Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan
daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat wawancara, pertanyaan yang penulis
ajukan bisa beralih dari satu topik ke topik lain secara bebas. Sedangkan data yang
terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka ragam, tetapi tetap
28
Lebih jauh lagi, menurut Harja W. Bachtiar (1985:155), wawancara adalah
atau keterangan tidak ada yang hilang. Seterusnya agar data nantinya dikaji, maka
Canon 1100d.
Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan dari berbagai sumber
yaitu hasil pengamatan, hasil wawancara, rekaman audio, visual, dan audiovisual,
menggunakan notasi balok dengan bantuan perangkat lunak program sibellius agar
memperjelas kualitas notasi balok di dalam tulisan ini. Hasilnya dapat dilihat dalam
dalam upacara ncayur tua perlu dilihat dalam konteks multidisiplin ilmu. Dengan
demikian, tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan
29
Untuk mengetahui sistem permainan atau teknik permainan alat musik yang
terdapat dalam ansambel gendrang silima yang digunakan dalam acara gendang
mengkerboi, penulis mengacu pada teori berikut: ”Kita dapat menganalisis dan
mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik
yaitu: ”Ada dua tujuan musikal yaitu secara perspektif dan deskriptif. Secara
ringkas diterangkan bahwa perspektif dapat disebut sebagai notasi yang tidak lebih
dari untuk membantu pemain mengingat terhadap musik pada saat pertunjukan.
Sedangkan deskriptif adalah notasi yang menuliskan semua karakter musikal secara
Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Desa ini dihuni oleh
mayoritas penduduknya suku Pakpak. Cara penulis melihat desa ini adalah baik
yaitu melihatnya sebagai sebuah wilayah kebudayaan etnik, dalam hal ini etnik
Pakpak. Tentu saja ada perbedaan antara cara melihat etnik berdasarkan wilayah
30
Bagan1.1:
Latar Belakang Kajian Etnomusikologis terhadap Fungsi dan Struktur Ritme
Repertoar Gendang Mengkerboi dalam Upacara Ncayur Ntua Masyarakat Pakpak
di Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.
31
BAB II
Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera
Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, beribukotakan Kota
Salak. Kabupaten ini berdiri sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi. Kini
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pangindar, Kecamatan Sitellu Tari
desa.
barat, melainkan memiliki dua arti nama yang digabungkan menjadi satu yaitu
Pakpak adalah nama daerah sedangkan Bharat artinya adalah baik, jadi Pakpak
Bharat adalah daerah Pakpak yang baik. Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada
garis 2,00–3,00 Lintang Utara dan 96,00–98,30 Bujur Timur, dan berada di
(1) Sebelah Utara: Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira dan
32
(3) Sebelah Timur: Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Kecamatan Harian
Darussalam.
atau 1,7 dari luas Provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 Ha
Gambar 2.1:
Peta Kecamatan Kerajaan Dilihat Dari Kabupaten Pakpak Bharat
33
2.2 Sistem Kepercayaan
setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi atau
perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada di
bawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun roh-
Pakpak, masyarakat mempercayai kekuatan gaib dan percaya bahwa alam adalah
nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang
Debata Guru atau Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan
melindungi, yaitu:
1. Beraspati Tanoh
tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau
2. Tunggung Ni Kuta
melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Karena itu,
1
Skripsi Sarjana Kajian Organologi Kucapi Pakpak Buatan Bapak Kami Capah di
Kecamatan Kerajaan Pakpak Bharat, oleh Batoan Sihotang (2013:30).
34
maka Tunggung Ni Kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu
sebagai berikut:
a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang di dalamnya terdapat tulisan-
ramalan.
c. Penghulu balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu yang
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di
e. Sembahen ni ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang
f. Tali solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular
g. Tongkat balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih
kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan
musuh.
35
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan
danau.
j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.
b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun
temurun.
c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh
atau sungai.
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari
tempat lain dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba.
agama. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama
yang tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar
masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen, dan sebagian kecil
beragama Katolik.
36
2.3 Sistem Bahasa
Kerajaan adalah bahasa Pakpak, karena mayoritas penduduk di sana adalah suku
menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat. Terdapat juga sebagian
kecil suku lain seperti suku Batak Toba, Karo, Nias, dan Jawa yang datang ke
daerah Kecamatan Kerajaan. Dalam realitas sosial, setelah tinggal beberapa lama di
sana, masyarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih
menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat
Pakpak, yaitu:
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau
5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
37
2.4 Sistem Kekerabatan
Seperti halnya etnik lain, etnik Pakpak juga memiliki sistem kekerabatan yang
2.4.1 Marga
Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok
kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik melalui garis
Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya nilai budaya
yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur kehidupan sosial.
Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan eksogami marga, yakni
adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya. Bila terjadi perkawinan
semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan,
Sulang silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula,
dengan sebeltek siampun-ampun/ anak yang paling kecil, serta anak berru. Sulang
dari seekor hewan seperti kerbau, lembu, atau babi yang disembelih dalm konteks
38
upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing- masing
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
(1) Kula-kula
Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem
istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang
sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan
demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang
dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang
acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam
adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara
kematian.
persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang
satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada
kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam sebuah acara
adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut.
Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan
39
(3) Anak beru
pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung
jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja,
penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan situaan
adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun
adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan
berbeda, yaitu sebagai berikut: Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang
berpesta) akan mendapat sulang per-punca naidep. Situaan (orang tertua yang
Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-
tulan tengah. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan
mendapat sulang perekur-ekur. Anak berru (pihak yang mengambil anak gadis dari
keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu.
Biasanya penerimaan perjambaren anak berru disertai dengan takal peggu, yang
artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap berjalannya
pesta. Anak berru memiliki peran dan tanggungjawab yang besar dalam setiap
pesta, karena anak berru lah yang bertugas untuk menyiapkan serta menghidangkan
daliken sitelu ini dapat digambarkan seperti pada bagan berikut ini.
40
Bagan 2.1
Daliken Sitelu dan Sulang Silima
dalam Kebudayaan Pakpak
2.5 Kesenian
musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotci dan oning-oningen.
menjadi beberapa kelompok, yaitu sipaluun (alat musik yang dimainkan instrument
musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotci dan oning-oningen.
41
menjadi beberapa kelompok, yaitu: sipaluun (alat musik yang dimainkan dengan
cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan
sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah gotci dan oning-
tunggal atau dalam bentuk solo (bukan sekumpulan alat-alat musik yang sejenis).
digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada rabaan,
(merbayo).
Sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut
siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang
42
di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari
kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah
sebagai berikut.
menghantarkan).
3) Genderang III s/d VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna kayu
(menyeimbangkan).
43
Gambar 2.2:
Genderang Sisibah
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
sama dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah,
yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan
ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada
dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang
ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai dari
urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah
gung sada rabaan, sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam
44
genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam
satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang ini
berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang pada bilangan
ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi
dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing seperti pada
genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah
gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam
genderang sisibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat)
terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel
drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang
ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan) yaitu
gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah empat
buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal). Ensambel ini
biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan
sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti
(idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris
diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya,
45
instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan
digunakan pada upacara suka cita (Kerja mbaik) seperti upacara penikahan
Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara memainkannya,
Tabel 2.1
Pembagian Alat Musik Berdasarkan Cara Memainkannya
Gendang si dua-dua.
3. Sipiltiken Kucapi
46
2.5.2 Seni Suara
Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak member nama
musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan
dengan gaya menangis (Pakpak: tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi
47
atau tempat-tempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan
anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun
dari orih-orih, oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini
ulang (repetitif).
48
c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain.
disebut sukut-sukuten.
pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang
yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Persukuten haruslah
anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah
pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran
maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya
49
dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang
burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro
(menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter
istilah masyarakat Pakpak disebut kerja. Ada kerja mbaik yaitu acara-acara
digunakan dalam hampir setiap rangkaian acara. Orang yang menari atau
sebeltek.
50
2. Mendegger uruk.
pertanian yang ada disuatu kampung dan dilakukan oleh satu marga tertentu.
Orang-orang yang hadir dalam upacara ini adalah sulang silima dari pihak marga
tersebut. Sama seperti upacara-upacara lainnya, setiap orang yang tumatak harus
3. Mengerumbang
semua hutang adat orang tuanya sebelum meninggal, atau dengan kata lain
mengadakan pesta diwaktu orang tua masih hidup. Disini juga dilaksanakan tatak
Dibawah ini merupakan gerakan yang umum digunakan dalam kerja mbaik
jabi, yang dirangkai dan diikat ke kayu sarkea. Pada konteks upacara
sukacita maupun dukacita, gerakan ini dilakukan oleh kaum Beru untuk
51
menyambut Kula-kula dan bisa saja dilakukan oleh orang yang sengaja
diunjuk.
(iii) Mengeleap, gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya
(iv) Menerser, gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya
Kerajaan, Kabupatrn Papak Bharat adalah bercocok tanam. Melihat kondisi tanah
yang subur serta sangat mendukung untuk bercocok tanam, maka tidak heran jika
Selain itu, dahulu kala sampai sekarang suku Pakpak dikenal dengan
warga Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Kabupatrn Papak Bharat adalah
pencari kemenyan.
