Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PENDIDIKAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Pemrosesan Data Elektoronik
Dosen Pembimbing:
Abdul Muis M.pd

Disusun Oleh :
Muhammad Yasir Habibie
NIM.11200182000102

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atas segala


limpahan nikmat dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada para penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam, semoga
senantiasa dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi
Wassalaam, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pengampu Abdul Muis, M.PD.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan


serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun menanti kritik dan saran dari
pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian penghantar kata
dari kami, lebih kurangnya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata Wabillahi
Taufik Walhidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang Selatan, 12 Desember 2022


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perguruan Tinggi merupakan jenjang pendidikan yang memiliki peran besar untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Proses keberlangsungan pendidikan di
sekolah dasar sangat bergantung pada guru. Guru sebagai pendidik harus mampu
menyajikan suatu pembelajaran yang berkualitas untuk mengembangkan potensi
peserta didiknya. Salah satu komponen penting untuk mengembangkan potensi peserta
didik yaitu dengan memberikan kegiatan pembelajaran yang memotivasi peserta didik
mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2010:
27) yang menyatakan bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu mahasiswa
dalam menentukan hal-hal yang dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan yang
hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan
menentukan ketekunan belajar.
Sardiman (2004: 40) menyatakan bahwa “Seseorang akan berhasil dalam belajar,
jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk
belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:
(1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Dengan berpijak pada ke dua unsur motivasi inilah sebagai dasar
permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi, kegiatan belajar mengajar
sulit untuk berhasil”. Dengan demikian motivasi siswa dalam pembelajaran sangat
penting, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 102) yang menyatakan
bahwa fungsi motivasi adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, menentukan
arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan
mana yang akan dikerjakan.
Mengingat pada besarnya peran motivasi dalam mencapai keberhasilan suatu
pembelajaran, maka guru memiliki tugas untuk memberikan dorongan atau motivasi
kepada siswa. Siswa melakukan kegiatan belajar karena adanya dorongan oleh
kekuatan mentalnya. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar ini dikatakan
sebagai motivasi belajar (Dimyati dan Mudjiono 2006: 80). Motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang bisa timbul dari diri sendiri (internal) dan dari luar
(eksternal) untuk menggerakkan dan mengarahkan perilaku siswa.
Dapat dikatakan bahwa pemberian penguatan sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar, salah satunya yaitu penguatan verbal. Guru memiliki peran terhadap
motivasi yang dimiliki siswa, sehingga sudah semestinya guru menerapkan pemberian
penguatan verbal untuk memotivasi siswanya. Motivasi siswa sebagai dorongan dalam
kegiatan pembelajaran tidak timbul secara spontan, siswa memerlukan stimulus berupa
hal-hal yang menyenangkan dari guru. Respon siswa terhadap stimulan yang diberikan
guru inilah yang akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berperilaku lebih baik.
Usman (2010: 80-1) menyatakan bahwa penguatan dalam pembelajaran terdiri dari
dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal biasanya
diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus
buat kamu!. Sedangkan penguatan non verbal merupakan penguatan yang berupa gerak
isyarat, menggunakan pendekatan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan simbol
atau benda.
Pemberian penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Salah satu pemberian penguatan yang sangat
berpengaruh yaitu pemberian penguatan verbal. Dalam pembelajaran terkadang guru
kurang menyadari rendahnya motivasi belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh
pemberian penguatan verbal, sehingga perlu diketahui seberapa besar pengaruh
pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa. Penguatan verbal
merupakan respon guru terhadap perilaku dan prestasi siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan kata-kata dan kalimat pujian. Dengan pemberian penguatan
verbal oleh guru kepada siswa, maka siswa akan merasa usahanya dihargai oleh guru
dengan mendapat kata-kata dan kalimat pujian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Djamarah (2010: 120) yang menyatakan bahwa penguatan verbal merupakan pujian
dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa. Ucapan
tersebut dapat berupa kata-kata; bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.
Uno (2013: 23) menyatakan bahwa seorang siswa dapat dikatakan memiliki
motivasi belajar yang baik apabila memiliki ciri-ciri yang salah satunya yaitu adanya
hasrat dan keinginan untuk belajar serta adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Namun pada kenyataannya, kondisi yang terjadi pada Mahasiswa Semester 5 Program
Studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah menunjukkan bahwa siswa
memiliki tingkat motivasi belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki tingkat
motivasi belajar yang tinggi, ada pula yang rendah, bahkan terkadang dijumpai pula
siswa yang kerap membolos sekolah karena kurangnya semangat atau motivasi untuk
belajar. Selanjutnya, kondisi ini perlu disikapi secara bijak dan dicarikan solusi
terutama oleh guru kelas.
Terkait dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-Gugus Krida Mandala
Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas, setelah penulis melakukan
observasi, penulis menemukan beberapa masalah yang sering terjadi antara lain yaitu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru, yaitu proses
pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa, sehingga pembelajaran
membosankan dan beberapa siswa menjadi kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Terdapat siswa yang kurang memperhatikan proses pembelajaran
dengan bermain sendiri dan mengobrol dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, perlu
adanya peran nyata guru dalam memberikan penguatan verbal untuk membangkitkan
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pemberian Penguatan Verbal terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa
Semester 5 Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan
rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan penelitian, sehingga
diperoleh tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh
pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar siswa kelas mahasiswa semester
5 program studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi
Sugiyono (2013: 119) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Tidak
jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sukardi (2014: 53) menyatakan bahwa
populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda
yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target
kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah Mahasiswa Semester 5 Program Studi Manajemen Pendidikan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 30 orang.
D. Sampel
Menurut Sugiyono (2013: 122) teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(a) Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik Probability Sampling antara lain: simple random sampling,
proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, area
(cluster) sampling (sampling menurut daerah).
(b) Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik Nonprobability Sampling meliputi: sampling sistematis, kuota,
insidental, purposive, jenuh, snowball.
BAB II

DESKRIPSI DATA PENELITIAN


A. Deskripsi Data Responden
Deskripsi responden ini merupakan suatu proses mendeskripsikan para responden
berdasarkan jenis kelamin dan umur. Pada penelitian didapat sebanyak 32 responden
dimana hasil ini diketahui dari jumlah hasil penyebaran kuesioner. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan gambaran identitas responden dilihat dari jenis kelamin dan
umur responden, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa sebanyak 32 responden atau
86,1 persen adalah wanita, dan sebanyak 9 responden atau (13,9 %) adalah laki-
laki. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah wanita.
2. Umur
Berdasarkan hasil kuesioner ini diketahui bahwa responden yang memiliki usia
18 tahun sebanyak 1 orang (3,1%), responden yang berusia 19 tahun sebanyak 5
orang (15,7%), responden berusia 20 tahun sebanyak 15 orang (27,9%),
responden yang berusia 21 tahun sebanyak 6 orang (18,7%), dan responden
berusia 22 tahun sebanyak 5 orang (15,6%). Data responden paling banyak yaitu
pada usia 15 tahun sebanyak 15 orang (65,7%).

