Anda di halaman 1dari 42

PERANAN KALINDA’DA DALAM MEMBANGUN KARAKTER

BANGSA
Dewi Afriani T
( 1015612056 )

Jurusan Tarbiyah dan Keguruan


Pendidikan Agama Islam
Stain Majene

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mandar adalah salah satu kelompok etnis terbesar yang
menempatiwilayah Sulawesi Barat. Suku ini dulunya sebelum terjadi
pemekaran wilayah, Mandar bersama dengan etnis Bugis,
Makassar, dan Toraja mewarnai keberagaman di Sulawesi Selatan.
Meskipun secara politis dan administrative Sulawesi Barat dan
Sulawesi Selatan diberi sekat dengan adanya pemekaran wilayah
setelah terbentuknya Provinsi ke 33 di Indonesia melalui UU No. 26
Tahun 2004 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru pada
tanggal 5 Oktober 2004. Namun secara historis dan kultural Mandar
tetap terikat dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi
Selatan.
Istilah Mandar merupakan ikatan persatuan antara tujuh
kerajaan di pesisir (Pitu Ba’ba’na Binanga ) dan tujuh kerajaan di
gunung (Pitu Ulunna Salu ). Keempat belas kekuatan ini saling
melengkapi, “Sipamandar” (menguatkan) sebagai satu bangsa
melalui perjanjian yang disumpahkan oleh leluhur mereka di
Allewuang Batu di Luyo.

Suku Mandar tidak beda dengan suku-suku lainnya yang ada di Indonesia. Suku
Mandar juga memiliki beragam budaya, tradisi, dan adat istiadat termasuk
didalamnya Sastra Mandar yang kita kenal dengan nama Kalinda’da’. Kalinda’da’
sesungguhnya adalah puisi kehidupan, tentang existensi kehidupan manuia
dalam hubungannya Sang Maha Pencipta, hubungannya dengan sesama

1
manusia, serta hubungannya dengan alam, sehingga menjadi bagian
kehidupannya. Dari sanalah masyarakat Mandar memiliki kepribadian yang
tangguh dan utuh didalam berbuat, berprilaku, dan menempatkan dirinya secara
wajar pada tempat yang sesungguhnya, dan pada kedudukan yang bermartabat
diantara makhluk ciptaan Tuhan. Memegang penuh tradisi yang ia miliki,
berkuasa, sopan, menghargai tamu, pemberani, dan sering memilih taktik dan
titik strategis dalam pengambilan sebuah keputusan demi kepentingan bersama.
Disadari pula, bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini, disamping membawa dampak positif, juga
tidak dipungkiri adanya dampak negative, sekaligus menjadi
permasalahan serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini,
dimana semakin terbukanya beragam budaya-budaya bangsa
secara global. materialistis, konsumtif, dan cenderung lebih
mengagungkan budaya bangsa lain dari pada budaya sendiri
dengan model kehidupan yang bebas, hedonis, individualistis, serta
pragmatis. Kesemuanya ini berpengaruh pada berubahnya karakter
dan perilaku mereka terhadap unsur sosial budaya nasional.
Sehubungan hal tersebut, sebuah artikel pada Journal article //
Mozaik, yang ditulis oleh Nurlaila Suci Rahayu Rais, M. Maik
Jovial Dien, Albert Y. Dien. Beliau mengemukakan, bahwa sebagai
generasi penerus bangsa dan penyelamat budaya bangsa, para
milenial perlu dibekali dengan pemahaman dan
pengimplementasian ajaran nilai-nilai Pancasila melalui pembinaan
dan kaderisasi disertai upaya memperkokoh rasa nasionalisme dan
menjaga kebhineka tunggal-ika-an, dengan demikian degradasi
unsur sosial budaya dapat diminimalisir.
Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan budaya melalui
Sastra Mandar/Kalinda’da’ sangat urgen untuk kembali ditumbuh
suburkan dan dikembangkan, ditengah-tengah era kemajuan saat
ini, terutama kepada generasi muda, karena diduga bahwa generasi
saat ini disamping mengalami kondisi seperti tersebut sebagai
dampak dari era globalisasi, juga diduga bahwa mereka tidak
mengetahui persis apa dan bagaimana Kalinda’da’ . Bahwa
Kalinda’da’ adalah sebuah harta yang tak ternilai harganya, ia telah
2
menjadi asupan bathiniah selama berabad-abad bagi kehidupan
orang mandar.

