Anda di halaman 1dari 15

“Perubahan Morfomik dan Sintaksis”

Di susun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah fiqh lughah -2
Dosen Pengampu:
Fahrur Rozi, M.pd

KELOMPOK 4 :
IHWANEL YITZAK A.GHIFARI {0302203034}

ANGGI NUR AINI LUBIS {0302203111}


EKA RAHMA AINUN SIREGAR {0302203040}

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA:2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,.wr,.wb,.

Pada kesempatan kali ini kita akan belajar Fiqh Lughah, tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu Fahrur Rozi,M.Pd. kepada bapak kami
mengucapkan beribu terima kasih karena telah memberikan kami tugas ini yang alhamdulilah sudah
kami penuhi.

Dalam makalah ini mungkin terdapat kekurangan, dan apabila teman-teman atau bapak dosen
menemukan kekurangan tersebut. Kami berharap kalian mengkritik dengan cerdas dan sopan, dan
kami membutukan kritikan dan saran dari bapak dan teman-teman sekalian yang membaca makalah
kami ini.

Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf.semoga
Allah memberikan kita semua kemudahan dalam belajar. Amin,.

Wassalamu’alaikum,. Wr,.wb,.

Medan, 10 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan Morfomik dan Sintaksis ............................................................................ 5
Sintaksis ......................................................... .................................................................. 7
Morfofonemik ............................................................................................................ 9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................. 13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN
Kajian morfofonemik berada dalam tataran fonologi dan morfologi. Prosesmorfofonemik adalah
peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu prosesmorfologis, baik afiksasi, reduplikasi,
komposisi, maupun modifikasi interen. MenurutAdipitoyo (1999:5), kajian morfofonemik pada ilmu
bahasa memiliki dua konsep dasarteori.

Pertama, peristiwa fonemis sebagai akibat proses morfemis. Kedua, proses morfemis sebagai
penyebab timbulnya peristiwa fonemis yang saling berkaitan satu sama lain. Proses morfemis
merupakan pertemuan morfem dengan morfem, sedangkan peristiwa fonemis dipandang sebagai
proses perubahan fonem akibat pertemuan morfem dengan morfem.

Menurut Verhaar (2010:97) morfofonemik dapat terjadi pada proses pengimbuhan atau pengafiksan,
pengklitikan, pemajemukan, dan reduplikasi. Verhaar juga mengatakan bahwa proses morfemis yang
terjadi pada hampir setiap bahasa adalah afiksasi, klitiksasi, reduplikasi, komposisi, dan modifikasi
interen.

Sintaksis adalah cabang linguistik tentang susunan kalimat danbagiannya; ilmu tata kalimat;
ilmu nahu. Adapun yang dimaksud dengankalimat yaitu satuan bahasa terkecil yang dapat
mengungkapkan pikiranyang utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu
informasisecara lengkap disebut kalimat. Jika terdapat sebuah tuturan
yangmenginformasikan sesuatu tetapi belum lengkap atau belum utuh, tuturanitu belum dapat
dikatakan kalimat. Mungkin hanya berupa kata, atau pulamasih berupa kelompok kata atau frasa.
Kemudian salah satu kalimat yang harus kita kenali yaitu kalimatdasar. Kalimat dasar adalah kalimat
yang terdiri atas satu klausa, lengkapunsur-unsurnya, paling lazim pola urutannya. Struktur
kalimat dasarbahasa Indonesia sangat sederhana, yaitu hanya terdiri atas subjek-predikat(S-P).
Namun struktur tersebut dapat dikembangkan menjadi:

1. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)

2. Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel.)

3. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)

4. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel.)

5. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K

Dari kelima struktur tersebut subjek selalu terletak di awal kalimat.Mungkin akan muncul
pertanyaan apakah subjek memang selaludiletakkan di awal kalimat dan bagaimana jadinya jika
suatu kalimat tanpasubjek. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini untuk
menjawabpetanyaan-pertanyaan tentang subjek. Penulis akan memaparkan mengenaifungsi subjek,
ciri-ciri subjek, karakteristik subjek, dan contoh subjek.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Perubahan Morfomik dan Sintaksis


Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang, yakni telaah infleksi (inflectional
morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Morfologi
membahas struktur internal bentuk kata. Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam
formatif komponennya yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks dan
berusaha untuk menjelaskan kemunculan setiap formatif.

