Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RANCANGAN PENELITIAN NARATIF DAN ANALISIS

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah


Metodologi Penelitian Bahasa Arab Integratif
Dosen Pengampu: Dr. Yuyun Zunairoh, M.Pd

Disusun Oleh:
GANJARAN GUSTI AGUNG ( 22503012 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Storying. Memahami dunia dan hal-hal yang terjadi
adalah dengan membangun narasi untuk menjelaskan dan menginterpretasikan kejadian
baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Struktur narasi dan kosa kata yang kita
gunakan ketika kita berinteraksi dan bercerita mengenai kisah dan pengalaman hidup kita
secara detail dan signifikan, akan memberikan informasi tentang posisi sosial dan budaya.
Dalam arti ini cerita bukan hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari
penelitian untuk memahami manusia dan dunianya.
Orang menjalankan kehidupan yang penuh cerita. Mereka bercerita untuk
berbagi pengalaman hidupnya dengan oranglain dan untuk memberikan uraian pribadi
mereka tentang kelas, sekolah, masalah-masalah pendidikan, dan ranah dimana mereka
bekerja. Ketika seseorang itu bercerita kepada seorang peneliti, mereka merasa
didengarkan, dan informasi mereka lebih mendekatkan peneliti ke praktik pendidikan
yang sesungguhnya. Jadi, cerita-cerita yang dilaporkan dalam penelitian naratif kualitatif
memperkaya kehidupan peneliti maupun partisipan.
Catherine kohler riessman (2005) menyatakan Dalam sejarah sosial dan antropo,
narasi dapat merujuk pada seluruh kisah hidup yang ditenun dari benang wawancara,
observasi, dan dokumen. Dalam psikologi dan sosiologi tradisi yang lain, narasi pribadi
mencakup bagian panjang dari catatan panjang dikonteks yang berkembang selama
berlangsungnya wawancara tunggal ataupun ganda.
Bentuk naratif banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Ketika
menganalisis formulir dalam laporan penelitian kualitatif. setiap bentuk pengetahuan
manusia adalah suatu bentuk cerita tentang alam semesta, ataupun tentang dirinya sendiri.
Dengan menggunakan metode naratif, kita sebagai peneliti juga dapat memahami proses
pembentukan pengetahuan manusia di dalam suatu masyarakat tertentu. Thomas Kuhn
pernah berpendapat, bahwa untuk memahami suatu kelompok masyarakat, orang perlu
untuk memahami masyarakat tersebut. Di dalam metode penelitian naratif, tindakan
pengalaman tidak perlu dilakukan secara langsung (walaupun tetap perlu dilakukan, jika
ingin memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam). Pandangan dunia dan cara
berpikir orang-orang yang hidup di dalam suatu kelompok biasa tampak di dalam cerita
atau narasi yang mereka dengar dan tuturkan sehari-hari. Rasa untuk menjadi bagian dari
suatu komunitas terbentuk, ketika kita sebagai peneliti telah menghidupi cerita yang
dituturkan di dalam masyarakat yang ingin kita teliti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Penelitian Naratif?
2. Bagaimana Jenis-jenis Penelitian Naratif?
3. Bagaimana Karakteristik Penelitian Naratif?
4. Bagaimana Langkah-langkah Pengumpulan Data Penelitian Naratif?
5. Bagaimana contoh penelitian naratif?
6. Bagaimana pengertian analisis?
7. Bagaimana jenis-jenis penelitian analisis isi?
8. Bagaimana Langkah-langkah penelitian analisis isi?
9. Bagaimana kelebihan dan kelemahan penelitian analisis isi?
10. Bagaimana contoh penelitian analisis isi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian naratif
2. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian naratif
3. Untuk mengetahui karakteristik penelitian naratif
4. Untuk mengetahui Langkah-langkah pengumpulan data penelitian naratif
5. Untuk mengetahui contoh penelitian naratif
6. Untuk mengetahui pengertian analisis
7. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian analisis isi
8. Untuk mengetahui Langkah-langkah penelitian analisis isi
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penelitian analisis isi
10. Untuk mengetahui contoh penelitian analisis isi
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Naratif