3
B. Tujuan
Mengingatkan kembali kepada seluruh anak bangsa, khususnya
generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, agar tidak
terjebak didalam dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, bahwa didalam menghadapi dan menjalani
hidup dan kehidupan kita, oleh pendahulu atau leluhur kita telah
meninggalkan dan menanamkan nilai- nilai falsafah hidup bagi
generasinya melalui sastra. Tak terkecuali yang kita kenal Sastra
Mandar (Kalinda’da’), sehingga tujuan penulis didalam karya ini
adalah sebagai berikut :
1. Tulisan ini dimaksudkan, untuk menyadarkan kita semua, bahwa
walaupun dengan dalih era kemajuan dan modernisasi dunia
yang tidak terbendungkan lagi, namun nilai-nilai leluhur,
khususnya Kalinda’da’ masih sangat dibutuhkan dan tidak boleh
ditinggalkankarena dia adalah MUTIARA.
2. Seperti yang diketahui bersama, bahwa Pendidikan Karakter
anak dapat dikatakan sebagai pendidikan plus, karena
pendidikan ini melibatkan berbagai macam aspek yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (perasaan), dan juga aksi (tindakan).
Pendidikan karakter akan bekerja secara efektif dengan adanya
tiga aspek ini. Sehingga menurut hemat penulis, bahwa
Kalinda’da’ masih sangat urgen untuk kembali ditumbuh
suburkan dan kembangkan, karena ketiga aspek inilah ada
termuat didalam Kalinda’da’, setidak-tidaknya terkhusus kepada
generasi muda orang mandar sebagai anak bangsa Indonesia.
3. Sebagai seorang generasi muda orang mandar, sadar betul akan
keterbatasan pengetahuan, lebih-lebih pemahaman bahwa
Kalnda’da’ sesungguhnya adalah puisi kehidupan, tentang
existensi kehidupan manuia dalam hubungannya Sang Maha
Pencipta, hubungannya

4
dengan sesama manusia, serta hubungannya dengan alam,
sehingga menjadi bagian kehidupannya. Sehingga melalui
tulisan ini,diharapkan dapat menjadi sebuah karya, dan menjadi
koleksi dalam upaya memperkaya dan menambah khazanah
kepustakaan, khususnya kepustakaan Sastra Mandar, dan
secara umum kepustakaan Sastra Nusantara.

C. Manfaat
1. Karena Kalinda’da’ itu sendiri sebuah misteri yang mampu
memberi dan menciptakan “Kesadara Kolektif” ia telah menjadi
asupan bathiniah selama berabad-abad bagi kehidupan orang
mandar, sehingga Kalinda’da’ adalah sebuah asset yang tak
ternilai harganya, maka manfaat yang diharapkan melalui tulisan
ini adalah menjadi salah satu upaya untuk Menjaga, Memelihara
dan melestarikan nilai- nilai budaya mandar melalui Kalinda’da’
sebagai sebuah asset bangsa.
2. Membangkitkan semangat bagi generasi muda orang mandar,
termasukpara pemangku kebijakan di Wilayah Provinsi Sulawesi
Barat, agar dengan karya ini menjadi motivasi kebijakan, bahwa
karena Kalinda’da’ adalah defosit bangsa didalam membentuk
karakter anak bangsa, maka Kalinda’da’ harus digelorakan dan
disosialisasikan dalam berbagai event acara, termasuk menjadi
sebuah Mata Pelajaran (Muatan Lokal) di seluruh jenjang
pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat.
3. Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan ilmu yang
dimiliki, sehingga didalam karya ini juga sungguh sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi materi tulisan, demikian pula
dari segi sistimatika dan kaidah penulisan sebagai sebuah Karya
Tulis. Namun Manfaat yang diharapkan, agar dengan tulisan ini
menjadi bahan renungan kembali, bahan kajian bersama untuk
ditumbuh kembangkan secara terus menerus bagi penulis-
penulis / pengkaji berikutnya, karenakita kembali sadar, bahwa
didalam dunia sastra ternyata Kalinda’da’
5
tidak pernah ada yang mempertanyakan tentang kebenarannya,
karenaKalinda’da’ itu sendiri adalah instrument yang memberi
pembenaran.