Adapun jenis tanaman yang yang ditanam adalah padi, baik di sawah atau di
darat, sayur-sayuran, karet dan yang paling mendominasi adalah tanaman kelapa
sawit. Sebagian besar lahan pertanian ditanami dengan tanaman kelapa sawit dan
52
Selain bertani, mata pencaharian lainnya adalah berdagang, buruh pabrik, dan ada
Dari gambaran umum pada Bab II ini tergambar kepada kita bahwa etnik
Pakpak, terutama di lokasi penelitian yaitu Desa Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan,
dataran tinggi, yang tentu saja menghasilkan kebudayaan agraris dan pedesaan.
umumnya beragama samawi yaitu: Islam, Protestan, dan Katolik. Namun demikian
berbagai nilai religi awal masih terdapat di dalam kehidupan mereka terutama yang
di dalmnya dalam konteks upacara adat ncayur ntua dalam klasifikasi kerja njahat,
adalah ekspresi dari budaya agraris dan sistem religi yang dianut.
organisasi sosial dalam daliken sitelu, sistem pendidikan formal ala Indonesia dan
kesenian-kesenian yang masih kuat berdasar kepada seni tradisi Papak, walaupun
kesenian-kesenian yang bersifat nasional dan dunia telah juga masuk ke dalam
kesenian nasional dan dunia itu, menurut pengamatan penulis masuk melalui
media-media massa baik itu seperti radio, televisi, harian, intenet, dan lainnya.
53
Pada masa kini semua proses tersebut berlangsung di dalam kehidupan masyarakat
Pakpak. Jadi dalam keadaan yang sedemikian rupa dapatlah dikatakan bahwa
masyarakat secara umum, yang berakar dari pemikiran adat, yang juga berpandu
54
BAB III
Kehidupan terdiri dari dua kutub pertentangan, antara “hidup” dan “mati,”1
yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme
akhir dari perjalanan hidup manusia. Maka kematian pada dasarnya adalah hal
yang biasa, yang semestinya tidak perlu ditakuti, karena cepat atau lambat akan
bukan menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan selalu ditempuh
datang. Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat tua.
seseorang meninggal dalam usia tua karena secara manusiawi tanggung jawab di
dalam keluarga sudah selesai, maka akan dirayakan secara meriah. Demikian juga
1
Dalam perspektif hidup, dua kutub yang saling bertentangan ini sebenarnya adalah saling
mengisi. Keduanya menjadi sifat alamiah dari dunia dan segala isinya ini. Dua kutub tersebut di
antaranya adalah siang dan malam, pagi dan petang, laki-laki dan perempuan, baik dan jahat,
bodoh dan pintar, cantik dan jelek, utara dan selatan, timur dan barat, kiri dan kanan, bangun dan
tidur, tinggi dan pendek, terang dan gelap, dan masih banyak kutub-kutub yang saling berlawanan
tetapi intinya saling memerlukan di alam ini.
55
dengan suku Pakpak selalu melaksanakan upacara atau kegiatan adat sebelum dan
Kerja njahat bagi masyarakat Pakpak berarti upacara adat yang bersifat
duka cita, pada umumnya bersifat upacara kematian, meskipun didalam kerja
njahat ada juga upacara lainnya seperti menghubungkan manusia dengan dunia
roh. Pada hakekatnya semua kematian dalam masyarakat Pakpak disertai dengan
upacara adat. Jenis dan bentuk upacaranya ditentukan oleh kategori jenis
kematiannya.
Dalam konsep etnosains etnik Pakpak, terdapat lima jenis kematian, yang
dilihat dari sisi usia dan kualitas yang meninggal saat hidup di dunia. Kelima
(1) Mate bura-bura koning jika yang meninggal dunia berusia satu hingga lima
tahun,
(2) Mate bura-bura cipako jika yang meninggal dunia berusia enam sampai
(3) Males bulung buluh jika yang meninngal dunia dana meninggalkan anak
(4) Males bulung sampula yang meninggal dunia sudah termasuk berusia tua
(5) Males bulung sibernae (ncayur ntua ) adalah kategori kematian yang
paling tinggi tingkatannya karena meninggal dalam usia tua dan semua
56
Mate ncayur ttua bagi masyarakat Pakpak juga disebut palit omban. Palit
berarti membuat coretan atau tanda dengan kapur sirih dan omban berarti
sepotong kayu yang digunakan untuk mengorek lobang atau kubur. Terkhusus
upacara ncayur tua atau yang disebut juga males bulung sibernae pada
masyarakat Pakpak adalah upacara yang paling tinggi tingkatannya karena pada
upacara ini disarankan memotong kerbau atau lembu yang nantinya akan
masyarakat Pakpak bisa samapai tujuh hari lamanya, itu desebabkan karena
hanya orang yang tergolong kaya yang sanggup untuk melaksanakan upacara
tersebut. Pada saat sekarang pelaksanaan upacara kerja njahat ncayur ntua
harus diperhatikan di dalam sebuah upacara, yaitu: (1) peralatan dan benda
upacara, (2) lokasi upacara, (3) pelaku upacara, (4) jalannya upacara, dan (5)
pemimpin upacara. Kelima aspek ini dalam kaitannya dengan upacara kematian di
Untuk melaksanakan upacara adat kerja njahat ncayur ntua ada beberapa
tahapan yang harus dilaksanakan mulai dari persiapan sebelum upacara, saat
upacara berlangsung, setelah upacara selesai dan apa saja yang diperlukan dalam
57
3.2.1 Tenggo Raja
Jika seseorang meninggal dunia dan tergolong mate ncayur ntua pada
termasuk juga saudara dari almarhum, dapat juga di diskusikan dengan istri yang
meninggal apabila yang meninggal laki-laki, dan suami yang meninggal dunia
jenazah dikebumikan maka setelah itu ditetapkanlah waktu untuk tenggo raja,
yang jika diartikan ke bahasa Indonesia yaitu memanggil raja-raja. Pada tahapan
(1) Dengan sibeltek, yaitu keturunan kandung atau saudara kandung yang
adalah perempuan, dengan sibeltek disini tetap pada saudara dari suami
(2) Sinina, yaitu saudara yang semarga dengan keluarga yang berkabung,
(3) Berru takal peggu yaitu saudara perempuan yeng tertua dari ayah yang
(4) Berru ekur beggu yaitu saudara perempuan yang paling kecil dari ayah yang
meninggal dunia,
(5) Puang benna pihak keluarga yang memberi istri sebagai ibu dari yang
meninggal dunia,
(6) Puang pengamaki pihak keluarga yang memberi istri kepada yang meninggla
dunia,
58
(7) Dengan kuta yaitu masyarakat yang berdomisili sama dengan almarhum,
(8) Raja kuta yaitu pihak yang mewakili marga sebagai tuan tanah suatu desa
atau kampung,
(10) Partua ibale, partua ibages dekket simatah daging, yaitu kaum bapak dan
Hasil dari wawancara penulis dengan Bapak Hendri Solin sebagai perkata-
upacara ini adalah Marga Solin, karena yang meninggal adalah Alm. Drs. Tigor
Solin (Pejabat Bupati Pakpak Bharat tahun 2003-2005) maka yang menjadi
berru takal peggu adalah marga Padang, berru ekur peggu adalah marga Berutu,
uang benna adalah marga Limbong, dan puang pengamaki adalah marga
Simanullang.
Jika semua pihak yang tersebut di atas sudah hadir, di sinalah saat dimana
kepada orang yang hadir di dalam tenggo raja, seperti rencana sukut untuk turut
2
Hasil wawancara dengan A.Pandapotan Solin pada tanggal 22 Oktober 2015 di Desa
Natam Jehe, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat.
3
Persinabul adalah orang menjadi protokol atau yang mengkomandoi sebuah acara adat.
Syarat-syarat untuk menjadi persinabul tentu saja harus memahami adat Pakpak, pandai berpidato
dalam bahasa Pakpak, dan memiliki jiwa kepemimpinan menurut ukuran kebudayaan Pakpak.
Persinabul ini dalam realitas sosial sangat dihargai dan dihargai oleh masyarakatnya. Ia juga
dipandang sebagai peemimpin adat, ersama tokoh-tokoh adat lainnya.
4
Sukut adalah pihak yang menyelenggarakan sebuah kegiatan pesta adat. Mereka adalah
tuan rumah dalam sebuah kegiatan pesta adat. Di dalam beberapa kebudayaan masyarakat di
Sumatera Utara, pihak penyelenggara pesta ini disebut pula suhut dalam budaya Batak Toba dan
Mandailing Angkola. Etnik Karo menyebutnya sukut juga.
5
Walaupun tidak sering digunakan, namun istilah ini merupakan istilah lain untuk
menyatakan alat musik genderang bagi masyarakat Pakpak.
59
dan sukut juga menyampaikan rencana mereka untuk melaksanakan upacara adat
mengkerboi untuk menjalankan hutang adat yaitu sebagai sulang nantinya dalam
upacara. Sesuai dengan hasil musyawarah juga, karena yang meninggal dunia
Kristen Protestan.
hari.
ke dalam peti matinya. Seseorang yang meninggal dunia dalam usia tua pada
akan dimasukkan ke dalam peti mati apabila beragama Kristen. Tahap ini harus
Bagi masyarakat Pakpak ini berarti agar semua keluarga yang ditinggalkan
semua menantu meletakkan blagen mbentar7 kedalam peti mati sambil meminta
hidup dan setelah itu Uang benna juga membentangkan tikarnya disusul oleh
6
Pihak pemberi istri, dalam struktur sosial daliken siteku di dalam masyarakat Pakpak,
beserta berru dan dengan sibeltek.
7
Blagen mbentar adalah berupa tikar yang dianyam dari daun pandan yang telah
dikeringkan sedemikian rupa. Di dalam kebudayaan-kebudayaan etnik di Sumatera Utara, daun
pandan yang dibuat menjadi tikar ini adalah sebagai bagian dari teknologi tradisi mereka. Di dalam
kebudayaan Melayu disebut dengan tikar ciau.
60
puang pengamaki. Jenazah tidak dapat dimasukkan apabila puang benna belum
Gambar 3.1
Memasukkan Jenazah ke Dalam Peti
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
pemusik Pakpak yang nantinya akan mengiri seluruh kegiatan adat yang
membawa seperangkat genderrang silima dan gung sada rabaan sesuai dengan
8
Pergenderrang adalah sebutan bagi pemukul genderrang, dalam kebudayaan musikal
suku Pakpak. Di sisi lain semua pemusik tradisional Pakpak biasanya disebut sebagai pergotci.
