Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Mencermati Seluruh Motivasi Yang Disampaikan Oleh Dosen dan Mengkondisikan


Kelas Sehingga Kondusif Untuk Peaksanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Nurhayani M.Si

D
I
S
U
S
U
N
OLEH ;

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini

Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan yang bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pembahasan tentang
Mencermati Seluruh Motivasi Yang Disampaikan Oleh Dosen dan Mengkondisikan
Kelas Sehingga Kondusif Untuk Peaksanaan Pembelajaran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ustadzah/Dosen selaku Pengampu pada Mata
Kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dibidang studi ini.

Kami menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu,kritikdan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Medan, 28 November 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara alamiah, Motivasi mahasiswa berkaitan erat dengan keinginan mhasiswa untuk terlibat aktif dalam
proses perkuliahan di dalam kelas. Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil belajar. Keinginan untuk berhasil dan keinginan
untuk sukses merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belseseorang atau dalam hal ini
mahasiswa, akan termotivasi untuk semakin giat belajar baik di kampus maupun rumah.Mahasiswa
akan termotivasi untuk semakin giat belajar baik di kampus maupun di rumah.
Dalam sebuah pembelajaran diperlukan adanya suasana atau kondisi yang mendukung agar proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas bisa berjalan dengan lancar karena apabila hal itu
dibiarkan biasa saja maka akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.Apabila
kondisi tersebut mendukung maka akan sangat memudahkan peserta didik dalam memahami proses
pembelajaran yang diikuti kondisi yang seperti inilah yang disebut sebagai lingkunga belajar yang
kondusif. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita terkait lingkungan belajar yang
kondusif maka dari itu u melalui maklah akan dijelaskan lebih lanjut terkait penerapan lingkungan
belajar yang kondusif.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep tentang motivasi dosen?


2. Bagaimana kelas yang kondusif itu?
3. Apa saja cara agar kelas kondusif?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui konsep tentang motivasi dosen


2. Mengetahui bagaimana keadaan kelas yang kondusif
3. Mengetahui cara mengkondisikan kelas agar Kondusif.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Mencermati Seluruh Motivasi yang Disampaikan Oleh Dosen