6
PERANAN KALINDA’DA’ DALAM MEMBANGUNKARAKTER
BANGSA

A. Nilai dalam Perspektif Kebudayaan


Nilai-nilai budaya merupakan sebuah hal penting yang harus
dipertahankan di setiap masyarakat. Mereka memberikan identitas
yang berarti bagi suatu masyarakat dan memegang posisi yang
sangat penting. Nilai-nilai budaya juga dapat berubah seiring waktu
dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat. Nilai-nilai budaya
didasarkan pada norma kesepakatan, yang berfungsi sebagai ide-
ide dan pandangan yang mendasari perilaku, budaya, keyakinan,
dan kebiasaan dari suatu masyarakat atau komunitas.
Nilai-nilai budaya adalah pemikiran kita tentang otoritas yang
tinggi, kebenaran, dan ketulusan. Mereka memberikan rasa
kemodernan dan kebersamaan dalam perilaku sosial. Nilai budaya
juga berfungsi sebagai dasar untuk pedoman yang menentukan
bagaimana wacana dan perilaku masyarakat boleh atau tidak. Nilai-
nilai budaya merupakan wadah bagi identitas nasional dan
memberikan dasar penting untuk meletakkan landasan sosial yang
berdampak pada masyarakat. Mereka menciptakan ritme
organisasi bahasa dan tindakan diantara masyarakat. Selain itu,
nilai- nilai budaya juga bertujuan untuk meningkatkan perilaku
seseorang dengan memberikan dasar kerangka untuk tingkah laku
dan membentuk cara pandang sadar diri.
Nilai-nilai budaya dapat berubah dari waktu ke waktu,
tergantung pada faktor seperti perubahan budaya, teknologi,
budaya, dan ragam nilai yang berbeda. Dengan demikian,
melestarikan nilai-nilai budaya adalah suatu keharusan. Hal ini
dapat berarti memberikan perlindungan undang- undang bagi
kelompok kecil,menolak pengaruh asing, atau memperingatkan
standar perilaku yang tepat. Menjaga nilai-nilai budaya penting

7
untuk menjaga integritas masyarakat di masa depan. Terakhir,

8
dalam budaya modern, lebih baik untuk mendorong nilai-nilai yang
merupakan prinsip penting yang bertujuan untuk mendukung
1
perkembangan positif masyarakat.

B. Tradisi Lisan
Masyarakat Indonesia mayoritas adalah masyarakat yang
memiliki tradisitradisi berupa warisan oleh nenek moyang. Tradisi
tersebut ada yang berupa tradisi lisan dan tradisi yang bentuknya
bukan lisan. Tradisi lisan adalah suatu kumpulan segala sesuatu
yang diketahui dan sesuatu yang biasa dikerjakan yang
disampaikan dengan cara turun-temurun melalui lisan dan telah
menjadi kebudayaan masyarakatnya.
Tradisi lisan merupakan suatu adat kebiasaan turun-temurun
yang dijalankan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu untuk
menyampaikan suatu pesan dalam bentuk lisan (bahasa lisan)
kepada masyarakat generasi penerus. Tradisi lisan sebagai pesan
verbal yang berupa pernyataan turun- temurun dapat disebarkan
dan diajarkan kepada generasi masa kini melaui tuturan secara
langsung atau dapat juga disampaikan dengan nyanyian, baik
dengan bantuan alat musik atau tanpa alat musik (Vanisa dalm
Sumitri, 2016: 6).
Ungkapan tradisional sebagai tradisi lisan selalu dapat
dihubungkan dengan serangkaian cerita (folklor). Adakalanya
ungkapan diucapkan dalam sela-sela sebuah folklor, ada kalanya
pula 13 beberapa ungkapan muncul dalam satu cerita rakyat,
karena di dalam cerita rakyat berisi nilai-nilai dan pesan-pesan
tertentu.2

Tradisi lisan adalah pesan yang disampaikan dari satu


generasi ke generasi berikutnya atau secara temurun. Disampaikan
melalui tutur (ucapan), pidato, nyanyian/lagu, pantun, cerita rakyat,
nasihat, dan balada.

9
1
Universitas Swadaya Gunung Jati, “Ilmu Sosial Budaya Dasar ; Nilai
Kebudayaan ”,Studocu 2022, https://www.studocu.com/id/document/universitas-
swadaya-gunung-jati/ilmu- sosial-budaya-dasar-isbd/nilai-kebudayaan/48064760
2
Moh. Imam HD, Skripsi:ANALISIS UNGKAPAN TRADISIONAL
MASYARAKATDOMPU;KAJIAN ETNOLINGUISTIK, (Malang: UMM, 2018), h. 11-13.

10
Jan Vansina mendefinisikan tradisi lisan sebagai kesaksian yang
diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
1. Bakisah
Penyampaian cerita yang berupa Sejarah, Hikayat, cerita
rakyat yang disampaikan pada kegiatan pengumpulan dana,
atau pesta panen di hadapan orang banyak sebagi hiburan
rakyat.
2. Beturai Pantun
Kegiatan saling berbalas pantun pada saat bekerja dikebun/
ladang sebagai senda gurau pelepas lelah maupun pada saat
acara bedatang/meminang pengantin dari pihak laki-laki dan
perempuan.
3. Bemamang
Pengucapan mantra mantra dari tetuha adat/masyarakat
yang berisikan permohanan untuk kelacaran hajat/keinginan
yang dilaksanan dapat tercapai dalam bentuk kegiatan
selamatan dengansesaji sesuai hajatnya.
4. Bepepadah
Berupa nasehat dari Tokoh yang dituhakan di tujukan kepada
sekelompok orang yang akan mencari nafkah baik kebun/lahan
maupun merantau untuk bekerja juga kepada pengantin baru
dalam menjalani hidup.