61
adat istiadat Pakpak yaitu genderrang yang dipakai apabila upacara yang akan
Gambar 3.2
Genderang Sisibah
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
62
a
Gambar 3.3
Gung Sada Rabaan
(Gambar a. Poi, b. Puldep, c. Panggora, d. Pong-pong)
63
Genderrang silima pada masyarakat Pakpak adalah bagaian dari
genderrang sisibah tetapi yang dipakai hanya lima buah gendang saja yaitu Raja
semakin terdengar nyaring dan dan semakin enak untuk menari. Setelah itu
genderrangnya sesuai dengan ketentuan nada yang ada pada suku Pakpak.
Gambar 3.4
Pergenderrang
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
64
Persiapan pergenderrang ini dilakukan sembari sukut menyiapkan makanan
nantinya. Makanan akan diserahkan kepada benna kayu9 dan selanjutnya benna
akan beristirahat sembari sukut juga mempersiapkan acara yang akan dimulai
yaitu acara tatak tikan ibages sapo yaitu acara tarian yang dilakukan masih di
dalam rumah duka sebelum keesokan harinya akan dilanjutkan lagi di halaman
rumah duka.
Malam harinya ketika upacara adat akan segera dimulai disini secara
senasib sepenanggungan dalam acara ini dan juga meminta arahan dan petunjuk
tujuannya agar semua acara lancar dan juga terlebih dahulu sukut meminta maaf
9
Benna kayu adealah istilah musikal dalam kebudayaan Pakpak untuk menyebutkan
pimpinan pergenderrang, atau pemimpihn ensambel musik genderrang pada umumnya.
65
Gambar 3.5
Pihak Sukut Memnyerahkan Sirih kepada Pergenderrang
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
pergenderrang yang artinya sirih ini sebagai simbol bagi mereka untuk permisi
dan meminta kekuatan kepada leluhur suku Pakpak yang memulai musik dan tari
Mula. Bagi masyarakat Pakpak ini artinya musik pembuka dalam upacara
tersebut dan tidak akan ada lagi gendang pembuka selama upacara berlangsung
66
3.2.4 Tatak Ipas Ulan Kerja Njahat Ncayur Ntua
Tatak bagi masyarakat Pakpak adalah tari dalam pengertian luas. Tatak ipas
ulan kerja njahat ncayur ntua berarti menari pada saat upacara ncyur ntua
berlangsung. Hal ini sejalan dengan deskripsi Merriam (1964), bahwa upacara
yang berkaitan dengan doa kepada Tuhan berkaitan dengan mekanisme lainnya,
dalam hal ini adalah menari. Bagi masyrakat Pakpak menari dalam suasana duka
bukan berarti keluarga yang ditinggalkan tidak bersedih hati, tetapi tarianlah
sebagai pengganti tangisan mereka. Tarian yang dimaksud di sini bukan berarti
tarian yang kita ketahui pada umumnya yang bersifat pertunjukan namun
mersembah, menuyuk, dan lain sebagainya yang bersifat umum pada masyarakat
Pakpak.
Ada dua tahap tatak yang harus dilakukan dalam upacara kerja njahat
ncayur ntua yaitu Tatak Tikan Ibages Sapo dan Tatak Tikan Ikasean. Makna dan
Tatak Tikan Ibages Sapo berarti tatak yang dilakukan masih di dalam rumah
duka, ini dilakukan pada saat malam hari setelah pergenderrang membunyikan
gendang simemubuh sebagai tanda dimulainya acara tatak. Tatak yang dilalukan
pada malam hari ini bagi masyarakat Pakpak disebut juga tatak peparasken,
tatak pada malam hari tersebut sebagai gambaran untuk keesokan harinya sebagai
67
acara puncak upacara, karena kurang lebih semua rangkaian acara tatak ini akan
dilakukan lagi keesokan harinya di halaman rumah duka. Acara tatak ini yang
terlebih daluhu dilakukan oleh uang benna, apabila buang benna belum memulai
1. Tatak Uang Benna yang disambut oleh berru takal peggu dari sukut,
5. Tatak Sukut,
7. Tatak Perlebbuh-lebbuh,10
9. Tatak Sipemerre,11
10
Perlebbuh artinya pihak yang semarga (yang ditarik secara garis kekerabatan
patrilineal) dengan sukut (tuan rumah penyelenggara upacara) yang kampung halaman mereka
sama dari satu tempat.
11
Pemerre adalah pihak yang sama dengan sukut,dimana istri mereka juga bermarga yang
sama, yang dikawini berdasarkan klen eksogamus (kawin di luar marga sendiri).
12
Kempu artinya adalah cucu, yaitu generasi yang ketiga, dalam sistem kekerabatan
masyarakat Pakpak dalam konteks daliken sitelu.
13
Sukut nitalun adalah pihak marga yang sebagai tuan rumah di kampung di mana upacara
dilaksanakan, ini berlaku jika memang pihak sukut sebagai marga pendatang di kampung tersebut,
artinya sukut nitalun inilah yang menggantikan kedudukan sukut.
14
Cibal baleng adalah pihak yang berdekatan dengan kampung halaman mereka.
68
15. Tatak Pulung-pulungen,15
Gambar 3.6
Berru Takal Peggu Menyambut Kedatangan Uang benna
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Sesampainya uang benna ke dalam rumah duka, di sini juga berru takal
peggu dari sukut akan menyerahkan oles tatakenken. Oles bagi masyarakat
15
Pulung-pulungen adalah kegiatan-kegiatan kelompok yang diikuti sukut, misalanya
arisan-arisan atau serikat tolong menolog.
16
Pergemgem biasanya disebut juga pemerintah setempat, bisa saja terdiri dari kepala
desa, sekretaris desa, ketua LKMD, ketua RT, ketia RW, dan lain-lainnya.
17
Perkebbas adalah orang-orang yang menyiapkan seluruh kebutuhan pesta, seperti
memasak sebagainya.
69
tatakenken adalah yang ditarikan. Oles tatakenken yang diserahkan bagi
Gambar 3.7
Berru Takal Peggu Menyerahkan Oles Tatakenken
kepada Uang benna
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Semua pihak yang melakukan tariannya pada saat acara Tatak Tikan Ibages
Sapo bagi masyarakat Pakpak ini bukan hanya sekedar menari saja, sebelum
ditinggalkan.
70
3.2.4.2 Tatak Tikan Ikasean
Tatak Tikan Ikasean berarti acara tatak di halaman rumah duka. Acara tatak
ini dilaksanakan pagi hari setelah acara tatak pada malam hari sebelumnya.
Sebelum melaksanakan acara tatak di halaman rumah duka, terlebih dahulu sukut
Gambar 3.8
Acara Keluarga Sebelum Jenazah Dibawa ke Halaman Rumah
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Setelah acara keluarga selesai ditutup dengan doa, maka jenazah dibawa ke
halaman rumah duka untuk melaksanakan acara Tatak Tikan Ikasean. Jenazah
akan diarak mengelilingi tempat yang sudah ditentukan untuk menempatkan peti
71
Gambar 3.9
Jenazah Dibawa ke Halaman Rumah Duka
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
3.2.5 Mengkerboi
kerbau yang dibawa oleh kula-kula atau puang yaitu uang benna dan puang
3. Sarkea,
4. Bulung silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
72
7. Rih ntua,
8. Sanggar, dan
9. Sangka sapilit.
Gambar 3.10
Era-era, Kujur Sarke, dan Jeretten
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Adapun tahapan yanag harus dilakukan pada acara ini yaitu sebagai berikut.
a) Memasekken Jeretten
Uang benna dan puang pengamaki akan datang memikul jeretten dengan
posisi Puang Benna di bagian depan jereten dan puang pengamaki dibagian
belakang. Puang akan disambut oleh berru takal peggu sambil mengera-era
73
diiringi Genderang Sisangkar oleh pergenderrang. Sebelum menancapkan tiang
Gambar 3.11
Berrru Takal Peggu Memegang Era-era Berru Ekur Peggu
Memegang Kujur Sarkea
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
74
Gambar 3.12
Kedatangan Puang Membawa Jeretten dan Disambut olek Berru
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
b) Mangiring Gajah
Sebutan gajah dalam hal ini bukan berarti gajah yang sebenarnya yang kita
ketahui, bagi masyarakat Pakpak gajah merupakan sebutan simbolik untuk hewan
yang berkaki empat dan berukuran besar untuk disembelih pada upacara-upacara
adat yaitu kerbau atau lembu pada umumnya. Kerbau akan digiring puang lalu
disambut lagi oleh berru takal peggu menuju tiang jeretten yang sudah
Setelah kerbau sampai ke tempat dimana jeretten ditancapkan, lalu kerbau diikat
18
Pantem atau memantem artinya adalah menombak. Bagi masyrakat Pakpak memantem
kerbau dalam acara mengkerboi adalah sebagai simbol penyembelihan kerbau yang sebenarnya
kerbau akan disembelih dengan benar setelah acara mengkerboi selesai.
75
Gambar 3.13
Kerbau Diikat di Jeretten
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
c) Gajah Mangiring
membawa kujur sinane yang digantikan oleh sarkea sebagai alat untuk menombak
kerbau yang diikat di jeretten sebanyak tujuh kali. Pada hitungan ketujuh oleh
perkata-kata maka berru takal peggu menombak kerbau dan pada saat itu juga
76
Kemudian Puang Benna menaburkan page tumpar ( padi ) di sekeliling jerretten
Gambar 3.14
Kerbau Akan Dipantem (Ditombak)
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
77
Gambar 3.15
Puang Benna Menaburkan Padi
(Dokumentasi Surung Solin, 2015)
Setelah seluruh keluarga selesai memungut padi yang ditaburkan oleh Uang
benna, maka kerbau yang telah ditombak dibawa oleh perkebbas untuk
disembelih dan dipotong bagian-bagian tertentu dari tubuh kerbau tersebut untuk
dijadikan sulang. Selanjutnya pihak berru takal peggu mengambil tikar uang
benna yang diikat pada jeretten, begitu juga dengan berru ekur peggu mengambil
tikar puang pengamaki. Ini adalah tahap terakhir dalam acara Mengkerboi pada
masyarakat Pakpak.