Menurut McDonald dalam Hamalik (2008 : 173) “motivation is a energy change within the
person characterized goal by affective arousal and anticipatory goal reactions” motivasi adalah
suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Purwanto (2002 : 60) mengemukakan bahwa motivasi adalah
tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu.Merujuk pada dua
pendapat di atas, maka motivasi dapat diartikan sebagai kondisi yang muncul dalam diri
seseorang yang ng disebabkan karena adanya dorongan, sehingga mendorong eseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Jika dihubungkan dengan belajar
maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan dalam hal penumbuhan gairah dan
semangat untuk belajar.Untuk menentukan apakah seseorang memiliki motivasi atau tidak dalam
proses pembelajaran dapat dilihat dari beberapa indikator. Asrori (2008 : 184) mengemukakan
bahwa indikator untuk mengetahui siswa/mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi dalam proses
pembelajaran, diantaranya adalah:
1.Memiliki gairah belajar yang tinggi;
2.Penuh semangat;
3.Memiliki rasa penasaran atau ingin tahu yang tinggi;
4.Mampu ”jalan sendiri’ ketika guru/dosen meminta siswa/mahasiswa mengerjakan sesuatu;
5. Memiliki rasa percaya diri;
6.Memiliki daya konsentrasi yang tinggi;
7. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi;
8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Sedangkan indikator untuk mengetahui mahasiswa yang mempunyai motivasi rendah diantaranya:
1.Perhatian terhadap pelajaran kurang;
2.Semangat juang rendah;
3.Mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat;
4.Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas;
5.Memiliki ketergantungan kepada orang lain;
6.Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”
7.Daya konsentrasi kurang. Scara fisik mereka berada di dalam kelas, tetapi fikirannya berada
di luar kelas;
8.Mereka cenderung menjadi pembuat kegaduhan;
9.Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.
Selanjutnya berdasarkan pendapat Dwi Prasasti (2012) mengemukakan bahwa beberapa indikator
untuk menentukan motivasi belajar sseorang diataranya adalah:
1.Kuatnya kemauan untuk berbuat;
2.Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar;
3.Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain;
4.Ketekunan dalam mengerjakan tugas;
5.Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
6.Lebih senang bekerja mandiri.
Salah satu orientasi pembangunan pendidikan dewasa ini adalah peningkatan kualitas
penyelenggaraan pembelajaran. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran tersebut
memiliki peranan sentral dalam upaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.
Motivasi dan prestasi belajar peserta didik sebagai salah satu ukuran untuk menunjukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dosen. Ini berarti berhasil tidaknya proses
pendidikan dapat ditunjukan oleh motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu,
setelah mengalami proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu semua peserta didik
diharapkan menunjukan perilaku positif sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar peserta didik dilatar belakangi oleh beberapa faktor yang pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik
(faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik (faktor eksternal).
Faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik (faktor internal) meliputi: minat, motivasi,
cara belajar, kematangan dan kesiapan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor yang bersumber
dari luar diri peserta didik (faktor eksternal) meliputi: dosen, lingkungan kampus, keluarga,
lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya.
Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi belajar.
Motivasi belajar ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai
tujuan. Jika siswa terdorong untuk melakukan belajar, maka akan terjadi suatu pembelajaran yang
efektif yang pada akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan
hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Dosen merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.
Dosen merupakan komponen yang memiliki peranan strategis dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dosen memiliki peranan kunci dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi
pendidikan. Di tangan dosen, mutu pendidikan dapat diupayakan ke arah yang lebih baik.
Hal tersebut memaksa dosen untuk mampu mempersiapkan secara optimal kompetensinya, karena
bagaimanapun kompetensi dosen mencerminkan kinerja dosen atau kemampuan dosen dalam
mengajar di kelas sehingga dapat dipastikan semakin baik kompetensi yang dimiliki dosen , maka
besar kemungkinan prestasi belajar mahasiswa pun akan akan meningkat pula.
Peran dosen merupakan faktor yang sangat dominan dalam menumbuhkembangkan semangat dan
prestasi belajar mahasiswa. Selain itu, dosen dijadikan teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi
diri bagi mahasiswanya. Oleh karena itu, dosen dituntut memiliki perilaku dan kemampuan yang
memadai untuk menggembangkan mahasiswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya
secara baik , dosen perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.
Prestasi belajar itu mencerminkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain,
berhasilnya suatu kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan tingkah laku
atau perilaku dari diri individu yang diwujudkan dalam sikap pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, yaitu berupa prestasi belajar.
Faktor motivasi belajar adalah faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dipandang
dari sudut faktor internal, sedangkan dosen merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar dipandang dari sudut faktor eksternal.
Banyak temuan permasalahan belajar mahasiswa di perguruan tinggi, seperti rendahnya motivasi
belajar mahasiswa yang tergambar dari aktivitas mengikuti perkuliahan, malas mengerjakan
tugas-tugas perkuliahan, tidak memiliki target akademik, kurang begitu peduli terhadap prestasi,
dan pasif. Serta peran dosen dalam mengantisipasi hal-hal tersebut.
Hal ini mengisyaratkan kepada para dosen agar tidak hanya mengajar materi atau mentransfer
pengetahuan. Selain itu, para dosen juga harus mampu memotivasi para mahasiswanya untuk
terus belajar. Motivasi tersebut adalah bagian dari nilai-nilai atau karakter yang dilakukan oleh
dosen kepada para mahasiswa guna menumbuhkembangkan prestasi belajar mereka.

