Anda di halaman 1dari 18

DESAIN PENELITIAN NARATIF DAN STUDI KASUS

MATA KULIAH

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Oleh

Fauzan Arif : 0302193084


Feni Rahmadani : 0302191009
Jamalia : 0302192042

Dosen pengampu :

Ustadz Dr. Budi Sanjaya, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT ta’ala yang telah memberikan nikmat akal
untuk kita sehingga kita bisa mencerna berbagai ilmu. Dan yang telah memberikan karunia
berupa kesehatan dan kesempatan sehingga makalah yang berjudul “Desain Penelitian
Naratif dan Studi Kasus” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kemudian shalawat bertangkaikan salam tidak lupa-lupa nya kita kirim kan kepada baginda
Nabi besar Muhammad SAW.

Terimakasih kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah memberikan ide-ide dan wawasan
mereka sehingga makalah ini bisa terselesaikan.

Semoga makalah ini nantinya bisa bermanfaat untuk para pembaca khusus nya untuk penulis
sendiri. Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, karena itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terwujud kedepan nya
makalah-makalah yang lebih sempurna.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pengalaman dalam kehidupan individu diceritakan kepada orang lain. Mereka
memberikan pandangan mereka tentang kelas, sekolah, masalah pendidikan dan latar dimana
mereka bekerja. Ketika individu menceritakan kehidupannya kepada peneliti, mereka merasa
didengarkan. Informasi yang mereka berikan kepada peneliti berupa cerita pengalaman-
pengalaman pribadi. Data yang berupa cerita dilaporkan menggunakan desain penelitian
naratif. Tujuan makalah ini mendefinisikan desain penelitian naratif, mengidentifikasi kapan
penelitian naratif digunakan, menentukan karakteristik kunci, menentukan langkah-langkah
dalam melakukan penelitian, dan menentukan daftar kriteria untuk mengevaluasi desain
penelitian naratif.
Kata naratif (narrative) muncul dari verba to narrate yang artinya menceritakan atau
mengatakan (to tell) suatu cerita secara detail. Dalam desain penelitian naratif, peneliti
mendeskripsikan kehidupan individu, mengumpulkan, mengatakan cerita tentang kehidupan
individu, dan menuliskan cerita atau riwayat pengalaman individu tertentu. Jelasnya, penelitian
naratif berfokus pada kajian seorang individu. Daiute dan Lightfoot dalam Cresswell
menyatakan penelitian naratif mempunyai banyak bentuk dan berakar dari disiplin (ilmu)
kemanusiaan dan sosial yang berbeda (2007:53). Naratif bias berarti terma yang diberikan pada
teks atau wacana tertentu, atau teks yang digunakan dalam konteks atas cara atau bentuk
penyelidikan dalam penelitian kualitatif. Naratif dipahami sebagai sebuah teks tertulis atau
tulisan yang memberikan sebuah catatan tentang suatu kejadian, peristiwa ataurangkaian
kejadian, dan rangkaian peristiwa yang dihubungkan secara kronologis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam makalah ini
mengenai:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian naratif ?
2. Kapan penelitian naratif digunakan?
3. Apa saja jenis-jenis penelitian naratif ?
4. Apa karakteristik kunci penelitian naratif ?
5. Apa langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif ?
6. Apa kriteria untuk mengevaluasi penelitian naratif ?
7. Apa yang dimaksud studi kasus?
8. Apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus?
9. Bagaimana prosedur dalam melaksanakan penelitian studi kasus?
10. Apa saja metode pengumpulan data dalam penelitian studi kasus?
11. Bagaimana menganalisis data dalam studi kasus?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian naratif
2. Untuk mengetahui kapan penelitian naratif digunakan
3. Untuk mengetahui Apa saja jenis-jenis penelitian naratif
4. Untuk mengetahui karakteristik kunci penelitian naratif
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif
6. Untuk mengetahui kriteria untuk mengevaluasi penelitian naratif
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud studi kasus
8. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus
9. Untuk mengetahui apa saja metode pengumpulan data dalam penelitian studi kasus
10. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis data dalam studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Penelitian Naratif
Penelitian naratif adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa
secara terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan
individu, mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menulis narasi
pengalaman individu (Connelly & Clandinin, 1990). Penelitian naratif biasanya berfokus pada
studi satu orang atau individu tunggal dan bagaimana individu itu memberikan makna terhadap
pengalamannya melalui cerita-cerita yang disampaikan, pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan cerita, pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi
individu.
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif
dari cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti
maupun partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan membuatnya merasa
ceritanya itu penting dan merasa didengarkan.
Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki kronologi peristiwa.
Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar yang lebih
luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-teori umum dan abstrak,
seperti dalam grounded theory.
Desain penelitian naratif ditinjau secara luas dalam bidang pendidikan baru pada tahun
1990. Tokoh pendidikan D. Jean Clandinin dan Michael Connelly untuk pertama kalinya yang
memberikan tinjauan penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Mereka menyebutkan dalam
tulisannya beberapa aplikasi penelitian naratif dalam ilmu sosial, menguraikan proses
pengumpulan catatan-catatan naratif dan mendiskusikan struktur atau kerangka penelitian dan
penulisan laporan penelitian naratif.
Tren atau kecenderungan mempengaruhi perkembangan penelitian naratif dalam
bidang pendidikan. Cortazzi (1993) mengemukakan tiga faktor. Pertama, sekarang ini ada
peningkatan perhatian pada refleksi guru. Kedua, perhatian lebih ditekankan pada pengetahuan
guru (apa yang mereka tahu, bagaimana mereka berpikir, bagaimana mereka menjadi
profesional, dan bagaimana mereka membuat tindakan dalam kelas). Ketiga, pendidik mencoba
membawa suara guru ke permukaan dengan memberdayakan guru untuk melaporkan tentang
pengalaman mereka.
1.2 Jenis-jenis penelitian naratif
Jika seorang peneliti berencana melaksanakan kajian naratif maka ia perlu
mempertimbangkan tipe kajian naratif yang akan dilaksanakannya. Pendekatan pertama yang
digunakan dalam penelitian naratif adalah membedakan tipe penelitian naratif melalui strategi
analisis yang digunakan oleh pengarang (Cresswell, 2007:54). Polkinghorne dalam Cresswell
(2007: 54) menyebutkan strategi tersebut menggunakan paradigm berpikir untuk menghasilkan
deskripsi tema yang menggenggam sekaligus melintasi cerita atau system klasifikasi si
pencerita. Analisis naratif ini menekankan peneliti untuk mengumpulkan deskripsi peristiwa
atau kejadian dan kemudian mengkonfigurasikannya ke dalam cerita menggunakan sebuah alur
cerita (plot).
Chase dalam Cresswell (2007:55) menyajikan pendekatan yang tidak jauh berbeda
dengan definisi analisis naratif milik Polkinghorne. Chase menyarankan bahwa peneliti boleh
menggunakan alasan paradigmtik untuk kajian naratif, seperti bagaimana individu
dimampukan dan dipaksa oleh sumber daya sosial, disituasikan secara social dalam penampilan
interaktif, dan bagaimana pencerita membangun interpretasi.
Pendekatan kedua menekankan pada ragam bentuk yang ditemukan dalam praktik-
praktik penelitian naratif. Contoh tipe bentuk penelitian naratif yang diambil dari Cresswell
(2012:504), antara lain adalah otobiografi, biografi, dokumen pribadi, riwayat hidup, personal
accounts, etnobiografi, otoetnografi. Jika peneliti merencanakan melakukan studi naratif, maka
perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa yang akan dilakukan. Dalam studi naratif,
untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan memang penting, tetapi yang lebih
penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap jenis. Lima pertanyaan berikut
ini yang akan membantu dalam menentukan jenis studi naratif.
1. Siapa yang menulis atau mencatat cerita?
Menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu adalah perbedaan
mendasar dalam penelitian naratif. Biografi adalah bentuk studi naratif dimana peneliti menulis
dan mencatat pengalaman orang lain. Naratif otobiografi individu yang menjadi subjek studi
yang menulis laporannya.
2. Berapa banyak dari suatu kehidupan yang dicatat dan disajikan?
Riwayat hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman hidup seseorang.
Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan individu. Dalam
pendidikan, studi naratif secara khusus tidak meliputi laporan dari suatu keseluruhan kehidupan
tetapi malah berfokus pada suatu bagian atau peristiwa tunggal dalam kehidupan individu.
3. Siapa yang memberikan cerita?
Faktor ini secara khusus relevan dalam pendidikan, dimana tipe pendidik atau tenaga
pendidik menjadi fokus dalam beberapa studi naratif. Sebagai contoh, naratif guru
merupakan personal account guru tentang pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif yang
lain berfokus pada siswa di dalam kelas. Beberapa individu yang lain dalam latar pendidikan
dapat memberikan cerita, misalnya tenaga administrasi, pramusaji, tukang kebun dan tenaga
kependidikan yang lain.
4. Apakah suatu pandangan teoretis digunakan?
Suatu pandangan teoretis dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif atau