C. Nilai Kalinda’da’ dalam Tradisi Lisan


1. Pengertian Kalinda’da’
Secara bahasa Kalinda’da’ banyak diinterpretasi secara
berbeda, namun yang paling populer menurut Idham Khalid Body
adalah k‘ ali’ atau g
‘ ali’ danda’da’ atau d
‘ ada’ .
- Kalinda’da’ adalah sebuah sastra dari mandar yang
didalamnya memuat falsafah hidup yang menjadi
pedoman untuk ditumbuhkembangkan dalam setiap pribadi
khususnya orang mandar karena

11
didalamnya memuat nilai-nilai moral, etika, semangat juang,
3
pendidikan dan kebersamaan.
- Menurut Darmansyah dalam bukunya yang berjudul “Sastra
Mandar” bahwa kalinda’da’ adalah sastra mandar, yang
merupakan identitas jati diri, kearifan leluhur masyarakat
mandar yang harus ditumbuh kembangkan sebagai warisan
budaya, didalamnya banyak mengandung nilai moral,
pendidikan, etika, erotis, dan persatuan.4

Jadi kalinda’da’ terjemahan denotasinya adalah “gali dada”


yang maksudnya ialah hasil menggali dada berupa untaian
perasaan danpikiran dari isi dada yang di dalamnya ada hati, jadi
perasaan (dan pikiran) dari isi dada/hati. Kalinda’da’ berasal dari
ungkapan “kalimat indah-indah yang keluar dari lubuk hati
(sanubari) yang paling dalam” dengan kata lain kalinda’da
adalah cetusan perasaan dan pikiran yang diungkapkan melalui
kalimat-kalimat yang indah.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka


dapat disimpulkan, bahwa Kalinda’da’ adalah hasil karya para
leluhur ditanah mandar, lahir dari ungkapan perasaan hati yang
paling dalam, berbentuk kata-kata mengandung makna filosofis
(falsafah hidup) untuk ditumbuhkembangkan dalam setiap
pribadi khususnya orang mandar.

2. Fungsi dan Nilai Kalinda’da’


Sehubungan hal tersebut diatas, maka menurut Dr. H. Hasri Hanafi
M. Pd bahwa Kalinda'da' sebagai salah satu media dalam
mengungkapkan perasaan, yang digunakan dalam berbagai
acara tradisi di Mandar, sehingga Kalinda’da’ bagi masyarakat
Mandar meyakini bahwa didalamnya ternyata mengadung nilai-
nilai kearifan lokal yang patut dipelajari dan diperkenalkan

kepada generasi muda

12
3
H.Hasri Hanafi, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Majene, 4 Juli 2023
4
Darmansyah-Bakri Latief,Sastra Mandar , (IKAPI Sulsel; De La Macca), 2016, h. 4

13
bangsa Indonesia.5 Dewasa ini seyogianya kalinda’da’ berfungsi
sebagai tugas sosial, keagamaan dan tugas kebudayaan.
Sebagai pengembang tugas sosial, dalam rentang sejarah yang
panjang, kalinda’da’ senantiasa berperan aktif sebagai
pembawa pesan moral. Kalinda’da’ nasehat misalnya sangat
pamungkas memainkan peranan dalam menjaga dan
memperkokoh moral masyarakat.

3. Jenis Kalinda’da
Demikian juga jenis-jenis kalinda’da’ yang lain seperti
kalinda’da’ masa’ala (agama), kalinda’da’ muda-mudi, kalinda’da’
anak-anak, kalinda’da’ penuturan adat dan kalinda’da jenaka
(bersenda-gurau). Semua jenis kalinda’da’ yang disebutkan itu
memainkan fungsi dan peran sebagai pembawa pesan,
penyampai petuah atau pengembang amanah sesuai kalangan
masing-masing.
Adapun jenis-jenis Kalind’da’ dimaksud, adalah sebagai berikut :
a. Kalinda’da’ Agama(masa’ala)
Kalinda’da’ agama adalah jenis kalinda’da’ yang
berfungsi mentransformasikan nilai-nilai dan ajaran agama
yang disampaikandalam bentukkalinda’da’. Misalnya :
(1) Tappadzi niwawa
poleSiri’
nipapputiang Rakke
di Puang
Sulo di wao lino.

Hanya dengan bekal iman kita


lahir Wadahnya berbungkus
malu(siri’) Taqwa kepada Allah
Adalah obor di atas dunia.