B. Deskripsi Variabel
1. Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri seseorang, yang menyebabkan seseorangtersebut bertindak atau
berbuat. Sardiman (2004: 102) menyatakan bahwa “motivasi berpangkal dari kata
“motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai”.
Motivasi dan belajar adalah dua hal yang berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
Purwanto (1990: 85) mendefinisikan belajar adalah perubahan suatu perubahan tingkah
laku, dimana perubahan tersebut bisa mengarah kepada tingkah laku yang baik, tapi
ada kemungkinan mengarah ke tingkah laku yang buruk. Kemudian Uno (2006: 31)
mendefinisikan motivasi belajar sebagai dorongan baik internal maupun eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar
adalah segala sesuatu yang menjadi kekuatan dan mendorong seseorang dalam
kegiatan belajar untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Sehingga, ketika
seseorang memiliki kebutuhan sebagai suatu perangsang, ia akan terdorong untuk
memperoleh kebutuhan sebagai tujuan dalam usahanya tersebut.
2. Teori-teori Motivasi
Purwanto (1990: 74-8) mengemukakan pendapatnya mengenai teori-teori
motivasi, yakni: teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya
pendorong dan teori kebutuhan.
(1) Teori Hedonisme
Teori ini menyatakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.
(2) Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok atau yang disebut juga
sebagai naluri, adapun naluri tersebut yaitu: (1) naluri mempertahankan diri; (2)
naluri mengembangkan diri; (3) nalurimempertahankan jenis.
(3) Teori reaksi
Yang dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia
tidak berdasarkan pada naluri-naluri, akan tetapi berdasarkan pola-pola tingkah
laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang lain hidup. Oleh karena itu,
teori ini disebut sebagai teori lingkungan kebudayaan.
(4) Teori daya pendorong
Daya pendorong sama halnya dengan naluri, akan tetapi hanya satu dorongan
kekeuatan yang luas terhadap satu arah umum.
(5) Teori kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan psikis maupun
fisik.
3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa, guru perlu teliti dan hati-hati
dalam menyampaikanya, sebab terkadang guru bermaksud memberikan motivasi agar
siswanya lebih semangat dan tekun dalam belajar, tapi yang terjadi siswa tidak
termotivasi, karena motivasi yang diberikan kurang tepat. Menurut Sardiman (2007:
92-5) ada beberapa bentuk dan cara yang perlu diperhatikan guru dalam menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:(1) memberi angka; (2) hadiah; (3)
kompetisi atau persaingan; (4)ego involvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui
hasil; (7) pujian;(8) hukuman;(9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11) tujuan yang
diakui.
(1) Memberi angka
Angka merupakan simbol dari nilai yang dicapai siswa dalam kegiatan
belajarnya. Meskipun angka atau nilai bukan satu-satunya tujuan, tapi dalam
kenyataannya banyak siswa yang mengejar nilai ulangan yang baik, nilai rapot
yang baik, bahkan nilai ujian akhir yang baik. Dengan kata lain yang menjadi
motivasi yang sangat kuat bagi siswa.
(2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi berprestasi. Sebagian siswa
merasa senang dan bangga apabila dia diberikan hadiah atau nilai yang baik
disekolah oleh guru mereka maupun orangtua.
(3) Kompetisi atau persaingan
Kompetisi dapat dijadikan sebagai sarana motivasi untuk mendorong belajar
siswa. Kompetisi baik secara individual maupun kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
(4) Ego involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga mau bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri menjadi salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga
diri.
(5) Memberi ulangan
Siswa akan menjadi giat kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu
memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
disini adalah jangan terlalu sering memberikan ulangan, karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Selain itu guru juga harus terbuka dan
memberitahukan kepada siswa kalau akan ulangan.
(6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan. Semakin mengetahui bahwa prestasi
belajarnya meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar
dengan harapan hasilnya yang meningkat.

