Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH MUSIK

HASIL ASIMILASI NEGARA EROPA DAN ASIA

TERHADAP MUSIK DI INDONESIA

Disusun oleh :

Yayu Islami – 1208620052


1. Pengaruh negara cina terhadap gambang kromong

Kita pasti sering melihat ondel-ondel di jalan yang ngamen diiringi lagu. Biasanya ondel-
ondel diiringi oleh lagu Gambang Kromong. Namun tidak semua orang kenal musik
Gambang Kromong. Sebutan Gambang Kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi,
yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya Orkes Gambang Kromong tidak lepas
dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama
Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740).

Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi
di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan
Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan. Pada awalnya lagu-lagu yang
dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut
Phobin.

Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu,
manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya
dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang
digunakan dalam Gambang Kromong adalah tangga nada pentatonik Cina, yang sering
disebut Salendro Cina atau Salendro Mandalungan. Instrumen pada Gambang Kromong
terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, dan sukong, tehyan, atau
kongahyan sebagai pembawa melodi.

Orkes Gambang Kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi
dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek,
yaitu sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak
pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukkan sifat
pribumi, seperti lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Centeh Manis Berdiri, Mas Nona, Gula
Ganting, Semar Gunem, Gula Ganting, Tanjung Burung, Kula Nun Salah, dan Mawar
Tumpah dan sebagainya, dan lagu-lagu Sayur (Pop) berjudul: Jali-jali, Stambul, Centeh
Manis, Surilang, Persi, Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut, Jepret Payung, Kramat
Karem, Onde-onde, Gelatik Ngunguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning dan sebagainya,
terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, baik nama lagu, alur melodi maupun
liriknya, seperti Kong Ji Liok, Sip Pat Mo, Poa Si Li Tan, Peh Pan Tau, Cit No Sha, Ma Cun
Tay, Cu Te Pan, Cay Cu Teng, Cay Cu Siu, Lo Fuk Cen, dan sebagainya.

Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan
kreativitas “Panjak” Betawi legendaris “Si Macan Kemayoran”, Almarhum H. Benyamin
Syueb bin Ji’ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang
Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau “kriya’an” yang ada
di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik
yang paling utama. Namun saat ini sudah jarang orang Betawi yang menjadikan Gambang
Kromong sebagai hiburan dalam acara pernikahan, kini Gambang Kromong digantikan oleh
hiburan dangdut atau organ tunggal. Gambang Kromong menggambarkan begitu lunaknya
budaya Indonesia dapat berakulturasi dengan budaya Tionghoa. Hal ini bisa menjadi
pelajaran bagi kaum muda dalam memaknai persatuan melalui budaya.

2. Negara melayu dalam perkembangan musik dangdut

Musik dangdut merupakan Jenis musik yang bisa ditemui dengan mudah di berbagai daerah
di Indonesia. Selain itu, penggemar musik dangdut tidak hanya dari kalangan orang tua saja,
namun kini anak muda banyak yang menjadi penggemar musik dangdut. Musik dangdut itu
sebenarnya berakar dari musik Melayu yang kala itu berkembang pada tahun 1950 hingga
1960-an, dengan rata-rata lirik lagunya bertema akan percintaan. Musik dangdut banyak
dipengaruhi oleh unsur musik Hindustan (India Utara), Melayu, dan Arab. Pengaruh dari
ketiga unsur genre musik tersebut secara tidak langsung menciptakan genre musik “baru”,
yakni musik dangdut. Musik India mempunyai unsur utama berupa tabuhan gendang,
sementara suara cengkok penyanyi adalah unsur utama dari musik Melayu.

Kata dangdut berasal dari bunyi alat musik tabla yang kala itu sering menjadi alat musik
pengiring, berupa “tak, tung, dang, dan dut”. Nah, kata “dang” dan “dut” kemudian menjadi
terminologi baru untuk menyebut Orkes Melayu.