Namun, satu hal yang penting, seorang dosen mampu memancarkan dari dalam dirinya karakter
yang dapat diteladani oleh para mahasiswa. Keteladanan memiliki bahasa atau pesan tersendiri
yang sangat menguat dalam diri mahasiswa. Keteladanan tidak banyak berbicara atau memberi
penjelasan tentang materi kuliah atau pengetahuan menjadi baik dan benar. Akan tetapi, para
mahasiswa dapat melihat dan menyaksikan sendiri seorang dosen dalam berbicara, bertindak, dan
bahkan mindset dari dosen sendiri yang terpancar lewat cara mengajarnya.
Singkatnya, seorang dosen memiliki karakter yang kuat sehingga ketika mengajar di kelas
memiliki daya atau “roh” untuk menggerakkan mahasiswa untuk meniru dan mengikuti yang
disampaikan. Lalu, karakter dosen yang bagaimana? Dosen yang berkarakter bertujuan untuk
membuka mata hati mahasiswa untuk belajar, agar mampu hidup dengan nilai-nilai atau karakter
di tengah masyarakat.
Dosen yang berkarakter memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memiliki komitmen, kompeten, kerja
keras, konsisten, sederhana, memiliki kemampuan berinteraksi, melayani secara maksimal,
cerdas, ikhlas dalam bekerja, menjaga diri dan kehormatan, menjadi teladan bagi peserta didik.
Seorang dosen yang memiliki karakter seperti yang disebutkan dapat dikatakan sebagai sebuah
modal untuk melakukan proses pembelajaran. Di sini, dosen memiliki peran yang cukup penting
dalam membangun dan mengembangkan semangat dan prestasi belajar para mahasiswa. Dosen
berperan banyak dalam pembentukan pola pikir mahasiswa.
Disisi lain, staf dan karyawan, fasilitas kampus yang ada, dan tata aturan yang berlaku di kampus
tersebut adalah bagian yang turut mensupport semangat dan prestasi belajar mahasiswa. Contoh
saja, mahasiswa yang menapaki bangku kuliah pada kampus yang sudah majupara pengajar yang
profesional dan aktif memberikan motivasi pada didikannya, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
yang memadai dan saling berkompetensi, juga fasilitas lain yang benar-benar mendukung
keberlangsungan segala aktifitas di kampus tentunya akan mempermudah mahasiswa dalam
kegiatan belajar karena disamping sudah berakar dari keinginan diri juga mendapat semacam
amunisi dari lingkungan pendidikannya.
Berbeda sekali dengan mahasiswa yang menapaki bangku kuliah pada kampus yang dosennya
tidak peduli, sarana dan fasilitasnya tidak memadai, staf pengajar yang biasa-biasa saja, UKM
yang nihil akan kegiatan nyata, maka mahasiswa tersebut akan sangat kurang termotivasi dalam
belajar, dan tidak peduli dengan perkembangan yang terjadi. Memang, semuanya akan tergantung
pada diri masing-masing. Tetapi sungguh ini akan memberikan pengaruh yang besar bagi
mahasiswa.