(7) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan motivasi yang baik.
Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta akan membangkitkan harga diri.
(8) Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi sarana yang dapat menumbuhkan motivasi. Oleh karena
itu dalam memberikan hukuman guru harus memahami prinsip-prinsip
pemberian hukuman.
(9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesenjangan yaitu ada maksud dan
keinginan untuk belajar. Hasrat untuk belajar pada diri siswa menjadi penilaian
terhadap adanya motivasi belajar sehingga sudah semestinya hasilnya akan
lebih baik.
(10) Minat
Minat bisa muncul karena adanya kebutuhan, maka dikatakan minat
merupakan sarana motivasi yang pokok atau utama. Proses belajar mengajar
dapat berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Adapun beberapa cara untuk
memunculkan minat yaitu dengan membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang telah lalu, memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan berbagai
macam bentuk atau metode mengajar.
4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Rifa’i dan Anni (2011: 162-8) “ada enam faktor yang didukung
oleh sejumlah teori psikologis dan penelitian terkait yang memiliki dampak
terhadap motivasi belajar siswa”. Keenam faktor yang dimaksud yaitu: (1) sikap;
(2) kebutuhan; (3) rangsangan; (4) afeksi; (5) kompetensi; (6) penguatan.
Syah (2010: 129) mengutarakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa menjadi tiga macam, yakni: (1) faktor internal (faktor dari dalam siswa),
yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; (2) faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa; (3) faktor pendekatan
belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor tersebut dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Misalnya yaitu seorang siswa yang memiliki
kemampuan tinggi (faktor internal) dan dapat dorongan positif dari orang tuanya
(faktor eksternal) mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih
mementingkan kualitas hasil pembelajaran.
Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa seperti yang disebutkan oleh Dimyati dan
Mujiono (2006: 97-101), yaitu: (a) cita-cita atau aspirasi; (b) kemampuan siswa;(c)
kondisi siswa, meliputi jasmani dan rohani; (d) kondisi lingkungan; (e) unsur-
unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran; (f) upaya guru dalam
membelajarkan siswa.
5. Fungsi Motivasi Belajar dalam Pembelajaran
Motivasi berhubungan dengan suatu tujuan. Hal ini dikarenakan bahwa motivasi
mengandung harapan yang akan diperoleh atas apa yang dilakukan oleh pelaku, dalam
hal ini siswa. Dengan demikian, motivasi mempegaruhi adanya kegiatan, sehubungan
dengan hal tersebut Sardiman (2007: 85) mengutarakan pendapatnya mengenai fungsi
motivasi, yaitu: (a) pendorong siswa dalam berbuat, yaitu sebagai penggerak dalam
setiap kegiatan yang akan dikerjakan; (b) penentu arah perbuatan, yakni motivasi
dapat memberikan arah dalam kegiatan yang dikerjakan agar sesuai dengan rumusan
tujuanya; (c) menyeleksi perbuatan, yaitu memilih dan menentukan perbuatan yang
serasi dan harus dikerjakan agar dapat mencapai tujuan.
Djamarah (2010: 122) mengungkapkan bahwa “Motivasi intrinsik maupun
ektrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan.
Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah
fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam
menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah dorongan atau penggerak
maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam
belajar.”
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (2002: 85-6) melihat pentingnya fungsi
motivasi belajar menjadi dua, yaitu fungsi motivasi bagi siswa dan fungsi motivasi
bagi guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa yaitu: (1) menyadarkan kedudukan
pada awal belajar, proses dan hasil akhir; (2) menginformasikan tentang kekuatan
usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; (3) mengarahkan kegiatan
belajar; (4) membesarkan semangat belajar; (5) menyadarkan tentang adanya
perjalanan belajar dan bekerja secara berkesinambungan. Sedangkan fungsi motivasi
belajar bagi guru yaitu: (1) membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat
belajar siswa sampai belajar; (2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di
kelas yang beraneka ragam; (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih
satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur,
teman diskusi, motivator, pemberi hadiah atau pendidikan; (4) memberi peluang guru
untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis.
Dari fungsi-fungsi motivasi tersebut, dapat dikatakan bahwa peran motivasi dalam
proses kegiatan belajar sangat penting sekali, hasil belajar akan optimal jika adanya
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula proses
pembelajaran. Sehingga dengan adanya motivasi seorang siswa akan lebih giat lagi
dalam proses pembelajarannya dan motivasi juga dapat mendorong usaha dan
mencapai pestasi siswa.
6. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan
tertentu. Saat siswa diberikan motivasi untuk belajar mereka mengekspresikan
motivasi ini dengan banyak cara yang berbeda. Meskipun motivasi itu merupakan
suatu kekuatan dorongan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita
amati. Adapun yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi indikatorindikator
motivasi belajar itu sendiri.
Menurut Sardiman (2007: 83) indikator motivasi yaitu: (1) tekun dalam
menghadapi tugas; (2) ulet dan tidak mudah putus asa; (3) menerima pelajaran dengan
baik untuk mencapai prestasi; (4) senang belajar mandiri; (5) senang, rajin dalam
belajar dan penuh semangat; (6) berani mempertahankan pendapat bila benar; (7) suka
mengerjakan soal-soal latihan.
Uno (2007: 23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar mempunyai peranan
besar dalam keberhasilan seseorang dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Adapun indikator tersebut adalah: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk
berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan
cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya keinginan
yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Indikator yang diuraikan Uno tersebut digunakan peneliti dalam penyusunan
angket motivasi. Berdasarkan uraian di atas jelaslah indikator/ciri seorang siswa yang
mempunyai motivasi tinggi adalah mereka sangat semangat untuk mencapai tujuannya
dan tidak mudah menyerah, sebelum mendapatkan apa yang inginkan. Siswa
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup
rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai
masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya.
7. Pemberian Penguatan Verbal
Uno (2010: 167) mengatakan bahwa keterampilan mengajar guru merupakan salah
satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan
mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi
pada peningkatan kualitas lulusan sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sa’ud
(2010: 55) menjelaskan bahwa guru yang profesional adalah guru yang dapat
melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar antara lain: (1)
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3)
keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberi penguatan, (5) keterampilan
menggunakan media pembelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil, (7) keterampilan mengadakan variasi.
Keterampilan memberikan penguatan secara garis besar dapat dimaknai sebagai
kemampuan guru dalam memberikan respon terhadap perilaku siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, agar siswa terdorong untuk meningkatkan perilaku positif tersebut.
Pada dasarnya istilah penghargaan, hadiah, pujian yang sering disamaartikan dengan
penguatan memiliki kedudukan sebagai bagian dalam keterampilan dalam memberi
penguatan.
Soemantri dan Permana (1998/1999: 272) menyatakan bahwa memberi penguatan
merupakan suatu tindakan atau respons terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat
mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang lain.
Kemudian tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Marno dan Idris (2010: 132)
mendefinisikan penguatan sebagai responpositif yang diberikan guru kepada siswa
atas perilaku positif yang dicapai dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.
Pemberian penguatan oleh guru terhadap perilaku siswa akan mendorong siswa
tersebut agar berbuat lebih baik lagi. Hamzah (2010: 168)menyatakan bahwa
“Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang arahnya untuk
memberikan dorongan, tanggapan, atau hadiah bagi siswa agar dalam mengikuti
pelajaran merasa dihormati dan diperhatikan. Penghargaan mempunyai pengaruh
positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang
memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya.”Kemudian
tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut Saidiman (1997) dalam Hamzah (2010:
168) mengatakan bahwa memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru
dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan
tingkah laku tersebut timbul kembali.
Djamarah (2010: 118) mendefinisikan pemberian penguatan sebagai respon dalam
proses interaksi edukatif berupa respon positif dan respon negatif. Respon positif
adalah respon yang diberikan melalui hadiah, sedangkan respon negatif diberikan
melalui hukuman. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengubah tingkah laku
seseorang. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Alma, dkk (2010: 39-40) yang
menyatakan bahwa pemberian penguatan adalah respon positif terhadap suatu tingkah
laku tertentu dari siswa yang memungkinkan 24 tingkah laku tersebut timbul kembali.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, pengertian penguatan juga
dikemukakan oleh Mulyasa (2011: 77) bahwa pemberian penguatan merupakan
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya
kembali perilaku tersebut.
Darmadi (2012: 2) menyatakan bahwa pemberian penguatan dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan non verbal. Penguatan verbal
merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan non
verbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain
sebagainya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku
positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara
menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan.
Selanjutnya, Sanjaya (2008: 164-5) menyatakan bahwa penguatan verbal adalah
penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata baik kata-kata pujian dan penghargaan
atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa tersanjung dan
berbesar hati sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif belajar.
Misalnya ketika diajukan sebuah pertanyaan kemudian siswa menjawab dengan tepat,
maka guru memuji siswa tersebut dengan mengatakan: “bagus!” atau “tepat sekali”,
“wah...hebat kamu”, dan lain sebagainya. Demikian juga ketika jawaban siswa kurang
sempurna, guru berkata: “hampir tepat” atau “seratus kurang lima puluh”, dan lain
sebagainya. Apa yang diungkapkan guru menunjukkan bahwa jawaban siswa masih
perlu penyempurnaan.
Sa’ud (2010: 65) memaknai penguatan verbal sebagai penguatan yang diutarakan
dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya.
Misalnya: “pintar sekali”, “bagus”, “betul”, “seratus buat Nani”. Hal ini dilakukan
guru dalam rangka memberikan umpan balik agar siswa dapat mempertahankan
perilaku positif tersebut. Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Hamzah
(2010: 169) menyatakan bahwa penguatan verbal merupakan penguatan yang
diberikan berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru. Contohnya yaitu:
“baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat
cerdas”, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat tersebut, secara garis besar penguatan verbal adalah segala
kegiatan guru yang diungkapkan dengan kata atau kalimat berupa pujian, persetujuan,
nasihat untuk memberikan dorongan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga terjadi perubahan positif pada kegiatan belajar siswa dan dapat mendorong
motivasi siswa.
8. Komponen Pemberian
Penguatan Verbal Menurut Marno dan Idris (2008: 135) ada beberapa komponen
dalam memberikan penguatan yang perlu dipahami dan dikuasai oleh guru. Hal ini
akan membuat guru menjadi bijaksana dan sistematis dalam pelaksanaannya.
Penguatan verbal dapat diberikan dengan komentar guru berupa kata-kata pujian,
dukungan, dan pengakuan sebagai penguatan tingkah laku dan kinerja siswa.
Komentar tersebut merupakan balikan yang dapat dilakukan oleh guru atas kinerja
ataupun perilaku siswa.
Djamarah (2010: 120-2) mengemukakan bahwa komponen dalam memberikan
penguatan verbal yang merupakan pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru
untuk respon atau tingkah laku siswa yaitu: Ucapan yang berupa kata-kata, misalnya;
“bagus”, “baik”, “betul”, “benar”, “tepat”, dan lainlain. Ucapan yang berupa kalimat,
misalnya; “hasil pekerjaanmu baik sekali”, “sesuai sekali tugas yang kamu kerjakan”,
dan sebagainya.
Menurut Uno (2010: 169) penguatan verbal dapat dikelompokan menjadi dua
bentuk. Adapun bentuk komponen penguatan verbal yaitu kata-kata dan kalimat.
Komponen enguatan verbal berupa kata-kata merupakan penguatan yang diberikan
kepada siswa berupa kata saja, hal ini dilakukan secara singkat, mudah dipahami
sehingga siswa mudah dalam menangkap respon dari guru. Contoh: “baik”, “bagus”,
dan “tepat”. Sedangkan komponen penguatan verbal berupa kalimat merupakan
umpan balik yang diberikan guru berupa rangkaian kata atau kalimat untuk
memperjelas susunan kata-kata yang ada, sehingga siswa dapat mengerti kemampuan
dan alasan mengapa guru memberikan penguatan tersebut. Contoh: “saya sangat
menghargai pendapatmu”, dan “pikiranmu sangat cerdas”.
9. Tujuan Pemberian Penguatan
Dalam pemberian penguatan, perlu diketahui tujuan yang akan diperoleh. Hal ini
dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya guru tidak sekedar memberikan penguatan
saja, akan tetapi mengetahui benar tujuan yang harus dicapai. Karena dengan tujuan
itu sendiri akan menjadi arah bagi guru dalam melangkah. Secara garis besar
pemberian penguatan sebagai respon positif bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan perbuatan positif yang siswa lakukan dalam kegiatan belajarnya,
sehingga siswa akan termotivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapainya.
Secara terperinci Saidiman(1997) dalam Uno (2010: 168) menyatakan bahwa
keterampilan memberikan penguatan bertujuan untuk: (1) meningkatkan perhatian
siswa; (2)melancarkan atau memudahkan proses belajar; (3) membangkitkan dan
mempertahankan motivasi; (4) mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke
arah tingkah laku belajar yang produktif; (5) mengembangkan dan mengatur diri
sendiri dalam belajar; (6) mengarahkan pada cara berpikir yang baik/divergen dan
inisiatif pribadi.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Mulyasa (2010: 78) yang mengatakan bahwa
penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap
pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan
kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
Dari pendapat tersebut, secara garis besar pemberian penguatan bertujuan untuk: (1)
meningkatkan motivasi dan atusias siswa dalam belajar, (2) mengontrol perilaku yang
negatif, (3) menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dan (4) memelihara iklim kelas
yang kondusif.
10. Prinsip-prinsip Penggunaan Penguatan
Meskipun pemberian penguatan sifatnya sederhana dan dapat berdampak positif