ideologi yang memberikan kerangka untuk menyokong dan menulis laporan. Pandangan
teoretis untuk Amerika latin menggunakan pandangan “testimonios”, untuk cerita tentang
wanita menggunakan perspektif “feminist”.
5. Dapatkah bentuk naratif dikombinasikan?
Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti menulis dan melaporkan
tentang partisipan dalam penelitiannya. Penelitian juga dapat berfokus pada suatu studi pribadi
dari seorang guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu peristiwa dalam kehidupan seorang guru,
misalnya pemecatan guru dari sekolah, menghasilkan suatu naratif pribadi. Jika individunya
seorang wanita, peneliti akan menggunakan perspektif teoretis “feminist” untuk menguji
kekuatan dan mengontrol masalahnya. Pada akhirnya menghasilkan suatu naratif dari
kombinasi beberapa unsur yang berbeda yaitu gabungan dari biografi, personal account, cerita
guru, dan perspektif “feminist”.
1.3 Karakteristik kunci penelitian naratif
Penelitian naratif memiliki beberapa karakteristik bersama. Peneliti naratif
mengeksplorasi suatu penelitian masalah pendidikan dengan memahami pengalaman individu.
Tinjauan pustaka memainkan sedikit peran, khususnya dalam mengarahkan pertanyaan
penelitian dan peneliti memberi tekanan pada pentingnya pengetahuan dari partisipan dalam
suatu latar atau setting. Pengetahuan ini diperoleh dari cerita. Cerita merupakan data dan
peneliti secara khusus mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan
informal. Datanya disebut “field text” atau teks lapangan (Clandinin & Connelly, 2000), yang
memberikan data kasar/mentah bagi peneliti untuk dianalisis seperti yang diceritakan
berdasarkan unsur masalah, karakter, latar, tindakan dan resolusi. Peneliti membuat cerita
naratif dan seringkali mengidentifikasi tema-tema atau kategori-kategori yang muncul. Peneliti
menulis atau menyusun kembali cerita menurut kronologi kejadian, mendeskripsikan
penglaman masa lalu, sekarang dan masa depan dalam latar atau konteks tertentu. Sepanjang
proses mengumpulkan dan menganalisis data, peneliti berkolaborasi dengan partisipan,
kemudian peneliti dapat menjalin cerita menjadi laporan akhir.
Tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu: pengalaman individu, kronologi
pengalaman, pengumpulan cerita, restorying, coding tema, konteks atau latar dan kolaborasi.
Tujuh karakteristik ini menjadi pusat penelitian.
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman
pribadi dan pengalaman sosial. Penelitian naratif berfokus memahami pengalaman masa lalu
individu dan bagaimana pengalaman itu memberi kontribusi pada pengalaman masa sekarang
dan masa depan.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah
satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi dan
melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini,
peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan.
Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis
tentang kehidupan individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian (Cortazzi,
1993).
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu
kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah
orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya
memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat,
plot dan adegan.
Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field texts dapat
diwakili oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif.
Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara.
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan
mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita,
menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian
menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis. Ada beberapa
tahap untuk melakukan restory:
1. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
2. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
3. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian
atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan,
masalah dan resolusi.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau
kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan
menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu. Peneliti
menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya
sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema
utama setelah proses restory.
Peneliti menggambarkan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman
individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan
menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman partisipan.
Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja,
rumah dan organisasi sosial atau sekolah.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam
penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa cerita yang
dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses
penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis field texts yang akan
menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita pengalaman individu.
Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi
potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk
menjelaskan tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan
data sampai menulis cerita dan menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan
dalam penelitian.
1.4 Langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif
Pendidik/peneliti yang melakukan studi naratif melewati proses yang sama tanpa
memperhatikan jenis atau bentuk penelitian naratif. Prosesnya terdiri dari tujuh langkah utama,
khususnya selama peneliti melakukan studi naratif. Pada bagian berikut ini akan dibahas tujuh
langkah dalam melakukan penelitian naratif. Sumber: Creswell, 2008
1. Mengidentifikasi satu pusat fenomena untuk dieksplorasi yang menunjukkan suatu
masalah pendidikan. Proses penelitian dimulai dengan memfokuskan pada masalah penelitian
untuk diteliti dan diidentifikasi. Satu pusat fenomena untuk dieksplorasi. Walaupun fenomena
yang ditarik dalam penelitian adalah cerita (Connelly & Clandinin, 1990), tetapi peneliti perlu
untuk mengidentifikasi suatu masalah atau keprihatinan peneliti pada suatu kondisi/keadaan
tertentu. Peneliti berusaha untuk memahami pengalaman pribadi atau sosial dari seorang
individu atau lebih dalam lingkup pendidikan.
2. Secara sengaja (purposefully) memilih seorang individu untuk mempelajari tentang
satu fenomena tersebut. Peneliti mencari seorang individu atau lebih yang dapat memberikan
suatu pemahaman tentang fenomena itu. Partisipan mungkin seseorang yang khas atau
seseorang yang sangat penting untuk penelitian karena ia telah mengalami masalah tertentu
atau situasi tertentu. Walaupun kebanyakan studi naratif meneliti hanya individu tunggal,
peneliti dapat meneliti beberapa individu dalam penelitian, masing-masing dengan cerita
berbeda yang dapat menimbulkan konflik atau malah saling mendukung satu sama lain.
3. Mengumpulkan cerita dari individu tersebut. Peneliti mengumpulkan field texts (data)
yang akan memberikan cerita dari pengalaman partisipan. Boleh jadi langkah terbaik untuk
mengumpulkan cerita adalah memiliki cerita partisipan tentang pengalamannya melalui
percakapan atau wawancara. Peneliti dapat mengumpulkan field texts atau teks lapangan dari
sumber yang lain juga, seperti jurnal atau catatan harian, mengamati individu dan membuat
“fieldnote” atau catatan lapangan, mengumpulkan surat-surat yang dikirim oleh individu,
mengumpulkan cerita individu dari anggota keluarganya, mengumpulkan dokumen-dokumen
resmi mengenai individu, mengumpulkan foto-foto dan barang-barang pribadi yang lain dan
mencatat pengalaman-pengalaman hidup individu.
4. Restory atau menceritakan kembali cerita individu. Proses ini meliputi pemeriksaan data
kasar/mentah, mengidentifikasi unsur-unsur cerita di dalamnya, mengurutkan atau
mengorganisir unsur-unsur cerita dan menyajikan ulangan cerita yang menggambarkan
pengalaman partisipan. Peneliti melakukan restory karena pendengar dan pembaca akan lebih
memahami cerita yang diceritakan oleh partisipan jika peneliti mengurutkan menjadi urutan
yang logis. Apakah peneliti mengeidentifikasi unsur-unsur cerita? Bagaimana peneliti
mengurutkan dan mengorganisir unsur-unsur cerita? Peneliti naratif membedakan unsur-unsur
cerita menjadi pilihan, misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan merupakan unsur utama
terdapat dalamrestory oleh peneliti (Connelly & Clandinin, 1990).
5. Berkolaborasi dengan partisipan yang memberi cerita. Peneliti secara aktif berkolaborasi
dengan partisipan sepanjang proses penelitian. Kolaborasi ini dapat mengasumsikan beberapa
bentuk, seperti negoisasi masuk ke tempat penelitian dan negoisasi dengan partisipan, bekerja
secara dekat dengan partisipan supaya mendapatkan field texts untuk memahami pengalaman
partisipan, menulis dan menceritakan cerita dalam kalimat atau kata-kata peneliti sendiri.
6. Menulis laporan naratif tentang pengalaman partisipan. Langkah utama dalam proses
penelitian adalah supaya peneliti menulis dan menyajikan cerita dari pengalaman
partisipan. Restorying peneliti tentu saja merupakan pusat dalam laporan naratif. Selanjutnya
peneliti harus memasukkan suatu analisis untuk menyoroti tema khusus yang muncul
sepanjang cerita.
7. Validasi keakuratan laporan. Peneliti juga perlu melakukan validasi keakuratan dari
laporan naratifnya. Ketika berkolaborasi dengan partisipan, validasi ini dapat terjadi melalui
kegiatan penelitian. Beberapa validasi praktis seperti member checking, triangulasi di antara
sumber-sumber data dan mencari bukti-bukti dapat membantu menentukan keakuratan dan
kredibilitas laporan naratif.