Kemudian acara kembali lagi kepada acara tatak, namun acara tatak tikan
ikasean yang terlebih dahulu tumatak (menari) adalah sukut, berbeda dengan
Tatak Tikan Ibagas Sapo pada malam hari sebelumnya dimana acara tatak dimulai
oleh uang benna. Tatak sukut di sini menyimbolkan penghormatan kepada roh-
roh leluhur suku Pakpak berharap agar semua kegiatan upacara dapat berjalan
78
dengan lancar. Setelah sukut selesai tumatak, maka dilanjutkan dengan acara tatak
3. Tatak Berru,
Upacara adat kerja njahat maupun kerja mbaik bagi masyarakat Pakpak
secara umum adalah tempat dimana pihak-pihak yang terlibat dalam upacara
membawa ayam dan kembal/blagen mbentar balasannya dari sukut adalah oles
atau kain sarung dan uang, dengan kata lain setiap orang yang menghadiri suatau
upacara adat tentunya pasti membawa hutang sesuai dengan kedudukannya pada
upacara tersebut. Pada tahapan acara adat di halaman rumah duka ini, semua
pihak yang melaksanakan tataknya tentunya sambil membawa hutang adat sesuai
dengan kedudukan.
ketempat peristirahatan terakhir dengan kata lain tahapan ini adalah proses
penguburan jenazah. Tahapan ini dilakukan setelah semua acara tatak selesai.
Kewajiaban berru takal peggu dan berru ekur peggu di sini adalah meletakkan
oles di atas peti jenazah sambil mengucapkan kaka-kata perpisahan, oles ini
disebut dengan oles sintaken. Kemudaian puang benna dan puang pengamaki
79
mengambil oles tersebut juga mengucapkan kata-kata perpisahan seraya berdoa
kepada Tuhan supaya keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan rezeki di
kemudian hari.
perpisahan juga kata penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan, karna ini
adalah puncak upacara adat yang telah dilaksanakan di sini pergenderang juga
menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh hadirin yang ada terlebih kepada
keluarga mengelilingi jenazah sebanyak tujuh kali dan pada hitungan ketujuh
sukut akan memaparkan secara singkat riwayat hidup anggota keluarga mereka
yang meninggal dunia dan sukut juga megucapkan rasa terima kasih sebesar-
besarnya kepada seluruh hadirin yang datang juga meminta maaf atas kekurangan-
almarum (almarhumah) ada hutang piutang, maka keluarga akan siap untuk
menyelesaikannaya.
makan di rumah pihak sukut (tuan rumah), setelah itu dilaksanakan penyelesaian
hutang-hutang dan biaya keseluruhan dari upacara yang telah dilaksanakan serta
80
masih ada jenis hutang yang harus dibayar pihak sukut kepada pihak puang yang
Lemba adalah hutang adat kepada paman (puhun) atau keturunannya setelah
antara pihak sukut dengan puang melalui perkawinan. Seseorang yang tidak
membayar lemba maka diyakini bisa terkena hukuman gaib yang disebut dengan
idendeni lemba. Kelompok kerabat yang menerima lemba antara laki-laki dan
perempuan berbeda. Bila laki-laki yang meninggal, maka yang berhak menerima
lemba adalah saudara laki-laki ibu atau anak laki-laki ibu. Bila perempuan yang
meninggal yang berhak menerima lemba adalah si ayah atau saudara laki-lakinya
atau anak dari saudara laki-lakinya. Jenis lemba yang harus dibayarkan oleh
keluarga yang meninggal dapat berupa emas, tanah, kebun, sawah atau sejumlah
kedua belah pihak. Keadaan keluarga yang mampu secara ekonomi, maka
Ada beberapa jenis lemba dalam konsep masyarakat Pakpak yang dibedakan
berngin, bila pemberian disertai dengan emas atau sawah. 2. Sidua berngin, bila
pemberian hanya oles (sarung) dan sejumlah uang. Kewajiban yang menerima
juga sesuai dengan jenis lemba yang diterima. Bila jenisnya sidua berngin, maka
kewajiban puang yang menerima hanya seperangkat adat dengan lauk ayam. Bila
jenisnya siempat berngin, maka pihak puang wajib menyerahkan seperangkat adat
dengan hewan berkaki empat seperti kambing atau babi. Berdasarkan hubungan
harmonis atau tidak harmonisnya hubungan kerabat yang meninggal dengan pihak
81
kerabat puang yang menerima lemba, maka lemba juga dibedakan ke dalam 2
jenis yaitu: 1. Lemba nggelluh maksudnya bila hubungan harmonis antara kedua
belah pihak kerabat dan ada kemungkinan besar akan saling kawin antara kedua
kerabat. 2. Lemba mate maksudnya bila hubungan yang terjadi selama ini tidak
harmonis dan kecil kemungkinan untuk saling kawin antara kedua belah pihak.
Pemberian lemba dilakukan pada saat kelompok puang datang ke rumah keluarga
orang yang meninggal tersebut dengan membawa makanan pada hari yang telah
Maksud pemberian makanan ini adalah karena pada saat kematian pihak
keluarga menjadi sedih dan takut (terari tendi) disebabkan karena kematian dari
salah satu anggota keluarga tersebut maka pihak puang perlu melindunginya
makanan ini dilengkapi dengan lauk hewan berkaki empat (babi) dan hewan
berkaki dua (ayam) serta dilengkapi juga dengan sambal cina matah (sambal
mentah) yang bermakna menjera-jerai artinya supaya tidak ada lagi anggota
keluarga yang meninggal. Pada saat pemberian lemba, maka hutang lemba
tersebut diletakkan di atas kembal (sumpit) yang berisi beras yang diletakkan di
atas pinggan (piring kaca kecil) dilengkapi dengan uang, sarung atau sesuai
dengan yang disepakati. Lemba tersebut diberikan kepada salah satu yang
mewakili dari pihak puang dan menjungjung di atas kepalanya sambil berkata “
en mo tuhu enggo kujalo lemba, asa merkiteken en asa njuah-njuah kita karina,
panjang umur dekket kade si kita cita-citaken imo menjadi”. Yang artinya “inilah
lemba yang sudah kuterima, biarlah melalui lemba ini sehatsehatlah kita semua,
82
panjang umur, dan apa yang kita cita-citakan dapat tercapai”sambil
adat lemba disebut dengan istilah ulang telpus bulung yang artinya pihak
Pada saat mengari-ari tendi, maka pihak sukut (tuan rumah) biasanya akan
anatara lain:
seperti sawah, kebun, perhiasan dan hewan ternak seperti babi atau kambing.
b. Bau-bau, adalah berupa pakaian bekas dari orang yang meninggal tersebut.
e. Upah mertatah adalah upah pengasuh orang yang meninggal tersebut ketika
masih kecil.
keluarga sukut (tuan rumah) dan mereka wajib memberikannya jika permintaan
tersedia. Hal ini sebagai kenang-kenangan dari orang yang meninggal tersebut dan
kematian pada masyarakat Pakpak yang saya teliti di desa siompin yang penulis
83
Tabel 3.1
Proses Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua
No. Tahapan Pelaku upacara Peralatan (Benda) Jenazah Tatak Gendang Keterangan
Upacara
I Tenggo Raja (1) Dengan sibeltek, yaitu --- Jenazah --- --- Seseorang meninggal mate
keturunan kandung atau disemayamkan ncayur ntua ,dilakukan upacara
saudara kandung yang dalam rumah adat. Pertama sekali keluarga
meninggal dunia, keturunan almarhum
(2) Sinina, yaitu saudara (almarhumah) termasuk juga
yang semarga dengan saudaranya berdiskusi, dapat juga
keluarga yang berkabung, didiskusikan dengan istri yang
(3) Berru takal peggu meninggal apabila yang
yaitu saudara perempuan meninggal laki-laki, dan suami
yeng tertua dari ayah yang yang meninggal dunia apabila
meninggal dunia (bibi), yang meninggal perempuan.
(4) Berru ekur beggu yaitu Apabila pihak keluarga sudah
saudara perempuan yang membuat rencana tentang
paling kecil dari ayah bagaimana proses adat yang harus
jenazah, dilaksanakan sebelum jenazah
(5) Puang benna pihak dikebumikan, maka ditetapkanlah
keluarga yang memberi waktu untuk tenggo raja (arti
istri sebagai ibu dari harfiahnya memanggil raja-raja).
jenazah,
(6) Puang pengamaki
pihak keluarga yang
memberi istri jenazah,
(7) Dengan kuta yaitu
masyarakat yang
berdomisili sama dengan
almarhum,
(8) Raja kuta yaitu pihak
yang mewakili marga
sebagai tuan tanah suatu
84
desa atau kampung,
(9) Pengetuai kuta adalah
para orang-orang tua,
(10) Partua ibale, partua
ibages dekket simatah
daging, yaitu kaum bapak
kaum ibu, serta
pemuda/pemudi
II Memasukken (1) Menantu perempuan --- Jenazah --- --- Memasukken bangke mi
Bengke ni yang paling tua, disemayamkan rumah-rumahna yang berarti
Rumah (2) Uang benna, di dalam peti memasukkan jenazah ke dalam
(3) Puang pengamaki, di dalam peti matinya. Seseorang yang
rumah meninggal ncawir ntua maka
keesokan harinya setelah tenggo
raja, jenazahnya akan
dimasukkan ke dalam peti mati
apabila beragama Kristen.