pada siswa, terkadang pemberian penguatan juga dapat membuat siswa enggan
belajarkarena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki dan
perilaku siswa. Untuk itu guru harus memperhatikan prinsipprinsip dalam pemberian
penguatan agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapanya. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Soemantri dan Permana (1998/1999: 277) yang menyatakan ada beberapa
hal yang penting yang dapat dijadikan pedoman sebagai prinsip guru dalam
memberikan suatu penguatan kepada siswa, adapun prinsip tersebut adalah: (1)
dilakukan dengan hangat dan semangat; (2) memberikan kesan positif kepada peserta
didik; (3) berdampak terhadap perilaku positif; (4) dapat bersifat pribadi atau
kelompok; (5) hindari penggunaan respon negatif.
Usman (2010: 84) menjelaskan bahwa terdapat tiga prinsip penggunaan penguatan
dalam pembelajaran, yakni: (a) Kehangatan dan Keantusiasan Sikap dan gaya guru,
termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan
keantusiasan dalam memberikan penguatan. (b) Kebermaknaan Penguatan hendaknya
diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan
yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna
baginya. (c) Menghindari Penggunaan Respons yang Negatif Walaupun teguran dan
hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang diberikan guru berupa komentar,
bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan
semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak
dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkannya,
tetapi bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.
Sedangkan Sa’ud (2010: 66) mengatakan bahwa “Prinsip-prinsip keterampilan
memberi penguatan yaitu: (a) kehangatan dan antusias; (b) kebermaknaan; (c)
menghindari respon yang negatif; (d) penguatan pada perseorangan; (e) penguatan
pada kelompok siswa; (f) penguatan yang diberikan dengan segera; (g) penguatan
yang diberikan secara variatif”.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Djamarah (2010: 123-4)
mengungkapkan empat prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan
kepada siswa, dengan harapan pemberian penguatan dapat dilakukan secara tepat,
yaitu: (a) Hangat dan antusias Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian
penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil
belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi
guru dengan siswa. (b) Hindari penggunaan penguatan negatif Walaupun pemberian
kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan
tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan
secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari. Banyak akibat
yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya: siswa menjadi frustasi, menjadi
pemberani, dan peristiwa akan terulang kembali. (c) Penggunaan yang bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya
maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias. Pemberian penguatan juga
akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi. (d) Bermakna Agar setiap
pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana
siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah
lakunya dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya menurut Soemantri dan Permana (1998/1999:
276) guru harus pula memperhatikan hal-hal penting antara lain: (1) gunakan jenis
penguatan secara bervariasi; (2) jangan menunda pemberian penghragaan, karena akan
menjadi tidak berguna; (3) penguatanpun dapat diberikan kepada respons peserta didik
yang salah, dalam arti menanggapi keberanian peserta didiknya.
Dengan demikian, pemberian penguatan verbal dalam kegiatan pembelajaran oleh
guru kepada siswa harus sesuai dengan prinsip penggunaan penguatan agar tujuan
pemberian penguatan verbal dapat tercapai dengan baik sehingga motivasi dan
antusias siswa dapat bertambah.
11. Cara Penggunaan Penguatan
Djamarah (2010: 122-3) juga menyatakan bahwa guru dalam memberikan
penguatan memiliki variasi model atau cara dalam menyampaikanya. Adapun keempat
model tersebut adalah sebagai berikut. (1) Penguatan seluruh kelompok Penggunaan
penguatan kepada seluruh anggota kelompok dapat dilakukan guru secara terus-
menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Misalnya
komponen penguatan yang dapat digunakan: penguatan verbal, gestural, tanda dan
kegiatan. (2) Penguatan yang ditunda Penundaan penguatan sebenarnya kurang efektif
bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Tetapi penundaan tersebut
dapat dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa penguatan
ditunda dan akan diberikan kemudian. (3) Penguatan partial Penguatan partial sama
dengan penguatan sebagian atau tidak berkesinambungan. Hal ini diberikan untuk
sebagian dari respon siswa dan digunakan untuk menghindari penggunaan penguatan
negatif dan pemberian kritik. (4) Penguatan perorangan Penguatan perorangan
merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut kemampuan,
penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan, karena akan lebih efektif daripada
tidak menyebut apapun.
Sejalan dengan pendapat di atas, Usman (2010: 82) menyebutkan cara
menggunakan penguatan yaitu: (1) penguatan kepada pribadi tertentu, penguatan harus
jelas kepada siapa ditujukan, sebab bila tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu,
sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang
bersangkutan sambil menatap kepadanya; (2) penguatan kepada 33 kelompok,
penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya apabila satu tugas
telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu bermain
bola voli yang menjadi kegemarannya; (3) pemberian penguatan dengan segera,
penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau
respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung
kurang efektif; (4) variasi dalam penggunaan, jenis atau macam penguatan yang
digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini akan
menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif.
Selanjutnya, Marno dan Idris (2008: 137-8) menjelaskan bahwa ada beberapa cara
penggunaan penguatan yang perlu diperhatikan agar penguatan yang dilakukan dapat
mencapai tujuan pemberian penguatan yang baik dan secara maksimal tujuan tersebut
dapat tercapai sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa, cara penggunaan
tersebut yaitu sebagai berikut: (a) Penguatan pada pribadi tertentu Penguatan harus
jelas ditujukan kepada siswa tertentu. Oleh karena itu, pandangan guru harus tegas
diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan, dan penguatan harus jelas
ditujukan kepada siapa dan usahakan menyebut namanyaserta memandang kepadanya.
Contohnya jika Ani menjawab dengan tepat pertanyaan guru, sebaiknya guru
memandang Ani dan mengatakan “Ani, tepat jawabanmu”. Penguatan akan kurang
berarti bagi Ani jika guru mengatakan “Ani,tepat jawabanmu”, sambil guru melihat ke
luar kelas atau sedang menulis di papan tulis. (b) Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tugas
telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengizinkan kelas tersebut
untuk bermain basket yang memang menjadi kegemaran mereka. Atau jika ada satu
atau sebagian kelompok kelas yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik,
maka guru dapat pula mengatakan “Bapak senang sekali, kelompok A telah
menunjukkan kemajuan yang pesat”. (c) Penguatan yang tidak penuh Sering didapat
jawaban yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit mengandung kebenaran.
Untuk itu, penguatan yang digunakan tentu penguatan yang tidak penuh. Teknik ini
dapat dilakukan dengan mengatakan, “Jawabanmu ada benarnya, akan lebih sempurna
kalau lebih rinci lagi”. Hal ini mengenai bagaimana teknik mengatakan tergantung
konteks dan keadaan jawaban anak. Kesimpulannya, prinsip dalam penguatan tidak
penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian salah. (d) Variasi
penggunaan Untuk menghindari ketidakbermaknaan, guru dapat menggunakan
penguatan secara bervariasi. Penggunaan penguatan yang itu-itu saja dapat menjadi
bahan tertawaan anak. Bahkan anak-anak ikut serta memberikan penguatan apabila
teman lain menjawab dengan benar. Untuk menghindari lunturnya makna penguatan
dan kemungkinan menjadi bahan tertawaan anak, guru dapat menvariasikan
penggunaannya. Dan yang lebih penting untuk itu adalah menerapkan prinsip-prinsip
penggunaannya secara matang.
Alma, dkk (2010: 42-4) menjelaskan bahwa modus penggunaan penguatan yaitu:
(1) whole group reinforcement, komponen reinforcement dapat diterapkan guru pada
seluruh kelas dari waktu ke waktu. Komponen yang digunakanbiasanya berupa
tindakan verbal, token, gestural, dan aktivitas; (2) delayed reinforcement, komponen
reinforcement langsung dapat diberikan guru dengan segera,biasanya penundaan
dijembatani dengan pemberian keterangan bahwa reinforcement diberikan kemudian;
(3) partial reinforcement, digunakan untuk menghindari reinforcement negatif dengan
tidak mengkritik jawaban siswa yang salah, tetapi meminta siswa lain
menjawab/memberi tanggapan, seandainya jawaban siswa yang kedua benar maka
dikembalikan kepada siswa yang pertama untuk mengulangi jawaban yang benar
kemudian diberi penguatan; (4) personalized reinforcement, sebaiknya diberikan
langsung/segera pada siswa secara perorangan karena kemampuannya. Dalam hal
memberikan penguatan ini, terutama yang bersifat verbal atau gestural, dibutuhkan
keberanian guru memandang muka murid.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
cara/model menggunakan penguatan oleh guru di dalam kegiatan pembelajaran yaitu
dengan memberikan penguatan kepada kelompok siswa maupun siswa secara
perorangan, penguatan diberikan dengan segera, dan penguatan dilakukan secara
bervariasi agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menghilangkan tujuan pemberian
penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
12. Penerapan dalam Pemberian Penguatan
Guru sebagai pengguna keterampilan memberikan penguatan dituntut ketepatan
dalam memberikan kepada siswa. Hal ini dikarenakan apabila pemberian penguatan ini
digunakan pada situasi atau waktu yang tidak tepat, maka hal ini akan mengakibatkan
keefektifan penguatan tersebut hilang. Sebaliknya bila penggunaan penguatan
digunakan secara tepat dalam proses belajar mengajar, maka hal ini akan menimbulkan
pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik.
Menurut Djamarah (2010: 119) bahwa semua aspek yang terdapat pada pemberian
penguatan dapat berpengaruh pada kelompok usia siswa manapun, tidak terbatas pada
satu tingkat sekolah tertentu saja, baik untuk anak yang sudah dewasa maupun yang
belum dewasa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru
harus yakin, bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang
diberikan guru terhadap perilaku yang dilakukan oleh siswa. Pemberian penguatan
dapat dilakukan pada saat: (1) siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan
lainya dan benda yang menjadi tujuan diskusi; (2) siswa sedang belajar, mengerjakan
tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis; (3) menyelesaikan hasil kerja
(selesai penuh, atau menyelesaikan format); (4) bekerja dengan kualitas kerja yang
baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi); (5) perbaikan pekerjaan (dalam
kualitas, hasil atau penampilan); (6) ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat,
verbal, fisik, dan tertulis); (7) tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri
sendiri, mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
Selanjutnya sedikit berbeda dengan pendapat tersebut Wingkel (1986) dalam Uno
(2010: 169) mengemukakan bahwa “Penguatan diberikan atas dasar bentuk perilaku
siswa berupa: (a) perhatian kepada guru, kawan, atau objek diskusi; (b) tingkah laku
belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis; (c) penyelesaian hasil pekerjaan (PR); (d)
kualitas pekerjaan atau tugas (kerapian, keindahan); (e) perbaikan/ penyempurnaan
tugas; (f) tugas-tugas mandiri”.
Dengan demikian, guru dalam memberikan penguatan sebaiknya dilakukan
dengan teliti dan berhati-hati dalam menentukan cara pemberian penguatan terhadap
seorang siswa sebagai individu sebagai anggota kelompok kelas. Cara dan frekuensi
pemberian penguatan akan berhubungan dengan kebutuhan individu,kepentingan,
tingkah laku,dan kemampuan yang semuanya merupakan prinsip-prinsip yang sangat
berarti dalam keterampilan penguatan ini. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai
pemberian penguatan verbal, keberhasilan pemberian penguatan verbal yang diuraikan
oleh Djamarah digunakan penulis dalam penyusunan angket pemberian penguatan
verbal yang meliputi: (1) komponen penguatan verbal; (2) prinsip penggunaan
penguatan verbal; (3) cara/model penggunaan penguatan verbal.
13. Hubungan Pemberian Penguatan
Verbal dengan Motivasi Belajar Siswa Motivasi merupakan salah satu prasyarat
yang amat penting dalam belajar. Segala fasilitas belajar yang lengkap dengan harapan
supaya siswa dapat masuk sekolah dan belajar dengan penuh semangat. Tetapi semua
itu akan sia-sia, jika siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Menurut Uno (2013: 29-37) semua anak memiliki motivasi, namun tidak semua
anak termotivasi untuk bertinglah laku baik. Sebagian motivasi timbul dari diri siswa,
dan sebagian lagi timbul dari luar. Motivasi internal dan eksternal bekerja besama-
sama untuk membuat siswa menjadi orang yang bertanggung jawab. Motivasi
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri siswa (motivasi
intrinsik) maupun dari luar siswa (motivasi ektrinsik). Dan daya penggerak itulah yang
dapat menimbulkan kegiatan belajar mengajar itu sendiri sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
Apabila mengharapkan motivasi selalu muncul atau datang dalam diri seseorang
merupakan hal yang tidak mungkin, hal ini dikarenakan tingkat motivasi seseorang
cenderung berubah-ubah. Selain itu banyak hal yang harus dipelajari oleh siswa setiap
hari di sekolah. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar tidaklah selalu menarik,
belum lagi banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari. Oleh karena itu perlu
adanya penguatan salah satunya yaitu penguatan verbal dari guru dalam pembelajaran.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa, penguatan verbal merupakan unsur yang paling penting dalam
proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Uno (2013: 34) yang
menyatakan bahwa salah satu teknik motivasi dalam pembelajaran yaitu dengan
pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal yang dilakukan dengan baik
terhadap perilaku siswa merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Beberapa uraian tentang penguatan verbal dan motivasi di atas, bahwa hubungan
penguatan verbal dengan motivasi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Jika motivasi sebagai ”penggerak” memiliki peranan yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar, maka penguatan verbal adalah unsur yang tidak kalah
pentingnya. Penguatan verbal adalah bagian dari motivasi, artinya penguatan verbal
merupakan salah satu atau bentuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Sedangkan motivasi sendiri dikatakan sebagai hasil dari penguatan verbal. Jadi
hubungan antara penguatan verbal dengan motivasi belajar dapat dikatakan sebagai
hubungan yang membutuhkan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain,
terjadi proses memberi dan menerima antara keduanya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. UJI PERTANYAAN
1. Uji Validitas
Berikut tabel 3.1 hasil dari uji validitas variable X :