Layaknya seorang manusia, musik dangdut ini muncul sebagai “embrio” ketika terdapat
sejumlah Orkes Melayu dengan penyanyi utamanya adalah Ellya Khadam dan lagu
populernya bertajuk “Boneka India”. Lagu tersebut dipengaruhi juga oleh musik India,
sehingga dapat disebut bahwa para komponis kala itu menciptakan lagu dangdut yang
terinspirasi dari lagu-lagu yang ada di film India.

Pada tahun ini, musik dangdut semakin lama juga semakin berkembang. Tidak hanya
mendapatkan pengaruh dari musik India saja, tetapi juga musik Arab, terutama pada bagian
cengkok suara penyanyi hingga harmonisasi nada.

Pada kala itu, muncul penyanyi-penyanyi dangdut lain, sebut saja ada Rhoma Irama, A.
Rafiq, Meggy Z, dan masih banyak lagi. Bahkan para penyanyi ini telah berhasil
mengembangkan musik dangdut menjadi lebih variatif. Misalnya, penyanyi A. Rafiq yang
menambahkan unsur Rock ‘n Roll Amerika sebagai ciri khasnya. Hingga pada akhirnya,
Beliau dijuluki sebagai Elvis Presley-nya Indonesia. Tepat pada akhir tahun 1960-an, akibat
adanya arus perubahan politik di Indonesia, maka musik barat dapat masuk ke Indonesia
hingga muncul gitar elektrik. Alat musik tersebut nantinya akan kerap dijadikan
“pendamping” bagi para penyanyi dangdut.

3. Pengaruh arab dalam musik Betawi


Penduduk Betawi disebut majemuk karena berasal dari berbagai macam turunan Ada
Melayu, Jawa, Sunda, Padang, Batak, Bugis, Cina, Arab, India . Tidak heran kalau kesenian
Betawi sangat beragam. Seperti kesenian sambrah yang berasal dari Arab. Sambrah berasal
dari kata bahasa Arab, samarokh, yang artinya berkumpul atau pesta. Kata samarokh oleh
orang Betawi diucapkan menjadi sambrah. Dalam kesenian Betawi, sambrah menjadi jenis
kesenian musik atau orkes sambrah dan tonil sambrah. Orkes atau tonil ini biasa pentas di
tempat orang berkumpul dan memeriahkan pesta.

Tonil sambrah dikembangkan dari teater
bangsawan dan komedi stambul. Kata stambul berasal dari Istambul, pusat kegiatan Islam
pada masa Kesultanan Utsmani.

Tonil sambrah sudah muncul di Betawi sekitar 1918. Ia termasuk kesenian yang komplit.
Dalam pentasnya tergabung seni musik, pantun, tari, lawak, dan lakon. Sayangnya, pada
1940-an tonil sambrah menghilang. Baru pada 1950-an muncul kembali, tetapi namanya
menjadi orkes harmonian. Sesudah masa itu, perannya digantikan oleh orkes melayu yang
kini menjadi dangdut. Orkes ini sudah ada di Betawi sejak abad ke-19 ketika banyak imigran
dari Hadramaut (Yaman) datang ke Betawi. Kalau para walisongo menggunakan gamelan
sebagai sarana dakwah, imigran Hadramaut menggunakan gambus.

Awalnya, orkes
gambus membawakan lagu-lagu bersyair bahasa Arab, berisi ajakan beriman dan bertakwa
kepada Allah dan mengikuti teladan Rasulullah. Kemudian gambus berkembang menjadi
hiburan. Sekarang ini, pesta-pesta keturunan Arab banyak menghadirkan kembali gambus.
Sementara para hadirin hanyut dalam pesta zapin menggerak-gerakkan badan seperti
layaknya berjoget.

Berkembangnya orkes gambus tidak dapat dipisahkan dari peran Syech
Albar, yang lagu-lagunya dikenal bukan hanya di Indonesia tapi juga di Timur Tengah. Syech
Albar adalah ayah pemusik rock Ahmad Albar, dan ayah dari Fachri Albar, pemain film dan
sinetron terkenal.
Sampai 1940-an, lagu gambus masih berorintasi ke Yaman. Sejak berdirinya bioskop
Alhambra (kini jadi pertokoan), yang memutar film-film Mesir, gambus beralih ke irama
negeri Sungai Nil.