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narasi memiliki arti pengisahan suatu
cerita atau kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu. Sedangkan naratif memiliki
arti bersifat menguraikan atau menjelaskan. Sehingga kata naratif lebih cocok digunakan
untuk menjelaskan suatu metode penelitian.
Penelitian naratif adalah studi tentang cerita, ilmu yang mempelajari sejarah
manusia, di suatu negara/pemerintahan sejarah merupakan penelitian naratif. Pengalaman
suatu organisasi/ ras/ individu dapat dijadikan sebagai penelitian narasi, tetapi tidak
semua pengalaman harus dijadikan penelitian, pengalaman disini adalah sesuatu yang
dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat.1
Istilah naratif berasal dari kata kerja “to narrate” (menarasikan) atau “to tell (as a
story) in detail” menceritakan secara terperinci (Ehrlich dkk, 1980). Clandinin &
Connelly (1990); Riessman (2008) menjelaskan pendekatan naratif adalah sebagai
metode, yang dimulai dengan melakukan studi pengalaman yang diekspresikan dalam
cerita yang disampaikan oleh individu. Penelitian narasi biasanya memfokuskan pada
mempelajari seseorang, mengumpulkan data melalui kumpulan cerita, pengalaman
individu dan makna pengalaman bagi individu.2
Penelitian naratif dapat diartikan sebagai penelitian cerita atau berbentuk cerita
yang diambil dari individu tentang pengalaman yang memberi manfaat untuk individu
tersebut dan orang lain, atau bisa juga cerita yang dapat memberikan inspirasi bagi
pembaca. Penelitian naratif biasa digunakan oleh sastrawan mendongeng atau sosial
tentang sejarah.

B. Jenis-jenis Penelitian Naratif


Penelitian naratif merupakan penelitian secara umum atau menyeluruh dari
berbagai praktik penelitian kualitatif. Sehingga untuk melaksanakan penelitian naratif

1
Riessman Cathrine Kohler, Narrative Analisys In: Narrative, Memory &Everyday Life, University of
Huddersfield, 2005, Hal 4.
2
John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif &
Kuantitatif, edisi ke-5, diterjemahkan Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto, Cet.I,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015, Hal. 1017
perlu dipahami karakteristik penting dari jenis-jenis penelitian yang termasuk dalam
kategori penelitian naratif.3
Banyak sekali jenis dari penelitian naratif seperti yang ditulis oleh Casey
(1995/1996) yaitu:
 Autobiografi
 Biografi
 Riwayat hidup (Life history)
 Dokumen Pribadi
 Narasi Pribadi
 Wawancara Naratif
 Cerita pribadi (personal accounts)
 Dll

Beberapa jenis penelitian naratif yang akan kami jelaskan pada makalah ini
adalah:

 Autobigrofi adalah salah satu jenis penelitian naratif dimana individu yang menjadi
subjek penelitian menulis ceritanya.
 Biografi adalah bentuk penelitian naratif dimana peneliti menulis dan mencatat
pengalaman kehidupan orang lain.
 Life history (riwayat hidup) adalah cerita naratif pengalaman seumur hidup
seseorang. Contohnya seorang antropolog terlibat dalam penelitian riwayat hidup
untuk mempelajari tentang kehidupan seseorang dalam konteks kelompok
berbudaya-sama. Akan tetapi, dalam pendidikan, penelitian naratif biasanya tidak
melibatkan cerita tentang seluruh kehidupan tetapi memfokuskan pada episode atau
peristiwa dalam beberapa kehidupan individu.
 Cerita pribadi (personal accounts) adalah penelitian naratif tentang pengalaman
pribadi seseorang yang ditemukan dalam satu episode atau multi-episode, situasi
pribadi, atau communal folklore (cerita rakyat komunal). Contoh dalam bidang

3
Ujang Suparman, Qualitative Research for language teaching and learning, (Bandung: CV Arfino Raya,
2017), hlm. 159
pendidikan, peneliti melaporkan cerita guru untuk menangkap kehidupan guru
sebagai profesional dan untuk menelaah pembelajaran di kelas 4
Jenis-jenis penelitian yang dijelaskan dalam makalah ini dapat di simpulakan yaitu
persamaan dari autobiografi dan biografi yaitu keduanya menyampaikan kisah yang
menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang. Banyaknya
jenis penelitian naratif sehingga untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan
memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari
tiap-tiap jenis. Lima pertanyaan berikut ini yang akan membantu dalam menentukan jenis
penelitian naratif, yaitu:
1. Siapa yang menulis atau mencatat cerita?
Menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu adalah perbedaan
mendasar dalam penelitian naratif. Contohnya dalam melakukan penelitian naratif
jenis biografi dan autobiografi. Keduanya memiliki perbedaan dalam hal siapa yang
menjadi penulis cerita.
2. Berapa banyak bagian kehidupan yang dicatat dan disajikan?
Riwayat hidup adalah suatu narasi dari keseluruhan pengalaman hidup seseorang.
Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan individu.
Dalam pendidikan, studi naratif secara khusus tidak meliputi laporan dari suatu
keseluruhan kehidupan tetapi malah berfokus pada suatu bagian atau peristiwa tunggal
dalam kehidupan individu.
3. Siapa yang menyediakan cerita?
Faktor ini secara khusus relevan dalam pendidikan, dimana tipe pendidik atau tenaga
pendidik menjadi fokus dalam beberapa studi naratif. Sebagai contoh, naratif guru
merupakan personal account guru tentang pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif
yang lain berfokus pada siswa di dalam kelas. Beberapa individu yang lain dalam latar
pendidikan dapat memberikan cerita, misalnya tenaga administrasi, pramusaji, tukang
kebun dan tenaga kependidikan yang lain.
4. Apakah suatu pandangan teoretis digunakan?
Suatu pandangan teoretis dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif atau
ideologi yang memberikan kerangka untuk menyokong dan menulis laporan.