No Pertanyaan N R-Tabel Sig R-Hitung Hasil


1. X1 32 0.349 0.000 0.658 Valid
2. X2 32 0.349 0.001 0.549 Valid
3. X3 32 0.349 0.123 0.278 Tidak Valid
4. X4 32 0.349 0.000 0.600 Valid
5. X5 32 0.349 0.011 0.444 Valid
6. X6 32 0.349 0.000 0.584 Valid
7. X7 32 0.349 0.042 0.322 Valid
8. X8 32 0.349 0.000 0.730 Valid
9. X9 32 0.349 0.000 0.777 Valid
10. X10 32 0.349 0.000 0.588 Valid
11. X11 32 0.349 0.030 0.385 Valid
12. X12 32 0.349 0.001 0.664 Valid
13. X13 32 0.349 0.004 0.500 Valid
14. X14 32 0.349 0.000 0.627 Valid
15. X15 32 0.349 0.000 0.584 Valid

Berdasarkan tabel hasil uji validitas variabel X dengan menggunakan SPSS.


Terdapat 1 kuesioner yang tidak valid dan 14 kuesioner yang valid.
Selanjutnya berikut tabel 3.2 adalah hasil uji validitas dari variable Y :
No Pertanyaan N R-Tabel Sig R-Hitung Hasil
1. Y1 32 0.349 0.038 0.328 Valid
2. Y2 32 0.349 0.000 0.688 Valid
3. Y3 32 0.349 0.000 0.618 Valid
4. Y4 32 0.349 0.234 0.216 Tidak Valid
5. Y5 32 0.349 0.014 0.429 Valid
6. Y6 32 0.349 0.000 0.650 Valid
7. Y7 32 0.349 0.003 0.513 Valid
8. Y8 32 0.349 0.013 0.434 Valid
9. Y9 32 0.349 0.445 0.140 Tidak Valid
10. Y10 32 0.349 0.517 0.119 Tidak Valid
11. Y11 32 0.349 0.039 0.326 Valid
12. Y12 32 0.349 0.009 0.453 Tidak valid
13. Y13 32 0.349 0.002 0.525 Valid
14. Y14 32 0.349 0.134 0.271 Valid
15. Y15 32 0.349 0.020 0.408 Valid

Berdasarkan tabel hasil uji validitas variabel Y dengan menggunakan SPSS.


Terdapat 4 kuesioner yang tidak valid dan 11 kuesioner yang valid.
2. Uji Realibitas
Tabel Hasil 3.3 Uji Reliabilitas
No Variabel N Cronbach’s Alpha Hasil
1. X 32 0.744 Reliabel
2. Y 32 0.812 Reliabel
Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas variabel X dan Y dengan
menggunakan SPSS. Diketahui Cronbach’s Alpha variabel X sebesar 0.
dan Cronbach’s Alpha variabel Y sebesar 0.642 yang berarti data
tersebut reliabel.

B. UJI PRASYARAT
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Motivasi_Belaj ,179 32 ,011 ,866 32 ,001
ar
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS. Cara
mengetahui signifikan atau tidak hasil uji normalitas adalah dengan
memperhatikan angka sig pada tabel Kolmogorof-smirnov. Dengan jumlah
n=32, nilai sig untuk Kolmogorof adalah 0.011 < 0.05. berarti data berdistribusi
tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Motivasi_ Based on Mean 3,007 8 14 ,034
Belajar Based on 1,036 8 14 ,455
Median
Based on 1,036 8 7,719 ,483
Median and
with adjusted df
Based on 2,808 8 14 ,044
trimmed mean
Berdasarkan tabel hasil uji homogenitas dengan menggunakan SPSS.
Dasar pengambilan keputusan adalah:
 Jika nilai sig. < 0.05 maka dikatakan bahwa varian populasi data
adalah tidak homogen.
 Jika nilai sig. > 0.05 maka dikatakan bahwa varian populasi data
adalah homogen.
Maka uji homogenitas, diketahui nilai sig sebesar 0.034 < 0.05, yang
berarti data tidak homogen.
3. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Motivasi_Belajar * Between (Combined) 611,467 17 35,969 3,356 ,013
Pemberian_Peng Groups Linearity 310,220 1 310,220 28,94 ,000
uatan_Verbal 7
Deviation from 301,247 16 18,828 1,757 ,148
Linearity
Within Groups 150,033 14 10,717
Total 761,500 31

Berdasarkan tabel hasil uji linearitas dengan menggunakan SPSS. Pada tabel
anova, diketahui nilai sig dan Deviation from Linearity sebesar 0.148 > 0.05,
artinya dua variabel mempunyai hubungan linear karena nila signifikasi
(Deviation from Linearity ) > 0.05.
C. UJI HIPOTESIS
1. Uji Hipotesis
One-Sample Statistics
Std. Std. Error
N Mean Deviation Mean
Pemberian_Penguatan_ 32 36,84 7,540 1,333
Verbal
Motivasi_Belajar 32 37,88 4,956 ,876

Pada tabel di atas, dapat diketahui nilai rata-rata untuk Pemberian


Penguatan Verbal sebesar 36.84 dan Proses Pembelajaran sebesar 37.88.

One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Mean Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Pemberian_Penguatan 27,643 31 ,000 36,844 34,13 39,56
_Verbal
Motivasi_Belajar 43,229 31 ,000 37,875 36,09 39,66

Pada tabel diatas, diketahui nilai uji T sebesar 27,643. Nilai signifikasi
sebesar 0.000 < 0.05 yang artinya Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Pemberian Penguatan Verbal tidak ada hubungan antara Motivasi Belajar.
2. Uji Korelasi
Correlations
Pemberian_Pen
guatan_Verbal Motivasi_Belajar
Pemberian_Penguatan_Verb Pearson Correlation 1 ,638**
al Sig. (2-tailed) ,000
N 32 32
Motivasi_Belajar Pearson Correlation ,638** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel hasil uji linearitas dengan menggunakan SPSS.
Pada tabel “Correlation” tersebut, dapat diketahui bahwa Person
Correlation untuk Manajemen Sarana dan Prasarana dan Proses
Pembelajaran sebesar 0.638. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang kuat antara variabel Pemberian Penguatan Verbal
dan Motivasi Belajar. Positif, artinya apabila variabel Pemberian Penguatan
Verbal meningkat maka variabel Motivasi Belajar pun akan meningkat dan
sebaliknya.