1.5 Mengevaluasi penelitian naratif


Sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif, penelitian naratif perlu konsisten
dengan kriteria penelitian kualitatif. Ada aspek-aspek spesifik naratif dalam membaca dan
mengevaluasi studi naratif yang harus dipertimbangkan. Daftar pertanyaan berikut ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi laporan penelitian naratif.
 Apakah peneliti berfokus pada pengalaman individu?
 Apakah fokus pada seseorang atau beberapa orang individu?
 Apakah peneliti mengumpulkan cerita suatu pengalaman individu?
 Apakah peneliti malakukan restory cerita partisipan?
 Dalam restorying, apakah suara partisipan terdengar seperti suara peneliti?
 Apakah peneliti mengidentifikasi tema-tema yang muncul dari cerita?
 Apakah cerita ini termasuk informasi tentang tempat atau latar dari individu?
 Apakah cerita memiliki kronologis, urutan temporal termasuk masa lalu, sekarang, dan masa
depan?
 Apakah ada bukti peneliti berkolaborasi dengan partisipan?
 Apakah cerita itu cukup menjawab tujuan dan pertanyaan peneliti?
1.6 Pengertian Penelitian Studi Kasus
Penilitian kasus atau studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang
terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data
yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu
konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu
program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan perkataan lain, studi kasus
merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu
waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial)
serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data selama periode tertentu (Creswell, 2007:73).
Penelitian studi kasus melibatkan kajian isu yang dieksplorasi melalui satu atau lebih
kasus dalam sistem yang terikat. Atau dengan kata lain penelitian studi kasus adalah
pendekatan kualitatif di mana peneliti mengeksplorasi sebuah sistem yang terikat (kasus) atau
sistem majemuk yang terikat (kasus-kasus) dalam suatu waktu melalui koleksi data yang detail
dan mendalam, melibatkan sumber informasi majemuk (misalnya, observasi, wawancara,
materi audiovisual, dokumen, dan laporan).
Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan
berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang
diselidiki. Penelitian studi kasus ini dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini,
serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek
penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian studi
kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut
memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti
relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas
dimensinya. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam
kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat
diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang
mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik.
Menururt Lincoln dan Guba (Dedy Mulyana, 2004: 201) penggunaan studi kasus
sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca
di kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan
responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau
transferabilitas.
Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang
sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode
studi kasus untuk mengungkap tentang konsep diri dan faktor yang melatarbelakangi suatu
kasus dengan harapan akan mendapatkan deskripsi yang jelas tentang data serta informasi yang
dibutuhkan agar tetap in fact, sesuai dengan fakta yang ada, bukan rekaan semata.
Peneliti menggunakan metode studi kasus karena peneliti mengganggap kejadiaan ini
adalah suatu kejadian yang ganjal dan harus di pecahkan permasalahannya.
1.7 Tipe-tipe Penelitian Studi Kasus
Cresswell (2007:74) membagi penelitian studi kasus menjadi tiga tipe, yaitu:
a. Penelitian studi kasus intrumental tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal adalah penelitian studi kasus yang dilakukan
dengan menggunakan sebuah kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada
penelitian ini, penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya,
dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen) untuk menggambarkannya secara
terperinci.
b. Penelitian studi kasus kolektif
Adalah penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau kasus di
dalam suatu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau perhatian dan
memanfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya. Disamping itu, penelitian ini juga dapat
hanya menggunakan satu kasus (lokasi), tetapi dengan banyak isu atau perhatian yang diteliti.
c. Penelitian studi kasus intrinsik
Adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang
tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program, kejadian
atau kegiatan. Penelitian ini mirip dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan sebelumnya
tetapi memiliki prosedur kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan kaitannya dengan
lingkungan di sekitarnya secara terintegrasi dan apa adanya.
1.8 Prosedur Melaksanakan Studi Kasus
a. Peneliti menentukan pendekatan studi kasus tepat untuk masalah yang diteliti. Peneliti dapat