Tahap ini harus dilakukan pada
pagi hari pada saat matahari
terbit. Berarti agar semua
keluarga yang ditinggalkan
mendapat kemudahan rezeki.
Menantu perempuan yang
paling tua mewakili semua
menantu meletakkan blagen
mbentar ke dalam peti mati
sambil meminta maaf atas
semua kesalahan-kesalahan
mereka sewaktu mertua mereka
masih hidup dan setelah itu
Uang benna juga
membentangkan tikarnya
disusul oleh puang pengamaki.
Jenazah tidak dapat dimasukkan
apabila puang benna belum
85
hadir dan meletakkan tikarnya
kedalam peti.
III Mengapul Bebebrapa orang utusan Tembakau dan sirih; Jenazah --- Alat-alat ensambel Mengapul pergenderrang bagi
Pergender- sukut (tuan rumah seperangkat disemayamkan genderrang masyarakat Pakpak berarti
rang upacara) mengundang genderrang silima di dalam peti diletakkan di pentas mengundang pemusik Pakpak
pergenderrang. dan gung sada di dalam pertunjukan yang nantinya akan mengiri
rabaan rumah seluruh kegiatan adat yang
berlangsung. Sukut akan
mengutus beberapa orang untuk
mengundang pergenderrang
dengan membawa tembakau dan
sirih. Sore harinya pergenderrang
sampai ketempat dimana upacara
adat akan berlangsung dengan
membawa seperangkat
genderrang silima dan gung sada
rabaan sesuai dengan adat istiadat
Pakpak yaitu genderrang yang
dipakai apabila upacara yang akan
dilaksanakan adalah upacara adat
kerja njahat.
IV Tatak Ikan Pergenderang (pergotci), Genderrang silima Jenazah Melakukan tatak Memainkan Tatak ipas ulan kerja njahat
Ulan Kerja daliken Sitelu, dan gung sada disemayamkan genderrang ncayur ntua berarti menari pada
Njahat Ncayur masyarakat rabaan di dalam peti saat upacara ncayur ntua
Ntua Pakaian adat di dalam berlangsung. Bagi masyrakat
rumah Pakpak menari dalam suasana
duka bukan berarti keluarga yang
ditinggalkan tidak bersedih hati,
tetapi tarianlah sebagai pengganti
tangisan mereka. Tarian yang
dimaksud di sini bukan berarti
tarian yang kita ketahui pada
umumnya yang bersifat
pertunjukan namun merupakan
86
gerakan-gerakan tarian dasar suku
Pakpak yang biasanya dipakai
dalam setiap upacara adat apapun,
misalnya seperti gerakan
menerser, mersembah, menuyuk,
dan lain sebagainya yang bersifat
umum pada masyarakat Pakpak.
Ada dua tahap tatak yang harus
dilakukan dalam upacara kerja
njahat ncayur ntua yaitu Tatak
Tikan Ibages Sapo dan Tatak
Tikan Ikasean.
1. Tatak Tikan pergenderrang (pergotci) Genderrang silima Jenazah 1.Tatak Uang Gendang Tatak Tikan Ibages Sapo
Ibages Sapo daliken Sitelu, dan gung sada disemayamkan Benna yang Simemubuh dan berarti tatak yang dilakukan
[malam hari] masyarakat rabaan, pakaian di dalam peti disambut oleh seterusnya dengan masih di dalam rumah duka, ini
adat di dalam Berru Takal berbagai dilakukan pada saat malam hari
rumah Peggu dari sukut, repertoarnya setelah pergenderrang
2. Tatak Puang membunyikan Gendang
Pengamaki yang Simemubuh sebagai tanda
disambut oleh dimulainya acara tatak. Tatak
Berru Ekur yang dilalukan pada malam hari
Peggu, ini bagi masyarakat Pakpak
3.Tatak Benna disebut juga tatak peparasken,
Niari, periah-riahken, dan tatak
4.Tatak Puang pendungo-ndungoi, ini berarti
Penumpak, semua rangkaian acara tatak pada
5.Tatak Sukut, malam hari tersebut sebagai
6.Tatak Dengan gambaran untuk keesokan harinya
Sibeltek, sebagai acara puncak upacara,
7.Tatak Perlebbuh- karena kurang lebih semua
lebbuh, rangkaian acara tatak ini akan
8.Tatak Dengan dilakukan lagi keesokan harinya
Sibeltek Marga, di halaman rumah duka. Acara
9.Tatak Sipemerre, tatak ini yang terlebih daluhu
10.Tatak Sinina, dilakukan oleh uang benna,
11.Tatak Berru, apabila puang benna belum
87
12.Tatak Kempu, memulai tariannya untuk
13.Tatak Sukut selanjutnya barang siapaun tidak
Nitalun, boleh melakukannya.
14.Tatak Cibal
Baleng,
15.Tatak Pulung-
pulungen,
16.Tatak
Pergemgem,
17.Tatak Perkebbas
2. Tatak Tikan Pergenderrang Genderrang silima Jenazah Tatak Uang Benna Gendang Tatak Tikan Ikasean berarti
Ikasean (pergotci), dan gung sada disemayamkan yang disambut Simemubuh dan acara tatak di halaman rumah
[pagi hingga daliken Sitelu, rabaan, pakaian di dalam peti oleh Berru Takal seterusnya dengan duka. Acara tatak ini dilaksanakan
siang hari masyarakat adat di halaman Peggu dari sukut, berbagai pagi hari setelah acara tatak pada
keesokan- rumah 2. Tatak Puang repertoarnya malam hari sebelumnya. Sebelum
nya] Pengamaki yang melaksanakan acara tatak di
disambut oleh halaman rumah duka, terlebih
Berru Ekur dahulu sukut mengadakan acara
Peggu, keluarga seperti permohonan
3.Tatak Benna maaf terakhir keluarga kepada
Niari, almarhum/ah mengingat
4.Tatak Puang kesalahan-kesalahan yang
Penumpak, dilakukakan keluarga terlebih
5.Tatak Sukut, anak-anak almarhum
6.Tatak Dengan (almarhumah) semasa hidupnya.
Sibeltek, Setelah acara keluarga selesai
7.Tatak Perlebbuh- ditutup dengan doa, maka jenazah
lebbuh, dibawa ke halaman rumah duka
8.Tatak Dengan untuk melaksanakan acara Tatak
Sibeltek Marga, Tikan Ikasean. Jenazah akan
9.Tatak Sipemerre, diarak mengelilingi tempat yang
10.Tatak Sinina, sudah ditentukan untuk
11.Tatak Berru, menempatkan peti jenazah
12.Tatak Kempu, sebanyak tujuh kali keliling.
13.Tatak Sukut
Nitalun,
88
14.Tatak Cibal
Baleng,
15.Tatak Pulung-
pulungen,
16.Tatak
Pergemgem,
17.Tatak Perkebbas
V Mengkerboi Pergenderrang Genderrang silima Jenazah --- --- Sebelum acara Tatak Tiakan
(pergotci), dan gung sada disemayamkan Iaksean dilanjutkan, selanjutnya
daliken Sitelu, rabaan, pakaian di dalam peti adalah acara mengkerboi.
masyarakat adat, di halaman Mengkerboi bagi masyarakat
Kerbau, ditambah rumah Pakpak yaitu acara
perlengkapan penyembelihan kerbau yang
upacara mengkeboi, dibawa oleh kula-kula atau puang
yaitu: yaitu uang benna dan puang
1. Belagen mbentar pengamaki untuk dijadikan
dari puang (puang persulangen.
benna dan puang
pengamaki),
2. Oles dari berru
takal peggu,
3. Sarkea,
4. Bulung
silinjuhang,
5. Jabi-jabi,
6. Lambak buluh,
7. Rih ntua,
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.
89
perlengkapan
1.Memasukken upacara Uang benna dan puang
Jerreten mengkerboi, yaitu: pengamaki akan datang memikul
1. Belagen mbentar jeretten dengan posisi Puang
dari puang (puang Benna di bagian depan jereten
benna dan puang dan puang pengamaki dibagian
pengamaki), belakang. Puang akan disambut
2.Oles dari berru oleh berru takal peggu sambil
takal peggu, mengera-era diiringi Genderrang
3. Sarkea, Sisangkar oleh pergenderrang.
4. Bulung Sebelum menancapkan tiang
silinjuhang, jeretten terlebih dahulu mereka
5. Jabi-jabi, mengelilingi lubang di mana
6. Lambak buluh, jeretten akan ditancapkan
7. Rih ntua, sebanyak tujuh kali.
8. Sanggar, dan
Sangka sapilit.
90
7.Rih ntua, dan diiringi oleh gendang
8. Sanggar, dan Mangiring Gajah oleh
Sangka sapilit. pergenderrang. Setelah kerbau
sampai ke tempat dimana jeretten
ditancapkan, lalu kerbau diikat di
jeretten untuk selanjutnya akan
dipantem.
3. Gajah Pergenderrang Genderrang silima Jenazah Tatak Gajah Gendang Gajah Gajah mangiring adalah proses
Mangiring (pergotci), dan gung sada disemayamkan Mangiring dan Mangiring memantem kerbau, berru takal
daliken Sitelu, rabaan, pakaian di dalam peti 1. Tatak Uang peggu membawa kujur sinane
masyarakat adat, di halaman Benna yang yang digantikan oleh sarkea
Kerbau, ditambah rumah disambut oleh sebagai alat untuk menombak
perlengkapan Berru Takal kerbau. Sambil menari diiringi
upacara Peggu dari sukut, oleh gendang Gajah Mangiring
mengkerboi, yaitu: 2. Tatak Puang oleh pergenderrang, berru takal
1. Belagen mbentar Pengamaki yang peggu diikuti oleh seluruh
dari puang (puang disambut oleh keluarga mengelilingi kerbau
benna dan puang Berru Ekur yang diikat di jeretten sebanyak
pengamaki), Peggu, tujuh kali. Pada hitungan ketujuh
2. Oles dari berru 3.Tatak Benna oleh perkata-kata maka berru
takal peggu, Niari, takal peggu menombak kerbau
3. Sarkea, 4.Tatak Puang dan pada saat itu juga reportoar
4. Bulung Penumpak, yang dimainkan pergenderrang
silinjuhang, 5.Tatak Sukut, berganti menjadi Gendang Raja.