Achmad dan Abdullah (2012: 54) menyatakan bahwa morfologi sebagai bagian dari ilmu kebahasaan,
mempelajari struktur intern kata, tata kata, atau tata bentuk. Morfologi mengkaji unsur dasar atau
satuan terkecil dari suatu bahasa. Satuan terkecil, atau satuan gramatikal terkecil itu disebut morfem.
Arifin dan Junaiyah (2007: 2) menyatakan bahwa morfologi ialah ilmu bahasa tentang seluk-beluk
bentuk kata (struktur kata).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang struktur kata dan proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata baik internal maupun
eksternal kata.

Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata. Verhaar (1984:52)
berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara
gramatikal. Begitu pula Kridalaksana (1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1)
bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.

Kedudukan morfologi dalam hierarki linguistik, kajian morfologi berada diantara kajian fonologi dan
sintaksis, maka kajian morfologi itu mempunyai kaitan baik dengan fonologi maupun dengan
sintaksis. Keterkaitannya dengan fonologi jelas dengan adanya kajian yang disebut morfonologi atau
morfofonemik yaitu ilmu yang mengkaji terjadinya perubahan fonem akibat adanya proses
morfologi. Sementarra keterkaitan antara morfologi dan sintaksis tampak dengan adanya kajian yang
disebut morfosintaksis (dari gabungan kata morfologi dan sintaksis). Keterkaitan ini karena adanya
masalah morfologi yang perlu dibicarakann bersama dengan masalah sintaksis misalnya, satuan
bahasa yang disebut kata, dalam kajian morfologi merupakan satuan terbesar, sedangkan dalam
kajian sintaksis merupkan satuan terkecil dalam pembentukkan kalimat atau satuan sintaksis lainnya.
Jadi, satuan bahasa yang disebut kata itu, menjadi objek dalam kajian morfologi dan kajian sintaksis.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk
sebuah kata. Dalam penelitian ini, peneliti akan analisis kesalahan pada bidang morfologi terdiri dari
kesalahan pada tataran kata, bentuk kesalahan yang ditemui di antaranya (a) penambahan, (b)
pengurangan, (c) salah bentukan, (d) salah penggunaan, dan (e) salah urutan.

5
A.SINTAKSIS
Secara etimologi atau asal usul katanya, sintaksis berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu sun yang
berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Melihat dari dua kata tersebut, secara
etimologi, sintaksis berarti menempatkan kata-kata menjadi kelompok kata, frasa atau kalimat.
Sintaksis merupakan kata serapan dari bahasa Belanda syntaxis dan bahasa Inggris, syntax.

Sintaksis merupakan struktur internal bahasa dalam objek kajian ilmu linguistik. pengertian sintaksis
sebagai studi tentang hubungan kata- kata di dalam wacana. Selain itu dijelaskan juga bahwa
sintaksis adalah studi tentang bentuk sintagma atau kombinasi kata-kata. Sintaksis merupakan
tatabahasa yang membahas hubungan antara kata-kata di dalam sebuah tuturan. Tata bahasa sendiri
terdiri atas morfologi yang menyangkut struktur gramatikal di dalam kata dan sintaksis yang
mempelajari tatabahasa di antara kata-kata di dalam tuturan.

(Verhaar,2001:11) juga menjelaskan pengertian sintaksis sebagai cabang ilmu linguistik yang
menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara kata, frase, klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase, klausa atau kalimat yang
lain, atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frasa, klausa, kalimat dan wacana.

sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menjelaskan aturan-aturan penggabungan unit-unit
tanda dalam kalimat; sintaksis, yang mengatur tentang fungsi-fungsi secara umum dibedakan dari
morfologi, kajian tentang bentukbentuk atau bagian-bagian dari wacana, fleksi dan pembentukan
kata atau derivasi‖. Dari beberapa pengertian sintaksis di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah ilmu kajian bidang linguistik yang mempelajari tentang tatabahasa di antaranya struktur-
struktur frase, klausa, dan kalimat.

Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan
contoh-contoh berikut.

a. bayi sehat

b. baju lama

c. tempat duduk

d. pisang goreng

e. baru datang

f. sedang membaca

Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena
satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono
(2007:140).membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa
pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa
koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif

Klausa

6
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur
predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan
bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat
diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat
berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143)

Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf
(2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan
bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan
frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu
subjek dan prediket, (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final,
yaitu intonasi berita,tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah
satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua
(:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!).

a) Ciri-ciri kalimat

Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut :

- Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

- Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.

- Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.

- Mengandung pikiran yang utuh.

- Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek,
prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.

- Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.

- Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan
makna pikiran yang saling berhubungan.

b) Fungsi sintaksis dalam kalimat

Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi
sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan
prediket,sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat.

7
Jika seseorang menganggap bahasa sebagai kosa kata dalam sintaksis tertentu (dengan item
fungsional mempertahankan struktur dasar kalimat dan dengan item leksikal mengisi kekosongan),
perubahan sintaksis memainkan peran terbesar dalam memodifikasi fisiognomi bahasa tertentu .
Perubahan sintaksis memengaruhi tata bahasa dalam aspek morfologis dan sintaksisnya dan
merupakan salah satu jenis perubahan yang diamati dalam perubahan bahasa .

Jika seseorang memperhatikan evolusi dalam bidang fonologi dan morfologi, menjadi jelas bahwa
perubahan sintaksis juga dapat menjadi hasil dari pergeseran mendalam dalam bentuk bahasa, yaitu
efek perubahan fonologis dapat memicu analisis ulang morfologi yang kemudian dapat menimbulkan
perubahan struktur sintaksis.

Perubahan sintaksis adalah fenomena yang menciptakan pergeseran pola bahasa dari waktu ke
waktu, tunduk pada penyimpangan siklik . [1] Keistimewaan morfologi hari ini dilihat sebagai hasil
dari sintaks biasa kemarin. [2] Misalnya, dalam bahasa Inggris , bentuk lampau dari kata kerja to go
bukanlah go atau bentuk lain berdasarkan basis go , tetapi goes , pinjaman dari bentuk lampau kata
kerja to wend .

Perubahan besar-besaran dapat terjadi baik dalam sintaksis maupun kosa kata dan disebabkan oleh
kreolisasi atau releksifikasi . Beberapa [ yang mana? ] teori perubahan bahasa berhipotesis bahwa hal
itu terjadi karena input gramatikal yang diterima anak-anak bersifat ambigu, sehingga mereka
menganalisis konstruksi gramatikal yang mendasarinya dengan cara yang berbeda. Tata bahasa yang
dianalisis ulang ini dapat menciptakan ambiguitas baru, yang dapat dianalisis oleh generasi
berikutnya dengan cara lain.

Dalam beberapa kasus, perubahan dapat terjadi secara siklik. Misalnya, preposisi dapat menjadi
berkurang dari waktu ke waktu, sampai dianalisis ulang sebagai penanda kasus yang dibubuhkan
pada kata benda yang berdekatan. Penanda kasus ini, pada gilirannya, dapat hilang seiring waktu,
yang akan mengarah pada pengenalan preposisi baru.

Contoh perubahan sintaksis dalam bahasa Inggris dapat dilihat pada perkembangan dari urutan kata
kerja kedua (V2) , yang digunakan sebelum abad ke-15, menjadi urutan kata modern. [3] Seperti
bahasa Jerman lainnya , bahasa Inggris Kuno dan Tengah memiliki urutan kata V2. Sebuah contoh
dari Bahasa Inggris Tengah ditampilkan di sini, di mana nu 'sekarang' berada di posisi pertama, dan
kata kerja loke 'melihat' berada di posisi kedua.