3. Uji Regresi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,638 a
,407 ,388 3,878
a. Predictors: (Constant), Pemberian_Penguatan_Verbal

Dari tabel “Summary” di atas, diketahui nilai antar variabel adalah r=0.638
dan nilai koefisien determinan r²=0.407. artinya, terdapat hubungan positif
yang kuat antara variabel Pemberian Penguatan Verbal dan Motivasi Belajar.

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 310,220 1 310,220 20,623 ,000b
Residual 451,280 30 15,043

Total 761,500 31

a. Dependent Variable: Motivasi_Belajar


b. Predictors: (Constant), Pemberian_Penguatan_Verbal
Tabel “Anova” di atas menunjukkan nilai sig sebesar 0.000 > 0.05 maka
Ho di tolak. Dengan demikian, Pemberian Penguatan Verbal secara signfikan
tidak mempengaruhi Motivasi Belajar.

BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bab-bab
sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh Pengaberdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil
analisis pada tabel uji hipotesis, diketahui nilai uji T sebesar 27,643 . Nilai
signifikasi sebesar 0.000 < 0.05 yang artinya Ho ditolak. Atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa pemberian penguatan verbal (variabel X) tidak
berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa (variabel Y).
2. Berdasarkan data dan hasil analisisnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan pemberian penguatan verbal terhadap
motivasi belajar mahasiswa semester 5 UIN Jakarta. Besarnya nilai
koefisien korelasi yang dilambangkan dengan R yaitu sebesar 0.638.
Sedangkan besarnya persentase (%) pengaruh yang ditimbulkan variabel
bebas (pemberian penguatan verbal) terhadap variabel terikat (motivasi
belajar siswa) yang dilambangkan dengan R square (R2 ) yaitu 0.407,
artinya bahwa pengaruh variabel pemberian penguatan verbal (X) terhadap
variabel motivasi belajar mahasiswa (Y) adalah sebesar 40.7%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari yang diteliti. Jadi,
konstribusi pemberian penguatan verbal terhadap motivasi belajar
mahasiswa sebesar 40.7%.

B. SARAN
Dalam melakukan penyusunan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna, maka peneliti
masih membutuhkan kritik, saran dan arahan. Tanpa mengurangi rasa hormat
kepada seluruh pihak yang terlibat. Peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya
yang memiliki topik ataupun variabel yang sama, ada baiknya untuk menggali
lebih dalam lagi tentang manajemen sarana dan prasarana terhadap proses
pembelajaran berdasarkan pada teori para ahli sebelumnya juga.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Alma, Buchari, dkk. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: CV Alfabeta.
Anni, Catharina Tri dan Achmad Rifa’i. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Darmadi H. 2012. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan
Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah. S. B, Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
E.B.Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Fadloil (2012) dengan judul “Pengaruh Pemberian Penguatan oleh Guru terhadap
Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas X3 SMA
Negeri 1 Tanggul Jember Tahun Ajaran 2011/2012”,
Fitri Lovita (2013), dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang yang berjudul
“Pengaruh Penguatan Guru dan Perhatian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar
Siswa di SMK Pekanbaru Riau”.
Hamzah B. Uno, M. 2010. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT Bumi
Aksara Hamzah. B. Uno. (2013). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kurniawati (2014) dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Keterampilan
Guru Memberi Penguatan Kepada Anak dalam Metode Pemberian Tugas di
Kelompok B TK Aba Dukuh Mantrijeron Yogyakarta”.
Marno dan Idris, M. 2008. Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Marno dan M. Idris. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruz
Media Grup
Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, strategi dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Novita Ardiyansari (2012), dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang berjudul “Hubungan Keterampilan Memberikan Penguatan
Verbal dan Penguatan Non Verbal dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri
Se-Gugus II Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Instrument (X)


J
u
Res X X X X X X m
pon X X X X X X X X X 1 1 1 1 1 1 la
den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 h
3
1 3 2 4 4 3 2 2 1 1 2 4 3 1 1 1 4
5
2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4
3
3 3 1 3 2 3 2 2 1 1 1 3 2 3 2 3 2
3
4 2 1 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 0
5
5 4 4 4 4 1 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4
6 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 5
3
7 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 2 1 2 1 7
2
8 2 3 4 1 1 2 4 1 1 1 4 1 1 1 2 9
4
9 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4
3
10 2 2 2 3 4 2 3 2 2 3 4 3 2 3 2 9
2
11 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 4 3 1 1 2 8
3
12 2 2 3 2 2 2 4 3 2 2 4 2 2 3 3 8
3
13 2 1 4 2 4 4 4 1 2 1 4 4 1 2 1 7
14 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2
7
3
15 3 4 3 2 2 2 3 1 1 1 3 2 2 1 2 2
3
16 4 2 4 4 2 4 4 1 1 1 2 2 1 1 1 4
5
17 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 4 3 3 3 3 0
3
18 2 4 2 2 2 3 4 1 2 2 3 2 2 1 2 4
3
19 3 3 4 2 2 2 3 1 2 2 4 3 1 1 4 7
4
20 2 3 4 2 4 2 4 3 2 2 4 4 2 2 2 2
4
21 3 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 1 1 4 4
3
22 3 1 3 2 2 1 3 1 2 2 3 2 3 4 4 6
3
23 3 3 4 2 2 2 4 1 2 1 2 1 4 3 3 7
3
24 2 2 4 2 3 3 4 1 1 2 4 1 1 1 1 2
4
25 4 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 7
3
26 3 2 4 2 3 1 3 2 2 2 4 2 4 2 3 9
2
27 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 2 1 2 2 9
3
28 2 2 3 3 1 3 3 2 1 1 3 3 3 2 1 3
2
29 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 3 2 3 1 2 6
2
30 2 2 4 2 1 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 6
3
31 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 6
3
32 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 2 2 7

J
Re u
sp m
on Y Y Y Y Y Y l
de 1 1 1 1 1 1 a
n YYYYYYYYY0 1 2 3 4 5 h
1 2 3 4 5 6 7 8 9 4
1 3 2 2 4 3 2 2 3 1 4 2 1 3 4 4 0
5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3
3 3 2 2 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 5
3
4 2 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 2 3 3 5
5
5 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 0
4
6 4 4 1 4 1 2 1 2 2 4 2 1 4 4 4 0
3
7 3 2 1 4 1 2 4 1 2 4 2 1 2 4 2 5
3
8 4 2 1 4 1 1 2 3 2 4 1 1 2 4 2 4
4
9 2 3 2 4 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 2 4
3
10 3 2 2 4 4 2 2 2 1 4 2 1 2 2 2 5
3
11 3 2 2 4 3 3 2 3 1 3 2 2 2 4 2 8
3
12 3 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 1 3 4 2 7
3
13 4 2 2 3 4 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 5
3
14 3 2 2 3 2 1 2 3 1 4 3 2 2 4 3 7
3
15 3 2 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 3 3 2 6
3
16 2 2 2 4 1 3 2 1 3 4 2 2 2 3 1 4
4
17 3 3 3 4 3 2 1 3 2 2 3 3 3 4 3 2
3
18 2 2 3 3 4 2 4 4 1 2 2 2 2 3 2 8
2
19 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 4 2 9
3
20 4 3 2 4 1 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 9
3
21 4 1 2 4 1 2 2 2 4 4 2 1 2 2 2 5
3
22 2 2 2 4 1 3 4 4 1 2 4 3 2 4 1 9
3
23 2 2 2 4 3 2 1 2 2 4 2 1 2 2 2 3
4
24 2 4 2 4 3 3 2 3 2 3 2 1 4 3 3 1
4
25 4 3 3 2 2 4 4 2 4 4 3 2 2 4 3 6
3
26 3 2 2 4 1 2 2 2 1 3 3 2 3 4 1 5
3
27 3 3 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 6
3
28 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 5
29 3 3 2 4 1 2 3 3 2 4 3 2 3 4 2 4
1
3
30 3 3 2 4 1 2 1 1 3 3 1 1 3 3 3 4
3
31 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 5
3
32 3 4 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 6