(2) Sahada’di tu’u

14
tiaAyu sakka
daunna

5
H.Hasri Hanafi, Tokoh Masyarakat,Wawancara, Majene, 4 Juli 2023

15
Nadioroi
Mettullung mappassau.

Kesaksian kepada Allah


(syahadat) Pohon kayu yang
rimbun daunnya Untuk
ditempati
Bernaun dan beristirahat.

(3) Sambayandi tu’u


tiaNa dipejari sulo
Na dipajari
Tappere di ku’burta.

Sesungguhnya shalat itu


Akan dijadikan suluh
Suluh yang sebenarnya
Sebagai tikar dialam
kubur.

(4) Ia lao dipesulo


Tanggalalang di
ku’burNyawa
tassekka Maroro tan
diwarris.

Yang akan dijadikan suluh


Dalam perjalanan kealam
kubur
Keyakinan yang tak
mempersekutukanJuga terhindar
(lurus) dariBid’ah.

(5) Wattutta messung di


16
linoLaher tomi tu tau
Innamo puti’
Pole na di poleang.

17
Ketika kita lahir ke
duniaKita sudah
dibekali Nurani
kebenaran
Sebagai modal dalam mengarungi kehidupan.

b. Kalinda’da’ Penuturan Adat


Kalinda’da’ penuturan adat merupakan instrument
penting dalam masyarakat Mandar dahulu kala. Dalam
makna kekinian - adat dapat disamakan aturan hidup dalam
bermasyarakat sehingga dikenal dengan hukum adat.
Misalnya digunakan pada acara pelamaran seorang gadis,
contoh :
(1) Nipaende’i tunai
Nipaoro di
tambing
Nipapangada’
Dai’ di pe’uluang.

Kami hadapkan hina – dina


kamiBersila ditempat paling
rendah Kami hadapkan
Kesingga sana hadirin yang mulia.

(2) Dao parrappe


tunata’Tuna le’ba
iami’ Buluang ulu
Anna’ nisanga tau.

Usah tuan sebut hina – dina


Kami jauh lebih hina – dina
Hanya karena kepala
berambutHingga kami
dinamai manusia.
18
(3) Poleang siola
rannuDiolo
mala’bi’ta Melo’
nasappe Ditappa’
gala’garta.

Kami datang dengan


harapan Kehadapan
hadirin terhormat Ingin
bergantung
Diujung gelegar hadirin.

(4) Tunai doing di


llimbongNaottong
batu rape’ Tomelo’
tuna
Naummi nalolo’i.

Hina – dina kami didasar laut yang


dalamTertindi batu rapat – rapat
Yang sudih bersama dengan kehinaan
kamiTentulah ia menyelaminya.

(5) Duru’di todzi’ tunai


Sayangngiandang
todzi’Nanisolangi
Tuo makkasi-asi.

Tolong pungutlah hina dina


kami Restuilah kami dengan
penuh kasihUntuk bersama
Hidup bergelut dengan kemiskinan.

(6) Bismilla
19
dipippoletaAlepu’
natappai Nabi
meturu’

20
Puang namappa’dupa.

Dengan Bismillah tuan


datang Kami sambut
dengan besar hatiBerkat
nabi kita untuk setuju
Tuhanlah yang akan mengabulkannya.

c. Kalinda’da’ Asmara
Kalinda’da’ asmara atau yang lebih dikenal dengan
kalinda’da’ muda-mudi adalah kalinda’da’ (bahasa halus)
yang digunakan oleh seorang pemuda atau pemudi dalam
mengungkapkan perasaan cintanya kepada sang pujaan hati.
Contoh :
(1) Garitimmu di
lindomuPuppiana’
sallambar
Naupiwongi
Malai di kappungngu.

Geriting rambut di
jidatmuCabutkan
sehelai
Akan kujadikan bekal
Pulang kekampung halamanku.

(2) Moa’ lessea’ malai


Anna’ maullung
alloDao pittule’
Salili’umo tu’u.

Bila dalam kepulanganku


Seiring dengan mendungnya
suryaUsalah bertanya

21
Rinduku telah terasa.

22
(3) Nasalilima’
manini Name’ita
minnama’Me’ita’
tama Buttudzi
mallindui.

Kalau rasa rindu mulai terasa


Kepada siapa aku menatap
Kucoba memandang lebih
dalamRasanya tak mungkin.

(4) Pitu buttu


mallinduiPitu
ta’ena ayu Purai
accur
Naola salili’u.

Berapapun penghalang yang


menghadangSerta tantangan dan
rintangan
Semuanya akan kuatasi
Untuk menggapai
tujuanku.

(5) Inna dzuapa


nisanga Masara di
watammu Allo
bongima’
Mallawu di kappummu.