(1) Nu loke euerich pria ke arah himsuelen.

Sekarang Lihat setiap pria ke diri

"Sekarang setiap orang harus melihat ke dirinya sendiri."

Meskipun V2 hilang, peningkatan kata kerja dipertahankan pada tahun 1600-an dalam Bahasa Inggris
Modern Awal. Tidak seperti dalam Bahasa Inggris Modern, kata kerjanya mendahului kata
keterangan dan negasi , seperti yang ditunjukkan pada (2). Urutan kata ini masih terlihat dalam
tulisan Shakespeare.

Perubahan Sintaksis

8
Dalam kajian linguistik, ada beberapa perubahan bahasa yang disebabkan oleh berbagai faktor;
faktor logat daerah, faktor kesalahan pengguna bahasa, faktor persamaan kata atau perbedaan kata
atau lainnya. Di antara perubahan itu ada yang berupa perubahan dari sisi sintaksis (nahw). Beberapa
contoh perubahan sintaksis tersebut yaitu:

a. Susunan ‫ قد ال يجوز‬terkadang tidak boleh) merupakan perubahan dari susunan ‫ربما ال يجوز‬
terkadang tidak boleh).

b. Susunan ‫ا ن ا ك م س ل م‬ yang arti sebenarnya “Saya seperti orang Islam”, berubah artinya
menjadi “Saya sebagai orang Islam”. Di sini terdapat perubahan arti huruf jar.

c. Susunan‫الحقيقة‬ ‫ اا اكد‬ia menguatkan kenyataan) yang menggunakan preposisi sebenarnya


cukup tanpa dengan preposisi ‫ على‬,yakni ‫اكد الحقيقة‬ ia menguatkan kenyataan

d. Susunan ‫ هذه امراة صبورة‬ini wanita penyabar) merupakan perubahan dari susunan
‫ ) هذه امراة صبورة‬ini wanita penyabar). Beberapa sifat tertentu sama bentuknya dalam
‫ حنون‬،‫ فخور‬،‫ صبور‬،‫ غيور‬،‫ مدرار‬،‫ مفضال‬،‫معطاء‬، :seperti, muannatsnya dan mudzakar
‫ وقور‬،‫ عطوف‬.Walaupun untuk mu’annats tidak perlu ditambah dengan ta’ marbuthah ( ‫)ة‬.

Perubahan-perubahan tersebut, meskipun seringkali menyalahi kaidah bahasa Arab yang baik
dan benar, akan tetapi terpakai dalam penulisan dan pengucapan bahasa Arab. Akibatnya perubahan
itu dianggap benar dan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Arab yang baik dan ben

B. Morfofonemik
Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan kata
akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata membaca terdiri dari dua morfem,
yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N) pada
morfem meN- berubah, sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung pada
kondisi bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya.

Morfofonemik sebagai proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem
awal kata yang bersangkutan (Arifin, 2007:8). Ramlan (2001:83) membagi perubahan fonem dalam
proses morfofonemik ini dalam tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan
fonem, dan proses hilangnya fonem.

Morfologi merupakan ilmu yang menyelidiki seluk-beluk struktur kata dan menyelidiki perubahan
golongan dan arti kata, akibat adanya perubahan struktur kata. Dapat dimengerti bahwa objek kajian
morfologi itu adalah kata, karena katakata di dalam suatu bahasa menampakkan ciri bentuk atau
struktur yang berbedabeda, dimungkinkan kata-kata itu memiliki unsur atau bagian yang berbeda-
beda pula. Oleh karena itu, kata atau unsur bagian kata yang sering disebut morfem, juga termasuk
sebagai objek kajian morfologi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa objek terkecil morfologi
ialah morf atau morfem dan objek terbesarnya ialah kata (Santoso, 2000: 4). Dari berbagai subkajian
morfologi, salah satunya adalah morfofonemik.

9
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang morfem dan susunannya dalam membentuk kata.
Nida (1949: 200) menyatakan prosedur analisisnya bahwa semua alternasi alomorfik harus
dimasukkan ke dalam kelompok morfofonemik.