mengidentifikasi kasus secara jelas dalam batas tertentu, memiliki pemahaman mendalam
terhadap kasus atau mampu melakukan perbandingan beberapa kasus.
b. Peneliti perlu mengidentifikasi kasus atau kasus-kasus yang akan ditelitinya. Kasus ini mungkin
melibatkan individu, beberapa individu, sebuah program, kejadian, atau sebuah aktivitas atau
kegiatan. Untuk melakukan penelitian studi kasus, Creswell menyarankan penelitinya untuk
mempertimbangkan kasus-kasus yang berpotensi sangat baik dan bermanfaat.
c. Peneliti melakukan analisis terhadap kasus. Analisis kasus dapat dilakukan dalam dua (2) jenis,
yaitu analisis holistik (holistic) terhadap kasus, atau analisis terhadap aspek tertentu atau
khusus dari kasus. Melalui pengumpulan data, suatu penggambaran yang terperinci akan
muncul dari kajian peneliti terhadap sejarah, kronologi terjadinya kasus, atau gambaran tentang
kegiatan dari hari ke hari dari kasus tersebut. Lalu yang kedua adalah tema-tema hasil kajian
dikaji saling-silangkan dengan menggunakan analisis saling-silang kasus atau yang disebut
sebuah cross-case analysis, dan melakukan pemaknaan serta mengintegrasikan makna-makna
yang berhasil digali dari kasus-kasus tersebut.
d. Peneliti melaporkan makna-makna yang dapat dipelajari, baik pembelajaran terhadap isu yang
berada di balik kasus yang dilakukan melalui penelitian kasus instrumental, maupun
pembelajaran dari kondisi yang unik atau jarang yang dilakukan melalui penelitian studi kasus
mendalam (intrinsic case study).
1.9 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti memilih metode
wawancara karena dengan metode ini akan mendapatkan informasi yang valid dan langsung
dari sumbernya. Dengan wawancara, peneliti dapat mengarahkan pembicaraan kepada
substansi penelitian, sehingga informasi yang dikumpulkan bukan sekedar rekaan semata.
Adapun mengenai model wawancara yang peneliti gunakan ialah wawancara bebas
terpimpin, dimana dalam melakukan wawancara peneliti tidak secara sengaja mengarahkan
tanya jawab pada pokok persoalan dari fokus penelitian namun tetap menggunakan panduan
pokok-pokok masalah yang diteliti. Seirama dengan model wawancara di atas, Opinion
Interview juga akan peneliti gunakan. Wawancara ini dilaksanakan demi mendapatkan
pendapat dari sumber berita. Wawancara dianggap selesai apabila sudah menemui titik jenuh,
yaitu sudah tidak ada lagi hal yang ditanyakan
2. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung yang dimaksudkan disini ialah dimana peneliti
secara langsung ikut terlibat dalam obyek penelitian. Dalam melaksanakan pengamatan ini
sebelumnya peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian sehingga terjadi
keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi mempunyai peranan penting dalam dunia penelitian, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti biasanya hanya terbatas pada satu bidang ilmu saja, semua pekerjaan
dan layanan dokumentasi serta data yang ada pada dokumen merupakan alat penting bagi
peneliti.
Dalam melaksanakan metode ini peneliti memiliki barang-barang tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, foto, diary, peraturan-peraturan dan lain sebagainya.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan.
2.1 Analisis Data
Peneliti menganalisa data yang terkumpul mulai dari mengagregasi, mengorganisasi, dan
mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses
mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data .Data
dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data
dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dari lapangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian naratif sebagai suatu bentuk populer dari penelitian kualitatif. Penelitian
naratif menjadi suatu cara untuk melakukan studi tentang guru, siswa dan tenaga kependidikan
lainnya dalam latar pendidikan. Penelitian naratif mendeskripsikan pengalaman hidup
individu, mengumpulkan cerita (data), menceritakan kembali dan menulis laporan naratif
tentang pengalaman-pengalaman individu. Studi kualitatif ini berfokus pada mengidentifikasi
pengalaman individu tunggal atau beberapa individu dan memahami pengalaman masa lalu,
sekarang dan masa depannya.
Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari individu dan menceritakan kembali cerita
partisipannya menjadi suatu kerangka kronologi karakter, latar, tindakan, masalah dan tindakan
resolusinya. Peneliti dapat mengumpulkan ”field texts” atau teks lapangan dan membentuknya
menjadi tema-tema atau kategori-kategori dan mendeskripsikan secara terperinci latar atau
konteks cerita. Peneliti menekankan kolaborasi dengan partisipan sepanjang proses penelitian.
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif adalah mengidentifikasi masalah
yang sesuai untuk penelitian naratif dan memilih satu partisipan atau lebih untuk melakukan
studi. Peneliti kemudian mengumpulkan cerita-cerita dari partisipan tentang pengalaman
hidupnya dan menceritakan kembali cerita untuk membentuk kronologi kejadian termasuk
karakter tokoh, latar, masalah, tindakan dan resolusi. Sepanjang proses ini peneliti
berkolaborasi dengan partisipan dan cerita yang disusun oleh peneliti menceritakan
pengalaman hidup partisipan.

