Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kelompok 3
1) Istikomah (126403201015)
2) Eva Rusmawati (126403202158)
3) Ulfah Alfiyah (126403203206)
4) Adhelia Choerunnisa (126403203211)
5) M. Rafli Ardiansyah (126403203217)
KELAS 6E
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya berupa kenikmatan dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang berjudul “TIPE
METODE PENELITIAN KUALITATIF”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat-sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan. Semoga
dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas
mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah
ini dapat bermanfaat bagi para penulis maupun para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
B. Saran...................................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etnografi / Etnographic
Etnografi merupakan salah satu cabang ilmu sosial humaniora. Kata etnografi
sendiri diambil dari kata ‘ethnos’ yaitu suku dan ‘graphein’ yaitu tulisan, uraian. Dari
etimologi tersebut, etnografi merupakan ilmu yang menguraikan mengenai suku-suku.
a. Alessandro Duranti
Duranti mendefinisikan penelitian etnografi sebagai deskripsi tertulis tentang
organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol dan sumber material serta
karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu.
b. Koentjaraningrat
Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan keterangan yang
dilakukan secara sistematis tentang cara hidup dan kehidupan sosial terkait
unsur kebudayaan dari masyarakat.
c. Creswell
Penelitian etnografi merupakan prosedur penelitian kualitatif yang
menggambarkan dan menginterpretasikan pola perilaku, kepercayaan, dan
bahasa yang telah berkembang dan dianut oleh berbagai kelompok masyarakat
dari waktu ke waktu.
d. Geertz
Geertz menjelaskan bahwa penelitian etnografi merupakan upaya intelektual
yang ditujukkan untuk mengelaborasikan realitas.
2
2. Manfaat Penelitian Etnografi
3
Deskripsi dalam etnografi berisi mengenai gambaran dan penjelasan terperinci
mengenai apa yang dilakukan objek selama penelitian berlangsung.
e. Konteks (a context)
Konteks dalam penelitian etnografi adalah keseluruhan setting tempat, situasi
atau lingkungan yang melingkupi kelompok budaya yang diteliti.
f. Refleksivitas peneliti (researcher reflexivity)
Ciri ini berarti sikap sadar dan terbuka atas perannya sebagai peneliti akan
menimbulkan rasa saling mempercayai di antara peneliti dan objek penelitian.
4
1) Pengamatan biasa
Pengamatan yang dilaksanakan tanpa terlibat secara langsung dengan
kelompok masyarakat yang diteliti.
2) Pengamatan terkendali
Pengamatan ini sama seperti pengamatan biasa hanya saja sebelum
mengamati peneliti menetapkan calon informannya terlebih dahulu.
3) Pengamatan terlibat
Pengamatan yang dilaksanakan dengan terlibat secara langsung dengan
kelompok masyarakat yang diteliti.
4) Pengamatan penuh
Pengamatan yang dilaksanakan ketika peneliti telah menjadi bagian dari
masyarakat yang ditelitinya.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan metode metode pengumpulan data penelitian
etnografi dengan cara bertanya kepada narasumber. Metode ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk untuk mendapatkan informasi dengan gambaran yang
lebih detail dan mendalam. Dari metode peneliti dapat memahami perspektif,
pengalaman, dan kehidupan narasumber.
5
d. Membuat Catatan
Selama terjun ke lapangan, etnografer juga perlu membuat catatan dalam
penelitiannya supaya semua data tercatat dan terekam. Catatan etnografi ini
diambil dari catatan hasil pengamatan dari lapangan, dokumentasi, peta, dan
media lainnya yang bisa digunakan untuk merekam pengamatan di lapangan.
e. Menganalisis Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya yang harus dilakukan
etnografer adalah menganalisis data. Data yang dianalisis mulai dari
pertanyaan dan hipotesis baru, data yang terkumpul selama di lapangan, dan
catatan lapangan. Analisis data ini terus dilakukan hingga proyek berakhir.
f. Menulis Laporan
Penelitian etnografi perlu dibuat laporan supaya hasil penelitian dapat
diketahui banyak orang. Selain itu, penulisan laporan etnografi juga sebagai
bentuk bukti penelitian sosial humaniora yang berbasis kerja lapangan
B. Fenomenologi / Phenomenology
6
kesadaran langsungnya dan pengalamannya. Dan apa yang muncul dari kesadaran
itulah yang disebut sebagai fenomena.