Upaya yang bagaimana


lagiYang akan
kulakukan Siang maupun
malam
23
Selalu berfikir/berikhtiar untukmu.

d. Kalinda’da’ Anak-Anak
Pada diri anak-anak ada dua hal yang mengisi
perasaanhatinya, yaitu perasaan suka-cita dan perasaan
duka-cita. Itulah

24
sebabnya pada diri anak harus ditanamkan rasa optimisme,
penuh harapan – jangan diajarkan pada anak perasaan
pessimis. Olehorang-orang tua di Mandar dahulu kala, anak-
anaknya sudah dibekali pesan-pesan yang baik untuk
mempersiapkan dirinya sejak dini dalam mengarungi
kehidupan yang penuh tantangan. Nasehat kalinda’da’ itu
disampaikan orang tua kepada anak-anak disaat dalam
ayunan (ditimang-timang) Contoh :
(1) Ana’ patindo’o
naungDao lawe-
laweang Tuo
marendeng
Diang bappa dalle’mu.

Duhai anakku sayang


Tidurlah dengan
tenangKelak setelah
dewasa
Semoga mempunyai rezki yang baik

(2) Diang dalle’


mulolongang
Damunghula-ghulai
Andiang dalle’
Nasadzia-
dzianna.

Ketika kelak mempunyai


rezkiJangan berperilaku
boros Sebab rezki itu
Tidak selamanya ada.

(3) Dalle’mu topa o

25
i’oMutarima
macoa Dalle’na
tau
Dao pakkira-kira.

26
Nanti rezki yang kau usahakan
sendiriYang kau anggap sebagai
hartamu Rezki orang lain
Jangan bermimpi untuk memilikinya.

(4) Lembong tallu di


lolangangSitonda tali
purrus
Muola toi
Ma’itai dalle’mu.

Walau banyak tantangan yang


menghadangSerta rintangan yang
bertubi-tubi
Arungi jua
Untuk menggapai cita-citamu.

(5) Mo le’ba’ dilang di


ngangaNaniamme’mo
naung
Ra’da’i liwang
Moa’ Tania dalle’.

Walau sudah menjadi milik


Dan sudah memberikan
manfaatItupun juga akan
lepas
Kalau memang bukan rezki.

e. Kalinda’da’ Pappasang
Pappasang adalah pesan yang menggambarkan
ajaran norma, nasihat dan petuah bagi kehidupan seseorang,
keluarga dan bagi kehidupan masyarakat yang lebih luas,
misalnya pesan orang tua terhadap anak-anaknya, pesan
27
seorang kakek terhadap pasangan suami isteri, pesan
seorang sesepuh kepada warga

28
masyarakat, pesan-pesan raja pada rakyatnya. Salah satu contoh
pappasang adalah :
“Naiyya Mara’dia,
tammatindoi di bongi, tarrarei di allo,
na mandandang mata di mamatanna daung
ayu,dimalimbonna rura,
dimadinginna litaq,
diajarianna banne tau, diatepuanna agama”

“Adapun seorang raja,


tidak dibenarkan tidur lelap di waktu malam,
berdiam diri dan berpangku tangan di waktu siang hari.
Ia wajib selalu memperhatikan akan kesuburan tanah dan
tanam-tanaman, berlimpah ruahnya hasil tambak dan
perikanan,
damai dan amannya Negeri/kerajaan,
berkembang biaknya
manusia/penduduk danmantap
teguhnya agama”.

f. Kalinda’da’ Sebagai Hiburan


Dalam upaya melestarikan kalinda’da’ metode salah
satu yang paling ampuh adalah dilantungkan dalam syair
lagu, misalnya berupa lagu sayang-sayang, padang pasir,
kerambangang, andu- anduru’dang, dan lain sebagainya.
Lagu sayang-sayang dan sejenisnya mulai ada dan
berkembang ditahun 1970-an.
Dan saat ini sayang-sayang menjadi warisan budaya
tak benda yang diakui secara nasional yang berasal dari
daerah Mandar dan sudah mendapat Surat Keputusan dari
Kementerian PendidikanNasional RI dengan nomor sertifikat :
No. Reg ; 154004A/MPK.A/DO/2014 Lagu sayang-sayang ini,
bukan lagunya sebagai warisan budaya tapi passayang-