Proses morfologis yang terjadi melalui afiksasi atau penggabungan morfem bebas dan morfem
terikat menimbulkan proses morfofonemik. Menurut Muslich morfofonemik adalah perubahan
fonem akibat proses pembubuhan afiks. Selain pengertian tersebut, Ramlan juga memberikan
pengertian bahwa morfofonemik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya. Morfofonemik disebut juga (morfonologi atau morfofonologi) adalah
kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem akibat dari adanya proses
morfologi.

Ketiga pendapat tersebut menyebutkan bahwa morfofonemik adalah gejala dalam afiksasi yang
mengalami perubahan bunyi atau perubahan morfem. Morfofonemik berkenaan dengan analisis dan
klasifikasi faktor-faktor fonologi yang mempengaruhi wujud morfem, atau, selalu berhubungan
dengan faktor-faktor gramatikal yang berpengaruh pada wujud fonem. Morfofonemik adalah istilah
untuk proses terpengaruhinya kondisi fonologi oleh morfem dan rangkaian morfem. Dari namanya,
dapat diketahui bahwa ilmu pengetahuan ini merupakan interaksi antara morfologi dan fonologi.
kata morfofonemik menunjukan adanya hubungan antara morfem dan fonem. Hal yang sama
diungkapkan oleh Kridalaksana (2007), berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang
menghubungkan morfologi dan fonologi.

Ramlan (1983) mendefinisikan, ―morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul


sebagai akibat pertemuan morfem yang satu dengan morfem yang lain‖. Selanjutnya, Chaer (2015)
mengungkapkan bahwa morfofonemik (disebut juga morfofonologi, atau morfonologi) adalah kajian
mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari peristiwa
berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi (Chaer, 2015: 43). Morfofonemik atau yang bisa disebut morfofonologi
sebagai ilmu yang menelaah mofofonem atau biasa juga disebut morfonem. Morfofonologi adalah
telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Sementaranya,
Heatherington (1908:47) memberi pengertian untuk jelas lagi, morfofonemik mempelajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

Jenis-Jenis Proses Morfofonemik


Adapun yang dibahas dalam morfofonemik ialah terjadinya perubahan perubahan fonem sebagai
akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain (proses morfologis). Dalam hal ini
dapat dikemukakan bahwa Proses berubahnya (fonem-fonem) dalam bahasa Indonesia terdapat
empat proses morfofonemik yakni, proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, proses
penghilangan fonem, dan Penggeseran Morfem. Berikut adalah masing-masing proses morfofonemik
yang akan dijelaskan satu persatu.

1. Proses Morfofonemik Jenis Penambahan Fonem


Pembicaraan tentang peristiwa morfofonemik dalam bahasa Indonesia tidak terlepas dari
sudut pandang terhadap morfem, baik morfem afiks maupun morfem dasarnya. Perlu
dijelaskan di sini bahwa ada beberapa sebutan terhadap morfem afiks bahasa Indonesia yang
dikemukakan oleh para tatabahasawan tradisional, para penyusun Tatabahasa Baku Bahasa
Indonesia, dan para linguis. Persamaan dari suatu morfem bersifat arbitrer
Dalam buku-buku tata bahasa tradisional, para penulis menggunakan sebutan imbuhan me-,
pe-, pe-an, dan sebagainya. Para penyusun Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003),