4
John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset..., Hal. 1021-1022
Pandangan teoritis untuk Amerika latin menggunakan pandangan “testimonios”, untuk
cerita tentang wanita menggunakan perspektif “feminist”.
5. Dapatkah bentuk naratif digabungkan?
Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti menulis dan melaporkan
tentang partisipan dalam penelitiannya. Penelitian juga dapat berfokus pada suatu studi
pribadi dari seorang guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu peristiwa dalam kehidupan
seorang guru, misalnya pemecatan guru dari sekolah, menghasilkan suatu naratif
pribadi. Jika individunyaseorang wanita, peneliti akan menggunakan perspektif teoretis
“feminist” untuk menguji kekuatan dan mengontrol masalahnya. Pada akhirnya
menghasilkan suatu naratif dari kombinasi beberapa unsur yang berbeda yaitu
gabungan dari biografi, personal account, cerita guru, dan perspektif “feminist”.5

C. Karakteristik Penelitian Naratif


Penelitian naratif memiliki ciri khusus atau karakteristik dari penelitian naratif
yang mempunyai banyak jenis. Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam
penelitian naratif adalah terdapat pada tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu:
1. Pengalaman individu
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud
pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Clandinin dan Connelly (2000),
pengalaman dalam penelitian naratif ini bersifat personal, yaitu apa yang dialami
individu, dan sosial individu yang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti
naratif memfokuskan pada memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu
dan bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini dan
yang akan datang.
2. Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah
salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu
kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada
pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa

5
John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset..., Hal. 1021-1025
sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian
naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu
menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian.
3. Mengumpulkan cerita individu
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu
kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif
adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan.
Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri
dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari
beberapa sumber data. Field texts dapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang
dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara
diskusi, percakapan atau wawancara. Akan tetapi, cerita juga bisa bersifat
autobiografis, di mana peneliti merefleksikan tentang ceritanya dan menjalinkan
cerita itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto, dan kotak kenangan keluarga-
kumpulan benda yang memicu ingatan adalah bentuk lain yang digunakan untuk
mengumpulkan cerita dalam penelitian naratif.
4. Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali
dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan
dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan
cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan)
dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan
kronologis.
Ada beberapa tahap untuk melakukan restory :
a. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
b. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
c. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu
rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh
atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi.
5. Mengode untuk tema
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau
kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita
dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman
individu. Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita
individu atau memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti
naratif secara khusus memberi tema utama setelah menceritakan kembali kisahnya.
6. Konteks atau Ranah
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman
individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan
menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman
partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman,
keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah.
7. Berkolaborasi dengan Partisipan
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam
penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa
cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap
dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis
field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan
cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti
dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan
pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada
partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan
menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.6

D. Langkah-langkah Pengumpulan Data Penelitian Naratif


Terlepas dari tipe dan bentuk penelitian naratifnya, atau jenis dan karakteriknya,
dalam melakukan langkah-langkah dan tekhnik yang serupa di semua jenis penelitian
naratif. Terdapat tujuh langkah utama menyusun atau mengumpulkan data penelitian
naratif. Langkah-langkah dalam penysunan memag saling terkait tetapi tidak harus semua
diikutkan apabila dirasa tidak diperlukan atau tidak linier. Langkahnya sebagai berikut:

6
John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset..., Hal. 1028-1036
1. Mengidentifikasi suatu kejadian yang menjawab permasalahan penelitian untuk
dieksplorasi.
Penelitian dimulai dengan memfokuskan pada suatu permasalahan penelitian
untuk diteliti dan diidentifikasi suatu kejadian sentral untuk dieksplorasi dalam
proses kualitatif.
2. Pilih satu atau lebih individu yang dapat memberikan pemahaman tentang kejadian
yang dimaksud.
Partisipan bisa seorang yang tipikal atau seseorang yang kritis bagi penelitian
karena telah mengalami masalah atau situasi tertentu. Disamping itu juga ada opsi-
opsi lain untuk pengambilan sampel. Meskipun banyak penelitian naratif hanya
menelaah seorang individu saja, Anda juga dapat meneliti beberapa individu dalam
suatu proyek, masing-masing dengan cerita yang berbeda, yang mungkin
bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.
3. Mengumpulkan informasi berupa cerita dari individu
Cara terbaik untuk mendapatkan cerita adalah dengan meminta kepada individu
tersebut untuk menceritakan pengalamannya melalui percakapan pribadi atau
wawancara.
Anda juga dapat mengumpulkan field text, dengan cara :
a. Meminta individu untuk mencatat ceritanya dalam catatan harian atau buku
harian
b. Mengamati individu dan membuat catatan lapangan
c. Mengumpulkan surat yang dikirim oleh individu
d. Merangkai cerita tentang individu dari para anggota keluarga
e. Mengumpulkan dokumen, seperti memo atau korespondensi resmi tentang
individu
f. Mendapatkan foto, kotak kenangan, dan artefak pribadi / keluarga / sosial lain
Mencatat pengalaman hidup individu (misalnya: menari, teater, musik, film, seni
dan sastra
4. Menceritakan kembali kisah indvidu
Peneliti berperan aktif dan menyusun kembali “restory” cerita tersebut ke
dalam kerangka yang bermakna. Kerangka ini mungkin tersusun sebagai berikut :
mengumpulkan cerita, menganalisisnya untuk menemukan unsur-unsur penting
dalam cerita tersebut (misalnya, waktu, tempat, alur, dan suasana), dan kemudian
menuliskan kembali cerita tersebut untuk menempatkannya dalam sebuah rangkaian
kronologis (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Satu aspek penting dari kronologis
adalah cerita itu memiliki permulaan, pertengahan, dan akhir. Kronologi lebih lanjut
dapat tersusun dari ide-ide masa lalu, masa sekarang, dan masa depan
(Clandinin&Connelly,2000).
Dari krononologi kejadian peneliti dapat mengambil memperinci tema yang
muncul dari cerita tersebut yang menyediakan pembahasan yang lebih detail tentang
makna dari cerita tersebut. Maka dari itu, analisis data kualitatif dapat berupa
deskripsi tentang cerita dan sekaligus tema yang muncul.
5. Berkolaborasi dengan partisipan yang menceritakan kisahnya
Langkah ini berinteraksi dengan semua langkah lain dalam proses. peneliti
berkolaborasi secara aktif dengan partisipan selama proses penelitian. Kolaborasi ini
bisa mengambil beberapa bentuk. Misalnya, menegosiasikan entry ke tempat dan
partisipan penelitian, bekerja dekat dengan partisipan untuk mendapatkan field texts
untuk menangkap pengalaman individu, menulis dan menceritakan kisah individu
dengan kata-kata peneliti.
6. Menulis suatu cerita tentang pengalaman-pengalaman personal dan sosial partisipan
Langkah utama dalam menulis penelitian adalah penulis menulis dan
menyajikan cerita tentang pengalaman individu. Meskipun tidak ada cara tunggal
untuk menulis laporan naratif, akan membantu memasukan fitur narasi. Kisah yang
diceritakan kembali tentu menduduki tempat penting atau sentral dalam laopran
naratif. Disamping itu, penulis harus memasukkan suatu analisis tentang tema
tertentu yang muncul selama proses cerita.
7. Menvalidasi keakuratan laporan
Jika ada kolaborasi dengan partisipan, validasi ini bisa terjadi di sepanjang
proyek. Beberapa praktik validasi, seperti member checking, mentriangulasi diantara
sumber data, dan mencari bukti-bukti yang mendiskonfirmasi, berguna untuk
menentukan keakuratan dan kredibilitas suatu cerita naratif.7

7
John Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset..., Hal. 1039-1043
Selain dari langkah-langkah penelitian naratif biasanya dilakukan wawancara,
observasi, dan dokumentasi sebagai tekhnik pengumpulan data. Penelitian naratif juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan, contoh kelebihan daripada penelitian naratif itu
sendiri adalah Peneliti akan terlibat secara langsung dengan objek, bisa juga memberikan
ide kerangka atau topik yang akan dibahas. Kekurangan dari penelitian naratif itu sendiri
adalah bisa saja penelitian ini hanya omong kosong/ pemalsuan data, dan juga belum
tentu keadaan individu tersebut dapat berpengaruh ceritanya terhadap orang lain di beda
daerah. Untuk mengantisipasi tentunya peneliti benar-benar berupaya tidak melakukan
pemalsuan data supaya cerita tersebut bermakna bagi individu atau objek dan orang lain.