29
sayang- nya, karena yang bersangkutan memiliki keilmuan,
kecerdasan,

30
keintelektualan dalam mencipta kalimat yang indah yang disebut
kalinda’da’ (pantun) dengan cair tanpa ada konsep sebelumnya.
Lagu sayang-sayang ini dipopulerkan oleh Andi Syaiful
Sinrang, Halija bersama Syaripuddin, dan beberapa seniman
Mandar lainnya. Sebelum kalinda’da’ menjadi syair dalam
lagu sayang-sayang terlebih dahulu dikenal dengan istilah
pakkacaping danparrawana.
Lagu pakkacaping dan parrawana mempunyai syair
lagu berupa kalinda’da’. Pada tahun 1960-an sangat populer
di Mandar Pakkacaping, yaitu I Paraghai, I Taghi’, Isa’ala
dengan tolo’nya dan pitedzena (sanjungan dan pujian). Bila I
Taghi atau I Paraghai memainkan kecapi dengan lagu syair
kalinda’da’ biasanya ditampilkan gadis-gadis cantik dengan
memakai busana adat Mandar sambil duduk di hadapan
hadirin (penonton), kemudian tuan rumah atau pelaksana
pakkacaping memberikan uang terlebih dahulu kepada gadis
-gadis cantik yang berbusana adat Mandar kedalam kappar
(Loyang) yang diletakkan didepan gadis cantik.
Tradisi seperti ini di tanah Mandar disebut Pamacco’
(pemberi hadiah). Pamacco berikutnya tidak boleh memberi
hadiah kepada gadis-gadis yang ditampilkan itu melebihi
hadiah (uang) dari tuan rumah – pelaksana kegiatan, kapan
itu terjadi – merupakan penghinaan terhadap tuan rumah.6

4. Peranan Kalinda’da’ dalam Membangun Karakter Bangsa


Menurut Munfangati, Rahmi (2014) dalam senuah Seminar
Nasional dan Temu Alumni dalam karyanya yang bejudul “Peran
Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa”, beliau
mengatakan, bahwa : Karakter bangsa Indonesia yang dikenal
dengan keramahan, kesantunan, religius, berpekerti luhur, dan
berbudi mulia semakin melemah dewasa ini yang ditunjukkan
dengan adanya fenomena

31
6
Opcit , h. 34

32
lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan moral di kalangan generasi
muda.Untuk mengatasi hal tersebut, muncul pemikiran dengan
tujuan untuk:
(1) mengetahui relevansi sastra dan pendidikan karakter dan (2)
mendeskripsikan peran sastra dalam pembentukan karakter
7
bangsa.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Untuk membentuk karakter bangsa ini, sastra, khususnya


Sastra Mandar (Kalinda’da’) diperlakukan sebagai salah satu
media atau sarana pendidikan moral. Hal itu cukup beralasan
sebab sastra, khususnya Sastra Mandar (Kalinda’da’),
mengandung nilai etika dan moral yang berkaitan dengan hidup
dan kehidupan manusia. Sastra khususnya Sastra Mandar
(Kalinda’da’) tidak hanya berbicara tentang diri sendiri
(psikologis), tetapi juga berkaitan dengan Tuhan (religiusitas),
alam semesta (romantik), dan juga masyarakat (sosiologis).
Sastra khususnya Sastra Mandar (Kalinda’da’) mampu
mengungkap banyak hal dari berbagai segi. Terutama isi dari
Kalinda’da’ itu, sungguh luas dan tak terukur begitu mendalam
makna yang terkandung didalamnya, sehingga masyarakat
Mandar menjadikan Kainda’da’ sebagai Falasafah hidup yang
diwariskan oleh para leluhur Mandar untuk generasinya,
termasuk kita yang ada sekarang ini sebagai generasi penerus
mereka (Para Leluhur).8

Banyak pilihan genre sastra khususnya Sastra Mandar


(Kalinda’da’) yang dapat dijadikan sarana atau sumber
pembentukan karakter bangsa, karena didalam Kalinda’da’ itu
sendiri banyak jenisnya, dan ketika didalami dan dihayati secara
saksama, kesemuanya bertujaun untuk membentuk
karakter/kepribadian individu/perorangan. Jika kepribadian dan
karakter perorangan dapat dikembangkan dan ditularkan ke
perorangan yang lainnya, maka akan terbentuklah karakter

33
secara meluas sebagai anak bangsa secara
7
Rahmi Munfangati,Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa ,
(Yogyakarta ;L Education), 2015.
8
H.Hasri Hanafi, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Majene, 4 Juli 2023

34
menyeluruh. Dengan demikian akan terwujudlah sebuah
Karakter yang kita harapkan, yakni sebagai generasi yang
memeiliki cara berpikir dan berperilaku yang baik, dan menjadi
ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang mampu
membuat suatu keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.