Studi kasus merupakan sebuah eksplorasi dari sistem pembatasan sebuah kasus (atau
multiple kasus) secara terperinci , pengumpulan data secara mendalam baik melalui berbagai
sumber informasi. Studi kasus menjadi berguna apabila seseorang/peneliti ingin memahami
suatu permasalahan atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dimana orang dapat
mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi, kaya dalam pengertian bahwa suatu
persoalan besar dapat dipelajari dari beberapa contoh fenomena dan biasanya dalam bentuk
pertanyaan. Studi kasus pada umumnya berupaya untuk menggambarkan perbedaan individual
atau variasi “unik” dari suatu permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang, peristiwa,
program, insiden kritis/unik atau suatu komunitas dengan berupaya menggambarkan unit
dengan mendalam, detail, dalam konteks dan secara holistik.
Demikian pun dalam pengumpulan datanya yang diambil dari berbagai sumber informasi,
karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk membangun gambaran
yang mendalam dari suatu kasus. Analisis datanya memerlukan banyak sumber data untuk
menentukan bukti pada setiap fase dalam evolusi kasusnya.
Daftar Pustaka
Clandinin, D. J., & Connelly, F. M. (1990). Stories of experience and narrative inquiry.
Educational Researcher, 1S(5), 2—14.
Clandinin, D. J., & Connelly, F. M. (2000). Narrative inquiry: experience and story in
qualitative research. San Francisco: Jossey-Bass.
Cortazzi, M. (1993). Narrative analysis. London: Falmer Press.
Creswell, J. W (2007). Qualitative inquiry and research design. London, New Delhi. Sage
Publication, Inc.
Creswell, J. W.(2008). Educational research, planning, conducting, and
evaluating quantitative and qualitative research. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Creswell, J. W.(2010). Research design, penedekatan kualitatif, kuantitaif, dan mixed
3rd ed. (Terjemahan Achmad Fawaid). Thousand Oaks, CA : Sage. (Buku asli diterbitkan tahun
2009)

Anda mungkin juga menyukai