Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Perkembangan

Dangdut Indonesia
Fadil Rizki M
M. Dandyanto
Luthfian, udah lah.
Sejarah: Musik dangdut adalah perpaduan antara alat musik
Indonesia, Arab, India, dan Barat yang dimainkan bersama-sama. Kemudian
seiring berjalannya waktu, harmoni musik ini dipengaruhi oleh orkestra barat
serta irama samba dan rumba. Pengaruh itu akhirnya membawa musik ini
masuk ke dalam tradisi melayu yang berkembang di daerah yang jauh dari ibu
kota dan merupakan tempat tinggal para musisi dan kritikus musik, terutama di
daerah Padang dan Medan.

Pada dasarnya, bentuk musik dangdut berakar dari musik melayu pada tahun 1940-
an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-
unsur musik India(terutama dari penggunaan tabla) dan Arab(pada cengkok dan
harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka
masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya gitar listrik dan juga
bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang
dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat
terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam,
degung, gambus, pop, rock, bahkan house music.

Berawal dari periode kolonial Belanda, waktu itu ada perpaduan alat musik
Indonesia, Arab dan Belanda yang dinamakan bersama-sama dalam Tanjidor. Musik
ini merupakan orkestra mini yang khas dan dipertunjukkan sambil berjalan oleh
para budak peliharaan tuan-tuan kulit putih penguasa pekebunan di sekitar
Batavia. Sepanjang abad 19, banyak pengaruh dari luar diserap oleh masyarakat
Indonesia. Misalnya pengaruh dari Cina yaitu ansambel Cina-Betawi yang disebut
gambang kromong dan juga keroncong. Tahun 1940, musik tradisional tersebut
secara bertahap bercampur dengan musik Melayu yang sudah modern waktu itu.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta
yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari Sumatera(sekitar Medan). Pada masa
ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu.
Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden
Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama
seperti P. Ramlee(dari Malaya), Said Effendi(dengan lagu Seroja), Ellya(dengan
gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari
India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi(pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri"
yang sangat populer di tahun 1970-an).

Menjelang 1970, Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuan bermusiknya di


irama dangdut. Rasa tidak puas dan keinginan terkenal mendorong Rhoma Irama
menciptakan irama musik baru. Irama musik Melayu dikombinasikan dengan aliran
musik rock, pop, dan irama lain. Hasil yang diciptakan adalah irama dangdut.
Semenjak masa itu, istilah dangdut semakin populer di Indonesia. Lagu-lagu yang
diciptakan Rhoma Irama tidak sekedar menampilkan keindahan. Lirik-lirik yang
bermakna dakwah merupakan isi lagu-lagunya. Beberapa nama dari masa 1970-an
yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas.
Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu
oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan
politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat, memasukkan alat-alat musik
modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, saksofon,
obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas
pemusik-pemusiknya. Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock
(terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun
1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam
merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta
Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk
dalam pola bisnis bermusiknya.
Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang
dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yang berangkat dari
gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa.
Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan,
pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Ketenaran musik dangdut semakin meningkat dengan terbentuknya Grup Soneta di


tahun 1973. Soneta merupakan grup atau orkes melayu yang dipelopori oleh Rhoma
Irama. Sound of Moslem dan Raja Dangdut merupakan julukan yang diberikan
masyarakat kepada Rhoma Irama dan grupnya.
Popularitas musik dangdut memicu tanggapan negatif dari pemusik irama non
dangdut. Musik dangdut dianggap sebagai musik kampungan. Pemusik irama non
dangdut memandang dangdut sebagai musiknya kalangan bawah. Pandangan
negatif tersebut tidak menghentikan kreatifitas dan keinginan bermusik para
musisi dangut. Pada masa 1980-1990, bermunculan penyanyi-penyanyi dan musisi
dangdut yang berbakat dan mendapatkan penggemar sangat banyak. Pada masa ini
mulai terdapat upaya dari musisi dangdut untuk membawa dangdut ke arah yang
lebih terhormat. Evie Tamala mendendangkan musik dangdut di Amerika Serikat. Ia
membuat video klip lagunya di negara tersebut. Stasiun televisi di Indoneisa mulai
menampilkan dangdut sebagai tayangannya.

Musik dangdut terus mengalami perkembangan. Menjelang tahun 2000, muncul


penyanyi dangdut yang sangat mendapatkan perhatian masyarakat. Hal itu
dikarenakan gerakan goyangnya melebihi gerakan penyanyi lain, bahkan manusia
normal. Gerakan berputar-putar dari atas ke bawah merupakan cirri khas penyanyi
tersebut. Inul Daratista merupakan pemilik goyangan maut itu.

Kemunculan Inul Daratista sangat dikecam oleh kalangan agama. Faktor moral dan
norma merupakan alasannya. Tanggapan positif diberikan oleh sebagian kalangan
yanga memandangnya sebagai suatu seni dan ekspresi diri. Perbedaan pendapat itu
memicu kontroversi dan semakin mempopulerkan nama Inul Daratista. Berawal
dari peristiwa itu, masyarakat kalangan atas mulai memperhatikan musik dangdut.