Studi fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu fenomena. Pada
dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi fokus dalam penelitian fenomenologi,
yakni:
a. Textural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang sebuah
fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif, data yang bersifat faktual,
hal yang terjadi secara empiris.
b. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya. Deskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut
pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari
subjek penelitian berkaitan dengan pengalamannya itu. Dengan demikian,
pertanyaan penelitian dalam studi fenomenologi mencakup pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa pengalaman subjek tentang sutu
fenomena/peristiwa? 2. Apa perasaannya tentang pengalaman tersebut? Apa
makna yang diperoleh bagi subjek atasfenomena itu?
1) Fokus pada sesuatu yang nampak, kembali kepada yang sebenarnya (esensi),
keluar dari rutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai kebenaran dan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati esentitas dari
berbagai perspektif sampai didapat pandangan yang esensi dari pengalaman
atau fenomena yang diamati.
3) Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari apa yang terlihat, dengan
intuisi dan refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini yang
pada akhirnya membawa kepada ide, konsep, penilaian, dan pemahaman yang
hakiki.
4) Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau
menganalisisnya. Sebuah deskripsi fenomenologi dekat dengan kealamiahan
(tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari sesuatu, sehingga
mempertahankan fenomena itu apa adanya, dan menonjolkan sifat alamiah dan
maknanya. Selain itu, deskripsi juga akan membuat fenomena hidup dalam
terma yang akurat dan lengkap.
7
5) Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung
berhubungan dengan makna dari fenomena yang diamati. Dengan demikian,
peneliti fenomenologi akan sangat dekat dengan fenomena yang diamati.
6) Integrasi dari sebuah subjek dan objek. Presepsi penelitian akan sama dengan
apa yang dilihat dan didengarnya. Dimana pengalaman tentang suatu tindakan
akan membuat objek menjadi subjek, dan subjek menjadi objek.
7) Investigasi yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif, realitas adalah suatu
bagian dari proses secara keseluruhan.
8) Data yang diperoleh (melalui berfikir, intuisi, refleksi, dan penilaian) menjadi
bukti-bukti utama dalam penilitian ilmiah.
9) Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan sangat hati-hati.
Setiap kata harus dipilih adalah kata yang paling utama, sehingga dapat
menunjukkan makna yang utama pula (Farid, Adib 2018).
2. Karakteristik Fenomenologi
a. Deskripsi
Tujuan fenomenologi adalah deskripsi fenomena, dan bukan
menjelaskan fenomena. Fenomena termasuk apapun yang muncul seperti
emosi, pikiran dan dan tindakan manusia sebagaimana adanya. Fenomenologi
berarti menggambarkan sesuatu ke "hal itu sendiri". Pengandaian menjadi tidak
perlu karena tujuannya adalah untuk menyelidiki sebagaimana yang terjadi.
b. Reduksi
Reduksi adalah sebagai suatu proses di mana asumsi dan prasangka
tentang fenomena ditunda dalam bracketing untuk memastikan bahwa
prasangka-prasangka tidak mencemari deskripsi hasil pengamatan dan
memastikan bahwa wujud deskripsi sebagai the things themselves.
c. Esensi
Esensi adalah makna inti dari pengalaman individu dalam fenomena
tertentu sebagaimana adanya. Pencarian esensi, tema esensial atau hubungan-
hubungan esensial dalam fenomena apa adanya melibatkan eksplorasi
fenomena dengan menggunakan proses imaginasi secara bebas, intuisi dan
refleksi untuk menentukan apakah suatu karaktersitik tertentu merupakan
esensi penting. Sebagai contoh, dalam kasus esensi pembelajaran, seorang
8
fenomenolog akan mempertimbangkan apakah perubahan dan perkembangan
merupakan esensi penting dari proses belajar.
d. Itensionalitas
Menurut Husserl, intensionalitas mengacu sebagai korelasi antara
noema dan noesis yang mengarahkan interpretasi terhadap pengalaman. Noema
adalah pernyataan obyektif dari perilaku atau pengalaman sebagai realitas,
sedangkan noesis adalah refleksi subyektif (kesadaran) dari pernyataan yang
obyektif tersebut.
Dalam pandangan ini bahwa realitas itu apa adanya, kita tidak
menpunyai ide apa pun mengenai realitas (pernyataan obyektif). Interrelasi
antara kesadaran dengan realitas itulah yang disebutnya intensionalitas.