B..Mengkondisikan Kelas Sehingga Kondusif Untuk Peaksanaan Pembelajaran


Selama ini sebagian guru atau sekolah masih terperangkap dalam tradisi yang mengukung kreatifitas
siswa. Seperti kebiasaan yang selalu dilakukan oleh suatu sekolah ketika guru masuk kelas, dimana
ketua kelas memberikan aba-aba dengan kata-kata DUDUK YANG RAPIH, TANGAN DI MEJA,
MULUT DIKUNCI. Memang sepintas kebiasaan tersebut terlihat baik karena suasana kelas menjadi
hening dan tidak gaduh, tetapi suasana tersebut mempengaruhi keleluasaan siswa dalam berekspresi
dan mengemukakan pendapat. Siswa menjadi takut dan lebih banyak menerima dari guru ketimbang
aktif mencari. Para guru merasa sukses mengajar jika para siswanya memperhatikan dengan seksama
penjelasan sang guru, serius, dan tidak ngobrol.
Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru antara lain :
1.Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya.
Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan
menggairahkan.
Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa,
misalnya “anak-anak senang bertemu kal ian hari i ni, kal ian adal ah anak-anak bapak atau/ibu yang
hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energy positif yang dapat
mempegaruhi semangat para siswa. Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai
pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas
menjadi menegangkan dan menakutkan.
2.Menciptakan suasana rileks
Ciptakanlah lingkungan yang releks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh
karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa memakai format U,
lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut
melakukan kesalahan. Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat
atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa ji ka j awabannya salah katakan “KAN LAGI
BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.
3.Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah
dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan
dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja
karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik
memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan belajar. Respon yang baik tersebut,
akan berubah menj adi sebuah motivasi yang tumbuh dalam diri nya, sehingga ia merasa terdorong
untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan
belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki
kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau
asal-asalan.
Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa memperdulikan pemahaman
peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi
untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula
keberhasilan yang akan dicapai.
4.Menggunakan ice breaking
Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang mendukung hingga
menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran. Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin,
atau beku sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang nyaman.
Icebreaking berguna untuk menaikkan kembali derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini
perlu dilakukan oleh guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat
berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang
sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (focus). Seorang guru harus peka keti ka mel i hat gejala
yang menunj ukkan bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking
agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembal i. Ice breaking bisa berupa yel -yel, tepuk tangan,
menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
5.Menggunakan metode yang variatif
Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan, dan gaya belajar yang
berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu
Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic. Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa belajar
dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan metode yang bervariasi.
Untuk mendukung hal tersebut beberapa metode praktis (Ismail SM, M.Ag, 2008 : 74-88) yang dapat
diterapkan antara lain :
a.Every one is a teacher here
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan sebuah pertanyaan pada
selembar kertas tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut
dikumpulkan dan diacak kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang
dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan semula. Kemudian siswa
diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada padanya dan menjawabnya sesuai dengan
kemampuannya selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan
jawabannya.
b.The Power of two and four
Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi yang telah atau sedang
dipelejari. Setiap siswa diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan
untuk mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-masing, siswa diminta untuk
membuat kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali
mendiskusikan persoalan yang sama.
c.Card sort
Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok yang telah atau sedang
dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak
kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu
induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan membuat kelompok sesuai
dengan topic atau kartu induknya dan menyusun rincian sesuai dengan urutannya masing-masing. Guru
kemudian mengecek apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan
rinciannya.
d.Reading aloud
Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topik pembelajaran yang dibagi dalam
potongan-potongan kertas untuk dibaca dengan keras oleh siswa secara bergantian. Ketika bacaan-
bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu,
kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat
membuat diskusi-diskusi si angkat jiika para siswa menunj ukan mi nat dalam bagi an tertentu.