Pada masa 2000, musik dangdut tidak dapat dipandang lagi sebagai musik
kampungan. Berbagai peristiwa dan acara terhormat mulai menampilkan musik
dangdut. Tayangan utama di stasiun televisi menampilkan musik dangdut. Kafe-
kafe terkenal tidak segan menampilkan musik dangdut.
Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan
kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga
menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar,
menyanyi lagu dangdut.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan
berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut
dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan
mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus
memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio
siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di
berbagai kota.

Ciri-ciri Musik Dangdut:


-Alat musiknya akustik, dengan standarisasi melayu, seperti akordion, suling,
gendang, madolin, dan dalam perkembangan di era ini adalah organ mekanik serta
biola.
-Lagunya, mudah dicerna sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.
-Iramanya terbagi dalam tiga bagian yaitu senandung (sangat lambat), lagu dua
(iramanya agak cepat) dan makinang (lebih cepat).
-Liriknya masih lekat pada pantun.
-Irama musiknya sangat melankolik.
-Bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif,
-Sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4(jarang sekali ditemukan
lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh:
Burung Nuri)).
-Miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni.
-Sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
-Pada umumnya tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan
bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama.

Jenis jenis musik dangdut:


Dangdut Koplo adalah musik asli Indonesia. Genre ini telah berkembang
hingga menjadi seperti saat ini. Apapun asal genrenya, apabila diaransemen
ulang menjadi Dangdut-Koplo akan terasa nikmat di telinga. Di Surabaya sendiri,
saat ini hampir semua hajatan yang menampilkan musik live selalu nanggap
orkes. Orkes yang dimaksud adalah Orkes Dangdut-Koplo (orkesan). Bahkan akan
menjadi hal aneh apabila ada hajatan tapi nanggap band.

Campursari : Terlebih lagi Campursari, yang ini benar-benar musik asli


Indonesia dengan basic langgam Jawa (Jawa hanya ada di Indonesia). Walau
pada masa sekarang Campursari tidak lagi harus campuran keroncong dan
gending Jawa. Dangdut Koplo ikut dan dapat dimasukkan ke dalam iramanya.
Apakah Koplo, Dangdut atau bahkan Qasidah ... Campursari dapat
mengadaptasinya dengan baik.

House Dangdut: atau juga disebut sebagai Dangdut House, biasanya


dimainkan dengan Digital Keyboard atau lebih dikenal dengan Organ Tunggal.
Walau terkadang untuk mencapai orkestrasi yang sempurna masih diperlukan
dan ditambahkan peralatan akustik yang sulit dibangun lewat synthesizer seperti
gendang / ketipung. Di Jawa Timur musik semacam ini kurang populer. Mereka
lebih memilih Koplo, karena lebih soft.

Etnik: Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai
oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh
kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.

Dan masih ada lagi, tinggal search aje.


Tokoh-Tokoh: Pasca Tahun 2000

Zaskia Gotik

Siti Badriah

Fitri Karlina

Jenita Janet

Ayu Ting Ting

Dewi Persik

Ridho Rhoma

Trio Macan

Julia Perez

Pra Tahun 2000

Akhsay

Citra Marcelina

Zaskia Gotik

Siti Badriah

Fitri Karlina
Ira Swara

Anisa Bahar

Uut Permatasari

Nitha Thalia

Jenita Janet

Cici Paramida

Juwita Bahar

Alam

Ayu Ting Ting

Beniqno Aquino

Dewi Persik

Melinda

Saipul Jamil

Inul Daratista

Ridho Rhoma

Ira Swara

Trio Macan

Julia Perez

Kristina

Shamila

Penyanyi Tahun 1990

Erie Suzan

Evie Tamala

Hamdan ATT

Iis Dahlia

Ikke Nurjanah
Ine Sinthya

Itje Trisnawati

Iyeth Bustami

Nur Halimah

Riza Umami

Vetty Vera

Mirnawati

Minawati Dewi

Mega Mustika

Yus Yunus

Asep Irama

Lilis Karlina

Nada Soraya

Mansyur S

Muchsin Alatas

Leo Waldy

Irvan Mansyur s

Penyanyi Tahun 1970 - 1980

A. Rafiq

Camelia Malik

Elvy Sukaesih

Herlina Effendi

Ida Laila

Noer Halimah

Reynold Panggabean

Rhoma Irama
Rita Sugiarto

Penyanyi Era Tahun 1970

A. Harris

Ellya

Hasnah Tahar

Husein Bawafie

Johana Satar

M. Mashabi

Munif Bahaswan

Said Effendi

Soneta Group
Alat-alat musik Dangdut: Tabla
Ketipung
Drum set

Suling
Tamborin
Gitar (akustik atau listrik)
Mandolin Bass

DAN MASIH BANYAK LAGI

Anda mungkin juga menyukai