35
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sebelum penulis
menutup karya ini, sangatlah arif dan bijak jika penulis memberikan
beberapa kesimpulan dan saran, sebagai gambaran singkat dan
harapan yang didambakan dari penulis sebagai berikut :

A. Kesimpulan
1. Suku Mandar tidak beda dengan suku-suku lainnya yang ada
di Indonesia. Suku Mandar juga memiliki beragam budaya,
tradisi, dan adat istiadat termasuk didalamnya Sastra
Mandar yang kita kenal dengan nama Kalinda’da’. Dari
sanalah masyarakat Mandar memiliki kepribadian yang
tangguh dan utuh didalam berbuat, berprilaku, dan
menempatkan dirinya secara wajar pada tempat yang
sesungguhnya, dan pada kedudukan yang bermartabat
diantara makhluk ciptaan Tuhan, karena Kalinda’da’
sesungguh nya adalah puisi kehidupan, tentang existensi
kehidupan manuia dalam hubungannya Sang Maha Pencipta,
hubungannya dengan sesama manusia, serta hubungannya
dengan alam, sehinggamenjadi bagian kehidupannya.

2. Bahwa Kalinda’da’ adalah sebuah sastra dari mandar,


menurut fakta dari segi ilmu sastra secara umum, Kalinda’da’
termasuk sastra lisan jenis Puisi dan atau Pantun dalam
bentuk Syair Mandar yang didalamnya memuat falsafah
hidup yang menjadi pedoman untuk ditumbuh kembangkan
dalam setiap pribadi khususnya orang mandar karena
didalamnya memuat nilai-nilai moral, etika, semangat juang,
pendidikan, Persatuan dan kebersamaan.

3. Untuk membentuk karakter bangsa saat ini, Sastra Mandar


(Kalinda’da’) sungguh sanagat berperan dan berfungsi
secara strategis. Kalinda’da’ seharusnya diperlakukan
36
sebagai salah satu

37
media atau sarana Pendidikan Moral. Hal itu cukup
beralasan sebab Sastra Mandar (Kalinda’da’), mengan dung
nilai etika dan moral yang berkaitan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Kainda’da’ sebagai Falasafah hidup
yang diwariskan oleh paraleluhur Mandar untuk generasinya,
termasuk kita yang ada sekarang ini sebagai generasi
penerus mereka (Para Leluhur). Jika Kalinda’da’ secara
efektif diberikan ruang untuk berperan, akan terwujudlah
sebuah Karakter generasi yang kita harapkan, yakni sebagai
generasi yang memeiliki cara berpikir dan berperilaku yang
baik, bermoral tinggi, punya tanggungjawab terhadap
eksistensi bangsanya, serta menjadi ciri khas setiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara.

B. Saran – saran

1. Diharapkan bahwa untuk membangkitkan semangat semua


pihak, khususnya orang Mandar, termasuk para pemangku
kebijakan di Wilayah Provinsi Sulawesi Barat, agar dengan
karya ini menjadi motivasi kebijakan, bahwa karena
Kalinda’da’ adalah defosit bangsa didalam membentuk
karakter anak bangsa, maka Kalinda’da’ harus digelorakan
dan disosialisasikan secara terus menerus dalam berbagai
event acara, termasuk menjadi sebuah Mata Pelajaran
(Muatan Lokal) di seluruh jenjang pendidikan di Provinsi
Sulawesi Barat.

2. Untuk memelihara dan melestarikan, serta menumbuh


suburkan budaya Mandar sebagai asset dan kekayaan
bangsa dalam bentuk tulisan, maka diharapkan agar
terbentuk sebuah wadah pemersatu Forum Komunitas
Pencinta dan Penyelamat Budaya Mandar, baik sebagai
senior sebagai nara sumber, maupun yunior sebagai
38
peneliti dan pengkaji pemula.

39
3. Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan ilmu
yang dimiliki, sehingga didalam karya ini juga sungguh
sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi tulisan,
demikian pula dari segi sistimatika dan kaidah penulisan
sebagai sebuah Karya Tulis, maka saran dan kritikan yang
bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
keempurnaan karya dan tulisan kamiberikutnya.

Demikian apa yang sempat kami ketengahkan, sekaligus


kami persembahkan, semoga bermanfaat buat semua. Penulis tetap
sadar akan kekurangan dan keterbatasan segala hal, kesempurnaan
itulah hanya milik Allah SWT. Dan Kepada-Nya jualah kita berserah diri.

40
DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah, B. L. (2016).Sastra Mandar. Makassar: De La Macca.

HD, M. I. (2018). Undergraduate (S1) thesis. ANALISIS UNGKAPAN TRADISIONAL


MASYARAKAT DOMPU (KAJIAN ETNOLINGUISTIK) , 11-13.

Munfangati, R. (2015). Universitas Ahmad Dahlan. Peran Sastra


dalamPembentukan Karakter Bangsa , 1.

UGJ. (2022). Ilmu Sosial Budaya Dasar . Retrieved September 2013, from Nilai
Kebudayaan: https://www.studocu.com/id/document/universitas-
swadaya-gunung-jati/ilmu-sosial-budaya-dasar-isbd/nilai-
kebudayaan/48064760

41
42

Anda mungkin juga menyukai