C.cara mengkondisikan kelas agar kondusif


Suasana belajar yang nyaman adalah impian semua guru. Dengan kondisi ini guru akan
optimal dalam melaksanakan tugasnya. Namun kondisi ideal ini tidak serta merta bisa
dihadirkan. Faktanya sangat mungkin terjadi kondisi kelas kurang kondusif sehingga proses
belajar mengajar tidak optimal. Apalagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang dan instruksi
dari Mendikbud untuk melaksanakan Sekolah Tatap Muka paling lambat awal Tahun Ajaran
mendatang, kelas yang kondusif adalah sebuah harga mati. Untuk itu diperlukan strategi dan
cara mengkondisikan kelas agar kondusif dan mendukung pembelajaran.
Tidak kondusifnya kelas tidak hanya terjadi pada kelas-kelas tingkat rendah, semisal PAUD dan SD, akan
tetapi dapat terjadi pada kelas dengan tingkat lebih tinggi yaitu SMP dan SMA atau SMK. Hanya saja
bentuk ketidakkondusifan kelas antara kelas rendah dan tinggi mungkin berbeda. Jika kelas rendah
cenderung ramai dan gaduh, maka untuk siswa kelas tinggi cenderung kurang memperhatikan, ngantuk atau
sibuk sendiri. Oleh karena itu bentuk penanganannya juga harus berbeda. Berikut ini tips untuk anda para
guru dalam mengkondusifkan kelas.
1.Atur Ruang Kelas
Tips pertama agar tercipta suasana belajar yang kondusif adalah kondisi ruang kelas yang nyaman. Ruang
kelas yang bersih, rapi, cukup pencahayaan, dan lingkungan sekitar kelas yang nyaman menjadi syarat
mutlak agar suasana belajar menjadi kondusif. Sebelum memulai pelajaran, anda sebagai wali kelas maupun
guru pengampu mata pelajaran dapat melihat situasi kelas terlebih dahulu. Jika dirasa kelas perlu
dibersihkan maka mintalah beberapa murid anda untuk membersihkannya. Pastikan lingkungan sekitar kelas
tenang dan bersih tidak ada bau-bau yang mengganggu. Sesekali juga dapat dilakukan rotasi tempat duduk
siswa. Boleh juga dilakukan pengaturan posisi tempat duduk yang lain dari biasanya, misalnya diatur dalam
bentuk letter-U atau berkelompok, agar siswa memiliki suasana belajar yang baru. Untuk kelas rendah, jika
memungkinkan di awal semester anda bisa meminta para siswa untuk menghias kelas dengan pernak-pernik
agar mempercantik desain kelas mereka.
2.Buat Aturan Main
Membuat aturan main atau kontrak belajar di kelas akan sangat membantu guru menertibkan kelas. Dalam
pembuatan aturan main ini sampaikanlah kepada siswa anda sikap siswa apa yang anda suka dan tidak
sukai, sehingga siswa tahu batasannya dan mereka bisa mengukur keadilan perlakuan guru kepada mereka.
Hal ini penting agar anda mendapat kepercayaan siswa. Kontrak belajar ini juga dapat memuat reward and
punishment bagi siswa, yang penting bentuk penghargaan maupun hukuman adalah hal yang terukur dan
applicable dalam rangka mendidik siswa. Siswa juga sebaiknya dilibatkan dalam menentukan kontrak
belajar ini, termasuk dalam penentuan reward and punishment, agar kebutuhan siswa dapat terpenuhi
sepanjang usul dari siswa tidak melanggar kebijakan sekolah.
3.Beri Kepercayaan Kepada Siswa
Untuk siswa kelas tinggi, biasanya akan mulai muncul ego atau sifat mulai tidak ingin banyak
diatur. Maka tidak ada salahnya jika guru mulai memberikan kepercayaan kepada siswa terutama hal yang
berkaitan dengan kegiatan siswa di luar sekolah atau di luar materi pelajaran. Selama kegiatan itu adalah hal
positif dan tidak bertentangan dengan visi sekolah, mengapa tidak? Atau memberikan kepercayaan pada
siswa yang memiliki cara belajar ala dirinya sendiri, selama tidak mengganggu teman lainnya, mengapa
tidak? Pemberian kepercayaan kepada siswa justru akan baik bagi perkembangan siswa selama guru
mengawasi hal ini.
4.Bangun Komunikasi Dengan Siswa
Kondisi belajar mengajar yang baik juga tidak terlepas dari hubungan antara guru dengan murid.
Guru dan murid yang memiliki hubungan yang baik akan cenderung menjalani proses belajar mengajar
dengan baik pula. Apalagi jika sampai ada siswa yang merasa nyaman atau dekat dengan guru. Hubungan