2. Negara Eropa terhadap Musik Indonesia

1. Pengaruh negara portugis terhadap musik keroncong

Musik keroncong merupakan genre musik yang lahir dari perpaduan budaya Barat serta
Timur. Genre musik ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Awal mula kepopuleran
musik keroncong adalah pada awal abad ke-20. Saat itu belum ada metode perekaman musik
atau industri rekaman. walau industri rekaman belum muncul namun saa itu musik keroncong
populer lewat berbagai pentas yang diselenggarakan. Pentas musik keroncong kala itu sangat
menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan untuk membeli tiket dan menonton
pertunjukannya. Saat itu musik keroncong lebih dikenal sebagai tradisi musik rakyat dari
Kampung Tugu. Karena disesuaikan dengan lokasi penemuannya, yakni di Kampung Tugu.
Pada awal penemuannya, musik keroncong menjadi primadona masyarakat
peranakan Indo-Eropa kelas bawah. Musik yang dibawakan dengan gitar besar, gitar kecil,
seruling, piul, dan rebana berhasil memikat hati mereka. Konon katanya musik keroncong
pertama kali dibawa oleh orang Mestizos ke Tanah Betawi, pada 1661. Mestizos merupakan
orang yang memiliki keturunan pelaut Portugis yang akhirnya menikah dengan penduduk
lokal dan menjadi koloni. Orang Mestizos kala itu membuat tradisi musik khas yang
membuat mereka bernostalgia tentang keseharian, kesulitan serta kebahagiaan mereka.
Kreativitas warga Kampung Tugu saat membuat tradisi musik khas, akhirnya menciptakan
tiga jenis gitar yang diberi nama Jitera, Prunga serta Macina. Jitera adalah sebutan untuk gitar
yang besar, Prunga sebutan untuk gitar yang sedang serta Macina sebutan untuk gitar yang
kecil. Ketika memainkan ketiga gitar tersebut akan muncul suara 'krong-krong' serta 'crong-
crong'. Bunyi gitar inilah yang menjadi awal mula penamaan musik keroncong. Tradisi musik
khas dan penciptaan tiga alat musik ini memunculkan pertunjukan ansambel yang menjadi
cikal bakal lahirnya musik keroncong, yang saat itu dinamai Krontjong Toegoe. Musik
keroncong mulai disebarkan pada abad ke-20, dari Batavia hingga ke Soerabaja atau
Surabaya. Musik keroncong saat itu digunakan sebagai lagu pengiring dalam pentas teater
komedi yang membawakan kisah dari Timur Tengah. Hingga saat ini, musik keroncong tetap
menjadi primadona masyarakat Indonesia dan masih terus diminati.

2. Musik German Terhadap Seriosa Indonesia

Seriosa/se-ri-o-sa//sèriosa/ n adalah jenis irama lagu yang dianggab serius karena


membutuhkan teknik suara yang lebih tinggi, pada umumnya seriosa adalah sebuah lagu yang
dinyanyikan secara serius, dan mengunakan tenik vibrasi dan pernafasan yang baik.
Umumnya penyayi seriosa tidak banyak bergerak dan bergaya dalam membawakan lagu,
namun expresi wajah yang mampu menggambarkan suasana dari lagu tersebut. Lagu seriosa
mengandung nuansa musik Nusantara, dan idiom musik Indonesia. Sarat dengan muatan
budaya, historis, dan nilai nasionalisme Indonesia. Karenanya menjadi lagu khas Indonesia,
dan sebuah genre musik di Indonesia. Seriosa Masuk ke Indonesia, dibawa oleh Bangsa
Belanda pada abad16-an. Masuknya seriosa memberi inspirasi bagi para pencipta lagu di
Indonesia, sehingga berpengaruh terhadap lahirnya lagu seriosa. lagu seriosa adalah
komposisi musik vokal Indonesia, yang di adaptasi lied German. Lahir di Indonesia tahun
1930 -an, dipelopori oleh Cornel Simanjuntak. lagu seriosa semakin berjaya ketika mulai
diadakannya pencarian bakat pertama di indosesia yang di buat aleh RRI yaitu bintang radio
yang salah satu kategorii lagu yang dinyanyikan adalah jenis lagu seriosa, dari pencarian
bakat itulah bermunculan soprano soprano berbakat dari indonesia