5. Jabi-jabi, 6.Tatak Dengan Setelah seluruh keluarga
6. Lambak buluh, Sibeltek, selesai memungut padi yang
7.Rih ntua, 7.Tatak Perlebbuh- ditaburkan oleh Uang benna,
8. Sanggar, dan lebbuh, maka kerbau yang telah ditombak
Sangka sapilit. 8.Tatak Dengan dibawa oleh perkebbas untuk
Sibeltek Marga, disembelih dan dipotong bagian-
9.Tatak Sipemerre, bagian tertentu dari tubuh kerbau
10.Tatak Sinina, tersebut untuk dijadikan sulang.
11.Tatak Berru, Selanjutnya pihak berru takal
12.Tatak Kempu, peggu mengambil tikar uang
13.Tatak Sukut benna yang diikat pada jeretten,
Nitalun, begitu juga dengan berru ekur
91
14.Tatak Cibal peggu mengambil tikar puang
Baleng, pengamaki. Ini adalah tahap
15.Tatak Pulung- terakhir dalam acara Mengkerboi
pulungen, pada masyarakat Pakpak.
16.Tatak Kemudian acara kembali lagi
Pergemgem, kepada acara tatak, namun acara
17.Tatak Perkebbas tatak tikan ikasean yang terlebih
dahulu tumatak (menari) adalah
sukut, berbeda dengan Tatak
Tikan Ibagas Sapo pada malam
hari sebelumnya dimana acara
tatak dimulai oleh uang benna.
Tatak sukut di sini menyimbolkan
penghormatan kepada roh-roh
leluhur suku Pakpak berharap
agar semua kegiatan upacara
dapat berjalan dengan lancar.
Setelah sukut selesai tumatak,
maka dilanjutkan dengan acara
tatak yang lainnya.
Upacara adat kerja njahat
maupun kerja mbaik bagi
masyarakat Pakpak secara umum
adalah tempat dimana pihak-
pihak yang terlibat dalam upacara
memyelesaikan atau membayar
hutang-hutang adat, seperti
misalnya kula-kula membawa
ayam dan kembal/blagen mbentar
balasannya dari sukut adalah oles
atau kain sarung dan uang,
dengan kata lain setiap orang
yang menghadiri suatau upacara
adat tentunya pasti membawa
hutang sesuai dengan
kedudukannya pada upacara
tersebut. Pada tahapan acara adat
92
di halaman rumah duka ini, semua
pihak yang melaksanakan
tataknya tentunya sambil
membawa hutang adat sesuai
dengan kedudukan.
93
kepada seluruh hadirin yang ada
terlebih kepada sukut apabila ada
kesalahan-kesalahan
pergenderrang selama upacara
berlangsung. Pergenderrang pun
memainkan Genderang Sisangkar
Laus, semua keluarga
mengelilingi jenazah sebanyak
tujuh kali dan pada hitungan
ketujuh genderang berhenti dan
para pergenderrang akan
menangkepken genderang
(membalikkan genderang dengan
posisi membran genderang
menjadi ke bawah).
Sebelum upacara secara
keagamaan dilaksanakan untuk
penguburan, di sini sukut akan
memaparkan secara singkat
riwayat hidup anggota keluarga
mereka yang meninggal dunia dan
sukut juga megucapkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya
kepada seluruh hadirin yang
datang juga meminta maaf atas
kekurangan-kekurangan yang ada
selama upacara berlangsung.
Apabila semasa hidupnya
almarum (almarhumah) ada
hutang piutang, maka keluarga
akan siap untuk
menyelesaikannaya.
94
BAB IV
4.1 Pengantar
Dalam bab ini kajian akan berfokus pada masalah guna dan fungsi
Gendang Mengkerboi pada upacara ncayur ntua dalam budaya Pakpak, terutama
yang dapat dilihat dan ditafsir dari penelitian di Dese Natam Jehe, Kecamatan
yang ditawarkan Radcliffe-Brown dan Merriam, seperti telah diuraikan pada Bab I.
pengetahuan. Hal ini sesuai pendapat Merriam (1964) yang membedakan antara
95
Adapun fungsi Gendang Mengkerboi ini, berdasarkan teori fungsi yang
(i) Untuk mengabsahkan upacara adat ritual kerja njahat ncayur ntua;
(ii) Sebagai sarana integrasi sosial terutama kerabat-kerabat dalam konteks dali-
ken sitelu yang terdiri dari: dengan sibeltek (sinina), kula-kula, dan anak
(iii) Sebagai ekspresi emosi gembira, yang merupakan bahagian dari emosi
kegembiraan karena jenazah mati dalam status sangat terhormat yaitu ncayur
ntua, dan juga sekaligus sebagai ekspresi emosi sedih karena mereka yang
(almarhumah);
(iv) Sebagai sarana doa kepada Tuhan, agar yang meninggal diterima di sisi Tu-
(v) Sebagai sarana hiburan, bagi semua yang terlibat di dalam upacara kematian
ini, baik pihak sukut, sulang silima, pargotci, dan masyarakat yang hadir
dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur
96
kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan keinginan
naluri manusia untuk tahu. Namun banyak pula aktivitas kebudayaan yang terjadi
karena kombinasi dari beberapa macam human need itu. Dengan pemahaman ini
struktur sosial masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan
yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat,
1
Abstraksi tentang fungssi yang ditawarkan oleh Malinowski berkaitan erat dengan usaha
kajian etnografi dalam antropologi. Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode etnografi
berintegrasi secara fungsional yang dikembangkan dalam kuliah-kuliahnya tentang metode-metode
penyelidikan lapangan dalam masa penulisan buku etnografi mengenai kebudayaan masyarakat
Trobiands, selanjutnya menyebabkan bahwa konsepnya mengenai fungsi sosial dari adat, tingkah
laku manusia, dan institusi-institusi sosial menjadi mantap (Koentjaraningrat, 1987:67).
97
keseluruhan aktivitas, yang pada akhirnya akan berfungsi bagi kelangsungan
Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi
internal. Pencapaian kondisi itu, dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan
budaya.
fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurut Merriam,
membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para pakar
etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan kedua
istilah yang sangat penting ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka
kita menunjuk kepada kebiasaan (the ways) musik yang dipergunakan dalam
masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bahagian dari
pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya
98
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian
penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam
sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bagian
dari situasi tersebut. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih
dalam. Dia memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian (lagu) yang
ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai
memenuhi kehendak biologis bercinta, menikah, dan berumah tangga dan pada
kan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut
melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat
dengan sisi praktikal, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan
penulis, penggunaan Gendang Mengkerboi di dalam kerja njahat ncayur ntua pada
99
4.3.1 Untuk Mengiringi Upacara Adat Kerja Njahat Ncayur Ntua
penulis adalah selalu digunakan dalam upacara kerja njahat ncayur ntua, di
penggunannya di dalam upacara ncayur ntua, adalah untuk mengiringi salah satu
aktivitas dari serangkaian aktivitas upacara ini. Kata mengiringi dalam hal ini
bermaksud adalah menjadi salah satu bahagian yang tidak terpisahkan dari upacara.
Kalau tidak ada Gendang Mengkerbaoi dalam upacara tersebut, maka tidak akan
upacara ini sangatlah penting dilihat dari sisi kebudayaan dan nilai-nilai
pelestariannya.
100
4.3.2 Memeriahkan Jalannya Upacara
kerja njahat ncayur ntua ini, maka guna musik ini adalah untuk memeriahkan
jalannya upacara, terutama upacara mengkerboi, salah satu dari sekian rangkaian
dalam upacara ncayur ntua. Kata memeriahkan di dalam konteks ini adalah
merujuk kepada jenis kematian ncayur ntua, yaitu setiap orang yang terlibat dalam
juga.
Pesta adat yang bersifat kemeriahan ini adalah sebagai ekspresi dari rasa
senang, karena sang jenazah telah mencapai kematian sempurna, kematian yang
ideal, yang dicita-citakan oleh semua orang Pakpak di dalam mengisi kehidupannya
dengan berdasar kepada ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemeriahan itu tampak
dengan jelas melalui kegiatan upacara, kemudian semua orang baik dari pihak
sukut (tuan rumah penyelenggara pesta), sulang silima yang terdiri dari dengan
masyarakat luas. Jadi guna mengiringi dan memeriahkan jalannya upacara ini
kearifannya sendiri, yaitu kemeriahan yang berakar dari budaya Pakpak, gembira
karena jenazah mati secara ncayur ntua (juga bersedih karena ditinggalkan
jenazah), kemudian semua orang dapat belajar banyak mengenai semua kebaikan
101
4.3.3 Sarana Memberitahu Penyembelihan Hewan untuk Sulang
Guna lainnya Gendang Mengkerboi dalam upacara adat kerja njahat ncayur
orang yang hadir di dalam upacara tersebut, bahwa akan segera dilaksanakan
kerbau ini, yaitu Gendang Raja Mengiring, Gendang Mangiring Gajah, dan
yang memberitahukan dan mengajak partisipasi semua yang hadir dalam rangka
antara kerabat dan juga masyarakat secara luas. Secara adat telah ditentukan siapa
memperoleh daging (sulang) bahagian yang mana. Jadi di dalamnya juga terdapat
nilai dan kearifan lokal, berupa menjaga keutuhan klen, kegiatan yang memiliki
nilai meningkatkan gizi melalui kuliner, serta sifat selalu ingin berbagi dan tidak
egosentris.