yang baik ini pastilah terjalin karena komunikasi yang baik antara guru dan murid.
5.Empati Dan Dukungan Kepada Siswa
Kondisi pribadi masing-masing siswa tentu tidak sama dalam satu kelas. Beberapa siswa mungkin
mengalami permasalahan dalam keluarganya. Maka empati dari guru merupakan hal penting bagi dirinya.
Bentuk perhatian dari guru juga akan memberikan dukungan berarti agar siswa tetap bersemangat dalam
belajar, tidak terpengaruh dengan kondisi keluarga. Empati ini juga berlaku bagi siswa yang lain, untuk
menunjukkan bahwa guru memberikan perhatian kepada seluruh siswa, dan tidak memberikan kesan guru
menganakemaskan siswa tertentu.
6.Atasi Masalah Dengan Tindakan Preventif
Sekeras apapun usaha guru dalam mengkondisikan kelas, ada kalanya siswa memiliki potensi untuk
berkonflik dengan siswa lain. Siswa yang sudah terlanjur memiliki konflik dengan temannya biasanya tidak
akan konsentrasi dalam belajar, atau malah justru menjadi sumber kegaduhan kelas. Dengan kemampuan
komunikasi yang baik, guru diharapkan dapat mendeteksi potensi konflik sejak dini, sehingga dampak
negatifnya dapat diredam dan diminimalisir. Pencegahan potensi ini tidak selalu dengan memanggil salah
seorang siswa untuk menghadap guru di kantor, tapi bisa dengan cara non-formal dengan taap muka empat
mata menemui siswa di kantin atau masjid untuk membicarakan duduk permasalahannya. Dengan cara ini
siswa tidak merasa malu untuk menceritakan semua masalahnya tanpa diketahui orang lain.
7.Hargai Usaha Siswa
Untuk menghidupkan suasana belajar, terkadang guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa
yang harus dijawab di kelas saat itu juga. Jawaban dari siswa ini bervariasi, termasuk macam-macam
jawaban yang tidak tepat. Apapun usaha siswa untuk menjawab pertanyaan anda, usahakan anda selalu
menghargainya. Bentuk penghargaan ini dapat berupa pujian, setidaknya atas keberaniannya memberikan
jawaban di depan umum, atau bisa dalam bentuk tepuk tangan. Ajaklah siswa lain untuk memberikan tepuk
tangan ini, karena ini akan melatih siswa lain menghargai usaha temannya. Dengan kondisi kelas yang
semacam ini, dimana teman sekelas saling mendukung usaha teman lainnya, akan menjadi situasi yang ideal
bagi proses belajar mengajar. Pujian ini sangat penting dilakukan terutama kepada siswa kelas rendah,
karena dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Manfaanya mungkin belum dirasakan sekarang, tapi boleh
jadi baru akan dirasakan ketika siswa dewasa nanti.
8.Variasi Metode Belajar
Jika anda sebagai guru telah melihat beberapa siswa kurang konsentrasi dalam belajar, mungkin saat
itulah waktu yang tepat untuk introspeksi diri. Lakukan variasi metode belajar agar siswa tidak jenuh.
Metode belajar dua arah atau sesekali metode belajar di luar kelas. Untuk hal ini anda perlu melakukan
persiapan sebelumnya, siapkan juga alat bantu yang diperlukan agak proses belajar berjalan dengan baik.
9.Keluarkan Senjata Rahasia
Sebagus apapun performa guru di kelas, suatu saat pasti akan ada momen kejenuhan bagi siswa.
Jika semua cara telah dilakukan, namun kondisi kelas kurang kondusif mungkin anda perlu menggunakan
senjata rahasia. Untuk siswa kelas rendah anda bisa lakukan yel-yel yang mengembalikan kondisi kelas dan
memberikan penyegaran kepada siswa. Dalam hal yel-yel ini anda dapat berkonsultasi dengan guru pembina
pramuka.
Untuk kelas tinggi, anda bisa lakukan games ringan yang melibatkan seluruh siswa. Misalnya dengan
meminta siswa berdiri dan memberikan sugesti positif sambil menepuk pundak teman sebelah kanannya.
Kalimat sugesti diucapkan oleh guru dan diikuti siswa dengan bahasa gaul mereka. Contoh kalimat
sugestinya Bro, bro, pelajaran tinggal sebentar lagi. Konsentrasi ya? Konsentrasi!. Lalu mintalah siswa
untuk menjawab sugesti sambil menepuk pundak teman sebelah kirinya dengan kalimat OK, bro, gue akan