E. Contoh Penelitian Naratif

Judul
Living in the Space Between Participant and Researcher as a Narrative Inquirer:
Examining Ethnic Identity of Chinese Canadian Students as Conflicting Stories to Live
By
Peneliti
Elaine Chan (University of Nebraska–Lincoln)
Jurnal
The Journal of Educational Research, 103:113–122
Dipublikasikan : 7 Agustus 2010
Uraian Karakteristik Paragraf Paragraf dalam artikel
Judul - Living in the Space Between Participant and
Researcher as a Narrative Inquirer:
Examining Ethnic Identity of Chinese
Canadian Students as Conflicting Stories to
Live
Fokus pada (2) In the present study, I examined the
pengalaman satu individu experiences of one Chinese immigrant
student, Ai Mei Zhang. I explore her
participation in her Canadian middle school
curriculum as the interaction of student,
teacher, and parent narratives, a story of
interwoven lives.
Cerita yang dikumpulkan (2) I also examined ways in which she
dari satu individu experiences well-intended school practices
and curriculum activities designed to support
her academic performance in ways nor
anticipated by polycymakers and educator.
(3)
I examined experientially the intersection of
school and home influences from the
perspective of one middle school student as
a long-term, school-based narrative inquirer.
Kronologi pengalaman- (14) I observed and interacted with her in the
pengalaman individu context of regular classroom lessons as I
assisted her and her classmates with
assignments, accompanied them on field
trips, attended their band concerts and
performances, and took part in school
activities such as Multicultural Night,
Curriculum and Hot
Dog Night, school assemblies, and festivals.
School visits began during the fall of 2001
as Ai Mei and her classmates began seventh
grade and continued until June 2003 when
they graduated from eighth grade at Bay
Street School.
Deskripsi konteks atau (17) Bay Street School Context
ranah Ai Mei’s stories were set in the context of
Bay Street School, a school known to consist
of a diverse student community from the
time of its establishment (Cochrane, 1950;
Connelly, He, Phillion, Chan, & Xu, 2004),
located in an
urban Toronto neighborhood where the
ethnic composition of residents is known to
reflect Canadian immigration and settlement
patterns (Connelly, Phillion, & He, 2003).
Berkolaborasi antara (14) As a narrative inquirer, I learned about Ai
peneliti dan partisipan Mei’s stories of experience using a variety of
narrative approaches, including long-term,
school-based participant observations,
document collection set into the context of
ongoing conversational interviews with key
participants, and the writing of extensive fi
eld notes following each school visit,
interview, and interaction with participants
to explore the interwoven quality of Ai Mei,
her teacher, her classmates, and her family
members’ lives.
Analisis dan (17) More specifically, 39 countries and 31
Penentuan kode tema languages were represented in the school.
This was the context in which Ai Mei’s
stories played out.
Menceritakan kembali (18) Home Language Conflicting with School
kisah atau kejadian Language I subsequently present the story,
individu oleh peneliti “I was trying to hide my identity,” as a
starting point for examining Ai
Mei’s experiences of her academic program
at Bay Street School.
“I was trying to hide my identity”
Ai Mei: When I first came to Bay Street
School, I stayed
with the IL (International Language)1
teacher, Mrs.
Lim . . . I stayed with her for the whole
week, and
she taught me things in English.
Elaine: What did she teach you?
Ai Mei: You know, easy things, like the
alphabet, and how to say “Hello.” Then I
went to Ms. Jenkins’ class. I sat with a
strange boy.
Elaine: A strange boy?

F. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 8 Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim
menjabarkan pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,
karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab,
penyebab sebenarnya dan sebagainya). Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas
bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk
mendapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan. Analisis
adalah penjabaran (pembentangan) sesuatu hal dan sebagainya setelah ditelaah secara
seksama. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis
(dugaan dan sebagainya) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian
(pengamatan, percobaan dan sebagainya). Analisis adalah proses pemecahan masalah
(melalui akal) ke dalam bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk
mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.9
Menurut Harahap analisis adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit
menjadi berbagai unit terkecil.10 Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses
untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama
lainnya.11 Menurut Komaruddin analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan
suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Purtaka, 2008, h. 156
9
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press, 2002, h.
4.
10
16 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Raja Grafindo,2004, h. 189
11
Gorys Keraf, Komposisi (sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa), Flores: Nusa Indah, 2004, h. 265
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang
terpadu.12 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
kegiatan berfikir dalam menguraikan suatu masalah yang hendak di teliti menjadi
komponen-komponen atau bagian-bagian terstruktur yang akan dibuktikan kebenarannya.
Sumber data dalam sebuah penelitian tidak selamanya berbentuk manusia
(individu atau kelompok social). Sumber penelitian dapat muncul dari berbagai sumber,
salah satunya adalah media massa. Media massa meliputi media cetak dan elektronik.
Berbagai informasi di media massa tersebut dapat menjadi topik atau masalah penelitian.
Analisis muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang di tampilkan di media massa.
Secara umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data
yang di sajikan di media atau teks. Isi dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna),
gambar, symbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan. (Neuman,
2003)
Analisis isi merupakan suatu model dalam ilmu komunikasi yang dipakai untuk
meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya. Metode ini
dapat dipakai untuk menganalisa semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku,
film. Dengan menggunakan metode Analisis isi ini maka akan di peroleh suatu
pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa
atau dari sumber lain secara obyektif, sistematis dan relevan.
Analisis Isi (Content Analysis) adalah suatu penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak di media massa. Secara
umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang di sajikan
di media atau teks. Isi dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna), gambar, symbol, ide,
tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan. (Neuman, 2003). 13 Pelopor
analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu
mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan

12
Komaruddin, Ahmad. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004, h. 53.
13
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder) (PT RajaGrapindo
Persada, Jakarta; 2011) h. 86
menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. (Budd,
1967:2). Sedangkan menurut Berelson (1952), yang kemudian diikuti oleh Kerlinger
(1986), analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan
menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang
tampak (Wimmer & Dominick 2000:135). 14 Sedangkan menurut Burhan Bungin, analisis
isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Analisis isi dikategorikan dalam tipe nonreaktif (nonreactive research)
dikarenakan objek yang menjadi sasaran penelitian tidak memberikan reaksi atau
pengaruh terhadap peneliti. Peneliti cukup menganalisis berbagai data dari berbagai
sumber. Berbeda dengan survei dan eksperimen yang menggunakan individu atau
kelompok sosial sebagai objek penelitian. Untuk itu, analisis isi relatif lebih mudah
dilakukan karena peneliti tidak perlu menyiapkan berbagai instrument yang rumit untuk
diberikan kepada responden. Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dapat
membandingkan berbagai simbol dalam media atau teks tertentu dan menganalisisnya. 15
Model analisis isi bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi
bagaimana pesan itu di sampaikan hingga bisa melihat makna yang tersembunyi dari
suatu teks. Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
fenomena yang di teliti.

G. Jenis-jenis Penelitian Analisis Isi


Analisis isi pada awalnya berkembang dengan metode kuantitatif. Namun,
belakangan berkembang juga analisis isi yang menggunakan metode kualitatif. Menurut
Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan
pendekatan kualitatif :
1. Analisis Wacana (discourse analysis), secara sederhana analisis wacana mencoba
memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan kata/frase

14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam Varian Kontemporer)
(PT RajaGrapindo Persada; Jakarta, 2011) h. 187-188
15
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder) (PT RajaGrapindo
Persada, Jakarta; 2011) h. 87
yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana fokus pada bagaimana fenomena-
fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks.
2. Analisis Retorika (rhetorical analysis), Analisis Retorika berfokus kepada
bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung ataupun jangka panjang)
yang dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens. Peneliti yang menggunakan
pendekatan ini harus mengidientifikasi elemen-elemen struktural, seperti;
ungkapan, gaya argumentasi, serta gestur dan penekanan dalam pidato.
3. Analisis Isi Etnografis (ethnographic content analysis), Pendekatan ini dikerjakan
dengan deskripsi narasi memfokuskan pada situasi yang
berkembang,setting/kondisi, gaya, gambar, makna, dan gagasan penting agar
dikenali/dipahami olehaktor atau pembicara secara kompleks. (Krippendorff, 2004:
17)
4. Analisis Percakapan (conversation analysis), analisis ini dikerjakan diawali dengan
merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil
rekaman itu di analisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif. (Krippendorff,
2004: 17).16

H. Langkah-langkah Penelitian Analisis Isi


Seperti halnya metode lain, suatu metode akan lebih terarah apabila dilakukan
dengan menggunakan prosedur yang telah tersusun dan terformat dengan rapi, begitu juga
dengan analisis isi. Analisis isi akan lebih baik, apabila megikuti langkah-langkah tertentu
seperti yang pernah dilakukan oleh para peneliti. Menurut Neuman (2003)
mendeskripsikan langkah-langkah analisis isi sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah penelitian.
2. Melakukan studi pustaka.
3. Menentukan unit observasi dan unit analisis.
4. Menentukan sampel
5. Menentukan variable
6. Membuat kategorisasi dan pedoman pengodingan
7. Mengumpulkan data
16
Krippendorff, Klaus, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (PT Raja Grafindo Persada; Jakarta, 2004), h.
17
8. Melakukan koding data (data coding)
9. Mengolah data
10. Menyajikan data dan memberikan interpretasi
11. Menyusun laporan hasil penelitian.17

I. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Analisis Isi


a. Kelebihan Analisis Isi (Content Analysis) :
1. Tidak digunakannya manusia sebagai subyek penelitian. Hal ini menyebabkan
penelitian relative lebih mudah, tidak ada reaksi dari populasi ataupun sampel
yang diteliti karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi
kuesioner, ataupun diminta datang di laboratorium.
2. Analisis isi juga relatif murah, tidak terbentur masalah perizinan penelitian.
Bahan-bahan penelitian mudah didapat karena diperpustakaan-perpustakaan, atau
di bagian dokumentasi audio visual. Biaya untuk coder relatif murah
dibandingkan biaya operasional pengumpul data untuk survey.
3. Kelebihan lainnya ialah ketika peneliti tidak dapat melakukan penelitian survey
atau pengamatan terhadap populasi, analisis isi dapat digunakan. Misalnya, Chai
(1977) meneliti konflik politik di RRC setelah kematian Mao Tze Tung pada
tahun 1976. Para peneliti Amerika tidak mungkin melakukan survey atau
pengamatan langsung ke RRC yang waktu itu tertutup dan bermusuhan. Tetapi
sebanyak 40 berita kematian yang dikirim dari berbagai kelompok partai,
kelompok militer dan pemerintah propinsi, kota, pada komite sentral partai
komunis dapat dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Hasilnya, berupa
kesimpulan sementara mengenai tingkat dukungan pada kelompok yang berbeda-
beda dari berbagai daerah di China untuk calon penguasa baru RRC (Chadwick,
Bahr & Albert, 1991:275).18
b. Kelemahan Analisis Isi (Content Analysis) :

17
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder) (PT RajaGrapindo
Persada, Jakarta; 2011) h. 96-108
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam Varian
Kontemporer) (PT RajaGrapindo Persada; Jakarta, 2011) h.192-193
1. Keterbatasan kemampuan merekam data. Hal ini akan terjadi apabila objek
penelitian kita adalah objek yang bergerak. Misalnya, jumlah motor yang lewat di
jalan raya, iklan yang di tayangkan di televise, adegan film, pidato tokoh,
kampanye politik, acara-acara televise dan sebagainya. Objek-objek pengamatan
tersebut tidak dapat di ulangi lagi, kecuali kita menggunakan alat perekam, maka
kelemahan ini dapat di atasi.
2. Masalah validitas data. Masalah validitas data menunjuk pada sejauh mana data
yang diperoleh mengukur apa yang akan di ukur atau di observasi. Data yang
diolah dalam analisis ini adalah data yang pasif. Untuk itu, dalam pengambilan
data untuk analisis isi kita harus berhati-hati karena banyak pesan atau symbol
yang bersifat laten. Simbol laten ini memerlukan definisi operasional yang sangat
jelas.
3. Informasi yang digali sangat banyak. Hal ini memerlukan kehati-hatian dan
kejelian peneliti terutama saat melakukan koding data.19
4. Pesan komunikasi tidak selamanya mereflikasikan fakta, terkadang memang ada
usaha untuk membelokkan dunia simbolis yang ada di media (pesan) dari realitas
yang sesungguhnya. Karena itu untuk penelitian analisis isi yang bertujuan untuk
memahami realitas sosial, penelitian ini perlu dikonfirmasi dengan penelitian
yang lain.20
Berger (Dalam Irawanto, 1999;32) menyebutkan adanya beberapa kelemahan;
1. Sulit menentukan bahwa sampel yang di teliti benar-benar refresentatif
2. Kadangkala sulit untuk mendapatkan definisi operasional dari topic yang di teliti
3. Tidak mudah menemukan unit pengukuran bagi semacam frame dalam artikel
surat kabar atau majalah.21