Selain itu, penyembelihan kerbau untuk kerabat dan masyarakat luas ini
juga adalah memberikan tanda prestise adat sukut. Bahwa dalam realitas sosial,
sukut dan keluarganya adalah orang yang mampu secara ekonomis, yang juga telah
diberikan karunia oleh Tuhan, yaitu salah seorang kerabatnya meninggal dalam
keadaan ncayur ntua, kematian ideal dalam konteks kebudayaan Pakpak. Namun
demikian penyembelihan hewan untuk sulang ini bukan untuk menjadikan sukut
102
bangga diri dan sombong, sebaliknya adalah untuk merendah hati sesuai dengan
4.4 Fungsi
mengbsahkan upacara adat kerja njahat ncayur ntua secara umum, dan secara
rangkaian upacara tersebut. Menurut penulis, jika gendang ini tidak dipertunjukkan
dalam upacara tersebut, maka menurut pendapat para informan tidak sahlah upacara
dimaksud.
budayawan, dan pergotci, tidak pernah dijumpai di dalam upacara adat kerja njahat
ncayur ntua, yang tidak disertai dengan pertunjukan gendang dan tatak sesuai
dengan perannya masing-masing. Sebuah upacara ncayur ntua akan sah scara
budaya dan adat, apabila disertai dengan penggunaan gendang. Jadi pemungsian
gendang terhadap jalannya upacara ncayur ntua ini adalah hal yang wajib. Upacara
ncayur ntua tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya gendang dalam konsep
kebudayaan Pakpak.
dan pemain genderrang (silima), ditambah gung sada rabaan, maka dapatlah
kebudayaan masyarakat Pakpak. Secara lebih khusus lagi, yaitu repertoar Gendang
103
Mengkerboi adalah mengabsahkan upacara penyembelihan hewan kerbau
(mengkerboi), dalam konteks rangkaian upacara adat kerja njahat ncayur ntua.
Fungsi lainnya dari Gendang Mengkerboi dalam konteks upacara adat kerja
njahat ncayur ntua di dalam kehidupan masyarakat Pakpak adalah sebagai sarana
integrasi sosial. Seperti diketahui bahwa orang Pakpak secara kekerabatan berdasar
kepada konsep daliken sitelu dan sulang silima, yang berdasar kepada garis
dilarang kawin dengan orang satu marga atau satu induk marga secara patrilineal. Ia
kelompok kerabatnya ke dalam daliken sitelu, yaitu: (a) dengan sibeltek atau sinina,
yaitu saudara satu marga, baik itu dalam satu keluarga inti maupun keluarga luas
(batih); (b) kula-kula, yakni pihak keluarga luas pemberi istri kepada pihak kita,
yang keberadaannya sangat dihormati secara adat; dan (c) anak berru (situaan,
siditengah, dan siampun-ampun), yaitu pihak keluarga luas yang menerima istri
ncayur ntua, menurut penulis fungsinya adalah sebagai sarana untuk integrasi sosial
kekerabatan ini. Integrasi tersebut lebih terungkap ketika semua pihak melakukan
tatak (diiringi gendang) tertentu dalam rangkaian upacara ini, dan semuanya
104
menuju kepada bagaimana integrasi sosial harus diutamakan di atas kepentingan
setiap individu dan kelompok di dalam sistem kekerabatan tersebut. Bahkan karena
pentingnya integrasi sosial dalam kekerabatan ini, tatak yang dipersembahkan juga
mengikutkan semua unsur kerabat ini. Di antara tatak tersebut adalah sebagai
berikut ini.
1. Tatak Uang Benna yang disambut oleh Tatak Berru Takal Peggu dari sukut,
2. Tatak Puang Pengamaki yang disambut oleh Tatak Berru Ekur Peggu,
5. Tatak Sukut,
7. Tatak Perlebbuh-lebbuh,
9. Tatak Sipemerre,
setiap unsure dalam sistem kekerabatan dengan sibeltek atau sulang silima dalam
kebudayaan Pakpak. Dengan demikian, nilai dan kearifan lokal yang terkandung di
105
dalam Gendang Mengkerboi (termasuk tatak) di dalam rangkaian upacara kerja
kerabat dan juga masyarakat luas. Jadi nilai-nilai persatuan dan kesatuan ini sangat
penting dilakukan bagi setiap orang Pakpak di manapun dan kapanpun ia berada
dan bersosialisasi. Integrasi sosial ini akan menumbuhkan keadaan budaya dan
sosiologis damai, tenteram, saling percaya, saling membantu dan menolong, dan
peka terhadap kondisi sosial. Demikian yang diajarkan melalui norma-norma adat
upacara adat kerja njahat ncayur ntua di dalam masyarakat Pakpak adalah sebagai
ekspresi emosi gembira dan sedih sekligus. Ini merupakan salah satu keunikan atau
ideal, dan menjadi cita-cita setiap orang. Kondisi kematian ncayur ntua adalah
seorang jenazah itu semasa hidupnya bekeluarga, memiliki anak, cucu (atau juga
masyarakat Pakpak.
106
Repertoar Gendang Mengkerboi juga adalah ekspresi dari emosi gembira para
kerabat dari sang jenazah. Hal ini tergambar dari ekspresi wajah mereka yang
gembira, bersemangat, dan penuh energi ketika melakukan tatak. Mereka bangga
secara sosial atas pencapaian kematian ncayur ntua salah seorang kerabatnya yang
dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian pula Gendang Mengkerboi aalah
sebagai sarana bergembira ketika pihak sukut dan kerabat luasnya memotong
hewan kerbau untuk menjadi sulang, yang memiliki niali-nilai integrasi dan prestise
bagi segenap kerabat yang ditinggalkan oleh jenazah. Artinya di dalam pelaksanaan
upacara ini, emosi gembira dan sedih berbaur menjadi satu di dalam diri setiap
orang. Selain emosi gembira mereka juga sedih, karena mereka yang hidup
jenazah semasa hidupnya, seperti istri atau suami, anak-anaknya, orang-orang yang
selama ini, betapa kebaikan-kebaikan sang jenazah tak mungkin ia lupakan, dan
faktor-faktor sosial dan budaya yang lain. Dengan demikian salah satu fungsi
Gendang Mengkerboi dalam upacara adat kerja njahat ncayur ntua masyarakat
107
4.4.4 Sebagai Sarana Doa kepada Tuhan
upacara kerja njahat ncayur ntua dalam budaya Pakpak adalah sebagai sarana doa
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar yang meninggal diterima di sisi Tuhan
dengan keadaan yang baik. Kemudian diberikan tempat yang baik yaitu surga,
diterima segala amal baiknya semasa hidup di dunia, dan diampunkan Tuhan segala
Setiap orang Pakpak baik itu yang beragama Kristen (Protestan atau Katolik)
dan Islam, pastilah berdoa kepada kerabatnya yang dipanggil Tuhan di sisi-Nya.
ditempatkan Tuhan dalam tempat yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini, maka
sebagai salah satu sarana doa, selain doa yang diajarkan oleh agama Kristen dan
Islam, masyarakat Pakpak juga berdoa melalui aktivitas gendang dan tari. Jadi
mekanisme berdoa di dalam masyarakat Pakpak, selain melalui doa verbal dalam
sistem religi, juga doa dari hati langsung kepada Tuhan melalui mekanisme tatak
dan gendang. Dengan demikian gendang memiliki perannya sendiri sebagai sarana
komunikasi berdoa kepada Tuhan. Dalam hal ini, isi dan tema doa adalah tentang
harapan agar Tuhan menerima sang jenazah di alam akhirat nanti dan ditempatkan
penulis terhadap fungsi gendang ini dalam konteks upacara ncayur ntua sebagai
108
4.4.5 Sebagai Sarana Hiburan
adat kerja njahat ncayur ntua di dalam kebudayaan masyarajat Pakpak adalah
sebagai sarana hiburan. Fungsi hiburan ini berlaku kepada semua yang hadir di
dalam upacara kematian tersebut baik pihak sukut, sulang silima, pargotci, dan
(sekuler) tetapi lebih bersifat hiburan cultural, baik untuk kelompok, pribadi, religi,
adat, dan lainnya. Hiburan tersebut semakin kental suasananya ketika mereka
mengekspresikan kegembiraan karena salah satu orang, yaiotu kerabat atau sahabat
Sebagai sarana hiburan, maka mereka yang melakukan upacara ini terhibur
genderrang silima dan gung sada rabaan. Aspek ritmis, melodis, gerak jasmani,
menjadi hiburan bagi semua mereka yang terlibat dalam upacara ncayur ntua ini.
ncayur ntua tersebut. Pihak yang tertlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
audiovisual maupun audio melalui gendang ini. Mereka semua akan merilekskan
penat kerj selama dilakukannya upacara kerja njahat ncayur ntua di dalam
109
4.4.6 Sebagai Upaya Memelihara Budaya
dalam serangkaian upacara adat kerja njahat ncayur ntua di dalam kebudayaan
mencakup: upacara adat, gendang, tatak, bahasa, peralatan upacara, dan lain-
lainnya.
Mereka menyadari bahwa dalam konteks globalisasi yang terjadi sekarang ini,
kebudayaan yang tidak kuat akan tergerus oleh budaya global. Untuk itu diperlukan
Gendang Mengkerboi, termasuk juga upacara adat kerja njahat ncayur ntua dengan
berbagai pernik subupacaranya yang sangat eksotik dan penuh dengan nilai dan
kearifan lokal.
dalam upacara kerja njahat ncayur ntua pada kebudayaan masyarakat Pakpak,
Pakpak Bharat. Tentu saja perspektif penulis bisa saja berbeda dengan para peneliti
lain, yang tergantung dari latar belakang keilmuan dan pengalaman hidupnya
110
terutama ketika melakukan ujicoba ilmu yang diperolehnya di tengah-tengah
111
BAB V
bunyi yang didengar menjadi simbol-simbol yang dapat dibaca, artinya transmisi
Gendang Mengkerboi dalam upacara adat kerja njahat ncayur ntua tentunya
dimainkan di dalam ansambel genderang silima, karena sesuai dengan adat istiadat
masyarakat Pakpak. Secara budaya, jika upacara adat yang dilaksanakan adalah
upacara yang bersifat duka cita maka yang dipakpai adalah genderang silima.