10
menyebutnya sebagai meng-, peng-, dan peng-an, sedangkan para linguis, untuk kepentingan
analisisnya, menyebutnya sebagai meN-, peN-, dan peN-an.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memahami proses morfofonemik
adalah. Pertama untuk menentukan jenis proses morfofonemis yang terjadi pada proses
pembentukan kata, perlu ditentukan lebih dahulu morfem afiksnya, terutama morfem afiks
yang memiliki bentuk lebih dari satu (/me-/, /meng-/, atau /meN-/, /pe-/, /peng-/, atau
/peN-/; /pe-an/, /peng-an/, atau /peN-an/), kedua jenis perubahan fonem yang terjadi
dibedakan atas tiga macam, yakni (a) penambahan fonem, (b) penghilangan fonem, (c)
penggantian fonem, ketiga dalam proses pembentukan sebuah kata dapat terjadi perubahan
fonem lebih dari satu, keempat baik jenis penambahan maupun penggantian fonem nasal,
fonem nasal yang ditambahkan ataupun yang menggantikan adalah fonem nasal yang
homorgan (sealat ucap) dengan fonem awal bentuk dasarnya, dan kelima khusus bentuk-
bentuk dasar yang berawalan fonem /p, k, s, atau t/ apabila mendapat afiks /me-/,
/meng-/, /meN-/, kaidah yang sudah dibuat oleh para tatabahasawan atau linguis justru
hanya cocok untuk bentuk dasar yang fonem awalnya tidak luluh, sedangkan pada bentuk
dasar yang fonem awalnya mengalami peluluhan, alomorf morfem afiksnya adalah /me-/.

2. Proses Morfofonemik Jenis Penghilangan Fonem


Sebelumnya sudah dikemukakan bahwa dalam membicarakan proses morfofonemik,
morfem-morfem mempunyai beberapa bentuk (misalnya: /me-/, /meng-/, /meN-/, dan lain-
lain) (Santoso, 2000: 87). Perlu diperhatikan sehubungan dengan proses morfofonemik
penghilangan fonem yakni, (a) apabila proses morfologis yang terjadi hanya melibatkan
kehadiran prefiks, maka proses morfofonemik yang terjadi juga hanya satu macam saja, dan
(b) jika morfem afiksnya berwujud konfiks atau prefiks dan sufiks, maka proses morfofonemik
yang terjadi mungkin terjadi pada bagian awal dan akhir morfem dasarnya. Dengan
demikian, kemungkinan akan terjadi dua macam proses morfofonemik, yaitu terutama jika
morfem dasar berakhir dengan vokal. Proses morfofonemik penghilangan fonem hanya
terjadi jika morfem prefiks yang dilekatkan dianggap sebagai prefiks /meng-/ atau /peng-/.
Jika bentuk dasar yang dilekati oleh prefiks itu berawal dengan fonem /l, r, w, y/, maka prefiks
/meng-/ atau /peng-/ akan melepas fonem asalnya.

Kaidah-kaidah perubahannya dapat diikhtisarkan sebagai berikut:


a) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/. Misalnya : meN- + paksa → memaksa
meN- + periksa → memeriksa meN- + pukul → memukul meN- + potong → memotong
peN- + periksa → pemeriksa peN- + pukul → pemukul
b) b) Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /t.d.s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa
bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yag masih mempertahankan keasingannya.
Missalnya : meN- + tulis → menulis meN- + tarik → menarik
peN- + tulis → penulis peN- + tarik → penrik
c) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/. Misalnya : meN- + sapu → menyapu meN- +
suluh →menyuluh peN- + sumpah → penyumpah peN- + kacau → pengacau

3. Proses Morfofonemik Jenis Penggantian Fonem

11
Proses penggantian fonem yang sering disebut sebagai proses perubahan fonem atau sebuah
bunyi dapat terjadi baik karena alasan fonologis maupun morfologis (Santoso, 2000:90).
Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks berdan prefiks ter-, seperti contoh pada dasar
―ajar terjadi perubahan bunyi, di mana fonem /r/ berubah menjadi /l/. ber- + ajar belajar

4. Proses Morfofonemik Jenis Penggeseran Fonem Istilah penggeseran posisi fonem yang
digunakan oleh Kridalaksana (2007) itu sekaligus menyiratkan bahwa jenis tersebut tergolong
juga perubahan fonem (sebagai akibat proses morfofonemik).
Adapun yang berubah adalah posisinya, tempatnya dalam suku kata. Kalau misalnya terjadi
penggeseran dari suku I dan suku II atau sebaliknya, berarti terjadi perubahan posisi fonem
yang bersangkutan.
Penggeseran fonem terjadi apabila ada fonem milik afiks bergabung dengan fonem dari
bentuk dasar dan membentuk satu suku kata. Fonem yang berasal dari mana yang harus di
depan, tidak perlu dipersoalkan; maksudnya fonem yang berasal dari mana pun bisa
berposisi di depan, dan dapat pula di belakang. Yang menjadi pedoman adalah fonem-fonem
dari kedua pihak itu dasar dan afiks bergabung membentuk satu suku kata.