3. Amerika Serikat terhadap Musik Pop Indonesia

Musik pop adalah sebuah genre musik populer yang berasal dari bentuk modernnya di
Amerika Serikat dan Inggris pada pertengahan 1950-an. Istilah "musik populer" dan "musik
pop" sering digunakan secara bergantian, meskipun yang pertama menggambarkan semua
musik yang populer dan mencakup banyak gaya yang beragam. Musik Pop pertama kali
berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1920 dan rekaman pertama kali dibuat
berdasarkan penemuan Thomas Edison di Amerika Serikat sejak 1890. Musik ini mulai
terkenal di daratan Amerika sekitar tahun 1890 hingga 1920. Musik ini mempuyai tempo
atau irama yang cepat dengan dominasi sinkopasi tetapi ada juga yang berirama agak lambat.
Tokoh yang mengenalkan istilah pop bernama Lawrence Alloway yang merupakan seorang
pengamat seni rupa yang terinspirasi nama pop dari gerakan seni rupa di Amerika dan
Inggris. Musik pop di Amerika latin musik pop mulai di kenal pada tahun 1920 sebagai musik
pengiring dansa tango yang bertangga nada minor dan melankolis. Musik pop juga seringkali
dipandang hanya sebagai musik tangga lagu rekaman, namun sebenarnya musik jenis ini
tidak semuanya merupakan musik tangga lagu. Tangga lagu musik umumnya berisi lagu-
lagu dari berbagai genre, termasuk klasik, jazz, rock, dan lagu-lagu baru. Sebagai sebuah
genre yang mandiri, musik pop lahir dan berkembang secara mandiri. Berawal dari tahun
1960, band lokal dalam negeri mulai berkreasi dan diprakarsai oleh band Koes Bersaudara
(Koes Plus), menggantikan musik yang awalnya diisi oleh band dari Malaysia dan Singapura.
Berkat lagu-lagunya yang fenomenal, namanya tersemat dalam Museum Rekor Indonesia
(MURI) sebagai kelompok musik paling berpengaruh di Indonesia. Dengan karakter musik
mereka yang sederhana dalam syair, musik, maupun melodi, mereka mengusung berbagai
aliran musik: pop, pop Jawa, musik Melayu, pop anak, keroncong, folk, hingga lagu
berbahasa Inggris. Pada era 70 dan 80-an, belantika musik pop Indonesia diwarnai dengan
sejumlah kelompok musik macam Mercy’s, Panber’s, D’Lloyd, dan juga Koes Plus. Era
tersebut merupakan awal sejarah musik pop di Indonesia yang selanjutnya terus berkembang
menyesuaikan perkembangan zaman dan selera musik masyarakat Indonesia. Hingga sampai
saat ini genre musik pop masih digemari oleh masyarakat Indonesia dan banyak penyanyi
Indonesia yang terkenal dengan genre popnya.
SUMBER :

Renimas Hendra marissa 2016, SEJARAH DAN EKUKTURASI MUSIK GAMBANG


KROMONG DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, jurusan sendratasik, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Indonesia.

Siska Ayu Dhamayanti 2004, Globalisasi Budaya Amerika dan Implikasinya Terhadap
Akulturasi Budaya Indonesia, Skripsi FISIP HI
Yunita Tresna Ayu 2012, Nasionalisme Eropa dan Pengaruhnya Pada Lagu Seriosa di
Indonesia, Jurusan Musik, fakultas Seni Pertunjukan , Institut Seni Indonesia.

Abdurachman Paramita R 2008, BUNGA ANGIN PORTUGIS DI NUSANTARA , LIPI.

https://m.republika.co.id/amp/ptom1o282

https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-dangdut-indonesia/amp/

Anda mungkin juga menyukai