Terkhusus ensambel genderang silima pada upacara kerja njahat, semua reportoar
dalamnya terdapat tiga gendang yang masing-masing berjudul: (a) Genderang Raja,
112
113
114
115
Keterangan Transkripsi dan Konteks Pertunjukan
Dimainkan dengan dengan pola ritme dasar seperti yang ada dalam
menghantarkan).
sondat (menghalang-halangi)
a. Pong-pong
konstan.
c. Panggora
116
5.1.2 Transkripsi Gendang Gajah Mangiring
117
118
119
Keterangan Transkripsi dan Konteks Pertunjukan
Dimainkan dengan dengan pola ritme dasar seperti yang ada dalam
menghantarkan).
120
Gendang yang dipukul adalah gendang ke III dan ke IV pada
sondat (menghalang-halangi)
Gendang Mangiring Gajah adalah reportoar yang disajikan setelah Gendang Gajah
121
122
123
124
Keterangan Transkripsi dan Konteks Pertunjukan:
Dimainkan dengan dengan pola ritme dasar seperti yang ada dalam
menghantarkan).
125
III dan ke IV pada ensambel genderang silima dipukul secara
sondat (menghalang-halangi)
Baris pertama pada transkripsi di atas adalah transkripsi pola ritme Gendang
Gajah Mangiring, yang dipukul pertama adalah gendang ke III dan kemudian
126
perbedaannya dengan baris pertama dimana gendang yang pertama dipukul adalah
dalam Baba I skripsi ini, dianalisis menggunakan teori analisis waktu dalam music
yang ditawarkan Malm. Analisis itu mencakup: (1) meter, (2) pulsa dasar, dan (3)
pertunjukan music yang terikat dengan meter. Misalnya meter dua, tiga, empat,
enam, tujuh, dan seterusnya. Meter ini di dalam tanda bira bisa ditulis seperti
contoh 2/2; 2/4; ¾; 6/8; 7/8; 11/8, dan lain-lainnya. Jika music disajikan tanpa
terikat kepada meter maka music seperti ini selalu diistilahkan secara
meter empat. Artinya dalam setiap birama terdapat empat ketukan dasar, yaitu
dimulai dengan ketukan pertama dengan intensitas kuat, baru disertai dengan
ketukan kedua, ketiga, dan keempat dengan intensitas yang lebih lirih. Adapun
meter empat ini, di dalam transkripsi ditandai dengan tanda birama 4/4.
repetitif dan sama di dalam keseluruhan pertunjukan adalah seperti berikut ini.
127
128
129
Ketiga repertoar Gendang Mengkerboi tersebut, yaitu Gendang Raja,
ke dalam meter empat dan ditulis dalam tanda birama 4/4. Meter empat ini adalah
meter yang juga umum digunakan di dalam berbagai repertoar musik Pakpak pada
umumnya yang terikat dengan birama. Jadi ketiga repertoar gendang ini mengacu
130
5.3 Analisis Taktus (Pulsa Dasar)
Taktus atau pulsa dasar adalah unit kecil yang menjadi dasar bergeraknya
waktu di dalam music. Misalnya taktus music Metronom Maelzel (M.M.) 60 berarti
di dalam satu menit terdapat taktus sebanyak 60 artinya taktus music tersebut
adalah satu detik dalam satu ketukan dasar. Kelipatannya adalah M.M. 120, yang
artinya dalam setiap menit terjadi 120 kali ketukan dasar (pulsa), atau dalam satu
detik terdapat dua ketukan dasar, dalam setengah detik terjadi satu ketukan dasar.
bervariasi, ada yang relatif lambat dan ada pula yang relative cepat. Ketiganya
1. Gendang Raja menggunakan pulsa dasar 200 ketukan dasar per menit; artinya
dalam tempo yang cepat; atau akuratnya secara kuantitatif satu ketukan dasar
adalah menggunakan waktu 60/200 x 1 = 0,30 detik. Ini dapat diperoleh melalui
rumus satu menit dibagi dengan pulsa dasar yang digunakan oleh komposisi
2. Gendang Gajah Mangiring menggunakan pulsa dasar (taktus) 120 per menit;
artinya dalam tempo yang sedang; atau akuratnya secara kuantitatif satu ketukan
Gajah Mangiring, yaitu menggunakan pulsa dasar 120 per menit; yang artinya
adalah dalam tempo yang sedang; atau akuratnya secara kuantitatif satu ketukan
131
132
133
Dari ketiga analisis taktus atau pulsa dasar di atas, maka dapat dikatakan bahwa
sedang.
134
5.4 Analisis Unsur-unsur Pembentuk Waktu
not yang digunakan, (b) garapan not setiap taktus, (c) tanda istirahat yang
mengkerboi ini durasi not yang digunakan dapat dianalisis sebagai berikut.
berikut.
berikut ini.
135
Selanjutnya garapan not setiap taktus dapat dilihat dari analisis notasi
berikut ini.
136
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
sebelumnya maka pada bab ini disimpulkan mengenai hasil penelitian. Kesimpulan
ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan, yaitu yang pertama adalah
mengenai jalannya upacara ncayur ntua, kemudian yang kedua adalah fungsi
rangkaian upacara adat kerja njahat ncayur ntua; dan ketiga adalah bagaimana
Kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut. (A) Dari sisi
jalannya upacara ncayur ntua ini, maka dapat diklasifikasikan ke dalam enam
tahapan. Tahap (1) tenggo raja (persiapan); (2) memasukken bengke ni rumah
(mengundang pemusik untuk memaminkan musik); (4) tatak ikan nulan kerja
njahat ncayur ntua (menari adat pada upacara ncayur ntua) yang terdiri dari: (4a)
tatak ikan ibages sapo (tarian malam hari) dan (4b) tatak ikan ikasea (tarian pagi
sampai siang hari keesokannya); (5) mengkerboi (upacara memotong kerbau) untuk
sulang, yang terdiri dari (5a) memasukken jerreten dengan gendang raja; (5b)
gajah mangiring; (5c) mangiring gajah; dan (6) peberkatken bangke ni pendebaen
137
(B) Yang kedua, pengguna dan fungsi Gendang Mengkerboi dalam konteks
upacara adat ncayur ntua dalam budaya masyarakat Pakpak adalah sebagai berikut.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari sudut
penggunaannya gendang ini adalah: (i) untuk mengiringi upacara adat kerja njahat
ncayur ntua; (ii) memeriahkan jalannya upacara; dan (iii) sarana memberitahu
upacara ncayur ntua adalah: (1) mengabsahkan upacara; (2) sarana integrasi sosial;
(3) ekspresi emosi gembira dan sekaligus sedih; (4) sarana doa kepada Tuhan; (5)
(C) Dari kajian struktur ritme yang penulis kaji diperoleh hasil-hasil sebagai
berikut: (1) meter yang digunakan adalah meter empat; (2) taktusnya adalah
berkisar antara 120 hingga 200 ketukan dasar per menit; (3) unsur-unsur pembentuk
waktunya adalah memakai jenis-jenis ritme tunggal, dupel, kuadrupel, dan tanda-
memungsikan music sebagi denyut dalam kehidupan mereka, termasuk salah satu
pemungsian music dan tatak itu di dalam upacara adat kematian, khususnya
kematian yang ncayur ntua. Dengan demikian, maka menurut hemat penulis,
masyarakat Pakpak adalah masayarakat yang musikal dan masyarakat yang sadar
akan tarian. Selain itu, masyarakat Pakpak mencintai kebudayaan ang diwarisi dari
para leluhur terdahulunya, yang diteruskan hingga ke masa kini, dan diwarisken ke
anak, cucu, dan keturunan merka. Seni budaya bagi masyarakat Pakpak adalah
138
identitas kebudayaan yang wajib dipedomani dan dihayati, bagaikan nadi dan nafas
6.2 Saran
Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat diakses oleh generasi
penerus Pakpak mendatang, agar menjaga eksistensi upacara adat mengkerboi, alat
lainnya.
139
DAFTAR PUSTAKA
Djarwanto, 1984
Fadlin, 1988. Studi Deskriptif Konstruksi dan Dasar-dasar Pola Ritme Gendang
Melayu Sumatera Timur. Skripsi Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A. Knopft.
140
Koentowidjojo, 1991. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung:
Penerbit Mizan.
Lomax, Alan P. 1968. Folk Song Style and Culture. Transaction Books New
Jersey.
Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terJemahannya dalam bahasa
Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur
Tengah, dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan:
Universitas Sumatera Utara Press.
Nettl, Bruno. 1964. Theory And Methode In Ethnomusicology. Newyork: The Free
Press Of Glencoe.
Pasaribu, Ben M., 1986. Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks
Gondang Sabangunan. Skripsi Etnomusikologi Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
141
Putro, Brahma, 1981. Karo dari Jaman ke Jaman. Medan: Yayasan Masa
Saragih, Tumpal H.F.M., 2013. Teknik Permainan Sarune oleh Bapak Kerta
Sitakar. Medan: Departemen Etnomusikologi FIB USU (Skripsi Sarjana).
Sidabutar, Mona Salam, 2015. Analisis Tekstual dan Musikal Nangen Nandorbin
pada Masyarakat Pakpak di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan,
Pakpak Bharat. Medan: Departemen Etnomusikologi FIB USU (Skripsi
Sarjana).
Sihotang, Batoan L., 2013. Kajian Organologi Kucapi Buatan Bapak Kami Capah
di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Medan: Departemen
Etnomusikologi FIB USU (Skripsi Sarjana).
Tyas, Andijaning Hartaris 2007 Musik Modern Seni Musik 2 SMA kelas XI.
Jakarta, Erlangga
142