Correlations
Jumla
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 h_X
X1 Pearson 1 ,404* ,273 ,640* ,152 ,419* ,131 ,381* ,463* ,299 -,106 ,317 ,328 ,380* ,392* ,658**
Correlatio * *

n
Sig. (2- ,022 ,131 ,000 ,405 ,017 ,475 ,032 ,008 ,096 ,563 ,077 ,067 ,032 ,026 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X2 Pearson ,404* 1 ,265 ,483* ,052 ,448* ,392* ,277 ,346 ,058 ,232 ,283 ,123 -,041 ,301 ,549**
Correlatio *

n
Sig. (2- ,022 ,142 ,005 ,776 ,010 ,027 ,125 ,052 ,754 ,202 ,117 ,503 ,825 ,095 ,001
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X3 Pearson ,273 ,265 1 ,294 ,052 ,375* ,368* ,029 -,016 -,160 ,286 ,088 -,137 -,176 ,035 ,278
Correlatio
n
Sig. (2- ,131 ,142 ,102 ,776 ,034 ,038 ,874 ,933 ,383 ,112 ,634 ,456 ,336 ,850 ,123
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X4 Pearson ,640* ,483* ,294 1 ,207 ,609* ,153 ,350* ,260 ,103 ,099 ,507* ,104 ,127 ,131 ,600**
Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,000 ,005 ,102 ,256 ,000 ,404 ,050 ,150 ,573 ,590 ,003 ,570 ,489 ,475 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X5 Pearson ,152 ,052 ,052 ,207 1 ,255 ,220 ,219 ,341 ,235 ,384* ,500* -,035 ,146 ,083 ,444*
Correlatio *

n
Sig. (2- ,405 ,776 ,776 ,256 ,159 ,226 ,228 ,056 ,196 ,030 ,004 ,850 ,426 ,651 ,011
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X6 Pearson ,419* ,448* ,375* ,609* ,255 1 ,516* ,241 ,328 ,093 ,118 ,474* -,019 ,092 ,043 ,584**
Correlatio * * *

n
Sig. (2- ,017 ,010 ,034 ,000 ,159 ,002 ,185 ,067 ,613 ,520 ,006 ,916 ,615 ,816 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X7 Pearson ,131 ,392* ,368* ,153 ,220 ,516* 1 ,232 ,219 -,012 ,144 -,012 -,098 ,026 -,031 ,362*
Correlatio *

n
Sig. (2- ,475 ,027 ,038 ,404 ,226 ,002 ,201 ,228 ,948 ,430 ,949 ,595 ,887 ,867 ,042
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X8 Pearson ,381* ,277 ,029 ,350* ,219 ,241 ,232 1 ,628* ,595* ,246 ,456* ,475* ,608* ,343 ,730**
Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,032 ,125 ,874 ,050 ,228 ,185 ,201 ,000 ,000 ,175 ,009 ,006 ,000 ,055 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X9 Pearson ,463* ,346 -,016 ,260 ,341 ,328 ,219 ,628* 1 ,607* ,243 ,441* ,424* ,671* ,480* ,777**
Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,008 ,052 ,933 ,150 ,056 ,067 ,228 ,000 ,000 ,180 ,012 ,016 ,000 ,005 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X10 Pearson ,299 ,058 -,160 ,103 ,235 ,093 -,012 ,595* ,607* 1 ,303 ,370* ,385* ,616* ,366* ,588**
Correlatio * * *

n
Sig. (2- ,096 ,754 ,383 ,573 ,196 ,613 ,948 ,000 ,000 ,092 ,037 ,030 ,000 ,039 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X11 Pearson -,106 ,232 ,286 ,099 ,384* ,118 ,144 ,246 ,243 ,303 1 ,429* -,077 ,032 ,133 ,385*
Correlatio
n
Sig. (2- ,563 ,202 ,112 ,590 ,030 ,520 ,430 ,175 ,180 ,092 ,014 ,676 ,861 ,469 ,030
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X12 Pearson ,317 ,283 ,088 ,507* ,500* ,474* -,012 ,456* ,441* ,370* ,429* 1 ,120 ,320 ,274 ,664**
Correlatio * * * *

n
Sig. (2- ,077 ,117 ,634 ,003 ,004 ,006 ,949 ,009 ,012 ,037 ,014 ,512 ,074 ,129 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X13 Pearson ,328 ,123 -,137 ,104 -,035 -,019 -,098 ,475* ,424* ,385* -,077 ,120 1 ,674* ,568* ,500**
Correlatio * * *

n
Sig. (2- ,067 ,503 ,456 ,570 ,850 ,916 ,595 ,006 ,016 ,030 ,676 ,512 ,000 ,001 ,004
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X14 Pearson ,380* -,041 -,176 ,127 ,146 ,092 ,026 ,608* ,671* ,616* ,032 ,320 ,674* 1 ,531* ,627**
Correlatio * * * * *

n
Sig. (2- ,032 ,825 ,336 ,489 ,426 ,615 ,887 ,000 ,000 ,000 ,861 ,074 ,000 ,002 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
X15 Pearson ,392* ,301 ,035 ,131 ,083 ,043 -,031 ,343 ,480* ,366* ,133 ,274 ,568* ,531* 1 ,586**
Correlatio * * *

n
Sig. (2- ,026 ,095 ,850 ,475 ,651 ,816 ,867 ,055 ,005 ,039 ,469 ,129 ,001 ,002 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Jumla Pearson ,658* ,549* ,278 ,600* ,444* ,584* ,362* ,730* ,777* ,588* ,385* ,664* ,500* ,627* ,586* 1
h_X Correlatio * * * * * * * * * * *

n
Sig. (2- ,000 ,001 ,123 ,000 ,011 ,000 ,042 ,000 ,000 ,000 ,030 ,000 ,004 ,000 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Jumla
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 h_Y
Y1 Pearson 1 ,285 ,012 ,167 -,032 -,032 ,099 -,137 ,189 ,227 -,114 -,137 ,332 ,242 ,255 ,368*
Correlation
Sig. (2- ,114 ,949 ,361 ,864 ,860 ,589 ,453 ,300 ,212 ,534 ,455 ,063 ,182 ,159 ,038
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y2 Pearson ,285 1 ,276 ,229 ,205 ,360* ,098 ,184 ,040 ,097 ,059 ,190 ,774** ,124 ,415* ,688**
Correlation
Sig. (2- ,114 ,126 ,208 ,260 ,043 ,593 ,314 ,829 ,599 ,747 ,298 ,000 ,499 ,018 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y3 Pearson ,012 ,276 1 -,235 ,577** ,558** ,415* ,266 ,090 -,338 ,226 ,548** ,142 -,102 ,260 ,618**
Correlation
Sig. (2- ,949 ,126 ,196 ,001 ,001 ,018 ,142 ,622 ,059 ,214 ,001 ,438 ,579 ,150 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y4 Pearson ,167 ,229 -,235 1 -,059 ,042 -,046 ,072 -,169 ,350* -,122 -,141 ,441* ,121 -,106 ,216
Correlation
Sig. (2- ,361 ,208 ,196 ,748 ,821 ,801 ,694 ,356 ,050 ,507 ,442 ,012 ,509 ,563 ,234
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y5 Pearson -,032 ,205 ,577** -,059 1 ,273 ,138 ,233 -,153 -,173 ,006 ,217 ,128 -,287 ,278 ,429*
Correlation
Sig. (2- ,864 ,260 ,001 ,748 ,130 ,450 ,198 ,403 ,345 ,976 ,234 ,485 ,111 ,123 ,014
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y6 Pearson -,032 ,360* ,558** ,042 ,273 1 ,463** ,152 ,317 -,083 ,310 ,449** ,107 -,034 ,051 ,650**
Correlation
Sig. (2- ,860 ,043 ,001 ,821 ,130 ,008 ,407 ,077 ,652 ,084 ,010 ,558 ,852 ,780 ,000
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y7 Pearson ,099 ,098 ,415* -,046 ,138 ,463** 1 ,333 -,079 -,037 ,247 ,306 -,059 ,259 -,098 ,513**
Correlation
Sig. (2- ,589 ,593 ,018 ,801 ,450 ,008 ,063 ,666 ,843 ,173 ,089 ,748 ,153 ,593 ,003
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y8 Pearson -,137 ,184 ,266 ,072 ,233 ,152 ,333 1 -,331 -,171 ,436* ,418* ,074 ,132 ,066 ,434*
Correlation
Sig. (2- ,453 ,314 ,142 ,694 ,198 ,407 ,063 ,064 ,350 ,013 ,017 ,686 ,472 ,721 ,013
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y9 Pearson ,189 ,040 ,090 -,169 -,153 ,317 -,079 -,331 1 ,095 ,006 ,062 -,131 -,203 ,006 ,140
Correlation
Sig. (2- ,300 ,829 ,622 ,356 ,403 ,077 ,666 ,064 ,606 ,972 ,736 ,475 ,265 ,975 ,445
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y10 Pearson ,227 ,097 -,338 ,350* -,173 -,083 -,037 -,171 ,095 1 -,142 -,410 ,120 ,099 ,152 ,119
Correlation *