konsentrasi sampai pelajaran selesai. Games semacam ini hanya perlu waktu 1 menit tapi cukup ampuh
untuk mengembalikan suasana belajar agar kondusif.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Motivasi mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung menunjukkan beberapa gejala seperti
memiliki gairah belajar yang tinggi, penuh semangat,memiliki rasa penasaran atau ingin tahu
yang tinggi, mampu ”jalan sendiri’ ketika guru/dosen meminta siswa/mahasiswa mengerjakan
sesuatu, memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi yang tinggi, memiliki kesabaran
dan daya juang yang tnggi, memiliki kemauan yang kuat untuk berbuat dan senang belajar
mandiri. Berdasarkan dari persentase sembilan aspek motivasi mahasiswa mencapai rta-rata 80.
Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mereka dikategorikan tinggi.
Adapun faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan
factor eksternal. Faktor internal meliputi keingian untuk berhasil dan sukses, keinginan untuk belajar dan
merasa butuh untuk belajar, dan karena cita-cita masa depan. Sedangkan factor eksternal yaitu meliputi
dosen, sarana dan prasarana, orang tua dan teman.
Disadari bahwa kelas yang kondusif dapat menghindari siswa dari kejenuhan, kebosanan dan kelelahan
psikis sedangkan disisi lain kelas yang kondusif akan dapat menumbuhkan minat motivasi dan daya tahan
belajar.Untuk membantu guru mencipatkan kondisi pembelajaran dan suasana interaksi yang dapat
mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif, pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan berarti materi yang disampaikan guru dapat diterima dengan mudah oleh siswa dan siswa
akan lebih tertarik mendalam materi yang disampaikan oleh guru.
Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung dengan suasan yang nyaman dan tentram di
sekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang terlalu dekat dengan keramaian seperti pasar, pinggiran jalan
raya atau pabrik cenderung mengganggu kosentrasi sswa dalam belajar.Belajar aktif merupakan strategis
yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mandiri selain itu diperlukan adanya motivasi belajar yang cukup
kuat. Istilah aktif, maksudnya adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga hingga siswa aktif mengajukan pentanyaan, gagasan, mencari data dan informasi
yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah.Dengan demikian dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas, guru selain sebagai pendidik, pembimbing dan pengarah serta sebagai motivator yang
bertanggung jawab ab atas keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Dengan kata lain guru sebagai
pendidik selain harus amanpu menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna sesuai
metode pembelajaran yang digunakan juga harus manpu meningkatkan perhatian dan minat serta motivasi
belajar siswa mengikuti pelajaran dan bantuan siswa
Dalam menggunakan sebagai kesempatan belajar, sumber dan media.
Kesembilan cara mengkondisikan kelas agar kondusif dan mendukung pembelajaran tadi hanya beberapa
tips dari kami. Adapun teknik penerapannya menyesuaikan dengan umur siswa. Cara pengkondisian kelas
juga tidak terbatas pada tips-tips di atas saja, mungkin ada hal lain yang bisa diusahakan sesuai dengan
pengalaman pribadi anda. Jika anda mempunyai tips lain silahkan disampaikan di kolom komentar. Semoga
artikel ini bermanfaat untuk anda.
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Margono. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Renika Cipta.

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid, Harun. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial Dan Agama,
Pontianak: tnp.

Sugiyono. 2006. Metode Peneliitan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta

https://www.mysch.id/blog/detail/69/cara-mengkondisikan-kelas-agar-kondusif-dan-mendukung-
pembelajaran [27 November 2022] 19.05

Anda mungkin juga menyukai