Semisal, kita khawatir terhadap sesuatu, kita mencitai sesuatu, kita bangga
terhadap sesuatu. "Sesuatu" itu tidak kita ketahui, kita tahu karena kita
menyadarinya bahkan menyadari terhadap obyek yang imajinier.
Penelitian fenomenologis fokus pada sesuatu yang dialami dalam
kesadaran individu, yang disebut sebagai intensionalitas. Intensionalitas,
menggambarkan hubungan antara proses yang terjadi dalam kesadaran dengan
obyek yang menjadi perhatian pada proses itu. Dalam term fenomenologi,
pengalaman atau kesadaran selalu kesadaran pada sesuatu, melihat adalah
melihat sesuatu, mengingat adalah mengingat sesuatu, menilai adalah menilai
sesuatu. Sesuatu itu adalah obyek dari kesadaran yang telah distimulasi oleh
persepsi dari sebuah obyek yang "real" atau melalui tindakan mengingat atau
daya cipta.
Intensionalitas tidak hanya terkait dengan tujuan dari tindakan manusia,
tetapi juga merupakan karakter dasar dari pikiran itu sendiri. Pikiran tidak
pernah pikiran itu sendiri, melainkan selalu merupakan pikiran atas sesuatu.
Pikiran selalu memiliki obyek. Hal yang sama berlaku untuk kesadaran.
Intensionalitas adalah keterarahan kesadaran (directedness of consciousness).
Intensionalitas juga merupakan keterarahan tindakan, yakni tindakan yang
bertujuan pada satu obyek.
9
1. Menentukan fenomena yang ingin diteliti dan peran peneliti dalam penelitian
tersebut. Selanjutnya, peran peneliti juga harus jelas. Sesuai filosofi
fenomenologi Husserl, peneliti adalah seseorang yang mampu
mentransformasikan data yang berasal dari partisipan menjadi gambaran
yang murni dan utuh dari fenomena.
2. Pengumpulan data, proses pengumpulan data meliputi proses pemilihan
partisipan atau sampel dan metode pengumpulan data. Pada umumnya,
fenomenologi menggunakan teknik purposeful sampling, di mana setiap
orang yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti
berhak untuk menjadi partisipan. Teknik pengumpulan data yang sering
digunakan adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan dapat berbentuk
wawancara terbuka atau semi- terstruktur. Proses wawancara direkam dan
pada umumnya dilakukan lebih dari satu kali untuk melengkapi atau
memvalidasi data yang diperlukan.
3. Perlakuan dan Analisis data, analisis data didahului dengan proses
transkripsi hasil wawancara secara verbatim atau apa adanya. Setiap
transkrip diberi identitas, diperiksa keakuratannya, dan dianalisis. Terdapat
bermacam-macam prosedur analisis yang dianggap cocok dan sesuai, seperti
metode colaizzi yang meliputi membaca transkrip berulang- ulang untuk
dapat menyatu dengan data, mengekstrak pernyataan spesifik, memformulasi
makna dari pernyataan spesifik, memformulasi tema dan kluster tema,
memformulasi deskripsi lengkap dari fenomena dan memvalidasi deskripsi
lengkap dengan cara memberikan deskripsi kepada partisipan.
4. Studi literatur, setelah proses analisis data selesai maka peneliti melakukan
studi literatur secara mendalam untuk mengetahui hubungan dan posisi hasil
penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah ada.
5. Mempertahankan kebenaran hasil penelitian, seperti halnya penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif juga menuntut adanya validitas dan
reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif pada umumnya validitas dan
reliabilitas dikenal sebagai credibility, auditability, and fittingness.
6. Petimbangan etik, pertimbangan etik yang harus diperhatikan meliputi
pemberian informasi tentang sifat penelitian, keikutsertaan yang bersifat
sukarela, ijin untuk merekam interview, kerahasiaan identitas partisipan baik
pada rekaman, transkrip, maupun pada deskripsi lengkap.
10
Moustakas mengidentifikasi lima tahapan dalam analisis data fenomenologis,
berikut ini:
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dengan judul “Tipe Metode
Penelitian Kualitatif”. Kami yakin dalam penulisan masih terdapat kesalahan serta
kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kami selanjutnya.
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Abd, Asrori dan Rusman. Penelitian Kualitatif. Banyumas: Pena Persada Redaksi.
13