Cara memisahkan kata atas suku-sukunya di dalam pembicaraan proses morfofonemik harus
didasarkan atas lafal atau ucapan, dituliskan secara fonemis, dan diberi nomor urut dari depan.
Khusus kata-kata yang mengalami infiksasi, yang hampir semua infiks itu menyisip di belakang
konsonan awal bentuk dasarnya, infiks yang melekat diperhitungkan sebagai suku I. Jadi fonem /e/
milik infiks selamanya bergeser ke depan (suku I) dan fonem /l/, /m/ atau /r/ selalu menjadi
konsonan awal suku II. Fonem /r/ pada morfem afiks /ber-/, /ter-/, dan /per-/ akan mengalami
penggeseran posisinya dari akhir silabel ke awal silabel berikutnya jika dilekatkan pada morfem dasar
yang berawalan fonem vocal.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Subjek adalah unsur pokok kalimat yang dapat berupa kata benda(nomina), kelompok kata
benda (frasa nomina), dan klausa. Adapun ciri-ciri subjek yaitu jawaban dari pertanyaan apa
atau siapa, dapat didahuluioleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina), dapat
diserta kataini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak didahului preposisi
di,dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak dapat diingkarkandengan kata tidak,
tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

proses morfofonemik harus didasarkan atas lafal atau ucapan, dituliskan secara fonemis, dan
diberi nomor urut dari depan. Khusus kata-kata yang mengalami infiksasi, yang hampir
semua infiks itu menyisip di belakang konsonan awal bentuk dasarnya, infiks yang melekat
diperhitungkan sebagai suku I. Jadi fonem /e/ milik infiks selamanya bergeser ke depan (suku
I) dan fonem /l/, /m/ atau /r/ selalu menjadi konsonan awal suku II. Fonem /r/ pada morfem
afiks /ber-/, /ter-/, dan /per-/ akan mengalami penggeseran posisinya dari akhir silabel ke
awal silabel berikutnya jika dilekatkan pada morfem dasar yang berawalan fonem vocal.

13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Abdullah (2012). Linguistik umum. Jakarta: Erlangga. 2012. Asian wiki (2016).

Hospitality Departement.

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2015 Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta Rineka Cipta.

Dawud, Muhammad Muhammad dan Uril Baharuddin, al Arabiyyah wa Ilm al Lughat al

Hadith (Malang: CV. Lisan Arabi, 2018)

Dlawwah, Ibrahim Abd. Majid, al-Shawab al-Lughawi, (Kairo: Jami’ah al-Qahirah, 2009)

Madkur, ‘Ali Ahmad. Tadris Funun al-Lughat al-Arabiyyat. Kuwait: Maktabah al-Falah, 1984.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia

Pustaka Utama.

Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Fak. Adab IAIN Syarif

Hidayatullah, 1996.

Robson, S.O.. Prinsip-prinsip Filologi Nusantara. Jakarta: Depdikbud RI dan Universitas

Leiden, 1994.

Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa

Indonesia. Padang: Sukabina Press.

Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. Jakarta: ELex. Media

Komputindo.

Soeratno, Chamamah. Metodologi Penelitian Filologi I . Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,

1987.

Sutrisno, Sulastin, Metodologi Penelitian Filologi I, Yogyakarta: Lembaga Riset dan Survey

IAIN Sunan Kalijaga, 1987.

14
Verhaar, J.W.M. 2010. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Nida, Eugene A. 1949. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: The

University of Michigan Press.

15

Anda mungkin juga menyukai