J. Contoh Penelitian Analisis Isi


Judul: Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan

19
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder) (PT RajaGrapindo
Persada, Jakarta; 2011) h. 110
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam Varian Kontemporer)
(PT RajaGrapindo Persada; Jakarta, 2011) h. 193
21
Burhan Bungin, Analisi Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan
Model Aplikasi) (PT RajaGrapindo Persada; Jakarta, 2011) h. 164
Penulis: Krida Salsabila Anis Husni Firdaus (Institut Agama Islam Darussalam,
Ciamis)
Jurnal: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 6, No. 1, Tahun 2018, pp. 39-56
Metode: Kualitatif Content Analysis (Analisis Isi)
Ringkasan:
Penelitian bertujuan untuk mengelaborasi pemikiran Syeikh Kholil
Bangkalan tentang pendidikan akhlak. Penelitian ini dipandang penting mengingat
problem etika yang dihadapi masyarakat modern sangat serius. Syeikh Kholil
Bangkalan adalah ulama Indonesia yang pemikiran, sikap, dan perilakunya memiliki
pengaruh signifikan terhadap umat Islam di Tanah Air, khususnya di Tanah
Bangkalan. Dengan menggunakan metode analisis isi, penelitian ini menghasilkan
sejumlah temuan, yaitu salah satu tujuan pendidikan menurut Syekh Kholil
Bangkalan ini adalah untuk menjadikan peserta didik memiliki akhlak yang mulia,
yakni adanya perubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik. Tujuanb
pendidikan ini sekaligus merupakan bentuk konkret dari tujuan pendidikan yang
paling utama, yaitu iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Ada yang beranggapan analisis isi merupakan suatu teknik dalam literature
review. Namun, kami beranggapan bahwa keduanya memiliki perbedaan esensi dan
fungsi. Analisis isi bisa berfokus untuk menganalisis 1 (satu) dokumen saja
menggunakan berbagai referensi/pustaka, sedangkan literature review lebih pada
menganalisis suatu permasalahan dengan mengaji bayak sumber literatur.
Berdasarkan ringkasan contoh penelitian kualitatif analisis isi di atas,
diperoleh beberapa hal:
1. Dokumen, pemikiran/konsep, atau masalah yang dikaji harus dinyatakan di
awal secara ilmiah.
2. Analisis data dapat dilakukan melalui tahapan penyajian data, reduksi data,
verifikasi data, dan penarikan kesimpulan.
3. Analisis isi dapat diterapksan untuk mengaji aturan perundang-undangan, karya
ilmiah, karya sastra, pemikiran, dan sebagainya.
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian naratif merupakan penelitian yang mengemukakan suatu cerita dan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang bersifat menceritakan atau menjelaskan suatu
kejadian yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan urutan waktu tertentu secara
rinci.
2. Jenis-jenis penelitian naratif adalah Autobiografi, Biografi, Riwayat hidup, Cerita
pengalaman pribadi, Dokumen pribadi, Sejarah hidup, dll.
3. Prosedur penelitian naratif : Mengidentifikasi suatu fenomena yang menjawab
permasalahan penelitian untuk dieksplorasi, Pilih satu atau lebih individu yang dapat
memberikan pemahaman tentang fenomena yang dimaksud, Mengumpulkan informasi
berupa cerita dari partisipan, Menceritakan kembali kisah individu, Berkolaborasi dengan
partisipan yang menceritakan kisahnya, menulis cerita tentang pengalaman partisipan dan
Menvalidasi keakuratan laporan.
4. Penelitian naratif yang baik melaporkan cerita tentang pengalaman hidup individu,
mengorganisasikan ke dalam kronologi, menempatkannya dalam ranah atau konteks,
menarik beberapa tema dari cerita itu, dan mendemonstrasikan kolaborasi yang dekat
antara peneliti dan partisipan dalam proyek naratif.
5. Analisis isi merupakan sebuah metode penelitian yang tidak menggunakan manusia
sebagai objek penelitian. Analisis isi menggunakan symbol atau teks yang ada dalam
media tertentu untuk kemudian symbol-simbol atau teks tersebut diolah dan di analisis.
6. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan analisis isi ini, yaitu:
merumuskan masalah penelitian; melakukan studi pustaka; menentukan unit observasi dan
unit analisis; menentukan sampel; membuat kategorisasi dan pedoman pengodingan;
mengumpulkan data; melakukan koding data (data coding); mengolah data; menyajikan
dan memberikan data dan interpretasi; dan terakhir adalah menyusun laporan hasil
penelitian.
7. Apabila dibandingkan dengan penelitian lapangan, analisis isi relative lebih mudah
dilakukan serta memiliki beberapa kelebihan, yaitu: lebih hemat waktu, tenaga dan biaya;
analisis isi lebih aman dilakukan; analisis isi memungkinkan kita meneliti dalam jangka
waktu yang sangat panjang; dan analisis isi tidak memiliki efek sosial karena objeknya
bersifat pasif. Meskipun demikian, analisis isi memiliki beberapa kelemahan yaitu:
peneliti memiliki keterbatasan kemampuan merekam data; pada masalah validitas data,
serta informasi yang digali sangat banyak sehingga memerlukan kehati-hatian dan kejelian
peneliti terutama saat melakukan koding data.
DAFTAR PUSTAKA

.2011. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis


ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis ke arah


Ragam Varian Kontemporer). Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.

Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset
Kualitatif & Kuantitatif, edisi ke-5, diterjemahkan Helly Prajitno Soetjipto & Sri
Mulyantini Soetjipto, Cet.I. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Purtaka.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi (sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa). Flores: Nusa Indah.

Kohler, Riessman Cathrine.2005. Narrative Analisys In: Narrative, Memory &Everyday Life.
University of Huddersfield.

Komaruddin, Ahmad. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Krippendorff, Klaus. 2004. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. PT Raja Grafindo
Persada; Jakarta.

Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder). Jakarta; PT RajaGrapindo Persada.

Salim, Peter Salim dan Yenni. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta :
Modern English Press.

Suparman, Ujang. 2017. Qualitative Research for language teaching and learning. Bandung:
CV Arfino Raya.

Anda mungkin juga menyukai