Sig. (2- ,212 ,599 ,059 ,050 ,345 ,652 ,843 ,350 ,606 ,438 ,020 ,512 ,591 ,408 ,517
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y11 Pearson -,114 ,059 ,226 -,122 ,006 ,310 ,247 ,436* ,006 -,142 1 ,580** -,048 ,207 -,212 ,366*
Correlation
Sig. (2- ,534 ,747 ,214 ,507 ,976 ,084 ,173 ,013 ,972 ,438 ,001 ,794 ,256 ,244 ,039
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Y12 Pearson -,137 ,190 ,548** -,141 ,217 ,449** ,306 ,418* ,062 -,410 ,580** 1 -,109 -,002 -,112 ,453**
Correlation *

Sig. (2- ,455 ,298 ,001 ,442 ,234 ,010 ,089 ,017 ,736 ,020 ,001 ,551 ,992 ,541 ,009
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y13 Pearson ,332 ,774** ,142 ,441* ,128 ,107 -,059 ,074 -,131 ,120 -,048 -,109 1 ,220 ,445* ,525**
Correlation
Sig. (2- ,063 ,000 ,438 ,012 ,485 ,558 ,748 ,686 ,475 ,512 ,794 ,551 ,226 ,011 ,002
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y14 Pearson ,242 ,124 -,102 ,121 -,287 -,034 ,259 ,132 -,203 ,099 ,207 -,002 ,220 1 ,124 ,271
Correlation
Sig. (2- ,182 ,499 ,579 ,509 ,111 ,852 ,153 ,472 ,265 ,591 ,256 ,992 ,226 ,499 ,134
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Y15 Pearson ,255 ,415* ,260 -,106 ,278 ,051 -,098 ,066 ,006 ,152 -,212 -,112 ,445* ,124 1 ,408*
Correlation
Sig. (2- ,159 ,018 ,150 ,563 ,123 ,780 ,593 ,721 ,975 ,408 ,244 ,541 ,011 ,499 ,020
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Jumla Pearson ,368* ,688** ,618** ,216 ,429* ,650** ,513** ,434* ,140 ,119 ,366* ,453** ,525** ,271 ,408* 1
h_Y Correlation
Sig. (2- ,038 ,000 ,000 ,234 ,014 ,000 ,003 ,013 ,445 ,517 ,039 ,009 ,002 ,134 ,020
tailed)
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

No Pertanyaan N R-Tabel Sig R-Hitung Hasil


1. X1 32 0.349 0.000 0.658 Valid
2. X2 32 0.349 0.001 0.549 Valid
3. X3 32 0.349 0.123 0.278 Tidak Valid
4. X4 32 0.349 0.000 0.600 Valid
5. X5 32 0.349 0.011 0.444 Valid
6. X6 32 0.349 0.000 0.584 Valid
7. X7 32 0.349 0.042 0.322 Valid
8. X8 32 0.349 0.000 0.730 Valid
9. X9 32 0.349 0.000 0.777 Valid
10. X10 32 0.349 0.000 0.588 Valid
11. X11 32 0.349 0.030 0.385 Valid
12. X12 32 0.349 0.001 0.664 Valid
13. X13 32 0.349 0.004 0.500 Valid
14. X14 32 0.349 0.000 0.627 Valid
15. X15 32 0.349 0.000 0.584 Valid

No Pertanyaan N R-Tabel Sig R-Hitung Hasil


1. Y1 32 0.349 0.038 0.328 Valid
2. Y2 32 0.349 0.000 0.688 Valid
3. Y3 32 0.349 0.000 0.618 Valid
4. Y4 32 0.349 0.234 0.216 Tidak Valid
5. Y5 32 0.349 0.014 0.429 Valid
6. Y6 32 0.349 0.000 0.650 Valid
7. Y7 32 0.349 0.003 0.513 Valid
8. Y8 32 0.349 0.013 0.434 Valid
9. Y9 32 0.349 0.445 0.140 Tidak Valid
10. Y10 32 0.349 0.517 0.119 Tidak Valid
11. Y11 32 0.349 0.039 0.326 Valid
12. Y12 32 0.349 0.009 0.453 Tidak valid
13. Y13 32 0.349 0.002 0.525 Valid
14. Y14 32 0.349 0.134 0.271 Valid
15. Y15 32 0.349 0.020 0.408 Valid

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,839 15

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,812 15

No Variabel N Cronbach’s Alpha Hasil


1. X 32 0.744 Reliabel
2. Y 32 0.812 Reliabel

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Motivasi_Belajar ,179 32 ,011 ,866 32 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Motivasi_ Based on Mean 3,007 8 14 ,034
Belajar Based on 1,036 8 14 ,455
Median
Based on 1,036 8 7,719 ,483
Median and
with adjusted df
Based on 2,808 8 14 ,044
trimmed mean

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Motivasi_Belajar * Between (Combined) 611,467 17 35,969 3,356 ,013
Pemberian_Peng Groups Linearity 310,220 1 310,220 28,94 ,000
uatan_Verbal 7
Deviation from 301,247 16 18,828 1,757 ,148
Linearity
Within Groups 150,033 14 10,717
Total 761,500 31

One-Sample Statistics
Std. Std. Error
N Mean Deviation Mean
Pemberian_Penguatan_ 32 36,84 7,540 1,333
Verbal
Motivasi_Belajar 32 37,88 4,956 ,876

One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean the Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
Pemberian_Penguatan 27,643 31 ,000 36,844 34,13 39,56
_Verbal
Motivasi_Belajar 43,229 31 ,000 37,875 36,09 39,66

Correlations
Pemberian_Pen
guatan_Verbal Motivasi_Belajar
Pemberian_Penguatan_Verb Pearson Correlation 1 ,638**
al Sig. (2-tailed) ,000
N 32 32
Motivasi_Belajar Pearson Correlation ,638 **
1
Sig. (2-tailed) ,000
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,638 a
,407 ,388 3,878
a. Predictors: (Constant), Pemberian_Penguatan_Verbal

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 310,220 1 310,220 20,623 ,000b
Residual 451,280 30 15,043

Total 761,500 31

a. Dependent Variable: Motivasi_Belajar


b. Predictors: (Constant), Pemberian_Penguatan_Verbal

1. Bapak/ibu dosen mengatakan “ya, pendapatmu /jawaban mu bagus”,


saat kamu dapat / menjawab pertanyaan.
2. Bapak/ibu dosen memuji kelas saya karena  aktif
3. Bapak / ibu dosen memberikan apresiasi kepada kelompok telah
memberikan penampilan presentasi terbaik
4. Saat saya berhasil menjawab soal / pertanyaan, bapak /
ibu dosen memberikan acungan jempol atau tepuk tangan
5. bapak / ibu dosen tersenyum saat saya dapat menjawab
pertanyaan/mengerjakan soal/quiz  dengan benar
6.  Saya mendapat tepuk tangan apabila pendapat/ jawaban saya ialah
benar
7. bapak / ibu dosen memberikan selamat kepada kelompok
memberikan materi presentasi yang baik
8. Bapak/ibu dosen mendekati saya menanyakan mengapa saya tidak
bisa mengerjakan soal dan membantu saya sampai saya paham dan
bisa mengerjakan soal
9.  Saat saya benar dalam mengerjakan soal/tugas , bapak/ ibu dosen
memberikan acungan jempol sambil tersenyum
10. bapak/ibu dosen meminta untuk memimpin kelas apabila ada
mahasiswa yang mendapatkan nilai baik
11. Bapak/ ibu dosen memberikan tambahan nilai kepada mahasiswa aktif
dalam pembelajaran
12. bapak /ibu dosen mendekati setiap kelompok saat ada diskusi
kelompok
13. Saya menjadi malas ketika saya mengerjakan soal dengan salah dan
bapak/ibu dosen memarahi saya
14. Bapak/ibu dosen hanya diam saja ketika saya dapat mengerjakan
soal di depan kelas.
15.  Apakah kamu belajar atau mengerjakan tugas-tugas demi
menghindari hukuman dari dosen ?

1. Saya semangat mengikuti pelajaran di kelas.


2. Saya bertanya pada dosen ketika saya tidak paham.
3. Saya merasa malas mendengarkan penjelasan dari guru ketika jam
belajar.
4. Saya merasa senang apabila dapat menyelesaikan tugas dari doesn .
5. Orang tua/saudara saya membiarkan saja ketika saya kesulitan
mengerjakan tugas rumah  .
6. Teman di kelas membuat gaduh saat pembelajaran berlangsung.
7. Apabila saya tidak bisa mengerjakan soal ulangan saya menyontek
milik teman .
8. Saya menunda-nunda dalam mengerjakan tugas rumah .
9. Orang tua saya bertanya kepada saya mengenai pelajaran yang
diajarkan dosen di sekolah .
10. Saya terus mengerjakan tugas sampai bisa dan selesai.
11. Saya malas membaca kembali materi yang telah diajarkan oleh dosen
.
12. Saya mengerjakan tugas dengan asal-asalan  
13.  Saya bertanya pada guru ketika saya tidak paham.
14. Orang tua menasehati saya agar rajin belajar
15.  Saya memperlajari terlebih dahulu materimateri yang akan
disampaikan oleh guru

Anda mungkin juga menyukai